makalah pameran seni rupa untuk SMA kela

BAB I
PENDAHULUAN
I.1. Latar Belakang
Kegiatan pameran seni rupa di sekolah merupakan kulminasi dan tindak lanjut
proses pembelajaran seni rupa baik pada kegiatan kurikuler maupun ekstra kurikuler.
Kegiatan ini biasanya dilakukan menjelang akhir semester atau akhir tahun ajaran. Kegiatan
pameran di sekolah memiliki peran dan fungsi yang strategis dalam memupuk, membina,
dan mengembangkan kemampuan siswa dalam melakukan kritik dan apresiasi terhadap
karya seni yang dipamerkan. Melalui kegiatan ini mereka dilatih untuk memberikan
tanggapan dan penilaian baik secara lisan, tertulis, maupun melalui perbuatan/sikap.
Kehadiran pameran dalam konteks pembelajaran di sekolah memiliki fungsi tersendiri, di
antaranya fungsi pendidikan (edukasi) dan fungsi hiburan (rekreasi). Melalui kegiatan
pameran, anak-anak diberi kesempatan untuk melakukan penilaian terhadap karya seni
serta dapat mengukur tingkat kemajuan sekolah mengenai pelaksanaan dan isi pameran.
Kemudian, kegiatan ini juga menyajikan hiburan bagi warga sekolah dan masyarakat
sekitarnya. Isi materi pada makalah yang akan anda pelajari ini adalah Penyelenggaraan
Pameran Seni Rupa di Sekolah.
I.2. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas maka dapt dirumuskan beberapa permasalahan
sebagai berikut :
1. Apakah media “Pamaran “dapat meningkatkan motivasi, prestasi belajar Seni

Rupa pada peserta didik ?
2. Bagaimana cara meningkatkan motivasi belajar seni rupa dengan media Pameran
pada peserta didik ?
3. Bagaimana mengatasi kendala yang dihadapi guru dalam menggunakan media
“Pameran”?
4. Bagaimana meningkatkan motivasi belajar seni rupa?

1

5. Bagaimana mengatasi kendala yang dihadapi guru dalam melaksanakan pameran
seni rupa?
I.3. Tujuan
Setelah mempelajari makalah ini diharapkan pembaca dapat :
1. Menyebutkan pengertian pameran seni rupa
2. Menjelaskan tujuan, fungsi dan manfaat penyelenggaraan pameran seni rupa.
3. Membedakan jenis-jenis penyelenggaran pameran seni rupa.
4. Menjelaskan peryaratan penyelenggaraan pameran.
5. Menguraikan karakteristik, tujuan dan fungsi perencanaan dalam suatu kegiatan.
6. Menguraikan tahap perencanaan pameran seni rupa di sekolah.
7. Merumuskan tujuan dan tema pameran seni rupa.

8. Menyusun struktur dan tugas kepanitian pameran seni rupa.
9. Menyusun sebuah proposal kegiatan pameran seni rupa.
10. Menjelaskan tahap persiapan penyelenggaraan pameran seni rupa.
11. Menyelenggarakan dan melaporkan pelaksanaan pameran seni rupa di sekolah.
I.4. Manfaat
I.4.1. Manfaat Teoritis
a. Dapat memberikan sumbangan kepada guru dalam pembelajaran
khususnya seni rupa.
b. Dapat memberikan arah kepada guru dalam proses pembelajaran
c. Dapat meningkatkan prestasi belajar kesenian.
I.4.2. Manfaat Praktis
a. Bagi guru kelas dapat menemukan solusi untuk meningkatkan prestasi
belajar kesenian.
b. Bagi siswa dapat dijadikan motivasi belajar supaya prestasi meningkat.
c. Bagi lembaga dapat memberikan masukan kepada sekolah dalam usaha
perbaikan proses pembelajaran kesenian sehingga prestasi meningkat.

2

BAB II

KAJIAN PUSTAKA
II.1. Pengertian Pameran
Pameran merupakan kegiatan yang dilakukan oleh seniman untuk menyampaikan
ide atau gagasannya ke pada publik melalui media karya seni. Kegiatan ini diharapkan
terjadi komunikasi antaran seniman yang diwakili oleh karya seninya dengan apresiator.
Hal ini sejalan dengan definisi yang diberikan Galeri Nasional bahwa: “Pengertian pameran
adalah suatu kegiatan penyajian karya seni rupa untuk dikomunikasikan sehingga dapat
diapresiasi oleh masyarakat luas.” (http://www.galeri-nasional.or.id) Penyelenggaraan
pameran bisa dilakukan di konteks sekolah maupun di luar sekolah (masyarakat).
Penyelenggaraan pameran di sekolah menyajikan materi pameran berupa hasil studi
para siswa dari kegiatan pembelajaran kurikuler maupun kegiatan ekstrakurikuler. Kegiatan
ini biasanya dilakukan pada akhir semester atau akhir tahun ajaran. Sedangkan konteks
pameran dalam arti luas, di masyarakat, materi pameran yang disajikan berupa karya-karya
seniman untuk diapresiasi oleh masyarakat luas.
II.2. Tujuan dan Manfaat Pameran
Setiap pekerjaan yang kita lakukan tentunya memiliki tujuan dan manfaat yang
diharapkan. Cahyono (2002: 9.4) menjelaskan tujuan penyelenggaraan pameran di
antaranya: tujuan sosial, tujuan komersial, dan tujuan kemanusian.
Tujuan sosial berarti bahwa kegiatan pameran baik skala luas (di masyarakat)
maupun skala terbatas (di sekolah). Karya seni yang dipamerkan dipergunakan untuk

kepentingan sosial. Hasil penjualan karya seni yang dipamerkan disumbangkan kepada
yayasan yatim piatu, pendidikan anak cacat, dan membantu orang yang membutuhkan
uluran tangan kita. Tujuan komersial pameran berkaitan dengan kegiatan untuk
menghasilkan profit atau keuntungan terutama bagi seniman dan penyelenggara
penyelenggara pameran. Melalui kegiatan ini seniman dapat menjual karyanya kepada
apresiator dan kolektor karya seni. Sedangkan tujuan kemanusiaan kegiatan pameran

3

adalah untuk kepentingan pelestarian, pembinaan nilai-nilai, dan pengembangan hasil karya
seni budaya yang dimiliki oleh masyarakat. Sejalan dengan definisi dan tujuan di atas,
maka penyelenggaraan pameran di sekolah memiliki nilai manfaat bagi sekolah, guru dan
siswa. Secara khusus, manfaat pameran bagi siswa ditegaskan Rasjoyo (Cahyono, 1994)
bahwa: Penyelenggaraan pameran di sekolah memiliki manfaat, di antaranya:
(1) menumbuhkan dan menambah kemampuan siswa dalam memberi apresiasi
terhadap karya orang lain;
(2) menambah wawasan dan kemampuan dalam memberikan evaluasi karya secara
lebih objektif;
(3) melatih kerja kelompok (bekerjasama dengan orang lain);
(4) mempertebal pengalaman sosial;

(5) melatih siswa untuk bertanggungjawab dan bersikap mandiri;
(6) melatih siswa untuk membuat suatu perencanaan kerja melaksanakan apa yang
telah direncanakan,
(7) membangkitkan motivasi dalam berkarya seni; dan
(8) sebagai sarana untuk penyegaran bagi siswa dari kejenuhan belajar di kelas, dan
sebagainya.
III.3. Fungsi Pameran
Kegiatan pameran memiliki fungsi utama sebagai alat komunikasi antara pencipta
seni (seniman) dengan pengamat seni (apresiator). Hal ini sejalan dengan pandangan
Wartono (1984: 69) bahwa fungsi utama dari pameran seni rupa pada hakekatnya adalah
untuk membangkitkan apresiasi seni pada masyarakat, di samping sebagai media
komunikasi antara seniman dengan penonton. Kegiatan pameran merupakan wahana untuk
menumbuhkembangkan apresiasi masyarakat tehadap seni. Bentuk apresiasi terdiri dari
apresiasi kreatif dan apresasi afektif. Pada tataran apresiasi kreatif membawa pengamat
untuk menggunakan rasio dalam menanggapi persoalan yang dihadapinya sedangkan
apresiasi afektif lebih melibatkan perasaan sehingga pengamat merasa dan mengalami
empati dan memperoleh rasa puas dari pada orang yang hanya melakukan apresiasi kreatif.

4


Selanjutnya, Cahyono (2002: 9.6) membedakan fungsi pameran menjadi empat kategori,
yaitu fungsi apresiasi, fungsi edukasi, fungsi rekreasi, dan fungsi prestasi.
Fungsi apresiasi diartikan sebagai kegiatan untuk menilai dan menghargai karya
seni. Melalui kegiatan pameran ini diharapkan dapat menimbulkan sikap menghargai
terhadap karya seni. Suatu penghargaan akan timbul setelah pengamat (apresiator) melihat,
menghayati, memahami karya seni yang disaksikannya. Melalui kegiatan ini pula akan
muncul apresiasi aktif dan apresiasi pasif. Apresiasi aktif, biasanya seniman, seteleh
menonton pameran biasanya termotivasi/terdorong untuk mencipa karya seni sedangkan
apresiasi pasif biasanya terjadi pada orang awam, setelah menyaksikan pameran biasanya
bisa menghayati, memahami dan menilai serta menghargai karya seni.
Fungsi edukasi, kegiatan pameran karya seni akan memberikan nilai-nilai ajaran
terhadap masyarakat terutama apresiator, misalnya nilai keindahan, nilai sejarah, nilai
budaya, dan sebagainya. Begitu pula halnya dengan pameran sekolah, maka tentunya karya
yang dipamerkan harus memiliki nilai-nilai yang positif terhadap siswa dan warga sekolah.
Fungsi rekreasi, kegiatan pameran memberikan rasa senang sehingga dapat
memberikan nilai psikis dan spiritual terutama hiburan. Dengan menyaksikan pameran,
apresiator menjadi senang, tenang dan memberikan pencerahan. Lebih jauh lagi kegiatan
menonton pameran terkait dengan salah satu fungsi seni sebagai katarsis (pengobat jiwa).
Fungsi prestasi dimaksudkan bahwa melalui kegiatan pameran dapat diketahui
para seniman yang berbakat, Hal ini bisa kita saksikan dari bentuk-bentuk kreasi yang

ditampilkan. Apresiator bisa memberi penilaian apakah seniman yang menciptakan karya
ini kreatif atau kurang kreatif.
Dalam konteks penyelenggaraan pameran seni rupa di sekolah, Nurhadiat (1996:
125) secara khusus menyebutkan fungsi pameran seni rupa sekolah, di antaranya:
1. Meningkatkan apresiasi seni
2. Membangkitkan motivasi berkerya seni
3. Penyegaran dari kejenuhan belajar di kelas
4. Berkarya visual lewat karya seni
5. Belajar berorganisasi

5

II.4. Jenis Pameran Seni Rupa
Galeri Nasional (http://www.galeri-nasional.or.id) membagi jenis pameran menjadi:
Pameran Tetap (Permanent Exhibition), Pameran Temporer (Temporary Exhibition), dan
Pameran Keliling (Traveling Exhibition)
1. Pameran Tetap
Pameran ini biasanya dilakukan oleh lembaga profesional atau pemerintah
seperti penyajian karya-karya koleksi oleh galeri, museum, dan sebagainya.
Waktu penyelenggarannya dilakukan secara periodik misalnya satu tahun

sekali.
2. Pameran Temporer
Penyelenggaraan kegiatan pameran ini dirancang menurut kebutuhan
penyelenggara dan pihak-pihak terkait lainnya. Pola Pameran Temporer
meliputi:
a. Pameran Tunggal/Pameran Bersama
Materi yang dipamerkan pada pameran bersama merupakan karyakarya lebih dari satu seniman. Biaya pameran ditanggung oleh seniman yang
bersangkutan. Penyelenggaraan pameran dapat dilangsungkan antara 1
minggu sampai 3 minggu. Dalam konteks sekolah, pameran seni rupa bisa
dilakukan secara bersama-sama baik dalam ruang lingkup kelas maupun
sekolah (semua kelas) di sekolah tersebut.
b. Pameran Kerja Sama
Pola pameran ini dilaksanakan berdasarkan kerjasama antara dua
pihak atau lebih. Kegiatan kerja sama ini bisa antar lembaga pemerintah,
antarlembaga pemerintah dengan swasta, atau pihak pemerintah dengan
negara lain. Pihak yang dapat melaukan kerjasama dapat berupa
lembaga/organisasi kebudayaan/kesenian, museum, galeri, dan Pusat-Pusat
Kebudayaan negara sahabat. Biaya penyelenggaraan ditanggung bersama.
Pameran kerja sama ini biasanya dilaksanakan antara 2 minggu sampai 1
bulan.


6

c. Pameran Khusus
Pameran

khusus

adalah

pameran

yang

biaya

penyelenggaraannya

sepenuhnya ditanggung lembaga tertentu misalnya oleh Galeri Nasional
Indonesia, museum dan lembaga lain. Materi yang dipamerkan dapat

merupakan koleksi lembaga tersebut atau milik seniman atau kolektor
lainnya. Penyelenggaraan pameran khusus mencapai 2 atau 3 kali dalam
setahun.
3. Pameran Keliling
Kegiatan pameran ini dilakukan dengan cara menyajikan karya-karya koleksi
lembaga profesional atau pemerintah seperti Galeri Nasional Indonesia,
musium, maupun karya seniman di luar instansi tersebut ke berbagai daerah di
Indonesia dan atau di luar negeri. Kegiatan ini merupakan kerjasama antar
berbagai pihak. Waktu penyelenggaraan pameran minimal berlangsung selama
10 hari.
II.5. Persyaratan Pameran
Dalam penyelenggaraan pameran ada persyaratan yang harus dipenuhi, di
antaranya:
1) karya seni yang akan dipamerkan;
2) pihak panitia penyelenggara pameran;
3) pengunjung pameran; dan
4) tempat pameran.
Karya seni yang akan dipamerkan menurut wujudnya dapat berupa karya seni rupa
dua dimensi maupun karya seni rupa tiga dimensi. Menurut jenisnya, karya yang dapat
dipamerkan dapat berupa karya seni murni (patung, lukisan, seni grafis) dan karya seni

terapan (seni kerajinan, desain, dll.)

7

Selain karya seni yang akan dipamerkan, pelaksanaan pameran akan berjalan
dengan lancar bila ada panitia penyelenggara pameran. Melalui panitia ini karya seni dipilih
dan disajikan kapada para pengunjung pameran. Tentunya, untuk menjadi panitia pameran
yang profesional perlu mengetahui dan memiliki pengalaman dalam proses dan
pelaksanaan pameran dari tahap persiapan, penyelenggaraan, dan sampai tahap akhir
pameran.
Aspek pengunjung juga sebagai persyaratan dalam penyelenggaraan pameran.
Dapat kita bayangkan, bila suatu pameran tidak tidak pengunjung yang datang untuk
menyaksikan karya yang dipamerkan. Para pengunjung yang diundang untuk mengunjungi
pameran biasanya orang-orang yang dipandang ada kaitannya dengan para seniman, para
peminat dan pemerhati seni, tokoh masyarakat, maupun masyarakat umum sebagai ajang
apresiasi seni.
Aspek berikutnya adalah tempat pameran. Panitia perlu menyediakan tempat
pameran yang dipandang representatif untuk penyelenggaraan pameran. Tempat pameran
yang dipilih perlu berada pada lokasi yang strategis, yang mudah dijangkau oleh lapisan
masyarakat. Selain strategis, aspek keamanan pun perlu diperhatikan. Karya seni yang akan
dipamerkan harus terlindungi dari tangan-tangan usil dan kondisi cuaca misalnya
kehujanan, kepanasan dan sebagainya, Dalam kontek sekolah tentunya guru dapat
menyelenggarakan pameran di lingkungan sekolah dengan memanfaatkan dan menata
ruangan kelas, koridor antar kelas, atau ruangan lain yang bisa menampung karya siswa.
Pemanfaatan dan penataan ruang kelas dapat dilakukan dengan pemanfaatan dinding
ruangan sebagai tempat memajang karya dua dimensi dan meja dapat dimanfaatkan untuk
memajang karya tiga dimensi.

8

BAB III
PENYELENGGARAAN PAMERAN
III.1. Persiapan Pameran
III.1.1. Menyiapkan Karya untuk Pameran

Sesuai dengan salah satu persyaratan pameran, keberadaan karya mutlak
diperlukan. Untuk itu, untuk memperoleh karya yang akan dipamerkan, guru dan
siswa perlu mempersiapkan karya yang akan dipamerkan. Hal ini bisa dilakukan
dengan alternatif:
a. siswa berkarya dan diinformasikan bahwa pada masa yang akan datang
akan ada pameran
b. siswa yang memiliki bakat seni rupa dipilih oleh guru untuk mewakili
kelasnya agar berpameran
c. siswa dan guru menginventarisir karya koleksi sekolah untuk dipamerkan.
Panitia menunggu seluruh siswa mendaftarkan diri mengikuti pameran
sesuai jadwal yang telah ditetapkan
Wujud karya yang akan dipamerkan pun harus diketahui oleh para siswa.
Secara wujudnya, karya seni rupa dapat dibagi menjadi karya seni rupa dua dimensi
dan tiga dimensi. Karya seni rupa dua dimensi berupa: seni lukis, seni cetak/grafis,
gambar (ilustrasi, dekorasi, bentuk, dan sebagainya). Sementara itu, wujud karya
seni rupa tiga dimensi berupa: seni patung, relief, seni kerajinan (anyam, keramik,
boneka, makrame, topeng kertas, barang-barang mainan, dan lain-lain).
III.1.2. Pemilihan Karya

Pemilihan karya yang akan dipamerkan dilakukan setelah karya terkumpul.
Proses pemilihan karya dapat dilakukan oleh guru dan siswa. Teknik pemilihan
karya dapat dilakukan berdasarkan kualitas kaya (yang layak untuk dipamerkan),
jenis karya (karya dua dimensi atau tiga dimensi), ukuran, dan kriteria lain sesuai

9

ketentuan panitia pameran. Bahkan dalam pameran seni rupa di sekolah, guru bisa
melakukan seleksi karya ini dengan mempertimbangkan proporsi perwakilan tiap
kelas.
III.1.3. Menyiapkan Perlengkapan Pameran

Penyelenggaraan pameran memerlukan perlengkapan (sarana dan prasarana)
seperti: ruangan, meja, buku tamu, buku pesan dan kesan, panil (penyekat ruangan).
lampu sorot, sound system, poster, selebaran,
a. Ruang Pameran
Ruangan yang dapat digunakan dalam kegiatan pameran seni rupa di
sekolah bias menggunakan aula atau ruang kelas. Penataan ruang dapat
dilakukan dengan menggunakan meja, panel, kursi.
b. Meja
Meja dapat digunakan untuk meja penerima tamu dan dapat pula
digunakan sebagai dasar penyimpanan karya tiga dimensional seperti
patung atau barang kerajinan lainnya.

Gambar. 1
Meja sebagai alas (base) untuk menata karya
c. Buku tamu
10

Bukti tamu (berisi: no, nama, alamat/asal kelas/asal sekolah, dan tanda
tangan) dapat digunakan untuk mengetahui berapa orang yang
mengunjungi pameran.
d. Buku kesan dan pesan
Buku kesan dan pesan (berisi: tanggal, tanggapan pribadi pengunjung,
identitas

seperlunya)

berguna

sebagai

masukan

terhadap

penyelenggaraan pameran.
e. Panil
Berfungsi untuk menempelkan karya dua dimensi seperti: lukisan,
gambar, dan sebagainya. Panil juga dapat digunakan sebagai penyekat
ruangan.

Gambar. 2
Panil (penyekat ruang dan sandaran karya dua dimensi)
Sumber: Gaitskell, C. D. and Al Hurwitz (1975:448)
f. Poster atau brosur

11

Media ini digunakan untuk menginformasikan kegiatan pameran yang
akan dilaksanakan. Dengan demikian sebelum pelaksanaan pameran
dilakukan, poster dan brosur sudah digunakan sebagai media informasi.
g. Katalog
Berisi identitas seniman dan karya serta kuratorial penyelenggara
pameran) berfungsi sebagai penjelasan mengenai hal ilhwal seniman dan
karya seni yang dipamerkannya.
h. Folder
Berisi judul lukisan dan harga lukisan jika dijual membantu guide untuk
menjelaskan kepada pengunjung pameran.

Gambar. 3
Folder (Identitas karya)
i. Lampu penerangan
Lampu ini digunakan untuk memperjelas karya yang dimerkan. Lampu
ini dipasang di setiap papan pamer, di plafon, agar tidak menyilaukan.
12

j. Sound system (tape dan kaset instrumentalia).
Berfungsi untuk menambah suasana santai dan mendukung suasana
pameran.

III.2. Pelaksanaan Pameran
Pelaksanaan pameran mencakup kegiatan pelaksanaan kerja panitia secara bersamasama, penataan ruang, pelaksanaan pameran dan penyususnan laporan.
III.2.1. Pelaksanaan Kerja Kepanitiaan

Pelaksanaan pameran merupakan kulminasi dari implementasi rencana yang
telah disusuun pada tahap perencanaan pameran. Pelaksanaan kegiatan ini akan
berjalan dengan lancar bila semua pihak khususnya panitia pameran melakukan
kerjasama dan menyatakan kesiapannya dalam menyongsong ksesuksesan pameran
ini.
III.2.2. Penataan Ruang Pameran

Sebelum dilakukan penataan ruang pameran, panitia pameran terlebih dulu
membuat rancangan fisik pameran. Hal ini berfungsi untuk mengatur arus
pengunjung, komposisi penataan yang serasi, pengaturan jarak pandang dan tinggi
rendah pandangan terhadap karya dua dimensi dan tiga dimensi. Sehubungan
dengan penataan ruang, Cahyono (2002: 9.35) mengemukakan beberapa hal yang
perlu diperhatikan dalam penataan ruang pameran, di antaranya:
(1) karya yang memiliki komposisi warna yang kuat hendak tidak
didekatkan dengan karya dengan komposisi warna yang lemah,
(2) karya dengan komposisi warna yang kurang hendak tidak diletakan pada
ruang yang sedikit sinar karena akan semakin memperlemah warna yang
ada,

13

(3) pemberian cahaya lampu jangan sampai menyilaukan mata atau
mengganggu pandangan orang yang melihatnya,
(4) pemasangan karya hendaknya sejajar dengan pandangan mata, tidak
terlalu tinggi dan tidak terlalu rendah,
(5) pemasangan karya yang lebih tinggi dari tubuh penikmatnya harus dibuat
condong ke bawah sehingga mudah dinikmati,
(6) letakan beberapa pot bunga dan tanaman untuk memperindah dan
menyegarkan ruangan,
(7) letakan karya tiga dimensi pada tempat yang bisa dilihat dari berbagai
sudut pandang,
(8) pengelompokan karya harus memperhatikan ukurannya,
(9) jika tidak ada AC perlu menempatkan kipas angin untuk menghilangkan
suasana panas,
(10) sediakan tempat sampah untuk menjaga kebersihan.
a. Penataan Alur Masuk Pengunjung

14

Gambar. 4 Arus Pengunjung Pameran
Penataan alur arus pengunjung perlu disesuaikan dengan kondisi ruang. Dalam
pameran sekolah dapat dibagi menjadi dua model alur:
1) Pengaturan lalu lintas pengunjung bila pameran dilakukan di dalam ruang kelas
dengan satu pintu.

15

Gambar. 5 Pola alur arus pengunjung dengan satu pintu
2) Pengaturan lalu lintas pengunjung bila pameran dilakukan di dalam ruang kelas
dengan dua pintu.

Gambar. 6 Pola alur arus pengunjung dengan satu pintu

16

b. Penataan dan Penempatan Karya
Penataan karya yang dipamerkan dilakukan atas dasar pertimbangan
berdasarkan jenis, ukuran, warna, tinggi-rendah pemasangannya.

Gambar. 7 Pemasangan karya pada dinding
Sumber:http://www.galeri-nasional.or.id/

Gambar. 8 Pola pemasangan karya yang dipamerkan

17

c. Penataan Pencahayaan Aspek lain yang tidak kalah pentingnya dalam penataan
ruang pameran adalah aspek pencahayaan. Penataan cahaya ruang pameran dikelompokan
menjadi pencahayaan secara khusus (pencahayaan terhadap karya dengan menggunakan
spot-light) dan secara umum (pencahayaan ruang pameran untuk kepentingan pengunjung
membaca katalog, folder dan sebagainya). Pencahayaan terhadap karya ini diupayakan
tidak menyilaukan pandangan pengunjung. 6.41
III.3. Evaluasi Pelaksanaan Pameran
Pelaksanaan pameran merupakan implementasi dari perencanaan yang telah dibuat.
Kegiatan ini dapat berjalan lancar bila semua unsur panitia terlibat langsung dalam
melakukan kerjasama dan saling membantu. Agar tidak terjadi berbagai kemungkinan
negatif, maka sebelum pelaksanan pameran, panitia yang dipimpin oleh Ketua melakukan
cek terakhir mengenai kesiapan pelaksanaan pameran tersebut. Pelaksanaan pameran di
sekolah biasanya dimulai dengan kegiatan pembukaan pameran yang ditandai dengan kata
sambutan dari ketua panitia pelaksana, pembimbing, serta acara sambutan sekaligus
pembukaan pameran oleh Kepala Sekolah atau yang mewakilinya.
Pada waktu pembukaan bisanya setiap pengunjung dibagi katalog pameran dan
dipersilahkan untuk mencicipi jamuan yang telah disediakan oleh panitia.. Ada beberapa
hal yang perlu dilakukan ketika pengujung mengunjungi ruang pameran, di antaranya:
1) pengunjung diupayakan mengisi buku tamu,
2) bila masih ada katalog, pengunjung yang hadir diberinya,
3) sewaktu-waktu panitia mengamati suasana ruangan seperti kondisi pencahayaan,
dan keutuhan karya yang dipamerkan;
4) untuk memandu para pengunjung pameran dalam menikmati materi pameran,
maka peran Seksi Stand sebagai pemandu pameran perlu bekerja secara profesional
perlu memberikan arahan dan penjelasan kepada para pengunjung, apalagi
pengunjung pameran memerlukannya;
5) pengunjung pameran hendaknya mengisi buku kesan dan pesan, hal ini sangat
berguna untuk menilai proses pelaksanaan pameran.

18

III.4. Laporan Kegiatan Pameran
Laporan

kegiatan

pameran

dibuat

oleh

panitia

pemeran

sebagai

pertanggungjawaban atas pelaksanaan pameran. Laporan ini kemudian ditujukan kepada
Kepala Sekolah sebagai pihak yang menyelenggarakan kegiatan ini dalam bentuk tulisan.
Secara singkat, isi laporan pertanggungjawaban kegiatan pameran adalah sebagai berikut:
1. Latar Belakang
2. Tujuan
3. Sasaran
4. Manfaat
5. Susunan Kepanitiaan
6. Materi Pameran
7. Waktu dan Tempat Penyelenggaraan
8. Pemasukan dan Pengeluaran Dana
9. Kesan dan Pesan Pengunjung
10. Hambatan dan Kendala
11. Penutup

19

BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN

IV.1. Kesimpulan
Berdasarkan hasil pembahasan makalah diatas, dapat disimpulkan sebagai berikut :
1. Pembelajaran dengan menggunakan media pameran efektif untuk
meningkatkan motivasi, prestasi belajar.
2. Cara meningkatkan motivasi, prestasi belajar dengan menggunakan media
pameran adalah :
a. Media Pameran dibuat yang menarik
b. Guru harus trampil memilih tema,menyusun hasil karya peserta
didik
c. Peserta didik harus menyukai dan mau melaksanakanya.
3. Cara mengatasi kendala yang dihadapi guru dalam menggunakan media
pameran adalah :
Karena jumlah peserta didik cukup banyak yang ingin mengikuti
maka guru mengadakan seleksi karya seni sesuai dengan jenisnya.
Berdasarkan hasil penelitian tindakan kelas ternyata pembelajaran
menggunakan media pameran dapat meningkatkan motivasi, prestasi
pembelajaran.

Dengan

demikian

penerapan

pembelajaran

dengan

menggunakan media pameran dapat dilaksanakan untuk meningkatkan mutu
pembelajaran khususnya seni rupa sehingga dapat meningkatkan motivasi,
prestasi belajar peserta didik.

20

IV.2. Implikasi
Berdasarkan simpulan peneliti yang telah dikemukakan di atas maka dapat diketahui
bahwa penggunaan media pembelajaran yang berupa pameran efektif unuk meningkatkan
minat peserta didik dalam mengikuti pembelajran seni rupa kelas V Sekolah Dasar. Dengan
demikian impliikasi penelitian tindakan kelas ini adalah :
1. Pemanfaatan dan penggunaan media pembelajaran media pameran diteruskan dan
dibiasakan pada setiap guru yang hendak mengajar materi pameran.
2. Pembuatan pameran harus dibuat sebagus mungkin hingga peserta didik tertarik
dan mau mengikuti pameran.
3. Guru harus terampil mengatasi kendala yang ada,sehingga prestasi belajar dapat
tercapai
IV.3. Saran
Dalam akhir pembahasan ini akan disampaikan saran-saran yang mungkin
membawa manfaat yang besar dalam usaha kita meningkatkan mutu pendidikan. Bertolak
dari pembahasan di atas maka saran-saran yang dapat peneliti ajukan adalah :
1. Kepada Kepala Sekolah
a. Kepala Sekolah diharapkan dapat memberikan perhatian dan penugasan
kepada guru agar dalam mengajarnya senantiasa menggunakan metode
pembelajaran yang mengarah pada pembelajaran yang berprinsip PAIKEM.
b. Kepala Sekolah diharapkan selalu memberikan anjuran pada guru agar
senantiasa menggunakan berbagai pendekatan dan metode pengajaran yang
bervariasi dalam mengajar sehingga tidak membosankan dan agar peserta
cenderung untuk aktif.
c. Kepala sekolah hendaknya selalu mengingatkan guru untuk member
pengayaan pada peserta didik yang mempunyai kemampuan lebih dan
memberi remidial pada peserta didik yang mengalami kesulitan dalam
belajar.
d. Menyediakan media pembelajaran yang memadai dan dirancang bagi
peserta didik dan guru atau memakai sesuai dengan kurikulum dan kemajuan
teknologi.

21

e. Ikut mendorong peserta didik untuk belajar dan berprestasi dengan
baik,khususnya dalam mata pelajaran Seni Budaya.
2. Kepada Guru :
a. Agar memilih dan menggunakan media pembelajarn yang lengkap sesuai
dengan topik yang dibahas dalam proses belajar mengajar.
b. Memberikan dorongan /motivasi kepada peserta didik untuk memiliki
cara belajar yang baik.
3. Kepada peserta didik
a. Perlu memperbanyak latihan soal berkaiatan dengan materi belajar
matematika sehingga akan dapat menguatkan kemampuan.
b. Perlunya bertanya pada teman yang lebih pandai dalam mata pelajaran
Seni Budaya agar berhasil dalam belajarnya.

22

DAFTAR PUSTAKA

Sobandi, Bandi, 2013 Penyelenggaraan Pameran di Sekolah
Ida Herawati, Iriaji, 1991/1992 Pendidikan Seni Rupa Jakarta.
Muharam E Warti Sundaryati 1991/1992 Pendidikan Kesenian
Depdikbud Direktorat jendral pendidikan tinggi proyek pembinaan tenaga Direktorat
pendidikan Dasar
Cahyono, Agus. (2002). “ Pameran dan Pergelaran”. Materi dan Pembelajaran Kertakes
SD. Jakarta: Universitas Terbuka.
Chang, R. (1980). “Philosophic Approaches to an Art Psychology”. Commentaries on the
Psychology of Art. Unpublished.
Tersedia: http:// www. lastplace.com/Journal/philosart.htm. [6 Oktober 2005].
Gaitskell, C. D. and Al Hurwitz (1975). Children and Their Art, Method for Elementary
School. Third Edition.Art Education During Adolescence. New York: Harcourt
Brace Jovanovich, Inc.
Jafferson, Blanche. (1969). Theaching Art to Children. Boston: Allyn and Bacon, Inc.
Le Breton, Preston P., Dale A. Henning (1964). Planing Theory. New Jersey: Prentice Hall,
Inc.,
Raharjo Slamet, 2002. Metedologi Pengembangan Kompetensi Mengajar Kesenian Guru
Kelas Sekolah Dasar, Salatiga
Retno Winarni, 2009 . Penelitian Tindakan Kelas Salatiga.
S.R Bambang dkk. 2000. Kertangkes SD Kelas V. Erlangga. Jakarta
Slamet, st.Y, Suwarto,2007. Dasar-dasarMetodologi Penelitian Kualitatif. Surakarta.UNS
Press
g. Syaefudin , Jatmiko, Tejo, Cahyono, Agus. 2002. Pembelajaran senirupa. UT. Jakarta
h. Zakarias Azis, dkk 2009 Pendidikan Seni Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi
Kementrian Pendidikan Nasional

23