MISTIK di LUAR Dan di DALAM (1)

MAKALAH
MISTIK di LUAR Dan di DALAM
Diajukan Sebagai Memenuhi Tugas Mata Kuliah Psikologi Agama

Dosen Pembimbing :
Mardzuqoh

Disusun Oleh:
Elvita Fatchiyyatus Sa’adah

(1112032100051)

FAKULTAS USHULUDDIN DAN FILSAFAT
PERBANDINGAN AGAMA
UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
2013

1

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Islam bukan sekedar agama , islam juga merupakan peradaban, agama akan
mapu memberikan khasanah budaya umum yang bahkan menjadi lebih penting dari
pada unsur etnis atau kedaerahan.
Mistisisme merupakan salah-satu sisi dan pokok bahasan dalam psikologi
agama. Mistisisme dijumpai dalam semua agama, baik agama teistik (Islam,Kristen
dan yahudi) maupun nonteistik (misalnya penganut agama budha)1

.

Tokoh mistik

teistik maupun nonteistik sependapat mengenai arti penting pengalaman yang mereka
anggap murni terhadap salah satu aspek realitas, meskipun barangkali mereka berbeda
jauh dalam pernyataan verbal yang mereka kemukakan mengenai apa yang mereka
persepsikan 2 .
Untuk lebih jelasnya kami pemakalah di dalam pembahasan selanjutnya akan
menjelaskan lebih rinci lagi mengenai mistisisme.
B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian Dari mistisisme dalam psikologi agama itu ?

2. Bagaimana ciri khas atau karakteristik mistisisme itu ?
3. Bagaimana awal mula sejarah perkembangan aliran kepercayaan ?
4. Hal-hal apa saja yang termasuk didalam mistisisme ?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian mistisme dalam psikologi agama
2. Untuk mengetahui ciri khas atau karakteristik mistisisme
3. Untuk mengetahui awal mula sejarah perkembangan aliran kepercayaan
4. Untuk mengetahui apa saja yang termasuk didalam mistisisme

1 Drs Bambang Syamsul Arifin, Psikologi Agama, (Bandung: Pustaka Setia, 2008) cet I, hal. 207
2 (Robert H. Thouless, 1992:219).

2

BAB II
PEMBAHASAN
1. Pengertian Mistisisme dalam Psikologi Agama
Kata mistisisme berasal dari bahasa Yunani Meyein, yang artinya “menutup
mata”. Kata mistik biasanya digunakan untuk menunjukkan hal-hal yang berkaitan
dengan pengetahuan tentang misteri. Dalam arti luas, mistik dapat didefinisikan

sebagai kesadaran terhadap kenyataan tunggal, yang mungkin disebut kearifan,
cahaya, cinta atau nihil 3.
Menurut Prof. Harun Nasution dalam tulisan Orientalis Barat, mistisisme yang
dalam islam adalah tasawuf disebut sufisme, sebutan ini tidak dikenal dalam agamaagama lain, melainkan khusus untuk sebutan mistisisme islam 4. Sebagaimana halnya
mistisisme, tasawuf atau sufisme mempunyai tujuan memperoleh hubungan langsung
dan disadari dengan Tuhan, sehingga disadari benar bahwa seseorang berada dihadirat
Tuhan5.
2. Karakteristik Mistisisme dalam Psikologi Agama
Ciri khas mistisme yang pertama kali yang menarik para ahli psikologi agama
adalah kenyataan bahwa pengalaman-pengalaman mistik atau perubahan-perubahan
atau kesadaran yang mencapai puncaknya dalam kondisi yang digambarkanya sebagai
kemanunggalan gambaran tersebut merupakan pengalaman menyatu dengan tuhan.
Kondisi kesadaran serupa juga dialami oleh tokoh mistik nonteistik (kalangan
para penganut budha). Tokoh mistik teistik maupun non teistik sependapat mengenai
arti penting pengalaman yang mereka anggap sebagai persepsi murni terhadap salah
satu aspek realitas, meskipun ada perbedaan jauh dalam pernyataan verbal yang
mereka gunakan ketika mengemukaan mengenai apa yang mereka persepsikan.
Kondisi kesadaran mistik seperti ini diperoleh melalui kontempalsi dan pengasingan
diri dari kehidupan sosial 6.


3 Jalauddin dan Ramayulis. Pengantar Ilmu Jiwa Agama. Jakarta: Kalam Mulia, 1993, cet. ke-2. Hal 174
4 Drs Bambang Syamsul Arifin, Psikologi Agama..hal 207
5 Prof. Harun Nasution (1973:56)
6 Prof. Dr H jalaluddin, Psikologi agama, (Jakarta: Rajawali Pers, 2010).cet.-14 hal 133-135

3

Sedangkan menurut William James menjelaskan tentang kondisi mistisisme.
Menurutnya, kondisi tersebut ditandai dengan empat karakteristik:
a. Ineffability (tidak dapat diungkapkan), merupakan suatu kondisi yang mustahil dapat
dideskripsikan atau dijabarkan, kondisi tersebut merupakan perasaan (state of feeling)
yang sulit dilakukan pada orang lain dengan detail kata seteliti apa pun.
b. Neotic, yaitu merupakan merupakan suatu kondisi pemahaman sebab bagi para
pelakunya ia merupakan kondisi pengetahuan. Dalam kondisi tersebut tersingkap
hakikat realitas yang baginya merupakan ilham dan bukan pengetahuan demonstratif.
c. Transiency, yaitu merupakan suatu kondisi yang cepat sirna. Dengan kata lain, ia tidak
langsung tinggal lama pada sang sufi atau mistikus, tapi ia menimbulkan kesan-kesan
yang sangat kuat dalam ingatan.
d. Passivity, yaitu merupakan kondisi pasif.
Dari sudut pandang tokoh mistis itu sendiri, pengasingan diri dan kontemplasi

itu adalah dalam upaya menyucikan diri, membersihkan jiwa dari keterikatan akan
kenikmatan materi. Kecenderungan yang demikian itu menampilkan sikap yang
berbeda dari masyarakat umumnya. Penarikan diri dari kehidupan social dengan cara
mengasingkan diri juga dijumpai pada penderita gangguan jiwa.
Mistisisme dalam kajian psikologi agama dilihat dari hubungan sikap dan
perilaku agama dengan gejala kejiwaan yang melatar belakanginya. Jadi bukan dilihat
dari absah tidaknya mistisisme itu berdasarkan pandangan agama masing-masing.
3. Sejarah Perkembangan Aliran Kepercayaan
Manusia dan masyarakat hidup dalam dua lingkungan,yaitu lingkungan alam
dan masyarakat.Lingkungan alam meliputi benda organis yang hidup disekitar
manusia dan lingkungan masyarakat , adalah masa manusia yang berada di sekitarnya.
Dalam kedua macam lingkungan ini manusia mempertahankan dan
mengembangkan hidupnya. Bagi manusia yang kurang pengalaman dan pengetahuan
terpaksa menyerah dalam menghadapi keadaan lingkungan ini dan terpaksa
menyesuaikan diri dengan kehendak keadaan. ,maka timbul dari keinginan mereka
untuk mencari jalan agar pengaruh alam itu tidak merugikan dan membinasakan
mereka. Berdasarkan keadaan sosial budaya yang mereka miliki dicarilah usaha
untuk menguasai alam dengan kekuatan gaib sejalan dengan kekuatan alam yang bagi
mereka merupakan kekuatan gaib.
4


Diciptakanya

mantra-mantra

yang

dianggap

sakti

untuk

menguasai,

menangkal atau membinasakan kekuatan gaib perkembangan itu melibatkan
masyarakat umum dan dan individu yang bersifat umum berkembang menjadi kultus
dan individualis berkembang menjadi perdukunan.
Perkembangan masyarakat pada kenyataan selalu membawa berkas dari
generasi terdahulu. Demikian pula perkembangan kepercayaan dari tahap politeisme

menjadi monoteisme 7.
4. Hal-hal yang Termasuk Mistisisme
A. Ilmu ghaib
Yakni cara-cara dan maksud menggunakan kekuatan-kekuatan yang di duga
ada didalam alam ghaib, yaitu yang tidak dapat diamati oleh rasio dan pengalaman
fisik manusia.
Kekuatan-kekuatan ghaib ini dipercayai ditempat-tempat tertentu, pada benda
pusaka ataupun berada dan menjelma dalam tubuh manusia. Sejalan dengan
kepercayaan tersebut timbullah fetisen, tempat keramat dan dukun sebagai wadah dari
kekuatan ghaib.
Ilmu ghaib memegang peranan dalam keperluan pribadi dan tidak mempunyai
makna yang langsung bagi masyarakat umum.
B. Magis
Ialah suatu tindakan dengan anggapan bahwa kekuatan ghaib bisa
mempengaruhi duniawi secara secara nonkultus dan nonteknis berdasarkan kenangan
dan pengalaman. Orang mempercayai bahwa karenanya orang dapat mencapai suatu
tujuan yang di ingininya dengan tak memperlihatkan hubungan sebab-akibat secara
langsung antara perbuatan dengan hasil yang diingini.

7 Prof. Dr H jalaluddin, Psikologi agama, hal. 135-236


5

Untuk menjelaskan hubungan antara unsur-unsur kebatinan ini, kita
pertentangkan magis ini dengan masalah lain yang erat hubungannya:
1) Magic dan Takhayul
Orang percaya bahwa untuk membunuh seseorang dapat dipergunakan bagian
yang berasal dari tubuh orang dimaksud. Misalkan, membunuh musuh dengan cara
membakar rambut atau kukunya. Tindakan membunuh tersebut adalah magis dan
penggunaan rambut dan kuku sebagai alat pembunuh adalah takhayul.
2) Magis dan Ilmu Ghaib
Contoh diatas jika kita mempercayai maka suatu proses tersebut secara
rasional tergolong ilmu gaib.
3) Magis dan Kultus
Jika dihubungkan dengan kultus, magis merupakan perbuatan yang dianggap
mempunyai kekuatan memaksakan kehendak kepada supernatural (tuhan).
C. Kebatinan
Menurut Prof. Djojodiguno, S.H., berdasarkan hasil penelitiannya di
Indonesia, aliran kebatinan dapat dibedakan menjadi:
1) Golongan yang hendak menggunakan kekuatan ghaib untuk melayani berbagai

keperluan manusia.
2) Golongan yang berusaha untuk mempersatukan jiwa manusia dengan tuhan selama
manusia itu masih hidup agar manusia dapat merasakan dan mengetahui hidup dialam
baka sebelum mengalami kematian.
3) Golongan yang berniat mengenal tuhan dan menembus dalam rahasia ketuhanan
sebagai tempat asal dan kembalinya manusia.
4) Golongan yang berhasrat untuk menempuh budi luhur didunia serta berusaha
menciptakan masyarakat yang saling menghargaidan mencintai dengan senantiasa
mengindahkan perintah-perintah tuhan.
Dalam

praktiknya

golongan-golongan

itu

bercampur

sehingga


sulit

memisahkannya. Oleh karena itu, penggolongan tersebut hanya untuk keperluan
ilmiah. Kebatinan pada umumnya bermaksud untuk menemukan jalan yang dapat
menempatkan manusia pada tempat yang sewajarnya di tengah-tengah masyarakat di
dunia dan juga dalam hubungannya dengan tuhan.

6

D. Tasawuf dan Tarekat
Tasawuf disebut juga mistisme islam memperoleh hubungan langsung dan
disadari dengan tuhan, sehingga disadari benar bahwa seseorang berarti dihadirat
tuhan.
Menurut Harun Nasution, intisari dari mistisisme ialah kesadaran akan adanya
komunikasi dengan tuhan, dengan cara mengasingkan diri dan berkontemplasi.
Tarikat pada mulanya diartikan sebagai jalan yang harus dilalui oleh seorang
sufi dengan tujuan berada sedekat mungkin dengan tuhan. Kemudian, tarikat
mengandung arti organisasi (tarikat) tiap organisasi mempunyai syekh, upacara ritual,
dan zikir serta nama tersendiri.

 Pelaksanaan tarikat diantaranya:
a. Dzikir.
b. Ratib
c. Muzik, yaitu dalam membaca wirid-wirid diiringi bacaan-bacaan supaya lebih
khidmat.
d. Bernapas, yaitu mengatur napas pada waktu melakukan dzikir tertentu 8.

8 Drs Bambang Syamsul Arifin, Psikologi Agama

7

BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Pengertian Mistisisme dalam Psikologi Agama
Kata mistisisme berasal dari bahasa Yunani Meyein, yang artinya “menutup
mata”. Kata mistik biasanya digunakan untuk menunjukkan hal-hal yang berkaitan
dengan pengetahuan tentang misteri.
2. Karakteristik Mistisisme dalam Psikologi Agama
a. Ineffability: Tidak Dapat Diungkapkan. c. Transiency : kondisi yang cepat sirna.
b. Neotic : Kondisi Pemahaman.
d. Passivity : Kondisi Pasif.
3. Sejarah Perkembangan Aliran Kepercayaan
Manusia dan masyarakat hidup dalam dua lingkungan, yaitu lingkungan alam
dan masyarakat. Lingkungan alam meliputi benda organis yang hidup disekitar
manusia dan lingkungan masyarakat , adalah masa manusia yang berada di sekitarnya.
4. Hal-hal yang Termasuk Mistisisme
A. Ilmu ghaib
Kekuatan yang di duga ada didalam alam ghaib, yaitu yang tidak dapat
diamati oleh rasio dan pengalaman fisik manusia.
B. Magis
Suatu tindakan bahwa kekuatan ghaib bisa mempengaruhi duniawi secara
secara nonkultus dan nonteknis berdasarkan kenangan dan pengalaman.
C. Kebatinan
a) Golongan yang hendak menggunakan kekuatan ghaib
b) Golongan yang mempersatukan jiwa manusia dengan Tuhan
c) Golongan yang berniat mengenal tuhan
d) Golongan yang menempuh budi luhur didunia

5. Tasawuf dan Tarekat
Tasawuf disebut juga mistisme islam memperoleh hubungan langsung dan
disadari dengan tuhan, sehingga disadari benar bahwa seseorang berarti dihadirat
tuhan.

8

DAFTAR PUSTAKA
Abdul Qadir Djaelani. 1996, Koreksi Terhadap Ajaran Tasawuf, (Gema Insani Press, Jakarta)
Darajat, Zakiyah. Ilmu Jiwa Agama. Jakarta: Bulan Bintang
Prof. Dr. Jalaluddin. Psikologi Agama. Rajawali Press. Jakarata
Rahardjo, Mudjia . Dkk . 2009 . Filsafat Ilmu . Malang : Uin-Malang Press
Susanto, A . 2011 . Filsafat Ilmu : Suatu Kajian Dalam Dimensi Ontologis, Epistemologis,
dan Aksiologis . Jakarta : Bumi Aksara

9