PENGARUH KOMPRES HANGAT REBUSAN JAHE TER
PENGARUH KOMPRES HANGAT REBUSAN JAHE TERHADAP TINGKAT NYERI
SUBAKUT DAN KRONIS PADA LANJUT USIA DENGAN OSTEOARTHTRITIS
LUTUT DI PUSKESMAS ARJUNA KECAMATAN KLOJEN
MALANG JAWA TIMUR
Hadi Masyhurrosyidi, Kumboyono, Yulian Wiji Utami
ABSTRAK
Masyhurrosyidi, Hadi. 2013. Pengaruh Kompres Hangat Rebusan Jahe terhadap Tingkat
Nyeri Subakut dan Kronis Pada Lanjut Usia dengan Osteoarthtritis Lutut di
Puskesmas Arjuna Kecamatan Klojen Malang Jawa Timur. Tugas Akhir, Jurusan
Keperawatan Fakultas Kedokteran Universitas Brawijaya Malang. Pembimbing: (I)
Ns. Kumboyono, SKp., M.Kep., Sp.Kom. (2) Yulian Wiji Utami, SKp., M.Kes.
Latar belakang : Osteoarthritis lutut merupakan gangguan pada sistem
muskuluskeletal yang ditandai dengan munculnya nyeri sendi dan kekakuan yang
mengakibatkan penurunan kemampuan fisiologis atau kualitas hidup lansia. Prevalensi
Osteoarthritis lutut menurut WHO, (2004) mencapai 151,4 juta jiwa dan 27,4 juta jiwa
berada di Asia Tenggara. Sedangkan di Indonesia mencapai 5% pada usia 61 tahun. Responden di Puskesmas
Arjuna kecamatan Klojen Malang Jawa Timur dengan kasus Osteoarthritis Lutut yang
mengeluh nyeri sejumlah 20 orang, untuk menurunkan angka ini diperlukan keperawatan
lanjut usia dan keluarga untuk meningkatkan kualitas hidup. Tujuan : Penelitian ini
bertujuan untuk mengetahui perbedaan tingkat nyeri subakut dan kronis sebelum dan
sesudah kompres hangat rebusan jahe pada lansia dengan Osteoarthritis Lutut di
Posyandu Lanjut Usia Puskesmas Arjuna Kecamatan Klojen Malang Jawa Timur. Metode
: Penelitian ini menggunakan desain Quasy Eksperiment. Populasi penelitian adalah
semua lanjut usia dengan osteoarthritis lutut yang mengikui posyandu lanjut usia
Puskesmas Arjuna Kecamatan Klojen Malang Jawa Timur yang berjumlah 20 orang yang
diambil secara total sampling, memakai uji statistic Paired Mean Dependent (Uji T - Test)
dengan tingkat signifikansi 0,05. Hasil : Secara keseluruhan ada hubungan yang
bermakna antara tingkat skala nyeri sebelum dan setelah pemberian kompres hangat
rebusan jahe dengan p-value 0.000. Pada data pre dan post treatment di dapatkan
penurunan skala nyeri dari berat ke sedang, dari skala sedang ke rendah dan tidak
mengalami skala nyeri dari rendah ke sedang atau tinggi. Kesimpulan : Ada perbedaan
signifikant tingkat nyeri sebelum dan setelah pemberian kompres hangat rebusan jahe
pada lanjut usia dengan osteoarthritis lutut.
Kata kunci : Kompres Hangat, Jahe, Nyeri, Lanjut Usia, Osteoarthritis Lutut.
1
ABSTRACT
Masyhurrosyidi, Hadi. 2013. The Effectivity Warm Compress Braised Zingers to Pain
Scale Subacute and Chronics for Elderly with Knee Osteoarthtritis at Puskesmas
Arjuna Districs Klojen Malang Jawa Timur. Final Assignment. Study Programe
Nursing Study of Medical Faculty of Brawijaya University in Malang. Supervisors :
(1) Ns. Kumboyono, SKp., M.Kep., Sp.Kom. (2) Yulian Wiji Utami, SKp., M.Kes.
Background : Knees Osteoarthritis represent trouble to muskuluskeletal system
thats sign with growth up joint pain and stiff to result decrease to ability physiologys or
quality of life in elderly. Prevalensi of Knees Osteoarthritis according WHO, (2004) get’s
up 151,4 million people and 27,4 million people at di Souteast Asia. But in the Indonesia
get 5% in age less than 40 years old, 30% in age 40-60 years and 65% in age more than
61 years and also knee oateoarthritis in radiology more hight that is get 15,5% for man
and 12,7% for woman (Dewi, 2009). at Puskesmas Arjuna Districs Klojen Malang East
Java in years 2012 get 31 case of knee osteoarthritis and patient elderly with knee
osteoarthritis who identifying with criteria inclusi, eksclusi and have handsign inform
counten amouts 20 people. For decrease incident, need health care system and family
but if had happen, need some caring for elderly and family to increase quality of life.
Purpose : The search have purpose for to know differents pain scale subacute and
chronics before and after treatment warm compress braised zinger in elderly with knees
Osteoarthritis at Posyandu Elderly Puskesmas Arjuna Districs Klojen Malang East Java.
Method : This’s search used Quasy Eksperiment Design. The population of search is all
of elderly with knees osteoarthritis who following posyandu elderly Puskesmas Arjuna
Districs Klojen Malang East Java that amounts 20 peoples yang have taked in total
sampling, get used test statistic Paired Mean Dependent (Uji T - Test) with scale of
signifikansi 0,05. Result : in all be corelation that’s significant between level pain scale
before and after treatment warm compress braised zingers with p-value 0.000. In the data
pre and post treatment in the earning decrease pain scale from severe to moderate, from
scale moderate to mild and nothing experienced pain scale from mild to moderate or
severe. Summary : it’s different that significant to level pain scale before and after give
intervention warm kompress braised zinger for elderly with knees osteoarthritis.
Key word : Warm Compress, Zingers, Pain, Elderly, Knees Osteoarthritis.
2
PENDAHULUAN
a. Latar Belakang
Prevalensi osteoarthritis pada
lanjut usia setiap tahunnya selalu
mengalami peningkatan. Menurut
organisasi kesehatan dunia WHO,
(2004)
prevalensi
penderita
osteoarthritis di dunia pada tahun
2004 mencapai 151,4 juta jiwa dan
27,4 juta jiwa berada di Asia
Tenggara. Angka osteoarthritis total di
Indonesia 34,3 juta orang pada tahun
2002. Pada tahun 2007 mencapai
36,5 juta orang dan 40% dari populasi
usia di atas 70 tahun menderita
osteoarthritis dan 80% mempunyai
keterbatasan gerak dalam berbagai
derajat dari ringan sampai berat
(Tangtrakulwanich,
2006).
Di
Indonesia, prevalensi osteoartritis
mencapai 5% pada usia 61
tahun
serta
osteoarthritis lutut secara radiologis
cukup tinggi yaitu mencapai 15,5%
pada pria dan 12,7% pada wanita
(Dewi S.K, 2009).
Usia lanjut menderita cacat
sekitar 1 sampai 2 juta orang karena
masa
mendatang
dampak
osteoarthritis akan lebih besar dengan
semakin bertambahnya populasi usia
lanjut karena osteoartritis dipengaruhi
oleh faktor-faktor resiko yaitu umur
(proses
penuaan),
genetik,
kegemukan, cidera sendi, pekerjaan,
olah raga, anomali anatomi, penyakit
metabolik dan penyakit inflamasi
sendi (Soeroso, 2006). Hadono dan
Kusworini
pada
tahun
2000,
melaporkan
bahwa
prevalensi
osteoarthritis di Malang pada usia di
bawah 70 tahun cukup tinggi yaitu
6,2% pria dan 15,5% wanita.
Osteoarthtritis
menimbulkan
berbagai masalah kesehatan yaitu
penurunan kemampuan fisiologis,
perubahan psikologis, keterbatasan
interaksi social, keterbatasan dalam
melaksanakan kebutuhan spiritual
dan menurunnya produktivitas kerja
(DEPSOS
RI,
2006).
Masalah
ekonomi, psikologi dan sosial dari
osteoarthritis sangat besar, tidak
hanya untuk penderita tetapi juga
keluarga dan lingkungan (Conaghan,
2008).
Masalah fisiologis pada lanjut
usia dengan osteoarthtritis adalah
nyeri (Potter, 2005). Nyeri pada
osteoarthritis
disebabkan
oleh
synovial dan degradasi kartilago
berkaitan dengan degradasi kolagen
dan proteoglikan oleh enzim autolitik
seluler. Secara makroskopis tampak
iregularitas pada permukaan tulang
rawan yang dilanjutkan dengan
ulserasi dan penurunan kandungan
glikosaminoglikan yang terdiri dari
kondroitin sulfat, keratin sulfat dan
asam hialuronat terjadi fibrilasi atau
iregularitas oleh karena mikrofraktur
pada permukaan rawan sendi yang
memiliki serabut saraf C berdiameter
kecil tidak bermielin-nocireseptor.
Nocireseptor ini mampu melepaskan
substansi P dan calcitonin gene
related peptide (CGRP) menstimulasi
respon nyeri dan inflamasi (Brunner
dan Suddart, 2010).
Dampak
nyeri
pada
osteoarthritis
adalah
penurunan
kualitas
harapan hidup
seperti
kelelahan yang demikian hebatnya,
menurunkan rentang gerak tubuh dan
nyeri pada gerakan. Kekakuan
bertambah berat pada pagi hari saat
bangun tidur, nyeri yang hebat pada
awal gerakan akan tetapi kekuan tidak
berlangsung lama yaitu kurang dari
seperempat jam. Kekakuan di pagi
hari menyebabkan
berkurangnya
kemampuan gerak dalam melakukan
3
gerak ekstensi, keterbatasan mobilitas
fisik dan efek sistemik yang
ditimbulkan adalah kegagalan organ
dan kematian (Price. S.A, 2005).
Terapi yang diberikan untuk
mengatasi nyeri baik serangan
subakut dan kronis pada lanjut usia
dengan osteoarthritis adalah terapi
farmakologi dari golongan analgesik
dan antiinflamasi seperti Non Steroid
Anti Inflamatory Drugs (NSAIDs) dan
Disease Modifying Antirheumatoid
Drugs
(DMARDs)
(Brunner
&
Suddarth, 2010). Efektifitas terapi
farmakologi
tersebut
bertujuan
mengatasi nyeri sendi akibat inflamasi
yang sering dijumpai, melindungi
sendi dan tulang dari proses destruksi
(WHO, 2010).
Kekurangan terapi farmakologi
dari
golongan
analgesik
dan
antiinflamasi seperti NSAID dan
DMARD dapat memperberat kondisi
osteoarthritis karena konsumsi dalam
jangka waktu lama yang merupakan
faktor penyebab morbiditas dan
mortalitas
utama
(Brunner
&
Suddarth,
2010).
NSAID
tidak
memiliki
khasiat
yang
dapat
melindungi rawan sendi dan tulang,
efek analgesiknya lemah, tidak
menghentikan
kerusakan
musculoskeletal
(WHO,
2010).
Kekurangan terapi NSAID pada
sistem organ yang lain dapat
menyebabkan erosi mukosa lambung,
ruam atau erupsi kulit, menimbulkan
nekrosis papilar ginjal, gangguan
fungsi trombosit dan meningkatkan
tekanan darah (Brunner & Suddarth,
2010).
Efektifitas kompres hangat
meningkatkan aliran darah untuk
mendapatkan efek analgesik dan
relaksasi otot sehingga proses
inflamasi berkurang (Lemone &
Burke, 2001). Terapi kompres hangat
dilakukan pada stadium subakut dan
kronis pada osteoarthritis untuk
mengurangi
nyeri,
menambah
kelenturan
sendi,
mengurangi
penekanan (kompresi) dan nyeri pada
sendi,
melemaskan
otot
dan
melenturkan jaringan ikat (tendon
ligament extenbility) (Junaidi, 2006).
Penelitian tentang kompres hangat
pada osteoarthritis telah dilakukan
oleh
Andrea,
(2002)
meneliti
pengaruh kompres hangat terhadap
nyeri pada lanjut usia dengan
osteoarthritis
di
Rumah
Sakit
Rehabilitasi Medik Semarang untuk
mendapatkan efek analgetik dan
relaksasi otot untuk mengontrol dan
megatasi nyeri sehingga keluarga
mampu memberikan perawatan dasar
lanjut usia di rumah.
Kandungan jahe bermanfaat
untuk mengurangi nyeri osteoarthritis
karena jahe memiliki sifat pedas, pahit
dan aromatic dari oleoresin seperti
zingeron, gingerol dan shogaol.
Oleoresin
memiliki
potensi
antiinflamasi dan antioksidan yang
kuat. Kandungan air dan minyak tidak
menguap pada jahe berfungsi sebagai
enhancer yang dapat meningkatkan
permeabilitas oleoresin menembus
kulit tanpa menyebabkan iritasi atau
kerusakan hingga ke sirkulasi perifer
(Swarbrick dan Boylan, 2002).
.Penelitian tentang manfaat
jahe adalah Jolad, (2004) meneliti
kandungan rizoma jahe segar dan
Wohlmuth, (2005) meneliti kandungan
zat aktifnya dari oleoresin yang terdiri
dari
gingerol,
songaol
dan
zingeberence
yang
merupakan
homolog dari fenol melalui proses
pemanasan. Degradasi panas dari
gingerol menjadi gingerone, shogaol
dan kandungan lain terbentuk dengan
pemanasan rimpang kering dan segar
pada suhu pelarut air 100oC
4
(Badreldin, 2007). Komponen jahe
mampu menekan inflamasi dan
mampu mengatur proses biokmia
yang mengaktifkan inflamasi akut dan
kronis seperti osteoarthritis dengan
menekan pro-inflamasi sitokinin dan
cemokin
yang
diproduksi
oleh
sinoviosit, condrosite, leukosit dan
jahe
ditemukan
secara
efektif
menghambat
ekspresi
cemokin
(Phan, 2005).
b. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang
masalah di atas maka rumusan
masalahnya
adalah
“Adakah
pengaruh kompres hangat rebusan
jahe terhadap tingkatan nyeri subakut
dan kronis pada lanjut usia dengan
Osteoarthritis Lutut di Puskesmas
Arjuna Klojen Malang Jawa Timur?”
c. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah
untuk mengetahui pengaruh kompres
hangat rebusan jahe terhadap tingkat
nyeri subakut dan kronis pada lanjut
usia dengan Osteoarthritis lutut.
d. Manfaat Penelitian
Manfaat penelitian ini secara
teoritis
untuk
menambah
pengetahuan
baru
terhadap
pengembangan tindakan keperawatan
dalam
memberikan
asuhan
keperawatan yang berkualitas pada
lanjut usia dan keluarga terutama
lanjut usia dengan osteoarthritis lutut
dan secara praktis sebagai dasar
untuk memberikan perawatan kepada
lanjut usia dan keluarga dengan
osteoarthritis mengenai pentingnya
kompres
hangat
rebusan
jahe
sehingga dapat meningkatkan kualitas
asuhan keperawatan pada lanjut usia.
METODE PENELITIAN
Penelitian
ini
menggunakan
Quasy Eksperiment Design dengan
rancangan one group pretest-posttest
artinya responden di observasi tingkat
nyeri sendi lutut sebelum dan setelah
diberikan kompres hangat rebusan jahe.
Populasi lanjut usia dengan
osteoarthritis lutut di Posyandu Lanjut
usia RT.03 Kelurahan Penanggungan
binaan Puskesmas Arjuna Kecamatan
Klojen Malang Jawa Timur terhitung
pada bulan Desember berjumlah 31
orang.
Peneliti menggunakan teknik total
sampling. Peneliti mengumpulkan data
selama dua hari yaitu data sekunder
lanjut usia dengan osteoarthritis lutut dari
Puskesmas
Arjuna
dan
peneliti
melakukan anamnese kepada lanjut usia
dengan
osteoarthritis
lutut
saat
Posyandu untuk mengetahui keluhan
nyeri yang di alami. Lanjut usia dengan
osteoarthritis lutut yang mengalami nyeri
yang mengikuti kegiatan Posyandu
Lanjut Usia di RW. 03 Kelurahan
Penanggungan pada Puskesmas Arjuna
Kecamatan Klojen Malang Jawa Timur
berjumlah 31 orang. Responden yang
memenuhi kriteria inklusi dan kriteria
eksklusi sebanyak 27 orang. Responden
yang memenuhi kriteria inklusi, kriteria
eksklusi dan menandatangai lembar
inform counsent sebanyak 20 orang dan
bersedia mengikuti penelitian.
Penelitian
dilakukan
dengan
mengobservasi tingkat nyeri pada
osteoarthritis lutut sebelum dan setelah
pemberian kompres hangat rebusan jahe
selama 4 hari berturut-turut selama 20
menit dengan mengunakan Visual
Analog Scale (VAS).
HASIL PENELITIAN
Penelitian pengaruh kompres
hangat rebusan jahe terhadap tingkat
nyeri
pada
lanjut
usia
dengan
osteoarthritis lutut di RT.03 Posyandu
Penanggungan
Puskesmas
Arjuna
Kecamatan Klojen Malang Jawa Timur
5
telah dilaksanakan pada tanggal 3-7
Desember 2012.
a. Karakteristik responden
Usia responden paling banyak
adalah lanjut usia 55-70 tahun
sejumlah 16 responden atau sebesar
80%. Jenis kelamin responden paling
banyak adalah wanita sejumlah 17
orang atau sebesar 85%. Kebiasaan
merokok responden sebanyak 18
orang atau 90% responden tidak
merokok.
Indeks
masa
tubuh
responden terhadap tingkat penyakit
rendah sejumlah 5 responden atau
sebesar 25% dan sedang sejumlah 15
responden atau 75%. Responden
yang mengalami trauma sebanyak 15
responden atau sebesar 75% dan
tidak mengalami trauma sebanya 5
orang atau sebesar 25%. Aktivitas
responden
sebagai
pedagang
sejumlah 8 responden (40%), sebagai
IRT 6 (30%) responden, sebagai
karyawan 4 responden (20%) dan
swasta sebanyak 2 responden atau
sebesar (10%). Kebiasaan olah raga
yang dilakukan responden adalah
sebanyak 17 responden yaitu sebesar
85%.
b. Kompres hangat rebusan jahe
Responden yang mendapat
kompres di lutut kanan sebanyak 13
responden yaitu sebesar 65%, lutut
kiri 4 responden atau sebesar 20%,
lutut kanan dan kiri sebanyak 3
responden sebesar 15%. Responden
yang minum obat tidak teratur
sebanyak 15 responden atau sebesar
75% dan responden yang mengalami
nyeri lutut dengan osteoarthritis lebih
dari 6 bulan sebanyak 12 responden
yaitu sebesar 60%.
c. Tingkat nyeri sebelum dan sesudah
kompres hangat rebusan jahe
Skala
nyeri
sendi
yang
mengalami
penurunan
pada
responden osteoarhtritis lutut post
tindakan adalah 100%. Pada tabel
hasil penelitian, skala nyeri sendi
pada data pre tertinggi adalah skala 8
sebanyak 2 responden sedangkan
pada post adalah skala 5.
d. Pengaruh Kompres hangat rebusan
jahe terhdap nyeri
Analisa bivariate digunakan
untuk mengetahui apakah ada
pengaruh pemberian kompres hangat
rebusan jahe terhadap tingkat nyeri
subakut dan kronis pada lanjut usia
dengan
Osteoarthritis
dan
menjelaskan karakteristik responden
yaitu usia, jenis kelamin dan tingkat
penurunan
nyeri
dengan
menggunakan Uji T (T-Test) : Uji
Beda Dua Mean Dependent (Paired
Sample
Test)
dengan
batas
kemaknaan (nilai alpha) sebesar 5%.
Dari
hasil
uji
statistic
didapatkan p value (α) = 0,000,
dengan tingkat kepercayaan 95 %
atau = 0,05 berarti p Value < alpha
yang artinya Ho di tolak sehingga
dapat disimpulkan bahwa terdapat
perbedaan rerata skala nyeri sendi
yang
bermakna
antara
klien
osteoarthritis lutut sebelum pemberian
kompres hangat rebusan jahe dengan
setelah diberikan kompres hangat
rebusan jahe dan dapat disimpulkan
bahwa
hipotesisnya
terdapat
pengaruh kompres hangat rebusan
jahe terhadap perubahan nyeri sendi
pada klien osteoarthritis lutut.
PEMBAHASAN
a. Kompres hangat rebusan jahe
Kompres hangat rebusan jahe
di berikan pada lutut sebelah kanan
dan/atau kiri yang mengalami nyeri,
responden yang mendapat terapi obat
dan lama nyeri yang dirasakan lanjut
usia
sebanyak
20
responden.
Pemberian tindakan kompres hangat
6
rebusan jahe tersebut sesuai dengan
prosedur
pelaksanaan
tindakan
kompres. Responden yang mendapat
kompres di lutut kanan sebanyak 13
responden yaitu sebesar 65%, lutut
kiri 4 responden atau sebesar 20%,
lutut kanan dan kiri sebanyak 3
responden sebesar 15%. Responden
yang minum obat tidak teratur
sebanyak 15 responden atau sebesar
75% dan responden yang mengalami
nyeri lutut dengan osteoarthritis lebih
dari 6 bulan sebanyak 12 responden
yaitu sebesar 60%.
Nyeri
osteoarthritis
tersembunyi pada saat onset tetapi
muncul secara progresif. Nyeri ini
merupakan
campuran
berbagai
macam nyeri/penyakit dari beberapa
struktur (tulang, synovial, ligament
dan kapsul otot) pasien sering sulit
menjelaskan nyerinya terdapat pada
saat istirahat dan nyeri bertambah
dengan aktivitas terutama pada
penumpu berat badan. Malam hari
nyeri bertambah (berkaitan dengan
suhu
tubuh)
sehingga
terjadi
peningkatan
aliran
darah
dan
stimulasi
pada
reseptor
nyeri
(Thomas, 2005).
Pemberian kompres hangat
rebusan jahe di lakukan oleh peneliti
berdasarkan prosedur pada stadium
subakut dan kronis untuk mengurangi
nyeri, menambah kelenturan sendi,
melemaskan otot dan melenturkan
jaringan
ikat
(tendon
ligament
extenbility).
b. Tingkat nyeri
Skala nyeri sendi pada data
pre tertinggi adalah skala 8 sebanyak
2 responden yaitu skala nyeri yang
sangat
mengganggu
aktivitas
responden. Pada data post tertinggi
adalah skala nyeri 5.
Nyeri pada Osteoarthritis Lutut
merupakan
campuran
berbagai
macam nyeri/penyakit dari beberapa
struktur (tulang, synovial, ligament
dan kapsul otot) pasien sering sulit
menjelaskan nyerinya terdapat pada
saat istirahat dan nyeri bertambah
dengan aktivitas terutama pada
penumpu berat badan. Malam hari
nyeri bertambah (berkaitan dengan
suhu
tubuh)
sehingga
terjadi
peningkatan
aliran
darah
dan
stimulasi
pada
reseptor
nyeri
(Thomas, 2005).
Hasil penelitian ini mendukung
penjelasan teori-teori yang sudah ada.
Penderita
osteoarthritis
lutut
mengalami nyeri sendi pada tingkat
skala nyeri 8 yang dapat mengganggu
aktivitas sehari-hari penderita tetapi
masih bisa dikontrol.
c. Pengaruh kompres hangat rebusan
jahe terhadap tingkat nyeri
Dari hasil analisa data dengan
program SPSS for windows versi 17.0
menggunakan
Hasil
pengukuran
tingkat nyeri dilakukan Uji T (t-test) :
Uji Beda Dua Mean Dependent
(Paired Sample Test) dengan batas
kemaknaan (nilai alpha) sebesar 5%
untuk mengetahui kekuatan pengaruh
kompres
hangat
rebusan
jahe
terhadap penurunan tingkat nyeri
pada lanjut usia dengan osteoarthritis
menghasilkan rata-rata (mean) skala
nyeri
sendi
sebelum
diberikan
kompres hangat sebesar 2,20 dengan
standar deviasi 0,523. Rata-rata skala
nyeri sendi setelah diberikan kompres
hangat sebesar 1,25 dengan standar
deviasi 0,444.
Dari
hasil
uji
statistic
didapatkan p Value (α) = 0,000,
dengan tingkat kepercayaan 95 %
atau = 0,05 berarti p Value < alpha
yang artinya Ho di tolak sehingga
dapat disimpulkan bahwa terdapat
perbedaan rerata skala nyeri sendi
yang bermakna antara klien dengan
7
osteoarthritis lutut sebelum pemberian
kompres hangat rebusan jahe dengan
setelah diberikan kompres hangat
rebusan jahe dan dapat disimpulkan
bahwa hipotesisnya terdapat pengaruh
kompres hangat rebusan jahe terhadap
perubahan nyeri sendi pada klien lanjut
usia dengan osteoarthritis lutut.
KESIMPULAN
Skala nyeri sebelum kompres
hangat rebusan jahe pada lanjut usia
dengan osteoarthritis lutut dipengaruhi
oleh berbagai faktor seperti usia, jenis
kelamin, merokok, Basal Metabolic Index
(BMI),
aktivitas,
lama
penyakit,
mendapatkan terapi dan riwayat trauma
lutut.
Skala nyeri sendi pada data pre
tertinggi adalah skala 8 sebanyak 2
responden yaitu skala nyeri yang sangat
mengganggu
aktivitas
responden
sedangkan skala nyeri pada data post
tertinggi adalah skala 5 sehingga secara
keseluruhan penurunan skala nyeri di
dapatkan data rata-rata penurunan skala
nyeri yaitu sebesar 2,75. Pengukuran
skala nyeri, didapatkan skala nyeri
rendah yaitu sejumlah 1 respoden (5%).
Nyeri sedang menjadi nyeri rendah
sejumlah 12 responden (10%) dan tetap
sebanyak 2 responden (10%). Nyeri
berat menjadi nyeri rendah sebanyak 2
responden
(10%),
nyeri
sedang
sebanyak 3 responden (15%).
Dari hasil uji statistic didapatkan p
Value (α) = 0,000 dengan tingkat
kepercayaan 95 % atau = 0,05 berarti
p Value < alpha yang artinya Ho di tolak
sehingga dapat disimpulkan bahwa
terdapat pengaruh kompres hangat
rebusan jahe terhadap penurunan tingkat
nyeri sendi pada klien lanjut usia dengan
osteoarthritis lutut.
SARAN
Perlu
dilakukan
penelitian
lanjutan pada lanjut usia dengan
osteoarthritis dengan Design True
Eksperiment yang dilakukan secara
langsung
dengan
mempehatikan
populasi dan sample, teknik randomisasi
sehingga penelitian menjadi lebih baik
dan hasil data yang didapatkan lebih
valid.
Komponen jahe berupa zat aktif
dari oleoresin jahe yang terdiri dari
gingerol, songaol dan zingeberence
harus diperhatikan peneliti dengan
pemilihan
rimpang
jahe,
proses
pengolahan jahe dan pelaksanaan
kompres hangat rebusan jahe kepada
responden meskipun kandungan air dan
minyak tidak menguap pada jahe
berfungsi sebagai enhancer yang dapat
meningkatkan permeabilitas oleoresin
menembus kulit tanpa menyebabkan
iritasi atau kerusakan permanen struktur
permukaan kulit dan bahan yang baik
untuk berdifusi melalui epidermis dan
lapisan-lapisan kulit hingga ke sirkulasi
perifer.
Penggunaan alat dan bahan
kompres hangat rebusan jahe yang
dikontrol ketat seperti penggunaan kain
kompres yang mampu mempertahankan
suhu terapi pada suhu 40oC sehingga
efek terapi hangat dan perpindahan
panas akibat paparan langsung kulit
dengan benda-benda yang ada di sekitar
tubuh menjadi lebih efektif dan efisien.
Pemberian terapi farmakologi
menyebabkan tingkat efektifitas kompres
hangat rebusan jahe pada lanjut usia
dengan osteoarthritis lutut akan menjadi
tidak
jelas
sehingga
penelitian
selanjutnya
menggunakan
metode
pernbandingan tingkat efektivitas terapi
farmakologi dengan kompres hangat
rebusan jahe terhadap tingkat nyeri pada
lanjut usia dengan osteoarthritis lutut.
8
DAFTAR PUSTAKA
Abbate Lauren M., Stevens June, Schwartz Todd A., et al. (2006). Anthropometric
Measures, Body Composition, Body Fat Distribution, and Knee Osteoarthritis in
Women. The North American Association for the Study of Obesity, 14 : 1274-1281.
Amin, Niu Jingbo, Hunter David, et al. Smoking Worsens Knee Osteoarthritis. News
Center Oklahoma City, Oklahoma USA, 2006 : 1-4.
Anonim, (2004), Penyusunan Pedoman Penelitian Obat Bahan Alam. Pusat Riset Obat
dan Makanan, Badan POM. Jakarta.
Anonim. (2002). Profil Komoditi Jahe. Direktorat Jenderal Bina Pengolahan dan
Pemasaran Hasil Pertanian. Departemen Pertanian. Jakarta.
Anonim. (2007). Arthritis Research & Therapy. (www.http/arthritis research &
therapy)[12September.2010].http://medicastore.com/penyakit/489/Divertikulosis.ht
ml.[10 September. 2010].
Anonymous, (2007). Tanaman Obat Indonesia (Jahe). www.IPTEKnet.com diakses 18
Desember 2007.
Ansel, H. C., (2009), Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi, Edisi VIII. Penerbit Universitas
Indonesia. Jakarta.
Arthritis Research Campaign, (2009). Osteoarthritis and obesity. ARC Epidemiology
Research Unit, University of Manchester Medical School, Oxford, United Kingdom.
Badreldin. (2007). Some Phytochemical, Pharmacological, and Toxikological Properties of
Ginger (Zingiberaceae Officinaleae Roscoe) : A Review Of Recent Research.
Sience Direct, Elsevier.
Brunner & Suddarth. (2010). Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta : EGC.
Candra, Syafei. (2010). Permasalahan Penyakit Rematik Dalam Sistem Pelayanan
Kesehatan. (Bone and Joint Decade). http://health.detik.com.
Carpenito, Lynda Juall. (2000). Diagnosa dan Perencanaan Tindakan Keperawatan.
Jakarta : EGC.
Carter MA. (2006). Osteoartritis. In : Price SA, Wilson LM. Patofisiologi : Konsep Klinis
Proses-Proses Penyakit. 6th ed. Jakarta : EGC. p. 1380-4.
Conaghan, P.G., Dickson, J., dan Grant, R.L., (2008). Care And Management Of
Osteoarthritis In Adults: Summary of NICE guidance. British Medical Journal.
http://muse.jhu.edu/journals/journal_of_democracy/related/v019/19.2conaghan.ht
ml. [diakses pada tanggal 13 Maret 2010].
Corwin, E. (2009). Buku Saku Patofisiologi. EGC : Jakarta.
Demir, Yurdanur. (2012). Non-Pharmacological Therapies in Pain Management, Abant
İzzet Baysal University, Bolu Health Sciences High School, Turkey, diakses
http://cdn.intechopen.com/pdfs/26152/InTechNon_pharmacological
therapies_in_pain_management pada 7 Mei 2012.
9
Departemen Sosial RI. (2006). Pedoman Pendampingan dan Perawatan Lanjut Usia di
Lingkungan Keluarga (Home Care). Jakarta : ECG.
Departemen Sosial RI. (2006). Standarisasi Perlindungan Sosial dan Aksebilitas Lanjut
Usia. Jakarta : DEPSOS RI.
Dewi SK. (2009). Osteoarthritis : Diagnosis, Penanganan dan Perawatan Di Rumah.
Fitramaya : Yogyakarta.
Dieppe Paul A., Lohmander L. Stefan. (2005). Pathogenesis and Management of Pain in
Osteoarthritis. The Lancet, 365 : 965-973.
Felson D.T, Zhang Y., Hannan M.T., et al. (1995). The Incidence and Natural History of
Knee Osteoarthritis in the Elderly : The Framingham Osteoarthritis Study. Arthritis
Rheumatology ; 38 : 1500 – 1505.
Felson D.T., Osteoarthritis New Insights. (2000). The Disease and Its Risk Factors. Part 1.
Ann Intern Med, 133 : 637-639.
Felson D.T., Osteoarthritis New Insights. Part 1 : The Disease and Its Risk Factors. Ann
Intern Med, 2000; 133 : 637 – 639.
Felson D.T., Zhang Y. (1998). An Update on the Epidemiology of Knee and Hip
Osteoarthritis with a View to Prevention. Arthritis Rheumatology ; 41 : 1343 –
1355.
Gleadle J. (2007). Sistem Muskulosketal Dalam At A Glance, Anamnesis dan
Pemeriksaan Fisik. Alih bahasa, Rahmalia A. Jakarta. Penerbit Erlangga.
Graf, C. (2006). Functional Decline in Hospitalized Older Adults, American Journal
Nursing, 106 (1) : 58-67.
Greenberg Raymond S., Daniels Stephen R., Flanders W. Dana, et al. (2005). Case –
Control Studies. In : Medical Epidemiology. Fourth Edition. New York : Lange
Medical Books / McGraw – Hill, 147-154.
Greenspan A. (2000). Orthopedic Radiology : A Practical Approach. 3rd ed. Philadelphia:
Lippincott Williams and Wilkins. p. 427.
Gunawan SG. (2007). Farmakologi dan Terapi. Ed 5. Jakarta. Gaya Baru; .h.210246,766-7.
Hapsari, D. (2000). Identifikasi dan Kajian Keamanan Mikrobiologi Produk-Produk
Minuman Sari Jahe Yang Beredar Di Sekitar Kota Bogor. Teknologi Pangan dan
Gizi, Fakultas Teknologi Pertanian, Institut Pertanian Bogor, Bogor.
Heong, ST. (2004). Pain and Nociception. [cited 2010 November 15] : Available from :
www.answers.com/topic/pain-and-nociception.
Hidayat, Mohammad. (2008). Stres Oksidatif sebagai Faktor Risiko Kerusakan Tulang
Rawan Sendi. dalam Temu Ilmiah Reumatologi. Jakarta.
Hidayat, Musrifatul. (2008). Keterampilan Dasar Praktik Klinik untuk Kebidanan. Jakarta :
Salemba Medika.
Hunter D.J., March L., Sambrook P.N. (2002). Knee Osteoarthritis : The Influence of
Environmental Factors. Clinical Exp Rheumatology ; 20 : 93 – 100.
10
Junaidi. (2006). Ramatik dan Asam Urat. PT: Bhuana Ilmu Populer Kelompok Gramedia.
Jakarta.
Katzung BG, (2002). Farmakologi Dasar dan Klinik. Penerbit Salemba Merdeka, Jakarta,
hal.449-465.
Kenneth et al. (2003). Osteoarthritis. Edisi 2. New York : oxford university Press Inc. New
York
Kesumamaningati. (2009). Pustaka Artikel Taksonomi dan Morfologi Tanaman Jahe. IPB
Press. Bogor.
Klippel John H., Dieppe Paul A., Brooks Peter, et al. (1994). Osteoarthritis. In :
Rheumatology. United Kingdom : Mosby – Year Book Europe Limited : 2.1 – 10.6.
Kozier dan Erb’s. (2009). Buku Ajar Praktik Keperawatan Klinis. Edisi 5.EGC : Jakarta.
Kozier, B., Erb, G. and Blais, K., (2004). Fundamental of Nursing, Concepts,Process and
Practice, Addison Wesley Publishing, California.
Kusumaastuti, P (2008). Hidroterapi Pulihkan Otot dan Sendi yang Kaku. Dari
www.indospritual.com. pada tanggal 7 Mei 2008.
Laksmi BVS and Sudhakar M, (2010). Protective Effect of Zingiber Officinale on
Gentamicin - Induced Nephrotoxicity in Rats, Int. J. Pharmacol.
Lau E.C., Cooper C., Lam D., Chan V.N.H., Tsang K.K., Sham A. (2000). Factors
Associated with Osteoarthritis of the Hip and Knee in HongKong Chinese: Obesity,
Joint Injury, and Occupational Activities. American Journal Epidemiology,; 152 :
855 – 862.
Lau E.C., Cooper C., Lam D., Chan V.N.H., Tsang K.K., Sham A. (2000). Factors
Associated with Osteoarthritis of the Hip and Knee in Hong Kong Chinese:
Obesity, Joint Injury, and Occupational Activities. American Journal Epidemiology.
152 : 855-862.
Lemone & Burke, (2001). Medical Surgical Nursing; Critical Thinking in Client Care, Third
Edition, California : Addison Wesley Nursing.
Maetzel A., Makela M., Hawker G., et al. (1997). Osteoarthritis of the Hip and Knee and
Mechanical Occupational Exposure : A Systematic Overview of the Evidence,; 24 :
599 – 607.
Muchlisah, F., (2005), Tanaman Obat Keluarga, 1-3, Cetakan ke-4, Penerbit. Swadaya,
Jakarta.
Noer. Sjaefoellah. (2001). Ilmu Penyakit Dalam. Jakarta. FKUI : Balai Penerbitan.
Notoatmojo, Soekidjo. (2005). Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta. PT. Rineka
Cipta.
Nugroho, Wahyudi. (2000). Perawatan Gerontik. EGC. Jakarta.
Nursal. (2006). Bioaktifitas Ekstrak Etanol Jahe (Zingiber officinale Roxb). Volume 2.
Program Studi Pendidikan Biologi FKIP UNRI : Riau.
11
Nursalam & Siti Pariani. (2001). Pendekatan Praktis Metodologi Riset Keperawatan.
Jakarta : CV. Sagung Seto.
Nursalam. (2003). Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan.
Jakarta. Salemba Medika.
Nursalam. (2008). Pendekatan Praktis Metodologi Riset Keperawatan, CV. Infomedika,
Jakarta.
Oliveria S.A., Felson D.T., Reed J.L., et al. (1995). Incidence of Symptomatic Hand, Hip
and Knee Osteoarthritis among Patients in a Health Maintenance Organization.
Arthritis Rheum ; 38 : 1134 – 1141.
Paimin, Farry B. dan Murhananto. (2008). Budidaya, Pengolahan dan Perdagangan Jahe.
PT Penebar Swadaya, Anggota IKAPI, Jakarta.
Parjoto, S. (2000). Assesment Fisioterapi pada OA Sendi Lutut, TITAFI XV, Semarang.
Patrick, Horay. (2002). Buku Pintar Terapi Air Panas. Jakarta : Restu Agung dan
Taramedia.
Phan, P.V., Sohrabi, A., Polotsky, A. (2005). Ginger Extract Components Suppress
Induction Of Chemokine Expression In Human Synoviocytes. J. Altern.
Complement. Med. 11, 149–154.
Poole A.R. (2001). Cartilage in Health and Disease In : arthritis and Allied Condition. Text
Book of Rheumatology. 4th edition. Editor : koopman W.J. Lippncol Williams &
Wilkins. Philadelphia.
Potter. (2005). Buku Ajar Fundamental Keperawatan. Jakarta : EGC.
Price, Sylvia Anderson. (2005). Patofisiologi Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit Edisi
4. Jakarta : EGC.
Rani A. (2009). Panduan Pelayanan Medic Osteoarthritis. Jakarta : PB. PAPDI hal
131.132
Ravindran. P.N., and Babu, K. N. (2005). Ginger The Genus Zingiber. CRC Press, New
York, hal. 87-90.
Reginster J.Y. (2002). The Prevalence and Burden of Osteoarthritis. Rheumatology. 41
(suppl 1) : 3 - 6.
Reuters, Thomson. (2012). Non-pharmacological Pain Management Therapies For Adults,
diakses dari http://www.drugs.com/cg/non-pharmacological-pain-managementtherapies-for-adults.html pada 7 Mei 2012.
Robbins SL. (2007). Sistem Muskuloskeletal Dalam Buku Ajar Patofisiologi.. Alih bahasa,
Brahm U. Ed 7. Vol 2. Jakarta. ECG;.h.862-8.
Rukmana R, (2000). Usaha Tani Jahe. Kanisius. Yogyakarta.
Santoso, Hieronymus Budi, (2009). Jahe. Kanisius, Yogyakarta.
Setiabudi, Toni. (2010). Panduan Gerontologi Tinjauan Dari Berbagai Aspek Menjaga
Keseimbangan Kualitas Hidup Para Lanjut Usia. Jakarta : Gramedia.
12
Setiyohadi Bambang. (2003). Osteoartritis Selayang Pandang. Dalam Temu Ilmiah
Reumatologi. Jakarta : 27 – 31.
Sluka KA. (2010). Reduction Of Pain Related Behaviors With Either Cold Or Heat
Treatment In Animal Model Acute Arthritis In. Arch Phys Med rehabilitaton. 80 :
313.
Smeltzer, SC. Bare, BG. (2002). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Edisi 8, EGC.
Jakarta.
Soeroso, J., Isbagio, H., Kalim, H., Broto, R. dan Pramudiyo, R. (2006). Osteoartrits.
Dalam : Alwi, I., Sudoyo, A.W., dan Setiati, S., ed. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam
Jilid II Edisi IV. Jakarta, Indonesia : Penerbit FKUI Pusat, 1195-1201.
Swarbrick, J., dan J.C. Boylan. (2002). Encyclopedia of Pharmaceutical Technology.
Second Edition Volume 3. Marcel Dekker, Inc: New York. Hal: 2067.
Syamsuhidayat dan Hutapea, J.R., (2009), Inventaris Tanaman Obat Indonesia, 305-306,
Departemen Kesehatan Republik Indonesia, Badan Penelitian dan
Pengembangan Kesehatan, Jakarta.
Tamsuri. Anas, (2007). Konsep dan Penatalaksanaan Nyeri. Jakarta : EGC.
Tangtrakulwanich Boonsin , Geater Alan F., Chongsuvivatwong Virasakdi. (2006).
Prevalence, Patterns and Risk Factors Of Knee OA In Thai Monks. Journal of
Orthopaedic Science. 11(5) : 439 - 445.
Taylor, Andrew J. (2010), “Food Flavor Technology”, 2nd ed., CRC Press LLC, USA, pp.
146-149.
Thomas, R., Gunter, L., Joachim, S., Michael, W., dan Richard, G., (2005). Pain and
Osteoarthritis in Primary Care : Factors Associated with Pain Perception in a
sampleof 1021Patients. Dalam : Anonymous, ed. Pain Medicine Volume 9 Number
7 2005.American Academy of Pain Medicine : Blackwell Publishing Limited, 905910.
World Health Organization, (2004). Global Burden Of Disease Report 2004 Update.
Direktorat World Health Organization.
World Health Organization. WHO. (2010). A Tabulation Of Available Data On The
Frequency and Mortality Of Rheumatology (Bone and Joint Decade). Geneva.
World Health Organization. WHO. (2010). Western Pacific Region, International
Association for the Study of Obesity, International Obesity Task Force. Redifining
Obesity and Its Treatment [serial on the internet]. 2010 Aug 20 ;
from:http://www.wpro.who.int/internet/resources.ashx/NUT/Redefine+obsty.
Yoshimura Noriko, Kinoshita Hirofumi, Hori Noriaki, et al. (2006). Risk Factors for Knee
Osteoarthritis in Japanese Men : A Case-Control Study. Modern Rheumatology. 16
(1) : 108 - 112.
13
SUBAKUT DAN KRONIS PADA LANJUT USIA DENGAN OSTEOARTHTRITIS
LUTUT DI PUSKESMAS ARJUNA KECAMATAN KLOJEN
MALANG JAWA TIMUR
Hadi Masyhurrosyidi, Kumboyono, Yulian Wiji Utami
ABSTRAK
Masyhurrosyidi, Hadi. 2013. Pengaruh Kompres Hangat Rebusan Jahe terhadap Tingkat
Nyeri Subakut dan Kronis Pada Lanjut Usia dengan Osteoarthtritis Lutut di
Puskesmas Arjuna Kecamatan Klojen Malang Jawa Timur. Tugas Akhir, Jurusan
Keperawatan Fakultas Kedokteran Universitas Brawijaya Malang. Pembimbing: (I)
Ns. Kumboyono, SKp., M.Kep., Sp.Kom. (2) Yulian Wiji Utami, SKp., M.Kes.
Latar belakang : Osteoarthritis lutut merupakan gangguan pada sistem
muskuluskeletal yang ditandai dengan munculnya nyeri sendi dan kekakuan yang
mengakibatkan penurunan kemampuan fisiologis atau kualitas hidup lansia. Prevalensi
Osteoarthritis lutut menurut WHO, (2004) mencapai 151,4 juta jiwa dan 27,4 juta jiwa
berada di Asia Tenggara. Sedangkan di Indonesia mencapai 5% pada usia 61 tahun. Responden di Puskesmas
Arjuna kecamatan Klojen Malang Jawa Timur dengan kasus Osteoarthritis Lutut yang
mengeluh nyeri sejumlah 20 orang, untuk menurunkan angka ini diperlukan keperawatan
lanjut usia dan keluarga untuk meningkatkan kualitas hidup. Tujuan : Penelitian ini
bertujuan untuk mengetahui perbedaan tingkat nyeri subakut dan kronis sebelum dan
sesudah kompres hangat rebusan jahe pada lansia dengan Osteoarthritis Lutut di
Posyandu Lanjut Usia Puskesmas Arjuna Kecamatan Klojen Malang Jawa Timur. Metode
: Penelitian ini menggunakan desain Quasy Eksperiment. Populasi penelitian adalah
semua lanjut usia dengan osteoarthritis lutut yang mengikui posyandu lanjut usia
Puskesmas Arjuna Kecamatan Klojen Malang Jawa Timur yang berjumlah 20 orang yang
diambil secara total sampling, memakai uji statistic Paired Mean Dependent (Uji T - Test)
dengan tingkat signifikansi 0,05. Hasil : Secara keseluruhan ada hubungan yang
bermakna antara tingkat skala nyeri sebelum dan setelah pemberian kompres hangat
rebusan jahe dengan p-value 0.000. Pada data pre dan post treatment di dapatkan
penurunan skala nyeri dari berat ke sedang, dari skala sedang ke rendah dan tidak
mengalami skala nyeri dari rendah ke sedang atau tinggi. Kesimpulan : Ada perbedaan
signifikant tingkat nyeri sebelum dan setelah pemberian kompres hangat rebusan jahe
pada lanjut usia dengan osteoarthritis lutut.
Kata kunci : Kompres Hangat, Jahe, Nyeri, Lanjut Usia, Osteoarthritis Lutut.
1
ABSTRACT
Masyhurrosyidi, Hadi. 2013. The Effectivity Warm Compress Braised Zingers to Pain
Scale Subacute and Chronics for Elderly with Knee Osteoarthtritis at Puskesmas
Arjuna Districs Klojen Malang Jawa Timur. Final Assignment. Study Programe
Nursing Study of Medical Faculty of Brawijaya University in Malang. Supervisors :
(1) Ns. Kumboyono, SKp., M.Kep., Sp.Kom. (2) Yulian Wiji Utami, SKp., M.Kes.
Background : Knees Osteoarthritis represent trouble to muskuluskeletal system
thats sign with growth up joint pain and stiff to result decrease to ability physiologys or
quality of life in elderly. Prevalensi of Knees Osteoarthritis according WHO, (2004) get’s
up 151,4 million people and 27,4 million people at di Souteast Asia. But in the Indonesia
get 5% in age less than 40 years old, 30% in age 40-60 years and 65% in age more than
61 years and also knee oateoarthritis in radiology more hight that is get 15,5% for man
and 12,7% for woman (Dewi, 2009). at Puskesmas Arjuna Districs Klojen Malang East
Java in years 2012 get 31 case of knee osteoarthritis and patient elderly with knee
osteoarthritis who identifying with criteria inclusi, eksclusi and have handsign inform
counten amouts 20 people. For decrease incident, need health care system and family
but if had happen, need some caring for elderly and family to increase quality of life.
Purpose : The search have purpose for to know differents pain scale subacute and
chronics before and after treatment warm compress braised zinger in elderly with knees
Osteoarthritis at Posyandu Elderly Puskesmas Arjuna Districs Klojen Malang East Java.
Method : This’s search used Quasy Eksperiment Design. The population of search is all
of elderly with knees osteoarthritis who following posyandu elderly Puskesmas Arjuna
Districs Klojen Malang East Java that amounts 20 peoples yang have taked in total
sampling, get used test statistic Paired Mean Dependent (Uji T - Test) with scale of
signifikansi 0,05. Result : in all be corelation that’s significant between level pain scale
before and after treatment warm compress braised zingers with p-value 0.000. In the data
pre and post treatment in the earning decrease pain scale from severe to moderate, from
scale moderate to mild and nothing experienced pain scale from mild to moderate or
severe. Summary : it’s different that significant to level pain scale before and after give
intervention warm kompress braised zinger for elderly with knees osteoarthritis.
Key word : Warm Compress, Zingers, Pain, Elderly, Knees Osteoarthritis.
2
PENDAHULUAN
a. Latar Belakang
Prevalensi osteoarthritis pada
lanjut usia setiap tahunnya selalu
mengalami peningkatan. Menurut
organisasi kesehatan dunia WHO,
(2004)
prevalensi
penderita
osteoarthritis di dunia pada tahun
2004 mencapai 151,4 juta jiwa dan
27,4 juta jiwa berada di Asia
Tenggara. Angka osteoarthritis total di
Indonesia 34,3 juta orang pada tahun
2002. Pada tahun 2007 mencapai
36,5 juta orang dan 40% dari populasi
usia di atas 70 tahun menderita
osteoarthritis dan 80% mempunyai
keterbatasan gerak dalam berbagai
derajat dari ringan sampai berat
(Tangtrakulwanich,
2006).
Di
Indonesia, prevalensi osteoartritis
mencapai 5% pada usia 61
tahun
serta
osteoarthritis lutut secara radiologis
cukup tinggi yaitu mencapai 15,5%
pada pria dan 12,7% pada wanita
(Dewi S.K, 2009).
Usia lanjut menderita cacat
sekitar 1 sampai 2 juta orang karena
masa
mendatang
dampak
osteoarthritis akan lebih besar dengan
semakin bertambahnya populasi usia
lanjut karena osteoartritis dipengaruhi
oleh faktor-faktor resiko yaitu umur
(proses
penuaan),
genetik,
kegemukan, cidera sendi, pekerjaan,
olah raga, anomali anatomi, penyakit
metabolik dan penyakit inflamasi
sendi (Soeroso, 2006). Hadono dan
Kusworini
pada
tahun
2000,
melaporkan
bahwa
prevalensi
osteoarthritis di Malang pada usia di
bawah 70 tahun cukup tinggi yaitu
6,2% pria dan 15,5% wanita.
Osteoarthtritis
menimbulkan
berbagai masalah kesehatan yaitu
penurunan kemampuan fisiologis,
perubahan psikologis, keterbatasan
interaksi social, keterbatasan dalam
melaksanakan kebutuhan spiritual
dan menurunnya produktivitas kerja
(DEPSOS
RI,
2006).
Masalah
ekonomi, psikologi dan sosial dari
osteoarthritis sangat besar, tidak
hanya untuk penderita tetapi juga
keluarga dan lingkungan (Conaghan,
2008).
Masalah fisiologis pada lanjut
usia dengan osteoarthtritis adalah
nyeri (Potter, 2005). Nyeri pada
osteoarthritis
disebabkan
oleh
synovial dan degradasi kartilago
berkaitan dengan degradasi kolagen
dan proteoglikan oleh enzim autolitik
seluler. Secara makroskopis tampak
iregularitas pada permukaan tulang
rawan yang dilanjutkan dengan
ulserasi dan penurunan kandungan
glikosaminoglikan yang terdiri dari
kondroitin sulfat, keratin sulfat dan
asam hialuronat terjadi fibrilasi atau
iregularitas oleh karena mikrofraktur
pada permukaan rawan sendi yang
memiliki serabut saraf C berdiameter
kecil tidak bermielin-nocireseptor.
Nocireseptor ini mampu melepaskan
substansi P dan calcitonin gene
related peptide (CGRP) menstimulasi
respon nyeri dan inflamasi (Brunner
dan Suddart, 2010).
Dampak
nyeri
pada
osteoarthritis
adalah
penurunan
kualitas
harapan hidup
seperti
kelelahan yang demikian hebatnya,
menurunkan rentang gerak tubuh dan
nyeri pada gerakan. Kekakuan
bertambah berat pada pagi hari saat
bangun tidur, nyeri yang hebat pada
awal gerakan akan tetapi kekuan tidak
berlangsung lama yaitu kurang dari
seperempat jam. Kekakuan di pagi
hari menyebabkan
berkurangnya
kemampuan gerak dalam melakukan
3
gerak ekstensi, keterbatasan mobilitas
fisik dan efek sistemik yang
ditimbulkan adalah kegagalan organ
dan kematian (Price. S.A, 2005).
Terapi yang diberikan untuk
mengatasi nyeri baik serangan
subakut dan kronis pada lanjut usia
dengan osteoarthritis adalah terapi
farmakologi dari golongan analgesik
dan antiinflamasi seperti Non Steroid
Anti Inflamatory Drugs (NSAIDs) dan
Disease Modifying Antirheumatoid
Drugs
(DMARDs)
(Brunner
&
Suddarth, 2010). Efektifitas terapi
farmakologi
tersebut
bertujuan
mengatasi nyeri sendi akibat inflamasi
yang sering dijumpai, melindungi
sendi dan tulang dari proses destruksi
(WHO, 2010).
Kekurangan terapi farmakologi
dari
golongan
analgesik
dan
antiinflamasi seperti NSAID dan
DMARD dapat memperberat kondisi
osteoarthritis karena konsumsi dalam
jangka waktu lama yang merupakan
faktor penyebab morbiditas dan
mortalitas
utama
(Brunner
&
Suddarth,
2010).
NSAID
tidak
memiliki
khasiat
yang
dapat
melindungi rawan sendi dan tulang,
efek analgesiknya lemah, tidak
menghentikan
kerusakan
musculoskeletal
(WHO,
2010).
Kekurangan terapi NSAID pada
sistem organ yang lain dapat
menyebabkan erosi mukosa lambung,
ruam atau erupsi kulit, menimbulkan
nekrosis papilar ginjal, gangguan
fungsi trombosit dan meningkatkan
tekanan darah (Brunner & Suddarth,
2010).
Efektifitas kompres hangat
meningkatkan aliran darah untuk
mendapatkan efek analgesik dan
relaksasi otot sehingga proses
inflamasi berkurang (Lemone &
Burke, 2001). Terapi kompres hangat
dilakukan pada stadium subakut dan
kronis pada osteoarthritis untuk
mengurangi
nyeri,
menambah
kelenturan
sendi,
mengurangi
penekanan (kompresi) dan nyeri pada
sendi,
melemaskan
otot
dan
melenturkan jaringan ikat (tendon
ligament extenbility) (Junaidi, 2006).
Penelitian tentang kompres hangat
pada osteoarthritis telah dilakukan
oleh
Andrea,
(2002)
meneliti
pengaruh kompres hangat terhadap
nyeri pada lanjut usia dengan
osteoarthritis
di
Rumah
Sakit
Rehabilitasi Medik Semarang untuk
mendapatkan efek analgetik dan
relaksasi otot untuk mengontrol dan
megatasi nyeri sehingga keluarga
mampu memberikan perawatan dasar
lanjut usia di rumah.
Kandungan jahe bermanfaat
untuk mengurangi nyeri osteoarthritis
karena jahe memiliki sifat pedas, pahit
dan aromatic dari oleoresin seperti
zingeron, gingerol dan shogaol.
Oleoresin
memiliki
potensi
antiinflamasi dan antioksidan yang
kuat. Kandungan air dan minyak tidak
menguap pada jahe berfungsi sebagai
enhancer yang dapat meningkatkan
permeabilitas oleoresin menembus
kulit tanpa menyebabkan iritasi atau
kerusakan hingga ke sirkulasi perifer
(Swarbrick dan Boylan, 2002).
.Penelitian tentang manfaat
jahe adalah Jolad, (2004) meneliti
kandungan rizoma jahe segar dan
Wohlmuth, (2005) meneliti kandungan
zat aktifnya dari oleoresin yang terdiri
dari
gingerol,
songaol
dan
zingeberence
yang
merupakan
homolog dari fenol melalui proses
pemanasan. Degradasi panas dari
gingerol menjadi gingerone, shogaol
dan kandungan lain terbentuk dengan
pemanasan rimpang kering dan segar
pada suhu pelarut air 100oC
4
(Badreldin, 2007). Komponen jahe
mampu menekan inflamasi dan
mampu mengatur proses biokmia
yang mengaktifkan inflamasi akut dan
kronis seperti osteoarthritis dengan
menekan pro-inflamasi sitokinin dan
cemokin
yang
diproduksi
oleh
sinoviosit, condrosite, leukosit dan
jahe
ditemukan
secara
efektif
menghambat
ekspresi
cemokin
(Phan, 2005).
b. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang
masalah di atas maka rumusan
masalahnya
adalah
“Adakah
pengaruh kompres hangat rebusan
jahe terhadap tingkatan nyeri subakut
dan kronis pada lanjut usia dengan
Osteoarthritis Lutut di Puskesmas
Arjuna Klojen Malang Jawa Timur?”
c. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah
untuk mengetahui pengaruh kompres
hangat rebusan jahe terhadap tingkat
nyeri subakut dan kronis pada lanjut
usia dengan Osteoarthritis lutut.
d. Manfaat Penelitian
Manfaat penelitian ini secara
teoritis
untuk
menambah
pengetahuan
baru
terhadap
pengembangan tindakan keperawatan
dalam
memberikan
asuhan
keperawatan yang berkualitas pada
lanjut usia dan keluarga terutama
lanjut usia dengan osteoarthritis lutut
dan secara praktis sebagai dasar
untuk memberikan perawatan kepada
lanjut usia dan keluarga dengan
osteoarthritis mengenai pentingnya
kompres
hangat
rebusan
jahe
sehingga dapat meningkatkan kualitas
asuhan keperawatan pada lanjut usia.
METODE PENELITIAN
Penelitian
ini
menggunakan
Quasy Eksperiment Design dengan
rancangan one group pretest-posttest
artinya responden di observasi tingkat
nyeri sendi lutut sebelum dan setelah
diberikan kompres hangat rebusan jahe.
Populasi lanjut usia dengan
osteoarthritis lutut di Posyandu Lanjut
usia RT.03 Kelurahan Penanggungan
binaan Puskesmas Arjuna Kecamatan
Klojen Malang Jawa Timur terhitung
pada bulan Desember berjumlah 31
orang.
Peneliti menggunakan teknik total
sampling. Peneliti mengumpulkan data
selama dua hari yaitu data sekunder
lanjut usia dengan osteoarthritis lutut dari
Puskesmas
Arjuna
dan
peneliti
melakukan anamnese kepada lanjut usia
dengan
osteoarthritis
lutut
saat
Posyandu untuk mengetahui keluhan
nyeri yang di alami. Lanjut usia dengan
osteoarthritis lutut yang mengalami nyeri
yang mengikuti kegiatan Posyandu
Lanjut Usia di RW. 03 Kelurahan
Penanggungan pada Puskesmas Arjuna
Kecamatan Klojen Malang Jawa Timur
berjumlah 31 orang. Responden yang
memenuhi kriteria inklusi dan kriteria
eksklusi sebanyak 27 orang. Responden
yang memenuhi kriteria inklusi, kriteria
eksklusi dan menandatangai lembar
inform counsent sebanyak 20 orang dan
bersedia mengikuti penelitian.
Penelitian
dilakukan
dengan
mengobservasi tingkat nyeri pada
osteoarthritis lutut sebelum dan setelah
pemberian kompres hangat rebusan jahe
selama 4 hari berturut-turut selama 20
menit dengan mengunakan Visual
Analog Scale (VAS).
HASIL PENELITIAN
Penelitian pengaruh kompres
hangat rebusan jahe terhadap tingkat
nyeri
pada
lanjut
usia
dengan
osteoarthritis lutut di RT.03 Posyandu
Penanggungan
Puskesmas
Arjuna
Kecamatan Klojen Malang Jawa Timur
5
telah dilaksanakan pada tanggal 3-7
Desember 2012.
a. Karakteristik responden
Usia responden paling banyak
adalah lanjut usia 55-70 tahun
sejumlah 16 responden atau sebesar
80%. Jenis kelamin responden paling
banyak adalah wanita sejumlah 17
orang atau sebesar 85%. Kebiasaan
merokok responden sebanyak 18
orang atau 90% responden tidak
merokok.
Indeks
masa
tubuh
responden terhadap tingkat penyakit
rendah sejumlah 5 responden atau
sebesar 25% dan sedang sejumlah 15
responden atau 75%. Responden
yang mengalami trauma sebanyak 15
responden atau sebesar 75% dan
tidak mengalami trauma sebanya 5
orang atau sebesar 25%. Aktivitas
responden
sebagai
pedagang
sejumlah 8 responden (40%), sebagai
IRT 6 (30%) responden, sebagai
karyawan 4 responden (20%) dan
swasta sebanyak 2 responden atau
sebesar (10%). Kebiasaan olah raga
yang dilakukan responden adalah
sebanyak 17 responden yaitu sebesar
85%.
b. Kompres hangat rebusan jahe
Responden yang mendapat
kompres di lutut kanan sebanyak 13
responden yaitu sebesar 65%, lutut
kiri 4 responden atau sebesar 20%,
lutut kanan dan kiri sebanyak 3
responden sebesar 15%. Responden
yang minum obat tidak teratur
sebanyak 15 responden atau sebesar
75% dan responden yang mengalami
nyeri lutut dengan osteoarthritis lebih
dari 6 bulan sebanyak 12 responden
yaitu sebesar 60%.
c. Tingkat nyeri sebelum dan sesudah
kompres hangat rebusan jahe
Skala
nyeri
sendi
yang
mengalami
penurunan
pada
responden osteoarhtritis lutut post
tindakan adalah 100%. Pada tabel
hasil penelitian, skala nyeri sendi
pada data pre tertinggi adalah skala 8
sebanyak 2 responden sedangkan
pada post adalah skala 5.
d. Pengaruh Kompres hangat rebusan
jahe terhdap nyeri
Analisa bivariate digunakan
untuk mengetahui apakah ada
pengaruh pemberian kompres hangat
rebusan jahe terhadap tingkat nyeri
subakut dan kronis pada lanjut usia
dengan
Osteoarthritis
dan
menjelaskan karakteristik responden
yaitu usia, jenis kelamin dan tingkat
penurunan
nyeri
dengan
menggunakan Uji T (T-Test) : Uji
Beda Dua Mean Dependent (Paired
Sample
Test)
dengan
batas
kemaknaan (nilai alpha) sebesar 5%.
Dari
hasil
uji
statistic
didapatkan p value (α) = 0,000,
dengan tingkat kepercayaan 95 %
atau = 0,05 berarti p Value < alpha
yang artinya Ho di tolak sehingga
dapat disimpulkan bahwa terdapat
perbedaan rerata skala nyeri sendi
yang
bermakna
antara
klien
osteoarthritis lutut sebelum pemberian
kompres hangat rebusan jahe dengan
setelah diberikan kompres hangat
rebusan jahe dan dapat disimpulkan
bahwa
hipotesisnya
terdapat
pengaruh kompres hangat rebusan
jahe terhadap perubahan nyeri sendi
pada klien osteoarthritis lutut.
PEMBAHASAN
a. Kompres hangat rebusan jahe
Kompres hangat rebusan jahe
di berikan pada lutut sebelah kanan
dan/atau kiri yang mengalami nyeri,
responden yang mendapat terapi obat
dan lama nyeri yang dirasakan lanjut
usia
sebanyak
20
responden.
Pemberian tindakan kompres hangat
6
rebusan jahe tersebut sesuai dengan
prosedur
pelaksanaan
tindakan
kompres. Responden yang mendapat
kompres di lutut kanan sebanyak 13
responden yaitu sebesar 65%, lutut
kiri 4 responden atau sebesar 20%,
lutut kanan dan kiri sebanyak 3
responden sebesar 15%. Responden
yang minum obat tidak teratur
sebanyak 15 responden atau sebesar
75% dan responden yang mengalami
nyeri lutut dengan osteoarthritis lebih
dari 6 bulan sebanyak 12 responden
yaitu sebesar 60%.
Nyeri
osteoarthritis
tersembunyi pada saat onset tetapi
muncul secara progresif. Nyeri ini
merupakan
campuran
berbagai
macam nyeri/penyakit dari beberapa
struktur (tulang, synovial, ligament
dan kapsul otot) pasien sering sulit
menjelaskan nyerinya terdapat pada
saat istirahat dan nyeri bertambah
dengan aktivitas terutama pada
penumpu berat badan. Malam hari
nyeri bertambah (berkaitan dengan
suhu
tubuh)
sehingga
terjadi
peningkatan
aliran
darah
dan
stimulasi
pada
reseptor
nyeri
(Thomas, 2005).
Pemberian kompres hangat
rebusan jahe di lakukan oleh peneliti
berdasarkan prosedur pada stadium
subakut dan kronis untuk mengurangi
nyeri, menambah kelenturan sendi,
melemaskan otot dan melenturkan
jaringan
ikat
(tendon
ligament
extenbility).
b. Tingkat nyeri
Skala nyeri sendi pada data
pre tertinggi adalah skala 8 sebanyak
2 responden yaitu skala nyeri yang
sangat
mengganggu
aktivitas
responden. Pada data post tertinggi
adalah skala nyeri 5.
Nyeri pada Osteoarthritis Lutut
merupakan
campuran
berbagai
macam nyeri/penyakit dari beberapa
struktur (tulang, synovial, ligament
dan kapsul otot) pasien sering sulit
menjelaskan nyerinya terdapat pada
saat istirahat dan nyeri bertambah
dengan aktivitas terutama pada
penumpu berat badan. Malam hari
nyeri bertambah (berkaitan dengan
suhu
tubuh)
sehingga
terjadi
peningkatan
aliran
darah
dan
stimulasi
pada
reseptor
nyeri
(Thomas, 2005).
Hasil penelitian ini mendukung
penjelasan teori-teori yang sudah ada.
Penderita
osteoarthritis
lutut
mengalami nyeri sendi pada tingkat
skala nyeri 8 yang dapat mengganggu
aktivitas sehari-hari penderita tetapi
masih bisa dikontrol.
c. Pengaruh kompres hangat rebusan
jahe terhadap tingkat nyeri
Dari hasil analisa data dengan
program SPSS for windows versi 17.0
menggunakan
Hasil
pengukuran
tingkat nyeri dilakukan Uji T (t-test) :
Uji Beda Dua Mean Dependent
(Paired Sample Test) dengan batas
kemaknaan (nilai alpha) sebesar 5%
untuk mengetahui kekuatan pengaruh
kompres
hangat
rebusan
jahe
terhadap penurunan tingkat nyeri
pada lanjut usia dengan osteoarthritis
menghasilkan rata-rata (mean) skala
nyeri
sendi
sebelum
diberikan
kompres hangat sebesar 2,20 dengan
standar deviasi 0,523. Rata-rata skala
nyeri sendi setelah diberikan kompres
hangat sebesar 1,25 dengan standar
deviasi 0,444.
Dari
hasil
uji
statistic
didapatkan p Value (α) = 0,000,
dengan tingkat kepercayaan 95 %
atau = 0,05 berarti p Value < alpha
yang artinya Ho di tolak sehingga
dapat disimpulkan bahwa terdapat
perbedaan rerata skala nyeri sendi
yang bermakna antara klien dengan
7
osteoarthritis lutut sebelum pemberian
kompres hangat rebusan jahe dengan
setelah diberikan kompres hangat
rebusan jahe dan dapat disimpulkan
bahwa hipotesisnya terdapat pengaruh
kompres hangat rebusan jahe terhadap
perubahan nyeri sendi pada klien lanjut
usia dengan osteoarthritis lutut.
KESIMPULAN
Skala nyeri sebelum kompres
hangat rebusan jahe pada lanjut usia
dengan osteoarthritis lutut dipengaruhi
oleh berbagai faktor seperti usia, jenis
kelamin, merokok, Basal Metabolic Index
(BMI),
aktivitas,
lama
penyakit,
mendapatkan terapi dan riwayat trauma
lutut.
Skala nyeri sendi pada data pre
tertinggi adalah skala 8 sebanyak 2
responden yaitu skala nyeri yang sangat
mengganggu
aktivitas
responden
sedangkan skala nyeri pada data post
tertinggi adalah skala 5 sehingga secara
keseluruhan penurunan skala nyeri di
dapatkan data rata-rata penurunan skala
nyeri yaitu sebesar 2,75. Pengukuran
skala nyeri, didapatkan skala nyeri
rendah yaitu sejumlah 1 respoden (5%).
Nyeri sedang menjadi nyeri rendah
sejumlah 12 responden (10%) dan tetap
sebanyak 2 responden (10%). Nyeri
berat menjadi nyeri rendah sebanyak 2
responden
(10%),
nyeri
sedang
sebanyak 3 responden (15%).
Dari hasil uji statistic didapatkan p
Value (α) = 0,000 dengan tingkat
kepercayaan 95 % atau = 0,05 berarti
p Value < alpha yang artinya Ho di tolak
sehingga dapat disimpulkan bahwa
terdapat pengaruh kompres hangat
rebusan jahe terhadap penurunan tingkat
nyeri sendi pada klien lanjut usia dengan
osteoarthritis lutut.
SARAN
Perlu
dilakukan
penelitian
lanjutan pada lanjut usia dengan
osteoarthritis dengan Design True
Eksperiment yang dilakukan secara
langsung
dengan
mempehatikan
populasi dan sample, teknik randomisasi
sehingga penelitian menjadi lebih baik
dan hasil data yang didapatkan lebih
valid.
Komponen jahe berupa zat aktif
dari oleoresin jahe yang terdiri dari
gingerol, songaol dan zingeberence
harus diperhatikan peneliti dengan
pemilihan
rimpang
jahe,
proses
pengolahan jahe dan pelaksanaan
kompres hangat rebusan jahe kepada
responden meskipun kandungan air dan
minyak tidak menguap pada jahe
berfungsi sebagai enhancer yang dapat
meningkatkan permeabilitas oleoresin
menembus kulit tanpa menyebabkan
iritasi atau kerusakan permanen struktur
permukaan kulit dan bahan yang baik
untuk berdifusi melalui epidermis dan
lapisan-lapisan kulit hingga ke sirkulasi
perifer.
Penggunaan alat dan bahan
kompres hangat rebusan jahe yang
dikontrol ketat seperti penggunaan kain
kompres yang mampu mempertahankan
suhu terapi pada suhu 40oC sehingga
efek terapi hangat dan perpindahan
panas akibat paparan langsung kulit
dengan benda-benda yang ada di sekitar
tubuh menjadi lebih efektif dan efisien.
Pemberian terapi farmakologi
menyebabkan tingkat efektifitas kompres
hangat rebusan jahe pada lanjut usia
dengan osteoarthritis lutut akan menjadi
tidak
jelas
sehingga
penelitian
selanjutnya
menggunakan
metode
pernbandingan tingkat efektivitas terapi
farmakologi dengan kompres hangat
rebusan jahe terhadap tingkat nyeri pada
lanjut usia dengan osteoarthritis lutut.
8
DAFTAR PUSTAKA
Abbate Lauren M., Stevens June, Schwartz Todd A., et al. (2006). Anthropometric
Measures, Body Composition, Body Fat Distribution, and Knee Osteoarthritis in
Women. The North American Association for the Study of Obesity, 14 : 1274-1281.
Amin, Niu Jingbo, Hunter David, et al. Smoking Worsens Knee Osteoarthritis. News
Center Oklahoma City, Oklahoma USA, 2006 : 1-4.
Anonim, (2004), Penyusunan Pedoman Penelitian Obat Bahan Alam. Pusat Riset Obat
dan Makanan, Badan POM. Jakarta.
Anonim. (2002). Profil Komoditi Jahe. Direktorat Jenderal Bina Pengolahan dan
Pemasaran Hasil Pertanian. Departemen Pertanian. Jakarta.
Anonim. (2007). Arthritis Research & Therapy. (www.http/arthritis research &
therapy)[12September.2010].http://medicastore.com/penyakit/489/Divertikulosis.ht
ml.[10 September. 2010].
Anonymous, (2007). Tanaman Obat Indonesia (Jahe). www.IPTEKnet.com diakses 18
Desember 2007.
Ansel, H. C., (2009), Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi, Edisi VIII. Penerbit Universitas
Indonesia. Jakarta.
Arthritis Research Campaign, (2009). Osteoarthritis and obesity. ARC Epidemiology
Research Unit, University of Manchester Medical School, Oxford, United Kingdom.
Badreldin. (2007). Some Phytochemical, Pharmacological, and Toxikological Properties of
Ginger (Zingiberaceae Officinaleae Roscoe) : A Review Of Recent Research.
Sience Direct, Elsevier.
Brunner & Suddarth. (2010). Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta : EGC.
Candra, Syafei. (2010). Permasalahan Penyakit Rematik Dalam Sistem Pelayanan
Kesehatan. (Bone and Joint Decade). http://health.detik.com.
Carpenito, Lynda Juall. (2000). Diagnosa dan Perencanaan Tindakan Keperawatan.
Jakarta : EGC.
Carter MA. (2006). Osteoartritis. In : Price SA, Wilson LM. Patofisiologi : Konsep Klinis
Proses-Proses Penyakit. 6th ed. Jakarta : EGC. p. 1380-4.
Conaghan, P.G., Dickson, J., dan Grant, R.L., (2008). Care And Management Of
Osteoarthritis In Adults: Summary of NICE guidance. British Medical Journal.
http://muse.jhu.edu/journals/journal_of_democracy/related/v019/19.2conaghan.ht
ml. [diakses pada tanggal 13 Maret 2010].
Corwin, E. (2009). Buku Saku Patofisiologi. EGC : Jakarta.
Demir, Yurdanur. (2012). Non-Pharmacological Therapies in Pain Management, Abant
İzzet Baysal University, Bolu Health Sciences High School, Turkey, diakses
http://cdn.intechopen.com/pdfs/26152/InTechNon_pharmacological
therapies_in_pain_management pada 7 Mei 2012.
9
Departemen Sosial RI. (2006). Pedoman Pendampingan dan Perawatan Lanjut Usia di
Lingkungan Keluarga (Home Care). Jakarta : ECG.
Departemen Sosial RI. (2006). Standarisasi Perlindungan Sosial dan Aksebilitas Lanjut
Usia. Jakarta : DEPSOS RI.
Dewi SK. (2009). Osteoarthritis : Diagnosis, Penanganan dan Perawatan Di Rumah.
Fitramaya : Yogyakarta.
Dieppe Paul A., Lohmander L. Stefan. (2005). Pathogenesis and Management of Pain in
Osteoarthritis. The Lancet, 365 : 965-973.
Felson D.T, Zhang Y., Hannan M.T., et al. (1995). The Incidence and Natural History of
Knee Osteoarthritis in the Elderly : The Framingham Osteoarthritis Study. Arthritis
Rheumatology ; 38 : 1500 – 1505.
Felson D.T., Osteoarthritis New Insights. (2000). The Disease and Its Risk Factors. Part 1.
Ann Intern Med, 133 : 637-639.
Felson D.T., Osteoarthritis New Insights. Part 1 : The Disease and Its Risk Factors. Ann
Intern Med, 2000; 133 : 637 – 639.
Felson D.T., Zhang Y. (1998). An Update on the Epidemiology of Knee and Hip
Osteoarthritis with a View to Prevention. Arthritis Rheumatology ; 41 : 1343 –
1355.
Gleadle J. (2007). Sistem Muskulosketal Dalam At A Glance, Anamnesis dan
Pemeriksaan Fisik. Alih bahasa, Rahmalia A. Jakarta. Penerbit Erlangga.
Graf, C. (2006). Functional Decline in Hospitalized Older Adults, American Journal
Nursing, 106 (1) : 58-67.
Greenberg Raymond S., Daniels Stephen R., Flanders W. Dana, et al. (2005). Case –
Control Studies. In : Medical Epidemiology. Fourth Edition. New York : Lange
Medical Books / McGraw – Hill, 147-154.
Greenspan A. (2000). Orthopedic Radiology : A Practical Approach. 3rd ed. Philadelphia:
Lippincott Williams and Wilkins. p. 427.
Gunawan SG. (2007). Farmakologi dan Terapi. Ed 5. Jakarta. Gaya Baru; .h.210246,766-7.
Hapsari, D. (2000). Identifikasi dan Kajian Keamanan Mikrobiologi Produk-Produk
Minuman Sari Jahe Yang Beredar Di Sekitar Kota Bogor. Teknologi Pangan dan
Gizi, Fakultas Teknologi Pertanian, Institut Pertanian Bogor, Bogor.
Heong, ST. (2004). Pain and Nociception. [cited 2010 November 15] : Available from :
www.answers.com/topic/pain-and-nociception.
Hidayat, Mohammad. (2008). Stres Oksidatif sebagai Faktor Risiko Kerusakan Tulang
Rawan Sendi. dalam Temu Ilmiah Reumatologi. Jakarta.
Hidayat, Musrifatul. (2008). Keterampilan Dasar Praktik Klinik untuk Kebidanan. Jakarta :
Salemba Medika.
Hunter D.J., March L., Sambrook P.N. (2002). Knee Osteoarthritis : The Influence of
Environmental Factors. Clinical Exp Rheumatology ; 20 : 93 – 100.
10
Junaidi. (2006). Ramatik dan Asam Urat. PT: Bhuana Ilmu Populer Kelompok Gramedia.
Jakarta.
Katzung BG, (2002). Farmakologi Dasar dan Klinik. Penerbit Salemba Merdeka, Jakarta,
hal.449-465.
Kenneth et al. (2003). Osteoarthritis. Edisi 2. New York : oxford university Press Inc. New
York
Kesumamaningati. (2009). Pustaka Artikel Taksonomi dan Morfologi Tanaman Jahe. IPB
Press. Bogor.
Klippel John H., Dieppe Paul A., Brooks Peter, et al. (1994). Osteoarthritis. In :
Rheumatology. United Kingdom : Mosby – Year Book Europe Limited : 2.1 – 10.6.
Kozier dan Erb’s. (2009). Buku Ajar Praktik Keperawatan Klinis. Edisi 5.EGC : Jakarta.
Kozier, B., Erb, G. and Blais, K., (2004). Fundamental of Nursing, Concepts,Process and
Practice, Addison Wesley Publishing, California.
Kusumaastuti, P (2008). Hidroterapi Pulihkan Otot dan Sendi yang Kaku. Dari
www.indospritual.com. pada tanggal 7 Mei 2008.
Laksmi BVS and Sudhakar M, (2010). Protective Effect of Zingiber Officinale on
Gentamicin - Induced Nephrotoxicity in Rats, Int. J. Pharmacol.
Lau E.C., Cooper C., Lam D., Chan V.N.H., Tsang K.K., Sham A. (2000). Factors
Associated with Osteoarthritis of the Hip and Knee in HongKong Chinese: Obesity,
Joint Injury, and Occupational Activities. American Journal Epidemiology,; 152 :
855 – 862.
Lau E.C., Cooper C., Lam D., Chan V.N.H., Tsang K.K., Sham A. (2000). Factors
Associated with Osteoarthritis of the Hip and Knee in Hong Kong Chinese:
Obesity, Joint Injury, and Occupational Activities. American Journal Epidemiology.
152 : 855-862.
Lemone & Burke, (2001). Medical Surgical Nursing; Critical Thinking in Client Care, Third
Edition, California : Addison Wesley Nursing.
Maetzel A., Makela M., Hawker G., et al. (1997). Osteoarthritis of the Hip and Knee and
Mechanical Occupational Exposure : A Systematic Overview of the Evidence,; 24 :
599 – 607.
Muchlisah, F., (2005), Tanaman Obat Keluarga, 1-3, Cetakan ke-4, Penerbit. Swadaya,
Jakarta.
Noer. Sjaefoellah. (2001). Ilmu Penyakit Dalam. Jakarta. FKUI : Balai Penerbitan.
Notoatmojo, Soekidjo. (2005). Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta. PT. Rineka
Cipta.
Nugroho, Wahyudi. (2000). Perawatan Gerontik. EGC. Jakarta.
Nursal. (2006). Bioaktifitas Ekstrak Etanol Jahe (Zingiber officinale Roxb). Volume 2.
Program Studi Pendidikan Biologi FKIP UNRI : Riau.
11
Nursalam & Siti Pariani. (2001). Pendekatan Praktis Metodologi Riset Keperawatan.
Jakarta : CV. Sagung Seto.
Nursalam. (2003). Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan.
Jakarta. Salemba Medika.
Nursalam. (2008). Pendekatan Praktis Metodologi Riset Keperawatan, CV. Infomedika,
Jakarta.
Oliveria S.A., Felson D.T., Reed J.L., et al. (1995). Incidence of Symptomatic Hand, Hip
and Knee Osteoarthritis among Patients in a Health Maintenance Organization.
Arthritis Rheum ; 38 : 1134 – 1141.
Paimin, Farry B. dan Murhananto. (2008). Budidaya, Pengolahan dan Perdagangan Jahe.
PT Penebar Swadaya, Anggota IKAPI, Jakarta.
Parjoto, S. (2000). Assesment Fisioterapi pada OA Sendi Lutut, TITAFI XV, Semarang.
Patrick, Horay. (2002). Buku Pintar Terapi Air Panas. Jakarta : Restu Agung dan
Taramedia.
Phan, P.V., Sohrabi, A., Polotsky, A. (2005). Ginger Extract Components Suppress
Induction Of Chemokine Expression In Human Synoviocytes. J. Altern.
Complement. Med. 11, 149–154.
Poole A.R. (2001). Cartilage in Health and Disease In : arthritis and Allied Condition. Text
Book of Rheumatology. 4th edition. Editor : koopman W.J. Lippncol Williams &
Wilkins. Philadelphia.
Potter. (2005). Buku Ajar Fundamental Keperawatan. Jakarta : EGC.
Price, Sylvia Anderson. (2005). Patofisiologi Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit Edisi
4. Jakarta : EGC.
Rani A. (2009). Panduan Pelayanan Medic Osteoarthritis. Jakarta : PB. PAPDI hal
131.132
Ravindran. P.N., and Babu, K. N. (2005). Ginger The Genus Zingiber. CRC Press, New
York, hal. 87-90.
Reginster J.Y. (2002). The Prevalence and Burden of Osteoarthritis. Rheumatology. 41
(suppl 1) : 3 - 6.
Reuters, Thomson. (2012). Non-pharmacological Pain Management Therapies For Adults,
diakses dari http://www.drugs.com/cg/non-pharmacological-pain-managementtherapies-for-adults.html pada 7 Mei 2012.
Robbins SL. (2007). Sistem Muskuloskeletal Dalam Buku Ajar Patofisiologi.. Alih bahasa,
Brahm U. Ed 7. Vol 2. Jakarta. ECG;.h.862-8.
Rukmana R, (2000). Usaha Tani Jahe. Kanisius. Yogyakarta.
Santoso, Hieronymus Budi, (2009). Jahe. Kanisius, Yogyakarta.
Setiabudi, Toni. (2010). Panduan Gerontologi Tinjauan Dari Berbagai Aspek Menjaga
Keseimbangan Kualitas Hidup Para Lanjut Usia. Jakarta : Gramedia.
12
Setiyohadi Bambang. (2003). Osteoartritis Selayang Pandang. Dalam Temu Ilmiah
Reumatologi. Jakarta : 27 – 31.
Sluka KA. (2010). Reduction Of Pain Related Behaviors With Either Cold Or Heat
Treatment In Animal Model Acute Arthritis In. Arch Phys Med rehabilitaton. 80 :
313.
Smeltzer, SC. Bare, BG. (2002). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Edisi 8, EGC.
Jakarta.
Soeroso, J., Isbagio, H., Kalim, H., Broto, R. dan Pramudiyo, R. (2006). Osteoartrits.
Dalam : Alwi, I., Sudoyo, A.W., dan Setiati, S., ed. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam
Jilid II Edisi IV. Jakarta, Indonesia : Penerbit FKUI Pusat, 1195-1201.
Swarbrick, J., dan J.C. Boylan. (2002). Encyclopedia of Pharmaceutical Technology.
Second Edition Volume 3. Marcel Dekker, Inc: New York. Hal: 2067.
Syamsuhidayat dan Hutapea, J.R., (2009), Inventaris Tanaman Obat Indonesia, 305-306,
Departemen Kesehatan Republik Indonesia, Badan Penelitian dan
Pengembangan Kesehatan, Jakarta.
Tamsuri. Anas, (2007). Konsep dan Penatalaksanaan Nyeri. Jakarta : EGC.
Tangtrakulwanich Boonsin , Geater Alan F., Chongsuvivatwong Virasakdi. (2006).
Prevalence, Patterns and Risk Factors Of Knee OA In Thai Monks. Journal of
Orthopaedic Science. 11(5) : 439 - 445.
Taylor, Andrew J. (2010), “Food Flavor Technology”, 2nd ed., CRC Press LLC, USA, pp.
146-149.
Thomas, R., Gunter, L., Joachim, S., Michael, W., dan Richard, G., (2005). Pain and
Osteoarthritis in Primary Care : Factors Associated with Pain Perception in a
sampleof 1021Patients. Dalam : Anonymous, ed. Pain Medicine Volume 9 Number
7 2005.American Academy of Pain Medicine : Blackwell Publishing Limited, 905910.
World Health Organization, (2004). Global Burden Of Disease Report 2004 Update.
Direktorat World Health Organization.
World Health Organization. WHO. (2010). A Tabulation Of Available Data On The
Frequency and Mortality Of Rheumatology (Bone and Joint Decade). Geneva.
World Health Organization. WHO. (2010). Western Pacific Region, International
Association for the Study of Obesity, International Obesity Task Force. Redifining
Obesity and Its Treatment [serial on the internet]. 2010 Aug 20 ;
from:http://www.wpro.who.int/internet/resources.ashx/NUT/Redefine+obsty.
Yoshimura Noriko, Kinoshita Hirofumi, Hori Noriaki, et al. (2006). Risk Factors for Knee
Osteoarthritis in Japanese Men : A Case-Control Study. Modern Rheumatology. 16
(1) : 108 - 112.
13