MEMBANGUN GURU MERAIH PRESTASI DAN PROFE

MAKALAH PENDIDIKAN
MEMBANGUN GURU MERAIH PRESTASI DAN PROFESIONALISME DENGAN
KEJUJURAN

Peneliti : Drs. ANLATIF
NIP: 196709031993031007

PEMERINTAH KABUPATEN KARAWANG
DINAS PENDIDIKAN PEMUDA DAN OLAHRAGA

SMA NEGERI 2 CIKAMPEK

Jl. Jend. A Yani, Dawuan, Cikampek Kab. Karawang

Kata Pengantar

Segala puji bagi Allah swt Tuhan Semesta Alam yang telah memberikan berbagai nikmat, ilmu, hikmah,
rizki, kesehatan dan lainnya kepada kita sekalian.
Penulis mengucapkan terimakasih kepada berbagai pihak yang telah berusaha membantu penulis dalam
melakukan penelitian, khususnya Ria Mariani ( istri ), Iqbal Garibaldi Latief, Haidar Jabbarsyah latief dan
putri kecilku Raisa Hisani Malika Latief yang telah banyak terganggu waktu bercengkaramanya . Juga

kepada teman-teman guru di SMA Negeri 2 Cikampek yang memberi dukungan moril hingga
terselesaikannya penyusunan makalah ini.
Makalah yang dilakukan sisusun ini dalam rangka memenuhi persyaratan sebagai calon peserta guru
berprestasi tingkat kabupaten Karawang tahun 2016.
Makalah ini belum sempurna dalam banyak sisinya, karena itu, kritik dan saran dari pembaca sangat
diharapkan untuk penyempurnaan makalah ini, sekaligus mematangkan penulis untuk terus melakukan
perluasan wawasan edukatif, sehingga, bisa menyajikan pola berfikir yang inspiratif bagi semua pihak
pembaca , khususnya bagi sesame rekan guru di Kabupaten Karawang.

Cikampek, 18 April, 2016
Penulis

Drs. Anlatif
NIP:196709031993031007

MEMBANGUN GURU MERAIH PRESTASI DAN PROFESIONALISME
DENGAN KEJUJURAN
BAB I
PENDAHULUAN
a. Latar belakang

Manusia memiliki insting pedagogis, insting untuk mendidik keanak-anaknya atau ke generasi
yang lebih muda dengan tujuan menyempurnakan watak, karakter, kepribadian serta
keterampilannya sehingga bisa hidup dan cakap dalam bermasyarakat.
Dalam peradaban modern, insting pedagogis dilembagakan menjadi sekolah.

Sekolah

memerankan fungsi pendidikan dan pengajaran terhadap generasi muda. Dalam konteks ini, Ki
Hajar Dewantara mendifiniskan pendidikan sebagai berlakunya pengaruh orang terhadap orang
lain dengan maksud memberi kemajuan dalam hal apapun. Pendidikan menurut MJ Langeveld
(1955) adalah usaha menolong anak untuk melaksanakan tugas –tugas hidupnya, agar dia bisa
mandiri, akil balig dan bertanggungjawab secara susila. Pendidikan bertujuan mempersiapkan
hidup.
Abad modern menimbulkan perubahan besar dalam peradaban manusia berupa persaingan
tidak saja antar individu atau antar masyarakat tetapi juga antar Negara. Sehingga, menurut
Francis Fukuyama, setiap Negara berupaya agar memiliki daya saing tinggi dalam banyak bidang,
bukan saja untuk menghindari menjadi Negara gagal, tetapi juga untuk mewujudkan cita-cita
politik bernegara yaitu kemakmuran dan kesejahteraan bersama dalam sebuah nation. Karena
itu dibangun berbagai institusi pendidikan dalam jumlah yang berkecukupan.
Di Indonesia, sebagai Negara berkembang, menetapkan tujuan pendidikan nasional dengan

tegas menyatakan mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman
dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berahlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif,
mandiri dan menjadi warga Negara yang demokratis serta bertanggungjawab kemasyarakatn dan
berkebangsaan.
Tujuan pendidikan nasional menjadi dasar bagi penyusunan tujuan pendidikan ditiap propinsi,
Kabupaten, Kecamatan, dan semua sekolah disemua jenjang. Ditingkat sekolah, untuk mencapai

tujuan pendidikan nasional harus dibentuk visi sekolah, misi sekolah , strategi managemen yang
akan diterapkan serta penyiapan infrastruktur dan superstruktur serta kultur yang dibutuhkan.
Karena, dimensi dari tujuan pendidikan nasional diatas diharapkan dapat menghasilkan sumber
daya manusia berkualitas nasional, regional bahkan global. Berkualitas dalam konteks sekarang
berarti bisa kompetitif dan bisa memenangkan persaingan global. Sehingga disain dunia
pendidikan diarahkan untuk dapat menciptakan sumber daya manusia kualitas tinggi. ( Prof.Dr.
H. Syaiful Sagala, M.Pd , hal4 ) .
Disisi lain, pendidikan juga harus menghasilkan manusia yang memiliki kepribadian. Kepribadian
Indonesia yang dimanifestasikan kedalam bentuk kerangka berfikir dan berbuat sesuai nilai dan
norma Indonesia yang sehat dan rasional. Menurut Dr. Kartini Kartono, tanpa pendidikan, anak
tidak akan dapat mencapai martabat kemanusiaan, tidak bisa menjadi pribadi utuh; juga tidak
bisa menjadi insane sosial dan abdi Tuhan Yang Maha Esa yang saleh ( Kartini, 1977)
Pendidikan yang bermutu harapan semua pihak, baik pemerintah, pengguna, orang tua siswa,

para guru dan semua siswa. Mereka sepakat dan menginginkan lembaga-lembaga pendidikan di
Indonesia dapat menghasilkan kualitas peserta didik yang unggul sesuai tujuan pendidikan
nasional.
Dari paparan diatas, factor guru menjadi sangat strategis dalam pembangunan mutu pendidikan
di Indonesia. Gurulah yang menjadi sutradara pembelajaran, ia menjadi fasilitator, evaluator
bahkan kerap dijadikan nara sumber utama oleh siswa. Karena guru menjadi penentu,yang
menjadi pertanyaan dalam makalah ini, bagaimana membangun guru untuk meraih prestasi dan
profesionalismenya ?

BAB II
PEMBAHASAN
Dalam manajemen organisasi modern, mutu tidak hanya ditentukan oleh satu komponen, tetapi
ditentukan oleh banyak komponen. Mutu tinggi hanya bisa dihasilkan oleh optimalisasi semua
komponen, sesuai perannya dalam rantai organisasi.

Karena itu, mutu pendidikan sangat

tergantung pada banyak unsure pendidikan. Menurut P.H. Coombs terdapat 12 komponen
pendidikan utama dalam sistem pendidikan, yaitu :
1.

2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.

Tujuan dan prioritas
Pelajar/peserta didik
Manajemen
Struktur dan jadwal waktu
Isi bahan ajar
Guru dan pelaksana
Alat bantu belajar
Fasilitas

Teknologi
Pengawasan
Penelitian
Ongkos pendidikan

Ke 12 unsur pendidikan tersebut harus memainkan peran maksimal untuk membangun mutu
tinggi yang diharapkan. Bila ada terdapat komponen yang tidak ada atau tidak maksimal maka
dengan sendirinya atau secara logika mutu atau kualitas pendidikan yang dihasilkan juga akan
turun.
Secara definitive, Mutu (Kartini, 1977) didefinisakan sebagai derajat, ukuran baik buruk dan
tinggi rendahnya sesuatu.

Segala sesuatu yang bermutu dalam pendidikan adalah awet,

berguna, fungsional bagi manusia. Sesuatu yang tidak bermutu akan mudah lapuk dan tidak
berguna bagi manusia.
Mutu pendidikan tinggi merupakan sebuah prestasi bagi institusi pendidikan. Prestasi dalam
leadership, perencanaan, proses pelaksanaan, proses evaluasi , hasil pendidikan ( mutu peserta
didik ) hingga ke revisi semua bagian yang kurang untuk disesuaikan agar mampu berjalan dan
memainkan peran maksimal mencapai mutu tinggi ditengah perubahan yang terus terjadi.

Dalam konteks mutu pendidikan di Indonesia, memang terdapat keluhan terhadap kurangnya
mutu pendidikan di Indonesia. Keluhan ini datang dari pengguna hasil pendidikan seperti
perusahaan, karena mereka harus melatih ulang calon tenaga kerjanya melalui program training.
Masyarakat melihat lemahnya mutu pendidikan, didasarkan seperti banyaknya siswa yang
belum mampu memecahkan masalah-masalah dirinya di masyarakat maupun masalah
masyarakat dimana ia tinggal.

Masyarakat berharap mutu pendidikan tinggi yang ditandai para lulusan bisa memecahkan
masalahnya sendiri dan bisa memecahkan masalah-masalah didalam masyarakatnya sendiri .
Ketika standar yang diharapkan belum sesuai harapan , maka guru kerap menjadi pihak yang
disalahkan, guru dianggap tidak professional, guru dianggap tidak menjalankan fungsinya dengan
baik.
Walau ada 12 komponen yang menentukan mutu pendidikan dan guru hanya satu komponen
dari 12 komponen yang ada. Bahkan leadership kepala sekolah juga ikut menentukan mutu
pendidikan yang dihasilkan. Tetapi , karena masyarakat hanya mengenal guru maka gurulah yang
dianggap kurang memainkan perannya.
Hal tersebut didasarkan bahwa Guru adalah pendidik profesional dengan tugas utama mendidik,
mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didik pada
pendidikan anak usia dini jalur pendidikan formal, pendidikan dasar, dan pendidikan menengah
yang memegang peran utama dalam rangka implementasi fungsi dan upaya mencapai tujuan

nasional tersebut. Untuk menjalankan tugas utama guru harus memiliki kompetensi pedagogik,
kompetensi kepribadian, kompetensi sosial, dan kompetensi professional.

Dalam konteks berfikir diatas, Guru memainkan peran strategis dalam proses belajar
mengajar. Guru berfungsi memberikan tangga-tangga kognitif kepada siswa. Guru
berperan sebagai moderator dan fasilitator.( Agus, hal 38 ).
Menurut Paul Suparno, tugas guru adalah :
1. Menyediakan pengalaman belajar
2. Merencanakan kegiatan siswa
3. Memonitor dan mengevaluasi pemikiran dan sikap siswa
4. Memahami cara berfikir siswa
5. Berwawasan luas dan mendalam
Keberhasilan siswa menurut teori konstruktivisme ditentukan oleh keterampilan guru dalam
merancang proses pembalajaran , melaksanakan proses pembelajaran dan capaian target
pembelajaran yang diinginkannya.
Karena itu, membangun kompetensi guru, membangun kualitas dan profesionalisme guru,
membangun karir guru, membangun kesejahteraan guru harus dilakukan oleh pemerintah
melalui institusi pendidikan dimana mereka bekerja.

Pemerintah menginginkan semua guru memiliki prestasi tinggi dan berstandar professional,

karena Guru SMA yang berprestasi merupakan Guru SMA yang dapat menjadi model atau
contoh bagi Guru SMA lainnya.

Guru berprestasi diharapkan berdampak positif bagi

perkembangan pendidikan dan peningkatan mutu dan proses hasil pembelajaran.
Guru sebagai manusia memiliki banyak keterbatasan, tetapi sebagai manusia ia juga menyimpan
potensi yang luar biasa. Membangun kualitas guru berarti membangun sisi kompetensinya,
membangun sisi intelektualnya, membangun sisi kompetensi sosialnya, spiritualnya,
leadershipnya, enterpreunershipnya dan pengalamannya.
Berikut ini kompetensi yang diharapkan dimiliki guru :
1.Kompetensi pedagogic
1. Tercermin dari tingkat pemahaman terhadap peserta didik , yang terdiri dari
(1) memahami peserta didik dengan memanfaatkan prinsip-prinsip perkembangan
kognitif;
(2) memahami peserta didik dengan memanfaatkan prinsip-prinsip kepribadian
(3) mengidentifikasi bekal-ajar awal peserta didik.
2. Kemampuan yang terdiri dari perancangan dan pelaksanaan pembelajaran, terdiri dari
(1) memahami landasan kependidikan
(2) menerapkan teori belajar dan pembelajaran

(3) menentukan strategi pembelajaran berdasarkan karakteristik peserta didik,
kompetensi yang ingin dicapai, dan materi ajar
(4) menyusun rancangan pembelajaran berdasarkan strategi yang dipilih.
3. Kemampuan merancang dan melaksanakan evaluasi hasil belajar terdiri :
(1) merancang dan melaksanakan evaluasi (assessment) proses dan hasil belajar secara
berkesinambungan dengan berbagai metode
(2) menganalisis hasil evaluasi proses dan hasil belajar untuk menentukan tingkat
ketuntasan belajar (mastery learning)
(3) memanfaatkan hasil penilaian pembelajaran untuk perbaikan kualitas program
pembelajaran secara umum.
4. Pengembangan peserta didik untuk mengaktualisasikan berbagai potensi yang dimilikinya.
(1) memfasilitasi peserta didik untuk pengembangan berbagai potensi akademik
(2) memfasilitasi peserta didik untuk mengembangkan berbagai potensi
nonakademik.
2) Kompetensi kepribadian tercermin dari kemampuan personal, berupa kepribadian yang
mantap, stabil, dewasa, arif, dan berwibawa, menjadi teladan bagi peserta didik dan masyarakat,
dan berakhlak mulia.
3) Kompetensi sosial tercermin dari kemampuan guru untuk berkomunikasi dan bergaul secara
efektif dengan peserta didik, sesama pendidik, tenaga kependidikan, orangtua/wali peserta
didik, dan masyarakat sekitar.


4) Kompetensi profesional tercermin dari tingkat penguasaan materi pembelajaran secara luas
dan mendalam, yang mencakup penguasaan materi kurikulum mata pelajaran di sekolah dan
substansi keilmuan yang menaungi materinya, serta penguasaan terhadap struktur dan
metodologi keilmuannya.

Membangun profesionalisme guru berarti membangun kapasitas dan kompetensinya
dalam mengerjakan berbagai tugas yang harus diemban sebagai seorang guru, baik guru
sebagai pengajar atau pendidik, Guru yang menghasilkan karya kreatif atau inovatif antara
lain melalui:
1) Pembaruan (inovasi) dalam pembelajaran atau bimbingan;
2) Penemuan teknologi tepat guna dalam bidang pendidikan;
3) Penulisan buku fiksi/nonfiksi di bidang pendidikan atau sastra Indonesia dan sastra
daerah;
4) Penciptaan karya seni; atau
5) Karya atau prestasi di bidang olahraga.
Guru sebagai pendidik diharuskan memiliki

kemampuan mengenali potensi siswanya,

kemampuan membangun interaksi belajar mengajar dengan muridnya, kemampuan dalam
mengembangkan spesialisasi keilmuannya, kemampuan menentukan metode dan pendekatan
yang tepat, kemampuan merencanakan proses pembelajaran, kemampuan melaksanakan
pembelajaran sesuai konteks materi dengan metode dan pendekatan yang sesuai, kemampuan
melaksanakan evaluasi, termasuk kemampuan membuat soal yang sesuai standar pemerintah.
Guru sebagai Pembina siswa dalam konteks pengembangan kemampuan guru ini, guru
diharapkan mampu membuat standar operasional procedure ( SOP) pengajarannya, SOP untuk
tugas-tugas yang diberikan kepada siswanya, kemampuan membuat program kerja, kemampuan
membuat penjadwalan kegiatan, kemampuan membuat administrasi kegiatan, kemampuan
membuat dan melakukan pengadaan sarana prasarana yang sesuai untuk pembinaan siswanya.
Kompetensi guru sebagai pembimbing guru muda juga harus dikembangkan. Kemampuan ini
meliputi kemampuan berkomunikasi yang baik, singkat, padat dan jelas sehingga tercipta
komunikasi yang mencerahkan dan membuat guru muda dapat belajar meningkatkan kualitas ,
belajar meningkatkan kinerjanya, belajar meningkatkan idealism dan profesionalitasnya .
Kemampuan yang terbentuk berdasarkan bimbingan, pengalaman, pengetahuan dan ilmu yang
dimiliki guru yang lebih dulu bertugas.

Membangun karir guru berarti harus ada jenjang jelas dalam karir guru dengan iklim kompetisi
yang sehat tidak diracuni oleh vested interest dari individu atau sekelompok individu yang segala
ide dan tindakannya merusak iklim kompetitif para guru dalam meraih jenjang karir terbaiknya.
Karir guru perlu dibangun baik untuk perbaikan organisasi, penyempurnaan organisasi,
menggerakan organisasi maupun untuk peningkatan motivasi dan kesejahteraan guru. Sistem
karir yang jelas, transparan, akuntabel dapat mendorong guru untuk melakukan yang terbaik
yang bisa dia berikan dalam kerjanya. Ia melihat target dan mengukur kinerjanya berdasarkan
target. Target yang berbentuk posisi – posisi yang secara hirarkis terus meningkat, prestisius dan
meningkatkan penghasilannya secara signifikan tanpa melanggar undang- undang dan berbagai
peraturan lainnya.
Sistem karir yang tak jelas, membuat motivasi guru rendah, karena tak melihat target karir yang
jelas serta penghasilan yang signifikan dan khawatir melanggar aturan atau undang-undang.
Sehingga, guru hanya melihat tidak ada tantangan berprestasi yang signifikan .
Membangun kesejahteraan guru berarti memberikan gaji dan penghasilan tambahan yang cukup
bahkan lebih untuk guru dan keluarganya. Baik melalui politik penggajian yang menghargai
profesionalisme guru maupun penetapan standar penghasilan yang jelas dan diatas UMR, karena
guru, bukan karyawan yang bekerja mengolah barang atau hanya mengerjakan tugas
administrative, tetapi guru sebagai pembentuk manusia berakhlak, berkepribadian, memiliki
keterampilan, memiliki tanggung dan nasionalisme Indonesia, sehingga secara peran, sangat
strategis dan menentukan kualitas dan nasib bangsa.
Dalam konteks diatas, membangun system pendidikan yang professional, membangun
infrastruktur, superstruktur dan kultur kinerja yang professional secara jujur untuk kemajuan
bangsa dan khususnya untuk kemajuan dunia pendidikan harus dilakukan oleh pemerintah
secara sungguh-sungguh, melalui berbagai pelatihan yang terorganisasi, dengan subjek
pembelajaran yang jelas, didukung oleh pengajar tenaga ahli dan berpengalaman serta dana
yang cukup.
Pelatihan, seminar, workshop, MGMP dan berbagai pola lain untuk meningkatkan kualitas guru,
tetapi dilakukan secara sistematis, berkala, terukur dan tidak mengganggu jam kerja guru.
Pelatihan berkala, bertingkat, dari yang sederhana hingga ketingkat mahir harus dilaksanakan

oleh pemerintah, khususnya Departemen Pendidikan Nasional, melalui Dinas pendidikan
setempat atau dengan mendatangkan para ahli melakukan pelatihan disekolah.
Pembangunan guru agar menjadi professional dan berprestasi harus didukung oleh
pembangunan system manajemen pendidikan yang didasarkan tata kelola pemerintahan yang
baik dan bersih didukung oleh iklim leadership yang baik yang dikembangkan tidak saja ditingkat
nasional, daerah tetapi juga dilingkup sekolah oleh kepala sekolah.
Bagaimanapun pendidikan yang berkualitas dengan hasil mutu yang tinggi sangat diharapkan
bukan saja oleh para guru, tetapi juga oleh siswa, para orangtua, masyarakat dan Negara
Indonesia yang sedang berusaha menjadi yang kompetitif dalam persaingan global.

KESIMPULAN

Tujuan pendidikan nasional dengan tegas menyatakan mengembangkan potensi peserta didik
agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berahlak
mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga Negara yang demokratis serta
bertanggungjawab kemasyarakatn dan berkebangsaan.
Masyarakat berharap mutu pendidikan tinggi yang ditandai para lulusan bisa memecahkan
masalahnya sendiri dan bisa memecahkan masalah-masalah didalam masyarakatnya sendiri .
Ketika standar yang diharapkan belum sesuai harapan , maka guru kerap menjadi pihak yang
disalahkan, guru dianggap tidak professional, guru dianggap tidak menjalankan fungsinya dengan
baik.
Guru sebagai manusia memiliki banyak keterbatasan, tetapi sebagai manusia ia juga menyimpan
potensi yang luar biasa. Membangun kualitas guru berarti membangun sisi intelektualnya,
membangun sisi kompetensi sosialnya, membangun sisi spiritualnya, membangun sisi
leadershipnya,

membangun

kemampuan

enterpreunershipnya

dan

mengembangkan

pengalamannya dalam tugas-tugas profesionalismenya.
Karena itu, prestasi tinggi dunia pendidikan atau mutu pendidikan, dapat diraih oleh dunia
pendidikan bila guru dikembangkan kompetensinya dan

dikelola dengan standar

profesionalisme tinggi dan dilandasi system organisasi yang baik, modern, dan sikap jujur dalam
pelaksanaannya.

PENUTUP

Segala puji bagi Allah swt Tuhan Semesta Alam yang telah memberikan berbagai nikmat, ilmu, hikmah,
rizki, kesehatan dan lainnya kepada kita sekalian.

Penulis mengucapkan terimakasih kepada berbagai pihak yang telah berusaha membantu penulis dalam
melakukan penulisan makalah ini, khususnya Ria Mariani ( istri ), Iqbal Garibaldi Latief, Haidar
Jabbarsyah latief dan putri kecilku Raisa Hisani Malika Latief yang telah banyak terganggu waktu
bercengkaramanya . Juga kepada teman-teman guru di SMA Negeri 2 Cikampek yang memberi
dukungan moril hingga terselesaikannya penyusunan makalah ini.
Makalah yang dilakukan sisusun ini dalam rangka memenuhi persyaratan sebagai calon peserta guru
berprestasi tingkat kabupaten Karawang tahun 2016.
Makalah ini belum sempurna dalam banyak sisinya, karena itu, kritik dan saran dari pembaca sangat
diharapkan untuk penyempurnaan makalah ini, sekaligus mematangkan penulis untuk terus melakukan
perluasan wawasan edukatif, sehingga, bisa menyajikan pola berfikir yang inspiratif bagi semua pihak
pembaca , khususnya bagi sesame rekan guru di Kabupaten Karawang.
Terima kasih atas perhatiannya.

Cikampek, 18 April, 2016
Penulis

Drs. Anlatif
NIP:196709031993031007

Kata Pengantar

Segala puji bagi Allah swt Tuhan Semesta Alam yang telah memberikan berbagai nikmat, ilmu, hikmah,
rizki, kesehatan dan lainnya kepada kita sekalian.
Penulis mengucapkan terimakasih kepada berbagai pihak yang telah berusaha membantu penulis dalam
melakukan penelitian, khususnya Ria Mariani ( istri ), Iqbal Garibaldi Latief, Haidar Jabbarsyah latief dan
putri kecilku Raisa Hisani Malika Latief yang telah banyak terganggu waktu bercengkaramanya . Juga
kepada teman-teman guru di SMA Negeri 2 Cikampek yang memberi dukungan moril hingga
terselesaikannya penyusunan makalah ini.
Makalah yang dilakukan sisusun ini dalam rangka memenuhi persyaratan sebagai calon peserta guru
berprestasi tingkat kabupaten Karawang tahun 2016.
Makalah ini belum sempurna dalam banyak sisinya, karena itu, kritik dan saran dari pembaca sangat
diharapkan untuk penyempurnaan makalah ini, sekaligus mematangkan penulis untuk terus melakukan
perluasan wawasan edukatif, sehingga, bisa menyajikan pola berfikir yang inspiratif bagi semua pihak
pembaca , khususnya bagi sesame rekan guru di Kabupaten Karawang.

Cikampek, 18 April, 2016
Penulis

Drs. Anlatif
NIP:196709031993031007
Bahan Pustaka
1. Dr. Kartini Kartono. Tinjauan politik mengenai system Pendidikan Nasional, Jakarta: Pradnya
Paramita, 1977, cet 1
2. Dra. Eveline Siregar. Teori Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Ghalia Indah, 2010, cet pertama
3. Hisyam Zaini dkk. Strategi Pembelajaran Aktif. Yogyakarta : CTSD, 2007, cet 6
4. Prof. Dr. H.M. Burhan Bungin, S.Sos. M. Si. Sosiologi komunikasi. Jakarta : Kencana, 2008. Hal
57
5. Elaine B Johnson, PH.D. Contextual Teaching @ Learning. Bandung: Mizan Learning Center,
2007. Cet IV
6. Drs. H. Dadang Iskandar, M.Pd. Modul Pendidikan dan Latihan Pengembangan Profesi Guru.
Bandung: FKIP UNPAS Bandung, 2009.
7. Arief Yahya. Great Spirit Grand Strategy. Jakarta : Gramedia Media Utama, 2013.
8. Ir. M. Budihardjo. Panduan Praktis Penyusun SOP. Jakarta : Raih Asa Sukses. 2014