PEPERANGAN PADA MASA RASULULLAH DI MADIN

DAFTAR ISI
BAB I : PENDAHULUAN

2

A.

Latar Belakang

2

B.

Rumusan Masalah

2

C.

Tujuan


2

BAB II : PERANG BADAR

3

A.

Kronologi

3

B.

Dampak

5

BAB III : PERANG UHUD


6

A.

Kronologi

6

B.

Dampak

8

BAB IV : PERANG KHANDAQ

9

A.


Kronologi

9

B.

Dampak

10

BAB V : PENUTUP

11

A.

Kesimpulan

11


B.

Saran-saran

11

DAFTAR PUSTAKA

12

BAB I
PENDAHULUAN
A.

Latar Belakang
Rasulullah berdakwah selama 13 tahun di Mekkah, sebelum akhirnya memutuskan

untuk hijrah ke Yatsrib. Kota yang diganti namanya menjadi Madinah tersebut menandai
perkembangan syi’ar Islam hingga ke luar Jazirah Arab. Madinah tak ubahnya negara
berdaulat, dengan Rasulullah sebagai pemimpin tertinggi dan penduduknya terikat dalam

perjanjian yang disebut Piagam Madinah.
Dalam membangun peradaban di Madinah, Rasulullah menghadapi berbagai
tantangan. Suku-suku pedalaman di Madinah belum sepenuhnya menerima Islam
sementara kaum Yahudi beberapa kali melanggar kesepakatan yang telah disetujui
bersama. Selain itu, ancaman dari kaum musyrikin Quraisy di Mekkah masih belum pudar.
Konfrontasi tersebut akhirnya meletus dalam tiga peperangan penting, yaitu Perang Badar,
Uhud, dan Khandaq.
B.

Rumusan Masalah
1. Apa saja peperangan penting yang terjadi pada masa Rasulullah?
2.Bagaimana kronologi peperangan pada masa Rasulullah?
3. Apa pengaruh peperangan pada masa Rasulullah terhadap peradaban Islam
di Madinah?

C.

Tujuan
1. Mengetahui peperangan penting pada masa Rasulullah
2. Mengetahui kronologi peperangan penting yang terjadi pada masa Rasulullah

2. Mengetahui pengaruh peperangan pada masa Rasulullah terhadap peradaban
Islam di Madinah

2

BAB II
PERANG BADAR
A.

Kronologi Perang
Perang Badar merupakan puncak pertikaian antara kaum muslimin Madinah dan

kaum musyrikin Quraisy Mekkah. Perang ini terjadi pada 17 Ramadhan 2 Hijriah atau 13
Maret 624 Masehi di lembah Badar.
Terdengar sebuah berita mengenai sebuah kafilah Quraisy yang dipimpin oleh
Abu Sufyan dengan 40 orang penjaga. Kafilah tersebut membawa harta yang melimpah
milik penduduk Mekkah; sekitar 1000 ekor unta membawa muatan bernilai 50.000 dinar
emas.1 Mendengar hal itu Rasulullah membentuk pasukan untuk menyerang kafilah
tersebut. Kejadian ini tercantum dalam surah al-Anfal ayat 5-6.2


‫حرمق نورإ منن نفرريققا رممنن ٱل ؤهمؤؤرمرنينن ل نك نكررههونن‬
‫ك ننما أ نؤخنرنجنك نربمهنك رمنن بنيؤرتنك ربٱل ؤ ن‬
‫حرمق بنؤعندنما تنبنيمننن ك نأ نن مننما يهنساهقونن رإنلى ٱل ؤنمؤو ر‬
‫ت نوههؤم نينهظهرونن‬
‫جردهلون ننك رفى ٱل ؤ ن‬
‫يه كن‬
(5) Sebagaimana Tuhanmu menyuruhmu pergi dan rumahmu dengan kebenaran, padahal
sesungguhnya sebagian dari orang-orang yang beriman itu tidak menyukainya
(6) mereka membantahmu tentang kebenaran sesudah nyata (bahwa mereka pasti menang),
seolah-olah mereka dihalau kepada kematian, sedang mereka melihat (sebab-sebab
kematian itu).
Abu Sufyan mengirim mata-mata sebelum melewati Madinah untuk mengetahui
adakah pasukan dari kaum muslimin yang akan mencegat kafilahnya. Di sisi lain,
Rasulullah juga mengirimkan dua orang mata-mata yaitu Basbas bin Amr dan Adi bin Abi
az-Zaghba. Abu Sufyan yang mendapatkan informasi bahwa Rasulullah sudah mengutus
para sahabatnya untuk mencegat kafilah3 segera mengutus Dhamdam bin Amr al-Ghifari
ke Mekkah untuk memberitakan bahwa pasukan kaum muslimin akan segera datang ke
Badar. Dhamdham diminta untuk menyampaikan kepada masyarakat Mekkah agar
mengirimkan bantuan.
1Syaikh Shafiyyurrahman al-Mubarakfury, Perjalanan Hidup Rasul Yang Agung MUHAMMAD

dari Kelahiran Hingga Detik-Detik Terakhir, (Jakarta: Darul Haq, 2012), hlm. 295.
2Ibid., hlm. 302.
3Ibid., hlm. 297.

3

Rasulullah bersama Abu Bakar pun keluar mencari informasi mengenai pasukan
dari Mekkah. Kemudian keduanya bertemu dengan seorang tua dari kalangan Arab Badui4
dan bertanya kepadanya tanpa memberi tahu identitas yang sebenarnya. Setelah mendapat
informasi, Rasulullah dan Abu Bakar meninggalkan orang tua itu. Pada sore harinya,
Rasulullah mengutus Ali bin Abi Thalib, Az-Zubair bin Al-Awwam, Sa’ad bin Abi
Waqqash bersama beberapa orang sahabatnya menuju perairan yang ada di kawasan
Badar untuk mencari berita tentang kaum Quraisy.5 Kemudian mereka bertemu dengan
dua orang budak dari kaum musyrikin Quraisy yang sedang mengambil air untuk pasukan
perang mereka. Kedua budak tersebut lalu dibawa ke hadapan Rasulullah, dari kedua
budak tersebut didapatkan informasi mengenai jumlah pasukan Quraisy.
Rasulullah SAW segera keluar dari Madinah bersama 313 pasukan dengan
peralatan perang yang seadanya. Mereka hanya mempunyai 2 ekor kuda, yang
ditunggangi bergantian oleh para sahabat nabi dan 70 ekor unta. Setelah Abu Sufyan dan
kafilahnya menyusuri jalan pantai dan selamat, ia mengirimkan surat kepada kaum

Quraisy yang telah siap untuk berperang agar segera kembali, namun Abu Jahal dan
pasukan sebanyak kurang lebih 1000 orang menginginkan berperang. Akhirnya kaum
muslimin dan kaum musyrikin saling berhadapan di medan perang.
Kaum Quraisy mengutus Utbah bin Rabi’ah, Syaibah bin Rabi’ah, dan Al-Walid
bin Utbah, sementara dari pihak muslimin Hamzah bin Abdul Muthalib, Ali bin Abi
Thalib, dan Ubaidah bin Al-Harits maju ke muka. Peperangan ini kemudian dimulai
dengan Ubaidah yang melawan Utbah bi Rabi’ah, Hamzah menghadapi Syaibah dan Ali
berhadapan dengan al-Walid. Akhirnya ketiganya dapat dikalahkan, namun Ubaidah
mendapat luka yang cukup parah dan akhirnya meninggal dunia. Melihat ketiga tokoh
dari kaum musyrikin terbunuh, mereka marah dan menyerang kaum muslimin.
Pertempuran berakhir dengan kekalahan di pihak kaum musyrikin dan
kemenangan diraih oleh kaum muslimin. Dari pihak kaum muslimin terdapat 14 orang
gugur sebagai syuhada, 6 orang dari Muhajirin dan 8 dari Anshar. Sedangkan di pihak
kaum musyrikin sebanyak 70 orang tewas dan 70 orang lainnya ditawan. Semua mayat

4Ali Muhammad Ash-Shallabi, Sejarah Lengkap Rasulullah, Jilid 1, (Jakarta: Pustaka AlKautsar,2012), hlm. 614.
5Ibid., hlm. 615.

4


dimasukkan kedalam sumur yang terletak di jantung kawasan Badar atas perintah
Rasulullah.6
B.

Dampak Perang
Kemenangan yang dicapai meningkatkan moral dan semangat kaum muslimin.

Kabar mengenai Perang Badar telah tersiar di Madinah dan sekitarnya. 7 Kaum munafik
merasa waswas, tidak berani menampakkan kedengkian mereka terhadap Islam secara
terang-terangan.
Sementara itu, kaum musyrikin Quraisy mendapatkan kerugian akibat kekalahan
yang diderita. Dalam perang ini, Abu Jahal, Umayyah bin Khalaf, Utbah, dan pemimpin
perang lainnya terbunuh. Penduduk Mekkah merasakan duka yang mendalam, banyak
keluarga mereka mati terbunuh ataupun menjadi tawanan. Kekalahan pada Perang Badar
mengancam kekuasaan dan perdagangan kaum Quraisy Mekkah di daerah Hijaz.

6Syaikh Shafiyyurrahman al-Mubarakfury, Perjalanan Hidup Rasul..., hlm. 329-330.
7Ali Muhammad Ash-Shallabi, Sejarah Lengkap Rasulullah ..., hlm. 676.

5


BAB III
PERANG UHUD
A.

Kronologi Perang
Perang Uhud merupakan peperangan antara kaum muslimin melawan kaum

Quraisy Mekkah yang terjadi pada tanggal 22 Maret 625 M atau 7 Syawal 3 H.
Peperangan ini terjadi di dekat perbukitan Uhud yang terletak 4 mil dari Masjid Nabawi
yang mempunyai ketinggian 1000 kaki dari permukaan tanah.
Perang ini dilatarbelakangi oleh kekalahan kaum musyrikin Quraisy pada perang
Badar. Kaum Quraisy dengan jumlah tentara 1000 orang melawan Muslim yang hanya
berjumlah 313 pasukan. Selain itu terbunuhnya tokoh pemuka Quraisy yaitu Abu Jahal
semakin menyulut keinginan mereka untuk membalas dendam. Tokoh yang paling antusias
adalah Ikrimah bin Abu Jahal, Shafwan bin Umayah, Abu Sufyan bin Harb dan Abdullah
bin Rabiah.
Langkah pertama yang dilakukan kaum Quraisy ialah mempersiapkan perang
dengan mengumpulkan dana dari masyarakat sekitar. Dana yang terkumpul mencapai 1000
unta dan 1500 dinar. Upaya mereka tercantum dalam Surah Al-Anfal ayat 36.

‫عن نسربيرل ٱلل منره نفنسهينرفهقون ننها ثهممن تن ه‬
‫عل نيؤرهؤم نحؤسنرقة ثهممن‬
‫كوهن ن‬
‫رإ منن ٱل منرذينن ك ننفهرواا هينرفهقونن أ نؤمكنول نههؤم لرينهص مهدواا ن‬
‫حنشهرونن‬
‫يهؤغل نهبونن نوٱل منرذينن ك ننفهروواا رإل نكى نجنهن مننم يه ؤ‬
(36) Sesungguhnya orang-orang yang kafir menafkahkan harta mereka untuk menghalangi
(orang) dari jalan Allah. Mereka akan menafkahkan harta itu, kemudian menjadi sesalan
bagi mereka, dan mereka akan dikalahkan. Dan ke dalam Jahannamlah orang-orang yang
kafir itu dikumpulkan
Selanjutnya mereka memanfaatkan para penyair untuk mengobarkan semangat
perang. Shafwan bin Umayyah membujuk Abu Azzah seorang penyair yang pernah
ditawan Rasulullah setelah saat perang Badar. Selain itu, ada penyair lain yang bernama
Musafi` ibn Abu Manafal-Jumah.
Pasukan Quraisy Mekkah berjumlah 3000 pria dan 15 wanita. Sebanyak 3000 unta
dibawa sebagai pengangkut barang dan terdapat 200 pasukan berkuda. Pasukan berbaju
6

besi berjumlah 700 orang. Mereka membagi pasukan dalam tiga komando, yaitu di bawah
kepemimpinan Abu Sufyan, Ikrimah bin Abu Jahal dan Khalid bin Walid.
Dari pihak kaum muslimin, Abbas bin Abdul Muthalib yang kala itu masih berada
di Mekkah bertindak sebagai mata-mata. Ia mengirimkan surat yang sampai kepada
Rasulullah dalam tiga hari. Isi suratnya menyebutkan persiapan perang yang dilakukan
kaum musyrikin Quraisy.
Rasulullah berdiskusi dengan para sahabatnya mengenai tempat diadakannya
perang. Akhirnya ditentukan bahwa perang akan diadakan di luar kota Madinah. Kaum
muslimin menyiapkan pasukan sebanyak 1000 prajurit, 100 diantaranya berbaju besi
dengan 50 penunggang kuda. Formasi pasukan dibagi menjadi tiga; sayap kanan dipimpin
oleh Al-Mundzir bin Amr termasuk pasukan pemanah yang ditempatkan di atas bukit yang
sekarang di sebut Jabal Rumat. Rasulullah berpesan kepada pasukan pemanah untuk tetap
berjaga di bukit sampai perang dinyatakan selesai. Sayap kiri di komandani oleh Zubair
bin Awwam dan pasukan pendukung dipimpin al-Miqdad bin al-Aswad.
Peperangan dimulai dengan duel antara Thalhah bin Abu Thalhah dan al-Abdari
Az-Zubair dan dimenangkan pihak muslimin. Kemudian perang meletus di berbagai titik.
Abu Bakar, Umar bin Khattab dan Ali juga ikut berjuang kecuali Utsman. Hamzah bin
Abdul Muthalib merangsek ke tengah-tengah pasukan musyrikin. Di samping itu muncul
Abu Dujanah dengan membawa pedang Rasulullah. Usahanya dapat mengacak-acak
barisan pasukan musyrikin.8
Pasukan muslim mendominasi peperangan sampai menjelang akhir perang.
Pasukan pemanah yang berada di bukit melakukan kesalahan fatal. Mereka turun dari bukit
karena melihat sebagian kaum muslimin sudah mengumpulkan ghanimah.9 Hingga hanya
tersisa sepuluh orang pemanah yang berjaga di atas bukit. Kelengahan kaum muslimin
dimanfaatkan Khalid untuk menyerang dari belakang. Perang berakhir dengan
kemenangan di pihak kaum musyrikin.

8Syaikh Shafiyurrahman al-Mubarakfury, Sirah Nabawiyah (Sejarah Hidup Nabi Muhammad),
(Jakarta: Ummul Qura, 2014), hlm. 475.
9Ibid., hlm. 480.

7

B.

Dampak Perang
Meskipun kemenangan dalam Perang Uhud tidak berpihak pada kaum muslimin,

Rasulullah sebagai pemimpin masih hidup, sehingga menghalangi keinginan kaum
Quraisy Mekkah untuk membuka jalur perdagangan ke Syam.
Perang Uhud meninggalkan kerugian yang besar bagi kedua belah pihak. Kaum
musyrikin Quraisy menderita kerugian akibat kekalahan di awal hingga penghujung akhir
perang, sementara yang meninggal dari pihak muslim kebanyakan berasal dari golongan
Anshar sebanyak 65 orang dengan rincian 41 dari Khazraj dan 24 dari Aus. Dari golongan
Muhajirin sebanyak empat orang gugur termasuk Hamzah bin Abdul Muthalib.
Setelah kekalahan yang dialami kaum muslimin dalam Perang Uhud, kaum
munafik terang-terangan menampakkan ketidaksukaannya terhadap Islam, seperti yang
digambarkan dalam Surah Ali Imran ayat 167:

‫نولرينؤعل ننم ٱل منرذينن ننانفهقواا نورقينل ل نههؤم تننعال نؤواا كنقرتهلواا رفى نسربيرل ٱلل منره أ نرو ٱؤدنفهعواا نقاهلواا ل نؤو ن نؤعل نهم رقنتاقلا منلٱتمنبنؤعن كنك هؤم‬
‫ن‬
‫عل نهم ربنما ينك ؤتههمونن‬
‫ب رمن ؤههؤم لرل ؤرإيكنمرن ينهقوهلونن ربأ نؤفكنورهرهم منما ل نيؤنس رفى هقهلوربرهؤم نوٱلل منهه أ ن ؤ‬
‫ههؤم لرل ؤك هؤفرر ينؤونمرئذذ أؤقنر ه‬
(167) Dan supaya Allah mengetahui siapa orang-orang yang munafik. Kepada mereka
dikatakan: "Marilah berperang di jalan Allah atau pertahankanlah (dirimu)". Mereka
berkata: "Sekiranya kami mengetahui akan terjadi peperangan, tentulah kami mengikuti
kamu". Mereka pada hari itu lebih dekat kepada kekafiran dari pada keimanan. Mereka
mengatakan dengan mulutnya apa yang tidak terkandung dalam hatinya. Dan Allah lebih
mengetahui dalam hatinya. Dan Allah lebih mengetahui apa yang mereka sembunyikan.

8

BAB IV
PERANG KHANDAQ
A.

Kronologi Perang
Setelah Perang Uhud, para pembesar Quraisy mulai menganggap Rasulullah

sebagai pemimpin yang piawai. Mereka sadar bahwa untuk menghancurkan kaum
muslimin dibutuhkan persiapan yang matang dan juga kekuatan yang besar. Para pembesar
Quraisy sudah mulai membuat perjanjian kerjasama dengan kabilah-kabilah Arab yang ada
di sekitar Mekkah. Selain itu kaum Quraisy juga melakukan kerjasama dengan orangorang Yahudi Khaibar dan Bani Nadhir serta Bani Ghathfan. Kaum Yahudi di Khaibar
menanggapi tawaran tersebut secara positif, mengingat Rasulullah telah mengusir mereka
dari Madinah. Dengan diplomasi yang dilakukan, para pembesar Quraisy berharap mampu
menumpas kekuatan Islam sampai ke akarnya. Dari kerjasama yang di lakukan kaum
Quraisy, mereka dapat mengerahkan sebanyak 600 pasukan kaveleri, 10.000 infranteri, dan
unta yang sangat banyak untuk mengangkut perbekalan.10 Oleh karena banyaknya sekutu
yang bergabung, maka perang ini disebut juga dengan nama Ahzab.
Rasulullah yang mengetahui rencana kaum musyrikin meminta pendapat para
sahabat, apakah mereka bersedia menghadapi kaum musyrikin di luar atau di dalam
Madinah. Mayoritas sahabat mengusulkan agar kaum muslimin tidak keluar dari Madinah.
Salah seorang sahabat Rasulullah dari Persia, yaitu Salman al Farisi mengusulkan
penggalian parit mengelilingi Madinah. Pembangunan parit dilakukan selama 9-15 hari.
Pengerahan pasukan dari kedua belah pihak dimulai pada 31 Maret 627 M atau
Syawal 5 H. Strategi pertahanan berupa parit belum dikenal oleh Bangsa Arab. Kaum
musyrikin Quraisy tidak berani bertindak gegabah dalam menghadapi kaum muslimin.
Mereka mendirikan tenda-tenda di luar Madinah sambil mencari celah untuk menyerang.
Pasukan muslim dipimpin oleh Rasulullah sendiri dengan Zaid bin Haritsah
sebagai pembawa panji dari kaum Muhajirin dan Sa’ad bin Ubadah dari kaum Anshar.
Rasulullah memerintahkan kepada yang menjaga parit agar jangan lengah. Kemudian
ketika malam hari Rasulullah berkali-kali mengingatkan kepada kaum muslimin agar
berpatroli dan mengetatkan penjagaan parit serta menjaga benteng-benteng Yahudi.
10 Abdul Aziz Ghanim,
GemaInsani Press, 1991), hlm. 73.

Perang dan Damai di Masa Pemerintahan Rasulullah, (Jakarta:

9

Hampir sebulan kedua belah pihak bertahan pada posisinya masing-masing. Tidak
ada pergerakan yang berarti dari kedua belah pihak selain hanya saling melepaskan anak
panah. Membelotnya Bani Quraizhah dengan kaum musyrikin Mekkah menambah beban
penderitaan kaum muslimin. Dalam suasana yang genting itu, turun Surah Al-Ahzab ayat
10-11, sedangkan Surah Al-Ahzab ayat 12-15 menggambarkan keadaan kaum munafik
yang mengundurkan diri dari perang dengan berbagai alasan.
Dalam pengepungan tersebut beberapa kali pasukan berkuda Quraisy mencoba
menerobos melewati parit, diantara adalah Amr bin Abd Wud, akan tetapi ia berhasil
dibunuh oleh Ali bin Abi Thalib. Selain itu Naufal bin Abdullah bin Mughiroh juga
terbunuh ketika berusaha untuk melewati parit Madinah.
Kala itu, Nu’aim bin Mas’ud al Asyja’i menemui Rasulullah dan menyatakan
keislamannya. Ia kemudian mengusulkan untuk memecah belah pasukan kaum musyrikin
dan menawarkan dirinya sebagai pelaksana taktik tersebut. Di tengah-tengah suasana yang
memanas akibat pertikaian, kaum musyrikin menghadapi bencana berupa angin topan dan
udara yang dingin. Perkemahan yang mereka dirikan porak poranda. Abu Sufyan
kemudian memerintahkan pasukannya untuk mundur. Setelah melihat pasukan musyrikin
pergi barulah Rasulullah mengizinkan kepada sahabat untuk pulang ke rumahnya masingmasing.
B.

Dampak Perang
Dengan tercapainya kemenangan dalam Perang Khandaq, kaum musyrikin

perlahan mulai menempuh jalan damai dengan Pemerintahan Madinah, karena memang
jika dengan menggunakan jalan perang sudah tidak dapat di lakukan lagi, melihat
tangguhnya kaum muslimin dalam menghadapi serangan dari kaum musyrikin yang
dibantu kaum munafik.
Usai Perang Khandaq, Rasulullah melakukan serangkaian serangan sebagai
peringatan terhadap kabilah dan penduduk pedalaman yang masih berusaha menggempur
Madinah. Muhammad bin Maslamah dikirim untuk membekuk klan Ubaid bin Kilab dari
Qais Ailan yang mendiami jalur menuju Bashrah. 11 Dengan demikian, stabilitas internal
dan eksternal Madinah dapat dipertahankan.
11 Nizar Abazhah, Perang Muhammad: Kisah Perjuangan dan Pertempuran Rasulullah,
diterjemahkan oleh Asy’ari Khatib, (Jakarta: Zaman, 2013), hlm. 160.

10

BAB V
PENUTUP
A.

Kesimpulan
Dakwah Rasulullah di Madinah ditandai dengan pembangunan peradaban Islam.

Peradaban yang masih dirintis tersebut mengalami berbagai gangguan, yaitu Islam belum
sepenuhnya diterima oleh suku-suku pedalaman di Madinah, kaum Yahudi yang beberapa
kali melanggar perjanjian dan ancaman yang datang dari kaum musyrikin Quraisy di
Mekkah. Konfrontasi tersebut akhirnya meletus dalam beberapa peperangan, termasuk
Badar, Uhud dan Khandaq.
Kemenangan pada Perang Badar meningkatkan moral dan semangat kaum
muslimin. Madinah tumbuh menjadi peradaban yang disegani oleh suku-suku di
sekitarnya. Namun prestise yang sudah terbentuk ini luluh akibat kekalahan pada Perang
Uhud. Meskipun begitu, kaum muslimin masih dapat mengamankan posisi mereka
sehingga mencegah kaum Quraisy Mekkah memanfaatkan jalur perdagangan ke Syam.
Pada perang Khandaq, dilakukan penggalian parit sebagai strategi pertahanan Madinah.
Secara garis besar, strategi peperangan yang dilakukan Rasulullah berkisar pada taktik
spionase untuk penggalian informasi pihak musuh, sabotase jalur perdagangan sebagai
taktik ekonomi, dan psy war.
Dengan kemenangan yang diraih kaum muslimin, syi’ar Islam semakin luas.
Rasulullah mengutus para sahabat untuk memerangi suku-suku Arab yang membahayakan
kekuasaan di Madinah. Diplomasi kepada kerajaan lain juga dilakukan untuk meraih
dukungan dalam membangun peradaban Islam di Madinah.
B.

Saran-saran

1. Dalam mempelajari peperangan pada masa Rasulullah, tidak cukup hanya berpedoman
dengan satu referensi saja, penulis menyarankan pembaca agar mencari referensi lain agar
mendapatkan wawasan yang lebih luas.
2. Sejarah menjadi bermanfaat jika kita mampu mengambil pelajaran di dalamnya. Dari
tiga peperangan penting yang terjadi pada masa Rasulullah, semangat jihad dan strategi
11

yang matang menjadi landasan keberhasilan. Berlawanan dengan hal itu, kelalaian dalam
peperangan sudah seharusnya dihindari.
3. Kritik dan saran dari pembaca sangat diharapkan untuk perbaikan makalah ini ke
depannya.

DAFTAR PUSTAKA

Abazhah, Nizhar. 2013. Perang Muhammad: Kisah Perjuangan dan Pertempuran
Rasulullah. [penerj.] Asy'ari Khatib. Jakarta : Zaman, 2013.
Al-Mubarakfury, Syaikh Shafiyurrahman. 2014. Sirah Nabawiyah (Sejarah Hidup
Nabi Muhammad). Jakarta : Ummul Qura, 2014.
Al-Mubarakfury, Syaikh Shafiyyur Rahman. 2012. Perjalanan Hidup Rasul Yang
Agung MUHAMMAD dari Kelahiran Hingga Detik-Detik Terakhir. Jakarta : Darul Haq,
2012.
Ash-Shallabi, Ali Muhammad. 2012. Sejarah Lengkap Rasulullah. Jakarta : Pustaka AlKautsar, 2012. Vol. I.
Ghanim, Abdul Aziz. 1991. Perang dan Damai di Masa Pemerintahan Rasulullah.
Jakarta : Gema Insani Press, 1991.

12