PENGARUH MUSIK KLASIK TERHADAP KEMAMPUAN

PENGARUH MUSIK KLASIK TERHADAP KEMAMPUAN
SISWA XI DALAM MENGHAFALKAN KOSAKATA BAHASA
INGGRIS DI SMAK ST. ALBERTUS TAHUN AJARAN 2012/2013

LAPORAN PENELITIAN

Oleh :
Grace Safenla
Kelas XI S2 / 14
Nomor Induk 19668

SEKOLAH MENENGAH ATAS KATOLIK ST. ALBERTUS MALANG
2012/2013

1

PENGARUH MUSIK KLASIK TERHADAP KEMAMPUAN
SISWA XI DALAM MENGHAFALKAN KOSAKATA BAHASA
INGGRIS DI SMAK ST. ALBERTUS TAHUN AJARAN 2012/2013

LAPORAN PENELITIAN


Disusun sebagai salah satu syarat mengikuti ujian akhir nasional/sekolah dan sebagai
bahan ujian praktik bahasa Indonesia tahun pelajaran 2012/2013

Oleh:
Grace Safenla
Kelas XI S2/14
Nomor induk 19668

SEKOLAH MENEGAH ATAS KATOLIK ST. ALBERTUS MALANG
2012/2013
2

HALAMAN PERSETUJUAN

Laporan penelitian ini berjudul Pengaruh Musik Klasik Terhadap Kemampuan
Siswa XI dalam Menghafalkan Kosakata Bahasa Inggris di SMAK St. Albertus Malang
tahun ajaran 2012/2013
oleh Grace Safenla ini telah diperiksa dan disetujui untuk diuji
Malang ,


Mei 2013

Malang ,

Pembimbing I

2013

Pembimbing II

Robertha Yutri Julianingsih

Paulus Hadi Pratikno

Malang ,

2013

Kepala SMAK St.Albertus Malang


Br. Antonius Mardi, O.Carm

3

KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas rahmatnya
sehingga laporan penelitian yang berjudul “Pengaruh Musik Klasik terhadap
Kemampuan Siswa – Siswi XI IPS 2 di SMAK St. Albertus dalam Menghafalkan
Kosakata Bahasa Inggris tahun ajaran 2012/2013” ini dapat selesai tepat waktu.
Adapun latar belakang dari penelitian ini adalah untuk memenuhi salah satu
syarat mengikuti ujian akhir nasional/sekolah dan sebagai bahan ujian praktik Bahasa
Indonesia tahun pelajaran 2012/2013. Selain itu, penulis juga mendapat pengetahuan
lebih luas mengenai pengaruh musik klasik terhadap proses belajar siswa – siswi.
Dengan maksud dan tujuan tersebut, penulis menyelesaikan karya tulis dan
mengharapkan banyak manfaat yang dapat diambil dan diterapkan dalam kehidupan
masyarakat luas.
Penulis mengucapkan terimakasih bagi seluruh pihak yang ikut terlibat dalam
proses pembuatan karya tulis ini, khususnya penulis berterimakasih kepada
1. Br. Antonius Mardi, O.Carm. , selaku kepala Sekolah SMAK St. Albertus Yang

telah memberikan kesempatan dan kepercayaan bagi siswa siswi dalam membuat
karya tulis.
2. Bapak Paulus Hadi Pratikno, selaku guru Bahasa Indonesia yang memberikan
masukan pada bahasa penulisan
3. Ibu Robertha Julianingsih, selaku guru pembimbing materi, yang telah banyak
memberi inspirasi kepada penulis.
4. Bapak Antonius Sunarto , selaku guru Bahasa Indonesia yang secara khusus
membimbing siswa –siswi dalam pembuatan karya tulis.
Penulis mengakui bahwa penulis juga memiliki keterbatasan, untuk itu penulis
bersedia menerima kritik dan saran sebagai batu loncatan yang dapat memperbaiki
karya tulis penulis di masa yang akan datang .

4

Malang,

Penulis

5


2013

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL..................................................................................................i
HALAMAN PERSETUJUAN...................................................................................ii
KATA PENGANTAR.................................................................................................iii
DAFTAR ISI..............................................................................................................v
BAB 1 PENDAHULUAN.........................................................................................1
1.1 Latar belakang..........................................................................................1
1.2 Pembatasan Masalah................................................................................5
1.3 Rumusan Masalah....................................................................................5
1.4 Tujuan dan Manfaat Penelitian.................................................................6
1.4.1 Tujuan Penelitian.........................................................................6
1.4.2 Manfaat Penelitian.......................................................................6
1.5 Metodologi penelitian
1.5.1 Gambaran Umum Lokasi penelitian............................................7
1.5.2 populasi dan Sampel....................................................................7
1.5.2.1 Populasi...........................................................................7
1.5.2.2 Sampel ............................................................................7

1.5.3 Metode pengumpulan Data dan Analisa Data..............................8
1.5.3.1 Metode Pengumpulan Data.............................................8
1.5.3.2 Metode Analisa Data.................................................................9
1.6 Persiapan Penelitian.................................................................................9
BAB II LANDASAN TEORI....................................................................................13
2.1 Pengertian Ingatan....................................................................................13
2.2 Tahap – tahap Mengingat.........................................................................14
2.2.1 Sensory Memory .........................................................................14
2.2.2 Shor-term Memory.......................................................................15
2.2.3 Long-term Memory......................................................................16
2.3 Sistem Penyimpanan Informasi................................................................17
2.3.1 Secara Visual................................................................................17
2.3.2 Secara Verbal................................................................................17
2.4 Faktor – Faktor yang Mempengaruhi Ingatan..........................................17
2.4.1 Interest atau minat........................................................................17
2.5 Metode Pembelajaran Tunanetra..............................................................20
BAB III LAPORAN PENELITIAN..........................................................................26
3.1 Pelaksanaan Penelitian.............................................................................26
3.2 Penyajian Data Hasil Penelitian...............................................................27
3.3 Analisis Data dan Pembahasan Hasil Penelitian......................................28

BAB IV PENUTUP...................................................................................................32
6

4. 1 Kesimpulan .............................................................................................32
4. 2 Saran........................................................................................................32
DAFTAR PUSTAKA.................................................................................................33
LAMPIRAN...............................................................................................................37

7

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah
Musik adalah bunyi yang teratur, memiliki nada, beat dan irama. Musik dapat
menjadi penghibur saat dalam kesedihan, musik dapat memotivasi semangat dalam
masa perjuangan, musik dapat menjadi sarana ungkapan cinta kepada sang kekasih,
musik

dapat


mengendorkan

pikiran

saat

menghadapi

kepenatan

hidup.

Menurut KBBI (2006) musik adalah nada atau suara yang disusun sedemikian rupa
sehingga mengandung irama, lagu, dan keharmonisan (terutama menggunakan alat-alat
yang dapat menghasilkan bunyi-bunyi). Oleh sebab itu musik merupakan suatu hal yang
sudah tidak asing lagi didengar.
Banyak jenis musik yang telah beredar di kalangan masyarakat. Jenis musik
yang beredar di masyarakat dibedakan menjadi dua :
1. Musik Seni : Musik klasik

2. Musik Populer : Jazz, Gospel, Blues, Rhythm dan Blues, Funk, Rock, Metal,
Hardcore, Electronic, Ska, Reggae, Dub, Pop, Latin, Country.
Kaum awam lebih senang mendengarkan musik pop, yang liriknya mudah
diingat dan enak untuk didengar. Musik pop, digunakan juga sebagai sarana untuk
melampiaskan isi hati mereka. Sedangkan seorang seniman, lebih suka mendengarkan
musik yang nada, dan liriknya susah untuk dipahami.
Musik klasik juga berfungsi sebagai sarana penunjang pembelajaran. Hal ini
disebabkan karena pada saat mencerna nada dan liriknya membutuhkan konsentrasi
yang tinggi. Dalam perkembangan pendidikan terbaru saat ini, musik klasik (dengan
keunikan tertentu selaras dengan detak jantung manusia- jadi tidak semua jenis musik
klasik) menjadi sarana penting dalam belajar di ruang- ruang kelas.
8

Musik merupakan salah satu “makanan” penting untuk otak kanan. Selama ini
program belajar hanya memfungsikan otak kiri semata yang bersifat linear,
menimbulkan kelelahan dan kejenuhan bagi orang yang belajar. Musik klasik
memberikan banyak manfaat kepada manusia atau siswa seperti merangsang pikiran,
memperbaiki konsentrasi dan ingatan, meningkatkan aspek kognitif, membantu
kecerdasan emosional, sehingga hubungan antarsaraf di dalam otak pun ikut meningkat.
Diketahui bahwa musik klasik yang didengar bisa mempengaruhi perkembangan

IQ anak. Ada penelitian yang mengatakan bahwa mendengar lebih efektif untuk belajar
dibandingkan membaca. Mengingat budaya Indonesia yang sangat malas membaca.
Alternatif ini patut diperhitungkan.
Bahasa Inggris adalah bahasa yang sudah digunakan di semua Negara. Banyak
cara yang bisa dilakukan untuk membantu belajar bahasa Inggris. Menurut H. Douglas
Brown dalam kumpulan tips belajar bahasa Inggris online (2012) ada 8 (delapan)
prinsip belajar bahasa Inggris. Prinsip belajar tersebut adalah pertama way of life yaitu
selalu menggunakannya dalam bahasa sehari-hari. Kedua total commitment yaitu
menjadikan bahasa Inggris sebagai bagian yang tidak terpisahkan dari hidup kita, kita
harus memiliki komitmen untuk melibatkan bahasa Inggris dalam hidup kita secara
fisik, secara mental, dan secara emosional. Ketiga trying yaitu belajar bahasa adalah
seperti belajar naik sepeda atau belajar menyetir mobil. Dengan cara membaca dan
memahami buku manual itu tidak cukup, melainkan harus dicoba, dipraktekkan dan
digunakan. Pada tahap pembelajaran (tahap percobaan), sangat wajar jika kita
melakukan kesalahan. Yang penting adalah mengetahui kesalahan yang di lakukan dan
memperbaikinya di kesempatan yang berikutnya.

9

Keempat beyond class activities yaitu belajar bahasa Inggris secara formal (di

kelas atau di kursus). Agar bisa belajar lebih efektif, kita harus menciptakan kesempatan
untuk belajar

juga di luar jam-jam belajar di kelas. Berdiskusi dengan teman,

mengunjungi website yang menawarkan pembelajaran Bahasa Inggris gratis, ataupun
berkomunikasi dalam bahasa Inggris dengan teman-teman atau native speakers (baik
melalui surat, email, ataupun percakapan langsung).

Banyak hal yang bisa juga

digunakan seperti mencoba membaca koran, majalah, buku-buku teks, mendengarkan
radio, lagu, ataupun menonton acara-acara dan film. Agar proses belajar bisa lebih
menarik, pilihlah topik-topik yang sesuai dengan minat, kebutuhan, ataupun yang
berhubungan dengan latar belakang pendidikan dan pekerjaan yang kita tekuni.
Kelima strategies yaitu komitmen, keberanian mencoba, dan menjadi Bahasa
Inggris sebagai bagian hidup yang telah diterapkan. Langkah selanjutnya adalah
menerapkan strategi belajar yant tepat untuk menunjang proses belajar kita. Strategi ini
bisa dikembangkan dan disesuaikan dengan kepribadian dan gaya belajar kita masingmasing. Keenam auditory learners yaitu jika kita termasuk orang yang lebih mudah
belajar dengan mendengarkan, maka kita memiliki gaya belajar ”auditory”. Jika ini
gaya belajar kita, maka kita bisa memperbanyak waktu belajar dengan mendengarkan,
misalnya mendengarkan kaset-kaset pelajaran Bahasa Inggris, lagu-lagu favorit kita
ataupun berita dan pidato dalam Bahasa Inggris.
Ketujuh visual learners yaitu jika kita termasuk orang yang lebih mudah belajar
melalui input visual (gambar atau tulisan), maka kita memiliki gaya belajar ”visual”.
Banyak sekali strategi yang bisa kita lakukan. Kita bisa membaca artikel-artikel dalam
Bahasa Inggris yang kita anggap penting dan menarik di surat kabar, majalah, ataupun

10

internet, untuk kemudian kita coba ceritakan kembali dengan kata-kata yang kita susun
sendiri, baik dalam bentuk tulisan ataupun dalam bentuk ucapan.
Yang terakhir kinesthetic learners yaitu jika kita lebih suka belajar dengan
melakukan sesuatu atau bergerak. Kita bisa belajar dengan menggunakan komputer (di
mana kita harus menekan tombol di keyboard, atau mouse), sehingga tidak cepat bosan.
Kita bisa juga bergabung dengan perkumpulan-perkumpulan Bahasa Inggris (English
Club) yang memiliki banyak kegiatan dan permainan yang melibatkan gerakan.
Kegiatan tersebut misalnya dengan belajar menulis (menggerakkan tangan untuk
menulis), atau mencoba memahami sebuah kata atau ungkapan dengan membayangkan
gerakan yang bisa diasosiasikan dengan arti kata-kata tersebut.
Belajar bahasa yang baru berarti juga belajar kosakata yang baru juga. Ada
siswa yang dengan mudah menghafalkannya, dan ada yang tidak. Berdasarkan tips yang
disampaikan oleh H. Douglas Brown, salah satu strategi untuk belajar kosakata yang
baru adalah dengan menggunakan musik. Musik yang biasa digunakan untuk belajar
adalah musik klasik. Musik klasik mempermudah siswa untuk menghafalkan kosakata
yang baru.
Mendengarkan musik klasik sambil menghafalkan kosakata bahasa Inggris,
sangat baik untuk menenangkan pikiran dan hati. Selain itu juga dapat membantu agar
otak lebih bisa berkonsentrasi, berfokus pada apa yang sedang dipelajari dan
meningkatkan kemampuan dalam menghafalkan kata-kata. Hal ini akan mengurangi
suara-suara lainnya yang mengganggu di sekitar.

(http://www.englishtown.co.id/community/channels/article.aspx?articleName=122-

music)
11

Hal-hal diataslah yang menjadi latar belakang pemilihan topik pengaruh musik
terhadap kemampuan menghafalkan kosakata Bahasa Inggris. Selanjutnya hasil
penelitian tersebut akan diuraikan dalam laporan penelitian berjudul Pengaruh Musik
Klasik Terhadap Kemampuan Siswa – Siswi XI IPS 2 dalam Menghafalkan Kosakata
Bahasa Inggris di SMAK St. Albertus Malang.
1.2 Pembatasan Masalah
Dengan pemilihan judul Pengaruh Musik Klasik terhadap Kemampuan Siswa –
Siswi XI IPS 2 di SMAK St. Albertus dalam Menghafalkan Kosakata Bahasa Inggris,
maka dalam penelitian ini, penulis akan member batasan masalah yang penulis hanya
ingin mengetahui apakah musik klasik mempunyai pengaruh terhadap kemampuan
siswa – siswi XI IPS 2 dalam menghafalkan kosakata Bahasa Inggris yang ada dalam
BAB
Oleh karena keterbatasan pengetahuan penulis, waktu yang tidak tersedia, tidak
semua hal diatas dapat dibahas dalam penelitian ini. Penelitian ini akan membatasi
pembahasan pada masalah kemampuan siswa XI IPS 2 SMAK St. Albertus dalam
menghafalkan kosakata-kosakata baru dan alat yang membantu proses pembelajaran.
1.3 Rumusan masalah
Berikut ini adalah rumusan masalah yang digunakan sebagai pedoman dalam penelitian
yaitu:
Apakah musik klasik berpengaruh terhadap kemampuan siswa dalam menghafalkan
kosakata baru Bahasa Inggris?
1.4 Tujuan dan Manfaat Penelitian
1.4.1 Tujuan Penelitian
Penelitian ini dilakukan untuk memenuhi hal-hal sebagai berikut :
Mengetahui seberapa pengaruhkan musik klasik dalam penghafalan kosakata baru
Bahasa Inggris.
12

1.4.2 Manfaat penelitian
Dengan penelitian berjudul “Pengaruh Musik Klasik Terhadap Kemampuan
Siswa XI IPS 2 dalam Menghafalkan Kosakata Bahasa Inggris di SMAK St. Albertus
Malang dalam menghafalkan kosakata bahasa Inggris“, Penulis berharap penelitian ini
dapat memberikan manfaat bukan hanya bagi Penulis, melainkan juga bagi siswa dan
pengajar serta pengelola SMAK St. Albertus Malang. Bagi Penulis, penelitian ini
diharapkan dapat menjawab pengaruh musik klasik terhadap kemampuan siswa dalam
menghafalkan kosakata bahasa inggris.
Bagi Bapak-ibu guru SMAK St. Albertus, penelitian ini dapat menjadi bahan
refleksi bahwa mengajar dengan menggunakan musik klasik membantu siswa yang
diajar untuk lebih konsentrasi, dan lebih fokus.
Bagi siswa XI SMAK St. Albertus, penelitian ini dapat menjadi bahan refleksi
bahwa dengan mendengarkan musik klasik sambil belajar, dapat membantu
menenangkan pikiran, hati dan juga membantu siswa agar lebih konsentrasi, fokus
dengan apa yang sedang siswa pelajari dan meningkatkan kemampuan siswa untuk
menghafalkan kosakata-kosakata baru.

1.5 Metodologi Penelitian
1.5.1 Gambaran umum Lokasi penelitian
SMAK St. Albertus adalah sebuah sekolah menengah atas Katolik Malang.
Sekolah ini didirikan oleh Pater Petrus Nicolaus Kramer, O.Carm. pada tahun 1936.
Sekolah ini lebih dikenal dengan sebutan atau panggilan Dempo, meskipun pintu depan
SMAK St. Albertus terletak di Jalan Talang.
1.5.2 Populasi dan Sampel
13

1.5.2.1 Populasi
Populasi adalah keseluruhan subjek peneliti. Apabila seseorang ingin meneliti
semua elemen yang ada dalam wilayah penelitian, maka penelitian dapat dikatakan
sebagai studi populasi (Suharsimi, 2002: 108 )
Pada penelitian tentang “Pengaruh Musik Klasik Terhadap Kemampuan Siswa
XI IPS 2 di SMAK St. Albertus dalam Menghafalkan Kosakata Bahasa Inggris“ ,
Penulis melakukan penelitian di lingkungan SMAK St. Albertus Malang. Adapun yang
dijadikan subjek penelitian untuk mendapatkan data yaitu para siswa kelas XI IPS 2
SMAK St. Albertus. Populasinya adalah siswa kelas XI SMAK St. Albertus, yang
berjumlah 306 siswa
1.5.2.2 Sampel
Sampel merupakan sebagian dari populasi yang menjadi sumber data sebenarnya dalam
penulisan, sebagai individu yang diteliti sebagai contoh (Nanawi, 994:44)
Dalam pelaksanaan pengambilan data, penulis mengambil sampel dari kelas XI
IPS 2 yaitu sebanyak 33 siswa.

1.5.3 Metode Pengumpulan dan Analisis Data
1.5.3.1 Metode Pengumpulan Data
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (2006:256) eksperimen diartikan
sebagai, “percobaan yang bersistem dan berencana” untuk membuktikan sesuatu
kebenaran teori. Biasanya diterapkan dalam pengujian sesuatu di laboratorium.
Menurut Riyanto (1996:28-40), penelitian eksperimen merupakan penelitian
yang sistematis, logis, dan teliti di dalam melakukan kontrol terhadap kelompok
eksperimen. Tiap kelompok eksperimen akan dikenakan perlakuan-perlakuan tertentu
dengan kondisi-kondisi yang dapat dikontrol.
Penelitian eksperimen dilakukan secara sengaja oleh peneliti dengan cara
memberikan perlakuan tertentu terhadap subjek penelitian guna membangkitkan sesuatu
14

kejadian / keadaan yang akan diteliti bagaimana akibatnya. Penelitian ini merupakan
penelitian kausal (sebab-akibat) yang pembuktiannya diperoleh melalui komparasi /
perbandingan antara :
a. Kelompok eksperimen (diberi perlakuan) dengan kelompok kontrol (tanpa
perlakuan) atau
b. Kondisi subjek sebelum perlakuan dengan sesudah diberi perlakuan. Pengumpulan
data melalui eksperimen dilakukan untuk membuktikan asumsi atau hipotesis tertentu
yang dimiliki penulis. Dalam penelitian ini, kelas XI IPS 2 akan dibagi menjadi 2 (dua)
kelompok yang ditentukan secara undian. Satu kelas terdiri dari 33 siswa, dan karena
Penulis termasuk dalam anggota kelas tersebut maka jumlah siswa menjadi 32. Tiap
kelompok terdiri dari 16 orang. Kelompok pertama akan dijadikan kelompok
eksperimen yang akan di tempatkan di laboratorium bahasa, dan kelompok 2 sebagai
kelompok kontrol yang tidak dikenai perlakuan yang bertempat di kelas XI IPS 2
SMAK St. Albertus Malang.
1.5.3.2 Metode Analisis Data
Analisis data yang dipakai dalam penelitian ini adalah analisa kuantitatif.
Analisis kuantitatif merupakan “analisis yang dilakukan atas dasar jalan pikiran
deduktif logik”. (Hadi, 1980c: 34-35). Menurut Hadi (1980) analisis statistik dilakukan
terhadap data-data yang berwujud angka-angka. Analisis statistik membuktikan
hipotesis-hipotesis dengan kenyataan-kenyataan dalam bentuk angka-angka. Analisa
komparatif dapat dilakukan secara statistik maupun kualitatif dilakukan atas dasar jalan
pikiran deduktif-logik. Analisi komparatif dapat dilakukan secara statistik maupun
eksperimen. Analisis harus menggunakan sedikitnya dua kasus yang dicari
hubungannya, persamaan dan atau perbedaannya.
1.6 Persiapan penelitian
15

Adapun persiapan yang dilakukan oleh penulis antara lain: Mencari bahan
referensi yang terkait dengan materi yang dibahas melalui (artikel, buku bacaan),
menyiapkan pertanyaan untuk wawancara, serta melakukan survey ke tempat lokasi,
yakni kelas XI IPS 2 SMAK St. Albertus .
Tabel 1.1 Matriks Kerja Karya Tulis
N
KEGIATAN
O
1

OKT 2012 NOV 2012
1 2 3 4

1

2

Menentukan
judul karya

2

tulis
Menyusun

3

Bab I
Mengkonsulta
sikan bersama
guru
pembimbing

4

Materi
Konsul
bersama guru
pembimbing

5

bahasa.
Menyusun
BAB II karya

6

tulis
Mengkonsulta
sikan bersama
guru
16

3

FEB 2013
4

5

1

2 3

4

5

MARET
2013
1 2 3 4

N
KEGIATAN
O

OKT 2012 NOV 2012
1 2 3 4

1

2

pembimbing
materi dan
7

bahasa
Mendapat
surat
persetujuan
penelitian dari
guru mata

8

pelajaran
Survei lokasi

9

pengamatan
Pengamatan I
di XI IPS 2
SMAK St.
Albertus

10

Malang
Pengamatan II
(pengambilan
gambar anak
siswa XI IPS
2 SMAK St.
Albertus

11

Malang)
Konsultasi
Bab III
17

3

FEB 2013
4

5

1

2 3

4

5

MARET
2013
1 2 3 4

N
KEGIATAN
O

OKT 2012 NOV 2012
1 2 3 4

1

2

dengan guru
pembimbing
materi dan
14

bahasa.
Revisi Bab

15

I,II,III,IV
Pengaturan
margin,penjili
dan.

18

3

FEB 2013
4

5

1

2 3

4

5

MARET
2013
1 2 3 4

BAB II
LANDASAN TEORI
2.1

Pengertian Ingatan
Rooser (1994) mendefinisikan ingatan sebagai kapasitas dasar atau operasi dasar

dari pikiran yang dapat diakses dan diaplikasikan dari satu konteks ke konteks yang
lain. Rooser menambahkan bahwa kemampuan setiap orang untuk mengoperasikan
ingatan berbeda-beda tergantung pada kemampuan otak dalam bekerja. Matlin (1994)
mendefinisikan ingatan sebagai bagian terpenting seluruh proses kognitif manusia
karena manusia selalu menggunakan ingatanya dalam beraktivitas sehingga manusia
harus menjaga informasi itu setiap saat. Berk (1994) mendefinisikan ingatan sebagai
sesuatu yang kompleks yang merupakan sistem manipulasi simbol yang terdiri dari
informasi-informasi yang sistem pengoperasiannya mirip seperti cara kerja komputer
digital. Informasi dari lingkungan diterima oleh suatu sistem dan dipelihara dalam
bentuk simbolik. Kemudian ada berbagai proses internal yang menjalankan, menyimpan
atau memperbaiki struktur simbolik ke dalam penginterprestasikannya sandi dengan
cara membandingkan sandi dan atau mengkombinasikannya dengan informasi yang
sudah tersimpan dalam sistem. Setelah operasi kognitif lengkap, output sebagai bentuk
penyelesaian tugas akan terjadi. Flavell (1996) mendefinisikan ingatan sebagai
kemampuan seseorang dalam menyimpan informasi sedemikian sehingga informasi
tersebut dapat digunakan dikemudian hari. Weinland (1957) mendefinisikan mengingat
sebagai suatu proses pengolahan informasi yang telah dipelajari atau diperoleh dari
stimulus yang dapat dipelihara dan diperoleh kembali dimasa yang akan datang.
Jadi ingatan atau memori adalah suatu proses kognitif dalam otak yang bekerja
saat informasi diterima oleh indera, disimpan, diintepretasikan dan dikenali kembali.
2.2 Tahap – tahap Mengingat
19

Huffman (1997) menjelaskan ada tiga tahap mengingat, yaitu sensory memory,
short-term memory (STM) dan long-term memory (LTM). Sensory memory merupakan
tahap penerimaan informasi melalui indera manusia seperti mata, telinga, hidung, lidah
dan kulit. Short-term memory merupakan ingatan yang aktif, artinya informasi disimpan
dan diproses secara cepat. Sedangkan long-term memory merupakan ingatan yang
bersifat permanen yang berisi informasi dan pengalaman- pengalaman yang disimpan
untuk digunakan di masa yang akan datang.
2.2.1 Sensory Memory
Model ingatan Atkinson-Shriffrin (Berk,1994) menggambarkan bahwa stimulus
dari lingkungan pertama kali masuk dalam sensory memory. Sensory memory adalah
ingatan berkapasitas besar yang merekam informasi dari setiap indera. Ada dua macam
sensory memory. Pertama adalah iconic memory atau visual sensory memory dan kedua
adalah echoic memory atau auditory sensory memory. Sensory memory mencatat semua
informasi atau stimuli yang masuk melalui salah satu atau kombinasi panca indera,
yaitu secara visual melalui mata, pendengaran melalui telinga, bau melalui hidung, rasa
melalui lidah dan rabaan melalui kulit. Bila informasi tersebut tidak diperhatikan akan
langsung terlupakan, namun bila diperhatikan maka informasi tersebut akan ditransfer
ke short-term memory. Pengulangan informasi secara terus-menerus dapat menjaga
tersimpannya informasi di short-term memory. Selain itu pengulangan informasi juga
bisa dilakukan dengan tujuan untuk mengirim informasi ke long-term memory.

2.2.2 Short-term memory (STM)
Matlin (1994) mendefinisikan STM sebagai pusat pemrosesan informasi yang
secara sadar dioperasikan dengan menggunakan proses kontrol atau strategi mental.
Proses kontrol perlu dilakukan karena short-term memory hanya mampu menyimpan
20

informasi dalam waktu yang singkat, yaitu 30 detik dengan kapasitas penyimpanan
informasi 5-9 chunks. Chunk adalah unit informasi yang memiliki arti seperti tanggal,
kata-kata yang singkat, dll. Untuk informasi yang familiar STM bisa menyimpan lebih
dari 9 chunk ( Sdorow & Rickaaugh, 2002). Selain itu pengolahan informasi di shortterm memory dilakukan dengan proses selective attention (Huffman, 1997). Selective
attention adalah pemberian perhatian pada suatu stimulus yang disebabkan oleh
ketidaksengajaan misalnya suara yang terlalu keras atau lampu yang terlalu terang dan
bisa juga disebabkan oleh adanya keinginan untuk memberi perhatian. Oleh sebab itu
short-term memory bersifat aktif dalam mengolah informasi.
Aliran informasi yang disimpan di STM bisa dioperasikan dengan menggunakan
proses kontrol atau mental strategies ( Goswani, 1997). Proses kontrol atau mental
strategies adalah prosedur-prosedur yang mengoperasikan dan mengubah informasi
untuk meningkatkan efisiensi berpikir dan menjaga agar informasi itu tetap akurat. Oleh
sebab itu, penggunaan strategi untuk mengingat sangat penting karena bertujuan untuk
memanipulasi informasi agar mudah diingat.
Berk (1994) berkata ada tiga cara yang dilakukan STM untuk meningkatkan
kemampuan mengingat informasi baru, yaitu rehearsal, organization, dan elaboration.
1) Rehearsal adalah strategi mengingat dengan cara mengulang informasi secara
terus menerus
2) Organization adalah strategi mengingat dengan cara mengelompokkan informasi
ke dalam kategori atau kelompok-kelompok yang memiliki suatu makna.
3) Elaboration adalah strategi mengingat dengan cara menciptakan hubungan antara
dua atau lebih item yang tidak mungkin dikelompokkan dalam kategori yang sama.
Biasanya cara ini dilakukan dengan membuat sebuah cerita atau kalimat dari item-item
tertentu.
2.2.3 Long-term Memory

21

Matlin (1994) menyatakan bahwa long-term memory merupakan sistem
penyimpanan yang mempunyai kapasitas besar, tidak dibatasi waktu penyimpanannya
dan diperbarui oleh informasi baru. Pengorganisasian informasi ini terjadi selama tidur.
Saat tidur, tambahan informasi yang baru diterima di LTM akan ditinjau kembali,
diperbaiki dan disusun secara sistematik berdasarkan informasi yang telah ada di LTM (
Huffman,1997)
Perolehan kembali informasi yang telah disimpan di LTM bisa dilakukan dengan
cara recognition, recall dan reconstruction (Berk, 1994).
1) Recognition adalah sebuah tipe mengingat yang membandingkan antara stimulus
dengan serangkaian item-item yang pernah diingat. Pengenalan kembali terhadap suatu
objek atau imajinasi terhadap sesuatu yang pernah dilihat merupakan cara mengingat
yang mudah. Tanpa kemampuan untuk mengenali kembali, suatu objek dan pengalaman
akan selalu tampak baru dan individu tidak akan mempunyai pengetahuan tentang suatu
objek.
2) Recall adalah sebuah tipe mengingat yang meliputi ingatan terhadap suatu
stimulus yang tidak dihadirkan secara langsung. Recall merupakan proses yang lebih
sulit dibandingkan recognition karena informasi harus didapatkan kembali dari ingatan
tanpa harus sesuai dengan lingkungan.
3) Reconstruction adalah sebuah proses mengingat yang lebih kompleks dimana
materi atau stimulus diinterpretasi sesuai dengan pengetahuan yang telah ada.
2.3 Sistem Penyimpanan Informasi
Ada dua bentuk penyimpanan informasi, yaitu penyimpanan informasi secara visual dan
penyimpana informasi secara verbal.
2.3.1 Secara Visual
Proses penyimpanan informasi secara visual, yaitu proses penyimpanan
informasi berdasarkan gambar yang dilihat oleh individu. Bentuk penyimpanan
informasi secara visual bisa berupa gambaran mental atau imagery, bisa juga dalam

22

bentuk arti atau sematik yang memungkinkan individu untuk memiliki pengetahuan
umum atau konsep-konsep tentang suatu stimulus ( Steward Friedman & Koch, 1985)
2.3.2 Secara Verbal
Proses penyimpanan informasi secara verbal, yaitu proses penyimpanan
informasi berdasarkan informasi yang berbentuk abstrak seperti pemrosesan informasi
yang berupa bahasa dan juga cara berbicaranya. ( Steward Friedman & Koch, 1985)
2.4 Faktor – faktor Yang Mermpengaruhi Ingatan
Weinland (1957) menyebutkan ada beberapa faktor yang mempengaruhi ingatan anak,
yaitu:
2.4.1 Interest atau minat
Interest atau minat adalah ketertarikan anak untuk mengingat informasi yang
disebabkan oleh kesukaan anak terhadap suatu stimulus. Misalnya anak bisa mengingat
jalan cerita Detektif Conan yang ditayangkan hari minggu yang lalu karena anak
tertarik dengan tokoh Conan dan teman-temannya.
1) Perhatian atau attention
Perhatian adalah cara individu memusatkan perhatian dan pikirannya terhadap suatu
stimulus yang disebabkan oleh faktor kesengajaan dan ketidaksengajaan. Kesengajaan
memperhatikan suatu stimulus disebabkan oleh ketertarikan terhadap stimulus tersebut,
sedangkan ketidaksengajaan dalam memberi perhatian terhadap stimulus lebih
disebabkan oleh adanya unsur paksaan, misalnya terpaksa mengingat materi pelajaran
karena esok akan ujian.
2) Intelegensi
Huffman (1997) mendefinisikan intelegensi sebagai serangkaian kemampuan
kognitif yang berupa kemampuan dalam menerima, mengingat, menggunakan
pengetahuan dan menerapkannya dalam menyelesaikan masalah sehari-hari dalam
situasi yang berbeda-beda.
Teori intelegensi Sternberg yang terkenal dengan Sternberg Triarchic Theory
menyebutkan ada beberapa aspek yang mempengaruhi intelegensi, yaitu:
1.
Internal aspect

23

Aspek internal meliputi proses mental yang tergabung dalam 3 megakomponen,
yaitu pertama menerima dan menyimpan pengetahuan yang meliputi penggunaan
persepsi, short-term memory, long-term memory, dan penyelesaian masalah. Kedua
adalah merencanakan, memonitor dan mengevaluasi cara berpikir. Ketiga adalah
menggunakan

pengetahuan

yang

telah

tersimpan

di

long-term

memory,

memasukkan dalam short-term memory dan memutuskan strategi yang digunakan
2.

dalam menyelesaikan masalah
Adaptive aspect
Aspek adaptive merupakan bukti ketika seseorang menggunakan komponen

internal untuk membiasakan, mengubah atau menyeleksi lingkungan baru yang lebih
sesuai dengan tujuannya. Misalnya seseorang menggunakan adaptive intelligence untuk
menyelesaikan masalah gonggongan anjing yang digambarkan dalam latihan cara
berpikir kritis.
3.
Experiental aspect
Aspek experiental menunjuk pada kemampuan untuk menerapkan cara-cara
praktis untuk menyelesaikan masalah atau tugas-tugas familiar secara otomatis dan
kemampuan untuk belajar dari pengalaman masa lalu dalam menyelesaikan masalah
baru.
Teori intelegensi dari Sternberg ini menunjukkan bahwa kemampuan mengingat
merupakan salah satu pembentuk intelegensi. Maka bisa dikatakan jika intelegensi
tinggi, kemampuan mengingatnya juga tinggi. Demikian juga dengan prestasi
akademiknya. Intelegensi yang tinggi akan mencerminkan prestasi akademik yang
tinggi juga. Demikian juga sebaliknya. Hal ini didukung juga oleh pernyataan Pearson,
1995 (dalam Huffman,1997) yang menyatakan bahwa dengan intelegensi yang rendah,
anak akan mengalami kesulitan belajar di sekolah sehingga prestasi akademiknya
menjadi rendah. Ini menunjukkan bahwa intelegensi seseorang bisa juga dilihat dari
24

prestasi akademiknya. Oleh sebab itu pengontrolan tingkat intelegensi dilakukan dengan
menggunakan nilai raport.
Matlin (1994) juga menambahkan beberapa proses yang ikut mempengaruhi
ingatan seseorang, yaitu:
a) Sensasi dan Persepsi
Pengetahuan manusia akan dunia dimulai dengan adanya sensori yang berasal
dari panca indera yaitu mata, hidung, telinga, kulit dan lidah. Pada umumnya semua
stimulus ditangkap oleh indera secara iconic atau secara visual dan echoic atau auditori.
Sensasi merujuk pada kegiatan indera manusia dalam menangkap stimulus sedangkan
persepsi lebih merujuk pada interpretasi terhadap stimulus tersebut (Anderson,1980).
Sensasi pendengaran terjadi ketika gelombang udara yang bergetar dikumpulkan oleh
telinga bagian luar dan ditransmisikan melalui tulang bagian dalam ke saraf
pendengaran. Sensasi penglihatan terjadi ketika cahaya lampu mengadakan kontak
dengan kedua mata dan difokuskan di dalam retina. Sedangkan persepsi adalah
interpretasi tentang apa yang diinderakan atau dirasakan. Informasi tentang peristiwa –
peristiwa tertentu yang mengadakan kontak dengan telinga diinterpretasikan sebagai
suara musik. Demikian juga ketika seseorang mulai menerjemahkan isi buku, mengenali
judul lagu yang didengar dan bau parfum yang dicium serta mengenali rasa buah apel
makan seseorang mulai mengalami proses persepsi.
b) Pattern recognition
Pattern recognition merupakan pola pengenalan stimulus sensori yang dikenali
sebagai bahan yang pernah disimpan dalam ingatan (Matlin,1994). Misalnya seorang
anak mengenali huruf A karena sebelumnya ia sudah pernah mengenali cara tulis dan
mengeja huruf A. Solso (1991) menyatakan ada dua proses yang mempengaruhi kerja
pattern recognition, yaitu top-down processing dan bottom-up processing. Top-down
processing adalah proses pengenalan suatu stimulus yang didasarkan pada konsep25

konsep yang dimiliki individu. Top-down processing meliputi pengalaman-pengalaman,
pengetahuan, motivasi dan latar belakang budaya yang dimiliki individu dalam
menerima semua hal di dunia. Proses ini membutuhkan fungsi mental yang tinggi yang
mempengaruhi individu memahami objek atau suatu peristiwa. Top-down processing
dikenal dengan conseptually driven atau hypothesis-driven processing, karena konsepkonsep yang telah disimpan dalam ingatan mempengaruhi interpretasi terhadap data
sendiri.
Bottom-up processing adalah proses pengenalan suatu stimulus yang didasarkan
pada data-data atau ciri-ciri stimulus tertentu yang dialami dan dilihat oleh individu
secara langsung. Proses ini dikenal dengan data-driven processing karena individu
melakukan identifikasi terhadap bukti-bukti sensori dari lingkungan dalam bentuk data.
Kombinasi dari ciri-ciri yang paling sederhana akan membantu manusia mengenali
bentuk keseluruhan dari suatu stimulus
c)

Imagery
Matlin (1994) mendefinisikan imagery sebagai representasi mental terhadap

stimulus yang secara fisik tidak dihadirkan bentuk atau wujud aslinya. Dalam
kehidupan sehari-hari manusia selalu menggunakan imagery untuk semua aktivitas
kognitif, misalnya imagery digunakan untuk mengerjakan soal-soal matematika,
memahami suatu grafik atu mengenali suatu gambar,dll.
Ada dua karakteristik mental image, yaitu informasi disimpan dengan
menggunakan kode-kode analog dan informasi disimpan secara analog deskritif
(Matlin,1994). Penyimpanan informasi secara analog atau descriptive representasion
yaitu representasi mental image yang bersifat terhadap suatu objek yang menyerupai
bentuk aslinya, misalnya bahasa.

26

Individu menerima berbagai stimulus dari luar dan ia akan memproses stimulus
tersebut dengan dua cara yaitu secara verbal (letak posisi) dan juga secara spatial
(seperti posisi atau letak stimulus). Bahkan saat stimulus tidak dihadirkan secara
langsung, individu juga akan memprosesnya secara visual dan spatial (Solso,1980).
Perbedaan antara imagery dan persepsi terletak pada pengimajinasian objek untuk
imagery dan melihat objek secara langsung untuk persepsi. Ini artinya imagery dan
persepsi sangat dipengaruhi oleh pengalaman sebelumnya.
Imagery merupakan bagian penting dalam merepresentasikan pengetahuan
karena imagery memungkinkan seseorang untuk menghadirkan suatu objek dalam
bentuk bayangan atau imajinasi saat objek aslinya tidak ada. Itu sebabnya imagery akan
melakukan tugasnya bila individu melakukan proses persepsi terlebih dahulu. Sebagai
contoh seorang anak yang tidak pernah melihat buah tomat tidak akan bisa
membayangkan atau mengimajinasikan bentuk aslinya dan tidak akan bisa mengenali
gambar tomat.
2.5

Pengaruh Musik Klasik Terhadap Ingatan
Musik memang sangat berpengaruh dalam kehidupan. Kebanyakan orang

beranggapan bahwa dunia tanpa musik itu adalah dunia yang ‘hampa’. Masing-masing
kita punya selera musik yang berbeda-beda dan musik itu sendiri mengandung beragam
jenis atau pun aliran yang tercipta waktu demi waktu sesuai dengan zamannya para
musisi. Musik kadang mempengaruhi status sosial manusia yang justru sering
disalahartikan orang-orang. Misalnya saja musik jazz yang dianggap sebagai musik
kelas bawah yang pada awalnya merupakan musik yang tercipta dari kaum ‘budak’,
justru sekarang musik jazz disukai oleh banyak orang lintas status sosial. Bahkan musik

27

jazz sering dianggap sebagai musik kelas atas. Atau malah sebaliknya dari semua
anggapan orang.
Musik adalah hal multi-fungsi yang banyak pengaruhnya terhadap kehidupan
kita. Kadang musik menginspirasi kita dalam bertindak, musik menjadi gambaran diri
kita sesuai lirik yang ada di lagu-lagu, dan musik enak didengar dengan segala hal yang
kita sukai yang terkandung di dalamnya. Lagu dengan lirik dan musik kadang
mempengaruhi cara kita memandang. Sebagai makhluk sosial tentunya diri kita akan
selalu berubah sesuai dengan pertumbuhan dan perkembangan kita seiring
bertambahnya umur. Perkembangan dan pertumbuhan itu sebagian besar dipengaruhi
oleh lingkungan, dan ada juga pengaruh musik. Musik yang kita sukai akan selalu
menjadi favorit kita dalam setiap lagu-lagu sesuai dengan musik yang kita cintai. Bila
kita sudah cinta terhadap musik tersebut, musisi-musisi yang membawakan musik
tersebut pun kemungkinan dapat mempengaruhi cara kita memandang hidup.
(Walter,2012)
Sementara itu John M Ortiz (2002: 11) menyatakan bahwa bahasa membutuhkan
kata-kata, cara mengucapkan, dan cara menggabungkan kata-kata untuk menyatakan
perasaan dan pendapat kepada orang lain. Baik bahasa verbal maupun nonverbal,
keduanya melibatkan suara, gerakan tubuh, tanda-tanda, serta berbagai macam dialek,
idiom (ungkapan yang lazim dipakai), istilah, gaya dan ekspresi. Sementara itu, wicara
melibatkan penggunaan bahasa untuk mengkomunikasikan perasaan dan pendapat lewat
kata-kata yang bisa didengar. Wicara merupakan “bahasa suara”, interaksi verbal,
percakapan, musik, baik vocal, instrumen, elektronik maupun mekanis melibatkan
penyusunan nada dan suara sekaligus, menggunakan urutan serta kombinasi ritme,
melodi dan/atau harmoni. Bahasa percakapan dan musik, semuanya dapat dibagikan,
28

diungkapkan, atau diterima dengan berbicara atau bernyanyi, mendengarkan, membaca,
dan menulis serta menyusun lagu.
John juga mengatakan bahwa proses mendengarkan, menciptakan musik, dan
mengembangkan suara memberi banyak manfaat bagi anak-anak pada tahap praverbal
dan verbal diantaranya:
1.
2.
3.
4.

Meningkatkan keterampilan mendengarkan.
Menyiapkan landasan untuk pengembangan bahasa dan dinamika suara.
Memperkenalkan suara sebagai alat.
Mengajarkan cara untuk menginterpretasikan keadaan emosional seseorang

(misalnya, sedih, bahagia, santai, gembira) lewat beberapa kualitas vokal seperti tinggi
rendahnya nada, kualitas suara dan volume.
Sejauh ini, musik yang benar-benar terbukti dan sangat besar pengaruhnya
terhadap perkembangan otak bayi adalah jenis musik klasik karya Wolfgang Amadeus
Mozart. Dibandingkan gubahan musik klasik lainnya, melodi dan frekuensi yang tinggi
pada karya-karya Mozart mampu merangsang dan memberdayakan daerah motivatif di
otak. Kemurnian dan kesederhanaan musik Mozart sendiri dengan komposisi yang
digubahnya telah berhasil menghadirkan kembali keteraturan bunyi yang pernah
dialami bayi selama dalam kandungan. Irama musik Mozart memberikan efek yang
secara fisik, mental, emosional, dan spiritual dapat mempertajam pikiran serta
meningkatkan kreativitas dan menyehatkan tubuh anak. Oleh karena itu, tidak semua
musik Mozart sama dan memberikan semua efek sama.
Meskipun demikian, tidak berarti musik lainnya tidak akan memberikan efek
apapun, selama berirama tenang, mengalun lembut, dan harmonis akan memberikan
efek yang positif pula, baik itu musik jazz, pop atau tradisional. Hanya saja musik lain
belum pernah diteliti pada manusia. Namun, tidak semua musik dianjurkan
29

diperdengarkan pada janin, yaitu musik dengan irama keras dan cepat, seperti irama
rock, disco, dan rap karena membuat janin tegang dan gelisah. Musik-musik keras
menyebabkan timbulnya kebingungan pada bayi.
Musik klasik mampu membantu proses belajar bahasa pada anak usia dini.
Sebagaimana yang dikatakan oleh Deasy Andriani, Psi. (2008:21) dalam cuplikan beliau
bahwa bonus besarnya, anak belajar berbagai bahasa. mengkombinasikan musik yang di
dengar dengan bahasa-bahasa yang ingin dipelajari. Adalah cara belajar bahasa yang
menyenangkan. Sejak usia 2 bulan, anak sudah mulai menirukan suara-suara yang ia
dengar. Tetapi memang bunyi yang ia keluarkan belum sempurna dan tidak mudah
mengerti. Pada pernyataan tersebut, berarti musik klasik mempunyai keterkaitan dengan
pembelajaran bahasa bagi anak. Anak mampu mempelajari berbagai bahasa yang ia
dengar melalui orang di sekelilingnya. Dengan demikian kemampuan anak untuk
mengingat kosakata bisa meningkat demikian juga dengan perbendaharaan katanya.

30

BAB III
LAPORAN PENELITIAN
3.1 Pelaksanaan Penelitian
Penulis melakukan penelitian pada hari Sabtu, 16 Februari 2013. Penelitian ini
berlokasi di Laboratorium Bahasa dan di kelas XI IPS2 SMAK St. Albertus Malang.
Subjek penelitian adalah siswa XI IPS 2 sebanyak 33 siswa. Pada saat penelitian hanya
ada 32 siswa yang hadir. Satu orang siswa tidak masuk karena sakit, dan Peneliti tidak
ikut dalam penelitian karena menjaga kelompok eksperimen. Agar lebih bisa membuat
perbandingan yang akurat, jumlah subjek penelitian akan dibuat sama. Total jumlah
siswa 31 orang (tidak termasuk peneliti). Lima belas (15) orang ada di kelompok
eksperimental dan 16 (enam belas) orang ada di kelompok noneksperimental. Jadi ada 1
(satu) orang yang nantinya hasil penelitian tidak dihitung. Dengan demikian total subjek
penelitian adalah 30 orang dengan risncian 15 orang kelompok eksperimen dan 15
orang kelompok noneksperimen.
Dalam penelitian ini subjek penelitian dibagi menjadi 2 (dua) kelompok.
Kelompok pertama adalah kelompok eksperimen berjumlah 15 , dan kelompok kedua
adalah kelompok noneksperimen. Kelompok eksperimen diberi perlakuan berupa
mendengarkan musik klasik sambil menghafalkan kosakata berbahasa inggris berjumlah
30 kosakata. Sedangkan kelompok noneksperimen tidak diberikan perlakuan atau tidak
diberi musik tapi langsung menghafalkan. Pemilihan kelompok eksperimen dan
noneksperimen berdasarkan denah kelas. Waktu yang diperlukan untuk menghafal
kosakata adalah 10 menit.
31

Pemilihan kosakata berdasarkan materi yang ada di buku paket Bahasa Inggris
dan konsultasi pada guru Bahasa Inggris. Pemilihan musik klasiknya berdasarkan
landasan teori. Menurut John M Ortiz (2002) irama musik Mozart dapat memberikan
efek secara fisik, mental, emosional, dan spiritual yang dapat mempertajam pikiran serta
meningkatkan kreativitas dan menyehatkan tubuh anak. Oleh sebab itu Penulis
menggunakan musik Mozart.
3.2 Penyajian Data
Dibawah ini akan disajikan hasil penelitian
Tabel 3.2 Data Hasil Penelitian
Kelompok Eksperimen
Kelompok Noneksperimen
∑ Jawaban
Subjek
∑ Jawaban Benar
Subjek
Benar
1
15
1
17
2
11
2
10
3
13
3
10
Dari
4
13
4
14
5
13
5
15
tabel
6
13
6
17
diatas
7
15
7
19
8
7
8
19
dapat
9
16
9
12
10
15
10
9
11
15
11
12
12
10
12
13
13
13
13
18
14
11
14
13
15
13
15
19
Rata

rata
12.87
Rata – Rata
14.47
diketahui bahwa rata – rata jawaban yang betul dari kelompok eksperimen adalah 14,47
atau 52,93% dan kelompok noneksperimen 12,87 atau 47,07%. Secara keseluruhan
dapat disimpulkan sementara bahwa kelompok eksperimen yaitu kelompok yang diberi
perlakuan musik klasik sambil menghafalkan kosakata men unjukkan jumlah atau ratarata yang lebih besar dibandingkan kelompok noneksperimen.
3.3 Analisis Data dan Pembahasan Hasil Penelitian
32

Berdasarkan penyajian data hasil penelitian, dapat dilihat bahwa musik klasik
berpengaruh terhadap ingatan seseorang. Pada saat soal kosakata berbahasa Inggris
disajikan, informasi itu ditangkap oleh sensory memori melalui panca indera yaitu
visual atau mata. Kemudian informasi itu disimpan di short-term memory. Informasi di
short term memory dapat tersimpan dalam jangka waktu yang lama atau dapat langsung
terlupakan. Aliran informasi yang disimpan di STM bisa dioperasikan dengan
menggunakan proses kontrol atau mental strategies (Goswani, 1997). Proses kontrol
atau mental strategies adalah prosedur-prosedur yang mengoperasikan dan mengubah
informasi untuk meningkatkan efisiensi berpikir dan menjaga agar informasi itu tetap
akurat. Oleh sebab itu, gunakanlah strategis untuk mengingat dengan tujuan
memanipulasi informasi agar mudah diingat.
Berk (1994) berkata ada tiga cara yang dilakukan STM untuk meningkatkan
kemampuan mengingat informasi baru, yaitu rehearsal, organization, dan elaboration.
1) Rehearsal adalah strategis mengingat dengan cara mengulang informasi secara terus
menerus
2) Organization adalah strategi mengingat dengan cara mengelompokkan informasi
ke dalam kategori atau kelompok-kelompok yang memiliki suatu makna.
3) Elaboration adalah strategi mengingat dengan cara menciptakan hubungan antara
dua atau lebih item yang tidak mungkin dikelompokkan dalam kategori yang sama.
Biasanya cara ini dilakukan dengan membuat sebuah cerita atau kalimat dari item-item
tertentu. Musik klasik merupakan salah satu strategi untuk mengingat maka musik
klasik digunakan untuk membantu menyimpan informasi di short-term memory lebih
lama. Informasi dari short-term memory akan disimpan di long term memory. Informasi
yang berupa kosakata bahasa Inggris akan disimpan di long term memory secara visual
dan verbal.

33

Dari hasil penelitian diatas juga dapat membuktikan bahwa musik klasik dapat
menjadi salah satu cara untuk mengingat sebuah informasi. Menurut John (2002)
proses mendengarkan, menciptakan musik, dan mengembangkan suara memberi banyak
manfaat bagi manusia terutama anak-anak pada tahap praverbal dan verbal diantaranya:
1.
Meningkatkan keterampilan mendengarkan.
2.
Menyiapkan landasan untuk pengembangan bahasa dan dinamika suara.
3.
Memperkenalkan suara sebagai alat.
5.
Mengajarkan cara untuk menginterpretasikan keadaan emosional seseorang
(misalnya, sedih, bahagia, santai, gembira) lewat beberapa kualitas vokal seperti tinggi
rendahnya nada, kualitas suara dan volume.
Musik klasik yang terbukti dan sangat besar pengaruhnya terhadap perkembangan
otak adalah jenis musik klasik karya Wolfgang Amadeus Mozart. Dibandingkan
gubahan musik klasik lainnya, melodi dan frekuensi yang tinggi pada karya-karya
Mozart mampu merangsang dan memberdayakan daerah motivatif di otak. Kemurnian
dan kesederhanaan musik Mozart sendiri dengan komposisi yang digubahnya telah
berhasil menghadirkan kembali keteraturan bunyi yang pernah dialami bayi selama
dalam kandungan. Selain itu, irama musik Mozart memberikan efek yang secara fisik,
mental, emosional, dan spiritual dapat mempertajam pikiran serta meningkatkan
kreativitas dan menyehatkan tubuh seseorang.
Kelebihan lainnya musik klasik juga mampu membantu proses belajar bahasa pada
anak usia dini. Sebagaimana yang dikatakan oleh Deasy Andriani, Psi. (2008:21) yaitu
bahwa anak belajar berbagai bahasa. Mengkombinasikan musik yang didengar dengan
bahasa-bahasa yang ingin dipelajari adalah cara belajar bahasa yang menyenangkan.
Pada pernyataan tersebut, berarti musik klasik mempunyai keterkaitan dengan
pembelajaran bahasa bagi anak. Anak mampu mempelajari berbagai bahasa yang ia

34

dengar melalui orang di sekelilingnya. Dengan demikian kemampuan anak untuk
mengingat kosakata bisa meningkat dan juga dengan perbendaharaan katanya.
Ada beberapa faktor yang dapat mempengaruhi ingatan. Menurut Weinland (1957)
menyebutkan ada beberapa faktor yang mempengaruhi ingatan anak, yaitu:
1) Interest atau minat
Interest atau minat adalah ketertarikan anak untuk mengingat informasi yang
disebabkan oleh kesukaan anak terhadap suatu stimulus. Misalnya anak bisa mengingat
jalan cerita Detektif Conan yang ditayangkan hari minggu yang lalu karena anak tertarik
dengan tokoh Conan dan teman-temannya.
2) Perhatian atau attention
Perhatian adalah cara individu memusatkan perhatian dan pikirannya terhadap suatu
stimulus yang disebabkan oleh faktor kesengajaan dan ketidaksengajaan. Kesengajaan
memperhatikan suatu stimulus disebabkan oleh ketertarikan terhadap stimulus tersebut,
sedangkan ketidaksengajaan dalam memberi perhatian terhadap stimulus lebih
disebabkan oleh adaya unsur paksaan, misalnya terpaksa mengingat materi pelajaran
karena esok akan ujian.
3) Intelegensi
Huffman (1997) mendefinisikan intelegensi sebagai serangkaian kemampuan
kognitif yang berupa kemampuan dalam menerima, mengingat, menggunakan
pengetahuan dan menerapkannya dalam menyelesaikan masalah sehari-hari dalam
situasi yang berbeda-beda.
Berdasarkan hasil penelitian, salah satu faktor yang mempengaruhi ingatan adalah
perhatian. Musik klasik dapat dipakai untuk membantu subjek penelitian dalam
memusatkan perhatian sehingga dapat berkonsentrasi. Oleh sebab itu, dapat
disimpulkan bahwa musik klasik dapat membantu manusia untuk berkonsentrasi
sehi