PROGRAM STUDI PSIKOLOGI FAKULTAS PSIKOLO
Psikologi Komunitas
Makalah ini dibuat dalam rangka memenuhi tugas Psikologi Klinis
Dosen Pembimbing :
Oleh :
Alfiatul Mukarromah
Erik Sumadinata
(J71214032)
(J71214057)
PROGRAM STUDI PSIKOLOGI
FAKULTAS PSIKOLOGI DAN KESEHATAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL
SURABAYA
2015
PEMBAHASAN
Psikologi Komunitas
A. Sejarah Psikologi Komunitas
Psikologi komunitas di Amerika mulai berkembang sejak 1955, ketika
diumumkan undang-undang tentang pengembangan konsep kesehatan mental
komunitas untuk mengurangi jumlah rumah sakit jiwa. Pada tahun 1963
Kennedy Bill mengemukakan sistem komprehensif dalam layanan kesehatan
mental, melakukan deteksi dini dari gangguan kesehatan mental yang dapat
menurunkan jumlah penderita yang dimasukkan ke RSJ. Tahun 1965 dianggap
sebagai kelahiran Psikologi Komunitas pada saat itu diadakan konferensi di
Massachusetts dimana para psikolog membahas masa depan dan peran
kesehatan mental, dan tak lama berselang terbentuk Community Psychology
dalam American Psychological Association (APA)
B. Pengertian Psikologi Komunitas
Psikologi komunitas adalah suatu pendekatan terhadap kesehatan mental
yang menekankan pada peran daya lingkungan dalam menciptakan dan
mengurangi masalah. Intinya dari psikologi komunitas adalah interaksi orang
ataupun individu dengan lingkungannya, mengidentifikasi peran dan daya
lingkungan yang dapat menciptakan serta mengurangi masalah individu,
kemudian memusatkan diri pada pemberdayaan individu dan kelompok
individu untuk lebih dapat menyesuaikan diri dengan keadaan yang dihadapi.
Heller dan Monahan (Korchin, 1976) menjelaskan psikologi komunitas
sebagai aplikasi prinsip-prinsip tingkah laku untuk mengerti dan memecahkan
bermacam problem dan situasi komunitas.
Psikologi komunitas mengutamakan pada aspek-aspek psikologi dari
sistem sosial dan aspek pencegahan sebagai pokok bahasan dalam psikologi
komunitas (Sunberg dkk, 2002)
Zax dan Specter (dalam Phares, 1992) mengartikan psikologi komunitas
sebagai suatu pendekatan dalam bidang kesehatan mental yang mengutamakan
peran lingkungan dalam menimbulkan dan mengurangi masalah-masalah
manusia atau peningkatan kesejahteraan manusia.
Dari beberapa definisi diatas dapat disimpulkan bahwa psikologi
komunitas adalah salah satu cabang psikologi yang membahas bagaimana
peran dan daya lingkungan yang dapat menciptakan serta mengurangi masalah
individu.
Rapaport mengemukakan bahwa perspektif dari psikologi komunitas
memberikan perhatian pada tiga hal utama yakni :
1. Pengembangan sumber daya individu.
2. Aktivitas politik.
3. Ilmu Pengetahuan.
Blomm mengemukakan perbedaan antara layanan psikologi tradisional
dengan layanan pendekatan kesehatan mental komunitas (community mental
health) terletak pada :
1. Intervensi dalam komunitas
2. Intervensi yang dilakukan dalam komunitas yang terbatas seperti hight risk
population (populasi yang beresiko tinggi)
3. Penekanan pada pencegahan
4. Promosi pelayanana tidak langsung, seperti mengadakan konsultasi dan
pelatihan.
5. Pelaksanaan oleh ahli dari berbagai bidang ilmu dan awam
Konsep yang sangat melekat pada pendekatan psikologi komuntas, yakni:
1. Pencegahan
Pencegahan dari gangguan psikologis bertujuan untuk menghemat biaya
perawatan penderita. Sedangkan pencegahan itu sendiri terdiri dari tiga yakni
pencegahan primer, sekunder dan tersier. Pencegahan primer adalah upaya
melawan keadaan yang memungkinkan timbulnya gangguan sebelum
gangguan itu terjadi. Pencegahan sekunder adalah usaha diagnosis dini atau
suatu keadaan dan bertujuan agar dapat dilakukan terapi atau treatment pada
tahap dini atau tahap awal gangguan. Pencegahan teriser adaalh upaya
rehabilitas terhadap orang-orang yang memerlukan penyesuaian kembali
karena penyakit atau trauma yang pernah dialaminya.
2. Pemberdayaan
Pemberdayaan bertujuan untuk mempertahankan kesehatan dan mencegah
munculnya gangguan-gangguan psikologis. Pemberdayaan adalah upaya
mencegah terbentuknya perasaan tak berdaya dan pasrah pada individu atau
kelompok individu yang terkena suatu dampak perubahan lingkungan yang
merugikan. Misalnya korban pemerkosaan, penipuan, dan lain-lain.
C. Fokus dalam strategi intervensi
Price dkk. (dalam Phares, 1992) mengemukakan perbandingan antara
orientasi klinis dan orientasi komunitas
dalam strategi intervensinya.
Orientasi klinis memperhatikan bagaimana mengatasi defisit pada tingkat
individual, organisasi dan komunitas. Pada tingkat individual orientasi klinis
melakukan terapi somatic dan terapi tradisisonal. Pada tingkat organisasi,
orientasi klinis melakukan terapi kelompok, pendidikan khusus, dan
pendidikan remedial pada kelompok rentan. Pada tingkat komunitas, orientasi
klinis melakukan institusionalisasi atau memberikan fasilitas khusus bagi
mereka yang mangalami disability (buta, lumpuh, tuli, dll).
Orientasi komunitas mengutamakan peningkatan kompetensi. Pada
tingkat individual, orientasi komunitas melakukan pelatihan keterampilan dan
program pencegahan untuk orang-orang beresiko tinggi. Pada tingkat
organisasi, orientasi komunitas melakukan pelatihan dan konsultasi untuk
meningkatkan kompetensi berorganisasi para anggotanya. Pada tingkat
komunitas, orientasi komunitas menciptakan program pencegahan menyeluruh
dalam masyarakat untuk mengurangi stress lingkungan dan maningkatkan
keberdayaan penduduk.
D. Metode-metode Intervensi dan Perubahan
Metode intervensi dan perubahan dalam pendekatan komunitas meliputi
(Korchin, 1976):
1. Konsultasi yaitu mengajak orang-orang yang mempunyai peran besar
dalam masyarakat seperti guru, polosis dan rohaniawan untuk membantu
dan membahas dan membantu mengatasi masalah kesehtan masyarakat.
Dengan cara ini masyarakat yang terjangkau intervensi lebih banyak
dibandingkan bila intervensi hanya dilakukan oleh tenaga professional.
2. Meengadakan layanan masyarakat (community lodge) sebagai pengganti
layanan rumah sakit, tempat penitipan sementara bagi penderita gangguan
jiwa menahun.
3. Intervensi krisis (crisis intervention) misalnya memeberikan bantuan Dan
dukungan kapada orang-orang dalam keadaan stres akut agar mereka
terhindar dari gangguan yang lebih parah, mendirikan pusat-pusat
intervensi krisis yang berdekatan dengan penderita dan memberikan
layanan langsung.
4. Intervensi pada usia dini, hal ini banyak dilakukan di Indonesia sekitar
tahun 1975 hingga sekarang. Program yang dijalankan waktu itu antara
lain program ibu bayi dan balita, penyuluhan gizi dan kesehatan,
imunisasi, dan lain sebagainya.
5. Pengembangan
berbagai
program
pelatihan
upaya
pemberdayaan
masyarakat dapat dilakukan dengan memebuat tulisan-tulisan singakt
tentang upaya-upaya yang cepat untuk mengatasi berbagai keadaan yang
darurat psikologisnya misalnya mangatasi kecemasan dan megatasi stres.
E. Tujuan Psikologi Komunitas
Area psikologi komunitas terbentuk pada membantu atau meningkatkan
kemampuan individu yang powerless terhadap komunitas sosialnya misalnya
kalangan minoritas, dan kemampuan individu untuk dapat mengambil kendali atas
lingkungan dan kehidupan mereka.Hal ini sangat diperlukan karena pada
gilirannya, akan membantu perkembangan individu dalam mengembangkan
psychological sense of community.
Psikologi komunitas memiliki berbagai pendekatan kearah perubahan
sistem sosial :
1. Mengenalkan pertumbuhan dan pengembangan individu dan mencegah
munculnya suatu permasalahan kesehatan mental dan sosial.
2. Membuat suatu format intervensi yang sesuai dan cepat pada saat mana
intervensi tersebut sangat diperlukan.
3. Memungkinkan mereka yang telah bermasalah untuk hidup dengan baik
dan mendapat sokongan dar komnitasnya dan lebih baik lagi tingal pada
tempat yang dapat menerima kondisinya dan dia akan mendapatkan
dukungan
Sebagai contoh, psikologi komunitas mungkin dapat memberi intervensi
terhadap individu dengan cara :
1. Menciptakan dan mengevaluasi arah kebijakan dan program yang
membantu masyarakat mengontrol tekanan ayang muncul dari aspek dan
lingkungan organisatoris yang memunculkan permasalahan.
2. Menilai kebutuhan suatu masyarakat dan memberi arahan anggotanya
bagaimana cara mengenali suatu masalah yang masih permulaan dan
menghadapi permasalahan yang sudah muncul dan besar.
3. Belajar dan menerapkan jalan yang lebih efektif dan menyesuaikan dengan
populasi untuk hidup secara lebih produktif dalam tedensi masyarakat.
Hal-hal yang perlu diperhatikan pada pendekatan komunitas :
1. Pendekatan Komunitas menekankan kepada efek dari dukungan sosial dan
tekanan sosial masyarakat serta tindakan preventif dan self-help.
2. Pemberdayaan lokal dan pentingnya keanekaragaman dan relatifitas
budaya.
3. Menekankan kepada masyarakat, kekmampuan dan kekuatan pribadi
sebagai counter terhadap penyakit dan kelemahan.
4. Perspektif komunitas menekankan pada fungsi riset tidak hanya sebagai
pengembangan teori tetapi juga untuk kebijakan dan evaluasi program
analisis,
dan
kehadirannya
secara
impliait
dan
berharga
pengembangan kesejahteraan masyarakat dan juga ilmu pengetahuan.
bagi
Pada intinya pendekatan komunitas tidak meletakkan gangguan di dalam
individu yang terganggu dan juga tidak secara totalitas menyalahkan lingkungan
akan
tetapi
fokusnya
mengidentifikasikan
kepada
peran
interaksi
dan
orang
daya
dengan
lingkungan
lingkunganyang
dapat
menciptakan/mengurangi masalah individu dan kemudian memusatkan diri pada
pemberdayaan individu dan kelompok individu untuk lebih dapat dapat
menyesuaikan diri dengan keadaan yang dihadapinya
F. Bentuk peran nyata dari psikologi komunitas
1. Melakukan penelitian untuk mengidentifikasi masalah dan menganalisa
masalah-masalah komunitas, melakukan penelitian mengenai sikap-sikap
masyarakat, mengevaluasi program-program sosial tertentu.
2. Berpartisipasi dalam merancang/membuat pola-pola pelayanan sosial serta
memberikan evaluasi terhadap program tersebut.
3. Secara profesional berpartisipasi aktif dalam program gerakan-gerakan,
sosial bagi pengembangan masyarakat, termasuk juga merancang
lingkungan
sosial
penyesuaian
dan
yang
dapat
memperluas
memperkecil
kesempatan
kesulitan-kesulitan
pengembangan
pribadi
dilingkungan sosial tersebut.
G. Model dan proses Psikologi Komunitas.
Disini akan dipaparkan sedikit bagaimana sudut pandang psikologi
komunitas dalam melihat atau menganalisis dan melakukan pendekatan terhadap
permasalahan psikologi pada diri individu.
Sebagai ilustrasi, ahli psikologi mengatakan gangguan jiwa disebabkan
oleh fenomena intra psikis (interaksi yang terjadi diantara aspek-aspek psikis).
Ahli psikoanalisis mengatakan terdapat 3 struktur kepribadian pada individu : id,
ego dan superego. Menurut pandangan psikoanalisis timbulnya permasalahan
kejiwaan dikarenakan adanya ketidakseimbangan di 3 struktur kepribadian
tersebut. Misalnya psikopat dikatakan sebagai gangguan kepribadian yang berat
dengan ciri perkembangan superego yang terhambat, fungsi ego baik dan id yang
normal. Tapi dilihat dari sudut pandang psikologi komunitas muculnya gangguan
ini merupakan produk dari interaksi anatar individu dengan lingkungan sosialnya.
Dalam menganalisis kedudukan individu dalam komunitasnya, psikologi
komunitas menggunakan 2 titik tolak :
1. Individu sebagai agen (tokoh;pelaku) didalam kehidupan komunitasnya.
Dalam hal ini komunitas berfungsi sebagai :
- Arena/tempat munculnya tingkah laku.
- Tempat individu berinteraksi dan merupakan lingkungan yang dapat
mendukung/menghambat individu..
Contoh : Individu yang cerdas, tidak akan berkembang pada lingkungan sosial
yang tidak mendukungnya, dan tidak memiliki fasilitas pendukung. Tapi
individu ini akan berkembag jika berada pada lingkugan sosial yang
mendukung dan memiliki fasilitas yang cukup
2.
Individu dipandang sebagai objek dari kehidupan komunitasnya. Disini
fungsi komunitas sebagai sarana/media untuk terjadinya perubahan-perubahan
kualitas dari individu.
Contoh : suatu daerah yang terpencil, mengalami perubahan yang radikal
seiring dengan perkembangan zaman, menjadi daerah yang ramai dan pesat.
Secara langsung akan mengubah perilaku individu-individu yang ada di
dalamnya.
Proses psikologi komunitas merupakan konteks (ruang lingkup) untuk
menerapkan model-model psikologi komunitas. Istilah model digunakan untuk
menunjuk pada suatu penyajian struktur dan fungsi dalam hal ini
permasalahan komunitas. Dalam masalah-masalah komunitas, psikologi
komunitas menerapkan model :
1. Model Kesehatan Mental ( The Mental Health Model). Model ini
beranggapan bahwa mencegahterjadinya gangguan mental akan lebih
efektif daripada mengobati. Model kesehatan mental lebih menekankan
pada pendekatan preventif/prevention.
2. Model Organisasi (The Organization Model). Model ini didasarkan pada
penelitian-penelitian sosial, terutama penelitian yang menelaah, mengenai
pengaruh kondisi/organisasi atau sistem organisasi pada sistem sosial
terhadap kelompok. Misalnya pengaruh gaya kepemimpinan. Model ini
beranggapan bahwa manajemen/pengelolaan bertanggung jawab untuk
mengorganisir
elemen-elemen
dalam
kelompok.,
seperti
:
uang,
materi/benda, alat-alat, manusia yang bertujuan untu7k mendapatkan
profit. Dalam hubungannya dengan manusia, proses ini bertujuan untuk
mengarahkan usaha-usaha memotivasi dan mengontrol tindakan serta
mengontrol perilaku gara sesuai dengan tujuan. Tanpa adanya intervensi
dari manajemen, manusia akan menjadi pasif dan tidak responsif terhadap
kebutuhan-kebutuhan kelompok.
3. Model Tindakan Sosial (The Social Action Model). Model ini
menggunakan pendekatan dengan
berpartisipasi langsung terhadap
kondisi yang menyebabkan timbulnya gangguan/masalah di dalam
masyarakat. Misalnya : mengatasi masalah kemiskinan, caranya dengan
memobilisasi dan mengkoordinasikan sumber-sumber yang ada dalam
komuniti, keterlibatan secara langsung dalam mengatasi kemiskinan,
misalnya menciptakan lapangan kerja, merangsang pertumbuhan usahausaha wiraswasta, memberikan pinjaman/kredit.
4. Model ekologi (The Ecological Model). Model ini dipegaruhi oleh Teori
Kurt Lewin yang menekankan pada saling ketergantungan antara manusia
dengan lingkungan. Model ini beranggapan bahwa prinsip-prinsip ekologi
dapat digunakan untuk mengidentifikasi masalah-masalah yang timbul
serta untuk menciptakan proses-proses intervensi yang dibutuhkan.
Makalah ini dibuat dalam rangka memenuhi tugas Psikologi Klinis
Dosen Pembimbing :
Oleh :
Alfiatul Mukarromah
Erik Sumadinata
(J71214032)
(J71214057)
PROGRAM STUDI PSIKOLOGI
FAKULTAS PSIKOLOGI DAN KESEHATAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL
SURABAYA
2015
PEMBAHASAN
Psikologi Komunitas
A. Sejarah Psikologi Komunitas
Psikologi komunitas di Amerika mulai berkembang sejak 1955, ketika
diumumkan undang-undang tentang pengembangan konsep kesehatan mental
komunitas untuk mengurangi jumlah rumah sakit jiwa. Pada tahun 1963
Kennedy Bill mengemukakan sistem komprehensif dalam layanan kesehatan
mental, melakukan deteksi dini dari gangguan kesehatan mental yang dapat
menurunkan jumlah penderita yang dimasukkan ke RSJ. Tahun 1965 dianggap
sebagai kelahiran Psikologi Komunitas pada saat itu diadakan konferensi di
Massachusetts dimana para psikolog membahas masa depan dan peran
kesehatan mental, dan tak lama berselang terbentuk Community Psychology
dalam American Psychological Association (APA)
B. Pengertian Psikologi Komunitas
Psikologi komunitas adalah suatu pendekatan terhadap kesehatan mental
yang menekankan pada peran daya lingkungan dalam menciptakan dan
mengurangi masalah. Intinya dari psikologi komunitas adalah interaksi orang
ataupun individu dengan lingkungannya, mengidentifikasi peran dan daya
lingkungan yang dapat menciptakan serta mengurangi masalah individu,
kemudian memusatkan diri pada pemberdayaan individu dan kelompok
individu untuk lebih dapat menyesuaikan diri dengan keadaan yang dihadapi.
Heller dan Monahan (Korchin, 1976) menjelaskan psikologi komunitas
sebagai aplikasi prinsip-prinsip tingkah laku untuk mengerti dan memecahkan
bermacam problem dan situasi komunitas.
Psikologi komunitas mengutamakan pada aspek-aspek psikologi dari
sistem sosial dan aspek pencegahan sebagai pokok bahasan dalam psikologi
komunitas (Sunberg dkk, 2002)
Zax dan Specter (dalam Phares, 1992) mengartikan psikologi komunitas
sebagai suatu pendekatan dalam bidang kesehatan mental yang mengutamakan
peran lingkungan dalam menimbulkan dan mengurangi masalah-masalah
manusia atau peningkatan kesejahteraan manusia.
Dari beberapa definisi diatas dapat disimpulkan bahwa psikologi
komunitas adalah salah satu cabang psikologi yang membahas bagaimana
peran dan daya lingkungan yang dapat menciptakan serta mengurangi masalah
individu.
Rapaport mengemukakan bahwa perspektif dari psikologi komunitas
memberikan perhatian pada tiga hal utama yakni :
1. Pengembangan sumber daya individu.
2. Aktivitas politik.
3. Ilmu Pengetahuan.
Blomm mengemukakan perbedaan antara layanan psikologi tradisional
dengan layanan pendekatan kesehatan mental komunitas (community mental
health) terletak pada :
1. Intervensi dalam komunitas
2. Intervensi yang dilakukan dalam komunitas yang terbatas seperti hight risk
population (populasi yang beresiko tinggi)
3. Penekanan pada pencegahan
4. Promosi pelayanana tidak langsung, seperti mengadakan konsultasi dan
pelatihan.
5. Pelaksanaan oleh ahli dari berbagai bidang ilmu dan awam
Konsep yang sangat melekat pada pendekatan psikologi komuntas, yakni:
1. Pencegahan
Pencegahan dari gangguan psikologis bertujuan untuk menghemat biaya
perawatan penderita. Sedangkan pencegahan itu sendiri terdiri dari tiga yakni
pencegahan primer, sekunder dan tersier. Pencegahan primer adalah upaya
melawan keadaan yang memungkinkan timbulnya gangguan sebelum
gangguan itu terjadi. Pencegahan sekunder adalah usaha diagnosis dini atau
suatu keadaan dan bertujuan agar dapat dilakukan terapi atau treatment pada
tahap dini atau tahap awal gangguan. Pencegahan teriser adaalh upaya
rehabilitas terhadap orang-orang yang memerlukan penyesuaian kembali
karena penyakit atau trauma yang pernah dialaminya.
2. Pemberdayaan
Pemberdayaan bertujuan untuk mempertahankan kesehatan dan mencegah
munculnya gangguan-gangguan psikologis. Pemberdayaan adalah upaya
mencegah terbentuknya perasaan tak berdaya dan pasrah pada individu atau
kelompok individu yang terkena suatu dampak perubahan lingkungan yang
merugikan. Misalnya korban pemerkosaan, penipuan, dan lain-lain.
C. Fokus dalam strategi intervensi
Price dkk. (dalam Phares, 1992) mengemukakan perbandingan antara
orientasi klinis dan orientasi komunitas
dalam strategi intervensinya.
Orientasi klinis memperhatikan bagaimana mengatasi defisit pada tingkat
individual, organisasi dan komunitas. Pada tingkat individual orientasi klinis
melakukan terapi somatic dan terapi tradisisonal. Pada tingkat organisasi,
orientasi klinis melakukan terapi kelompok, pendidikan khusus, dan
pendidikan remedial pada kelompok rentan. Pada tingkat komunitas, orientasi
klinis melakukan institusionalisasi atau memberikan fasilitas khusus bagi
mereka yang mangalami disability (buta, lumpuh, tuli, dll).
Orientasi komunitas mengutamakan peningkatan kompetensi. Pada
tingkat individual, orientasi komunitas melakukan pelatihan keterampilan dan
program pencegahan untuk orang-orang beresiko tinggi. Pada tingkat
organisasi, orientasi komunitas melakukan pelatihan dan konsultasi untuk
meningkatkan kompetensi berorganisasi para anggotanya. Pada tingkat
komunitas, orientasi komunitas menciptakan program pencegahan menyeluruh
dalam masyarakat untuk mengurangi stress lingkungan dan maningkatkan
keberdayaan penduduk.
D. Metode-metode Intervensi dan Perubahan
Metode intervensi dan perubahan dalam pendekatan komunitas meliputi
(Korchin, 1976):
1. Konsultasi yaitu mengajak orang-orang yang mempunyai peran besar
dalam masyarakat seperti guru, polosis dan rohaniawan untuk membantu
dan membahas dan membantu mengatasi masalah kesehtan masyarakat.
Dengan cara ini masyarakat yang terjangkau intervensi lebih banyak
dibandingkan bila intervensi hanya dilakukan oleh tenaga professional.
2. Meengadakan layanan masyarakat (community lodge) sebagai pengganti
layanan rumah sakit, tempat penitipan sementara bagi penderita gangguan
jiwa menahun.
3. Intervensi krisis (crisis intervention) misalnya memeberikan bantuan Dan
dukungan kapada orang-orang dalam keadaan stres akut agar mereka
terhindar dari gangguan yang lebih parah, mendirikan pusat-pusat
intervensi krisis yang berdekatan dengan penderita dan memberikan
layanan langsung.
4. Intervensi pada usia dini, hal ini banyak dilakukan di Indonesia sekitar
tahun 1975 hingga sekarang. Program yang dijalankan waktu itu antara
lain program ibu bayi dan balita, penyuluhan gizi dan kesehatan,
imunisasi, dan lain sebagainya.
5. Pengembangan
berbagai
program
pelatihan
upaya
pemberdayaan
masyarakat dapat dilakukan dengan memebuat tulisan-tulisan singakt
tentang upaya-upaya yang cepat untuk mengatasi berbagai keadaan yang
darurat psikologisnya misalnya mangatasi kecemasan dan megatasi stres.
E. Tujuan Psikologi Komunitas
Area psikologi komunitas terbentuk pada membantu atau meningkatkan
kemampuan individu yang powerless terhadap komunitas sosialnya misalnya
kalangan minoritas, dan kemampuan individu untuk dapat mengambil kendali atas
lingkungan dan kehidupan mereka.Hal ini sangat diperlukan karena pada
gilirannya, akan membantu perkembangan individu dalam mengembangkan
psychological sense of community.
Psikologi komunitas memiliki berbagai pendekatan kearah perubahan
sistem sosial :
1. Mengenalkan pertumbuhan dan pengembangan individu dan mencegah
munculnya suatu permasalahan kesehatan mental dan sosial.
2. Membuat suatu format intervensi yang sesuai dan cepat pada saat mana
intervensi tersebut sangat diperlukan.
3. Memungkinkan mereka yang telah bermasalah untuk hidup dengan baik
dan mendapat sokongan dar komnitasnya dan lebih baik lagi tingal pada
tempat yang dapat menerima kondisinya dan dia akan mendapatkan
dukungan
Sebagai contoh, psikologi komunitas mungkin dapat memberi intervensi
terhadap individu dengan cara :
1. Menciptakan dan mengevaluasi arah kebijakan dan program yang
membantu masyarakat mengontrol tekanan ayang muncul dari aspek dan
lingkungan organisatoris yang memunculkan permasalahan.
2. Menilai kebutuhan suatu masyarakat dan memberi arahan anggotanya
bagaimana cara mengenali suatu masalah yang masih permulaan dan
menghadapi permasalahan yang sudah muncul dan besar.
3. Belajar dan menerapkan jalan yang lebih efektif dan menyesuaikan dengan
populasi untuk hidup secara lebih produktif dalam tedensi masyarakat.
Hal-hal yang perlu diperhatikan pada pendekatan komunitas :
1. Pendekatan Komunitas menekankan kepada efek dari dukungan sosial dan
tekanan sosial masyarakat serta tindakan preventif dan self-help.
2. Pemberdayaan lokal dan pentingnya keanekaragaman dan relatifitas
budaya.
3. Menekankan kepada masyarakat, kekmampuan dan kekuatan pribadi
sebagai counter terhadap penyakit dan kelemahan.
4. Perspektif komunitas menekankan pada fungsi riset tidak hanya sebagai
pengembangan teori tetapi juga untuk kebijakan dan evaluasi program
analisis,
dan
kehadirannya
secara
impliait
dan
berharga
pengembangan kesejahteraan masyarakat dan juga ilmu pengetahuan.
bagi
Pada intinya pendekatan komunitas tidak meletakkan gangguan di dalam
individu yang terganggu dan juga tidak secara totalitas menyalahkan lingkungan
akan
tetapi
fokusnya
mengidentifikasikan
kepada
peran
interaksi
dan
orang
daya
dengan
lingkungan
lingkunganyang
dapat
menciptakan/mengurangi masalah individu dan kemudian memusatkan diri pada
pemberdayaan individu dan kelompok individu untuk lebih dapat dapat
menyesuaikan diri dengan keadaan yang dihadapinya
F. Bentuk peran nyata dari psikologi komunitas
1. Melakukan penelitian untuk mengidentifikasi masalah dan menganalisa
masalah-masalah komunitas, melakukan penelitian mengenai sikap-sikap
masyarakat, mengevaluasi program-program sosial tertentu.
2. Berpartisipasi dalam merancang/membuat pola-pola pelayanan sosial serta
memberikan evaluasi terhadap program tersebut.
3. Secara profesional berpartisipasi aktif dalam program gerakan-gerakan,
sosial bagi pengembangan masyarakat, termasuk juga merancang
lingkungan
sosial
penyesuaian
dan
yang
dapat
memperluas
memperkecil
kesempatan
kesulitan-kesulitan
pengembangan
pribadi
dilingkungan sosial tersebut.
G. Model dan proses Psikologi Komunitas.
Disini akan dipaparkan sedikit bagaimana sudut pandang psikologi
komunitas dalam melihat atau menganalisis dan melakukan pendekatan terhadap
permasalahan psikologi pada diri individu.
Sebagai ilustrasi, ahli psikologi mengatakan gangguan jiwa disebabkan
oleh fenomena intra psikis (interaksi yang terjadi diantara aspek-aspek psikis).
Ahli psikoanalisis mengatakan terdapat 3 struktur kepribadian pada individu : id,
ego dan superego. Menurut pandangan psikoanalisis timbulnya permasalahan
kejiwaan dikarenakan adanya ketidakseimbangan di 3 struktur kepribadian
tersebut. Misalnya psikopat dikatakan sebagai gangguan kepribadian yang berat
dengan ciri perkembangan superego yang terhambat, fungsi ego baik dan id yang
normal. Tapi dilihat dari sudut pandang psikologi komunitas muculnya gangguan
ini merupakan produk dari interaksi anatar individu dengan lingkungan sosialnya.
Dalam menganalisis kedudukan individu dalam komunitasnya, psikologi
komunitas menggunakan 2 titik tolak :
1. Individu sebagai agen (tokoh;pelaku) didalam kehidupan komunitasnya.
Dalam hal ini komunitas berfungsi sebagai :
- Arena/tempat munculnya tingkah laku.
- Tempat individu berinteraksi dan merupakan lingkungan yang dapat
mendukung/menghambat individu..
Contoh : Individu yang cerdas, tidak akan berkembang pada lingkungan sosial
yang tidak mendukungnya, dan tidak memiliki fasilitas pendukung. Tapi
individu ini akan berkembag jika berada pada lingkugan sosial yang
mendukung dan memiliki fasilitas yang cukup
2.
Individu dipandang sebagai objek dari kehidupan komunitasnya. Disini
fungsi komunitas sebagai sarana/media untuk terjadinya perubahan-perubahan
kualitas dari individu.
Contoh : suatu daerah yang terpencil, mengalami perubahan yang radikal
seiring dengan perkembangan zaman, menjadi daerah yang ramai dan pesat.
Secara langsung akan mengubah perilaku individu-individu yang ada di
dalamnya.
Proses psikologi komunitas merupakan konteks (ruang lingkup) untuk
menerapkan model-model psikologi komunitas. Istilah model digunakan untuk
menunjuk pada suatu penyajian struktur dan fungsi dalam hal ini
permasalahan komunitas. Dalam masalah-masalah komunitas, psikologi
komunitas menerapkan model :
1. Model Kesehatan Mental ( The Mental Health Model). Model ini
beranggapan bahwa mencegahterjadinya gangguan mental akan lebih
efektif daripada mengobati. Model kesehatan mental lebih menekankan
pada pendekatan preventif/prevention.
2. Model Organisasi (The Organization Model). Model ini didasarkan pada
penelitian-penelitian sosial, terutama penelitian yang menelaah, mengenai
pengaruh kondisi/organisasi atau sistem organisasi pada sistem sosial
terhadap kelompok. Misalnya pengaruh gaya kepemimpinan. Model ini
beranggapan bahwa manajemen/pengelolaan bertanggung jawab untuk
mengorganisir
elemen-elemen
dalam
kelompok.,
seperti
:
uang,
materi/benda, alat-alat, manusia yang bertujuan untu7k mendapatkan
profit. Dalam hubungannya dengan manusia, proses ini bertujuan untuk
mengarahkan usaha-usaha memotivasi dan mengontrol tindakan serta
mengontrol perilaku gara sesuai dengan tujuan. Tanpa adanya intervensi
dari manajemen, manusia akan menjadi pasif dan tidak responsif terhadap
kebutuhan-kebutuhan kelompok.
3. Model Tindakan Sosial (The Social Action Model). Model ini
menggunakan pendekatan dengan
berpartisipasi langsung terhadap
kondisi yang menyebabkan timbulnya gangguan/masalah di dalam
masyarakat. Misalnya : mengatasi masalah kemiskinan, caranya dengan
memobilisasi dan mengkoordinasikan sumber-sumber yang ada dalam
komuniti, keterlibatan secara langsung dalam mengatasi kemiskinan,
misalnya menciptakan lapangan kerja, merangsang pertumbuhan usahausaha wiraswasta, memberikan pinjaman/kredit.
4. Model ekologi (The Ecological Model). Model ini dipegaruhi oleh Teori
Kurt Lewin yang menekankan pada saling ketergantungan antara manusia
dengan lingkungan. Model ini beranggapan bahwa prinsip-prinsip ekologi
dapat digunakan untuk mengidentifikasi masalah-masalah yang timbul
serta untuk menciptakan proses-proses intervensi yang dibutuhkan.