LOW-POLY MODELING TOKOH DAN ENVIRONMENT DALAM DESAIN GAME 3D
LOW-POLY MODELING TOKOH DAN ENVIRONMENT
DALAM DESAIN GAME 3D
Yusup S. Martyastiadi1
Raissa Theodosia2
Sera Prestasi3
Abstrak: Game 3D yang baik dan menarik mempunyai tingkat waktu render nyata
(real-time rendering) yang tinggi. Di sisi lain, tampilan visual dengan resolusi
tinggi akan menambah nilai immersion bagi pemain. Bagi pengembang game
3D, dua hal tersebut menjadi tantangan dalam mendesain game. Secara umum,
aplikasi game engine membutuhkan aset game 3D dengan jumlah polygon yang
rendah (low-poly) untuk mendukung kecepatan real-time rendering. Hal ini
dilakukan untuk menghindari tampilan visual dan animasi yang terputus-putus
di saat memainkan game 3D. Dalam makalah ini akan dipaparkan penerapan
low-poly modeling yang didukung dengan metode normal map, projection map
dan texturing agar tampilan realistiknya tetap tinggi.
Keywords: desain game 3D, low-poly modeling, normal map, projection, realtime rendering
Pendahuluan
pula oleh gadget, baik berupa smartphone
Satu dekade ini, perkembangan game di
maupun tablet.
Indonesia
menunjukkan
peningkatan.
Teknologi memang bukan satu-satunya
Munculnya beberapa perusahaan game
faktor dalam keberhasilan pemasaran game,
asing di Indonesia merupakan indikator
namun tentu saja dipengaruhi juga oleh sisi
baik akan perkembangan industri kreatif,
artistik visual dan cerita dalam game itu
khususnya game [1]. Perkembangan game
sendiri. Gerakan animasi yang cenderung
ini diiringi kemajuan teknologi dalam
realistik akan mendukung immersion ba-
proses pengembangan dan distribusi game
gi pemain game. Efek tampilan dengan re-
di pasaran. Saat ini pengguna game tidak
solusi tinggi memberikan kesan nyata bagi
hanya menggunakan komputer dalam
pemain game, seakan-akan mereka berada
memainkan game, tetapi mulai digantikan
di dalam dunia game tersebut.
Yusup Martyastiadi adalah Staf Pengajar pada
1
e-mail : yusup.martyastiadi@umn.
Fakultas Seni dan Desain, Universitas Multimedia
Nusantara (UMN) Tangerang.
2
Raissa Theodosia & 3Sera Prestasi adalah Alumnus
Fakultas Seni dan Desain, Universitas Multimedia
Nusantara (UMN) Tangerang.
50
VOL VIII, No. 1 Juni 2015
e-mail Raissa: theodosia_raissa@yahoo.com
e-mail Sera: whitezeraz@hotmail.com
Low-Poly Modeling Tokoh dan
Environment dalam Desain Game 3D
Yusup Sigit Martyastiadi1
Raissa Theodosia2
Sera Prestasi3
Game 3 dimensi (3D) memberikan
untuk memberikan kecepatan yang tinggi
peluang immersion yang kuat bagi peng-
pada saat game engine melakukan real-
guna game. Empati pemain game bisa
time rendering. Sebagai pendukung low-
terpengaruhi oleh tampilan yang bagus,
poly modeling, perlu dilakukan proses
tidak adanya kesalahan typo dalam layout,
projection, pemberian normal map pada
kecerdasan buatan yang logis, gerakan ani-
aset 3D, dan texturing resolusi tinggi. Pem-
masi yang tidak terputus-putus, dan cerita
bahasan low-poly modeling dibatasi hanya
dalam gameplay yang menarik. Beberapa
untuk model 3D bangunan dan karakter.
hal tersebut yang membuat pemain “terce-
Telaah Literatur
lup” dalam dunia game.
Namun perlu disadari, game 3D de-
Modeling adalah proses menciptakan geo-
ngan jumlah polygon dan kualitas gam-
metri kompleks. Pemodelan polygon da-
bar yang tinggi akan menjadikan petaka
pat kita lakukan untuk membuat obyek
dalam proses rendering. Hal ini akan me-
seperti apapun, bebas memanipulasi struk-
nyebabkan tampilan game yang terputus-
turnya. Hal ini bisa dilakukan dengan cara
putus dan waktu loading yang lama. De-
menggabungkan bagian-bagiannya, me-
sainer game harus menyadari hal tersebut,
motong, menyatukan dengan bangun lain
sehingga perlu mendesain seluruh aset
tanpa mengganggu bentuk keseluruhan,
game 3D menjadi hemat waktu render.
tentu saja bila dikerjakan dengan baik [2].
Setiap polygon dari sebuah obyek 3D
Sebuah model 3D terdiri dari polygon,
akan dibaca dalam beberapa tris sebelum
edge, dan vertex. Polygon adalah sebuah
dilakukan rendering oleh game engine.
bentuk
bersisi-n
yang
dibentuk
oleh
Makalah ini akan membahas metode
susunan vertex dan edge yang merupakan
penerapan low-poly modeling dalam desain
vertex yang berpasangan. Polygon biasanya
game 3D. Metode ini sangat membantu
memiliki empat tepi, sering juga disebut
Gambar 1.Tipe-tipe Polygon
(http://kennethvassbakk.com/3d-design/polygonal-modeling)
VOL VIII, No. 1 Juni 2015
51
Yusup Sigit Martyastiadi1
Raissa Theodosia2
Sera Prestasi3
Low-Poly Modeling Tokoh dan
Environtment dalam Desain Game 3D
sebagai quad. Polygon yang memiliki tiga
segitiga (tris). Pada dasarnya dalam game
simpul saling berhubungan disebut sebagai
engine akan terjadi proses Tesselation.
tris. Sedangkan polygon yang terdiri lebih
Tesselation
dari empat edge disebut n-gon.
polygon-quads
adalah
proses
menjadi
tris
konversi
dengan
Seperti yang sudah diketahui, game
menyambungkan 2 vertex berseberangan
engine mempunyai keterbatasan dalam
pada tiap polygon. Proses ini dilakukan
melakukan real-time rendering. Oleh sebab
agar game engine dapat melihat geometri
itu, terdapat dua elemen penting dalam
suatu model 3D dan video card dapat
melakukan modeling 3D untuk game 3D,
menampilkannya sesuai perspektifnya.
yaitu polycount dan topologi model 3D
Dalam
melakukan
pengurangan
[3]. Dalam proses pembuatan obyek 3D,
polygon dan tris pada modeling tidak
secara otomatis jumlah polygon akan terus
dapat
bertambah. Pengurangan jumlah polygon
karena dapat merusak struktur topologi
akan membuat video card bekerja lebih
aslinya. Topologi dalam modeling 3D
dilakukan
secara
sembarangan
Gambar 2. Proses tessellation yang terjadi pada game engine
(http://www.blitzcode.net/images/projects/project_105_big.png)
ringan dan mampu melakukan proses
menjadi bagian penting karena merupakan
render dengan cepat tiap detiknya. Semua
struktur permukaan suatu polygon dan
aset 3D dalam game yang terdiri dari
juga sangat berpengaruh khususnya pada
kumpulan polygon perlu dihitung oleh
tekstur dengan UVmaps.
game engine, sehingga diperlukannya me-
Sekitar tahun 2006, satu karakter 3D
tode pemodelan low-polygon pada saat
untuk game rata-rata terdiri dari 5000-
membuat aset game 3D. Game engine
7000 polygon [4]. Seiring berkembangnya
akan mengukur kepadatan model bukan
teknologi komputer, angka tersebut me-
dalam bentuk polygon tetapi dalam bentuk
ningkat. Namun perkembangan komputer
52
VOL VIII, No. 1 Juni 2015
Low-Poly Modeling Tokoh dan
Environment dalam Desain Game 3D
Yusup Sigit Martyastiadi1
Raissa Theodosia2
Sera Prestasi3
selalu memunculkan hal baru, sebagai
Dalam
contoh muncul visual efek berupa partikel.
terdapat beberapa tahap, yaitu praproduksi,
Sehingga ada baiknya, desainer game tetap
produksi, dan pascaproduksi. Makalah ini
memperhatikan jumlah polygon.
akan lebih banyak menjabarkan proses
mendesain
sebuah
game
3D,
Low-poly modeling adalah proses pem-
produksi. Ada beberapa hal dalam tahap
buatan model 3D dengan jumlah polygon
praproduksi yang akan tetap disinggung
lebih sedikit dari modeling obyek yang
sebagai jembatan dalam penjelasan proses
sebenarnya.
de-
produksi. Secara umum, tahap praproduksi
ngan melakukan modeling dengan me-
selalu dimulai dengan penyusunan konsep,
nitikberatkan sisi artistik visual, dimana
pembuatan sketsa, dan model sheet un-
kecenderungannya
tuk proses modeling 3D. Setelah itu tahap
Prosesnya
polygon
akan
menghasilkan
banyak
produksi dilakukan, mulai dari modeling,
(high-poly). Model 3D high-poly tersebut
UV-mapping, projection, dan texturing.
akan menjadi referensi untuk melakukan
Pada model karakter 3D, dilakukan juga
rekontruksi model 3D high-poly menjadi
digital sculpting untuk menambah artistik.
model 3D low-poly. Prosesnya dimulai
Pembahasan dalam makalah ini difo-
dengan pengurangan polygon, kemudian
kuskan pada model 3D berupa bangunan
projection untuk mendapatkan normal
(studi kasus game 3D Emendation) dan
map, yang berfungsi untuk menimbulkan
karakter (studi kasus game 3D Indictus)
efek kedalaman pada suatu obyek yang
sebagai sampling.
jumlah
yang
dimulai
cukup
rata. Efek ini memberikan ilusi 3D.
A. Bangunan
Metode dan Hasil
Dunia game yang dibangun dalam game
Gambar 3. Sketsa kasar bangunan dalam game 3D Emendation
VOL VIII, No. 1 Juni 2015
53
Yusup Sigit Martyastiadi1
Raissa Theodosia2
Sera Prestasi3
Low-Poly Modeling Tokoh dan
Environtment dalam Desain Game 3D
ini mempunyai konsep furturistik dengan
desain bangunan yang unik dan modern.
Setelah konsep bangunan disusun, maka
divisualisasikan melalui sketsa.
Tahap berikutnya adalah pembuatan mo-
High-poly
Low-poly
Gambar 5. Bangunan Bos high-poly
(14169 tris) dan low-poly (2000 tris)
High-poly
Low-poly
Gambar 6. Bangunan apartemen high-poly
(3464 tris) dan low-poly (377 tris)
Modeling dilakukan menggunakan software 3D Max 2011, dengan teknik modeling
yang digunakan adalah box modeling. Pengerjaan tahap modeling dilakukan dua kali yaitu modeling high-poly dan low-poly.
Perbandingan jumlah tris pada dua baGambar 4. Model sheet bangunan apartemen
tampak kiri, atas, depan
ngunan di atas cukup signifikan. Rata-rata,
jumlah tris pada model 3D low-poly adalah
10% dari jumlah tris model 3D high-poly.
Namun secara artistik, model 3D low-poly
del sheet untuk pemodelan 3D. Model sheet
lebih terkesan sederhana dan tidak detil.
berfungsi untuk membantu mempermudah
Dalam game pembuatan modeling high-
dalam pembuatan model obyek 3D yang
poly berfungsi untuk menghasilkan normal
lebih rumit.
map yang akan digunakan sebagai bump
map. Bump map akan memberikan kesan
54
VOL VIII, No. 1 Juni 2015
Low-Poly Modeling Tokoh dan
Environment dalam Desain Game 3D
nyata terhadap model low-poly.
B. Karakter
Setelah pemodelan 3D, dilanjutkan dengan proses UV-Mapping. UV-Mapping
merupakan
suatu
polygon-polygon
proses
model
penyusunan
3D
Yusup Sigit Martyastiadi1
Raissa Theodosia2
Sera Prestasi3
Desain karakter game 3D Indictus dibangun
dengan referensi masa Steampunk dengan
menjadi
beberapa bagian yang kemudian akan
menghasilkan UV Template dua dimensi.
Dalam proses pembuatan film animasi,
tahap UV Mapping dilakukan pada model
high-poly. Sedangkan dalam pembuatan
game 3D, UV-Mapping dilakukan pada
model low-poly.
Projection sangat penting dalam pe-
Gambar 8. Sketsa tokoh utama
dan Bos musuh [5].
ngembangan game 3D. Projection mempunyai manfaat untuk menghasilkan normal
pakaian kemeja lengan panjang, vest (rompi), celana panjang, gaiters (pelindung
betis yang biasa terbuat dari kain, kulit,
atau poliester). Tokoh utama dalam game
Indictus mempunyai musuh utama yang
biasa disebut Bos.
Setelah konsep dan sketsa diselesaikan
Low-poly
Gambar 7. Garis biru pada gambar
menunjukkan area projection
model 3D low-poly
Gambar 9. Proses modeling
map yang akan digunakan pada saat
menggunakan teknik edge dan
texturing. Sehingga model 3D low-poly
box modeling
akan terlihat seperti high-poly. Projection
memiliki kontrol untuk memproyeksikan
data dari obyek ke obyek yang berbeda
dengan modifier projection.
maka proses modeling dilakukan. Tentu
saja modeling akan mudah dilakukan
dengan bantuan model sheet. Karakter
3D disebut juga model 3D organik. Proses
VOL VIII, No. 1 Juni 2015
55
Yusup Sigit Martyastiadi1
Raissa Theodosia2
Sera Prestasi3
Low-Poly Modeling Tokoh dan
Environtment dalam Desain Game 3D
Tabel 1. Ujicoba real-time rendering
pemodelannya biasanya dilakukan dengan
teknik edge modeling dan box modeling.
Seperti yang dinyatakan oleh Franson
pada karakter.
Penambahan efek kedalaman pada model
karakter 3D low-poly dapat dilakukan de-
Low-poly
High-poly
Gambar 10. Perbandingan kepala low-poly
dan high-poly (setelah melalui proses digital
High-poly
sculpting)
Low-poly
Gambar 12. Perbandingan model low-poly
tanpa dan dengan normal bump
dan Thomas [4], bahwa untuk karakter
game 3D, jumlah polygon dibawah 8000
sudah bisa dikatakan model 3D low-poly.
ngan proses “render to texture” pada model
Digital sculpting bisa dilakukan juga untuk
high-poly. Proses ini bisa menghasilkan
memberikan kesan lebih nyata dan detil
complete map dan normal map.
Ilusi kedalaman 3D yang ditimbulkan cukup signifikan pada model karakter 3D yang
telah melalui baking render to texture.
Tabel 1. menunjukkan perbandingan
kecepatan render high-poly dan lowpoly
Gambar 11. Complete map dan normal map
dari proses baking render to texture
56
VOL VIII, No. 1 Juni 2015
untuk
masing-masing
aset
3D.
Eksperimen real-time rendering dilakukan
di game engine Unity. Percobaan tersebut
menggunakan kamera statis, sehingga
Low-Poly Modeling Tokoh dan
Environment dalam Desain Game 3D
Yusup Sigit Martyastiadi1
Raissa Theodosia2
Sera Prestasi3
pencuplikan hasil render diambil tanpa ada
pembangunan
pergerakan dari kamera.
mempercepat proses rendering dalam
game
3D
membantu
Tentu saja, hasil rendering dengan
game engine. Semakin sedikit jumlah
kamera yang bergerak akan berbeda
tris yang dibaca oleh game engine, maka
ketika dilakukan di dunia game yang
proses real-time rendering yang terjadi
lebih lengkap, dengan seluruh aset game
semakin cepat, sehingga game dengan
3D sudah terpasang sesuai game play
tampilan yang terkesan realistik akan tetap
bisa dimainkan tanpa terputus-putus.
Referensi
Asih, R. (10 November 2012). Invasi
Industri Game Asing. Tempo. Diakses
dari http:// www.tempo.co/read/news/
2012/11/10/172440881/
Russo, M. (2006). Polygonal Modeling
Basic and Advance Technique. USA:
Wordware Publishing.
Watkins, A. (2011). Creating games with
Unity and Maya. Burlington: Elsevier.
Franson, D., & Thomas, E. (2007). Game
Gambar 13. Tokoh utama dalam game 3D
Indictus setelah diberikan tekstur
Character
Design
Complete.
Boston:
Thomson Course Technology.
Theodosia, R. (2013). Desain Karakter
yang didesain. Maka hasil rendering akan
Dalam Game “Indictus”. Laporan Tugas
lebih dinamis sesuai dengan jumlah obyek
Akhir. Universitas Multimedia Nusantara.
yang berada di depan kamera. Selain itu,
Tangerang.
visualisasi aset 3D (draw call batching)
dalam
game
dipengaruhi
juga
oleh
Prestasi,
S.
Pemodelan
(2013).
spesifikasi video card pada komputer yang
Environment
digunakan.
Dalam
Game
“Emendation”.
Tugas
Akhir.
Universitas
Kesimpulan
Penerapan
low-poly
3d
Dan
Penerapannya
Laporan
Multimedia
Nusantara. Tangerang.
modeling
dalam
VOL VIII, No. 1 Juni 2015
57
DALAM DESAIN GAME 3D
Yusup S. Martyastiadi1
Raissa Theodosia2
Sera Prestasi3
Abstrak: Game 3D yang baik dan menarik mempunyai tingkat waktu render nyata
(real-time rendering) yang tinggi. Di sisi lain, tampilan visual dengan resolusi
tinggi akan menambah nilai immersion bagi pemain. Bagi pengembang game
3D, dua hal tersebut menjadi tantangan dalam mendesain game. Secara umum,
aplikasi game engine membutuhkan aset game 3D dengan jumlah polygon yang
rendah (low-poly) untuk mendukung kecepatan real-time rendering. Hal ini
dilakukan untuk menghindari tampilan visual dan animasi yang terputus-putus
di saat memainkan game 3D. Dalam makalah ini akan dipaparkan penerapan
low-poly modeling yang didukung dengan metode normal map, projection map
dan texturing agar tampilan realistiknya tetap tinggi.
Keywords: desain game 3D, low-poly modeling, normal map, projection, realtime rendering
Pendahuluan
pula oleh gadget, baik berupa smartphone
Satu dekade ini, perkembangan game di
maupun tablet.
Indonesia
menunjukkan
peningkatan.
Teknologi memang bukan satu-satunya
Munculnya beberapa perusahaan game
faktor dalam keberhasilan pemasaran game,
asing di Indonesia merupakan indikator
namun tentu saja dipengaruhi juga oleh sisi
baik akan perkembangan industri kreatif,
artistik visual dan cerita dalam game itu
khususnya game [1]. Perkembangan game
sendiri. Gerakan animasi yang cenderung
ini diiringi kemajuan teknologi dalam
realistik akan mendukung immersion ba-
proses pengembangan dan distribusi game
gi pemain game. Efek tampilan dengan re-
di pasaran. Saat ini pengguna game tidak
solusi tinggi memberikan kesan nyata bagi
hanya menggunakan komputer dalam
pemain game, seakan-akan mereka berada
memainkan game, tetapi mulai digantikan
di dalam dunia game tersebut.
Yusup Martyastiadi adalah Staf Pengajar pada
1
e-mail : yusup.martyastiadi@umn.
Fakultas Seni dan Desain, Universitas Multimedia
Nusantara (UMN) Tangerang.
2
Raissa Theodosia & 3Sera Prestasi adalah Alumnus
Fakultas Seni dan Desain, Universitas Multimedia
Nusantara (UMN) Tangerang.
50
VOL VIII, No. 1 Juni 2015
e-mail Raissa: theodosia_raissa@yahoo.com
e-mail Sera: whitezeraz@hotmail.com
Low-Poly Modeling Tokoh dan
Environment dalam Desain Game 3D
Yusup Sigit Martyastiadi1
Raissa Theodosia2
Sera Prestasi3
Game 3 dimensi (3D) memberikan
untuk memberikan kecepatan yang tinggi
peluang immersion yang kuat bagi peng-
pada saat game engine melakukan real-
guna game. Empati pemain game bisa
time rendering. Sebagai pendukung low-
terpengaruhi oleh tampilan yang bagus,
poly modeling, perlu dilakukan proses
tidak adanya kesalahan typo dalam layout,
projection, pemberian normal map pada
kecerdasan buatan yang logis, gerakan ani-
aset 3D, dan texturing resolusi tinggi. Pem-
masi yang tidak terputus-putus, dan cerita
bahasan low-poly modeling dibatasi hanya
dalam gameplay yang menarik. Beberapa
untuk model 3D bangunan dan karakter.
hal tersebut yang membuat pemain “terce-
Telaah Literatur
lup” dalam dunia game.
Namun perlu disadari, game 3D de-
Modeling adalah proses menciptakan geo-
ngan jumlah polygon dan kualitas gam-
metri kompleks. Pemodelan polygon da-
bar yang tinggi akan menjadikan petaka
pat kita lakukan untuk membuat obyek
dalam proses rendering. Hal ini akan me-
seperti apapun, bebas memanipulasi struk-
nyebabkan tampilan game yang terputus-
turnya. Hal ini bisa dilakukan dengan cara
putus dan waktu loading yang lama. De-
menggabungkan bagian-bagiannya, me-
sainer game harus menyadari hal tersebut,
motong, menyatukan dengan bangun lain
sehingga perlu mendesain seluruh aset
tanpa mengganggu bentuk keseluruhan,
game 3D menjadi hemat waktu render.
tentu saja bila dikerjakan dengan baik [2].
Setiap polygon dari sebuah obyek 3D
Sebuah model 3D terdiri dari polygon,
akan dibaca dalam beberapa tris sebelum
edge, dan vertex. Polygon adalah sebuah
dilakukan rendering oleh game engine.
bentuk
bersisi-n
yang
dibentuk
oleh
Makalah ini akan membahas metode
susunan vertex dan edge yang merupakan
penerapan low-poly modeling dalam desain
vertex yang berpasangan. Polygon biasanya
game 3D. Metode ini sangat membantu
memiliki empat tepi, sering juga disebut
Gambar 1.Tipe-tipe Polygon
(http://kennethvassbakk.com/3d-design/polygonal-modeling)
VOL VIII, No. 1 Juni 2015
51
Yusup Sigit Martyastiadi1
Raissa Theodosia2
Sera Prestasi3
Low-Poly Modeling Tokoh dan
Environtment dalam Desain Game 3D
sebagai quad. Polygon yang memiliki tiga
segitiga (tris). Pada dasarnya dalam game
simpul saling berhubungan disebut sebagai
engine akan terjadi proses Tesselation.
tris. Sedangkan polygon yang terdiri lebih
Tesselation
dari empat edge disebut n-gon.
polygon-quads
adalah
proses
menjadi
tris
konversi
dengan
Seperti yang sudah diketahui, game
menyambungkan 2 vertex berseberangan
engine mempunyai keterbatasan dalam
pada tiap polygon. Proses ini dilakukan
melakukan real-time rendering. Oleh sebab
agar game engine dapat melihat geometri
itu, terdapat dua elemen penting dalam
suatu model 3D dan video card dapat
melakukan modeling 3D untuk game 3D,
menampilkannya sesuai perspektifnya.
yaitu polycount dan topologi model 3D
Dalam
melakukan
pengurangan
[3]. Dalam proses pembuatan obyek 3D,
polygon dan tris pada modeling tidak
secara otomatis jumlah polygon akan terus
dapat
bertambah. Pengurangan jumlah polygon
karena dapat merusak struktur topologi
akan membuat video card bekerja lebih
aslinya. Topologi dalam modeling 3D
dilakukan
secara
sembarangan
Gambar 2. Proses tessellation yang terjadi pada game engine
(http://www.blitzcode.net/images/projects/project_105_big.png)
ringan dan mampu melakukan proses
menjadi bagian penting karena merupakan
render dengan cepat tiap detiknya. Semua
struktur permukaan suatu polygon dan
aset 3D dalam game yang terdiri dari
juga sangat berpengaruh khususnya pada
kumpulan polygon perlu dihitung oleh
tekstur dengan UVmaps.
game engine, sehingga diperlukannya me-
Sekitar tahun 2006, satu karakter 3D
tode pemodelan low-polygon pada saat
untuk game rata-rata terdiri dari 5000-
membuat aset game 3D. Game engine
7000 polygon [4]. Seiring berkembangnya
akan mengukur kepadatan model bukan
teknologi komputer, angka tersebut me-
dalam bentuk polygon tetapi dalam bentuk
ningkat. Namun perkembangan komputer
52
VOL VIII, No. 1 Juni 2015
Low-Poly Modeling Tokoh dan
Environment dalam Desain Game 3D
Yusup Sigit Martyastiadi1
Raissa Theodosia2
Sera Prestasi3
selalu memunculkan hal baru, sebagai
Dalam
contoh muncul visual efek berupa partikel.
terdapat beberapa tahap, yaitu praproduksi,
Sehingga ada baiknya, desainer game tetap
produksi, dan pascaproduksi. Makalah ini
memperhatikan jumlah polygon.
akan lebih banyak menjabarkan proses
mendesain
sebuah
game
3D,
Low-poly modeling adalah proses pem-
produksi. Ada beberapa hal dalam tahap
buatan model 3D dengan jumlah polygon
praproduksi yang akan tetap disinggung
lebih sedikit dari modeling obyek yang
sebagai jembatan dalam penjelasan proses
sebenarnya.
de-
produksi. Secara umum, tahap praproduksi
ngan melakukan modeling dengan me-
selalu dimulai dengan penyusunan konsep,
nitikberatkan sisi artistik visual, dimana
pembuatan sketsa, dan model sheet un-
kecenderungannya
tuk proses modeling 3D. Setelah itu tahap
Prosesnya
polygon
akan
menghasilkan
banyak
produksi dilakukan, mulai dari modeling,
(high-poly). Model 3D high-poly tersebut
UV-mapping, projection, dan texturing.
akan menjadi referensi untuk melakukan
Pada model karakter 3D, dilakukan juga
rekontruksi model 3D high-poly menjadi
digital sculpting untuk menambah artistik.
model 3D low-poly. Prosesnya dimulai
Pembahasan dalam makalah ini difo-
dengan pengurangan polygon, kemudian
kuskan pada model 3D berupa bangunan
projection untuk mendapatkan normal
(studi kasus game 3D Emendation) dan
map, yang berfungsi untuk menimbulkan
karakter (studi kasus game 3D Indictus)
efek kedalaman pada suatu obyek yang
sebagai sampling.
jumlah
yang
dimulai
cukup
rata. Efek ini memberikan ilusi 3D.
A. Bangunan
Metode dan Hasil
Dunia game yang dibangun dalam game
Gambar 3. Sketsa kasar bangunan dalam game 3D Emendation
VOL VIII, No. 1 Juni 2015
53
Yusup Sigit Martyastiadi1
Raissa Theodosia2
Sera Prestasi3
Low-Poly Modeling Tokoh dan
Environtment dalam Desain Game 3D
ini mempunyai konsep furturistik dengan
desain bangunan yang unik dan modern.
Setelah konsep bangunan disusun, maka
divisualisasikan melalui sketsa.
Tahap berikutnya adalah pembuatan mo-
High-poly
Low-poly
Gambar 5. Bangunan Bos high-poly
(14169 tris) dan low-poly (2000 tris)
High-poly
Low-poly
Gambar 6. Bangunan apartemen high-poly
(3464 tris) dan low-poly (377 tris)
Modeling dilakukan menggunakan software 3D Max 2011, dengan teknik modeling
yang digunakan adalah box modeling. Pengerjaan tahap modeling dilakukan dua kali yaitu modeling high-poly dan low-poly.
Perbandingan jumlah tris pada dua baGambar 4. Model sheet bangunan apartemen
tampak kiri, atas, depan
ngunan di atas cukup signifikan. Rata-rata,
jumlah tris pada model 3D low-poly adalah
10% dari jumlah tris model 3D high-poly.
Namun secara artistik, model 3D low-poly
del sheet untuk pemodelan 3D. Model sheet
lebih terkesan sederhana dan tidak detil.
berfungsi untuk membantu mempermudah
Dalam game pembuatan modeling high-
dalam pembuatan model obyek 3D yang
poly berfungsi untuk menghasilkan normal
lebih rumit.
map yang akan digunakan sebagai bump
map. Bump map akan memberikan kesan
54
VOL VIII, No. 1 Juni 2015
Low-Poly Modeling Tokoh dan
Environment dalam Desain Game 3D
nyata terhadap model low-poly.
B. Karakter
Setelah pemodelan 3D, dilanjutkan dengan proses UV-Mapping. UV-Mapping
merupakan
suatu
polygon-polygon
proses
model
penyusunan
3D
Yusup Sigit Martyastiadi1
Raissa Theodosia2
Sera Prestasi3
Desain karakter game 3D Indictus dibangun
dengan referensi masa Steampunk dengan
menjadi
beberapa bagian yang kemudian akan
menghasilkan UV Template dua dimensi.
Dalam proses pembuatan film animasi,
tahap UV Mapping dilakukan pada model
high-poly. Sedangkan dalam pembuatan
game 3D, UV-Mapping dilakukan pada
model low-poly.
Projection sangat penting dalam pe-
Gambar 8. Sketsa tokoh utama
dan Bos musuh [5].
ngembangan game 3D. Projection mempunyai manfaat untuk menghasilkan normal
pakaian kemeja lengan panjang, vest (rompi), celana panjang, gaiters (pelindung
betis yang biasa terbuat dari kain, kulit,
atau poliester). Tokoh utama dalam game
Indictus mempunyai musuh utama yang
biasa disebut Bos.
Setelah konsep dan sketsa diselesaikan
Low-poly
Gambar 7. Garis biru pada gambar
menunjukkan area projection
model 3D low-poly
Gambar 9. Proses modeling
map yang akan digunakan pada saat
menggunakan teknik edge dan
texturing. Sehingga model 3D low-poly
box modeling
akan terlihat seperti high-poly. Projection
memiliki kontrol untuk memproyeksikan
data dari obyek ke obyek yang berbeda
dengan modifier projection.
maka proses modeling dilakukan. Tentu
saja modeling akan mudah dilakukan
dengan bantuan model sheet. Karakter
3D disebut juga model 3D organik. Proses
VOL VIII, No. 1 Juni 2015
55
Yusup Sigit Martyastiadi1
Raissa Theodosia2
Sera Prestasi3
Low-Poly Modeling Tokoh dan
Environtment dalam Desain Game 3D
Tabel 1. Ujicoba real-time rendering
pemodelannya biasanya dilakukan dengan
teknik edge modeling dan box modeling.
Seperti yang dinyatakan oleh Franson
pada karakter.
Penambahan efek kedalaman pada model
karakter 3D low-poly dapat dilakukan de-
Low-poly
High-poly
Gambar 10. Perbandingan kepala low-poly
dan high-poly (setelah melalui proses digital
High-poly
sculpting)
Low-poly
Gambar 12. Perbandingan model low-poly
tanpa dan dengan normal bump
dan Thomas [4], bahwa untuk karakter
game 3D, jumlah polygon dibawah 8000
sudah bisa dikatakan model 3D low-poly.
ngan proses “render to texture” pada model
Digital sculpting bisa dilakukan juga untuk
high-poly. Proses ini bisa menghasilkan
memberikan kesan lebih nyata dan detil
complete map dan normal map.
Ilusi kedalaman 3D yang ditimbulkan cukup signifikan pada model karakter 3D yang
telah melalui baking render to texture.
Tabel 1. menunjukkan perbandingan
kecepatan render high-poly dan lowpoly
Gambar 11. Complete map dan normal map
dari proses baking render to texture
56
VOL VIII, No. 1 Juni 2015
untuk
masing-masing
aset
3D.
Eksperimen real-time rendering dilakukan
di game engine Unity. Percobaan tersebut
menggunakan kamera statis, sehingga
Low-Poly Modeling Tokoh dan
Environment dalam Desain Game 3D
Yusup Sigit Martyastiadi1
Raissa Theodosia2
Sera Prestasi3
pencuplikan hasil render diambil tanpa ada
pembangunan
pergerakan dari kamera.
mempercepat proses rendering dalam
game
3D
membantu
Tentu saja, hasil rendering dengan
game engine. Semakin sedikit jumlah
kamera yang bergerak akan berbeda
tris yang dibaca oleh game engine, maka
ketika dilakukan di dunia game yang
proses real-time rendering yang terjadi
lebih lengkap, dengan seluruh aset game
semakin cepat, sehingga game dengan
3D sudah terpasang sesuai game play
tampilan yang terkesan realistik akan tetap
bisa dimainkan tanpa terputus-putus.
Referensi
Asih, R. (10 November 2012). Invasi
Industri Game Asing. Tempo. Diakses
dari http:// www.tempo.co/read/news/
2012/11/10/172440881/
Russo, M. (2006). Polygonal Modeling
Basic and Advance Technique. USA:
Wordware Publishing.
Watkins, A. (2011). Creating games with
Unity and Maya. Burlington: Elsevier.
Franson, D., & Thomas, E. (2007). Game
Gambar 13. Tokoh utama dalam game 3D
Indictus setelah diberikan tekstur
Character
Design
Complete.
Boston:
Thomson Course Technology.
Theodosia, R. (2013). Desain Karakter
yang didesain. Maka hasil rendering akan
Dalam Game “Indictus”. Laporan Tugas
lebih dinamis sesuai dengan jumlah obyek
Akhir. Universitas Multimedia Nusantara.
yang berada di depan kamera. Selain itu,
Tangerang.
visualisasi aset 3D (draw call batching)
dalam
game
dipengaruhi
juga
oleh
Prestasi,
S.
Pemodelan
(2013).
spesifikasi video card pada komputer yang
Environment
digunakan.
Dalam
Game
“Emendation”.
Tugas
Akhir.
Universitas
Kesimpulan
Penerapan
low-poly
3d
Dan
Penerapannya
Laporan
Multimedia
Nusantara. Tangerang.
modeling
dalam
VOL VIII, No. 1 Juni 2015
57