PENERAPAN PRINSIP PRINSIP GOOD GOVERNANC

Abdul Roni, penerapan prinsip-prinsip good governance upaya antisipasi rekening gendut bagi
pegawai negeri sipil, Halaman. 33-38

PENERAPAN PRINSIP-PRINSIP GOOD
GOVERNANCE UPAYA ANTISIPASI
REKENING GENDUT BAGI
PEGAWAI NEGERI SIPIL
Oleh: Abdul Roni, SH, MH
ABSTRAK
Proses perubahan yang terjadi dewasa
ini di Indonesia, tanpa disadari memiliki
kesearahan
dengan
kecenderungan
perkembangan paradigma pembangunan dan
pemerintahan dalam sekala gelobal. Adanya
kesenjangan social, ekonomi, politik yang
cenderung berkembang semakin meluas, di
antara kelompok masyarakat maupun antar
wilayah daerah, yang menjadi penyebab
munculnya kesadaran baru untuk melakukan

koreksi terhadap pemerintah yang selama ini
sentralistik bahkan otoriter, korup, dan kolusif,
kearah pemerintahan dan penyelenggaraan
pembangunan yang berorientasi kepada misi
pemberdayaan peran serta masyarakat secara
aktif dalam berbagai upaya peningkatan
kesejahteraan
social,
ekonomi,
serta
demokratisasi politik yang dilandasi oleh
penghormatan dan perlindungan atas hak-hak
asasi manusia.
Prinsip-prinsip atau karakteristik Good
Governance
adalah
adanya
partisipasi
masyarakat, tegaknya supremasi hukum (rule of
Law), transparansi, daya tanggap, orientasi

terhadap consensus, keadilan, efektifitas dan
efisiensi, visi strategis, dan saling keterkaitan
yang memberdayakan. Hal ini bila diterapkan
dalam sistem hukum di Indonesia, maka dapat
menjadi
sarana
atau
upaya
dalam
mengantisipasi rekening gendut bagi pegawai
negeri sipil yang merupakan tindakan korup,
sebagaimana telah dituangkan dalam UndangUndang Nomor 28 tahun 2000 tentang
penyelenggaraan Negara yang bersih dan bebas
korupsi, kolusi, dan nepotisme serta telah
mencakup asas-asas umum kepemerintahan yang
baik

A. Pendahuluan
Era reformasi yang dewasa ini sedang
dijalani oleh bangsa dan Negara Republik


Indonesia pasca pemerintaahan orde baru,
telah memberikan peluang bagi proses
transpormasi atau perubahan stuktural di
segala bidang. Transpormasi structural
tersebut
ditandai
dengan
proses
demokratisasi yang semakin tumbuh dan
berkembang, pemberdayaan dan peningkatan
partisipasi masyarakat dalam berbagai
bidang, penegakan supremasi hukum dan
pemberrantasan
korupsi,
kolusi
dan
nepotisme di lingkungan pemerintahan,
penghormatan hak-hak asasi manusia dan
masih banyak lagi dinamika perubahan

interaksi social, politik dan ekonomi antara
pemerintah dan masyarakat.
Proses perubahan yang terjadi dewasa
ini di Indonesia, tanpa disadari memiliki
kesearahan
dengan
kecenderungan
perkembangan paradigma pembangunan dan
pemerintahan
dalam
sekala
gelobal.
Berbagai Negara di hampir seluruh pelosok
dunia,
maupun
lembaga-lembaga
internasional
yang
bergerak
dalam

pemberian
bantuan
dan
asistensi
pembangunan, secara sinergis dalam
dasawarsa terakhir ini sedang bergiat
melakukan dan mempromosikan perubahan
paradigma pemerintahan dan pembangunan
berdasarkan konsepsi kepemerintahan yang
baik (Good Governance).
Trend global perubahan paradigma
tersebut dalam banyak hal di dorong oleh
semangat belajar dari pengalaman berbagai
kegagalan penyelenggaraan pemerintahan
dan pembangunan, yang dalam beberapa
decade yang lalu telah cenderung berdampak
negative
bagi
masayarakat
maupun

kelanjutan lingkungan hidupnya. Secara
kronologis fakta tersebut menggambarkan
adanya kenyataan disatu sisi sebagian
masyarakat kesejahteraan social ekonomi
masyarakat memang cenderung meningkat,
akan tetapi di sisi lain sebagian masyarakat
bahkan cenderung mengalami kemiskinan,
keterbelakangan dan semangkin terpuruk

SOLUSI VOLUME. 5. No. II. Bulan Mei 2014

33

Abdul Roni, penerapan prinsip-prinsip good governance upaya antisipasi rekening gendut bagi
pegawai negeri sipil, Halaman. 33-38

Sebagaian masyarakat di satu sisi
memiliki akses dan kesempatan berperan
aktif dalam berbagai kegiatan social,
ekonomi, dan politik, di sisi lain sebagian

masyarakat justru mengalami kerawanan
pangan bahkan busung lapar, menjadi korban
penyakit epidemic yang mematikan,
mengalami kemiskinan karena tidak
memiliki asat ekonomi dan tidak memiliki
pekerjaan dan mata pencaharian dikarenakan
latar belakang pendidikan dan keterampilan
tidak memadai, bahkan dapat menjadi
korban ekploitasi dan politisasi dari rezim
pemerintahan yang sedang berkuasa,
maupun kelompok masyarakat lainnya yang
justru memperolah berbagai kemudahan dan
fasilitas dari pemerintah.
Adanya kesenjangan social, ekonomi,
politik yang cenderung berkembang semakin
meluas, di antara kelompok masyarakat
maupun antar wilayah daerah, yang menjadi
penyebab munculnya kesadaran baru untuk
melakukan koreksi terhadap pemerintah
yang selama ini sentralistik bahkan otoriter,

korup, dan kolusif, kearah pemerintahan dan
penyelenggaraan
pembangunan
yang
berorientasi kepada misi pemberdayaan
peran serta masyarakat secara aktif dalam
berbagai upaya peningkatan kesejahteraan
social, ekonomi, serta demokratisasi politik
yang dilandasi oleh penghormatan dan
perlindungan atas hak-hak asasi manusia.
Proses perubahan yang relative
mendasar untuk mewujudkan karakter
pemerintahan yang demokratis, transparan,
akuntabel, bersih bebas korupsi, berorientasi
pada pasar dan peran serta aktif masyarakat
dalam berbagai bidang. Jelasnyanya dewasa
ini sedang terjadi perubahan dari pola
kepemerintahan
yang
buruk

(Bad
Governance)
kearah
terwujudnya
kepemerintahan
yang
baik
(Good
Governance).
Pemahaman makna dan hakekat serta
pengertian
mengenai
konsepsi

kepemerintahan
(Governance)
dan
kepemerintahan
yang
baik

(Good
Governance),
perlu
dilakukan
guna
mengetahui gambaran mengenai prinsipprinsip dan karakteristik kepemerintahan
maupun kepemerintahan yang baik, serta
perlu juga di pahami bagaimana implikasi
penerapannya
dalam
konteks
penyelenggaraan administrasi public di
Indonesia.
Pada dekade akhir dalam abad 20 dan
awal abad 21, bangsa kita sebagaimana
bangsa-bangsa lain yan ada di belahan dunia,
menghadapi gelombang besar berupa
meningkatnya
tuntutan
demokratisasi,

desentralisasi dan gelobalisasi. Sekalipun
keadaan serupa pernah terjadi pada beberapa
kurun waktu dalam sejarah kemanusian dan
peradapan manusia, namun dewasa ini
tuntutan tersebut mengemuka dengan nuansa
yang berbeda sesuai dengan kemajuan
zaman.
Globalisasi yang menyentuh berbagai
bidang kehidupan di seluruh wilayah
pemerintahan Negara menuntut reformasi
sistem perekonomian dan pemerintahan
termasuk
birokrasinya,
sehingga
memungkinkan interaksi perekonomian antar
daerah dan antar bangsa berlangsung lebih
efisien. Kunci keberhasilan pembangunan
perekonomian adalah daya saing dan kunci
daya saing adalah efisiensi proses pelayanan,
serta mutu ketepatan dan kepastian kebijakan
publik.
Upaya dalam menghadapi berbagai
tantangan itu, salah satu prasyarat yang perlu
dikembangkan adalah komitmen yang tinggi
untuk menerapkan nilai luhur peradapan
bangsa dan prinsip good governance dalam
penuangan mewujudkan cita-cita dan tujuan
bangsa bernegara, sebagaimana diamanatkan
dalam pembukaan UUD 1945.
Komitmen
nasional
melakukan
transpormasi dan reformasi disegala bidang
itu, di Indonesia dituntut agar dapat

SOLUSI VOLUME. 5. No. II. Bulan Mei 2014

34

Abdul Roni, penerapan prinsip-prinsip good governance upaya antisipasi rekening gendut bagi
pegawai negeri sipil, Halaman. 33-38

membentuk adanya kemitraan antara
pemerintah dengan sector swasta dan
masyarakat madani secara nyata yang
terlibat dalam berbagai upaya kolaborasi
dalam segala bidang, antara lain dalam
penyusunan peraturan perundang-undangan,
pengendalian program pembangunan dan
pelayanan public, maupun dalam rangka
pengelolaan bersama prasarana dan sarana
public antara pemerintah, swasta dan
masyarakat.
Proses demokratisasi politik dan
pemerintahan dewasa ini tidak hanya
menuntut profesionalisme dan kemampuan
aparatur dalam pelayanan public, tetapi
secara fundamental menuntut terwujudnya
kepemerintahan yang baik, bersih dan bebas
korupsi kolusi dan nepotisme (goog
governance and clean government).
B. Permasalahan
Penerapan good governance dalam
organisasi kepemerintahan tidak terlepas dari
konsepsi good governance (kepemerintahan
yang baik) itu sendiri dan bagaimana
penerapan prinsip good governance pada
sector publik. Yang menjadi pokok
permasalahan terkait dengan topik tulisan ini
adalah bagaimana penerapan prinsip-prinsip
good governance (kepemerintahan yang
baik) sebagai upaya antisipasi rekening
gendut bagi pegawai negeri sipil sebagai
abdi negara dan sekaligus sebagai abdi
masyarakat, hal ini tentunya dalam konteks
diberlakukannya
peraturan
perundangundangan yang mengatur pelaksanaan
pemerintahan yang bersih, bebas korupsi,
kolusi dan nepotisme yakni undang-undang
nomor 28 tahun 2000 beserta peraturan
pelaksanaannya.
C. Pembahasan
I. Penerapan Prinsip Good Governance
Pada Sektor Publik
Rekening gendut adalah suatu istilah
yang lahir di dunia praktik dalam proses
penyelenggaraan pemerintahan akhir-akhir

ini yang masih aktual dibicarakan dibanyak
media sehingga menarik minat dari berbagai
kalangan untuk menaruh perhatian terhadap
permasalahan ini. Penerimaan anggaran baik
yang bersumber dari APBN atau APBD yang
diperuntukan bagi penyelengaraan setiap
aktifitas keperluan Negara dalam rangka
proses pembangunan nasional, idealnya
keuangan Negara itu harus disimpan dalam
rekening khusus yakni dalam rekening
badan/lembaga justru disimpan dalam
rekening pribadi pejabat atau pemangku
jabatan yang bersangkutan. Jika hal ini
terjadi maka inilah yang disebut-sebut
dengan istilah rekening gendut.
Tindakan pejabat yang semacam ini
merupakan cerminan dari tindakan pejabat
atau penyelenggara Negara yang korup, dan
juga bertentangan dengan prinsip-prinsip
good governance (kepemerintahan yang
baik) yang telah menjadi komitmen atau
kesepakatan nasional yang harus segera
mungkin untuk diberantas karena akan
mengerogoti keuangan atau perekonomian
Negara. Antisipasi terhadap persoalan ini
dalah .Selanjutnya, dapat disimpulkan bahwa
terdapat empat unsur atau prinsip utama
yang dapat memberi gambaran administrasi
publik yang berciri kepemerintahan yang
baik yaitu sebagai berikut :
1. Akuntabilitas, mengandung makna
bahwa adanya kewajiban bagi aparatur
pemerintah untuk bertindak selaku
penanggung jawab dan penanggung
gugat atas segala tindakan dan
kebijakan yang ditetapkannya.
2. Transparansi, hal ini dapat bermakna
bahwa kepemerintahan yang baik akan
bersifat transparan terhadap rakyatnya,
baik ditingkat pusat maupun daerah.
3. Keterbukaan,
dapat
dimaknakan
menghendaki terbukanya kesempatan
bagi
rakyat
untuk
mengajukan
tanggapan
dan
kritik
terhadap
pemerintah yang dinilainya tidak

SOLUSI VOLUME. 5. No. II. Bulan Mei 2014

35

Abdul Roni, penerapan prinsip-prinsip good governance upaya antisipasi rekening gendut bagi
pegawai negeri sipil, Halaman. 33-38

transparan.
4. Aturan Hukum, diartikan sebagai
kepemerintahan yang baik mempunyai
karakteristik berupa jaminan kepastian
hukum dan rasa keadilan bagi
masyarakat terhadap setiap kebijakan
publik yang ditempuh.
Berkaitan dengan hal tersebut, maka
prinsip good governance hendaknya dapat
diterapkan
diseluruh
sektor,
dengan
memperhatikan
agenda
kebijakan
pemerintah untuk beberapa tahun mendatang
yang perlu disesuaikan dan diarahkan
kepada:
1. Stabilitas moneter, khususnya kurs
dollar AS (USD) hingga mencapai
tingkat wajar, dan stabilitas harga
kebutuhan pokok pada tingkat yang
terjangkau.
2. Penanganan dampak krisis moneter
khususnya pengembangan proyek
padat
karya
untuk
mengatasi
pengangguran, percukupan kebutuhan
pangan bagi yang kekurangan.
3. Rekapitalisasi
perusahaan
kecil,
menengah yang sebenarnya sehat dan
produktif.
4. Operasionalisasi langkah reformasi
meliputi kebijaksanaan moneter, sistem
perbankan, kebijakan fiskal, dan
anggaran serta penyelesaian hutang
swasta, dan restrukturisasi sektor riel.
5. Melanjutkan langkah menghadapi era
globalisasi
khususnya
untuk
meningkatkan ketahanan dan daya
saing ekonomi
Dalam konteks dengan
penerapan
good governance pada sektor publik ini
maka tidak dapat terlepas dari visi Indonesia
masa depan sebagai
fokus tujuan
pembangunan kepemerintahan yang baik.
Pemerintah yang baik dapat dikatakan
sebagai pemerintah yang menghormati
kedaulatan rakyat, memiliki tugas pokok
yang mencakup :

1. Melindungi segenap bangsa Indonesia
dan seluruh tumpa darah Indonesia.
2. Memajukan kesejahteraan umum.
3. Mencerdaskan kehidupan bangsa.
4. Melaksanakan ketertiban dunia yang
berdasarkan kemerdekaan, perdamaian
abadi dan keadilan sosial.
Sedangkan
dalam
praktek
penyelenggaraan pemerintahan di Indonesia
pasca gerakan reformasi nasional, prinsipprinsip penyelenggaraan pemerintahan yang
baik tercermin dalam ketetapan UndangUndang nomor 28 Tahun 2000 Tentang
penyelenggaraan Negara yang bersih dan
bebas korupsi, kolusi, dan nepotisme. Pasal 3
dan penjelasannya ditetapkan mengenai asasasas umum pemerintahan yang mencakup:
1. Asas kepastian hukum, yaitu asas
dalam
Negara
hukum
yang
mengutamakan landasan peraturan
perundang-undangan, kepatutan dan
keadilan dalam setiap kebijakan
penyelenggaraan Negara.
2. Asas tertib penyelengaraan Negara,
adalah asas yang menjadi landasan
keteraturan,
keserasian,dan
keseimbangan dalam pengendalian
penyelengaraan Negara.
3. Asas kepentingan umum, adalah asas
yang mendahulukan kesejahteraan
umum dengan cara yang aspiratif,
akomodatif, dan selektif.
4. Asas keterbukaan, adalah asas yang
membuka diri terhadap hak masyarakat
untuk memperoleh informasi yang
benar, jujur, dan tidak diskriminatif
tentang
penyelenggaraan
Negara
dengan
tetap
memperhatikan
perlindungan atas hak asasi pribadi,
golongan, dan rahasia Negara.
5. Asas proporsionalitas, yaitu asas yang
mengutamakan keseimbangan antara
hak dan kewajiban penyelengara
Negara.
6. Asas profesionalitas, yaitu asas yang

SOLUSI VOLUME. 5. No. II. Bulan Mei 2014

36

Abdul Roni, penerapan prinsip-prinsip good governance upaya antisipasi rekening gendut bagi
pegawai negeri sipil, Halaman. 33-38

mengutamakan
keahlian
yang
berdasarkan kode etik dan ketentuan
peraturan perundang-undangan yang
berlaku.
7. asas akuntabilitas, adalah asas yang
menentukan bahwa setiap kegiatan dan
hasil akhir dari kegiatan penyelenggara
Negara harus dapat dipertanggung
jawabkan.
Berdasarkan latar belakang teori dan
kebijakan yang diberlakukan dalam konteks
penyelenggaraan Negara, secara mendasar
prinsip-prinsip kepemerintahan yang baik
tersebut diatas adalah bersifat universal,
dapat diberlakuakn dalam pencapaian tujuan
meningkatkan kesejahteraan masyarakat.
Hanya Negara-negara yang pemerintahannya
yang korup, otoriter, atau dictator saja yang
pasti tidak mau dan tidak akan sanggup
menjalankan
prinsip-prinsip
tersebut.
Negara-negara seperti yang terakhir inilah
yang dapat dikategorikan sebagai Negaranegara yang Bed Governance.
Sejalan dangan itu telah ditarbitkan
instruksi presiden Nomor 7 tahun 1999
tentang Akuntabilitas Kinerja Instansi
Pemerintah, dalam pasal 3 dinyatakan
tentang asas-asas umum penyelenggaraan
Negara, yaitu; asas kepentingan umum, asas
keterbukaan, asas proporsionalitas, asas
profesionalitas dan asas akuntabilitas. Dalam
rangka pelaksanaan instruksi Presiden itu,
maka lembaga administrasi Negara sebagai
pelaksana tugas dari yang diamanatkan oleh
Presiden, selanjutnya menerbitkan surat
keputusan kepala lembaga administrasi
Negara nomor. 589/IX/6/Y/99, yang
diperbaharui dengan surat keputusan nomor.
239/IX/6/8/2003
tentang
pedoman
penyusunan pelaporan akuntabilitas kinerja
instansi
pemerintah(LAKIP),
yang
manfaatnya antara lain adalah sebagai
berikut:
1. Mendorong instansi pemerintah untuk
menyelenggarakan
tugas
umum

pemerintahan dan pembangunan secara
baik dan benar (good governance) yang
berdasarkan pada peraturan perundangundangan yang berlaku, kebijaksanaan
yang
transparan
dan
dapat
dipertanggung
jawabkan
kepada
masyarakat.
2. Menjadikan instansi pemerintah yang
akuntabel sehingga dapat beroperasi
secara efisien, efektif dan resfonsif
terhadap aspirasi masyarakat dan
lingkungannya.
3. Menjadi masukan dan umpan balik
bagi pihak-pihak berkepentingan dalam
rangka meningkatkan kinerja instansi
pemerintah.
II. Rekening Gendut Pegawai Negeri Sipil
Marak perbincangan sekitar persolan
mengenai rekening gendut menarik untuk
dibahas, terlebih lagi apabila persoalan ini
dikaitkan dengan masalah adanya indikasi
korupsi yang terkandung makna dalam
pengertian rekening gendut itu sendiri,
dengan mengaitkan persoalan ini dengan
pencucian uang.
Kepala divisi humas mabes polri,
inspektur jendral polisi Saud Usman
Nasution. Menyatakan proses penyelidikan
dimulai jika laporan hasil analisis (LHA)
dari PPATK dikirimkan ke
Kapolri,
kemudian, dari Kapolri di serahkan ke
penyidik. setelah itu, polisi dapat memanggil
yang pemilik rekening yang di curigai untuk
menjelaskan asal usul uang tersebut. “Betul
enggak asal usul uang itu? Dan sumbernya
dari mana” ujar dia. Dari situ akan terlihat,
kalau itu sumbernya benar tinggal kami
laporkan ke PPATK. Bagi yang tidak bisa
dipertanggung
jawabkan
kami
akan
proses,”jelasnya.
Intinya dapat dipahami bahwa bagi
pegawai negeri sipil dalam bentuk apapun
jika uang Negara tentunya tidak boleh
dimasukan kedalam rekening pribadi,
bilamana hal itu dilakukan maka inilah yang

SOLUSI VOLUME. 5. No. II. Bulan Mei 2014

37

Abdul Roni, penerapan prinsip-prinsip good governance upaya antisipasi rekening gendut bagi
pegawai negeri sipil, Halaman. 33-38

disebut-sebut didalam praktek dengan istilah
rekening gendut pegawai negeri sipil yang
tergolong dalam tindak pidana korupsi,
merupakan
pelanggar
hukum
dan
bertententangan dengan prinsip-prinsip good
governance Artinya pegawai negeri yang
bersangkutan tidak melaksanakan asas-asas
umum kepemerintahan yang baik yakni; asas
kepastian
hukum,
asas
tertib
penyelenggaraan Negara, asas kepentingan
umum,
asas
keterbukaan,
asas
proposionalitas, asas profesionalitas, dan
asas akuntabilitas.
III. Penerapan Good Governance Upaya
Antisipasi Rekening Gendut Pegawai
Negeri Sipil
Konsepsi Kepemerintahan yang baik
atau good governance mengandung arti
hubungan yang sinergis dan konstruktif
diantara Negara, sektor swasta dan
masyarakat (society). Dalam hal ini adalah
kepemerintahan yang mengembangkan dan
menerapkan prinsip-prinsip propesionalitas,
akuntabilitas, transparansi, pelayanan prima,
demokrasi, efisiensi, efektifitas, supremasi
hukum dan dapat diterima oleh seluruh
masyarakat.
Upaya antisipasi rekening gendut
pegawai negeri sipil dapat dilakukan dengan
menerapkan konsepsi kepemerintahan yang
baik atau good governance sebagaimana
tersebut diatas, yang mana dengan penerapan
prinsip-prinsip kepemerintahan yang baik
(good governance) itu tidak akan terlaksana
dengan sendirinya, melainkan harus ada
control yang secara terus menerus dari
lembaga-lembaga Negara maupun swasta
(LSM) sesuai dengan peran dan pungsinya
masing-masing.
D. Kesimpulan
Prinsip-prinsip atau karakteristik Good
Governance adalah adanya partisipasi
masyarakat, tegaknya supremasi hukum (rule
of Law), transparansi, daya tanggap,
orientasi terhadap consensus, keadilan,

efektifitas dan efisiensi, visi strategis, dan
saling keterkaitan yang memberdayakan. Hal
ini bila diterapkan dalam sistem hukum di
Indonesia, maka dapat menjadi sarana atau
upaya dalam mengantisipasi rekening gendut
bagi pegawai negeri sipil yang merupakan
tindakan
korup,
sebagaimana
telah
dituangkan dalam Undang-Undang Nomor
28 tahun 2000 tentang penyelenggaraan
Negara yang bersih dan bebas korupsi,
kolusi, dan nepotisme serta telah mencakup
asas-asas umum kepemerintahan yang baik.
DAFTAR PUSTAKA
Idup Suhady, Dasar-Dasar Kepemerintahan
yang baik, Lembaga Administrasi
Negara-Republik Indonesia, 2001,
Jakarta
Sedarmayanti,
Good
Governance
(Kepemerintahan Yang Baik)Bagian
kedua Membangun Sistem Menajemen
Kinerja
Guna
Meningkatkan
Produktivitas
Menuju
Good
Governance (Kepemerintahan Yang
Baik),
Mandar Maju, 2004,
Bandung.
Berita Bagi, 12 Nopember 2011
Undang-Undang Nomor 28 tahun 2000
tentang penyelenggaraan Negara yang
bersih dan bebas korupsi, kolusi, dan
nepotisme

SOLUSI VOLUME. 5. No. II. Bulan Mei 2014

38