TINJAUAN PERUBAHAN VILLA ISOLA DAN KAITA

TINJAUAN PERUBAHAN FUNGSI BANGUNAN VILLA ISOLA DI
BANDUNG DAN KAITANNYA DENGAN PERISTIWA SEJARAH
Zaenab Karimah (1106016714)
Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya, Universitas Indonesia, Depok, 16424,
Indonesia
jejekarimah@gmail.com
Abstrak
Penelitian ini membahas bentuk-bentuk arsitektur dan gaya bangunan Villa Isola yang berada di
Lembang, Bandung. Villa Isola ini merupakan salah satu bangunan art deco yang melambangkan
modernitas pada masa itu. Tujuan penelitan ini adalah untuk memberikan sumbangan informasi
untuk penelitian-penelitian selanjutnya. Adapun metode yang digunakan dalam penelitian ini
adalah metode deskriptif kualitatif dengan cara studi pustaka.
Kata kunci : art deco, Bandung, bentuk arsitektur, peristiwa sejarah, Villa Isola, Wolff
Schoenmaker,

1. Pendahuluan
1.1 Latar Belakang
Untuk melihat modernitas di kawasan Asia terutama di Indonesia,
ada baiknya melihat cara proses dan perkembangannya daripada
melihat hasil akhirnya. Menurut Widodo (2007), masa awal
modernisme Asia (1600-1800) ditandai dengan kedatangan bangsa

Eropa ke daerah Nusantara untuk melaksanakan kolonialsme.
Hubungan

antara

pejajah

dan

terjajah

(atau

bekas

jajahan)

diterjemahkan oleh Barliana (2007) sebagai hubungan hegemonik;
yakni penjajah dianggap kelompok superior, sedang terjajah inferior.
Superios selalu mendominasi dan memasukan pemahaman mereka ke

inferior dengan mudahnya. Masyarakat ini sering dianggap sebagai
objek yang mudah untuk dipengaruhi.
Sebagai contohnya, pemerintah Belanda mampu mendominasi di
atas nusantara dan melakukan dominasi pada berbagai macam bidang
demi kepentingannya yaitu dengan cara peleburan di segi budaya,
tatanan sosial, ilmu pengetahuan, termasuk seni arsitektur.

Villa Isola merupakan salah satu bangunan bersejarah peninggalan
kolonialisme yang terletak di Bandung, Jawa Barat. Bangunan yang
menggambarkan modernitas di Asia Tenggara ini di rancang oleh
arsitektur terkenal di Hindia-Belanda yang mahir menyelarasan
arsitektur Eropa dengan lingkungan tropis atas permintaan Willem
Berretty, seorang pengusaha telegraf elit.Villa tersebut merupakan
salah satu lambing modernitas pada masa itu karena gaya dan bentuk
bangunannya yang tidak terlepas dari kreasi gaya streamline Amerika.
Hal ini dipengaruhi gaya arsitektur Amerika familiar yang dikagumi
oleh Scoenmaker saat itu yaitu Frank Lloyd Wright. Sejak berdirinya,
Villa Isola sempat berpindah-pindah kepemilikian. Perpindahan
kepemilikan ini pun dipengaruhi oleh peristiwa yang terjadi di
Indonesia terutama di Bandung.

1.2 Rumusan Masalah
Dari uraian diatas dapat ditarik permasalahan, yaitu :
1) Bagaimana

peristiwa

sejarah

mempengaruhi

fungsi

dan

kepemilikan Villa Isola di Bandung?
1.3 Tujuan Penelitian
Penelitan ini diharapkan dapat memberikan sumbangan informasi
untuk penelitian-penelitan selanjutnya.
1.4 Metode Penelitian
Dalam melakukan suatu penelitian diperlukan metode untuk

mencapai hasil yang diharapkan dari penelitian tersebut. Adapun
metoe yang digunakan dalam penelitian ini meliputi tiga tahap yaitu
pengumpulan data, pengilahan data dan penafsiran data.
1.5 Sumber Data
Villa Isola Jalan Setiabudhi 229, Lembang Bandung.
1.6 Sistematika Penyajian
Bab I Pendahuluan yang berisi tentang latar belakang,
permasalahan, metode dan sistematika penulisan yang digunakan
dalam penelitian ini.
Bab II Pembahasan yang bersisi mengenai deskripsi Villa Isola dan
sejarah perubahan fungsi.

Bab III Penutup berisi uraian mengenai kesimpulan dan rangkuman
dari seluruh pembahasan yang telah dilakukan sesuai dengan tujuan da
ruang lingkup penelitian.

2. Pembahasan
2.1 DESKRIPSI VILLA ISOLA DAN BENTUK, CIRI APA YANG
MEMBUAT ITU BANGUNAN KOLOIAL
Villa Isola berdiri diatas sebidang tanah seluas kurang lebih 7,5

hektar yang terletak di pinggiran Bandung utara menuju Lembang,
tepatnya di Jalan Setiabudhi 229 yang dahulu bernama Lembangweg
KM 8. Bangunan putih ini memiliki orientasi ke utara dan selatan.
Gunung Tangkuban Perahu terdapat di utara dan Pegunungan Malabar
terdapat di selatan Villa Isola.
Gambar : Peta lokasi Villa Isola

http://tvetrc.upi.edu/tvetconference2012/Bandung_map.png
Villa Isola dimulai pembangunannya pada tahun 1932 oleh
architect Wollf Schoenmaker atas permintaan direktur dan pendiri
agen pers ternama di Hindia Belanda ANETA (alegemeen Nieuwsen
Telegraaf Agentschap) yang bernama Dominique W Berrety . Villa
Isola dibangun dalam jangka waktu cukup pendek yaitu enam bulan
dan menghabiskan uang sebesar 500.000 gulden atau sekitar 250
milyar rupiah saat ini.

Villa ini dibangun Berrety dengan tujuan

sebagai tempat peristirahatan Berreti. Kata Isola sendiri diambil dari


kata Isolo, yang artinya terpencil. Berrety menginginkan dibuatkan vila
yang jauh dari keramaian. Mottonya saat membangun villa ini adalah
“M’Isolo E vivo” yang artinya saya mengasingkan diri dan bertahan
hidup dalam kesendirian.
Dominique W Berrety sendiri adalah seorang bangsawan indo
Jawa-Itali yang bekerja sebagai anggota pers jasa telegraf Nusantara.
Karir Berrety menanjak hingga mampu membangun agen pers jasa
telegraf Nusantara. Berrety kemudian mampu membangunagen pers
ANETA (Algemeen Nieuws en Telegraaf Agentschap). Ia adalah orang
yang independen namun tidak memiliki hubungan yang baik dengan
pemerintah Hindia Belandas sehingga ia bisa memonopoli informasi
perdagangan Nusantara.
Villa Isola yang dirancang oleh Wollf Schoenmaker ini memiliki gaya
art deco yang dipengarho oleh kekaguman Schoenmaker pada seorang
arsitek Amerika, Frak Lloyd Wright. Gaya desain Schoenmaker pun
berubah setelah kepulangannya dari Amerika pada tahun 1918. Ia
senang menggunakan garis-garis sejajar dan detail geometris yang
dominan.
Gambar : Villa Isola menghadap utara dan selatan


dokumentasi pribadi. 2014
Gedung ini berasitektur modern dengan memasukkan konsep
tradisional dengan filsafat arsitektur yang bersumbu kosmik utaraselatan, seperti halnya Gedung Utama ITB dan Gedung Sate. Orientasi
ini diperkuat dengan taman memanjang di depan gedung ini yang
tegak lurus dengan sumbu melintang bangunan kearah Gunung
Tangkuban Perahu.

Pada bagian utara, villa ini memiliki pemandangan Pada pintu
utama terdapat kanopi dan tiang yang menopang kanopi tersebut.
Tampak depan Villa Isola mempunyai bentuk ziggurat atau bangunan
kuil Mesopotamia kuno yang berundak-undak. Selain itu bangunan ini
terlihat geometris atau sama pada sisi kanan dan kirinya. Ciri art deco
sangat jelas sekali pada bangunan ini yaitu adanya penekanan yang
besar pada garis dan layer sehingga mempertegas bentuk bangunan.
Ornamen kubis yang merupakan salah satu ciri bangunan art deco
tampak pada bangunan vila ini yaitu, terlihat pada bagian jendelajendelanya dan pintu utama. Ornamen kubis sangat terlihat jelas pada
bagian jendela dan ventilasi yang ada pada bangunan Villa tersebut.
Sehingga bantuk vila tersebut terlihat sangat cantik dan kokoh, selain
itu jendela-jendela yang terbuat dari baja dan lantainya terbuat dari
beton yang dicor.


Gambar : jendela
dokumentasi pribadi.
Dullemen (2010) mengatakan bahwa dalam penerapan bentuk
bangunan, adaptasi terhadap iklim tropis dilakukan pada isola melalui
teknis daripada sebagai solusi arsitektur. Villa Isola juga dianggap
sebuah

perubahan

radikal

bangunan

kolonial

Belanda

yang


mengadaptasi iklim tropis Indonesia. Hal itu terlihat dari pentuk
bangunan yang memiliki atap mendatar yang menabrak kelaziman
pembangunan di Nusantara kala itu.
Villa Isola terdiri dari tiga lantai. Lantai pertama yang merupakan
pintu masuk vila terdapat tulisan “M’ Isolo E Vivo” namun sekarang

telah berganti menjadi Tulisan “bumi siliwangi”. Pada lantai 1 Villa
Isola terdapat ruangan terbuka lebar menghadap selatan, kemudian
pada lantai 2 terdapat beberapa ruangan yaitu kamar tiur yang
menghadap ke selatan, ruang kerja, ruang keluarga dan ruang makan.
Lantai 3 vila ini merupakan lantai dimana terdapat kamar tamu dan
entertainment room dimana memiliki bar. Vila ini juga memiliki
beberapa ruangan lain yang termasuk canggih pada masa itu seperti
ruangan audio visual, sport hall dengan meja biliar dan ruangan
penyimpanan anggur di ruangan bawah tanah.

Gambar : denah Villa Isola
http://www.sjoerdm.dds.nl/isola.html
Gaya arsitektur art deco pada Villa Isola ini tidak hanya nampak
dari gedungnya saja, namun juga dari tata letak furniture pada vila ini.

Penataan art deco bersifat simetris, dimana setiap furniture diletakan
pada titik-titik yang saling berhadapan. Pada sistem penataan ini dua
bagian dari masing-masing furniture dapat ditonjolkan, sehingga nilai
dari finishing art deco pun masih dapat dilihat.

Gambar : De salon, 1934
http://www.sjoerdm.dds.nl/isola.html

Namun seiring dengan berjalannya waktu, furniture yang ada pada vila
isola itu pun berubah. Furniture art deco pun berubah menjadi furniture
yang dirasa lebih modern dan bersifat lebih ergonomis.
2.2 PERISTIWA DI BANDUNG DAN PERUBAHAN FUNGSI
VILLA ISOLA
Awal abad dua puluhan pasar perumahan untuk kaum elit kolonial
(kebanyakan orang Eropa) laku keras. Kota-kota kolonial tumbuh
dengan cepat. Akibatnya lahan di kawasan-kawasan yang dianggap
paling nyaman menjadi sangat terbatas dan makin lama semakin
mahal. Sebagai solusinya pemerintah mendirikan dinas perencanaan
kota


yang

bertugas

mengawasi

penerapan

peraturan-peratuan

bangunan. Di daerah-daerah perluasan kota yang baru, orang
membangun rumah-rumah dengan pekarangan yang luas. Kawasankawasan seperti ini kemudian menjadi kawasan yang mencerminkan
konsep atmosfer taman kota di Belanda. Sebuah era baru eklektisme
arsitektur dimulai, banyak vila-vila yang didirikan dengan gaya-gaya
yang menawan.
Sekitar perang dunia pertama, sebuah tipe baru villa kolonial
muncul dengan arsitektur modern dan disesuaikan dengan tututan
untuk hidup nyaman di daerah iklim tropis.
Sekitar tahun 1930 perluasan kota telah menjadi sebuah proses
yang berkelanjutan dengan pembangunan rumah. Hal itu juga yang
mendorong seorang pengusaha kaya keturunan indo, Dominique
Berrety untuk membangun sebuah tempat peristirahatan di daerah
lembang, jauh dari pusat keramaian yang merupakan salah satu
lingkungan yang beratmosfer seperti di lingkungan Eropa.
Pembangunan vila ini dimulai pada tahun 1932. Peletakan batu
pertama pada bulan oktober 1932. Vila megah yang memiliki gaya
arsitektur art deco ini selesai dalam waktu 6 bulan sehingga vila ini
selesai pada bulan maret 1933. Namun Berrety hanya sempat
menikmati vila indahnya di daerah lembang secara singkat karena pada
tahun 1934, Berrety meninggal dalam kecelakan pesawat Uiver

menuju Batavia, karena jatuh di Siria dekat perbatasan Irak pada
tanggal 20 Desember.
Sepeninggalan Berrety, maka Villa Isola menjadi bagian dari Hotel
Savoy Homann yang terletak di Jalan Asia Afrika, dahulu Jalan Raya
Pos di Bandung. Namun, Villa Isola tidak terlalu lama di bawah
manajemen Hotel Savoy Homann. Pada tanggal 5 Maret 1942 Batavia
(Jakarta) menyatakan sebagai “kota terbuka”, yang berarti bahwa kota
itu tidak akan dipertahankan oleh pihak Belanda. Setelah itu, kota
Batavia jatuh ke tangan mereka, tentara ekspedisi Jepang kemudian
langisng bergerak ke selatan dan berhasil menduduki Buitenzorg
(Bogor).
Kemudian, usaha jepang untuk menguasai Indonesia tentara jepang
menyerbu kota Bandung pada tanggal 1 Maret. Jepang mendaratkan
satu detasemen yang dipimpin oleh Kolonel Toshinori Shoji dengan
kekuatan 5.000 orang di Eretan, Cirebon. Pada bersamaan Kolonel
Shoji telah berhasil menduduki Subang. Keadaan itu kemudian
dimanfaatkan dengan terus menerobos ke lapangan terbang Kalijati
yang berjarak 40 km dari Bandung. Setelah pertempuran itu, akhirnya
pasukan Jepang merebut lapangan terbang tersebut. Hari selanjutnya
selama 4 hari tentara Hindia Belanda berusaha merebut kembali
wilayah Subang, namun tidak berhasil.
Pada saat pendudukan Jepang di kota Bandung, maka kepemilikan
Villa Isola pun jatuh ke tangan Jepang. Villa Isola kemudian sempat
menjadi kediaman sementara Jenderal Hitoshi Immamura hingga
perundingan Lingarjati. Maka fungsi bangunan tersebut berubah lagi,
tempat yang semula merupakan kediaman yang asri di daerah
Lembang kemudian menjadi sebuah markas.
Kependudukan Jepang di Indonesia tidak bertahan lama, selama
kurun waktu hamper 3,5 tahun rakyat sadar bahwa maksud kedatangan
Jepang ke Indonesia pun mempunyai maksud kurang lebih sama
dengan kependudukan Belanda, bahkan keadaan rakyat Indonesia pada
masa itu jauh lebih buruk jika dibandingkan dengan kependudukan

Belanda sebelumnya di tanah air, maka dari itu terbentuklah organisasi
yang hidup di kalangan pemuda di bandung dengan nama Angkatan
Muda. Organisasi tersebut terbentuk tanpa sepengetahuan dan seizin
Jepang. Meraka biasa mengadakan pertemuan secara diam-diam
terutama untuk membicarakan langkah-langkah apa yang harus
ditempuh untuk membebaskan diri dari kekuasaan asing.
Para tokoh Angkatan Muda menyadari betapa pentingnya
persatuan di antara pemuda . Pada awal tahun 1945 dilangsungkan
pertemuan dari utusan pemuda-pemuda dari berbagai macam daerah di
Jawa atas inisiatif para pemuda. Pertemuan tersebut berlangsung di
Villa Isola di Jalan Setiabudhi. Pertemuan tersebut mempunyai arti
yang

penting

dalam

mempersatukan

kalangan

pemuda

dan

memberikan arahan kepada segala aktivitas pemuda yang revolusioner
di seluruh kota-kota di Pulau Jawa. Pertemuan itu pun menjadi salah
satu persiapan golongan pemuda

dalam menghadapai

segala

kemungkinan yang akan dialami jika seandainya sewaktu-waktu
Pemerintah Jepang sudah tidak berdaya lagi dalam menghadapi sekutu.
Pada tahun 1954 pemerintah Indonesia membeli Villa Isola yang
sudah using dan tidak terurus akibat pendudukan Jepang untuk diolah
kembali. Kemudian pada tanggal 20 Oktober 1954 di Bandung,
diresmikan lah sebuah sekolah tinggi oleh Menteri Pendidikan
Pengajaran Mr. Muhammad Yamin. Semula bernama Perguruan
Pendidikan Guru (PTPG) didirikan dengan latar belakang sejarah
pertumbuhan bangsa yang menyadari bahwa upaya mendidik dan
mencerdaskan bangsa merupakan bagian mengisi kemerdekaan.
Kemudian PTPG ini menggunakan Villa Isola sebagai kantor rektoran
dan ruang kelas, namun sebelum dipergunakan kembali tentu saja
gedung ini diperbaiki dahulu dengan tetap mempertahankan gaya
arsitektur yang asli. Perguruan Tinggi Pendidikan Guru (PTPG)
kemudian terus berkembang seiring dengan pertumbuhan Negara
Indonesia dan sempat berganti-ganti nama. Namun atas Peraturan
Pemerintah No. 6 tahun 2004, perguruan tinggi ini berganti nama dan

diberi otonomi dan menjadi Perguruan Tinggi Badan Hukum Milik
Negara.

3. Kesimpulan
Villa Isola selain merupakan jejak-jejak peninggalan kolonialisme
pada akhir masa penjajahan Belanda di Indonesia, juga merupakan saksi
bisu banyak peristiwa yang terjadi di Indonesia, terutama di Bandung.
Bangunan ini merupakan lambang modernitas pada awal tahun 30-an
karena berkembangnya gaya baru dalam seni bangunan di dunia yang pada
masa itu merupakan tren dimana pada saat itu kota besar seperti Batavia
sudah mulai penuh sesak karena pembangunan perumahan yang secara
terus menerus. Hal ini mendorong kaum elit kolonial untuk membangun
rumah-rumah peristirahatan atau vila di daerah yang jauh dari keramaian
kota seperti kota Bandung. Lokasi pembangunan vila ini dipilih karena
pemandangan dan suasananya yang sejuk sangat mendukung. Vila isola
sejak pertama kali berdirinya dan mulai digunakan pada tahun 1934
merupakan salah satu bangunan yang memiliki desain yang cantik di
Hindia Belanda karena di desain oleh salah satu arsitektur art deco terbaik
yang dimiliki di Hindia Belanda pada masa itu yaitu Wolff Schoenmaker.
Pembangunan vila ini pun termasuk menghabiskan dana yang besar baik
pada masa itu maupun masa kini.
Kepemilikan vila berpindah-pindah oleh berbagai macam peristiwa
setelah pemilik yang pertama, Berrety meninggal dalam kecelakaan
pesawat. Setelah itu Villa Isola dikelola di bawah manajemen Hotel Savoy
Homann dan menjadi bagian dari Hotel tersebut. Namun hal itu tidak
bertahan lama karena kemudian vila ini menjadi tempat tinggal sementara
Jendral Hitoshi Imamura pada zaman kependudukan Jepang. Vila ini juga
pernah menadi tempat pertemuan pada pemuda dari seluruh Jawa.
Pemerintah Indonesia kemudian membeli vila ini dengan harga yang
murah karena keadan vila sudah usang dan butuh banyak perbaikan.

Selanjutnya penggunaan vila ini diserahkan kepada Muhammad Yamin
yang menjadikan gedung ini sebagai perguruan di daerah Lembang
Bandung.

Daftar pustaka
Sumber Buku
Akihary, H. (1990). Architectuur en Stedenbouw in Indonesie 1870-197-.
Zutphen: De Walburg Pers
Passchier, Cor. (2006). Colonial Architecture in Indonesia dalam buku The
Past And The Present : Architecture in Indonesia. Rotterdam: NAi
Publisher
S Kosoh, dkk. (1994). Sejarah Jawa Daerah Jawa Barat. Jakarta:
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan
Riza Septiani Dewi. (2005). Tinjauan Furniture art deco pada villa isola .
Bandung
Mushab Abdu Asy Syahid. (2012). Konteks Kearsitekturan Villa Isola:

Dominasi Kolonial. Jakarta
Sumber Digital
http://www.upi.edu/profil/informasi/sejarah (diakses pada 30 November
2014 pukul 20:43)
http://www.sjoerdm.dds.nl/isola.html (diakses pada 29 november 2014
pukul 14.30)