Akhlak Dalam Perspektif Ibn ‘Arabi : sebuah survey awa

HIKMAH

AKHLAK­DALAM­PERSPEKTIF­IBN­‘ARABI:­
sebuah survey awal
Arif Mulyadi
Dosen STAI Madinatul Ilmi, Depok
arif.maulawi@gmail.com

ABSTRAK
Penulis ini memaparkan konsep akhlak dalam perspektif tasawuf, terutama aliran
wahdatul wujud Ibn ‘Arabi.Wahdat al­wujûd­nya Ibn ’Arabi merambah ke seluruh dimensi sehingga singgungan-singgungan Ibn ’Arabi mengenai akhlak selalu terkait dengan
wahdat al­wujûd. Dijelaskan juga bahwa akhlak pada intinya adalah mengejewantahkan
asma­asma Allah. Tulisan ini juga mengkaji jiwa, akhlak yang mulia dan akhlak tercela
dan hubungan akhlak dan syariat serta kesempurnaan akhlak.
Kata Kunci: akhlak, jiwa, wahdatul wujud

PENDAHULUAN

W

ahdat al-wujûd-nya Ibn ’Arabi


mahkan­ sebagai­ “ciptaan”.­ Dengan­ de-

merambah ke seluruh dimen-

mikian, kata khuluq terkait dengan khalq

si.­ Maka­ itu,­ tak­ heran­ sing-

(Chittick,­ Imaginal­ World:­ Ibn­ al-'Arabi­

gungan-singgungan Ibn ’Arabi mengenai

and­ the­ Problem­ of­ Religious­ Diversity­

akhlak selalu terkait dengan wahdat al-

1994,­40).

wujûd.­ Hal­ ini­ dapat­ dibuktikan­ dengan­


Dari dua makna ini, “karakter” dan

penguraian­ atas­ kata­ akhlak­ itu­ sendiri.­

“ciptaan”, maka akhlak mempunyai dua

Dalam bahasa Arab akhlâq adalah jamak

domain maknapertama, domain moral

dari khuluq, yang artinya “karakter” dan

dan­ etika.­ Ini­ dibuktikan,­ ­misalnya,­

“watak”.­ Kata­ khuluq digunakan dalam

dengan penerjemahan khuluqin ’azhîm

al-Quran sebanyak dua kali, sementara


dalam­­Surah­al-Qalam­[68]­ayat­4­menjadi­

dalam hadis-hadis, ia digunakan berkali-

”akhlak­yang­agung”.­Domain­makna­ked-

kali.­ Kata­ ini­ hanya­ dipisahkan­ dengan­

ua terkait dengan akar-akar ontologisnya

pengucapan (tidak dalam cara penulisan)

(Chittick,­The­Sufi­Path­of­Knowledge:­Ibn­

dari istilah khalq, yang biasanya diterje-

al-'Arabi's­Imaginal­World­1989)

44


safina

Volume 01/Nomor 01/Maret 2016

HIKMAH

For an Ibn ‘Arabi, the “tremendous

waktu.­ Sifat­ tubuh­ adalah­ dapat­ musnah­

character” of the Prophet has to do not only

dan­ dapat­ berubah.­ Sebenarnya,­ ia­ me-

with the way he dealt with people, but also

rupakan ‘modus’ partikular dari Tubuh

with the degree to which he had realized the


Universal (al-jism al-kulli).­ Adapun­ jiwa­

potentialities of his own primordial nature,

adalah prinsip vital-kehidupan binatang

created upon the form of God. Qualities

dalam­organisme­manusia.Ia­merupakan­

such as generosity, justice, kindness, benev-

modus­partikular­dari­Jiwa­Universal­(al-

olence, piety, patience, gratitude, and every

nafs al­kulliya).­Ruh­adalah­prinsip­rasion-

other moral virtue are nothing extraneous


al, menurutnya, yang bertujuan untuk

or superadded to the human condition. On

mencari­ pengetahuan­ hakiki.Ia­ adalah­

the contrary, they define the human condi-

modus dari Intelek Universal (al-‘aql al-

tion in an ontological sense. Only by actual-

kulli)­(Bulent,­1989:52).­

izing such qualities does one participate in

Di tempat lain, Ibn ‘Arabi menyebut-

the fullness of existence and show forth the


kan bahwa manusia memiliki tiga macam

qualities of Being.

jiwa (‘Arabi, Menata Diri dengan Tadbir
Ilahi 2002): jiwa tumbuhan (al-nafs alakhlak—atau

nabâtiyyah), yang dengannya ia digolong-

etika­ dalam­ konteks­ filsafatnya—Sufi,­

kan sebagai benda mati (al-jamâdât), jiwa

khususnya dalam pandangan Ibn ‘Arabi,

hewani (al­nafs al­hayawâniyyah), yang

berada dalam wilayah ontologis sebagai


dengannya dia digolongkan ke dalam

akarnya.

golongan hewan, dan jiwa rasional (al-nafs

Dengan

demikian,

al-nâthiqah), yang dengannya ia dibeda-

PEMBAHASAN

kan dari dua makhluk sebelumnya dan
menjadi­ absah­ atasnya­ istilah­ manusia.­

Jiwa Menurut Ibn ’Arabi

Dengan jiwa terakhir ini, manusia menjadi­lebih­unggul­dari­alam­malaikat.


I

bn ‘Arabi mengakui setidaknya ada

Untuk lebih memudahkan bagaima-

tiga elemen berbeda dalam diri ma-

na hubungan antara jiwa dan ruh dalam

nusia.Ketiga­elemen­itu­adalah­tubuh­

perspektif tasawuf, Penulis akan memin-

(body), jiwa (soul), dan ruh (spirit) (Bulent,

jam­tujuh­tingkatan­jiwa­menurut­Robert­

1989:52).1 Bagi Ibn ‘Arabi, tubuh merupa-


Frager­(Frager,­2002:139-155).­Ia­mengata-

kan suatu bentuk material yang memiliki

kan,

perluasan dalam ruang dan durasi dalam

1

Menurut­ tradisi­ sufi,­ kita­ memiliki­

Lihat­ juga­ (Afifi.­ 1989,­ 167).­ Akan­ tetapi,­ menurut­ Chittick,­ kata­ rûh­ (spirit)­ dalam­ pandangan­ Ibn­ ‘Arabi­

lebih­ kurang­ sinonim­ dengan­ pengertian­ nafs­ (diri­ (self)­ atau­ jiwa­ (soul)).­ Perbedaan­ dapat­ ditarik­ tergantung­ pada­
­konteksnya­yang­spesifik­(Chittick,­The­Self­Disclosure­of­God­1998,­269).
­ Sementara,­dalam­glosarium­untuk­buku­(al-Jilli­1995,­72)­mendaftarkan­sekitar­empat­makna­al-rûh:
a)­Ruh­Ilahi­(the­Divine­Spirit),­karena­ia­tidak­terciptakan,­ruh­ini­disebut­juga­Ruh­Kudus­(the­Holy­Spirit)
b)­Ruh­Universal,­ia­tercipta­(the­Universal­Spirit)­

c)­Ruh­individual­
d)­Ruh­vital.­Barzakh­antara­tubuh­dan­jiwa

safina

Volume 01/Nomor 01/Maret 2016

45

HIKMAH

tujuh jiwa atau tujuh sisi dari keseluruhan

menolak (amarah) apa pun yang menya-

jiwa­kita.­Masing-masing­mewakili­­tingkat­

kitkan...

evolusi yang berbeda: jiwa mineral, jiwa

...Sisi­ berikutnya­ dari­ keseluruhan­

nabati, jiwa pribadi, jiwa insani, jiwa

jiwa­adalah­rûh­nafsânî.­Jiwa­pribadi­ter-

­rahasia,­dan­jiwa­maharahasian.

letak pada otak dan terkait dengan sistem

…Jiwa­

mineral,­

maddanî,

saraf.­ Jika­ perkembangan­ jantung­ dan­

­terletak­di­dalam­sistem­kerangka.­Dalam­

peredaran darah membedakan hewan

diagram tujuh aspek jiwa, jiwa mineral

dari tanaman, maka perkembangan sis-

berbatasan dengan jiwa maharahasia,

tem saraf yang kompleks membedakan

wadah percikan Ilahi yang suci di dalam

manusia­ dari­ hewan.­ Sistem­ saraf­ yang­

diri­ ­masing-masing­ kita.­ Dunia­ ­mineral­

sangat maju ini menghasilkan kapasitas

sangatlah­ dekat­ Tuhan.­ Ia­ tidak­ ­pernah­

untuk memori yang lebih besar dan untuk

memberontak­ kepada­ kehendak­ Ilahi.­

perencanaan dan pemikiran yang lebih

Di mana pun sebuah batu ditempatkan,

kompleks.­Kecerdasan­jiwa­pribadi­mem-

ia akan tetap berada di situ selamanya

buat kita mampu memahami lingkungan

kecuali

kita lebih dalam daripada kemampuan

kekuatan

di

rûh

luar

dirinya

menggesernya…

yang dimiliki oleh jiwa mineral, tumbuh-

…Jiwa­ nabati,­ yakni­ rûh nabâtî,

an,­dan­hewani...­Jiwa­pribadi­juga­­tempat­

­terletak­ di­ dalam­ hati­ (fisik)­ dan­ terkait­

ego.­ Kita­ memiliki­ ego­ positif­ dan­ ego­

dengan­ sistem­ pencernaan.­ Ia­ mengatur­

negatif...

pertumbuhan dan asimilasi dari bahan-

...Jiwa­insani­terletak­di­dalam­qalb,

bahan makanan, fungsi yang bagi kita

yakni­hati­spiritual.­Jiwa­insani­lebih­baik­

dengan­ tanaman.­ Ini­ adalah­ fungsi­ yang­

daripada­ jiwa­ pribadi.­ Ia­ adalah­ dari­

baru, dalam konteks evolusioner, sebab

­belas­kasih,­keimanan,­dan­kreativitas.­Di­

dunia material tidak memiliki kebutuhan

satu sisi, jiwa insani mencakup jiwa raha-

akan­ makanan.­ Dengan­ kata­ lain,­ terda-

sia­dan­jiwa­maharahasia.­Ia­wadah­dari­

pat jiwa di dalam tubuh kita yang serupa

nilai-nilai dan pengalaman-pengalaman

dengan jiwa yang diberikan oleh Tuhan

spiritual­kita...

kepada­tumbuhan...

...Jiwa­ rahasia­ adalah­ bagian­ dari­

...Jiwa­ hewani,­ atau­ rûh haywânî,

diri­ kita­ yang­ mengingat­ Tuhan.­ Jiwa­ ra-

terletak di dalam hati dan berhubungan

hasia, atau kesadaran batiniah, terletak

dengan­ sistem­ pe­redaran­ darah.­ Hewan­

di­ dalam­ hati­ batiniah.­ Jiwa­ inilah­ yang­

memiliki empat bilik hati dan sistem per-

mengetahui dari mana ia datang dan ke-

edaran darah yang kompleks, yang men-

mana­ia­pergi...

galirkan­ darah­ ke­ seluruh­ organisme...­

...[Jiwa­maharahasia]­ini­adalah­jiwa­

Jiwa­ hewani­ kita­ mencakup­ rasa­ takut,­

azali­ (rûh) yang ditiupkan Tuhan oleh

amarah,­ dan­ hasrat.­ Seluruh­ makhluk­

Tuhan­ ke­ dalam­ diri­ Adam­ (manusia).­ Ia­

cenderung untuk mendekati apa pun

adalah­ inti­ kita,­ jiwa­ sang­ jiwa.­ Ia­ ada-

yang mendatangkan hasil (hasrat) dan

lah percikan Ilahi yang suci di dalam diri

bergerak menjauh dari (rasa takut) atau

kita...

46

safina

Volume 01/Nomor 01/Maret 2016

HIKMAH

Dengan melihat struktur jiwa di atas,

problematis adalah mengenai akhlak jenis

kita dapat menyimpulkan ruh merupakan

kedua,­akhlak­tercela.­Konsekuensi­bahwa­

martabat­tertinggi­dari­jiwa.

secara ontologis manusia mempunyai seluruh Nama Tuhan, karena ia diciptakan
dalam bentuk Tuhan, adalah bahwa
pada diri manusia tidak ada akhlak
tercela atau bahkan pada Tuhan itu
sendiri.­Semua­akhlak­pada­diri­manusia dan Tuhan adalah terpuji karena­ia­berasal­dari­Wujud.­

Akhlak Mulia
Akhlak jenis pertama sebenarnya­ hanya­ milik­ Tuhan­ saja.­
Penisbatan akhlak mulia kepada

Dua Jenis Akhlak

manusia tidak lebih dari ungkapan metaforis­ belaka.­ Segala­ sesuatu­ yang­ baik­

Setelah diciptakan dalam bentuk

berasal dari Tuhan saja seperti keadil-

atau citra Tuhan, maka manusia memiliki

an, pemurah, sabar, dan tabah dari

seluruh Nama Tuhan dan mampu men-

godaan apa pun tanpa kecuali (Chittick,

jelmakan seluruh akhlak Tuhan dalam

The­ Sufi­ Path­ of­ Knowledge:­ Ibn­ al-

dirinya.­ Tugas­ orang­ yang­ melakukan­

’Arabi’s­Imaginal­World­1989:40).­Setelah­

perjalanan spiritual adalah mengejawan-

diciptakan dalam bentuk Tuhan, manusia

tahkan nama-nama Tuhan dan perbua-

dianugerahi dengan semua akhlak terpuji

tan-perbuatan-Nya dari ketersembunyian

Tuhan.­ Tugas­ manusia­ bukanlah­ mene-

menjadi nyata dalam suatu keseimbangan

mukan ataupun memperdebatkan makna

yang­sempurna­(Chittick,­The­Sufi­Path­of­

moralitas,­ melainkan­ mewujudkannya.­

Knowledge:­Ibn­al-’Arabi’s­Imaginal­World­

Terkait dengan itu, maka hanya manusia

1989:286).­Yang­jadi­persoalan­adalah­jika­

sempurna yang sanggup mengejawan-

”berakhlak dengan akhlak-akhlak Allah”

tahkan akhlak mulia Tuhan (Chittick, The

sinonim dengan ”berakhlak dengan asma-

Sufi­Path­of­Knowledge:­Ibn­al-’Arabi’s­Im-

asma Allah”, apakah ini termasuk mewu-

aginal­World­1989:41).­

judkan juga asma-asma Allah yang hanya

Akhlak mulia itu sendiri muncul

milik Allah dan tidak pantas diwujudkan

dari kemampuan manusia untuk me-

oleh manusia?

nyeimbangkan tuntutan-tuntutan akhlak

Ibn ’Arabi membedakan dua jenis

dalam­ dirinya.­ Agar­ seseorang­ bisa­ me-

akhlak:­akhlak­terpuji­dan­akhlak­tercela.­

raih akhlak mulia, ia membutuhkan se-

Akhlak jenis pertama bisa kita pahami

orang ’dokter ruhani’ (thabib al­ilâhî)

meski­ tak­ mudah­ diwujudkan.­ Yang­ jadi­

yang tugasnya menunjukkan kepada se-

safina

Volume 01/Nomor 01/Maret 2016

47

HIKMAH

seorang yang sedang melakukan perjalan-

If he is in equilibrium, he will be cheerful

an ruhani atau suluk tentang bagaimana

and joyous in his wayfaring, full of gaiety

mengejawantahkan kemuliaan akhlak-

and happy…(Chittick, The Sufi Path of

nya.­Karena­tiada­sesuatu­pun­yang­ditam-

Knowledge: Ibn al-’Arabi’s Imaginal World

bahkan­pada­penciptaan­manusia.

1989:305)

Hal

ini

seperti

yang

dijelaskan

sendiri oleh Ibn ‘Arabi:
The

divine

character

traits

Dari pasase di atas, dapat disimpulkan bahwa peran para nabi dan wali Allah

physician

treats

the

adalah menyeru manusia untuk dapat

disciplines

the

mengaktualisasikan­ kodrat­ ­kefitriannya­

individual desires of the soul through

yang melekat secara intrinsik dalam

reminder, admonition, and calling attention

­dirinya.­ Mereka­ juga­ harus­ memberi­

to the highest affairs and that which will

petunjuk yang benar berkaitan dengan

come to belong to him who listens—the

sifat-sifat tercela yang menghuni diri

felicity as well as the praise of God, the

manusia, karena seluruh sifat yang ter-

people, and the high spirits…

cela dan yang terpuji, pada akhirnya akan

and

When the divine physician comes—

kembali pada perwujudan esensi manu-

and he is the prophet, or the inheritor of

sia.­ Dengan­ kata­ lain,­ suatu­ sifat­ disebut­

the prophet, or the sage—he examines

tercela bukan karena memang demikian

what is required by the soul’s configuration

akar ontologisnya, tetapi hal itu tergan-

(nash’a). The soul submits itself to him

tung pada bagaimana sifat tersebut diak-

and places its reins in his hands so that he

tualisasikan.­ Segala­ sesuatu­ yang­ berasal­

will train it and take steps to achieve its

dari Tuhan adalah baik dan senantiasa

felicity. If the soul is in disequilibrium, the

tunduk­pada­perintah­takwini.­

physician returns it to the opposite of what
its configuration requires by explaining to

Akhlak Tercela

it how to put that disequilibrium to use in
Jenis­ akhlak­ berikutnya­ adalah­

a manner which will be praised by God and
within which the soul find its felicity…

akhlak­ tercela.­ Karena­ hakikat­ Wujud­

The person in disequilibrium will

menembus seluruh dimensi, maka ia pun

display blameworthy and base character

terkait dengan masalah perbuatan manu-

traits. He will seek his own individual de-

sia.­ Pada­ gilirannya,­ akhlak­ tercela­ yang­

sires and will not care what outcome he

tampak pada diri manusia pun merupa-

may reach by attaining them… When he

kan­kualitas­wujud­juga­secara­ontologis.­

sees him perform an action which leads to

Dalam hal ini, Ibn ’Arabi tidak segan-se-

something blameworthy, he guides him to

gan­ berpendapat­ demikian.Ia­ mengata-

the extent he can until he submits his soul to

kan,

him so that he may dominate over it.

All

character

traits

are

divine

If the person is in disequilibrium,

attributes, so all of them are noble, and all

his wayfaring will consist of struggle

are in the innate disposition of the human

(mujâhada) and ascetic discipline (riyâda).

being… Human beings exist through their

48

safina

Volume 01/Nomor 01/Maret 2016

HIKMAH

Lord, so they acquire wujûd from Him.

Were it not for the accidents which give

Hence they acquire character traits from

birth to maladies, man would enjoy himself

Him. (II. 241.28)(Chittick, The Sufi Path of

within the form of the cosmos, just as the

Knowledge: Ibn al-’Arabi’s Imaginal World

cosmos enjoys itself, and he would delight

1989:47)

in it, for it is the garden of the Real (bustân

Tentu saja, ini tidak berarti Syaikh

al-haqq)… So, perfection is an intrinsic at-

menganggap akar akhlak tercela langsung

tribute of the things, while imperfection is

dari Tuhan, tetapi ia memandang bahwa

an accidental affair whose essence is per-

ketercelaan bukanlah akhlak dasar yang

fection.

dinisbatkan­ kepada­ manusia.­ Apa­ yang­

Tiada sesuatu pun yang berasal dari

kita sebut sebagai akhlak tercela pada

Yang Mahasempurna tanpa melalui wu-

dasarnya mulia, karena ia merupakan

jud yang sesuai dengan kesempurnaan itu

kualitas­Wujud­itu­sendiri.­Di­sini­agaknya­

sendiri. Maka tidak ada sesuatu yang tidak

kita harus mengetahui konsep kesempur-

sempurna di alam. Jika saja bukan karena

naan.­Kesempurnaan­mutlak­dari­Realitas­

aksiden­aksiden yang menjadi sebab tim-

Ketuhanan hanya menjadi mungkin mela-

bulnya penyakit, manusia akan menikmati

lui­ adanya­ ketidaksempurnaan.­ Artinya,­

dirinya sendiri di dalam bentuk alam, seba-

segala sesuatu selain Tuhan tidak sempur-

gaimana alam menikmati dirinya sendiri,

na, karena tidak memiliki sifat-sifat ketu-

dan ia akan puas di dalamnya, karena ia

hanan,­ yang­ bermula­ dari­ wujud.­ ­ Inilah­

adalah taman al­Haqq (bustân al­haqq)...

yang disebut ghairiyyah yang memung-

Maka kesempurnaan merupakan suatu

kinkan bagi alam dan seluruh makhluk

sifat yang melekat dari segala sesuatu, se-

mewujud­di­dalam­dirinya­sendiri.­

mentara ketidaksempurnaan merupakan

Jika­sesuatu­memiliki­kesempurnaan­

hal yang bersifat aksidental yang esensinya

dalam segala aspeknya, maka ia menjadi

adalah kesempurnaan.­ (I­ 679.31)(Chittick,­

identik dengan Tuhan, dan karenanya

The­Sufi­Path­of­Knowledge:­Ibn­al-’Arabi’s­

­tiada­sesuatu­pun­’selain­­Tuhan’.­Jika­de-

Imaginal­World­1989:294)

mikian, mustahil bagi kita walau sekadar
berbicara tentang alam dan tidak ada orang

Akhlak Dan Syariat

yang­ ­berbicara.­ ­Karena­ itulah,­ ketidaksempurnaan

memisahkan

dengan

Penciptanya

sang

makhluk
dan

Ibn ‘Arabi mengakui ada dua jenis

yang

akhlak, yakni akhlak mulia dan akhlak ter-

menjadikan mungkin bagi alam untuk

cela­(Chittick,­The­Sufi­Path­of­Knowledge:­

­mewujud.­Ketidaksempurnaan­itu­sendiri­

Ibn­ al-’Arabi’s­ Imaginal­ World­ 1989:287).­

termasuk­jenis­­kesempurnaan.

Karena realitas (wujud) itu tunggal, maka

Syekh mengatakan,

segala peristiwa yang terjadi merupakan

...Nothing issues from the Perfect

manifestasi­ wujud­ saja.­ Dengan­ demiki-

without being in accordance with the

an,­jika­Wujud­itu­identik­dengan­al-Haqq,­

appropriate perfection. So there is no

maka segala peristiwa tak lebih penjel-

imperfect thing in the cosmos whatsoever.

maan­ al-Haqq­ semata.­ Maka­ itu,­ terkait­

safina

Volume 01/Nomor 01/Maret 2016

49

HIKMAH

dengan akhlak, Ibn ’Arabi memandang

God explained various proper applications

tanpa ragu bahwa baik akhlak terpuji dan

for them toward which they can be directed

akhlak terpuji sama-sama berasal dari al-

by the rulings of the Law. If the soul directs

Haqq.­ Ini­ berbeda­ dengan­ pemikir­ lain-

the properties of these attributes toward

nya yang sering menisbatkan kebaikan ke-

these applications, it will attain to felicity

pada Tuhan, sementara keburukan pada

and high degrees.­(II­687.12)­(Chittick,­The­

makhluk,­ khususnya­ manusia.­ Akhlak­

Sufi­ Path­ of­ ­Knowledge:­ Ibn­ al-’Arabi’s­

terpuji jika diatributkan kepada al-Haqq,

­Imaginal­World­1989:306-307)

agaknya­mudah­dipahami.­Namun­untuk­

Sifat-sifat tercela di atas, bagaiman-

menisbatkan akhlak tercela kepada al-

apun, merupakan sifat intrinsik wu-

Haqq­rasanya­tak­mudah.­

jud.­ Sifat-sifat­ ini­ akan­ berubah­ menjadi­

Akan tetapi, jika akhlak itu disandar-

akhlak mulia ketika ia dihadapkan den-

kan pada wujud, semestinya pertanyaan

gan­syariat.­Mengenai­ini­Ibn­‘Arabi­men-

tersebut­ tidak­ muncul.­ Karena,­ akhlak­

gatakan­sebagai­berikut.

sendiri, menurut Ibn ’Arabi, memiliki

These proper applications are as

status ontologisnya sebagaimana disebut-

follows: The soul should be cowardly toward

kan­akhlak­menurut­Ibn­’Arabi.

commiting forbidden things because of the

Faktor yang menentukan sekaitan

loss it can expect. It should have avarice in

dengan persoalan moralitas dan watak

respect to its religion. It should envy him

manusia selalu dapat dikembalikan pada

who spends his possessions [in the way of

syariat, kendati faktor-faktor lain, me-

religion] and him who seeks knowledge. It

nyangkut persoalan-persoalan tertentu

should be eagerly desirous toward good and

serta berbagai hal lainnya, juga ikut ber-

try to spread it among the people. It should

peran­ di­ dalamnya.­ Syariat­ mengarah-

the tale of good just as the garden tells the

kan seluruh sifat ke dalam ’tempat’ yang

tale of the sweet smelling flowers within it.

semestinya sehingga manusia mampu

It should be arrogant in God toward him

mengaktualisasikannya sekaitan upaya

who is arrogant toward God’s command. It

mereka­untuk­memperoleh­ridha­Tuhan.­

should be harsh in its words and acts in the

Pada gilirannya, sifat-sifat itu pun disebut

places where it knows that God approves

”akhlak­mulia”.­

of that. It should seek the subjugation of

The attributes found in man’s innate

him who is hostile toward God and resists

disposition do not change, since they are

Him (Chittick,­The­Sufi­Path­of­Knowledge:­

essential to this world’s configuration and

Ibn­ al-’Arabi’s­ Imaginal­ World­ 1989:306-

man’s specific constitution. These include

307).­

cowardice (jubn), avarice (shuhh), envy

Sementara, dalam sebuah pasase di

(hasad), eager desire (hirsh), talebearing

Tadbirah al­Ilahiyyah, Ibn ‘Arabi mengata-

(namîmah),

kan,

arrogance

(takabbur),

harshness (ghilzha), seeking subjugation
(talab al-qahr), and the like.
Since no one can set out to change them,

50

safina

Volume 01/Nomor 01/Maret 2016

Jika­ kerajaan­ wujud­ Anda­ ingin­
tertata dengan baik, maka lindungilah
agama­ Anda:­ selalu­ setialah­ kepadanya.­

HIKMAH

Janganlah­ menentangnya.­ Jika­ Anda­ me-

cara dan tuntunan dalam memanifesta-

nentang,­ Anda­ akan­ ditentang.­ Perhati-

sikan Nama-nama Tuhan yang Indah (al-

kanlah selalu perintah-perintah Allah,

asma al-husna).­ Sementara,­ dalam­ kitab­

apakah Anda mengetahui semuanya atau-

Futuhât­ Bab­ 262,­ ”Pengetahuan­ tentang­

kah­tidak.­­Perintah-Nya­adalah­anugerah­

Syariat”, Ibn ’Arabi mengajukan penger-

dari-Nya­bagi­umat­manusia.

tian ontologis syariat sebagai as-sunnah

Bersikaplah waspada di sepanjang

az­zahirah,

yakni

peraturan-peraturan

waktu, sebab jika keseluruhan sadar, bagi-

yang berkenaan dengan realitas yang ter-

an-bagian­pun­sadar.­Kendalikan­­amarah­

cantum dalam al-Quran dan praktik Nabi

Anda,­janganlah­dendam...

(Faqihsutan,­2005:83).­

Anda diwajibkan menata kerajaan

Salah satu kitab kecil Ibn ’Arabi

wujud­ Anda.­ Jika­ Anda­ memutuskan­

yang cukup banyak menyinggung relasi

untuk melakukan sesuatu, pikirkanlah

syariat dan akhlak, secara implisit, ada-

akibatnya.­

baik,­

lah Kitâb Kunh Ma La Budda Minhu li al­

­laksanakanlah.­Jika­tidak,­janganlah­Anda­

Murîd yang­ditulis­di­Mosul­tahun­1204­H.­

­melakukannya.­

Arti­ harfiah­ kitab­ itu­ adalah­ ”kitab­ yang­

Jika­

akibatnya­

Tunjukkan perhatian yang seksama

hakikatnya harus menjadi pegangan bagi

terhadap semua yang Anda lakukan, teru-

murid”.­Jadi,­lebih­kurang,­seorang­murid­

tama ketika Anda menjalankan perintah

(penempuh jalan spiritual) harus berpe-

Tuhan...­ Jadi,­ selama­ Anda­ taat­ kepada­

doman­pada­kitab­ini.­Menurut­Nurasiah­

Tuhan, lawanlah jiwa Anda yang selalu

Faqih Sutan, bagi Ibn ’Arabi, hukum-hu-

memerintahkan­ kejahatan.­ Jika­ Anda­

kum al-Quran dan hadis ini secara mutlak

mengikutinya, Anda akan menjadi pela-

menjadi kriteria dan penentu keberhasi-

jaran bagi orang lain (‘Arabi, Menata Diri

lan­perjalanan­spiritual­seorang­sufi.­Dan­

dengan Tadbir Ilahi, 2002:81-82).

itu terasa dalam seluruh kandungan Kitâb

Menyangkut

fungsi

syariat,

Ibn

‘Arabi percaya bahwa fungsi syariat
adalah untuk menuntun aktivitas intelek-

Kunh Ma La Budda Minhu li al­Murîd.
Dalam salah satu pasase kitab itu,
Ibn ’Arabi mengatakan,

tual dan spiritual manusia dalam menge-

Give value your time, live in the present

nal Allah, baik eksistensi-Nya, esensi-Nya,

moment. Do not live in imagination and

maupun segala hal yang berhubungan

throw your time away. Allah has prescribed

dengan­ hakikat­ Tuhan.­ Syariat­ juga­ ber-

a duty, an act, a worship for your every

fungsi untuk menuntun aktivitas pereal-

moment. Know what it is and hasten to do

isasian pengetahuan tentang Tuhan terse-

it. First perform the actions He has given to

but­(Faqihsutan,­2005:74).

you as obligations. Then do what He has
dasar

given to you to do through the example of

syariat, yakni jalan, Ibn ’Arabi mengem-

His Prophet. Then take on what He has left

bangkan­ definisi­ syariat­ sebagai­ ”­jalan­

you as voluntary, acceptable good deeds.

yang

dapat

Work to serve the ones who are in need

merasakan ’eksistensi’ Tuhan dan sebagai

(‘Arabi,­What­The­Seeker­Needs:­­Essays­on­

Dengan

mengikuti

dengannya

arti

seseorang

safina

Volume 01/Nomor 01/Maret 2016

51

HIKMAH

Spiritual Practises, Oneness, MAjesty and

dihalalkan untukmu, maka Tuhanmu

Beauty­1992:8).­

pasti tahu bahwa tujuanmu bukanlah

Dalam pasase lain, Ibn ‘Arabi me-

rezeki,­ tetapi­ [Tuhan]­ Yang­ Memberi­
­rezeki­­(‘Arabi,­Menata­Diri­­dengan­Tadbir­

nyebutkan,
Whenever you make an ablution

Ilahi­2002,­170-171).­

make two cycles of prayer following it,
except when you have to make an ablution
at times when praying is not permitted: at
sunrise, at high noon, and at sunset. Friday

KESIMPULAN:
KESEMPURNAAN AKHLAK

is an exception to that rule; it is permissible
then to pray at high noon.

identify your bad features and rid yourself

D

of them. Your relationship to whomever you

bagai ”ciptaan”, kita bisa mengatakan

come in contact with must be based on the

bahwa apa yang ada di sekitar kita adalah

best of the conduct—but what this means

baik­karena­ia­berasal­dari­Tuhan.­Namun­

Above all, what you need is high morals,
good character, proper behaviour; you must

may vary with conditions and circumstances.
(‘Arabi,­ What­ The­ ­Seeker­ Needs:­ Essays­ on­
Spiritual Practises, Oneness, MAjesty and
Beauty­1992:8-9).

i atas telah disebutkan bahwa
akhlak memiliki status ontologisnya.­ Ia­ terkait­ dengan­ “ciptaan”­

(khalq) dan juga ”karakter” (khulq).­ Se-

terkait dengan ”karakter”, yakni ranah
perbuatan manusia, maka timbullah istilah akhlak terpuji atau mulia dan akhlak
tercela­atau­hina.­

Bahwa akhlak terkait dengan syariat,

Dari­sudut­pandang­lain,­secara­defi-

bisa kita simak dari pernyataan Ibn ’Arabi

nisi, manusia adalah hamba-hamba Allah

berikut.

dalam­dua­aspek.­Kehambaan­manusia,­di­

Berhati-hatilah,

jauhilah

bukan

satu pihak, sesuai dengan esensi mereka,

hanya yang diharamkan dan yang tidak

yang tidak memiliki kemungkinan untuk

diridhai Allah, melainkan juga apa yang

membangkang­terhadap­Tuhan.­Di­pihak­

sekadar dibiarkan oleh-Nya (makrûhât).­

lain, manusia bisa tidak menaati perintah

Bahkan dalam perbuatan yang halal

taklifi­ Tuhan­ mereka­ (Chittick,­ The­ Sufi­

seperti makan, minum, dan tidur, engkau

Path of Knowledge: Ibn al-’Arabi’s Imagi-

harus lebih berhati-hati dari pada orang

nal­ World­ 1989:321).­ ”Orang-orang­ yang­

lain.­ Jauhilah­ sikap­ berlebihan­ dan­ mulailah setiap perbuatan dengan mengingat­ Tuhanmu.­ Berbuatlah­ hanya­ atas­
nama-Nya.­ Lakukan­ apa­ yang­ telah­ di-

beriman” adalah mereka yang, pada suatu
derajat tertentu, berhasil dalam menaati
perintah­ taklifi,­ meski­ ketidaksempurnaan tetap merupakan suatu hal yang me-

wajibkan atasmu, agar engkau tampil di

lekat­ pada­ keberhambaan­ mereka.Akan­

hadapan-Nya dengan bersih dan tanpa

tetapi, penghambaan dan keberhambaan

aib.­ Jika­ ­engkau­ tidak­ memperlihatkan­

yang sempurna hanya milik seseorang

rasa senang, hasrat, bahkan kebutuh-

yang tidak pernah melakukan kesalahan

an terhadap segala sesuatu yang telah

alias­ Manusia­ Sempurna.Keberhambaan-

52

safina

Volume 01/Nomor 01/Maret 2016

HIKMAH

nya amat sempurna sehingga tidak ada

grees with God.” So He made them identical

lagi perbedaan antara perintah takwini

with the degrees, since they are identical

dan perintah taklifi.

with essential perfection, while through

Seorang manusia sempurna memi-

accidental perfection they possess degrees

liki­ dua­ kesempurnaan.­ Kesempurnaan­

in the Garden. So know this!­ (II­ 588.7)­

pertama terkait dengan realitas esensi-

­(Chittick,­The­Sufi­Path­of­ Knowledge: Ibn

alnya­sebagai­’bentuk’­Tuhan.­Inilah­yang­

al-’Arabi’s­Imaginal­World­1989:366)

dinamakan dengan kesempurnaan esen-

Jenis­ kehambaan­ pertama­ manusia­

sial.­ Kadang­ Ibn­ ’Arabi­ menyebutnya­ se-

mengimplikasikan bahwa semua manusia

bagai ’keberhambaan’ (’ubudiyyah).­ Ke-

pada dasarnya adalah manusia sempur-

sempurnaan kedua menyangkut sifat-sifat

na­ karena­ ia­ merupakan­ Bentuk­ Tuhan.­

dan kualitas-kualitas yang ternyatakan

Inilah yang disebut dengan kesempur-

dalam perannya di dunia ini maupun di

naan­esensial.­Sementara,­kesempurnaan­

akhirat­kelak.­Ini­yang­disebut­kesempur-

kedua menyangkut sifat-sifat dan kuali-

naan aksidental atau ’maskulinitas’ (ra-

tas-kualitas yang ternyatakan dalam pe-

jûliyyah)­(Chittick,­The­Sufi­Path­of­Knowl-

rannya di dunia maupun dunia yang akan

edge:­ Ibn­ al-’Arabi’s­ Imaginal­ World­

datang.­

1989:366).

Karena akhlak Tuhan mencakup

The essential perfection, which is

’akhlak terpuji’ dan ’akhlak tercela’, maka

different from the perfection of manliness, is

secara ontologis kesempurnaan akhlak

that no lordliness (rabbâniyya) whatsoever

seorang manusia adalah terletak pada ke-

should contamine the fact that perfect man

mampuannya untuk mengaktualisasikan

is a servant. Hence he is an existence while

akhlak­terpuji­dan­akhlak­tercela­tersebut.­

nonexistent, an affirmation while negated.

Akan tetapi, sebagaimana yang diisyarat-

It was for this that the Real brought him

kan oleh Ibn ‘Arabi sendiri, kemampuan

into existence.

untuk bisa mengaktualisasikan semua

The

manliness

is

Nama Tuhan itu hanyalah dimiliki oleh

perfection

of

orang-orang tertentu saja alias Manusia

servanthood is essential. Between the two

Sempurna­(insan­kamil).­Dan,­mereka­ini­

stations lies what lies between the two

adalah­ khalifah-Nya.­ Dalam­ Fushush al­

perfections. The degrees of the waystations

Hikam padapembahasan ruh Adamiyah

of these two perfections are known to us

(the word of Adam), Ibn ’Arabi menyata-

wherever they might be…

kan,

accidental,

perfection
while

Ranking

of
the

to

excellence

Iblis is a part of the world and does

in

accidental

not attain to this synthesis. It was because of

perfection, but not in essential perfection.

this that Adam was vicegerent. Were he not

God says, “Those messengers—some We

manifest in the form of He who entrusted

have ranked in excellence above others” (2:

him with Vicegerency, within that over

253). He also says, “They are degrees with

which he was made Vicegerent, he would

God” (3: 163). He does not say, “They have de-

not have been Vicegerent. If he did not con-

(tafâddul)

according

takes

place

safina

Volume 01/Nomor 01/Maret 2016

53

HIKMAH

tain all that was needed of him by the charge

memperhatikan hukum syariat juga telah

over which he was set as a Vicegerent—and

diwasiatkan oleh Ibn ‘Arabi dalam per-

by reason of their dependence upon him he

kataan­berikut.­

would have to possess everything that they

Now that I have given you a principle

needed—he would not be Vicegerent over

(asl) concerning them, rely upon it and

them. Vicegerency is only for Perfect Man.

put into practice: In your every motion in

The makeup of his outward form is made up

respect to every existent thing, look at the

of the realities of the world and its forms,

ruling of the Law. Deal with that thing as

and his inward form is modeled on the Form

the Lawgiver has told you. Deal with it

of God most high(‘Arabi, The Ringstone of

according to what is obligatory (wujûb) or

Wisdom (Fusus­al-Hikam)­2004:14).­

what is recommended (nadb), and do not

Proses ketika manusia mengejawan-

beyond that. Then in all of that you will

tahkan bentuk Tuhan dan memanifestasi-

have a praiseworthy disposition, you will be

kan nama-nama Tuhan acapkali disebut

secure, and honored with God, and you will

sebagai takhalluq bi akhlaq Allah (me-

possess a divine light­ (II­ 243.30)­ ­(Chittick,­

niru­ akhlak­ Allah).­ Akan­ tetapi,­ untuk­

The­Sufi­Path­of­Knowledge:­Ibn­al-’Arabi’s­

bisa meniru akhlak Allah, manusia tidak

Imaginal­World­1989:288)

bisa­ sembarangan­ meniru.­ Di­ sinilah­

Di sini Ibn ‘Arabi merekomendasikan

manusia membutuhkan peran kosmis

kepada para pengikutnya untuk mengikuti

nabi.­ Merekalah­ yang­ memberi­ manusia­

syariat sebagai petunjuk kehidupan bagi

bimbingan agar mereka dapat membawa

manusia.­ Manusia­ ­membutuhkan­ syariat­

keyakinan, pemikiran, dan amal mere-

karena mereka tidak dan tidak dapat me-

ka sesuai dengan totalitas nama-nama

ngetahui secara persis bagaimana sifat-

­Tuhan.­ Menurut­ Ibn­ ‘Arabi,­ bimbingan­

sifat Ilahi berkaitan dengan Tuhan dan

yang dibawa para nabi adalah timbangan

­dengan­mereka­sendiri.­Syariat,­yang­ber-

syariat (al­mîzân al­syari’ah).­ Bagi­ kaum­

sumberkan pada al-Quran dan Hadis, mem-

Muslim, ini adalah hukum yang diwahyu-

berikan panduan konkret yang penting

kan Allah dalam al-Quran dan dan telah

bagi pencapaian keseimbangan antara

dicontohkan oleh Sunnah Muhammad

­nama-nama­(Ilahi)­dan­akhlak.

(Chittick,­The­Sufi­Path­of­Knowledge:­Ibn­
al-’Arabi’s­Imaginal­World­1989:36).
Keperluan untuk menjadikan syariat sebagai neraca atau timbangan dalam

Bagi Ibn ‘Arabi, meniru akhlak Allah
disebut patut ketika si manusia melihat
dirinya­sebagai­mukalaf.­
Adalah

termasuk

bagian

dari

meniru akhlak Tuhan disebabkan adanya

kepatutan (adab) bagi pelakon akhlak

kompleksitas dalam proses takhalluq itu

keilahian untuk melihat dirinya sebagai

sendiri.­ Lagi­ pula,­ upaya­ meniru­ akhlak­

mukalaf untuk melakonkannya kendati-

Allah merupakan tindakan kesombon-

pun al-Haqq telah sungguh-sungguh men-

gan­(Chittick,­The­Sufi­Path­of­Knowledge:­

jadi Pendengaran dan Penglihatannya

Ibn­ al-’Arabi’s­ Imaginal­ World­ 1989:36).­

(‘Arabi, Menghampiri Sang Maha Kudus:

Bahwa

Rahasia­rahasia Bersuci, 2002:172).­

54

manusia

safina

[Muslim]

seyogianya

Volume 01/Nomor 01/Maret 2016

HIKMAH

BIBLIOGRAPHY
Afifi.,­A.­E.­1989.­Filsafat Mistis Ibn 'Arabi.­Jakarta:­Gaya­Media­Pratama.­
al-Jilli,­Abdul­Karim.­1995.­The Universal Man:­.­Translated­by­Titus­Burckhardt.­
Roxburgh,­Scotland:­Beshara­Publications.­
'Arabi,­Muhyidin­Ibn.­2002.­Menata Diri dengan Tadbir Ilahi.­Jakarta:­Serambi.­
—.­Menghampiri Sang Maha Kudus: Rahasia­rahasia Bersuci.­Bandung:­Mizan,­2002.
—.­The Ringstone of Wisdom (Fusus­al-Hikam).­Translated­by­Carner­K.­Dagli.­Chicago:­
Great­Books­of­Islamic­World,­2004.
—.­What The Seeker Needs: Essays on Spiritual Practises, Oneness, MAjesty and Beauty.
1.­Translated­by­Tosun­Bayrak­Al-Jerrahi­Al-Halveti­and­S.­Abdul­MAjeed­&­Co.­
­Threshold­Books,­1992.
Bulent,­Rauf.­1989.­The Twenty­Nine Pages: An Introduction to Ibn 'Arabi's Metaphysics
of Unity. Roxburgh,­Scotland:­Beshara­Publication.­
Chittick,­William­C.­1994.­Imaginal World: Ibn al­'Arabi and the Problem of Religious
Diversity. New­York:­SUNY­Press.­
—.­The Self Disclosure of God.­New­York:­State­University­of­New­York­Press,­1998.
—.­The Sufi Path of Knowledge: Ibn al­'Arabi's Imaginal World.­New­York:­SUNY­Press,­
1989.
Faqihsutan,­Nurasiah.­2005.­Meraih Hakikat Melalui Syariat.­Bandung:­Mizan.­
Frager,­Robert.­2002.­Hati, Diri, dan Jiwa: Psikologi Sufi untuk Transpormasi.­Jakarta:­
Serambi.­

safina

Volume 01/Nomor 01/Maret 2016

55