PERUBAHAN POLA PERGERAKAN DAN KINERJA JA

CRITICAL REVIEW
PERUBAHAN POLA PERGERAKAN DAN KINERJA
JARINGANTRANSPORTASI SEBAGAI DAMPAK
PENGEMBANGAN KAWASANSTRATEGIS DI PUSAT
KOTA BEKASI
Tugas I Mata Kuliah Transportasi Kota II

oleh:

ATINA ILMA
3612 100 018

BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pergerakan terbentuk akibat adanya aktivitas yang dilakukan bukan di tempat
tinggalnya. Artinya, keterkaitan antar wilayah ruang sangatlah berperan dalam
menciptakan perjalanan dan pola sebaran tata guna lahan sangat mempengaruhi pola
perjalanan orang (Tamin, 1997).
Penyebab perjalanan adalah adanya kebutuhan manusia untuk melakukan kegiatan
dan mengangkut barang kebutuhannya. Setiap suatu kegiatan


pergerakan

mempunyai zona asal dan tujuan, dimana asal merupakan zona yang menghasilkan
perilaku pergerakan, sedangkan tujuan adalah zona yang menarik pelaku melakukan
kegiatan.
Pembangunan Kawasan Summarecon Bekasi (KSB) merupakan salah satu bagian
dari Kawasan Strategis Pusat Kota Bekasi yang diharapkan mampu meningkatkan
perekonomian Kota Bekasi. Di sisi lain, pembangunan compact city ini akan
menambah pola pergerakan transportasi di kawasan sekitarnya, karena tingginya
bangkitan dan tarikan yang ditimbulkan. Akibatnya, terjadi pembebanan jaringan
jalan.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pembangunan KSB Bekasi
terhadap pola pergerakan dan kinerja jaringan jalan di sekitar kawasan tersebut.

1.2 Tujuan Penelitian
Tujuan diadakannya penelitian ini antara lain:
1. Teridentifikasinya bangkitan dan tarikan pergerakan rencana guna lahan KSB
Bekasi
2. Teridentifikasinya dampak pembangunan KSB Bekasi terhadap perubahan pola

pergerakan dan tingkat pelayanan jalan di wilayah studi yang ditinjau dari
pembebanan matriks asal tujuan (MAT)

BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Ringkasan Penelitian
Berdasarkan hasil analisis, penggunaan lahan di KSB Bekasi direncanakan sebagai
kawasan pemukiman (perumahan horizontal dan vertikal), perkantoran, fasilitas
umum dan sosial.
Penelitian ini mengidentifikasi dampak pembangunan KSB Bekasi terhadap
perubahan volume pergerakan dan kinerja jaringan jalan di Kota Bekasi dikembangkan
dua skenario, yaitu (1) pembebanan jaringan jalan tanpa pembangunan KSB Bekasi
dan (2) pembebanan jaringan jalan dengan pembangunan KSB Bekasi.
No

1
2
3

4

5

6

Guna Lahan

Mall
Rukan/ruko
Mix use
Apartemen dan hotel
Retail mall
Perkantoran
Balai pertemuan
Perumahan
Fasilitas Umum
Rekreasi Danau
Taman
Fasilitas Sosial
Sekolah
Kantor pemerintah

Kantor polisi
Pemadam Kebakaran
Sarana Peribadatan
TOTAL

Bangkitan
Oi
(smp/jam)
693
342

Tarikan
Dd
(smp/jam)
2543
1249

1033
195
2438

75
791

886
718
11378
348
191

27,5
0,1225

27,5
0,1225

0,4
8
4,05
4,05
11

5.622

3
38
18,9
18,9
11
17.430

Sumber: Hasil analisis, 2012
Hasil perhitungan bangkitan dan tarikan KSB menunjukkan bahwa tarikan
pergerakan lebih besar daripada bangkitan pergerakan (Dd > Oi) dengan selisih
sebesar 11.808 smp/jam. Hal ini menunjukkan bahwa KSB akan mengubah orientasi
pergerakan pada jam puncak pagi hari yang berasal dari zona eksternal menuju
kawasan pusat Kota Bekasi. Perubahan pola pergerakan pada wilayah internal bagian
barat Kota Bekasi menunjukkan bahwa permintaan perjalanan menuju fasilitas
perdagangan dan jasa yang ada di wilayah tersebut berkurang dengan adanya KSB.
Selain itu, perubahan pola pergerakan juga terjadi hampir pada seluruh kelurahan
yang berada di SPPK Bekasi Utara seperti Kelurahan Pejuang, Kali Baru, Harapan Jaya,


Harapan Baru, dan Teluk Pucung. Hal ini menunjukkan bahwa KSB akan menarik
pergerakan khususnya yang berasal dari SPPK Bekasi Utara.
Melalui hasil analisis, diperoleh data perubahan tingkat pelayanan jalan. Tingkat
pelayanan jalan dibagi menjadi dua, yaitu:
1. Tingkat pelayanan jalan eksternal
a. Arah menuju pusat kota
Jalan Ir. Juanda yang merupakan jaringan jalan arteri primer mengalami
penurunan LoS yang cukup signifikan, dikarenakan fungsinya sebagai jalan
utama yang melayani pergerakan internal dan eksternal. Sementara itu, ruas
jalan arteri sekunder yang mengalami penurunan tingkat pelayanan adalah Jalan
Raya Karang Satria yang merupakan jalan penghubung wilayah eksternal bagian
utara Kota Bekasi. Jalan kolektor primer yang mengalami penurunan tingkat
pelayanan ialah Jalan Babelan Raya yang merupakan jaringan jalan utama
menuju Kecamatan Babelan. Namun peningkatan LoS terjadi pada Jalan Pekayon
Raya yang menunjukkan akan terjadi pengurangan pembebanan pada ruas jalan
tersebut.
b. Arah menjauhi pusat kota
Keberadaan KSB tidak menimbulkan pembebanan pergerakan yang
signifikan pada ruas jalan eksternal dengan arah menjauhi pusat kota.
Perubahan tingkat pelayanan jalan hanya terjadi pada adalah Jalan Pekayon

Raya yang meningkat dari LoS E menjadi LoS D, Jalan Pahlawan yang
meningkat dari LoS C menjadi B, dan Jalan Kaliabang yang menurun dari LoS
D menjadi LoS E.
2. Tingkat pelayanan jalan internal
a. Arah menuju kawasan Summarecon
KSB menimbulkan pembebanan pergerakan pada ruas jalan internal yang
signifikan sehingga menurunkan tingkat pelayanan beberapa ruas jalan internal
dengan arah menuju Kawasan Summarecon.
b. Arah menjauhi kawasan Summarecon
Kawasan Summarecon akan menghasilkan penurunan tingkat pelayanan
jalan pada ruas jalan internal dengan arah keluar dari pusat kota namun tidak
signifikan. Penurunan ini dapat dilihat dari penurunan jumlah ruas jalan yang

memiliki tingkat pelayanan baik dari tiga belas ruas jalan menjadi dua belas
ruas jalan dengan presentase panjang ruas jalan yang memiliki tingkat
pelayanan baik berkurang dari 84% menjadi 78%.

2.2 Critical Review
Pertumbuhan pesat Kota Jakarta berdampak pada kota-kota di sekitarnya.
Pengembangan Kawasan Summarecon Bekasi merupakan salah satu langkah yang

dilakukan oleh pemerintah Kota Bekasi untuk mewujudkan Kota Bekasi sebagai kota
penyeimbang kota Jakarta. KSB sebagai kota kompak, yang menyediakan fasilitas
terpusat dalam satu kawasan, diharapkan mampu meningkatkan perekonomian Kota
Bekasi.
Pembangunan suatu wilayah pada dasarnya akan berpengaruh terhadap kawasan
di sekitarnya. Pengembangan kawasan ini juga berdampak pada perubahan pola
pergerakan dan kinerja jaringan jalan di pusat Kota Bekasi. Hal ini disebabkan oleh
lokasi pengembangan KSB terletak di pusat kota serta fungsi lahan yang beragam dan
terpusat, sehingga bangkitan dan tarikannya cukup tinggi.
Untuk melihat bangkitan dan tarikan pergerakan KSB dilakukan identifikasi
karakterisitik bangkitan pergerakan dengan didasarkan pada hasil studi Maria dkk.
(1997) mengenai dampak perkembangan Kotabaru di Tangerang (studi kasus: Kota
Modern, Gading Serpong, dan Alam Sutera). Berdasarkan hasil studi yang dilakukan
oleh Maria didapatkan karakterisitik bangkitan pergerakan penduduk pada suatu kota
baru. Metode studi ini dilakukan dengan asumsi bahwa karakterisitk pergerakan KSB
akan mendekati karakterisitik pergerakan kawasan-kawasan mandiri yang telah ada.
Namun, kelemahan penggunaan metode ini adalah, hasil studi yang telah dilakukan
di daerah Kotabaru mempunyai kemungkinan besar hasil yang berbeda di KSB.
Rencana guna lahan perkantoran dan perdagangan skala kota yang menyumbang
77% tarikan pergerakan dari tarikan pergerakan total KSB, merupakan faktor paling

berpengaruh dalam meningkatkan permintaan perjalanan menuju kawasan ini.

Diagram 1 Tarikan yang dihasilkan KSB

Dengan adanya tarikan yang sangat besar, maka pola pergerakan di ruas jalan
menuju KSB akan semakin tinggi.
Selain itu, diketahui bahwa tempat tinggal (apartemen dan perumahan) merupakan
salah satu aspek yang mendominasi presentase bangkitan di KSB, yakni 19%
apartemen dan hotel serta 14% perumahan.

Diagram 2 Bangkitan yang dihasilkan KSB

Kota Bekasi memiliki daya tarik tersendiri sebagai akibat dampak pertumbuhan
pesat Kota Jakarta. Mahalnya harga lahan di pusat kota metropolitan Jakarta,
menyebabkan masyarakat mencari lahan di pinggiran kota. Fenomena ini kemudian
disebut sebagai urban sprawl. Oleh karena itu, permintaan akan lahan pemukiman
semakin besar.
Di sisi lain, pembangunan KSB juga memberikan dampak positif. Pembangunan KSB
pada satu sisi akan meningkatkan pembebanan pada Kawasan Pusat Kota tetapi di
sisi lain memiliki pengaruh positif terhadap pengurangan beban pergerakan pada

kawasan-kawasan yang berada di Kawasan Pusat Kota yang memiliki
beban pergerakan yang tinggi. Dengan adanya tarikan pergerakan yang besar

dari KSB, maka akan terjadi perubahan pergerakan karena kawasan atau zona yang
lebih dekat dengan KSB akan terlayani oleh fasilitas-fasilitas yang terdapat di KSB
secara langsung. Dengan demikian Kawasan Summarecon Bekasi tidak hanya akan
meningkatkan pergerakan menuju Kawasan Pusat Kota tetapi juga menurunkan
intensitas pergerakan menuju zona-zona di bagian barat Kota Bekasi yang berbatasan
dengan Kota Jakarta.

2.3 Solusi
Melalui hasil penelitian di atas, pengembangan Kawasan Summarecon Bekasi
berdampak pada perubahan tingkat pelayanan jaringan jalan dan pertambahan
permintaan perjalanan dari dan menuju wilayah tersebut. Hal itu dapat diatasi dengan
penerapan konsep transit oriented development (TOD).
TOD adalah salah satu model pendekatan pengembangan kota yang mengadopsi
tata ruang campuran dan maksimalisasi penggunaan angkutan massal. Dengan
demikian, perjalanan akan didominasi dengan menggunakan angkutan umum yang
terhubung langsung dengan tujuan perjalanan.
Adapun strategi utama yang harus diterapkan dalam mendukung konsep TOD ini
adalah:
a. Optimalisasi pelayanan sarana transportasi publik
Angkutan umum merupakan salah satu pelayanan publik yang sangat vital, hal
ini dikarenakan angutan umum merupakan sarana transportasi yang paling
efektif dan efisien, mengurangi pembebanan pada jaringan jalan, serta dapat
menjangkau seluruh lapisan masyarakat. Oleh karena itu, optimalisasi
pelayanan sarana transportasi publik direkomendasikan dilakukan. Pelayanan
yang diutamakan adalah jumlah moda, frekuensi lewat, kualitas pelayanan
moda, dan sistem operasional. Selain itu, pengembangan mass rapid transit
yang mampu mengangkut penumpang dengan jumlah yang banyak (massal)
dengan

frekuensi

dan

kecepatan

yang

sangat tinggi (rapid) sangat

direkomendasikan.
b. Revitalisasi jalur khusus pedestrian dan pengendara sepeda
Pemberdayaan kembali moda transportasi non motor dapat dilakukan sebagai
salah satu solusi pengurangan beban jalan di Kota Bekasi. Namun, hal ini harus

didukung dengan pola tata ruang dan akses yang baik, di mana fasilitas umum
dan sosial dapat dicapai dengan mudah. Hal yang harus diperhatikan adalah
revitalisasi jalur khusus pejalan kaki (trotoar) serta pengendara sepeda. Selama
ini, kedua jalur tersebut sering dialihfungsikan sebagai tempat perdagangan
informal (PKL) maupun sebagai jalur lintas pegendara sepeda motor. Oleh
karena itu, regulasi yang tegas untuk menertibkan kedua jalur ini tentu sangat
diperlukan.

BAB III
DAFTAR PUSTAKA
Radityatama, Derry dkk. 2012. Perubahan Pola Pergerakan Dan Kinerja Jaringan

Transportasi Sebagai Dampak Pengembangan Kawasan Strategis Di Pusat Kota
Bekasi. Bandung: Jurnal Perencanaan Wilayah dan Kota A V1N2.
Chairunnisa, Yane. 2012. Kajian Penyediaan Dan Pemanfaatan Pelayanan Transportasi

Publik Di Kota Bekasi. Jogjakarta.
penataanruang.go.id/bulletin/index
debbyrahmi.blogspot.com.es/2010/08/urban-sprawl-dan-kingkungan.html?m=1