MUKIDI DAN PERSOALAN BANGSA peran

MUKIDI DAN PERSOALAN BANGSA
Oleh: Imadduddin Parhani

Beberapa minggu terakhir ini, jagat media sosial Indonesia menjadi semakin bergairah dengan
kehadiran sosok Mukidi dengan cerita humornya yang mengocok perut. Mukidi sebenarnya adalah
tokoh fiktif yang diciptakan oleh Soetanto Moechlas pada sekitar tahun 1990 an. Nama Mukidi sendiri
terinspirasi dari salah satu bagian film di warkop DKI. Tokoh Mukidi dengan ceritanya yang penuh canda
tawa ini dapat berwujud anak-anak, remaja, dewasa, bahkan orang yang sudah berkeluarga.
Kehadiran Mukidi ini bisa menjadi pertanda yang sangat baik karena ternyata kita masih bisa
tertawa lepas ditengah-tengah permasalahan yang mendera hidup kita. Hanya orang yang memiliki
kepekaan humor atau sense of humor saja yang dapat tertawa dengan lepas ketika membaca Mukidi
dengan segala permasalahannya. Mukidi menjadi sebuah ventilator masyarakat atau pelarian
masyarakat dari berbagai persoalan hidup selama ini. Persoalan hidup itu seperti persoalan ekonomi,
sosial, psikologis, politik, hukum, dan kebangsaan yang semakin kesini semakin membesar.
Sesungguhnya Mukidi adalah sebuah cerminan dari diri kita sendiri. Hal ini dikarenakan ceritacerita lucu yang diproduksi dengan sangat kreatif dengan Mukidi sebagai tokoh sentralnya ini sangat
dekat dengan realitas lingkungan kehidupan kita sendiri. Sebenarnya pada saat kita tertawa terbahakbahak membaca humor Mukidi, sesunggungguhnya pada saat yang bersamaan pula kita sebenarnya
sedang mentertawakan diri kita sendiri yang kadang bersikap dan berperilaku bodoh, konyol, somboh,
iri, dengkin dan selalu mengalami kesulitan hidup. Mukidi mencoba memotret secara objektif
kehidupan kita yang terkadang menyedihkan tersebut dengan menggunakan kacamata humor.
Virus Mukidi ini sudah menyebar kemana-mana dan sudah sangat sulit dikendalikan.
Penyebaran virus Mukidi ini berkat kecanggihan media sosial. Selain itu penyebaran virus Mukidi ini

sangat cepat terjadi karena adanya faktor kesamaan nasib antara Mukidi si penyebar virus dengan kita
sebagai pembaca berita atau penerima virus ini sendiri. Kesamaan anatara apa yang dirasakan Mukidi
dengan apa yang juga kita rasakan. Meskipun banyak yang sudah terjangkiti virus Mukidi ini, namun
tetaplah bersikap sewajarnya jangan merasa khawatir dan tersinggung karena Mukidi tidaklah
berbahaya. Nikmati saja humor-humor kreatif dari Mukidi. Karena Mukidi itu adalah diri kita sendiri.
Coba kita simak salah satu contoh humor yang dikemukakan oleh Mukidi. Suatu ketika saat
pula g da iu Tahlila . Mukidi M ditegu oleh seo a g Waha i W . Waha i: da i a a Pa Mukidi .
Mukidi: da i pula g da i Tahlila . Waha i: ja ga tahlila , itu id’ah, pe uata jahiliyah . Mukidi:
wah, apa ya ya g jahiliyah, uka kah A u Laha da A u Jahal juga gak tahlila . Waha i: Tahlila itu
t adisi Hi du . Mukidi: Ka u ga o, a a ada orang Hindu baca surat Yasin, bertasbih, berzikir, dan
e shalawat? . Waha i: tapi a a a tahlila ada dalil-dalil ya di kita Weda. Mukidi: pa tas saja ka u
maki ga o, ya i dalil kok di kita Weda, a i dalil di Al u ’a da Hadis. Waha i: Tapi ga ada dalil
Tahlila dala Al u ’a da Hadis . Mukidi: Ka u ga o lagi, tahlila itu ahasa I do esia, ya jelas gak
ada kata tahlila dala Al u ’a da Hadis ya g ahasa Arab. Wahabi: tapi e gi i ka pahala a aa

AlQu ’a dala tahlila itu gak akal sa pai . Mukidi: dite i a atau tidak ki i a itu u usa Allah
bukan urusan kamu, sudahlahdari pada ngaco, kamu mati saja, nanti aku tahlilkan, kalau pahalanya gak
sampai, ya kamu balik kembali aja lagi
Membaca humor Mukidi diatas kita dibawa untuk melihat jauh kedalam diri kita dan lingkungan
sekitar kita. Sosok Mukidi yang digambarkan dalam cerita humor tersebut adalah sebagai orang yang

tidak mau kalah dan merasa paling benar. Mengakui atau tidak mengakui sebenarnya penggambaran
sosok Mukidi dalam cerita tersebut sangatlah banyak disekitar kita. Tentu dalam konteks dan situasi
yang berbeda-beda. Pada saat membaca cerita humor tersebut kita diajak tertawa lepas dan pada saat
yang bersamaan sekaligus juga ditampar wajah kita karena jangan-jangan sosok tokoh yang ada di dalam
cerita Mukidi itu adalah diri kita sendiri. Cerita humor Mukidi ini membuka mata kita tentang realita
yang sesungguhnya terjadi di lingkungan masyarakat saat ini.
Pada sisi lain, kehadiran Mukidi di tengah-tengah kita merupakan obat sementara dari sejumlah
kekecewaan yang mungkin tidak akan pernah selesai permasalahannya.hal ini karena, masyarakat saat
ini mulai kehilangan tokoh figur yang memberi suri tauladan yang baik dan dapat merepleksikan
perasaan dan pikiran kebanyakan masyarakat. Sehingga masyarakat berusaha dengan keras mencari
tokoh yang dapat menjawab sejumlah masalah yang terjadi di tengah-tengah masyarakat. Pencarian
yang panjang tersebut tidak jarang memunculkan kegalauan dan keputusasaan. Dalam posisi
keputusasaan itulah, lahirlah Mukidi yang dapat menjadi pelarian dan menjawab pertanyaanpertanyaan yang ada di benak masyarakat. Meskipun obat penghilang rasa sakit ini bersifat sementara
namun setidaknya Mukidi dapat menjadi penyeimbang dari ketidakberdayaan yang dirasakan oleh
sebagian besar masyarakat.
Pada akhirnya, sebaiknya pemerintah atau pembuat kebijakan di Pusat maupun di daerah
mampu membaca dan menanggapi cerita Mukidi ini dengan arif dan bijaksana sebagai sebuah pesan
yang coba disampaikan oleh masyarakat kepada penguasanya mengenaai permasalahan yang tengah
dihadapi oleh masyarakat saat ini. Mukidi dapat menjadi indikator atau tolak ukur atas apa yang terjadi
dilapangan saat ini. Diharapakan dengan adanya tanggapan dari pemerintah akan dihasilkan sebuah

pemecahan masalah dan pengambilan keputusan yang sama-sama membawa kesejahteraan bagi
rakyat.

Penulis adalah Tenaga Pengajar di Fakultas Ushuluddin dan Humaniora IAIN Antasari Banjarmasin.

Dipublikasikan di Media Kalimantan pada 9 September 2016.