PREDIKSI DISTRIBUSI DAN KELIMPAHAN DARI

OSEANOGRAFI PERIKANAN
PREDIKSI DISTRIBUSI DAN KELIMPAHAN DARI PERSEDIAAN IKAN
YANG DITENTUKAN BERDASARKAN KONDISI LINGKUNGAN

TAUFIK RACHMAN
12912036

PRODI OSEANOGRAFI
FAKULTAS TEKNOLOGI DAN ILMU KEBUMIAN
INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG
2015

PRAKATA

Stock dalam perikanan merupakan sebuah pengertian kuantitas dalam populasi atau jenis ikan

tertentu dimana parameter intrinsiknya (kelahiran, perkembangan, dan kematian) merupakan
faktor signifikan yang mempengaruhinya. Naik turun jumlah populasi dapat pula disebut
dinamika

ketersediaan


populasi.

Pembelajaran identifikasi kelimpahan biasa menggunakan

konsep stock untuk menentukan ketahanan reproduksi terhadap eksploitasi, sebagai alat utama
untuk mengidentifikasi populasi (Iles and Sinclair, 1982). Kelimpahan satu populasi ikan
bergantung pada posisi populasi dalam rantai makanan, dimana hal tersebut akan menentukan
waktu kelimpahan populasi tersebut di suatu tempat.
Dinamika populasi merupakan satu siklus dimana satu fase dan fase lainnya akan saling
mempengaruhi. Kematian massal di satu fase akan berpengaruh pada kuantitas pada fase lain
dalam satu populasi. Waktu, adalah komponen yang sangat dibutuhkan dalam proses perikanan
dimana ikan tidak seketika muncul berada dalam fase recruitment , namun di belakang kondisi
ikan siap tangkap pasti ada proses pembiakan dan pematangan ikan dengan variable lingkungan
yang mempengaruhi proses pembiakan dan pematangan. Kondisi tersebut sering dilupakan
manusia dimana manusia hanya mengeksploitasi dengan melupakan proses yang terjadi
sebelumnya. Hal tersebut yang sering menimbulkan apa yang disebut over-fishing.
Harapan penulis semoga makalah ini bisa memberi pengetahuan lebih tentang pentingnya proses
pembiakan dan perkembagan ikan sebelum dilakukan penangkapan ikan lebih lanjut.


Penulis

TUJUAN
Mengetahui faktor lingkungan yang mempengaruhi dinamika populasi yang berujung pada
pengaruhnya terhadap kuantitas ikan dalam lingkungan yang berbentuk kelimpahan maupun
stock

LATAR BELAKANG
Perkembangan teknologi sangat berpengaruh pada dunia perikanan. Kita bisa mengetahui
dimana ikan banyak berada, kita bisa mengetahui daerah upwelling yang nantinya akan
mempengaruhi kelimpahan ikan. Prediksi-prediksi tersebut berguna jika ada ikan yang bisa kita
tangkap. Seperti yang diketahui, jumlah tangkapan nelayan dan landings ikan-ikan beberapa
tahun belakangan cenderung berkurang. Faktor alam memang dominan menyebabkan hal
tersebut sebagai faktor yang secara tidak langsung mempengaruhi perikanan dari manusia,
namun faktor yang langsung mempengaruhi perikanan dari manusia juga besar berpengaruh.
Untuk dapat mempertahankan kuantitas ikan tangkapan, bahkan mengembangkannya agar
jumlah tersebut bertambah, kita perlu mengetahui faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi
kelimpahan ikan dan stock. Lebih dari itu, campur tangan manusia juga menentukan arah tren
perikanan tersebut, apakah akan positif atau negatif. Rekayasa lingkungan yang mungkin akan
manusia lakukan sejatinya harus terlebih didahului dengan pengungkapan aspek-aspek yang

mempengaruhinya, agar tujuan yang dilakukan rekayasa tersebut tepat sasaran.
Makalah

ini menjabarkan komponen-komponen lingkungan yang mempengaruhi dinamika

populasi ikan yang berujung pada naik turunnya kelimpahan dan stock ikan. Pembahasan
tersebut dilanjutkan dengan contoh penelitian yang dilakukan dengan menerapkan teori-teori
yang sudah diutarakan sebelumnya.

TEORI DASAR
Di zaman modern ini, pekerjaan-pekerjaan secara bertahap mengadopsi sains dan statistik ke
dalam setiap program kerjanya, hal itu pun terjad di bidang perikanan. Hal-hal seperti variabilitas
lingkungan bahkan kegiatan penangkapan ikan itu sendiri mempengaruhi dinamika populasi atau
jumlah panen dari stock ikan. Pemahaman tersebut membuat ilmuan bekerja untuk memprediksi
kelimpahan ikan di suatu tempat agar penangkapan nelayan di daerah tersebut efektif. Selain
meningkatkan efektifitas nelayan dalam penangkapan, sains dan statistik juga dapat digunakan
untuk mencegah kepunahan ikan akibat over-fishing di sebuah fishing ground. Dengan
banyaknya manfaat yang didapat dalam bidang perikanan laut, maka ilmu-ilmu yang dapat
terkait seperti oseanografi dan geodesi semakin sering digunakan dan dikembangkan dalam
beberapa tahun belakangan ini.


Produksi skala global
dalam sektor
perikanan dan
aquaculture
Sumber: FAO

Fitoplankton merupakan produsen primer di lautan, dimana mereka mendapat makanan dari hasil
fotosintesis (bahan-bahannya didapat dari nutrient yang terkandung di laut dan sinar matahari).
Sebagai produsen primer di lautan, kebanyakan makhluk hidup di laut bergantung secara
langsung dan tidak langsung dari pertumbuhan dan reproduksi fitoplankton. Predator besar
(seperti tuna) tidak mengkonsumsi fitoplankton, namun mereka mengonsumsi ikan kecil; dimana
ikan kecil mengonsumsi zooplankton; dan zooplankton mengonsumsi fitoplankton. Rantai
makanan seperti itulah yang diteliti dan walaupun dalam jangka waktu yang lama bisa digunakan
untuk memprediksi kelimpahan ikan yang dibutuhkan, sehingga di beberapa negara maju,
keberadaan dan kelimpahan phytoplankton ini biasa dicari menggunakan satelit sebagai tanda

awal

dugaan


terjadinya

kelimpahan.

Faktor-faktor

yang

mempengaruhi

kelimpahan

phytoplankton di laut adalah sebagai berikut:

[1] Cahaya
Cahaya digunakan phytoplankton untuk proses fotosintesis. Laju fotosintesis akan tinggi bila
intensitas cahaya tinggi dan menurun bila intensitas cahaya berkurang. (Nybakken, 1988) dan
Wetzel (1975) menyatakan bahwa kelimpahan phytoplankton dipengaruhi oleh intensitas
cahaya. Intensitas cahaya yang terlalu kuat akan merusak enzim fito-oksidatif phytoplankton

akibatnya phytoplankton yang tidak tahan akan mati. Bebarapa kelas phytoplankton seperti
Cyanophyceae (Blue Green Algae-BGA) dapat tumbuh baik pada intensitas cahaya yang tinggi
(suhu > 29o C) sedangkan untuk Chlorophyceae dan Diatom menjadi faktor penghambat

[2] Nutrien
Nutrien dibutuhkan untuk pertumbuhan phytoplankton.

Keberadaan phytoplankton berkaitan

erat dengan nutrien yang tersedia, terutama karbon, nitrogen, phosfor, dan kalium, serta silica
untuk kelompok diatom.

a. Carbon

Sumber karbon yang dapat dimanfaatkan phytoplankton sebagian besar

adalah karbon

anorganik dalam bentuk CO 2 dan Bicarbonat. CO 2 di perairan tambak berasal dari difusi dari
udara dan proses respirasi organisme heterotrof dan dekomposer


(bakteri pengurai) maka

biasanya CO 2 tersedia dalam konsentrasi yang mencukupi dan bukan sebagai faktor pembatas
bagi pertumbuhan phytoplankton. Karbon anorganik tersebut akan diubah menjadi karbohidrat
dalam proses fotosintesis.

b. Nitrogen dan Phosphor

Nitrogen dan Phosphor merupakan faktor pembatas bagi pertumbuhan phytoplankton. Jenis
nitrogen yang dapat dimanfaatkan secara langsung adalah ammonia bebas (NH3 ) dan nitrat (NO 3 ) sedangkan bentuk phosphor adalah ortophosphate (HPO 4-)atau hubungan keduanya lebih
dikenal dengan rasio N/P. Rasio N/P yang tepat akan menghasilkan pertumbuhan phytoplankton
yang tepat pula, sehingga akan terjadi stabilitas ekosistem tambak melalui berbagai mekanisme
(Chien, 1992).

Apabila rasio nutrien tersebut tidak tepat, maka muncul phytoplankton dari

kelompok yang tidak diharapkan sehingga dapat mengganggu stabilitas lingkungan, bahkan
mematikan udang (Poernomo, 1988). Adanya perbedaan rasio N/P yang terdapat diperairan
merupakan indikasi


timbulnya perbedaan jenis phytoplankton yang mendominasi perairan

tersebut sehingga menimbulkan warna yang berbeda. Rasio N/P dapat dihitung dengan membagi
jumlah nitrogen anorganik (Ammonia+Nitrat+Nitrit) dengan phosphor anorganik dalam bentuk
ortophosphate (PO 4 -).

Perbandingan Rasio N/P yang diharapkan untuk menumbuhkan jenis

chlorophyceae dan Bacillariophyceae (Diatom) adalah 10-20/1 lebih baik mendekati 16/1 agar
dapat tumbuh dengan stabil, perbandingan N/P yang rendah 386 mm, sedangkan optimum size merupakan pengurangan persentase mature dengan
mega-spawners.

Persentase tangkapan ikan kakap
di California Selatan berdasarkan
kategori umur yang relatif
terhadap ukuran panjang ikan
Sumber: NOAA

Penangkapan dan eksploitasi ikan.Jumlah tangkapan ikan, baik yang didaratkan oleh nelayan


maupun pemancing rekreasi berfluktuasi dari tahun ke tahun dalam 60 tahun terakhir. Namun
yang jelas terjadi dalam satu dekade terakhir adalah jumlah pendaratan ikan kakap mengalami
tren penurunan. Hal yang ditakutkan oleh pemerintah adalah eksploitasi berlebihan yang terjadi
dapat menyebabkan kepunahan atau habisnya stok ikan kakap di California Selatan.

Tren pendaratan ikan (bar
berwarna abu) dan catch per
unit effort (CPUE) dari
penangkapan ikan kakap oleh
nelayan komersil (A) dan
pemancing rekreasi di
California Selatan
Sumber: California
Departement of Fish (A) dan
California Recreational
Fisheries Survey (B)

Lalu untuk menginvestigasi tren nilai eksploitasi per tahun (u) dengan membuat kurva tangkapan
per tahun, maka dapat kita gunakan data tangkapan ikan berdasarkan panjangnya. Nilai

terjadinya eksploitasi didapat dari slope garis regresi di garis kurva yang menunjukan penurunan

(nilai kematian seketika) dan hubungannya dengan ekspektasi tahunan kematian alami (v), total
kematian per tahun (A), dan total ikan hidup per tahun (S) dimana S = e-z, A = 1-S, dan v =
MA/Z. Koefisien kematian alami (M) didapat dari persamaan Pauly (1980), menggunakan
parameter umur dan perkembangan dengan rata-rata temperature air per tahun adalah 17 0 C.
Nilai eksploitasi dari dua
jenis ikan kakap dari
tahun 1975 hingga 2012.
Garis putus-putus
menunjukan rata-rata
nilai eksploitasi dari
interval waktu tersebut

Dampak dari eksploitasi berlebihan adalah menurunnya penangkapan ikan di California Selatan.
Beberapa blok penangkapan bahkan mengalami penurunan hingga lebih dari 50% pada periode
2005-2012. Eksploitasi berlebihan akan mempengaruhi jumlah benih yang tercipta dan benih
tersebut juga akan mempengaruhi jumlah ikan siap tangkap di kemudian hari. Maka tidak etis
jika kita hanya menyalahkan global warming sebagai penyebab menurunnya tangkapan ikan,
karena manusia juga mempunyai andil dalam penurunan jumlah tangkapan ikan, bahkan perilaku

manusia yang serakah tersebut bisa menyebabkan habisnya stok ikan dalam suatu daerah.
Persentase perubahan
dalam catch per unit
effort (CPUE) dalam
sebuah blok
penangkapan saat
musim pembiakan
(Juni-Agustus) untuk
barred bass (A) dan
kelp bass (B) di
California Selatan
antara tahun 2000
hingga 2012
Sumber: California
Departement of Fish
and Wildlife

KESIMPULAN
-

Perkembangan stock dan recruitment didasari oleh sebuah sistem kompleks yang terdiri
dari berbagai aspek lingkungan hidup populasi (seperti predator, iklim, makanan,
eksploitasi, dan lain-lain)

-

Juvenile dan recruitment dalam perikanan merupakan dua hal yang tidak bisa dipisahkan

karena satu sama lain saling mempengaruhi masing- masing fase hidup ikan
-

Masa-masa ikan yang rentan terhadap lingkungan seperti saat fase larva mempengaruhi
adaptasi ikan tersebut terhadap lingkungan, ikan-ikan yang selamat dalam kondisi
ekstrim, dengan sebuah sistemnya yang kompleks, akan meningkatkan daya tahan
populasi terhadap perubahan lingkungan

-

Interaksi antar komunitas mempengaruhi kelimpahan satu populasi dengan yang lainnya,
karena terjadinya simbiosis antar populasi

-

Sistem predator-mangsa bukanlah satu sistem satu arah, namun mangsa bisa menjadi
predator untuk predatornya dengan memangsa larva atau telur predator

-

Kelimpahan ikan di suatu daerah tidak mutlak berdasarkan perubahan iklim yang terjadi,
pengaruh manusia dalam konservasi atau eksploitasi juga mempengaruhi kelimpahan
ikan

DAFTAR PUSTAKA
Beverly, Steve. A Beginner’s Guide to Using Remote Sensing for Offshore Tuna Fishing.
Secretariat of the Pacific Community, New Caledonia, USA. 2011.
Durant J.M, Stenseth N.C [2013]. “Harvested Fish Stocks in a Changing Environment”. Marine
Ecology Progress Series Vol. 480 Pg. 199-203.
Jarvis E.T, Gliniak H.L, Valle C.F [2014]. “Effects of Fishing and the Environment on the longterm Sustainability of the Recreational Saltwater Bass Fishery in Southern California”.
California Fish and Game 100(2): 234-259.
R.M. Laurs. Application of Satellite Remote Sensing to U.S. Fisheries . National Marine Fisheries
Service, Southwest Fisheries Center, La Jolla, USA. 1989.
Stige L.C, Hunsicker M.E, Bailey K.M, Yaragina N.A, Hunt G.L Jr [2013]. “Predicting Fish
Recruitment from Juvenile Abundance and Enviromental Indices. Marine Ecology Progress
Series Vol. 480 Pg. 245-261.