PRINSIP DAN MODEL PENGEMBANGAN KURIKULUM
PRINSIP DAN MODEL PENGEMBANGAN
KURIKULUM
“Ditujukan untuk memenuhi tugas”
Mata Kuliah
: Pengembangan Kurikulum
Dosen
: Enni, Suhenni, M.Pd
Jurusan
: Tarbiyah - PAI (VI –Eksekutif )
Di susun Oleh
Kelompok 5 (Lima )
- Muhammad Jawhir
- Nurhayati S
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM JAM’IYAH
MAHMUDIYAH TANJUNG PURA - LANGKAT
TAHUN PERIODE : 2017- 2018
KATA PENGANTAR
Syukur Alhamdulillah penulis panjatkan kehadirat Tuhan yang maha Esa
atas ridho dan hidayahnya sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas Makalah
ini
dengan
penuh
keyakinan
serta
usaha
maksimal.
Semoga
dengan
terselesaikannya tugas ini dapat memberi pelajaran positif bagi kita semua.
Selanjutnya penulis juga ucapkan terima kasih Pengembangan Kurikulum
ilmu Pendidikan Islam yang telah memberikan tugas Makalah ini kepada kami
sehingga dapat memicu motifasi kami untuk senantiasa belajar lebih giat dan
menggali ilmu lebih dalam khususnya mengenai “Prinsip dan Model
Pengembangan Kurikulum ” sehingga dengan kami dapat menemukan hal-hal
baru yang belum kami ketahui.
Terima kasih juga kami sampaikan atas petunjuk yang di berikan sehingga
kami dapat menyelasaikan tugas Makalah ini dengan usaha semaksimal mungkin.
Terima kasih pula atas dukungan para pihak yang turut membantu
terselesaikannya laporan ini, ayah bunda, teman-teman serta semua pihak yang
penuh kebaikan dan telah membantu penulis.
Terakhir kali sebagai seorang manusia biasa yang mencoba berusaha
sekuat tenaga dalam penyelesaian Makalah ini, tetapi tetap saja tak luput dari
sifat manusiawi yang penuh khilaf dan salah, oleh karena itu segenap saran
penulis harapkan dari semua pihak guna perbaikan tugas-tugas serupa di masa
datang.
1
Tanjung Pura April 2018
Tim Penyusun
Kelompok 5 ( Lima )
2
DAFTAR IS
KATA PENGANTAR...............................................................................................i
DAFTAR ISI............................................................................................................ii
BAB 1......................................................................................................................1
PENDAHULUAN...................................................................................................1
A. Latar Belakang..............................................................................................1
B. Rumusan Masalah.........................................................................................1
C. Tujuan Pembahasan......................................................................................1
BAB II......................................................................................................................2
PEMBAHASAN......................................................................................................2
A. Prinsip Pengembangan Kurikulum...............................................................2
B. Model-Model Pengembangan Kurikulum....................................................5
BAB III..................................................................................................................10
PENUTUP..............................................................................................................10
A. Kesimpulan.................................................................................................10
DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................11
3
BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kurikulum merupakan salah satu komponen yang memiliki peran penting
dalam system pendidikan, karenadalamkurikulum bukan hanya dirumuskan
tentang tujuan yang harus dicapaisehingga memperjelas arah pendidikan,akan
tetapi juga memberikan pemahaman tentang pengalaman belajar yang harus
dimiliki setiap siswa.
Kurikulum dan pengajaran merupakan hal yang tidak terpisahkan walaupun
keduanya memiliki posisi yang berbeda. Kurikulum berfungsi sebagai pedoman
yang memberikan arah dantujuan pendidikan, sertaisi yang harus dipelajari.
Kurikulum tidak akan bermakna manakala tidak diimplementasikan dalam bentuk
pembelajaran, tanpakurrikulum yang jelas sebagai acuan, maka pembelajaran
tidak akan berlangsung secara efektif.
Cara untuk mengembangkan kurikulum tidaklah mudah, oleh karena itu dalam
mengembangkan kurikulum harus memperhatikan system nilai yang berlaku,
perubahan-perubahan yang terjadi di masyarakat maupun memperhatikan segala
aspek yang terdapat pada peserta didik. Kurikulum secara terus-menerus
dievaluasi dan dikembangkan agar isi dan muatannya selalu relevan deengan
tututan masyarakat yang selalu berubah sesuai dengan perkembangan zaman
maupun perkembangan ilmudan teknologi.
B. Rumusan Masalah
a. Apa saja prinsip pengembangan kurikulum?
b. Apa saja model pengembangan kurikulum?
1
C. Tujuan Pembahasan
a. Untuk mengetahui prinsip pengembangankurikulum
b. Untuk mengetahui model pengembangan kurikulum
2
BAB II
PEMBAHASAN
A. Prinsip Pengembangan Kurikulum
Prinsip-prinsip yang akan digunakan dalam kegiatan pengembangan
kurikulum pada dasarnya merupakan kaidah-kaidah atau hukum yang akan
menjiwai suatu kurikulum. Dalam pengembangan kurikulum, dapat menggunakan
prinsip-prinsip yang telah berkembang dalam kehidupan sehari-hari atau justru
menciptakan sendiri prinsip-prinsip baru. Oleh karena itu, dalam implementasi
kurikulum di suatu lembaga pendidikan sangat mungkin terjadi penggunaan
prinsip-prinsip yang berbeda dengan kurikulum yang digunakan di lembaga
pendidikan lainnya, sehingga akan ditemukan banyak sekali prinsip-prinsip yang
digunakan dalam suatu pengembangan kurikulum.
Agar kurikulum dapat berfungsi sebagai pedoma, maka ada sejumlah
prinsip
dalam
proses
pengembangannya.
Berikut
merupakan
prinsip
pengembangan kurikulum secara umum yang diangggap penting yakni:1
1. Prinsip Berorientasi Pada Tujuan
Pengembngan kurikulum diarahkan untuk mencapai tujuan tertentu, yang
bertitik tolak dari tujuan pendidikan Nasional. Tujuan kurikulum merupakan
penjabaran dan upaya untuk mencapai tujuan satuan dan jenjang pendidikan
tertentu. Tujuan kurikulum mengadung aspek-aspek pengetahuan, ketrampilan,
sikap dan nilai. Yang selanjutnya menumbuhkan perubahan tingkah laku peserta
didik yang mencakup tiga aspek tersebut dan bertalian dengan aspek-aspek yang
terkandung dalam tujuan pendidikan nasional.
2. Prinsip Relevansi (Kesesuaian)
1 Hamdani Hamid, Pengembangan Kurikulum Pendidikan. ( Bandung: CV Pustaka Setia, 2012),
hlm, 150
3
pengembanga
kurikulum
yang
meliputi
tujuan,
isi
dan
system
penyampaian harus relevan (sesuai) dengan kebutuhan dan keadaan masyarakat,
tingkat perkembangan dan kebutuhan siswa, serta serasi dengan perkembnagan
ilmu pengetahuan dan tegnologi.
3. Prinsip Efisiensidan Efektifitas.
Pengembangan kurikulum harus mempertimbangkan segi efisien dan
pendayagunaan dana, waktu, tenaga, dan sumber-sumber yang tersedia agar
dapat mencapai hasil yang optimal. Dana yang terbat harus digunakan
sedemikina rupa dalam rangka mendukung pelaksanaan pembelajaran. Waktu
yang tersedia bagi siswa belajar disekolah juga terbatas sehingga harus
dimanfaatkan secara tepat sesuai dengan tata ajaran dan bahan pembelajaran
yang diperlukan. Tenaga disekolah juga sangat terbatas, baik dalam jumlah
maupun dalam mutunya, hendaknya didaya gunakan secara efisien untuk
melaksanakan proses pembelajaran. Demikian juga keterbatasan fasilitas
ruangan, peralatan, dan sumber kerterbacaan, harus digunakan secara tepat oleh
sswa dalam rangka pembelajaran, yang semuanya demi meningkatkan efektifitas
atau keberhasilan siswa.
4. Prinsip Fleksibilitas
Kurikulum yang luwes mudah disesuaikan, diubah, dilengkapi atau
dikurangi berdasarkan tuntutan dan keadaan ekosistem dan kemampuan
setempat, jadi tidak statis atau kaku. Misalnya dalam suatu kurikulum disediakan
program pendidikan ketrampilan industri dan pertanian. Pelaksanaaan di kota,
karena tidak tersedianya lahan pertanian., maka yang dialaksanakan program
ketrampilan pendaidikn industri. Sebaliknya, pelaksanaan di desa ditekankan
pada program ketrampilan pertanian. Dalam hal ini lingkungan sekitar, keadaaan
masyarakat, dan ketersediaan tenaga dan peralatan menjadi faktor pertimbangan
dalam rangka pelaksanaan kurikulum.
4
Merupakan kurikulum harus bisa dilaksanakan sesuai dengan kondisi yang ada.
Kurikulumyang kaku atau tidak fleksibel akan sulitditerapkan. Prinsip fleksibel
memiliki dua sisi yakni :2
Fleksibel bagi guru, maksudnya kurikulum harus memberikan ruang gerak bagi
guru untuk mengembangkan program pengajarannya sesuai dengan
kondisiyang ada.
Fleksibel bagi siswa, maksudnya kurikulum harus meyediakan berbagai
kemungkinan program pilihan sesuai dengan bakat dan minat siswa.
5. Prinsip Kontiunitas
Kurikulum disusun secara berkesinambungan, artinya bagian-bagian,
aspek-spek, materi, dan bahan kajian disusun secara berurutan, tidak terlepaslepas, melainkan satu sama lain memilik hubungan fungsional yang bermakna,
sesuai dengan jenjang pendidikan, struktur dalam satuan pendidikn, tingkat
perkembangan siswa. Dengan prinsip ini, tampak jelas alur dan keterkaitan
didalam kurikulum tersebut sehingga mempermudah guru dan siswa dalam
melaksanakan proses pembelajaran.3
6. Prinsip Keseimbangan
Penyusunan kurikulum memerhatikan keseimbangan secara proposional
dan fungsional antara berbagai program dan sub-program, antara semau mata
ajaran,
dan
antara
aspek-aspek
perilaku
yang
ingin
dikembangkan.
2 Asep Hermawan Herry, Pokok Pengembangan Kurikulum dan
Pembelajaran. ( Jakarta: Universitas Terbuka, 2010) ibid, h. 98
3 Ibid, h. 99
5
Keseimbangan juga perlu diadakan antara teori dan praktik, antara unsur-unsur
keilmuan
sains,
sosial,
humaniora,
dan
keilmuan
perilaku.
Dengan
keseimbangan tersebut diaharapkan terjalin perpaduan yang lengkap dan
menyeluruh, yang satu sama lainnya saling memberikan sumbangan terhadap
pengembangan pribadi.
7. Prinsip Keterpaduan
Kurikulum dirancang dan dilaksanakan berdasarkan prinsip keterpaduan,
perencanaan terpadu bertitik tolak dari masalah atau topik dan konsistensi antara
unsur-unsusrnya. Pelaksanaan terpadu dengan melibatkan semua pihak, baik di
lingkungan sekolah maupun pada tingkat inter sektoral. Dengan keterpaduan ini
diharapkan terbentuk pribadi yang bulat dan utuh. Diamping itu juga
dilaksanakan keterpaduan dalam proses pembalajaran, baik dalam interaksi antar
siswa dan guru maupun antara teori dan praktek.
8. Prinsip Mutu
Pengembangan kurikulum berorientasi pada pendidikan mutu, yang berarti
bahwa pelaksanaan pembelajaran yang bermutu ditentukan oleh derajat mutu
guru, kegiatan belajar mengajar, peralatan,/media yang bermutu. Hasil
pendidikan yang bermutu diukur berdasarkan kriteria tujuan pendidikan nasional
yang diaharapkan.
Pemenuhan prinsip-prinsip di atas itulah yang membedakan antara
penerapan satu Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan dengan kurikulum
sebelumnya, yang justru tampaknya sering kali terabaikan. Karena prinsipprinsip itu boleh dikatakan sebagai ruh atau jiwanya kurikulum
Dalam mensikapi suatu perubahan kurikulum, banyak orang lebih terfokus
hanya pada pemenuhan struktur kurikulum sebagai jasad dari kurikulum .
6
Padahal jauh lebih penting adalah perubahan kutural (perilaku) guna memenuhi
prinsip-prinsip khusus yang terkandung dalam pengembangan kurikulum.
B. Model-Model Pengembangan Kurikulum
Untuk melakukan pengembangan kurikulum ada berbagai model
pengembangan kurikulum yang dapat dijadikan acuan atau diterapkan
sepenuhnya, diantaranya adalah:4
1. Model Administratif
Model administratife atau garis-komando (line-Staff) merupakan pola
pengembangan kurikulum yang paling awal dan mungkin yang paling dikenal.
Model pengembangan kurikulum ini berdasarkan pada cara ker ja atasan-bawahan
(top-down) yang dipandang efektif dalam pelaksanaan perubahan kurikulum.
Model administrasi/garis komando memiliki langkah-langkah sebagai berikut:
1.
Administrator Pedidikan/ Top Administrative Officers (pemimpin)
membentuk komisi pengarah.
2.
Komisi Pengarah (Steering Comittee) bertugas merumuskan rencana
umum,
mengembangkan
prinsip-prinsip
sebagai
pedoman,
dan
menyaipkan suatu pernyataan filosofi dan tujuan-tujuan untuk seluruh
wilayah sekolah.
3.
Membentuk komisi kerja pengembangan kurikilum yang bertugas
mengembangkan kurikulum secara operasional mencakup keseluruh
komponen kurikulum dengan mempertimbangkan landasan dan prinsipprinsip pengembangan kurikulum.
4 Sanjaya, Wina. Kurikulum dan Pembelajara. ( Jakarta: Kencana Prenada
Media Group, 2008), hlm, 150
7
4.
Komisi pengarah memeriksa hasil kerja dari komisi kerja dan
menyempurnakan bagian-bagian tertentu bila dianggap tidak perlu. Karena
pengembangan kurikulum model administratif ini berdasarkan konsep,
inisiatif, dan arahan dari atas kebawah, maka akan membutuhkan waktu
bertahun-tahun agar dapat berjalan dengan baik. Hal inidisebabkan adanya
tunututan untuk mempersiapkan para pelaksana kurikulum tersebut.
Dari uraian mengenai model pengembangan kurikulum administratifm kita
dapat menandai adanya dua kegiatan didalamnya:5
a.
Menyiapkan seperangkat dokumen kurikulum baru, dan
b. Menyiapkan instalasi dan implementasi dokumen.
Dengan kata lain, midel administratif/ garis-komando membutuhkan
kegiatan pemyiapan para pelaksana kurikulum melalui berbagai bentuk pelatihan
agar dapat melaksanakan kurkulum dengan baik.
2. Model Grass-Roots
Model pengembangan kurikulum ini merupakan lawan/kebalikan dari
model pertama inisiatif dan pengembangan kurikulum bukan datang dari atas
tetapi dari bawah. Bisa dikatakan model administratif bersifat top-down (atasanbawahan), sedangkan model grass – roots adalah bottom – up (dari bawah keatas).
Lebih lanjut juga bisa diketahui bahwa model pengembangan kurikulum yang
pertama digunakan dalam sistem pengelolaan pendidikan / kurikulum yang
bersifat sentralisasi, sedangkan model grass roots akan berkembang dalam sistem
pendidikan yang bersipat desentralisasi.
5 Ibid, h. 151
8
Dalam model pengembangan yang bersifat grass-roots seorang (guru)
dapat mengupayakan pengembangan komponen- komponen kurikulum dapat
keseluruhan, dapat pula sebagian dari keseluruhan komponen kurikulum atau
keseluruhan dari seluruh komponen kurikulum. Hal itu didasarkan atas
pertimbangan bahwa guru adalah perencana, pelaksana, dan juga penyempurna
dari pengajaran di kelasnya. Dialah yang paling tahu kebutuhan kelasnya, oleh
karena itu dialah yang paling kompeten menyusun kurikulum bagi kelasnya.
3. Model Beauchamp
Pengembangan kurikulum dengan menggunakan metode beauchamp
memiliki lima memiliki lima bagian pembuat keputusan. Lima tahap tersebut
adalah:
1.
Memutuskan arena pengembangan kurikulum, suatu keputusan yang
menjabarkan ruang lingkup upaya pengembangan.
2. Menetapkan personalia, yaitu siapa-siapa sajakah yang ikut terlibat dalam
pengembangan kurikulum.
3. Organisasi dan prosedur pengembangn kurikulum. Langkah ini berkenaan
dengan prosedur yang harus ditempuh dalam merumuskan tujuan umum
dan tujuan yang lebih khusus, memilih isi dan pengalaman belajar, serta
kegiatan evaluasi, dan dalam menentukan keseluruhandesain kurikulum.
4.
Implementasi kurikulu, yakni kegiatan untuk menerapkan kurikulum
seperti yang sudah diputuskan dalam ruang lingkup pengembangan
kurikulum.
9
5. Evaluasi kurikulum.
4. Model arah terbalik Taba
Sesuai dengan namanya, model pengembangan kurikulum ini terbalik dari
yang lazim dilaksanakan, yakni dari biasanya dilakukan secara deduktif menjadi
induktif, dengan urutan:6
1. mengadakan unit-unit eksperimen bersama guru-guru
2. menguji unit eksperimen
3. mengadakan refisi dan konsolidasi
4. pengembangan keseluruhan kerangka kurikulum
5. implementasi dan diseminasi
5. Model Rogers
Cari Rogers adalah seorang ahli psikologi yang berpandangan bahwa manusia
dalam
proses
perubahan
mempunyai
kekuatan
dan
potensi
untuk
berkembangsendiri. Berdasarkan pandangan tentang manusia maka rogers
mengemukakan
model
pengembangan
kurikulum
yang
disebut
dengan
modelRelasi Interpersonal Rogers
Ada empat langkah pengembangan kurikulum model rogers diantaranya adalah:
1. pemilihan satu sistem pendidikan sasaran
6 Ibid, h. 152
10
2. pengalaman kelompok yang intensif bagi guru
3.
pengembangan satu pengalaman kelompok yang intensif bagi satu kelas
atau unit pelajaran.
4. Melibatkan orangtua dalam pengalaman kelompok yang intensif.
Rogers lebih mementingkan kegiatan pengembangan kurikulum daripada rencana
pengembangan kurikulum tertulis, yakni melalui aktivitas dan interaksi dalam
pengembangan kelompok intensif yang terpilih.
6. Model Demonstrasi
Model demonstrasi pada dasarnya bersifat grass-rotss, datang dari bawah.
Model ini diprakarsai oleeh sekelompok guru atau sekelompok guru bekerja sama
dengan ahli yang bermaksud mengadakan perbaikan kurikulum. Model ini
umumnya bersekala kecil, hanya mencakup satu atau beberapa sekolah, satu
komponen kurikulum atau mencakup keseluruhan komponen kurikulum.
Menurut Smith, Stanley, dan Shores ada dua variasi model demonstrasi ini:7
1. Sekelompok guru dari satu sekolah atau beberapa sekolah ditunjuk untuk
melaksanakan suatu percobaan tentang pengembangan kurikulum.
2.
Bentuk kedua ini kurang bersifat formal. Beberapa guru yang merasa
kurang puas dengan kurikulum yang ada, mencoba mengembangkan
penelitian dan mengembangkan sendiri. Mereka mencoba menggunakan
hal-hal yang lain yang berbeda dengan yang berlaku.
7 Nana Sukmadinata Syaodih. Pengembangan Kurikulum Teori dan
Praktek. ( Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 1997) h. 121
11
7. The Systematic Action-Research Model
Model kurikulum ini didasarkan pada asumsi bahwa perkembangan
kurikulum meerupakan perubahan sosial. Hal itu mencakup suatu proses yang
melibatkan kepribadian ornang tua, siswa guru, struktur sistem sekolah, pols
hubungan pribadi dan kelompok dari sekolah dan masyarakat. Sesuai dengan
asumsi tersebut model ini menekankan pada tiga hal: hubungan insani, sekolah
dan organisasi masyarakat, serta wibawa dari pengetahuan propesional.
Penyusunan kurikulum ini harus memasuka pandangan dan harapan-harapan
masyarakat, dan salah satu cara untuk mencapai hal itu adalah dengan prosedur
action research:
1.
Mengadakan kajian secara seksama tentang masalah-masalh kurikulum,
berupa pengumpulan data bersifat menyeluruh, dan mengidentifikasi
faktor-faktor, kekuatan dan kondisi yang mempengruhi masalah tersebut.
2.
Implementasi dari keputusan yang diambil dalam tindakan pertama.
Tindakan ini segera diikutioleh kegiatan pengumpulan data dan fakta-fakta
8. Emerging Technical Models
Perkembangan bidang teknologi dan ilmu pengetahuan, serta nilai-nilai
efisiensi efektifitas dalam bisnis. Juga mempengruhi perkembanagan modelmodel kurikulum. Tumbuh kecendrungan-kecendrungan baru yang didasarkan
atas hal itu diantaranya:
1. Menekankan kepuasan prilaku atau kemampuan
2. Berasal dari gerakan efesiensi bisnis
12
3. Suatu model pengembangan kurikulum dengan memanfaatkan komputer.
13
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Prinsip-prinsip yang akan digunakan dalam kegiatan pengembangan
kurikulum pada dasarnya merupakan kaidah-kaidah atau hukum yang akan
menjiwai suatu kurikulum.
pengembangan kurikulum secara umum yang diangggap penting yakni :
Prinsip Relevansi, Prinssip fleksibilitas, Prinsip kontuinitas, Efektifitas, Efesiensi.
Sedangakan prinsip pengeembangan kurikulum secara khusus yakni:
Model yang baik adalah model yang dapat menolong si pengguna untuk
mengerti dan memahami suatu proses secara mendasar dan menyeluruh.
Selanjutnya ia menjelaskan manfaat model adalah
·
·
model dapat menjelaskan beberapa aspek perilaku dan interaksi manusia,
model dapat mengintegrasikan seluruh pengetahuan hasil observasi dan
·
·
penelitian,
model dapat menyederhanakan suatu proses yang bersifat kompleks,
model dapat digunakan sebagai pedoman untuk melakukan kegiatan.
Dalam pengembangan kurikulum ada beberapa model yang dapat
digunakan, setiap model memiliki kekhasan tertentu baik dilihat dari keluasan
pengembangan
kurikulumnya
itu
sendiri
pengembangan sesuai dengan pendekatannya.
14
maupun
dilihat
dari
tahapan
DAFTAR PUSTAKA
Hamid, Hamdani. Pengembangan Kurikulum Pendidikan. Bandung: CV Pustaka
Setia, 2012.
Herry, Asep Hermawan. Pokok Pengembangan Kurikulum dan Pembelajaran.
Jakarta: Universitas Terbuka, 2010.
Sanjaya, Wina. Kurikulum dan Pembelajara. Jakarta: Kencana Prenada Media
Group, 2008.
Syaodih, Nana Sukmadinata. Pengembangan Kurikulum Teori dan Praktek.
Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 1997.
15
KURIKULUM
“Ditujukan untuk memenuhi tugas”
Mata Kuliah
: Pengembangan Kurikulum
Dosen
: Enni, Suhenni, M.Pd
Jurusan
: Tarbiyah - PAI (VI –Eksekutif )
Di susun Oleh
Kelompok 5 (Lima )
- Muhammad Jawhir
- Nurhayati S
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM JAM’IYAH
MAHMUDIYAH TANJUNG PURA - LANGKAT
TAHUN PERIODE : 2017- 2018
KATA PENGANTAR
Syukur Alhamdulillah penulis panjatkan kehadirat Tuhan yang maha Esa
atas ridho dan hidayahnya sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas Makalah
ini
dengan
penuh
keyakinan
serta
usaha
maksimal.
Semoga
dengan
terselesaikannya tugas ini dapat memberi pelajaran positif bagi kita semua.
Selanjutnya penulis juga ucapkan terima kasih Pengembangan Kurikulum
ilmu Pendidikan Islam yang telah memberikan tugas Makalah ini kepada kami
sehingga dapat memicu motifasi kami untuk senantiasa belajar lebih giat dan
menggali ilmu lebih dalam khususnya mengenai “Prinsip dan Model
Pengembangan Kurikulum ” sehingga dengan kami dapat menemukan hal-hal
baru yang belum kami ketahui.
Terima kasih juga kami sampaikan atas petunjuk yang di berikan sehingga
kami dapat menyelasaikan tugas Makalah ini dengan usaha semaksimal mungkin.
Terima kasih pula atas dukungan para pihak yang turut membantu
terselesaikannya laporan ini, ayah bunda, teman-teman serta semua pihak yang
penuh kebaikan dan telah membantu penulis.
Terakhir kali sebagai seorang manusia biasa yang mencoba berusaha
sekuat tenaga dalam penyelesaian Makalah ini, tetapi tetap saja tak luput dari
sifat manusiawi yang penuh khilaf dan salah, oleh karena itu segenap saran
penulis harapkan dari semua pihak guna perbaikan tugas-tugas serupa di masa
datang.
1
Tanjung Pura April 2018
Tim Penyusun
Kelompok 5 ( Lima )
2
DAFTAR IS
KATA PENGANTAR...............................................................................................i
DAFTAR ISI............................................................................................................ii
BAB 1......................................................................................................................1
PENDAHULUAN...................................................................................................1
A. Latar Belakang..............................................................................................1
B. Rumusan Masalah.........................................................................................1
C. Tujuan Pembahasan......................................................................................1
BAB II......................................................................................................................2
PEMBAHASAN......................................................................................................2
A. Prinsip Pengembangan Kurikulum...............................................................2
B. Model-Model Pengembangan Kurikulum....................................................5
BAB III..................................................................................................................10
PENUTUP..............................................................................................................10
A. Kesimpulan.................................................................................................10
DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................11
3
BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kurikulum merupakan salah satu komponen yang memiliki peran penting
dalam system pendidikan, karenadalamkurikulum bukan hanya dirumuskan
tentang tujuan yang harus dicapaisehingga memperjelas arah pendidikan,akan
tetapi juga memberikan pemahaman tentang pengalaman belajar yang harus
dimiliki setiap siswa.
Kurikulum dan pengajaran merupakan hal yang tidak terpisahkan walaupun
keduanya memiliki posisi yang berbeda. Kurikulum berfungsi sebagai pedoman
yang memberikan arah dantujuan pendidikan, sertaisi yang harus dipelajari.
Kurikulum tidak akan bermakna manakala tidak diimplementasikan dalam bentuk
pembelajaran, tanpakurrikulum yang jelas sebagai acuan, maka pembelajaran
tidak akan berlangsung secara efektif.
Cara untuk mengembangkan kurikulum tidaklah mudah, oleh karena itu dalam
mengembangkan kurikulum harus memperhatikan system nilai yang berlaku,
perubahan-perubahan yang terjadi di masyarakat maupun memperhatikan segala
aspek yang terdapat pada peserta didik. Kurikulum secara terus-menerus
dievaluasi dan dikembangkan agar isi dan muatannya selalu relevan deengan
tututan masyarakat yang selalu berubah sesuai dengan perkembangan zaman
maupun perkembangan ilmudan teknologi.
B. Rumusan Masalah
a. Apa saja prinsip pengembangan kurikulum?
b. Apa saja model pengembangan kurikulum?
1
C. Tujuan Pembahasan
a. Untuk mengetahui prinsip pengembangankurikulum
b. Untuk mengetahui model pengembangan kurikulum
2
BAB II
PEMBAHASAN
A. Prinsip Pengembangan Kurikulum
Prinsip-prinsip yang akan digunakan dalam kegiatan pengembangan
kurikulum pada dasarnya merupakan kaidah-kaidah atau hukum yang akan
menjiwai suatu kurikulum. Dalam pengembangan kurikulum, dapat menggunakan
prinsip-prinsip yang telah berkembang dalam kehidupan sehari-hari atau justru
menciptakan sendiri prinsip-prinsip baru. Oleh karena itu, dalam implementasi
kurikulum di suatu lembaga pendidikan sangat mungkin terjadi penggunaan
prinsip-prinsip yang berbeda dengan kurikulum yang digunakan di lembaga
pendidikan lainnya, sehingga akan ditemukan banyak sekali prinsip-prinsip yang
digunakan dalam suatu pengembangan kurikulum.
Agar kurikulum dapat berfungsi sebagai pedoma, maka ada sejumlah
prinsip
dalam
proses
pengembangannya.
Berikut
merupakan
prinsip
pengembangan kurikulum secara umum yang diangggap penting yakni:1
1. Prinsip Berorientasi Pada Tujuan
Pengembngan kurikulum diarahkan untuk mencapai tujuan tertentu, yang
bertitik tolak dari tujuan pendidikan Nasional. Tujuan kurikulum merupakan
penjabaran dan upaya untuk mencapai tujuan satuan dan jenjang pendidikan
tertentu. Tujuan kurikulum mengadung aspek-aspek pengetahuan, ketrampilan,
sikap dan nilai. Yang selanjutnya menumbuhkan perubahan tingkah laku peserta
didik yang mencakup tiga aspek tersebut dan bertalian dengan aspek-aspek yang
terkandung dalam tujuan pendidikan nasional.
2. Prinsip Relevansi (Kesesuaian)
1 Hamdani Hamid, Pengembangan Kurikulum Pendidikan. ( Bandung: CV Pustaka Setia, 2012),
hlm, 150
3
pengembanga
kurikulum
yang
meliputi
tujuan,
isi
dan
system
penyampaian harus relevan (sesuai) dengan kebutuhan dan keadaan masyarakat,
tingkat perkembangan dan kebutuhan siswa, serta serasi dengan perkembnagan
ilmu pengetahuan dan tegnologi.
3. Prinsip Efisiensidan Efektifitas.
Pengembangan kurikulum harus mempertimbangkan segi efisien dan
pendayagunaan dana, waktu, tenaga, dan sumber-sumber yang tersedia agar
dapat mencapai hasil yang optimal. Dana yang terbat harus digunakan
sedemikina rupa dalam rangka mendukung pelaksanaan pembelajaran. Waktu
yang tersedia bagi siswa belajar disekolah juga terbatas sehingga harus
dimanfaatkan secara tepat sesuai dengan tata ajaran dan bahan pembelajaran
yang diperlukan. Tenaga disekolah juga sangat terbatas, baik dalam jumlah
maupun dalam mutunya, hendaknya didaya gunakan secara efisien untuk
melaksanakan proses pembelajaran. Demikian juga keterbatasan fasilitas
ruangan, peralatan, dan sumber kerterbacaan, harus digunakan secara tepat oleh
sswa dalam rangka pembelajaran, yang semuanya demi meningkatkan efektifitas
atau keberhasilan siswa.
4. Prinsip Fleksibilitas
Kurikulum yang luwes mudah disesuaikan, diubah, dilengkapi atau
dikurangi berdasarkan tuntutan dan keadaan ekosistem dan kemampuan
setempat, jadi tidak statis atau kaku. Misalnya dalam suatu kurikulum disediakan
program pendidikan ketrampilan industri dan pertanian. Pelaksanaaan di kota,
karena tidak tersedianya lahan pertanian., maka yang dialaksanakan program
ketrampilan pendaidikn industri. Sebaliknya, pelaksanaan di desa ditekankan
pada program ketrampilan pertanian. Dalam hal ini lingkungan sekitar, keadaaan
masyarakat, dan ketersediaan tenaga dan peralatan menjadi faktor pertimbangan
dalam rangka pelaksanaan kurikulum.
4
Merupakan kurikulum harus bisa dilaksanakan sesuai dengan kondisi yang ada.
Kurikulumyang kaku atau tidak fleksibel akan sulitditerapkan. Prinsip fleksibel
memiliki dua sisi yakni :2
Fleksibel bagi guru, maksudnya kurikulum harus memberikan ruang gerak bagi
guru untuk mengembangkan program pengajarannya sesuai dengan
kondisiyang ada.
Fleksibel bagi siswa, maksudnya kurikulum harus meyediakan berbagai
kemungkinan program pilihan sesuai dengan bakat dan minat siswa.
5. Prinsip Kontiunitas
Kurikulum disusun secara berkesinambungan, artinya bagian-bagian,
aspek-spek, materi, dan bahan kajian disusun secara berurutan, tidak terlepaslepas, melainkan satu sama lain memilik hubungan fungsional yang bermakna,
sesuai dengan jenjang pendidikan, struktur dalam satuan pendidikn, tingkat
perkembangan siswa. Dengan prinsip ini, tampak jelas alur dan keterkaitan
didalam kurikulum tersebut sehingga mempermudah guru dan siswa dalam
melaksanakan proses pembelajaran.3
6. Prinsip Keseimbangan
Penyusunan kurikulum memerhatikan keseimbangan secara proposional
dan fungsional antara berbagai program dan sub-program, antara semau mata
ajaran,
dan
antara
aspek-aspek
perilaku
yang
ingin
dikembangkan.
2 Asep Hermawan Herry, Pokok Pengembangan Kurikulum dan
Pembelajaran. ( Jakarta: Universitas Terbuka, 2010) ibid, h. 98
3 Ibid, h. 99
5
Keseimbangan juga perlu diadakan antara teori dan praktik, antara unsur-unsur
keilmuan
sains,
sosial,
humaniora,
dan
keilmuan
perilaku.
Dengan
keseimbangan tersebut diaharapkan terjalin perpaduan yang lengkap dan
menyeluruh, yang satu sama lainnya saling memberikan sumbangan terhadap
pengembangan pribadi.
7. Prinsip Keterpaduan
Kurikulum dirancang dan dilaksanakan berdasarkan prinsip keterpaduan,
perencanaan terpadu bertitik tolak dari masalah atau topik dan konsistensi antara
unsur-unsusrnya. Pelaksanaan terpadu dengan melibatkan semua pihak, baik di
lingkungan sekolah maupun pada tingkat inter sektoral. Dengan keterpaduan ini
diharapkan terbentuk pribadi yang bulat dan utuh. Diamping itu juga
dilaksanakan keterpaduan dalam proses pembalajaran, baik dalam interaksi antar
siswa dan guru maupun antara teori dan praktek.
8. Prinsip Mutu
Pengembangan kurikulum berorientasi pada pendidikan mutu, yang berarti
bahwa pelaksanaan pembelajaran yang bermutu ditentukan oleh derajat mutu
guru, kegiatan belajar mengajar, peralatan,/media yang bermutu. Hasil
pendidikan yang bermutu diukur berdasarkan kriteria tujuan pendidikan nasional
yang diaharapkan.
Pemenuhan prinsip-prinsip di atas itulah yang membedakan antara
penerapan satu Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan dengan kurikulum
sebelumnya, yang justru tampaknya sering kali terabaikan. Karena prinsipprinsip itu boleh dikatakan sebagai ruh atau jiwanya kurikulum
Dalam mensikapi suatu perubahan kurikulum, banyak orang lebih terfokus
hanya pada pemenuhan struktur kurikulum sebagai jasad dari kurikulum .
6
Padahal jauh lebih penting adalah perubahan kutural (perilaku) guna memenuhi
prinsip-prinsip khusus yang terkandung dalam pengembangan kurikulum.
B. Model-Model Pengembangan Kurikulum
Untuk melakukan pengembangan kurikulum ada berbagai model
pengembangan kurikulum yang dapat dijadikan acuan atau diterapkan
sepenuhnya, diantaranya adalah:4
1. Model Administratif
Model administratife atau garis-komando (line-Staff) merupakan pola
pengembangan kurikulum yang paling awal dan mungkin yang paling dikenal.
Model pengembangan kurikulum ini berdasarkan pada cara ker ja atasan-bawahan
(top-down) yang dipandang efektif dalam pelaksanaan perubahan kurikulum.
Model administrasi/garis komando memiliki langkah-langkah sebagai berikut:
1.
Administrator Pedidikan/ Top Administrative Officers (pemimpin)
membentuk komisi pengarah.
2.
Komisi Pengarah (Steering Comittee) bertugas merumuskan rencana
umum,
mengembangkan
prinsip-prinsip
sebagai
pedoman,
dan
menyaipkan suatu pernyataan filosofi dan tujuan-tujuan untuk seluruh
wilayah sekolah.
3.
Membentuk komisi kerja pengembangan kurikilum yang bertugas
mengembangkan kurikulum secara operasional mencakup keseluruh
komponen kurikulum dengan mempertimbangkan landasan dan prinsipprinsip pengembangan kurikulum.
4 Sanjaya, Wina. Kurikulum dan Pembelajara. ( Jakarta: Kencana Prenada
Media Group, 2008), hlm, 150
7
4.
Komisi pengarah memeriksa hasil kerja dari komisi kerja dan
menyempurnakan bagian-bagian tertentu bila dianggap tidak perlu. Karena
pengembangan kurikulum model administratif ini berdasarkan konsep,
inisiatif, dan arahan dari atas kebawah, maka akan membutuhkan waktu
bertahun-tahun agar dapat berjalan dengan baik. Hal inidisebabkan adanya
tunututan untuk mempersiapkan para pelaksana kurikulum tersebut.
Dari uraian mengenai model pengembangan kurikulum administratifm kita
dapat menandai adanya dua kegiatan didalamnya:5
a.
Menyiapkan seperangkat dokumen kurikulum baru, dan
b. Menyiapkan instalasi dan implementasi dokumen.
Dengan kata lain, midel administratif/ garis-komando membutuhkan
kegiatan pemyiapan para pelaksana kurikulum melalui berbagai bentuk pelatihan
agar dapat melaksanakan kurkulum dengan baik.
2. Model Grass-Roots
Model pengembangan kurikulum ini merupakan lawan/kebalikan dari
model pertama inisiatif dan pengembangan kurikulum bukan datang dari atas
tetapi dari bawah. Bisa dikatakan model administratif bersifat top-down (atasanbawahan), sedangkan model grass – roots adalah bottom – up (dari bawah keatas).
Lebih lanjut juga bisa diketahui bahwa model pengembangan kurikulum yang
pertama digunakan dalam sistem pengelolaan pendidikan / kurikulum yang
bersifat sentralisasi, sedangkan model grass roots akan berkembang dalam sistem
pendidikan yang bersipat desentralisasi.
5 Ibid, h. 151
8
Dalam model pengembangan yang bersifat grass-roots seorang (guru)
dapat mengupayakan pengembangan komponen- komponen kurikulum dapat
keseluruhan, dapat pula sebagian dari keseluruhan komponen kurikulum atau
keseluruhan dari seluruh komponen kurikulum. Hal itu didasarkan atas
pertimbangan bahwa guru adalah perencana, pelaksana, dan juga penyempurna
dari pengajaran di kelasnya. Dialah yang paling tahu kebutuhan kelasnya, oleh
karena itu dialah yang paling kompeten menyusun kurikulum bagi kelasnya.
3. Model Beauchamp
Pengembangan kurikulum dengan menggunakan metode beauchamp
memiliki lima memiliki lima bagian pembuat keputusan. Lima tahap tersebut
adalah:
1.
Memutuskan arena pengembangan kurikulum, suatu keputusan yang
menjabarkan ruang lingkup upaya pengembangan.
2. Menetapkan personalia, yaitu siapa-siapa sajakah yang ikut terlibat dalam
pengembangan kurikulum.
3. Organisasi dan prosedur pengembangn kurikulum. Langkah ini berkenaan
dengan prosedur yang harus ditempuh dalam merumuskan tujuan umum
dan tujuan yang lebih khusus, memilih isi dan pengalaman belajar, serta
kegiatan evaluasi, dan dalam menentukan keseluruhandesain kurikulum.
4.
Implementasi kurikulu, yakni kegiatan untuk menerapkan kurikulum
seperti yang sudah diputuskan dalam ruang lingkup pengembangan
kurikulum.
9
5. Evaluasi kurikulum.
4. Model arah terbalik Taba
Sesuai dengan namanya, model pengembangan kurikulum ini terbalik dari
yang lazim dilaksanakan, yakni dari biasanya dilakukan secara deduktif menjadi
induktif, dengan urutan:6
1. mengadakan unit-unit eksperimen bersama guru-guru
2. menguji unit eksperimen
3. mengadakan refisi dan konsolidasi
4. pengembangan keseluruhan kerangka kurikulum
5. implementasi dan diseminasi
5. Model Rogers
Cari Rogers adalah seorang ahli psikologi yang berpandangan bahwa manusia
dalam
proses
perubahan
mempunyai
kekuatan
dan
potensi
untuk
berkembangsendiri. Berdasarkan pandangan tentang manusia maka rogers
mengemukakan
model
pengembangan
kurikulum
yang
disebut
dengan
modelRelasi Interpersonal Rogers
Ada empat langkah pengembangan kurikulum model rogers diantaranya adalah:
1. pemilihan satu sistem pendidikan sasaran
6 Ibid, h. 152
10
2. pengalaman kelompok yang intensif bagi guru
3.
pengembangan satu pengalaman kelompok yang intensif bagi satu kelas
atau unit pelajaran.
4. Melibatkan orangtua dalam pengalaman kelompok yang intensif.
Rogers lebih mementingkan kegiatan pengembangan kurikulum daripada rencana
pengembangan kurikulum tertulis, yakni melalui aktivitas dan interaksi dalam
pengembangan kelompok intensif yang terpilih.
6. Model Demonstrasi
Model demonstrasi pada dasarnya bersifat grass-rotss, datang dari bawah.
Model ini diprakarsai oleeh sekelompok guru atau sekelompok guru bekerja sama
dengan ahli yang bermaksud mengadakan perbaikan kurikulum. Model ini
umumnya bersekala kecil, hanya mencakup satu atau beberapa sekolah, satu
komponen kurikulum atau mencakup keseluruhan komponen kurikulum.
Menurut Smith, Stanley, dan Shores ada dua variasi model demonstrasi ini:7
1. Sekelompok guru dari satu sekolah atau beberapa sekolah ditunjuk untuk
melaksanakan suatu percobaan tentang pengembangan kurikulum.
2.
Bentuk kedua ini kurang bersifat formal. Beberapa guru yang merasa
kurang puas dengan kurikulum yang ada, mencoba mengembangkan
penelitian dan mengembangkan sendiri. Mereka mencoba menggunakan
hal-hal yang lain yang berbeda dengan yang berlaku.
7 Nana Sukmadinata Syaodih. Pengembangan Kurikulum Teori dan
Praktek. ( Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 1997) h. 121
11
7. The Systematic Action-Research Model
Model kurikulum ini didasarkan pada asumsi bahwa perkembangan
kurikulum meerupakan perubahan sosial. Hal itu mencakup suatu proses yang
melibatkan kepribadian ornang tua, siswa guru, struktur sistem sekolah, pols
hubungan pribadi dan kelompok dari sekolah dan masyarakat. Sesuai dengan
asumsi tersebut model ini menekankan pada tiga hal: hubungan insani, sekolah
dan organisasi masyarakat, serta wibawa dari pengetahuan propesional.
Penyusunan kurikulum ini harus memasuka pandangan dan harapan-harapan
masyarakat, dan salah satu cara untuk mencapai hal itu adalah dengan prosedur
action research:
1.
Mengadakan kajian secara seksama tentang masalah-masalh kurikulum,
berupa pengumpulan data bersifat menyeluruh, dan mengidentifikasi
faktor-faktor, kekuatan dan kondisi yang mempengruhi masalah tersebut.
2.
Implementasi dari keputusan yang diambil dalam tindakan pertama.
Tindakan ini segera diikutioleh kegiatan pengumpulan data dan fakta-fakta
8. Emerging Technical Models
Perkembangan bidang teknologi dan ilmu pengetahuan, serta nilai-nilai
efisiensi efektifitas dalam bisnis. Juga mempengruhi perkembanagan modelmodel kurikulum. Tumbuh kecendrungan-kecendrungan baru yang didasarkan
atas hal itu diantaranya:
1. Menekankan kepuasan prilaku atau kemampuan
2. Berasal dari gerakan efesiensi bisnis
12
3. Suatu model pengembangan kurikulum dengan memanfaatkan komputer.
13
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Prinsip-prinsip yang akan digunakan dalam kegiatan pengembangan
kurikulum pada dasarnya merupakan kaidah-kaidah atau hukum yang akan
menjiwai suatu kurikulum.
pengembangan kurikulum secara umum yang diangggap penting yakni :
Prinsip Relevansi, Prinssip fleksibilitas, Prinsip kontuinitas, Efektifitas, Efesiensi.
Sedangakan prinsip pengeembangan kurikulum secara khusus yakni:
Model yang baik adalah model yang dapat menolong si pengguna untuk
mengerti dan memahami suatu proses secara mendasar dan menyeluruh.
Selanjutnya ia menjelaskan manfaat model adalah
·
·
model dapat menjelaskan beberapa aspek perilaku dan interaksi manusia,
model dapat mengintegrasikan seluruh pengetahuan hasil observasi dan
·
·
penelitian,
model dapat menyederhanakan suatu proses yang bersifat kompleks,
model dapat digunakan sebagai pedoman untuk melakukan kegiatan.
Dalam pengembangan kurikulum ada beberapa model yang dapat
digunakan, setiap model memiliki kekhasan tertentu baik dilihat dari keluasan
pengembangan
kurikulumnya
itu
sendiri
pengembangan sesuai dengan pendekatannya.
14
maupun
dilihat
dari
tahapan
DAFTAR PUSTAKA
Hamid, Hamdani. Pengembangan Kurikulum Pendidikan. Bandung: CV Pustaka
Setia, 2012.
Herry, Asep Hermawan. Pokok Pengembangan Kurikulum dan Pembelajaran.
Jakarta: Universitas Terbuka, 2010.
Sanjaya, Wina. Kurikulum dan Pembelajara. Jakarta: Kencana Prenada Media
Group, 2008.
Syaodih, Nana Sukmadinata. Pengembangan Kurikulum Teori dan Praktek.
Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 1997.
15