Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Penerapan Model Pembelajaran Guided Discovery untuk Meningkatkan Hasil Belajar Mata Pelajaran IPA pada Siswa Kelas IV SDN Kutowinangun 12 Salatiga Semester II Tahun Ajaran 2014/2015

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1 Pelaksanaan Penelitian

4.1.1 Diskripsi Kondisi Awal

  Penelitian dilakukan di kelas IV SD Negeri Kutowinangun 12 Salatiga Semester II Tahun Pelajaran 2014/2015 dengan jumlah siswa 20 siswa yang terdiri dari 13 siswa laki-laki dan 7 siswa perempuan. Berdasarkan hasil observasi yang telah dilakukan terlihat dari daftar nilai ulangan harian siswa semester I pada mata pelajaran IPA, terdapat banyak siswa yang belum mencapai kriteria ketuntasan minimal (KKM) yang ditetapkan sekolah yaitu 65. Untuk penjelasan lebih rinci ketuntasan hasil belajar IPA sebelum menerapkan pembelajaran dengan model guided discovery dapat dilihat dari nilai hasil ulangan harian yang disajikan melalui tabel 4.1 berikut ini.

  Tabel 4.1 Hasil Belajar IPA Pra siklus

  Nilai Frekuensi Ketuntasan Persentase

  15 Tidak Tuntas 75% ˂ 65

  5 Tuntas 25% ≥ 65

  Jumlah 20 10% Nilai Tertinggi

  80 Nilai Terendah

  30 Rata-rata 54,5 Berdasarkan tabel 4.1 terlihat siswa yang nilainya diatas KKM atau yang tuntas hasil belajarnya pada pelajaran IPA hanya 5 siswa atau 25% siswa dalam kelas, sedangkan siswa yang belum tuntas 15 siswa atau dengan prosentase 75%. Nilai tertinggi siswa 80 dan nilai terendah siswa 30 dengan nilai rata-rata kelas 54,5. Untuk lebih jelasnya data hasil belajar siswa pada tabel 4.1, dapat dibuat diagram batang pada gambar 4.1 berikut : Diagram 4.1 Hasil Belajar IPA Pada Pra Siklus

  Berdasakan diagram 4.1 dapat diketahui bahwa hasil belajar IPA siswa kelas IV di SD Negeri Kutowinangun 12 Salatiga semester II tahun ajaran 2014/2015 ketuntasan hasil belajar IPA hanya mencapai 25% yang ditunjukan pada diagram batang berwarna biru. Sedangkan untuk diagram batang warna merah menunjukan nilai siswa yang belum tuntas yaitu 75%. Rendahnya hasil belajar siswa pada mata pelajaran IPA ini disebabkan karena dalam mengajar guru hanya menggunakan model pembelajaran konvensional yaitu ceramah. Dengan model pembelajaran konvensional ini siswa tidak dilibatkan aktif dalam proses pembelajaran, hanya duduk mendengarkan penjelasan dari guru selanjutnya mengerjakan evaluasi yang diberikan oleh guru. Guru hanya menekankan belajar dengan menghafal materi bukan pada penemuan konsep yang mengakibatkan siswa tidak dapat menyerap materi pelajaran dengan baik. Siswa terlihat jenuh dan kurang antusias dalam mengikuti pembelajaran,

  Berdasarkan data hasil belajar pada mata pelajaran IPA yang rendah dari siswa kelas IV di SD Negeri Kutowinangun 12 Salatiga semester II dengan menggunakan model pembelajaran guided discovery. Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan hasil belajar siswa agar mencapai KKM, serta tercapainya tujuan pembelajaran dengan kriteria indikator keberhasilan 80% dari jumlah keseluruhan siswa mendapat nilai ≥ 65.

4.1.2 Siklus I 1. Rencana Tindakan

  Pelaksanaan kegiatan pembelajaran pada siklus I dilaksanakan melalui 2 pertemuan dengan rincian sebagai berikut

  a. Pertemuan Pertama

  Setelah diperoleh informasi pada tahap observasi, maka dilakukan perencanaan dengan berdiskusi bersama guru kelas IV mengenai materi pembelajaran yang akan disajikan serta alat penunjang lain yang perlu digunakan sebelum mengajar pertemuan pertama pada siklus I. Rencana yang perlu dilakukan, diantaranya adalah guru mempersiapkan RPP dengan langkah-langkah model pembelajaran guided discovery yang memuat materi tentang perpindahan energi panas. Guru menyiapkan lembar observasi untuk mengamati guru dan siswa selama pembelajaran. Guru menyiapkan Lembar Kerja Siswa (LKS) yang dijadikan acuan dalam kegiatan diskusi kelompok dan juga menyiapkan alat dan bahan yang digunakan dalam percobaan. Kemudian Guru mempersiapkan pembagian kelompok siswa yang terdiri dari 3 kelompok setiap kelompoknya terdiri dari 6-7 siswa. Pembentukan kelompok ini bertujuan untuk melakukan diskusi, percobaan, serta presentasi di depan kelas.

  b. Pertemuan Kedua Pertemuan kedua merupakan perbaikan dari pertemuan pertama.

  Persiapan yang dilakukan guru tidak berbeda jauh dengan persiapan sebelumnya tetapi yang membedakan adalah materi pelajaran yang di sampaikan. Hal-hal yang disiapkan seperti RPP dengan materi proses perambatan energi bunyi, Lembar Kerja Siswa (LKS), alat dan bahan kelompok dimana setiap kelompok terdiri dari 6-7 siswa dengan tujuan dapat berdiskusi bertukar pikiran dalam melakukan percobaan dan presentasi di depan kelas. Dikarenakan pertemuan kedua sebagai pertemuan terakhir dalam siklus I maka guru mempersiapkan tes formatif berupa soal pilihan ganda sebagai alat untuk mengevaluasi sejauh mana keberhasilan dan peningkatan hasil belajar siswa setelah diberikan tindakan berupa penerapan model pembelajaran guided discovery pada mata pelajaran IPA.

2. Pelaksanaan Tindakan dan Observasi a. Pertemuan Pertama

  Pertemuan pertama pada siklus I berlangsung hari rabu, 18 Maret 2015 pada jam ke 1-2 dengan alokasi waktu 2 x 35 menit. Kegiatan terdiri dari 3 rangkaian yaitu kegiatan awal, kegiatan inti dan kegiatan penutup dimana di dalamnya disesuaikan dengan langkah-langkah model pembelajaran guided discovery.

  1) Kegiatan Awal

  Guru mengawali kegiatan pelajaran dengan mengucapkan salam, mengkondisikan siswa, melakukan apersepsi, dan memotivasi siswa. Langkah selanjutnya guru menyampaikan tujuan pembelajaran dan menjelaskan langkah-langkah model pembelajaran guided

  discovery .

  2) Kegiatan Inti

  Rangkaian kegiatan yang dilakukan pada kegiatan ini antara lain : guru melakukan tanya jawab untuk menggali pengetahuan awal siswa, guru memberikan permasalahan berhubungan dengan materi energi panas, dan membimbing merumuskan hipotesis. Siswa dibagi menjadi 3 kelompok yang terdiri dari 6-7 siswa, setiap kelompok menerima alat dan bahan percobaan serta LKS. Secara berkelompok siswa melakukan percobaan dan pengamatan perpindahan panas secara konveksi, konduksi dan radiasi sementara guru membimbing percobaan siswa mengisi LKS, membuat kesimpulan serta mempresentasikan hasil percobaan di depan kelas. Siswa bersama guru meluruskan kesalahan pemahaman, dan kesimpulan dari pengetahuan yang telah mereka dapatkan melalui kegiatan penemuan.

1) Kegiatan Akhir

  Guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk bertanya hal- hal yang belum diketahui. Guru mengevaluasi kegiatan peyelidikan/pengamatan yang telah dilakukan serta belum memberikan penguatan konsep kepada siswa. Guru menutup kegiatan pembelajaran.

  Pelaksanaan pengamatan (observasi) pada pertemuan pertama siklus I dilakukan oleh teman sejawat yaitu guru kelas III SD Negeri Negeri Kutowinangun 12 Salatiga. Tugas yang dilakukan observer adalah mengisi lembar observasi aktivitas guru dan siswa dari awal sampai akhir kegiatan pembelajaran model guided discovery. Kemudian diperoleh hasil berupa kelebihan dan kekurangan pembelajaran yang dilakukan, diantaranya kelebihan pembelajaran tersebut guru sudah melakukan apersepsi dan memberikan motivasi, kegiatan pembelajaran menggambarkan pembelajaran siswa aktif, Kelemahan yang dilakukan guru adalah belum menyampaikan langkah-langkah pembelajaran guided discovery. Guru kurang memperhatikan alokasi waktu sehingga tidak mengevaluasi kegiatan penemuan yang telah dilakukan serta tidak memberikan penguatan konsep di akhir pembelajaran.

b. Pertemuan Kedua

  Pertemuan pertama pada siklus I berlangsung hari jumat, 20 Maret 2015 pada jam ke 3-6 dengan alokasi waktu 2 x 35 menit. Kegiatan terdiri dari 3 rangkaian yaitu kegiatan awal, kegiatan inti dan kegiatan penutup dimana di dalamnya disesuaikan dengan langkah-langkah model pembelajaran guided discovery.

  1) Kegiatan Awal

  Guru mengawali kegiatan pembelajaran dengan mengucapkan salam, melakukan apersepsi dan memotivasi siswa. Langkah selanjutnya guru menyampaikan tujuan pembelajaran dan menjelaskan langkah-langkah model pembelajaran guided discovery.

  2) Kegiatan Inti

  Uraian pada kegiatan inti pertemuan kedua meliputi : siswa dibagi menjadi 3 kelompok yang terdiri dari 6-7 siswa, dan duduk secara berkelompok. Selanjutnya siswa melakukan percobaan dan pengamatan perpindahan bunyi melalui zat padat, cair dan gas sementara guru membimbing siswa selama proses percobaan berlangsung. Setelah melakukan percobaan siswa mengisi LKS, membuat kesimpulan serta mempresentasikan hasil percobaan di depan kelas. Siswa bersama guru meluruskan kesalahan pemahaman, dan kesimpulan dari pengetahuan yang telah mereka dapatkan melalui kegiatan penemuan.

  3) Kegiatan Akhir

  Guru memberikan kesempatan kepada siswa unntuk bertanya hal-hal yang belum diketahui. Guru merefleksi langkah-langkah kegiatan peyelidikan/pengamatan yang telah dilakukan serta memberikan penguatan konsep kepada siswa. Sisa waktu 1 jam terakhir guru memberikan tes formatif berupa soal pilihan ganda untuk mengevaluasi dan mengukur pemahaman siswa selama pertemuan pertama dan kedua. Setelah waktu kegiatan pembelajaran diakhiri dengan doa.

  Observasi yang dilaksanakan pada pertemuan kedua siklus I di fokuskan pada guru dan siswa saat pembelajaran guided discovery serta kegiatan evaluasi melalui soal pilihan ganda. Berdasarkan lembar observasi telah diperoleh adanya peningkatan dalam pembelajaran yaitu guru sudah memotivasi dan melakukan apersepsi, menyampaikan langkah-langkah pembelajaran guided discovery. Guru sudah membimbing siswa dalam melakukan percobaan bersama kelompok, namun guru masih belum memperhatikan alokasi waktu sehingga belum melakukan refleksi tanya jawab dengan siswa dan penguatan konsep di akhir pembelajaran. Hasil pengamatan ini dijadikan sebagai bahan refleksi guru untuk perbaikan kegiatan pembelajaran pertemuan selanjutnya pada siklus II.

3. Refleksi a. Pertemuan Pertama

  Kegiatan refleksi yang dilakukan pada pertemuan pertama siklus I, dilaksanakan setelah kegiatan pembelajaran selesai. Kegiatan ini didasarkan pada hasil pengamatan yang dilakukan oleh observer atas segala temuan kelebihan dan kekurangan dalam proses kegiatan pembelajaran yang telah dilaksanakan. Berdasarkan hasil pengamatan (observasi) yang dilakukan oleh guru kelas III selaku observer dalam penerapan pembelajaran model guided discovery diperoleh data sebagai berikut : guru sudah memotivasi dan melakukan apersepsi, sudah membuat siswa terlibat aktif dalam kegiatan penemuan sehingga siswa sudah terlihat aktif dan antusias dalam mengikuti kegiatan pembelajaran. Sedangkan kelemahan yang dilakukan guru adalah belum menyampaikan langkah-langkah pembelajaran guided discovery . Guru belum membimbing siswa dalam melakukan percobaan bersama kelompok sehingga ada langkah yang terlewatkan ketika melakukan percobaan. Guru belum mengajak siswa untuk merefleksi dengan melakukan tanya jawab dari kegiatan percobaan yang dilakukan serta penguatan konsep dikarenakan guru kurang efektif dalam memanfaatkan waktu. Dari hasil temuan tersebut guru menjadikannya sebagai acuan dan perbaikan pada pertemuan selanjutnya.

a. Pertemuan Kedua

  Refleksi yang dilakukan pada pertemuan kedua di akhir siklus I Hasil temuan yang didapati bahwa guru masih mengulang dalam pembelajaran pertama yaitu guru masih belum memperhatikan alokasi waktu sehingga tidak melakukan refleksi tanya jawab dengan siswa serta penguatan konsep di akhir pembelajaran. Berdasarkan hasil observasi tersebut, guru dapat merancang kegiatan pembelajaran pada pertemuan selanjutnya yang tidak mengulang kesalahan yang sama lagi. Dengan dilakukannya kegiatan refleksi tersebut diharapkan dalam pelaksanaan menerapkan model pembelajaran guided discovery pada pembelajaran selanjutnya dapat meningkatkan hasil belajar siswa sesuai dengan kriteria indikator ketuntasan yaitu sebesar 80% dari jumlah keseluruhan siswa mendapat nilai diatas KKM (65).

4.1.3. Siklus II 1. Perencanaan Tindakan a. Pertemuan pertama

  Kegiatan yang direncanakan pada pertemuan pertama pada siklus II tidak berbeda jauh pada siklus I tetapi yang berbeda materinya yaitu tentang pengaruh energi dalam permodelan sederhana. Kegiatan persiapan yang dilakukan oleh guru antara lain, guru mempersiapkan Rencana Kegiatan Pembelajaran (RPP) dengan langkah-langkah model pembelajaran guided discovery, membuat lembar observasi guru dan siswa, menyusun pembagian kelompok yang terdiri dari 3 kelompok, setiap kelompok terdapat 6-7 siswa, serta guru mempersiapkan alat dan bahan yang diperlukan dalam melakukan kegiatan percobaan.

b. Pertemuan kedua

  Pertemuan kedua merupakan penyempurnaan dari pertemuan pertama siklus II. Persiapan yang dilakukan guru tidak berbeda jauh dengan persiapan sebelumnya. Hal-hal yang disiapkan seperti RPP tentang pengaruh energi dalam permodelan sederhana, lembar kerja siswa (LKS), alat dan bahan percobaan serta guru membagi siswa Pembagian kelompok bertujuan agar siswa dapat berdiskusi dalam kelompok untuk berdiskusi, melakukan percobaan. Serta presentasi di depankelas. Dikarenakan pertemuan kedua sebagai pertemuan terakhir dalam siklus II maka guru mempersiapkan soal formatif sebagai evaluasi untuk mengetahui sejauh mana hasil belajar siswa mengalami peningkatan setelah diberikan tindakan berupa pembelajaran dengan

  guided discovery pada mata pelajaran IPA.

2. Pelaksanaan Tindakan dan Pengamatan a. Pertemuan Pertama

  Pertemuan pertama pada siklus II berlangsung hari Senin, 23 Maret 2015 pada jam ke 1-2 setelah kegiatan upacara bendera selesai dengan alokasi waktu 2 x 35 menit. Kegiatan terdiri dari 3 rangkaian yaitu kegiatan awal, kegiatan inti dan kegiatan penutup dimana di dalamnya disesuaikan dengan langkah-langkah model pembelajaran guided discovery .

  1) Kegiatan Awal

  Kegiatan awal pada pertemuan pertama siklus II sebagai penyempurnaan siklus I. Kegiatan ini tidak berbeda kegiatan sebelumnya, untuk mengawali pembelajaran guru mengucapkan salam, memimpin doa, mengkondisikan siswa, melakukan apersepsi dan memotivasi siswa. Selanjutnya yaitu guru menyampaikan tujuan pembelajaran dan menjelaskan langkah-langkah model pembelajaran

  guided discovery .

  2) Kegiatan Inti

  Rangkaian kegiatan yang dilakukan pada kegiatan inti antara lain : siswa dibagi menjadi 3 kelompok dimana 2 kelompok terdiri dari 7 siswa dan 1 kelompok terdiri dari 6 siswa, guru membagikan alat peraga dan LKS kepada masing-masing kelompok. Selanjutnya guru membimbing siswa dalam kelompok untuk melakukan percobaan dan pengamatan proses membuat model sederhana siswa menguji model yang telah dibuat, berdiskusi mengisi LKS, membuat kesimpulan serta presentasi di depan kelas. Siswa bersama guru meluruskan kesalahan pemahaman, dan membuat kesimpulan.

3) Kegiatan Akhir

  Guru memberikan kesempatan kepada siswa unntuk bertanya hal-hal yang belum diketahui. Guru mengevaluasi langkah-langkah kegiatan peyelidikan/pengamatan yang telah dilakukan serta memberikan penguatan konsep kepada siswa. Guru memberi tugas untuk mempelajari materi selanjutnya di rumah dan guru menutup pembelajaran.

  Kegiatan pengamatan (observasi) yang dilaksanakan pada pertemuan pertama siklus II dilakukan tidak jauh berbeda dengan siklus I yang sudah dilakukan yaitu mengamati kegiatan guru dan siswa dalam pembelajaran guided discovery dari awal sampai akhir pembelajaran. Hasil observasi digunakan sebagai perbaikan, supaya pembalajaran selanjutnya dapat lebih baik lagi.

b) Pertemuan Kedua

  Pertemuan kedua pada siklus II berlangsung hari Rabu, 25 Maret 2015 pada jam ke 1-3 dengan alokasi waktu 2 x 35 menit. Kegiatan terdiri dari 3 rangkaian yaitu kegiatan awal, kegiatan inti dan kegiatan penutup dimana di dalamnya disesuaikan dengan langkah-langkah model pembelajaran guided discovery.

  1) Kegiatan Awal

  untuk mengawali pembelajaran guru mengucapkan salam, mengkondisikan siswa, melakukan apersepsi dan memotivasi siswa. Langkah selanjutnya yaitu guru menyampaikan tujuan pembelajaran dan menjelaskan langkah-langkah model pembelajaran guided

  discovery .

  2) Kegiatan Inti

  Uraian pada kegiatan inti pertemuan kedua meliputi : siswa membagikan alat peraga dan LKS kepada masing-masing kelompok. Selanjutnya guru membimbing siswa dalam kelompok untuk melakukan percobaan dan pengamatan membuat model sederhana berhubungan dengan energi bunyi, kemudian secara berkelompok siswa menguji model yang telah dibuat, berdiskusi mengisi LKS, membuat kesimpulan serta presentasi di depan kelas. Siswa bersama guru meluruskan kesalahan pemahaman, dan membuat kesimpulan.

3) Kegiatan Akhir

  Guru memberikan kesempatan kepada siswa unntuk bertanya hal-hal yang belum diketahui. Guru mengevaluasi langkah-langkah kegiatan penyelidikan/pengamatan yang telah dilakukan serta memberikan penguatan konsep kepada siswa. Sisa waktu 1 jam terakhir guru memberikan tes formatif untuk mengevaluasi dan mengukur pemahaman siswa selama pertemuan pertama dan kedua. Setelah waktu habis guru mengakhiri kegiatan pembelajaran.

  Tindakan Pengamatan yang dilakukan pada pertemuan kedua siklus II dilakukan observer yaitu guru kelas III. Observasi ini juga dilakukan sama dengan kegiatan sebelumnya yaitu fokus pada pembelajaran yang menggunakan model pembelajaran guided

  , selain itu juga difokuskan pada kegiatan evaluasi. Hasil ini

  discovery

  sangat diperlukan, karena sebagai refleksi setelah melaksanakan pembelajaran.

3. Refleksi a. Pertemuan Pertama

  Kegiatan refleksi pada pertemuan pertama siklus II dilakukan setelah kegiatan pembelajaran, kegiatan ini berdasarkan hasil pengamatan yang dilakukan oleh observer didapat dalam pertemuan ini guru sudah memotivasi, melakukan apersepsi, menyampaikan langkah- langkah pembelajaran guided discovery, guru sudah membimbing siswa dalam melakukan percobaan bersama kelompok. Pembelajaran yang jawab dengan siswa dan penguatan konsep di akhir pembelajaran sudah dilaksanakan dengan baik. Hal ini berdampak pada keaktifan siswa dalam mengikuti pelajaran, pemahaman materi yang baik dan peningkatan hasil belajar siswa. Berdasarkan temuan tersebut guru tetap mempertahankan pembelajaran yang sudah baik tersebut untuk pertemuan selanjutnya.

b. Pertemuan Kedua

  Pada pertemuan kedua di akhir siklus II kegiatan ini tetap mengacu pada hasil pengamatan pertemuan kedua. Walaupun guru sudah melaksanakannya dengan baik, hal ini tetap harus dilaksanakan. Hasil yang didapat guru tetap dapat mempertahan pembelajaran yang sesuai dengan penerapan langkah

  • –langkah model pembelajaran guided

  discovery sehingga keaktifan siswa dalam mengikuti pelajaran semakin

  meningkat, siswa merasa senang, tidak jenuh dan puas setelah melakukan kegiatan percobaan dan penemuan serta penguasaan materi yang baik oleh siswa. Hal ini ditunjukan dengan semakin meningkatnya nilai hasil tes formatif pada siklus II. Kegiatan refleksi ini dilakukan dengan berdiskusi dengan observer, sehingga pada kesempatan yang akan datang guru dapat merancang pembelajaran yang lebih baik lagi.

4.2. Hasil Analisis Data 4.2.1. Hasil Analisis Data Siklus I

  Analisis yang dilakukan pada hasil belajar mata pelajaran IPA siswa kelas IV SD Negeri Kutowinangun 12 Salatiga pada pelaksanaan tindakan pada siklus I dalam menerapkan model pembelajaran guided discovery terjadi peningkatan ketuntasan hasil belajar dibandingkan dengan kondisi awal yaitu siswa yang telah mencapai ketuntasan belajar sebanyak 14 siswa dari keseluruhan jumlah siswa (70%) mendapat nilai ≥ 65. Ketuntasan hasil belajar siswa tersebut dapat dilihat berdasarkan hasil nilai tes formatif yang dilaksanakan pada hari Selasa, 20 Maret 2013 pada tabel 4.3 berikut ini.

  Tabel 4.2 Hasil Belajar IPA Siklus I

  Nilai Frekuensi Ketuntasan Persentase

  6 Tidak Tuntas 70% ˂ 65

  14 Tuntas 30% ≥ 65

  Jumlah 20 100% Nilai Tertinggi

  45 Nilai Terendah

  95 Rata-rata 69,75 Berdasarkan tabel 4.2 ditunjukkan bahwa pada pelaksanaan siklus I terdapat 14 siswa tuntas (70%), dan 6 siswa yang belum tuntas (30%), dengan perolehan nilai tertinggi 95, nilai terendah 45 dan rata-rata 69,75. Dari hasil pelaksanaan pembelajaran siklus I diketahui bahwa terdapat peningkatan pembelajaran IPA. Hasil belajar siswa pelaksanaan siklus I dapat dilihat pada diagram 4.2.

  Diagram 4.2 Hasil Belajar IPA Pada Siklus I Berdasarkan diagram 4.2 terlihat bahwa masih ada 6 siswa yang mendapat nilai dibawah KKM sehingga baru mencapai prosentase 70% siswa yang sudah mencapai KKM. Karena indikator hasil belajar belum mencapai keberhasilan sebesar 80% siswa yang memperoleh nilai diatas kriteria ketuntansan minimal (KKM) yang telah ditetapkan oleh sekolah yaitu 65, maka perlu diadakan tindak lanjut penerapan model pembelajaran

  guided discovery pada siklus II dengan rencana tindakan yang akan dilakukan dalam 2 pertemuan sebagai penyempurnaan pada siklus I.

4.2.2. Hasil Analisis Data Siklus II

  Analisis yang dilakukan pada hasil belajar mata pelajaran IPA siswa kelas IV SD Negeri Kutowinangun 12 Salatiga pada pelaksanaan tindakan pada siklus II dalam menerapkan model pembelajaran guided discovery sudah mencapai ketuntasan 85% atau sebanyak 17 siswa dari keseluruhan jumlah siswa mendapat nilai ≥ 65. Ketuntasan hasil belajar siswa tersebut dapat dilihat berdasarkan hasil nilai tes formatif yang dilaksanakan pada hari Selasa, 25 Maret 2013 pada tabel 4.3 berikut ini.

  Tabel 4.3 Hasil Belajar IPA Pada Siklus II

  Nilai Frekuensi Ketuntasan Persentase

  3 Tidak Tuntas 15 % ˂ 65

  17 Tuntas 85 % ≥ 65

  Jumlah 20 100 Nilai Tertinggi 100 Nilai Terendah

  60 Rata-rata 80,25 Berdasarkan tabel 4.3 menunjukan bahwa jumlah siswa yang tuntas sebanyak 17 siswa dengan prosentase 85% sedangkan siswa yang belum tuntas terdapat 3 siswa dengan prosentase 15% sedangkan perolehan nilai tertinggi 100, nilai terendah 60 dan rata-rata 80,25. Dari tabel pelaksanaan siklus II dapat dibuat diagram hasil belajar siswa. Diagram dapat dilihat pada diagram 4.2.

  85% 90% 80% 70%

  60% 50% Tuntas 40% Tidak tuntas 30%

  20% 15% 10% 0%

  Diagram 4.3 Hasil Belajar IPA Pada Siklus II

  Berdasarkan diagram 4.3 menunjukan bahwa penerapan model pembelajaran guided discovery dapat meningkatkan hasil belajar mata

  pelajaran IPA siswa kelas IV SD Negeri Kutowinangun 12 Salatiga karena siswa yang sudah mencapai KKM (65) sebanyak 17 siswa atau 85%. Hasil belajar yang ditunjukkan setelah menerapkan model pembelajaran guided discovery pada siklus II merupakan tindakan perbaikan dan penyempurnaan dari kegiatan siklus I telah menunjukkan peningkatan hasil belajar mata pelajaran IPA siswa kelas IV SD Negeri Kutowinangun

  12 Salatiga, hal ini didasarkan pada perbandingan nilai hasil belajar siswa pada siklus I dengan jumlah siswa yang mendapat dilai diatas KKM (65) sebanyak 14 siswa (70%) dengan prosentase kenaikan sebesar 45% dari kondisi awal. Sedangkan setelah pelaksanaan siklus II hasil belajar mata pelajaran IPA siswa terjadi peningkatan lagi dengan jumlah siswa yang mendapat nilai diatas KKM (65) sebanyak siswa 17 siswa (85%) dengan prosentase kenaikan sebesar 15% dari siklus I. Selain itu peningkatan hasil belajar siklus I dan siklus II juga didasarkan pada perolehan rata-rata siswa, mengalami peningkatan rata-rata siswa menjadi 80,25. Begitu pula dengan peningkatan perolehan nilai tertinggi siswa apabila pada siklus I nilai tertinggi adalah 95 maka perolehan nilai tertinggi pada siklus II meningkat menjadi 100. Sehingga hasil tersebut dapat dipastikan bahwa penerapan kegiatan siklus II yang mana sebagai tindak perbaikan dan penyempurnaan penerapan siklus I mencapai keberhasilan dengan ketuntasan belajar siswa sebesar 85% mendapat nilai di atas KKM (65). Maka atas dasar itu hasil belajar mata pelajaran IPA siswa kelas IV SD Negeri Kutowinangun 12 Salatiga pada siklus II telah mencapai kriteria indikakor ketuntasan yaitu dengan sebesar 80% dari jumlah keseluruhan siswa mendapat nilai > 65.

  Sehingga dapat disimpulkan bahwa penerapan model pembelajaran

  guided discovery pada siswa kelas IV SD Negeri Kutowinangun 12 Salatiga

  pada mata pelajaran IPA yang diterapkan pada siklus I dan II telah berhasil meningkatkan hasil belajar siswa sebanyak 85% siswa mengalami ketuntasan sesuai KKM (65).

4.2.3 Hasil Analisis Data Pra siklus, Siklus I, dan Siklus II

  Berdasarkan hasil tindakan yang telah dilakukan setelah menggunakan model pembelajaran guided discovery pada mata pelajaran IPA siswa kelas

  IV SD Negeri Kutowinangun 12 Salatiga Semester II tahun ajaran 2014/2015 terdapat peningkatan hasil belajar kondisi awal (pra siklus), siklus I dan siklus II. Peningkatan tersebut dapat dilihat pada tabel 4.4 dibawah ini.

  Tabel 4.4 Perbandingan Ketuntasan

  Pra Siklus, Siklus I, dan Siklus II

  Pra Siklus Siklus I Siklus II Ketuntasan

  Jumlah Jumlah Jumlah

  Belajar (%) (%) (%)

  Siswa Siswa Siswa Tidak Tuntas 15 75% 14 70% 17 85%

  Tuntas 5 25% 6 30% 3 15%

  Jumlah

  20 100% 20 100% 20 100% Berdasarkan tabel 4.4 menunjukan bahwa pada kodisi awal (pra siklus) sebelum tindakan jumlah siswa yang tuntas belajar adalah 5 siswa (25%) tuntas dan 15 siswa (75%) tidak tuntas. Setelah dilakukan tindakan, menunjukan adanya peningkatan hasil belajar dengan tingkat keberhasilan pada siklus I yaitu 14 siswa (70%) tuntas dan 6 siswa (30%) tidak tuntas. Berdasarkan hasil yang diperoleh, maka perlu diadakan pelaksanaan tindakan siklus II sebagai perbaikan dan penyempurnaan.

  Pada siklus II tingkat keberhasilan mencapai 85% atau 17 siswa tuntas dari jumlah keseluruhan 20 siswa. Pelaksanaan siklus II menunjukkan ketercapaian kriteria ketuntasan 85% siswa sudah mendapat nilai > 65 yang dimana keberhasilan tersebut sudah diatas indikator keberhasilan telah ditetapkan pada rencana penelitian yaitu sebanyak 80% siswa sudah mendapat nilai > 65.

  Perolehan perbandingan hasil belajar IPA siswa kelas IV SD Negeri Kutowinangun 12 Salatiga, apabila dianalisis berdasarkan ketuntasan belajar dapat disajikan dalam diagram batang pada gambar 4.4 sebagai berikut.

  Diagram 4.4 Diagram Batang Perbandingan Berdasarkan diagram 4.4 menunjukan adanya peningkatan ketuntasan hasil belajar siswa pada mata pelajaran IPA, pada pra siklus ada 5 siswa (25%) tuntas dan 15 siswa (75%) tidak tuntas. Pada siklus I ada 14 siswa tuntas (70%) siswa tuntas dan 6 siswa (30%) tidak tuntas. Selanjutnya pada siklus II ada 85% atau 17 siswa dari jumlah keseluruhan siswa tuntas dan 15% atau 3 siswa tidak tuntas.

  Selain prosentase ketuntasan belajar peningkatan juga terjadi pada nilai tertinggi, nilai terendah dan nilai rata-rata pada siklus I, dan siklus II jika di bandingkan dengan kondisi awal. Distribusi perbandingan peningkatan nilai tertinggi, nilai terendah dan nilai rata-rata pada pra siklus, siklus 1, dan siklus II lebih jelas dapat disajikan dengan menggunakan tabel berikut ini:

  Tabel 4.5 Perbandingan Peningkatan Nilai Tertinggi,

  Nilai Terendah dan Rata-rata Pra Siklus, Siklus I, dan Siklus II

  Pra Siklus Siklus 1 Siklus 2 Peningkatan Nilai

  Nilai Tertinggi

  80 95 100 Nilai Terendah

  30

  45

  60 Rata-rata 54,5 69,75 80,25 Berdasarkan tabel 4.5 peningkatan nilai tertinggi, nilai terendah dan nilai rata-rata pra siklus , siklus I, dan siklus II nampak bahwa pada kondisi awal skor nilai tertinggi baru mencapai 80. Pada siklus I nilai tertinggi mencapai 95 dan siklus II nilai tertinggi sudah mengalami peningkatan yang cukup signifikan dimana nilai tertinggi mencapai 100. Di sisi lain peningkatan nilai juga terjadi pada nilai terendah yang di peroleh siswa. Di kondisi awal nilai terendah yang diperoleh sebesar 30 dan pada siklus I nilai terendah yang diperoleh siswa sebesar 45. Peningkatan juga terjadi di siklus

  II, nilai terendah yang diperoleh siswa sebesar 60. Peningkatan juga terjadi pada skor rata-rata yang diperoleh siswa jika dibandingkan antara pra siklus, siklus I, dan siklus II. Rata-rata yang diperoleh dalam pra siklus baru mencapai 54,5 sedangkan rata-rata yang diperoleh pada siklus 1 menunjukkan adanya peningkatan yaitu rata-rata sudah mencapai 69,75. Pada siklus II juga terjadi peningkatan rata-rata sebesar 80,25. Peningkatan nilai tertinggi, nilai terendah dan rata-rata pada pra siklus, siklus I, dan siklus II untuk lebih jelas dapat disajikan dengan menggunakan diagram 4.5 berikut ini:

  Grafik 4.5 Perbandingan Nilai Tertinggi, Nilai Terendah dan Nilai Rata-rata Pra Siklus, Siklus I, dan siklus II

  Berdasarkan Grafik 4.5 terlihat peningkatan hasil belajar siswa dari sebelum dilakukan tindakan (pra siklus) nilai rata-rata 54,5 dengan nilai 80 sedangkan nilai terendahnya 30, meningkat pada siklus I nilai rata-rata menjadi 69,75 dengan nilai tertinggi 95 dan nilai terendahnya 45 kemudian meningkat lagi pada siklus II nilai rata-rata menjadi 80,25 dengan nilai tertinggi 100 dan nilai terendahnya 60.

4.3 Pembahasan

  Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, pada kondisi awal hasil belajar IPA kelas IV SD Negeri 12 Salatiga menunjukan bahwa dari jumlah keseluruhan 20 siswa hanya terdapat 5 siswa (25%) yang sudah tuntas sedangkan 15 siswa (75%) belum tuntas. Hasil belajar yang rendah disebabkan karena guru tidak pernah mengajak siswa untuk aktif dalam kegiatan pembelajaran, berdiskusi kelompok, belajar mengalami langsung dengan melakukan percobaan serta menemukan konsep baru. Pembelajaran yang dilakukan masih bersifat konvensional guru hanya berceramah menyampaikan materi sedangkan siswa duduk diam mendengarkan, tidak dilibatkan aktif dalam proses pembelajaran.

  Dalam siklus I fokus perbaikan yaitu peningkatan hasil belajar IPA dengan menerapkan model pembelajaran guided discovery pada siswa kelas

  IV semester II di SD Negeri Kutowinangun 12 Salatiga. Model pembelajaran guided discovery ini pada prinsipnya peserta didik diberikan suatu permasalahan untuk dipecahkan dan guru memberikan petunjuk, arahan, umpan balik serta contoh-contoh untuk membimbing peserta didik dalam menyelesaikan masalah tersebut (Bruner dalam Mayer, 2004: 15). Dari tindakan penelitian yang sudah dilakukan, pada siklus I ketuntasan hasil belajar IPA meningkat menjadi 16 siswa (70%) sudah tuntas sedangkan 6 siswa (30%) belum tuntas. Selain peningkatan hasil belajar berdasarkan lembar observasi aktivitas siswa dapat dilihat siswa mulai terlibat aktif serta menumbuhkan kemampuan berpikir kritis dalam memecahkan masalah, sebagaimana yang dikatakan Markaban (2006 : 16) bahwa keunggulan pembelajaran guided discovery membuat siswa menjadi lebih aktif, serta mendukung kemampuan problem solving siswa. Perolehan hasil belajar pada siklus I memang sudah menunjukan kenaikan yang cukup baik, namun masih terdapat beberapa kekurangan dalam siklus I yaitu guru masih belum menyampaikan langkah-langkah pembelajaran guided

  discovery dan melakukan evaluasi untuk menyempurnakan informasi baru serta belum melaksanakan kegiatan pembelajaran sesuai dengan alokasi waktu sehingga dalam pelaksanaannya belum efektif. Maka atas dasar tersebut guru memperbaiki kekurangan pada siklus I dan melaksanakan siklus II dengan mempertimbangkan kelebihan dan kekurangan siklus II.

  Setelah dilakukan tindakan pada siklus II hasil belajar mata pelajaran

  IPA meningkat lagi dibandingkan dengan siklus I. Dari jumlah keseluruhan 20 siswa terdapat 17 (85%) sudah mencapai KKM (65). Peningkatan hasil belajar siswa disebabkan adanya pemberian tindakan berupa model pembelajaran guided discovery, dalam pembelajaran ini menekankan pada aktivitas dan interaksi siswa untuk berdiskusi, saling bertukar ide, memecahkan suatu permasalahan bersama kelompok serta menemukan suatu konsep baru dengan bimbingan dari guru. Nampak dalam pembelajaran guided discovery pada mata pelajaran IPA di kelas IV SD Negeri 12 Salatiga yang telah dilaksanakan pada siklus II berdasarkan lembar observasi aktivitas siswa, hasil peningkatan hasil belajar IPA disebabkan oleh beberapa faktor diantaranya guru dan siswa sudah melaksanakan semua langkah-langkah dalam model pembelajaran guided

  

discovery , siswa berpartisipasi aktif dalam kegiatan kelompok, saling

  bertukar ide dan berdiskusi dalam mengerjakan LKS semakin antusiasnya siswa dalam mengikuti pembelajaran, berani mengeluarkan pendapat atau ide yang dimiliki ketika melaksanakan presentasi di depan kelas serta diakhir pembelajaran sudah melakukan evaluasi yang melibatkan interaksi guru dan siswa dalam menyimpulkan kegiatan percobaan untuk memperoleh konsep pengetahuan baru. Sehingga pengetahuan yang baru akan tersimpan pada memori jangka panjang (long term memory) apabila siswa dilibatkan secara langsung dalam proses pemahaman dan mengkontruksi sendiri konsep atau pengetahuan tersebut (Carin, 1993:93). Selain itu siswa menjadi mudah dalam menerima materi pelajaran, terlihat aktif dalam kegiatan pembelajaran, merasa senang, tidak jenuh dan puas setelah melakukan kegiatan percobaan dan penemuan. Sebagaimana yang diungkapkan oleh Suherman, dkk (2001:179) mengatakan bahwa “belajar dengan cara menemukan sendiri menimbulkan rasa puas”.

  Berdasarkan pencapaian hasil belajar IPA pada siklus II maka hasil tersebut menunjukan bahwa indikator keberhasilan yang telah ditetapkan pada rencana penelitian sebanyak 80% siswa mendapat nilai > 65 telah tercapai bahkan telah melebihi yaitu terdapat sebanyak 85% siswa mendapat nilai > 65. Hasil penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Ahmad Dian Hermawan (2013)

  “Upaya peningkatan hasil belajar tentang sifat-sifat cahaya melalui model pembelajaran guided

  

discovery siswa kelas V SDN 05 Bleboh Kecamatan Jiken Kabupaten Blora

  semester genap tahun pelajaran 2012/2013 dan penelitian yang dilakukan ”. oleh Fatih Istiqmah (2014) tentang “Penerapanan model guided discovery

  

learning untuk meningkatkan motivasi dan hasil belajar IPA siswa kelas VB

SD Negeri 02 Tulung Balak.

  ”. Sehingga atas dasar peningkatan hasil belajar mata pelajaran IPA pada siklus I dan siklus II dan ketercapaian indikator berhasilan dengan hasil sebanyak 17 siswa atau dengan prosentase 85% mendapatkan ketuntasan nilai dengan KKM (65), maka dapat dikatakan bahwa pembelajaran menggunakan model pembelajaran guided discovery dapat meningkatkan hasil belajar IPA pada siswa kelas IV SD Negeri Kutowinangun 12 Salatiga Semester II Tahun Ajaran 20014/2015.

Dokumen yang terkait

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Efektivitas Penggunaan Model Pembelajaran Role Playing dan Teams Games Tournaments pada Hasil Belajar IPS Siswa Kelas III SD/MI Gugus Jaka Tingkir Salatiga Tahun Ajaran 2014/2015

0 0 17

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Efektivitas Penggunaan Model Pembelajaran Role Playing dan Teams Games Tournaments pada Hasil Belajar IPS Siswa Kelas III SD/MI Gugus Jaka Tingkir Salatiga Tahun Ajaran 2014/2015

0 0 104

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah - Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Upaya Meningkatkan Keaktifan dan Hasil Belajar Siswa pada Mata Pelajaran Matematika Melalui Metode Discovery Learning Kelas IV Semester II SD Nege

0 0 7

BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Hakekat Belajar - Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Upaya Meningkatkan Keaktifan dan Hasil Belajar Siswa pada Mata Pelajaran Matematika Melalui Metode Discovery Learning Kelas IV Sem

0 0 13

BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian - Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Upaya Meningkatkan Keaktifan dan Hasil Belajar Siswa pada Mata Pelajaran Matematika Melalui Metode Discovery Learning Kelas IV Semester II SD Ne

0 0 13

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1.Gambaran Umum Subyek Penelitian - Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Upaya Meningkatkan Keaktifan dan Hasil Belajar Siswa pada Mata Pelajaran Matematika Melalui Metode Discovery Learnin

0 0 31

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Upaya Meningkatkan Keaktifan dan Hasil Belajar Siswa pada Mata Pelajaran Matematika Melalui Metode Discovery Learning Kelas IV Semester II SD Negeri 02 Kopeng Tahun Ajaran 2014/2015

0 0 15

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Upaya Meningkatkan Keaktifan dan Hasil Belajar Siswa pada Mata Pelajaran Matematika Melalui Metode Discovery Learning Kelas IV Semester II SD Negeri 02 Kopeng Tahun Ajaran 2014/2015

0 0 101

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Penerapan Model Pembelajaran Guided Discovery untuk Meningkatkan Hasil Belajar Mata Pelajaran IPA pada Siswa Kelas IV SDN Kutowinangun 12 Salatiga Semester II Tahun Ajaran 2014/2015

0 0 16

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Penerapan Model Pembelajaran Guided Discovery untuk Meningkatkan Hasil Belajar Mata Pelajaran IPA pada Siswa Kelas IV SDN Kutowinangun 12 Salatiga Semester II Tahun Ajaran 2014/2015

0 0 17