BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Pembelajaran IPS di SD - Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Upaya Peningkatan Kreativitas Belajar IPS Melalui Pendekatan Problem Based Learning Siswa Kelas 4 SDN Pringapus Kecamatan N

BAB II KAJIAN PUSTAKA

2.1 Kajian Teori

2.1.1 Pembelajaran IPS di SD

  Menurut Depdikbud pembelajaran adalah kata benda yang diartikan sebagai “proses, cara menjadikan orang atau makhluk hidup belajar. Corey dalam wahyudi dan Kriwandani (2013:12) menyatakan bahwa pembelajaran adalah suatu proses dimana lingkungan seseorang sengaja dikelola untuk memungkinkan ia turut serta dalam kondisi-kondisi khusus atau menghasilkan respon terhadap situasi tertentu.

  Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) merupakan salah satu mata pelajaran wajib mulai dari SD sampai SMP. Permendiknas No 22 Tahun 2006 menyatakan bahwa

  IPS mengkaji seperangkat peristiwa, fakta, konsep dan generalisali yang berkaitan dengan isu sosial. Pada jejnjang SD mata pelajaran IPS memuat materi Geografi, Sejarah Sosiologi, dan Ekonomi.

  Menurut Permendiknas No 22 Tahun 2006 melalui mata pelajaran IPS, peserta didik diarahkan untuk dapat menjadi warga Negara Indonesia yang demokratis, dan bertanggung jawab, serta warga dunia yang cinta damai. Mata

  pelajaran IPS dirancang untuk mengembangkan pengetahuan, pemahaman, dan kemampuan analisis terhadap kondisi sosial masyarakat dalam memasuki kehidupan masyarakat yang dinamis.

  Salah satu tujuan mata pelajaran IPS adalah agar peserta didik memiliki kemampuan dasar untuk berpikir logis dan kritis, rasa ingin tahu, inkuiri, memecahkan masalah, dan keterampilan dalam kehidupan sosial. Maka dari itu dalam pembelajaran IPS, guru harus merancang pembelajaran dimana siswa dapat menemukan pengetahuannya sendiri sehingga pembelajaran akan lebih bermakna.

  Berdasarkan KTSP 2006 (Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan) ruang lingkup mata pelajaran IPS meliputi aspek-aspek sebagai berikut:

  1. Manusia, tempat dan lingkungan.

  2. Waktu, keberlanjutan, dan perubahan.

  3. Sistem sosial dan budaya.

  4. Perilaku ekonomi dan kesejahteraan. Permendiknas nomor 41 tahun 2007 menyatakan bahwa standar kompetensi merupakan kualifikasi kemampuan minimal peserta didik yang menggambarkan penguasaan pengetahuan, sikap, dan keterampilan yang diharapkan dicapai pada setiap kelas dan/ atau semester pada tiap suatu mata pelajaran. Standar kompetensi ini dijabarkan dalam kompetensi dasar yang merupakan sejumlah kemampuan yang harus dikuasai peserta didik dalam mata pelajaran tertentu yang di pakai sebagai acuan dalam pengembangan kurikulum di setiap satuan pendidikan. Mata pelajaran IPS di kelas 4 semester 2 Sekolah Dasar terdiri dari beberapa pokok bahasan yang dikelompokkan ke dalam beberapa Standar Kompetensi, yaitu:

Tabel 2.1 Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar

  

IPS Kelas 4 Semester 2 Sekolah Dasar

  Standar Kompetensi Kompetensi Dasar

2. Mengenal sumber daya alam ,

  2.1 Mengenal aktivitas ekonomi yang kegiatan ekonomi, dan kemajuan berkaitan dengan sumber daya alam dan teknologi di lingkungan potensi lain didaerahnya. kabupaten/ Kota dan provinsi

  2.2 Mengenal pentingnya koperasi dalam meningkatkan kesejahteraan masyarakat

  2.3 Mengenal perkembangan teknologi produksi, komunikasi, dan transportasi serta pengalaman menggunakannya

  2.4 Mengenal permasalahan sosial didaerahnya Sumber : Permendiknas No 22 tahun 2006 tentang standar isi

  Didalam pelaksanaan pembelajaran seorang guru perlu membuat perencanaan desai pembelajaran. Desain pembelajaran tersebut sering disebut pelaksanaan pembelajaran di atur dalam standar proses yaitu permendiknas no 41 tahun 2007.

  Tujuan mata pelajaran IPS di SD dalam kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) 2006 yaitu:

  1. Mengenal konsep-konsep yang berkaitan dengan kehidupan masyarakat dan lingkungannya.

  2. Memiliki kemampuan dasar untuk berpikir logis dan kritis, rasa ingin tahu, inkuiri, memecahkan masalah, dan keterampilan dalam kehidupan social.

  3. Memiliki komitmen dan kesadaran terhadap nilai-nilai sosial dan kemanusiaan.

  4. Memiliki kemampuan berkomunikasi, bekerja sama dan berkompetisi dalam masyarakat yang majemuk, ditingkat lokal nasional dan global.

2.1.2 Pendekatan Problem Based Learning

  Kurniasih (2014:75) menyatakan bahwa problem based learning atau pembelajaran berbasis masalah merupakan sebuah pendekatan pembelajaran yang menyajikan masalah kontekstual sehingga merangsang peserta didik untuk belajar.

  Ibrahim dan Nur dalam Trianto (2011:241) mengemukakan “pembelajaran berbasis masalah atau istilah asingnya problem based learning merupakan salah satu pendekatan pembelajaran yang digunakan untuk merangsang berpikir tingkat tinggi siswa dalam situasi yang berorientasi pada masalah dunia nyata, termasuk di dalamnya belajar dan bagaimana belajar”.

  Barrows dan Kelson dalam Riyanto (2010:285) mengemukakan bahwa

  

problem based learning adalah suatu pendekatan pembelajaran yang menuntut

  peserta didik untuk berpikir kritis, memecahkan masalah, belajar secara mandiri, dan menuntut keterampilan berpartisipasi dalam tim. Proses pemecahan masalah dilakukan secara kolaborasi dan disesuaikan dengan kehidupan. siswa diharapkan mampu memecahkan masalah yang ada dalam kehidupannya dengan baik.

  Pendekatan problem based learning mempunyai beberapa kelebihan. Kelebihan pendekatan problem based learning menurut Trianto (2011:96-97) yaitu: 1). nyata dengan kehidupan siswa, 2). konsep sesuai dengan kebutuhan siswa, 3). memupuk sifat kreativitas siswa, 4). meningkatkan pemahaman siswa, 5). memupuk kemampuan siswa dalam pemecahan masalah.

  Menurut Arends dalam Trianto (2011:93) karakteristik pembelajaran yang berdasarkan masalah adalah sebagai berikut :

  1. Pengajuan pertanyaan atau masalah. Bukannya mengorganisasikan masalah disekitar prinsip-prinsip atau keterampilan akademik tertentu, pembelajaran berdasarkan masalah mengorganisasikan pembelajaran disekitar pertanyaan dan masalah yang keduanya secara sosial penting dan secara pribadi bermakna untuk siswa.

  2. Berfokus pada antar keterkaitan disiplin. Meskipun pembelajaran berdasarkan pada masalah itu berpusat pada pembelajaran tertentu (IPA, Matematika, dan Ilmu-ilmu sosial) masalah yang diselidiki dipilih benar-benar nyata agar dalam pemecahannya siswa meninjau masalah itu dari berbagai mata pelajaran.

  3. Penyelidikan autentik. Pembelajaran berdasarkan masalah mengharuskan siswa melakukan penyelidikan autentik untuk mencari penyelesaian nyata terhadap masalah nyata.

  4. Menghasilkan produk dan memamerkannya. Pembelajaran berdasarkan masalah menurut siswa untuk menghasilkan produk tertentu dalam bentuk karya nyata atau artefak dan peragaan yang menjelaskan atau mewakili dalam bentuk penyelesaian masalah yang mereka temukan.

  5. Kolaborasi. Pembelajaran berdasarkan masalah dicirikan oleh siswa yang bekerja sama dengan siswa lainnya, secara berpasangan atau berkelompok. Dari karakteristik yang dikemukakan oleh Arends, maka kelebihan diterapkannya pendekatan problem based learning adalah siswa dapat berlatih berpikir kritis terhadap suatu permasalahan yang ada, mampu merumuskan masalah, dan mampu menemukan solusinya akan tetapi pendekatan ini hanya

  Menurut Trianto (2011: 94-96), pembelajaran berbasis masalah bertujuan untuk :

  1. Membantu siswa mengembangkan keterampilan berfikir dan keterampilan pemecahan masalah. problem based learning memberikan dorongan kepada peserta didik tidak untuk berfikir sesuai yang bersifat kongkrit tapi lebih dari itu berfikir sesuai yang bersifat kongkrit tapi lebih dari itu berfikir terhadap ide-ide yang abstrak dan kompleks.

  2. Belajar peranan orang tua yang autentik. Model pembelajaran berdasar masalah amat penting untuk menjembatani gap untara pembelajaran disekolah formal dengan aktifitas mental yang lebih praktis yang dijumpai diluar sekolah (Resnick dalam Trianto, 2011 : 95). Berdasarkan pendapat tersebut problem based learning memiliki implikasi (1) mendorong siswa bekerjasama dalam menyelesaikan tugas. (2) memiliki elemenelemen magang, ini mendorong pengamatan dan dialog dengan orang lain sehingga secara bertahap siswa dapat memahami peran orang yang diamati atau diajak dialog (ilmuan, guru, dokter, dan sebagainya). (3) melibatkan siswa dalam penyelidikan pilihan sendiri, sehingga mereka mengiterpretasikan dan menjelaskan fenomena dunia nyata yang membangun pemahaman terhadap fenomena itu sendiri.

  3. Menjadi pembelajar yang mandiri. problem based learning berusaha membantu siswa menjadi pembelajar yang mandiri dan otonom.

  Dengan bimbingan gurusecara berulang-ulang mendorong dan mengarahkan mereka untuk mengajukan pertanyaan, mencari penyelesaian terhadap masalah nyata oleh mereka sendiri.

  Langkah-langkah Problem Based Learning

  Ibrahim dan Nur (2000) dalam Rusman (2011:97) mengemukakan 5 tahap langkah-langkah dalam problem based learning, yaitu:

  1. Fase orientasi siswa pada masalah Menjelaskan tujuan pembelajaran, menjelaskan logistik yang diperlukan, memotivasi siswa terlibat pada aktivitas pemecahan masalah.

  2. Fase mengorganisasi siswa untuk belajar Membantu siswa mendefinisikan dan mengorganisasikan tugas belajar yang berhubungan dengan masalah tersebut

  3. Fase membimbing pengalaman individual/kelompok Mendorong siswa untuk mengumpulkan informasi yang

  4. Fase mengembangkan dan menyajikan hasil karya.

  Membantu siswa dalam merencanakan dan menyiapkan karya yang sesuai seperti laporan dan membantu mereka untuk berbagi tugas dengan temannya

  5. Fase menganalisis dan mengevaluasi proses pemecahan masalah Membantu siswa untuk melakukan refleksi atau evaluasi terhadap penyelidikan mereka dan proses yang mereka gunakan.

  Pendapat Ibrahim dan Nur tentang langkah-langkah problem based

  

learning didukung oleh pendapat Kurniasih dan Sani (2014:77) yang

  mengemukakan langkah-langkah problem based learning sebagai berikut :

  1. Tahap mengorientasikan peserta didik terhadap masalah Guru menjelaskan tujuan pembelajaran dan sarana atau logistik yang dibutuhkan. Guru memotivasi peserta didik terlibat pada aktivitas pemecahan masalah.

  2. Tahap mengorganisasi peserta didik untuk belajar Guru membantu peserta didik mendefinisikan dan mengorganisasikan tugas belajar yang berhubungan dengan masalah yang sudah diorientasikan pada tahap sebelumnya.

  3. Tahap membimbing pengalaman individual maupun kelompok Guru mendorong peserta didik untuk mengumpulkan informasi yang sesuai dan melaksanakan eksperimen untuk mendapatkan kejelasan yang diperlukan untuk menyelesaikan masalah.

  4. Tahap mengembangkan dan menyajikan hasil karya.

  Guru membantu peserta didik dalam merencanakan dan menyiapkan karya yang sesuai sebagai hasil pemecahan masalah dalam bentuk laporan video, atau model.

  5. Tahap menganalisis dan mengevaluasi proses pemecahan masalah Guru membantu peserta didik untuk melakukan refleksi atau evaluasi terhadap proses pemecahan masalah yang dilakukan.

  Amri juga mempunyai pendapat yang sama dengan pendapat Ibrahim dan Nur serta Kurniasih dan Sani. Amri (2013:13) mengemukakan langkah-langkah

  problem based learning sebagai berikut:

  1. Fase orientasi siswa pada masalah Guru menjelaskan tujuan pembelajaran, menjelaskan sarana yang diperlukan, memotivasi siswa terlibat pada aktif dan kreatif dalam aktivitas pemecahan masalah.

  2. Fase mengorganisasi siswa untuk belajar

  Guru mendorong siswa untuk mengumpulkan informasi yang sesuai dan melaksanakan eksperimen untuk mendapatkan penjelasan dan pemecahan masalah.

  4. Fase mengembangkan dan menyajikan hasil karya.

  Guru membantu siswa dalam merencanakan dan menyiapkan karya yang sesuai seperti laporan, video dan model dan membantu mereka untuk berbagi tugas dengan temannya

  5. Fase menganalisis dan mengevaluasi proses pemecahan masalah Guru membantu siswa untuk melakukan refleksi atau evaluasi terhadap penyelidikan mereka dan proses-proses yang mereka gunakan.

  Dari pendapat para ahli tentang langkah-langkah problem based learning dapat disimpulkan bahwa langkah-langkah problem based learning meliputi :

  1. Tahap mengorientasikan siswa terhadap masalah - Menyimak tujuan pembelajaran.

  • Menyimak cara memecahkan masalah dan sarana yang diperlukan.
  • Menyimak motivasi yang diberikan guru untuk terlibat pada aktivitas pemecahan masalah.

  2. Tahap mengorganisasi siswa untuk belajar - Membentuk kelompok.

  • Menganalisis masalah yang diberikan oleh guru.

  3. Tahap membimbing pengalaman individual maupun kelompok

  • Mengumpulkan informasi yang sesuai dengan permasalahan yang diberikan guru.
  • Melaksanakan eksperimen untuk mendapatkan penjelasan dan pemecahan masalah.

  4. Mengembangkan hasil karya.

  • Mempresentasikan hasil pemecahan masalah.

  5. Menganalisis dan mengevaluasi proses pemecahan masalah

  • Melakukan refleksi atau evaluasi terhadap hasil diskusi dan proses diskusi.

2.1.3 Kreativitas Belajar

  Asmani (2012:70) mengemukakan bahwa kreativitas adalah kemampuan untuk memberikan gagasan-gagasan baru dengan menemukan banyak kemungkinan jawaban terhadap suatu masalah, yang menekankan segi kuantitas, ketergantungan, keragaman jawaban, dan menerapkannya dalam pemecahan masalah. Adapun menurut Supriadi (1994) dalam Yeni dkk (2011:14) mengutarakan bahwa kreativitas adalah kemampuan seseorang untuk melahirkan sesuatu yang baru, baik berupa gagasan maupun karya nyata yang relatif berbeda dengan apa yang telah ada.

  Barron (1982) dalam Ngalimun (2013 : 44) mengemukakan bahwa kreativitas adalah kemampuan untuk menciptakan sesuatu yang baru. Adapun menurut Semiawan (1997) dalam Yeni dkk (2011 : 14) mengemukakan bahwa kreativitas adalah kemampuan memberikan gagasan baru dan menerapkannya dalam pemecahan masalah.

  Dari pendapat para ahli tersebut dapat disimpulkan bahwa kreativitas adalah kemampuan seseorang untuk menciptakan hal-hal yang baru dan berbeda baik dalam bentuk gagasan-gagasan baru dengan menemukan banyak kemungkinan jawaban terhadap suatu masalah yang menekankan segi kuantitas, ketergantungan, keragaman jawaban dan menerapkannya dalam pemecahan masalah atau dalam bentuk karya yang nyata.

  Pengukuran Kreativitas

  Besarnya tingkat kreativitas dapat diketahui melalui pengukuran. Allen dan Yen (1979) dalam Wardani NS dkk (2012:48) menyatakan bahwa pengukuran adalah penetapan angka dengan cara yang sistematik untuk menyatakan Individu.

  Teknik dalam pengukuran dikelompokkan menjadi dua yaitu teknik tes dan non tes. Suryanto dkk dalam Wardani NS dkk (2012 :70) menyatakan bahwa tes pertanyaan tersebut mempunyai jawaban atau ketentuan yang dianggap benar, sedangkan teknik non tes menurut Wardani NS dkk (2012:73 ) teknik non tes adalah seperangkat pertanyaan atau pernyataan yang tidak memiliki jawaban benar atau salah.

  Teknik non tes dapat berbentuk kuesioner dan inventori. Kuesioner berisi sejumlah pertanyaan dan pernyataan, peserta didik diminta menjawab atau memberikan pendapat terhadap pernyataan. Inventori adalah instrumen yang berisi tentang laporan diri yaitu keadaan peserta didik, misalnya potensi peserta didik.

  Munandar (2012:59) menyatakan bahwa untuk mengukur tingkat potensi kreativitas dapat dilakukan dengan teknik non tes yaitu dengan (a) daftar periksa (checklist) dan kuesioner yaitu alat ini disusun berdasarkan penelitian tentang karakteristik khusus yang dimiliki pribadi kreatif (b) daftar pengalaman yaitu teknik menilai apa yang telah dilakukan seseorang di masa lalu.

  Ciri-ciri Kreativitas

  Tingkat kreativitas seseorang dapat diketahui dari ciri-ciri kreativitas yang dimiliki. Ayan mengelompokkan aspek kreatif ke dalam empat kategori. Menurut Ayan dalam Suwidji (2011:21) aspek- aspek kreativitas yaitu:

  1. Rasa ingin tahu (Curiousity) merupakan komponen pertama yang sangat penting bagi usaha-usaha kreatif yang dilakukan seseorang. Hal ini disebut juga sebagai kekuatan mempertanyakan sesuatu (questioning force ).

  2. Keterbukaan terhadap pengalaman dan pengetahuan (Openness to

  experiences ) atau informasi baru. Untuk menjadi orang kreatif

  diperlukan persediaan informasi dan pengalaman yang banyak serta beraneka ragam dari waktu ke waktu. Agar cukup informasi dan pengalaman, seseorang harus bersifat fleksibel, terbuka, mau menerima dan menghargai berbagai pandangan, pemikiran, pendapat dan hasil karya orang lain. Dengan fleksibilitas dan keterbukaan ini, seseorang akan dapat memperkaya pengetahuan yang telah ada didalam struktur

  3. Toleransi terhadap resiko (Risk Tolerance) merupakan kesanggupan atau kesediaan seseorang untuk mengambil resiko terhadap apa saja yang hendak diusahakan atau dihasilkan. Keterbukaan dan keingintahuan seseorang juga akan berkembang dengan baik apabila seseorang juga mempunyai toleransi yang tinggi atau kesanggupan menerima resiko-resiko tertentu yang mungkin ditimbulkannya. 4. .Energi (Energy) meliputi energi fisik dan energi mental.Pada umumnya orang kreatif memiliki energi yang luar biasa, khususnya energi fisik. Proses-proses kreatif berlangsung mulai dari pencarian gagasan sampai dengan pengujian atau pelaksanaan gagasan tersebut, sehingga hasilnya dapat dinikmati oleh orang lain. Proses ini tentu membutuhkan konsentrasi penuh, komitmen, ketekunan dan ketahanan kerja dan waktu kerja lembur dapat berlangsung berminggu-minggu, berbulan-bulan bahkan bertahun-tahun.

  Munandar (2012:37) menyatakan bahwa ciri-ciri kepribadian kreatif meliputi : (1) Imajinatif (2) Mempunyai prakarsa (3) Mempunyai minat yang luas (4) Mandiri dalam berpikir (5) Mempunyai hasrat ingin tahu (6) Senang berpetualang (7) Penuh energy (8) Percaya diri (9) Bersedia mengambil resiko (10) Berani dalam pendirian dan keyakinan.

  Hampir sama dengan Munandar, Sund dalam Slameto (2010:147) juga mengemukakan bahwa individu yang kreatif dapat dikenali melalui ciri-ciri sebagai berikut: 1. Hasrat keingin tahuan yang cukup besar.

  2. Bersikap terbuka terhadap pengalaman baru.

  3. Panjang akal.

  4. Keinginan untuk menemukan dan meneliti.

  5. Cenderung lebih menyukai tugas yang berat dan sulit.

  6. Cenderung menyukai tugas yang berat dan sulit.

  7. Cenderung mencari jawaban yang lugas dan memuaskan.

  8. Memiliki dedikasi bergairah serta aktif dalam mengerjakan tugas.

  9. Berfikir fleksibel.

  10. Menanggapi pertanyaan yang diajukan serta cenderung memberikan jawaban yang lebih banyak.

  11. Kemampuan membuat analisis dan sintesis.

  12. Memiliki semangat bertanya serta meneliti.

  13. Memiliki daya abstraksi yang cukup baik.

  Berdasarkan pendapat para ahli tersebut maka dapat disimpulkan bahwa Aspek kreatif dikelompokkan menjadi 4 aspek yaitu

  1. Rasa Ingin Tahu - Hasrat keingin tahuan yang cukup besar.

  • Keinginan untuk menemukan dan meneliti.
  • Cenderung mencari jawaban yang lugas dan memuaskan.
  • Memiliki semangat bertanya dan meneliti.
  • Memiliki daya abstraksi yang cukup baik.
  • Memiliki latar belakang membaca yang cukup baik.
  • Kemampuan membuat analisis sintesis.

  2. Toleransi terhadap resiko - Mandiri dalam berpikir.

  • Percaya diri.
  • Bersedia mengambil resiko.
  • Berani dalam pendirian dan keyakinan.
  • Cenderung lebih menyukai tugas yang berat dan sulit.

  3. Terbuka terhadap pengalaman dan pengetahuan - Senang berpetualang.

  • Bersikap terbuka terhadap pengalaman baru.
  • Panjang akal.
  • Berfikir fleksibel.
  • Menanggapi pertanyaan yang diajukan serta cenderung memberikan jawaban yang lebih banyak.

  4. Energi - Mempunyai prakarsa.

  • Mempunyai minat yang luas.
  • Penuh energi.
  • Memiliki dedikasi bergairah serta aktif dalam mengerjakan tugas.

2.2 Kajian Hasil Penelitian yang Relevan

  Dalam membuat penelitian, perlu memerhatikan penelitian orang lain sebagai kajian hasil yang relevan. Kajian hasil penelitian yang relevan dalam Upaya peningkatan kreativitas belajar matematika melalui model pembelajaran

  

Problem Based Learning siswa kelas IV SDN Pringapus Ngadirejo Temanggung

Semester II tahun 2014/2015.

  Asih, Cicik Budi dalam penelitiannya yang berjudul Peningkatan Kreativitas Belajar IPA Melalui Strategi Problem Based Learning (PBL) Pada Siswa Kelas IV SDN Tluwah Tahun Pelajaran 2012/2013. Hasil penelitian ini menunjukkan adanya peningkatan kreativitas belajar IPA pada siswa melalui strategi problem based learning (PBL), yaitu: memperoleh skor rata-rata pada kreativitas belajar di pra siklus sebesar 3,09 dengan kriteria kurang, pada siklus I sebesar 9,52 dengan kriteria cukup dan pada akhir siklus, yaitu siklus II sebesar 13,6 dengan kriteria baik. Peningkatan keterampilan guru ditunjukkan dengan perolehan skor rata-rata pada pra siklus sebesar 16 dengan kriteria kurang, siklus I sebesar 19 dengan kriteria kurang, dan di akhir siklus sebesar 63 berkriteria baik. Ketuntasan belajar (KKM ≥75) pada pra siklus sebesar 57,14% atau 12 siswa, pada siklus I sebesar 71,42% atau 15 siswa, dan diakhir siklus sebesar 85,71% atau 18 siswa. Untuk mengetahui peningkatan kreativitas siswa melalui strategi

  

problem Based Learning (PBL) digunakan indikator kreativitas belajar sebagai

  usaha siswa dalam pemecahan masalah (problem solving), yaitu: dengan dorongan rasa ingin tahu yang besar, sopan dalam bertingkah laku, berani mengeluarkan pendapat, melaksanakan pekerjaan tepat waktu, dan memiliki rasa percaya diri yang tinggi. Kelebihan dari penelitian ini adalah peningkatan kreativitas siswa pada siklus 2 melebihi dari indikator kinerja yaitu sebanyak 85,71% siswa tergolong kreatif. Kekurangan dari penelitian ini adalah indikator yang digunakan belum terstruktur sesuai dengan langkah-langkah problem based learning dan indikator KD IPA yang digunakan dalam penelitian.

  Isnaningrum, Arfiani dalam penelitiannya yang berjudul “Peningkatan Kreativitas dan Hasil Belajar IPS Melalui Model group investigation Siswa Kelas

  IV SD Negeri Kluwan 01 Kabupaten Grobogan Semester 2 Tahun Pelajaran 2012/2013”. Berdasarkan penelitian tindakan kelas yang dilaksanakan di SD Negeri Kluwan 01 pada siswa kelas 4 semester 2 tahun pelajran 2012/2013.

  Setelah dilaksanakan pembelajaran dengan model group investigation pada mata

  pelajaran IPS melalui siklus 1 dan siklus 2, terjadi peningkatan kreativitas dan hasil belajar siswa. Hal ini terlihat pada pra siklus sebelum ada tindakan dalam pembelajaran siswa hanya diam saja, kurang berani menyampaikan pendapat ataupun bertanya, mudah bosan dan mengantuk dengan persentase hasil siswa kategori tidak kreatif 60%, siswa kategori kurang kreatif sebanyak 40% dan belum ada siswa kategori kreatif 0%. Selanjutnya pada siklus 1 peningkatan kreativitas 27% siswa termasuk dalam kategori tidak kreatif, 66% siswa termasuk kategori kurang kreatif dan belum ada (7%) siswa yang termasuk kategori kreatif. Pada siklus 2 peningkatan kreativitas siswa meningkat menjadi siswa termasuk kategori tidak kreatif (0%), siswa termasuk kategori kurang kreatif sebanyak 17% dan 83% siswa termasuk kategori kreatif. Peningkatan kreativitas siswa pada siklus 1 dan siklus 2 berdampak baik pada hasil belajar siswa juga meningkat yaitu pada pra siklus 66,67% siswa tidak tuntas dan 33,33% siswa tuntas, pada siklus 1 siswa tidak tuntas sebanyak 30% dan 70% siswa tuntas, serta pada siklus 2 siswa tidak tuntas sebanyak 7% dan 93% siswa tuntas. Meskipun belum dapat mencapai 100% dapat dikatakan bahwa siswa telah berhasil mengembangkan kreativitasnya sesuai indikator kinerja yang diharapkan yaitu 80% dari jumlah siswa termasuk kategori kreatif sehingga berdampak baik pada ketuntasan hasil belajar siswa karena telah 90% dari jumlah siswa mencapai KKM ≥65. Kelebihan dari penelitian ini yaitu dalam terjadi peningkatan yang sangat tinggi dari siklus 1 ke siklus 2. Kelemahan pada penelitian ini, peneliti tidak menyajikan kerangka berpikir dalam bentuk bagan.

  Negeri Tumbereb 02 Bandar Batang Semester 2 Tahun 2011/2012”. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada peningkatan kreativitas belajar IPA tentang perubahan energi yang diupayakan melalui pendekatan inkuiri siswa kelas IV SD Negeri Tumbrep 02 Bandar Batang Semester 2 tahun 2011/2012. Hal ini terlihat pada kondisi pra siklus, hanya 10 % dari seluruh siswa saja yang kreatif untuk mengajukan pertanyaan ketika guru melaksanakan pembelajaran. Setelah ada tindakan yang berupa 8 aktivitas pembelajaran yang tercermin melalui 3 aspek yakni rasa ingin tahu, toleransi terhadap resiko dan keterbukaan terhadap pengalaman dan pengetahuan, nampak ada peningkatan kreativitas siswa yakni pada siklus 1 aspek rasa ingin tahu tercapai oleh 80 %, di siklus 2 naik menjadi 90 %. Aspek toleransi terhadap resiko di siklus 1 mencapai 75 %, siklus 2 90 %, dan pada aspek keterbukaan terhadap pengalaman dan pengetahuan dari 85 % di siklus 1 naik menjadi 95 % di siklus 2. Berdasarkan indikator keberhasilan tindakan sebesar 80 %, maka pemberian tindakan yang berupa penggunaan pendekatan inkuiri dalam pembelajaran IPA kelas IV SD berhasil. Kelebihan dalam penelitian ini adalah adanya kreativitas peneliti yang menggunakan lokasi penelitian diluar kelas dan siswa mengamati dan menemukan permasalahan sendiri. Sedangkan kekurangan pada penelitian ini, tidak ada uji validitas instrumen.

Tabel 2.2 Hasil Penelitian Yang Relevan

  Peningkatan Kreativitas dan Hasil Belajar

  group investigation pada mata

  Setelah dilaksanakan pembelajaran dengan model

  Kreativitas belajar dan hasil belajar IPS

  Group Investi- gation

  2 Tahun Pelajaran 2012/2013” 2013 Model

  01 Kabupaten Grobogan Semester

  IV SD Negeri Kluwan

  Siswa Kelas

  investigation

  IPS Melalui Model group

  2 Arfiani Isna- ningrum

  No Nama Judul Tahun Variabel Hasil Penelitian Pengaruh Terpengaruh

  memperoleh skor rata-rata pada kreativitas belajar di pra siklus sebesar 3,09 dengan kriteria kurang, pada siklus I sebesar 9,52 dengan kriteria cukup dan pada akhir siklus, yaitu siklus II sebesar 13,6 dengan kriteria baik.

  based learning (PBL), yaitu:

  Kreativitas belajar IPA Adanya peningkatan kreativitas belajar IPA pada siswa melalui strategi problem

  problem based learning

  2013 Strategi

  IV SDN Tluwah Tahun Pelajaran 2012/2013.

  (PBL) Pada Siswa Kelas

  Problem Based Learning

  IPA Melalui Strategi

  Peningkatan Kreativitas Belajar

  1 Cicik Budi Asih

  pelajaran IPS melalui siklus 1 dan siklus 2, terjadi peningkatan kreativitas dan hasil belajar siswa. Hal ini terlihat pada pra siklus persentase hasil siswa kategori tidak kreatif 60%, siswa kategori kurang kreatif sebanyak 40% dan belum ada siswa kategori kreatif 0%. Selanjutnya pada siklus 1 peningkatan kreativitas 27% siswa termasuk dalam kategori tidak kreatif, 66% siswa termasuk kategori kurang kreatif dan belum ada (7%) siswa yang termasuk kategori kreatif. Pada siklus 2 kurang kreatif sebanyak 17% dan 83% siswa termasuk kategori kreatif.

  3 Budi Upaya 2012 Pende- Kreativitas Hasil penelitian menunjukkan Suwidji Peningkatan katan belajar IPA bahwa ada peningkatan

  Kreativitas Inquiri kreativitas belajar IPA tentang Belajar

  IPA perubahan energi yang Tentang diupayakan melalui

  Perubahan pendekatan inkuiri siswa kelas Energi

  IV SD Negeri Tumbrep 02 Melalui

  Bandar Batang Semester 2 Pendekatan tahun 2011/2012. Nampak ada Inquiri Siswa peningkatan kreativitas siswa Kelas IV SD yakni pada siklus 1 aspek rasa Negeri ingin tahu tercapai oleh 80 %, Tumbereb 02 di siklus 2 naik menjadi 90 %.

  Bandar Aspek toleransi terhadap

  Batang resiko di siklus 1 mencapai 75

  Semester 2 %, siklus 2 90 %, dan pada Tahun aspek keterbukaan terhadap

  2011/2012 pengalaman dan pengetahuan dari 85 % di siklus 1 naik menjadi 95 % di siklus 2. Berdasarkan indikator keberhasilan tindakan sebesar 80 %, maka pemberian tindakan yang berupa penggunaan pendekatan inkuiri dalam pembelajaran

  IPA kelas IV SD berhasil

2.3 Kerangka Berfikir

  Pada dasarnya setiap orang mempunyai kreativitas yaitu suatu kemampuan untuk menciptakan sesuatu yang baru baik berupa gagasan maupun bentuk karya nyata. Begitu juga pada siswa SD, mereka telah mempunyai potensi kreativitas akan tetapi hal tersebut perlu digali dan dikembangkan.Untuk menggali dan mengembangkan kreativitas siswa dalam pembelajaran perlu dilaksanakan pembelajaran yang memancing siswa untuk dapat berfikir kreatif salah satunya memecahkan masalah adalah dengan pendekatan problem based learning. Pada penelitian ini pendekatan problem based learning akan digunakan dalam pembelajaran IPS terfokus pada KD. Mengenal perkembangan teknologi produksi, komunikasi dan transportasi serta pengalaman menggunakannya dan Mengenal permasalahan sosial di daerahnya. Pendekatan problem based learning adalah pembelajaran yang menyajikan masalah-masalah nyata yang ada dala kehidupan sehari-hari dan menuntut siswa untuk berfikir kritis sehingga siswa diharapkan mampu memecahkan masalah yang ada dalam kehidupannya dengan baik yang dapat diwujudkan dengan langkah-langkah sebagai berikut : 1. Menyimak tujuan pembelajaran.

  2. Menyimak cara menyelesaikan masalah dan sarana yang diperlukan.

  3. Mendengarkan motivasi untuk terlibat pada aktivitas pemecahan masalah.

  4. Membentuk kelompok @ 5 orang.

  5. Merumuskan masalah tentang dampak negatif perkembangan teknologi.

  6. Mengumpulkan informasi tentang dampak negatif perkembangan teknologi.

  7. Mendiskusikan upaya mengatasi dampak negatif perkembangan teknologi.

  8. Mempresentasikan hasil pemecahan masalah.

  9. Melakukan evaluasi terhadap hasil diskusi dan proses diskusi. Pembelajaran dengan menggunakan pendekatan problem based learning akan mendorong siswa untuk aktif mencari informasi dan memecahkan masalah sendiri sehingga akan menghasilkan kreativitas siswa. Kreativitas siswa akan nampak dalam indikator kreativitas yang meliputi:

  1. Rasa ingin tahu. konsep esensial tentang perkembangan teknologi produksi, komunikasi, dan transportasi, bersedia mendengarkan cara menyelesaikan masalah dan menyiapkan sarana yang diperlukan.

  • Keinginan untuk menemukan dan meneliti dijabarkan secara operasional sesuai KD yang dicapai kedalam indikator mencari informasi tentang dampak negatif perkembangan teknologi produksi, komunikasi, dan transportasi.
  • Kemampuan membuat analisis sintesis dijabarkan secara operasional sesuai KD yang dicapai kedalam indikator merumuskan masalah bagaimana mengatasi dampak negatif perkembangan teknologi produksi, komunikasi, dan transportasi.

  2. Toleransi terhadap resiko.

  • Bersedia mengambil resiko dijabarkan secara operasional sesuai

  KD yang dicapai kedalam indikator memberikan gagasan cara mengatasi dampak negatif perkembangan teknologi, berani mempresentasikan hasil diskusi, dan berani membuat kesimpulan.

  • Berani dalam pendirian dan keyakinan dijabarkan secara operasional sesuai KD yang dicapai kedalam indikator berani menanggapi pendapat presentasi.

  3. Terbuka terhadap pengalaman dan pengetahuan baru.

  • Bersikap terbuka terhadap pengalaman baru dijabarkan secara operasional sesuai KD yang dicapai kedalam indikator bersedia mendengarkan motivasi untuk terlibat pada aktivitas pemecahan masalah, terbuka menerima teman menjadi anggota kelompok, bersedia mendengarkan teman presentasi, bersedia mendengarkan hasil evaluasi.

Gambar 2.1 Skema Peningkatan Kreativitas Belajar IPS melalui Pendekatan

  Problem Based Learning Terdapat peningkatan kreativitas belajar

  IPS Skor Kreativitas

  Lembar Pengamatan Kreativitas Rasa ingin tahu

  (A1) Toleransi terhadap resiko (A2) Terbuka terhadap pengalaman dan pengetahuan (A3)

  Pendekatan pembelajaran masih konvensional Kreativitas belaajar rendah Pengukuran kognitif saja

  KD. Meneladani kepahlawanan dan patriotisme tokoh-tokoh dilingkungannya PENDEKATAN PROBLEM BASED LEARNING

  Indikator Kreativitas IPS Aspek Kreativitas Pengukuran Kreativitas Menyimak tujuan pembelajaran

  Menyimak cara penyelesaian masalah dan sarana yang diperlukan Mengumpulkan informasi tentang dampak negatif perkembangan teknologi

  Mendiskusikan upaya mengatasi dampak negatif perkembangan teknologi Mendengarkan motivasi untuk terlibat pada aktivitas pemecahan masalah Membentuk kelompok @ 5 orang Merumuskan masalah tentang dampak negatif perkembangan teknologi

  Mempresentasikan hasil pemecahan masalah Melakukan evaluasi terhadap hasil diskusi dan proses diskusi Bersedia mendengarkan motivasi untuk terlibat pada aktivitas pemecahkan masalah Bersedia mendengarkan cara menyelesaikan masalah dan menyiapkan sarana yang diperlukan Mengajukan konsep esensial tentang perkembangan teknologi produksi, komunikasi dan transportasi .

  Terbuka menerima teman menjadi anggota kelompok Merumuskan masalah bagaimana mengatasi dampak negatif perkembangan teknologi produksi, komunikasi dan trasportasi Mencari informasi tentang dampak negatif perkembangan teknologi produksi, komunikasi dan trasportasi Memberikan gagasan cara mengatasi dampak negatif per- kembangan teknologi produksi, komunikasi dan transportasi Berani mempresentasikan hasil diskusi (A2)

  Bersedia mendengarkan teman presentasi (A3) Menanggapi pendapat presentasi (A2) Bersedia mendengarkan hasil evaluasi terhadap hasil diskusi (A3) Berani membuat kesimpulan (A2)

2.4 Hipotesis

  Peningkatan kreativitas belajar IPS diduga dapat diupayakan melalui pendekatan problem based learning siswa kelas 4 SDN Pringapus Kecamatan Ngadirejo Kabupaten Temanggung semester 2 tahun pelajaran 2014/2015.

Dokumen yang terkait

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Desain dan Implementasi Jaringan Berbasis IPCOP Linux: Studi Kasus SMK Negeri 1 Salatiga

0 0 22

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Sistem Informasi Pemesanan Berbasis Website Menggunakan Framework Laravel: Studi Kasus UD Mini Box

0 1 26

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Sistem Reservasi Lapangan Futsal Berbasis Single Page Application

0 1 19

BAB II KAJIAN PUSTAKA KAJIAN TEORI 2.1 Pengertian Pembelajaran - Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Pengaruh Model Cooperative Learning Tipe TGT terhadap Hasil Belajar Matematika Siswa Kelas 4 SD N Ngrombo 3 Kecamatan Tangen Kab

0 0 20

BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Jenis dan lokasi penelitian 3.1.1 Jenis Penelitian - Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Pengaruh Model Cooperative Learning Tipe TGT terhadap Hasil Belajar Matematika Siswa Kelas 4 SD N Ngrombo 3 Ke

0 0 16

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Pengaruh Model Cooperative Learning Tipe TGT terhadap Hasil Belajar Matematika Siswa Kelas 4 SD N Ngrombo 3 Kecamatan Tangen Kabupaten Sragen Semester II Tahun Pelajaran 2014/2015

0 0 19

PENGARUH MODEL COOPERATIVE LEARNING TIPE TGT TERHADAP HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA KELAS 4 SD N NGROMBO 3 KECAMATAN TANGEN KABUPATEN SRAGEN SEMESTER II TAHUN PELAJARAN 20142015

0 0 16

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Pengaruh Model Cooperative Learning Tipe TGT terhadap Hasil Belajar Matematika Siswa Kelas 4 SD N Ngrombo 3 Kecamatan Tangen Kabupaten Sragen Semester II Tahun Pelajaran 2014/2015

0 0 67

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Pemanfaatan Teknologi Augmented Reality untuk Promosi Tempat Wisata di Pulau Ambon pada Platform Android

0 0 23

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Sistem Pendukung Keputusan Pemilihan Siswa Berprestasi Menggunakan Metode SMART (Simple Multi Attribute Rating Technique): Studi Kasus SMA Negeri 3 Salatiga

0 6 15