Konflik Kepentingan Negara Sebagai Pemegang Saham Pada Penjualan Saham Bumn Dalam Kejahatan Perdagangan Orang Dalam

KATA PENGANTAR

  Puji syukur penulis ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat dan rahmat-Nya kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan Skripsi ini dengan judul Konflik Kepentingan Negara Sebagai Pemegang Saham pada Penjualan Saham BUMN dalam Kejahatan Perdagangan Orang Dalam. Sebagai salah satu persyaratan dalam menyelesaikan pendidikan di Program Studi S-I Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara, Medan

  Penulis menyadari bahwa yang disajikan dalam penulisan skripsi ini masih terdapat kekurangan yang harus diperbaiki, untuk itu penulis mengharapkan saran dan kritik yang sifatnya membangun sehingga dapat menjadi perbaikan di masa akan datang.

  Dalam penulisan Skripsi ini tidak terlepas dari bantuan dan dukungan berbagai pihak baik secara moril dan materil, untuk itu penulis mengucapkan terima kasih sebesar-besarnya kepada: 1.

  Bapak Prof. Dr. Runtung, SH., M.Hum, selaku Dekan Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara.

  2. Bapak Prof. Dr. Budiman Ginting, SH., M.Hum, selaku Pembantu Dekan I, Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara.

  3. Bapak Syafruddin Hasibuan, SH., M.Hum, selaku Pembantu Dekan II, Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara.

  4. Bapak Dr. OK. Saidin, SH., M.Hum selaku pembantu Dekan III Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara

  5. Ibu Windha, SH., M.Hum selaku Ketua Departemen Hukum Ekonomi, Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara. Ucapan terima kasih sebesar- besarnya kepada Ibu yang sudah memberikan kritik dan saran yang sangat bermanfaat bagi penyelesaian skripsi ini serta waktu bimbingan yang diberikan agar skripsi ini diselesaikan dengan baik.

  6. Bapak Ramli Siregar, S.H., M.Hum., selaku Sekretaris Jurusan Departemen Hukum Ekonomi. Ucapan terima kasih sebesar-besarnya atas ilmu yang telah diberikan dalam perkuliahan.

  7. Bapak Prof. Dr. Bismar Nasution, S.H., M.H., selaku Dosen Pembimbing I dan Dosen Hukum Ekonomi. Ucapan terima kasih sebesar-besarnya kepada Prof atas segala bantuan, kritikan, bimbingan, saran, dan dukungannya yang sangat berarti dan bermanfaat bagi penyelesaian skripsi ini.

  8. Bapak Dr. Mahmul Siregar, S.H., M.Hum., selaku Dosen Pembimbing II dan Dosen Hukum Ekonomi. Ucapan terima kasih sebesar-besarnya kepada Bapak atas segala bantuan, kritikan, saran, bimbingan, dan dukungan yang sangat berarti dan bermanfaat hingga selesainya penyusunan skripsi ini.

  9. Bapak Malem Ginting, S.H., M.Hum., selaku Dosen Wali. Ucapan terima kasih sebesar-besarnya atas segala bimbingan sejak baru menjadi mahasiswa sampai sekarang selesai menyelesaikan pendidikan.

  10. Para Dosen, Asisten Dosen, dan seluruh staf administrasi di Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara yang telah berjasa mendidik dan membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

  11. Kepada kedua orang tua penulis, Nawawi Mulia dan Betty Soleman yang telah membesarkan, mendidik, dan mendukung penulis hingga bisa menyelesaikan pendidikan formal Strata Satu (S1) ini.

  12. Adik penulis Ryan Mulia, Tante Penulis Wetty Soleman serta anggota keluarga penulis yang lain yang telah menjadi semangat dan faktor pendorong bagi penulis dalam menyelesaikan pendidikan formal strata satu dan juga memberikan dukungan moral dalam menjalani hidup penulis.

  13. Larrisa Japardi, Eric Tanaka, Yuendris dan Wisely, sahabat terbaik serta teman senasib dan sepenanggungan, teman makan-makan dan seperjuangan penulis selama masa perkuliahan di FH USU yang selalu bersama penulis dalam suka maupun duka pada saat menjalani masa perkuliahan dan selalu memberikan dukungan kepada penulis.

  14. Grup Pacisu yang selalu hadir memberikan canda dan tawa yang tak terkira kepada penulis selama masa perkuliahan di FH USU.

  15. Ekarudy, Stella Guntur, Sheila, Yohana, Cathlin, Irene, Milyardi, Fredy,Christy dan seluruh teman di Fakultas Hukum USU.

  16. Aively, Hermanto, Hadi, Josephine, Hillary, Yorris dan Steven yang selalu setia menemani penulis melepas stress.

  17. Sahabat-sahabat seperjuangan dari Grup A Fakultas Hukum USU stambuk 2011 yang lain.

  18. Kak Yuna yang selalu memberikan arahan dan bantuan bagi penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

  19. Abang dan kakak kelas serta adik-adik kelas Penulis di Fakultas Hukum USU yang lain.

  20. Teman-Teman diluar kampus yang tidak bisa disebutkan satu persatu.

  Penulis berharap semoga proposal ini dapat bermanfaat bagi pembaca pada umumnya. Akhirnya penulis mengucapkan banyak terima kasih.

  Medan, April 2015 Penulis

  Irene 110200385

  DAFTAR ISI ABSTRAK ................................................................................................... i KATA PENGANTAR ...................................................................................... ii DAFTAR ISI ................................................................................................... vi

  BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang .......................................................................... 1 B. Perumusan Masalah ................................................................... 7 C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ................................................. 7 D. Keaslian Penelitian .................................................................... 8 E. Tinjauan Pustaka ....................................................................... 10 F. Metode Penelitian ...................................................................... 19 G. Sistematika Penulisan................................................................... 21 BAB II PERAN NEGARA SEBAGAI PEMEGANG SAHAM PADA BUMN YANG SUDAH GO PUBLIC A. Dasar hukum BUMN melakukan Go Public............................... 24 B. Tujuan umum BUMN Go Public................................................ 30 C. Prosedur BUMN Go Public........................................................ 34 D. Kedudukan kelayakan Negara dalam BUMN Go Publik........... 49 E. Peran Negara pada BUMN yang Go Publik. ............................. 53 BAB III PENJUALAN SAHAM BUMN YANG TELAH GO PUBLIK DI PASAR SEKUNDER A. Mekanisme Jual Beli Saham BUMN pada Pasar Sekunder...... 63

  B.

  Prinsip Keterbukaan dalam Saham BUMN pada Pasar Sekunder....................................................................................... 68 C. Pengawasan Terhadap Transaksi Jual Beli Saham pada Pasar

  Sekunder....................................................................................... 75

  BAB IV KONFLIK KEPENTINGAN NEGARA SEBAGAI PEMEGANG SAHAM BUMN DALAM KEJAHATAN PERDAGANGAN ORANG DALAM A. Bentuk Kejahatan Perdagangan Orang Dalam pada Penjualan Saham BUMN.............................................................................. 86 B. Kejahatan Perdagangan Orang Dalam (Insider Trading) dalam Penjualan Saham BUMN............................................................. 94 C. Konflik Kepentingan Negara Sebagai Pemegang Perdagangan Orang Dalam, Penyelesaian Hukum Terhadap Perdagangan Orang Dalam pada Penjualan Saham BUMN.............................. 99 D. Perlindungan hukum terhadap investor yang dirugikan

  akibat adanya perdagangan orang dalam dan perlindungan hukum terhadap perdagangan orang dalam pada penjualan saham BUMN............................................................................. 103 E. Perlindungan Hukum terhadap Investor yang Dirugikan Akibat

  Adanya Perdagangan Orang Dalam........................................... 111

  BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan................................................................................ 129 B. Saran.......................................................................................... 130

  DAFTAR PUSTAKA....................................................................................... 131

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Negara Indonesia sebagai negara berkembang yang menitikberatkan

  peningkatan pembangunan di segala bidang. Dewasa ini arah dan kebijaksanaan yang ditempuh oleh pemerintah pada dasarnya bertumpu pada trilogi pembangunan, dengan penekanan pada segi pemerataan pembangunan dan hasil- hasilnya, disamping usaha mencapai laju pertumbuhan ekonomi yang cukup tinggi serta stabilitas nasional yang mantap. Pengembangan dunia usaha merupakan salah satu faktor yang ikut menentukan berhasil tidaknya pembangunan.Arah pembangunan di sektor ekonomi merupakan kewajiban pemerintah dalam memberikan pengarahan dan bimbingan dalam rangka pengembangan dunia usaha dan penciptaan iklim usaha yang baik yang mendorong kearah pertumbuhan, merupakan kenyataan bahwa investasi dalam

   jumlah yang besar sangat diperlukan untuk pembiayaan pembangunan.

  Pemerintah Indonesia mendirikan Badan Usaha Milik Negara (selanjutnya disebut BUMN) dengan dua tujuan utama, yaitu tujuan yang bersifat ekonomi dan tujuan yang bersifat sosial.Dalam tujuan yang bersifat ekonomi, BUMN dimaksudkan untuk mengelola sektor-sektor bisnis strategis agar tidak dikuasai pihak-pihak tertentu. Bidang-bidang usaha yang menyangkut hajat hidup orang banyak, seperti perusahaan listrik, minyak dan gas bumi, sebagaimana diamanatkan dalam Pasal 33 ayat (2) Undang-Undang Dasar Republik Indonesia 1 Nindoyo Pramono, Sertifikasi saham PT. Go PublicdanHukum Pasar Modal di Indonesia (Bandung: Citra Aditya Bakti, 2001), hlm.11.

  1945 (selanjutnya disebut UUD 1945), seyogyanya dikuasai oleh BUMN. Dengan adanya BUMN diharapkan dapat terjadi peningkatan kesejahteraan masyarakat, terutama masyarakat yang berada di sekitar lokasi BUMN. Tujuan BUMN yang bersifat sosial antara lain dapat dicapai melalui penciptaan lapangan kerja serta upaya untuk membangkitkan perekonomian lokal. Penciptaan lapangan kerja dicapai melalui perekrutan tenaga kerja oleh BUMN. Upaya untuk membangkitkan perekonomian lokal dapat dicapai dengan jalan mengikut- sertakan masyarakat sebagai mitra kerja dalam mendukung kelancaran proses kegiatan usaha. Hal ini sejalan dengan kebijakan pemerintah untuk memberdayakan usaha kecil, menengah dan koperasi yang berada di sekitar lokasi BUMN.

  Badan Usaha Milik Negara diperbolehkan untuk melakukan privatisasi BUMN sehingga dapat mencapai tujuan yang bersifat ekonomi. Hal ini disebutkan dalam Pasal 1 Angka 2 Peraturan Pemerintah Nomor 33 Tahun 2005 tentang Tata Cara Privatisasi Perusahaan Perseroan (Persero) menyebutkan “Privatisasi adalah penjualan saham Persero, baik sebagian maupun seluruhnya kepada pihak lain dalam rangka meningkatkan kinerja dan nilai perusahaan, memperbesar manfaat bagi negara dan masyarakat, serta memperluas pemilikan saham oleh masyarakat.” Dalam kurun waktu 50 tahun semenjak BUMN dibentuk, BUMN secara umum belum menunjukkan kinerja yang menggembirakan.Perolehan laba yang dihasilkan masih sangat rendah.Sementara itu, saat ini pemerintah masih harus berjuang untuk melunasi pinjaman luar negeri yang disebabkan oleh krisis ekonomi tahun 1997 lalu.Dan salah satu upaya yang ditempuh pemerintah untuk dapat meningkatkan pendapatannya adalah dengan

   melakukan privatisasi BUMN.

  Privatisasi BUMN mengundang pro dan kontra di kalangan masyarakat.Sebagian masyarakat berpendapat bahwa BUMN adalah aset negara yang harus tetap dipertahankan kepemilikannya oleh pemerintah, walaupun tidak mendatangkan manfaat karena terus merugi. Namun ada pula kalangan masyarakat yang berpendapat bahwa pemerintah tidak perlu sepenuhnya memiliki BUMN, yang penting BUMN tersebut dapat mendatangkan manfaat yang lebih

  

  baik bagi negara dan masyarakat Indonesia. Salah satu cara upaya BUMN dalam melakukan privatisasi adalah dengan melakukan Penawaran umum perdana atau yang dikenal dengan sebutan Initial Public Offering (selanjutnya disebut IPO).

  Breally dan Myers mendefinisikan IPO sebagai penjualan saham baru untuk meningkatkan atau menambah kas perusahaan.IPO merupakan penjualan saham perusahaan melalui pasar modal, BUMN yang melakukan privatisasi dengan cara ini, antara lain, PT. Telkom (1995), PT. Timah (1995), PT. Aneka Tambang (1997), PT. Bank Mandiri (2003), PT. PGN (2003), PT. Garuda Indonesia Tbk (2007) dan PT. Krakatau Steel (2010). Tujuan dari penawaran perdana adalah untuk mendapatkan tambahan modal bagi perluasan operasi perusahaan. Dengan demikian IPO merupakan salah satu cara yang digunakan perusahaan untuk mendapatkan dana jangka panjang dari masyarakat dengan cara menjual saham kepada masyarakat. 2 Zulperio, Privatisasi BUMN di Indonesia, wordpress.com/2010/04/20/privatisasi-bumn- di-indonesia/ (diakses tanggal 11 Februari 2015). 3 Implementasi Kebijakan Privatisasi BUMN di Indonesia,

   (diakses tanggal 11 Februari 2015).

  Penawaran umum dalam prakteknya dilaksanakan melalui pasar perdana

  

(primary market) yang berlangsung dalam waktu terbatas selama beberapa hari

  saja.Dalam hal ini penawaran efek dilakukan penjamin emisi efek dan para agen penjualan (kalau ada).Dengan berakhirnya pasar perdana, untuk selanjutnya pemodal dapat memperjualbelikan kembali efeknya pada pasar sekunder (bursa).Harga penawaran efek (offering price) pada pasar perdana ditetapkan bersama antara emiten dengan penjamin pelaksana emisi, sedangkan pembentukan harga efek di bursa didasarkan pada hukum permintaan dan penawaran yang terjadi di pasar.

  Pasar sekunder adalah pasar tempat jual beli saham-saham perusahaan yang telah dicatatkan di bursa efek untuk menambah modal perusahaan.Pasar sekunder memberikan kesempatan kepada para investor untuk membeli atau menjual saham yang tercatat di bursa efek, setelah terlaksananya penawaran perdana, saham tersebut diperdagangkan dari satu investor kepada investor lainnya.Pada saat suatu saham terdaftar di suatu bursa efek maka investor dan spekulan dapat dengan mudah melakukan transaksi perdagangan di bursa tersebut.Pasar sekunder ini sangat likuid dan transparan.Sebelum adanya sistem perdagangan elektronis maka satu-satunya cara untuk menciptakan likuiditas adalah dengan jalan adanya pertemuan yang teratur antara investor dan spekulan.Hal inilah yang menjadi awal dari munculnya bursa efek.

  Perdagangan di pasar sekunder dapat dilakukan di dua jenis pasar, yaitu pasar lelang (auction market) dan di pasar negosiasi (negotiated market). Pasar lelang adalah pasar sekuritas yang melibatkan proses pelelangan (penawaran) pada sebuah lokasi fisik. Transaksi antar pembeli dan penjual menggunakan perantara broker yang mewakili masing-masing pihak pembeli dan penjual.

  Dengan demikian investor tidak dapat secara langsung transaksi, tetapi dilakukan dengan perantara broker. Berbeda dengan penentuan harga saham di pasar perdana, yang dimana harga saham sekuritas ditentukan oleh kesepakatan antara emiten dan underwriter, harga sekuritas di pasar sekunder ditentukan oleh mekanisme pasar (kekuatan tarik menarik permintaan dan penawaran) yang terjadi dalam bursa efek.Dalam pasar sekunder ini, investor bisa membeli saham dengan volume berapa saja sesuai dengan kemampuan keuangannya.

  Bila dilihat dari kepentingan pemodal dalam membeli dan menjual saham, maka terdapat beberapa perbedaan antara pasar perdana dengan pasar sekunder.

  Pertama, pada pasar perdana, harga yang telah ditentukan tidak akan berubah, sedangkan pada pasar sekunder, harga berubah sesuai dengan kekuatan supply dan

  

demand . Kedua, transaksi perdagangan di pasar perdana tidak dikenakan komisi,

  sedangkan pasar sekunder, ada biaya komisi.Ketiga, pada pasar perdana hanya berlaku pada saat pembelian saham.Di pasar sekunder, bisa terjadi pola jual beli seperti halnya pasar secara umum.Dari sudut pandang jangka waktu, pasar

   perdana memiliki batas waktu, sedangkan pasar sekunder tidak.

  Proses jual-beli saham pada pasar sekunder mempunyai kemungkinan untuk terjadi praktik insider trading. Insider trading secara harafiah berarti perdagangan orang dalam. Dalam istilah hukum pasar modal, insider trading adalah perdagangan efek yang dilakukan oleh mereka yang tergolong orang 4 M.Irsan Nasarudin,dkk, Aspek Hukum Pasar Modal Indonesia (Jakarta: Kencana, 2004) hlm. 213-214. dalam/ perusahaan (dalam arti luas), dimana perdagangan efek tersebut didasarkan karena adanya suatu informasi orang dalam (inside information) yang penting dan mengandung fakta material, dimana pelaku insider trading (inside trader)

   mengharapkan keuntungan ekonomi, secara langsung atau tidak langsung.

  Pada praktiknya, pasar modal tidak dapat terlepas dari berbagai macam pelanggaran berupa tindakan-tindakan yang tidak sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang ada, terjadinya tindakan-tindakan yang tidak sesuai dengan prinsip keterbukaan yang pada akhirnya tindakan-tindakan tersebut akan sangat merugikan kepentingan berbagai pihak serta merugikan dan menghambat kelangsungan proses pembangunan perekonomian bangsa. Pelanggaran yang terjadi di dalam penyelanggaraan pasar modal termasuk ke dalam bentuk kejahatan kerah putih (white collar crime), kejahatan kerah putih yang terjadi di pasar modal pada umumnya dilakukan dengan begitu sempurnanya sehingga para korban sama sekali tidak sadar bahwa ia menjadi korban kejahatan tersebut, masyarakat umumnya hanya menganggap kejahatan yang dilakukan dan mengakibatkan kerugian bagi mereka, sebagai akibat yang harus ditanggung karena “kekuatan” pasar negatif, dan merupakan bagian dari mekanisme pasar

  

  dimana mereka hanya kebetulan menjadi korbannya. Salah satu bentuk pelanggaran dalam penyelenggaraan pasar modal yang termasuk kejahatan kerah putih adalah perdagangan orang dalam atau dikenal dengan namainsider trading.

  Insider Trading di Indonesia diatur di dalam Pasal 95, Pasal 96, Pasal 97, Pasal 98

  dan Pasal 99 Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal 5 Insider Trading diakses tanggal 11 Maret 2015). 6 Hamud M. Balfas, Hukum Pasar Modal Indonesia (Jakarta : Tatanusa,2006), hlm. 433.

  (selanjutnya disebut UUPM). Terjadinya insider trading dalam perusahaan yang telah go public dikarenakan adanya benturan antara kepentingan pribadi dewan direksi dan komisaris dengan kepentingan perusahaan yang telah go public, yang dimana dewan direksi dan komisaris menggunakan kewenangannya atas informasi orang dalam untuk kepentingan pribadinya.

  Berdasarkan latar belakang diatas maka dipilihlah skripsi yang berjudul “Konflik Kepentingan Negara Sebagai Pemegang Saham Pada Penjualan Saham Bumn Dalam Kejahatan Perdagangan Orang Dalam”.

  B. Perumusan Masalah

  Berdasarkan latar belakang di atas, maka dapat ditarik suatu rumusan masalah sebagai berikut

  1. Bagaimana peran negara sebagai pemegang saham pada BUMN yang sudah go public?

  2. Bagaimana ketentuan dalam peraturan perundang-undangan tentang penjualan saham BUMN yang telah go public di pasar sekunder?

  3. Bagaimana konflik kepentingan negara sebagai pemegang saham BUMN dalam kejahatan perdagangan orang dalam ?

  C. Tujuan dan Manfaat Penelitian 1.

  Tujuan penelitian Adapun yang menjadi tujuan dari penulisan skripsi ini adalah sebagai berikut : a.

  Untuk mengetahui peran negara sebagai pemegang saham pada BUMN yang sudah go public.

  b.

  Untuk mengetahui penjualan saham BUMN yang telah go public di pasar sekunder c.

  Untuk mengetahui konflik kepentingan negara sebagai pemegang saham BUMN dalam kejahatan perdagangan orang dalam 2. Manfaat penelitian

  Manfaat yang dapat diambil dari penelitian yang ini antara lain: a. Secara teoritis

  Hasil penelitian ini akan melahirkan beberapa konsep ilmiah yang pada gilirannya akan memberikan sumbangan pemikiran berkaitan penjualan saham BUMN dalam kejahatan perdagangan orang dalam b. Secara praktis. Sebagai bahan kajian bagi kalangan akademis untuk menambah wawasan dalam bidang ilmu hukum, khususnya yang berkaitan kepentingan negara sebagai pemegang saham berkaitan penjualan saham BUMN dalam kejahatan perdagangan orang dalam

D. Keaslian Penulisan

  Penelitian ini dilakukan atas ide dan pemikiran dari peneliti sendiri atas masukan yang berasal dari berbagai pihak guna membantu penelitian dimaksud.

  Sepanjang yang telah ditelusuri dan diketahui di lingkungan Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara, penelitian tentang Konflik Kepentingan Negara

  Sebagai Pemegang Saham Pada Penjualan Saham Bumn Dalam Kejahatan Perdagangan Orang Dalam, belum pernah diteliti oleh peneliti sebelumnya.

  Adapun judul yang ada di perpustakaan Universitas Sumatera Utara antara lain :

  1. Nama : Martua Harahap

  Nim : 020200019 Judul : Tinjauan Umum terhadap Obligasi Ritel Indonesia seri 001 di PT. Bank Mandiri Persero Tbk

  2. Nama : Hayatun P.Nainggolan

  Nim : 030200055 Judul : Tinjauan Yuridis Obligasi sebagai Alternatif Investasi Di

  Pasar Modal 3. Nama

  : Mutiara Siska Sitorus Nim : 050200330 Judul : Peran dan Tanggung Jawab Wali Amanat Terkait

  Penerbitan Obligasi dalam Pasar Modal (Tinjauan terhadap Undang Undang No. 8 Tahun 1995 dan peraturan lain yang terkait dengan Pasar Modal Indonesia).

  4. Nama : Helen H. Hutahaean

  Nim : 060200220 Judul : Perlindungan Hukum terhadap Investor Pasar Modal

  Apabila Emiten Gagal Bayar (default) di dalam Perdagangan Obligasi Secara Elektronik Dengan demikian, jika dilihat kepada permasalahan yang ada dalam penelitian ini, maka dapat dikatakan bahwa penelitian ini merupakan karya ilmiah yang asli, bila dikemudian hari ditemukan judul yang sama, maka dapat dipertanggungjawabkan sepenuhnya.

E. Tinjauan Pustaka 1.

  Badan Usaha Milik Negara Pada dasarnya, keberadaan BUMN di Indonesia memiliki keterkaitan yang erat dengan amanat Pasal 33 UUD 1945 utamanya ayat (2) dan (3). Ayat (2) berbunyi, “Cabang-cabang produksi yang penting bagi Negara dan yang menguasai hajat hidup orang banyak dikuasai oleh Negara”. Sedangkan pada ayat (3) berbunyi, “ Bumi dan air dan kekayaan alam yang terkandung di dalamnya dikuasai oleh Negara dan dipergunakan untuk sebesar-besarnya kemakmuran rakyat”.Penguasaan oleh negara sebagaimana yang disampaikan oleh Pasal 33 tersebut, bersifat penting agar kesejahteraan rakyat banyak terjamin dengan dapatnya rakyat memanfaatkan sumber-sumber kemakmuran rakyat yang berasal dari bumi, air dan kekayaan alam di dalamnya. Guna menjalankan penguasaan tersebut, negara melalui pemerintah kemudian membentuk suatu badan usaha milik negara, yang sedikenal dengan sebutan perusahaan negara, yang bertugas

   melaksanakan penguasaan tersebut.

  Pasal 1 angka 1 Undang-undang Nomor 19 Tahun 2003 tentang Badan Usaha Milik Negara (selanjutnya disebut dengan UU BUMN) menyatakan bahwa 7 Ibrahim R, Prospek BUMN dan Kepentingan Umum (Bandung: Citra Aditya Bakti, 1997), hlm. 104. BUMN adalah badan usaha yang seluruh atau sebagian besar modalnya dimiliki oleh negara melalui penyertaan langsung yang berasal dari kekayaan negara yang dipisahkan.

  Dengan demikian, dapat diketahui bahwa hal yang membedakan antara

   BUMN dengan badan hukum lainnya adalah: a.

  Seluruh atau sebagaian besar modalnya dimiliki oleh negara; b.

  Melalui penyertaan secara langsung; dan c. Berasal dari kekayaan negara yang dipisahkan 2. Latar belakang berdirinya Badan Usaha Milik Negara

  Sejak Indonesia merdeka, terdapat isu yang kerap menjadi perdebatan di kalangan founding fathers, yaitu mengenai posisi dan peranan perusahaan negara yang bersinggungan dengan kata “dikuasai oleh negara” yang termuat pada Pasal

  33 UUD 1945. Pada saat itu Presiden Soekarno menafsirkan bahwa karena kondisi perekonomian masih lemah pasca-kemerdekaan, negara harus menguasai sebagian besar bidang usaha yang dapat menstimulasi kegiatan ekonomi.Hal mana yang bertentangan dengan pemikiran Hatta, beliau mengemukakan bahwa negara hanya cukup menguasai perusahaan yang benar-benar menguasai kebutuhan pokok masyarakat, seperti listrik dan transportasi. Pandangan ini lebih sesuai dengan paham ekonomi modern, karena posisi negara hanya cukup menyediakan

   infrastruktur yang mendukung proses pembangunan.

  8 9 Johannes Ibrahim, Hukum Organisasi Perusahaan (Bandung: Aditama, 2006), hlm. 61.

  Riant Nugroho, Randy R. Wrihatnolo, Manajemen Privatisasi BUMN (Jakarta: Elex Media Komputindo, 2008), hlm. 3. Pasca kemerdekaan, negara memegang posisi dan peranan yang sangat dominan, oleh karena pasca kemerdekaan, negara memegang posisi dan peranan sehingga:

  

  a) Situasi negara yang baru lepas dari penjajahan dan tidak memiliki social

  overhead capital (SOC) sebagai modal pembangunan;

  b) Besarnya kerugian dan kerusakan public utilities sebagai akibat perang;

  c) Terpinggirkannya pengusaha pribumi sebagai warga kelas ketiga (setelah Eropa dan Keturunan Arab serta Tionghoa).

  Pada tahun 1969 pemerintah mengklasifikasikan BUMN menjadi empat macam yaitu perusahaan jawatan (perjan), perusahaan umum (perum), perusahaan perseroan (persero) dan perusahaan negara diluar ketiga macam BUMN atas UU No. 9 tahun 1969.

  a.

  Perusahaan Jawatan (Perjan) Ciri pokok berdasarkan menurut Undang-Undang Nomor 9 tahun 1969 adalah :

  1. tujuan melayani kepentingan umum.

  2. bagian dari departemen atau direktorat jenderal sehingga tidak otonom

  3. dimiliki sepenuhnya oleh pemerintah sebagai bagian dari departemen atau direktorat jenderal.

  4. dipimpin oleh kepala jawatan dan diangkat oleh pemerintah

10 Ibid.

  5. diawasi langsung oleh pemerintah secara hierarkis fungsional, diperiksa oleh akuntan Negara dan disahkan oleh menteri.

  6. modalnya berasal dari anggran pendapatan dan belanja negara tahunan.

  7. para pegawainya berstatus pegawai negeri 8. ruang lingkupnya adalah sektor pelayanan umum yang bersifat strategis b.

  Perusahaan Umum (Perum) Berdasarkan Undang-undang terbaru maksud dan tujuan pendirian perum adalah menyelenggarakan usaha yang bertujuan untuk kemanfaatan umum berupa penyediaan barang dan atau jasa yang berkualitas dengan harga yang terjangkau oleh masyarakat yang berdasarkan prinsip pengelolaan perusahaan yang sehat.

  c.

  Perusahaan Perseroan Modal terbagi dalam saham yang seluruh atau paling sedikit 51% sahamnya dimiliki oleh negara. Tujuan utamanyaadalah mengejar keuntungan.

  d.

  Perusahaan Negara di luar Perusahaan Jawatan (Perjan), Perusahaan Umum (Perum) dan Perusahaan Perseroan (Persero).

3. Go Public

  Pada hakekatnya go public secara terjemahannya adalah proses perusahaan yang “go public atau pergi ke masyarakat”, artinya perusahaan itu memasyarakatkan dirinya yaitu dengan jalan memberikan sarana bagi masyarakat untuk masuk dalam perusahaannya, yaitu dengan menerima penyertaan masyarakat dalam usahanya, baik dalam pemilikan maupun dalam penetapan

   kebijakan pengelolaan.

  Go public adalah kegiatan penawaran saham atau efek lainnya yang

  dilakukan oleh emiten (perusahaan yang akan go public) untuk menjual saham atau efek kepada masyarakat berdasarkan tata cara yang diatur oleh UUPM dan

   peraturan pelaksanaannya.

  Dalam istilah pasar modal, go public sering disebut sebagai IPO, yaitu penawaran pasar perdana kepada masyarakat. Perusahaan memiliki berbagai alternatif sumber pendanaan, baik yang berasal dari dalam maupun dari luar perusahaan.Alternatif pendanaan dari dalam perusahaan, umumnya dengan menggunakan laba yang ditahan perusahaan. Sedangkan alternatif pendanaan dari luar perusahaan dapat berasal dari kreditur berupa hutang, pembiayaan bentuk lain atau dengan penerbitan surat-surat utang, maupun pendanaan yang bersifat penyertaan dalam bentuk saham (equity).

  Perusahaan yang sebelum menjual saham kepada masyarakat disebut perusahaan tertutup (private company) sedangkan perusahaan yang sudah menjual sahamnya ke masyarakat disebut perusahaan terbuka atau perusahaan public (public listed company). Perusahaan publik di Indonesia sejak tahun 1996, banyak yang mulai mengubah nama perusahaan dengan menambahkan kata Tbk di belakang nama yang lama. Tbk berarti terbuka.

11 Vienovidelusion.blogspot.com/2014/05/makalah-perusahaan-go-public-ptastra.html

  (diakses tanggal 15 Februari 2015) 12Proses Go Public tabid/192/lang/id-ID/Default.aspx (diakses tanggal 2 Februari 2015).

  Misalnya: “PT Buana Finance Indonesia” menjadi “PT Buana Finance Indonesia Tbk”.

  Perusahaan tertutup adalah suatu perseroan terbatas yang saham-sahamnya masih dipegang oleh beberapa orang/perusahaan saja, sehingga jual-beli sahamnya dilakukan dengan cara-cara yang ditentukan oleh anggaran dasar perseroan, yang pada umumnya diserahkan kepada kebijaksanaan pemegang

  

  saham yang bersangkutan. Perseroan terbuka adalah suatu perseroan terbatas yang modal dan saham-sahamnya dipegang oleh banyak orang/banyak perusahaan, yang penawaran sahamnya dilakukan kepada publik sehingga jual- beli sahamnya dilakukan melalui pasar modal.Salah satu ciri perusahaan terbuka adalah perlunya keterbukaan (disclosure) atas informasi perusahaan kepada publik.

  Bagi perusahaan yang telah go public, pasar modal merupakan sarana bagi peningkatan nilai perusahaan. Pasar modal memberikan sarana bagi peningkatan nilai melalui berbagai aksi korporasi yang ditopang oleh keterbukaan informasi secara penuh.Transparansi berdampak pada efisiensi usaha, peningkatan laba, peningkatan harga saham, competitive position, dan peningkatan kemakmuran

   pemegang saham.

4. Go public perusahaan BUMN

  Privatisasi adalah penjualan saham persero, baik sebagian maupun seluruhnya, kepada pihak lain dalam rangka meningkatkan kinerja dan nilai perusahaan, memperbesar manfaat bagi negara dan masyarakat, serta memperluas 13 14 Ibid.

  

Zainuddin Ali, Metode Penelitian Hukum (Jakarta: Sinar Grafika, 2009), hlm.105. pemilikan saham oleh masyarakat. Hal ini diatur dalam Pasal 1 Butir 12 UU BUMN.Privatisasi adalah sebuah pemikiran dalam ideologi kapitalisme, peran negara di bidang ekonomi hanya terbatas pada pengawasan pelaku ekonomi dan penegakan hukum. Pemikiran ini menetapkan pula pada sektor publik dibebaskan dalam melakukan usaha, investasi, dan inovasi, maka pertumbuhan ekonomi dan

   kesejahteraan rakyat akan meningkat.

  Metode privatisasi yang dilakukan pemerintah kebanyakan masih berbentuk penjualan saham kepada pihak swasta.Hal ini menyebabkan uang yang diperoleh dari hasil penjualan saham-saham BUMN tersebut masuk ke tangan pemerintah, bukannya masuk ke dalam BUMN untuk digunakan sebagai

   tambahan pendanaan dalam rangka mengembangkan usahanya.

  Bagi pemerintah hal ini berdampak cukup menguntungkan, karena pemerintah memperoleh pendapatan penjualan sahamnya, namun sebenarnya bagi BUMN hal ini agak kurang menguntungkan, karena dengan kepemilikan baru, tentunya mereka dituntut untuk melakukan berbagai perubahan. Namun, perubahan tersebut kurang diimbangi tambahan dana segar yang cukup, sebagian besar hanya berasal dari kegiatan-kegiatan operasionalnya terdahulu yang sebenarnya kurang efisien.

5. Konflik kepentingan

  Konflik kepentingan adalah situasi dimana seorang penyelenggara negara yang mendapatkan kekuasaan dan kewenangan berdasarkan peraturan perundangundangan memiliki atau diduga memiliki kepentingan pribadi atas

  15 Privatisasi Fakta Dan Bahayanya, http://www.gaulislam.com.(diakses tanggal 11 Maret 2015). 16 Ibid. setiap penggunaan wewenang yang dimilikinya sehingga dapat mempengaruhi kualitas dan kinerja yang seharusnya. Penyelenggara negara dalam hal ini adalah seseorang yang menjabat atau memiliki kekuasaan dan kewenangan untuk menyelenggarakan fungsi-fungsi negara dalam wilayah hukum negara dan mempergunakan anggaran yang seluruhnya atau sebagian berasal dari negara, misalnya pejabat negara, pejabat publik, penyelenggara pelayanan publik dan berbagai istilah lainnya yang terdapat dalam peraturan perundang-undangan. Termasuk didalamnya semua pejabat yang menyelenggarakan fungsi-fungsi negara baik dalam cabang kekuasaan eksekutif, legislatif, yudikatif,

   penyelenggara negara di BUMN/BHMN/BLU/BUMD.

  Beberapa bentuk konflik kepentingan yang sering terjadi dan dihadapi oleh

  

Penyelenggara Negara antara lain adalah: a.

  Situasi yang menyebabkan seseorang menerima gratifikasi atau pemberian/penerimaan hadiah atas suatu keputusan/jabatan; b.

  Situasi yang menyebabkan penggunaan asset jabatan/instansi untuk kepentingan pribadi/golongan; c.

  Situasi yang menyebabkan informasi rahasia jabatan/ instansi dipergunakan untuk kepentingan pribadi/golongan; d.

  Perangkapan jabatan di beberapa lembaga/instansi/perusahaan yang memiliki hubungan langsung atau tidak langsung, sejenis atau tidak sejenis, sehingga menyebabkan pemanfaatan suatu jabatan untuk kepentingan 17 Konflik Kepentinga

  

Konflik%20Kepentingan%20panduan%20penanganan%20konflik%20kepentingan.pdf (diakses

pada tanggal 10 Maret 2015) 18 Ibid.

  jabatan lainnya; e. Situasi yang menyebabkan proses pengawasan tidak mengikuti prosedur karena adanya pengaruh dan harapan dari pihak yang diawasi; f.

  Post employment (berupa trading influence, rahasia jabatan); g.

  Situasi yang memungkinkan penggunaan diskresi yang menyalahgunakan wewenang.

6. Perdagangan orang dalam

  Menurut Sofyan A. Djalil dalam bukunya Tavinayati dan Yulia Qamariyanti yang berjudul Hukum Pasar Modal di Indonesia dijelaskan bahwa,

  

insider trading adalah istilah teknis yang hanya dikenal di pasar modal. Istilah ini

  mengacu kepada praktik di mana orang dalam perusahaan (corporate insiders) melakukan transaksi sekuritas (trading) dengan menggunakan informasi yang eksklusif mereka miliki (inside nonpublic information) artinya segala informasi yang penting dan dapat mempengaruhi harga securities dan informasi tersebut

   belum diumumkan kepada khalayak ramai.

  Objek kejahatan ini adalah informasi yang sifatnya material dan belum terbuka untuk umum, sehingga orang dalam memanfaatkannya untuk kepentingan dan keuntungan sendiri, baik secara perorangan maupun secara kolektif. Badan Pengawas Pasar Modal dan Lembaga keuangan (selanjutnya disebut Bapepam) sebagai lembaga pengawas pasar modal mempunyai kewenangan untuk melakukan pemeriksaan dan diteruskan dengan proses penyidikan untuk

19 Tavinayati dan Yulia Qamariyanti, Hukum Pasar Modal di Indonesia (Jakarta; Sinar Grafika, 2009), hlm. 81.

  membuktikan telah terjadi pelanggaran dan kejahatan di pasar modal. Bapepam (OJK) juga diberi kewenangan untuk menjatuhkan sanksi baik sanksi pidana penjara (maksimal 10 tahun penjara dan denda maksimal Rp. 15 Miliar) maupun sanksi administratif terhadap pihak yang terbukti telah melakukan pelanggaran

  

  terhadap UUPM. Kewenangan Bapepam tersebut diatur dalam Pasal 100 dan

  Pasal 101 UUPM dan diatur lebih lanjut di dalam Peraturan Pemerintah Nomor 46 Tahun 1995 Tentang Tata Cara Pemeriksaan di Bidang Pasar Modal. F. Metode Penelitian Metode penelitian berisikan uraian tentang metode atau cara yang peneliti gunakan untuk memperoleh data atau informasi.Metode penelitian ini berfungsi sebagai pedoman dan landasan tata cara dalam melakukan operasional penelitian

   untuk menulis suatu karya ilmiah yang peneliti lakukan.

1. Jenis penelitian

  Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian hukum normatif atau yuridis normatif.Penelitian yuridis normatif tersebut mengacu kepada norma-norma hukum yang terdapat dalam peraturan perundang- undangan dan putusan-putusan pengadilan serta norma-norma hukum yang ada

  

  dalam masyarakat. Penelitian yuridis normatif atau penelitian hukum normatif

  20 21 Ibid. 22 Ibid . hlm.106.

  Ibid. yang dilakukan dengan cara meneliti bahan pustaka yang merupakan data

   sekunder dan disebut juga penelitian kepustakaan.

  Penelitian ini bersifat deskriptif analitis, yang mengungkapkan peraturan perundang-undangan yang berkaitan dengan teori-teori hukum yang menjadi

  

  objek penelitian. Deskriptif analistis, merupakan metode yang dipakai untuk menggambarkan suatu kondisi atau keadaan yang sedang terjadi atau berlangsung yang tujuan agar dapat memberikan data seteliti mungkin mengenai objek penelitian sehingga mampu menggali hal-hal yang bersifat ideal, kemudian dianalisis berdasarkan teori hukum atau peraturan perundang-undangan yang

  

  berlaku. Dalam penulisan ini menguraikan hal-hal tentang Konflik Kepentingan Negara Sebagai Pemegang Saham Pada Penjualan Saham Bumn Dalam Kejahatan Perdagangan Orang Dalam 2.

  Data penelitian Sumber bahan hukum yang dibutuhkan dalam penelitian ini adalah data sekunder, yaitu: a.

  Bahan hukum primer, yaitu: Undang-Undang Dasar 1945, Undang- Undang Nomor 19 Tahun 2003 tentang Badan Usaha Milik Negara, Undang-Undang Nomor 8 tahun 1995 tentang Pasar Modal b. Bahan hukum sekunder, yakni bahan-bahan yang meberikan penjelasan mengenai bahan hukum primer yang berupa buku-buku, karya ilmiah, atau 23 hasil penelitian yang relevan dengan penelitian ini.

  Ronny Hanitijo Soemitro, Metodologi Penelitian Hukum dan Jurimetri (Jakarta: Ghlmia Indonesia, 1994), hlm. 9. 24 25 Ibid ., hlm 105.

  Ibid. , hlm 225. c.

  Bahan hukum tertier, adalah bahan hukum yang memberikan petunjuk dan penjelasan terhadap bahan hukum primer dan sekunder. Bahan hukum tersier yang digunakan seperti Kamus Besar Bahasa Indonesia, kamus

   hukum dan ensiklopedia.

  3. Teknik pengumpulan data Teknik pengumpulan data dilakukan dengan cara penelitian kepustakaan

  (Library Research) dilakukan dengan jalan meneliti dokumen-dokumen yang ada, yaitu dengan mengumpulkan bahan hukum dan informasi baik yang berupa buku, karangan ilmiah, peraturan perundang-undangan dan bahan tertulis lainnya yang berkaitan dengan penelitian ini, yaitu dengan mencari, mempelajari, dan mencatat

   serta menginterpretasikan hal-hal yang berkaitan dengan objek penelitian.

  4. Analisis data Berdasarkan sifat penelitian yang menggunakan metode penelitian bersifat deskriptif analistis, maka analisis yang dipergunakan adalah analisis secara pendekatan kualitatif terhadap data sekunder yang didapat.

  Bahan hukum yang dianalisi secara kualitatif akan dikemukakan dalam bentuk uraian secara sistematis dengan menjelaskan hubungan antara berbagai jenis bahan hukum, selanjutnya semua bahan hukum diseleksi dan diolah, kemudian dinyatakan secara deskriptif sehingga menggambarkan dan mengungkapkan dasar hukumnya, sehingga memberikan jawaban terhadap permasalahan yang dimaksud.

  26 27 Ibid. , hlm 224.

  Ibid. , hlm 225.

G. Sistematika Penulisan

  Untuk memudahkan penulisan skripsi ini agar permasalahan yang diangkat dengan pembahasan skripsi sesuai, maka diperlukan adanya sistematika penulisan yang teratur yang saling berkaitan satu sama lain. Tiap bab terdiri dari setiap sub bab dengan maksud untuk mempermudah dalam hal-hal yang dibahas dalam skripsi ini. Adapun sistematika penulisan skripsi ini adalah :

  BAB I PENDAHULUAN Pada bagian bab ini akan membahas tentang latar belakang, perumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, keaslian penulisan, metode penelitian, sistematika penulisan

  BAB II PERAN NEGARA SEBAGAI PEMEGANG SAHAM PADA BUMN YANG SUDAH GO PUBLIC Bab ini berisikana dasar hukum BUMN melakukan Go Public, Tujuan umum BUMN Go Public, kedudukan kelayakan Negara dalam BUMN Go Public dan peran Negara pada BUMN yang Go

  Public.

  BAB III PENJUALAN SAHAM BUMN YANG TELAH GO PUBLIC DI PASAR SEKUNDER. Bab ini berisikan mekanisme jual beli saham BUMN pada pasar sekunder, prinsip keterbukaan dalam manivestasi saham BUMN pada pasar sekunder dan pengawasan terhadap transaksi jual beli saham pada pasar sekunder.

  BAB IV KONFLIK KEPENTINGAN NEGARA SEBAGAI PEMEGANG SAHAM BUMN DALAM KEJAHATAN PERDAGANGAN ORANG DALAM Bab ini berisikan bentuk kejahatan perdagangan orang dalam pada penjualan saham BUMN, konflik kepentingan Negara sebagai pemegang perdagangan orang dalam, penyelesaian hukum terhadap perdagangan orang dalam p;ada penjualan saham BUMN dan perlindungan hukum terhadap investor yang dirugikan akibat adanya perdagangan orang dalam dan perlindungan hukum terhadap perdagangan orang dalam pada penjualan saham BUMN.

  BAB V KESIMPULAN DAN SARAN Bab ini merupakan bagian terakhir dari penulisan skripsi ini.Bab ini berisi kesimpulan dari permasalahan pokok dari keseluruhan isi.Kesimpulan bukan merupakan rangkuman ataupun ikhtisar.Saran merupakan upaya yang diusulkan agar hal-hal yang dikemukakan dalam pembahasan permasalahan dapat lebih berhasil guna berdaya guna.

Dokumen yang terkait

KATA PENGANTAR - Pengaruh Penyajian Laporan Keuangan Daerah dan Aksesibilitas Laporan Keuangan Daerah Terhadap Transparansi Pengelolaan Keuangan Daerah Pada Pemerintahan Kota Medan

0 3 15

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pemahaman Sistem Akuntansi Pemerintah Daerah - Pengaruh Penerapan Sistem Akuntansi Keuangan Pemerintah Daerah Terhadap Kualitas Laporan Keuangan Pemerintah Daerah(Studi Kasus Pada Seluruh Skpd Di Provinsi Sumatera Utara)

0 1 10

KATA PENGANTAR - Pengaruh Penerapan Sistem Akuntansi Keuangan Pemerintah Daerah Terhadap Kualitas Laporan Keuangan Pemerintah Daerah(Studi Kasus Pada Seluruh Skpd Di Provinsi Sumatera Utara)

0 0 13

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Teoritis 2.1.1 Investasi - Pengaruh Firm Size, Earning Per Share Dan Book To Market Ratio Terhadap Return Saham Dengan Kebijakan Deviden Sebagai Moderating Variabel Pada Perusahaan Pertambangan Batubara Yang Terdaftar

0 0 22

KATA PENGANTAR - Pengaruh Firm Size, Earning Per Share Dan Book To Market Ratio Terhadap Return Saham Dengan Kebijakan Deviden Sebagai Moderating Variabel Pada Perusahaan Pertambangan Batubara Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia

0 0 23

BAB II TINJAUAN UMUM PERJANJIAN DAN MODAL VENTURA A. Tinjauan Umum Perjanjian 1. Pengertian Perjanjian - Pertanggungjawaban Perusahaan Pasangan Usaha Dalam Perjanjian Pembiayaan Pola Bagi Hasil Pada Perusahaan Modal Ventura (Studi Pada Pt. Sarana Sumut Ve

0 1 42

KATA PENGANTAR - Pertanggungjawaban Perusahaan Pasangan Usaha Dalam Perjanjian Pembiayaan Pola Bagi Hasil Pada Perusahaan Modal Ventura (Studi Pada Pt. Sarana Sumut Ventura)

0 0 23

BAB II PERANAN DAN PENGATURAN HUKUM TERHADAP NOTARIS - Pertanggungjawaban Pidana Notaris Dalam Hal Tindak Pidana Pemalsuan Surat Akta Authentik (Studi Putusan Nomor: 40/Pid.B/2013/Pn.Lsm)

0 0 36

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang - Pertanggungjawaban Pidana Notaris Dalam Hal Tindak Pidana Pemalsuan Surat Akta Authentik (Studi Putusan Nomor: 40/Pid.B/2013/Pn.Lsm)

0 0 12

BAB II PERAN NEGARA SEBAGAI PEMEGANG SAHAM PADA BUMN YANG SUDAH GO PUBLIC A. Dasar Hukum BUMN Melakukan Go Public - Konflik Kepentingan Negara Sebagai Pemegang Saham Pada Penjualan Saham Bumn Dalam Kejahatan Perdagangan Orang Dalam

0 0 39