BAB II KERANGKA TEORI - Pengaruh Pemberian Kredit Terhadap Perkembangan Usaha Studi Pada Debitur Kupedes Kredit Umum Pedesaan Pada PT Bank Rakyat Indonesia (Persero), Tbk Unit Setia Budi Medan

BAB II KERANGKA TEORI Teori digunakan sebagai landasan atau alasan mengapa suatu yang bersangkutan memang bisa

  mempengaruhi variabel tak bebas atau merupakan salah satu penyebab. Secara umum , teori merupakan bahan dasar yang digunakan untuk meramalkan atau memprediksi jawaban atas permasalahan peneliti. Teori menjelaskan mengenai hubungan antar konsep, antar variabel serta berbagai penjelasan mengenai gejala sosial yang ada.

  Vredenbergt (1978) dalam Azuar Juliandi (2013 : 40) menyatakan bahwa teori berfungsi untuk menjelaskan hubungan antara suatu gejala dan pengamatan yang telah dilakukan ; meramalkan fungsi dari gejala-gejala yang diamati berdasarkan pengetahuan yang telah dipersoalkan oleh teori.

  Adapun teori-teori yang dianggap relevan dengan penelitian ini yaitu Kredit Kupedes BRI, Usaha Kecil dan Perkembangannya.

2.1. Kredit

2.1.1. Pengertian Kredit

  Menurut Undang-Undang No. 7 Tahun 1992 pasal 1 ayat 12, Kredit adalah penyediaan uang atau tagihan yang dapat dipersamkan dengan itu, berdasarkan persetujuan atau kesepakatan pinjam meminjam antar bank dan pihak lain yang mewajibkan pihak peminjam untuk melunasi hutangnya setelah jangka waktu tertentu dengan jumlah bunga imbalan atau pembagian hasil keuntungan.

  Kredit berasal dari bahasa Yunani, credere, yang berarti kepercayaan, dari bahasa Latin yaitu

  

credo, yang berarti pengakuan iman/kepercayaan dimana kreditur (pihak yang memiliki

  modal/dana) memberikan kepercayaan (kredit/credere) kepada debitur (pihak yang meminjam dana) untuk mengelola sejumlah dana guna diputarkan agar dapat menghasilkan.

  Umumnya sebagai atas kepercayaan yang diberikan pemilik dana (kreditur), maka pihak peminjam (debitur) merealisasikan syarat-syarat yang diminta kreditur dalam bentuk perilaku- perilaku (dalam bahasa Yunani perilaku tersebut disebut credenda). Credenda merupakan perilaku debitur yang diwujudkan dalam bentuk barang jaminan (berupa benda bergerak atau benda tidak bergerak seperti BPKB kendaraan bermotor/mobil, sertifikat tanah). Dengan kata lain, credere (kepercayaan) akan dibalas dengan credenda (perilaku) yang sesuai dengan kepercayaan yang diberikan. Dalam bahasa Indonesia credenda dapat diartikan dengan agunan/jaminan. pinjaman debitur tersebut.

  2.1.2. Unsur-unsur Kredit Unsur-unsur yang terdapat dalam kredit adalah : a.

  Kepercayaan, yaitu : keyakinan dari si pemberi kredit bahwa dana yang diberikan benar-benar akan diterima kembali dalam jangka waktu tertentu di masa yang akan datang.

  b.

  Waktu, yaitu : masa yang memisahkan antara pemberian kredit ( prestasi) dengan kontra prestasi yang akan diterima pada masa yang akan datang. Dalam unsur waktu ini, nilai uang yang akan diterima dimasa yang akan datang lebih tinggi dari nilai uang itu sekarang.

  c.

  Degree of Risk, yaitu suatu tingkat resiko yang akan dihadapi sebagai akibat adanya jangka waktu yang memisahkan antara pemberian prestasi dengan kontra prestasi yang akan diterima di masa yang akan datang.

  d.

  Prestasi, yaitu merupakan objek dari kredit tersebut dapat berupa uang tapi dapat juga berbentuk barang dan jasa.

  Tetapi dalam kehidupan modern sekarang ini kredit didasarkan kepada uang maka transaksi- transaksi yang menyangkut uanglah yang sering kita jumpai dalam praktek perkreditan.

2.1.3. Tujuan dan Fungsi Kredit

  Pemberian kredit tentunya memiliki beberapa tujuan yang tidak terlepas dari misi perusahaan didirikan. Menurut Kasmi (2009 : 105), tujuan pemberian kredit adalah :

  1. Mencari keuntungan Tujuan utama dari pemberian kredit kepada debitur adalah untuk mendapatkan keuntungan dalam bentuk bunga kredit sesuai perjanjian antara pihak debitur dengan bank yang bersangkutan.

  2. Membantu usaha nasabah Tujuan berikutnya adalah untuk membantu usaha nasabah yang memerlukan dana, baik dana untuk investasi maupun untuk modal kerja. Dana terseut digunakan untuk mengembangkan dan memperluas usahanya.

  3. Membantu pemerintah Tujuan lainnya adalah membantu pemerintah dalam rangka peningkatan pembangunan di berbagai sektor terutama sektor rill, karena semakin banyak kredit disalurkan untuk pengembangan usaha kecil, semakin baik pertumbuhan ekonomi.

  Sedangkan fungsi kredit menurut Untung (2005 : 4), funsi kredit bagi perdagangan usaha kecil adalah :

1. Meningkatkan daya guna uang 2.

  Meningkatkan peredaran dan lalu lintas uang 3. Meningkatkan daya guna dan peredaran barang 4. Sebagai satu alat stabilitas ekonomi 5. Meningkatkan kegairahan berusaha 6. Meningkatkan pemerataan pendapatan 7. Meningkatkan hubungan internasional

2.1.4. Pengelompokan Kredit

  Menurut Untung (2005), kredit dapat dikelompokkan menurut berbagai kriteria, yaitu dari kriteria lembaga pemberi-penerima kredit, jangka waktu serta penggunaan kredit.

1. Kredit dikelompokkan berdasarkan kriteria lembaga pemberi-penerima kredit : a.

  Kredit perbankan kepada masyarakat untuk kegiatan usaha dan konsumsi. Kredit ini merupakan kredit yang diberikan oleh bank pemerintah maupun swasta kepada dunia usaha guna untuk membiayai kebutuhan permodalan, ataupun kepada individu untuk membiayai pembelian kebutuhan hidup yang berupa barang maupun jasa.

  b.

  Kredit likuiditas Kredit likuiditas adalah kredit yang diberikan oleh Bank Sentral kepada bank-bank yang beroperasi di Indonesia, yang digunakan sebagai dana untuk membiayai kegiatan perkreditannya.

  Kredit ini dilaksanakan oleh Bank Indonesia sesuai pasal 29 UU Bank Sentral tahun 1968, berguna untuk memajukan urusan perkreditan dan sekaligus bertindak sebagai pengawas atas urusan kredit tersebut.

  c.

  Kredit langsung Kredit langsung adalah kredit yang diberikan oleh Bank Indonesia kepada lembaga pemerintah, atau semi pemerintah. Misalnya Bank Indonesia memberikan kredit langsung kepada Bulog dalam rangka pelaksanaan program pengadaan pangan.

  2. Kredit dikelompokkan berdasarkan segi tujuan penggunaanya, dapat digolongkan menjadi : a.

  Kredit konsumtif Kredit konsumtif adlah kredit yang diberikan bank pemerintah atau bank swasta kepada perseorangan untuk membiayai keperluan konsumsi sehari-hari.

  b.

  Kredit produktif Kredit produktif terbagi atas kredit investasi dan kredit eksploitasi.

  Kredit investasi adalah kredit yang ditujukan untuk membiayai modal tetap, yaitu peralatan produksi, gedung dan mesin-mesin (jangka waktu panjang).

  c.

  Kredit perdagangan Kredit perdagangan digunakan untuk perdagangan , biasanya untuk membeli barang dagangan yang pembayarannya diharapkan dari hasil penjualan barang dagang tersebut.

  Kredit eksploitasi adalah kredit yang ditujukan untuk pembiayaan kebutuhan dunia usaha akan modak kerja untuk membiayai kebutuhan persediaan bahan baku (jangka waktu pendek).

3. Kredit dikelompokkan berdasarkan segi waktu, dapat digolongkan menjadi : a.

  Kredit jangka pendek (short term loan), yaitu kredit yang berjangka waktu maksimum 1 tahun. Bentuknya dapat berupa kredit rekening koran, kredit penjualan, kredit pembeli dan kredit wesel.

  b.

  Kredit jangka menengah (medium term loan), yaitu kredit yang berjangka waktu 1 sampai 3 tahun.

  c.

  Kredit jangka panjang (long term loan), yaitu kredit yang berjangka waktu lebih dari 3 tahun. Yang termasuk dalam kredit jangka panjang pada umumnya adalah kredit investasi yang bertujuan untuk menambah modal perusahaan dalam rangka rehabilitasi, ekspansi (perluasan) dan pendirian proyek baru.

2.1.5. Prinsip-Prinsip Pemberian Kredit

  Prinsip-prinsip pemberian kredit dapat dilihat dari Analisi 5 C (BRI, Analaisa Kupedes 2012), yaitu :

1. Character

  Analisis karakter dapat dilihat dari : a.

  Rasa tanggung jawab debitur b.

  Kejujuran debitur c. Keseriusan debitur dalam berbisnis d.

  Keinginan debitur untuk membayar semua kewajiban kepada bank dengan seluruh kekayaan yang dimiliki Menganalisis watak dapat dilihat dari : a.

  Riwayat hubungan dengan bank b.

  Riwayat peminjam c. Reputasi dalam bisnis d.

  Keuangan, manajemen dan legalitas usaha 2. Capacity, merupakan kemampuan debitur membuat rencana dan mewujudkan menjadi kenyataan, menjalankan usahanya guna memperoleh laba yang diharapkan,

  Menganalisa capacity seseorang debitur dapat dilihat dari : kemampuan manajerial dan kemampuan finansial.

  3. Capital Capital adalah kemampuan perusahaan dalam memikul beban pembiayaan dan risk sharing perusahaan.

  4. Collateral Collateral adalah jumlah jaminan yang berfungsi untuk menutupi pinjaman debitur berupa agunan seperti sertifikat tanah.

  5. Condition Condition merupakan kondisi suatu perusahaan saat mengatasi ancaman dan peluang yang berasal dari lingkunga eksternal maupun internal perusahaan yang akan berpengaruh terhadap keberhasilan perusahaan.

2.1.6. Unsur-Unsur Kredit

  Unsur-unsur yang terkandung dalam pemberian kredit adalah : 1.

  Kepercayaan Kepercayaan adalah suatu keyakinan pemberian kredit bahwa kredit yang diberikan akan benar- benar diterima kembali dimasa tertentu di masa yang akan datang.

  2. Kesepakatan Kesepakatan merupakan perjanjian antara kedua belah pihak dimana masing-masing pihak menandatangani hak dan kewajiban masing-masing.

  3. Jangka waktu Jangka waktu merupakan masa pengembalian kredit yang telah disepakati.

  4. Resiko Resiko merupakan suatu kemungkinan tidak tertagihnya pinjaman atau macetnya pengembalian kredit.

  5. Balas jasa Balas jasa merupakan suatu keuntungan atas pemberian suatu kredit atau jasa, yang dikenal dengan nama bunga.

2.2. Usaha Kecil

2.2.1. Pengertian Usaha Kecil

  Terdapat beberapa perbedaan mengenai pengertian usaha kecil, baik menurut Undang-undang, Perbankan, Biro Pusat Statistik dan lembaga-lembaga lainnya. Apa yang menjadi batasan usaha kecil masih sulit untuk dijelaskan. Penentuan batasan usaha kecil cenderung kepada modal awal, aset dan pendapatan,

  Menurut Tohar (2000 : 2), beberapa batasan usaha kecil dilihat dari total asset, total penjualan bersih per tahun dan status kepemilikan antara lain :

  1. Definisi-definisi usaha kecil dari berbagai segi tersebut : a.

  Berdasarkan Total Aset Berdasarkan total asset, pengusaha kecil adalah pengusaha yang memilik kekayaan bersih paling banyak Rp. 200.000.000,00 (dua ratus juta rupiah) tidak termasuk tanah dan bangunan tempat membuka usaha.

  b.

  Berdasarkan Total Penjualan Bersih Per Tahun Berdasarkan total penjualan bersih per tahun, pengusaha kecil adalah pengusaha yang memiliki hasil total penjualan bersih per tahun paling banyak Rp. 1.000.000.000,00 (satu milyar rupiah) c.

  Berdasarkan Status Kepemilikan Berdasarkan status kepemilikan, usaha kecil adalah usaha berbentuk perseorangan, bisa berbadan hukum atau tidak berbadan hukum, yang didalamnya termasuk koperasi.

  Menurut Tohar (2000 : 2), kriteria-kriteria usaha kecil antara lain : Usaha kecil termasuk koperasi merupakan kegiatan ekonomi rakyat dengan skala kecil yang memiliki kriteria : a. Memiliki kekayaan bersih atau total asset paling banyak Rp. 200.000.000,00 (dua ratus juta rupiah) b. Memiliki hasil penjualan bersih per tahun paling banyak Rp. 1.000.000.000,00 (satu milyar rupiah) c. Milik Warga Negara Indonesia d. Berdiri sendiri, artinya bukan merupakan anak perusahaan atau cabang perusahaan yang dimiliki, atau berafiliasi entah langsung atau tidak langsung dengan usaha menengah atau dengan usaha besar.

  e. Berbentuk usaha perseorangan, badan usaha yang tidak berbadan hukum atau badan usaha yang berbadan hukum termasuk koperasi.

  2. Berdasarkan surat edaran Bank Indonesia kepada Bank Umum di Indonesia No. 3/9Bkr, tgl. 17 Mei 2001, Usaha Kecil adalah usaha yang memiliki kriteria : a.

  Memiliki kekayaan bersih paling banyak Rp. 200.000.000,00 (dua ratus juta rupiah) tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha ; b.

  Memiliki hasil penjualan tahunan paling banyak Rp. 1.000.000.000,- ; c. Milik Warga Negara Indonesia d. Berdiri sendiri, bukan merupakan anak perusahaan atau cabang perusahaan yang dimiliki, dikuasai, atau berafiliasi baik langsung maupun tidak langsung dengan usaha menengah atau usaha besar.

  e.

  Berbentuk usaha perorangan, badan usaha tidak berbadan hukum, atau badan usaha yang berbadan hukum, termasuk koperasi.

  3. Usaha kecil menurut Biro Pusat Statistik : Usaha rumah tangga yaitu, mempunyai 1-5 tenaga kerja, Usaha kecil yaitu, mempunyai 6-19 tenaga kerja.

  Usaha menengah yaitu, mempunyai 20-99 tenaga kerja. Usaha besar yaitu, mempunyai 100 lebih tenaga kerja.

  4. Menurut Undang-undang No. 9 tahun 1995 yaitu, usaha kecil adalah kegiatan ekonomi rakyat yang memiliki kekayaan paling bersih paling banyak Rp.

  200.000.000,- tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha atau yang memiliki hasil penjualan tahunan paling banyak Rp. 1.000.000.000,- dan milik warga negara Indonesia.

2.2.2. Jenis-Jenis Usaha Kecil

  Usaha kecil dikelompokkan dalam 4 kelompok : 1.

  Usaha Perdagangan Keagenan : agen koran/majalah, sepatu, pakaian, dan lain-lain ; pengecer : minyak, kebutuhan pokok, buah-buahan, dan lain-lain ; Ekspor/Impor : produk lokal dan internasional ; sektor informal : pengumpul barang bekas, pedagang kaki lima dan lain-lain, 2.

  Usaha Pertanian Meliputi Perkebunan : pembibitan dan kebun buah-buahan, sayur-sayuran dan lain-lain ; Peternakan : ternak ayam, petelur, susu sapi ; Perikanan : darat/laut seperti tambank udang, kolam ikan dan lain-lain.

  3. Usaha Industri Industri Makanan/Minuman ; Pertambangan ; Pengrajin ; Konveksi dan lain-lain.

  4. Usaha Kecil Jasa Konsultan ; perbengkelan ; restoran ; jasa konstruksi ; jasa transportasi ; jasa telekomunikasi ; jasa pendidikan dan lain-lain.

2.2.3. Ciri-Ciri Usaha Kecil

  Menurut Anoraga (2002 : 16) para ahli sering menciptakan ciri-ciri usaha kecil dilihat dari sisi kewirausahawan (Entrepreneurship). Dimana entrepreneurship muncul apabila seseorang berani mengembangkan usaha-usaha dan ide-ide barunya. Menurut Longenecker dan Moore (2000 : 9), karakteristik seorang wirausaha adalah kebutuhan akan keberhasilan, keinginan untuk mengambil resiko, percaya diri dan keinginan untuk berbisnis, entasi pada masa depan dan penuh gagasan.

  Sedangkan menurut Soetadi (2010 : 63), wirausaha memiliki ciri-ciri :

  1. Percaya diri dan mandiri yang tinggi untuk mencari penghasilan dan keuntungan melalui usaha yang dilaksanakannya.

  2. Mau dan mampu mencari dan menangkap peluang yang menguntungkan dan memanfaatkan peluang tersebut

  3. Mau dan mampu bekerja keras dan tekun untuk menhasilkan barang dan jasa yang lebih tepat dan efisien.

  4. Mau dan mampu berkomunikasi, tawar menawar dan musyawarah dengan berbagai pihak, terutama kepada pembeli.

  5. Mengahadapi hidup dan menangani usaha dengan terencana, jujur, hemat, dan disiplin

  6. Mau dan mampu meningkatkan kapasitas diri sendiri dan kapasitas perusahaan dengan memanfaatkan dan memotivasi orang lain.

2.2.4. Masalah-Masalah Yang Dihadapi Usaha Kecil

  Secara umum menurut Ikatan Sarjana Ekonomi Indonesia dalam Hendrawan (2000 : 138), masalah-masalah yang dihadapi sektor usaha kecil antara lain :

1. Permodalan

  Masalah dari permodalan antara lain : suku bunga kredit yang tinggi, kurangnya informasi sumber pembiayaan dari lembaga keuangan non bank, sistem dari lembaga keuangan yang rumit memakan waktu yang relatif lama. Menurut Anoraga dan Sudantoko (2000 : 227), bagi pengembangan usaha kecil, masalah modal merupakan kendala terbesar.

  Ada beberapa alternatif yang dapat dilakukan usaha kecil untuk mendapatkan pembiayaan untuk modal dasar maupun langkah-langkah pengembangan usaha kecil, yaitu : melalui kredit perbankan, pinjaman lembaga keuangan bukan bank, modal ventura, pinjaman dari dana penyisihan sebagian laba Badan Usaha Milik Negara (BUMN), hibah, dan jenis-jenis pembiayaan lainnya.

  2. Pemasaran Pengusaha kecil banyak yang kurang memiliki daya saing jika berhadapan dengan usaha besar, adanya persaingan tidak sehat diantara jenis usaha dan kurangnya indormasi pemasaran produk.

  3. Bahan Baku Penyaluran bahan baku yang kurang memadai dan harga bahan baku yang relative tinggi dapat menyebabkan rendahnya tingkat kualitas bahan baku dari suatu produk.

  4. Teknologi Tenaga kerja yang ahli dan terampil dalam bidangnya masih sedikit, akses dan teknologi yang tidak merata pada segala bidang dan kurangnya peralatan teknologi yang memadai serta kurangnya perhatian pemerintah terhadap perkembangan teknologi yang ada saat ini.

  5. Manajemen Usaha kecil banyak yang tidak memiliki manajemen yang baik. Usaha kecil tidak dapat membuat pembukuan keuangan yang teratur serta kemampuan mengorganisasi diri dan karyawan yang masi lemah. Untuk itu dibutuhkan pelatihan manajemen.

  6. Birokrasi Usaha kecil yang berbadan hukum masih sedikit disebabkan proses birokrasinya cukup sulit dan membutuhkan dana yang cukup besar serta jangka waktu yang cukup lama.

  7. Kemitraan Kemitraan usaha kecil dan usaha besar memiliki manfaat yang cukup berarti bagi kemajuan sektor usaha kecil, demikian hal transfer ilmu manajemen dan teknologi yang kurang dimaksimalkan usaha kecil.

  8. Peraturan Peraturan-peraturan yang berkaitan dan berhubungan dengan pengembangan bisnis secara umum juga memiliki dampak terhadap pengembangan usaha kecil. Hal ini tentu berkaitan dengan kebijakan oleh pemerintah dalam rangka memajukan sektor usaha kecil.

  9. Masalah Internal Perusahaan Pengembangan usaha kecil dicirikan dengan lemahnya kondisi internal yaitu, lemahnya penguasaan teknologi, manajemen yang sederhana, lemahnya jaringan distribusi pemasaran serta sifat ketergantungan yang kuat.

  10. Masalah Desain Salah satu kelemahan usaha kecil adalah usaha kecil masih memiliki desain yang terkesan lemah dan sederhana, masih melakukan peniruan desain serta kurang memiliki kemampuan untuk menguasai teknologi dalam bidang menguasai desain.

2.2.5. Strategi Pengembangan Usaha Kecil

  Menurut Suryana (2003 : 87), strategi yang tepat dalam mengembangkan sektor usaha kecil adalah meliputi aspek-aspek antara lain :

  1. Peningkatan akses kepada aset produktif terutama modal, teknologi manajemen, pemasaran dan segi-segi penting lainnya.

  2. Peningkatan akses pada pasar yang meliputi: suatu spectrum kegiatan yang luas mulai dari perdagangan usaha sampai pada informasi pasar, bantuan produksi dan prasarana serta sarana pemasaran. Khususnya bagi usaha kecil dipedesaan, prasarana ekonomi yang dasar dan akan sangat membantu adalah perhubungan.

  3. Kewirausahawan, dalam hal ini pelatihan-pelatihan mengenai pengetahuan dan keterampilan yang diperlukan untuk berusaha sangatlah penting. Namun, bersamaan dengan atau dalam pelatihan tersebut maka sangat penting ditanamkan semangat berwirausaha. Hal ini harus diperluas sejak dini dalam sistem pendidikan kita dalam rangka membangun bangsa Indonesia yang mandiri yakni, bangsa niaga yang maju dan bangsa industri yang tangguh.

  4. Kelembagaan, kelembagaan ekonomi dalam arti luas adalah pasar. Maka memperkuat pasar adalah penting, tetapi harus disertai pengendalian agar bekerjanya pasar tidak melenceng dan mengakibatkan melebarnya kesenjangan. Untuk itu diperlukan intervensi-intervensi yang tepat yang tidak bertentangan dengan kaidah-kaidah dasar dalam ekonomi bebas tetapi tetap menjamin pemerataan sosial (social equity).

  5. Kemitraan, kemitraan usaha merupakan jalur penting dan strategis bagi perkembangan ekonomi rakyat. Kemitraan telah terbukti berhasil diterapkan di negara-negara lain seperti : Jepang, Hongkong, Singapura, dan Korea Selatan. Dengan pola backward linkages akan terkait erat antara usaha besar dan menengah dan kecil serta usaha asing (PMA) dengan usaha kecil lokal.

2.3. Kerangka Berfikir

  Keterbatasan modal yang dimiliki oleh para pengusaha kecil menyebabkan usaha kecil sulit untuk berkembang. Modal yang biasanya dibutuhkan oleh pengusaha kecil dapat diperoleh melalui kredit lembaga keuangan bank maupun kredit lembaga keuangan non-bank. Namun, pengusaha kecil kurang mengetahui kredit yang berasal dari perbankan karena kurangnya sosialisasi antara pihak perbankan dan pengusaha kecil serta pola pikir pengusaha kecil yang berpendapat sulitnya bagi pengusaha kecil untuk mengakses persyaratan-persyaratan yang diajukan perbankan dalam proses pencairan pinjaman/ kredit. Terdapat dua permasalahan di dalam hak aspek para pelaku usaha kecil yaitu, mobilisasi awal dan akses ke modal kerja serta finansial jangka panjang ( Tambunan dalam Hendrawan, 2004 : 74). Modal awal usaha kecil biasanya bersumber dari tabungan pribadi pengusaha sedangkan untuk modal kerja dan finansial jangka panjang diperoleh dari pinjaman/kredit ( Hendrawan dalam Marbun, 2009 ). Secara sederhana kerangka berpikir dalam penelitian ini dapat dilihat dalam gambar 2.1 :

  Gambar 2.1 Paradigma Berpikir Peneliti

  

Pemberian Kredit Pengembangan Usaha Kecil

KUPEDES (Y) (X)

  Perkembangan Pendapatan Jumlah Pemberian Kredit Sumber : penulis, 2013

  2.4. Hipotesis Berdasarkan kerangka berpikir di atas, maka hipotesis penelitian ini adalah : perkembangan usaha kecil yaitu perkembangan pendapatan usaha kecil di BRI Unit Setia Budi Medan.