PEDOMAN PENYELENGGARAAN PELATIHAN KONSELING MENYUSUI DAN PELATIHAN FASILITATOR KONSELING MENYUSUI

PEDOMAN PENYELENGGARAAN PELATIHAN KONSELING MENYUSUI DAN PELATIHAN FASILITATOR KONSELING MENYUSUI DEPARTEMEN KESEHATAN RI JAKARTA 2007

Katalog Dalam Terbitan. Departemen Kesehatan RI

613.269 Ind

Indonesia. Departemen Kesehatan. Direktorat Jenderal Bina Kesehatan Masyarakat. p

Pedoman penyelenggaraan pelatihan konseling menyusui dan pelatihan fasilitator konseling menyusui. -- Jakarta: Departemen Kesehatan, 2007

I. Judul

1. BREASTFEEDING-EDUCATION

KATA PENGANTAR

Air Susu Ibu (ASI) adalah anugerah Tuhan untuk bayi yang tidak dapat digantikan oleh makanan atau minuman apapun. Hanya ASI yang dapat memenuhi semua kebutuhan bayi untuk tumbuh dan berkembang secara optimal. ASI aman, bersih dan mengandung zat kekebalan tubuh yang dapat melindungi bayi dari berbagai macam penyakit dan infeksi. Lebih dari itu, ASI tersedia setiap saat dan gratis sehingga tidak merepotkan ibu untuk memberikannya.

Mempertimbangkan keunggulan ASI tersebut, WHO/UNICEF (2002) dalam dokumen Global Strategy for Infant and Young Child Feeding (IYCF) merekomendasikan pola pemberian makan terbaik bagi bayi dan anak sampai usia 2 tahun adalah : 1) Memberi kesempatan pada bayi untuk melakukan inisiasi menyusu dini dalam 1 jam setelah lahir; 2) Menyusui bayi secara eksklusif sejak lahir sampai umur 6 bulan; 3) Mulai memberi makanan pendamping ASI yang bergizi sejak bayi berusia 6 bulan; dan 4) Meneruskan menyusui sampai anak berusia 24 bulan atau lebih.

Dalam rangka mencapai derajat kesehatan anak yang optimal, semua negara di dunia diharapkan mengimplementasikan rekomendasi tersebut sesuai dengan kondisi masing-masing negara. Pemerintah Indonesia melalui Departemen Kesehatan telah menindaklanjuti rekomendasi tersebut dengan menerbitkan Surat Keputusan Menteri Kesehatan nomor: 450/MENKES/SK/IV/2004 tentang Pemberian Air Susu Ibu (ASI) secara Eksklusif pada Bayi di Indonesia, yang menetapkan bahwa pemberian ASI secara eksklusif bagi bayi di Indonesia adalah sejak lahir sampai bayi berusia 6 bulan, dan semua tenaga kesehatan agar menginformasikanya kepada semua ibu yang baru melahirkan.

Dalam rangka meningkatkan akses ibu, keluarga dan masyarakat terhadap informasi tentang pola makan terbaik bagi bayi dan anak sampai usia 2 tahun, setiap fasilitas kesehatan yang menyediakan pelayanan kesehatan ibu dan anak seperti Rumah Sakit, Rumah Sakit Bersalin, Puskesmas dan jaringannya, bidan praktek swasta, dan sebagainya, perlu memiliki tenaga konselor menyusui yang mampu membantu ibu dan keluarganya dalam melakukan inisiasi menyusu dini dan menyusui eksklusif selama 6 bulan.

Terkait dengan maksud tersebut, Direktorat Bina Gizi Masyarakat Departemen Kesehatan bermaksud menyediakan tenaga konselor menyusui melalui pelatihan konseling menyusui dan pelatihan fasilitator dengan menggunakan modul pelatihan WHO/UNICEF metode 40 jam. Sejalan dengan era desentralisasi yang memungkinkan banyak pihak melaksanakan pelatihan konseling menyusui, maka dalam rangka memperoleh standar pelatihan yang berkualitas, disusunlah Pedoman Penyelenggaran Pelatihan Konseling Menyusui dan Fasilitator Konseling Menyusui ini. Kepada semua pihak yang telah menyumbangkan tenaga, pikiran dan keahliannya dalam menyusun pedoman ini, saya menyampaikan terima kasih dan penghargaan yang setinggi- tingginya. Saya mengharapkan kritik dan saran perbaikan demi penyempurnaan pedoman ini di masa mendatang.

Jakarta, 1 November 2007 Direktur Bina Gizi Masyarakat Depkes RI,

Dr. Ina Hernawati, MPH NIP 140 095 507

DAFTAR ISI

Halaman

Kata Pengantar

iii

BAB I PENDAHULUAN 1

A. Latar Belakang

B. Tujuan

C. Pengertian 3

BAB II MODUL PELATIHAN 4

BAB III PENYELENGGARAAN PELATIHAN KONSELING MENYUSUI

A. Ketentuan Peserta 9

B. Ketentuan Fasilitator 9

C. Ketentuan Master of Training (MoT) 10

D. Ketentuan Panitia Penyelenggara 11

BAB IV PENYELENGGARAAN PELATIHAN FASILITATOR KONSELING MENYUSUI 12

A. Ketentuan Peserta 12

B. Ketentuan Fasilitator Senior/Master Trainer (MT) 12

C. Ketentuan Master of Training (MoT) 13

D. Ketentuan Panitia Penyelenggara 14

BAB V PROSES PELATIHAN 15

A. Persiapan 15

B. Pelaksanaan 17

C. Evaluasi

BAB VI PENUTUP

Lampiran 1. Contoh kerangka acuan pelatihan konseling menyusui dan pelatihan fasilitator konseling menyusui 20

Lampiran 2. Contoh jadual pelatihan pelatihan konseling menyusui Dan pelatihan fasilitator konseling menyusui

23 Lampiran 3.

Daftar ceklis kebutuhan pelaksanaan pelatihan konseling Menyusui dan fasilitator konseling menyusui

25 Lampiran 4

30 Lampiran 5. Manuskrip simulasi praktik klinik 33 Lampiran 6.

panduan praktik klinik pelatihan konseling menyusui

Alir proses pembelajaran 42 Lampiran 7.

Pre dan post test pelatihan konseling menyusui 43 Lampiran 8.

47 Lampiran 9. Evaluasi penyelenggaraan pelatihan 49 Lampiran 10. Evaluasi proses belajar mengajar

Cek list untuk keterampilan melatih

53 Lampiran 11. Evaluasi tahap proses pemebelajaran 54 Lampiran 12. Formulir untuk menilai dan merubah pelayanan 58

Lampiran 13. Contoh surat pernyataan 64

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Rencana Strategis Departemen Kesehatan tahun 2005-2009 menyatakan bahwa tujuan pembangunan kesehatan adalah untuk meningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud derajat kesehatan masyarakat yang setinggi- tingginya. Untuk mencapai tujuan tersebut, pembangunan kesehatan dilaksanakan secara sistematis dan berkesinambungan, selain itu ditetapkan bahwa pembangunan kesehatan diarahkan untuk mencapai sasaran sebagaimana tercantum dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN), yaitu:

1. Meningkatnya umur harapan hidup dari 66,2 tahun menjadi 70,6 tahun;

2. Menurunnya angka kematian bayi dari 35 menjadi 26 per 1000 kelahiran hidup;

3. Menurunnya angka kematian ibu melahirkan dari 307 menjadi 226 per 100.000 kelahiran hidup; dan

4. Menurunkan prevalensi gizi kurang pada anak balita dari 25,8 menjadi 20,0%.

Upaya peningkatan pemberian Air Susu Ibu (ASI) berperan sangat besar terhadap pencapaian dua dari empat sasaran tersebut, yaitu menurunnya angka kematian bayi dan menurunnya prevalensi gizi kurang pada anak balita. World Health Organization/United Nations Children’s Fund (WHO/UNICEF), pada tahun 2003 melaporkan bahwa 60% kematian balita langsung maupun tidak langsung disebabkan oleh kurang gizi dan 2/3 dari kematian tersebut terkait dengan praktik pemberian makan yang kurang tepat pada bayi dan anak. Oleh karena itu penting sekali penerapan pola pemberian makan terbaik bagi bayi dan anak.

Terkait dengan hal tersebut, WHO/UNICEF dalam Global Strategy on Infant and Young Child Feeding tahun 2002, merekomendasikan bahwa pola makan terbaik untuk bayi dan anak sampai usia 2 (dua) tahun adalah:

1. Inisiasi menyusu dini dalam 30 sampai 60 menit setelah bayi lahir;

2. Memberikan ASI secara eksklusif kepada bayi sejak lahir sampai usia 6 bulan;

3. Mulai memberikan makanan pendamping ASI sejak bayi berusia 6 bulan;

4. Meneruskan pemberian ASI sampai anak berusia dua tahun atau lebih.

Penelitian Gareth Jones, dkk, mengemukakan bahwa menyusui dapat mencegah 13% kematian balita (Lancet 2003:362), sedangkan Karen M. Edmond, dkk, dalam penelitian di Ghana menyatakan bahwa 16% kematian neonatus dapat dicegah bila bayi mendapat ASI pada hari pertama, dan angka tersebut meningkat menjadi 22% bila bayi melakukan inisiasi menyusu dini dalam 1 jam pertama setelah lahir (Pediatric, March 2006).

Dalam hal pemberian ASI secara eksklusif, Departemen Kesehatan melalui Keputusan Menteri Kesehatan No: 450/Menkes/SK/IV/2004 telah menetapkan bahwa pemberian ASI secara eksklusif bagi bayi di Indonesia adalah sejak lahir sampai dengan bayi berumur 6 bulan, dan semua tenaga kesehatan agar menginformasikan kepada semua ibu yang baru melahirkan untuk memberikan ASI secara eksklusif.

Upaya peningkatan pemberian ASI selama ini mulai memberikan hasil yang menggembirakan. Data Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas) tahun 2005 dan 2006 menunjukkan telah terjadi peningkatan cakupan pemberian ASI secara eksklusif sampai 6 bulan. Jika pada tahun 2005 cakupan ASI eksklusif 6 bulan sebesar 18,1%, cakupan tersebut meningkat menjadi 21,2% pada tahun 2006. Sedangkan cakupan ASI eksklusif pada seluruh bayi dibawah 6 bulan (0–6 bulan) meningkat dari 49,0% pada tahun 2005 menjadi 58,5% pada tahun 2006. Sebagaimana diketahui, pemerintah telah menetapkan target cakupan pemberian ASI secara eksklusif pada tahun 2010 pada bayi 0-6 bulan sebesar 80%. Oleh karena itu untuk mencapai target pemberian ASI secara eksklusif, upaya peningkatan pemberian ASI eksklusif perlu dilanjutkan dan terus ditingkatkan, yaitu melalui kegiatan:

1. Memberdayakan ibu dan meningkatkan dukungan anggota keluarga agar semakin banyak bayi baru lahir yang melakukan inisiasi menyusu dini, dan semakin banyak ibu mampu

menyusui dengan benar.

2. Meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan dengan menyediakan tenaga konselor menyusui di sarana pelayanan kesehatan, dan revitalisasi sarana pelayanan kesehatan

sayang ibu dan bayi.

3. Menciptakan lingkungan kondusif yang memungkinkan ibu tetap menyusui sebagaimana mestinya.

Untuk melaksanakan kegiatan tersebut, keberadaan tenaga konselor menyusui menjadi sangat penting. Pengalaman selama ini menunjukkan bahwa peranan tenaga konselor menyusui sangat besar terhadap peningkatan pemberdayaan ibu, peningkatan dukungan anggota keluarga serta peningkatan kualitas pelayanan kesehatan yang pada gilirannya akan meningkatkan cakupan pemberian ASI secara eksklusif di Indonesia. Oleh karena itu keberadaan tenaga konselor menyusui perlu dipertahankan dan ditingkatkan.

Tenaga konselor menyusui diperoleh melalui suatu proses pelatihan konseling menyusui dengan menggunakan standar kurikulum atau modul yang baku. Selama ini standar kurikulum atau modul pelatihan konseling menyusui menggunakan modul WHO/UNICEF metode 40 jam yang telah diakui secara internasional.

Seiring dengan era desentralisasi dimana setiap daerah dimungkinkan untuk melaksanakan pelatihan konseling menyusui dan bahkan pelatihan fasilitator konseling menyusui, maka untuk menjamin kualitas pelatihan yang optimal diperlukan standarisasi penyelenggaraan pelatihan, baik pelatihan konseling menyusui maupun pelatihan fasilitator konseling menyusui. Berdasarkan kepentingan tersebut maka disusun pedoman penyelenggaraan pelatihan konseling menyusui dan pelatihan fasilitator konseling menyusui.

B. Tujuan

1. Tujuan Umum

Memberi pedoman kepada penyelenggara pelatihan konseling menyusui dan pelatihan fasilitator konseling menyusui agar mampu menyelenggarakan pelatihan sesuai standar.

2. Tujuan Khusus

a. Dipahaminya tata cara penyelenggaraan pelatihan konseling menyusui dan pelatihan fasilitator konseling menyusui yang sesuai standar.

b. Terselenggaranya pelatihan konseling menyusui dan pelatihan fasilitator konseling menyusui yang sesuai standar.

c. Diperolehnya tenaga konselor menyusui dan fasilitator pelatihan konseling menyusui yang berkualitas.

C. Pengertian

1. Konseling Konseling adalah suatu proses komunikasi dua arah antara konselor dan klien yang bertujuan membantu klien untuk memutuskan apa yang akan dilakukan dalam mengatasi masalah yang dialami oleh klien. Dalam komunikasi tersebut konselor bukan memberi nasihat tetapi memberikan informasi dan alternatif pemecahan masalah, selanjutnya klien memilih dan memutuskan sendiri alternatif yang terbaik untuk dirinya.

2. Konselor Konselor adalah orang yang memberikan konseling

3. Konselor menyusui Konselor menyusui adalah orang yang telah mengikuti pelatihan konseling menyusui dengan modul pelatihan standar WHO/UNICEF 40 jam.

4. Fasilitator Fasilitator adalah konselor menyusui yang telah mengikuti pelatihan fasilitator selama 10 hari, yang mencakup 5 hari pertama berlatih sebagai fasilitator diantara sesama konselor menyusui, dan 5 hari berikutnya praktik menjadi fasilitator pada pelatihan konseling menyusui, dengan didampingi oleh fasilitator senior/Master Trainer (MT).

5. Fasilitator Senior/Master Trainer (MT) Fasilitator Senior/Master Trainer adalah fasilitator yang pernah lebih dari satu kali menjadi fasilitator dalam kegiatan pelatihan fasilitator.

6. Master of Training (MoT) Master of Training adalah fasilitator senior/master trainer (MT) yang bertanggung jawab terhadap seluruh penyelenggaraan pelatihan, mencakup perencanaan, pelaksanaan, monitoring dan evaluasi serta pelaporan kegiatan pelatihan konseling menyusui.

7. Panitia penyelenggara adalah tenaga yang menyelenggarakan pelatihan.

BAB II MODUL PELATIHAN

Pelatihan konseling menyusui dan pelatihan fasilitator konseling menyusui menggunakan modul WHO/UNICEF metode 40 jam, yang dilaksanakan dalam waktu 5 hari berturut-turut atau lebih dari

5 hari dengan sistem pembelajaran bertahap sesuai dengan kondisi setempat.

Modul pelatihan konseling menyusui berisi 33 sesi, sebagai berikut:

Sesi 1: Mengapa Menyusui Penting

Disampaikan selama 60 menit, dilaksanakan di dalam kelas dengan cara penyampaian materi transparansi dan diskusi. Peralatan yang digunakan adalah transparansi 1 sampai dengan 16, OHP, LCD proyektor, komputer.

Sesi 2: Situasi Lokal Menyusui Disampaikan selama 30 menit, dilaksanakan di dalam kelas dengan cara penyampaian materi dan diskusi. Peralatan yang digunakan adalah transparansi, OHP, kertas flipchart, spidol.

Sesi 3: Cara Kerja Menyusui

Disampaikan selama 60 menit, dilaksanakan di dalam kelas dengan cara penyampaian materi dan diskusi. Peralatan yang digunakan adalah transparansi.

Sesi 4: Menilai Proses Menyusui

Disampaikan selama 60 menit, dilaksanakan di dalam kelas dengan cara penyampaian materi, diskusi dan simulasi. Peralatan yang digunakan adalah transparansi, formulir/lembar bantuan penilaian, boneka, model payudara.

Sesi 5: Mengamati Proses Menyusui

Disampaikan selama 60 menit, dilaksanakan di dalam kelas dengan cara penyampaian materi, diskusi dan praktik menggunakan formulir di dalam kelas. Peralatan yang digunakan adalah slide, formulir penilaian.

Sesi 6: Mendengarkan Dan Mempelajari

Disampaikan selama 60 menit, dilaksanakan di dalam kelas dengan cara penyampaian materi, simulasi, tanya jawab, rangkuman. Peralatan yang digunakan adalah transparansi, papan tulis, lembar balik atau flipchart.

Sesi 7: Latihan Mendengarkan Dan Mempelajari

Disampaikan selama 60 menit, dilaksanakan di dalam kelas dengan cara berlatih ketrampilan dalam kelompok yang terdiri dari 8-10 orang dengan 2 fasilitator setiap kelompok, umpan balik fasilitator. Peralatan yang digunakan adalah transparansi, soal latihan, lembar jawaban.

Sesi 8: Praktik Pelayanan Kesehatan

Disampaikan selama 90 menit, dilaksanakan di dalam kelas dengan cara penyampaian materi, tanya jawab, diskusi kelompok. Peralatan yang digunakan adalah poster ‘Sepuluh Langkah Keberhasilan Menyusui’.

Sesi 9: Praktik Klinik I (Mendengarkan dan Mempelajari; Menilai Proses Menyusui) Disampaikan selama 120 menit, dilaksanakan di tempat praktik (bangsal atau klinik). Peralatan yang digunakan adalah ceklis diskusi praktik klinis, 2 lembar bantuan pengamatan menyusui, 1 lembar daftar keterampilan mendengarkan dan mempelajari serta lembar cadangan.

Sesi 10: Mengatur Posisi Bayi Pada Payudara Disampaikan selama 60 menit, dilaksanakan di dalam kelas dengan cara simulasi dalam kelompok. Peralatan yang digunakan adalah boneka, tempat tidur atau meja, penopang kaki, bantal, kain penutup.

Sesi 11: Membangun Percaya Diri Dan Memberi Dukungan Disampaikan selama 60 menit, dilaksanakan di dalam kelas dengan cara penyampaian materi, simulasi dan rangkuman. Peralatan yang digunakan adalah Kartu Menuju Sehat (KMS), transparansi, OHP, lembar balik.

Sesi 12: Latihan Percaya Diri Dan Dukungan Disampaikan selama 60 menit, dilaksanakan dengan kerja kelompok, latihan keterampilan dan keterampilan tertulis. Peralatan yang digunakan adalah soal latihan, lembar jawaban

Sesi 13: Praktik Klinik 2 (Membangun percaya diri dan memberi dukungan; Mengatur posisi bayi pada payudara). Disampaikan selama 120 menit, dilaksanakan dengan kerja kelompok dan latihan keterampilan. Peralatan yang digunakan adalah daftar keterampilan percaya diri dan dukungan untuk tiap peserta dan fasilitator, lembar bantuan pengamatan menyusui, daftar keterampilan mendengar dan mempelajari, dan ceklis diskusi praktik klinik

Sesi 14: Kondisi Payudara Disampaikan selama 60 menit dilaksanakan dengan presentasi slide, peragaan, tanya jawab dan rangkuman. Peralatan yang digunakan adalah slide, transparansi, alat suntik, tabung suntik sekali pakai (disposible) ukuran 10 atau 20 ml.

Sesi 15: Latihan Kondisi Payudara Disampaikan selama 30 menit dilaksanakan dengan kerja kelompok dan latihan tertulis. Peralatan yang digunakan adalah buku soal latihan 13, lembar jawaban latihan 13

Sesi 16: Menolak Menyusu Disampaikan selama 60 menit dilaksanakan dengan diskusi, latihan tertulis.

Peralatan yang digunakan adalah lembar balik atau papan tulis, lembar jawaban untuk latihan 14

Sesi 17: Mengkaji Riwayat Menyusu Disampaikan selama 50 menit dilaksanakan di dalam kelas dengan cara kerja kelompok, simulasi, rangkuman. Peralatan yang digunakan adalah formulir kajian riwayat menyusui, KMS.

Sesi 18: Latihan Mengkaji Riwayat Menyusu Disampaikan selama 70 menit dilaksanakan di dalam kelas dengan cara diskusi kelompok, praktik mengisi formulir kajian riwayat menyusui. Peralatan yang digunakan adalah salinan formulir Riwayat 1-5 dan KMS

Sesi 19: Pemeriksaan Payudara Disampaikan selama 30 menit dilaksanakan di dalam kelas dengan cara diskusi kelompok dan simulasi. Peralatan yang digunakan adalah model payudara

Sesi 20: Memerah ASI Disampaikan selama 70 menit dilaksanakan di dalam kelas dengan cara simulasi, demonstrasi dan rangkuman. Peralatan yang digunakan adalah wadah untuk menampung ASI perah (misalnya cangkir, botol bekas selai), contoh pompa payudara yang terdapat di daerah setempat, botol kaca, panci untuk air panas.

Sesi 21: ASI Tidak Cukup Disampaikan selama 70 menit dilaksanakan di dalam kelas dengan cara kerja kelompok, diskusi dan rangkuman. Peralatan yang digunakan adalah 1-2 lembar balik dan 1 papan tulis.

Sesi 22: Menangis Disampaikan selama 30 menit dilaksanakan di dalam kelas dengan cara kerja kelompok yang terdiri dari 8-10 orang, dengan 2 fasilitator masing-masing kelompok, diskusi dan simulasi. Peralatan yang digunakan adalah boneka.

Sesi 23: Latihan ASI Tidak Cukup Dan Menangis Disampaikan selama 50 menit dilaksanakan di dalam kelas dengan cara mengerjakan latihan. Peralatan yang digunakan adalah lembar latihan dan lembar jawaban.

Sesi 24: Praktik Klinik 3 Disampaikan selama 120 menit, dilaksanakan di dalam kelas dan dibimbing oleh seorang fasilitator, kerja kelompok di bangsal atau klinik. Tiap fasilitator mengawasi 2-3 pasang peserta dalam kelompok, rangkuman. Peralatan yang digunakan adalah formulir kajian riwayat menyusui, formulir ceklis keterampilan konseling dan lembaran salinan ceklis diskusi praktik klinik.

Sesi 25: Praktik Konseling Disampaikan selama 75 menit dilaksanakan di dalam kelas dengan cara kerja kelompok

4 - 5 orang dengan 1 fasilitator, dan praktik konseling berpasangan. Peralatan yang digunakan adalah KMS, lembar cadangan ceklis keterampilan konseling.

Sesi 26: Bayi Berat Lahir Rendah Dan Bayi Sakit Disampaikan selama 75 menit dilaksanakan di dalam kelas dengan cara presentasi dan latihan tertulis. Peralatan yang digunakan adalah transparansi, cangkir kecil, sendok teh, boneka, latihan dan lembar jawaban.

Sesi 27: Meningkatkan ASI Dan Relaktasi Disampaikan selama 60 menit dilaksanakan di dalam kelas dipimpin oleh seorang fasilitator, diskusi, simulasi, latihan tertulis. Peralatan yang digunakan adalah transparansi, slide, projector dan layar, lembar laltihan, lembar jawaban, 1 buah pipa NGT, pita perekat, 1 buah cangkir atau wadah untuk susu, 1 buah spuit ukuran 10 - 20 ml, 1 buah alat penetes/pipet (dropper).

Sesi 28: Mempertahankan Menyusui Disampaikan selama 60 menit dilaksanakan di dalam kelas dengan cara kerja kelompok beranggotakan 8 -10 orang dan 2 pelatih, simulasi dan latihan tertulis. Peralatan yang digunakan adalah OHP, papan tulis, KMS.

Sesi 29: Praktik Klinik 4 (Konseling Kepada Ibu Dalam Berbagai Situasi) Disampaikan selama 120 menit dilaksanakan di dalam kelas dipimpin oleh seorang fasilitator, praktik keterampilan konseling di bangsal atau klinik oleh setiap 2-3 pasangan yang diawasi oleh 1 orang fasilitator. Peralatan yang digunakan adalah cadangan lembar ceklis keterampilan konseling, formulir riwayat menyusui dan lembar bantuan lembar pengamatan menyusui, 1 lembar salinan ceklis diskusi praktik klinik, formulir kemajuan praktik klinik masing-masing peserta.

Sesi 30: Merubah Pelayanan Disampaikan selama 90 menit dilaksanakan di dalam kelas dengan cara kerja kelompok yang terdiri 4 - 5 orang dan 1 orang fasilitator sebagai nara sumber, diskusi, rangkuman. Peralatan yang digunakan adalah beberapa lembar salinan formulir untuk menilai dan merubah praktik, papan tulis atau lembar balik.

Sesi 31: Gizi, Kesehatan Dan Kesuburan Wanita Disampaikan selama 60 menit yang diawali dengan penyajian materi dan Tanya jawab serta diskusi kelompok. Peralatan yang digunakan adalah OHP dan panduan melakukan diskusi kelompok.

Sesi 32: Ibu Bekerja Disampaikan selama 60 menit dilakukan di dalam ruangan dengan diskusi kelompok dan permainan peran “membantu ibu yang bekerja di luar rumah”. Peralatan yang digunakan adalah kartu cerita.

Sesi 33: Promosi Susu Formula Disampaikan selama 60 menit, dilaksanakan di dalam kelas dan memerlukan permainan peran “memilih susu formula”. Peralatan yang digunakan adalah beberapa kaleng bekas susu formula dan wadah bekas

makanan pendamping ASI yang biasa dipergunakan sebagai pengganti ASI, foto copy majalah atau surat kabar setempat yang mengiklankan promosi susu formula atau bahan apa saja yang didistribusikan produsen susu formula.

BAB III PENYELENGGARAAN PELATIHAN KONSELING MENYUSUI

A. Ketentuan Peserta

1. Kriteria Peserta Peserta pelatihan konseling menyusui adalah: dokter dan dokter spesialis, bidan, perawat,

ahli gizi dan tenaga kesehatan lainnya dengan syarat: .

a. Ditugaskan oleh pimpinan dari tempat bekerja

b. Bersedia mengikuti seluruh proses pelatihan dari awal hingga akhir

c. Memiliki motivasi yang tinggi terhadap pencapaian keberhasilan menyusui dan yakin bahwa menyusui itu penting

d. Setelah mengikuti pelatihan, bersedia menjadi konselor menyusui .

2. Tempat Kerja Peserta Berasal dari sarana pelayanan kesehatan, dinas kesehatan dan jaringannya serta instansi

lain yang berminat.

3. Jumlah Peserta Jumlah peserta pada setiap kelas atau angkatan adalah maksimal 20 orang.

4. Rasio Fasilitator Terhadap Peserta Rasio fasilitator terhadap jumlah peserta adalah 1:4 sampai 5.

5. Kewajiban Peserta

a. Mentaati ketentuan dan tata tertib pelatihan

b. Aktif mengikuti semua sesi modul pelatihan, termasuk praktik klinik

c. Menyelesaikan tugas-tugas pelatihan yang diberikan oleh fasilitator, baik di kelas dan di tempat praktik klinik selama pelatihan berlangsung

d. Memberikan umpan balik dengan mengisi formulir evaluasi harian.

6. Hak Peserta

a. Memperoleh akomodasi dan konsumsi yang memadai

b. Memperoleh buku panduan peserta dan konseling kit (boneka, nasogastric tube, model payudara, spuit 5 ml, 10 ml, 20 ml, cangkir, botol tempat ASI)

c. Memperoleh sertifikat telah mengikuti pelatihan konseling menyusui

B. Ketentuan Fasilitator

1. Kriteria Fasilitator

a. Memiliki sertifikat sebagai fasilitator konseling menyusui

b. Bersedia hadir pada seluruh proses pelatihan.

2. Tugas Fasilitator

a. Mempersiapkan materi yang akan disampaikan dan merancang kebutuhan untuk praktik pelatihan konseling menyusui

b. Menyampaikan materi pelatihan konseling menyusui

c. Memberi umpan balik terhadap kelangsungan proses pembelajaran c. Memberi umpan balik terhadap kelangsungan proses pembelajaran

e. Membantu peserta yang mengalami kesulitan dalam proses pelatihan

f. Membawa buku panduan fasilitator, panduan peserta dan konseling kit

g. Menyiapkan dan melaksanakan evaluasi proses pembelajaran

h. Mengolah dan menganalisis hasil evaluasi proses pembelajaran

3. Hak Fasilitator

a. Memperoleh akomodasi dan konsumsi yang memadai

b. Memperoleh honorarium sesuai ketentuan yang berlaku

c. Memperoleh biaya transportasi sesuai ketentuan yang berlaku

C. Ketentuan Master of Training (MoT)

1. Kriteria Master of Training (MoT)

a. Berpengalaman dalam melaksanakan pelatihan konseling menyusui, mulai dari perencanaan, pelaksanaan, evaluasi dan pelaporan.

b. Memiliki kemampuan dalam mengendalikan keseluruhan proses pelatihan konseling menyusui dan mampu mengatasi permasalahan yang timbul.

2. Tugas Master of Training (MoT)

a. Menyusun Kerangka Acuan Pelatihan

b. Merencanakan dan mempersiapkan pelatihan konseling menyusui (termasuk sarana, peralatan, dana).

c. Berada di tempat pelatihan minimal satu hari sebelum pelatihan.

d. Bersama fasilitator mempersiapkan materi pelatihan konseling menyusui (buku panduan peserta, fasilitator, formulir keterampilan mendengarkan dan mempelajari,

formulir keterampilan percaya diri dan dukungan, ceklis keterampilan konseling, formulir untuk latihan dan praktik klinik, lembar bantuan pengamatan menyusui, formulir kajian riwayat menyusui, kartu bermain peran dan simulasi, kuesioner evaluasi)

e. Melakukan pembagian tugas dan mengarahkan fasilitator

f. Menyelenggarakan pembukaan dan penutupan pelatihan

g. Menyampaikan tujuan dan ringkasan proses pelatihan serta metode yang digunakan dalam pelatihan.

h. Mengendalikan proses pelatihan sesuai jadwal

i. Memberikan materi/praktik pada sesi-sesi tertentu bila diperlukan. j. Melakukan pertemuan fasilitator setiap hari untuk mendiskusikan sesi-sesi yang diadakan sepanjang hari, perkembangan kelompok dan individu, penampilan pelatih, dan mengatasi masalah bila ada.

k. Membuat laporan pelaksanaan pelatihan

3. Hak Master of Training (MoT)

a. Memperoleh akomodasi dan konsumsi yang memadai

c. Menetapkan peserta yang berhak memperoleh sertifikat

d. Memperoleh honorarium sesuai ketentuan yang berlaku

e. Memperoleh biaya transportasi sesuai ketentuan yang berlaku

D. Ketentuan Panitia Penyelenggara

1. Panitia berasal dari unit teknis pelaksana pengelola program

2. Perbandingan jumlah panitia penyelenggara dengan peserta 1:4 sampai 5

3. Tugas panitia penyelenggara adalah membantu MoT sejak tahap persiapan sampai pelaksanaan pelatihan:

a. Menyiapkan dan mengusulkan SK panitia, peserta, fasilitator dan MoT

b. Menyiapkan dan mengirim undangan kepada pihak yang terlibat dalam pelaksanaan pelatihan (peserta, fasilitator dan tempat praktik)

c. Menyiapkan akomodasi dan konsumsi peserta, fasilitator dan MoT

d. Bersama MoT menyiapkan tempat pelatihan, tempat praktik klinik, ruang dan peralatan belajar selama pelatihan berlangsung

e. Menyelenggarakan administrasi pelatihan termasuk pertanggungjawaban keuangan

f. Menyiapkan sertifikat

4. Hak panitia:

a. Memperoleh akomodasi dan konsumsi yang memadai

b. Memperoleh honorarium sesuai ketentuan yang berlaku

c. Memperoleh biaya transportasi sesuai ketentuan yang berlaku

BAB IV PENYELENGGARAAN PELATIHAN FASILITATOR KONSELING MENYUSUI

A. Ketentuan Peserta

1. Kriteria Peserta Peserta pelatihan adalah konselor menyusui, dengan syarat:

a. Ditugaskan oleh pimpinan dari tempat bekerja.

b. Bersedia mengikuti seluruh proses pelatihan.

c. Aktif dalam melakukan konseling menyusui.

d. Bersedia menjadi fasilitator setelah mengikuti pelatihan fasilitator konseling menyusui.

2. Tempat Kerja Peserta Berasal dari sarana pelayanan kesehatan, dinas kesehatan dan jaringannya serta instansi lain yang berminat.

3. Jumlah Peserta Jumlah peserta pada setiap kelas atau angkatan adalah minimal 4 orang dan maksimal 8 orang.

4. Rasio Master Trainer Terhadap Peserta Rasio Master Trainer terhadap Peserta adalah 1:4

5. Kewajiban Peserta

a. Membawa buku panduan peserta dan konseling kit (boneka, model payudara, nasogastric tube, Spuit 5 ml, 10 ml dan 20 ml, cangkir, Botol penyimpan ASI).

b. Mentaati ketentuan dan tata tertib pelatihan

c. Aktif mengikuti semua sesi modul pelatihan, termasuk praktik klinik

d. Menyelesaikan tugas-tugas yang diberikan oleh Master Trainer (MT), baik di kelas maupun di tempat praktik klinik selama pelatihan berlangsung

e. Memberikan umpan balik setiap sesi selesai

6. Hak Peserta

a. Memperoleh buku panduan fasilitator

b. Memperoleh pelayanan akomodasi dan konsumsi yang memadai.

c. Memperoleh sertifikat telah mengikuti pelatihan fasilitator konseling menyusui.

d. Memperoleh biaya transportasi sesuai ketentuan yang berlaku

B. Ketentuan Fasilitator Senior/Master Trainer (MT)

1. Kriteria Fasilitator Senior/Master Trainer (MT)

a. Mempunyai motivasi yang tinggi sebagai fasilitator

b. Memiliki pengalaman dan keterampilan melatih

c. Bersedia hadir pada seluruh proses pelatihan baik di kelas maupun praktik klinik

2. Tugas Fasilitator Senior/ Master Trainer (MT)

a. Mempersiapkan materi yang akan disampaikan dan merancang kebutuhan untuk praktik pelatihan konseling menyusui

b. Menyampaikan materi pelatihan konseling menyusui, bila dianggap perlu

c. Memperhatikan dan mengamati presentasi yang dilakukan oleh peserta

d. Mengingatkan ketidaksesuaian materi pelatihan dan praktik bila dianggap perlu

e. Memberi umpan balik terhadap kelangsungan proses pembelajaran

f. Menyiapkan dan memimpin peserta untuk praktik klinik

g. Membantu peserta yang mengalami kesulitan dalam proses pelatihan

h. Menyiapkan dan melaksanakan evaluasi proses pembelajaran

i. Mengolah dan menganalisis hasil evaluasi proses pembelajaran

3. Hak Fasilitator Senior/Master Trainer (MT)

a. Memperoleh akomodasi dan konsumsi yang memadai

b. Memperoleh buku panduan fasilitator.

c. Memperoleh honorarium sesuai ketentuan yang berlaku

d. Memperoleh biaya transportasi sesuai ketentuan yang berlaku

C. Ketentuan Master of Training (MoT)

1. Kriteria Master of Training (MoT)

a. Seseorang yang berpengalaman dalam melaksanakan pelatihan fasilitator konseling menyusui, mulai dari perencanaan, pelaksanaan, evaluasi dan pelaporan.

b. Memiliki kemampuan dalam mengendalikan keseluruhan proses pelatihan fasilitator konseling menyusui dan mampu mengatasi permasalahan yang timbul.

2. Tugas Master of Training (MoT)

a. Menyusun Kerangka Acuan Pelatihan

b. Merencanakan dan mempersiapkan pelatihan fasilitator konseling menyusui (termasuk sarana, peralatan, dana).

c. Berada di tempat pelatihan minimal satu hari sebelum pelatihan.

d. Bersama fasilitator senior/Master Trainer (MT) mempersiapkan materi pelatihan konseling menyusui (buku panduan peserta, buku panduan fasilitator, buku panduan

MoT, buku slide, buku overhead, formulir keterampilan mendengarkan dan mempelajari, formulir keterampilan percaya diri dan dukungan, formulir ceklis keterampilan untuk melatih, ceklis keterampilan konseling, formulir ceklis diskusi praktik klinik, kuesioner evaluasi, lembar bantuan pengamatan menyusui, formulir kajian riwayat menyusui, Pre dan Post Test, Kartu bermain peran dan simulasi)

e. Melakukan pembagian tugas dan mengarahkan peserta

f. Menyelenggarakan pembukaan dan penutupan pelatihan

g. Menyampaikan tujuan dan ringkasan proses pelatihan serta metode yang digunakan dalam pelatihan.

h. Mengingatkan peserta dan fasilitator senior/Master Trainer (MT) agar selalu mengikuti aturan selama pelaksanaan pelatihan

i. Mengendalikan proses pelatihan sesuai jadwal j. Memberikan materi/praktik pada sesi tertentu bila diperlukan. k. Memberi umpan balik terhadap kelangsungan proses pembelajaran l. Membuat laporan pelaksanaan pelatihan

3. Hak Master of Training (MoT)

a. Memperoleh akomodasi dan konsumsi yang memadai

b. Memperoleh honorarium sesuai ketentuan yang berlaku

c. Memperoleh biaya transportasi sesuai ketentuan yang berlaku

d. Menetapkan peserta yang berhak memperoleh sertifikat

D. Ketentuan Panitia Penyelenggara

1. Kriteria panitia penyelenggara Berasal dari unit teknis pelaksana pengelola program.

2. Jumlah panitia penyelenggara untuk setiap angkatan 3-5 orang

3. Tugas panitia penyelenggara:

a. Menyiapkan dan mengirim undangan kepada pihak yang terlibat dalam pelaksanaan pelatihan (peserta, fasilitator senior/Master Trainer dan tempat praktik)

b. Menyiapkan akomodasi dan konsumsi peserta, fasilitator senior/Master Trainer (MT) dan MoT

c. Bersama MoT menyiapkan tempat pelatihan, tempat praktik klinik, ruang dan peralatan belajar selama pelatihan berlangsung

d. Menyelenggarakan administrasi pelatihan termasuk pertanggungjawaban keuangan

e. Menyiapkan sertifikat sesuai ketentuan yang berlaku

5. Hak panitia penyelenggara:

a. Memperoleh akomodasi dan konsumsi yang memadai

b. Memperoleh honorarium sesuai ketentuan yang berlaku

c. Memperoleh biaya transportasi sesuai ketentuan yang berlaku

BAB V PROSES PELATIHAN

Untuk 1 angkatan pelatihan, terdapat 2 kegiatan pokok yang harus direncanakan secara mantap, yaitu kegiatan persiapan dan pelaksanaan.

A. Persiapan

1. Penetapan waktu

a. Jadwal pelatihan hendaknya ditetapkan 1 (satu) bulan sebelum pelaksanaan pelatihan

b. Waktu pelatihan selama 5 hari efektif.

2. Tempat Pelatihan

a. Tempat pelatihan diupayakan dekat dengan lokasi praktik klinik

b. Pelatihan diselenggarakan dalam ruangan kelas dan praktik klinik. Dibutuhkan 2 ruang kelas, yaitu 1 ruang untuk pleno dan 1 ruang untuk pembelajaran kelompok.

c. Praktik klinik dilaksanakan di sarana pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan pelayanan persalinan dan bayi baru lahir dengan jumlah kelahiran minimal 8 bayi per hari, misalnya rumah sakit, rumah bersalin, puskesmas perawatan dan jaringannya.

3. Penetapan MoT dan Panitia Penyelenggara

a. MoT dan panitia penyelenggara yang akan terlibat dalam pelatihan ditetapkan sejak jadwal pelatihan disusun.

b. MoT dan panitia penyelenggara ditetapkan oleh Kepala Dinas Kesehatan setempat.

4. Penetapan Fasilitator Senior/Master Trainer (MT)

a. Fasilitator senior/Master Trainer (MT) yang akan terlibat dalam pelatihan ditetapkan sejak jadwal pelatihan disusun.

b. MT ditetapkan oleh MoT

c. Undangan permintaan untuk fasilitator senior/Master Trainer (MT) dikirim paling lambat

2 minggu sebelum pelaksanaan pelatihan.

5. Penetapan Fasilitator

a. Fasilitator yang akan terlibat dalam pelatihan ditetapkan sejak jadwal pelatihan disusun

b. Fasilitator ditetapkan oleh MoT

c. Undangan permintaan untuk fasilitator dikirim paling lambat 2 minggu sebelum pelaksanaan pelatihan.

6. Penyiapan dan Pengiriman Undangan Peserta

a. Undangan untuk peserta dikirim paling lambat 2 minggu sebelum pelaksanaan pelatihan.

b. Surat undangan peserta memuat informasi tentang persyaratan peserta dan hal-hal yang harus dibawa, antara lain:

1) Surat tugas dari pimpinan

2) Pasfoto ukuran 4x6 (2 lembar) menghadap depan

3) Formulir biodata yang telah diisi

4) Surat pernyataan yang diperlukan sebagai persyaratan peserta

c. Form biodata yang sudah diisi dikembalikan ke panitia 1 minggu sebelum pelatihan dilaksanakan.

d. Terhadap calon peserta yang tidak memenuhi kriteria yang telah ditetapkan dalam undangan, panitia berhak menolak.

7. Penyiapan Ruangan dan Peralatan

a. Ruangan perlu disiapkan minimal 1 hari sebelum pelaksanaan pelatihan.

b. Peralatan yang diperlukan dalam proses pembelajaran, baik di kelas maupun praktik klinik disiapkan sebelum pelaksanaan pelatihan.

8. Penyiapan Lokasi Praktik Klinik

a. Surat permintaan untuk praktik klinik dikirim 2 minggu sebelum pelaksanaan praktik klinik

b. Di lokasi praktik klinik sebaiknya tersedia ruangan untuk diskusi kelompok kecil.

c. Pengecekan lokasi praktik klinik minimal 1 minggu sebelum pelaksanaan praktik. Segera atasi masalah apabila lokasi praktik klinik tidak memenuhi persyaratan.

d. Menyiapkan sarana transportasi untuk mengangkut peserta dari tempat pelatihan ke lokasi praktik klinik.

e. Menyiapkan sasaran praktik klinik, antara lain:

1) Ibu pasca persalinan normal

2) Ibu dengan persalinan operasi caesar.

3) Ibu dengan kesulitan menyusui.

4) Ibu dengan berbagai kondisi payudara.

5) Ibu dengan BBLR dan bayi kembar.

6) Ibu dengan bayi sakit.

7) Ibu kunjungan KIA dan KB

8) Ibu hamil kunjungan perawatan antenatal (ANC).

9) Ibu diruang persalinan (untuk inisiasi menyusu dini)

9. Penyiapan Formulir Evaluasi

a. Evaluasi fasilitator yang dilakukan setiap sesi.

b. Evaluasi penyelenggaraan (akomodasi, dll)

c. Evaluasi terhadap materi/modul pelatihan.

d. Soal atau pertanyaan (kuis) untuk evaluasi pemahaman materi yang telah diberikan selama 1 hari.

10. Penyiapan Sertifikat Proses permintaan ke Pusdiklat/Dinas Kesehatan Propinsi sebagai berikut:

a. Mengajukan permohonan akreditasi dan blangko sertifikat minimal 2 minggu sebelum pelaksanaan pelatihan dengan melampirkan:

1) Kerangka acuan

2) Kurikulum pelatihan

3) Jadwal pelatihan

4) Daftar fasilitator termasuk MT dan MoT

5) Daftar Panitia (SK Panitia)

6) Form evaluasi pelatihan

7) Biodata calon peserta (dapat disusulkan)

8) Pasfoto menghadap depan ukuran 4x6 (2 lembar).

B. Pelaksanaan

1. Pembukaan Pelatihan diupayakan dibuka oleh Kepala Dinas Kesehatan setempat, dihadiri oleh

undangan terkait, termasuk Pimpinan/kepala unit lokasi praktik klinik.

2. Pertemuan Fasilitator Setiap hari di akhir proses pembelajaran, fasilitator mengadakan pertemuan untuk

mengevaluasi proses pembelajaran.

3. Proses Pembelajaran

a. Proses pembelajaran diawali dengan penjelasan MoT tentang tujuan pelatihan, langkah-langkah proses pembelajaran dan metode yang digunakan termasuk praktik

klinik.

b. Peserta diminta untuk mengungkapkan harapan yang ingin dicapai selama mengikuti pelatihan dan kekhawatiran terhadap hal-hal yang akan ditemui selama pelatihan

secara tertulis.

c. Proses pelatihan dikelola secara team teaching.

d. Setiap hari di akhir pembelajaran, peserta diminta menuliskan materi yang belum jelas.

e. Apabila suasana pembelajaran menunjukkan adanya kejenuhan, fasilitator melakukan penyegaran suasana.

f. Proses pembelajaran dilakukan dalam beberapa kelas yaitu:

1) Kelas pleno (seluruh peserta), metode yang digunakan adalah ceramah dan tanya jawab, simulasi, diskusi kelompok.

2) Kelompok sedang (peserta dibagi dua kelas yang berjalan paralel), metode yang digunakan adalah ceramah dan tanya jawab, simulasi, diskusi kelompok, dan

bermain peran.

3) Kelompok kecil (4 orang), metode yang digunakan adalah, diskusi kelompok dan bermain peran. Praktik klinik termasuk dalam kelompok ini.

g. Selama pelatihan, praktik klinik untuk mempraktikkan ketrampilan konseling dan manajemen laktasi terhadap ibu dengan berbagai kondisi dilakukan sebanyak 4 kali.

C. Evaluasi

1. Evaluasi terhadap fasilitator oleh peserta, dilakukan setiap hari dengan menggunakan formulir evaluasi fasilitator.

2. Evaluasi terhadap materi/modul pelatihan oleh peserta dilakukan setiap hari, dengan menuliskan materi/modul apa yang masih belum jelas.

3. Evaluasi proses penyelenggaraan secara keseluruhan, dilakukan diakhir kegiatan pelatihan.

4. Tindak lanjut hasil evaluasi, setiap malam fasilitator mengolah hasil evaluasi dan menentukan tindak lanjut.

5. Evaluasi pasca pelatihan.

BAB VI PENUTUP

Keberadaan, kemampuan dan keterampilan konselor menyusui sangat menentukan keberhasilan upaya peningkatan pemberian ASI di Indonesia. Konselor menyusui diharapkan dapat membantu para ibu terutama yang mengalami kesulitan dalam menyusui agar tetap dapat menyusui sebagaimana mestinya. Konselor menyusui yang terampil dihasilkan dari suatu proses pelatihan yang berkualitas. Di era desentralisasi kemungkinan banyak daerah atau institusi menyelengarakan pelatihan konseling menyusui yang dilanjutkan dengan pelatihan fasilitator konseling menyusui. Oleh karena itu penting sekali menjaga dan mempertahankan kualitas pelatihan konseling menyusui. Pedoman penyelenggaraan pelatihan konseling menyusui ini disusun dalam rangka menjaga kualitas pelatihan agar tetap sesuai standar.

Penyusun pedoman ini sangat mengharapkan agar para penyelenggara pelatihan konseling menyusui dapat dengan tertib mengikuti seluruh isi pedoman. Mudah-mudahan dengan mengikuti pedoman penyelenggaraan pelatihan konseling menyusui ini dapat dihasilkan konselor menyusui yang berkualitas sesuai harapan semua pihak.

Lampiran 1: Contoh Kerangka Acuan

KERANGKA ACUAN PELATIHAN KONSELING MENYUSUI DAN PELATIHAN FASILITATOR KONSELING MENYUSUI

A. Latar Belakang

Menyusui eksklusif selama 6 bulan merupakan salah satu upaya yang paling strategis untuk akselerasi penurunan angka kematian bayi dan prevalensi gizi kurang. Program menyusui berkaitan juga dengan kesepakatan global antara lain, deklarasi Innocenti (Italia) tahun 1990 tentang perlindungan, promosi dan dukungan terhadap pemberian ASI.

Kebutuhan gizi bayi untuk pertumbuhan dan perkembangannya sampai umur 6 bulan dapat dipenuhi cukup hanya dari ASI. Pemberian makanan yang bergizi dan aman untuk bayi dan anak merupakan salah satu prinsip pemenuhan hak dasar anak. Pemenuhan kebutuhan gizi bayi dan anak secara universal disadari sebagai komponen penting untuk mencapai status kesehatan yang baik sebagaimana dinyatakan pada Convention of the Rights of the child.

Peningkatan Pemberian ASI telah menjadi kesepakatan global berdasarkan hasil World Summit Conference for Children tahun 1990 tentang kesejahteraan anak di dunia, dan Deklarasi Innocenti tentang Promotion and Support of Breast Feeding tahun 1990. Menyusui eksklusif kepada bayi bukan hanya untuk memenuhi kebutuhan dasar anak sebagai hak anak tetapi juga sangat bermanfaat untuk meningkatkan mutu Sumber Daya Manusia (SDM). Hal ini didukung oleh World Health Organization (WHO) dan United Nations Children’s Fund (UNICEF) yang telah menekankan pentingnya ibu menyusui secara eksklusif selama 6 bulan penuh, sebagai salah satu upaya prioritas untuk menurunkan angka kematian bayi dan meningkatkan kualitas hidup anak.

Menyadari hal tersebut, perlu upaya yang terarah sehingga peningkatan pemberian ASI dapat dilaksanakan oleh keluarga dan masyarakat. Salah satu cara adalah meningkatkan pengetahuan anggota keluarga, tenaga kesehatan dan masyarakat tentang pentingnya pemberian ASI adalah melalui pelatihan konseling ASI dan pelatihan fasilitator konseling menyusui, khususnya kepada para tenaga kesehatan yang bekerja di sarana pelayanan kesehatan terdepan dalam hal ini rumah sakit.

B. Tujuan

1. Umum Tersedianya tenaga konselor menyusui/fasilitator konseling menyusui di rumah sakit dan lapangan yang dapat mendukung tercapainya target cakupan menyusui eksklusif.

2. Khusus

a. Meningkatnya pengetahuan tenaga kesehatan tentang pentingnya ASI untuk bayi dan ibu;

b. Meningkatnya pemahaman tenaga kesehatan tentang tugas konselor menyusui;

c. Meningkatnya kemampuan dan keterampilan tenaga kesehatan dalam melakukan konseling menyusui.

d. Meningkatnya kemampuan dan keterampilan tenaga kesehatan dalam melakukan pelatihan konseling menyusui.

C. Proses

ƒ Pemberian materi dan simulasi praktek dilakukan di ruang kelas, sedangkan praktek klinis dilakukan di rumah sakit ƒ Di rumah sakit, peserta pelatihan fasilitator/konselor menyusui akan langsung mempraktikkan materi yang diperoleh di dalam kelas kepada pasien yang meliputi, bagaimana cara menyusui yang baik, bagaimana mengatur posisi bayi untuk memperoleh ASI, bagaimana bonding yang baik, bagaimana menciptakan terjalinnya kasih sayang antara ibu dan anak, dll. ƒ Praktek di RS akan dilakukan secara bertahap sesuai dengan sesi yang diberikan di dalam kelas ƒ Pasien yang menjadi sasaran mencakup bayi umur 0-6 bulan, 7-24 bulan, baik pasien rawat inap maupun rawat jalan. Apabila ditemukan bayi dengan indikasi medis yang biasanya lahir belum cukup bulan ditangani peserta dengan didampingi fasilitator utama, bisa juga dengan pendamping/pembimbing yang memang ditugaskan oleh pimpinan institusi. Indikasi-indikasi medis tersebut antara lain, bayi yang di vacum, BBLR, bayi dengan lidah pendek (prenulum), bayi dengan hidrocephalus, bayi yang di inkubator dan bayi kembar. ƒ Membantu ibu yang bermasalah misalnya, ibu dengan payudara bengkak, ibu dengan puting susu yang terbenam, ibu dengan payudara yang tidak bisa mengeluarkan ASI, dll., ƒ Pada bayi dan ibu yang bermasalah, dianjurkan bayi tetap diberi ASI yang diperah dengan menggunakan alat NGT (nasogastrotube), sementara kepada ibu tetap dianjurkan untuk konseling kepada petugas kesehatan; ƒ Pada setiap akhir sesi, fasilitator/konselor bersama course director dan peserta mengadakan evaluasi, baik terhadap materi, fasilitator, dll. Evaluasi bisa dilakukan di rumah sakit maupun setelah kembali ke kelas;

D. Peserta

ƒ Peserta konseling menyusui adalah Tim Konseling Menyusui rumah sakit atau instansi lainnya, yaitu: dokter spesialis anak, dokter spesialis obstetri dan ginekologi dan bidan serta pengelola program menyusui Dinkes Propinsi. ƒ Setiap angkatan peserta calon konselor berjumlah maksimal 20 orang dengan rasio fasilitator terhadap peserta adalah 1: 4-5. ƒ Jumlah peserta pelatihan fasilitator konseling menyusui adalah 4-8 orang, dengan rasio fasilitator terhadap peserta adalah 1:4 (termasuk 1 fasilitator senior Master Trainer/MT). ƒ Dalam prakteknya, peserta akan dibagi 2 kelompok yang dibagi pada 2 RS ƒ Peserta akan melakukan praktek ke RS/klinik sebanyak 4 kali kunjungan dengan didampingi fasilitator.

E. Master of Training (MOT), Master Trainer (MT) dan Fasilitator

ƒ Master of Training (MOT) pada pelatihan konseling menyusui adalah pengelola program gizi dari instansi kesehatan atau fasilitator senior dari LSM peduli ASI. ƒ Pelatih adalah fasilitator pusat dan daerah yang telah mengikuti pelatihan fasilitator. Dalam tim fasilitator terdapat fasilitator senior.

F. Panitia

Panitia terdiri dari Panitia Pengarah, Panitia Pelaksana dan Instruktur atau Pendamping Praktek dari rumah sakit/klinik

G. Waktu dan Tempat

Waktu

5 hari efektif (tidak termasuk hari perjalanan pergi dan pulang) Tempat

: Hotel/Wisma/gedung Diklat (untuk sesi penyajian materi dan Diskusi Kelompok), RS/RSB/RSIA (untuk sesi praktek klinik)

H. Biaya

Dibebankan pada DIPA RKA-KL dan sumber dana lainnya Besar biaya praktek klinik dialokasikan Rp 20.000,00 per orang per kali kunjungan dan untuk pembimbing dialokasikan Rp 50.000,00 per kali kunjungan (disesuaikann dengan kondisi setempat).

Lampiran 2. Contoh Jadual

JADUAL PELATIHAN PELATIHAN KONSELING MENYUSUI DAN PELATIHAN FASILITATOR KONSELING MENYUSUI

No Waktu Sesi

Kelas/ Kelompok Penanggung ( Hari/Jam)

Materi

Jawab 1 Hari - 1

16.00 – selesai

Check in

Registrasi (Lanjutan)

Panitia 09.00 – 10.00

Perkenalan peserta dan fasilitator

Coffee Break

Panitia 11.00 – 12.00

Pengantar Pelatihan

Kelas

Fasilitator 12.00 – 13.00

1 Mengapa menyusui penting

Kelas

Fasilitator 13.00 – 14.00

3 Cara Kerja Menyusui

4 Menilai Kegiatan Menyusui

Kelas

Fasilitator 16.00 – 16.30

5 Mengamati Kegiatan Menyusui

Kelas

Coffee Break + Ashar

Kelompok Sedang Fasilitator 17.30 – 19.00

6 Mendengar dan Mempelajari

Ishoma

7 Latihan Mendengar dan Mempelajari

Kelompok Sedang Fasilitator

Persiapan Praktik Klinik 1

Kelas

Kelompok Sedang Panitia 08.30 – 10.30

Perjalanan ke tempat praktik klinik

Kelompok Kecil Fasilitator 10.30 – 11.00

9 Praktik Klinik 1

Kelompok Sedang Panitia 11.00 – 12.30

Kembali dari tempat pelatihan

Fasilitator 12.30 – 13.00

10 Mengatur posisi bayi pada payudara

Kelas

Fasilitator 13.00 – 14.00

Video Pilihan

11 Membangun percaya diri dan Memberi

Kelompok Sedang Fasilitator

dukungan

12 Latihan membangun percaya diri dan

Kelompok Sedang Fasilitator

memberi dukungan

Coffee break + Ashar

Fasilitator 17.30 – 19.00

20 Memerah ASI

2 Situasi Lokal Menyusui

Persiapan Praktik Klinik 2

Kelas

Kelompok Sedang Panitia 08.30 – 10.30

Perjalanan ke tempat praktik klinik

Kelompok Kecil Fasilitator 10.30 – 11.00

13 Praktik Klinik 2

Kelompok Sedang Panitia 11.00 – 12.00

Kembali dari tempat pelatihan

Fasilitator 12.00 – 12.30

14 Kondisi Payudara

Kelas

Fasilitator 12.30 – 13.30

15 Latihan Kondisi Payudara

Kelompok Sedang Fasilitator 14.20 – 15.30

16 Menolak Menyusu

Kelompok Sedang Fasilitator 15.30 – 16.00

17 Mencatat Riwayat Menyusui

Kelompok Kecil Fasilitator 16.00 – 17.30

18 Latihan Catat Riwayat Menyusui

Coffee Break + Ashar

Fasilitator 19.00 – 20.00

8 Praktik Yan Kesehatan

Kelas

I shoma

32 Ibu Bekerja

Kelas

Fasilitator

No Waktu Sesi

Kelas/ Kelompok Penanggung ( Hari/Jam)

Materi

Jawab 5 Hari 4

07.30 – 07.45

Fasilitator 07.45 – 08.30

Persiapan Praktik Klinik 3

Kelas

Kelompok Sedang Panitia 08.30 – 10.30

Perjalanan ke tempat praktik klinik

Kelompok Kecil Fasilitator 10.30 – 11.00

24 Praktek Klinik 3

Kelompok Sedang Panitia 11.00 -12.30

Kembali dari tempat pelatihan

Fasilitator 12.30 – 13.00

21 ASI Tidak Cukup

Kelas

Kelompok Sedang Fasilitator 13.00 – 14.00

23 Latihan ASI tidak cukup dan menangis

Kelas

- 15.30 – 17.00

Coffee Break + Ashar

Kelompok Kecil Fasilitator 17.30 – 19.00

25 Praktik Konseling

- 19.00 – 20.00

Fasilitator 20.00 – 21.00

31 Gizi, Kesehatan dan Kesuburan Wanita

Kelas

33 Promosi Komersial Susu Formula

Persiapan Praktik Klinik 4

Kelas

Kelompok Sedang Panitia 08.30 – 10.30

Perjalanan ke tempat praktik klinik

Kelompok Kecil Fasilitator 10.30 – 11.00

29 Praktek Klinik 4

Kelompok Sedang Panitia 11.00 – 13.30

Kembali dari tempat pelatihan

- 13.30 – 14.30

Ishoma

Kelompok Sedang Fasilitator 14.30 – 15.30

28 Mempertahankan menyusui

- 15.30 – 16.00

Coffee Break + Ashar

Kelompok Sedang Fasilitator 16.00 – 17.00

27 Meningkatkan Produksi ASI & Relaktasi

Kelompok Sedang Fasilitator 17.00 – 18.00

26 BBLR & Bayi Sakit

Kelompok Kecil Fasilitator 18.00 – 19.00

30 Merubah Praktik

Sampai Pukul

Check out

- 12.00