GANGGUAN KESEHATAN PADA WANITA USIA SUBUR AKIBAT PAJANAN PESTISIDA ORGANOFOSFAT DI KABUPATEN BANDUNG BARAT, JAWA BARAT Health Disorders Amongst Women of Childbearing Age Due to Exposure to Organophosphates in West Bandung District,West Java

  

GANGGUAN KESEHATAN PADA WANITA USIA SUBUR AKIBAT

PAJANAN PESTISIDA ORGANOFOSFAT DI

KABUPATEN BANDUNG BARAT, JAWA BARAT

  

Health Disorders Amongst Women of Childbearing Age

Due to Exposure to Organophosphates in West Bandung District,West Java

1 1 2 1 1 Dasuki , Miko Hananto , Asep Hermawan , Elsa Elsi 2 Pusat Penelitian dan Pengembangan Upaya Kesehatan Masyarakat

Pusat Penelitian dan Pengembangan Sumber Daya dan Pelayanan Kesehatan

Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan, Kementerian Kesehatan R.I.

  

Email: dasuki97@ymail.com

Diterima: 26 Februari 2016; Direvisi: 23 Januari 2016; Disetujui: 31 Januari 2017

ABSTRACT

  

Women of Childbearing Age (WCA) who live in agricultural area areat risk to pesticide poisoning with

long-term negative impacts. This study objective is to describe organophosphate(OP) pesticide metabolites

in urine of WCA exposed to pesticides. This study design was Type-1 Health Study which was conducted by

the National Institute for Health Research and Development in 2014. Descriptive analysis was performed

to obtain the percentages of WCA sufferers from OP contamination, and Chi-Square test was used to

assess the effect. The percentage of WCA contaminated by OP pesticide metabolites was 52.9%, and 58.3%

among the age group of15-25yearsold.The highest percentage (60,7%) was those who are farmers.

Fisher’s Exacttest shows that there was no statistically significant relation between health problems and

OP pesticide contamination. G enerally, pesticide metabolites were detected most at the young age of WCA.

  Symptomsamong WCA include dizziness, fatigue, vomiting and shortness of breath .

  Keywords:Organophosphate, pesticide metabolites, women ofchildbearing age, health disorders

ABSTRAK

Wanita usia subur (WUS) yang tinggal didaerah pertanian merupakan salah satu populasi yang berisiko

untuk mengalami keracunan pestisida dengan dampak negatif jangka panjang. Tujuan penelitian ini untuk

mengetahui gambaran metabolit pestisida organofosfat (OP) pada urine WUS yang mengalami gangguan

kesehatan akibat pajanan pestisida. Penelitian dilakukan Badan Litbangkes pada tahun 2014 dengan desain

Type-1 Health Study. Analisis dilakukan secara deskriptif untuk menggambarkan persentase WUS yang

mengalami pajanan. Uji Chi-Square dilakukan untuk mengkaji dampak pajanan pada WUS. Secara

deskriptif, persentase WUS yang terdeteksi metabolit pestisida OP adalah 52,9% dan yang paling banyak

terdeteksi pada kelompok umur 15-25 tahun (58,3%) dengan pekerjaan petani/buruh tani (60,7%). Hasil uji

Fisher’s Exact menunjukkan bahwa dampak kesehatan tidak menunjukkan perbedaan signifikan dengan

kontaminasi pestisida. Secara umum, WUS yang terdeteksi metabolit pestisida paling banyak pada usia

muda dengan pekerjaan petani/buruh tani. Gejala paling sering muncul pada WUS yang terkontaminasi

pestisida adalah pusing, mata berkunang, perasaan letih, muntah-muntah dan sesak.

  Kata kunci: Organofosfat, metabolit pestisida, wanita usia subur, gangguan kesehatan

PENDAHULUAN . Kelompok kerja

  terbesar di Indonesia masih didominasi

  World Health Organization (WHO)

  pekerja sektor pertanian walaupun ada memperkirakan setiap tahun terjadi 1-5 juta kecenderungan semakin menurun. Hal ini kasus keracunan pestisida pada pekerja di terlihat dari besarnya penyerapan tenaga sektor pertanian dengan tingkat kematian kerja di sektor ini yaitu sebanyak 46% dan mencapai 220.000 korban jiwa menyumbang 15,8% pendapatan bruto

  . Sekitar 80% keracunan pestisida nasional di bawah sektor perindustrian dan dilaporkan terjadi di negara berkembang perdagangan . Sebagai

  Gangguan kesehatan wanita usia subur...(Dasuki, Miko H, Asep H, Elsa E)

  Indonesia cukup tinggi. Pada tahun 2006 tercatat 1.336 formulasi dan 402 bahan aktif pestisida telah didaftarkan untuk pengendalian hama di berbagai komoditi

   .Tidak hanya

  jumlahnya, frekuensi penyemprotan, jenis pestisida, dan dosis yang digunakan cukup tinggi. Para petani di daerah Brebes misalnya, menggunakan beberapa jenis pestisida sekaligus dalam setiap penyemprotan yang mereka lakukan, dengan dosis yang jauh di atas ketentuan yang tertulis dalam kemasan. Frekuensi penyemprotan juga sangat intensif yaitu sekitar 2-3 hari sekali

  Dampak penggunaan pestisida yang berlebihan dapat menyebabkan pencemaran lingkungan dan mengakibatkan gangguan kesehatan pada masyarakat. Salah satu jenis pestisida yang paling banyak digunakan dalam kegiatan pertanian adalah pestisida golongan organofosfat (OP). Pestisida jenis ini tergolong sebagai endocrine disrupting

  • –8%, 8–15%, hingga diatas 45%. Penggunaan lahan untuk budidaya pertanian merupakan penggunaan lahan terbesar yaitu 66.500,294 hektar, sedangkan yang termasuk kawasan lindung seluas 50.150,928 ha, budidaya non pertanian seluas 12.159,151 hektar dan lainnya seluas 1.768,654 hektar .

  chemicals (EDCs), yakni senyawa-senyawa

  kimia yang mengganggu sintesis, sekresi, transport, metabolisme, aksi pengikatan, dan eliminasi hormon-hormon yang berfungsi menjaga homeostasis, reproduksi, dan proses tumbuh-kembang .

  Pestisida OP menimbulkan efek pada serangga, mamalia, dan manusia melalui inhibisi asetilkolinesterase pada saraf. Setelah masuk ke dalam tubuh pestisida dapat mempengaruhi syaraf karena penurunan enzim kolinesterase, enzim ini merupakan enzim yang mempengaruhi kerja syaraf . Inhibitor kolinesterase diabsorbsi secara cepat, setelah diabsorbsi sebagian besar diekresikan dalam urine, hampir seluruhnya berbentuk metabolit. Metabolit dan senyawa aslinya didalam darah dan jaringan tubuh terikat pada protein. Metabolisme senyawa OP melibatkan enzim-enzim hidrolitikdan oksidatif sehingga selang waktu antara absorbsi dan eksresi bervariasi . Menurut WHO paling tidak ditemukan 20.000 orang meninggalkarena keracunan pestisida dan dampak yang sangat berbahaya seperti kanker, cacat, mandul, dan hepatitis setiap tahunnya .

  Salah satu masalah utama yang berkaitan dengan keracunan pestisida adalah bahwa gejala dan tanda keracunan umumnya tidak spesifik bahkan cenderung menyerupai gejala penyakit biasa seperti mual, pusing, dan lemah sehingga oleh masyarakat dianggap suatu penyakit yang tidak memerlukan terapi khusus. Gejala klinik baru akan timbul bila aktifitas kolinesterase berkurang 50% atau lebih rendah .

  Luas wilayah Kabupaten Bandung Barat yaitu 1.305,77 km², terletak antara 60º 41’ s/d 70º 19’ LS dan 107º 22’ s/d 108º 05’ BT. Rata-rata ketinggian 110 meter dan maksimum 2.2429 meter dari permukaan laut. Kemiringan wilayah yang bervariasi antara 0

  Kecamatan Lembang, Kabupaten Bandung Barat berada pada ketinggian 700 m diatas permukaan laut (dpl) dengan suhu lingkungan sekitar 18-22°C. Kegiatan hortikultural pada kawasan ini meliputi sayuran dan hijauan pakan ternak. Pestisida diterapkan secara intensif untuk kegiatan pertanian dan dapat menjadi sumber pencemaran pestisida pada produk pertanian, peternakan dan lingkungan . Tujuan penelitian ini untuk mengetahui gambaran metabolit pestisida organofosfat (OP) pada urine WUS yang mengalami gangguan kesehatan akibat paparan pestisida.

BAHAN DAN CARA

  Artikel ini menggunakan data Riset Khusus Pencemaran Lingkunganyang dilakukan Badan Litbangkes pada tahun 2014. Desain penelitian menggunakan Type-

  1 Health Study yang disarankan

  • –mass spectrometryt andem GCMS/MS.

  Square untuk melihat adanya perbedaan

  72 26 - 35 tahun 67 48,9 70 51,1 137 36 - 45 tahun 75 54,7 62 45,3 137 46 - 55 tahun 27 51,9 25 48,1

  42 58,3 30 41,7

  Jumlah Terdeteksi Tidak Terdeteksi n % N % Kelompok Umur 15 - 25 tahun

  Karakteristik Responden Metabolit Pestisida OP pada Urine

  Tabel 1. Distribusi karakteristik responden menurut keberadaan metabolit pestisida OP pada urine di Kabupaten Bandung Barat, Jawa Barat, 2014

  HASIL

  proporsi pada WUS yang terdeteksi metabolit pestisida dan tidak.

  pengukuran metabolit pestisida OP menunjukkan bahwa sebanyak 211 orang responden (52,9%) terdeteksi metabolit pestisida OP dalam urinenya. Analisis deskriptif dilakukan untuk mendapatkan gambaran distribusi frekuensi karateristik responden, pajanan pestisida, dan uji Chi-

  Jurnal Ekologi Kesehatan Vol. 15 No 3, Desember 2016 : 140 - 149

   [LOD]) . Hasil

  (DEP), Diethyl Thiophosphate (DETP), Diethyl Dithiophosphate (DEDTP). Definisi operasional terdeteksi apabila minimal salah satu jenis OP terdeteksi

  Thiophosphate (DMTP), Dimethyl Dithiophosphate (DMDTP), Diethyl Phosphate

  Metabolit pestisida OP yang dianalisis dalam penelitian ini ada 6 jenis, yaitu Dimethyl Phosphate (DMP), Dimethyl

  Gas chromatography

  Pengambilan sampel dilakukan secara bertingkat. Tahap pertama, penentuan kawasan peruntukan pertanian dan kawasan non peruntukan pertanian yang ditentukan secara purposif. Penentuan kawasan peruntukan pertanian dan kawasan non peruntukan pertanian dilakukan berdasarkan data rencana tata ruang dan wilayah (RTRW) yang dikeluarkan Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (BAPPEDA) Kabupaten Bandung Barat. Kawasan peruntukan pertanian ditetapkan di Kecamatan Lembang dan bukan kawasan peruntukan pertanian di Kecamatan Ngamprah . Tahap kedua, adalah menentukan kluster (Rukun Tetangga-RT), sebanyak 10 kluster disetiap kawasan melalui teknik systematic random sampling (SRS). Tahap ketiga, menentukan ruta terpilih menggunakan systematic random sampling sebanyak 20 ruta tiap kluster . Kriteria inklusi ruta adalah mempunyai anggota rumah tangga (ART) wanita berumur 15-54 tahun dan sudah dalam 1 ruta terdapat lebih dari satu wanita yang memenuhi kriteria inklusi maka dipilih yang tinggal paling lama, bersedia menjadi responden, dan diambil urinenya. Data gangguan kesehatan akibat keracunan pestisida dilakukan dengan wawancara, sedangkan data pajanan pestisida OP diukur dengan keberadaan metabolit pestisida pada urine yang dianalisis menggunakan metode

  Populasi penelitian adalah semua rumah tangga (ruta) yang memiliki WUS di Kab. Bandung Barat, Provinsi Jawa Barat. Sampel sebanyak 200 ruta di kawasan peruntukan pertanian, dan 200 kawasan bukan peruntukan pertanian.

   . Penelitian dilakukan di Kabupaten Bandung Barat, Provinsi Jawa Barat pada bulan Februari-November 2014.

  52 Gangguan kesehatan wanita usia subur...(Dasuki, Miko H, Asep H, Elsa E)

  Tabel 1. Distribusi karakteristik responden menurut

  Lanjutan …..

  Tingkat Pendidikan SD 101 52,9 90 47,1 191 SLTP 51 53,1 45 46,9

  96 SLTA 51 56,0 40 44,0

  91 Perguruan Tinggi 8 40,0 12 60,0

  20 Status Pekerjaan Utama Tidak bekerja/mengurus RT 139 51,5 131 48,5 270 PNS/TNI/POLRI 8 50,0 8 50,0

  16 Petani/Buruh tani 17 60,7 11 39,3

  28 Pegawai swasta/Buruh 42 57,5 31 42,5

  84 Lainnya 5 45,5 6 54,5

  11 Aktivitas Bidang Pertanian Ya 29 51,8 27 48,2

  56 Tidak 182 53,2 160 46,8 342 Tabel 2. Distribusi responden (WUS) menurut gejala keracunan pestisida dan metabolit pestisida

  OP pada urine di Kabupaten Bandung Barat, Jawa Barat, 2014 Metabolit Pestisida OP pada

  Urine Gejala Keracunan Akibat Nilai OR

  Tidak Jumlah Kontak dengan Pestisida Terdeteksi P (95%: CI)

  Terdeteksi N % N %

  Pusing

  Ya 7 58,3 5 41,7 12 0,708 1,25 Tidak 204 52,8 182 47,2 386 (0,39-4,00)

  Mual

  Ya 4 80,0 1 20,0 5 0,376 3,59 Tidak 207 52,7 186 47,3 393 (0,39-32,44)

  Mata Berkunang-kunang

  Ya 2 66,7 1 33,3 3 0,999 1,78 Tidak 209 52,9 186 47,1 209 (0,16-19,79)

  Perasaan Letih

  Ya 3 75,0 1 25,0 4 0,626 2,68 Tidak 208 52,8 186 47,2 394 (0,28-26,01)

  Muntah-muntah

  Ya 2 66,7 1 33,3 3 0,999 1,78 Tidak 209 52,9 186 47,1 395 (0,16-19,79)

  Kejang-kejang

  Ya 0,0 1 100,0 1 - 0,470 Tidak 211 53,1 186 46,9 397

  Diare

  1 100,0 1 0,470 - Ya 0,0 Tidak 211 53,1 186 46,9 397 Jurnal Ekologi Kesehatan Vol. 15 No 3, Desember 2016 : 140 - 149

  …

  Gemetar Ya 1 50,0 1 50,0 2 0,999 0,89

Tidak 210 53,0 186 47,0 396 (0,05-14,26)

Muka Pucat Ya 1 50,0 1 50,0 2 0,999 0,89

Tidak 210 53,0 186 47,0 396 (0,05-14,26)

Sempoyongan Ya 0,0 1 100,0 1 0,470 - Tidak 211 53,1 186 46,9 397 Sesak nafas Ya 2 66,7 1 33,3 3 0,999 1,78 Tidak

  209 52,9 186 47,1 395 (0,16-19,79) Gejala gabungan Ya (> 1 gejala) 5 83,3

  1 16,7 6 0,155 6,67 (0,49- 91,33) Ya (1 gejala)

  3 42,9 4 57,1 7 0,173 4,49 (0,52- 38,73) Tidak 203 52,6 182 47,4 385

  1 Pada Tabel 2 dapat dilihat bahwa

  gejala yang paling banyak dirasakan oleh WUS adalah pusing (12 orang), mual (5 orang), perasaan letih (4 orang), muntah- muntah dan sesak nafas masing-masing (3 orang), sedangkan gejala yang lain hanya dialami oleh 2 atau 1 orang. Apabila gejala dikompositkan, maka ada sebanyak 6 orang yang mengalami lebih dari 1 gejala.

  Hasil analisis

  Fisher’s Exact

  menunjukan bahwa hampir semua gejala toksisitas pestisida akut tidak menunjukan perbedaan proporsi secara bermakna. Dari 6 reponden yang mengalami gejala gabungan (lebih dari 1 gejala) akibat keracunan pestisida terdapat sebanyak 5 orang (83,3%) yang terdeteksi metabolit pestisida pada urinenya. Sebaliknya, dari 386 responden yang tidak mengalami gejala gabungan akibat keracunan pestisida ada sebanyak 203 orang (52,6%) yang terdeteksi metabolit pestisida pada urinenya. Secara deskriptif terlihat responden yang terdeteksi metabolit pestisida pada urinenya lebih banyak pada responden yang mengalami gejala gabungan akibat keracunan pestisida dibandingkan dengan yang satu gejala maupun yang tidak ada gejala.

  Hasil uji statistik (Chi-Square) menunjukan tidak ada perbedaan yang bermakna antara responden yang terdeteksi metabolit pestisida pada urinenya dengan gejala keracunan (gabungan) (nilai p > 0,05). Walaupun demikian, responden yang mengalami 1 gejala memiliki peluang 4,49 kali untuk terdeteksi metabolit pestisida, dan responden yang mengalami lebih dari 1 gejala memiliki peluang 6,67 kali untuk terdeteksi metabolit pestisida dibandingkan dengan responden yang tidak mengalami gejala sama sekali. Gangguan kesehatan wanita usia subur...(Dasuki, Miko H, Asep H, Elsa E)

  OP pada urine di Kabupaten Bandung Barat, Jawa Barat, 2014 Pengetahuan

  98 48 49,0 50 51,0 0,234 0,753 0,473 - 1,201 Tidak 257 144 56,0 113 44,0

  Keterangan: a dan b : 24 dan 28 responden menjawab tidak tahu; c dan d :25 dan 24 responden menjawab tidak tahu; e dan f :19 dan 24 responden menjawab tidak tahu; g dan h :19 dan 24 responden menjawab tidak tahu; i dan j :20 dan 25 responden menjawab tidak tahu;

  0,607 - 1,485 Ya 295 157 53,2 137 46,8 Total 398 211 52,9 187 47,1

  0,487 - 1,097 Ya 249 139 55,8 110 44,2 Total 398 211 52,9 187 47,1 Mengetahui gejala dan tanda dari keracunan pestisida Tidak 104 54 51,9 50 48,1 0,820 0,949

  Total 398 211 52,9 187 47,1 Mengetahui jenis bahaya apa saja yang dapat terjadi bila pestisida masuk ke dalam tubuh Tidak 150 72 48,0 78 52,0 0,130 0,730

  75 31 41,3 44 58,7 0,026 0,564 0,339 - 0,938 Tahu 324 180 55,6 144 44,4

  Total 353 191 i 54,1 162 j 45,9 Mengetahui jalur masuk (terpapar) pestisida/ insektisida ke dalam tubuh Tidak Tahu

  29 12 41,4 17 58,6 0,152 0,572 0,265 - 1,236 Ya 324 179 55,2 145 44,8

  Total 355 192 g 54,1 163 h 45,9 Mengetahui pestisida berbahaya jika masuk ke dalam tubuh Tidak

  Total 355 192 e 54,1 163 f 45,9 Mengetahui wadah bekas pestisida boleh digunakan kembali Ya

  Responden Total

  24 13 54,2 11 45,8 0,993 1,004 0,437 - 2,305 Ya 331 179 54,1 152 45,9

  Total 349 186 c 53,3 163 d 46,7 Mengetahui cara penyimpanan pestisida harus di tempat khusus Tidak

  20 9 45,0 11 55,0 0,444 0,703 0,284 - 1,741 Ya 329 177 53,8 152 46,2

  Total 346 187 a 54,0 159 b 46,0 Mengetahui penggunaan pestisida harus sesuai aturan Tidak

  21 13 61,9 8 38,1 0,456 1,410 0,569 - 3,494 Ya 325 174 53,5 151 46,5

  Mengetahui pestisida termasuk bahan beracun dan berbahaya Tidak

  Tidak Terdeteksi Nilai P OR (95% I) n % n %

  Deteksi Metabolit Organofosfat Terdeteksi

  Pengetahuan responden mengenai pestisida diukur melalui pertanyaan mengenai: bahaya pestisida, aturan penggunaan pestisida, cara penyimpanan pestisida, jalur masuk pestisida/ insektisida ke dalam tubuh, jenis bahaya yang dapat terjadi bila pestisida masuk ke dalam tubuh, serta gejala dan tanda dari keracunan pestisida. Hubungan antara pengetahuan tentang pestisida dengan terdeteksinya metabolit pestisida dianalisis menggunakan uji Chi-Square. Hasil uji menunjukan bahwa tidak ada perbedaan antara proporsi WUS yang memiliki pengetahuan tentang pestisida dengan terdeteksinya metabolit pestisida dalam urine WUS. Bahkan secara statistik, proporsi responden yang memiliki pengetahuan tersebut dan terdeteksi metabolit Jurnal Ekologi Kesehatan Vol. 15 No 3, Desember 2016 : 140 - 149

  responden yang berpengetahuan kurang dan Tabel 4. Distribusi responden WUS menurut perilaku tentang pestisida dan metabolit pestisida

  25 12 48,0 13 52,0 Total

  23 8 34,8 15 65,2 Total

  83

  41 e 49,4

  42 f 50,6 Melakukan pencampuran pestisida ketika melakukan penyemprotan Ya

  59 30 50,8 29 49,2 0,812 1.121 0.44 - 2.858

  Tidak

  84

  60 33 55,0 27 45,0 0,101 2.292 0.845 - 6.214

  42 g 50,0

  42 h 50,0 Melakukan pencampuran pestisida ketika melakukan penyemprotan Ya

  45 26 57,8 19 42,2 0,812 1.121 0.44 - 2.858

  Tidak 185 95 51,4 90 48,6 Total 230 121 i 52,6 109 j 47,4 Menyimpan hasil pertanian yang di dalam rumah Ya

  25 11 44,0 14 56,0 0,440 1.296 0.671 - 2.503

  Tidak 182 96 52,7 86 47,3 Total 207 107 k 51,7 100 l 48,3

  Ya

  45 d 50,6 Selalu selalu mengikuti petunjuk pemakaian (dosis) pestisida Tidak

  OP pada urine di Kabupaten Bandung Barat, Jawa Barat, 2014 Perilaku Responden Total

  23 12 52,2 11 47,8 0,919 1.052 0.397 - 2.786

  Metabolit Organofosfat Terdeteksi

  Tidak terdeteksi Nilai P OR (95% CI)

  N % N % Memakai pestisida rumah tangga Ya 177 90 50,8 87 49,2 0,468 0.863

  0.581 - 1.283 Tidak 222 121 54,5 101 45,5 Total 398 211 52,9 187 47,1 Memakai pestisida pertanian Ya

  38 21 55,3 17 44,7 0,758 1.112 0.568 - 2.177

  Tidak 361 190 52,6 171 47,4 Total 398 211 52,9 187 47,1 Memakai APD pada saat melakukan kegiatan pertanian Tidak

  Ya

  44 c 49,4

  55 28 50,9 27 49,1 Total

  78

  40 a 51,3

  38 b 48,7 Selalu membaca aturan yang pakai saat menggunakan suatu jenis pestisida pertama kali Tidak

  62 34 54,8 28 45,2 0,125 2.064 0.816 - 5.219 Ya

  27 10 37,0 17 63,0 Total

  89

  Keterangan: a dan b :171 dan 149 responden tidak menjawab (missing); c dan d

:167 dan 142 responden tidak menjawab (missing);

e dan f

:170 dan 145 responden tidak menjawab (missing);

g dan h :169 dan 145 responden tidak menjawab (missing); i dan j :90 dan 78 responden tidak menjawab (missing); k dan l :104 dan 87 responden tidak menjawab (missing);

  Gangguan kesehatan wanita usia subur...(Dasuki, Miko H, Asep H, Elsa E)

  pertanyaan mengenai: pemakaian pestisida di rumah tangga, pemakaian pestisida di pertanian, pemakaian APD pada saat melakukan kegiatan pertanian, selalu membaca aturan yang pakai saat menggunakan suatu jenis pestisida pertama kali, selalu selalu mengikuti petunjuk pemakaian (dosis) pestisida, pencampuran pestisida ketika melakukan penyemprotan dan menyimpan hasil pertanian yang di dalam rumah. Pertanyaan ini diberikan pada responden (WUS) yang salah satu keluarganya melakukan aktivitas dibidang pertanian. Hubungan antara perilaku responden dalam penggunaan pestisida dengan terdeteksinya metabolit pestisida dianalisis menggunakan uji Chi-Square. Hasil uji menunjukan bahwa tidak ada perbedaan antara proporsi rumah tangga yang berperilaku kurang baik dengan terdeteksinya metabolit pestisida dalam urine WUS. Secara statistik, proporsi responden yang memiliki perilaku baik serta terdeteksi metabolit pestisida lebih banyak dibandingkan dengan responden yang berprilaku kurang baik dan terdeteksi metabolit pestisida.

  PEMBAHASAN

  Manifestasi klinis keracunan pestisida OP terjadi dimulai ketika pestisida masuk ke dalam tubuh melalui inhalasi atau ingesti. OP akan berikatan dengan enzim dalam darah yang berfungsi mengatur aktivitas kolinesterase, yaitu kolinesterase di dalam sel darah merah dan kolinesterase dalam plasma. Apabila kolinesterase terikat maka enzim tidak dapat beraktivitas dengan baik, terutama meneruskan perintah ke otot- otot tertentu, sehingga otot-otot senantiasa bergerak tanpa dapat di kendalikan.Pada masyarakat yang terpapar dankeracunan pestisida akan timbul gerakan-gerakanotot tertentu, penglihatan kabur karena pupil atau iris mata menyempit, mata berair,keringat banyak, detak jantung cepat, mual, perasaan letih, muntah-muntah, kejang perut, sesak, otot susah digerakkan atau lumpuh, dan pingsan .

  Jalur paparan pestisida OP terhadap responden antara lain melalui udara, di mana lahan pertanian memiliki potensi untuk mendapatkan paparan pestisida OP lebih banyak. Kawahara et al. menyebutkan bahwa pestisida OP akan terdeteksi di udara pasca penggunaan di kawasan pertanian terdekat. Pemukiman yang paling dekat dengan daerah pertanian memiliki keterpaparan pestisida paling tinggi dibandingkan dengan pemukiman yang lebih jauh dari daerah pertanian. Hasil penelitian menunjukan bahwa persentase WUS yang bekerja berdekatan dengan sumber paparan, seperti ibu yang bekerja sebagai petani/buruh tani (60,7%), buruh (57,5%) dan ibu rumah tangga dengan aktifitas mengurus rumah tangga (51,5%), memiliki proporsi lebih tinggi untuk terdeteksi metabolit pestisida.

  Pengetahuan merupakan hasil dari tahu dan ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu obyek tertentu. Penginderaan terjadi melalui panca indera yaitu indera penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa, dan raba. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga . Pengetahuan

  akan mempengaruhi sikap seseorang untuk bertindak. Pengetahuan juga merupakan domain penting untuk terbentuknya perilaku seseorang. Responden yang pengetahuannya relatif tidak baik tentang pestisida mencerminkan adanya ketidakpedulian terhadap kesehatan, baik bagi dirinya ataupun lingkungannya.

  Hasil penelitian menunjukan bahwa pengetahuan responden tidak menunjukan perbedaan antara proporsi WUS yang mengalami gejala keracunan dengan terdeteksinya metabolit pestisida dalam urine WUS. Bahkan secara statistik, proporsi responden yang memiliki pengetahuan tersebut dan terdeteksi metabolit pestisida lebih banyak dibandingkan dengan responden yang tidak mengalami gejala dan terdeteksi metabolit pestisida. Penelitian yang dilakukan Prijanto menunjukan kondisi sebaliknya, secara statistik pengetahuan berhubungan signifikan dengan keracunan pestisida baik secara bivariat (OR 1,96 dan 95% CI 1,094-3,515) maupun multivariat (OR 5,33,95% CI 1,33-21,36). Secara deskriptif, faktor pekerjaan sebagai petani sangat erat kaitannya dengan paparan Jurnal Ekologi Kesehatan Vol. 15 No 3, Desember 2016 : 140 - 149

  penelitian sebelumnya dimana jenis pekerjaan utama responden yang terdeteksi metabolit OP terbanyak adalah petani/buruh tani (60,7%).

  Dalam kesempatan ini kami mengucapkan terima kasih kepada Kepala Pusat Penelitian dan Pengembangan Upaya Kesehatan dan Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Bandung Barat, yang telah memberikan ijin penelitian, kepada Bapak Max Joseph Herman MKes.Apt. yang telah memberikan bimbingan dalam penulisan artikel ini serta semua pihak yang telah membantu terlaksananya penelitian ini.

  B. (2008) Determination of dialkyl phosphate metabolites of organophosphorus pesticides in human urine by automated solid-phase extraction, derivatization, and gas

  (2007) DDT and breast cancer in young women: new data on the significance of age at exposure. Environmental Health Perspectives, 1406-1414. De Alwis, Hemakanthi, G., Needham, L. L. & Barr, D.

  E., Schwarzschild, M. A. & Thun, M. J. (2006) Pesticide exposure and risk for Parkinson's disease. Annals of neurology, 60(2): 197-203. Bappeda Kabupaten Bandung Barat (2013) RTRW Kabupaten Bandung Barat 2013. Bandung. Cohn, B. A., Wolff, M. S., Cirillo, P. M. & Sholtz, R. I.

  Ascherio, A., Chen, H., Weisskopf, M. G., O'Reilly, E., McCullough, M. L., Calle, E.

  Tidak dipublikasikan .

  Ariawan, I. (1998) Besar dan metode sampel pada penelitian kesehatan. Jakarta: FKM-UI.

  pestisida OP, agar bisa membuktikan jalur pajanan mengetahui penyakit kronis yang mungkin terjadi paska paparan lama.

  Pestisida golongan OP, struktur kimia dan cara kerjanya berhubungan erat dengan gas syaraf . Berspektrum luas dan dampak bagi pengguna atau yang terkontaminasi (paparan) secara langsung masuk ke dalam tubuh akan mengalami gangguan kesehatan seperti pusing . Dalam penelitian ini didapatkan responden yang mengalami gangguan kesehatan adalah dari

  control untuk WUS yang terdeteksi metabolit

  Perlu monitoring dan evaluasi dalam cara dan penggunaan pestisida sesuai ketentuan yang diizinkan pemerintah.Perlu penelitian lebih lanjut dengan desain case

  Saran

  Kelompok WUS yang terdeteksi metabolit pestisida OP paling banyak terdeteksi pada kelompok usia produktif (15- 25 tahun) dengan tingkat pendidikan SLTA. tani merupakan pekerjaan yang banyak terkena pajanan. Pusing, mata berkunang, perasaan letih, muntah-muntah dan sesak napas merupakan gejala yang lebih sering muncul pada WUS yang terdeteksi metabolit pestisida. Secara umum pengetahuan dan perilkau responden tentang pestisida tidak berhubungan signifakan dengan terdeteksinya metabolit pestisida pada WUS.

  KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan

  Faktor pengetahuan dan perilaku tetang pestisida merupakan faktor risiko untuk terpapar pestisida, dalam hal ini WUS akan berperilaku untuk mencegah supaya tidak terpapar pestisida jika mempunyai pengetahuan yang baik tentang pestisida. Faktor perilaku didukung oleh faktor psikososial termasuk di dalamnya sikap, nilai-nilai, keyakinan dan pengetahuan yang dimiliki WUS. Dalam hal ini perilaku dalam penggunaan alat pelindung diri (APD) antara lain masker dan sarung tangan, karena perilaku penggunaan APD tersebut merupakan upaya pencegahan paparan pestisida melalui kulit dan pernafasan.

  12 responden dengan gejala pusing, akibat keracunan pestisida sebanyak 7 orang (58,3%) yang terdeteksi metabolit pestisida pada urinenya. Secara komposit, ada sebanyak 6 orang yang mengalami lebih dari 1 gejala, ada 7 orang yang mengalami hanya 1 gejala keracunan. Responden yang mengalami lebih dari satu gejala gangguan kesehatan dan di dalam urinenya terdeteksi metabolit pertisida perlu diwaspadai dalam waktu jangka panjang. Karena inhibitor kolinesterase diabsorbsi secara cepat, setelah diabsorbsi sebagian besar diekresikan dalam urine, hampir seluruhnya berbentuk metabolit.

UCAPAN TERIMA KASIH

DAFTAR PUSTAKA

  Gangguan kesehatan wanita usia subur...(Dasuki, Miko H, Asep H, Elsa E) chromatography-mass spectrometry. Journal of analytical toxicology, 32(9): 721-727. Diamanti-Kandarakis, E., Bourguignon, J.-P., Giudice, L. C., Hauser, R., Prins, G. S., Soto, A. M.,

  Organofosfat pada Keluarga Petani Hortikultura di Kecamatan Ngablak Kabupaten Magelang. JURNAL KESEHATAN LINGKUNGAN INDONESIA, 8(2): 76-81.

  WHO (1986) Organophosphat insecticides A general Introdaction Enviromental Health Criteria. , Geneve:WHO.

  Bagian Kedokteran Forensik. Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.

  Kesmas: Jurnal Kesehatan Masyarakat Nasional, 4(5): 217- 222. Tim Penyusun FK UI (2009) llmu Kedokteran Forensik

  Suhartono & Dharminto (2010) Keracunan Pestisida dan Hipotiroidisme pada Wanita Usia Subur di Daerah Pertanian.

  Jakarta .

  A. (2006) Workplace, household, and personal predictors of pesticide exposure for farmworkers. Environmental health perspectives, 943-952. Sartono (2001) Racun dan Keracunan. Widya Medika.

  G., Hovey, J. D., Gonzales, M. & Arcury, T.

  Quandt, S. A., Hernández-Valero, M. A., Grzywacz, J.

  Yogyakarta: Leskonfi .

  Priyanto, S. H. (2009) Toksikologi Mekanisme, Terapi Antidotum, dan Penilaian Resiko.

  Bandung. Prijanto, T. B., Nurjazuli, N. & Sulistiyani, S. (2009) Analisis Faktor Risiko Keracunan Pestisida

  Zoeller, R. T. & Gore, A. C. (2009) Endocrine-disrupting chemicals: an Endocrine Society scientific statement.

  Pemda Kabupaten Bandung Barat. (2007) Geografis KBB. 2016. Pemkab Kabupaten Bandung Barat (2013) Profil Daerah Kabupaten Bandung Barat 2013.

  Notoatmojo, S. (2003) Promosi KesehatanTeori dan Aplikasi, Jakarta:Rineka Cipta. Peduto, V., D'uva, R. & Piga, M. (1995) [Carbamate and organophosphate poisoning]. Minerva anestesiologica, 62(1-2): 33-54.

  Bloomberg News, International Herald Tribune .

  Lawrence, D. (2007) Chinese develop taste for organic food: Higher cost no barrier to safer eating.

  Scandinavian journal of work, environment & health, 124-133.

  Relationship of pesticide spraying to signs and symptoms in Indonesian farmers.

  IAERI (Indonesian Agricultural Environment Research Institute) (2009) Identifikasi dan Penggambaran dan Penggunaan dan Tingkat Polusi Residu Agrokimia di Pusat Produksi Tanaman Pangan dan Sayuran di Jawa. 2009 ed. Kawahara, J., Horikoshi, R., Yamaguchi, T., Kumagai, K. & Yanagisawa, Y. (2005) Air pollution and young children's inhalation exposure to organophosphorus pesticide in an agricultural community in Japan. Environment international, 31(8): 1123-1132. Kishi, M., Hirschhorn, N., Djajadisastra, M., Satterlee, L. N., Strowman, S. & Dilts, R. (1995)

  Horvath, E. P. (1994) Occupational Medicine3rd Ed., New York:Mosby The Bookmakers.

  Agromedia Pustaka. Jakarta, 340.

  Division of Health Studies Agency for Toxic Substances and Disease Registry U.S (1996) Guidance for ATSDR Health Studies. Djojosumarto, P. (2008) Pestisida dan aplikasinya. PT.

  Endocrine reviews, 30(4): 293-342.

  Yudhoyono, S. B. (2004) Pembangunan pertanian dan perdesaan sebagai upaya mengatasi kemiskinan dan pengangguran: analisis ekonomi-politik kebijakan fiskal, Bogor: Unpulished.