PRAANGGAPAN DAN PERIKUTAN DALAM BAHASA INGGRIS DAN BAHASA JEPANG PRESUPPOSITION AND ENTAILMENTS BETWEEN ENGLISH AND JAPANESE

PRAANGGAPAN DAN PERIKUTAN
DALAM BAHASA INGGRIS DAN BAHASA JEPANG

PRESUPPOSITION AND ENTAILMENTS
BETWEEN ENGLISH AND JAPANESE

Sri Aju Indrowaty
Universitas Pesantren Tinggi Darul U’lum Jombang
[email protected]

Abstrak
Bahasa memiliki peran penting dalam komunikasi manusia. Tanpa bahasa,
manusia tidak dapat melakukan interaksi satu sama lain. Penelitian ini berkaitan
dengan analisis struktural dan tindak tutur yang merupakan bagian dari
pragmatik. Ketika pembicara mengatakan sesuatu, pendengar harus memahami
maksud pembicara. Dalam hal ini, praanggapan dan perikutan dapat ditemukan
dalam Bahasa Inggris maupun Bahasa Jepang. Penelitian ini akan membahas
lebih lanjut tentang perbedaan praanggapan dan perikutan dalam bahasa Inggris
dan Bahasa Jepang.
Kata Kunci: pragmatik, praanggapan, perikutan


Abstract
Language has an important role in human language communication. Without a
languge, human cannot do interaction to each other. This research is related to
structural analysis and speech act, a part of pragmatics. When a speaker says
something, a hearer should understang the intention of speakers. It turns out both
English and Japanese a presupposition and entailments. This research will explore
more about differences of presupposition and entailments in English and
Japanese.
Key Words: pragmatics, presupposition, entailment

DIGLOSSIA_ April 2014 (vol 5 no 2)

139

I.

PENDAHULUAN
Dalam komunikasi peranan bahasa sungguh penting, informasi apapun yang

disampaikan memerlukan bahasa. Bahasa sebagai alat komunikasi dan interaksi hanya

dimiliki oleh manusia. Bahasa memegang peranan penting dalam komunikasi, melalui
bahasa kebudayaan dapat dibentuk, dibina dan dikembangkan. Tanpa bahasa, masyarakat
tidak dapat berhubungan satu dengan yang lain.
Kajian yang berkaitan dengan penggunaan bahasa melalui analisis struktur bahasa
dan elemen-elemen bahasa secara mandiri berada dalam kajian Pragmatik. Penelitian
pragmatik berisi bahasan tentang kealamian investigasi pragmatik, pengumpulan data,
konvensi transkripsi, topik yang dapat diteliti yaitu strategi percakapan, struktur dan
peranti pragmatik dalam seminar dan wawancara,

tipe komunikasi berupa struktur

percakapan telepon, urutan pesan di restauran.
Tindak tutur terdiri atas dua kategori: langsung dan tidak langsung. Pembagian
tersebut, dalam pandangan Leech (1996), berkaitan dengan skala atau kontinum—
katakanlah 0 sampai dengan 100—yang makin tinggi skala makin tidak langsung tindak
tutur.
Dengan berdasar kriteria status partisipan, tindak tutur dapat dianalisis dengan
menggunakan model analisis cara-tujuan dan model analisis heuristik. Model analisis caratujuan berhubungan dengan yang dilakukan penutur ketika menyampaikan maksud,
sedangkan model analisis heuristik berhubungan dengan yang dilakukan petutur ketika
memahami maksud penutur.

Yule berpendapat lain. Dalam pandangan Yule (1998), pembagian itu berkaitan
dengan langsung atau tidak hubungan antara struktur kalimat dan fungsi komunikatif
umum. Struktur kalimat terdiri atas struktur deklaratif, interogatif, dan imperative,
sedangkan fungsi komunikatif umum terdiri atas fungsi pernyataan, pertanyaan, dan
perintah/permohonan. Struktur dan fungsi dinyatakan berhubungan langsung jika struktur
deklaratif digunakan untuk fungsi pernyataan, struktur interogatif untuk pertanyaan, dan
struktur imperatif untuk perintah atau permohonan.
Ujaran juga tidak bisa dilepaskan dari konteks percakapan yang dilatar belakangi
budaya yang beragam dari penuturnya. Dengan demikian kajian pragmatik bisa dilihat
kajian bahasa yang lebih utuh. Adapun yang termasuk dari kajian pragmatik adalah
Presuposisi atau pra anggapan dan Entailment atau perikutan. Dengan demikian, penelitian
DIGLOSSIA_ April 2014 (vol 5 no 2)

140

ini akan membahas tentang presuposisi praanggapan dan entailment atau perikutan dalam
bahasa Inggris dan bahasa Jepang dengan mendeskripsikan bagaimana praanggapan dalam
bahasa Inggris maupun Bahasa Jepang dan bagaimana perikutan dalam bahasa Inggris dan
bahasa Jepang.
Pragmatik adalah merupakan kajian atau makna yang muncul dalam penggunaan

bahasa. Pragmatik didefinisikan berbeda-beda menurut pandangan berbagai pakar. Bisa
juga dikatakan bahwa Pragmatik adalah kajian tentang arti yang disampaikan atau
dikomunikasikan oleh pembicara dan diinterpretasikan oleh pendengar. Dengan kata lain
kajian makna yang dikomunikasikan oleh pemakai bahasa. Arti atau makna yang
disampaikan oleh pemakai melebihi dari makna yang terucap dalam tulisan. Menurut Grice
(1973) kerjasama dalam komunikasi adalah membentuk struktur percakapan member
kontribusi untuk memberi interpretasi terhadap percakapan.
Presuposisi adalah suatu yang diasumsikan oleh penutur sebagai kejadian sebelum
menghasilkan suatu tuturan. Yang menghasilkan presuposisi adalah penutur bukan kalimat
(Yule,2006:43). Kita dapat mengindentifikasi sebagai informasi yang diasumsikan secara
tepat yang akan diasosiasikan secara tuturan, Saudara laki-laki Nana membeli 2 ekor
lembu. Ketika menghasilkan tuturan, penutur tentunya diharapkan memiliki praanggapan
bahwa seseorang bernama Nana ada dan dia memiliki saudara laki-laki. Penutur mungkin
juga menyimpan presuposisi yang lebih khusus bahwa Nana hanya memiliki memiliki
saudara laki-laki dan dia memiliki banyak uang.
Pada mulanya presuposisi merupakan kajian dalam lingkup semantik, namun dalam
perkembangannya para linguis cenderung berpendapat bahwa kajian presuposisi dalam
semantik saja tidak dapat memuaskan mereka ( Gazdar, 1979: 103; Mey: 1993:201;
Levinson 1983:167). Untuk selanjutnya, kajian mengenai presuposisi bergeser ke wilayah
pragmatik. Mey (1993:201) menyebutkan sejumlah alasan mengenai pergeseran ini, antara

lain: tuturan lebih dari sekedar konsep abstrak mengenai benar atau salah sebagaimana
dalam pengkajian presuposisi dari sudut pandang semantik, tuturan tidak dapat dipandang
sebagai suatu bagian yang terisolasi dari penutur dan lawan tutur serta berbagai faktor yang
relevan dengan situasi pertuturan, konsep benar dan salah merupakan konsep filsafat,
sedangkan dalam kenyatannya pemakaian tuturan dalam kehidupan lebih dari konsep
tersebut karena ada sejumlah hal lain selain konsep benar dan salah yang perlu
diperhatikan oleh masyarakat pengguna bahasa.
DIGLOSSIA_ April 2014 (vol 5 no 2)

141

Dalam suatu kalimat, sering pada akhir dari suatu kalimat merupakan penekanan
dari kalimat tersebut. Seorang pendengar atau lawan bicara harus betul betul
memperhatikan situasi dan kondisi kenapa kalimat itu diucapkan. Sering pada akhir
kalimat mempunyai akhiran yang sama tetapi mempunyai arti dan interpretasi yang tidak
sama.

II.

METODE PENELITIAN

Dalam penelitian ini digunakan metode deskriptif analisis, yaitu metode yang

menganalisis data berdasarkan bahan yang diperoleh tanpa menambah atau mengurangi
kemudian menganalisisnya Sevilla (1993:71) dengan merujuk ke Gary. Dengan metode
deskriptif mampu memberikan penjelasan secara sistematis akurat dan faktual mengenai
data. Sifat-sifat serta hubungan fenomena-fenomena yang diteliti dan akhirnya
menghasilkan gambar data yang ilmiah (Djajasudarma 1993:8)

III.

PEMBAHASAN

3.1.

Presuposisi
Presuposisi pragmatik‘ Pragmatik presupposition‘, sebagaimana halnya teori tindak

tutur

‗speech


act

theory‘

justru

ditemukan

oleh

filsuf

dan

bukan

linguis.

Levinson(1983:169) menyatakan bahwa presuposisi pragmatik merupakan inferensi

pragmatik yang sangat sensitif terhadap faktor-faktor konteks, dan membedakan
terminologi presuposisi menjadi dua macam. Pertama, kata Presuposisi sebagai
terminologi umum dalam penggunaan bahasa Inggris sehari-hari, serta kata presuposisi
sebagai terminologi teknis dalam kajian pragmatik. Penggunaan terminologi presuposisi
secara umum dapat dilihat pada beberapa contoh berikut:
1. John wrote Henry a letter, presuposising He could read.
(John menulis surat ke Henry, presuposisi dari Dia sudah membaca)
2. Harry asked Bill to close the door, presuposising that Bill had left it open as usual.
(Harry menyuruh Bill menutup pintu, presuposisi Bill membiarkan terbuka seperti
biasa)

DIGLOSSIA_ April 2014 (vol 5 no 2)

142

Dari dua contoh di atas dapat diartikan bahwa dalam bahasa sehari-hari presuposisi
mengandung makna semua latar belakang asumsi yang dapat membuat suatu tindakan,
teori, ungkapan ataupun tuturan masuk akal atau rasional ‗any background assumption
against which an action, theory, expression or utterance makes sense or is rational‘.
Dibandingkan dengan luasnya makna presuposisi secara umum dalam penggunaan seharihari, makna presuposisi dalam pragmatik relatif lebih sempit. Presuposisi dapat dijelaskan

sebagai asumsi pragmatik tertentu yang nampaknya dibangun menjadi ungkapan linguistik
‗Certain pragmatic inferences or assumptions that seem at least to be built into linguistic
expressions‘.
Definisi lain yang lebih operasional dikutip oleh Levinson (1983:172) dari
Strawson (1952:175) yang mendefinisikan bahwa suatu pernyataan A mempresuposisikan
suatu pernyataan B apabila pernyataan B merupakan pra kondisi mengenai benar atau
salahnya pernyataan A ‗ a statement A presupposes a statement B iff B is a precondition
of the truth and falsity of A. Contoh yang diajukan untuk mendukung definisi ini adalah
tuturan ―The king of France is wise‖ mempresuposisikan kalimat There is a present king
of France. Contoh yang lain, Istri pejabat itu cantik sekali. Mempresuposisikan pejabat itu
mempunyai istri.
Dalam Bahasa Jepang, presuposisi ditunjukkan dengan kata kerja て

います(te

imasu). Menunjukkan keadaan yang masih berlangsung sebagai akibat dari suatu perbuatan
yang telah selesai. Contoh kalimatnya adalah :





割れて

います

presuposisi dari 窓

(Mado ga warete imasu)



割れました。

(Mado ga waremashita).

Mado = Jendela
Warete imasu = bentuk sedang untuk Pecah (Ing-Verb)
Waremashita = bentuk lampau untuk Pecah (Past –Verb)
Kalimat Mado ga warete imasu menunjukkan bahwa ―Jendela telah pecah dan
keadaan pecahnya masih tersisa sampai sekarang”. Sedang kalimat Mado ga waremashita

menyatakan bahwa dimaknai “Jendela baru saja pecah dan sudah terjadi”. Contoh yang
lain untuk memperjelas praanggapan dalam bahasa Jepang adalah sebagai berikut:
DIGLOSSIA_ April 2014 (vol 5 no 2)

143

電気



ついて

います

presuposisi 電気

(Denki ga tsuite imasu)



つきました。

(Denki ga tsukimashita)

Denki = Listrik
Tsuite imasu = bentuk sedang untuk menyala (Ing-Verb)
Tsukimashita= bentuk lampau untuk menyala (Past-Verb)
Kalimat Denki gat suite

imasu menunjukkan bahwa ―Lampu masih menyala

sampai sekarang. Sedang kalimat Denki ga tsukimashita menyatakan bahwa ― Baru saja
menyalakan lampu‖.
3.2.

Entailment (Perikutan)
Perikutan ialah informasi yang secara logis ada atau mengikuti yang disampaikan

penutur. Yang memiliki perikutan adalah kalimat, bukan penutur. Dalam situasi melihat
pertunjukan drama, dan mulai merasa bosan, kalimat yang disampaikan adalah sbb:
Contoh :
1. I looked at my watch after two hours and realized that only twenty minutes had
passed.
(Saya melihat jam saya setelah 2 jam, tetapi menyadari bahwa hanya 20 menit saja
terlewat).
Pada suatu iklan Coca-cola, terdapat suatu kata-kata yang terkenal yaitu:
2. It‘s the taste
(Itulah rasanya)
Dalam hal ini rasa dari Coca-cola adalah enak.
Tetapi lain dengan situasi seperti ini, pada saat pulang dari sekolah seorang ibu menegur
putrinya karena bekal yang dibawa dari rumah masih utuh. Putrinya menjawab:
It‘s the taste
(Itulah rasanya)
Pada situasi ini arti dari It‘s the taste bukanlah enak, tetapi kebalikannya yaitu tidak enak
sehingga bekalnya tidak dimakan.

Entailment dalam bahasa Jepang, misalnya dalam suatu perkenalan,

DIGLOSSIA_ April 2014 (vol 5 no 2)

144

はじめまして

(Hajimemashite)



です (Watashi wa Ayu desu)



どうぞ

アユ

よろしく おねがいします。(Douzo yoroshiku onegai shimasu).

Dalam kalimat di atas, artinya adalah perkenalkan, saya Ayu, terimalah saya. Jadi
dalam kalimat di atas Yoroshiku Onegai shimasu menunjukkan supaya lawan bicara mau
menerima perkenalan yang dilakukan oleh Ayu. Tetapi berbeda dengan percakapan di
bawah ini :
Ayaka : 青い本していますか。(Aoi hon shite imasuka)
Banri ; うん、していますよ、。。あそこです (un, shiteimasu yo,…..asoko desu)
Ayaka : 取ってもかまいませんか (tottemo kamaimasenka)
Banri : うん、いいですよ(un, ii desuyo)
Ayaka : よろしくおねがいします。(yoroshiku onegaishimasu)

Aoi hon shite imasuka artinya apakah tahu buku biru? Jawaban dari Banri yaitu un,
shiteimasu yo, …….asoko desu yang berarti ya tahu, disitu. Kemudian Ayaka minta, totte
mo kamaimasenka yang artinya Bisa tolong ambilkan? Banri menjawab un, ii desuyo,
artinya ya, saya ambilkan. Selanjutnya Ayaka menjawab yoroshiku onegaishimasu,
artinya minta tolong ya.

Dalam hal ini よろしくおねがいします。(yoroshiku onegaishimasu) mempunyai
makna yang berbeda. Dalam kalimat pertama menyatakan supaya lawan bicara mau
menerima perkenalan yang dilakukan oleh Ayu. Tetapi berbeda dengan kalimat berikutnya
yang artinya lawan bicara minta tolong untuk diambilkan buku.

DIGLOSSIA_ April 2014 (vol 5 no 2)

145

Dalam Entailment, bagian belakang bisa berbeda sesuai dengan kesempatan apa
yang sedang dihadapi. Karena penutur akan berkomunikasi secara khusus sesuai dengan
penekanan apa yang sedang dihadapi.

IV.

KESIMPULAN
Praanggapan atau presuposisi ialah anggapan penutur bahwa informasi tertentu

sudah diketahui oleh petutur. Informasi yang dimiliki oleh penutur tersebut tidak
dinyatakan, tetapi menjadi bagian penting yang disampaikan. Dari berbagai bahasa seperti
bahasa Inggris dan bahasa jepang juga memiliki praanggapan atau presuposisi. Perikutan
ialah informasi yang secara logis ada atau mengikuti yang disampaikan penutur. Yang
memiliki perikutan adalah kalimat, bukan penutur.

REFERENSI
F.X. Nadar. Pragmatik dan Penelitian Pragmatik. Yogyakarta. 2009
George Yule. Pragmatik. Oxford University. 1996
Japan Foundation. Shokyu Nihongo II.
Peter Grundy. Doing Pragmatik. Oxford University. 2000

DIGLOSSIA_ April 2014 (vol 5 no 2)

146