PENGARUH SENI RUPA MODERN TERHADAP SENI

PENGARUH SENI RUPA MODERN TERHADAP SENI LUKIS
KHALIGRAFI ISLAM DI SUMATERA UTARA
Abstrak
Substansi yang ingin disampaikan adalah pengaruh seni lukis modern yang mempengaruhi gaya
seni lukis khaligrafi Islam di Sumatera Utara. Bertolak dari tulisan Agus Priyatno dalam
tulisannya yang berjudul “Pengaruh Islam Terhadap Aspek Visual dan Ide Seni Lukis Modern
di Indonesia” dalam Jurnal Seni Rupa FBS Unimed di tahun 2006. Melihat dari perjalanan
karya-karya seniman-seniman seni lukis khaligrafi Islam di Indonesia seperti AD. Pirous, dan di
Sumatera Utara yang terkenal tokohnya adalah S. Handono Hadi yang dalam perjalanannya
terlebih dahulu sudah akrab dengan seni rupa modern terkhusus aliran seni lukis abstrak yang
kemudian kembali menggarap seni lukis yang bersifat Islami (khaligarafi Arab), dengan tetap
menampakkan jejak-jejak seni lukis modernnya. Kaitannya adalah modern mempengaruhi
khaligrafi Islam atau sebaliknya? Siapa yang dipengaruhi dan siapa yang mempengaruhi?
Kata kunci: Seni lukis modern, khaligrafi Islam, seni lukis khaligrafi Islam di Sumatera Utara.
PENDAHULUAN
Dalam wacana masa kini, karya seni tidak lagi dipandang sebagai karya artistik, tetapi
dipandang dari aspek tanda, jejak dan maknanya.Kemudian dapat dianalisis adanya perubahan
budaya dan sosial didalamnya. Menurut Wiryomartono,seni tidak lepas dari kesejarahan. Seni
bagian dan merupakan perantara pemahaman pengetahuan historik. Oleh karena itu, seni akan
mengambil perantara pemahaman pengetahuan historik. Oleh karena itu, seni akan mengambil
peran dan fungsi politis, menanggalkan segala perbedaan dan konflik menuju kerukunan.1

Seni lukis modern di Indonesia dimulai dengan masuknya penjajah Belanda di Indonesia.
Seni lukis modern adalah sebuah era yang ditandai dengan munculnya aliran-aliran2
________________________
1. Bagoes P. Wiryomartono,Pijar-pijar Penyingkap Rasa, Sebuah Wacana Seni dan Keindahan Plato sampai
Derrida, Gramedia Pustaka Utama,2001, hal. 79
2. Aliran merupakan faham atau isme yang lebih menyangkut pandangan atau prinsip yang lebih dalam sifatnya
dari suatu karya seni rupa, dan aliran tidak hanya ditentukan oleh fisik (visual) karya seni. Aliran lebih
cenderung berarti paham, haluan, pendapat yang bersifat politis-ideologis, termasuk mempersoalkan pandangan
hidup. Lihat Mikke Susanto, Diksi Rupa, Kumpulan Istilah Seni Rupa, 2002, hal. 13.

1

seni lukis di negara Barat. Pelaku seni dan penikmatnya di era tersebut disebut dengan manusia
modern yang substansi penciptaan karyanya adalah untuk pemuasan pribadinya dan menggambar
kan kondisi pribadinya yaitu sebuah karya seni yang kerap digaungkan dengan sebutan seni
murni3. Dengan kata lain seni berfungsi sebagai media ekspresi kreatif, Karya seni menjadi
bentuk baru yang unik dan orisinil, karya menjadi bersifat individualistis.
Seni khaligrafi Islam (seni menulis indah) yang sudah tercipta dan berkembang selama
berabad-abad lamanya memiliki aturan-aturan yang pasti, ditandai dengan banyaknya khat-khat
dalam tulisan khaligrafinya.Ide visualnya hanya didukung oleh konsep-konsep menghias dengan

adanya unsur bidang geometrik dan unsur motif floralitis. Penerapan dari unsur-unsur ragam hias
(ornament) bernuansa Islami tersebut bayak diterapkan pada hiasan dekoratif interior di mesjidmesjid. Pada perkembangannya para pelaku seni khaligrafi Islam di Sumatera Utara banyak
tumbuh dan berkembang dari asuhan MTQ (Musabaqoh Tilawatil Qur’an) pada cabang MKQ
(Musabaqoh Khatil Qur’an) yang khusus memperlombakanseni Khaligrafi Islam dengan
menuliskan ayat-ayat Al-Qur’an yang bertujuan untuk menjaga tradisi seni dalam Islam.
Di Medan, seniman seni lukis yang melukis dengan gaya khaligrafi Islam yang dikemas
dengan gaya seni modern sebelumnya memang sudah pernah dan akrab dengan tulisan indah
khaligrafi Islam tradisi. Kemudian mereka memasuki dunia seni murni dengan aliran dan gaya
seni lukis modern, dekoratif, maupun suryalis.lama berolah seni dengan aliran-aliran seni
modern tersebut, mereka mencari bentuk kretifitas baru dengan kembali menggarap khaligrafi
Islam tanpa harus meninggalkan seni modern yang telah melekat dalam dirinya. Di Indonesia,
seniman yang mengalami fase ini salah satunya adalah A.D Pirous. Di Sumatera Utara yang
juga terkenal mengalami fase ini adalah S. Hadono Hadi, Agam Zapina, Amry Yahya dan Ermi
Daini.Bahkan terkadang, para seniman-seniman Muslim di Sumatera Utara juga sekali-kali
mengasah kreatifitas mereka dengan mengasah seni khaligrafi yang dikemas bergaya modern4.
________________________
3.

Seni murni adalah seni mengenai pembuatan barang yang indah-indah yang biasanya tidak bersifat sebagai
benda pakai hanya sebagai hiasan dan sarana mencurahkan ekspresi atau emosi (lihat fine art) Lihat Mikke

Susanto, Diksi Rupa, Kumpulan Istilah Seni Rupa, Kanisius, Yogyakarta, 2002, hal. 101.

4.

Modern adalah hal yang berkaitan dengan karakter, bukan waktu. Modern setiap zaman bisa berbeda-beda
kualitasnya, sejauh lukisan memiliki karakteristik, maka dapat disebut seni lukis modern. Seni lukis modern
adalah julukan bagi seni lukis yang memuat krativitas dan unsur-unsur kebaruan didalamnya. Lihat Agus
Priyatno, Memahami Sen Rupa, Unimed Press, Medan, 2012, hal. 25.

2

SENI LUKIS MODERN DI SUMATERA UTARA
Pada masa kini seni lukis modern di Indonesia bercorak abstrak 5, namun untuk disebut
modern sebuah lukisan tidak harus abstrak.Berbagai gejala yang timbul di Indonesia sebenarnya
bagaikan refleksi yang telah terjadi di Barat, walaupun dari segi isi dan temanya
berbeda.Perkembangan seni lukis ditandai dengan beberapa periodisasi, dimana sebetulnya pada
masa pertentangan ideologi sudah banyak pelukis yang melukis dengan objek-objek lukisan
abstrak.Kini seni lukis modern memberi kemungkinan yang tak terbatas, demikian pada material
hasil industri tekhnologi yang banyak mempengaruhi ekspresi estetis seniman dalam
perkembangan seni lukis modern.Sen di zaman modern tidak lagi mengandalkan aura dalam arti

orisinalitas tangan. Sebaliknya, seni modern menjadi semakin dekat dengan proses emansipasi
dimana setiap orang tanpa kenal bulu bisa punya jalan menikmatinya. Seni modern menjadi
karya sebagai komoditi publik yang luas dan emansipasif, tidak hanya dinikmati oleh beberapa
gelincir orang. Kecenderungan ini pula yang berkesenian dan karya-karya seni terlibat dalam
mekanisme pasar dalam arti komersial kehilangan aura pada karya-karya seni buah tangan bisa
dilihat sebagai dekadensi budaya6.
Seni lukis abstrak7 yang lahir di Eropa pada akhir bad ke-19 dan kemudian berkembang
di Amerika pada awal abad ke-20, muncul sebagai wujud perlawanan seniman terhadap tekanan
kebudayaan modern yang rasionalis dan materialis.Kebudayaan seperti itu berusaha mengubur
spritualitas dan religiositas sedalam-dalamnya. Dipengaruhi oleh gerakan intelektual yang bosan
menghadapi perkembangan rasionalitas dan materialisme, termasuk paham realisme dalam seni,
________________________
5. Abstrak 1: tidak berwujud; tidak berbentuk, mujarad; niskala. Lihat Mikke Susanto, Diksi Rupa, Kumpulan
Istilah Seni Rupa, Kanisius, Yogyakarta, 2002, hal. 11.
6. Bagoes P. Wiryomartono, Pijar-Pijar Penyingkap Rasa, Sebuah Wacana Seni dan Keindahan dari Plato sampai
Derrida, Gramedia Pustaka Utama, Jakarta. 2001,hal. 77-78.
7. Seni Abstrak dalam arti murni adalah ciptaan-ciptaan yang terdiri dari susunan garis, bentuk dan warna yang
sama sekali terbebas dari ilusi bentuk-bentuk alam, tetapi secara lebih umum, ialah seni dimana bentuk-bentuk
alam itu tidak lagi berfungsi sebagai objek ataupun tema yang harus dibawakan, melainkan sebagai motif saja.
Wasilly Kandinsky adalah pioner dalam seni ini. Lihat Mikke Susanto, Diksi Rupa, Kumpulan Istilah Seni Rupa,

Kanisius, Yogyakarta, 2002, hal. 11.

3

para pelukis abstrak mulai memberi perhatian terhadap mistisisme 8 dan spiritualisme9, khususnya
sebagaimana yang berkembang dengan mantapnya di Timur, seperti ajaran Vedanta 10, Zen
Buddhisme11, Taoisme12, dan Tasawuf13. Beberapa pelukis lantas beralih dari representasi objek
ke seni abstraksi dengan mengutamakan warna-warna simbolik dibanding dengan warna-warna
alami; sugesti (itsarah) dibanding dengan mimesis, yaitu peniruan terhadap objek-objek alam
dan kenyataan lahir; gagasan keruhanian dibanding dengan hasil pengamatan indra (scienta
cognitio sesnsitiva)14.
Seni lukis abstrak di Indonesia muncul pertama kali di Bandung dan tumbuh berkembang
disana. Tokoh-tokohnya adalah Ahmad Sadali, Srihadi Soedarsono, Popo Iskandar, Mochtar
Apin dan But Muchtar, yang semua tokoh tersebut memiliki legitimasi yang kuat sepulang dari
belajar di Amerika dan Eropa. Seni lukis abstrak di Indonesia oleh Soedjojono dikategorikan
sebagai lawan tanding seni lukis realisme sosial15.Soedjojo termasuk dari kalangan kelompok
kolonial di Bandung yang gigih memperjuangkan seni lukis kerakyatan melalui tulisannya di
majalah-majalah, Soedjojono tidak henti-hentinya melancarkan kritikannya terhadap lukisanlukisan pemandangan alam dengan menyebutnya “Moi Indie”. Kritikan Soedjojono
mencerminkan suatu perjuangan akan terbentuknya seni lukis


modern Indonesia dengan

mengesampingkan seni lukis gayaromantisisme sebagaimana dibawa oleh Raden Saleh dari
negeri Belanda. Bagi Soedjojonolukisan-lukisan pemandangan adalah lukisan yang tidak
bekonsep, namun sebagai lahan mencari uang saja.
______________________________________
8. Mistisisme: isme atau faham sesuatu hal yang bernuansa mistis, berkenaan dengan hal gaib.
9. Spiritualisme: isme atau pemahaman tentang jiwa (spirit).
10. Vedanta: salah satu aliran dalam filsafat Hindu.
11. Zen Buddhisme: aliran agama Buddha di Asia Timur, terutama berkembang di Jepang dan berpengaruh besar
terhadap kebudayaan Jepang. Lihat KBBI, edisi ketiga, 2007, Jakarta, hal.1280.
12. Taoisme n ajaran filsafat dari Lao-Tzu di negeri Cina (abad ke-6 SM) yang menganjurkan bertindak dengan
alam dan bukan melawannya. Ibid, hal. 1142.
13. Tasawuf n ajaran (cara dsb) untuk mengenal dan mendekatkan diri kepada Allah sehingga memperoleh
hubungan langsung secara sadar dng-Nya: ilmu --; mengaji--; orang--; ibid hal.1147.
14. Kenneth M. George, Melukis Islam, Amal dan Etika Seni Islam di Indonesia, mizan, Bandung, 2012,hal. Xxvi.
15. Realisme sosial dalam arti sempit istilah ini adalah penggambaran realitas kehidupan dengan tuntutan untuk
mengabdikan seni pada masyarakat. Lihat Mikke Susanto, Diksi Rupa, Kumpulan Istilah Seni Rupa, 2002, hal.
96.


4

Di Medan khususnya, Prawoto mengungkapkan bahwa dalam mengisi kehidupan dunia
seni lukis dan pertumbuhan dunia budaya pada umumnya, denyut kehidupan seni rupa Medan
tahun 1967 merupakan titik awal kebebasan kreativitas, dimana para pelukis berbuat untuk
menampilkan kemandiriannya tanpa adanya lembaga yang dinaungi oleh partai politik16.
Selain seni lukis abstrak, suryalis adalah sebuah aliran seni lain yang berkembang di era
seni lukis modern. Suryalis yang memiliki kebebasan akan imajinasi mampu menciptakan alam
lain dalam karya lukisan, membawa penikmat seni untuk ikut masuk ke alam imajinasi si
pelukis. Salah satu tokoh yang terkenal di dunia adalah Salvador Dali, yang menciptakan alam
penuh kesunyian dengan berhawakan dingin namun membuat benda-benda dilukisannya
meleleh.Suryalis mampu membawa kita kepada interpretasi-interpretasi tak terduga yang tak
tentu arah. Khaligrafi Islam bernafaskan suryalis ini juga sudah mulai diperlombakan di MTQ
pertama kalinya di kota Kisaran Asahan pada tahun 2015, sayangnya para panitia mengklaim
sebagai Khaligrafi kontemporer, padahal dari segi visualisasi jelas tampak adanya pengaruh
aliran suryalisme pada karya yang dianjurkan.
Di Medan, di era modern adanya SIMPASSRI17 mampu menjadi wadah bagi senimanseniman untuk berkarya. Prawoto (2015; 6) menyatakan bahwa: cita-cita utamanya adalah
kebebasan dalam mencipta serta upaya untuk meningkatkan pertumbuhan dan seni lukis di
Sumatera Utara, guna meningkatkan kreativitas mencipta serta mengisi keragaman pertumbuhan
seni Lukis Indonesia di masa mendatang.

Selain realis seniman-seniman yang melukis dengan gaya dan aliran seni modern seperti
abstrak, ekspressionisme, suryalis dan lainnya banyak bergabung di SIMPASSRI, antara lain S.
Handono Hadi, Rasinta Tarigan, Yoes Afrizal, Syahruddin Harahap, Mangatas Pasaribu, Oncot
Mulyono, M. Yatim, Fuad Erdansyah, Amran Eko Prawoto, Soenoto HS, dan sebagainya. Dan
dengan bertambahnya usia SIMPASSRI, semakin bertambahnya member-member baru yang
___________________________
16. Amran Eko Prawoto, dalam tulisan kuratorialnyaberjudul: Titik Sambung “Tiga karakter, Tiga Warna” pada
pameran bersama Anang TO2 Sutoto, M. Yatim Mustpa, S. Handono Hadi yang bertema: Tiga Karakter Tiga
Warna di Grand Aston City Hall, Meda, 2015, hal. 6.
17. SIMPASSRI adalah singkatan dari Simpaian Seniman Seni Rupa Indonesia, sebuah nama yang diberikan untuk
suatu organisasi kebudayaan yang bergerak khusus dibidang seni rupa dan tidak berafiliasi pada unsur maupun
organisasi pilitik. SIMPASSRI berkedudukan di inti kota Medan jl. Letjend Suprapto 1A Medan (simp. Jl.
Teratai Medan). SIMPASSRI didirikan tahun 1957.

5

masih muda dan kreatif mampu memberi warna dan corak pada karakter dunia kesenirupaan
Sumatera Utara melalui kegiatan-kegiatan pameran.
Dan dengan tumbuhnya galeri-galeri baru seperti Mitha Galeri, Thondi, Lindy Galeri A1
Galeri, Embun Art Room, dan Gedegap, yang dikelola oleh seniman-seniman itu sendiri

memberikan gravitasi seni yang mampu merangkul anak-anak muda untuk berkarya dan
menikmati karya seni pada eranya sendiri. Walaupun hanya segelincir galeri yang mampu
mempertahankan eksistensinya.

SENI KHALIGRAFI ISLAM
Pemahaman dan pemaknaan Al-quran sebagai sumber ekspresi dan kreativitas, dapat juga
diinterpretasikan oleh setiap individu dan seniman untuk selalu melakukan kontemplasi
budaya.Refleksi teologis maupun estetis,untuk merenung, berikhtiar dan berjuang secara kreatif,
mendorong atau melibatkan diri dalam proses pembentukan dan penciptaan struktur budaya yang
berlangsung sekitarnya. Sehingga dalam ruang budaya itu, kesadaran universal dan rasional
untuk menguak eksistensi agama, seni dan kemanusiaan, tidak sekedar ditangkap dan dinyatakan
melalui peralatan indrawi. Tetapi juga melalui peralatan lain yang dapat memberi pemandangan
jiwa. Sebagai tempat untuk bergerak dan berfikir lebih abadi dari objek itu sendiri.Dalam
peradaban Islam, kecakapan dan kecerdasan semacam itu telah juga ditangkap dalam ruang
estetik yang disebut seni khaligarafi atau seni rupa Islam 18.Firdaus menyebutkan bahwa
khaligrafi adalah ilmu tata cara menulis huruf-huruf Arab dengan benar sesuai dengan kaidahkaidah baku yang yang telah menjadi standar umum. Kaidah yang dimaksud adalah ukuran dan
aturan yang harus dipatuhi oleh seorang penulis kaligrafi agar tulisannya memenuhi standar
sebagai tulisan yang indah, dan diakui kebenaran bentuk-bentuk dan potongan hurufnya.Dengan
kaidah ini kalimat yang disusun menjadi selaras, serasi, dan indah secara utuh19.
________________________

18.

Hamdy Salad, Agama Seni, Refleksi Teologis dalam Ruang Estetik, Semesta, Yogyakarta,2006, hal. 66

19.

Yusuf Firdaus Hsb, Pengaruh Pendidikan dan Latihan (Diklat) Khaligrafi Lemka Terhadap Minat Menulis
Ayat-ayat Alqur-an. Skripsi Studi kasus di Pesantren Khaligarafi Al-Quran Lemka Bumi. Program studi
Agama Islam non Reguler, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah. Jakarta, 2008, hal.
18.

6

Pada bagian tulisan Priyatno dalam bukunya tentang khaligarafi timur, bahwa: Khaligrafi
Arab telah dikenal selama ribuan tahun. Khaligrafi aksara Arab berkembang lebih menakjubkan
diantara khaligrafi-khaligrafi aksara lainnya. khaligrafi ini terstruktur dari berbagai macam jenis
huruf Arab, namun secara garis besar ada delapan macam huruf Arab yang yangdikenal, yaitu
Naskhi, Tsuluts, Riqah, Ijasah, Diwani, Diwani Jali, Kufi dan Farisi (Taliq). Jenis aksara Naskhi
yang paling banyak digunakan untuk menulis huruf mushaf Quran dan naskah-naskah berbahasa
Arab lainnya seperti majalah atau surat kabar. Bentuk aksara ini sangat jelas, sederhana dan

mudah dibaca.Jenis aksara Tsuluts sering digunakan untuk judul-judul naskah dekorasi lukisan,
desain dan sebagainya, bentuk hurufnya tampak anggun dan berwibawa.Jenis jenis aksara Riqah
sangat praktis, sehingga wartawan dan anak-anak banyak menggunakan jenis huruf ini untuk
mencatat.Jenis Ijasah banyak digunakan untuk menulis Ijasah dan dokumen dan bacaan umum,
bentuknya sangat sederhana namun indah, seperti penggabungan bentuk huruf Naskhi dan
Tsuluts.Jenis Diwani sangat lembut dengan liuk melengkung namun jelas, aksara Diwani banyak
digunakan untuk surat-surat resmi, lencana, tulisan di kantor-kantor dan sebagainya.Jenis aksara
Diwani Jali mirip dengan aksara Diwani, namun dibedakan dengan pemberian syakal, hiasan,
titik-titik rata diantara lekukan-lekukan hurufnya.Diwani Jali jarang digunakan kecuali untuk
dekorasi.Jenis huruf Kafi sangat indah, banyak digunakan untuk penulisan judul buku, dekorasi
atau lukisan.Aksara Farisi/Ta’liq banyak berkembang di Iran/Persia sampai saat ini untuk
berbagai macam penulisan formal maupun informal20.
Indarto menyebutkan bahwa Khat Diwani dulunya diciptakan oleh masyarakat Turki
Usmani yang pelopor kaidah-kaidah huruf tersebut adalah Ibrahim Munif. Khat ini dipopulerkan
sekitar tahun 875 H, setelah penaklukan kota Konstantinopel oleh Sultan Muhammad al-Fatih.
Karakter dasar dari pada pada putarannya, sehingga satupun huruf tidak memiiki lengkung.
Kelenturan dan kelembutan goresan melengkapi watak khat Diwani yang kemudian mampu
beradaptasi dengan tulisan apapun.Khat Diwani pun mempunyai tiga macam bentuk, yaitu khat
Diwani ‘Adi, Diwani Mutarabit, dan Diwani Jali.Disamping khat Diwani, ada khat Tsuluts yang
anak-anaknya adalah: khat Tumar, Muhaqqaq, Raihani, Tawqi, Riqa atau Ruqa, Tsulusain,
______________________
20.

Agus Priyatno, Memahami Seni Rupa, Unimed Press, Medan,2012, hal. 43.

7

Tsuluts Adi, Tsulus Jali, Tsuluts Mahbuk, Tsuluts Mutanazhir21.
Selain khat-khat pada budaya menulis indah Arab, seni kaligrafi Islam juga selalu tampil
dengan hiasan mushaf yang merujuk pada bentuk-bentuk bidang geometrik dan stilasi22 dari
bentuk flora, dan fauna, yang berfungsi sebagai ornament yang memperindah tulisan khaligrafi.
Contohnya pada Al-Qur’an, surah Alfatihah menjadi pusat perhatian dengan diberi bingkai
hiasan ornamental gaya Arab.

SENIMAN DAN KARYA KHALIGRAFI ISLAM MODERN DI SUMATERA UTARA
Islam lebih dulu datang ke Indonesia daripada orang Barat atau Belanda yang datang
menjajah dengan membawa budaya modernitas mereka. Seperti yang diungkapkan oleh Sachari,
bahwa: Islam masuk ke Indonesia diawali di Aceh pada abad ke-13, masyarakat mulai memeluk
agama Islam, kemudian Jawa pada abad ke ke-14. Terutama di pantai Utara.Masuknya agama
Islam dan kebudayaannya ke Jawa hampir tanpa mengalami penentangan yang berarti, meskipun
berjalan agak tersendat.Walaupun demikian, Islam telah mampu menciptakan dialog budaya dan
kebudayaan setempat sehingga tercapai sintesis kebudayaan baru dengan format yang
khas.Mula-mula Demak dan Pajang, kemudian Mataram pada abad ke-1823.
Menurut Sumardjo lukisan tak perlu dimasukkan ke dalam kotak-kotak isme untuk
dimengerti.Lukisan adalah untuk dinikmati, dirasakan, demikian itu dari segala zaman sampai
hari kini.Isme tidak timbul begitu saja, isme timbul karena keharusan mencipta karena berdasar
pada kehendak zaman serta daya kreatif, oleh penelaah kerohanian serta pengaruh timbal balik
antara jiwa manusia dan lingkungan24. Tresna menyebutkan bahwa faham atau kepercayaan
________________________
21.

Kuss Indarto, dalam tulisan kuratorialnya pada pameran bersama Anang TO2 Sutoto, M. Yatim Mustpa, S.
Handono Hadi yang bertema Tiga Karakter Tiga Warna di Grand Aston City Hall, Medan. Tulisannya
berjudul: Menemu Peta Lewat “Tiga Karakter, Tiga Warna”, 2015, hal. 17.

22.

Stilasi merupakan salah satu bentuk deformasi, lazimnya dikhususkan untuk menamai perubahan bentuk
dalamornamentik.

23.

Agus Sachari, Pengantar Metodologi Penelitian Budaya Rupa, Erlangga,Jakarta, 2002, hal. 91.

24.

Trisno Sumardjo, Apa Pentingnya Seni Lukis Modern Bagi Kita? Dalam Esai-Esai Pilihan, Penyunting:
Aminuddin TH. Siregar dan Enin Suprayitno, Grafika Mardi Yuana, Bogor, 2006, hal. 43.

8

dapat mendorong manusia untuk berbuat besar, sebagai saksi dari kekuatan keyakinannya,
khidmatnya, khusuknya terhadap yang dijunjung dan disembahnya dengan segala kesucian
hatinya dan keluhuran budinya25.
S. Handono Hadi, Lahir 20 April 1952 di Kudus, Jawa Tengah.Tahun 1975 hijrah ke
Medan menyusul abangnya Utoyo Hadi.Seniman yang pernah menjadi ketua SIMPASSRI ini,
dulunya sudah lama berkreasi dalam kreativitas seni abstrak.Selain akrab dengan seni abstrak,
keahliannya

membuat

dekorasi

khaligrafi

pada

mesjid-mesjid

mengusik

kemurnian

spiritualitasnya untuk kembali melukis Islam dalam kanvasnya.Jejak-jejak kemahirannya berolah
dalam seni abstrak geometrik tampak pada karyanya yang berjudul Al Ikhlas tahun 2004, yang
dipamerkan pada Pameran Karya Pilihan Galeri Nasional Indonesia dan Pelukis Medan di
Unimed tahun 2006.

Gmbar 1.
S. Handono Hadi, Al-Ikhlas, 2004, 180 x 167,5 cm, cat minyak di atas kanvas.
Sumber:katalog Pameran Penanda Jejak, 2006, hal.39.

______________________
25. R. Tresna, Seni Lukis Nasional, Dalam Esai-Esai Pilihan, Penyunting: Aminuddin TH. Siregar dan Enin
Suprayitno, Grafika Mardi Yuana, Bogor, 2006, hal. 133.

9

Gambar 2.
S. Handono Hadi, Ka’bah, 2015, 145 x 200 cm, oil on canvas
Sumber: katalog pameran, Tiga Karakter, Tiga Warna, 2015.

10

Satu dekade telah berlalu, tampak ada perubahan dari segi visualisasi lukisan khaligrafi
Islam S. Handono Hadi.Seperti yang diungkapkan oleh Indarto, bahwa Handono mulai
mengabaikan aturan main dan standart (khat) dalam melukis khaligrafi. Ketika di depan kanvas,
ia seolah tidak lagi sedang melukis karya khaligrafi Arab, namun melukis dan brzikir. Ini dua hal
yang menyangkut problem duniawi dan religiusitas atau spiritualitas yang dilakukan dalam satu
helaan nafas.Lukisannya adalah hasil dari rentetan do’a yang dipanjatkan dari ketulusan hatinya
dijembatani oleh tangannya berikut kemahiran teknis artistiknya. Handono mengakui tak mampu
lagi mengingat berapa banyak ia menorehkan sekaligus menyebut asma Allah dalam bentang
kanvasnya itu. Hal ini tampak pada karyanya bertajuk Ka’bah pada gambar 2. Sebagai contoh,
bisa memberikan gambaran lebih jauh ala Handono Hadi26.
Pada lukisan berjudul Ka’bah tersebut, dari segi tampilan visual komposisi karya
lukisnya Handono Hadi,masih terasa pengaruh unsur geometriknya, didukung lagi dengan
ka’bah sebagai point of interes27dan Handono Hadi mampu menciptakan garis semu28 dari
tumpukan asma Allah yang bergradasi29tersebut. Tulisan khaligrafi Arab yang mendominasi
visualisasi lukisan tersebut menjadikan sesuatu hal yang menonjolkan kekuatan dari tulisan
khaligrafi Arab Handono HadiWarna lain dari seni lukis khaligrafi di Sumatera Utara tampak
pada karya Ermi Daini. Perempuan pelukis seni khaligrafi yang sangat muda ini, lahir pada 15
Mei 1991 di Aceh Tengah yang tinggal di jalan Medan Area Selatan merupakan lulusan dari seni
rupa Unimed. Dari berulang-ulang kali menjuarai perlombaan seni Khaligarafi pada MTQ hingg
ke tingkat nasional, sekaligus sebagai mahasiswa yang mengambil studi khusus lukis, Ermi Daini
mampu menciptakan visualisasi karya Seni yang berbeda dari seni lukis khaligrafi kebanyakan.
_________________________
26.

Kuss Indarto, dalam tulisan kuratorialnya pada pameran bersama Anang TO2 Sutoto, M. Yatim Mustpa, S.
Handono Hadi yang bertema Tiga Karakter Tiga Warna di Grand Aston City Hall, Medan. Tulisannya
berjudul: Menemu Peta Lewat “Tiga Karakter, Tiga Warna”, 2015, hal. 17-19.

27.

Point of Interest /point of view: titik perhatian atau pusat perhatian yang sengaja di susun oleh seniman untuk
penikmat seni agar penikmat seni focus pada makhsud yang diinginkannya.

28.

Garis semu: garis yang terbentuk karena adanya warna yang berbeda.

29. Gradasi: penyusunan warna dari yang paling muda hingga ke warna yang paling tua/gelap, menyebabkan
adanya warna yang bertingkat. Gradasi ini bias jug adisebut dengan penambahan unsure hue yang berbeda
takarannya pada satu warna saja yang kemudian disusun berdasarkan tingkatan hue-nya.

11

Dalam berkarya, Ermi memiliki cara tersendiri ketika mengekspresikan dirinya, seperti
pemakaian alat, bahan dan teknik, Ermi mengubah salah satu kaligrafi murni yaitu khat Diwani
menjadi kaligrafi yang tidak mengikuti kaidah yang telah ada. katanya, bentuk Diwani lebih
lentur dan mudah dibentuk sesuai keinginan dibandingkan dengan kaligrafi Arab lainnya.
Kreativitas penciptaannya berupa penyatuan antara bentuk visual tali tambang yang elastis
dengan gaya kaligrafi bebas. Gaya kaligrafinya tidak terikat pada kaidah murni kaligrafi Islam, ia
mencoba mengekspresikan bentuk-bentuk yang unik tetapi tidak mengurangi nilai estetis dan
nilai fungsionalnya.
Ketertarikan pada simbolisasi dan manfaat tali yang sering digunakan dalam kehidupan
sehari-hari menjadi daya tarik bagi Ermi untuk mengekspresikan lukisan dengan memanfaatkan
elemen bentuk visual tali tambang.Sebelum menggarap karya seni lukis khaligrafi berkonsep
seni lukis modern, Ermi terlebih dahulu telah lama menguasai dan bergelut pada karya seni
kaligrafi murni.Hal ini yang mendorong Ermi lebih kuat untuk mengembangkan kaligrafi Islam
dengan konsep modern.

Gambar 3.
Ermi Daini dengan beberapa Lukisan Khaligrafi Talinya.
Sumber: Ermi Daini.

12

Seni kaligrafi Islam selain menjadi alternatif ekspresi menarik juga mengandung unsur
pemersatu yang kuat.Hal ini dapat di persamakan dengan seutas tali, salah satunya tali
tambang.Simbolisasi30 tali tambang dapat dilihat dari manfaat talinya dalam kehidupan seharihari. Seperti (1) Mengikat; Simpul tali yang mengikat satu sama lain merupakan simbolisasi
kehidupan bermasyarakat yang saling ketergantungan antara satu dengan yang lainnya. Menjadi
kekuatan di dalam persaudaraan. (2) Menarik; Hal ini dapat disimbolkan dengan menarik
seseorang untuk ikut ke jalan yang penuh ridho oleh Allah SWT agar menjadi seorang muslim
yang sholeh dan sholehah. Dan (3) Menahan; Disimbolkan dengan menahan keimanan seseorang
agar tidak goyah (kukuh), istiqomah, dan berpegang teguh pada pendirian.
Pada lukisan khaligrafi Islam Ermi mengolah bentuk tali dengan pemaknaan dari simbolsimbol talinya yang digarap bertekstur31 dengan menggunakan warna-warna seperti warna
tanah.Ermi menjadikan karya seni lukis khaligrafinya sebagai bentuk komunikasi visual kepada
penikmat, tujuannya sekaligus untuk berdakwah dengan tanpa mengeluarkan suara penyeruan
dari lisannya.
Seni khaligrafi Islam yang memiliki nilai dan kekuatan tersendiri yang berbeda dengan
nilai yang dimiliki oleh seni modern, diperkuat dengan tulisan George dalam bukunya yang
menulis tentang pengalaman A.D Pirous ketika berpameran di museum di luar negeri.Jelas
bahwa pameran di Museum berhasil menjungkirbalikkan beberapa hierarki nilai modernis yang
sudah dikenal oleh Pirous.pertama kali ia berhadapan dengan Seni Islam di lembaga yang justru
mengarahkan nilai dan legitimasi pada lukisan modern. Disini, Pirous melihat seni Islam
diangkat ke cakrawala peradaban yang sama dengan yang ditempati oleh lukisan Barat, dan
memahami bahwa karya itu tidak perlu diperlakukan sebagai suatu bentuk rendahan dari suatu
ekspresi estetis, bahkan ketika musium memajangnya sebagai suatu karya yang “lebih rendah”
sekalipun, bukan oleh Muslim yang yang berasal dari Asia atau Timur Tengah. Spesialis
museum berhati-hati untuk tidak membaurkan koleksi lukisan ini dengan lukisan Barat atau
modern (atau dengan banyak seni “Asia” lainnya): seni Islam tetap “etnis” dan “lainnya”32.
_____________________
30. Simbolisasi/simbolisme: seni memilih analogi untuk ide-ide penyampaian makna dalam komunikasi visual.
31. Tekstur; barik; nilai raba; kualitas permukaan. Barik dapat melukiskan sebuah permukaan objek, seperti kulit,
rambut dan bias merasakan kasar-halusnya, teratur tidaknya suatu objek. Lihat Mikke SusantoDiksi Rupa,
Kumpulan Istilah Seni Rupa, 2002, hal. 96.
32. Kenneth M. George, Melukis Islam, Amal dan Etika Seni Islam di Indonesia, mizan, Bandung, 2012, hal. 68.

13

KESIMPULAN
Ke dalam peradaban dunia, seni khaligrafi sudah lebih dulu tumbuh dan berkembang di
dunia ini, sehingga seni khaligrafi menjadi seni tradisi dan menyatu dalam budaya manusia yang
meyakini agama Islam. Untuk memiliki tulisan yang indah dalam khaligrafi Islam, seorang
Muslim diperlukan ketekunan dan latihan-latihan yang intens dan mendalam agar goresan
khaligrafi yang sarat dengan khat-khatnya menjadi menyatu dengan kemampuannya (skill). Tak
jarang seorang muslim membutuhkan waktu yang lama dalam mendalami seni tulis khaligrafi.
Khat-khat yang menjadi acuan baku dalam berolah seni khaligrafi memang memiliki estetika
yang tak terbantahkan lagi, kehadirannya diibaratkan seperti adanya aliran-aliran seni dalam seni
modern.
Dengan beriringnya waktu dalam perkembangan zaman, seni tulis khaligrafi Islam
mengalami perkembangan juga, mulai meninggalkan mushaf ornamental dan menerima ide
visual atau masukan dari unsur-unsur seni modern yang salah satu cirinya bersifat
minimalis.Seni Khaligrafi Arab yang berfungsi sebagai hiasan, bergeser fungsinya menjadi seni
lukis khaligrafi yang memiliki unsur-unsur seni murni. Walaupun orang mengatakan bahwa
sebuah seni lukis khaligrafi sebagai seni modern Islami, terlepas dari seni mana yang
dipengaruhi dan

mempengaruhinya, tetapi pada konteks sosiobudaya, seni lukis khaligrafi

tetaplah sebagai lukisan tradisi keislaman atau tetap etnis walaupun pada tampilan visualnya
memiliki gaya abstraksi atau seni modern.

*******

14

DAFTAR PUSTAKA
Firdaus, Yusuf.Hsb, 2008, Pengaruh Pendidikan dan Latihan (Diklat) Khaligrafi Lemka
Terhadap Minat Menulis Ayat-ayat Alqur-an. Skripsi Studi kasus di Pesantren Khaligarafi
Al-Quran Lemka Bumi.Program studi Agama Islam non Reguler, Fakultas Ilmu Tarbiyah
dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah. Jakarta.
George, Kenneth M, 2012, Melukis Islam, Amal dan Etika Seni Islam di Indonesia, Mizan dan
Serambi Pirous, Bandung.
Indarto,Kuss, 2015, Menemu Peta Lewat “Tiga Karakter, Tiga Warna”,pameran bersama Anang
TO2 Sutoto, M. Yatim Mustpa, S. Handono Hadi, Grand Aston City Hall, Medan.
KBBI, 2007, edisi ketiga, Deepartemen Pendidikan Nasional, Balai Pustaka, Jakarta.
Katalog, 2006, Penanda Jejak, Pameran karya Pilihan Galeri Nasional Indonesia dan Pelukis
Medan, Unimed, Medan.
Prawoto, Amran Eko, 2015, Titik Sambung, Tiga Karakter, Tiga Warna, Pameran bersama
Anang TO2 Sutoto, M. Yatim Mustpa, S. Handono Hadi, Grand Aston City Hall, Medan.
Priyatno, Agus, 2012, Memahami Seni Rupa, Unimed Press, Medan.
Sachari, Agus, 2002, Pengantar Metodologi Penelitian Budaya Rupa, Erlangga, Jakarta.
Salad, Hamdy, 2006, Agama Seni, Refleksi Teologis dalam Ruang Estetik, Semesta, Yogyakarta.
Sumardjo Trisno, 2006, Apa Pentingnya Seni Lukis Modern Bagi Kita? Dalam Esai-Esai Pilihan,
Penyunting: Aminuddin TH. Siregar dan Enin Suprayitno, Grafika Mardi Yuana, Bogor.
Susanto, Mikke, 2002, Diksi Rupa, Kumpulan Istilah Seni Rupa, Kanisius (IKAPI), Yogyakarta.
Tresna. R, 2006, Seni Lukis Nasional,Dalam Esai-Esai Pilihan, Penyunting: Aminuddin TH.
Siregar dan Enin Suprayitno, Grafika Mardi Yuana, Bogor.
Wiryomartono,Bagoes P, 2001, Pijar-Pijar Penyingkap Rasa, Sebuah Wacana Seni dan
Keindahan dari Plato sampai Derrida, Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.
15