PENINGKATAN KEMAMPUAN BERBAHASA ANAK DEN

PENINGKATAN KEMAMPUAN BERBAHASA ANAK
DENGAN METODE MAIN MAPPING (BERCERITA)
PADA SISWA KELOMPOK B TK KUNCUP HARAPAN
PLAWANGAN KRAGAN REMBANG TAHUN PELAJARAN 2009/2010

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Tahapan perkembangan pada manusia adalah suatu proses perubahan dimana manusia
belajar menguasai tingkat yang lebih tinggi dari berbagai aspek. Masa kanak-kanak adalah
tahapan awal dari perkembangan kehidupan manusia yang menentukan tahapan
perkembangan selanjutnya. Masa ini terbagi menjadi tahapan, yaitu masa kanak-kanak awal
yang berlangsung dari usia dari dua sampai enam tahun dan masa kanak-kanak akhir yang
berlangsung pada usia enam sampai empat belas tahun pada laki-laki dan dua belas tahun
pada perempuan (Hurlock, 1997). Hurlock juga menyatakan perkembangan awal lebih penting
dari pada perkembangan selanjutnya, karena dasar awal sangat dipengeruhi oleh belajar dan
pengalaman. Oleh karena itu, pendidikan anak pada masa ini merupakan suatu hal yang

sangat penting guna pembentukan karakter manusia seutuhnya bagi kehidupan berbangsa dan
bernegara dihari depan.
Salah satu aspek penting dalam perkembangan adalah aspek perkembangan bahasa.

Bahasa merupakan salah satu alat komunikasi yang sangat penting dalam kehidupan manusia
karena disamping berfungsi sebagai alat untuk menyatakan pikiran dan perasaan kepada
orang lain juga sejaligus sebagai alat untuk memahami perasaan dan pikiran orang lain.
Perkembangan bahsa anak sangat dipengaruhi oleh factor keluarga dan lingkungan
terdekatnya, namun bukan berarti kemampuan bahasa bersifat menurun atau bawaan
biologis.
Apabila perkembangan bahasa pada anak mengalami gangguan maka akan
menimbulkan kendala dalam berkomunikasi dengan orang lain. Kendala berkomunikasi ini

dapat menyebabkan anak mengalami hambatan sosial yang pada akhirnya dalam diri si anak
akan timbul perasaan tidak mampu dan rendah diri. Ketidakberhasilan anak–anak untuk
mendengarkan lebih banyak menyebabkan kegagalan untuk mengerti karena sebagian besar
anak-anak bersikap egosentris dan lebih berminat mengatakan kepada orang lain daripada
apa yang dikatakan orang lain kepada mereka. Mereka pun sering tidak mendengarkan
dengan penuh perhatian sehingga tidak dapat memahami apa yang dapat dikatakan.
Akibatnya, pembicaraan mereka tidak berhubungan dengan apa yang dikatakan orang lain
dan hal ini membahayakan hubungan sosial mereka. Namun, masih banyak orang yang
mengabaikan pembicaraan anak yang buruk karena menganggap bahwa anak-anak akan
belajar berbicara dengan lebih baik dengan bertambahnya umur
Pada kenyataannya anak pra sekolah rata-rata belum banyak menguasai kosa kata yang

dijelaskan oleh para ahli. Hal ini terlihat dari komunikasi yang mereka gunakan sehari-hari di
sekolah, kadang juga ada anak yang tidak mau berbicara jika ada pertanyaan dari guru atau dalam
kegiatan lain, hal ni tentunya akan menghambat perkembangan bahasanya. Disinilah peran guru
sangat dibutuhkan dalam mengembangkan bahasa anak terutama di sekolah.

Pada observasi awal, peneliti menemukan kemampuan berbahasa siswa terutama pada
siswa kelompok B awal TK Tunas harapan masih perlu ditingkatkan, karena dari 20 siswa
hanya tiga siswa yang mampu membaca, menulis dan berbicara dengan baik, selebihnya
masih jauh dari kesempurnaan baik dalam pembelajaran membaca, menulis maupun
menceritakan. Selebihnya 13 anak masuk dalam kategori cukup dan sisanya masuk dalam
kategori kurang. Dari 20 siswa, terdapat siswa yang sudah mampu menggambar dengan baik
namun mereka belum mampu menceritakan apa yang mereka gambar dengan baik. Tetapi
ada juga siswa yang meskipun kurang rapi dalam menggambar, namun mereka memiliki

kemampuan yang cukup baik dalam menceritakan apa yang mereka gambarkan atau cukup
komunikatif.
Dalam pembelajaran sehari–hari mayoritas anak TK baik kelompok A maupun B
merasa kesulitan dalam berkosentrasi dan berfikir fokus. Mereka masih senang bermain-main
dan bercanda dengan teman–temannya. Karena dengan hal sepele saja atau terdengar sara –
suara asing sedikit saja suasana kelas bisa menjadi gaduh. Padahal untuk membuat mereka

kembali kosentrasi membutuhkan perjuangan bagi gurunya. Mereka juga mudah terpengaruhi
oleh temannya, misalnya temanya bermain maka si anak itupun akan ikut bermain walaupun
tugas mereka belum selesai.
Hal tersebut diatas terkadang sangat dipengaruhi oleh kurangnya model pembelajaran
yang mengedepankan pengembangan berkomunikasi pada siswa. Walaupun sekolah sudah
memutuskan menggunakan kurikulum berbasis kompetensi, tetapi pada kenyataannya masih
ada guru yang menggunakan cara–cara pembelajaran yang lama yaitu metode ceramah.
Walaupun tidak selamanya metode ini dianggap tidak baik, namun apabila metode ini
digunakan secara terus menerus tanpa adanya variasi maka pembelajaran membaca, menulis,
terutama bercerita akan menjadi menjemukan atau membosankan. Ini terkait dunia anak yang
merupakan dunia bermain. Anak banyak mengembangkan pengetahuannya lewat permainan.
Dalam hal ini guru masih terlihat kurang kreatif dalam menggunakan metode–metode
pembelajaran yang seharusnya dapat lebih aktif, kreatif dan inovatif. Metode ceramah ini
cenderung akan membuat siswa menjadi pasif dan hanya mau menerima apa yang telah
diberikan guru, mereka tidak mau menemukan atau menciptakan hal yang baru, atau dalam
artian mereka tidak dapat hidup bersama imajinasinya. Ini berimbas pada pengembangan
kompetensi siswa dalam hal berkomunikasi terutama berbahasa.

Kemampuan berbahasa anak di Taman Kanak – Kanak sangat urgen. Karena sampai
kapanpun kemampuan berbahasa yang akan dikembangkan adalah kemampuan membaca,

menulis, serta berbicara. Baik di SD, SMP, maupun SMA kompetensi itu akan tetap
dikembangkan. Jadi selama anak di Taman Kanak – Kanak pengalaman ini akan menjadi
pengalaman awal mereka dan akan menjadi modal untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang
yang lebih tinggi.
Mengingat hal tersebut peneliti mencoba mengembangkan bahasa anak melalui bercerita.
Diharapkan dengan bercerita, kosa kata anak akan bertambah dan dapat digunakan dalam
mengembangkan bahasa mereka untuk berkomunikasi sehari-hari. Menurut Keraf (1989:4)
bahwa mereka (anak-anak) yang luas kosa katanya akan memiliki kemampuan yang tinggi untuk
memilih kosa kata yang tepat sebagai wakil untuk menyampaikan gagasan. Mengingat
kemampuan berbahasa, merupakan salah satu unsur yang perlu dikembangkan di TK, penulis
mencoba membahas tentang pentingnya bercerita bagi perkembangan bahasa anak, apakah
manfaat bercerita dan lain sebagainya.

B. IDENTIFIKASI MASALAH
Dari paparan latar belakan diatas, dapat diidentifikasikan pentingnya kemampuan
berbahasa pada siswa TK Kuncup Harapan kelompok B. Karena bahasa merupakan bekal paling
urgen guna pengembangkan kompetensi siswa pada bidang lainnya seperti menulis, membaca
dan bercerita. Mengingat masa kanak-kanak adalah masa dimana manusia hidup dalam dunia
imajinasi dalam idenya, peneliti akan memfokuskan pengembangan kemampuan berbahasa
melalui metode bercerita yang bersifat kontekstual. Artinya, guru akan secara aktif merangsang

siswa untuk berkorespondensi dengan teman sekelasnya lewat sebuah cerita murni dari perspektif

siswa. Perspektif yang tentunya bersifat bebas tanpa arahan guru yang berasal dari lingkungan
sekitar siswa.
C. PEMBATASAN MASALAH
Penelitian ini difokuskan pada pengembangan kompetensi siswa melalui wahana
bercerita perspektif siswa. Sedikit banyak metode ini akan mereduksi metode tradisional yang
ada sebelumnya yaitu metode ceramah. Penelitian ini akan dilakukan pada siswa kelompok B
pada TK Kuncup Harapan Plawangan Kecamatan Kragan Kabupaten Rembang Provinsi Jawa
Tengah. Penelitian akan dilaksanakan pada rentang waktu paruh semester genap 2009/2010.

D. RUMUSAN MASALAH

Berkaitan dengan latar belakang masalah tersebut diatas, maka masalah-masalah yang
akan dikaji dan dibahas secara intensif oleh peneliti dalam penelitian ini dapat dikemukakan
sebagai berikut:

1. Apakah manfaat metode bercerita bagi perkembangan kompetensi siswa?
2. Bagaimana cara mengembangkan kemampuan bahasa siswa melalui bercerita?
3. Bagaimana cara mengembangkan metode cerita di TK Kuncup Harapan Plawangan Kec.

Kragan Kab. Rembang Jawa Tengah?

E. MANFAAT PENELITIAN

Dari rumusan masalah diatas, penelitian ini bertujuan untuk:
1. Mengetahui manfaat dari metode bercerita bagi perkembangan kompetensi siswa
2. Mengetahui cara mengembangkan bahasa pada siswa melalui bercerita
3. Mengetahui dan merekomendasikan pengembangan metode cerita pada lokasi
penelitian pada khususnya dan instansi sederajat pada umumnya

F. KEGUNAAN PENELITIAN
1. Kegunaan Teoritis
a. Menambah pemahaman penulis tentang penyusunan Tugas Akhir
b. Menambah pemahaman guru tentang kegiatan bercerita di sekolah
c. Membantu guru dan orang tua dalam kegiatan bercerita di sekolah

d. Bahan-bahan hasil studi dan penelitian akan sangat berharaga sekali bagi perumusan
metode baru yang diharapkan tepat dan serasi
.
2. Kegunaan Praktis

a. Bagi lembaga pendidikan, khususnya Pendidikan Anak Usia Dini, hasil penelitian ini
diharapkan dapat dipakai sebagai referensi dalam mengambil tindakan untuk
pengembangan metode pembelajaran pada anak-anak usia dini dalam rangka
mencerdaskan kehidupan bangsa seperti yang tertuang dalam UU nomor 20 tahun
2003 yang menyatakan bahwa Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) adalah bagian
dari system pendidikan nasional Indonesia.
b. Bagi guru semakin menarik dalam memberikan kegiatan bercerita di sekolah
c. Bagi orang tua, meningkatkan wawasan dan ketrampilan dalam memberikan kegiatan
bercerita.

A. DATA PENELITIAN
3. Jenis Data

Data yang diperoleh adalah data primer dan data sekunder. Data primer berupa hasil
pembacaan, observasi dan analisis secara langsung dilapangan, sedangkan data sekunder
berupa hasil tabulasi dan studi literatur.
4. Sumber Data dan Sumber Teori
Yang menjadi fokus dan sumber data dalam penelitian ini adalah fenomena kegiatan
pembelajaran pada TK Kuncup Harapan Plawangan Kecamatan Kragan Kabupaten Rembang
Jawa Tengah. Sedangkan sumber teori akan digali dari studi literatur dari berbagai ahli yang

diantaranya adalah Elizabeth B. Hurlock pada grand teori perkembangannya, serta Bachtiar S.
Bachri, Tadkiroatun Musfiroh, dan banyak ahli lain untuk grand teori pengembangan metode
bercerita pada anak.

B. METODOLOGI PENELITIAN
5. Metode Penelitian dan Analisa
Dalam penelitian ini metode yang digunakan peneliti adalah melalui pendekatan
penelitian kepustakaan dan pendekatan penelitian lapangan. (Machdhori : 1993).
a. Library Research (kepustakaan) adalah meneliti dengan cara menelaah literaturliteratur yang berkaitan dengan masalah yang dibahas,
b. Experienced research atau empiris (lapangan) adalah suatu penelitian yang
dilaksanakan dengan melalui terjun langsung di lapangan untuk memperoleh datadata yang berkaitan dengan masalah yang dibahas.
Menurut Patton dalam buku Suharsini Arikunto (1993), analisa data adalah “proses
mengatur uraian data, mengorganisasi kedalam suatu pola, kategori dan uraian suatu
dasar“. Dalam menganalisa data dan materi yang disajikan, melalui pendekatan kualitatif,
peneliti menggunakan metode analisis sebagai berikut:

a. Deskriptif, pada umumnya dipergunakan dalam menguraikan proses beracara
diPeradilan Agama, menjelaskan bunyi peraturan perundangan dan dalam uraian
umum;
b. Analitis, dipergunakan untuk menganalisis gejala (hukum) tertentu yang dibahas

serta memperoleh data mengenai hubungan antara gejala hukum dengan gejala
lain;
c. Deduktif dan Induktif.
Sutrisno Hadi (1986), menjelaskan bahwa metode deduktif adalah suatu
pembahasan yang dimulai dari sesuatu yang bersifat umum menuju kesimpulan
yang bersifat khusus. Dalam penelitian ini tolok ukurnya adalah peraturan
perundangan, sedangkan induktif adalah suatu pembahasan yang dimulai dari
fakta-fakta yang bersifat khusus dan konkrit kemudian ditarik generalisasinya
yang bersifat umum. Berfungsi dalam menyusun logika dan mengambil
kesimpulan umum.
6. Tehnik Pengumpulan dan Pengolahan Data
Pusat

Penelitian

dan

Kajian

UMM


(1990)

menjelaskan

tentang

metode

mengumpulkan data, yakni dengan metode dokumentasi yaitu pengumpulan data yang
sumbernya berupa dokumen, fakta, catatan tentang ketentuan beracara perkara perceraian di
Peradilan Agama. Selain itu, dengan menggunakan metode observasi dan intervieu dengan
pihak terkait. Sebagai merode ilmiah observasi biasa diartikan sebagai pengamatan dan
pencatatan secara sistematis terhadap fenomena-fenomena yang diselidiki. (Sutrisno Hadi :
1986).

Adapun tehnik pengolahan data yang peneliti gunakan adalah sebagai berikut:
pertama, studi literer sebagai bahan untuk melakukan observasi dan intervieu; kedua, analisis
data sebagai hasil observasi dan intervieu, terdiri dari analisis isi dan kualitatif.
C. SISTEMATIKA PEMBAHASAN

Dalam penelitian ini, untuk memudahkan penelitian dan penyusunan data peneliti
membagi menjadi lima bab pembahasan yang terangkum dibawah ini, antara lain :
Bab I

Pendahuluan

A. Latar Belakang Penulisan
B. Perumusan Masalah
C. Tujuan
D. Manfaat

Bab II Tinjauan Pustaka
A. Konsep Perkembangan
B. Konsep Bahasa
C. Konsep Bercerita
D. Manfaat Bercerita

Bab III Metode Penelitian
A. Pendekatan dan jenis penelitian
B. Data dan sumber data
C. Teknik pengumpulan data dan instrument
D. Tekhnik analisis data

E. Transferabilitas hasil penelitian
BAB IV Pembahasan
A. Cara Guru Dalam Mengembangkan Kemampuan Bahasa Anak Melalui Bercerita
B. Pentingnya Bercerita Bagi Perkembangan Anak
C. Manfaat Bercerita Bagi Perkembangan Anak
D. Kegiatan Bercerita Disekolah
BAB V PENUTUP
A. Penutup
B. Saran
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN-LAMPIAN