MODEL BIROKRASI RASIONAL MAX WEBER conto

MODEL BIROKRASI RASIONAL MAX WEBER
( STUDI KASUS PENOLAKAN LURAH SUSAN DI LENTENG AGUNG ANALISA
VIDEO dan STATMENT DARI YOUTUBE )
Dosen Pengampu : Dra. Sri Yuliani, M.Si

Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Dalam Memperoleh
Nilai Mata Kuliah Kebijakan Publik
Disusun Oleh :
Bagus Aldila P

D1112001

Biandoko Setia A

D1112002

Jayanti Noor H

D1112008

Petra Lugas N


D1112012

Rosi Utami Sulandari

D1112014

PROGRAM STUDI NON REG ADMINISTRASI NEGARA
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2013

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Birokrasi

sebagai


ujung

tombak

penyelenggaraan

pemerintahan

pelaksana pelayanan publik mencakup berbagai program pembangunan dan
kebijaksanaan pemerintah. Akan tetapi dalam kenyataannya, birokrasi yang
dimaksudkan untuk melaksanakan tugas-tugas umum pemerintahan dan
pembangunan tersebut, seringkali mendapatkan kesan berbeda dari pandangan
masyarakat.
Reformasi birokrasi bertujuan memberikan pelayanan sebaik-baiknya
kepada masyarakat, dengan meningkatkan kualitas sumber daya manusia,
sehingga bisa memberikan kesejahteraan dan rasa keadilan pada masyarakat
banyak. Di sisi lain birokrasi sangat sarat dengan banyak tugas dan fungsi, karena
tidak saja hanya terfokus kepada pelayanan publik, tetapi juga bertugas dan
berfungsi sebagai motor pembangunan dan aktivitas pemberdayaan. Proses
reformasi yang harus dilakukan birokrasi nampaknya bukan hal yang mudah

karena harus memformat ulang dengan penuh kritik dan tindakan korektif struktur
dan konfigurasi birokrasi itu dari yang serba sakral feodal ke serba rasional dan
profesional.
Kita sebagai makhluk hidup senantiasa melakukan tindakan-tindakan
untuk mencapai tujuan tertentu. Tindakan merupakan suatu perbuatan, perilaku,
atau aksi yang dilakukan oleh manusia sepanjang hidupnya guna mencapai tujuan
tertentu. Keinginan dari reformasi birokrasi dijawab Gubernur Jakarta dengan
kebijakan lelang jabatan dengan adanya tes seleksi untuk masuk ke dalam
birokrasi. Dalam Reformasi Pemerintahan, pasangan gubernur dan wakil gubernur
Jokowi-Ahok membuat kebijakan lelang jabatan lurah untuk meningkatkan
pelayanan dan profesionalisme aparatur public.
Lelang jabatan diterapkan untuk kepala desa atau lurah. Dalam lelang
jabatan Lurah Susan berhasil lolos seleksi di tempatkan di daerah Lenteng Agung,
namun yang terjadi ada penolakan waraga Lenteng Agung.

2

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Yang dimaksud birokrasi adalah penyelenggaraan kegiataan administrasi

(negara) yang melibatkan pegawai-pegawai (pemerintahan) yang mengurusi atau
mengatur kelengkapan kewajiban masyarakat dalam administrasi.
Weber dalam Sri Yuliani 2010:20 macam dari tipe ideal Weber 3
Approches antara lain:
a.

Tipe Ideal Historis
Terkait dengan fenomena yang ditemukan pada epos sejarah tertentu
atau yang bersinggungan dengan beberapa periode historis dan masyarakat.
1. Birokrasi dipandang sebagai rasionalisme prosedur pemerintahan
dan aparat administrasi publik. Makna ini adalah sejalan dengan ide
Weber tentang birokrasi, dan oleh Evers dinamakan Birokrasi
Weber (BW).
2. Birokrasi dipandang sebagai bentuk organisasi yang membengkak
dan jumlah pegawai yang besar. Konsep inilah yang sering disebut
Parkinson Law.
3. Birokrasi dipandang sebagai perluasan kekuasaan pemerintah
dengan maksud mengontrol kegiatan masyarakat

b.


Tipe Ideal Struktural/Dominasi
Merupakan bentuk sebab dan akibat dari tindakan sosial, contoh :
dominasi oleh kalangan elit.
1. Birokrasi Tradisional (bersumber pada Waktu)
Otorita tradisional meletakkan dasar-dasar legitimasi pada pola
pengawasan sebagaimana di berlakukan dimasa lampau dan yang
kini masih berlaku. Legitimasi amat dikaitkan dengan kewajiban
penduduk untuk menuangkan loyalitas pribadinya kepada siapa
yang menjadi kepalanya. Para pemegang otorita merasa takut untuk
merenggangkan cara pengerjaan tradisional, karena perubahan
berikutnya akan menggerogoti sumber-sumber legitimasinya.

3

2. Birokrasi Kharismatik (bersumber pada kepribadian)
Otorita ini timbul karena penghambaan seseorang kepada individu
yang memiliki hal-hal yang tidak biasa. Individu yang dipatuhi
tersebut misalnya mempunyai sikap heroik, ciri dan sifat pribadi
lainnya yang amat menonjol. Kedudukan seorang pemimpin

kharismatik tidaklah diancam oleh kriteria tradisional, seorang
pemimpin kharismatik tidaklah dibelenggu oleh aturan tradisional.
Pemimpin seperti ini dan segala komandonya selalu dipatuhi oleh
para pengikutnya yang dipandang dapat memimpinnya ke arah
pencapaian tujuannya. Para pengikut mematuhinya, karena
penghambaan diri, bukan karena hukum yang memaksanya untuk
patuh. Menurut Weber tipe otorita tradisional dan tipe kharismatik
terdapat dalam hampir semua aktivitas organisasi sebelum adanya
revolusi industri.
3. Birokrasi Legal-rasional (bersumber pada aturan-aturan yang legal)
Otorita ini didasarkan atas aturan yang bersifat tidak pribadi
impersonal yang ditetapkan secara legal. Kesetiaan atai kepatuhan
adalah manakala seseorang melaksanakan otorita kantornya hanya
dengan loyalitas fornal dan pimpinannya dan hanya dalam
jangkauan otorita kantornya. Otorita legal-raisonal memang
didasarkan atas aturan-aturan yang pasti. Aturan bisa saja terdapat
perubahan untuk dapat mengikuti perubahan yang terjadi didalam
lingkungannya secara sistematis, dan mengandung perkiraan masa
mendatang.
c.


Tipe Ideal Tindakan Sosial
Merupakan tipe tindakan murni yang didasarkan pada motivasi
pelaku, tindakan afektual, tindakan yang berkaitan dengan
perasaan.

4

1. Rasionalitas Instrumental (Zweckkrationalitat)
Tindakan ini dilakukan seseorang dengan memperhitungkan
kesesuaian antara cara yang digunakan dengan tujuan yang akan
dicapai. Rasionalitas sarana-tujuan adalah tindakan yang ditentukan
oleh harapan terhadap perilaku objek dalam lingkungan dan
perilaku manusia lain.
2. Rasionalitas yang Berorientasi Nilai (Wertrationalitat)
Tindakan ini bersifat rasional dan memperhitungkan manfaatnya,
tetapi tujuan yang hendak dicapai tidak terlalu dipentingkan oleh si
pelaku. Pelaku hanya beranggapan bahwa yang paling penting
tindakan itu termasuk dalam kriteria baik dan benar menurut
ukuran dan penilaian masyarakat di sekitarnya. Rasionalitas nilai

adalah tindakan yang ditentukan oleh keyakinan penuh kesadaran
akan nilai perilaku-perilaku etis, estetis, religius atau bentuk
perilaku lain, yang terlepas dari prospek keberhasilannya.
3. Tindakan Tradisional
Tindakan tradisional adalah tindakan yang ditentukan oleh cara
bertindak aktor yang biasa dan telah lazim dilakukan. Tindakan ini
merupakan tindakan yang tidak rasional. Seseorang melakukan
tindakan hanya karena kebiasaan yang berlaku dalam masyarakat
tanpa menyadari alasannya atau membuat perencanaan terlebih
dahulu mengenai tujuan dan cara yang akan digunakan.

5

BAB III
PEMBAHASAN DAN ANALISA
Setelah melihat beberapa video melalui youtube serta berita online
mengenai sikap warga yang menolak Lurah Susan di Lenteng Agung, sikap dari
Gubernur dan Wakil Gubernur Jakarta serta Mendagri, kelompok kami mencoba
menganalisa melalui tipe rasional ide atau pemikiran oleh Weber.
a.


Tipe Ideal Historis
Terkait dengan fenomena yang ditemukan dalam video bahwa Lurah

Susan hasil lelang jabatan dimenangkan Susan dengan meraih nilai 151,64 dengan
predikat cukup memuaskan sekali dengan melalui tahap-tahap proses seleksi
lelang jabata, dimulai dari tahap pertama seleksi administrasi, kemudian uji
kompetensi

bidang

yang

menguji

pengetahuannya

seputar

komunikasi,


kewilayahan, pemerintahan, analisis risiko, pemecahan masalah, dan membangun
kerja strategis. Selanjutnya uji kompetensi manajerial yang antara lain
menyampaikan visi dan misi, tes psikologi, tes kepemimpinan, dan wawancara
dan terakhir adalah uji kesehatan dan verifikasi dokumen, dengan kemenangan
tersebut maka Susan lelang jabatan ditempatkan di Lenteng Agung sebagai
pemimpin daerah, atas rekomendasi Gubernur untuk menjalankan kegiatan
pemerintahan tingkat desa.
b. Tipe Ideal Struktural/Dominasi
Merupakan bentuk sebab dan akibat dari tindakan sosial, contoh :
dominasi oleh kalangan elit.
1.

Birokrasi Tradisional (bersumber pada Waktu)
Mayoritas penduduk Lenteng Agung(didominasi oleh muslim), sejak
dahulu dalam birokrasi / pemimpin selalu seorang laki – laki atau yang
ber agama muslim

2.


Birokrasi Kharismatik (bersumber pada kepribadian)
Warga Lenteng Agung menganggap bahwa kepribadian Lurah Susan
kurang bersosialisasi dengan warganya.

6

Sikap Mendagri sebenarnya gagap untuk menjawab masalah tersebut,
dengan instan menyuruh dipindahkan agar masalah selesai, namun
sebaliknya ini menjadi bumerang.
Sikap Ahok sikap ini menjadikan kesan bahwa Ahok merupakan orang
yang arogan dan pembangkang oleh atasan.
3.

Birokrasi Legal-rasional (bersumber pada aturan-aturan yang legal)
Lurah Susan menerima tugas ditempatkan di LA melalui lelang jabatan
secara terbuka. Susan Jasmine Zulkifli, yang sebelumnya menjabat
Kepala Seksi Prasarana dan Sarana Kelurahan Senen, Jakarta Pusat itu
meraih nilai 151,64 dengan predikat cukup memuaskan sekali dan
dilantik sebagai Lurah Lenteng Agungdan siap dipindah tugaskan oleh
Gubernur

c.

Tindakan Rasional Instrumental
Tindakan ini dilakukan seseorang dengan memperhitungkan kesesuaian

antara cara yang digunakan dengan tujuan yang akan dicapai. Contoh : guna
menunjang kegiatan pemerintahan dalam memberikan pelayanan yang baik
Gubernur, kebijakan lelang jabatan untuk semua warga dengan syarat tertentu .
Berdasarkan contoh diatas tindakan yang dilakukan oleh Gubernur bahwa
dirinya mempertimbangkan dan menentukan sebuah pilihan yang sadar, dimana
pilihan dari tindakannya tersebut berhubungan dengan tujuannya untuk
memperoleh nilai yang baik dalam melihat keahlian seorang untuk menjadi
aparatur pemerintah sebagai penunjang untuk mencapai tujuan pemerintahan.
Gubernur menilai bahwa lelang dapat digunakan sebagai alat penunjang
untuk memperoleh nilai yang baik dari aparatur dari kemampuan. Dia
mempertimbangkan adanya seleksi merupakan bentuk inovasi, pertimbangan
tersebut rasional termasuk guna mencari aparatur dan konsekuensinya yang
mungkin dari beberapa alternative dipergunakan untuk menunjang pmerintahan
dan memperoleh nilai yang baik mencerminkan kinerja atas efisiensi dan
efektifitasnya. Gubernur menentukan pilihannya tersebut berdasarkan kegunaan

7

dan konsekuensinya, hal ini menunjukan bahwa pertimbangannya dilakukan
secara obyektif dengan tujuan yang akan dicapai.
d. Tindakan Rasional Berorientasi Nilai
Tindakan ini bersifat rasional dan memperhitungkan manfaatnya, tetapi
tujuan yang hendak dicapai tidak terlalu dipentingkan oleh si pelaku. Pelaku
hanya beranggapan bahwa yang paling penting tindakan itu termasuk dalam
kriteria baik dan benar menurut ukuran dan penilaian masyarakat di sekitarnya.
1.

Menempatkan Lurah Susan di Lenteng Agung (LA) tidak pas dan
tidak cocok oleh warga LA
Lurah Susan merupakan hasil dari lelang jabatan lurah di Jakarta.

Penempatan Lurah Susan dilakukan atas dasar rekomendasi oleh Gubernur,
sehingga hal ini merupakan sesuatu yang sudah dianggap pas dan cocok mampu
menjalankan tugas sebagai lurah dengan baik di LA. Namun nilai tersebut ditolak
oleh warga karena tidak sesuai dengan nilai di lingkungan LA, yg berorientasi
pada nilai agama,(di LA mayoritas berpenduduk muslim). Warga hanya melihat
pada satu nilai saja yaitu pada agama bukan pada prospek kinerja.
2.

Ucapan Lurah
“saya tetap aja seperti biasa bekerja, silahkan saja demo
itu mengluarkan aspresiasi namanya kerja saya bekerja,
saya siap dipindah jika atasan meminta.”
Hal ini dilakukan untuk meredam kemarahan warga Lenteng
Agung, meminta warga untuk menilai dari kinerjanya, dia juga siap
dipindah jika diminta Gubernur.

3.

Ucapan Jokowi :
“hanya akan mengevaluasi Lurah Susan berdasarkan
kinerjanya. Dia tidak akan memindahkan Lurah
berdasarkan keberatan warga atas agama yang dianut
lurah tersebut.”
Hal ini dilakukan untuk meredam kemarahan warga Lenteng
Agung sambil mencari solusi yang tepat meminta warga untuk menilai dari
kinerjanya.

8

e.

Tindakan Tradisional
Tindakan ini merupakan tindakan yang tidak rasional. Seseorang

melakukan tindakan hanya karena kebiasaan yang berlaku dalam masyarakat
tanpa menyadari alasannya atau membuat perencanaan terlebih dahulu mengenai
tujuan dan cara yang akan digunakan.
Penolakan warga Lenteng Agung terhadap Lurah Susan menggambarkan
bahwa tindakannya tidak rasional, dimana alat dan tujuan tidak dapat
diperhitungkan secara obyektif. Perilaku tersebut merupakan kebiasaan tanpa
sadar atau perencanaan yang sudah berjalan dari waktu ke waktu atau turun
temurun dalam massyarakat. Seseorang yang melakukan tindakan tersebutpun
tidak dapat menjelaskan secara jelas mengeai tujuan dari tindakannya itu. Warga
LA yang melakukan tindakan ini hanya percaya bahwa LA itu beroriantasi pada
satu agama, dan telah lama bahwa tidak ada aparatur non muslim di LA, selain itu
hadirnya Lurah Susan dianggap merubah kebiasaan warga yang biasanya.
M. ANDI PERDANA dalam www.tempo.co menuliskan :
“Nasri, 53 tahun, dan Rusli, 45 tahun, merupakan
warga asli Lenteng Agung. Keduanya sejak lahir menetap di
sini. Sebelumnya, kata Nasri, Lurah Lenteng Agung selalu pria
dan muslim. "Ini baru pertama kali," ujar Rusli. Menurut dia,
sesuai agama Islam, ia tak bisa menerima dipimpin oleh
seorang wanita, apalagi yang tak seagama.”
“Sebelum Susan, Kelurahan Lenteng Agung juga
dipimpin oleh seorang wanita, lurah Marsita. "Waktu itu ada
warga menolak, tapi ada juga yang menerima,"ujarnya. Lurah
Marsita akhirnya diterima karena muslim dan bisa hadir di
acara-acara pengajian atau ibadah lain. "Kalau lurah yang
sekarang, sama sekali tak pernah bisa hadir,"ujar Nasri.”
Moksa Hutasoit menuliskan dalam http://news.detik.com bahwa adanya
sikap lurah yang dianggap mengganggu akidah :
"Sekarang ucapan salam menjadi good morning, selamat
pagi, bonjour,"terang dia. Ruslan menerangkan, kata-kata itu
yang dipakai Susan kala bertemu warga. Dia menyampaikan
kekhawatirannya soal ucapan salam itu. "Ini bisa mengganggu
akidah,"terang dia.”

9

Namun karna kebiasaan tersebut sudah ada sejak dulu dan dianggap
benar, maka tindakan ini masih dipercayai untuk dilakukan dan jika tidak
dilakukan maka yang terjadi secara subyektif dirinya akan merasa bahwa dia telah
melanggar apa yang menjadi aturan dalam masyarakatnya serta akan mendapatkan
sanksi yang sifatnya alami (bukan dilakukan oleh masyarakat tapi merupakan
bencana dari alam atau kekuatan Tuhan).
Apabila dalam kelompok-kelompok atau masyarakat didominasi oleh
orientassi ini, maka kebiasaan dan institusi mereka didukung oleh kebiasaan atau
tradisi yang sudah lama mapan sebagai kerangka acuannya, yang diterima begitu
saja tanpa persoalan atau pertimbangan. Satu-satunya pembenaran yang dilakukan
adalah bahwa, “inilah cara yang sudah dilakukan nenek moyang kami, dan
demikian pula nenek moyang mereka sebelumnya, ini adalah cara yang sudah
begini dan akan selalu begini terus”. Tindakan seperti ini yg berkembang di suatu
masyarakat, seharusnya dengan bertahap di berikan pendalaman agar berkurang
dan agar tidak menjadi masyarakat primitif.
f.

Tindakan Afektif
Tipe tindakan ini ditandai oleh dominasi perasaan atau emosi tanpa

refleksi intelektual atau perencanaan yang sadar. Seseorsng yang sedang
mengalami perasaan meluap-luap seperti cinta, ketakutan, kemarahan, atau
kegembiraan, dan secara spontan mengungkapkan perasaan itu tanpa refleksi,
berarti sedang memperlihatkan tindakan afektif. Tindakan itu benar-benar tidak
rasional karena kurangnya pertimbangan yang logis, ideologi, atau kriteria
rasionalitas lainnya.
Tindakan ini sebagian besar dikuasai oleh perasaan atau emosi tanpa
pertimbangan-pertimbangan akal budi. Seringkali tindakan ini dilakukan tanpa
perencanaan matang dan tanpa kesadaran penuh. Jadi dapat dikatakan sebagai
reaksi spontan atas suatu peristiwa. Contohnya
a. Penolakan warga LA karena 5 alasan ini http://www.merdeka.com/
jakarta/5-alasan-lucu-warga-lenteng-agung-demo-lurah-susan/
ganti-ucapan-salam-dengan-good-morning.html :

10

1. Ganti ucapan salam dengan good morning
2. Tak hadiri pengajian
3. Tak nasionalis dan tidak menghormati pejuang bangsa
4. Tidak membuat warga sejahtera
5. Agama Susan berbeda dengan mayoritas warga
b. Ucapan dari Mendagri :
“……. pindahkan saja Lurah Susan dari LA karena sering
di demo bisa-bisa kinerjanya turun….”
Dengan ucapan mendagri yang spontan seperti itu bukanya
menyelesaikan masalah namun menimbulkan suatu polemik / masalah baru dari
statementnya. Hal ini dilakukan karena mendagri sebenarnya gagap untuk
menjawab masalah tersebut, dengan instan menyuruh dipindahkan agar masalah
selesai, namun sebaliknya ini menjadi bumerang. Mendagri Gamawan Fauzi
menyarankan Pemerintah Provinsi DKI Jakarta mengevaluasi Penempatan Lurah
Susan. Menurut dia ada prinsip the right man on the right place, the right man on
the right job dalam menempatkan pejabat publik.
c. Ucapan dari Ahok :
“Ini negara Pancasila, pemilihan pejabat bukan
ditentukan orang yang menolak atau tidak menolak,"kata
Basuki ketika ditemui usai memimpin Apel Siaga Banjir,
di silang barat Monas, Jumat, 27 September 2013. "Pak
Mendagri harus belajar lagi konstitusi kalau gitu,"
ujarnya.
“Basuki menjelaskan, dirinya dan Gubernur Joko Widodo
pun hanya dipilih oleh 52,7 persen warga Jakarta pada
2013 lalu."Sekarang saya tanya sama Mendagri, kalau ada
empat juta orang protes di Balai Kota menolak kami, apa
kami harus turun?"ujar dia.
Dia lalu menarik logika itu dalam kasus Lurah Susan.
Memang ada sekitar 100 orang yang berdemo meminta
dia dipindahkan. "Padahal warga Lenteng Agung ada
55.000, ini yang demo hanya 100 orang dan KTPnya
sebagian warga Depok,"kata Basuki. …”
“pindahkan juga itu Pak SBY kan juga sering didemo
nanti juga kinerjanya turun.”

11

Ucapan balasan Ahok merupakan sebuah reaksi sepontan yang didominasi
oleh perasaan Wagub, karena ingin membuka kesadaran masyarakat khususnya
LA untuk melihat dengan obyektif dari kinerja dan professionalismenya juga agar
mendagri agar tak melihat dengan sekilas dengan pikiran yg sempit.
Wakil Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama tak setuju dengan
pendapat Menteri Dalam Negeri Gamawan Fauzi soal Lurah Lenteng Agung
Susan Jasmine Zulkifli. Namun sikap ini menjadikan kesan bahwa Ahok
merupakan orang yang arogan dan pembangkang oleh atasan.

12

BAB IV
PENUTUP
a.

Kesimpulan
1. Gubernur memberikan kebijakan lelang sebagai bentuk reformasi
birokrasi
2. Lurah Susan merupakan hasil kegagalan dari Pasangan Gubernur Jakarta
untuk memahami warganya dari segi kebudayaan khususnya di LA
3. Kurangnya kedewasaan di antara warga dan para pejabat yang
berwenang karena adanya perang pendapat. (masih berpola pikir
tradisional)
4. Dari analisa weber
a. Tipe Ideal Historis
Sikap Lurah Susan hasil lelang jabatan dimenangkan Susan, dengan
kemenangan tersebut maka Susan lelang jabatan ditempatkan di Lenteng
Agung sebagai pemimpin daerah, atas rekomendasi Gubernur untuk
menjalankan kegiatan pemerintahan tingkat desa.
b. Tipe Ideal Struktural/Dominasi
1. Birokrasi Tradisional (bersumber pada Waktu)
Sikap Warga LA
2. Birokrasi Kharismatik (bersumber pada kepribadian)
Kepribadian Lurah Susan Sikap Mendagri
Sikap Ahok sikap
3. Birokrasi Legal-rasional (bersumber pada aturan-aturan yang
legal)
Lurah Susan menerima tugas ditempatkan di LA melalui
lelang jabatan secara terbuka.

c. Tindakan Rasional Instrumental

13

Guna menunjang kegiatan pemerintahan dalam memberikan
pelayanan yang baik Gubernur, kebijakan lelang jabatan untuk
semua warga dengan syarat tertentu .
d. Tindakan Rasional Berorientasi Nilai
1. Menempatkan Lurah Susan di Lenteng Agung (LA) tidak
pas dan tidak cocok oleh warga LA
Lurah Susan merupakan hasil dari lelang jabatan
lurah di Jakarta. Penempatan Lurah Susan dilakukan atas
dasar rekomendasi oleh Gubernur, sehingga hal ini
merupakan sesuatu yang sudah dianggap pas dan cocok
mampu menjalankan tugas sebagai lurah dengan baik di
LA. Namun nilai tersebut ditolak oleh warga karena tidak
sesuai dengan nilai di lingkungan LA, yg berorientasi pada
nilai agama,(di LA mayoritas berpenduduk muslim). Warga
hanya melihat pada satu nilai saja yaitu pada agama bukan
pada prospek kinerja.
2. Ucapan Lurah
Hal ini dilakukan untuk meredam kemarahan warga
Lenteng Agung, meminta warga untuk menilai dari
kinerjanya, dia juga siap dipindah jika diminta Gubernur.
3. Ucapan Jokowi :
Hal ini dilakukan untuk meredam kemarahan warga
Lenteng Agung sambil mencari solusi yang tepat meminta
warga untuk menilai dari kinerjanya.
e. Tindakan Tradisional
Penolakan warga Lenteng Agung terhadap Lurah Susan
menggambarkan bahwa tindakannya tidak rasional, dimana alat
dan tujuan tidak dapat diperhitungkan secara obyektif. Perilaku
tersebut merupakan kebiasaan tanpa sadar atau perencanaan yang
sudah berjalan dari waktu ke waktu atau turun temurun dalam
massyarakat. Seseorang yang melakukan tindakan tersebutpun

14

tidak dapat menjelaskan secara jelas mengeai tujuan dari
tindakannya itu. Warga LA yang melakukan tindakan ini hanya
percaya bahwa LA itu beroriantasi pada satu agama, dan telah lama
bahwa tidak ada aparatur non muslim di LA, selain itu hadirnya
Lurah Susan dianggap merubah kebiasaan warga yang biasanya.
f. Tindakan Afektif
a. Penolakan warga LA karena 5 alasan :
1. Ganti ucapan salam dengan good morning
2. Tak hadiri pengajian
3. Tak nasionalis dan tidak menghormati pejuang
bangsa
4. Tidak membuat warga sejahtera
5. Agama Susan berbeda dengan mayoritas warga
b. Ucapan dari Mendagri :
Dengan ucapan mendagri yang spontan seperti itu bukanya
menyelesaikan masalah namun menimbulkan suatu polemik /
masalah baru dari statementnya.
c. Ucapan dari Ahok :
Ucapan balasan Ahok merupakan sebuah reaksi sepontan
yang didominasi oleh perasaan Wagub, karena ingin membuka
kesadaran masyarakat khususnya LA untuk melihat dengan
obyektif dari kinerja dan professionalismenya juga agar
mendagri agar tak melihat dengan sekilas dengan pikiran yg
sempit.
b.

Saran
1. Permasalahan diselesaian dengan duduk bersama antara Jokowidodo
Lurah Susan Warga membicarakan solusi
2. Mendagri harus menyikapi sebagai negarawan begitu juga dengan Ahok
yang terkesan arogan membantah atasan.
3. Jokowi tidak hanya blusukan tetapi juga harus memahami kebudayaan
warganya.
4. Warga lebih terbuka untuk melihat pemimpin dari segi kinerja
DAFTAR PUSTAKA

15

George Ritzer & Douglas J. Goodman, Teori sosiologi. 2008. Yogyakarta : Kreasi
Wacana. Halaman 129 – 132.
Yuliani Sri, Dra, M.Si, Sudarmo, Retno Suryawati. 2010. Pengantar Ilmu
Administrasi

Negara.

Surakarta:

FISIP

Universitas

Sebelas Maret.
Teori-teori Sosiologi Klasik dan Modern. Jilid 1 (terjemahan oleh Robert M. Z.
Lawang). Doyle Paul Johnson. 1986.
Sumber Berita
http://news.detik.com/read/2013/09/25/101722/2368641/10/pendemo-lurah-susanucapan-salam-di-lenteng-agung-jadi-good-morning
http://www.merdeka.com/jakarta/5-alasan-lucu-warga-lenteng-agung-demo-lurahsusan/ganti-ucapan-salam-dengan-good-morning.html
http://www.tempo.co/read/news/2013/08/28/064508198/Demo-Lurah-SusanDigerakkan-Dua-Tokoh-Ini/1/1
Sumber Video “
http://cdn.media.innity.net/201309_8721/29579/C88230_1.flv
http://static.liputan6.com/201309/polemik-lurah-susan-130928c_my.mp4
http://static.liputan6.com/201309/demo-susan-130925c_my.mp4
http://static.liputan6.com/201309/lurah-lenteng-130925-b_my.mp4
http://static.liputan6.com/201309/lurah-susan-130926a_my.mp4
http://www.youtube.com/watch?v=wunctUM5CnA
http://www.youtube.com/watch?v=Z9DDkZVeh3s
http://www.youtube.com/watch?v=SF34m5R2KtY
http://www.youtube.com/watch?v=7P_zijzPGoE
http://www.youtube.com/watch?v=RoVl6vCxwz4
http://www.youtube.com/watch?v=DQDqzVCRzOs

16