PEMBELAJARAN MENULIS ANEKDOT SISWA SMA K
PEMBELAJARAN MENULIS ANEKDOT SISWA SMA KELAS X
Nanang Setyo Pamuji ¹
Imam Suyitno ²
Mudjianto ²
Email: [email protected]
Universitas Negeri Malang, Jalan Semarang No. 5 Malang
Abstract : The purpose of this study is to describe the planning, execution, and assessment
of learning to write anecdotes class X SMA Negeri 1 Kepanjen. This study used a
qualitative approach and descriptive design. The data in this study consisted of planning
data, the data implementation, and assessment data. Planning data in the form of the RPP.
Implementation data in the form of speech and interaction of teachers and students.
Assessment data in the form of implementation of assessment processes and outcomes
assessment. Data analysis includes the data collection, data reduction, data presentation, and
inference data. The results of this study is the description of learning to write anecdotes in
class X in the form of planning, implementation, and assessment.
Key words : learning, writing anecdotes, planning, implementation, and assessment.
Abstrak : Tujuan penelitian ini adalah mendeskripsikan perencanaan, pelaksanaan, dan
penilaian pembelajaran menulis anekdot siswa kelas X SMA Negeri 1 Kepanjen. Penelitian
ini menggunakan pendekatan kualitatif dan desain deskriptif. Data dalam penelitian ini
terdiri dari data perencanaan, data pelaksanaan, dan data penilaian. Data perencanaan berupa
perangkat RPP. Data pelaksanaan berupa tuturan dan interaksi guru dan siswa. Data
penilaian berupa pelaksanaan penilaian proses dan pelaksanaan penilaian hasil. Analisis data
meliputi pengumpulan data, reduksi data, penyajian data, dan penyimpulan data. Hasil
penelitian ini adalah deskripsi tentang pembelajaran menulis anekdot di kelas X yang berupa
perencanaan, pelaksanaan, dan penilaian.
Kata-kata kunci : pembelajaran, menulis anekdot, perencanaan, pelaksanaan, dan
penilaian.
Menulis merupakan aspek ketrampilan berbahasa yang lengkap. Menulis
merupakan ketrampilan berbahasa yang lengkap karena aspek menulis merupakan hasil
kematangan individu dalam aspek mendengar, aspek membaca, dan aspek berbicara
sehingga dapat disimpulkan bahwa kualitas tulisan siswa tergantung pada kemampuan
individu dalam aspek mendengarkan, aspek membaca, dan aspek berbicara. “Menulis
disebut sebagai ketrampilan berbahasa yang kompleks karena berkaitan dengan ketrampilan
mendengarkan, berbicara, dan membaca” (Ghazali, 2010:310).
¹ Nanang Setyo Pamuji adalah mahasiswa Universitas Negeri Malang (UM). Artikel ini diangkat dari Skripsi
Sarjana Pendidikan Universitas Negeri Malang.
² Imam Suyitno dan Mudjianto adalah Dosen Jurusan Sastra Indonesia, Fakultas Sastra, Universitas Negeri
Malang (UM).
1
2
Salah satu mata pelajaran dalam menulis adalah menulis teks anekdot. “Anekdot
merupakan cerita lucu yang sengaja dibuat agar dapat menghibur pembaca atau pendengar”
(Wachid, 2010:28). Dalam matapelajaran anekdot peserta didik dituntut agar mampu
menulis anekdot berdasarkan struktur isi dan ciri teks anekdot. Struktur isi terdiri dari
abstraksi, orientasi, krisis, reaksi, dan koda. Ciri teks anekdot bersifat sindiran, lucu, protes
sosial, dan dari tokoh penting maupun tokoh rekaan.
Pembelajaran menulis anekdot terbagi menjadi tiga kegiatan, yaitu (1) perencanaan,
(2) pelaksanaan, dan (3) penilaian. Peran pendidik begitu sentral dalam pembelajaran.
Pendidik dituntut untuk mampu membuat perencanaan, pelaksanaan, dan juga penilaian
yang sesuai dengan tujuan pembelajaran, mengemasnya semenarik mungkin sehingga
mampu mendorong motivasi dan membangkitkan semangat belajar siswa. Yusi (2012:4)
menyatakan “ketercapaiannya tujuan pembelajaran juga bergantung pada kemampuan guru
sebagai perencana, pelaksana, dan penilai”. Selain itu, perencanaan, pelaksanaan, dan
penilaian harus disesuaikan dengan kurikulum yang berlaku hal ini agar tidak terjadi
perbedaan dengan tujuan pembelajaran yang ditetapkan pemerintah.
Dalam perencanaan pembelajaran pendidik harus mampu membuat RPP yang
lengkap dan sistematis agar pembelajaran berlangsung secara interaktif, inspiratif,
menyenangkan, menantang, efisien, memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi aktif,
serta memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa, kreativitas, dan kemandirian sesuai
dengan bakat, minat, dan perkembangan fisik serta psikologis peserta didik (Permendikbud
no. 65 th 2013). Pada pelaksanaan pembelajaran pendidik harus mampu
mengimplementasikan RPP (Rencana Pelaksanaan Pembelajaran) dalam pelaksanaan
pembelajaran. Kegiatan yang harus terpenuhi dalam pelaksanaan pembelajaran adalah
adanya kegiatan pendahuluan, kegiatan inti, dan kegiatan penutup. Selain itu, dalam
penilaian pembelajaran pendidik melakukan penilaian dari dua aspek yaitu penilaian proses
dan penilaian hasil menulis anekdot.
Penelitian pembelajaran menulis anekdot perlu dilakukan karena menulis anekdot
adalah materi baru dalam pelajaran Bahasa Indonesia sehingga masih minim penelitian
yang menyangkut pembelajaran menulis anekdot. Selain itu, menulis anekdot juga penting
bagi siswa setelah lulus nanti hal ini dikarenakan cerita anekdot apabila dibukukan dan
diterbitkan dapat bernilai ekonomi bagi siswa yang menekuninya sehingga diperlukan
pembelajaran menulis anekdot yang benar-benar mampu menunjang katercapaiannya
tujuan pembelajaran tersebut.
Penelitian terdahulu mengenai pembelajaran menulis dilakukan oleh Anandhita
Rahmaning Yusi yang berjudul “Pembelajaran Menulis Surat Dinas Siswa Kelas VIII C
SMP Negeri Kalipare Tahun Pelajaran 2011/2012”. Penelitian ini mengkaji tentang
perencanaan, pelaksanaan, dan penilaian menulis surat dinas siswa kelas VII SMP.
Perbedaan penelitian Anandhita Rahmaning Putri dengan penelitian ini adalah kompetensi
dasar yang diteliti. Kompetensi menulis teks anekdot merupakan salah satu kompetensi
yang ada dalam kurikulum 2013 yang memiliki perbedaan dalam segi pembelajaran. Oleh
karena itu, peneliti melakukan penelitian tentang “Pembelajaran Menulis Teks Anekdot Di
Kelas X Sman 1 Kepanjen”.
3
Tujuan dari penelitian ini, yaitu mendeskripsikan tentang (1) perencanaan
pembelajaran menulis teks anekdot, (2) pelaksanaan pembelajaran menulis teks anekdot,
dan (3) penilaian pembelajaran menulis teks anekdot. Melalui deskripsi tentang
perencanaan, pelaksanaan, dan penilaian ini, akan memberikan inspirasi bagi guru agar
lebih kreatif dan inovatif dalam melaksanakan pembelajaran menulis teks anekdot. Selain
itu, penelitian ini dapat menjadi bahan refleksi bagi sekolah, khususnya dalam
pembelajaran Bahasa Indonesia.
METODE
Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan jenis deskriptif. Dalam
penelitian ini peneliti mengumpulkan data berdasarkan deskripsi-deskripsi latar alamiah
tanpa adanya manipulasi untuk menunjang penelitian. Penelitian ini memaparkan data
secara deskriptif, yaitu peneliti berusaha untuk menggambarkan bagaimana perencanaan,
pelaksanaan, dan penilaian dalam pembelajaran menulis anekdot di kelas X. Peneliti
bertindak hanya sebagai observer tanpa ikut serta dalam proses belajar mengajar
berlangsung pada pembelajaran menulis anekdot mulai dari awal sampai berakhirnya
pembelajaran. Dalam melakukan observasi peneliti sebisa mungkin tidak mengganggu
proses belajar mengajar berlangsung hal ini sebagai upaya peneliti untuk menciptakan
suasana alamiah yang menjadi tolak ukur penelitian ini. Lokasi penelitian ini adalah SMA
Negeri 1 Kepanjen kelas X. Penelitian ini berlangsung selama dua hari yaitu pada tanggal
27 - 28 Januari 2014.
Data dalam penelitian ini dibagi atas tiga bagian, yaitu (1) data perencanaan menulis
anekdot, (2) data pelaksanaan menulis anekdot, dan (3) data penilaian menulis anekdot.
Data perencanaan menulis anekdot berupa komponen RPP, meliputi identitas RPP,
kompetensi inti, kompetensi dasar dan indikator, tujuan pembelajaran, materi pembelajaran,
pendekatan, model pembelajaran, metode, langkah-langkah pembelajaran, dan penilaian.
Data pelaksanaan menulis anekdot berupa informasi saat pelaksanaan pembelajaran
meliputi tuturan dan interaksi guru dan siswa. Data penilaian menulis anekdot berupa
informasi pelaksanaan penilaian proses dan penilaian hasil. Sumber data dalam penelitian
ini, yaitu (1) data perencanaan pembelajaran bersumber dari transkrip wawancara dan hasil
studi dokumen komponen RPP, (2) data pelaksanaan pembelajaran bersumber dari hasil
observasi dan transkrip dialog guru dan siswa, dan (3) data penilaian pembelajaran
bersumber dari hasil studi dokumen perangkat penilaian dan hasil observasi pelaksanaan
penilaian.
Prosedur pengumpulan data dilakukan dengan lima teknik pengumpulan data yaitu
wawancara, observasi, studi dokumen perekaman, dan pencatatan. Wawancara yang
dilakukan adalah wawancara langsung antara guru dengan peneliti. Observasi yang
dilakukan adalah observasi partisipan penuh. Observasi partisipan penuh dilakukan karena
peneliti hanya mengamati aktivitas pembelajaran yang sedang berlangsung. Perekaman
dilakukan untuk mendapatkan data berupa tuturan dan interaksi antara guru dan siswa.
Setelah perekaman selesai, pencatatan dilakukan untuk mentranskrip hasil rekam. Studi
dokumen digunakan untuk mendeskripsikan komponen RPP. Instrumen penelitian berupa
pedoman observasi, pedoman wawancara, pedoman studi dokumen, dan alat perekam audio
visual. Pedoman observasi digunakan untuk mengamati pelaksanaan pembelajaran yang
sedang berlangsung. Pedoman wawancara digunakan untuk menggali informasi tentang
4
penyusunan RPP. Pedoman studi dokumen digunakan untuk mendeskripsikan komponen
RPP. Alat perekam audio visual digunakan untuk merekam tuturan dan interaksi antara guru
dan siswa. Tahapan dalam prosedur pengumpulan data yaitu peneliti datang langsung untuk
melakukan wawancara, perekaman, observasi, analisis RPP pembelajaran menulis anekdot
kemudian peneliti melakukan transkrip data terhadap hasil rekaman.
Analisis data dalam penelitian ini bertujuan untuk pemerolehan informasi tentang
pembelajaran menulis anekdot di kelas X. Analisis data dilakukan setelah data terkumpul
secara keseluruhan. Data analisis diperoleh dari wawancara, lembar observasi, studi
dokumen, dan trankrip rekaman. Langkah-langkah analisis data, meliputi (1) pengumpulan
data, (2) reduksi data, (3) penyajian data, dan (4) penyimpulan data. Agar keabsahan dapat
terjaga peneliti melakukan triangulangi yang berupa (1) mencari bahan referensi dengan
membaca, mengecek temuan secara berulang-ulang agar peneliti menemukan kekurangan
dan memperbaikinya, (2) Berdiskusi dengan dosen pembimbing, dan (3) berdiskusi dengan
guru bahasa Indonesia kelas X. Tahap-tahap penelitian dimulai dari tahap perencanaan,
pelaksanaan, dan tahap penyelesaian
HASIL PENELITIAN
Hasil dari penelitian ini terbagi menjadi tiga bagian yaitu, (1) perencanaan
pembelajaran menulis anekdot, (2) pelaksanaan pembelajaran menulis anekdot, dan (3)
penilaian pembelajaran menulis anekdot.
Perencanaan Pembelajaran Menulis Anekdot
Proses guru dalam menyusun RPP berpedoman pada KI, KD kemudian berdasarkan
KI dan KD guru merumuskan indikator dan tujuan pembelajaran setelah indikator dan
tujuan pembelajaran dirumuskan barulah guru menyusun materi, metode, media, alat,
sumber belajar, kegiatan pembelajaran, dan penilaian. RPP yang disusun oleh guru terdapat
upaya untuk menumbuhkan KI 1, membentuk KI 2, mengembangkan KI 3, dan
mengaktifkan KI 4. Selain itu, RPP yang disusun oleh guru menerapkan pendekatan
saintifik berupa aktivitas mengamati, aktivitas menganalisis, aktivitas membentuk jejaring,
aktivitas mencoba, aktivitas mengomunikasikan, aktivitas mengevaluasi, aktivitas menalar,
dan aktivitas mencipta.
Pelaksanaan Pembelajaran Menulis Anekdot
Proses pelaksanaan pembelajaran terdapat aktivitas guru berupa mengarahkan siswa
untuk membaca teks anekdot, mengarahkan siswa mengomentari teks anekdot,
mengarahkan siswa menulis anekdot secara individu dan kelompok, membenarkan
kesalahan siswa dalam membaca dan berbicara, serta memberi kesempatan pada siswa yang
kurang aktif. Aktivitas siswa berupa membaca teks anekdot, mengomentari teks anekdot,
menulis anekdot secara berkelompok, dan menulis anekdot secara individu. Interaksi antara
guru dan siswa berupa tanya jawab perihal materi anekdot yang belum diketahui siswa,
tanya jawab perihal struktur dan ciri teks anekdot yang dibacakan sekaligus dikarang siswa.
Interaksi antara siswa dan siswa tanya jawab perihal struktur isi dan ciri anekdot yang
dikarang siswa. Dalam pelaksanaan pembelajaran terdapat implementasi penumbuhan KI 1,
pembentukan KI 2, pengembangan KI 3, dan pengaktifan KI 4. Selain itu, dalam proses
pelaksanaan pembelajaran terdapat implementasi pendekatan saintifik berupa aktivitas
5
siswa dalam mengomunikasikan, mencoba, menganalisis, mencipta, membentuk jejaring,
menalar, dan menanya.
Penilaian Pembelajaran Menulis Anekdot
Pada penilaian proses dilakukan oleh guru sendiri disaat pelaksanaan pembelajaran
berlangsung. Nilai proses dicatat sendiri oleh guru. Catatan nilai proses yang dilakukan
oleh guru berpedoman pada lembar observasi yang telah dilengkapi dengan kriteria dan
deskriptor tetapi guru tidak memberikan catatan khusus tentang kemajuan dan hambatan
yang dialami oleh siswa. Aspek yang dinilai pada penilaian proses yaitu aktivitas, antusias,
dan partisipasi. Pada penilaian hasil dilakukan oleh guru setelah tugas menulis anekdot
dikumpulkan. Dalam penilaian hasil guru tidak memberikan catatan berupa nilai atau tanda
tangan pada karangan teks siswa. Penilaian hasil dilaksanakan oleh guru di luar jam
pelajaran berpedoman pada rubrik penilaian yang dilengkapi kriteria dan diskriptor. Aspek
yang dinilai oleh guru dalam penilaian hasil meliputi: penulisan isi, struktur, kosakata, dan,
kalimat.
PEMBAHASAN
Pembahasan pembelajajaran menulis anekdot terbagi menjadi tiga aspek yaitu (1)
pembahasan perencanaan pembelajaran, (2) pembahasan pelaksanaan pembelajaran, dan (3)
pembahasan penilaian pembelajaran. Pembahasan perencanaan pembelajaran meliputi
pembuatan RPP. Pembahasan pelaksanaan pembelajaran meliputi kegiatan awal, kegiatan
inti, dan kegiatan penutup. Pembahasan penilaian pembelajaran meliputi penilaian proses
dan penilaian hasil.
Pembahasan Perencanaan Pembelajaran Menulis Anedot
Berdasarkan paparan data dan temuan penelitian berupa RPP dapat disimpulkan
bahwa RPP guru SMA Negeri 1 Kepanjen Malang terdiri dari komponen (1) identitas RPP,
(2) KI, (3) KD dan indikator pencapaian kompetensi, (4) tujuan pembelajaran, (5) metode
pembelajaran, (6) media, alat, dan sumber pembelajaran, (7) materi pembelajaran, (8)
kegiatan pembelajaran, dan (9) penilaian pembelajaran. Permendikbud no. 65 th 2013
memaparkan komponen dalam RPP, meliputi (1) identitas sekolah, (2) identitas mata
pelajaran atau tema/subtema, (3) kelas/semester, (4) materi pokok, (5) alokasi waktu, (6)
tujuan pembelajaran, (7) kompetensi dasar dan indikator pencapaian kompetensi, (8) materi
pembelajaran, (9) metode pembelajaran, (10) media pembelajaran, (11) sumber belajar, (12)
langkah-langkah pembelajaran, (13) penilaian hasil pembelajaran.
KI yang ada dalam RPP SMA Negeri 1 Kepanjen Malang terdiri dari KI 1 yaitu
kompetensi inti sikap spiritual, KI 2 yaitu kompetensi inti sikap sosial, KI 3 yaitu
kompetensi inti pengetahuan, dan KI 4 kompetensi inti ketrampilan. Dalam RPP guru telah
mengambarkan upaya dalam mewujudkan KI 1, KI 2, KI 3, dan KI 4. Permendikbud no. 67
th 2013 memaparkan bahwa dalam menyusun KI guru harus memasukkan keempat KI
mulai dari KI 1 untuk sikap religius, KI 2 untuk sikap sosial, KI 3 untuk pengetahuan, dan
KI 4 untuk ketrampilan.
KD dalam RPP SMA Negeri 1 Kepanjen Malang terdiri dari KD 1 untuk
menjabarkan KI 1 dalam aspek sikap spiritual, KD 2 untuk menjabarkan KI 2 dalam aspek
6
sikap sosial, KD 3 untuk menjabarkan KI 3 dalam aspek pengetahuan, dan KD 4 untuk
menjabarkan KI 4 dalam aspek ketrampilan. Permendikbud no. 67 th 2013 memaparkan
dengan jelas peran KD dalam kurikulum 2013 sebagai berikut kelompok 1: kelompok
kompetensi dasar sikap spiritual dalam rangka menjabarkan KI-1; kelompok 2: kelompok
kompetensi dasar sikap sosial dalam rangka menjabarkan KI-2; kelompok 3: kelompok
kompetensi dasar pengetahuan dalam rangka menjabarkan KI-3; dan kelompok 4:
kelompok kompetensi dasar keterampilan dalam rangka menjabarkan KI-4.
Indikator yang disusun oleh guru berpedoman pada KD kemudian guru
menjabarkan KD dalam kompetensi yang lebih terperinci dalam bentuk indikator. Mulyasa
(2010:205) menyatakan bahwa “indikator merupakan penjabaran dari KD yang
menunjukkan tanda-tanda, perbuatan dan respon yang dilakukan atau ditampilakan oleh
peserta didik”. Indikator yang disusun oleh guru berdasarkan empat aspek yang ada pada
KD yaitu aspek sikap religius, aspek sikap sosial, aspek pengetahuan, dan aspek
ketrampilan. Indikator yang disusun oleh guru juga sudah menggunakan kata-kata
operasional yang dapat diukur. Hal ini dapat dilihat dari indikator yang disusun oleh guru
telah memuat aspek-aspek yang ingin dicapai sekaligus aspek-aspek yang dinilai dalam
pembelajaran menulis anekdot. Selain itu, indikator yang disusun oleh guru telah
dipaparkan secara jelas dan sistematis.
Tujuan pembelajaran yang disusun oleh guru berpedoman pada KI, KD, dan
indikator tetapi lebih fokus pada tercapainya indikator pembelajaran. Isdissusilo (2012:30)
menjelaskan bahwa “tujuan pembelajaran dirumuskan berdasarkan SK, KD, dan indikator
yang telah ditentukan”. Tujuan pembelajaran yang disusun oleh guru yaitu dengan
menambahkan kata-kata yang menunjukkan tercapainya indikator sehingga dapat
disimpulkan tujuan pembelajaran merupakan pencapaian indikator pembelajaran. Seperti
indikator sebelumnya tujuan pembelajaran terdiri dari aspek sikap spiritual, aspek sikap
sosial, aspek pengetahuan, dan aspek ketrampilan. Arikunto (2003:
132—133)
menjelaskan bahwa “tujuan pembelajaran hendaknya menggambarkan pengetahuan,
kemampuan, keterampilan, dan sikap yang harus dimiliki oleh siswa sebagai akibat dari
hasil pengajaran yang dinyatakan dalam bentuk tingkah laku”. Tujuan pembelajaran yang
telah dibuat guru telah mengukur kemampuan, keterampilan, dan sikap/tingkah laku siswa.
Selain itu, tujuan pembelajaran yang disusun oleh guru telah disesuaikan dengan karakter
peserta didik, kondisi sekolah, dan hasil yang diinginkan.
Materi yang disusun oleh guru bersumber pada buku penunjang terbitan pemerintah,
dari internet, buku terbitan erlangga dan bumi aksara. Isdissusilo (2012:150) menjelaskan
“materi pembelajaran merupakan pengetahuan, ketrampilan, dan sikap yang harus dikuasai
peserta didik dalam rangka memenuhi SK yang diterapkan, materi yang ditentukan dalam
kegiatan pembelajaran seharusnya adalah materi yang benar-benar menunjang tercapainya
SK dan KD, serta tercapaianya indikator”. Materi yang tercantum dalam RPP hanya berupa
poin-poinnya saja tanpa dijelaskan secara lebih spesifik. Materi yang tercantum dalam RPP
bersumber dari buku penunjang Ekspresi Diri yang diterbitkan dari pemerintah dan juga
dari internet. Jika dilihat dari kacamata teoritis materi yang dicantumkan oleh guru sudah
benar secara teori. Maryono, dkk (2013) menyatakan bahwa struktur anekdot terdiri dari
abstraksi, orientasi, krisis, reaksi, dan koda. Selain itu, Suprapto (1993:11) menyatakan
bahwa “anekdot adalah cerita singkat yang menarik karena lucu dan mengesankan,
biasanya mengenai orang penting atau tokoh dalam masyarakat, tentang isinya belum tentu
7
benar”. Materi yang disusun oleh guru berupa fakta, konsep, dan prosedur. Materi yang
disusun oleh guru masih kurang lengkap yaitu kurang adanya prinsip. Hanfiah & Suhana
(2012:121) yang menjelaskan bahwa “materi ajar memuat fakta, konsep, prinsip, dan
prosedur yang relevan, serta ditulis dalam butir-butir sesuai dengan rumusan indikator
pencapaian kompetensi”.
Guru dalam memilih media yang menarik didasari pada contoh-contoh kongkrit
agar siswa menjadi lebih paham. Media yang dipakai guru sudah efektif karena contohnya
berupa contoh yang sistematis mulai dari yang lengkap strukturnya sampai yang tidak
lengkap. Media yang digunakan oleh guru sudah sesuai dengan materi yang akan diajarkan
yaitu menulis anekdot. Slameto (2003:37) menjelaskan bahwa “dengan menggunakan
bermacam-macam media akan lebih menarik perhatian siswa, lebih merangsang siswa
untuk berfikir, dan diharapkan dapat membina serta membuat alat-alat media yang
sederhana, praktis, dan ekonomis, tapi efektif untuk pengajaran”. Alat/bahan yang
digunakan oleh guru telah memanfaatkan kondisi kelas yaitu dengan menggunakan lcd
proyektor yang ada di dalam kelas. Sumber belajar yang digunakan oleh guru telah
menggunakan sumber yang benar yaitu buku yang diterbitkan oleh pemerintah sebagai
buku pembelajaran utama Bahasa Indonesia dan beberapa tambahan dari internet.
Metode yang disusun oleh guru berpedoman pada pendekatan saintifik sesuai
dengan kurikulum 2013. Selain itu, guru juga menggunakan teknik BTB yaitu baca, tulis,
dan bicara. Teknik yang digunakan oleh guru ini sudah mampu membuat siswa antusias
untuk belajar dan teknik tersebut sudah disesuaikan dengan kondisi sekolah yaitu dengan
memanfaatkan lcd proyektor, disesuaikan dengan kondisi siswa yaitu siswa cukup ramai
dalam bicara sehingga guru mengalihkannya pada aktivitas baca dan bicara, sedangkan
teknik tulis disesuaikan dengan indikator yang ingin dicapai yaitu menulis anekdot. Metode
yang digunakan sudah melibatkan siswa dalam menemukan prosedur, konsep, dan struktur
yang ada dalam teks anekdot. Metode yang digunakan juga sudah sesuai dengan materi dan
tujuan dari pembelajaran menulis anekdot. Isdissusilo (2012:25-26) menjelaskan bahwa
“metode pembelajaran digunakan untuk mewujudkan suasana belajar dan proses
pembelajaran agar peserta didik mencapai KD atau seperangkat indikator yang telah
ditetapkan”. Pemilihan metode disesuaikan dengan situasai dan kondisi peserta didik, serta
karakter dari setiap indikator dan kompetensi yang hendak dicapai pada setiap
matapelajaran.
Guru dalam menyusun kegiatan pembelajaran berlandaskan pada ketuntasan
indikator. Langkah-langkah yang disusun oleh guru diawali dengan melihat KI, KD,
indikator yang kemudian dirumuskan dalam materi dan tujuan dalam kegiatan
pembelajaran. Isdisusilo (2012:159) menjelaskan bahwa indikator merupakan pedoman
dalam mendesain kegiatan pembelajaran. Guru juga merasa bahwa perencanaan kegiatan
pembelajaran yang disusun sudah dapat menuntaskan ketercapaian tujuan pembelajaran
karena kegiatannya sudah berurutan mulai kegiatan awal, kegiatan inti, dan kegiatan
penutup. Wahyudi dan Ibrahim (2012:20) menjelaskan bahwa “langkah-langkah kegiatan
pembelajaran memuat unsur kegiatan pendahuluan/pembuka, inti, dan penutup”. Kegiatan
pembelajaran yang direncanakan oleh guru lebih terfokus pada keaktifan siswa dalam
proses belajar hal ini dapat dilihat dari rencana kegiatan yaitu pada pertemuan pertama dan
pertemuan kedua perencanaan lebih tertuju pada keaktifan peserta didik bukan pendidik.
Sopiatin (2010: 46) menjelaskan “aspek pokok dalam proses belajar adalah melibatkan
8
siswa secara aktif, karena siswa sebagai subjek didik dan mereka sendiri yang
melaksanakan belajar”.
Penilaian yang disusun oleh guru berlandaskan pada kurikulum 2013. Selain itu,
guru tidak mencantumkan seluruh aspek penilaian yang ada pada kurikulum 2013. Rencana
penilaian pembelajaran yang disusun oleh guru terdiri dari penilaian proses dan penilaian
hasil. Pada penilaian proses guru menggunakan teknik observasi dengan instrument lembar
observasi. Pada penilaian hasil guru menggunakan teknik proyek dengan instrument rubrik
penilaian. Pada penilaian proses aspek yang diamati meliputi keaktifan, antusias, dan
partisipasi. Penilaian proses yang disusun oleh guru sudah menyertakan kriteria penilaian
dan skor penilaian. Iskandarwassid & Sunendar (2008: 179) menjelaskan bahwa “evaluasi
pengajaran diartikan sebagai suatu tindakan atau proses untuk menentukan nilai dari hasil
pengajaran atau dari sesuatu yang ada hubungannya dengan dunia pendidikan”. Pada
penilaian hasil guru menilai karangan siswa mulai dari aspek isi, struktur, kosakata, dan
kalimat. Penilaian hasil yang disusun oleh guru sudah menyertakan kriteria penilaian dan
pedoman penyekoran tetapi guru tidak mencantumkan perintah dan petunjuk menulis
anekdot pada perangkat penilaian. Wiyono dan Sunarni (2009:2) menjelaskan “kegiatan
evaluasi mencangkup kegiatan pengukuran dan penilaian, evaluasi merupakan proses
kegiatan menentukan “value” berdasarkan patokan-patokan tertentu, patokan tersebut
mengandung pengertian secara kualitatif, misalnya baik-tidak baik, tinggi-rendah,
memenuhi kriteria-tidak memenuhi kriteria, dan sejenisnya”. Depdiknas (2003:14)
menjelaskan “aspek yang dinilai dalam pembelajaran mencakup tiga ranah (kognitif,
afektif, psikomotor) yang meliputi ketrampilan mendengarkan, berbicara, membaca, dan
menulis, baik yang berkaitan dengan bahasa maupun sastra Indonesia”.
RPP yang disusun oleh guru juga telah memunculkan karakteristik kurikulum 2013
yaitu pendekatan saintifik. Dalam RPP yang disusun oleh guru pendekatan saintifik berupa
aktivitas mengamati, aktivitas menganalisis, aktivitas membentuk jejaring, aktivitas
mencoba, aktivitas mengomunikasikan, aktivitas mengevaluasi, dan aktivitas mencipta.
Dalam permendikbud no. 65 th 2013 dijelaskan bahwa dalam pendekatan saintifik harus
terdapat aspek berupa sikap yang diperoleh melalui aktivitas“ menerima, menjalankan,
menghargai,
menghayati, dan
mengamalkan”.
Pengetahuan diperoleh melalui
aktivitas“mengingat, memahami, menerapkan, menganalisis, mengevaluasi, mencipta”.
Keterampilan diperoleh melalui aktivitas“mengamati, menanya, mencoba, menalar,
menyaji, dan mencipta”.
Pembahasan Pelaksanaan Pembelajaan Menulis Anekdot
Berdasarkan paparan data dan temuan penelitian sebelum masuk dalam materi guru
lebih dahulu mempersiapkan siswa agar tenang dan menyimak materi yang akan diberikan
dan penyampaian tujuan pembelajaran agar siswa siap secara fisik dan psikisnya. Kaufeldt
(2009:89) menjelaskan “kebutuhan dasar fisik dan psikologis harus dipenuhi agar otak
dapat fokus pada tugas-tugas kompleks”. Secara keseluruhan pada pelaksanaan
pembelajaran terdapat aktivitas guru dan aktivitas siswa. Selain itu, dalam pelaksanaan
pembelajaran terdapat interaksi antara guru dengan siswa maupun siswa dengan siswa.
Sopiatin (2010: 45) menjelaskan “proses belajar mengajar merupakan interaksi antara siswa
sebagai pihak yang belajar dan guru sebagai pihak yang mengajar, dengan siswa sebagai
objek pokonya”. Dalam interaksi kelas guru lebih menekankan pada keaktifan siswa untuk
9
mau mengecek kelengkapan struktur teks anekdot, ciri anekdot, dan menulis anekdot secara
individu dan kelompok. Sopiatin (2010:46) menjelaskan “aspek dalam proses belajar
mengajar, melibatkan siswa secara aktif, karena siswa sebagai subjek didik dan mereka
sendiri yang melaksanakan belajar”.
Dalam pelaksanaan pembelajaran guru mengalami kendala dalam penguasaan
media pembelajaran guru kurang bisa menguasai lcd proyektor sehingga waktu kurang
efektif karena terhenti untuk beberapa waktu. Sopiatin (2010: 80) menjelaskan “media
pengajaran berfungsi untuk memudahkan siswa menerima informasi tersebut dengan
variasi medote mengajar, kegiatan belajar berfokus pada siswa, dan hal terpenting lainya
adalah kemampuan guru dalam menggunakannya”. Dalam proses belajar mengajar guru
juga memberi kesempatan kepada siswa yang kurang aktif di kelas dengan menunjuknya
untuk membaca dan menjawab perihal struktur yang ada dalam anekdot ketika siswa
mengalami kesulitan atau siswa tidak tepat membaca dan menjawab guru
membenarkannya. Sopiatin (2010: 46) menjelaskan bahwa “aspek pokok dari proses belajar
mengajar, meliputi mengidentifikasi cara belajar yang lebih baik, menciptakan kesempatan
belajar, dan mengevaluasai dampak belajar”.
Dalam proses belajar guru juga munggunakan model diskusi untuk siswanya dengan
membagi kelas menjadi empat kelompok besar guru memberi tugas kepada kelompok
tersebut untuk membuat kerangka anekdot dan kemudian membuat teks anekdot. Kaufeldt
(2009:72) menjelaskan bahwa “prestasi dalam akademik akan meningkat karena strategi
mengajar melibatkan lebih banyak pengalaman belajar bekerja sama dalam komunitas
pebelajar yang penuh perhatian”. Dalam menyampaikan tugas dan juga membagi kelompok
guru masih belum bisa membuat siswa paham apa yang harus diperbuat dan yang harus
dikerjakan sehingga guru harus mengulangi lagi agar siswa yang bertanya paham.
Permendikbud no. 65 th 2013 yang menjelaskan bahwa volume dan intonasi suara guru
dalam proses pembelajaran harus dapat didengar dengan baik oleh peserta didik.
Pada pertemuan kedua banyak siswa yang tidak mengerjakan tugas yang diberikan
pada pertemuan sebelumnya. Guru ketika mendapati siswanya banyak yang tidak
mengerjakan guru dengan sabar menerimanya dan lebih fokus dalam melihat pekerjaan
siswa satu-satu. Kaufeldt (2009: 119) menjelaskan bahwa “suasana emosi yang aman dan
terjamin yang mendukung strategi untuk menyelesaiakn konflik merupakan kunci
pembelajaran”. Agar siswa yang mengerjakan tugas dapat mempertahankan kerajinanya
guru memberikan pujian dan kepada siswa yang tidak mengerjakan tugas agar mau
mengerjakan guru menyindirnya. Sopiatin (2010:49) menjelaskan bahwa “penggunaan
hadiah dapat menimbulkan perilaku siswa yang diinginkan, sedangkan hukuman dapat
mencegah perilaku buruk. Jenis-jenis hadiah yang dapat diberikan kepada siswa, seperti
pujian akan prestasi intensif dan hak istimewa misalnya diberikan kebebasan atas tugas
tertentu”.
Guru dalam berkeliling menunjukkan kepeduliannya dengan mengecek tugas siswa
guru menciptakan suasana santai dan nyaman bagi pendidik sehingga tak sedikit siswa yang
bertanya kepada guru perihal pekerjaanya. Kaufeldt (2009: 120) menjelaskan bahwa
“lingkungan yang amat cocok dengan otak adalah lingkungan yang memelihara suasana
kepedulian yang santai tanpa meninggalkan kesempatan belajar”. Selain itu, guru juga
menanamkan rasa percara diri pada siswa agar tidak takut untuk menunjukkan pekerjaanya
dan menulis anekdot serta mengatur siswa agar duduk dengan baik. Sopiatin (2010: 47)
10
menjelaskan “agar proses belajar mengajar berjalan dengan baik pendidik harus bisa
menjauhkan rasa takut siswa pada waktu melaksanakan kegiatan belajar”. Permendikbud
no. 65 th 2013 menjelaskan bahwa pengelolaan kelas guru menyesuaikan pengaturan
tempat duduk peserta didik sesuai dengan tujuan dan karakteristik proses pembelajaran.
Dalam proses belajar mengajar guru tidak memberikan kejelasan tentang mana yang
benar dan mana yang salah perihal materi yang dibahas bersama, guru hanya menyerahkan
jawabannya kepada siswa. Isdissusilo (2012:32) menjelaskan “kegiatan inti menggunakan
metode yang disesuaikan dengan karakteristik peserta didik dan mata pelajaran yang dapat
meliputi proses eksplorasi, elaborasi dan konfirmasi”. Pada akhir kegiatan guru
memberikan tindakan lanjutan kepada siswa untuk menyelesaiakan tugasnya menulis
anekdot dan dikumpulkan keesokkan harinya. Isdissusilo (2012:35) menjelaskan “bahwa
kegiatan penutup guru harus merencakan kegiatan tindak lanjut”.
RPP yang disusun oleh guru terutama pada perencanaan kegiatan pembelajaran ada
beberapa ketidaksesuaian dengan kegiatan pelaksanaan pembelajaran. Hal ini terlihat pada
kegiatan awal, inti, dan penutup pada pertemuan pertama dan kedua. Permendikbud no. 65
th 2013 menjelaskan bahwa pelaksanaan pembelajaran merupakan implementasi dari RPP
yang meliputi kegiatan pendahuluan, kegiatan inti, dan kegaiatan penutup.
Pada pelaksanaan pembelajaran guru telah berupaya mewujudkan KI 1, KI 2, KI 3,
dan KI 4 dalam pelaksanaan pembelajaran. Permendikbud no. 67 th 2013 memaparkan
bahwa dalam pelaksanaan pembelajaran guru harus mewujudkan keempat KI mulai dari KI
1 untuk sikap religius, KI 2 untuk sikap sosial, KI 3 untuk pengetahuan, dan KI 4 untuk
ketrampilan. Selain itu, guru juga memasukkan karakeristik pendekatan saintifik pada
pelaksanaan pembelajaran melalui aktivitas siswa dalam mengomunikasikan, mencoba,
menganalisis, mencipta, dan membentuk jejaring. Dalam permendikbud no. 65 th 2013
dijelaskan bahwa dalam pendekatan saintifik harus terdapat aspek berupa sikap yang
diperoleh melalui aktivitas“ menerima, menjalankan, menghargai, menghayati, dan
mengamalkan”.
Pengetahuan diperoleh melalui aktivitas “mengingat, memahami,
menerapkan, menganalisis, mengevaluasi, mencipta”. Keterampilan diperoleh melalui
aktivitas“mengamati, menanya, mencoba, menalar, menyaji, dan mencipta”.
Pembahasan Penilaian Pembelajaran Menulis Anekdot
Berdasarkan paparan data dan temuan penelitian dapat disimpulkan bahwa guru
telah melakukan penilaian proses dalam kegiatan pembelajaran. Penilaian proses yang
dilakukan oleh guru berpedoman pada pedoman penyekoran dan telah dilengkapi dengan
kriteria dan deskriptor tetapi guru tidak memberikan catatan khusus tentang kemajuan dan
hambatan yang dialami oleh siswa. Nurgiyantoro (2012:50) menjelaskan “bahwa penilaian
proses adalah penilaian yang dilakukan sepanjang dan bersamaan dengan proses
pembelajaran lewat berbagai macam cara, penilaian proses juga terkait dengan usaha
memberikan umpan balik pembelajaran baik bagi guru maupun peserta didik”.
Pada penilaian hasil yang telah dilakukan, ada beberapa kesimpulan yang diperoleh.
Penilaian hasil dilaksanakan oleh guru di luar jam pelajaran dengan dilengkapi pedoman
penyekoran. Penilaian hasil yang telah direncanakan guru telah disertai dengan deskriptor
dan kriteria penilaian. Aspek yang dinilai oleh guru dalam penilaian hasil meliputi:
penulisan isi, struktur, kosakata, dan, kalimat. Dalam penilaian hasil guru tidak
memberikan catatan berupa nilai atau tanda tangan pada karangan teks siswa.
11
Iskandarwassid & Sunendar (2008: 250) menjelaskan bahwa “ada beberapa kriteria yang
dapat digunakan sebagai tolak ukur penilaian menulis, diantaranya adalah: kualitas dan
ruang lingkup isi, organisasi dan penyajian, komposisi, kohesi dan koherensi, gaya dan
bentuk bahasa, mekanik: tata bahasa, ejaan, dan tanda baca, kerapian tulisan dan
kebersihan, dan respons afektif pengajar terhadap karya tulis”.
KESIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
Proses guru dalam menyusun RPP berpedoman pada KI, KD kemudian berdasarkan
KI dan KD guru merumuskan indikator dan tujuan pembelajaran setelah indikator dan
tujuan pembelajaran dirumuskan barulah guru menyusun materi, metode, media, alat,
sumber belajar, kegiatan pembelajaran, dan penilaian. RPP yang disusun oleh guru terdapat
upaya dalam mewujudkan KI 1, KI 2, KI 3, dan KI 4. Selain itu, RPP yang disusun oleh
guru juga telah memasukkan pendekatan saintifik berupa aktivitas mengamati, aktivitas
menganalisis,
aktivitas
membentuk
jejaring,
aktivitas
mencoba,
aktivitas
mengomunikasikan, aktivitas mengevaluasi, aktivitas menalar, dan aktivitas mencipta.
Dalam pelaksanaan pembelajaran terdapat aktivitas guru dan siswa, keaktifan condong
kepada siswa. Terdapat interaksi antara guru dengan siswa dan siswa dengan siswa. Dalam
pelaksanaan pembelajaran guru telah mengimplementasikan penerapan untuk KI 1, KI 2,
KI 3, dan KI 4. Implementasi pendekatan saintifik pada pelaksanaan pembelajaran meliputi
aktivitas mengomunikasikan, aktivitas mencoba, aktivitas menganalisis, aktivitas mencipta,
aktivitas membentuk jejaring, aktivitas menalar, dan aktivitas menanya. Penilaian yang
dilakukan oleh guru terdiri dari penilaian proses dan penilaian hasil. Pada penilaian proses
dilakukan guru saat proses belajar mengajar berlangsung. Hal yang dinilai pada penilaian
proses meliputi keaktivan, antusias, dan partisipasi. Pada penilaian proses guru tidak
memberikan catatan berupa hambatan dan kemajuan siswa. Pada penilaian hasil dilakukan
guru setelah tugas menulis anekdot siswa telah dikumpulkan. Hal yang dinilai pada
penilaian hasil adalah struktur isi dan struktur bahasa karangan anekdot siswa. Pada
penilaian hasil guru tidak memberikan nilai atau tanda tangan pada karangan siswa.
Saran
Guru dalam pembelajaran menulis anekdot lebih kreatif dan inovatif dalam
merencanakan RPP. Dalam pelaksanaan pembelajaran guru harus bisa memotivasi siswa
sehingga siswa memiliki semangat dalam belajar. Selain itu, dalam penilaian guru
seharusnya berpedoman pada penilaian kurikulum 2013 yang lebih komprehensif.
Penelitian ini memiliki kelemahan dalam subjek penelitian sehingga bagi peneliti
selanjutnya lebih memilih subjek penelitian yang benar-benar mampu mencerminkan
implementasi kurikulum 2013 yang sebenarnya. Selain itu, peneliti selanjutnya sebisa
mungkin lebih menambah variasi dalam penelitian pembelajaran agar penelitian tentang
pembelajaran tidak monoton.
DAFTAR RUJUKAN
Arikunto, S. 2003. Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara.
Depdiknas. 2003. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Yogyakarta: Balai Pustaka
Ghazali, Syukur. 2010. Pembelajaran Ketrampilan Berbahasa:
12
Dengan Pendekatan Komunikatif-Interaktif. Bandung: Refika Aditama.
Hanfiah, N & Suhana, C. 2012. Konsep Strategi Pembelajaran. Bandung: PT.
Refika Aditama.
Isdisusilo. 2012. Panduan Lengkap Membuat Silabus dan Rencana Pelaksanaan
Pembelajaran. Magetan: Kata Pena.
Iskandarwassid & Sunendar, P. 2008. Strategi Pembelajaran Bahasa. Bandung:
Rosdakarya.
Kaufeldt, Martha. 2009. Berawal dari Otak Menata Kelas yang Berfokus Pada
Pebelajar. Jakarta: Indeks.
Maryanto, dkk. 2013. Bahasa Indonesia Ekspresi Diri dan Akademik. Jakarta:
Permendikbud.
Mulyasa. 2010. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan. Bandung: PT. Remaja
Rosdakarya Offset.
Nurgiyantoro, B. 2012. Penilaian Pembelajaran Bahasa Berbasis Kompetensi.
Yogyakarta: BPFE
Peraturan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan no. 65, 67 th 2013
Slameto. 2003. Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya. Jakarta: PT.
Rineka Cipta.
Sopiatin, Popi. 2010. Managemen Belajar Berbasis Kepuasan Siswa. Bogor: Ghalia
Indonesia.
Suprapto.1993. Kumpulan Istilah dan Apresiasi Sastra. Surabaya: Indah.
Wachid, Sahari Nor. 2010. Peningkatan Kemampuan Menulis Naskah Drama
dengan Menggunakan Anekdot sebagai Sumber Belajar Pada Siswa Kelas
XI IPA-1 SMA Brawijaya Smart School (BSS). Skripsi tidak diterbitkan:
Universitas Negeri Malang.
Wahyudi, S & Ibrahim, AS. 2012. Asesmen Pembelajaran Bahasa. Bandung: PT.
Refika Aditama.
Wiyono, Bambang Budi & Sunarni. 2009. Evaluasi Program Pendidikan dan
Pembelajaran. Malang: FIP Universitas Negeri Malang.
Yusi, Anandita Rahmaning. 2011. Pembelajaran Menulis Surat Dinas Siswa Kelas
8C SMP Negeri Kalipare Tahun Pelajaran 2011/2012. Skripsi tidak
diterbitkan. Malang: Universitas Negeri Malang.
Nanang Setyo Pamuji ¹
Imam Suyitno ²
Mudjianto ²
Email: [email protected]
Universitas Negeri Malang, Jalan Semarang No. 5 Malang
Abstract : The purpose of this study is to describe the planning, execution, and assessment
of learning to write anecdotes class X SMA Negeri 1 Kepanjen. This study used a
qualitative approach and descriptive design. The data in this study consisted of planning
data, the data implementation, and assessment data. Planning data in the form of the RPP.
Implementation data in the form of speech and interaction of teachers and students.
Assessment data in the form of implementation of assessment processes and outcomes
assessment. Data analysis includes the data collection, data reduction, data presentation, and
inference data. The results of this study is the description of learning to write anecdotes in
class X in the form of planning, implementation, and assessment.
Key words : learning, writing anecdotes, planning, implementation, and assessment.
Abstrak : Tujuan penelitian ini adalah mendeskripsikan perencanaan, pelaksanaan, dan
penilaian pembelajaran menulis anekdot siswa kelas X SMA Negeri 1 Kepanjen. Penelitian
ini menggunakan pendekatan kualitatif dan desain deskriptif. Data dalam penelitian ini
terdiri dari data perencanaan, data pelaksanaan, dan data penilaian. Data perencanaan berupa
perangkat RPP. Data pelaksanaan berupa tuturan dan interaksi guru dan siswa. Data
penilaian berupa pelaksanaan penilaian proses dan pelaksanaan penilaian hasil. Analisis data
meliputi pengumpulan data, reduksi data, penyajian data, dan penyimpulan data. Hasil
penelitian ini adalah deskripsi tentang pembelajaran menulis anekdot di kelas X yang berupa
perencanaan, pelaksanaan, dan penilaian.
Kata-kata kunci : pembelajaran, menulis anekdot, perencanaan, pelaksanaan, dan
penilaian.
Menulis merupakan aspek ketrampilan berbahasa yang lengkap. Menulis
merupakan ketrampilan berbahasa yang lengkap karena aspek menulis merupakan hasil
kematangan individu dalam aspek mendengar, aspek membaca, dan aspek berbicara
sehingga dapat disimpulkan bahwa kualitas tulisan siswa tergantung pada kemampuan
individu dalam aspek mendengarkan, aspek membaca, dan aspek berbicara. “Menulis
disebut sebagai ketrampilan berbahasa yang kompleks karena berkaitan dengan ketrampilan
mendengarkan, berbicara, dan membaca” (Ghazali, 2010:310).
¹ Nanang Setyo Pamuji adalah mahasiswa Universitas Negeri Malang (UM). Artikel ini diangkat dari Skripsi
Sarjana Pendidikan Universitas Negeri Malang.
² Imam Suyitno dan Mudjianto adalah Dosen Jurusan Sastra Indonesia, Fakultas Sastra, Universitas Negeri
Malang (UM).
1
2
Salah satu mata pelajaran dalam menulis adalah menulis teks anekdot. “Anekdot
merupakan cerita lucu yang sengaja dibuat agar dapat menghibur pembaca atau pendengar”
(Wachid, 2010:28). Dalam matapelajaran anekdot peserta didik dituntut agar mampu
menulis anekdot berdasarkan struktur isi dan ciri teks anekdot. Struktur isi terdiri dari
abstraksi, orientasi, krisis, reaksi, dan koda. Ciri teks anekdot bersifat sindiran, lucu, protes
sosial, dan dari tokoh penting maupun tokoh rekaan.
Pembelajaran menulis anekdot terbagi menjadi tiga kegiatan, yaitu (1) perencanaan,
(2) pelaksanaan, dan (3) penilaian. Peran pendidik begitu sentral dalam pembelajaran.
Pendidik dituntut untuk mampu membuat perencanaan, pelaksanaan, dan juga penilaian
yang sesuai dengan tujuan pembelajaran, mengemasnya semenarik mungkin sehingga
mampu mendorong motivasi dan membangkitkan semangat belajar siswa. Yusi (2012:4)
menyatakan “ketercapaiannya tujuan pembelajaran juga bergantung pada kemampuan guru
sebagai perencana, pelaksana, dan penilai”. Selain itu, perencanaan, pelaksanaan, dan
penilaian harus disesuaikan dengan kurikulum yang berlaku hal ini agar tidak terjadi
perbedaan dengan tujuan pembelajaran yang ditetapkan pemerintah.
Dalam perencanaan pembelajaran pendidik harus mampu membuat RPP yang
lengkap dan sistematis agar pembelajaran berlangsung secara interaktif, inspiratif,
menyenangkan, menantang, efisien, memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi aktif,
serta memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa, kreativitas, dan kemandirian sesuai
dengan bakat, minat, dan perkembangan fisik serta psikologis peserta didik (Permendikbud
no. 65 th 2013). Pada pelaksanaan pembelajaran pendidik harus mampu
mengimplementasikan RPP (Rencana Pelaksanaan Pembelajaran) dalam pelaksanaan
pembelajaran. Kegiatan yang harus terpenuhi dalam pelaksanaan pembelajaran adalah
adanya kegiatan pendahuluan, kegiatan inti, dan kegiatan penutup. Selain itu, dalam
penilaian pembelajaran pendidik melakukan penilaian dari dua aspek yaitu penilaian proses
dan penilaian hasil menulis anekdot.
Penelitian pembelajaran menulis anekdot perlu dilakukan karena menulis anekdot
adalah materi baru dalam pelajaran Bahasa Indonesia sehingga masih minim penelitian
yang menyangkut pembelajaran menulis anekdot. Selain itu, menulis anekdot juga penting
bagi siswa setelah lulus nanti hal ini dikarenakan cerita anekdot apabila dibukukan dan
diterbitkan dapat bernilai ekonomi bagi siswa yang menekuninya sehingga diperlukan
pembelajaran menulis anekdot yang benar-benar mampu menunjang katercapaiannya
tujuan pembelajaran tersebut.
Penelitian terdahulu mengenai pembelajaran menulis dilakukan oleh Anandhita
Rahmaning Yusi yang berjudul “Pembelajaran Menulis Surat Dinas Siswa Kelas VIII C
SMP Negeri Kalipare Tahun Pelajaran 2011/2012”. Penelitian ini mengkaji tentang
perencanaan, pelaksanaan, dan penilaian menulis surat dinas siswa kelas VII SMP.
Perbedaan penelitian Anandhita Rahmaning Putri dengan penelitian ini adalah kompetensi
dasar yang diteliti. Kompetensi menulis teks anekdot merupakan salah satu kompetensi
yang ada dalam kurikulum 2013 yang memiliki perbedaan dalam segi pembelajaran. Oleh
karena itu, peneliti melakukan penelitian tentang “Pembelajaran Menulis Teks Anekdot Di
Kelas X Sman 1 Kepanjen”.
3
Tujuan dari penelitian ini, yaitu mendeskripsikan tentang (1) perencanaan
pembelajaran menulis teks anekdot, (2) pelaksanaan pembelajaran menulis teks anekdot,
dan (3) penilaian pembelajaran menulis teks anekdot. Melalui deskripsi tentang
perencanaan, pelaksanaan, dan penilaian ini, akan memberikan inspirasi bagi guru agar
lebih kreatif dan inovatif dalam melaksanakan pembelajaran menulis teks anekdot. Selain
itu, penelitian ini dapat menjadi bahan refleksi bagi sekolah, khususnya dalam
pembelajaran Bahasa Indonesia.
METODE
Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan jenis deskriptif. Dalam
penelitian ini peneliti mengumpulkan data berdasarkan deskripsi-deskripsi latar alamiah
tanpa adanya manipulasi untuk menunjang penelitian. Penelitian ini memaparkan data
secara deskriptif, yaitu peneliti berusaha untuk menggambarkan bagaimana perencanaan,
pelaksanaan, dan penilaian dalam pembelajaran menulis anekdot di kelas X. Peneliti
bertindak hanya sebagai observer tanpa ikut serta dalam proses belajar mengajar
berlangsung pada pembelajaran menulis anekdot mulai dari awal sampai berakhirnya
pembelajaran. Dalam melakukan observasi peneliti sebisa mungkin tidak mengganggu
proses belajar mengajar berlangsung hal ini sebagai upaya peneliti untuk menciptakan
suasana alamiah yang menjadi tolak ukur penelitian ini. Lokasi penelitian ini adalah SMA
Negeri 1 Kepanjen kelas X. Penelitian ini berlangsung selama dua hari yaitu pada tanggal
27 - 28 Januari 2014.
Data dalam penelitian ini dibagi atas tiga bagian, yaitu (1) data perencanaan menulis
anekdot, (2) data pelaksanaan menulis anekdot, dan (3) data penilaian menulis anekdot.
Data perencanaan menulis anekdot berupa komponen RPP, meliputi identitas RPP,
kompetensi inti, kompetensi dasar dan indikator, tujuan pembelajaran, materi pembelajaran,
pendekatan, model pembelajaran, metode, langkah-langkah pembelajaran, dan penilaian.
Data pelaksanaan menulis anekdot berupa informasi saat pelaksanaan pembelajaran
meliputi tuturan dan interaksi guru dan siswa. Data penilaian menulis anekdot berupa
informasi pelaksanaan penilaian proses dan penilaian hasil. Sumber data dalam penelitian
ini, yaitu (1) data perencanaan pembelajaran bersumber dari transkrip wawancara dan hasil
studi dokumen komponen RPP, (2) data pelaksanaan pembelajaran bersumber dari hasil
observasi dan transkrip dialog guru dan siswa, dan (3) data penilaian pembelajaran
bersumber dari hasil studi dokumen perangkat penilaian dan hasil observasi pelaksanaan
penilaian.
Prosedur pengumpulan data dilakukan dengan lima teknik pengumpulan data yaitu
wawancara, observasi, studi dokumen perekaman, dan pencatatan. Wawancara yang
dilakukan adalah wawancara langsung antara guru dengan peneliti. Observasi yang
dilakukan adalah observasi partisipan penuh. Observasi partisipan penuh dilakukan karena
peneliti hanya mengamati aktivitas pembelajaran yang sedang berlangsung. Perekaman
dilakukan untuk mendapatkan data berupa tuturan dan interaksi antara guru dan siswa.
Setelah perekaman selesai, pencatatan dilakukan untuk mentranskrip hasil rekam. Studi
dokumen digunakan untuk mendeskripsikan komponen RPP. Instrumen penelitian berupa
pedoman observasi, pedoman wawancara, pedoman studi dokumen, dan alat perekam audio
visual. Pedoman observasi digunakan untuk mengamati pelaksanaan pembelajaran yang
sedang berlangsung. Pedoman wawancara digunakan untuk menggali informasi tentang
4
penyusunan RPP. Pedoman studi dokumen digunakan untuk mendeskripsikan komponen
RPP. Alat perekam audio visual digunakan untuk merekam tuturan dan interaksi antara guru
dan siswa. Tahapan dalam prosedur pengumpulan data yaitu peneliti datang langsung untuk
melakukan wawancara, perekaman, observasi, analisis RPP pembelajaran menulis anekdot
kemudian peneliti melakukan transkrip data terhadap hasil rekaman.
Analisis data dalam penelitian ini bertujuan untuk pemerolehan informasi tentang
pembelajaran menulis anekdot di kelas X. Analisis data dilakukan setelah data terkumpul
secara keseluruhan. Data analisis diperoleh dari wawancara, lembar observasi, studi
dokumen, dan trankrip rekaman. Langkah-langkah analisis data, meliputi (1) pengumpulan
data, (2) reduksi data, (3) penyajian data, dan (4) penyimpulan data. Agar keabsahan dapat
terjaga peneliti melakukan triangulangi yang berupa (1) mencari bahan referensi dengan
membaca, mengecek temuan secara berulang-ulang agar peneliti menemukan kekurangan
dan memperbaikinya, (2) Berdiskusi dengan dosen pembimbing, dan (3) berdiskusi dengan
guru bahasa Indonesia kelas X. Tahap-tahap penelitian dimulai dari tahap perencanaan,
pelaksanaan, dan tahap penyelesaian
HASIL PENELITIAN
Hasil dari penelitian ini terbagi menjadi tiga bagian yaitu, (1) perencanaan
pembelajaran menulis anekdot, (2) pelaksanaan pembelajaran menulis anekdot, dan (3)
penilaian pembelajaran menulis anekdot.
Perencanaan Pembelajaran Menulis Anekdot
Proses guru dalam menyusun RPP berpedoman pada KI, KD kemudian berdasarkan
KI dan KD guru merumuskan indikator dan tujuan pembelajaran setelah indikator dan
tujuan pembelajaran dirumuskan barulah guru menyusun materi, metode, media, alat,
sumber belajar, kegiatan pembelajaran, dan penilaian. RPP yang disusun oleh guru terdapat
upaya untuk menumbuhkan KI 1, membentuk KI 2, mengembangkan KI 3, dan
mengaktifkan KI 4. Selain itu, RPP yang disusun oleh guru menerapkan pendekatan
saintifik berupa aktivitas mengamati, aktivitas menganalisis, aktivitas membentuk jejaring,
aktivitas mencoba, aktivitas mengomunikasikan, aktivitas mengevaluasi, aktivitas menalar,
dan aktivitas mencipta.
Pelaksanaan Pembelajaran Menulis Anekdot
Proses pelaksanaan pembelajaran terdapat aktivitas guru berupa mengarahkan siswa
untuk membaca teks anekdot, mengarahkan siswa mengomentari teks anekdot,
mengarahkan siswa menulis anekdot secara individu dan kelompok, membenarkan
kesalahan siswa dalam membaca dan berbicara, serta memberi kesempatan pada siswa yang
kurang aktif. Aktivitas siswa berupa membaca teks anekdot, mengomentari teks anekdot,
menulis anekdot secara berkelompok, dan menulis anekdot secara individu. Interaksi antara
guru dan siswa berupa tanya jawab perihal materi anekdot yang belum diketahui siswa,
tanya jawab perihal struktur dan ciri teks anekdot yang dibacakan sekaligus dikarang siswa.
Interaksi antara siswa dan siswa tanya jawab perihal struktur isi dan ciri anekdot yang
dikarang siswa. Dalam pelaksanaan pembelajaran terdapat implementasi penumbuhan KI 1,
pembentukan KI 2, pengembangan KI 3, dan pengaktifan KI 4. Selain itu, dalam proses
pelaksanaan pembelajaran terdapat implementasi pendekatan saintifik berupa aktivitas
5
siswa dalam mengomunikasikan, mencoba, menganalisis, mencipta, membentuk jejaring,
menalar, dan menanya.
Penilaian Pembelajaran Menulis Anekdot
Pada penilaian proses dilakukan oleh guru sendiri disaat pelaksanaan pembelajaran
berlangsung. Nilai proses dicatat sendiri oleh guru. Catatan nilai proses yang dilakukan
oleh guru berpedoman pada lembar observasi yang telah dilengkapi dengan kriteria dan
deskriptor tetapi guru tidak memberikan catatan khusus tentang kemajuan dan hambatan
yang dialami oleh siswa. Aspek yang dinilai pada penilaian proses yaitu aktivitas, antusias,
dan partisipasi. Pada penilaian hasil dilakukan oleh guru setelah tugas menulis anekdot
dikumpulkan. Dalam penilaian hasil guru tidak memberikan catatan berupa nilai atau tanda
tangan pada karangan teks siswa. Penilaian hasil dilaksanakan oleh guru di luar jam
pelajaran berpedoman pada rubrik penilaian yang dilengkapi kriteria dan diskriptor. Aspek
yang dinilai oleh guru dalam penilaian hasil meliputi: penulisan isi, struktur, kosakata, dan,
kalimat.
PEMBAHASAN
Pembahasan pembelajajaran menulis anekdot terbagi menjadi tiga aspek yaitu (1)
pembahasan perencanaan pembelajaran, (2) pembahasan pelaksanaan pembelajaran, dan (3)
pembahasan penilaian pembelajaran. Pembahasan perencanaan pembelajaran meliputi
pembuatan RPP. Pembahasan pelaksanaan pembelajaran meliputi kegiatan awal, kegiatan
inti, dan kegiatan penutup. Pembahasan penilaian pembelajaran meliputi penilaian proses
dan penilaian hasil.
Pembahasan Perencanaan Pembelajaran Menulis Anedot
Berdasarkan paparan data dan temuan penelitian berupa RPP dapat disimpulkan
bahwa RPP guru SMA Negeri 1 Kepanjen Malang terdiri dari komponen (1) identitas RPP,
(2) KI, (3) KD dan indikator pencapaian kompetensi, (4) tujuan pembelajaran, (5) metode
pembelajaran, (6) media, alat, dan sumber pembelajaran, (7) materi pembelajaran, (8)
kegiatan pembelajaran, dan (9) penilaian pembelajaran. Permendikbud no. 65 th 2013
memaparkan komponen dalam RPP, meliputi (1) identitas sekolah, (2) identitas mata
pelajaran atau tema/subtema, (3) kelas/semester, (4) materi pokok, (5) alokasi waktu, (6)
tujuan pembelajaran, (7) kompetensi dasar dan indikator pencapaian kompetensi, (8) materi
pembelajaran, (9) metode pembelajaran, (10) media pembelajaran, (11) sumber belajar, (12)
langkah-langkah pembelajaran, (13) penilaian hasil pembelajaran.
KI yang ada dalam RPP SMA Negeri 1 Kepanjen Malang terdiri dari KI 1 yaitu
kompetensi inti sikap spiritual, KI 2 yaitu kompetensi inti sikap sosial, KI 3 yaitu
kompetensi inti pengetahuan, dan KI 4 kompetensi inti ketrampilan. Dalam RPP guru telah
mengambarkan upaya dalam mewujudkan KI 1, KI 2, KI 3, dan KI 4. Permendikbud no. 67
th 2013 memaparkan bahwa dalam menyusun KI guru harus memasukkan keempat KI
mulai dari KI 1 untuk sikap religius, KI 2 untuk sikap sosial, KI 3 untuk pengetahuan, dan
KI 4 untuk ketrampilan.
KD dalam RPP SMA Negeri 1 Kepanjen Malang terdiri dari KD 1 untuk
menjabarkan KI 1 dalam aspek sikap spiritual, KD 2 untuk menjabarkan KI 2 dalam aspek
6
sikap sosial, KD 3 untuk menjabarkan KI 3 dalam aspek pengetahuan, dan KD 4 untuk
menjabarkan KI 4 dalam aspek ketrampilan. Permendikbud no. 67 th 2013 memaparkan
dengan jelas peran KD dalam kurikulum 2013 sebagai berikut kelompok 1: kelompok
kompetensi dasar sikap spiritual dalam rangka menjabarkan KI-1; kelompok 2: kelompok
kompetensi dasar sikap sosial dalam rangka menjabarkan KI-2; kelompok 3: kelompok
kompetensi dasar pengetahuan dalam rangka menjabarkan KI-3; dan kelompok 4:
kelompok kompetensi dasar keterampilan dalam rangka menjabarkan KI-4.
Indikator yang disusun oleh guru berpedoman pada KD kemudian guru
menjabarkan KD dalam kompetensi yang lebih terperinci dalam bentuk indikator. Mulyasa
(2010:205) menyatakan bahwa “indikator merupakan penjabaran dari KD yang
menunjukkan tanda-tanda, perbuatan dan respon yang dilakukan atau ditampilakan oleh
peserta didik”. Indikator yang disusun oleh guru berdasarkan empat aspek yang ada pada
KD yaitu aspek sikap religius, aspek sikap sosial, aspek pengetahuan, dan aspek
ketrampilan. Indikator yang disusun oleh guru juga sudah menggunakan kata-kata
operasional yang dapat diukur. Hal ini dapat dilihat dari indikator yang disusun oleh guru
telah memuat aspek-aspek yang ingin dicapai sekaligus aspek-aspek yang dinilai dalam
pembelajaran menulis anekdot. Selain itu, indikator yang disusun oleh guru telah
dipaparkan secara jelas dan sistematis.
Tujuan pembelajaran yang disusun oleh guru berpedoman pada KI, KD, dan
indikator tetapi lebih fokus pada tercapainya indikator pembelajaran. Isdissusilo (2012:30)
menjelaskan bahwa “tujuan pembelajaran dirumuskan berdasarkan SK, KD, dan indikator
yang telah ditentukan”. Tujuan pembelajaran yang disusun oleh guru yaitu dengan
menambahkan kata-kata yang menunjukkan tercapainya indikator sehingga dapat
disimpulkan tujuan pembelajaran merupakan pencapaian indikator pembelajaran. Seperti
indikator sebelumnya tujuan pembelajaran terdiri dari aspek sikap spiritual, aspek sikap
sosial, aspek pengetahuan, dan aspek ketrampilan. Arikunto (2003:
132—133)
menjelaskan bahwa “tujuan pembelajaran hendaknya menggambarkan pengetahuan,
kemampuan, keterampilan, dan sikap yang harus dimiliki oleh siswa sebagai akibat dari
hasil pengajaran yang dinyatakan dalam bentuk tingkah laku”. Tujuan pembelajaran yang
telah dibuat guru telah mengukur kemampuan, keterampilan, dan sikap/tingkah laku siswa.
Selain itu, tujuan pembelajaran yang disusun oleh guru telah disesuaikan dengan karakter
peserta didik, kondisi sekolah, dan hasil yang diinginkan.
Materi yang disusun oleh guru bersumber pada buku penunjang terbitan pemerintah,
dari internet, buku terbitan erlangga dan bumi aksara. Isdissusilo (2012:150) menjelaskan
“materi pembelajaran merupakan pengetahuan, ketrampilan, dan sikap yang harus dikuasai
peserta didik dalam rangka memenuhi SK yang diterapkan, materi yang ditentukan dalam
kegiatan pembelajaran seharusnya adalah materi yang benar-benar menunjang tercapainya
SK dan KD, serta tercapaianya indikator”. Materi yang tercantum dalam RPP hanya berupa
poin-poinnya saja tanpa dijelaskan secara lebih spesifik. Materi yang tercantum dalam RPP
bersumber dari buku penunjang Ekspresi Diri yang diterbitkan dari pemerintah dan juga
dari internet. Jika dilihat dari kacamata teoritis materi yang dicantumkan oleh guru sudah
benar secara teori. Maryono, dkk (2013) menyatakan bahwa struktur anekdot terdiri dari
abstraksi, orientasi, krisis, reaksi, dan koda. Selain itu, Suprapto (1993:11) menyatakan
bahwa “anekdot adalah cerita singkat yang menarik karena lucu dan mengesankan,
biasanya mengenai orang penting atau tokoh dalam masyarakat, tentang isinya belum tentu
7
benar”. Materi yang disusun oleh guru berupa fakta, konsep, dan prosedur. Materi yang
disusun oleh guru masih kurang lengkap yaitu kurang adanya prinsip. Hanfiah & Suhana
(2012:121) yang menjelaskan bahwa “materi ajar memuat fakta, konsep, prinsip, dan
prosedur yang relevan, serta ditulis dalam butir-butir sesuai dengan rumusan indikator
pencapaian kompetensi”.
Guru dalam memilih media yang menarik didasari pada contoh-contoh kongkrit
agar siswa menjadi lebih paham. Media yang dipakai guru sudah efektif karena contohnya
berupa contoh yang sistematis mulai dari yang lengkap strukturnya sampai yang tidak
lengkap. Media yang digunakan oleh guru sudah sesuai dengan materi yang akan diajarkan
yaitu menulis anekdot. Slameto (2003:37) menjelaskan bahwa “dengan menggunakan
bermacam-macam media akan lebih menarik perhatian siswa, lebih merangsang siswa
untuk berfikir, dan diharapkan dapat membina serta membuat alat-alat media yang
sederhana, praktis, dan ekonomis, tapi efektif untuk pengajaran”. Alat/bahan yang
digunakan oleh guru telah memanfaatkan kondisi kelas yaitu dengan menggunakan lcd
proyektor yang ada di dalam kelas. Sumber belajar yang digunakan oleh guru telah
menggunakan sumber yang benar yaitu buku yang diterbitkan oleh pemerintah sebagai
buku pembelajaran utama Bahasa Indonesia dan beberapa tambahan dari internet.
Metode yang disusun oleh guru berpedoman pada pendekatan saintifik sesuai
dengan kurikulum 2013. Selain itu, guru juga menggunakan teknik BTB yaitu baca, tulis,
dan bicara. Teknik yang digunakan oleh guru ini sudah mampu membuat siswa antusias
untuk belajar dan teknik tersebut sudah disesuaikan dengan kondisi sekolah yaitu dengan
memanfaatkan lcd proyektor, disesuaikan dengan kondisi siswa yaitu siswa cukup ramai
dalam bicara sehingga guru mengalihkannya pada aktivitas baca dan bicara, sedangkan
teknik tulis disesuaikan dengan indikator yang ingin dicapai yaitu menulis anekdot. Metode
yang digunakan sudah melibatkan siswa dalam menemukan prosedur, konsep, dan struktur
yang ada dalam teks anekdot. Metode yang digunakan juga sudah sesuai dengan materi dan
tujuan dari pembelajaran menulis anekdot. Isdissusilo (2012:25-26) menjelaskan bahwa
“metode pembelajaran digunakan untuk mewujudkan suasana belajar dan proses
pembelajaran agar peserta didik mencapai KD atau seperangkat indikator yang telah
ditetapkan”. Pemilihan metode disesuaikan dengan situasai dan kondisi peserta didik, serta
karakter dari setiap indikator dan kompetensi yang hendak dicapai pada setiap
matapelajaran.
Guru dalam menyusun kegiatan pembelajaran berlandaskan pada ketuntasan
indikator. Langkah-langkah yang disusun oleh guru diawali dengan melihat KI, KD,
indikator yang kemudian dirumuskan dalam materi dan tujuan dalam kegiatan
pembelajaran. Isdisusilo (2012:159) menjelaskan bahwa indikator merupakan pedoman
dalam mendesain kegiatan pembelajaran. Guru juga merasa bahwa perencanaan kegiatan
pembelajaran yang disusun sudah dapat menuntaskan ketercapaian tujuan pembelajaran
karena kegiatannya sudah berurutan mulai kegiatan awal, kegiatan inti, dan kegiatan
penutup. Wahyudi dan Ibrahim (2012:20) menjelaskan bahwa “langkah-langkah kegiatan
pembelajaran memuat unsur kegiatan pendahuluan/pembuka, inti, dan penutup”. Kegiatan
pembelajaran yang direncanakan oleh guru lebih terfokus pada keaktifan siswa dalam
proses belajar hal ini dapat dilihat dari rencana kegiatan yaitu pada pertemuan pertama dan
pertemuan kedua perencanaan lebih tertuju pada keaktifan peserta didik bukan pendidik.
Sopiatin (2010: 46) menjelaskan “aspek pokok dalam proses belajar adalah melibatkan
8
siswa secara aktif, karena siswa sebagai subjek didik dan mereka sendiri yang
melaksanakan belajar”.
Penilaian yang disusun oleh guru berlandaskan pada kurikulum 2013. Selain itu,
guru tidak mencantumkan seluruh aspek penilaian yang ada pada kurikulum 2013. Rencana
penilaian pembelajaran yang disusun oleh guru terdiri dari penilaian proses dan penilaian
hasil. Pada penilaian proses guru menggunakan teknik observasi dengan instrument lembar
observasi. Pada penilaian hasil guru menggunakan teknik proyek dengan instrument rubrik
penilaian. Pada penilaian proses aspek yang diamati meliputi keaktifan, antusias, dan
partisipasi. Penilaian proses yang disusun oleh guru sudah menyertakan kriteria penilaian
dan skor penilaian. Iskandarwassid & Sunendar (2008: 179) menjelaskan bahwa “evaluasi
pengajaran diartikan sebagai suatu tindakan atau proses untuk menentukan nilai dari hasil
pengajaran atau dari sesuatu yang ada hubungannya dengan dunia pendidikan”. Pada
penilaian hasil guru menilai karangan siswa mulai dari aspek isi, struktur, kosakata, dan
kalimat. Penilaian hasil yang disusun oleh guru sudah menyertakan kriteria penilaian dan
pedoman penyekoran tetapi guru tidak mencantumkan perintah dan petunjuk menulis
anekdot pada perangkat penilaian. Wiyono dan Sunarni (2009:2) menjelaskan “kegiatan
evaluasi mencangkup kegiatan pengukuran dan penilaian, evaluasi merupakan proses
kegiatan menentukan “value” berdasarkan patokan-patokan tertentu, patokan tersebut
mengandung pengertian secara kualitatif, misalnya baik-tidak baik, tinggi-rendah,
memenuhi kriteria-tidak memenuhi kriteria, dan sejenisnya”. Depdiknas (2003:14)
menjelaskan “aspek yang dinilai dalam pembelajaran mencakup tiga ranah (kognitif,
afektif, psikomotor) yang meliputi ketrampilan mendengarkan, berbicara, membaca, dan
menulis, baik yang berkaitan dengan bahasa maupun sastra Indonesia”.
RPP yang disusun oleh guru juga telah memunculkan karakteristik kurikulum 2013
yaitu pendekatan saintifik. Dalam RPP yang disusun oleh guru pendekatan saintifik berupa
aktivitas mengamati, aktivitas menganalisis, aktivitas membentuk jejaring, aktivitas
mencoba, aktivitas mengomunikasikan, aktivitas mengevaluasi, dan aktivitas mencipta.
Dalam permendikbud no. 65 th 2013 dijelaskan bahwa dalam pendekatan saintifik harus
terdapat aspek berupa sikap yang diperoleh melalui aktivitas“ menerima, menjalankan,
menghargai,
menghayati, dan
mengamalkan”.
Pengetahuan diperoleh melalui
aktivitas“mengingat, memahami, menerapkan, menganalisis, mengevaluasi, mencipta”.
Keterampilan diperoleh melalui aktivitas“mengamati, menanya, mencoba, menalar,
menyaji, dan mencipta”.
Pembahasan Pelaksanaan Pembelajaan Menulis Anekdot
Berdasarkan paparan data dan temuan penelitian sebelum masuk dalam materi guru
lebih dahulu mempersiapkan siswa agar tenang dan menyimak materi yang akan diberikan
dan penyampaian tujuan pembelajaran agar siswa siap secara fisik dan psikisnya. Kaufeldt
(2009:89) menjelaskan “kebutuhan dasar fisik dan psikologis harus dipenuhi agar otak
dapat fokus pada tugas-tugas kompleks”. Secara keseluruhan pada pelaksanaan
pembelajaran terdapat aktivitas guru dan aktivitas siswa. Selain itu, dalam pelaksanaan
pembelajaran terdapat interaksi antara guru dengan siswa maupun siswa dengan siswa.
Sopiatin (2010: 45) menjelaskan “proses belajar mengajar merupakan interaksi antara siswa
sebagai pihak yang belajar dan guru sebagai pihak yang mengajar, dengan siswa sebagai
objek pokonya”. Dalam interaksi kelas guru lebih menekankan pada keaktifan siswa untuk
9
mau mengecek kelengkapan struktur teks anekdot, ciri anekdot, dan menulis anekdot secara
individu dan kelompok. Sopiatin (2010:46) menjelaskan “aspek dalam proses belajar
mengajar, melibatkan siswa secara aktif, karena siswa sebagai subjek didik dan mereka
sendiri yang melaksanakan belajar”.
Dalam pelaksanaan pembelajaran guru mengalami kendala dalam penguasaan
media pembelajaran guru kurang bisa menguasai lcd proyektor sehingga waktu kurang
efektif karena terhenti untuk beberapa waktu. Sopiatin (2010: 80) menjelaskan “media
pengajaran berfungsi untuk memudahkan siswa menerima informasi tersebut dengan
variasi medote mengajar, kegiatan belajar berfokus pada siswa, dan hal terpenting lainya
adalah kemampuan guru dalam menggunakannya”. Dalam proses belajar mengajar guru
juga memberi kesempatan kepada siswa yang kurang aktif di kelas dengan menunjuknya
untuk membaca dan menjawab perihal struktur yang ada dalam anekdot ketika siswa
mengalami kesulitan atau siswa tidak tepat membaca dan menjawab guru
membenarkannya. Sopiatin (2010: 46) menjelaskan bahwa “aspek pokok dari proses belajar
mengajar, meliputi mengidentifikasi cara belajar yang lebih baik, menciptakan kesempatan
belajar, dan mengevaluasai dampak belajar”.
Dalam proses belajar guru juga munggunakan model diskusi untuk siswanya dengan
membagi kelas menjadi empat kelompok besar guru memberi tugas kepada kelompok
tersebut untuk membuat kerangka anekdot dan kemudian membuat teks anekdot. Kaufeldt
(2009:72) menjelaskan bahwa “prestasi dalam akademik akan meningkat karena strategi
mengajar melibatkan lebih banyak pengalaman belajar bekerja sama dalam komunitas
pebelajar yang penuh perhatian”. Dalam menyampaikan tugas dan juga membagi kelompok
guru masih belum bisa membuat siswa paham apa yang harus diperbuat dan yang harus
dikerjakan sehingga guru harus mengulangi lagi agar siswa yang bertanya paham.
Permendikbud no. 65 th 2013 yang menjelaskan bahwa volume dan intonasi suara guru
dalam proses pembelajaran harus dapat didengar dengan baik oleh peserta didik.
Pada pertemuan kedua banyak siswa yang tidak mengerjakan tugas yang diberikan
pada pertemuan sebelumnya. Guru ketika mendapati siswanya banyak yang tidak
mengerjakan guru dengan sabar menerimanya dan lebih fokus dalam melihat pekerjaan
siswa satu-satu. Kaufeldt (2009: 119) menjelaskan bahwa “suasana emosi yang aman dan
terjamin yang mendukung strategi untuk menyelesaiakn konflik merupakan kunci
pembelajaran”. Agar siswa yang mengerjakan tugas dapat mempertahankan kerajinanya
guru memberikan pujian dan kepada siswa yang tidak mengerjakan tugas agar mau
mengerjakan guru menyindirnya. Sopiatin (2010:49) menjelaskan bahwa “penggunaan
hadiah dapat menimbulkan perilaku siswa yang diinginkan, sedangkan hukuman dapat
mencegah perilaku buruk. Jenis-jenis hadiah yang dapat diberikan kepada siswa, seperti
pujian akan prestasi intensif dan hak istimewa misalnya diberikan kebebasan atas tugas
tertentu”.
Guru dalam berkeliling menunjukkan kepeduliannya dengan mengecek tugas siswa
guru menciptakan suasana santai dan nyaman bagi pendidik sehingga tak sedikit siswa yang
bertanya kepada guru perihal pekerjaanya. Kaufeldt (2009: 120) menjelaskan bahwa
“lingkungan yang amat cocok dengan otak adalah lingkungan yang memelihara suasana
kepedulian yang santai tanpa meninggalkan kesempatan belajar”. Selain itu, guru juga
menanamkan rasa percara diri pada siswa agar tidak takut untuk menunjukkan pekerjaanya
dan menulis anekdot serta mengatur siswa agar duduk dengan baik. Sopiatin (2010: 47)
10
menjelaskan “agar proses belajar mengajar berjalan dengan baik pendidik harus bisa
menjauhkan rasa takut siswa pada waktu melaksanakan kegiatan belajar”. Permendikbud
no. 65 th 2013 menjelaskan bahwa pengelolaan kelas guru menyesuaikan pengaturan
tempat duduk peserta didik sesuai dengan tujuan dan karakteristik proses pembelajaran.
Dalam proses belajar mengajar guru tidak memberikan kejelasan tentang mana yang
benar dan mana yang salah perihal materi yang dibahas bersama, guru hanya menyerahkan
jawabannya kepada siswa. Isdissusilo (2012:32) menjelaskan “kegiatan inti menggunakan
metode yang disesuaikan dengan karakteristik peserta didik dan mata pelajaran yang dapat
meliputi proses eksplorasi, elaborasi dan konfirmasi”. Pada akhir kegiatan guru
memberikan tindakan lanjutan kepada siswa untuk menyelesaiakan tugasnya menulis
anekdot dan dikumpulkan keesokkan harinya. Isdissusilo (2012:35) menjelaskan “bahwa
kegiatan penutup guru harus merencakan kegiatan tindak lanjut”.
RPP yang disusun oleh guru terutama pada perencanaan kegiatan pembelajaran ada
beberapa ketidaksesuaian dengan kegiatan pelaksanaan pembelajaran. Hal ini terlihat pada
kegiatan awal, inti, dan penutup pada pertemuan pertama dan kedua. Permendikbud no. 65
th 2013 menjelaskan bahwa pelaksanaan pembelajaran merupakan implementasi dari RPP
yang meliputi kegiatan pendahuluan, kegiatan inti, dan kegaiatan penutup.
Pada pelaksanaan pembelajaran guru telah berupaya mewujudkan KI 1, KI 2, KI 3,
dan KI 4 dalam pelaksanaan pembelajaran. Permendikbud no. 67 th 2013 memaparkan
bahwa dalam pelaksanaan pembelajaran guru harus mewujudkan keempat KI mulai dari KI
1 untuk sikap religius, KI 2 untuk sikap sosial, KI 3 untuk pengetahuan, dan KI 4 untuk
ketrampilan. Selain itu, guru juga memasukkan karakeristik pendekatan saintifik pada
pelaksanaan pembelajaran melalui aktivitas siswa dalam mengomunikasikan, mencoba,
menganalisis, mencipta, dan membentuk jejaring. Dalam permendikbud no. 65 th 2013
dijelaskan bahwa dalam pendekatan saintifik harus terdapat aspek berupa sikap yang
diperoleh melalui aktivitas“ menerima, menjalankan, menghargai, menghayati, dan
mengamalkan”.
Pengetahuan diperoleh melalui aktivitas “mengingat, memahami,
menerapkan, menganalisis, mengevaluasi, mencipta”. Keterampilan diperoleh melalui
aktivitas“mengamati, menanya, mencoba, menalar, menyaji, dan mencipta”.
Pembahasan Penilaian Pembelajaran Menulis Anekdot
Berdasarkan paparan data dan temuan penelitian dapat disimpulkan bahwa guru
telah melakukan penilaian proses dalam kegiatan pembelajaran. Penilaian proses yang
dilakukan oleh guru berpedoman pada pedoman penyekoran dan telah dilengkapi dengan
kriteria dan deskriptor tetapi guru tidak memberikan catatan khusus tentang kemajuan dan
hambatan yang dialami oleh siswa. Nurgiyantoro (2012:50) menjelaskan “bahwa penilaian
proses adalah penilaian yang dilakukan sepanjang dan bersamaan dengan proses
pembelajaran lewat berbagai macam cara, penilaian proses juga terkait dengan usaha
memberikan umpan balik pembelajaran baik bagi guru maupun peserta didik”.
Pada penilaian hasil yang telah dilakukan, ada beberapa kesimpulan yang diperoleh.
Penilaian hasil dilaksanakan oleh guru di luar jam pelajaran dengan dilengkapi pedoman
penyekoran. Penilaian hasil yang telah direncanakan guru telah disertai dengan deskriptor
dan kriteria penilaian. Aspek yang dinilai oleh guru dalam penilaian hasil meliputi:
penulisan isi, struktur, kosakata, dan, kalimat. Dalam penilaian hasil guru tidak
memberikan catatan berupa nilai atau tanda tangan pada karangan teks siswa.
11
Iskandarwassid & Sunendar (2008: 250) menjelaskan bahwa “ada beberapa kriteria yang
dapat digunakan sebagai tolak ukur penilaian menulis, diantaranya adalah: kualitas dan
ruang lingkup isi, organisasi dan penyajian, komposisi, kohesi dan koherensi, gaya dan
bentuk bahasa, mekanik: tata bahasa, ejaan, dan tanda baca, kerapian tulisan dan
kebersihan, dan respons afektif pengajar terhadap karya tulis”.
KESIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
Proses guru dalam menyusun RPP berpedoman pada KI, KD kemudian berdasarkan
KI dan KD guru merumuskan indikator dan tujuan pembelajaran setelah indikator dan
tujuan pembelajaran dirumuskan barulah guru menyusun materi, metode, media, alat,
sumber belajar, kegiatan pembelajaran, dan penilaian. RPP yang disusun oleh guru terdapat
upaya dalam mewujudkan KI 1, KI 2, KI 3, dan KI 4. Selain itu, RPP yang disusun oleh
guru juga telah memasukkan pendekatan saintifik berupa aktivitas mengamati, aktivitas
menganalisis,
aktivitas
membentuk
jejaring,
aktivitas
mencoba,
aktivitas
mengomunikasikan, aktivitas mengevaluasi, aktivitas menalar, dan aktivitas mencipta.
Dalam pelaksanaan pembelajaran terdapat aktivitas guru dan siswa, keaktifan condong
kepada siswa. Terdapat interaksi antara guru dengan siswa dan siswa dengan siswa. Dalam
pelaksanaan pembelajaran guru telah mengimplementasikan penerapan untuk KI 1, KI 2,
KI 3, dan KI 4. Implementasi pendekatan saintifik pada pelaksanaan pembelajaran meliputi
aktivitas mengomunikasikan, aktivitas mencoba, aktivitas menganalisis, aktivitas mencipta,
aktivitas membentuk jejaring, aktivitas menalar, dan aktivitas menanya. Penilaian yang
dilakukan oleh guru terdiri dari penilaian proses dan penilaian hasil. Pada penilaian proses
dilakukan guru saat proses belajar mengajar berlangsung. Hal yang dinilai pada penilaian
proses meliputi keaktivan, antusias, dan partisipasi. Pada penilaian proses guru tidak
memberikan catatan berupa hambatan dan kemajuan siswa. Pada penilaian hasil dilakukan
guru setelah tugas menulis anekdot siswa telah dikumpulkan. Hal yang dinilai pada
penilaian hasil adalah struktur isi dan struktur bahasa karangan anekdot siswa. Pada
penilaian hasil guru tidak memberikan nilai atau tanda tangan pada karangan siswa.
Saran
Guru dalam pembelajaran menulis anekdot lebih kreatif dan inovatif dalam
merencanakan RPP. Dalam pelaksanaan pembelajaran guru harus bisa memotivasi siswa
sehingga siswa memiliki semangat dalam belajar. Selain itu, dalam penilaian guru
seharusnya berpedoman pada penilaian kurikulum 2013 yang lebih komprehensif.
Penelitian ini memiliki kelemahan dalam subjek penelitian sehingga bagi peneliti
selanjutnya lebih memilih subjek penelitian yang benar-benar mampu mencerminkan
implementasi kurikulum 2013 yang sebenarnya. Selain itu, peneliti selanjutnya sebisa
mungkin lebih menambah variasi dalam penelitian pembelajaran agar penelitian tentang
pembelajaran tidak monoton.
DAFTAR RUJUKAN
Arikunto, S. 2003. Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara.
Depdiknas. 2003. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Yogyakarta: Balai Pustaka
Ghazali, Syukur. 2010. Pembelajaran Ketrampilan Berbahasa:
12
Dengan Pendekatan Komunikatif-Interaktif. Bandung: Refika Aditama.
Hanfiah, N & Suhana, C. 2012. Konsep Strategi Pembelajaran. Bandung: PT.
Refika Aditama.
Isdisusilo. 2012. Panduan Lengkap Membuat Silabus dan Rencana Pelaksanaan
Pembelajaran. Magetan: Kata Pena.
Iskandarwassid & Sunendar, P. 2008. Strategi Pembelajaran Bahasa. Bandung:
Rosdakarya.
Kaufeldt, Martha. 2009. Berawal dari Otak Menata Kelas yang Berfokus Pada
Pebelajar. Jakarta: Indeks.
Maryanto, dkk. 2013. Bahasa Indonesia Ekspresi Diri dan Akademik. Jakarta:
Permendikbud.
Mulyasa. 2010. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan. Bandung: PT. Remaja
Rosdakarya Offset.
Nurgiyantoro, B. 2012. Penilaian Pembelajaran Bahasa Berbasis Kompetensi.
Yogyakarta: BPFE
Peraturan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan no. 65, 67 th 2013
Slameto. 2003. Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya. Jakarta: PT.
Rineka Cipta.
Sopiatin, Popi. 2010. Managemen Belajar Berbasis Kepuasan Siswa. Bogor: Ghalia
Indonesia.
Suprapto.1993. Kumpulan Istilah dan Apresiasi Sastra. Surabaya: Indah.
Wachid, Sahari Nor. 2010. Peningkatan Kemampuan Menulis Naskah Drama
dengan Menggunakan Anekdot sebagai Sumber Belajar Pada Siswa Kelas
XI IPA-1 SMA Brawijaya Smart School (BSS). Skripsi tidak diterbitkan:
Universitas Negeri Malang.
Wahyudi, S & Ibrahim, AS. 2012. Asesmen Pembelajaran Bahasa. Bandung: PT.
Refika Aditama.
Wiyono, Bambang Budi & Sunarni. 2009. Evaluasi Program Pendidikan dan
Pembelajaran. Malang: FIP Universitas Negeri Malang.
Yusi, Anandita Rahmaning. 2011. Pembelajaran Menulis Surat Dinas Siswa Kelas
8C SMP Negeri Kalipare Tahun Pelajaran 2011/2012. Skripsi tidak
diterbitkan. Malang: Universitas Negeri Malang.