STRATEGI AUDITING KEUANGAN DAERAH siwu

STRATEGI AUDITING
KEUANGAN DAERAH
1. Pendahuluan
Untuk mendukung keberhasilan penyelenggaraan
organisasi sektor publik dan sebagai perwujudan dari
pelaksanaan akuntanbilitas publik, pemerintah daerah
diwajibkan untuk menyusun laporan keuangan. Laporan
keuangan tersebut pada dasarnya merupakan asersi atau
pernyataan dari pihak manajemen pemerintah daerah
yang menginformasikan kepada pihak lain yaitu para
pemangku kepentingan yang ada tentang kondisi
keuangan pemerintah daerah (Mahmudi, 2007 :29).
Keuangan pemerintah daerah harus dikelola secara tertib,
taat pada peraturan perundang – undang, efisien,
ekonomis, efektif, transparan, dan bertanggung jawab
dengan memperhatikan rasa keadilan serta kepatutan.
Seperti kita ketahui bahwa kekayaan negara yang
dikelola oleh pemerintah mencakup dana yang cukup
besar. Oleh karena itu diperlukan adanya pertanggung
jawaban atas penggunaan dana yang diberikan oleh
pemerintah yang seharusnya didukung dengan

pengawasan yang dapat dipertanggung jawabkan. Begitu
juga untuk melindungi para pengguna laporan yang tidak
tahu banyak tentang kondisi sesungguhnya di pemerintah
daerah dari kemungkinan manipulasi dalam laporan
keuangan, maka diperlukan jasa profesi pihak ketiga
yang independen. Pihak ketiga itu harus profesional,
netral atau independen, melindungi kepentingan para
1|Page

pengguna laporan, terpercaya, tidak bisa disuap, dan
sangat menjunjung tinggi etika profesi. Pihak ketiga
itulah yang disebut “auditor”. Melalui auditor itu para
pengguna laporan akan mempercayakan sepenuhnya
tentang penilaian mereka terhadap laporan keuangan
yang telah dikeluarkan pemerintah daerah. Auditor
dengan demikian merupakan pihak pemberi jaminan
tentang kualitas laporan keuangan yang dipublikasikan
manajemen pemerintah daerah.
Sehubungan
dengan

pengawasan
dan
pemeriksaan (audit) laporan keuangan daerah, dalam
pengambilan keputusan ekonomi biasanya didasarkan
atas informasi yang tersedia bagi para pengambil
keputusan. Untuk memperoleh manfaat terbaik, para
pengguna harus memiliki informasi ekonomi yang
relevan dan handal. (Guy, Alderman, Winters. 2002: 4)
Seperti halnya perusahaan swasta yang
membutuhkan jasa audit untuk memberikan pernyataan
akan kehandalan dan keakuratan atas laporan keuangan
yang telah dikeluarkan oleh perusahaan. Pemerintah juga
membutuhkan informasi keuangan yang handal untuk
membuat keputusan. Jasa audit tidak hanya dilakukan
pada sektor swasta saja, melainkan juga dilakukan pada
sektor pemerintahan. Jasa audit yang dilakukan pada
sektor swasta biasanya dilakukan oleh Kantor Akuntan
Publik (KAP),sedangkan Jasa audit yang dilakukan pada
sektor pemerintahan biasanya dilaksanakan oleh Badan
Pemeriksa Keuangan (BPK). BPK adalah auditor

pemerintah dan merupakan badan audit untuk sektor
publik yang melakukan pengawasan pada organisasi
pemerintahan yang bersifat nirlaba seperti Pemda,
BUMN, BUMD, instansi lain yang berkaitan dengan
2|Page

pengelolaan aset kekayaan negara, dan organisasi sektor
publik lainnya seperti yayasan, LSM, serta partai politik.
Dan telah menjadi tugas dari BPK(Badan
Pemeriksaan Keuangan) melakukan pemeriksaan
pengelolaan dan pertanggung jawaban keuangan negara.
Berdasarkan UU Nomor 15 Tahun 2004 tentang
Pemeriksaan Pengelolaan dan Tanggung jawab
Keuangan Negara. Kewenangan BPK dalam memeriksa
pengelolaan keuangan negara, sangat memungkinkan
BPK memiliki data dan informasi keuangan negara yang
diperlukan
dalam
memberikan
pendapat

dan
pertimbangan yang diperlukan oleh para pemangku
kepentingan (pihak-pihak yang berkepentingan dalam
hasil audit BPK meliputi lembaga perwakilan (DPR,
DPD, DPRD), lembaga lain yang dibentuk berdasarkan
undang-undang,warga negara Indonesia, dan lembagalembaga internasional). (sumber :www.bpk.go.id) .
Sebagai lembaga negara BPK bertanggung jawab dalam
mengembangkan strategi audit untuk keberhasilan dalam
pelaksanaan audit. Sehubungan dengan hal itu makalah
ini mencoba menguraikan mengenai “Strategi Auditing
Keuangan Daerah oleh BPK”. Agar pembahasannya
lebih sistematis, maka pada seksi-seksi berikut ini secara
berturut-turut akan dibahas: (a) Definisi Auditing, (b)
Sekilas Strategi Auditing, (c) Definisi Keuangan Daerah,
(d) Sistem Audit Keuangan Daerah, (e) Proses Audit,
( f ) Teknik Audit Keuangan Sektor Publik

2. Definisi Auditing
“Report of the Committee on Basic Auditing
Concept of the American Accounting Association”

3|Page

(Accounting Review,vol.47) memberikan definisi
auditing sebagai :
“suatu proses sistematis untuk memperoleh serta
mengevaluasi bukti secara obyektif mengenai asersiasersi (pernyataan) kegiatan dan peristiwa ekonomi,
dengan tujuan menetapkan derajat kesesuaian antara
asersi-asersi tersebut dengan kriteria yang telah
ditetapkan sebelumnya serta penyampaian hasil-hasilnya
kepada pihak yang berkepentingan”.(Boynton, Johnson,
Kell. 2003: 5).
Menurut Agoes (2004):
Auditing adalah “ Suatu pemeriksaan yang
dilakukan secara kritis dan sistematis, oleh pihak yang
independen, terhadap laporan keuangan yang telah
disusun oleh manajemen, beserta catatan-catatan
pembukuan dan bukti-bukti pendukungnya, dengan
tujuan untuk dapat memberikan pendapat mengenai
kewajaran laporan keuangan tersebut”.
Pada dasarnya tujuan umum audit adalah untuk

menyatakan pendapat atas kewajaran , dalam semua hal
yang material , posisi keuangan dan hasil usaha serta
arus kas sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku
umum.
Adapun tujuan audit laporan keuangan dalam
lingkup pemerintah daerah:
“Menunjukkan, dengan dasar yang cukup dan
tepat dari bukti-bukti audit, apakah laporan keuangan
telah menyajikan dengan benar dan wajar posisi
keuangan pemda, hasil dan operasi, dan perubahan4|Page

perubahannya sesuai dengan prinsip akuntansi yang
berlaku umum.” (Bastian. 2007: 3)

3. Sekilas Strategi Auditing
Strategi audit adalah aktivitas yang pertama kali
dilakukan dari seluruh rangkaian kegiatan audit. Strategi
audit dapat didefinisikan sebagai proses penyusunan
arahan atau petunjuk audit dan penyelarasan antara
pemahaman auditor atas kegiatan auditan dengan fokus

audit yang akan dilakukan.
Pentingnya strategi audit adalah sebagai elemen
fundamental dalam pelaksanaan audit. Proses
penyusunan strategi memungkinkan auditor untuk:
1) Dapat diungkapkan dengan cara-cara yang
relevan bagi manajemen auditan.
2) Memahami kegiatan auditan, dalam sektor atau
industri apa auditan bergerak dan tujuan kegiatan
auditan.
3) Memahami keefektifan pengendalian internal dan
merancang pendekatan audit.
4) Mendapatkan bukti audit yang efektif.
5) Memperlancar komunikasi dengan manajemen
auditan dan antar anggota tim audit itu sendiri.
Dalam strategi ini, auditor lebih banyak
mengandalkan
pengujian
pengendalian.
Logika
pemikiran yang mendasari penggunaan strategi ini

adalah apabila auditor yakin bahwa struktur
pengendalian internal klien sangat baik dan dapat
mencegah serta mendeteksi terjadinya salah saji, maka
auditor perlu menguji kelayakan dari keyakinannya
tersebut. Auditor akan menguji efektifitas struktur
pengendalian internal. Dengan kata lain, auditor akan
5|Page

melaksanakan pengujian pengendalian.(Bastian. 2007:
85)

4. Definisi Keuangan Daerah
Keuangan daerah merupakan bagian dari
akuntansi sektor publik, yang mencatat dan melaporkan
semua transaksi yang berkaitan dengan keuangan daerah.
‘’Keuangan daerah sebagai semua hak dan
kewajiban yang dapat dinilai dengan uang, demikian
pula segala sesuatu baikberupa uang maupun barang
yang dapat dijadikan kekayaan daerah sepanjang itu
belum dimiliki/dikuasai oleh Negara atau daerah yang

lebih
tinggi
serta
pihak-pihak
lain
sesuai
ketentuan/peraturan undang-undang yang berlaku’’.
(Halim. 2001:19) Sedangkan menurut Peraturan
Pemerintah Republik Indonesia Nomor 58 Tahun 2005,
tentang Pengelolaan Keuangan Daerah dalam ketentuan
umumnya menyatakan bahwa keuangan daerah adalah
semua hak dan kewajiban daerah dalam rangka
penyelenggaraan pemerintah daerah yang dapat dinilai
dengan uang termasuk didalamnya segala bentuk
kekayaan daerah tersebut.

5. Sitem Audit Keuangan Daerah
Dalam sektor audit keuangan daerah, audit atas
hal yang berkaitan dengan keuangan meliputi sebagai
berikut :


6|Page

1) Pemeriksaan Siklus Pendapatan
Tujuan audit siklus pendapatan adalah untuk
mengungkapkan ada tidaknya salah saji yang material
dalam proses Pendapatan Daerah/Organisasi, Dana
Perimbangan, dan Pendapatan Lain-lain yang sah.
Jenis koreksi pembukuan yang harus dilakukan atas
pendapatan adalah sebagai berikut:
1. Kesalahan pembukuan dan/atau penyajian saldo awal
tahun anggaran/sisa perhitungan anggaran tahun lalu.
2. Kesalahan
pembukuan
dan/atau
penyajian
pendapatan daerah.
3. Kesalahan pembukuan dan/atau penyajian saldo
akhir tahun anggaran sisa perhitungan anggaran
tahun perhitungan.

4. Kesalahan penyajian dalam daftar lampiran
perhitungan anggaran tahun anggaran perhitungan.
5. Kesalahan yang wajib dikoreksi oleh auditor, yang
terdiri atas:
6. Kesalahan pembukuan (kekeliruan pencatatan).
7. Kesalahan pembebanan.
8. Kesalahan penjumlahan dan pengurangan angka
(aritmatika).

2) Pemeriksaan Siklus Belanja
Tujuan audit siklus belanja adalah untuk
memperoleh bukti mengenai masing-masing asersi yang
signifikan, yang berkaitan dengan transaksi dan saldo
siklus belanja.

7|Page

Berbagai
proses
dan
keputusan
untuk
memperoleh barang dan jasa yang diperlukan dalam
pelaksanaan kegiatan organisasi sektor publik. Dua
kelompok transaksi utama dalam siklus ini adalah
transaksi pembelian dan pengeluaran kas. Kedua
transaksi tersebut mempengaruhi berbagai akun berikut:
 Kas,
 Persediaan barang habis pakai,
 Aktiva tetap,
 Aktiva lain-lain,
 Utang.
a. Risiko bawaan pos belanja organisasi sektor publik
pada banyak organisasi sangatlah tinggi. Ada
berbagai faktor yang menyebabkan tingginya risiko
bawaan siklus belanja ini, yaitu:
 Volume transaksi yang selalu tinggi,
 Pembelanjaan dan pengeluaran tanpa
otoritasi yang dapat terjadi,
 Pembelian aset yang tidak perlu,
 Masalah akuntansi yang berkembang.
1. Tingginya volume transaksi akan memperbesar
kemungkinan terjadinya salah saji. Semakin tinggi
volume transaksi, semakin tinggi kemungkinan
kesalahan pencatatan transaksi tersebut. Disamping
itu, juga ada kemungkinan bahwa organisasi sektor
publik melakukan pembelian aset yang tidak perlu.
2. Tingginya
risiko
bawaan
siklus
belanja
menyebabkan banyak organisasi sektor publik
memprioritaskan
atau
memperluas
struktur
pengendalian internal siklus belanja untuk mencegah
dan mendeteksi salah saji. Seperti siklus pendapatan,
8|Page

pengujian pengendalian umumnya tidak mengurangi
risiko pengendalian asersi hak dan kewajiban. Jadi,
auditor dapat menggunakan kombinasi strategi
risiko pengendalian yang ditetapkan lebih rendah
dan pengujian subtantif.
3. Pengujian
pengendalian
tergantung
pada
pertimbangan biaya manfaat. Auditor harus
membandingkan biaya melakukan pengujian
pengendalian internal dengan penghematan yang
diperoleh akibat berkurangnya pengujian substantif.
3) Pemeriksaan Aktiva Tetap
Aktiva tetap merupakan aset/harta yang dimiliki
oleh organisasi sektor publik yang digunakan dalam
kegiatan operasi organisasi. Tujuan audit aktiva tetap
adalah untuk memperoleh bukti tentang setiap asersi
signifikan yang berkaitan dengan transaksi dan saldo
aktiva tetap. Audit atas aktiva tetap sangat penting
karena biasanya aktiva tetap merupakan aset/kekayaan
terbesar yang dimiliki oleh suatu organisasi sektor
publik.

4) Pemeriksaan Jasa Personalia
Siklus jasa personalia sangat penting karena
masalah gaji, pajak penghasilan pegawai, dan biaya
ketenagakerjaan lainnya merupakan komponen biaya
utama di hampir semua entitas.
9|Page

5) Pemeriksaan Siklus Investasi (Pembiayaan)
Investasi ini pada umumnya merupakan bagian
dari strategi jangka panjang suatu organisasi sektor
publik. Jangka waktu investasi sementara tidak lebih dari
satu periode akuntansi. Risiko salah saji pada transaksi
investasi organisasi sektor publik umumnya rendah
karena jarangnya transaksi yang terjadi.
6) Pemeriksaan Siklus Saldo Kas
Saldo kas berasal dari pengaruh kumulatif siklus
belanja, siklus investasi, dan siklus jasa personalia.
Tujuan audit saldo kas adalah untuk memperoleh bukti
tentang masing-masing asersi yang signifikan, yang
berkaitan dengan transaksi dan saldo kas.
Tujuan audi ditentukan berdasarkan kelima
kategori asersi laporan keuangan:
 Asersi keberadaan dan keterjadian
 Asersi kelengkapan
 Asersi hak dan kewajiban
 Asersi penilaian dan pengalokasian
 Asersi pelaporan dan pengungkapan

6. Teknik Audit Keuangan Sektor
Publik
1) Prosedur analitis (Analitycal Procedures)
Prosedur analitis terdiri dari penelitian dan
perbandingan hubungan diantra data. Prosedur ini
10 | P a g e

meliputi perhitungan dan penggunaan rasio-rasio
sederhana, analisis vertikal, atau laporan persentase,
perbandingan jumlah yang sederhana dengan data
historis atau anggaran, serta penggunaan model
matematis dan statistik, seperti analisis regresi.
Contoh prosedur analitis adalah membandingkan
item belanja menurut anggaran dan item realisasi
belanja. Hasil perbandingan itu akan menunjukan ada
tidaknya penyimpangan jumlah realisasi belanja dari
jumlah yang dianggarkan sebelumnya.
6) Inspeksi (Inspecting)
Inspeksi meliputi pemeriksaan yang rinci
terhadap dokumen dan catatan serta pemeriksaan sumber
daya berwujud. Prosedur ini digunakan secara luas
dalam auditing. Inspeksi seringkali digunakan dalam
mengumpulkan dan mengevalusai bukti, baik bottom-up
mapun top-down. Dengan melakukan inspeksi atas
dokumen, auditor dapat menentukan ketepatan
persyaratan dalam faktur atau kontrak yang memerlukan
pengujian bottom –up atas akuntansi transaksi tersebut.
Pada
saat
yang
sama,
auditor
seringkali
mempertimbagkan implikasi bukti dalam konteks
pemahaman faktor-faktor ekonomi dan persaingan
entitas.
Contoh kegiatan inspeksi adalah pemeriksaan
terhdap bukti-bukti transaksi seperti rekening bank,
kwitansi atau tanda terima lainnya untuk mengevaluasi
apakah transaksi yang dilakukan telah sesuai atau
menyimpang dari rencana dan anggaran yang telah
ditetapkan.
11 | P a g e

7) Konfirmasi (Confirming)
Kegiatan konfirmasi adalah bentuk kegiatan
keterangan yang memungkinkan auditor memperoleh
informasi secara langsug dari sumber independen di luar
organisasi sektor publik yang di audit. Dalam kasus yang
lazim, klien (organisasi yang di audit) mengajukan
permintaan kepada pihak luar secara tertulis, namun
auditor yang mengirimkan permintaan keterangan
tersebut.
Contoh kegiatan konfirmasi adalah meminta
keterangan kepada bendahara pengeluaran terkait buktibukti transaksi pembelian atau pengalokasian anggaran
yang telah dilakukannya. Kegiatan ini akan mengajukan
apakah bukti transaksi tersebut fiktif atau benar adanya.
Selain keteranagn-keterangan lainya terkait bukti
tersebut.
8) Permintaan keterangan (Inquiring)
Kegiatan ini meliputi permintaan keterangan
secara lisan maupun tertulis oleh auditor. Permintaan
keterangan tersebut biasanya ditunjukan kepada
manajemen atau karyawan organisasi sektor publik, yang
umumnya berupa pernyataan-pernyataan yang timbul
setelah dilaksanakannya prosedur analitis. Auditor juga
dapat secara langsung meminta keterangan kepada pihak
external.
Contoh kegiatan permintaan keterangan adalah
auditor meminta keteragan bendahara pengeluaran atas
ketidaksesuaian jumlah pengeluaran (berdasarkan bukti
transaksi yang ada) dengan jumlah anggaran yang telah
ditetapkan sebelumnya.
12 | P a g e

9) Perhitungan (Counting)
Dua aplikasi yang paling umum adalah
perhitungan (counting) adalah (1) perhitungan fisik
sumber daya berwujud, seperti jumlah kas dan
persediaan yang ada dan (2) akuntansi seluruh dokumen,
dengan nomor urut yang telah dicetak (prenumbered).
Hal pertama menyediakan cara untuk mengevaluasi
bukti fisik tentang jumlah yang ada. sementara yang ke
dua dapat dipandang sebagai penyediaan cara untuk
mengevaluasi pengendalian internal organisasi melalui
bukti yang objektif tentang kelengkapan catatan
akuntansi.
Contoh kegiatan perhitungan adalah auditor
menghitung asset yang telah dibeli bagian pengadaan
berdasarkan bukti transaksi yang ada.
10) Penelusuran (Tracing)
Dalam
penelusuran
seringkali
disebut
penelusuran ulang, auditor (1) memilih dokumen yang
dibuat pada saat transaksi dilaksanakan, dan (2)
menentukan bahwa informasi yang diberikan oleh
dokumen tersebut telah dicatat dengan benar dalam
catatan akuntansi (jurnal dan buku besar). Arah
pengujian prosedur ini berawal dari dokumen menuju ke
catatan akuntansi, sehingga menelusuri kembali asal-usul
aliran data melalui sistem akuntansi.
Contoh kegiatan penelusuran adalah auditor
membandingkan antara angka yang tertera dalam
kwitansi transaksi yang telah dilakukan dan jumlah
angka yang tertera dalam jurnal. Hal ini menunjukan

13 | P a g e

apakah ada kesesuaian penyajian, yaitu penyajian yang
lebih rendah atau yang lebih tinggi.
11) Pemeriksaan bukti pendukung (Vouching)
Pemeriksaan bukti pendukung meliputi (1)
pemilihan ayat jurnal dalam catatan akuntansi, dan (2)
mendapatkan serta memeriksa dokumen yang digunakan
sebagai dasar ayat jurnal tersebut untuk menentukan
validitas dan ketelitian pencatatan akuntansi. Dalam
melakukan vouching, arah pengujian berlawanan dengan
yang digunakan dalam penelusuran. Prosedur
pemeriksaan bukti pendukung digunakan secara luas
untuk mendeteksi salah saji berupa penyajian yang lebih
tinggi dari yang sebenarnya dalam pencatatan akuntansi.
Contoh kegiatan pemeriksaan bukti pendukung
adalah auditor memilih ayat jurnal “Pembelian ATK”
dijurnal, kemudian membandingkanya dengan kwitansi
pembelian ATK tersebut atau tanda pembelianya.
12) Pengamatan (observing)
Pengamatan berkaitan dengan memerhatikan dan
menyaksikan pelaksanaan beberapa kegiatan atau proses.
Kegiatannya berupa pemrosesan rutin atau jenis
transaksi tertentu, seperti penerimaan kas, untuk melihat
apakah para pekerja sedang melaksanakan tugas yang
telah diberikan sesuai dengan kebijakan dan prosedur
organisasi sektor publik. Pengamatan sangat terutama
untuk memperoleh pemahaman atas pengendalian
internal.
Contoh kegiatan pengamatan adalah auditor
mengamati kegiatan bendahara gaji dalam menjurnal
ketika mengeluarkan gaji kepada para pegawai.
14 | P a g e

13) Pelaksanaan ulang (Reforming)
Salah satu prosedur audit yang penting adalah
pelaksanaan ulang perhitungan dan rekonsiliasi yang
dilakukan oleh organissasi sektor publik yang di audit.
Contohnya adalah menghitung ulang total jurnal, beban
penyusutan, dan lain-lain. Auditor juga dapat melakukan
ulang beberapa aspek pemrosesan transaksi tertentu
untuk menentukan bahwa pemrosesan awal sudah sesuai
dengan pengendaliaan internal yang sudah dirumuskan.
Contoh kegiatan pelaksaaan ulang adalah auditor
menghitung ulang penyusutan kendaraan milik
organisasi berdasarkan umur ekonomis yang sebenarnya,
kemudian dibandingkan dengan pencatatan beban
peyusutan kendaraan yang telah dilakukan.
14) Teknik audit berbantuan computer (computerassisted audit techniques)
Apabila catatan akuntansi organisasi sektor
publik dilaksanakan melalui media elektronik, maka
auditor dapat menggunakan teknik ini untuk membantu
melaksanakan beberapa prosedur yang telah diuraikan
sebelumnya.
Contoh kegiatan audit berbantukan komputer
adalah auditor dengan bantuan komputer memeriksa
angka-angka dalam file jurnal bendahara dan
membandingkanya dengan kwitansi pendapatan, dan
bukti –bukti transaksi lainya.
15) Pengujian pengendalian
Terdapat dua jenis pengujian pengendalian, yaitu:
15 | P a g e

1) Pengujian pengendalian yang berkaitan langsung
dengan keefektifan desain kebijakan atau posedur
dan apakah benar–benar digunakan dalam kegiatan
organisasi
16) Pengujian pengendalian yang berkaitan dengan
keefektifan kebijakan dan prosedur serta bagaiman
pengaplikasiannya, konsistensinya dengan aplikasi
terdahulu dan oleh siapa aplikasi itu dilaksanakan
selama satu periode.
Contoh kegiatan pengujian pengendalian adalah
auditor membandingkan dokumen SOP atau petunjuk
teknis pegawai, dan mengamati pelaksaannya
dilapangan. Pengendalian akan dianggap baik jika SOP
atau petunjuk teknis mampu memberikan pedoman bagi
pelaksanaan tugas-tugas pegawai, pegawai mudah
memahaminya dan mengaplikasikannya pada setiap
pekerjaanya secara konsisten.
12) Pengujian substansif
Dua kateegori umum pengujian substansif adalah:
1) Prosedur analitis, yang merupakan prosedur dalam
penyediaan bukti–bukti tentang validitas perlakuan
akuntansi atas transaksi dan neraca, atau sebaliknya
tentang kesalahan atau ketidak beresan yang terjadi;
2) Pengujian terinci atas transaksi atau neraca
merupakan pengujian untuk menyediakan buktibukti tentang validitas perlakuan akuntansi atas

16 | P a g e

transaksi dan neraca atau sebaliknya atas kesalah
dan ketidak beresan yang terjadi.
Contoh kegiatan pengujian substantive adalah
auditor memeriksa secara rinci angka dan jumlah
transaksi yang telah terjadi,dimulaidari memeriksa
seluruh bukti tranaksi,catatan dalam jurnal, posting
dalam buku besar, hingga laporan yang telah jadi dengan
demikian dapat ditemukan apakah ada kesalah atau
ketidak beresan.

7. Proses Audit
Terdapat 17 proses dalam audit keuangan daerah:
7.1

Perencanaan

Perencanaan merupakan tahap yang vital dalam
audit. Perencanaan audit yang baik merupakan faktor
penting bagi tersedianya bukti audit (evidence) yang
cukup dan kompeten untuk mendukung isi laporan audit.
Standar pertama dari GAAS (General Accepted
Auditing Standard) di Indonesia SPAP untuk audit
lapangan adalah perencanaan yang memadai. Berikut
adalah tiga alasan utama mengapa seorang auditor harus
mempersiapkan rencana kontrak kerja yang tepat
sehingga (1) auditor dapat memperoleh cukup bukti
kompeten untuk kondisi yang ada, (2) membantu
menjaga agar biaya audit yang dikeluarkan tetap wajar,
(3) serta menghindari kesalah pahaman dengan klien.
Tahap perencanaan audit menurut Indra bastian
(2007) :

17 | P a g e

1) Pemahaman atas sistem akuntansi keuangan
sektor publik.
Hal ini sangat penting karena saat ini audit
sektor publik tidak lagi berfokus pada laporan
realisasi anggaran saja tetapi juga laporan keuangan
lainnya.
17) Penentuan tujuan dan lingkup audit
Dalam menentukan tujuan dan ruang lingkup, auditor
harus memastikan bahwa tujuan dan ruang lingkup
audit yang ditetapkan telah sesuai dengan mandat
serta wewenang lembaga audit dan pengawas yang
bersangkutan.
18) Penilaian resiko
Kegiatan audit dilaksanakan melalui berbagai
pengujian yang mengandung resiko kesalahan,
sehingga penilaian risiko pengendalian (control risk),
risiko bawaan (inherent risk), dan risiko deteksi
(detection risk) harus dilakukan.
19) Penyusunan rencana audit
Suatu rencana audit harus disusun
berdasarkan tahapan kegiatan perencanaan audit.

7.2 Penetapan regulasi audit keuangan
Bagian ini penting dalam proses audit karena
dibutuhkan aturan untuk memberikan arahan yang jelas,
18 | P a g e

dan sebagai kontrol agar pelaksanaan audit laporan
keuangan bisa memberikan opini yang tepat.
7.3 Penyusunan perencanaan audit
tahunan oleh lembaga auditor
Setelah ditetapkan aturan dan regulasi langkah
selanjutnya adalah menyusun perencanaan. Perencanaan
audit yang matang akan sangat menentukan kesuksesan
audit.
7.4 Temu rencana audit tahunan
Setelah lembaga auditor selesai menyusun
perencanaan audit tahunan, kemudian mereka bertemu
dengan kepala atau pimpinan organisasi sektor publik
untuk membicarakan perencanaan audit yang sudah
disusun.
7.5 Penerbitan regulasi tim dan
kebijakan oleh lembaga auditor
Regulasi yang ditetapkan dalam tahap ini
menyangkut tim atau personel yang akan melakukan
audit terhadap organisasi sektor publik maupun regulasi
dalam menjalankan proses audit.

7.6 Penerimaan regulasi organisasi
yang akan diaudit
Kemudian regulasi yang telah diterbitkan
tersebut akan diterima oleh lembaga pemeriksa sehingga
19 | P a g e

bisa melakukan proses audit di lembaga atau organisasi
sektor publik.
7.7 Survei awal karakter industri/
organisasi yang akan diaudit
Tahapan selanjutnya dalam siklus audit audit
sektor publik ini adalah survei awal terhadap karakter
industri/organisai yang akan diaudit.
7.8 Pembuatan program audit
Untuk setiap area yang diaudit, auditor harus
menyusun
langkah-langkah
audit
yang
akan
dilakukannya. Langkah-langkah ini tertuang dalam
program audit.
Suatu program audit akan berisi:


Tujuan audit untuk setiap area



Prosedur audit yang akan dilakukan



Sumber bukti audit



Deskripsi mengenai kesalahan (error).

7.9 Penerbitan surat tugas audit
Pihak
organisasi
sektor
publik
segera
mengeluarkan surat tugas kepada lembaga pemeriksa
untuk melaksanakan audit.
7.10 Pelaksanaan audit keuangan
20 | P a g e

Dalam melaksanakan audit keuangan, auditor
melakukan hal-hal berikut:

 Menilai Pengendalian Internal
Suatu proses yang dijalankan oleh eksekutif
didesain untuk memberikan keyakinan yang memadai
tentang pencapaian tiga golongan tujuan berikut:
1. Keandalan atau reliabilitas laporan keuangan.
2. Kepatuhan terhadap hukum dan peraturan yang
berlaku.
3. Efektivitas dan efisiensi operasi.
Oleh karena itu, dibutuhkan sistem yang
dirancang oleh organisasi sektor publik untuk menjaga
aset yang dimiliki agar terbebas dari kecurangan dan
penyalahgunaan. Hal inilah yang disebut sebagai
pengendalian internal.
 Jenis-jenis pengendalian internal:
1) Organisasi
Penyerahan wewenang dan tanggung jawab,
termasuk jalur pelaporan untuk semua aspek
operasi dan pengendaliannya, harus disebutkan
secara rinci dan jelas.
20) Pemisahan tugas
Salah satu fungsi utama pengendalian adalah
pemisahan tugas dan tanggung jawab. Apabila
kedua hal tersebut digabungkan, maka seseorang
dapat saja mencatat dan memproses sebuah
transaksi secara lengkap.
21 | P a g e

21) Fisik
Pengendalian ini berhubungan dengan
supervisi aset. Prosedur dan keamanan yang
memadai harus dirancang untuk memberi
keyakinan bahwa akses langsung maupun tidak
langsung melalui dokumentasi aset terbatas pada
personel yang berwenang.
22) Persetujuan dan Otorisasi
Seluruh transaksi harus diotorisasi atau
disetujui oleh orang yang tepat. Batas wewenang
juga harus dijelaskan.
23) Akuntansi
Pengecekan atas keakuratan catatan,
penghitungan jumlah total, rekonsiliasi,
pemakaian nomor rekening, jurnal, dan akuntansi
untuk dokumen.
24) Personalia
Keberadaan prosedur akan menjamin
penempatan personel yang sesuai dengan
kemampuan dan tanggung jawabnya.
25) Supervisi
Setiap sistem pengendalian internal harus
mencakup supervisi oleh atasan yang
bertanggung jawab terhadap transaksi dan
pencatatannya sehari-hari.
26) Manajemen

22 | P a g e

Ini adalah pengendalian yang dilakukan
oleh manajemen diluar tugas rutinnya, yang
meliputi pengendalian secara keseluruhan oleh
fungsi pengendalian internal dan prosedur review
khusus lainnya.

 Melakukan Prosedur Analtis
Prosedur
analisis
adalah
pengevaluasian
informasi keuangan yang dilakukan dengan mempelajari
hubungan yang masuk akal antara data keuangan dan
data nonkeuangan.
Prosedur analitis akan membantu auditor dengan
mendukung dan meningkatkan pemahamannya tentang
operasi organisasi yang diaudit. Prosedur analitis juga
membantu auditor dalam mengidentifikasi hubungan
yang tidak sewajarnya dan fluktuasi data yang tidak
diharapkan.
Ada enam langkah yang harus dilakukan auditor
dalam melakukan prosedur analitis, yaitu:
1. Mengidentifikasi perhitungan dan perbandingan
yang akan dibuat
2. Mengembangkan ekspektasi
3. Melakukan perhitungan dan perbandingan
4. Menganalisi data
5. Menyelidiki perbedaan atau penyimpangan yang
tidak diharapkan yang signifikan
6. Menentukan
pengaruh
perbedaan
atau
penyimpangan terhadap perencanaan audit.
7.11 Pembuatan daftar temuan
23 | P a g e

Setelah melakukan kegiatan pelaksanaan audit,
auditor biasanya mendapatkan temuan-temuan terkait
dengan keuangan klien. Temuan-temuan tersebut
kemudian didaftar sebagai bukti dalam penyampaian
pendapat nantinya.
7.12 Pembicaraan awal tentang daftar
temuan
Berdasarkan temuan-temuan di lapangan ,
kemudian auditor melakukan pembicaraan dengan
pimpinan organisasi sektor publik terkait temuan-temuan
tersebut. Dalam tahapan ini, auditor akan melakukan
cross-check atas hasil temuannya dengan fakta yang
terjadi di lapangan.
7.13 Penyusunan draft laporan hasil
pemeriksaan
Setelah hasil temuan hasil auditor di bicarakan
atau melakukan cross-check dengan pejabat organisasi
sektor publik, auditor kemudian menyusun draft laporan
hasil pemeriksaan.
7.14 Pembahasan draft laporan hasil
pemeriksaan dengan organisasi
yang diaudit
Dalam tahapan ini, auditor memastikan apa yang
telah di susun di dalam draft laporan hasil pemeriksaan
sudah selesai dengan fakta yang terjadi di lapangan.

24 | P a g e

7.15 Penyelesaian laporan hasil
pemeriksaan
Setelah melakukan pembahasan draft laporan
hasil pemeriksaan dan di pastikan kelengkapan serta
kesepakatan mengenai draft tersebut sudah tercapai,
kemudian akan di lakukan penyelesaian atau finalisasi
draft tersebut menjadi laporan hasil pemeriksaan akhir.
7.16 Tindak lanjut temuan laporan hasil
pemeriksaan
Berdasarkan temuan-temuan yang ada di
lapangan, auditor melakukan tindak lanjut atau dengan
kata lain, memberikan rekomendasi perbaikan kepada
organisasi sektor publik.
7.17 Penerbitan laporan hasil
pemeriksaan
Tahapan terakhir dari siklus audit keuangan
adalah penerbitan laporan hasil pemeriksaan kepada
pihak-pihak yang memiliki kepentingan terhadap
organisasi yang telah di audit tersebut.

8. Kesimpulan
Menurut (Boynton, Johnson, Kell. 2003: 5)
Auditing adalah “suatu proses sistematis untuk
memperoleh serta mengevaluasi bukti secara obyektif
mengenai asersi-asersi (pernyataan) kegiatan dan
peristiwa ekonomi, dengan tujuan menetapkan derajat
25 | P a g e

kesesuaian antara asersi-asersi tersebut dengan kriteria
yang telah ditetapkan sebelumnya serta penyampaian
hasil-hasilnya kepada pihak yang berkepentingan”.
Audit tidak hanya berlaku untuk perusahaan
swasta saja melainkan juga diperlukan untuk lingkungan
pemerintah khususnya pada keuangan sektor publik.
Pengawasan untuk sektor publik di lakukan oleh badan
pengawasan keuangan yaitu lembanga yang dibentuk
oleh negara untuk mengawasi jalannya keuangan di
setiap pemerintahan pusat maupun daerah. Di
perlukannya strategi khusus dalam pengauditan
keuangan daerah serta sistem audit mengenai hal-hal
yang berkaitan dengan laporan keuangan, dikarenakan
komponen-komponen audit yang berbeda dengan audit
perusahaan swasta pada umumnya. Melalui sistem audit
yang dibutuhkan oleh auditor, penerapan beberapa teknik
audit yang dijalankan oleh pihak yang independen yakni
auditor, sangat dibutuhkan guna menunjang proses
auditing keuangan daerah, sehingga akan diperoleh hasil
berupa laporan keuangan setelah audit dan selanjutnya
akan diperiksa oleh pihak-pihak yang berkepentingan
diantaranya pada rapat DPR, DPD, DPRD, dan lembaga
keuangan negara lainnya.

26 | P a g e

DAFTAR RUJUKAN






Boynton. Johnson, Kell. (2003: 5)
Bastian. (2007: 85)
Guy, Alderman, Winters. (2002: 4)
Halim. (2001: 19)
Mahmudi. (2007: 29)

DAFTAR PUSTAKA
27 | P a g e

Boynton, William C,. Raymond N. Johnson, & Walter G.
Kell. 2003. Modern Auditing, Edisi ke 7,
jilid 1. Jakarta: Erlangga.
Bastian, Indra. 2007. Audit Sektor Publik, Edisi Kedua.
Jakarta: Salemba Empat.
Bastian, Indra. 2010. Akuntansi Sektor Publik. Edisi
Ketiga. Yogyakarta: Erlangga
Guy, Dan M,. C. Wayne Alderman, & Alan J. Winters.
2002. Auditing, Edisi ke 5, jilid 1. Jakarta:
Erlangga.
Mahmudi. 2007. Analisis Laporan Keuangan
Pemerintah Daerah. Jakarta: UPP STIM YKPN
Mardiasmo. 2009. Akuntansi Sektor Publik. Yogyakarta:
Andi
UU Nomor 15 Tahun 2004 tentang Pemeriksaan
Pengelolaan dan Tanggung jawab Keuangan
Negara.
http: //www.bpk.go.id

28 | P a g e

Dokumen yang terkait

ANALISIS ELASTISITAS TRANSMISI HARGA IKAN LEMURU DI DAERAH PENANGKAPAN IKAN KECAMATAN MUNCAR KABUPATEN BANYUWANGI

23 357 18

ANALISIS PENGARUH PENERAPAN PRINSIP-PRINSIP GOOD GOVERNANCE TERHADAP KINERJA PEMERINTAH DAERAH (Studi Empiris pada Pemerintah Daerah Kabupaten Jember)

37 330 20

ANALISIS PENGARUH PERSEPSI TRANSPARANSI DAN AKUNTABILITAS TERHADAP KINERJA LAYANAN PUBLIK SATUAN KERJA PERANGKAT DAERAH KABUPATEN BANYUWANGI

19 247 18

STRATEGI PEMERINTAH DAERAH DALAM MEWUJUDKAN MALANG KOTA LAYAK ANAK (MAKOLA) MELALUI PENYEDIAAN FASILITAS PENDIDIKAN

73 431 39

KEBIJAKAN BADAN PENGENDALIAN DAMPAK LINGKUNGAN DAERAH (BAPEDALDA) KOTA JAMBI DALAM UPAYA PENERTIBAN PEMBUANGAN LIMBAH PABRIK KARET

110 657 2

STRATEGI KOMUNIKASI POLITIK PARTAI POLITIK PADA PEMILIHAN KEPALA DAERAH TAHUN 2012 DI KOTA BATU (Studi Kasus Tim Pemenangan Pemilu Eddy Rumpoko-Punjul Santoso)

119 459 25

STRATEGI PUBLIC RELATIONS DALAM MENANGANI KELUHAN PELANGGAN SPEEDY ( Studi Pada Public Relations PT Telkom Madiun)

32 284 52

ANALISIS STRATEGI PEMASARAN SEPEDA MOTOR HONDA MELALUI PENDEKATAN BOSTON CONSULTING GROUP PADA PT. MPM MOTOR DI JEMBER

7 89 18

INTENSIFIKASI PEMUNGUTAN PAJAK HOTEL SEBAGAI UPAYA PENINGKATAN PENDAPATAN ASLI DAERAH ( DI KABUPATEN BANYUWANGI

16 118 18

RECONSTRUCTION PROCESS PLANNING REGULATORY FRAMEWORK IN THE REGIONAL AUTONOMY (STUDY IN THE FORMATION OF REGULATION IN THE REGENCY LAMPUNG MIDDLE ) REKONSTRUKSI PERENCANAAN PERATURAN DAERAH DALAM KERANGKA OTONOMI DAERAH (STUDI PEMBENTUKAN PERATURAN DAERAH

0 34 50