PENGELOLAAN LIMBAH RUMAH SAKIT DAN PERMA (1)

PENGELOLAAN LIMBAH RUMAH SAKIT
DAN PERMASALAHANNYA

I.

PENDAHULUAN
Sehat dan sakit merupakan dua konsep yang bertentangan. Pengertian

sehat dan sakit bersifat subjektif. Sakit menurut seseorang belum tentu sakit
menurut orang lain. Dengan kata lain konsep sehat dan sakit tergantung dari
pengalaman seseorang, dan dipengaruhi faktor lainnya misalnya faktor sosial
budaya. World Health Organization (WHO) merumuskan konsep sehat dalam
cakupan yang sangat luas, yaitu “keadaan yang sempurna baik fisik, mental
maupun sosial, tidak hanya terbebas dari penyakit atau kelemahan/cacat”.
Dalam definisi ini, sehat bukan sekedar terbebas dari penyakit atau cacat. UU
No.23,1992 tentang kesehatan menyatakan bahwa : Sehat adalah keadaan
sejahtera dari badan, jiwa dan sosial yang memungkinkan hidup produktif
secara sosial dan ekonomi. Dalam pengertian ini maka kesehatan harus
dilihat sebagai satu kesatuan yang utuh terdiri dari unsur–unsur fisik, mental
dan sosial dan di dalamnya kesehatan jiwa merupakan bagian integral dari
kesehatan.

Kesehatan masyarakat adalah ilmu dan seni untuk mencegah penyakit,
memperpanjang hidup, mempromosikan kesehatan dan efisiensi dengan
menggerakkan potensi seluruh masyarakat. Konsep kesehatan masyarakat
berkaitan dengan perubahan perilaku sehat. Perilaku sehat akan lebih
terbentuk dan bertahan lama bila dilandasi kesadaran sendiri (internalisasi)
sehingga konsep upaya sehat dari, oleh dan untuk masyarakat sangat tepat
diterapkan.
Pada umumnya manusia bergantung pada keadaan lingkungan disekitarnya
yang terdiri dari sumber daya alam yang dapat menunjang kehidupan seharihari. Sumber daya alam yang utama bagi manusia adalah tanah, air dan udara.
Tanah merupakan tempat manusia untuk melakukan berbagai kegiatan, Air
sangat diperlukan manusia sebagai komponen terbesar dari tubuh manusia.
Untuk menjada keseimbangan, air sangat dibutuhkan dengan jumlah yang

Pengelolaan Limbah Rumah Sakit dan Permasalahannya

Page 1

cukup banyak dan memiliki kualitas yang baik. Selain itu, udara merupakan
sumber oksigen yang alami bagi pernafasan manusia. Lingkungan yang sehat
akan terwujud apabila manusia dan lingkungannya dalam kondisi baik.

Kontribusi lingkungan dalam mewujudkan derajat kesehatan merupakan hal
yang essensial di samping masalah perilaku masyarakat, pelayanan kesehatan
dan faktor keturunan. Lingkungan memberikan kontribusi terbesar terhadap
timbulnya masalah kesehatan masyarakat.
Terdapat beberapa pendapat tentang pengertian Kesehatan Lingkungan
sebagai berikut :
1.

Pengertian Kesehatan Lingkungan Menurut World Health Organisation
(WHO): Those aspects of human health and disease that are determined
by factors in the environment. It also refers to the theory and practice of
assessing and controlling factors in the environment that can potentially
affect health. Atau bila disimpulkan “Suatu keseimbangan ekologi yang
harus ada antara manusia dan lingkungan agar dapat menjamin
keadaan sehat dari manusia.”

2.

Menurut HAKLI (Himpunan Ahli Kesehatan Lingkungan Indonesia)
“Suatu kondisi lingkungan yang mampu menopang keseimbangan

ekologi yang dinamis antara manusia dan lingkungannya untuk
mendukung tercapainya kualitas hidup manusia yang sehat dan
bahagia.”

3.

Jika disimpulkan Pengertian Kesehatan Lingkungan adalah “ Upaya
perlindungan, pengelolaan, dan modifikasi lingkungan yang diarahkan
menuju keseimbangan ekologi pada tingkat kesejahteraan manusia yang
semakin meningkat.”

Ruang lingkup Kesehatan lingkungan adalah :
a. Menurut WHO
1. Penyediaan Air Minum
2. Pengelolaan air Buangan dan pengendalian pencemaran
3. Pembuangan Sampah Padat
4. Pengendalian Vektor

Pengelolaan Limbah Rumah Sakit dan Permasalahannya


Page 2

5. Pencegahan/pengendalian pencemaran tanah oleh ekskreta manusia
6. Higiene makanan, termasuk higiene susu
7. Pengendalian pencemaran udara
8. Pengendalian radiasi
9. Kesehatan kerja
10. Pengendalian kebisingan
11. Perumahan dan pemukiman
12. Aspek kesehatan lingkungan dan transportasi udara
13. Perencanaan daerah dan perkotaan
14. Pencegahan kecelakaan
15. Rekreasi umum dan pariwisata
16. Tindakan-tindakan

sanitasi

yang

berhubungan


dengan

keadaan

epidemi/wabah, bencana alam dan perpindahan penduduk.
17. Tindakan pencegahan yang diperlukan untuk menjamin lingkungan.
b. Ruang lingkup kesehatan lingkungan sesuai Permenkes 1204 tahun 2004
antara lain
1.

Penyehatan ruang bangunan dan halaman rumah sakit.

2.

Hygiene sanitasi makanan dan minuman.

3.

Penyehatan air.


4.

Pengelolaan limbah.

5.

Penyehatan tempat pencucian linen (laundry).

6.

Pengendalian serangga, tikus, dan binatang pengganggu.

7.

Dekontaminasi melalui sterilisasi dan disinfeksi.

8.

Pengamanan dampak radiasi.

Menurut Undang-Undang nomor 36 tahun 2009 Tentang Kesehatan, upaya

kesehatan lingkungan ditujukan untuk mewujudkan kualitas lingkungan yang
sehat, baik fisik, kimia, biologi, maupun sosial yang memungkinkan setiap
orang mencapai derajat kesehatan yang setinggi-tingginya. Lingkungan sehat
tersebut antara lain mencakup lingkungan permukiman, tempat kerja, tempat
rekreasi, serta tempat dan fasilitas umum.

Pengelolaan Limbah Rumah Sakit dan Permasalahannya

Page 3

Upaya kesehatan lingkungan rumah sakit bertujuan untuk mewujudkan
lingkungan rumah sakit baik in door ataupun out door yang aman, nyaman, dan
sehat bagi para pasien, pekerja, pengunjung dan masyarakat di sekitar rumah
sakit, kejadian pencemaran lingkungan dan gangguan kesehatan yang
ditimbulkan oleh rumah sakit dapat ditekan sekecil mungkin atau bila mungkin
dihilangkan.

Pengelolaan Limbah Rumah Sakit dan Permasalahannya


Page 4

II. MASALAH LINGKUNGAN RUMAH SAKIT
A.

DEFINISI :
Rumah sakit bersih adalah tempat pelayanan kesehatan yang dirancang,

dioperasikan dan dipelihara dengan sangat memperhatikan aspek kebersihan
bangunan dan halaman baik fisik, sampah, limbah cair, air bersih, dan
serangga/binatang pengganggu. Namun menciptakan kebersihan di rumah
sakit merupakan upaya yang cukup sulit dan bersifat kompleks berhubungan
dengan berbagai aspek antara lain budaya/kebiasaan, prilaku masyarakat,
kondisi lingkungan, sosial dan teknologi. Upaya kesehatan lingkungan rumah
sakit bertujuan untuk mewujudkan lingkungan rumah sakit baik in door ataupun
out door yang aman, nyaman, dan sehat bagi para pasien, pekerja, pengunjung
dan masyarakat di sekitar rumah sakit, kejadian pencemaran lingkungan dan
gangguan kesehatan yang ditimbulkan oleh rumah sakit dapat ditekan sekecil
mungkin atau bila mungkin dihilangkan. Limbah merupakan bahan sisa yang

dihasilkan dari suatu kegiatan baik pada skala industri, rumah tangga, instansi
dan lain sebagainya yang dilakukan oleh manusia. Limbah yang tidak diolah
dengan baik dapat menjadi salah satu faktor terjadinya pencemaran lingkungan
yang berdampak buruk bagi lingkungan.
Jika di bandingkan dengan institusi lain mungkin jenis sampah dan limbah
rumah sakit adalah yang paling komplit. Tempat yang paling banyak di kunjungi
oleh masyarakat ketika sakit ini mengeluarkan berbagai jenis sampah dan
limbah. Masyarakat di dalam lingkungan rumah sakit yang terdiri dari pasien,
pengunjung dan karyawan memberikan kontribusi kuat terhadap pengotoran
lingkungan rumah sakit. Aktivitas pelayanan dan perkantoran, pedagang
asongan, prilaku membuang sampah dan meludah sembarangan, prilaku
merokok

dan

sejumlah

barang

atau


bingkisan

yang

dibawa

oleh

pengunjung/tamu menambah jumlah sampah dan mengotori lingkungan rumah
sakit.
Beberapa waktu lalu, pemberitaan mengenai sampah medis yang
ditemukan di pasaran sebagai mainan anak-anak, menjadi perhatian publik.
Seperti diketahui bahwa seharusnya sampah medis seperti alat infus, alat
suntik, dan sarung tangan harus dimusnahkan setelah digunakan, jangan

Pengelolaan Limbah Rumah Sakit dan Permasalahannya

Page 5


sampai jatuh ke tangan masyarakat. Hal ini mendapat tanggapan langsung dari
Menteri Kesehatan RI waktu itu, dr. Endang Rahayu Sedyaningsih MPH, di
sela-sela sambutannya saat membuka Konferensi Nasional I Promosi
Kesehatan Rumah Sakit bertema New Challenges of Health Promoting Hospital
in Indonesia di Bandung, Selasa malam (6/3/12). “Apabila rumah sakit belum
memiliki alat penanganan limbah medis sendiri, harus memiliki mekanisme
kerjasama dengan rumah sakit yang lebih besar agar dapat menangani
masalah limbah medis. Ini harus diupayakan”, ujar Menkes.
Pada kesempatan tersebut Menkes menegaskan, tiga hal yang harus
diperhatikan oleh para penyelenggara pelayanan kesehatan, khususnya
penyelenggara rumah sakit, bahwa sarana pelayanan kesehatan harus menjadi
tempat yang aman bagi para pekerjanya, pasiennya, dan masyarakat di
sekitarnya.
Tanggapan mengenai permasalahan tersebut juga diungkapkan oleh
Direktur Jenderal Bina Upaya Kesehatan (BUK), dr. Supriyantoro, Sp.P, MARS
saat melakukan inspeksi mendadak (Sidak) ke sejumlah rumah sakit di wilayah
DKI Jakarta dan Depok, Jawa Barat, guna melakukan pengecekan secara
langsung standar pembuangan dan pengolahan limbah yang dilakukan rumah
sakit pada Selasa siang (6/3/12). “Secara garis besar, sistem pembuangan dan
pengolahan

limbah

rumah

sakit

sudah

berjalan,

tetapi

masih

harus

disempurnakan. Yang harus diperhatikan adalah jangan sampai sampah medis
tercecer, apalagi dimanfaatkan oleh orang-orang yang tidak bertanggungjawab,
bahkan sampai berdampak pada penyakit-penyakit yang dapat membahayakan
masyarakat”, jelas Dirjen BUK. Menurut Dirjen BUK, bila terdapat rumah sakit
yang

melanggar

standar

pembuangan

limbah

dan

pengelolaannya,

Kementerian akan menindak tegas pengelola rumah sakit tersebut. “Limbah RS
berbeda dengan limbah rumah tangga. Sebab limbah RS yang tidak dikelola
dengan baik, dapat menimbulkan penyakit”, tandas Dirjen BUK. Berita ini
disiarkan oleh Pusat Komunikasi Publik, Sekretariat Jenderal Kementerian
Kesehatan RI.
Limbah medis adalah limbah yang dihasilkan dari aktivitas pengobatan
atau tindakan perawatan lainnya di instalasi kesehatan baik itu rumah sakit,

Pengelolaan Limbah Rumah Sakit dan Permasalahannya

Page 6

puskesmas, klinik, apotek, dan sebagainya. Limbah rumah sakit, khususnya
limbah medis yang infeksius, belum dikelola dengan baik. Sebagian besar
pengelolaan limbah infeksius disamakan dengan limbah medis noninfeksius.
Selain itu, kerap bercampur limbah medis dan nonmedis. Percampuran tersebut
justru memperbesar permasalahan limbah medis.
Limbah medis sangat penting untuk dikelola secara benar, hal ini
mengingat limbah medis termasuk kedalam kategori limbah berbahaya dan
beracun. Sebagian limbah medis termasuk kedalam kategori limbah berbahaya
dan sebagian lagi termasuk kategori infeksius. Limbah medis berbahaya yang
berupa limbah kimiawi, limbah farmasi, logam berat, limbah genotoxic dan
wadah bertekanan masih banyak yang belum dikelola dengan baik. Sedangkan
limbah infeksius merupakan limbah yang bisa menjadi sumber penyebaran
penyakit baik kepada petugas, pasien, pengunjung ataupun masyarakat di
sekitar lingkungan rumah sakit. Limbah infeksius biasanya berupa jaringan
tubuh pasien, jarum suntik, darah, perban, biakan kultur, bahan atau
perlengkapan yang bersentuhan dengan penyakit menular atau media lainnya
yang diperkirakan tercemari oleh penyakit pasien. Limbah medis mengandung
mikroorganisme sumber penyakit.Limbah layanan kesehatan dapat mencemari
penduduk lingkungan di sekitar layanan kesehatan dan dapat menimbulkan
masalah kesehatan. Hal ini dikarenakan limbah tersebut dapat mengandung
jasad renik penyebab penyakit pada manusia termasuk demam typoid, cholera,
disentri, dan hepatitis, sehingga limbah harus diolah sebelum dibuang ke
lingkungan

(Badan

Penanggulangan

Dampak

Lingkungan1999

dalam

Sudewi,2013:11) Pengelolaan lingkungan yang tidak tepat akan beresiko
terhadap penularan penyakit. Beberapa resiko kesehatan yang mungkin
ditimbulkan akibat keberadaan rumah sakit antara lain: penyakit menular
(hepatitis,diare, campak, AIDS, influenza), bahaya radiasi (kanker, kelainan
organ genetik) dan resiko bahaya kimia.
Penaganan limbah medis sudah sangat mendesak dan menjadi perhatian
Internasional. Isu ini telah menjadi agenda pertemuan internasional yang
penting. Pada tanggal 8 Agustus 2007 telah dilakukan pertemuan High Level
Meeting on Environmental and Health South-East and East-Asian Countries di

Pengelolaan Limbah Rumah Sakit dan Permasalahannya

Page 7

Bangkok. Dimana salah satu hasil pertemuan awal Thematic Working Group
(TWG) on Solid and Hazardous Waste yang akan menindaklanjuti tentang
penanganan limbah yang terkait dengan limbah domestik dan limbah medis.
Selanjutnya pada tanggal 28-29 Februari 2008 dilakukan pertemuan pertama
(TWG) on Solid and Hazardous Waste di Singapura membahas tentang
pengelolaan limbah medis dan domestik di masing masing negara.
Limbah (menurut PP NO 12, 1995) adalah bahan sisa suatu kegiatan dan
atau proses produksi. Sedangkan limbah rumah sakit menurut Permenkes RI
nomor: 1204/MENKES/SK/X/2004 Tentang Persyaratan Kesehatan Lingkungan
Rumah Sakit adalah semua limbah yang dihasilkan dari kegiatan rumah sakit
dalam bentuk padat, cair, dan gas.
Limbah rumah sakit bisa mengandung bermacam-macam mikroorganisme
bergantung pada jenis rumah sakit, tingkat pengolahan yang dilakukan sebelum
dibuang.
Limbah cair rumah sakit dapat mengandung bahan organik dan anorganik
yang umumnya diukur dan parameter BOD, COD, TSS, dan lain-lain.
Sementara limbah padat rumah sakit terdiri atas sampah mudah membusuk,
sampah mudah terbakar, dan lain-lain. Limbah-limbah tersebut kemungkinan
besar mengandung mikroorganisme patogen atau bahan kimia beracun
berbahaya yang menyebabkan penyakit infeksi dan dapat tersebar ke
lingkungan rumah sakit yang disebabkan oleh teknik pelayanan kesehatan yang
kurang memadai, kesalahan penanganan bahan-bahan terkontaminasi dan
peralatan, serta penyediaan dan pemeliharaan sarana sanitasi yang masih
buruk.
Limbah benda tajam adalah semua benda yang mempunyai permukaan
tajam yang dapat melukai / merobek permukaan tubuh.
Limbah gas adalah semua limbah yang berbentuk gas yang berasal dari
kegiatan pembakaran di rumah sakit seperti insinerator, dapur, perlengkapan
generator, anastesi, dan pembuatan obat citotoksik.
Limbah sitotoksis adalah limbah dari bahan yang terkontaminasi dari
persiapan dan pemberian obat sitotoksis untuk kemoterapi kanker yang

Pengelolaan Limbah Rumah Sakit dan Permasalahannya

Page 8

mempunyai kemampuan untuk membunuh atau menghambat pertumbuhan sel
hidup.

B.

KARAKTERISTIK LIMBAH RUMAH SAKIT
Sampah dan limbah rumah sakit adalah semua sampah dan limbah yang

dihasilkan oleh kegiatan rumah sakit dan kegiatan penunjang lainnya. Apabila
dibanding dengan kegiatan instansi lain, maka dapat dikatakan bahwa jenis
sampah dan limbah rumah sakit dapat dikategorikan kompleks. Secara umum
sampah dan limbah rumah sakit dibagi dalam dua kelompok besar, yaitu
sampah atau limbah medis dan non medis baik padat maupun cair.
Limbah medis adalah yang berasal dari pelayanan medis, perawatan, gigi,
veterinari, farmasi atau sejenis, pengobatan, perawatan, penelitian atau
pendidikan yang menggunakan bahan-bahan beracun, infeksius berbahaya
atau bisa membahayakan kecuali jika dilakukan pengamanan tertentu. Bentuk
limbah medis bermacam-macam dan berdasarkan potensi yang terkandung di
dalamnya dapat dikelompokkan sebagai berikut:
a. Limbah benda tajam
Limbah benda tajam adalah obyek atau alat yang memiliki sudut tajam, sisi,
ujung atau bagian menonjol yang dapat memotong atau menusuk kulit seperti
jarum hipodermik, perlengkapan intravena, pipet pasteur, pecahan gelas, pisau
bedah. Semua benda tajam ini memiliki potensi bahaya dan dapat
menyebabkan cedera melalui sobekan atau tusukan. Benda-benda tajam yang
terbuang mungkin terkontaminasi oleh darah, cairan tubuh, bahan mikrobiologi,
bahan beracun atau radioaktif.
b. Limbah infeksius
Limbah infeksius mencakup pengertian sebagai berikut:


Limbah yang berkaitan dengan pasien yang memerlukan isolasi penyakit
menular (perawatan intensif)

Pengelolaan Limbah Rumah Sakit dan Permasalahannya

Page 9



Limbah laboratorium yang berkaitan dengan pemeriksaan mikrobiologi
dari poliklinik dan ruang perawatan/isolasi penyakit menular.

c. Limbah jaringan tubuh
Limbah jaringan tubuh meliputi organ, anggota badan, darah dan cairan tubuh,
biasanya dihasilkan pada saat pembedahan atau otopsi.
d. Limbah sitotoksik
Limbah

sitotoksik

adalah

bahan

yang

terkontaminasi

atau

mungkin

terkontaminasi dengan obat sitotoksik selama peracikan, pengangkutan atau
tindakan terapi sitotoksik. Limbah yang terdapat limbah sitotoksik didalamnya
harus dibakar dalam incinerator dengan suhu diatas 1000 oc
e. Limbah farmasi
Limbah farmasi ini dapat berasal dari obat-obat kadaluwarsa, obat-obat yang
terbuang karena batch yang tidak memenuhi spesifikasi atau kemasan yang
terkontaminasi, obat-obat yang dibuang oleh pasien atau dibuang oleh
masyarakat, obat-obat yang

tidak lagi diperlukan oleh institusi yang

bersangkutan dan limbah yang dihasilkan selama produksi obat-obatan.
f.

Limbah kimia

Limbah kimia adalah limbah yang dihasilkan dari penggunaan bahan kimia
dalam tindakan medis, veterinari, laboratorium, proses sterilisasi, dan riset.
g. Limbah radioaktif
Limbah radioaktif adalah bahan yang terkontaminasi dengan radio isotop yang
berasal dari penggunaan medis atau riset radio nukleida. Limbah ini dapat
berasal dari antara lain : tindakan kedokteran nuklir, radio-imunoassay dan
bakteriologis; dapat berbentuk padat, cair atau gas. Limbah cair yang dihasilkan
rumah sakit mempunyai karakteristik tertentu baik fisik, kimia dan biologi.
h. Limbah Plastik

Pengelolaan Limbah Rumah Sakit dan Permasalahannya

Page 10

Limbah plastik adalah bahan plastik yang dibuang oleh klinik, rumah sakit dan
sarana pelayanan kesehatan lain seperti barang-barang dissposable yang
terbuat dari plastik dan juga pelapis peralatan dan perlengkapan medis.
Temuan hasil penelitian Badan Penanggulangan Dampak Lingkungan
Jawa Barat yang bekerjasama dengan Departemen Kesehatan RI dan Badan
Kesehatan Dunia (WHO) selama tahun 1998-1999, dari keseluruhan limbah 3
rumah sakit maka sekitar 10-15% diantaranya merupakan limbah infeksius
yang mengandung logam berat. Limbah organik sebanyak 40% merupakan
yang berasal dari makanan pasien, keluarga pasien, dan instalasi gizi, sedang
sisanya sekitar 45-50% merupakan limbah anorganik dalam bentuk botol infus
dan plastik. (Pristiyanto dalam Nur, 2013:1). Limbah medis anorganik juga
dapat berasal dari fasilitas layanan kesehatan lainnya. Data dari Direktorat
Jenderal Pencegahan Penyakit Menular dan Penyehatan Lingkungan (Ditjen
P2MPL) Kementerian Kesehatan Repubilik Indonesia menunjukkan bahwa
limbah alat suntik di Indonesia khusus imunisasi diperkirakan sebesar 66 juta
per tahun yang terdiri dari 36,8 juta untuk imunisasi bayi, sekitar 10 juta untuk
imunisasi ibu hamil/wanita usia subur, dan kurang lebih 20 juta berasal dari
imunisasi anak sekolah, sedangkan timbulan limbah alat suntik untuk kuratif
diperkirakan sebesar 300 juta per tahun (Depkes 2006 dalam Nur, 2013:1)
Selain sampah klinis, dari kegiatan penunjang rumah sakit juga
menghasilkan sampah non medis atau dapat disebut juga sampah non medis.
Sampah non medis ini bisa berasal dari kantor/administrasi kertas, unit
pelayanan (berupa karton, kaleng, botol), sampah dari ruang pasien, sisa
makanan buangan; sampah dapur (sisa pembungkus, sisa makanan/bahan
makanan, sayur dan lain-lain). Limbah cair yang dihasilkan rumah sakit
mempunyai karakteristik tertentu baik fisik, kimia dan biologi. Limbah rumah
sakit bisa mengandung bermacam-macam mikroorganisme, tergantung pada
jenis rumah sakit, tingkat pengolahan yang dilakukan sebelum dibuang dan
jenis sarana yang ada (laboratorium, klinik dll).
Tentu saja dari jenis-jenis mikroorganisme tersebut ada yang bersifat
patogen. Limbah rumah sakit seperti halnya limbah lain akan mengandung
Pengelolaan Limbah Rumah Sakit dan Permasalahannya

Page 11

bahan-bahan organik dan anorganik, yang tingkat kandungannya dapat
ditentukan dengan uji air kotor pada umumnya seperti BOD, COD, TTS, pH,
mikrobiologik, dan lainlain.
Melihat karakteristik yang ditimbulkan oleh buangan/limbah rumah sakit
seperti tersebut diatas, maka konsep pengelolaan lingkungan sebagai sebuah
sistem dengan berbagai proses manajemen didalamnya yang dikenal sebagai
Sistem Manajemen Lingkungan (Environmental Managemen System) dan
diadopsi Internasional Organization for Standar (ISO) sebagai salah satu
sertifikasi internasioanal di bidang pengelolaan lingkunan dengan nomor seri
ISO 14001 perlu diterapkan di dalam Sistem Manajemen Lingkungan Rumah
Sakit.
C.

PENGARUH LIMBAH RUMAH SAKIT TERHADAP LINGKUNGAN
DAN KESEHATAN

Pengaruh limbah rumah sakit terhadap kualitas lingkungan dan kesehatan
dapat menimbulkan berbagai masalah seperti:
1. Gangguan kenyamanan dan estetika, berupa warna yang berasal dari
sedimen, larutan, bau phenol, eutrofikasi dan rasa dari bahan kimia
organik.
2. Kerusakan harta benda, dapat disebabkan oleh garam-garam yang
terlarut (korosif, karat), air yang berlumpur dan sebagainya yang dapat
menurunkan kualitas bangunan di sekitar rumah sakit.
3. Gangguan/kerusakan tanaman dan binatang, dapat disebabkan oleh
virus, senyawa nitrat, bahan kimia, pestisida, logam nutrien tertentu dan
fosfor.
4. Gangguan terhadap

kesehatan

manusia,

dapat

disebabkan

oleh

berbagai jenis bakteri, virus, senyawa-senyawa kimia, pestisida, serta
logam seperti Hg, Pb, dan Cd yang berasal dari bagian kedokteran gigi.
5. Gangguan genetik dan reproduksi
Meskipun mekanisme gangguan belum sepenuhnya diketahui secara pasti,
namun beberapa senyawa dapat menyebabkan gangguan atau kerusakan
genetik dan sistem reproduksi manusia misalnya pestisida, bahan radioaktif.

Pengelolaan Limbah Rumah Sakit dan Permasalahannya

Page 12

D.

PENGELOLAAN LIMBAH RUMAH SAKIT
Pengelolaan limbah dapat didefinisikan sebagai suatu tindakan yang

dilakukan terhadap limbah mulai dari tahap pengumpulan di tempat sumber,
pengangkutan, penyimpanan serta tahap pengolahan akhir yang berarti
pembuangan atau pemusnahan.
Tindakan

pertama

yang

harus

dilakukan

sebelum

melakukan

pengelolaan limbah dari tindakan preventif dalam bentuk pengurangan volume
atau bahaya dari limbah yang dikeluarkan ke lingkungan. Atau minimasi limbah.
Beberapa usaha minimasi meliputi beberapa tindakan seperti usaha reduksi
pada sumbernya, pemanfaatan limbah,daur ulang, pengolahan limbah, serta
pembuangan limbah sisa pengolahan. Sedangkan tata lakana penanganan
limbah medis sesuai permenkes meliputi kegiatan Minimisasi dan Pemilahan
Limbah dengan rincian kegiatan sebagai berikut :
Usaha Minimalisasi Limbah
1.

Menyeleksi bahan-bahan yang kurang menghasilkan limbah sebelum
membelinya.

2.

Menggunakan sedikit mungkin bahan-bahan kimia.

3.

Mengutamakan metode pembersihan secara fisik daripada secara
kimiawi.

4.

Mencegah bahan-bahan yang dapat menjadi limbah seperti dalam
kegiatan petugas kesehatan dan kebersihan.

5.

Memonitor alur penggunaan bahan kimia dari bahan baku sampai
menjadi limbah bahan berbahaya dan beracun.

6.

Memesan bahan-bahan sesuai kebutuhan.

7.

Menggunakan bahan yang diproduksi lebih awal untuk menghindari
kadaluarsa.

8.

Menghabiskan bahan dari setiap kemasan.

9.

Mengecek tanggal kadaluarsa bahan pada saat diantar oleh distributor.

Pemilahan Limbah

Pengelolaan Limbah Rumah Sakit dan Permasalahannya

Page 13

Untuk memudahkan mengenal jenis limbah yang akan dimusnahkan, perlu
dilakukan penggolongan limbah
Dilakukan pemilihan jenis limbah medis mulai dari sumber yang terdiri



dari limbah infeksius, limbah patologi, limbah benda tajam, limbah farmasi,
sitotoksis, limbah kimiawi, limbah radioaktif, limbah kontainer bertekanan
dan dengan kandungan logam berat yang tinggi.
Pemisahan limbah berbahaya dari semua limbah pada tempat penghasil



limbah adalah kunci pembuangan yang baik.
. Dalam kaitan dengan pengelolaan, limbah medis dikategorikan menjadi 5
golongan sebabagi berikut :
Golongan A :


Dressing bedah, swab dan semua limbah terkontaminasi dari kamar
bedah.



Bahan-bahan kimia dari kasus penyakit infeksi.



Seluruh

jaringan

tubuh

bangkai/jaringan hewan

manusia

(terinfeksi

maupun

tidak),

dari laboratorium dan hal-hal lain yang

berkaitan dengan swab dan dreesing.
Golongan B :
Syringe bekas,

jarum, cartridge, pecahan

gelas

dan

benda-benda

tajam

lainnya.
Golongan C :
Limbah dari ruang laboratorium dan postpartum kecuali yang termasuk dalam
golongan A.
Golongan D :
Limbah bahan kimia dan bahan-bahan farmasi tertentu.
Golongan E :
Pelapis Bed-pan Disposable, urinoir, incontinence-pad, dan stomach.

Pengelolaan Limbah Rumah Sakit dan Permasalahannya

Page 14

Dalam pelaksanaan pengelolaan limbah medis perlu dilakukan pemisahan
penampungan, pengangkutan, dan pengelolaan limbah pendahuluan.
a.

Pemisahan

Golongan A
Dressing bedah yang kotor, swab dan limbah lain yang terkontaminasi
dari ruang pengobatan hendaknya ditampung dalam bak penampungan limbah
medis yang mudah dijangkau bak sampah yang dilengkapi dengan pelapis
pada tempat produksi sampah. Kantong plastik tersebut hendaknya diambil
paling sedikit satu hari sekali atau bila sudah mencapai tiga perempat penuh.
Kemudian diikat kuat sebelum diangkut dan ditampung sementara di bak
sampah klinis.
Bak sampah tersebut juga hendaknya diikat dengan kuat bila mencapai
tiga perempat penuh atau sebelum jadwal pengumpulan sampah. Sampah
tersebut kemudian dibuang dengan cara sebagai berikut :
1) Sampah dari haemodialisis
Sampah

hendaknya

dimasukkan

dengan incinerator. Bisa

juga

digunakan autoclaving, tetapi kantung harus dibuka dan dibuat sedemikian rupa
sehingga uap panas bisa menembus secara efektif.
(Catatan: Autoclaving adalah pemanasan dengan uap di bawah tekanan
dengan tujuan sterilisasi terutama untuk limbah infeksius).
2) Limbah dari unit lain :
Limbah hendaknya dimusnahkan dengan incinerator. Bila tidak mungkin bisa
menggunakan cara lain, misalnya dengan membuat sumur dalam yang aman.
Semua jaringan tubuh, plasenta dan lain-lain hendaknya ditampung pada bak
limbah

medis

atau

kantong

lain

yang

tepat

kemudian

dimusnahkan

dengan incinerator.

Pengelolaan Limbah Rumah Sakit dan Permasalahannya

Page 15

Perkakas

laboratorium

yang

terinfeksi

hendaknya

dimusnahkan

dengan incinerator. Incinerator harus dioperasikan di bawah pengawasan
bagian sanitasi atau bagian laboratorium.
Golongan B
Syringe, jarum dan cartridges hendaknya dibuang dengan keadaan tertutup.
Sampah ini hendaknya ditampung dalam bak tahan benda tajam yang bilamana
penuh (atau dengan interval maksimal tidak lebih dari satu minggu) hendaknya
diikat dan ditampung di dalam bak sampah klinis sebelum diangkut dan
dimasukkan denganincinerator.

b.

Penampungan

Sampah

klinis hendaknya

kebutuhan.

Sementara

diangkut
menunggu

sesering

mungkin

pengangkutan

sesuai

dengan

untuk

dibawa

ke incinerator atau pengangkutan oleh dinas kebersihan (atau ketentuan yang
ditunjuk), sampah tersebut hendaknya :
a.

Disimpan dalam kontainer yang memenuhi syarat.

b.

Di lokasi/tempat yang strategis, merata dengan ukuran yang disesuaikan
dengan frekuensi pengumpulannya dengan kantong berkode warna yang
telah ditentukan secara terpisah.

c.

Diletakkan pada tempat kering/mudah dikeringkan, lantai yang tidak
rembes, dan disediakan sarana pencuci.

d.

Aman dari orang-orang yang tidak bertanggungjawab; dari binatang, dan
bebas dari infestasi serangga dan tikus.

e.

Terjangkau oleh kendaraan pengumpul sampah (bila mungkin)

Sampah yang tidak berbahaya dengan penanganan pendahuluan (jadi bisa
digolongkan dalam sampan klinis), dapat ditampung bersama sampah lain
sambil menunggu pengangkutan.
c.

Pengumpulan Limbah Medis

Pengelolaan Limbah Rumah Sakit dan Permasalahannya

Page 16

Pengumpulan limbah medis dari setiap ruangan penghasil limbah



menggunakan troli khusus yang tertutup.
Penyimpanan limbah medis harus sesuai iklim tropis yaitu pada musim



hujan paling lama 48 jam dan musim kemarau paling lama 24 jam.

Persyaratan Pewadahan Limbah Medis
Syarat tempat pewadahan limbah medis, antara lain :
a.

Terbuat dari bahan yang kuat, cukup ringan, tahan karat, kedap air, dan
mempunyai permukaan yang halus pada bagian dalamnya, misalnya
fiberglass.

b.

Di setiap sumber penghasil limbah medis harus tersedia tempat
pewadahan yang terpisah dengan limbah non-medis.

c.

Kantong plastik di angkat setiap hari atau kurang sehari apabila 2/3
bagian telah terisi limbah.

d.

Untuk benda-benda tajam hendaknya di tampung pada tempat khusus
(safety box) seperti botol atau karton yang aman.

e.

Sayarat benda tajam harus ditampung pada tempat khusus (safety box)
seperti botol, jeregen atau karton yang aman.

f.

Tempat pewadahan limbah medis infeksius dan sitotoksik yang tidak
langsung kontak dengan limbah harus segera dibersihkan dengan
larutan desinfektan apabila akan dipergunakan kembali, sedangkan
untuk kantong plastik yang telah di pakai dan kontak langsung dengan
limbah tersebut tidak boleh digunakan lagi.

Standar lain yang harus dipenuhi dalam pewadahan limbah medis ini
menyangkut penggunaan label yang sesuai dengan kategori limbah. Detail
warna dan lambah label pada wadah limbah medis sebagai berikut :

Pengelolaan Limbah Rumah Sakit dan Permasalahannya

Page 17

Standar pewadahan dan penggunaan kode dan label limbah medis ini
berfungsi untuk memilah-milah limbah diseluruh rumah sakit sehingga limbah
dapat dipisah-pisahkan di tempat sumbernya :
Beberapa ketentuan juga memuat hal berikut ini
1.

Bangsal harus memiliki minimal dua macam tempat limbah, satu untuk
limbah medis (warna kuning) dan satunya lagi untuk non-medis (warna
hitam).

2.

Semua limbah dari kamar operasi dianggap sebagai limbah medis.

3.

Semua limbah dari kantor, biasanya berupa alat-alat tulis, dianggap
sebagai limbah non-medis.

4.

Semua limbah yang keluar dari unit patologi harus dianggap sebagai
limbah medis dan perlu dinyatakan aman sebelum dibuang.

Sedangkan persyaratan yang ditetapkan sebagai tempat pewadahan limbah
non-medis sebagai berikut :

Pengelolaan Limbah Rumah Sakit dan Permasalahannya

Page 18

a.

Terbuat dari bahan yang kuat, cukup ringan, tahan karat, kedap air, dan
mempunyai permukaan yang halus pada bagian dalamnya, misalnya
fiberglass.

b.

Mempunyai tutup yang mudah dibuka dan ditutup tanpa mengotori
tangan.

c.

Terdapat minimal 1 (satu) buah untuk setiap kamar atau sesuai dengan
kebutuhan.

d.

Limbah tidak boleh dibiarkan dalam wadahnya melebihi 3 x 24 jam atau
apabila 2/3 bagian kantong sudah terisi oleh limbah, maka harus
diangkut supaya tidak menjadi perindukan vektor penyakit atau binatang
pengganggu.

d.

Pengangkutan
Pengangkutan dibedakan menjadi dua yaitu pengangkutan intenal dan

eksternal. Pengangkutan internal berawal dari titik penampungan awal ke
tempat

pembuangan

atau

ke

incinerator

(pengolahan on-site).

Dalam

pengangkutan internal biasanya digunakan kereta dorong.
Kereta atau troli yang digunakan untuk pengangkutan sampah klinis harus
didesain sedemikian rupa sehingga :
1)

Permukaan harus licin, rata dan tidak tembus

2)

Tidak akan menjadi sarang serangga

3)

Mudah dibersihkan dan dikeringkan

4)

Sampan tidak menempel pada alat angkut

5)

Sampan mudah diisikan, diikat, dan dituang kembali

Bila tidak tersedia sarana setempat dan sampah klinis harus diangkut ke tempat
lain :
1. Harus disediakan bak terpisah dari sampah biasa dalam alat truk
pengangkut. Dan harus dilakukan upaya untuk men-cegah kontaminasi
sampah lain yang dibawa.
2. Harus dapat dijamin bahwa sampah dalam keadaan aman dan tidak
terjadi kebocoran atau tumpah.

Pengelolaan Limbah Rumah Sakit dan Permasalahannya

Page 19

LIMBAH CAIR
Limbah rumah sakit mengandung bermacam-macam mikroorganisme,
bahan-bahan organik dan an-organik. Beberapa contoh fasilitas atau Unit
Pengelolaan Limbah (UPL) di rumah sakit antara lain sebagai berikut:
a. Kolam Stabilisasi Air Limbah (Waste Stabilization Pond System)
Sistem pengelolaan ini cukup efektif dan efisien kecuali masalah lahan, karena
kolam stabilisasi memerlukan lahan yang cukup luas; maka biasanya
dianjurkan untuk rumah sakit di luar kota (pedalaman) yang biasanya masih
mempunyai lahan yang cukup. Sistem ini terdiri dari bagian-bagian yang cukup
sederhana yakni :
1)

Pump Swap (pompa air kotor).

2)

Stabilization Pond (kolam stabilisasi) 2 buah.

3)

Bak Klorinasi

4)

Control room (ruang kontrol)

5)

Inlet

6)

Incinerator antara 2 kolam stabilisasi

7)

Outlet dari kolam stabilisasi menuju sistem klorinasi.

b. Kolam oksidasi air limbah (Waste Oxidation Ditch Treatment System)
Sistem ini terpilih untuk pengolahan air limbah rumah sakit di kota, karena tidak
memerlukan lahan yang luas. Kolam oksidasi dibuat bulat atau elips, dan air
limbah dialirkan secara berputar agar ada kesempatan lebih lama berkontak
dengan oksigen dari udara (aerasi). Kemudian air limbah dialirkan ke bak
sedimentasi untuk mengendapkan benda padat dan lumpur. Selanjutnya air
yang sudah jernih masuk ke bak klorinasi sebelum dibuang ke selokan umum
atau sungai. Sedangkan lumpur yang mengendap diambil dan dikeringkan
pada Sludge drying bed (tempat pengeringan Lumpur). Sistem kolam oksidasi
ini terdiri dari :
1)

Pump Swap (pompa air kotor)

2)

Oxidation Ditch (pompa air kotor)

3)

Sedimentation Tank (bak pengendapan)

Pengelolaan Limbah Rumah Sakit dan Permasalahannya

Page 20

4)

Chlorination Tank (bak klorinasi)

5)

Sludge Drying Bed ( tempat pengeringan lumpur, biasanya 1-2 petak).

6)

Control Room (ruang kontrol)

c. Anaerobic Filter Treatment System
Sistem

pengolahan

melalui

proses

pembusukan

anaerobik

melalui

filter/saringan, air limbah tersebut sebelumnya telah mengalami pretreatment
dengan septic tank (inchaff tank). Proses anaerobic filter treatment biasanya
akan menghasilkan effluent yang mengandung zat-zat asam organik dan
senyawa anorganik yang memerlukan klor lebih banyak untuk proses
oksidasinya. Oleh sebab itu sebelum effluent dialirkan ke bak klorida ditampung
dulu di bak stabilisasi untuk memberikan kesempatan oksidasi zat-zat tersebut
di atas, sehingga akan menurunkan jumlah klorin yang dibutuhkan pada proses
klorinasi nanti.
Sistem Anaerobic Treatment terdiri dari komponen-komponen antara lain
sebagai berikut :
1)

Pump Swap (pompa air kotor)

2)

Septic Tank (inhaff tank)

3)

Anaerobic filter.

4)

Stabilization tank (bak stabilisasi)

5)

Chlorination tank (bak klorinasi)

6)

Sludge drying bed (tempat pengeringan lumpur)

7)

Control room (ruang kontrol)

Sesuai dengan debit air buangan dari rumah sakit yang juga tergantung dari
besar kecilnya rumah sakit, atau jumlah tempat tidur, maka kontruksi Anaerobic
Filter Treatment Systemdapat disesuaikan dengan kebutuhan tersebut,
misalnya :
1)

Volume septic tank

2)

Jumlah anaerobic filter

3)

Volume stabilization tank

4)

Jumlah chlorination tank

Pengelolaan Limbah Rumah Sakit dan Permasalahannya

Page 21

5)

Jumlah sludge drying bed

6)

Perkiraan luas lahan yang diperlukan

Secara singkat pengelolaan pengelolaan dan pembuangan limbah medis
adalah sebagai berikut :
1. Pengumpulan ( Pemisahan Dan Pengurangan )
Proses pemilahan dan reduksi sampah hendaknya merupakan proses yang
kontinyu yang pelaksanaannya harus mempertimbangkan : kelancaran
penanganan dan penampungan sampah, pengurangan volume dengan
perlakuan pemisahan limbah B3 dan non B3 serta menghindari penggunaan
bahan kimia B3, pengemasan dan pemberian label yang jelas dari berbagai
jenis sampah untuk efisiensi biaya, petugas dan pembuangan.
2. Penampungan
Penampungan sampah ini wadah yang memiliki sifat kuat, tidak mudah bocor
atau berlumut, terhindar dari sobek atau pecah, mempunyai tutup dan tidak
overload.

Penampungan

dalam

pengelolaan

sampah

medis

dilakukan

perlakuan standarisasi kantong dan kontainer seperti dengan menggunakan
kantong yang bermacam warna seperti telah ditetapkan dalam Permenkes RI
no. 986/Men.Kes/Per/1992 dimana kantong berwarna kuning dengan lambang
biohazard untuk sampah infeksius, kantong berwarna ungu dengan simbol
citotoksik untuk limbah citotoksik, kantong berwarna merah dengan simbol
radioaktif untuk limbah radioaktif dan kantong berwarna hitam dengan tulisan
“domestik”
3. Pengangkutan
Pengangkutan dibedakan menjadi dua yaitu pengangkutan intenal dan
eksternal. Pengangkutan internal berawal dari titik penampungan awal ke
tempat

pembuangan

atau

ke

incinerator

(pengolahan on-site).

Dalam

pengangkutan internal biasanya digunakan kereta dorong sebagai yang sudah
diberi label, dan dibersihkan secara berkala serta petugas pelaksana dilengkapi
dengan alat proteksi dan pakaian kerja khusus.

Pengelolaan Limbah Rumah Sakit dan Permasalahannya

Page 22

Pengangkutan

eksternal

yaitu

pengangkutan

sampah

medis

ketempat

pembuangan di luar (off-site). Pengangkutan eksternal memerlukan prosedur
pelaksanaan yang tepat dan harus dipatuhi petugas yang terlibat. Prosedur
tersebut termasuk memenuhi peraturan angkutan lokal. Sampah medis
diangkut dalam kontainer khusus, harus kuat dan tidak bocor.
4. Pengolahan dan Pembuangan
Metoda yang digunakan untuk megolah dan membuang sampah medis
tergantung pada faktor-faktor khusus yang sesuai dengan institusi yang
berkaitan dengan peraturan yang berlaku dan aspek lingkungan yang
berpengaruh terhadap masyarakat. Teknik pengolahan sampah medis (medical
waste) yang mungkin diterapkan adalah :


Incinerasi



Sterilisasi dengan uap panas/ autoclaving (pada kondisi uap jenuh
bersuhu 121 C)°



Sterilisasi dengan gas (gas yang digunakan berupa ethylene oxide atau
formaldehyde)



Desinfeksi zat kimia dengan proses grinding (menggunakan cairan kimia
sebagai desinfektan)



Inaktivasi suhu tinggi



Radiasi (dengan ultraviolet atau ionisasi radiasi seperti C o60



Microwave treatment



Grinding dan shredding (proses homogenisasi bentuk atau ukuran
sampah)



Pemampatan/pemadatan, dengan tujuan untuk mengurangi volume yang
terbentuk.

5.

Incinerator

Beberapa hal yang perlu diperhatikan apabila incinerator akan digunakan di
rumah sakit antara lain: ukuran, desain, kapasitas yang disesuaikan dengan
volume sampah medis yang akan dibakar dan disesuaikan pula dengan
pengaturan pengendalian pencemaran udara, penempatan lokasi yang

Pengelolaan Limbah Rumah Sakit dan Permasalahannya

Page 23

berkaitan dengan jalur pengangkutan sampah dalam kompleks rumah sakit dan
jalur pembuangan abu, serta perangkap untuk melindungi incinerator dari
bahaya kebakaran. Keuntungan menggunakan incinerator adalah dapat
mengurangi volume sampah, dapat membakar beberapa jenis sampah
termasuk sampah B3 (toksik menjadi non toksik, infeksius menjadi non
infeksius), lahan yang dibutuhkan relatif tidak luas, pengoperasinnya tidak
tergantung pada iklim, dan residu abu dapat digunakan untuk mengisi tanah
yang rendah. Sedangkan kerugiannya adalah tidak semua jenis sampah dapt
dimusnahkan terutama sampah dari logam dan botol, serta dapat menimbulkan
pencemaran udara bila tidak dilengkapi dengan pollution control berupa cyclon
(udara berputar) atau bag filter (penghisap debu). Hasil pembakaran berupa
residu serta abu dikeluarkan dari incinerator dan ditimbun dilahan yang rendah.
Sedangkan gas/pertikulat dikeluarkan melalui cerobong setelah melalui sarana
pengolah pencemar udara yang sesuai.

Pengelolaan Limbah Rumah Sakit dan Permasalahannya

Page 24

III.

PERMASALAHAN DALAM PENGELOLAAN LIMBAH RUMAH SAKIT
1. Volume produksi limbah rumah sakit sangat besar.
2. Dalam profil kesehatan Indonesia, Departement Kesehatan, 1997
diungkapkan seluruh rumah sakit di Indonesia berjumlah 1090 dengan
121.996 tempat tidur. Hasil kajian terhadap 100 rumah sakit di Jawa dan
Bali menunjukkan bahwa rata-rata produksi sampah sebesar 3,25 kg per
tempat tidur perhari. Analisa lebih jauh menunjukkan Universitas
Sumatera Utara produksi sampah (limbah padat) berupa limbah
domestik sebesar 76,8 persen dan berupa limbah infeksius sebesar 23,2
persen. Diperkirakan secara nasional produksi sampah (limbah padat)
Rumah Sakit sebesar 376.089 ton per hari dan produksi air limbah
sebesar 48.985,70 ton per hari. Data sarana fasilitas layanan kesehatan
dari Dinas Kesehatan DIY tahun 2011 menunjukkan jumlah rumah sakit
di DIY sebanyak 65 rumah sakit milik pemerintah dan swasta dengan
total jumlah bed 4.997 buah. Jika diasumsikan rata-rata Bed Occupancy
Rate (BOR) adalah 70% dan menurut Direktorat Jenderal Pengendalian
Penyakit dan Penyehatan Lingkungan timbulan limbah medis padat yang
harus dimusnahkan tiap tahun sebesar 1.762.941,6 kg. Jumlah ini akan
terus bertambah seiring meningkatnya jumlah rumah sakit yang ada di
Yogyakarta dan meningkatnya Bed Occupancy Rate karena dipengaruhi
trend penyakit yang berkembang baik penyakit menular maupun tidak
menular (Nur, 2013:5). Pada tahun 2009 di DIY telah dilakukan
inventarisasi limbah layanan kesehatan, berdasarkan hasil kegiatan
tersebut diketahui bahwa dari 30 rumah sakit/ rumah sakit khusus di DIY
baru sebanyak 13 rumah sakit/rumah sakit khusus (43,3%) yang telah
mengelola limbah padat dan cair dengan aman. (Dinkes Provinsi DIY,
2009)
3. Masih banyak rumah sakit yang belum melakukan pengelolaan limbah
rumah sakit d Jumlah rumah sakit yang mengelola limbah menurut
Bondan Agus Suryanto (KaDinKes Prop. DIY) sebanyak 64 persen dari
14 rumah sakit khusus di DIY tidak mengelola limbah dengan baik dan
aman. Hanya 36 persen rumah sakit khusus di DIY yang mengelola

Pengelolaan Limbah Rumah Sakit dan Permasalahannya

Page 25

limbah dengan baik dan aman. Rumah 5 sakitumum di DIY yang
berjumlah 16 rumah sakit, yang mengelola limbah dengan baik dan
aman sekitar 50 persen, sedangkan yang tidak memenuhi syarat
pengelolaan limbah juga 50 persen. Rumah sakitbesar yang ada di DIY
seperti rumah sakit Dr. Sardjito, rumah sakit Panti Rapih, rumah sakit
Bethesda Yogyakarta, dan rumah sakit umum daerah Wirosaban masuk
kriteria rumah sakit yang mengelola limbah dengan baik dan aman.
(Kesmas dalam Nur, 2013:70)engan baik dan benar.
4. Biaya yang diperlukan untuk pengelolaan limbah rumah sakit sangat
besar
5. Banyak rumah sakit yang tidak memiliki incinerator.
6. Menurut informasi dari Kepala Bidang Pengendalian Pencemaran
Lingkungan BLH Sumut, Rismayani dari 212 rumah sakit yang ada di
Sumatera

Utara,

hanya

tiga

rumah

sakit

yang

telah

mempunyai insinerator. Tiga rumah sakit tersebut adalah RSUD Pirngadi
Medan, RS Batubara, dan RS Horas Insani Pematangsiantar.
7. Rumah sakit mengalami kesulitan dalam hal penyediaan incinerator.
Kesulitan yang dialami rumah sakit adalah kesulitan biaya untuk
menyediakan incinerator, kesulitan penyediaan lahan untuk tempat
incinerator dan kesulitan mendapatkan izin penggunaan incinerator. Hal
ini pernah dikemukakan oleh beberapa direktur rumah sakit pemerintah
maupun swasta di kodya medan dalam Rapat Kerja DPRD dan Badan
Lingkungan Hidup Propinsi Sumatera Utara di Ruang Badan Anggaran
DPRD Sumut pada hari selasa tanggal 2 Februari 2016 (Abul Muamar,
Harian Tribun Medan, 2016)
IV.

KESIMPULAN
Keberagaman sampah/limbah rumah sakit memerlukan penanganan

yang baik sebelum proses pembuangan. Sayang sebagian besar pengelolaan
limbah medis (medical waste) RS masih di bawah standar lingkungan karena
umumnya dibuang ke tempat pembuangan akhir (TPA) sampah dengan sistem
open dumping atau dibuang di sembarang tempat. Bila pengelolaan limbah tak

Pengelolaan Limbah Rumah Sakit dan Permasalahannya

Page 26

dilaksanakan secara saniter, akan menyebabkan gangguan bagi masyarakat di
sekitar RS dan pengguna limbah medis. Agen penyakit limbah RS memasuki
manusia (host) melalui air, udara, makanan, alat, atau benda. Agen penyakit
bisa ditularkan pada masyarakat sekitar, pemakai limbah medis, dan pengantar
orang sakit.
Berbagai cara dilakukan RS untuk mengolah limbahnya. Tahap
penanganan limbah adalah pewadahan, pengumpulan, pemindahan pada
transfer depo, pengangkutan, pemilahan, pemotongan, pengolahan, dan
pembuangan akhir. Pembuangan akhir ini bisa berupa sanitary fill, secured
landfill, dan open dumping.
Mencegah limbah RS memasuki lingkungan dimaksudkan untuk
mengurangi keterpajanan (exposure) masyarakat. Tindakan ini bisa mencegah
bahaya dan risiko infeksi pengguna limbah. Tindakan pencegahan lain yang
mudah, jangan mencampur limbah secara bersama. Untuk itu tiap RS harus
berhati-hati dalam membuang limbah medis.
Ada beberapa kelompok masyarakat yang mempunyai resiko untuk
mendapat gangguan karena buangan rumah sakit. Pertama, pasien yang
datang ke Rumah Sakit untuk memperoleh pertolongan pengobatan dan
perawatan Rumah Sakit. Kelompok ini merupakan kelompok yang paling
rentan. Kedua, karyawan Rumah sakit dalam melaksanakan tugas sehariharinya selalu kontak dengan orang sakit yang merupakan sumber agen
penyakit. Ketiga, pengunjung/pengantar orang sakit yang berkunjung ke rumah
sakit, resiko terkena gangguan kesehatan akan semakin besar. Keempat,
masyarakat yang bermukim di sekitar Rumah Sakit, lebih-lebih lagi bila Rumah
sakit membuang hasil buangan Rumah Sakit tidak sebagaimana mestinya ke
lingkungan sekitarnya. Akibatnya adalah kualitas lingkungan menjadi menurun
dengan akibat lanjutannya adalah menurunnya derajat kesehatan masyarakat
di lingkungan tersebut. Oleh karena itu, rumah sakit wajib melaksanakan
pengelolaan buangan rumah sakit yang baik dan benar dengan melaksanakan
kegiatan Sanitasi Rumah Sakit.
Aspek pengelolaan limbah telah berkembang pesat seiring lajunya
pembangunan. Konsep lama yang lebih menekankan pengelolaan limbah

Pengelolaan Limbah Rumah Sakit dan Permasalahannya

Page 27

setelah terjadinya limbah (end-of-pipe approach) membawa konsekuensi
ekonomi biaya tinggi. Kini telah berkembang pemikiran pengelolaan limbah
dikenal sebagai Sistem Manajemen Lingkungan. Dengan pendekatan sistem
itu, tak hanya cara mengelola limbah sebagai by product (output), tetapi juga
meminimalisasi limbah. Pengelolaan limbah RS ini mengacu Peraturan Menkes
No

986/Menkes/Per/XI/

1992

dan

Keputusan

Dirjen

P2M

PLP

No HK.00.06.6.44,tentang petunjuk teknis Penyehatan Lingkungan Rumah
Sakit. Intinya penyelamatan anak harus di nomorsatukan, kontaminasi agen
harus dicegah, limbah yang dibuang harus tak berbahaya, tak infeksius, dan
merupakan limbah yang tidak dapat digunakan kembali.
Rumah sakit sebagai bagian lingkungan yang menyatu dengan
masyarakat harus menerapkan prinsip ini demi menjamin keamanan limbah
medis yang dihasilkan dan tak melahirkan masalah baru bagi kesehatan di
Indone
Semestinya lingkungan rumah sakit menjadi tempat yang mendukung
bagi pemulihan kesehatan pasien sebagai “Environtment of Care” dalam
kerangka “Patient Safety” yang dicanangkan oleh organisasi kesehatan dunia
WHO. Oleh karena itu rumah sakit harus bersih dan bebas dari sumber
penyakit. Kebersihan yang dimaksud adalah keadaan atau kondisi yang bebas
dari bahaya dan resiko minimal bagi terjadinya infeksi silang.
Rumah sakit juga harus menjadi contoh bagi masyarakat untuk
membudayakan kebersihan dan upaya peningkatan kebersihan rumah sakit
harus terus-menerus dilaksanakan dengan menggiatkan program supervisi,
monitoring dan evaluasi agar kebersihan dapat dipertahankan dan ditingkatkan
dari waktu ke waktu.

Pengelolaan Limbah Rumah Sakit dan Permasalahannya

Page 28

V.

DAFTAR PUSTAKA

Arifin, M., 2008, ‘Pengaruh Limbah Rumah Sakit Terhadap Kesehatan’,
Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia,
Depkes RI 2009 , ’Pedoman Pencegahan dan Pengendalian Infeksi di Rumah
Sakit dan Fasilitas Kesehatan Lainnya’. Jakarta
Kusminarno, K., 2004, ‘Manajemen Limbah Rumah Sakit’, Jakarta
Nainggolan, R., Elsa, Musadad A., 2008, ‘Kajian Pengelolaan Limbah Padat
Medis Rumah Sakit’, Jakarta
Notoadmodjo, S., 2007, ‘Ilmu Kesehatan Masyarakat’, Rineka Cipta, Jakarta
Paramita, N., 2007, ‘Evaluasi Pengelolaan Sampah Rumah Sakit Pusat
Angkatan Darat Gatot Soebroto’, Jurnal Presipitasi Vol. 2 No.1 Maret
2007, Issn 1907-187x, Semarang
Permenkes

RI

nomor:

1204/MENKES/SK/X/2004

Tentang

Persyaratan

Kesehatan Lingkungan Rumah Sakit
Pusat Komunikasi Publik, Sekretariat Jenderal Kementerian Kesehatan
RI.http://www.depkes.go.id
Shofyan, M., 2010, ‘Jenis Limbah Rumah Sakit Dan Dampaknya Terhadap
Kesehatan Serta Lingkungan’, UPI
Suripto, A., 2002, ‘Pengelolaan Limbah Radioterapi Eksternal Rumah Sakit’,
Buletin Alara, Volume 4 (Edisi Khusus), Serpong
Zaenab, 2009, ’Teknologi Pengolahan Limbah “Medis” Cair’, Makassar
Abul Muamar, 2016, Para Pimpinan Rumah Sakit di Sumut Keluhkan Biaya dan
Izin Pengadaan Insinerator Limbah Beracun, Harian Tribun Medan.

Pengelolaan Limbah Rumah Sakit dan Permasalahannya

Page 29