PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM MELALUI PENDEKATAN DAKWAH SISTEM LANGSUNG (DSL) DI SMK N 1 SALAGIA - Test Repository

  

PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAM A ISLAM

MELALUI PENDEKATAN

DAKWAH SISTEM LANGSUNG (DSL)

DI SMK N 1 SALATIGA

x SKRIPSI

  Diajukan Guna Memenuhi Salah Satu Syarat Guna Memperoleh G elar Sarjana Pendidikan Islam (S. P d .I)

  Pada Jurusan Tarbiyah

  Perpustakaan STAIN Salatiga 121 04 003

  

JURUSAN TARBIYAH

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAM A ISLAM

SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI (STAIN)

SALATIGA

  

2007

  DEPARTEMEN AGAMA Rl SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI S A L A T I G A Jl. Tentara PelajarNo. 02 Salatiga 50721 Telp. (0298) 323433, 323706

  Dra. Siti Asdiqoh Dosen STAIN Salatiga

  Jl. Stadion NO. 03 Salatiga Salatiga, 5 September 2007

  NOTA PEMBIMBING Kepada Yth.

  Lampiran : 3 ( tiga) Eksemplar Ketua STAIN Salatiga

  Hal : Naskah Skripsi di Sdr. Sobirin

  Salatiga

  A ssalam u’alaikum Wr. Wb

  Setelah kami teliti dan kami adakan perbaikan seperlunya, maka bersama ini kami kirimkan naskah skripsi saudara: Nama : Sobirin

  NIM : 12104 003 Jurusan/Progdi : Tarbiyah/PAI Judul : PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA

  ISLAM MELALUI PENDEKATAN DAKWAH SISTEM LANGSUNG (DSL) DI SMK N 1 SALATIGA.

  Bersama ini mohon agar naskah skripsi saudara tersebut di atas agar dapat segera di munaqosyahkan. Demikian harap menjadikan perhatian.

  W assalamu’alaikum Wr. Wb

  Pembimbing Dra. Siti Asdiqoh NIP. 150 267 136

  DEPARTEMEN AGAMA Rl SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI S A L A T I G A Jl. Tentara Pelajar No. 02 Salatiga 50721 Telp. (0298)323433, 323706

  

P E N G E S A H A N

  Skripsi Saudara: Sobirin dengan Nomor Induk Mahasiswa 121 04 003 yang berjudul: PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM MELALUI

  

PENDEKATAN DAKWAH SISTEM LANGSUNG (DSL) DI SMK N 1

SALATIGA telah dimunaqosyahkan pada Sidang Panitia Ujian Sekolah Tinggi

  Agama Islam Negeri pada hari: Senin, 1 Oktober 2007 M. yang bertepatan dengan tanggal 19 Ramadhan 1428 H dan telah diterima sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana dalam Ilmu Tarbiyah 1 Oktober 2007 M.

  Salatiga, -------------------------- 19 Ramadhan 1428 H.

  

PANITIA UJIAN

Sekretaris Sidang Kerta Sidang NIP. 150 289 271

  

Pembimbing

Dra. Siti Asdiqoh

NIP. 150 267 136

  DEPARTEMEN AGAMA Rl SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI S A L A T I G A Jl. Tentara Pelajar No. 02 Salatiga 50721 Telp. (0298) 323433, 323706

  

DEKLARASI

Bismillahirrahmaanirrahim

  Dengan penuh kejujuran dan tanggungjawab, peneliti menyatakan bahwa skripsi ini tidak berisi materi yang pemah ditulis oleh orang lain atau pemah diterbitkan. Demikian juga skripsi ini tidak berisi satupun pikiran orang lain, kecuali informasi yang terdapat dalam referensi yang dijadikan bahan rujukan.

  Apabila dikemudian hari temyata terdapat materi atau pikiran-pikiran orang lain di luar refemsi yang peneliti cantumkan, maka peneliti sanggup mempertanggungjawabkan kembali keaslian skripsi ini dihadapan sidang munaqosyah skripsi.

  Demikian deklarasi ini dibuat oleh peneliti untuk dapat dimaklumi.

  Salatiga, 17 Agustus 2007

  MOTTO Setiap usaha belum pasti menghasilkan

  , namun hasil tidak akan ada tanpa usaha .

  (MADHA)

  

PERSEMBAHAN

  Skripsi ini kupersembahkan kepada:

  1. Bapak dan Ibu tercinta, yang telah menyayangiku sejak kecil, memberi motivasi dan kesempatan untuk menuntut ilmu.

  2. Abah dan Umi, yang telah menyayangiku dan memberikan bantuan moril maupun materiil sejak aku di Salatiga.

  3. G irl Friend, Istikomah Nur Awaliyah yang telah memberi motivasi dan dukungan, serta memberi bantuan material dan immaterial hingga skripsi ini dapat selesai.

  4. Kawan-kawan di FPPI Kota Salatiga, Mapala MITAPASA dan LPM DinamikA.

KATA PENGANTAR

  Segala puji bagi Allah SWT, yang telah mengutus Muhammad SAW sebagai pahlawan revolusioner Islam. Shalawat dan salam senantiasa tercurah kepada Rasul Akhir Zaman, Muhammad SAW, yang telah menata moral umat manusia dengan suri tauladan.

  Alhamdulillah dengan penuh rasa syukur, penulisan skripsi dengan judul

PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA

  

PENDEKATAN DAKWAH SISTEM LANGSUNG (DSL) DI SMK N 1

SALATIGA ini telah selesai. Skripsi ini merupakan salah satu syarat guna

  memperoleh gelar Saijana Pendidikan Islam pada Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri (STAIN) Salatiga. Kami haturkan terima kasih yang tak terhingga kepada pihak-pihak yang telah membantu terwujudnya skripsi ini.

  Peneliti yakin, skripsi ini tidak akan terwujud tanpa ada pertolongan dari Allah SWT dan bantuan berbagai pihak yang telah memberikan kontribusi. Maka, dengan segala kerendahan hati, kami menghaturkan terima kasih kepada:

  1. Ketua STAIN Salatiga, Drs. Imam Sutomo, M.Ag.

  2. Ketua Jurusan Tarbiyah STAIN Salatiga, Drs. Sa’adi, M.Ag

  3. Ketua Program Studi PAI STAIN Salatiga, Fatchurrahman, M.Pd

  4. Pembimbing skripsi, Dra. Siti Asdiqoh atas segala ilmu, waktu, tenaga dan bimbingan yang telah diberikan kepada kepada peneliti dengan segala kesabaran dan keikhlasan.

  5. Segenap dosen STAIN Salatiga yang telah memberi motivasi sehingga skripsi ini dapat selesai.

  6. Pengelola SMK N 1 Salatiga yang telah memberikan izin penelitian dengan mudah.

  7. Guru-guru Pendidikan Agama Islam SMK N 1 Salatiga, Pak Untoro dan Bu Mutmainah serta segenap keluarga besar SMK N 1 Salatiga yang telah menerima peneiiti dengan rasa kekeluargaan.

  8. Siswa-siswa SMK N 1 Salatiga, yang telah banyak membantu peneiiti dalam pangumpulan data.

  9. Kawan-kawan aktivis UKM di STAIN Salatiga, yang telah memberi dukungan, saran dan kritik sehingga skripsi ini dapat terwujud.

  Penulis yakin, skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan dan terdapat kekurangan. Maka, kritik dan saran yang membangun sangat kami harapkan dari siapa saja. Besar harapan kami, skripsi ini bisa bermanfaat kepada pihak-pihak terkait secara khusus, dan bagi semua pembaca secara umum. AMIN.

  Salatiga, Agustus 2007 Peneiiti

  Sobirin NIM. 12104003

RIWAYAT HIDUP

  Nama lengkap Sobirin, sedangkan nama panggilanya “obie” lahir di Kabupaten Kendal 05 September 1983. Tempat tinggal di RT 01 RW 01 Bangunrejo, Kecamatan Patebon, Kabupaten Kendal, Jawa Tengah.

  Proses belajar dimulai pada tahun 1989 di TK Pusporini Bangunrejo. Kemudian melanjutkan di SD Bangunrejo dan lulus pada tahun 1994. melanjutkan di SMP N 1 Patebon tahun 1999, SMK NU 01 Kendal lulus pada tahun 2002.

  Pada tahun 2002 masuk di STAIN Salatiga mengambil Jurusan Tabiyah Program Studi Pendidikan Guru Kelas MI (PGK MI) lulus tahun 2004, kemudian transfer pada Jurusan Tarbiyah Program Studi Pendidikan Agama Islam (PAI). Aktif di beberapa UKM seperti, Mapala MITAPASA, LPM DinamikA, dan aktif di organisasi ekstra kampus yaitu Front Perjuangan Pemuda Indonesia (FPPI) Kota Salatiga.

  Setiap tahapan dalam kehidupan merupakan suatu proses yang wajib dilalui oleh setiap manusia baik suka, duka, tawa dan sedih adalah seni sebuah kehidupan untuk menuju sebuah perubahan.

  Salatiga, Agustus 2007 Penulis

  Sobirin NIM. 12104003

  

DAFTARISI

  

  

  BAB I PENDAHULUAN

  

  

  

  

  

   BAB II HAKIKAT PENDIDIKAN AGAMA ISLAM.

  

  

  

  D. Model-model Pembelajaran Pendidikan Agama Islam

  21 BAB III METODOLOGI PENELJTIAN.

  

  

  

  

   BAB IV HASIL PENELITIAN.

  

  

   B. Gambaran Pendekatan Dakwah Sistem Langsung (DSL)

  

  

  

  4. Tahapan-tahapan Pembelajaran Pendidikan Agama Islam dengan

  

  6. Indikator keberhasilan Pendekatan Dakwah Sistem

   C. Latar belakang penerapan Pembelajaran Pendidikan Agama Islam melalui pendekatan Dakwah Sistem Langsung (DSL)

  di SMK N 1 Salatiga................................................................... ... 43

  2. Pembelajaran Pendidikan Agama Islam melalui pendekatan Dakwah Sistem Langsung (DSL) di SMK N 1 Salatiga yang meliputi:

  45 a. Proses belajar mengajar........................................................ .

  b. Pengembangan M ateri.......................................................... .

  50 c. Penggunaan M edia................................................................ .

  52

  55 d. Sistem Evaluasi..................................................................... .

  56 e. Pola hubungan guru dan sisw a............................................ .

  C. Keunggulan Pendekatan Dakwah Sistem Langsung (D SL )......... .

  59 BAB V PENUTUP

  61 A. Kesimpulan ..................................................................................... .

  64 B. Saran................................................................................................ .

  67 C. Penutup............................................................................................ . Lampiran-lampiran

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Orang bijak mengatakan ada tiga prioritas dalam pembangunan

  bangsa, yang pertama pendidikan, yang kedua pendidikan dan yang ketiga juga Pendidikan. Berarti dalam suatu bangsa bidang pendidikan sangat penting sekali. Tidak ada satu-pun negara besar yang bisa maju dan berkembang pesat tanpa pendidikan. Pendidikan adalah modal utama suatu bangsa.1 Karena pengalaman menunjukan, kemajuan suatu bangsa dan silih bergantinya peradaban dunia, tergantung kemajuan pendidikan. Sejalan dengan itu, ilmu pengetahuan dan teknologi berkembang pesat dan memunculkan tuntutan baru dalam segala aspek kehidupan.

  Tesis bahwa bahwa pendidikan memberi konstribusi secara signifikan terhadap pembangunan ekonomi telah menjadi kebenaran yang bersifat aksiomatik. Berbagai kajian akademis dan penelitian empiris telah membuktikan keabsahan tesis itu.2 Menurut William Schweke dalam Smart

  Money: Educatioan and Economic Development (2004), pendidikan tidak

  hanya melahirkan human resources yang unggul dan berkualitas, mempunyai pengetahuan yang luas, dan berketerampilan serta menguasai

1 Eko Budiraharjo, Manunggal, Edisi Mei-Juli/Tahun XXVIII, 2004, hlm.3

  2 Amich Alhumami, Pendidikan dan Pembangunan Ekonomi, Kompas, Selasa. 3 Mei 2005, him. 4

  2 teknologi, tetapi juga memberikan iklim yang sehat dan kondusif bagi pertumbuhan ekonomi.3

  Pencapaian pendidikan pada semua level niscava akan meningkatkan pendapatan dan prokduktivitas masyarakat. Pendidikan merupakan jalan menuju kemajuan dan pencapaian kesejahteraan sosial dan ekonomi. Sedangkan kegagalan membangun pendidikan akan melahirkan berbagai problem krusial: pengangguran, kriminalitas, penyalahgunaan narkoba, dan

  welfare dependency yang menjadi beban sosial politik pemerintah.4

  Pendidikan dengan demikian merupakan agenda besar yang tidak saja menjadi kewajiban pemerintah untuk menyelenggarakannya, melainkan pekerjaan yang membutuhkan keterlibatan dan partisipasi aktif dari semua elemen bangsa tanpa terkecuali. Meski begitu, tidak kemudian masing- masing elemen bangsa dapat mengeijakan sendiri-sendiri secara terpisah (particular) dan terpencar (sporadic), justru pada saat seperti ini perlu adanya kerjasama, baik antar elemen mayarakat maupun antara elemen bangsa dengan pemerintah. Pola keija seperti ini kemudian meniscayakan adanya emansipasi dan partisipasi aktif masyarakat yang lebih bersifat

  buttom up (dari bawah ke atas), dari pada yang berpola top down (dari atas

3 Sumartini, PENDIDIKAN ALTERNATE UNTUK KAUM MARGINAL (Studi Kasus

  

Di SMP Alternatif Qaryah Thayyibah Desa Kalibening Kecamatan Tingkir Kota Salatiga 2005),

Skripsi tidak diterbitkan, Salatiga, STAIN Salatiga. Tarbiyah/PAl, 2005, him. 9

4 Frietz R Tambunan, Proposal “Paidea” untuk Mendiknas, Kompas, 26 Oktober

  2004, him. 4

  3 ke bawah) dan over sentralistik, seperti yang pemah diterapkan pada zaman Orde Baru.5

  Mempertimbangkan hal tersebut, serta melihat realitas yang ada, bahwa kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) Indonesia tergolong masih rendah, dibandingkan dengan Negara-negara lain bahkan antar Negara ASEAN. Peringkat indeks pengembangan SDM dari UNDP, Indonesia menduduki peringkat ke 102 dari 150 negara, sedang peringkat daya saing SDM menurut International Institute For Management Development (IIMD- 2001), Indonesia menduduki peringkat ke 49, sedang Singapura pada urutan ke 2, Malaysia urutan 29, Thailand urutan ke 38, sedangkan Philipina berada pada urutan ke 40. Oleh karena itu kualitas sumber daya manusia merupakan suatu kebutuhan mutlak yang harus segera diupayakan.6

  Mengantisipasi perubahan dan perkembangan yang terjadi dalam era globalisasi, aspek kualitas yang perlu di bangun pada setiap diri siswa, tidak terbatas pada sisi jasmani dan mental kecerdasan saja, tetapi meliputi kemampuan siswa menepis (filter) pengaruh zaman. Kekuatan daya tepis ini banyak ditentukan dari tingkat keimanan dan ketaqwaan kepada Allah SWT yang dimiliki masing-masing siswa.7

  Disisi lain, perilaku dan akhlak sebagian siswa sangat jauh dari harapan antara cita dan fakta. Data menunjukan kenakalan dan tawuran semakin memprihatinkan. Penyalahgunaan narkoba sudah sampai pada tahap membahayakan, pergaulan bebas dan gaya hidup hedonis semakin meningkat, kebiasaan nongkrong di pinggir jalan dan mejeng di pusat perbelanjaan (Mall) telah menjadi hal yang biasa. Semua ini menjadi bukti,

  5 Ahmad El-Chumaedy, Menyegarkan Kembali Sisdiknas Untuk Membangun Civil Society dan Demokrasi. vvww. komunitasdemokrasi.or.id

  6 TIM IMTAQ MCiMP PAI SMK, Strategi Pembelajaran Pendidikan Agama Islam di SMK, Kirana Cakra B uana, Jakarta, 2003, him. 1

  4 ada yang salah dalam proses pendidikan, diperparah lagi dengan orientasi yang tidak benar yang dilakukan sebagian lembaga pendidikan.8

  Segala upaya telah banvak dilaksanakan termasuk di dalamnya upaya pengembangan kurikulum yang telah disesuaikan dengan perkembangan ilmu pegetahuan dan teknologi. Namun di dalam pelaksanaanya terdapat permasalahan tentang pelaksanaan pelajaran pendidikan agama dan budi pekerti di sekolah-sekolah baik itu SD/SLTP maupun SMU/SMK. Permasalah tersebut antara lain adalah masih kurangnya jam pengajaran baik kualitas maupun kuantitasnya perminggu dan beban berat sekolah terhadap perbaikan dan peningkatan kualitas moral siswa yang masih membayangi, padahal tanggung jawab itu bukanlah semata-mata dari pihak sekolah, namun seluruh elemen yang ada di masyarakat.

  Berbagai macam kurikulum yang ditawarkan oleh pemerintah dari CBSA sampai KBK, dari kesemuanya itu banyak menawarkan solusi-solusi cerdas tetapi, ketika diterapkan di lapangan banyak juga yang gagal.

  Kurikulum termasuk di dalamnya pembelajaran, memang berbeda antara pembelajaran mata pelajaran yang satu dengan mata pelajaran yang lainya, antara sekolah yang satu dengan sekolah yang lain. Contoh pembelajaran pendidikan agama Islam yang telah di kembangkan di SMK N 1 Salatiga yang telah menjadi pelopor penggunaan strategi pembelajaran pendidikan agama Islam melalui pendekatan Dakwah Sisiem Langsung (DSL) bagi SMK-SMK di Salatiga.

8 TIM IMTAQ MGMP PAI SMK, Loc.cit.

  5 Pembelajaran ini sangat bagus sekali karena proses belajamya bisa di manapun dan kapanpun asa! masih dalam sekitar sekolah. Dan siswa tidak akan canggung untuk mengeluarkan pertanyaan-pertanyaan ataupun pendapat, karena mentomya teman sendiri atau kakak kelasnya.

  Pada tanggal 2 Agustus s/d 2 September 2006 STAIN Salatiga mengadakan PPL untuk Strata 1 Jurusan Tarbiyah, salah satu tempat PPL- nya di SMK N 1 Salatiga. Pada saat itu juga penulis merupakan salah satu peserta PPL di SMK N 1 Salatiga yang menggunakan pembelajaran Pendidikan Agama Islam melalui pendekatan Dakwah Sistem Langsung

  (DSL), dan itu menjadi inspirasi penulis untuk meneliti lebih dalam Pembelajaran Pendidikan Agama Islam melalui pendekatan Dakwah Sistem Langsung (DSL) di SMK N 1 Salatiga.

B. Penegasan Istilah

  Untuk mempermudah pemahaman serta untuk menentukan arah yang jelas dalam menyusun skripsi ini, maka penulis memandang perlu memberikan penegasan dan maksud penulisan judul sebagai berikut:

  1. Pembelajaran adalah perubahan tingkah laku atau penampilan, dengan serangkaian kegiatan misalnya dengan membaca, mengamati, mendengarkan, meniru, dan lain sebagainya.9

  9 Sardinian. A. M, INTERAKSl DAN MOTIVASI BELAJAR MENG AJAR Pedoman Cet. ke-IV, Rajawali Pcrs; Jakarta, 1992, hlm.40 hagi Guru dan Colon guru,

  6

  2. Pendidikan Agama Islam adalah usaha-usaha secara sadar dan sistematik dan pragmatik dalam membantu anak didik supaya mereka hidup sesuai dengan ajaran Islam.10

  3. Pembelajaran Pendidikan Agama Islam adalah seperangkat unsur yang terdapat dalam pendidikan yang berorientasi pada ajaran agama Islam yang saling berkaitan sehingga membentuk suatu kesatuan dalam mencapai tujuan.

  4. Pendekatan Dakwah Sistem Langsung (DSL) merupakan program pembinaan keagamaan siswa yang terintregrasi antara Proses Belajar Mengajar (KBM) di kelas (inlra) dan kegiatan siswa di luar jam pelajaran atau tatap muka (ekstra).11 Dari penjelasan di atas penulis dapat memahami maksud dari pendekatan Dakwah Sistem Langsung

  (DSL) dalam penelitian ini yaitu pendekatan yang lebih mengutamakan bimbingan keagamaan yang dilakukan oleh teman sebayanya secara berkelompok di dalam dan luar sekolah dengan pertemuan sepekan sekali, dengan waktu pelaksanaan berdasarkan kesepakatan keloinpoknya masing-masing tetapi masih dalam koordinasi guru Pendidikan Agama Islam.

  10 Zuhairini, dkk. Methodik Khusus Pendidikan Agama, Usaha Nasional, Surabaya, 1983, hlm.27

  7 C. Rumusan Masalah

  1. Apakah yang melatarbelakangi penerapan Pembelajaran Pendidikan Agama Islam melalui pendekatan Dakwah Sistem Langsung (DSL) di SMK N 1 Salatiga?

  2. Bagaimanakah pelaksanaan Pembelajaran Pendidikan Agama Islam melalui pendekatan Dakwah Sistem Langsung (DSL) di SMK N 1 Salatiga yang meliputi;

  a. Proses belajar mengajar

  b. Pengembangan Materi

  c. Penggunaan Media

  d. Sistem Evaluasi

  e. Pola hubungan guru dan siswa

  3. Apa saja keunggulan Pembelajaran Pendidikan Agama Islam melalui pendekatan Dakwah Sistem Langsung (DSL).

D. Tujuan Penelitian

  1. Untuk mengetahui latar belakang penerapan Pembelajaran Pendidikan Agama Islam melalui pendekatan Dakwah Sistem Langsung (DSL) di SMK N 1 Salatiga?

  2. Untuk mengetahui pelaksanaan Pembelajaran Pendidikan Agama Islam melalui pendekatan Dakwah Sistem Langsung (DSL) di SMK N

  1 Salatiga meliputi;

  a. Proses belajar mengajar

  8 b. Pengembangan materi

  c. Penggunaan media

  d. Sistem evaluasi

  e. Pola hubungan guru dan siswa

  3. Untuk mengetahui keungguian Pembelajaran Pendidikan Agama Islam melalui pendekatan Dakwah Sistem Langsung (DSL).

E. Manfaat Penelitian

  Penulis mengharapkan bahwa hasil penelitian ini dapat bermanfaat bagi guru-guru Pendidikan Agama Islam Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) sebagai acuan atau referensi dalam Pembelajaran Pendidikan Agama Islam dan pedoman guru-guru Sekolah Menengah Atas (SMA) yang ingin menerapkan Pembelajaran Pendidikan Agama Islam melalui pendekatan ini.

  Di samping itu, penulis juga berharap bahwa gambaran pendekatan Dakwah Sistem Langsung (DSL) yang telah dihasilkan melalui penelitian ini dapat memberikan kontribusi yang positif bagi dunia pendidikan kita.

F. Sistematika Penulisan Skripsi BAB I : PENDAHULUAN.

  Berisi tentang pendahuluan yang memuat Latar Belakang Masalah, Penegasan Istilah, Rumusan Masalah, Tujuan Penelitian, Manfaat Hasil Penelitian, dan Sistematika Penulisan Skripsi.

  9

  BAB II BAB III BAB IV : HAKIKAT PENDIDIKAN AGAMA ISLAM. Berisi tentang pengertian Pendidikan, Teori-Teori Pendidikan dan Persekolahan, Kritik terhadap Pembelajaran Pendidikan Agama Islam secara umum, Model-model Pendidikan Agama Islam.

  : METODOLOGI PENELITIAN.

  A. Pendekatan dan Jenis Penelitian.

  B. Penetapan Subyek Penelitian.

  C. Metode Pengumpulan Data.

  D. Teknik Analisis Data E. Tahap-tahap Penelitian.

  : HASIL PENELITIAN.

  Berisi tentang Pembelajaran Pendidikan Agama Islam SMK N 1 Salatiga yang terdiri atas:

  A. 1. Sejarah SMKN 1 Salatiga

  2. Data informan

  B. Gambaran Pendekatan Dakwah Sistem Langsung (DSL) Berisi tentang Pengertian Dakwah Sistem Langsung (DSL), Ciri-ciri Dakwah Sistem Langsung (DSL), Komponen-komponen Dakwah Sistem Langsung (DSL), Tahapan-tahapan Pembelajaran Pendidikan Agama Islam dengan menggunakan Pendekatan Dakwah Sistem Langsung (DSL), Prinsip-prinsip Dakwah Sistem

  10

  Langsung (DSL), Indikator keberhasilan Pendekatan Dakwah Sistem Langsung (DSL).

  C. Latar belakang penerapan Pembelajaran Pendidikan Agama Islam melalui pendekatan Dakwah Sistem Langsung (DSL) di SMK N 1 Salatiga.

  D. Pembelajaran Pendidikan Agama Islam melalui pendekatan Dakwah Sistem Langsung (DSL) di SMK N 1 Salatiga yang meliputi:

  1. Proses belajar mengajar

  2. Pengembangan materi

  3. Penggunaan media

  4. Sistem evaluasi

  5. Pola hubungan guru dan siswa

  E. Keunggulan Pendekatan Dakwah Sistem Langsung (DSL).

  BABY : PENUTUP.

  Kesimpulan, Saran, Penutup.

  BAB n

  

HAKIKAT PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

A. Hakikat Pendidikan Agama Islam.

1. Pengertian Pendidikan.

  Teori-teori tentang pengertian pendidikan tidak pemah mencapai keseragaman definisi. Pendidikan diartikan secara berbeda-beda, tergantung pada siapa yang mendefinisikannya. Di bawah ini penulis akan memaparkan pengertian pendidikan dari beberapa sumber.

  a. Dalam Al-Qur'an dan Al-Hadis pengertian pendidikan tercakup dalam kata rc.bba kata kerja dari tarbiyyah, 'allama kata kerja dari ta'liim dan

  addaba kata keija dari ta'diib.

  Misalnya:

  Ya Tuhan, sayangilah keduanya (orang tuaku) sebagaimana mereka telah mengasuhku (mendidikku) sejak kecil.

  12 Dia yang mengajarkan kepada manus ia apa yang tidak diketohuinya . 13

  j j 6 1 d u l Ax>i Ibunya telah mendidiknya dan kamu telah dididik oleh ibumu.

  14

  12 QS. al-Israa: 24 ^ A rs U m o i /r/ziM *

  13 QS. al-Alaq: 5 Achmadi, Islam Sebagai Paradigma Ilmu Pendidikan, Aditya Media, Yogyakarta, 1992, him . 54 i2 a. Kata kerja Rabba ( C 5 “f j ) memiliki beberapa arti, antara lain mengasuh, mendidik, dan memelihara. Adapun kata attarbiyah

  Baidawi dalam kitab tafsimya, Anwa al Tam il wa Asrar al Tamvil diartikan sebagai penyampaian sesuatu pada kesempumaan secara bertahap atau sedikit demi sedikit. Menurut Al-Asfahani dalam bukunya Mufradatu al Raghib kata tersebut berarti menjadikan atau mengembangkan sesuatu melalui proses tahap demi tahap sampai batas kesempumaannya. Selanjutnya Abdurrahman al Bani menerangkan lebih lengkap bahwa, ditinjau dari asal bahasanya istilah aitarbiyyah mencakup empat unsur: 1) Memelihara pertumbuhan fitrah manusia. 2) Mengembangkan potensi dan kelengkapan manusia yang beraneka macam (terutama akal budinya).

  3) Mengarahkan fitrah dan potensi manusia menuju kesempumaannya.

  4) Melaksanakannya secara bertahap sesuai dengan irama perkembangan anak.15 pemberian atau penyampaian pengertian, pengetahuan, dan keterampilan.16

  Ibid,

  ( ) yang merupakan bentuk masdar dari ( J ) menurut Imam b. Kata kerja allama berarti mengajar yang lebih bersifat

  13 Al-Qur'an sering menggunakan kata-kata allama, misalnya dalam firman-firman Allah berikut ini:

  M engajarnyapandai bicara.]9

  19 QS. ar-Rahmaan: 2-4

  18 QS. an-Naml: 16

  17 QS. al-Baqarah: 31

  16 Ibid

  b. Menurut Carter V. Good dalam Dictionary o f Education bahwa pendidikan mangandung pengertian:

  c. Kata kerja addaba ( ) dapat diartikan mendidik yang lebih tertuju pada penyempumaan akhlak budi pekerti.20 Dari definisi-defmisi di atas penulis dapat menyimpulkan atau menarik benang merah yaitu, pendidikan adalah suatu proses pendewasaan diri individu (kognitif, afektif dan psikomotorik) agar mampu mengemban tugas sosial dalam masyarakat dimana ia hidup. Pendidikan mempunyai arti yang sangat luas, berupa pengalaman-pengalaman yang diperoleh di sekolah, masyarakat, keluarga dan lembaga-lembaga edukatif lainnya.

  (jLnll A a I c - p Yang telah mengajarkan al Qur an. Yang telah menciptakan manusia.

  Ig-lS 1 j Allah mengajarkan kepada Adam dan Hawa nama-nama semuanya.'7

  9

  1 7 18 1

  6

  1

  ^ U ll J l a j Berkatalah Sulaiman: " Wahai manusia, telah diajarkan kepada kami pengertian bunyi burung

  I c .

  LI a

  20 Achmadi, op.cit., him. 15

  14

  1. The aggregate o f all the processes by which a person develop abilities, attitudes and other form s o f behavior o f positive value in the society in which he lives.

  2. The social process by which people are subjected to the influence o f a selected and controlled environment (specially that the school) so the may attain sosial competence and optimum individual development2'

  c. Menurut M.J. Langeveld Pendidikan adalah kegiatan membimbing anak manusia menuju kedewasaan dan kemandirian.2 22 2

  1

  3

  d. Menurut Kartini Kartono Pendidikan adalah proses pembudayaan, proses kultural atau proses kultivasi untuk mengembangkan semua bakat dan potensi manusia guna mengangkat diri sendiri dan dunia sekitarnya pada taraf human?2 e. Menurut Profesor Richey dalam buku “Planning fo r Teaching, an

  Introduction to Education dinyatakan bahwa, istilah pendidikan

  berkenaan dengan fungsi luar dari pemeliharaan dan perbaikan kehidupan suatu masyarakat terutama membawa warga masyarakat yang baru (generasi muda) bagi penunaian kewajiban dan tanggungjawabnya di dalam masyarakat. Jadi pendidikan adalah suatu proses yang lebih luas dari pada proses yang berlangsung di dalam sekolah saja.

  21 Lester D. Crow and Alice Crow, Educational Psychology, New York, America

Book Company, 1948, him. 4 dalam Drs. H. M. Djumberansyah Indar, Filsafat Pendidikan Karya

Abditama, Surabaya, 1994, him. 17 22 Kartini Kartono, Pengantar Ilmu Mendidik Teoritis, Mandar Maju, Banduna.

  1992, him. 22

  15 Pendidikan adalah suatu aktivitas sosial yang esensial yang memungkinkan masyarakat yang kompleks modem. Fungsi pendidikan ini mengalami proses spesialisasi dan melembaga dengan pendidikan formal, yang tetap berhubungan dengan proses pendidikan informal di luar sekolah.24

  f. Menurut Profesor Lodge dalam buku Philosophy o f Education menyatakan The word education is used, sometimes in a wider,

  sometimes in a narrower sense. In the wider sense, all experience is said to the educative. In the narrower sense education is retricted to that function o f the community, which consists, is passing on its traditions, its background, and its outlook, to the members o f the rising generation. ~5

2. Teori-Teori Pendidikan dan Persekolahan

  Teori-teori pendidikan dan persekolahan erat kaitannya dengan teori pengajaran. Abdul Hamid Shoidi al-Zantani menegaskan bahwa ada perbedaan antara pendidikan dengan pengajaran. Pendidikan mempunyai definisi yang lebih luas. Dia berpendapat bahwa segala proses pendewasaan diri individu ialah pendidikan. Sedangkan pengajaran adalah bagian dari pendidikan, menuju proses maturity individu yang berkaitan dengan transfer

  o f knowledge, skill dan Iain-lain.26

  Cakupan pendidikan yang sangat luas juga disampaikan oleh Mahmud Yunus dan Muhammad Qasim Bakar bahwa pendidikan tidak

  24 Tim Dosen IKIP Malang, Penganlar Dasar-Dasar Kependidikan, Usaha Nasional, Surabaya, 1987, him. 4

  25 Kartini Kartono, op.cit. him. 5

  26 Abdul Khamid Shaidi al-Zantani, Asas al-Tarbiyah al-lslamiyah f i al- Sunnah al-Nabawiyah. Dar al-Arabiyah. Libya, Tunisia, 1984

  16 mempunyai batasan yang jelas, tetapi menurut mereka untuk membatasi pendidikan tergantung dari cara mendefinisikan pendidikan itu sendiri.

  Menurut mereka pendidikan adalah usaha-usaha untuk memhantu individu mencapai kematangan jasmani, akal, moral sehingga ia mampu hidup mandiri, secara individual dan sosial.27

  Pendapat di atas juga diperkuat oleh pendapat Crow and Crow bahwa pendidikan bukan hanya sekolah, yang menyangkut masalah pelajaran dan pengajaran ilmiah, tetapi juga menyangkut pembentukan konsep perilaku dan pola kehidupan masyarakat.28

  Sekolah merupakan salah satu lembaga pendidikan yang diadakan atau dibentuk oleh masyarakat karena masyarakat merasa butuh suatu ruang khusus yang menyediakan waktu total untuk melakukan kerja-kerja pendidikan. Orang tua tidak mungkin mendidik anaknya secara optimal karena banyak kesibukan yang harus dijalani, maka biasanya orang akan memasukkan anaknya ke sekolah karena sekolah dianggap sebagai salah satu tempat berlangsungnya proses pendidikan.

  Sejarah atau asal-usul tentang sekolah sudah dimulai sejak masa filosof Yunani, Plato dan Aristophanes, karena kedua filosof tersebut yang telah meninggalkan catatan tertulis mengenai ruang kelas dan sekolah. Sekolah pertama orang Athena kuno memang sederhana. Sekolah itu hanya berupa tambahan dari suatu program pendidikan yang dititikberatkan pada

  "7 Mahmud Yunus dan Muhammad Qasim Bakar, Al-Tarbiyah wa al-Ta'Iim, Dar al-Salam, Gontor. Ponorogo, 1990

  2X Crow and Crow, Penganiar //mu Pendidikan, Rake Sarasin, Yogyakarta, 1990, him. 4

  17 latihan kemiliteran, atletik, musik dan puisi. Mengajarkan membaca, menulis dan berhitung boleh dikatakan hanya sebagai pertimbangan sampingan. Aslinya pendidikan di Athena bersifat tutorial, suatu aspek hubungan perorangan yang seringkali juga bersifat erotik. Ketika Athena menjadi lebih demokratis dan jumlah muridnya juga lebih banyak daripada gurunya, maka secara berangsur-angsur hubungan tutorial digantikan dengan pengajaran kelompok atau klasikal.29

  Menurut Roem Topatimasang, sekolah mengacu pada suatu sistem, suatu lembaga, suatu organisasi besar, dengan segenap kelengkapan perangkatnya: sejumlah orang yang belajar dan atau mengajar, sekawanan bangunan gedung, secakupan peralatan, serangkaian kegiatan terjauwal, selingkupan aturan dan sebagainya.30

  Jika pendidikan berlangsung seumur hidup, maka sekolah mempunyai batas akhir. Jika semua kurikulum yang ada di sekolah telah dilalui oleh peserta didik, maka ia dinyatakan telah lulus dari sekolahnya. Dari informasi-informasi di atas maka penulis dapat memaparkan perbedaan antara pendidikan dan persekolahan dalam bentuk matrik sebagai berikut:

  T A B E L 1

  Perbedaan Antara Pendidikan Dan Persekolahan

  NO PENDIDIKAN PERSEKOLAHAN

  1 Bersifat luas Bersifat sempit dan terbatas

  Everett Reimer. Sekitar Eksislensi Sekolah. Hanindita Graha Widya, Yogyakarta, 1987. hlm.25

30 Roem Topatimasang. Sekolah itu Candu. Pustaka Pelajar. Yogyakarta, 1998,

  him. 5

  18

  2 Tidak mempunyai kurikulum Mempunyai kurikulum yang terbatas

  3 Berlangsung di mana saja Umumnya berlangsung di gedung sekolah

  4 Berlangsung pada waktu yang Berlangsung pada waktu yang tidak ditentukan telah di atur (terjadwal)

  5 Berlangsung seumur hidup Bersifat temporal dan berjenjang

3. Kritik Terhadap Pembelajaran Pendidikan Agama Islam secara umum.

  a. Kurangnya waktu Jam Pengajaran.31 Keterbatasan waktu 2 (dua) jam pelajaran perminggu. 2 (dua) jam pelajaran tersebut merupakan waktu yang sangat singkat. Ditambah belum efektif dan efisienya pelaksanaan Pendidikan Agama Islam di SMK/SMA dalam membina keagamaan siswa baik melalui kegiatan intra kurikuler maupun ektra kurikuler yang dikelola secara baik dan berkes i nam bungan.

  b. Guru kurang kreatif dalam penyampaian materi.32 Masih banyak guru Pendidikan Agama Islam dalam penyampaian materi kurang kreatif, hanya menggunakan metode ceramah melulu dan hanya terbatas pada ruangan kelas sehingga

  2006

  31 Wawancara dengan guru Pendidikan Agama Islam SMK N 1 Salatiga, 5 Desember

  32 Wawancara dengan guru Pendidikan Agama Islam SMK N 1 Salatiga, 5 Desember

  19 kebanyakan siswa dalam menerima materi masih setengah-tengah dan menjenuhkan. Sehingga banyak siswa yang tidur disaat guru menyampaikan materi.

  c. Siswa diperlakukan sebagai obyek dalam pembelajaran.33 Guru menganggap bahwa siswa tidak mempunyai kompetensi dalam dirinya, sehingga guru masih menganggap siswa adalah anak kecil yang harus diperlakukan over protec. Seharusnya siswa diperlakukan sebagai subyek dalam pembelajaran, yang harus dihormati dan dihargai segala kewajiban dan haknya dalam pembelajaran.

  d. Masih menggunakan metode konvensional.34 Kebanyakan guru pendidikan agama masih banyak menggunakan metode konvensional dalam pembelajaran pendidikan agama Islam. Misalnya : hanya ceramah dan tanya jawab dalam mengajarkan pendidikan agama Islam tidak lebih dari itu.

  e. Guru kadangkala terjebak pada ungkapan yang memojokan agama tertentu.

  Ungkapan itu setidaknya dikatakan oleh Djohan Efendi dalam bedah buku berjudul "Lebih Tajam dari Pedang: Refleksi Agama- agama Tentang Paradoks Kekerasaan" yang berlangsung di aula Yayasan Wakaf Paramadina, Jakarta. "Harus ada refleksi dari setiap

33 Wawancara dengan guru Pendidikan Agama Islam SMK N 1 Salatiga, 5 Desember

  2006 iA Wawancara dengan guru Pendidikan Agama Islam SMK N 1 Salatiga, 5 Desember 2006

  20 agama, apakah kita menuju pada masyarakat yang selalu bermusuhan atau sebagai saudara sebangsa," ujar Efendi, usai acara bedah buku tersebut (Media Indonesia, 6/2/06).35

  f. Pendidikan Agama melahirkan insan yang fanatik.36 Saat ini cukup terasa bagaimana Pendidikan Agama telah melahirkan insan yang fanatik, walaupun tidak semua. Yang acapkali cenderung hanya memandang agamanya yang paling benar dan memusuhi siapapun yang tidak mau menerimanya.

  "Kita juga menyaksikan lahirnya insan yang kemudian mengagungkan agamanya sebagai yang paling unggul dan dengan cepat menampilkan sikap yang mudah tersinggung," ujar Megawati. Sikap

  militan yang menyertainya, katanya juga sering mengedepankan paham bahwa apa saja yang berbeda haras dimusnahkan dan dianggap sebagai suatu tugas suci.37

  Menurat penulis saran atas kritik yang dikemukakan di atas adalah dengan menggunakan pendekatan Quantum Teaching dikombinasikan pendekatan Dakwah Sistem Langsung (DSL) karena kedua pendekatan ini sama-sama memandang siswa sebagai subyek didik yang mampu berkembang sendiri dan mampu menentukan arah perkembanganya mau kemana dengan sedikit bantuan dan stimulus dari luar (guru, buku, koran, internet dll) sehingga ia bisa belajar tanpa batas

  

35

36 Fanatik yang dimaksud disini adalah fanatik yang sempit dan fanatik destruktif, sebab fanatik yang positif adalah fanatik yang memegang teguh ajaran agamanya.

  37 1899 0 1 0_M

  21 waktu yang ditentukan dan berbuat apa yang baik untuk dirinya tanpa mengambil dan menyakiti hak-hak orang lain atau agama lain.

4. Model-model Pendidikan Agama Islam.

  a. Model Dakwah Sistem Langsung (DSL).38 Model Dakwah Sistem Langsung (DSL) merupakan program pembinaan keagamaan siswa yang terintregrasi antara Proses Belajar

  Mengajar (KBM) di kelas (intra) dan kegiatan siswa di luar jam pelajaran atau tatap muka (ekstra).39 b. Model Sistem Kontrak.40

  Model Sistem Kontrak adalah model Pendidikan Agama Islam yang menggunakan sistem kontrak antara siswa dengan guru Agama, dan kontrak itu berdasarkan hasil kesepakatan bersama antara siswa dan guru, jika yang melanggar kontrak tersebut mendapat sanksi.

  c. Model Penanaman Nilai Moral.41 Model Penanaman Nilai merupakan model Pendidikan Agama

  Islam yang lebih mengutamakan penanaman nilai-nilai keagamaan dalam kegiatan belajar mengajar. Mana nilai-nilai yang harus ditauladani dan mana yang hams diamalkan dan lain-lain.

  38 Wawancara dengan guru Pendidikan Agama Islam SMK N 1 Salatiga,

  19 Desember 2006

  39 TIM IMTAQ MGMP PAI SMK, Strategi Pembelajaran Pendidikan Agama Islam di SMK, Kirana Cakra Buana, Jakarta. 2003, him. 6

  40 Wawancara dengan guru Pendidikan Agama Islam SMK N I Salatiga,

  19 Desember 2006

  41 Wawancara dengan TIM MGMP PAI kota Salatiga,

  22 Desember 2006

  22 d. Model Konvensional.42

  Model Konvensional ini merupakan model klasik dalam Pendidikan Agama Islam, model ini tidak relevan lagi untuk zaman sekarang karena guru biasanya memberikan tugas rumah dan kebanyakan menggunakan metode ceramah melulu dan hanya terbatas pada ruangan kelas dalam kegiatan belajar mengajar (KBM).

42 Wawancara dengan TIM MGMP PAI kota Salatiga, 22 Desember 2006

  BAB HI

METODOLOGI PENELITIAN

A. Metodologi Penelitian 1. Pendekatan dan Jenis Penelitian.

  Pendekatan penelitian yang digunakan oleh penulis adalah penelitian kualitatif. Penelitian kualitatif menurut Kirk dan Miller adalah tradisi tertentu dalam ilmu pengetahuan sosial yang secara fundamental bergantung pada pengamatan terhadap manusia dalam kawasannya sendiri dan berhubungan dengan orang-orang tersebut dalam bahasanya dan dalam peristilahannya.35

  Bogdan dan Taylor mendefmisikan metodologi kualitatif sebagai prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang dapat diamati.36

  Menurut S. Nasution, penelitian kualitatif disebut juga penelitian

  naturalistik. Disebut kualitatif karena sifat data yang dikumpulkan bercorak kualitatif, bukan kuantitatif, karena tidak menggunakan alat-alat pengukur.

  Disebut naturalistik. karena situasi lapangan penelitian bersifat "natural" atau wajar, sebagaimana adanya, tanpa dimanipulasi, diatur dengan eksperimen atau test.37 * 35 Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, Remaja Rosdakarya, Bandung.

  2003, him. 3 36 Loc.cit.

37 S. Nasution, Metode Penelitian Naturalistik Kualitatif, Tarsito, Bandung, 2003,

  24 Penelitian kualitatif hasilnya bersifat obyektif, berlaku sesaat dan setempat kemudian pada umumnya dilakukan pada penelitian sosial sedangkan data yang dikumnulkan dinyatakan dalam bentuk nilai relatif.38

  Adapun jenis penelitian ini adalah penelitian diskriptif. Penelitian diskriptif merupakan penelitian yang dimaksudkan untuk mengumpulkan informasi mengenai status suatu gejala yang ada, yaitu keadaan gejala menurut apa adanya pada saat penelitian dilakukan.39

  Penelitian diskriptif ini melakukan analisa hanya sampai pada taraf diskriptif yaitu menganalisa dan menyajikan fakta secara sistematis, sehingga dapat lebih mudah untuk dipahami dan simpulkan.40 Simpulan yang diberikan jelas atas dasar data faktual sehingga semuanya dapat dikembalikan langsung pada data yang diperoleh.

B. Penetapan Subyek Penelitian

  Lokasi Penelitian berada di SMK N 1 Salatiga yang beralamat di Jl. Nakula Sadewa 1/3 Salatiga 50722 dengan nomer telepon (0298) 323566, atau tepatnya di Dukuh Kembangarum Kelurahan Mangunsari Kecamatan Sidomukti.

  Berdasarkan hasil survey awal yang di lakukan di SMK N 1 Salatiga ditemukan suatu fenomena bahwa di sana telah diterapkan Pendekatan Dakwah Sistem Langsung (DSL) dalam pembelajaran Pendidikan Agama ;s Sukandarrumidi, Metodologi Penelitian: Petunjuk Praktis untuk Peneliti Pemula.

  Cet. ke-II, Gadjah Mada University Press, Yogyakarta, 2004. him. 113 Suharsini Arikunto. Manajemen Penelitian. Rineka Cipta, Jakarta, Cet. ke-VIl, 2005, him. 234 4 0 Lexy J. Moleong , op.cit, him. 7

  25 Islam selanjutnya, penetapan subyek penelitian dibedakan atas kelompok key informan dan kelompok informan sehingga keduanya dapat dimanfaatkan secara optimal dan proporsional. Adapun perbedaan kedua kolompok subjek tersebut adalah : a. Key Informan t

  Subyek yang dikelompokkan sebagai key informan adalah mereka yang mengungkapkan data penelitian atas pemahaman dan perilaku tentang dirinya sendiri. Dengan demikian data yang terhimpun dalam penelitian diperoleh dari subyek yang bersangkutan secara langsung, baik melalui observasi atau wawancara. Termasuk kelompok ini adalah siswa-siswa, para mentor dan para pengajar Pendidikan Agama Islam (PAI).

  b. Informan Subyek yang dikelompokan sebagai informan adalah mereka yang tahu informasi tentang hal-hal yang berkaitan dengan penerapan pendekatan Dakwah Si stem Langsung (DSL) dan proses pembelajaran dalam Pendidikan Agama Islam (PAI), meskipun mereka juga pengajar, tetapi dalam hal ini informasi yang diminta darinya bukan tentang dirinya melainkan orang lain. Informasi yang diberikan digunakan sebagai petunjuk pengembangan pertanyaan dan uji validitas data.