PENINGKATAN PRESTASI BELAJAR MENGGUNAKAN MODEL COOPERATIVE LEARNING TEKNIK KANCING GEMERINCING DALAM MENYELESAIKAN SOAL CERITA TENTANG PECAHAN SISWA KELAS III SD KANISIUS KINTELAN SEMESTER GENAP TAHUN AJARAN 20092010 SKRIPSI

PENINGKATAN PRESTASI BELAJAR MENGGUNAKAN MODEL COOPERATIVE LEARNING TEKNIK KANCING GEMERINCING DALAM MENYELESAIKAN SOAL CERITA TENTANG PECAHAN SISWA KELAS III SD KANISIUS KINTELAN SEMESTER GENAP TAHUN AJARAN 2009/2010 SKRIPSI

  Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

  Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar

  Oleh: Nama : Agustina Wahyu Utami NIM : 081134178 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR JURUSAN ILMU PENDIDIKAN FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA

PENINGKATAN PRESTASI BELAJAR MENGGUNAKAN MODEL COOPERATIVE LEARNING TEKNIK KANCING GEMERINCING DALAM MENYELESAIKAN SOAL CERITA TENTANG PECAHAN SISWA KELAS III SD KANISIUS KINTELAN SEMESTER GENAP TAHUN AJARAN 2009/2010 SKRIPSI

  Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

  Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar

  Oleh: Nama : Agustina Wahyu Utami

NIM : 081134178

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR JURUSAN ILMU PENDIDIKAN FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA

  

PERSEMBAHAN

  Penulisan skripsi ini dipersembahkan untuk Ibunda Satimi, ayahanda

  D. Wahyu Utomo, Kakek, Nenek, adik-adikku dan kakaku tercinta, sahabat- sahabatku, teman dekatku Kristianta, serta keluarga besar yang penuh kasih sayang memberikan motivasi dan semangat yang tak ternilai. Penulis menyadari bahwa, skripsi ini tidak akan berhasil tanpa bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada seluruh pihak yang membantu.

  Semoga semua pihak yang telah memberikan semangat dalam penyusunan skripsi ini mendapat berkat dari Tuhan Yang Maha Esa. Akhir kata, penulis menyadari bahwa penyusunan skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun guna menyempurnakan penyusunan skripsi ini.

  Kupersembahkan karya ini untuk almamaterku: Universitas Sanata Dharma

  MOTTO

  Dimana aku berada Disitu aku akan berkembang

  Ku kembangkan semua anugrah dari Jesus untukku Trim’s Jesus

  ABSTRAK

PENINGKATAN PRESTASI BELAJAR MENGGUNAKAN

MODEL COOPERATIVE LEARNING TEKNIK KANCING GEMERINCING DALAM MENYELESAIKAN SOAL CERITA

TENTANG PECAHAN SISWA KELAS III SD KANISIUS KINTELAN

SEMESTER GENAP TAHUN AJARAN 2009/2010

  Agustina Wahyu Utami Universitas Sanata Dharma

  2010 Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui peningkatan prestasi menyelesaikan soal cerita tentang pecahan dalam pembelajaran Matematika melalui model pembelajaran cooperative learning teknik kancing gemerincing. Penelitian ini berawal dari dari rendahnya prestasi siswa dalam menyelesaikan soal cerita tentang pecahan dalam pelajaran matematika.

  Penelitian ini tidak membandingkan mean pada nilai prestasi menyelesaikan soal cerita. Adapun teknik yang digunakan dalam penelitian ini adalah tugas individu secara tertulis, yang meliputi mengerjakan soal pre test, mengerjakan LKS dan mengerjakan soal post tes sebagai evaluasi.

  Subjek yang digunakan dalam penelitian ini yaitu siswa kelas tiga SD Kanisius Kintelan yang berjumlah 34 siswa. Peneliti melaksanakan penelitian dalam dua siklus, yang sebelumnya diadakan pengambilan kondisi awal siswa sebelum penelitian. Kemudian diadakan siklus I dan siklus II. Siklus I terdiri dari dua pertemuan (lima jam pelajaran), dan siklus II terdiri dari dua pertemuan juga (lima jam pelajaran). Pembelajaran pada siklus I menggunakan model pembelajaran cooperative learning teknik kancing gemerincing, serta materi pada siklus ini yaitu menyelesaikan soal cerita pecahan dengan penyebut sama. Sedangkan pada siklus II pembelajaran menggunakan model pembelajaran

  cooperative learning teknik kancing gemerincing dengan materi menyelesaikan soal cerita pecahan dengan penyebut yang berbeda.

  Hasil dari kondisi awal sebelum penelitian belum mencapai target pencapaian, yaitu 40 % yang memenuhi KKM dengan nilai rata-rata seluruh siswa sebesar 50, dimana nilai ini masih di bawah KKM (KKM yang digunakan adalah 62). Oleh sebab itu peneliti melaksanakan siklus I dan II.

  Dengan demikian, penelitian ini diakhiri dengan kesimpulan Model Pembelajaran Cooperative Learning Teknik Kancing Gemerincing dapat meningkatkan prestasi siswa dalam menyelesaikan soal cerita tentang pecahan.

  Kata kunci : Cooperative Learning Teknik Kancing Gemerincing.

  

ABSTRACT

THE IMPROVING LEARNING ACHIEVEMENT

USING COOPERATIVE LEARNING BUTTONS JINGLE TECHNIQUE

  

IN COMPLETE STORY ABOUT PROBLEMS FRACTION ON STUDENT

CLASS III KANISIUS KINTELAN ELEMENTARY SCHOOL EVEN

SEMESTER ACADEMIC YEAR 2009/2010

  Agustina Wahyu Utami Sanata Dharma University

  2010 This study aims to determine the increase in achievement in solving the problem story about fractions in mathematics learning through cooperative learning teaching model technique jingle buttons. This research started from the low student achievement in solving the story about fractions in mathematics lessons. This study did not compare the mean on the achievement in solving the problem story. The techniques used in this study is the duty of the individual in writing, which includes work on the problems pre test, doing worksheets and post tests as do the problems of evaluation.

  The subjects used in this research that third grade students Kanisius Kintelan totaling 34 students. Researchers carry out research in two cycles, which previously held the students taking the initial conditions before the study. Then place the cycle I and cycle II. I cycle consists of two meetings (five hours of lessons), and cycle II consists of two meetings as well (five hours of lessons).

  Learning on the first cycle using the learning model cooperative learning techniques jingle buttons, as well as materials on this cycle is complete the story about fractions with same denominator.

  While on the second cycle of learning using the learning model cooperative learning techniques with the material buttons jingle complete story about fractions with different denominators. Results from the initial conditions before the study had not reached the target achievement, which is 40% which meets KKM with an average rating of all students is 50, where the value is still below the KKM (KKM used was 62). Therefore, researchers conducting the cycle I and II. Thus, this study concludes with a summary Cooperative Learning Model Learning Techniques Buttons jingle to improve student achievement in solving the problem story about fractions.

  Keywords: Cooperative Learning jingle buttons Technique

KATA PENGANTAR

  Puji syukur penulis haturkan ke hadirat Bapa di surga atas segala berkat dan rahmat yang telah dilimpahkan-Nya sehingga penyusunan skripsi yang berjudul “Peningkatan Prestasi Belajar Menggunakan Model Pembelajaran

  

Cooperative Learning Teknik Kancing Gemerincing dalam menyelesaikan Soal

  Cerita Tentang Pecahan Siswa Kelas III SD Kanisius Kintelan Semester Genap Tahun Pelajaran 2009/2010.” dapat berjalan lancar. Skripsi ini disusun untuk memenuhi syarat memperoleh gelar sarjana pendidikan sesuai dengan program studi yang ditempuh.

  Penulis berharap dengan tugas penyusunan skripsi ini berguna bagi dunia pendidikan. Akhirnya penulis mengucapkan terimakasih kepada :

  1. Yesus Kristus dan Bunda Maria yang selalu menyertai di dalam menyelesaikan skripsi ini.

  2. Drs. T. Sarkim, M.Ed,. PhD. selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sanata Dharma.

  3. Drs. Puji Purnomo, M.Si. selaku Ketua Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar Universitas Sanata Dharma.

  4. Prof. St. Suwarsono, Ph.D selaku dosen pembimbing, terima kasih banyak atas bimbingan, perhatian, dan kesabaran dalam membimbing dalam penyusunan skripsi ini.

  5. Marciana Sarwi, S.Pd selaku kepala sekolah SD Kanisius Kintelan yang mendukung saya dalam menyelesaikan skripsi ini, saya ucapkan terima kasih.

  Seluruh tenaga pendidik dan karyawan SD Kanisius Kintelan Yogyakarta yang telah mendukung saya dalam menyelesaikan skripsi ini, saya ucapakan terima kasih.

  6. Seluruh dosen pengampu PGSD yang telah membimbing dan membagikan ilmu kepada saya sehingga bisa meraih gelar sarjana dengan lancar.

  7. Bapak dan Ibu tercinta D.Wahyu Utomo dan Satimi yang tidak putus- putusnya selalu memberi doa, nasehat, dan dukungan serta kesabaran dalam mendidik saya selama ini.

  8. Kakek dan nenek tercinta Marjan dan Cicilia Yatinem, Kakak tercinta Dwi Rahayu, Adik tersayang Agus Wahyu Setiawan dan Destri Hardo Wahyu.P, teman dekat tersayang Albertus Kristianta Wicaksana dan sahabat terkasih Yuli Widyaningsih atas nasehat dan dukungannya sehingga dapat selesai tepat waktu.

  9. Teman-teman PGSD S1 sore A dan B terimakasih atas hari-hari yang menyenangkan selama kuliah.

  Terima kasih juga kepada pihak-pihak yang telah membantu penyusunan skripsi dan tidak bisa penulis sebutkan satu persatu. Skripsi ini masih jauh dari sempurna maka saran dan kritik sangat diperlukan untuk melakukan penelitian yang lebih baik lagi.

  Yogyakarta,

  6 Desember 2010

DAFTAR ISI

  HALAMAN JUDUL ……………………………………………………. i HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ………………………… ii HALAMAN PENGESAHAN …………………………………………… iii HALAMAN PERSEMBAHAN …………………………………………. iv HALAMAN MOTTO …………………………………………………….. v PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ………………………………..... vi PERNYATAAN PERSETUJUAN ............................................................. vii ABSTRAK ……………………………………………………………….. viii ABSTRACT ................................................................................................. ix KATA PENGANTAR …………………………………………………… x DAFTAR ISI ……………………………………………………………… xii DAFTAR TABEL ……………………………………………………….. xv DAFTAR LAMPIRAN …………………………………………………. xvi

  BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ………………………………………. 1 B. Batasan Masalah ……………………………………………… 3 C. Rumusan Masalah ……………………………………………. 4 D. Batasan Pengertian ……………………………………………. 4 E. Pemecahan Masalah …………………………………………... 5 F. Tujuan Penelitian ……………………………………………… 5

  BAB II. KAJIAN PUSTAKA A. Prestasi Belajar……………..……………………..................... 7 B. Model Pembelajaran Cooperative Learning ………………… 13

  1. Pengertian Cooperative Learning ………………………… 13

  2. Tujuan Pembelajaran Cooperative Learning ……………. 18

  3. Teknik-teknik Cooperative Learning …………………….. 19

  4. Cooperative Learning Teknik Kancing Gemerincing ……. 22

  C. Soal Cerita yang Berkaitan dengan Pecahan ………………… 23

  1. Pengertian Soal cerita ……………………………………... 23

  2. Pengertian Pecahan …………..……………………………. 25

  D. Keterkaitan Cooperative Learning Teknik Kancing Gemerincing dengan Soal Cerita …………………………………………….. 26 E. Penelitian yang Relevan ………………………………………. 27

  F. Kerangka Berfikir …………………………………………….. 27

  G. Hipotesis Tindakan …………………………………………… 27

  BAB III. METODE PENELITIAN A. Setting Penelitian ……………………………………………… 29 B. Subyek penelitian ……………………………………………... 29 C. Obyek Penelitian ...…………………………………………… 30 D. Desain Penelitian ………………………………………………. 30 E. Rencana Tindakan ……………………………………………. 33 F. Instrumen Penelitian ………………………………………….. 37 G. Data dan Teknik Penelitian …………………………………… 38 H. Teknik Analisis Data ………………………………………….. 40 I. Teknik Pengujian Instrumen Penelitian ……………………….. 41

BAB IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian ……………………………………………….. 47 B. Pembahasan …………………………………………………… 62 BAB V. PENUTUP A. Kesimpulan …………………………………………………… 65 B. Saran ………………………………………………………….. 65 DAFTAR PUSTAKA ……………………………………………………. 67

  DAFTAR TABEL A. Tabel 1 Sasaran Penelitian ……………………………………….

  30 B. Tabel 2 Pengumpulan Data dan Evaluasi ………………………..

  39 C. Tabel 3 Indeks Kesukaran ……………………………………….

  42 D. Tabel 4 Koefisien Korelasi ……………………………………… 44 E. Tabel 5 Indeks Diskriminasi ……………………………...........

  45 F. Tabel 6 Acuan Penilaian Reliabilitas …………………………...

  46 G. Tabel 7 Hasil Tes Siklus I ……………………………………….

  53 H. Tabel 8 Tabel Analisis Siklus I …………………………………

  54 I. Tabel 9 Hasil Tes Siklus II ........................ ……………………..

  58 J. Tabel 10 Tabel Analisis Siklus II ………………………………

  59 K. Tabel 11 Perbandingan Hasil siklus I dan siklus II …………….. 61

DAFTAR LAMPIRAN

  A. Lampiran 1 Silabus

  B. Lampiran 2 RPP

  C. Lampiran 3 LKS

  D. Lampiran 4 Kisi-kisi Soal

  E. Lampiran 5 Uji Validitas dan Reliabilitas

  F. Lampiran 6 Tabel Harga Kritis

  G. Lampiran 7 Soal Evaluasi

  H. Lampiran 8 Kriteria Ketuntasan Minimal

  I. Lampiran 9 Surat Keterangan Penelitian J. Lampiran 10 Nilai Kelas IV SD Kanisius Kintelan I K. Lampiran 11 Instrumen Penelitian L. Lampiran 12 Dokumentasi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Sekolah Dasar merupakan tahap awal dari tingkatan pendidikan

  yang ada di Indonesia. Ada dua macam sekolah yang ada di Indonesia yaitu sekolah negeri dan sekolah swasta. Sekolah negeri merupakan sekolah yang dikelola oleh pemerintah sendiri, sedangkan sekolah swasta adalah sekolahan yang dikelola oleh suatu lembaga di luar tanggung jawab pemerintah. Banyak sekali sekolah swasta yang ada di Indonesia, khususnya di Yogyakarta ada salah satu lembaga swasta yang menangani sekolah swasta yaitu Yayasan Kanisius. Ada banyak sekali sekolah yang tergabung dalam Yayasan Kanisius. Salah satunya yaitu SD Kanisius Kintelan I. Letak SD ini tidak jauh dari pusat kota Yogyakarta. SD Kanisius Kintelan terdapat di jalan Ireda No. 18 Yogyakarta.

  Sekolah Dasar Kanisius Kintelan dikelola oleh kepala sekolah dan 10 guru. Terdapat enam kelas, satu laboratorium IPA, satu perpustakaan dan satu laboratorium komputer. Keadaan sekolah ini sangat sejuk karena terdapat beberapa pepohonan. Lingkungan masyarakat disekitar sekolah ini sebagian besar pekerjaannya adalah karyawan swasta sehingga banyak orang tua yang sangat sibuk, sehingga sebagian dari siswa SD Kanisius Kintelan tidak mendapat perhatian yang cukup dan tidak dipantau saat perkembangan anak. Hal ini yang menyebabkan banyak anak yang mengalami kesulitan dalam belajar. Salah satu kelas yang mengalami kesulitan belajar yaitu siswa kelas III.

  Siswa kelas III sudah mulai dikenalkan beberapa mata pelajaran, di antaranya Matematika, IPA, IPS, Bahasa Indonesia, PKn, dan lain-lain.

  Matematika merupakan salah satu pelajaran yang sudah diperkenalkan sejak kelas satu Sekolah Dasar. Banyak orang beranggapan bahwa mata pelajaran ini susah dimengerti karena sebagian besar berkaitan dengan hitung-hitungan. Dalam pelajaran ini ada beberapa materi yang akan dipelajari oleh siswa kelas III, di antaranya mengenai pecahan. Dalam pecahan sendiri siswa dikenalkan dengan penyelesaian soal cerita yang berkaitan dengan pecahan itu sendiri.

  Dalam materi ini siswa mengalami kesulitan dalam menyelesaikan soal cerita. Kenyataan ini terlihat pada perolehan nilai yang didapat siswa rendah yaitu di bawah KKM (Kriteria Ketuntasan Minimal). KKM yang ditentukan pada pelajaran Matematika yaitu 62. Sekitar 60% dari jumlah siswa kelas III mendapat nilai di bawah KKM. Hal ini terjadi diduga guru pada saat menjelaskan materi ini, hanya ceramah dan siswa tidak diberi kesempatan untuk belajar dengan teman sebaya. Siswa merasa jenuh dengan pembelajaran yang dilakukan oleh guru sehingga siswa tidak dapat menyerap materi yang disampaikan.

  SD Kanisius Kintelan sudah menerapkan beberapa strategi untuk Strategi seperti ini tidak dapat mengatasi masalah yang terjadi pada anak, khususnya masalah tentang memecahkan masalah sehari-hari melalui pecahan sederhana.

  Oleh sebab itu, penulis ingin mencoba meningkatkan kemampuan siswa dalam menyelesaikan soal cerita yang berkaitan dengan pecahan dengan menerapkan model pembelajaran cooperative learning teknik kancing gemerincing.

  Melalui pendekatan ini siswa lebih mudah dalam menyelesaikan soal cerita yang berkaitan dengan pecahan karena siswa dapat bertukar pikiran dengan teman sebaya. Teknik kancing gemerincing dipilih karena dengan teknik ini masing-masing anggota kelompok akan mendapatkan kesempatan untuk memberikan pendapat. Sehingga tidak ada anggota kelompok yang pasif.

B. Pembatasan Masalah

  Karena keterbatasan waktu dan luasnya materi penulis membatasi materi dan teknik pembelajaran yang akan digunakan untuk penelitian.

  Pada materi kelas III dari beberapa macam kompetensi dasar. Di sini penulis mengambil satu kompetensi dasar yaitu 3.3 memecahkan masalah yang berkaitan dengan pecahan sederhana. Selain itu penulis mengambil model pembelajaran cooperative learning dengan menggunakan teknik kancing gemerincing.

C. Perumusan Masalah

  Dilandasi latar belakang masalah dan pembatasan, masalah dalam penelitian ini dirumuskan sebagai berikut: Apakah pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran

  Cooperative Learning teknik kancing gemerincing dapat meningkatkan

  kemampuan menyelesaikan soal cerita yang berkaitan dengan pecahan dikalangan siswa kelas III SD Kanisius Kintelan semester genap tahun ajaran 2009/2010? D.

   Batasan Pengertian

  Agar tidak mengalami penafsiran yang berbeda maka penulis menulis batasan pengertian sebagai berikut:

  1. Prestasi belajar adalah penguasaan pengetahuan atau kemampuan menguasai pelajaran yang diterima.

  2. Soal cerita pecahan adalah suatu permasalahan yang berkaitan dengan kehidupan sehari-hari yang berkaitan dengan pecahan.

  3. Model pembelajaran cooperative learning yaitu serangkaian aktivitas pembelajaran dalam kelompok atau grup yang bersifat sosial dan masing-masing pelajar bertanggung jawab atas pembelajaran yang mereka alami.

  4. Teknik kancing gemerincing adalah teknik yang memberikan kesempatan kepada siswa untuk memberikan kontribusi mereka dan mendengarkan pandangan dan pemikiran anggota yang lain.

  E. Pemecahan Masalah

  Seperti yang telah diuraikan pada latar belakang masalah dan tersirat dalam rumusan masalah, masalah rendahnya kemampuan menyelesaikan soal cerita yang berkaitan dengan pecahan dapat diatasi pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran cooperative

  learning , yang diusahakan agar siswa dapat terlibat dalam berdiskusi dengan teknik kancing gemerincing.

  F. Tujuan Penelitian

  Tujuan dari penelitian ini yaitu: Untuk mengetahui apakah model pembelajaran cooperative learning teknik kancing gemerincing dapat meningkatkan pemahaman belajar siswa dalam menyelesaikan soal cerita yang berkaitan dengan pecahan dikalangan siswa kelas III SD Kanisius Kintelan semester genap tahun ajaran 2009/2010.

G. Manfaat Penelitian

  Manfaat dari penelitian ini yaitu:

  1. Bagi penulis Hasil penelitian ini dapat menambah wawasan tentang salah satu pendekatan yang dipakai untuk meningkatkan prestasi belajar siswa dalam memecahkan soal cerita yang berkaitan dengan pecahan.

  2. Bagi guru Bagi rekan-rekan guru merupakan salah satu contoh model pembelajaran yang dapat dikembangkan untuk materi pokok lain, mata pelajaran lain, dan kelas lain.

  3. Bagi sekolah Laporan penelitian dapat menambah satu bacaan yang ada dalam perpustakaan program studi, yang dapat dimanfaatkan untuk teman- teman mahasiswa.

  4. Bagi siswa Siswa menjadi lebih mudah dalam mempelajari materi ini, sehingga kemampuan yang dimiliki siswa dalam menyelesaikan soal cerita meningkat.

BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Prestasi Belajar Belajar adalah usaha mencari, menambah, dan mengumpulkan

  pengetahuan di sekolah itu merupakan pandangan masyarakat pada umumnya. Pengertian belajar yang lebih modern diungkapkan oleh Morgan dkk dalam Sumantri (2001:13), yaitu belajar sebagai setiap perubahan tingkah laku yang relatif tetap dan terjadi sebagai hasil latihan dan pengalaman. Winkel berpendapat bahwa belajar merupakan aktivitas mental/psikis, yang berlangsung dalam interaksi aktif dengan lingkungan, yang menghasilkan sejumlah perubahan dalam pengetahuan, pemahaman, ketrampilan, dan nilai-sikap. Perubahan itu bersifat secara relative konstan dan berbekas (Winkel, 2004).

  Perubahan yang telah terjadi akan memberi bekal kepada seorang anak untuk menghadapi lingkungan yang ada di sekitarnya. Sedangkan menurut Hilgard dalam (Mulyati, 2005:4) belajar lebih menekankan pada mengorganisasikan perubahan dalam merespon suatu situasi. Jadi dapat disimpulkan belajar adalah suatu usaha sadar individu untuk mencapai tujuan peningkatan diri atau perubahan diri melalui latihan-latihan dan pengulangan-pengulangan dan perubahan yang terjadi bukan karena peristiwa kebetulan.

  Winkel dalam Mulyani (1984:64) juga mengatakan bahwa prestasi adalah bukti usaha yang dapat dicapai untuk mengetahui hasil dari usaha dalam pembelajaran perlu diukur secara langsung dengan menggunakan tes atau evaluasi untuk mengetahui tingkat keberhasilan pencapaian tujuan pembelajaran. Menurut Hilgard dalam Wens Tanlain (2007:6), belajar (learning) dapat diartikan sebagai suatu proses yang di dalamnya terbentuk tingkah laku atau terjadi perubahan tingkah laku melalui praktek atau latihan.

  Dalam Masidjo (1995 : 38-40) prestasi adalah hasil proses belajar yang khas yang dilakukan dengan secara sengaja sebagai hasil suatu pengukuran dari hasil proses belajar yang merupakan kemampuan aktual yang diperoleh sewaktu mempelajari suatu bahan pelajaran. Sejumlah perubahan dalam pengetahuan, pemahaman, ketrampilan, dan nilai-sikap dalam proses belajar mengajar dapat diketahui. Tingkat keberhasilan dalam mengikuti proses pembelajaran diukur dengan melalui kegiatan pengukuran dan penilaian sifat suatu objek dalam kegiatan belajar yang khas, yang dilakukan dengan secara sengaja dalam bentuk pengetahuan, pemahaman, ketrampilan, sikap, dan nilai. Proses pengukuran itu dilaksanakan dalam suatu tes evaluasi hasil belajar. Gagne dalam Mulyati (2005:93) mengemukakan lima macam kemampuan manusia yang merupakan hasil belajar sehingga pada gilirannya membutuhkan sekian macam kondisi belajar untuk pencapaiannya. Kelima macam kemampuan hasil belajar

  1. Ketrampilan intelektual, sejumlah pengetahuan mulai dari baca, tulis, hitung sampai kepada pemikiran yang rumit. Kemampuan intelektual tergantung kepada kapasitas intelektual kecerdasan seseorang dan pada kesempatan belajar yang tersedia.

  2. Strategi kognitif, mengatur cara belajar dan berfikir seseorang di dalam arti seluas-luasnya, termasuk kemampuan memecahkan masalah.

  3. Informasi verbal, pengetahuan dalam arti informasi dan fakta.

  Informasi yang diperoleh sebagai hasil belajar dari perkataan orang, membaca, radio, TV, dan lain-lain.

  4. Ketrampilan motorik yang diperoleh di sekolah, antara lain ketrampilan menulis, mengetik, menggunakan jangka, dan sebagainya.

  5. Sikap dan nilai, berhubungan dengan arah serta intensitas emosional yang dimilki seseorang, sebagai mana dapat disimpulkan dari kecenderungan bertingkah laku terhadap orang, barang, atau kejadian.

  Belajar tidak sebatas memperoleh informasi tetapi belajar untuk memahami. Apa yang dimaksud dengan memahami lebih sekedar melakukan apa yang dimiliki berdasarkan segala pengalaman yang telah dialami. Memahami menyangkut proses membuat keterkaitan (koneksi), suatu wawasan yang bermakna. Menurut Tim Pengembang PGSD (2001:3), ada tiga elemen penting dalam belajar untuk pemahaman, yaitu :

  1. Pengembangan topik generatif yang bisa mendorong anak untuk secara mendalam dan bergairah melakukan connection making.

  2. Pengajaran ditekankan kepada pembentukaan pemahaman dan kebermaknaan.

  3. Assessment dalam konteks, di mana testing bukan bagian terpisah

  yang berdiri sendiri melainkan terpadu di dalam pengjaran dan tugas-tugas yang dihadapkan kepada anak bersifat otentik (Tim Pengembang PGSD, 2001: 3). Dalam berbagai jenis belajar, kita senantiasa melibatkan ingatan. Jika kita tidak dapat mengingat sesuatu pun mengenai informasi yang kita terima, kitapun tidak akan dapat belajar apa-apa. Tanpa ingatan kita tidak dapat melakukan sesuatupun karena segala perbuatan dan perkataan kita terjadi berdasarkan ingatan yang telah terekam terlebih dahulu. Untuk dapat mengingat, kekuatan ingatan dibagi dalam tiga tahapan. Pertama ketika kita diperkenalkan, dengan sesuatu cara kita memasukkan informasi yang ada ke dalam ingatan. Kedua, kita mempertahankan atau menyimpan informasi itu selama waktu tertentu. Dan ketiga, kita akan dapat menemukan kembali informasi tersebut jika suatu saat dibutuhkan.

  Ingatan sendiri dapat dibedakan berdasarkan waktu, yaitu ingatan seseorang dapat dilihat dari perilaku, baik perilaku dalam bentuk penguasaan pengetahuan, ketrampilan berpikir maupun ketrampilan motorik.

  Di sekolah hasil belajar dapat dilihat dari penguasaan siswa akan mata pelajaran yang ditempuhnya. Tingkat penguasaan pelajaran atau hasil belajar dalam mata pelajaran tersebut di sekolah dilambangkan dengan angka atau huruf, seperti angka 0 – 10 pada pendidikan dasar atau menengah.

  Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (1976), prestasi adalah hasil yang telah dicapai/ dilakukan, dikerjakan. Prestasi dapat diartikan keberhasilan yang telah dicapai/ dilakukan dan penguasaan pengetahuan siswa dalam hal pencapaian materi pelajaran. Prestasi belajar, kita ketahui bukan saja dipengaruhi oleh kemampuan intelektual yang bersifat kognitif, tetapi juga dipengaruhi oleh faktor-faktor non kognitif seperti emosi, motivasi, kepribadian serta berbagai pengaruh lingkungan. Pengembangan potensi anak mencapai aktualisasi optimal bukan saja dipengaruhi faktor bakat, melainkan juga faktor lingkungan yang membimbing dan membentuk perkembangan anak. Perkembangan seluruh kepribadiannya selain dilatarbelakangi kedua faktor-faktor diatas, juga terkait dengan kemampuan intelektual, motivasi, pengetahuan, maupun perkembangan dirinya sendiri.

  Prestasi belajar siswa juga dipengaruhi oleh tenaga pendidikan professional, yang memiliki kompetensi dengan kemajuan yang dapat siswa dalam proses belajar mengajar. Karena tuntutan profesi, maka tugas guru meliputi mendidik, mengajar, dan melatih. Mendidik berarti memberi bimbingan kepada anak agar dapat berkembang seoptimal mungkin dan dapat meneruskan serta mengembangkan nilai-nilai hidup. Mengajar berarti memberikan pengajaran untuk mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi. Melatih berarti memberikan diri untuk menjadi fasilitator bagi anak untuk berlatih. Dan faktor lain yang tak kalah pentingnya adalah bagimana guru dapat menciptakan situasi belajar yang membuat anak menjadi merasa nyaman dan bahagia dalam menjalani proses belajar di sekolah. Pengukuran penguasaan hasil belajar/ prestasi belajar selalu dikaitkan dengan test prestasi atau test hasil belajar. Metode dan alat evaluasi harus menentukan baik jenis perilaku maupun materi (terhadap materi siswa berbuat sesuatu, sesuai dengan aspek isi dalam tujuan instruksional), sehingga prestasi yang diberikan oleh siswa benar-benar mencakup hasil belajar yang harus dicapainya (Winkel, 2004. 620-621).

  Berbagai kegiatan belajar perlu dilakukan dalam rangka mengetahui apakah siswa memahami tentang materi yang dipelajari. Selama proses belajar berlangsung, siswa membutuhkan kegiatan untuk menggali prestasinya. Kegiatan itu dilakukan pada saat:

  1. Unit pelajaran, yang belum selesai dipelajari seutuhnya, akan dilanjutkan, misalnya pada pelajaran berikutnya.

  2. Hasil belajar akan diterapkan di luar lingkup bidang studi yang

  3. Harus memberikan prestasi pada akhir proses belajar, yang membuktikan bahwa belajar memang diperoleh atau tujuan instruksional telah tercapai.

  Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa prestasi belajar adalah bukti usaha yang dapat dicapai untuk mengetahui hasil dari aktivitas mental/psikis, yang berlangsung dalam interaksi aktif dengan lingkungan, yang menghasilkan sejumlah perubahan dalam pengetahuan, pemahaman, ketrampilan, dan nilai-sikap yang diukur secara langsung dengan menggunakan tes atau evaluasi untuk mengetahui tingkat keberhasilan pencapaian tujuan pembelajaran.

B. Model Pembelajaran Cooperative Learning 1.

   Pengertian Model Pembelajaran Cooperative Learning

  Keberhasilan dalam pembelajaran ditentukan oleh beberapa faktor antara lain: guru, cara pembelajaran, siswa, tempat dan banyak yang lainnya. Salah satu faktor yang mempengaruhi pembelajaran yaitu cara pembelajaran. Cara pembelajaran merupakan suatu upaya atau usaha yang dilakukan oleh guru supaya siswa dapat menangkap atau mengerti sesuatu yang akan guru sampaikan kepada siswa. Banyak sekali cara pembelajaran yang ada di Indonesia salah satunya yaitu model pembelajaran cooperative

  learning. Cooperative Learning merupakan salah satu model pembelajaran

  yang mendukung pembelajaran kontekstual. Model pembelajaran

  Cooperative Learning dapat didefinisikan sebagai sistem kerja/ belajar kelompok yang terstruktur.

  Falsafah yang mendasari pembelajaran Cooperative Learning (pembelajaran gotong royong) dalam pendidikan adalah “homo homini socius” yang menekankan bahwa manusia adalah makhluk sosial.

  Menurut Anita Lie dalam bukunya “Cooperative Learning”, bahwa model pembelajaran Cooperative Learning tidak sama dengan sekadar belajar kelompok, tetapi ada unsur-unsur dasar yang membedakannya dengan pembagian kelompok yang dilakukan asal-asalan. Dalam Isjoni (2007:66) siswa-siswi yang melaksanakan pembelajaran cooperative learning bekerja dalam kelompok-kelompok untuk mengerjakan suatu tugas atau mencari penyelesaian terhadap suatu masalah maupun untuk mencapai tujuan bersama. Namun, agar suatu pembelajaran dikatakan merupakan suatu pembelajaran cooperative learning masih diperlukan adanya elemen-elemen yang merupakan bahan dasar agar pembelajaran tersebut dapat dinamakan pembelajaran cooperative learning. Elemen-elemen ini menjamin bahwa jika siswa berada dalam kelompok untuk mengerjakan tugas, maka mereka dapat bekerja secara Cooperative learning. Elemen- elemen tersebut adalah sebagai berikut:

  1. Setiap anak yang berada dalam suatu kelompok hendaknya memandang bahwa ia adalah bagian dari kelompoknya dan bahwa

  2. Setiap anggota kelompok harus menyadari bahwa soal yang harus mereka selesaikan adalah merupakan tugas kelompok dan bukan tugas individu sehingga keberhasilan atau kegagalan dari kelompok itu akan berdampak bagi setiap anggota kelompok.

  3. Untuk mencapai tujuan kelompok itu, setiap anggota kelompok itu harus saling berbicara di antara mereka dan terlibat dalam diskusi untuk menyelesaikan masalah.

  4. Setiap anggota kelompok harus menyadari bahwa hasil kerja individu mempunyai dampak langsung pada keberhasilan kelompok. Artinya setiap anggota mempunyai kesempatan yang sama untuk berkontribusi demi kepentingan kelompoknya, bukan hanya anggota tertentu saja.

  Dengan mengacu keempat elemen ini maka jelaslah bahwa pembentukan kelompok kecil, siswa dapat menyelesaikan satu atau beberapa soal atau membahas topik-topik tertentu yang dipilih guru merupakan suatu hal yang diperlukan untuk berlangsungnya pembelajaran cooperative learning.

  Roger dan David Johnson dalam Suprijono (2009:58) mengatakan bahwa tidak semua kerja kelompok bisa dianggap Cooperative Learning, untuk itu harus diterapkan lima unsur model pembelajaran gotong royong yaitu : a. Saling ketergantungan positif.

  Keberhasilan suatu kelompok sangat bergantung pada usaha setiap anggotanya. Untuk menciptakan kelompok kerja yang efektif, pengajar perlu menyusun tugas sedemikian rupa sehingga setiap anggota kelompok harus menyelesaikan tugasnya sendiri agar yang lain dapat mencapai tujuan mereka.

  b. Tanggung jawab perseorangan.

  Jika tugas dan pola penilaian dibuat menurut prosedur model pembelajaran Cooperative Learning, setiap siswa akan merasa bertanggung jawab untuk melakukan yang terbaik. Pengajar yang efektif dalam model pembelajaran Cooperative Learning membuat persiapan dan menyusun tugas sedemikian rupa sehingga masing- masing anggota kelompok harus melaksanakan tanggung jawabnya sendiri agar tugas selanjutnya dalam kelompok bisa dilaksanakan.

  c. Tatap muka.

  Dalam pembelajaran Cooperative Learning setiap kelompok harus diberikan kesempatan untuk bertatap muka dan berdiskusi. Kegiatan interaksi ini akan memberikan para pembelajar untuk membentuk sinergi yang menguntungkan semua anggota. Inti dari sinergi ini adalah menghargai perbedaan, memanfaatkan kelebihan, dan mengisi d. Komunikasi antar anggota.

  Unsur ini menghendaki agar para pembelajar dibekali dengan berbagai keterampilan berkomunikasi, karena keberhasilan suatu kelompok juga bergantung pada kesediaan para anggotanya untuk saling mendengarkan dan kemampuan mereka untuk mengutarakan pendapat mereka. Keterampilan berkomunikasi dalam kelompok juga merupakan proses panjang. Namun, proses ini merupakan proses yang sangat bermanfaat dan perlu ditempuh untuk memperkaya pengalaman belajar dan pembinaan perkembangan mental dan emosional para siswa e. Evaluasi proses kerja kelompok.

  Pengajar perlu menjadwalkan waktu khusus bagi kelompok untuk mengevaluasi proses kerja kelompok dan hasil kerja sama mereka agar selanjutnya bisa bekerja sama dengan lebih efektif. Evaluasi juga dapat membantu anggota kelompok untuk mengetahui hal-hal apa saja yang harus diperbaiki lagi saat bekerja kelompok.

  Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa pembelajaran adalah model pembelajaran yang terdiri dari

  cooperative learning

  beberapa kelompok yang memberikan saling ketergantungan, tanggungjawab perseorangan, komunikasi serta meningkatkan rasa sosialisasi.

  2. Tujuan Pembelajaran Cooperative Learning Tujuan pembelajaran cooperative learning berbeda dengan kelompok konvensional yang menerapkan sistem kompetisi, di mana keberhasilan individu diorientasikan pada kegagalan orang lain. Sedangkan tujuan dari pembelajaran cooperative learning adalah menciptakan situasi di mana keberhasilan individu ditentukan atau dipengaruhi oleh keberhasilan kelompoknya. Model pembelajaran

  cooperative learning dikembangkan untuk mencapai setidak-tidaknya tiga

  tujuan pembelajaran penting yang dirangkum oleh Anita Lie (2002:30), yaitu: a. Hasil belajar akademik

  Dalam belajar meskipun mencakup beragam

  cooperative learning

  tujuan sosial, juga memperbaiki prestasi siswa atau tugas-tugas akademis penting lainnya. Beberapa ahli berpendapat bahwa model ini unggul dalam membantu siswa memahami konsep-konsep sulit. Para pengembang model ini telah menunjukkan bahwa model struktur penghargaan cooperative

  learning telah dapat meningkatkan nilai siswa pada belajar akademik dan

  perubahan norma yang berhubungan dengan hasil belajar. Di samping mengubah norma yang berhubungan dengan hasil belajar, pembelajaran

  cooperative learning dapat memberi keuntungan baik pada siswa

  kelompok bawah maupun kelompok atas yang bekerja bersama b. Penerimaan terhadap perbedaan individu Tujuan lain model pembelajaran cooperative learning adalah penerimaan secara luas dari orang-orang yang berbeda berdasarkan ras, budaya, kelas sosial, kemampuan, dan ketidakmampuannya. Pembelajaran

  cooperative learning memberi peluang bagi siswa dari berbagai latar

  belakang dan kondisi untuk bekerja dengan saling bergantung pada tugas- tugas akademik dan melalui struktur penghargaan cooperative learning akan belajar saling menghargai satu sama lain.

  c. Pengembangan keterampilan sosial Tujuan penting ketiga pembelajaran cooperative learning adalah, mengajarkan kepada siswa keterampilan bekerja sama dan kolaborasi.

  Keterampilan-keterampilan sosial, penting dimiliki oleh siswa sebab saat ini banyak anak muda masih kurang dalam keterampilan sosial.

  3. Teknik-teknik Pembelajaran Cooperative Learning

  a. Mencari Pasangan Dalam tenik ini siswa mencari pasangan sambil belajar mengenai suatu konsep atau topik dalam suasana yang menyenangkan. Teknik ini dikembangkan oleh Lorna Curron (1994).Salah satu keunggulan teknik ini adalah teknik ini dapat digunakan dalam semua mata b. Bertukar Pasangan Teknik belajar-mengajar bertukar pasangan memberi siswa kesempatan untuk bekerja sama dengan orang lain. Teknik ini sama seperti teknikmencari pasangan dapat digunakan untuk semua mata pelajaran dan semua usia siswa.

  c. Berpikir-berpasangan-berempat Teknik belajar-mengajar berpikir berpasangan berempat dikembangkan oleh Frank Lyman dan Spencer Kagan. Teknik ini memberi kesempatan kepada siswa untuk bekerja sendiri dan bekerja sama dengan orang lain. Keunngulan dari teknik ini yaitu optimalisasi partisipasi siswa.

  d. Berkirim salam dan soal Teknik ini memberi kesempatan kepada siswa untuk melatih pengetahuan dan keterampilan. Siswa membuat pertanyaan sendiri sehingga merasa akan lebih terdorong untuk belajar dan menjawab pertanyaan yang dibuat oleh teman-teman kelasnya.

  e. Kancing Gemerincing Teknik ini di kembangkan oleh Spencer Kagan (1992), keunggulan teknik ini yaitu memberi kesempatan kepada siswa untuk siswa yang pasif, semua siswa harus aktif. Teknik ini dapat digunakan dalam semua mata pelajaran dan untuk semua tingkat usia siswa.

  Dalam teknik ini semua anggota mendapatkan kesempatan yang sama untuk mendistribusikan pandangan dan pikiran mereka melalui pendapat atau jawaban dari soal yang sudah ada. Selain menymbangkan pikiran dan pandangan, mereka dapat mendengarkan pandangan dan pemikiran teman kelompok yang lainnya.

  f. Kepala bernomor Teknik ini memberi kesempatan kepada siswa untuk menyumbangkan ide dan mempertimbangkan jawaban yang paling tepat. Siswa masuk di dalam kelompok kemudian setiap anak diberi ikat kepala yang bernomor. Setiap siswa memakai ikat kepala yang bernomor. Kemudian guru membagikan kertas yang berisi pertanyaan- pertanyaan. Anak-anak yang bernomor sama mengerjakan beberapa soal yang sama ditentukan guru. Setelah itu mereka kembali ke kelompok semula untuk menjelaskan jawaban yang mereka dapat.

  4. Model Pembelajaran Cooperative Learning Teknik Kancing Gemerincing.

  Model pembelajaran cooperative learning banyak seakali jenis tekniknya. Salah satu dari model pembelajaran cooperative Learning yaitu teknik kancing gemerincing. Teknik ini dikembangkan oleh Specer Kagan tahun 1992. Teknik kancing gemerincing yaitu kerja kelompok yang anggota kelompok untuk menyampaikan pendapatnya. Sehingga tidak ada anggota kelompok yang terlalu dominan atau banyak bicara. Dalam banyak kelompok biasanya ada salah satu anggota kelompok yang lebih dominan sehingga anggota kelompok lainnya hanya menjadi pendengar.

  Teknik ini dapat digunakan dalam berbagai mata pelajaran dan semua tingkatan usia, sehingga siswa SD dapat menggunkan teknik ini. Adapun tahapan-tahapan dalam melaksanakan teknik ini. Tahap-tahap pembelajaran dengan model pembelajaran Cooperative Learning teknik kancing gemerincing menurut Anita Lie (2002:56), adalah sebagai berikut: a. Guru menyiapkan satu kotak kecil yang berisi kancing-kancing.

  b. Sebelum kelompok mendapat tugasnya, masing-masing anggota kelompok mendapat kancing 2 atau 3 buah.

  c. Setiap kali seorang siswa berbicara atau mengeluarkan pendapat, dia harus menyerahkan salah satu kancingnya dan meletakkan ditengah- tengah.

  d. Jika kancing yang dimiliki seorang siswa habis, dia tidak boleh berbicara lagi sampai semua rekannya juga menghabiskan kancing mereka.

  e. Jika semua kancing sudah habis tetapi tugas belum selesai kelompok boleh mengambil sepakat untuk membagi-bagikan kancing lagi dan mengulangi prosedurnya lagi. Beberapa keunggulan model pembelajaran cooperative learning teknik a. Semua anggota kelompok mendapatkan kesempatan yang sama untuk menyampaikan pendapatnya.

  b. Tidak ada salah satu anggota kelompok yang dominan atau banyak bicara.

  c. Setiap siswa akan memiliki tanggung jawab akan tugasnya.

  Berikut ini adalah gambar dari cooperative learning teknik kancing gemerincing:

  Pendapat Pendapat Kumpulan Pendapat dan kancing Pendapat Pendapat

Dokumen yang terkait

PENINGKATAN HASIL BELAJAR DALAM MEMECAHKAN MASALAH SOAL CERITA POKOK BAHASAN PECAHAN PENINGKATAN HASIL BELAJAR DALAM MEMECAHKAN MASALAH SOAL CERITA POKOK BAHASAN PECAHAN SEDERHANA MELALUI METODE POLYA PADA SISWA KELAS III MIM NGWARU MATESIH TAHUN

0 1 15

PENINGKATAN KEMAMPUAN MENYELESAIKAN SOAL CERITA PECAHAN MELALUI MODEL KOOPERATIF THE POWER OF TWO PADA SISWA KELAS IV SDN KENEP 01 TAHUN AJARAN 201/2012.

0 0 17

PENINGKATAN HASIL BELAJAR IPS MENGGUNAKAN STRATEGI PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE JIGSAW PADA SISWA KELAS IV SD KANISIUS KINTELAN I YOGYAKARTA.

1 1 212

PENINGKATAN PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA KELAS III SEMESTER GENAP MELALUI MEDIA TANGRAM DI SD MUHAMMADIYAH SIDOMULYO TAHUN AJARAN 2015/2016.

0 0 173

PENINGKATAN PRESTASI BELAJAR MENGGUNAKAN COOPERATIVE LEARNING TEKNIK JIGSAW DALAM MENGENAL SATUAN JARAK DAN KECEPATAN PADA SISWA KELAS V SD N PUCUNG TAHUN PELAJARAN 20102011

0 1 73

UPAYA PENINGKATAN PEMAHAMAN KONSEP PECAHAN MELALUI PENDEKATAN CTL PADA SISWA KELAS IV SD KANISIUS KALASAN YOGYAKARTA SEMESTER GENAP TAHUN AJARAN 20092010

0 0 155

PENINGKATAN KEMAMPUAN BERBICARA DALAM MEMERANKAN TOKOH DRAMA SISWA KELAS V-B SD KANISIUS DEMANGAN BARU SEMESTER II TAHUN AJARAN 20092010 MELALUI PENDEKATAN BERBASIS MASALAH

0 1 207

PENINGKATAN KEMAMPUAN MENYIMAK CERITA SISWA KELAS V SD TARAKANITA NGEMBESAN SEMESTER 2 TAHUN AJARAN 20092010 MELALUI PENDEKATAN BERBASIS MASALAH

0 0 165

PENINGKATAN KETERLIBATAN SISWA DENGAN MEDIA LKS DALAM PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA SISWA KELAS V SD KANISIUS KALASAN YOGYAKARTA SEMESTER GENAP TAHUN PELAJARAN 20092010

0 0 138

PENINGKATAN PRESTASI BELAJAR MENGGUNAKAN MODEL COOPERATIVE LEARNING TEKNIK JIGSAW DALAM MATA PELAJARAN IPS SISWA KELAS V SDN TIDAR 7 MAGELANG TAHUN PELAJARAN 2009 2010

0 0 147