PENINGKATAN HASIL BELAJAR IPS MENGGUNAKAN STRATEGI PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE JIGSAW PADA SISWA KELAS IV SD KANISIUS KINTELAN I YOGYAKARTA.

(1)

PENINGKATAN HASIL BELAJAR IPS MENGGUNAKAN STRATEGI PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE JIGSAW PADA SISWA

KELAS IV SD KANISIUS KINTELAN I YOGYAKARTA

SKRIPSI

Diajukan kepada Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Oleh

Yudha Adhi Prakosa NIM 10105244033

PROGRAM STUDI TEKNOLOGI PENDIDIKAN JURUSAN KURIKULUM DAN TEKNOLOGI PENDIDIKAN

FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA


(2)

(3)

(4)

(5)

MOTTO

“Untuk benar-benar menjadi besar, seseorang harus berdampingan dengan orang lain, bukan di atas orang lain”.

Charles De Montesquieu

“Salah satu hal yang bisa dilakukan seorang Guru adalah mengirim pulang seorang murid di siang hari dalam keadaan menyukai diri mereka sedikit lebih

daripada ketika ia datang di pagi hari”. Ernest Melby


(6)

PERSEMBAHAN

Dengan kerendahan hati, tugas akhir ini saya persembahkan kepada: 1. Ibu dan bapak tercinta yang senantiasa memberikan semangat, bimbingan,

nasehat, dan do’a di setiap langkahku 2. Almamater Universitas Negeri Yogyakarta. 3. Nusa dan Bangsa


(7)

PENINGKATKAN HASIL BELAJAR IPS MENGGUNAKAN STRATEGI PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE JIGSAW PADA SISWA

KELAS IV SD KANISIUS KINTELAN I YOGYAKARTA

Oleh

Yudha Adhi Prakosa NIM 10105244033

ABSTRAK

Penelitian tindakan ini bertujuan untuk meningkatkan hasil belajar IPS menggunakan strategi pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw pada siswa kelas IV SD Kanisius Kintelan 1 Kecamatan Mergangsan Kota Yogyakarta

Penelitian ini merupakan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) dengan desain penelitian menggunakan model Kemmis & Mc. Taggart. Subjek penelitian ini adalah seluruh siswa kelas IV SD dengan jumlah 20 siswa. Kegiatan Penelitian berlangsung dua siklus dimulai dari pra tindakan, siklus I, dan siklus II. Metode pengumpulan data yang diajukan adalah lembar observasi, tes, dan dokumentasi. Lembar observasi untuk mengetahui tingkat keaktifan siswa dalam pembelajaran. Lembar tes untuk mengetahui peningkatan hasil belajar siswa, dan dokumentasi sebagai data diadakannya proses pembelajaran IPS dengan strategi pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw. Metode analisis data yang digunakan yaitu deskriptif kuantitatif.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada peningkatan hasil belajar IPS pada siswa di kelas IV SD Kanisius Kintelan 1 Kecamatan Mergangsan kota Yogyakarta dengan menggunakan strategi pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw. Hasil penelitian menunjukkan adanya peningkatan hasil belajar IPS setelah diadakan tindakan yaitu pada peningkatan persentase ketuntasan kelas pada tahap pra tindakan sebanyak 6 siswa (30%), pada siklus I sebanyak 13 siswa (65%), dan pada siklus II sebanyak 20 siswa (100%) dengan nilai rata-rata kelas yang terus meningkat pada tahap pra tindakan mencapai angka 65,25, pada tahap siklus I mencapai angka 71,25, dan pada tahap siklus II mencapai angka 82,75


(8)

KATA PENGANTAR

Pertama-tama Puji Syukur, penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas berkah dan rahmat-Nya yang telah memberikan kemudahan sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas akhir skripsi ini dengan baik. Tugas akhir skripsi ini disusun guna memenuhi persyaratan Akademik Teknologi Pendidikan, Fakultas Ilmu Pendidikan, Universitas Negeri Yogyakarta sebagian persyaratan guna memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan.

Penulis sangat menyadari bahwa dalam penyusunan tugas akhir skripsi ini, terdapat banyak bantuan, bimbingan dan dukungan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, bersama dengan ini penulis ingin menyampaikan ucapan terimakasih kepada:

1. Rektor Universitas Negeri Yogyakarta yang telah memberikan kebijakan dan kesempatan kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

2. Dekan Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta yang telah memberikan pengesahan secara resmi judul skripsi.

3. Kedua orang tua, Yuswadi dan Iwuk Riyadina K. yang telah memberikan dukungan moril maupun materil, doa, dan kasih sayang kepada penulis untuk mengerjakan tugas akhir skripsi ini

4. Kakak Adhitya Wisnu Jatmiko yang telah memberikan dukungan moril dan mendoakan saya dalam mengerjakan tugas akhir skripsi ini

5. Ketua jurusan Kurikulum dan Teknologi Pendidikan yang telah memberikan kemudahan dalam proses penyusunan skripsi ini.

6. Ibu Dr. Christina Ismaniati, M. Pd. selaku dosen pembimbing I yang penuh kesabaran meluangkan waktu, pemikiran, dan tenaga untuk membimbing, memberikan arahan, serta saran-saran dalam proses penyusunan skripsi ini. 7. Ibu Suyantiningsih, M. Ed. selaku dosen pembimbing II yang penuh

kesabaran meluangkan waktu, pemikiran, dan tenaga untuk membimbing, memberikan arahan, serta saran-saran dalam proses penyusunan skripsi ini.


(9)

(10)

DAFTAR ISI

Hal

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN... ii

PERNYATAAN... iii

PENGESAHAN ... iv

MOTTO ... v

PERSEMBAHAN ... vi

ABSTRAK ... vii

KATA PENGANTAR ... viii

DAFTAR ISI ... x

DAFTAR TABEL ... xiii

DAFTAR GAMBAR ... xiv

DAFTAR LAMPIRAN... xv

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang... 1

B. Identifikasi Masalah... 10

C. Batasan Masalah... 11

D. Rumusan Masalah... 11

E. Tujuan Penelitian... 11

F. Manfaat Penelitian... 11

G. Definisi Operasional... 12

BAB II KAJIAN TEORI A. Pembelajaran IPS SD... 15

1. Pengertian Mata Pelajaran IPS... 15

2. Tujuan Mata Pelajaran IPS... 16

3. SK dan KD Mata Pelajaran IPS... 17


(11)

B. Hasil Belajar IPS... 20

1. Pengertian Hasil Belajar IPS... 20

2. Klasifikasi Hasil Belajar IPS... 22

3. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Hasil Belajar IPS... 26

4. Kaitan Kooperatif Tipe Jigsaw dengan Hasil Belajar... 29

C. Karakteristik Siswa Sekolah Dasar Kelas IV... 36

1. Pengertian Siswa... 36

2. Tahap Perkembangan Siswa Kelas IV SD... 37

D. Strategi Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw... 43

1. Pengertian Strategi Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw... 43

2. Karakteristik Strategi Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw.... 47

3. Kooperatif Tipe Jigsaw Dalam Mata Pelajaran IPS... 49

E. Kerangka Berpikir... 52

F. Penelitian Yang Relevan... 54

G. Hipotesis Penelitian... 55

BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian... 56

B. Setting Penelitian... 59

C. Teknik dan Instrumen Pengumpulan Data... 60

D. Keabsahan Data... 62

E. Pelaksanaan Tindakan... 62

F. Teknik Pengamatan... 66

G. Analisis Data dan Refleksi... 66

H. Indikator Keberhasilan... 70

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Data Penelitian... 71

B. Deskripsi Lokasi Penelitian... 71

C. Deskripsi Subjek Penelitian... 72

D. Deskripsi Pelaksanaan Penelitian... 73

E. Hasil Penelitian... 94


(12)

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan... 113

B. Saran... 114

DAFTAR PUSTAKA ... .. 115


(13)

DAFTAR TABEL

hal

Tabel 1.1 Tabel Nilai Ujian Tengah Semester ... 3

Tabel 1.2 Tabel Perbandingan Nilai Ulangan Harian ... 5

Tabel 2.1 Tabel SK dan KD Mata Pelajaran IPS ... 18

Tabel 2.2 Tabel Tahap-Tahap Perkembangan Kogniif Piaget ... 38

Tabel 2.3 Tabel Perhitungan Poin Kemajuan Individu/Tim ... 46

Tabel 2.4 Tabel Kriteria Tingkatan Penghargaan Kelompok ... 47

Tabel 3.1 Tabel Inteval Uji Instrumen ... 69

Tabel 4.1 Tabel Nama Siswa Kelas IV SD ... 72

Tabel 4.2 Tabel Jadwal Pelaksanaan Penelitian... 75

Tabel 4.3 Tabel Daftar Nilai UTS IPS Pra Tindakan... 95

Tabel 4.4 Tabel Hasil Observasi Kelas Siklus I... 97

Tabel 4.5 Tabel Daftar Nilai Hasil Belajar IPS Siklus I ... 99

Tabel 4.6 Tabel Hasil Observasi Kelas SIklus II ... 101


(14)

DAFTAR GAMBAR

hal

Gambar 1. Gambar Model Kemmis dan Mc. Taggart ...58

Gambar 2. Grafik Rata-Rata Lembar Observasi Kelas Siklus I...98

Gambar 3. Grafik Perbandingan Hasil Belajar IPS Pra-Siklus I...100

Gambar 4. Grafik Rata-Rata Lembar Observasi Kelas Siklus II ...102


(15)

DAFTAR LAMPIRAN

hal

Lampiran 1. RPP Siklus I...118

Lampiran 2. Lembar Diskusi Kelompok Ahli Siklus I ...135

Lampiran 3. Lembar Observasi...140

Lampiran 4. Soal Tes Evaluasi Siklus I ...143

Lampiran 5. RPP Siklus II ...150

Lampiran 6. Lembar Diskusi Kelompok Ahli Siklus II...169

Lampiran 7. Soal Tes Evaluasi Siklus II...174

Lampiran 8. Rekapitulasi Hasil Penelitian...180

Lampiran 9. Dokumentasi Penelitian...186

Lampiran 10. Surat Pernyataan Expert Judgement ...195

Lampiran 11. Surat Ijin Penelitian ...196


(16)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Ilmu Pengetahuan Sosial atau IPS dimaknai sebagai seperangkat fakta, konsep, dan generalisasi yang berkaitan dengan perilaku dan tindakan manusia untuk membangun diri, masyarakat, bangsa, dan lingkungannya berdasarkan pada pengalaman masa lalu yang dapat dimaknai untuk masa kini, dan diantisipasi untuk masa yang akan datang (Depdiknas, 2004: 51).

Ilmu Pengetahuan Sosial dapat diartikan sebagai penyederhanaan suatu integrasi ilmu sosial humaniora serta kegiatan dasar manusia yang diorganisasikan dan disajikan secara ilmiah untuk tujuan instruksional dengan materi yang disederhanakan agar mudah untuk dipelajari. Ilmu Pengetahuan Sosial berupaya mengembangkan dan membina individu, meningkatkan toleransi individu dan lingkungan, serta mengatasi masalah sosial dengan aktif menemukan solusi.

Jarolimek (1986: 4) menyatakan tujuan utama dari IPS yaitu membantu mendewasakan siswa mengembangkan aspek pengetahuan, keterampilan, dan sikap serta mengajarkan siswa untuk berpartisipasi dalam kelompok masyarakat. Tujuan tersebut mempunyai arti yaitu IPS sebagai ilmu yang berkaitan langsung dengan masyarakat atau kelompok sosial yang berperan dan berupaya menjadikan individu sebagai suatu manusia yang berkembang dan baik dalam kehidupannya di masyarakat.

Hakekat Pembelajaran IPS di sekolah dasar menurut Susanto (2013: 138) adalah memberikan pengetahuan dan keterampilan dasar yang berguna bagi


(17)

dirinya dalam kehidupan sehari-hari. Proses pembelajaran IPS yang dilaksanakan di sekolah dasar mempunyai peranan mempersiapkan siswa memperoleh bekal pengetahuan mengenai konsep kehidupan masyarakat dan lingkungan serta memperoleh keterampilan dalam menerapkan pengetahuan tersebut.

Pelaksanaan pembelajaran IPS di sekolah dasar seharusnya dikembangkan dan diorientasikan pada realita kondisi lingkungan peserta didik dengan harapan melalui suatu pembelajaran IPS hakekat tersebut dapat terlaksana dan diwujudkan oleh peserta didik dalam kehidupan bermasyarakat. Oleh karena itu, pelaksanaan pembelajaran IPS menjadi suatu hal yang sangat penting untuk dipersiapkan. Guru harus mempersiapkan komponen yang terkait untuk pembelajaran IPS salah satunya yaitu pendekatan atau metode pembelajaran.

Pendekatan atau metode pembelajaran yang digunakan oleh guru dalam menjalankan proses pembelajaran IPS di sekolah dasar haruslah mengacu pada prinsip-prinsip pemilihan strategi pembelajaran IPS di sekolah dasar yang dikemukakan oleh Susanto (2013: 157) yaitu Pertama, berpusat pada peserta didik. Kedua, pembelajaran dengan memadukan utuh aspek kompetensi (sikap, pengetahuan, dan keterampilan). Ketiga, pembelajaran dihadapkan pada situasi kehidupan lingkungan sosial sekitar. Keempat, guru berperan sebagai fasilitator, motivator, dan narasumber. Kelima, pembelajaran dilakukan dengan sudut pandang peserta didik.

Kegiatan observasi awal yang dilakukan oleh peneliti terhadap proses pembelajaran IPS di kelas IV SD Kanisius Kintelan I Yogyakarta menunjukkan fakta bahwa berdasarkan pada catatan rekapitulasi hasil belajar IPS siswa, peneliti


(18)

menemukan hasil rata-rata nilai ulangan tengah semester mata pelajaran IPS yang rendah dan bila dibandingkan dengan hasil mata pelajaran bahasa indonesia dan matematika, hasil belajar IPS paling rendah sebagai berikut:

Tabel 1.1 Tabel Nilai Ujian Tengah Semester

Mata Pelajaran Bahasa Indonesia Matematika IPS

Rata-rata nilai UTS 80,25 75,40 65,25

Pada catatan rekapitulasi hasil belajar IPS menunjukkan bahwa persentase ketuntasan klasikal siswa pada ulangan tengah semester atau UTS dari total 20 siswa yang mengikuti UTS menunjukkan 30% atau 6 orang siswa telah mencapai nilai yang ditetapkan pihak sekolah sebagai nilai KKM yaitu 70, sedangkan 70% siswa atau 14 orang siswa belum mencapai nilai yang ditetapkan sebagai nilai KKM yaitu 70 . Data ini disajikan dalam tabel yang terdapat pada bagian bab IV hasil penelitian dan pembahasan serta halaman lampiran.

Peneliti bersama-sama dengan guru mengikuti jalannya proses pembelajaran sebagai langkah awal dalam observasi awal dan pengumpulan data, peneliti menemukan beberapa hasil data yang peneliti tulis secara deskriptif yaitu ditemukan bahwa penggunaan strategi pembelajaran konvensional masih mendominasi pembelajaran ketika menjelaskan materi pelajaran IPS dan sumber belajar yang digunakan hanya menggunakan buku paket dan tulisan tangan guru di papan white board. Selama pembelajaran IPS berlangsung peneliti mendapati siswa kurang mampu menjawab pertanyaan guru terkait materi yang diajarkan. Guru menutup pembelajaran dengan memberikan siswa pekerjaan rumah atau PR.


(19)

Berdasarkan data dan fakta dari hasil observasi awal yang telah dipaparkan, peneliti mengidentifikasi dan meyakini suatu permasalahan dalam pembelajaran IPS di kelas IV SD Kanisius Kintelan I Yogyakarta adalah penggunaan strategi pembelajaran konvensional yang dinilai kurang efektif digunakan dikarenakan berkurangnya peranan aktif siswa dalam memahami materi pembelajaran IPS sehingga berdampak rendahnya pemahaman dan hasil belajar IPS siswa. Selain itu sumber belajar yang digunakan siswa yaitu buku paket dimana siswa masih mengalami kesulitan dalam memahami materi pelajaran karena tidak adanya gambar-gambar yang dapat mebantu memperjelas informasi siswa.

Setelah peneliti berdiskusi dengan guru berbagai macam permasalahan yang terjadi, peneliti merasa perlu untuk diadakan penelitian tindakan kelas yang bertujuan untuk meningkatkan hasil belajar IPS siswa kelas IV SD dengan cara menyelesaikan permasalahan yang terjadi dan akan berdampak pada hasil belajar siswa. Telah disimpulkan permasalahan yang terjadi pada pembelajaran IPS pada siswa kelas IV yaitu pada pendekatan atau metode pembelajaran dan sumber belajar yang digunakan.

Permasalahan pembelajaran tersebut juga mengakibatkan rendahnya tingkat ketuntasan siswa pada tahun sebelumnya yang terjadi di UH pada salah satu kompetensi mata pelajaran IPS yaitu mengenal aktifitas ekonomi yang berkaitan dengan sumber daya alam dan potensi lain di daerahnya dalam tabel 1.2 tabel perbandingan nilai ulangan harian:


(20)

Tabel 1.2 Tabel Perbandingan Nilai Ulangan Harian

Kompetesi Dasar IPS

Kategori

Mencapai KKM Belum Mencapai KKM Mengenal aktivitas ekonomi yang

berkaitan dengan sumber daya alam di daerahnya

35% 65%

Mengenal pentingnya koperasi dalam meningkatkan

kesejahteraan masyarakat

80% 20%

Mengenal permasalahan sosial di

daerahnya 75% 25%

Strategi pembelajaran Konvensional merupakan strategi pembelajaran yang berpusat pada guru dan melalui metode ceramah serta menekankan pada aspek penguasaan pengetahuan dan sebagai kekurangan membatasi peranan aktif siswa dalam pembelajaran dan posisi siswa sebagai objek pembelajaran, sedangkan posisi dari guru adalah subjek pembelajaran. Berdasarkan pada karakteristik strategi pembelajaran tersebut, strategi pembelajaran konvensional dinilai kurang sesuai untuk digunakan dan kurang efektif bila diterapkan dalam pelaksanaan pembelajaran IPS di sekolah dasar.

Penggunaan strategi pembelajaran konvensional dinilai kurang tepat dan kurang efektif digunakan dalam pembelajaran IPS di kelas IV SD dikarenakan melihat kembali mengenai IPS bahwa hakekat pembelajaran IPS di sekolah dasar yaitu memberikan pengetahuan dan keterampilan dasar yang berguna bagi dirinya dalam kehidupan sehari-hari dan melihat pula pada pendekatan atau metode yang digunakan dalam menjalankan proses pembelajaran IPS dimana harus mengacu


(21)

pada prinsip-prinsip pemilihan strategi pembelajaran IPS di sekolah dasar, menyatakan kaitan antara strategi pembelajaran konvensional dengan pengertian IPS tidak terdapat adanya unsur yang saling terkait.

Strategi pembelajaran konvensional akan baik digunakan pada objek atau siswa yang mampu memahami sesuatu yang bersifat abstrak dan kaku serta berpusat pada guru. Berdasarkan pada poin nomor lima yang termuat di prinsip-prinsip pemilihan strategi pembelajaran IPS di sekolah dasar yaitu pembelajaran dilakukan dengan sudut pandang atau karakteristik peserta didik, siswa SD kelas IV adalah anak rentang usia 7-12 tahun yang berada pada masa perkembangan tahap operasional konkret. Piaget (Budiningsih, 2005: 37-40) menyatakan siswa atau anak mampu memahami pada sesuatu benda yang nyata atau bersifat konkret. Hal tersebut menyatakan kaitan antara strategi pembelajaran konvensional dengan karakteristik siswa tidak terdapat adanya unsur terkait dan strategi yang digunakan tidak memenuhi sudut pandang atau karakteristik siswa pada masa tahap tersebut, karena itu tidak sesuai bila diterapkan pada tahap anak tersebut.

Berdasarkan pengertian sebelumnya, telah menyatakan penggunaan strategi pembelajaran konvensional tidak tepat diterapkan dalam pembelajaran IPS untuk siswa kelas IV SD. Oleh karena itu penggunaan metode pembelajaran dan sumber belajar sebagai suatu komponen pembelajaran perlu menjadi perhatian khusus dalam pelaksanaan pembelajaran IPS pada siswa kelas IV dalam penelitian ini.

Terkait mengenai metode atau strategi pembelajaran yang diperlukan dalam pembelajaran IPS untuk siswa kelas IV SD adalah strategi pembelajaran yang berorientasi pada peranan aktif dimana siswa menjadi pemeran utama


(22)

pembelajaran untuk memahami suatu mata pelajaran yang diajarkan sebagai cara pemenuhan pengetahuan dan guru berperan sebagai fasilitator dan narasumber siswa. Selain pada peranan aktif, strategi pembelajaran perlu memandang pada karakteristik yang terperinci pada aspek kebutuhan siswa dimana siswa kelas IV SD adalah siswa yang mulai tertarik dengan pergaulan teman sebaya dan suka membentuk kelompok bermain (peer group) dimana terjadi interaksi antara individu dengan teman sebaya yang dapat dipenuhi sebagai cara pemenuhan keterampilan dasar siswa. Maka strategi pembelajaran yang diharapkan adalah strategi yang memandang dan berjalan pada peranan aktif dan karakteristik yang terkhusus pada aspek kebutuhan siswa.

Berdasarkan pada pengertian sebelumnya, strategi pembelajaran yang sesuai dengan pembelajaran IPS untuk siswa kelas IV SD adalah strategi yang berorientasi pada peranan aktif siswa dan karakteristik siswa yang juga termasuk pula pada aspek kebutuhan siswa yaitu interaksi dan berkelompok dengan teman sebaya adalah strategi pembelajaran berkelompok atau pembelajaran kooperatif.

Strategi pembelajaran kooperatif adalah suatu strategi yang berorientasi pada student active learning atau pembelajaran siswa aktif yang mengadaptasi suatu teori belajar Vygotsky yaitu zona perkembangan proksimal atau ZPD. Budiningsih (2005: 101) menyatakan Zona perkembangan proksimal atau ZPD adalah jarak antara tingkat perkembangan aktual dan tingkat perkembangan potensial. Pengertian ZPD adalah kemampuan siswa yang belum atau masih berada dalam proses pematangan. Kemampuan setiap ZPD anak berbeda-beda bergantung pada latar belakang sosial dan tingkat interaksi anak. Kemampuan


(23)

ZPD anak akan menjadi matang dengan syarat yaitu bantuan dari orang dewasa atau teman sebaya yang kompeten.

Wina Sanjaya (2006: 241) menyatakan pembelajaran kooperatif adalah model pembelajaran dengan sistem tim kecil antara empat sampai enam orang yang heterogen. Pernyataan membuktikan bahwa strategi kooperatif merupakan strategi pembelajaran siswa aktif dimana siswa menjadi subjek pembelajaran dengan berorientasi pada interaksi sosial dan pembelajaran oleh teman sebaya. Strategi pembelajaran kooperatif memiliki banyak variasi dan karakterisitik yang berbeda dan salah satunya adalah strategi pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw.

Strategi pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw atau dikenal dengan strategi Puzzle adalah satu dari berbagai variasi strategi pembelajaran kooperatif. Slavin (2009: 237) menyatakan strategi pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw paling sesuai untuk subjek-subjek seperti pelajaran ilmu pengetahuan sosial, literatur, dan sebagian pelajaran ilmu pengetahuan ilmiah. Strategi ini menjadikan satu bab terbagi menjadi beberapa topik yang harus dikuasai satu anggota yang disebut ahli. Seorang ahli harus mengajarkan keahlian topik tersebut pada semua anggota kelompok.

Pemilihan strategi pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw untuk digunakan dalam pembelajaran IPS pada siswa kelas IV SD dikarenakan melihat kembali pada penjelasan prinsip-prinsip pemilihan strategi pembelajaran IPS di sekolah dasar bahwa strategi pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw telah memenuhi kriteria prinsip-prinsip pemilihan strategi pembelajaran IPS di sekolah dasar. Strategi pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw berpusat dan mengutamakan pada interaksi


(24)

dan keaktifan siswa dalam setiap rangkaian langkah-langkah pembelajaran yang dimulai dari pemilihan tim, kegiatan diskusi sampai kuis pada akhir pertemuan. Posisi guru tidak lagi menjadi subjek pembelajaran, namun guru menjadi objek dari suatu pembelajaran dengan tugas sebagai fasilitator dan narasumber siswa.

Strategi pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw telah memenuhi kriteria prinsip pemilihan strategi pembelajaran IPS di sekolah dasar. Melihat pada poin nomor lima, strategi ini mampu memenuhi sudut pandang atau karakteristik terkhusus pada aspek kebutuhan siswa yang telah dijelaskan sebelumnya dengan cara menitikberatkan pada pembentukan dua kelompok yaitu home dan expert dimana terjadi kegiatan pembelajaran dan interaksi bersama dengan teman sebaya yang dikenal sebagai karakteristik strategi pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw.

Siswa dalam mengikuti pembelajaran menggunakan strategi pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw akan bertemu dengan teman sebaya yang berbeda dalam dua kelompok yang berarti siswa akan bertemu dua kelompok teman sebaya dengan perkembangan ZPD yang berbeda-beda. Berdasarkan pada keadaan tersebut, muncul suatu proses yang disebut peer mediated learning. Peer mediated learning adalah sebuah praktik berbasis kelas dimana individu bekerja berpasangan melengkapi suatu kegiatan dengan tujuan menyelesaikan permasalahan teman sebaya oleh teman sebaya. Proses tersebut terjadi pada kegiatan kelompok expert dan home dimana siswa berdiskusi dan bekerja dalam suatu kelompok expert dan dimana siswa menjelaskan informasi pada kelompok home sebagai tugas menjadi seorang expert. Hal inilah yang menjadi keunggulan


(25)

dari strategi pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw dari strategi pembelajaran yang lainnya.

Strategi pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw telah memenuhi kriteria prinsip pemilihan strategi pembelajaran IPS di sekolah dasar. Melihat pada poin nomor dua, strategi ini memadukan aspek kompetensi yaitu kognitif dan keterampilan dasar. Strategi pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw adalah strategi pembelajaran ini dominan pada penguasaan konsep dan sesuai untuk subjek seperti pelajaran ilmu sosial sebagai pemahaman kognitif siswa dan penguasaan keterampilan dasar ada dalam setiap dua kegiatan diskusi yaitu home dan expert team.

Berdasarkan pengertian yang telah dijelaskan, pelaksanaan pembelajaran IPS dengan menggunakan strategi pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw dapat meningkatkan hasil belajar IPS di kelas IV SD Kanisius Kintelan I Yogyakarta. B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah diatas, maka dapat diidentifikasikan berbagai masalah sebagai berikut

1. Pembelajaran dengan strategi pembelajaran konvensional yang diterapkan di sekolah dinilai kurang efektif yang ditandai dengan kurangnya peranan dan pemahaman siswa dalam pembelajaran.

2. Hasil belajar IPS siswa kelas IV lebih rendah jika dibandingkan perolehan mata pelajaran Bahasa Indonesia dan Matematika.


(26)

C. Batasan Masalah

Penelitian dibatasi pada peningkatan hasil belajar IPS siswa menggunakan strategi pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw yang dilaksanakan di kelas IV SD Kanisius Kintelan I, Yogyakarta.

D. Rumusan Masalah

Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah :

Bagaimana meningkatan hasil belajar IPS siswa menggunakan strategi pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw kelas IV SD Kanisius Kintelan I, Yogyakarta. E. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini untuk meningkatkan hasil belajar IPS menggunakan strategi pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw siswa kelas IV SD Kanisius Kintelan I, Yogyakarta

F. Manfaat Penelitian

Pelaksanaan penelitian tindakan kelas ini diharapkan dapat memberikan manfaat baik secara teoritis maupun praktis.

1. Secara teoretis, penelitian ini memberikan informasi mengenai peningkatkan hasil belajar IPS siswa kelas IV SD menggunakan strategi pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw di SD kanisius Kintelan I Yogyakarta. 2. Secara praktis, penelitian ini dapat memberikan sumbangan wawasan bagi


(27)

a. Untuk siswa

Penelitian ini memudahkan siswa memahami penguasaan konsep pembelajaran sehingga pemahaman dalam pembelajaran menjadi bermakna dalam diri siswa sehingga hasil belajar mereka terus meningkat.

b. Untuk guru

Penelitian ini memberi wawasan dan pengertian mengenai suatu strategi pembelajaran yang digunakan untuk meningkatkan penguasaan konsep dan hasil belajar.

c. Untuk sekolah

Penelitian ini dapat menjadi pengembangan dan peningkatan mutu pendidikan di sekolah khususnya penggunaan metode atau pendekatan dalam pembelajaran untuk meningkatkan hasil belajar siswa.

G. Definisi Operasional

Untuk menghindari terjadinya kesalahan persepsi terhadap judul penelitian ini, maka perlu didefinisikan beberapa hal sebagai berikut:

1. Hasil Belajar

Hasil belajar merupakan kemampuan yang relatif menetap dimiliki dan dikuasai setelah menerima pembelajaran. Pada penelitian ini hasil belajar dibatasi pada aspek kognitif. Hasil belajar kognitif yaitu hasil belajar yang berhubungan dengan pemahaman siswa dalam memahami sesuatu ketika ia belajar. Untuk menilai dan mendapatkan hasil belajar kognitif didapat dari data hasil tes yang diukur dan dianalisa dengan pendekatan kuantitatif. Di samping itu untuk mendapatkan hasil tingkat keaktifan siswa melalui data


(28)

lembar observasi yang dianalisis dengan pendekatan kuantitatif. Hal tersebut digunakan peneliti untuk menilai hasil belajar IPS menggunakan strategi pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw siswa kelas IV SD Kanisius Kintelan I. 2. Strategi pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw

Strategi pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw merupakan bentuk variasi dari strategi pembelajaran kooperatif. Metode ini bergantung pada kerjasama dan komunikasi teman satu tim untuk memberikan suatu informasi kelompok. Berikut langkah-langkah pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw :

a. Guru menyiapkan bahan baku pembelajaran Jigsaw dengan memilih suatu bab yang diambil dari buku mata pelajaran yang nantinya dibagi menjadi beberapa sub bab atau unit. Guru juga menyiapkan lembar ahli yang berisi topik berbeda yang memberikan penjelasan dimana nantinya siswa perlu berkonsentrasi, mempersiapkan kuis serta mempersiapkan tes evaluasi pada akhir siklus.

b. Siswa membentuk home team yang terdiri atas 4-5 anggota. Tiap anggota kelompok harus heterogen baik dari kemampuan, ras, etnik, dan jenis kelamin.

c. Guru memberikan topik ahli yang berbeda pada siswa dalam tiaphome teamuntuk membentukexpert team.

d. Siswa diharuskan membaca materi atau topik ahli untuk menemukan berbagai informasi yang akan dipelajari.

e. Siswa dengan bagian keahlian sama bertemu dalam kelompok ahli untuk berdiskusi tentang topik ahli.


(29)

f. Siswa ahli kembali ke dalam home team untuk mengajarkan informasi pada rekan-rekan satu timnya sebagai ahli topik lain dan sebaliknya. g. Siswa mengerjakan kuis individual yang mencakup seluruh topik.

h. Skor yang diperoleh anggota home team akan di kalkulasikan sebagai skor tim. Tim dengan nilai tertinggi akan mendapat suatu penghargaan.


(30)

BAB II KAJIAN TEORI

A. Pembelajaran IPS SD

1. Pengertian Mata Pelajaran IPS

Ilmu Pengetahuan Sosial merupakan terjemahan dari social studies yang diartikan menurut Bining, C.A. & Bining, H.D. (1952: 3) menyatakan “The social studies as those (studies) whose subject matter relates directly to the organization and development of human society and to the man as a member of social group”. Hal tersebut berarti IPS sebagai pembelajaran yang berhubungan langsung dengan organisasi dan pengembangan masyarakat serta menjadikan manusia sebagai anggota kelompok sosial.

Banks (Susanto, 2013: 141) pendidikan IPS atau yang disebutsocial studies, bertujuan untuk membantu mendewasakan siswa supaya dapat mengembangkan pengetahuan, sikap, dan nilai serta keterampilan dalam rangka berpartisipasi di dalam masyarakat. Pendidikan IPS begitu penting untuk diterapkan di sekolah-sekolah, terutama di tingkat sekolah dasar dan menengah.

Berdasarkan pada hal diatas, pengertian IPS pada dasarnya adalah sebuah ilmu yang mempelajari mengenai konsep dan peristiwa kehidupan sosial yang didasarkan atas realita sehari-hari di masyarakat dan berhubungan langsung dengan pribadi manusia. Hal ini menandakan pelaksanaan IPS seharusnya dituntut tidak hanya memberikan pengetahuan, namun juga sikap dan keterampilan sosial dengan aktif berperan di dalam lingkungan sosial.


(31)

Pelaksanaan pembelajaran IPS bertujuan meningkatkan kualitas sumber daya manusia khususnya kehidupan bermasyarakat. Siswa yang mempelajari mata pelajaran IPS itu akan mendapatkan pemahaman mengenai diri dan interaksinya dengan lingkungan sosial baik secara individu dan kelompok. Di sisi lain, siswa dilatih sejak dini untuk belajar berperan dalam lingkungan sosial, mengetahui dan menghargai perbedaan serta mengembangkan pola berpikir.

Penggunaan strategi pembelajaran yang tepat menjadi salah satu hal yang harus diperhatikan guna mewujudkan tujuan pembelajaran IPS di sekolah dasar dan meningkatkan hasil belajar IPS siswa yang cenderung rendah. Strategi pembelajaran yang nanti akan digunakan tetap berorientasi kepada prinsip pemilihan strategi pembelajaran IPS di sekolah dasar dan karakteristik siswa serta tujuan pembelajaran.

2. Tujuan Mata Pelajaran IPS

John Jarolimek (1986:4) mendefinisikan tujuan utama IPS sebagai berikut: “The major mission of social studies education is to help children learn about the social world in which they live and how it got that way; to learn to cope with social realities; and to develop the knowledge, attitudes, and skills needed to help shape and enlightened humanity. Social studies focuses specifically on citizenship education, which means learning to participate in group life”.

Tujuan utama Ilmu Pengetahuan Sosial adalah membantu siswa belajar tentang kehidupan sosial dimana mereka hidup dan bagaimana mencapai tujuan hidupnya, belajar untuk berpartisipasi dengan kehidupan sosial, dan belajar mengembangkan sebuah pengetahuan, sikap, dan keterampilan yang dibutuhkan untuk membantu membentuk kepribadian sosial. Ilmu Pengetahuan Sosial


(32)

terfokus pada pendidikan bermasyarakat yang berarti belajar untuk berpartisipasi dalam masyarakat.

Berdasarkan pada tujuan utama IPS yang telah dijelaskan sebelumnya, Ilmu Pengetahuan Sosial mempunyai faktor yang besar untuk membantu menjadikan individu yang mempunyai kualitas diri yang baik dengan cara membuat individu mengenal posisi dan tujuan dalam kehidupannya, interaksi dirinya dan ikut berperan dalam lingkungan sosial baik di lingkungan keluarga, lingkungan sekolah, dan teman sebaya. Karena itu, pelaksanaan pembelajaran IPS di sekolah dasar penting sebagai pondasi siswa dalam membentuk pribadi yang mempunyai kualitas baik dari segi pengetahuan dan keterampilan dasar.

3. Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar Mata Pelajaran IPS SD Materi pembelajaran IPS di sekolah dasar mencakup aspek alam, manusia dan interaksinya dengan masyarakat. Pelaksanaan pembelajaran IPS di sekolah dasar peneliti memilih suatu standar kompetensi yaitu mengenal sumber daya alam, kegiatan ekonomi, kemajuan teknologi di lingkungan kabupaten/kota dan provinsi.

Standar kompetensi yang digunakan tersebut memiliki beberapa indikator yang akan digunakan sebagai materi penelitian dan adapun standar kompetensi, kompetensi dasar, serta penjelasan mengenai indikator terdapat pada tabel 2.1 tabel SK dan KD mata pelajaran IPS SD yang dijelaskan sebagai berikut:


(33)

Tabel 2.1 Tabel SK dan KD Mata Pelajaran IPS SD Standar Kompetensi Kompetensi Dasar Indikator Mengenal Sumber daya alam, kegiatan ekonomi, kemajuan teknologi di lingkungan Kabupaten/Kota dan Provinsi Mengenal aktivitas ekonomi yang berkaitan dengan sumber daya alam dan potensi lain di daerahnya

 Menyebutkan SDA yang berpotensi di daerahnya

 Menjelaskan kegiatan pemanfaatan SDA di daerahnya

 Menyebutkan hasil SDA di daerahnya

 Menjelaskan cara pelestarian SDA  Menjelaskan kegiatan distribusi,

komsumsi dan produksi  Menjelaskan bentuk-bentuk

kegiatan ekonomi di daerah  Menjelaskan pengaruh kondisi

alam terhadap kegiatan ekonomi

Pemilihan standar kompetensi berdasarkan pada rekapitulasi data hasil observasi awal yang peneliti temukan pada tahun sebelumnya yang menunjukkan dimana beberapa siswa memperoleh hasil belajar rendah yang menunjukkan 35% siswa yang lulus dan mencapai KKM yaitu 70 untuk materi IPS tersebut, sedangkan 65% siswa belum lulus KKM yaitu 70.

4. Pembelajaran IPS di sekolah dasar

Pembelajaran IPS di sekolah dasar mempunyai pengertian yaitu suatu bidang studi yang mempelajari kehidupan manusia dan interaksi dengan tujuan tercapainya hakekat pembelajaran IPS di sekolah dasar yaitu memberikan


(34)

pengetahuan dan keterampilan dasar bagi siswa sedini mungkin dan tercapainya tujuan pembelajaran IPS di sekolah dasar disampaikan Chapin & Messick (Susanto, 2013: 147) yaitu 1) memberikan siswa pengetahuan tentang pengalaman manusia dalam kehidupan bermasyarakat, 2) menolong siswa untuk mengembangkan keterampilan sosial dan mengolah informasi, 3) menolong siswa untuk mengembangkan nilai/sikap dalam kehidupan bermasyarakat dan 4) menyediakan kesempatan pada siswa untuk berperan serta dalam kehidupan sosial.

Berdasarkan hal diatas, proses pembelajaran IPS di sekolah dasar yang akan diajarkan pada siswa harus berorientasi pada realita kondisi sosial siswa di sekitar lingkungan sehingga siswa dapat memahami alam, keberadaanya, peran dan interaksinya dalam kehidupan sosial. Pembelajaran tersebut diharapkan dapat menuju ke arah tercapainya hakekat dan tujuan pembelajaran IPS di sekolah dasar.

Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial bagi siswa sekolah dasar harus ditekankan pada penguasaan konsep mengenai kehidupan sosial sehari-hari di samping menerapkan strategi pembelajaran yang relevan dengan karakteristik siswa dan tujuan pembelajaran yang akan menjadi kunci keberhasilan proses pembelajaran IPS. Bahan pengajaran harus memudahkan siswa dalam memahami inti dari pengajaran IPS yang diajarkan karena dikatakan masih tetap berada pada lingkup siswa dan bersifat konkret atau nyata, demikianlah yang seharusnya dilakukan dalam pembelajaran IPS di sekolah dasar.


(35)

B. Hasil Belajar IPS

1. Pengertian Hasil Belajar IPS

Budiningsih (2005: 58-59) menyatakan kendali belajar sepenuhnya di tangan siswa, karena itu belajar adalah kegiatan pokok yang mengutamakan untuk menumbuhkan kemandirian, kemampuan untuk mengambil keputusan dan bertindak, serta meningkatkan pengetahuan, sikap, dan keterampilan dengan menyediakan lingkungan sarana pembelajaran yang tepat. Sedangkan peranan guru mendukung prakarsa, memfasilitasi, dan menjalankan dengan menciptakan proses belajar sesuai dengan tujuan yang akan dicapai.

Gagne (1977: 3) mendefinisikan tentang belajar sebagai berikut:

“learning is a change in human disposition or capability, which persists over a period of time, and which is not simply ascribable to processes of growth. The kind of change called learning exhibits itself as a change in behaviour, and the inference of learning is made by comparing what behaviour was possible before the individual was placed in a “learning situation” and what behaviour can exhibited after such treatment. The change may be, and often is, an increased capability for some type of performance. It may also be an altered diposition of the sort called “attitude” or “interest” or “value”. The change must have more than momentary performance; it must be capable of being retained over some period of time”.

Pengertian definisi diatas, belajar adalah perubahan watak atau kemampuan individu yang bertahan selama jangka waktu tertentu, dan bukan semata berasal pada proses pertumbuhan. Perubahan yang disebut belajar itu adalah perubahan perilaku, dan suatu kesimpulan dari pembelajaran dibuat dengan membandingkan perilaku apa yang terjadi sebelum individu ditempatkan dalam situasi belajar dan perilaku apa yang dapat ditunjukan setelah memperoleh perlakuan. Perubahan itu mungkin atau sering, bergantung semakin meningkatnya kemampuan pencapaian


(36)

individu. Perubahan mungkin menjadi sebuah watak disebut sikap, ketertarikan, atau nilai. Perubahan harus lebih dari pencapaian sebelumnya. Perubahan dapat tersimpan selama jangka waktu tertentu.

Winkel (2007: 59) menyatakan belajar adalah suatu aktivitas mental yang berlangsung dalam interaksi aktif dengan lingkungan, menghasilkan sejumlah perubahan dalam pengetahuan, keterampilan, dan sikap. Belajar juga dikatakan sebagai suatu interaksi antara diri manusia dengan lingkungannya.

Disimpulkan belajar adalah suatu aktivitas yang dilakukan oleh individu yang berlangsung dalam suatu interaksi aktif dengan lingkungan bertujuan menghasilkan sejumlah perubahan baik watak dan atau kemampuan dalam individu sebagai bentuk individu telah mendapat perlakuan dan ditempatkan dalam situasi belajar.

Hasil belajar adalah hasil penilaian dari sebuah proses belajar. Hasil belajar merupakan sesuatu yang menunjukkan tingkat keberhasilan sebuah proses pembelajaran yang dilakukan guru kepada siswa di kelas. Guru mempunyai hak untuk menentukan ukuran seperti kriteria keberhasilan, cara penilaian, dan jenis penilaian dalam suatu pembelajaran untuk mendapatkan hasil belajar. Hasil belajar siswa yang telah didapat nantinya dikategorikan menjadi tiga aspek yaitu aspek kognitif, afektif, dan psikomotor siswa.

Hasil belajar IPS merupakan hasil yang didapatkan siswa setelah melalui proses pembelajaran IPS. Hasil belajar IPS di sekolah dasar dapat dikatakan sebagai tujuan pembelajaran IPS di sekolah dasar yang telah dijelaskan sebelumnya dan dikelompokan menjadi tiga aspek pengetahuan, sikap, dan


(37)

keterampilan sosial. Hal tersebut menyatakan bahwa siswa sekolah dasar yang telah ditempatkan dalam situasi belajar IPS akan mendapatkan perubahan dalam dirinya baik dari sisi pengetahuan, sikap dan keterampilan sosial, serta lebih dapat berperan serta dalam lingkungan sosial. Hal tersebut dapat tercapai bila dalam suatu pembelajaran diorientasikan pada tujuan pembelajaran dan strategi pembelajaran yang sesuai dengan karakteristik siswa.

2. Klasifikasi Hasil Belajar IPS

Keberhasilan dan baiknya suatu pembelajaran dilihat dari hasil data suatu pembelajaran. Pada umumnya suatu hasil belajar mengacu pada taksonomi variabel Bloom yang telah membagi hasil belajar menjadi tiga aspek dan berbagai klasifikasi atau golongan di dalamnya yaitu aspek pengetahuan, sikap, dan keterampilan. Tujuan pembelajaran IPS yang telah dijelaskan sebelumnya juga mengacu pada pembentukan tiga aspek sebagai sebuah output atau hasil belajar yang siswa dapatkan setelah diadakan pembelajaran IPS. Tiga aspek yang sesuai dengan taksonomi variabel Bloom pada umumnya mempunyai klasifikasi atau golongan di dalamnya yaitu sebagai berikut:

a. Ranah Kognitif

Ranah Kognitif berkaitan dengan hasil belajar intelektual mengenai tingkat pemahaman dan kemampuan berpikir siswa dalam menerapkan konsep-konsep memecahkan permasalahan. Ranah kognitif mempunyai enam aspek yang terkandung berdasarkan hasil revisi terhadap taksonomi bloom sebelumnya menurut Krathwohl (2002: 115) yaitu:


(38)

a) Remember(mengingat)

Tingkat mengingat mempunyai dua macam proses kognitif yaitu mengenal (recognizing) dan pengingatan (recalling). Kata operasional yaitu mengutip, menjelaskan, menyebutkan, menandai, dan menamai.

b) Understand(memahami)

Tingkat memahami terdiri dari tujuh proses: penafsiran (interpreting), pemberian contoh (exemplifying), penggolongan (classifying), meringkas (summarizing), penyimpulan (inferring), membandingkan (comparing), menjelaskan (explaining). Kata operasional yang digunakan yaitu memasang, mengkalsifikasi, meringkas, membandingkan, dan menjelaskan.

c) Apply(menerapkan)

Tingkat menerapkan dibagi menjadi dua macam proses kognitif yaitu pelaksanaan (executing) dan menerapkan (implementing). Kata operasional yaitu melaksanakan, menjalankan, menyusun, dan menyelesaikan

d) Analyze(menganalisis)

Tingkat menganalisis dibagi menjadi tiga macam proses kognitif yaitu perbedaan (differentiating), pengaturan (organizing), penentuan (attributing). Kata operasional yaitu mengorganisasi, menyusun ulang, menguraikan, mengintegrasikan, dan memilah.

e) Evaluate(mengevaluasi)

Tingkat mengevaluasi dibagi menjadi dua proses yaitu pemerikasaan (checking) dan mengkritisi (critiquing). Kata operasional yaitu mengkritik, menilai, menghipotesa, menyimpulkan.


(39)

f) Create(menciptakan)

Tingkat menciptakan dibagi dalam tiga macam proses : membangkitkan (generating), merencanakan (planing), memproduksi (producing). Kata operasional yaitu merancang, memperbaharui, memproduksi.

b. Ranah Afektif

Ranah Afektif adalah ranah yang berkaitan dengan sikap atau watak individu. Kemampuan afektif sangat menentukan keberhasilan pembelajaran. Kemampuan afektif mencerminkan tingkat penguasaan kognitif yang berarti kemampuan afektif siswa mencerminkan tingkat kognitifnya. Ranah afektif dibagi menjadi lima klasifikasi yang saling berkaitan menurut Krathwohl, Bloom & Masia (1973: 95) sebagai berikut:

a) Receiving(penerimaan)

Tingkat penerimaaan dapat dilihat berdasarkan kepekaan siswa akan rangsangan dan adanya kesediaan siswa untuk memperhatikan atau mencari tahu rangsangan tersebut.

b) Responding(partisipasi)

Tingkat partisipasi dilihat dari kesediaan siswa untuk memperhatikan secara aktif dan ikut terlibat dalam suatu kegiatan. Kesediaan individu dalam tingkat partisipasi bersifat aktif dinyatakan dengan memberikan aksi dan reaksi terhadap suatu rangsangan seperti motivasi, keaktifan, dan keinginan memahami suatu materi.


(40)

c) Valuing(penilaian/penentuan sikap)

Tingkat penentuan mencakup kemampuan memberikan suatu penilaian terhadap kegiatan danmampu untuk menerima suatu nilai yang diajarkan, nantinya siswa akan membawa diri yang disebut internalized.

d) Organizing(organisasi)

Tingkat mengorganisasi dimana mempertemukan nilai yang berbeda kemudian membentuk suatu nilai baru yang universal untuk membawa perbaikan dan menjadi prioritas dalam diri.

e) Characterizing by value or value complex(pembentukan pola hidup)

Tingkat pembentukan pola hidup mencakup suatu kemampuan untuk menghayati nilai kehidupan agar menjadi pegangan pribadi dalam mengatur kehidupan dan konsisten dalam waktu yang lama.

c. Ranah Psikomotor

Ranah Psikomotor adalah ranah yang berkaitan dengan kemampuan bertindak siswa. Ranah psikomotor mempunyai enam tingkatan yaitu: 1). Gerakan refleks, 2) Keterampilan pada gerakan-gerakan dasar, 3) Kemampuan perseptual (termasuk membedakan visual, auditif, dan motorik), 4) kemampuan bidang fisik, 5) Gerakan-gerakan skill dan 6) Kemampuan dengan komunikasi non-decursive seperti gerakan ekspresif dan interpretative.

Hasil belajar yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah bagaimana meningkatkan hasil belajar IPS siswa, jika melihat dari penjelasan diatas, hasil belajar yang dicapai mencakup aspek Ranah Kognitif yang didapatkan dari hasil


(41)

kuis dan tes evaluasi siklus melalui penggunaan strategi pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw.

3. Faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar IPS

Telah dijelaskan hasil belajar digunakan sebagai pedoman yang berisi data untuk menyatakan keberhasilan dari suatu proses pembelajaran yang dijalankan. Hasil belajar selalu berkaitan dengan proses belajar sebagai sebuah interaksi yang bersifat aktif dan komunikatif antara siswa dan guru dalam waktu yang bersamaan di lingkungan belajar. Diketahui, terdapat beberapa faktor baik dalam maupun luar yang mempengaruhi hasil belajar menurut Jamil (2013: 80) diantaranya berupa sebagai berikut:

a. Faktor dalam

Faktor dalam adalah salah satu faktor yang berhubungan dengan sesuatu yang berada dalam siswa. Dwi Siswoyo, dkk, (2008: 87) menyatakan Faktor dalam terdiri atas dua hal, yaitu faktor fisiologis dan psikologis.

a) Faktor Fisiologis

Faktor fisiologis berhubungan dengan kondisi fisik dan panca indera. Faktor ini terkait dengan pertumbuhan yang dapat dihitung seperti ukuran berat dan tinggi badan, ukuran sel tubuh, dan umur tulang. Faktor fisiologis atau faktor keadaan jasmani umumnya sangat berpengaruh terhadap aktivitas belajar siswa. Selain itu, faktor fisologis berkaitan dengan fungsi panca indera yang mempengaruhi keberhasilan belajar karena terkait dengan penerimaan segala informasi dari lingkungan, khususnya mata dan telinga.


(42)

b) Faktor Psikologis

Faktor psikologis berhubungan dengan keadaan psikologis seseorang. Beberapa faktor psikologis yang utama mempengaruhi hasil belajar sebagai berikut:

a) Kecerdasan/IQ

Kecerdasan pada dasarnya berkaitan dengan kemampuan fisik dan mental individu dalam menyesuaikan diri dengan lingkungannya. Kecerdasan sering dikaitkan dengan otak sebagai organ yang penting. Oleh karena itu kecerdasan merupakan faktor psikologis yang penting dalam keberhasilan proses belajar karena menentukan kualitas siswa.

b) Motivasi

Motivasi merupakan salah satu faktor keberhasilan pembelajaran yang menumbuhkan tingkat keaktifan. Siswa yang mempunyai motivasi tinggi ditunjukan dengan siswa yang antusias, aktif, mendorong diri dan orang lain untuk melakukan kegiatan pembelajaran. Jamil (2013: 86) menyatakan motivasi dapat dibedakan antara motivasi intrinsik dan ekstrinsik. Motivasi Intrinsik lebih kuat mempengaruhi keberhasilan pembelajaran karena menimbulkan pengaruh keaktifan pada siswa.

c) Perhatian

Jamil (2013: 86) menyatakan perhatian sangat besar pengaruhnya terhadap keberhasilan pembelajaran. Faktor-faktor yang mempengaruhi perhatian faktor internal yaitu minatdan sosial, serta karakteristik siswa, faktor eksternal meliputi


(43)

intensitas respon rangsangan, keberagaman rangsangan, warna, dan sistem penyajian materi.

d) Sikap

Sikap berkaitan dengan watak dan perilaku yang menentukan tingkat keberhasilan pembelajaran. Sikap dapat diartikan kecenderungan untuk merespon dengan cara relatif tetap terhadap seseorang secara positif/negatif. Sikap siswa merupakan respon balik dari sikap maupun perasaan yang telah diberikan oleh siswa lain.

b. Faktor Luar

Selain faktor dalam yang berhubungan dengan siswa, Jamil (2013: 80) menyatakan beberapa faktor eksternal yang mempengaruhi hasil belajar yang digolongkan menjadi dua yaitu lingkungan dan instrumental.

a) Faktor Lingkungan sosial

Faktor lingkungan sosial terbagi menjadi tiga yaitu: a) Faktor lingkungan sosial sekolah

Faktor lingkungan sekolah meliputi guru, kepala sekolah, dan teman-teman di lingkungan sekolah. Motivasi belajar dan keaktifan individu dapat muncul berkat hubungan yang stabil dan simpatik di lingkungan sekolah. b) Faktor lingkungan sosial masyarakat

Faktor lingkungan sosial masyarakat meliputi tempat dan kondisi masyarakat. Faktor ini sangat mampu untuk mempengaruhi motivasi atau kemauan untuk belajar.


(44)

c) Lingkungan sosial keluarga

Keluarga adalah tempat pertama siswa menemukan pengetahuan dan belajar. Keluarga sangat berpengaruh terhadap motivasi dan aktivitas belajar siswa yang berdampak pada hasil belajar.

b) Lingkungan alam

Lingkungan alam atau disebut dengan lingkungan alamiah sangat berpengaruh terhadap timbulnya motivasi belajar.

c) Faktor Instrumental

Faktor intrumental berkaitan dengan perangkat belajar yang digolongkan menjadi dua macam, Hardware terdiri dari gedung sekolah, alat belajar, fasilitas belajar. Software terdiri dari kurikulum, peraturan sekolah, dan silabus serta RPP. 4. Kaitan Kooperatif tipe Jigsaw dengan Hasil Belajar

Strategi pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw yang akan digunakan dalam proses pembelajaran IPS dalam penelitian ini masuk dalam kategori faktor ekternal yang mempengaruhi hasil belajar IPS. Wina Sanjaya (2006: 241) menyatakan pembelajaran kooperatif merupakan model pembelajaran dengan sistem pengelompokan kecil/tim kecil yaitu antara empat sampai enam orang yang mempunyai latar belakang kemampuan akademik, jenis kelamin atau suku yang berbeda yang disebut heterogen.

Hal tersebut berarti bahwa teman sebaya yaitu anggota kelompok akan menjadi seorang mitra ilmu bagi anggota yang lain. Teman sebaya sebagai mitra ilmu yang mempunyai kemampuan lebih akan menjadi scaffolding atau sumber belajar anggota lain. Scaffolding atau teman yang lebih berkompeten akan


(45)

membantu temannya dalam menyelesaikan tugas manakala ada teman yang kurang mampu menyelesaikan tugas, namun tetap ada tanggung jawab perseorangan. Hal tersebut secara tidak langsung akan tumbuh sesuatu yang disebut ketergantungan yang positif.

Pemberian ruang bertatap muka dan berinteraksi yang diberikan secara luas dengan waktu yang telah ditentukan sangat dibutuhkan dalam kegiatan pembelajaran berkelompok dimana siswa aktif menerima informasi dan memberikan informasi yang dibutuhkan dan saling membelajarkan kepada anggota sebagai tugas utama. Di samping itu dapat memberikan pengalaman positif siswa untuk mengenal dan mengetahui kelebihan dan kekurangan anggota dan mampu menghargai setiap perbedaan yang heterogen baik latar belakang individudan kemampuan akademik.

Pemberian kesempatan berinteraksi dan bertatap muka dalam kelompok dapat melatih menumbuhkan nilai kerjasama dan berkomunikasi. Keadaan dimana siswa dihadapkan pada pembelajaran yang aktif dan mengharuskan untuk berkomunikasi dan berpatisipasi dengan siswa lain dalam kelompok juga dapat membawa hal positif dimana siswa dapat belajar berani mengungkapkan pendapat mereka dan belajar mendengarkan pendapat.

Berdasarkan pada penjelasan diatas, inti dari pembelajaran kooperatif yaitu mengacu pendekatanko-konstruktivismeVygotsky. Vygotsky (Budiningsih, 2005: 99-102) mengatakan jalan pikiran seseorang harus dimengerti dari latar sosial-budaya, artinya memahami pikiran seseorang dengan menelusuri asal-usul tindakan sadarnya dari interaksi sosial yang dilatar belakangi sejarah hidup.


(46)

Anak-anak memperoleh berbagai pengetahuan dan keterampilan melalui interaksi sosial sehari-hari. Mereka terlibat secara aktif dalam interaksi sosial untuk memperoleh dan menyebarkan pengetahuan yang dimiliki seperti adanya kerjasama antar anggota keluarga dalam interaksi.

Vygotsky (Budiningsih, 2005: 100) mengatakan perolehan pengetahuan dan perkembangan kognitif seseorang terbagi menjadi dua dimensi yaitu dimensi kesadaran sosial bersifat primer dan dimensi individual bersifat sekunder yang berarti pengetahuan dan perkembangan kognitif seseorang berasal dari sumber-sumber sosial di luar dirinya yang diperoleh melalui peranan aktif seseorang dalam memaknai pengetahuan. Pada intinya disimpulkan perkembangan pemahanam individu ditentukan disamping oleh individu sendiri secara aktif, juga oleh lingkungan sosial yang juga aktif melalui sebuah penghubung yang dinamakan interaksi.

Vygotsky mengatakan konsep-konsep penting tentang perkembangan kognitif terbagi menjadi tiga hukum yaitu hukum genetik tentang perkembangan (genetic law of development), zona perkembangan proksimal (zone of proximal development),dan mediasi.

a. Hukum genetik tentang perkembangan

Vygotsky (Budiningsih, 2000: 100) kemampuan seseorang akan tumbuh dan berkembang melewati dua tataran, yaitu tataran sosial tempat dimana orang atau individu membentuk lingkungan sosial atau disebut intermental dan tataran psikologis yaitu dalam diri individu atau disebut intramental. Vygotsky menempatkan intermental atau lingkungan sosial sebagai faktor primer terhadap


(47)

pembentukan pengetahuan dan perkembangan pemahaman individu. Berdasarkan hal tersebut, individu diharapkan turut berpartisipasi dalam lingkungan sosial dan kegiatan sosial untuk membentuk pengetahuan dan kemampuan.

b. Zona perkembangan proksimal

Vygotsky (Budiningsih, 2005: 101) mengatakan perkembangan kemampuan dibedakan dalam dua tingkatan, yaitu tingkat perkembangan aktual dan tingkat perkembangan potensial. Tingkat perkembangan aktual tampak dari kemampuan seseorang menyelesaikan tugas secara mandiri atau dapat disebut kemampuan intramental. Sedangkan tingkat perkembangan potensial tampak dari kemampuan seseorang menyelesaikan tugas dibawah bimbingan orang dewasa atau teman sebaya yang lebih berkompeten atau dapat disebut kemampuan intermental. Jarak antara keduanya disebut zona perkembangan proksimal.

Zona perkembangan proksimal diartikan sebagai kemampuan individu yang belum atau masih berada dalam proses pematangan. Kemampuan yang belum atau masih berada dalam proses pematangan akan menjadi matang melalui proses interaksi dengan orang dewasa atau teman sebaya yang lebih kompeten yang disebut scaffolding. Tugas dariscaffolding yaitu memandang zona perkembangan proksimal sebagai suatu penyangga untuk individu mencapai taraf perkembangan yang semakin tinggi.

Berdasarkan pada penjelasan diatas, dengan berpijak pada konsep teori Vygotsky yaitu zona perkembangan proksimal di atas terdapat beberapa kunci atau hal yang dapat dipahami yaitu bahwa perkembangan dan belajar adalah dua hal yang saling terkait dan memenuhi. Perkembangan kognitif individu tidak


(48)

dapat dipisahkan dari konteks sosial dan sebagai bentuk fundamental atau dasar belajar adalah partisipasi dalam kegiatan sosial. Berkembangnya kemampuan individu juga tidak lepas dari konteks sosial yaitu bantuan dari lingkungan sosial seperti orang dewasa atau teman sebaya yang lebih berkompeten agar kemampuan intramental individu semakin matang.

Berdasarkan pada penjelasan mengenai teori belajar Vygotsky diperoleh hal bahwa lingkungan sosial merupakan aspek penting dalam pertumbuhan dan perkembangan kemampuan siswa. Adanya kesempatan berinteraksi yang besar dan luas antara siswa dengan lingkungan sosial di sekitar siswa akan membuat siswa memperoleh kesempatan yang luas untuk mengembangkan zona perkembangan proksimalnya melalui belajar dan berkembang. Lingkungan sosial di sekitar siswa dapat menjadi bantuan dalam mengembangkan zona perkembanagan proksimal. Gutu menyediakan bantuan siswa dalam rangka memfasilitasi agar dapat memecahkan masalah yang dihadapi diantaranya teman sebaya yang lebih berkompeten atau melalui pemberian contoh, menarik kesimpulan dengan atau bersama teman sebaya.

Pembelajaran perlu dikaitkan pada kemampuan menyelesaikan tugas ketika dibawah bimbingan orang dewasa atau teman sebaya yang lebih berkompeten. Guru perlu menyediakan berbagai bantuan untuk memfasilitasi siswa yang membutuhkan bantuan agar dapat memecahkan masalah yang dihadapinya. Disinilah peran dari scaffoldingyang berupa bimbingan orang dewasa atau teman sebaya yang lebih berkompeten sebagai sumber belajar yang bermanfaat dan sangat efektif meningkatkan produktivitas belajar temannya.


(49)

Terkait mengenai karakteristik, proses belajar harus memperhatikan salah satu hal yaitu siswa. Siswa yang memasuki tahap kanak-kanak akhir atau dalam tahap perkembangan kognitif Piaget telah memasuki tahap operasional konkret memiliki ciri-ciri mampu berpikir logis dan memahami mengenai sesuatu yang bersifat konkret, menginginkan mengenal luasnya lingkungan pergaulan sosial, memahami suatu konsep percakapan. Siswa juga lebih suka bermain bersama teman sebaya sebagai lingkup interaksi di lingkungan sosialnya. Secara garis besar siswa pada usia kanak-kanak akhir memerlukan suatu pembelajaran yang sangat tepat berorientasi pada siswa dan pemberian kesempatan untuk berinteraksi dalam suatu lingkup yaitu pembelajaran kooperatif. Itulah keterkaitan antara karakteristik siswa dengan pembelajaran kooperatif dimana keduanya terjadi saling isi.

Jigsaw merupakan salah satu variasi dari pembelajaran kooperatif yang mempunyai ciri spesial yaitu pembentukan dua kelompok yaitu homedan expert. Cara kerja strategi ini dimana siswa akan berinteraksi dengan 2 kondisi dan anggota yang berbeda yaitu dimana siswa berinteraksi dalam home team dan expert team, dengan kata lain kesempatan berinteraksi dengan teman sebaya yang diberikan strategi Jigsaw pada siswa sangat luas dan beragam dengan kelompok teman yang berbeda. Disimpulkan kaitan antara karakteristik siswa dan strategi pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw bahwa strategi Jigsaw dapat memenuhi kebutuhan karakteristik pada siswa masa kanak-kanak akhir sehingga siswa dapat belajar sesuai dengan karakteristik.


(50)

Terkait mengenai hasil belajar IPS, suatu proses pembelajaran yang berlangsung akan berakhir pada suatu kesimpulan yaitu hasil belajar. Hasil belajar IPS sebagaimana telah dijelaskan dalam tujuan pembelajaran IPS di sekolah dasar menurut Chapin & Messick (Susanto, 2013: 147) yaitu 1) memberikan siswa pengetahuan tentang pengalaman manusia dalam kehidupan bermasyarakat, 2) menolong siswa untuk mengembangkan keterampilan sosial dan mengolah informasi, 3) menolong siswa mengembangkan nilai/sikap dalam kehidupan bermasyarakat dan 4) menyediakan kesempatan pada siswa untuk berperan dalam kehidupan sosial.

Jika dikaitkan strategi pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw dengan hasil belajar IPS karena strategi kooperatif tipe Jigsaw pada dasarnya memiliki hal yang penting yaitu mengajarkan pada siswa dimana siswa harus bekerja dan belajar dalam suatu kelompok heterogen (home dan expert) dan sekaligus memberikan kesempatan yang besar untuk berinteraksi dan belajar dengan teman sebayabersama-sama. Berdasarkan hal itu, penggunaan strategi kooperatif tipe Jigsaw dalam pembelajaran IPS untuk siswa akan meningkatkan kemampuan pemahaman siswa terkait materi pembelajaran IPS, juga mampu memenuhi aspek keterampilan sosial siswa dan sesuai dengan karakteristik, serta siswa dapat berperan aktif dengan lingkungan sosial yaitu teman sebaya dalam sebuah proses pembelajaran.

Berdasarkan hal tersebut diatas penggunaan strategi pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw yang menjadi faktor eksternal dapat mempengaruhi dan meningkatkan hasil belajar IPS siswa.


(51)

C. Karakteristik Siswa Kelas IV SD 1. Pengertian Siswa

Siswa merupakan anggota masyarakat yang berusaha mengembangkan potensi diri dan membutuhkan bantuan orang lain untuk dapat tumbuh dan berkembang ke kedewasaan yang relatif menetap melalui proses pendidikan (Dwi Siswoyo, 2008: 87). Umar Tirtarahardja & La Sulo (Dwi Siswoyo, 2008: 88) menjelaskan ciri khas siswa yaitu:

a. Individu yang memiliki potensi fisik dan mental yang khas b. Individu yang sedang berkembang

c. Membutuhkan bimbingan individual dan perlakuan manusiawi d. Individu yang memiliki kemampuan untuk mandiri

Pengertian siswa adalah individu yang sedang mengalami perkembangan menuju ke proses kedewasaan dan pengertian perkembangan terbagi menjadi dua hal menurut Rita Eka Izzaty (2008: 3) menyatakan pertumbuhan dipakai untuk perubahan-perubahan yang bersifat fisik contoh ukuran berat dan tinggi badan, umur tulang, sedangkan perkembangan dipakai untuk perubahan yang bersifat psikis berkaitan pematangan fungsi dari organ, contoh bertambahnya kemampuan dan fungsi tubuh seperti perkembangan dalam bahasa, emosi, intelektual, dan perilaku, yang ditandai dengan proses kematangan dan belajar.

Siswa yang duduk di kelas empat SD memasuki tahap perkembangan masa kanak-kanak akhir ditandai dengan semakin luas mengenal lingkungan pergaulan. Anak sering bergaul dengan teman sebaya baik di luar maupun di dalam sekolah


(52)

agar nanti diterima di lingkungannya. Rita Eka Izzaty (2008: 103) menyatakan tugas perkembangan siswa masa kanak-kanak akhir sebagai berikut:

a. Belajar keterampilan fisik untuk bermain

b. Mengembangkan sikap yang sehat mengenai diri sendiri c. Belajar bergaul dengan teman sebaya

d. Mengembangkan keterampilan dasar membaca, menulis, dan berbicara e. Mengembangkan sikap terhadap kelompok sosial

f. Mencapai kebebasan diri

g. Mengembangkan kata moral dan skala nilai (sopan-tidak sopan) 2. Tahap Perkembangan Siswa Kelas IV SD

Perkembangan kognitif atau intelektual menggambarkan kemampuan berpikir anak berkembang dan berfungsi. Rita Eka Izzaty (2008: 106). Siswa kelas IV SD banyak mendapatkan pemahaman dari melihat dan mendengar. Tahap operasional konkret dimulai dari anak usia 7-12 tahun dimana anak mampu berpikir secara logis mengenai sesuatu yang bersifat konkret, cara berpikir induktif (konkret-abstrak), anak mulai bersikap sosial. Secara jelasnya Piaget (Budiningsih, 2005: 37-40) menyatakan perkembangan intelektual dibagi 4 tahapan tabel 2.2 tahap-tahap perkembangan kognitif Piaget berikut:


(53)

Tabel 2.2 Tahap-Tahap Perkembangan Kognitif Piaget

Tahap-Tahap Umur Kemampuan

Sensori Motorik

0-2 menunjukkan pada konsep

permanenisasi objek yaitu kecakapan praktis untuk mengerti bahwa suatu objek masih tetap ada. Meskipun pada waktu itu tidak tampak oleh kita dan tidak bersangkutan dengan aktivitas pada waktu itu. Tetapi, pada stadium ini permanen objek belum sempurna. Pra

Operasional

3-7 Perkembangan kemampuan menggunakan simbol-simbol yang menggambarkan objek yang ada di sekitarnya. Berpikirnya masih egosentris dan berpusat Operasional

Konkret

7-11 Berpikir logis dan memperhatikan satubenda atau konsep yang bersifat konkret. Memahami konsep

percakapan, mampu menempatkan objek-objek menjadi urutan tingkatan kelasyang teratur dan menghitung. Operasional

formal

11 sampai dewasa

Mampu berpikir abstrak dan dapat menganalisis masalah secara ilmiah dan kemudian menyelesaikan masalah

Charollete Buhler (Kartini Kartono, 1995: 28-29) menyatakan perkembangan anak terbagi dalam lima fase yaitu: fase pertama, umur 0-1 tahun, fase kedua umur 2-4 tahun, fase ketiga umur 5-8 tahun, fase keempat umur 9-11 tahun dan fase terakhir fase kelima umur 14-19 tahun. Anak kelas IV SD berada pada fase keempat dengan ciri-ciri anak telah mencapai tingkat objektivitas tertinggi pada masa menyelidik dan mencoba suatu kegiatan yang dirangsangkan oleh dorongan-dorongan rasa ingin tahu yang besar.


(54)

Perkembangan sosial merupakan kemampuan berperilaku anak sesuai dengan tuntutan lingkungan sosial. Perkembangan sosial berkaitanaspek emosi dan kognitif. Anak dengan usia 9-11 tahun memerlukan tiga tahap perkembangan menurut Hurlock (1978: 250-251) (1) belajar berperilaku yang dapat diterima secara sosial, (2) memainkan peran sosial (3) sikap sosial.

Rita Eka Izzaty (2008: 113) menyatakan perkembangan sosial atau sosio-emosionalyang terjadi pada anak pada masa kanak-kanak akhir ditandai dengan anak lebih mendengarkan pengaruh dari orang-orang di sekitarnya seperti teman sebaya sebagai lingkup interaksinya yang menjadi suatu faktor yang dapat berpengaruh dalam kehidupan sosial anak. Berikut penjelasannya:

a. Bermain

Rita Eka Izzaty (2008: 114) menyatakan kegiatan bermainsangat penting bagi perkembangan fisik, mental, dan sosial anak. Anak lebih suka membentuk kelompok bermain (peer group), selain dapat berinteraksi juga menumbuhkan rasa tenggang rasa dengan teman sebayanya. Permainan anak usia ini cenderung lebih bersifat mencoba sesuatu secara berkelompok.

b. Teman sebaya

Rita Eka Izzaty (2008: 115) menyatakan lingkup teman sebaya anak umumnya teman sekolah atau teman bermain. Pengaruh teman sebaya lebih besar dalam pembentukan perkembangan sosial baik yang bersifat positif maupun negatif.

Pengaruh positif teman sebaya dapat terlihat pada bentuk pengembangan dan pembentukan harga diri anak, sebaliknya pengaruh negatif teman sebaya


(55)

terlihat pada perbuatan antisosial. Anak pada usia ini timbul kemauan selalu melakukan kegiatandengan teman sebaya dalam menghabiskan waktudan hanya ditengah-tengah teman sebaya anak bisa menyadari posisinya di dalam lingkup kelompok bermain. Dengan begitu anak akan berusaha agar teman sebaya dalam lingkup kelompoknya mau menerimanya.

Perkembangan emosi memainkan peran penting dalam kehidupan.Emosi merupakan faktor dominan yang mempengaruhi perilaku, intelektual, dan moral. Tumbuhnya emosi anak sangat berkaitan dengan interaksi anak dengan lingkungan sosialnya.

Perkembangan emosi anak juga tumbuh dan dipengaruhi oleh teman sebaya. Rita Eka Izzaty (2008: 114) menyatakan anak dalam berinteraksi dengan teman sebaya akan mulai belajar memahami dan mengendalikan ungkapan emosi yang kurang diterima oleh temansebaya seperti amarah, perasaan menyakiti, menakuti, takut, dan iri hati disebut “unpleasent emotion”, sedangkan emosi untuk membangun kebersamaan dan diterima oleh teman sebaya disebut “pleasent emotion” seperti kasih sayang, rasa senang, semangat, dan suka cita.

Berdasarkan pada penjelasan tahap perkembangan siswa, pembelajaran yang dibutuhkan adalah pembelajaran yang berorientasi pada karakteristik siswa yang diharapkan dapat memenuhi perkembangan siswa baik secara intelektual, sosial dan emosi. Suatu strategi pembelajaran yang digunakan untuk memenuhi pembelajaran tersebut adalah strategi pembelajaran dengan metode berkelompok.

Sistem pembelajaran berkelompok atau cooperative learning merupakan strategi pembelajaran yang sangat baik diterapkan untuk pembelajaran yang


(56)

memerlukan kegiatan pemahaman materi sekaligus berinteraksi membentuk relasi dengan teman sebaya dalam lingkungan belajar. Strategi ini berorientasi pada keaktifan siswa dalam pembelajaran dimana siswa menjadi actordalam aktivitas belajar. Peranan guru sebagai sebagai pendukung dalam pembelajaran yang dapat sebagai narasumber, fasilitator, dan motivator siswa.

Cooperative learning mempunyai bentuk variasi yang sangat beragam jenisnya, salah satunya pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw. Kooperatif tipe Jigsaw merupakan salah satu strategi pembelajaran kooperatif dengan ciri prinsip interdependensi yaitu prinsip dimana setiap siswa bergantung pada teman satu timuntuk memberikan informasi yang diperlukan. Pola strategi ini yaitu tiap siswa dalam satu kelompok akan menjadi ahli dalam tiap unit atau bagian dan nanti siswa ahli tersebut akan mengajarkan keahliannya pada teman tim yang merupakan ahli unit lain. Strategi Jigsaw menggabungkan kegiatan membaca, menulis, mendengarkan dan berbicara serta cocok untuk bidang pengajaran dengan tujuan penguasaan pemahaman dan sikap (Lie, 2007: 69).

Prinsip Interdependensi yaitu saling bergantung dengan anggota yang lain, bergantung dalam hal ini adalah bergantung secara positif dimana pemahaman materi tidak hanya berasal dari diri sendiri, melainkan juga dari teman-temannya dalam home team berkat adanya keahlian yang dimiliki semua anggota tim sehingga pada dasarnya adalah adanya sifat saling membutuhkan terhadap anggota tim.

Strategi pembelajaran kooperatif Jigsaw merupakan strategi yang berpusat pada keaktifan siswa. Siswa menjadi kunci keberhasilan strategi ini dengan


(57)

kegiatan dimulai dari pembentukan kelompok home and expertsampai pada kegiatan kuis. Peranan guru hanya sebagai narasumber dan fasilitator. Berbeda dengan Jigsaw, jenis STAD yang merupakan salah satu variasi dari pembelajaran kooperatif secara keseluruhan belum sepenuhnya berpusat pada siswa yang ditunjukan masih adanya kegiatan penjelasan materi oleh guru dengan metode ceramah.

Kaitan kooperatif tipe Jigsaw dengan karakteristik siswa kelas IV SD yaitu strategi ini sesuai dengan karakteristik siswa. Siswa masa kanak-kanak akhir sangat dipengaruhi oleh teman sebaya dalam masa perkembangannya. Kegiatan bermain merupakan hal yang penting bagi anak untuk berinteraksi dengan teman sebaya yang memberikan pengalaman dan lebih bersikap sosial dengan membentuk kelompok bermain atau peer group. Anak harus belajar memahami dan mengungkapkan emosi yang menyenangkan untuk membangun suatu relasi kebersamaan dalam lingkup teman sebaya. Bila melihat kembali strategi kooperatif tipe Jigsaw yaitu strategi pembelajaran kelompok yang berorientasi dan memberi kesempatan siswa untuk belajar serta berinteraksi bersama teman-temannya dan saling bergantung dengan anggota tim dimana satu anggota akan membutuhkan anggota yang lain untuk melengkapi keutuhan materi pembelajaran, bahwa strategi pembelajaran kooperatif tipe jigsaw dapat memenuhi karakteristik siswa dan kegiatan pembelajaran yang diharapkan.

Oleh karena itu, strategi kooperatif tipe Jigsaw mengajarkan begitu pentingnyaperan anggota kelompok bagi kesuksesan timnyadalam kegiatan rekognisi tim dimana seluruh poin kemajuan anggota dijumlahkan sehingga


(58)

mendapatkan predikat tim terbaik dan anggota dapat memberikan pengaruh positif seperti motivasi dan keaktifan bagi anggota lain. Pengaruh besar tim tidak hanya terbatas pada kegiatan pembelajaran ini saja, interaksi yang telah ada dengan teman sebaya selama pembelajaran akan tetap terus terjalin di luar pembelajaran guna diharapkan memenuhi tugas-tugas perkembangan siswa.

Pembelajaran seharusnya tidak lagi terfokus pada guru melainkan guru sebagai fasilitator dan narasumber siswa serta pembelajaran kiranya sesuai dengan kebutuhan dan karakteristik siswa di masa kanak-kanak akhir yang membutuhkan banyak pergaulan dengan teman-temannya serta sesuai dengan tujuan pembelajaran yang diharapkan. Melalui hal tersebut dengan penggunaan strategi pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw diharapkan dapat meningkatkan hasil belajar IPS siswa.

D. Strategi Pembelajaran Kooperatif tipe Jigsaw

1. Pengertian Strategi Pembelajaran Kooperatif tipe Jigsaw

Jigsaw dalam istilah bahasa Inggris mempunyai arti gergaji ukir atau puzzle yaitu teka-teki menyusun potongan gambar. Pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw mengambil pola kerja gergaji dimana siswa melakukan kegiatan belajar dengan cara bekerjasama dengan siswa lain untuk mencapai suatu tujuan. Lie (2007: 69) menyatakan bahwa pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw menggabungkan kegiatan membaca, menulis, mendengarkan, berbicara serta menitikberatkan pada pembentukan dua kelompok yaitu home (terdiri dari tema heterogen) dan ahli (kelompok delegasi tim yang mempunyai topik sama).


(59)

Strategi pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw merupakan pembelajaran berkelompok didesain untuk melatih tanggung jawab terhadap pembelajarannya sendiri dan pembelajaran orang lain dimana siswa tidak hanya bertanggung jawab menguasai sub materi yang diberikan, namun mampu mengajarkan penguasaan kepada anggota demi keberhasilan kelompok, sehingga kemampuan siswa secara kognitif maupun sosial sangat diperlukan. Oleh karena itu, kooperatif tipe Jigsaw tidak hanya berorientasi pada peningkatan penguasaan konsep siswa saja, tetapi juga membentuk sikap sosial yang positif yaitu kerjasama dan berkomunikasi.

Jigsaw can be used whenever the material to be studied is in written narrative form. It’s most appropriate in such subjects as social studies, literature, some parts of science and related areas in which concepts rather than skills are their learning goals. The instructional raw materials for Jigsaw should usually be a chapter, story, bioghraphy, or simillar narrative and descriptive materials (Slavin, 1995: 122)

Hal diatas diartikan bahwa Jigsaw dapat digunakan apabila materi yang dipelajari adalah berbentuk narasi tertulis. Strategi ini paling sesuai untuk subjek-subjek seperti pelajaran ilmu sosial, literatur, sebagian pembelajaran ilmu pengetahuan ilmiah, dan bidang-bidang yang mempunyai tujuan lebih kepada penguasaan konsep daripada penguasaan keterampilan. Pengajaran bahan baku untuk Jigsaw biasaanya selalu berupa sebuah bab, cerita, biografi, atau materi-materi narasi atau deskripsi yang serupa (Slavin, 2009: 237).

Dalam strategi pembelajaran Jigsaw terdapat dua kelompok yaituhomeand expert team. Kelompok ahli (expert) adalah kelompok terdiri dari perwakilan anggota home team dengan tugas mempelajari dan menyelesaikan tugas berhubungan dengan topik. Kelompok asal (home) adalah kelompok yang terbagi secara heterogen yang terdiri dari empat sampai lima orang yang dijelaskan Slavin


(60)

(1995: 124) assign students to four – or five – member heterogenemous teams, exactly as in STAD. Kelompok asal juga berarti kelompok yang terdiri dari para ahli. Slavin (1995: 122) menyatakan langkah-langkah strategi pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw sebagai berikut:

In jigsaw, students work in heterogeneous teams. The students are assigned chapters or other units to read, and are given “expert sheets” that contain different topics for each team member to focus on when reading. When every one has finished reading, students from different teams with the same topic meet in “expert group” to discuss their topic for about thirty minutes. The expert then return to their teams and take turns teaching their teammates about their topic. Finally, students take assesments that cover all the topics, and the quize scores become team scores, as in STAD. Also as in STAD, the scores that students contribute to their teams are based on individual improvement score system, and students on high – scoring teams may receive certificates or their recognition. The key to jigsaw is interdependence: every student depends or his or her teammates to provide the information needed to do well on the assesments (Slavin, 1995: 122)

Dalam Jigsaw, para siswa bekerja dalam team yang heterogen. Para siswa diberikan tugas untuk membaca suatu bab atau unit, dan diberikan “lembar ahli” yang berisi topik berbeda untuk menjadi fokus masing-masing anggota tim saat membaca. Ketika semua telah selesai membaca, para siswa dari tim yang berbeda dengan topik yang sama berkumpul dalam “kelompok ahli” untuk mendiskusikan topik mereka selama tiga puluh menit. Para ahli kemudian kembali pada tim dan mengajarkan anggota satu timnya mengenai topik mereka secara bergantian. Terakhir, para siswa mengikuti penilaian yang mencakup seluruh topik dan skor kuis menjadi skor tim. Seperti dalam STAD, kontribusi skor siswa pada timnya didasarkan pada sistem skor perkembangan individual, dan suatu tim yang mampu meraih skor tertinggi menerima sertifikat atau penghargaan. Kunci metode Jigsaw ini adalah interdependensi: tiap siswa bergantung pada teman satu timnya untuk


(61)

dapat memberikan informasi yang diperlukan supaya dapat berkinerja baik pada saat penilaian.

Adapun perhitungan nilai atau poin peningkatan dalam pembelajaran kooperatif Jigsaw sama dengan STAD seperti dalam tabel 2.3 tabel perhitungan poin kemajuan individu di bawah ini:

Tabel 2.3 Tabel Perhitungan Poin kemajuan Individu/Tim (Robert E. Slavin, 1995: 80)

Skor Tes Akhir Nilai Peningkatan >10 poin di bawah skor dasar 5

1 - 10 poin di bawah skor dasar 10 Skor awal – 10 poin di atas skor dasar 20 > 10 poin di atas skor dasar 30

Nilai sempurna 30

Tujuan dibuatnya skor awal dan poin kemajuan adalah memungkinkan siswa terus bekerja keras memberikan kinerja maksimum untuk kesuksesan kelompoknya, disamping itu siswa akan termotivasi dan mempunyai perhatian yanglebih untuk mempelajari materipembelajaran.Kriteria penghargaan kelompok dalam strategi pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw didasarkan atas pemberian penghargaan kelompok yang memperoleh poin tertinggi ditentukan dengan rumus perhitungan menurut Trianto (2011) sebagai berikut:


(62)

Berdasarkan poin perkembangan yang dihitung dari rumus rata-rata kelompok diatas kemudian dapat melihat tabel tiga tingkatan penghargaan yang diperoleh kelompok dalam tabel 2.4 tabel kriteria tingkatan penghargaan kelompok berikut ini:

Tabel 2.4 Tabel Kriteria Tingkatan Penghargaan Kelompok (Robert E. Slavin, 1995: 80)

Kriteria rata-rata Penghargaan 15

20 25

Good Team Great Team Super Team

Berdasarkan tabel diatas, seluruh tim dapat memperoleh penghargaan dan dapat lebih dari satu tim mendapatkan penghargaan tim super, tim hebat dan tim baik dalam satu kelas, asalkan kriteria di atas terpenuhi.

2. Karakteristik Strategi Pembelajaran Kooperatif tipe Jigsaw

Suatu strategi pembelajaran kooperatif mempunyai banyak variasi pembelajaran dan tentumempunyai karakteristik yang membedakan sekaligus menyatakan antara jenis strategi pembelajaran kooperatif satu dengan yang lain. Guru harus mengerti agar mampu membedakan dan menerapkan jenis strategi pembelajaran kooperatif Jigsaw dalam pembelajaran. Variasi seperti STAD, TGT, dan lainnya yang dapat dilihat dari karakteristik strategi tersebut yang dapat diamati melalui syntaksatau langkah strategi pembelajaran kooperatif tersebut.


(63)

lainnya. Karakteristik pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw dapat dilihat melalui syntaks atau langkah-langkah pembelajaran kooperatif Jigsaw.

Adapun langkah-langkah dari strategi pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw menurut Slavin (2005: 238) sebagai berikut:

a. Membentukhome teamyang heterogen terdiri dari 4 sampai 5 anggota b. Tentukan pedoman skor awal (dapat berupa nilai terakhir siswa)

seperti dalam STAD

c. Siswa menerima topik ahli dan membaca materi untuk menemukan informasi

d. Siswa dengan keahlian yang sama dari tiap anggota home teambertemu untuk berdiskusi dalamexpert team

e. Para ahli kembali ke home team untuk mengajarkan topik yang mereka kuasai kepada rekan tim

f. Para ahli dapat memberikan pertanyaan pada rekan setelah mengajarkan topik mereka agar mereka siap mengerjakan evaluasi g. Para siswa mengerjakan kuis atau tes individual yang mencakup

seluruh topik

h. Skor tim dihitung dalam kegiatan rekognisi tim seperti STAD

i. Guru memberikan penghargaan pada kelompok dengan skor tertinggi Berdasarkan pada langkah-langkah dari strategi pembelajaran kooperatif Jigsaw, maka karakteristik strategi pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw adalah sebagai berikut:


(64)

a. Menitikbertkan pada pembentukan dua kelompok yaitu home team danexpert teamdengan memperhatikan keheterogenan.

b. Bersifat interdependensi dimana setiap anggota bergantung pada anggota tim yang lainnya.

c. Adanya kelompok expert yaitu kelompok delegasi yang mempunyai topik sama diambil dari tiap anggotahome team.

d. Berdasarkan langkah-langkah strategi pembelajaran kooperatif Jigsaw menunjukkan strategi ini berorientasi dan berpusat pada siswa.

e. Pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw mengedepankan pada peranan teman sebaya sebagi pusat sumber informasi dan bantuan.

f. Adanya kegiatan laporan tim ahli dimana siswa akan melaporkan hasil diskusi kelompok ahli kepada anggota kelompok asal.

3. Kooperatif tipe Jigsaw dalam Mata Pelajaran IPS

Mata pelajaran IPS di sekolah dasar mempunyai pengertian yaitu bidang studi yang mempelajari manusia dan interaksinya dalam masyarakat dengan hakekat yaitu memberikan pengetahuan dasar, sikap serta keterampilan bagi siswa sedini mungkin. Pelaksanaan pembelajaran IPS di sekolah dasar diharapkan dapat membantu siswa memahami dirinya dan lingkungan kehidupan sosial baik secara individu maupun kelompok untuk membantu mengembangkan aspek pribadi, di sisi lain secara tidak langsung siswa dilatih untuk mampu berpartisipasi secara aktif di lingkungan kehidupan di sekitar siswa baik di keluarga maupun sekolah.

Tujuan pembelajaran IPS di sekolah dasar menurut Chapin & Messick (Susanto, 2013: 147) yaitu 1) memberikan siswa pengetahuan tentang pengalaman


(65)

manusia dalam kehidupan bermasyarakat masa lalu, sekarang, dan masa depan, 2) menolong siswa untuk mengembangkan keterampilan dalam mengolah informasi dan sosial, 3) menolong siswa untuk mengembangkan sikap dalam kehidupan bermasyarakat, 4) menyediakan kesempatan pada siswa untuk berperan serta dalam kehidupan sosial. Berdasarkan tujuan pembelajaran IPS di sekolah dasar nyata sekali begitu pentingnya keberhasilan Pembelajaran IPS di sekolah dasar harus tercapai dengan memberikan siswa pembelajaran yang memberikan suatu hasil belajar yang sesuai dengan tujuan IPS di sekolah dasar.

Suatu pembelajaran yang dinilai dapat mencapai tujuan pembelajaran IPS di sekolah dasar tersebut adalah pembelajaran yang berorientasi pada siswa dan memperhatikan karakteristik siswa yang diajarkan yang berdampak pada hasil belajar yang diinginkan. Penggunaan strategi pembelajaran yang tepat menjadi langkah awal guna mencapai hasil belajar yang diinginkan yaitu pada ranah kognitif, afektif, dan psikomotor.

Guru sebagai seorang yang terkait dengan pembelajaran seharusnya memahami tujuan utama pembelajaran IPS di sekolah dasar sekaligus dalam menentukan strategi pembelajaran serta menerapkan prinsip-prinsip pemilihan strategi pembelajaran IPS di sekolah dasar yang dikemukakan oleh Susanto (2013: 157) yaitu Pertama, berpusat pada peserta didik, Kedua, pembelajaran dengan memadukan secara utuh aspek kompetensi (sikap, pengetahuan, dan keterampilan). Ketiga, pembelajaran dihadapkan pada situasi kehidupan lingkungan sosial sekitar, Keempat, guru berperan sebagai fasilitator, motivator,


(66)

dan narasumber. Kelima, pembelajaran dilakukan dengan sudut pandang peserta didik.

Pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw menurut Slavin (2009: 237) yaitu strategi yang dapat digunakan apabila materi yang akan dipelajari berbentuk narasi tertulis bab, cerita, biografi, atau materi-materi narasi atau deskripsi serupa seperti pelajaran ilmu sosial, literatur sebagian pelajaran ilmu pengetahuan ilmiah.Strategi pembelajaran kooperatif Jigsaw termasuk pembelajaran peer teaching(pembelajaran teman sebaya) dimana teman atau anggota tim merupakan pusat sumber informasi atau sumber belajar bagi siswa tersebut, dengan kata lain siswa tersebut sangat bergantung pada teman kaitannya pemenuhan pemahaman materi pembelajaran disebut Interdepensi sebagai prinsip pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw.

Strategi pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw berorientasi penuh pada siswa dan teman sebaya dengan kata lain individu akan terus bersama dengan teman selama pembelajaran berlangsung untuk menjalin interaksi yang lebih kuat, disamping itu pemenuhan perkembangan siswa masa kanak-kanak akhir diharapkan terpenuhi melalui strategi pembelajaran ini.

Strategi pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw mempunyai prinsip interdependensi dimana siswa akan bergantung kepada siswa lain yang secara tidak langsung akan melatih siswa untuk berperan dalam lingkungan sekitar siswa yaitu lingkungan sekolah. Pembelajaran itulah yang mampu membentuk aspek pribadi siswa sebagai hasil belajar. Strategi pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw dalam mata pelajaran IPS adalah strategi ini mampu menjawab tujuan


(67)

pembelajaran IPS di sekolah dasar serta sesuai dengan karakteristik siswa yang diharapkan dapat meningkatkan hasil belajar IPS siswa. Singkatnya ini merupakan strategi pembelajaran yang tepat digunakan dalam pembelajaran IPS di sekolah dasar.

E. Kerangka Berpikir

Ilmu Pengetahuan Sosial memiliki peran dalam perkembangan pribadi siswa serta penunjang keberhasilan siswa untuk berperan serta dan mengenal tentang kehidupan di lingkungan sosial. Ilmu Pengetahuan Sosial dalam pembelajaran SD diharapkan membantu siswa dalam mengembangkan kemampuan penguasaan konsep sebagai pamahaman dan keterampilan dasar sebagai hasil belajar siswa.

Hasil belajar adalah suatu unsur yang menyatakan sukses tidaknya proses pembelajaran yang dilaksanakan. Hasil belajar merupakan suatu hal yang didapat siswa setelah mengikuti pembelajaran yang berisi kemampuan akademik maupun non-akademik dalam diri siswa. Hasil belajar bergantung pada suatu proses pembelajaran yang terjadi dan di dalam pembelajaran terdapat suatu komponen pembelajaran yang saling mendukung.

Guru sebagai suatu komponen yang terkait langsung dalam pembelajaran berperan untuk menentukan arah suatu pembelajaran dimana salah satunya menentukan metode atau pendekatan pembelajaran yang digunakan untuk membelajarkan siswa. Pernyataan mengenai pembelajaran IPS di sekolah dasar terdapat beberapa hal yang harus diperhatikan guru dalam menentukan strategi pembelajaran untuk mata pelajaran IPS di sekolah dasar yaitu prinsip-prinsip


(68)

pemilihan strategi pembelajaran IPS di sekolah dasar dimana terdapat beberapa poin di dalamnya.

Berkaitan strategi pembelajaran dengan karakteristik siswa SD sebagai poin nomor lima dalam prinsip tersebut bahwa dibutuhkan suatu strategi pembelajaran yang dapat memenuhi aspek kebutuhan siswa disamping pemenuhan penguasaan konsep sebagai sisi kognitif. Siswa SD kelas IV adalah siswa dengan karakterisik suka membentuk kelompok bermain (peer group) dan bermain bersama dengan teman sebaya untuk membentuk suatu lingkungan pergaulan serta diterima dalam lingkup teman sebaya. Berdasakan pada pernyataan ini, strategi pembelajaran yang tepat digunakan dalam pembelajaran IPS siswa kelas IV SD yaitu strategi pembelajaran kooperatif

Strategi pembelajaran kooperatif memiliki macam variasi, salah satunya strategi pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw. Strategi pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw merupakan strategi pembelajaran dimana keseluruhan langkah-langkah strategi ini mengutamakan pada keaktifan siswa dan pembelajaran teman sebaya yang dimulai dari pemilihan tim sampai kepada kuis. Strategi ini mempunyai karakteristik pembentukan dua kelompok yaitu home dan expert. Posisi guru dalam strategi ini sebagai fasilitator dan narasumber bagi siswa.

Kaitan strategi pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw dengan karakteristik siswa kelas IV SD bahwa strategi ini mampu memenuhi aspek kebutuhan dan karakteristik siswa. Siswa dalam mengikuti pembelajaran akan bertemu dan bekerja bersama dengan teman sebaya yang berbeda dalam dua kelompok. Berdasarkan pada keadaan tersebut, muncul suatu proses yang disebut peer


(69)

mediated learning. Peer mediated learning adalah sebuah praktik berbasis kelas dimana individu bekerja berpasangan melengkapi suatu kegiatan dengan tujuan menyelesaikan permasalahan teman sebaya oleh teman sebaya. Proses tersebut terjadi pada kegiatan kelompok expert dan home dimana siswa berdiskusi dan bekerja bersama dalam suatu kelompok expert dan dimana siswa menjelaskan informasi pada kelompokhomesebagai tugas menjadi seorangexpert.

Kaitan strategi kooperatif tipe Jigsaw terhadap hasil belajar IPS adalah strategi pembelajaran kooperatif Jigsaw mampu meningkatkan hasil belajar terutama pada penguasaan konsep sebagai aspek kognitif. Hal tersebut dibuktikan oleh beberapa studi yang menunjukkan tidak banyak perbedaan dan tidak ada hasil yang negatif diantaranya penelitian yang dilakukan Rizki Dwi Putranto pada tahun 2012 yang berfokus pada hasil belajar kognitif menunjukkan terjadi peningkatan nilai dari pra tindakan sampai pada siklus II yang ditujukan dengan meningkatnya nilai rata-rata kelas dan jumlah siswa yang tidak tuntas terus berkurang.

Berdasarkan pada peryataan diatas, diharapkan melalui penelitian ini peningkatan hasil belajar IPS siswa kelas IV akan tercapai menggunakan strategi pembelajaran kooperatif Jigsaw di SD Kanisius Kintelan I Yogyakarta.

F. Kajian Penelitian Yang Relevan

Berbagai penelitian menunjukkan bahwa pembelajaran kooperatif secara bersamaan mengembangkan tingkah laku dan juga membantu peserta didik dalam meningkatkan hasil akademis mereka. Beberapa studi telah menunjukkan bahwa


(1)

192

Sedang terjadi kegiatan laporan tim dimana terlihat seorang siswa yang sedang berdiri sedang melaporkan hasil yang dia dapat dari diskusi ahli

Terlihat Peneliti mendekati suatu kelompok ketika tindakan pembelajaran telah selesai


(2)

193

2. Siswa Mengerjakan Kuis dan Tes Evaluasi Siklus

Kegiatan tes evaluasi siklus dimana terlihat siswa yang sedang mengejakan soal evaluasi di barisan kanan

Kegiatan tes evaluasi siklus dimana terlihat siswa yang sedang mengerjakan soal evaluasi di barisan tengah


(3)

194

Kegiatan tes evaluasi siklus dimana terlihat siswa yang sedang mengerjakan soal evaluasi di barisan kiri

Peneliti membantu guru mengmpulkan hasil pekerjaan siswa pada kegiatan tindakan evaluasi siklus


(4)

(5)

(6)

Dokumen yang terkait

Upaya meningkatkan hasil belajar siswa melalui model pembelajaran cooperative learning tipe jigsaw pada pelajaran IPS kelas IV dalam materi sumber daya alam di MI Annuriyah Depok

0 21 128

Peningkatan keaktifan dan prestasi belajar IPS siswa kelas IV SD Kanisius Klepu dengan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw II.

0 1 291

Peningkatan kerjasama dan prestasi belajar IPS dengan pembelajaran kooperatif STAD pada siswa kelas III SD Kanisius Kintelan I Yogyakarta.

2 6 193

Peningkatan hasil belajar matematika dan kerjasama siswa kelas IV SD Kanisius Kintelan dengan menggunakan pendekatan PMRI.

0 7 277

Peningkatan hasil belajar matematika dan kerjasama siswa kelas IV SD Kanisius Kintelan dengan menggunakan pendekatan PMRI.

0 7 277

Peningkatan minat dan prestasi belajar IPS dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw pada siswa kelas IV SD Kanisius Condongcatur Yogyakarta tahun pelajaran 2011/2012.

0 0 155

Peningkatan keaktifan dan prestasi belajar IPS kelas IV SD Kanisius Wirobrajan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe STAD.

0 0 2

Peningkatan kerjasama dan prestasi belajar IPS dengan pembelajaran kooperatif STAD pada siswa kelas III SD Kanisius Kintelan I Yogyakarta

0 1 191

Peningkatan hasil belajar matematika dan kerjasama siswa kelas IV SD Kanisius Kintelan dengan menggunakan pendekatan PMRI

0 0 275

Peningkatan minat dan prestasi belajar IPS dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw pada siswa kelas IV SD Kanisius Condongcatur Yogyakarta tahun pelajaran 2011 2012

0 1 153