Pastoral kunjungan keluarga sebagai jalan membantu umat Paroki Administratif Santo Paulus Pringgolayan memperkembangkan iman mereka.

(1)

i

PASTORAL KUNJUNGAN KELUARGA SEBAGAI JALAN MEMBANTU UMAT PAROKI ADMINISTRATIF SANTO PAULUS PRINGGOLAYAN

MEMPERKEMBANGKAN IMAN MEREKA

S K R I P S I

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Pendidikan Agama Katolik

Oleh: Yustina Sija NIM: 111124043

PROGRAM STUDI

PENDIDIKAN AGAMA KATOLIK

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA 2016


(2)

(3)

(4)

iv

HALAMAN PERSEMBAHAN

Skripsi ini saya persembahkan dengan tulus, penuh syukur dan bahagia kepada: Para Suster Kongregasi Puteri Reinha Rosari

Yang telah memberikan kesempatan kepada saya untuk menjalani perutusan studi di program Studi Pendidikan Agama Katolik Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta serta Seluruh umat Paroki


(5)

v

MOTTO

“Engkau Kukasihi, Aku akan menaruh RohKu ke atasmu.” (Mat 12:18)


(6)

(7)

(8)

viii

ABSTRAK

Judul skripsi PASTORAL KUNJUNGAN KELUARGA SEBAGAI

JALAN MEMBANTU UMAT PAROKI ADMINISTRATIF SANTO PAULUS PRINGGOLAYAN MEMPERKEMBANGKAN IMAN MEREKA

dipilih berdasarkan kenyataan bahwa pelaksanaan pastoral kunjungan keluarga di Paroki administratif Santo Paulus Pringgolayan belum maksimal. Padahal keluarga menjadi tempat pertama seseorang belajar hidup bersama orang lain serta menerima nilai-nilai luhur dan warisan iman. Keluarga menjadi tempat utama perjumpaan dengan Allah yang membawa sukacita, iman ditumbuhkan dan keutamaan-keutamaan ditanamkan. Untuk itu tim pastoral kunjungan keluarga paroki Pringgolayan mempunyai harapan besar meningkatkan pelaksanaan pastoral kunjungan keluarga. Namun kenyataannya tim pastoral kunjungan keluarga kurang menyadari pentingnya pastoral kunjungan keluarga. Keprihatinan lain tim pastoral kunjungan keluarga kurang menyadari akan pentingnya tugas dan tanggung jawab mereka sebagai pendamping keluarga Katolik sehingga kurang trampil dalam mendampingi keluarga Katolik yang mengalami krisis dalam hidup. Persoalan pokok pada skripsi ini bagaimana tim pastoral kunjungan keluarga bisa dibantu dalam upaya meningkatkan pelaksanaan pastoral kunjungan keluarga agar mereka semakin sadar akan pentingnya tugas dan tanggung jawab mereka sebagai pendamping keluarga Katolik serta memiliki iman yang kokoh sehingga dapat menangkap dengan baik apa yang dibutuhkan umat. Dalam rangka menanggapi permasalahan pokok tersebut, penulis melakukan studi pustaka yang bersumber dari Kitab Suci, dokumen-dokumen Gereja, dan juga pandangan para ahli mengenai pastoral kunjungan keluarga sebagai jalan membantu umat paroki dalam mengembangkan iman mereka. Di samping itu, untuk memperoleh gambaran pelaksanaan pastoral kunjungan keluarga sebagai jalan membantu umat paroki mengembangkan iman mereka penulis melakukan penelitian dengan cara pengamatan dan penyebaran kuesioner.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa pelaksanaan pastoral kunjungan keluarga sebagai jalan membantu umat paroki Pringgolayan memperkembangkan iman mereka masih kurang. Tim pastoral kunjungan keluarga belum maksimal dalam melaksanakan tugasnya sebagai pendamping keluarga Katolik. Hal ini terlihat jelas masih banyak responden yang belum pernah dikunjungi ataupun mendapat pendampingan khusus dari tim pastoral kunjungan keluarga. Namun demikian, umat paroki Pringgolayan teristimewa keluarga Katolik yang mengalami berbagai krisis dalam hidup memiliki harapan agar tim pastoral kunjungan keluarga mendapat pembinaan khusus melalui kegiatan rekoleksi tim pastoral kunjungan keluarga supaya mereka mampu menanggapi kebutuhan umat dan semakin trampil dalam mendampingi keluarga Katolik. Maka dari itu, penulis mengusulkan kegiatan rekoleksi tim pastoral kunjungan keluarga sebagai upaya membantu tim pastoral kunjungan keluarga agar semakin menyadari pentingnya pastoral kunjungan keluarga terhadap perkembangan iman umat sehingga keluarga Katolik yang dikunjungi mengalami sukacita karena belas kasih Allah yang cuma-cuma.


(9)

ix ABSTRACT

Thesis title of FAMILY VISITS PASTORAL AS THE WAY TO

HELP PEOPLE OF SAINT PAUL ADMINISTRATIVE PARISH PRINGGOLAYAN IN DEVELOPING THEIR FAITH was chosen based on

the fact that the implementation of the family visit pastoral in St. Paul Administrative Parish Pringgolayan has not been maximized. Though the family is the first place people learn to live with others and accept the noble values and heritage of faith. The family becomes a major encounter with God that brings joy, the faith was grown and moral excellence was implanted. For that family visits pastoral team of Pringgolayan parish has great expectations for improving the implementation of family visits. But in fact, the family visits pastoral team are less aware of the importance of the family visits pastoral. Another concern was that the family visits pastoral team are less aware of their duties and responsibilities as a companion to a Catholic family so they are less skilled in assisting the Catholic families who are experiencing a crisis in their life.

A key issue in this thesis was that how the family visits pastoral team can be assisted in improving the implementation of the family visits pastoral so that they are increasingly aware of the importance of their duties and responsibilities as a companion to a Catholic family as well as have a strong faith so that they can capture well what the people needs. In order to respond to these fundamental problems, the outhors conducted a literature study that comes from Scripture, Church dokuments, and also the views of experts on the family visits pastoral as a way to help parishioners in developing their faith. In addition, to gain an overview of pastoral implementation of family visits as a way to help parishioners in developing their faith the outher conducted a study by using the observation and distributing the questionnaires.

The study results showed that the implementation of the family visits pastoral as a way to help Pringgolayan parishioners develop their faith is lacking. The family visits pastoral team has not maximized in carrying out their duties as a catholic family companion. It is evident, that many respondents who have never visited nor received special assistance from family visits pastoral team. How ever, Pringgolayan parishioners especially Chatolic families who are experiencing various crises in their life have the expectation that the family visits pastoral team receive special training throught the family recollections activities so that they can respond to the needs of the people and more skilled in assisting Chatolic family. There fore, the outhors propose a family recollections activities in an effort to help the family visits pastoral team to realize the importance of family visits pastoral to the development of the people faith, so that Chatolic families who had been visited experience the joy of God’s love marcy freely.


(10)

x

KATA PENGANTAR

Puji Syukur kepada kepada Tuhan Yang Mahakuasa, atas limpahan berkat dan kasihNya bagi penulis sehingga dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul

PASTORAL KUNJUNGAN KELUARGA SEBAGAI JALAN MEMBANTU

UMAT PAROKI ADMINSTRATIF SANTO PAULUS PRINGGOLAYAN

MEMPERKEMBANGKAN IMAN MEREKA. Penulisan skripsi ini

merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana pada program studi Pendidikan Agama Katolik di Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta.

Skripsi ini diajukan guna memberikan sumbangan pemikiran, gagasan, dan inspirasi bagi siapapun yang memiliki kerinduan untuk meningkatkan pelaksanaan pastoral kunjungan keluarga demi meningkatkan perkembangan iman umat Katolik di manapun berada.

Selama proses penyusunan skripsi ini, penulis mengalami pendampingan, dukungan, motivasi, serta perhatian. Di mana semuanya ini, penulis yakini sebagai karya Tuhan dalam membimbing serta memampukan penulis hingga pada tahap akhir dengan penuh kesetiaan. Pada kesempatan ini, penulis juga mengucapkan terima kasih kepada:

1. Drs. F.X. Heryatno Wono Wulung, S.J., M.Ed., selaku dosen pembimbing skripsi sekaligus dosen pembimbing akademik yang dengan setia dan penuh kesabaran membimbing, memberikan motivasi dan masukan kepada penulis untuk menyelesaikan skripsi ini.


(11)

xi

2. Bapak Y.H.Bintang Nusantara, SFK,M.Hum selaku dosen penguji II yang telah memberikan dukungan, semangat, meluangkan waktu untuk mempelajari dan memberi masukan sehubungan dengan skripsi ini.

3. Bapak P. Banyu Dewa HS, S.Ag, M.Si selaku dosen penguji III yang telah memberikan semangat, meluangkan waktu untuk mempelajari dan memberikan masukan demi semakin baiknya skripsi ini.

4. Para Romo dan segenap staf dosen yang telah mendukung penulis selama menjalani perkuliahan di PAK dengan pengetahuan, ketrampilan dan spiritualitas sebagai seorang pewarta.

5. Staf dan karyawan Prodi PAK yang secara tidak langsung telah mendukung dan memberi dorongan bagi penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

6. Suster Pemimpin Umum dan Dewan Pimpinan Umum Kongregasi Puteri Reinha Rosari yang telah mengutus penulis untuk menjalani perutusan di Prodi Pendidikan Agama Katolik Universitas Sanata Dharma.

7. Pemimpin komunitas dan segenap anggota komunitas PRR Magnificat Pringgolayan, Yogyakarta yang telah memberikan dukungan dan setia mendoakan penulis.

8. Romo Aryawan, Pr selaku Pastor Kepala Paroki administratif Santo Paulus Pringgolayan yang telah menerima, memberikan izin serta mendukung penulis selama menjalani proses penelitian.

9. Para ketua lingukungan paroki administratif Santo Paulus Pringgolayan yang telah bersedia membantu memberikan informasi berkaitan dengan situasi responden.


(12)

(13)

xiii

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii

HALAMAN PENGESAHAN ... iii

HALAMAN PERSEMBAHAN ... iv

MOTTO ... v

HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... vi

PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI ... vii

ABSTRAK ... viii

ABSTRACT ... ix

KATA PENGANTAR ... x

DAFTAR ISI ... xiii

DAFTAR SINGKATAN ... xviii

BAB I. PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Penulisan Skripsi ... 1

B. Rumusan Permasalahan... 8

C. Tujuan Penulisan ... 8

D. Manfaat Penulisan ... 9

E. Metode Penulisan... 10

F. Sistematika Penulisan... 10

BAB II. PASTORAL KUNJUNGAN KELUARGA SEBAGAI JALAN MEMBANTU UMAT MEMPERKEMBANGKAN IMAN MEREKA……… 12

A. Pastoral Kunjungan Keluarga……... 13

1. Pastoral………….. ... 13

a. Pengertian Pastoral……….. ... 13

b. Ciri-ciri Pastoral……… ... 15

2. Kunjungan Keluarga ... 17


(14)

xiv

b. Macam-macam Kunjungan ... 19

3. Pastoral Kunjungan Keluarga……. ... 21

a. Pengertian Pastoral Kunjungan Keluarga ... 21

b. Tujuan Pastoral Kunjungan Keluarga.. ... 22

c. Model-model Pastoral Kunjungan Keluarga… ... 26

d. Metode-metode Pastoral Kunjungan Keluarga ... 27

e. Pendekatan Baru Dalam Berpastoral……….. 28

f. Sasaran Pastoral Kunjungan Keluarga……… 30

g. Proses Kunjungan Keluarga……… 32

B. Perkembangan Iman Umat... 37

1. Pengertian Perkembangan………… ... 37

2. Pengertian Iman………. ... 37

3. Aspek-aspek Iman……… 41

4. Penghayatan Iman………... 42

5. Perkembangan Iman……… 43

C. Hubungan Pastoral Kunjungan Keluarga dan Perkembangan Iman……… ... 46

BAB III. GAMBARAN PELAKSANAAN PASTORAL KUNJUNGAN KELUARGA DI PAROKI ADMINISTRATIF SANTO PAULUS PRINGGOLAYAN DEMI PERKEMBANGAN IMAN ………... 49

A. Gambaran Umum Paroki Administratif Santo Paulus Pringgolayan………... 50

1. Situasi Geografis Paroki administratif Santo Paulus Pringgolayan……… ... 50

2. Sejarah Singkat Paroki administratif Santo Paulus Pringgolayan……….. ... 51

3. Situasi Umat Paroki Administratif Santo Paulus Pringgolayan………... 56

a. Mata Pencaharian Umat ... 57

b. Kondisi umat…... 57


(15)

xv

2) Segi Pendidikan……… 58

3) Segi Kebudayaan……….. 59

4. Visi dan Misi Paroki Administratif Santo Paulus Pringgolayan.. 59

a. Visi ... 59

b. Misi ... 59

5. Karya-karya Pastoral Paroki Administratif Santo Paulus Pringgolayan………. ... 61

a. Bidang Persekutuan (Koinonia) ... 62

b. Bidang Pewartaan (Kerygma) ... 63

c. Bidang Liturgi (Leiturgia) ... 64

d. Bidang Pelayanan (Diakonia) ... 65

B. Penelitian tentang Pelaksanaan Pastoral Kunjungan Keluarga Sebagai Jalan Membantu Umat Paroki Administratif Santo Paulus Pringgolayan Dalam Mengembangkan Iman Mereka.. ... 66

1. Persiapan Penelitian ... 66

a. Latar Belakang Penelitian ... 66

b. Tujuan Penelitian... 70

c. Variabel Penelitian... 70

d. Definisi Konseptual.……. ... 71

e. Jenis Penelitian………... 71

f. Instrumen Pengumpulan Data…….. ... 72

g. Responden Penelitian ... 73

h. Tempat dan Waktu Penelitian………. 74

i. Kisi-kisi………. ... 74

2. Laporan dan Pembahasan Hasil Penelitian ... 75

a. Identitas Responden ... 77

b. Pelaksanaan Pastoral Kunjungan Keluarga……... 79

c. Pentingnya Pastoral Kunjungan Keluarga………... 83

d. Kesulitan Dalam Keluarga Katolik……….. ... 90

e. Harapan Keluarga Katolik………... 94 3. Pendalaman Lebih Lanjut Terhadap Hasil Penelitian Menurut


(16)

xvi

Masing-masing Variabel ... 98

a. Identitas Responden ... 98

b. Pelaksanaan Pastoral Kunjungan Keluarga………... 99

c. Pentingnya Pastoral Kunjungan Keluarga……… ... 102

d. Kesulitan-kesulitan yang Dialami Dalam Keluarga Katolik………... 107

e. Harapan Keluarga Katolik dalam Upaya Peningkatan Pelaksanaan Pastoral Kunjungan Keluarga terhadap Perkembangan Iman Umat………... 109

4. Kesimpulan Hasil Penelitian... 112

BAB IV. PASTORAL KUNJUNGAN KELUARGA SEBAGAI JALAN MEMBANTU UMAT PAROKI DALAM MENGEMBANGKAN IMAN MEREKA MELALUI REKOLEKSI TIM PASTORAL KUNJUNGAN KELUARGA...…… 115

A. Pentingnya Pastoral Kunjungan Keluarga Paroki Administratif Santo Paulus Pringgolayan Terhadap Perkembangan Iman Umat……… ... 116

B. Upaya Peningkatan Kualitas Pelaksanaan Tim Pastoral Kunjungan Keluarga………... 120

1. Alasan Pemilihan Kegiatan Rekoleksi Tim Pastoral Kunjungan Keluarga……… ... 120

2. Rekoleksi Tim pastoral Kunjungan Keluarga... 122

a. Tujuan Kegiatan Rekoleksi Tim Pastoral Kunjungan Keluarga………. ... 122

b. Waktu, Tempat dan Peserta ... 123

C. Usulan Kegiatan Rekoleksi Tim Pastoral Kunjungan Keluarga…. 124

1. Latar Belakang Kegiatan ... 124

2. Tema dan Tujuan Rekoleksi Tim Pastoral Kunjungan Keluarga………. ... 126

3. Matriks Usulan Rekoleksi Tim Pastoral Kunjungan Keluarga……….. ... 128

4. Contoh Satuan Persiapan Rekoleksi Tim Pastoral Kunjungan Keluarga………... 131


(17)

xvii

BAB V. PENUTUP ... 137

A. Kesimpulan ... 137

B. Saran ... 139

DAFTAR PUSTAKA ... 141

LAMPIRAN Lampiran 1: Surat Permohonan Izin Penelitian………... (1)

Lampiran 2: Surat Keterangan Selesai Penelitian……… (2)

Lampiran 3: Kuesioner Tertutup dan Semi Terbuka……… (3)

Lampiran 4: Contoh Jawaban Responden………... (4)

Lampiran 5: Teks Kitab Suci………... (19)


(18)

xviii

DAFTAR SINGKATAN

A. Singkatan Teks Kitab Suci

Seluruh singkatan Kitab Suci dalam skripsi ini mengikuti Kitab Suci Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru yang diselenggarakan oleh Lembaga Alkitab Indonesia.

Yoh : Yohanes Mrk : Markus Luk : Lukas Kej : Kejadian Rom : Roma Kor : Korintus Mat : Matius 1 Kor :1 Korintus Why : Wahyu Ef : Efesus 1 Yoh :1 Yohanes Yes : Yesaya


(19)

xix

B. Singkatan Dokumen Gereja

DV : Dei Verbum

Konstitusi Dogmatis tentang Wahyu Ilahi, tanggal 18 November 1965

GS : Gaudium et Spes

Konstitusi pastoral Konsili Vatikan II tentang tugas Gereja dalam dunia dewasa ini, tanggal 7 Desember 1965

LG : Lumen Gentium

Konstitusi Dogmatis Konsili Vatikan II tentang Gereja, tanggal 21 November 1964.

AL : Amoris Laetitia

Suka cita cinta dalam keluarga. Amanat Apostolik Amoris

Laetitia sebagai tanggapan Paus Fransiskus terhadap hasil Sinode

Luar biasa tahun 2014 dan Sinode 2015 menyatakan bahwa keluarga merupakan tema sentral dalam kehidupan Gereja, pada tanggal 8 April 2016.

FC : Familiaris Consortio

Peranan Keluarga Kristiani dalam Dunia Modern: Anjuran Apostolik Sri Paus Yohanes Paulus II kepada para Uskup, Imam-imam dan Umat beriman seluruh Gereja Katolik, tanggal 22 November 1981.


(20)

xx

C. Singkatan Lain

ay : ayat

ARDAS : Arah dasar Art : Artikel Br : Bruder

PRR : Puteri Reinha Rosari

KBM : Komunitas Basis Masyarakat KDRT : Kekerasan Dalam Rumah Tangga KK : Kepala Keluarga

KKMK :Kelompok Karyawan Muda Katolik KWI : Konferensi Waligereja Indonesia ME : Marriage Enconter

MU : Musyawarah umum MTB : Maria tak bernoda Mgr : Monseignor N : Jumlah responden OMK : Orang Muda Katolik PD : Persekutuan Doa PIA : Pembinaan Iman Anak PIR : Pendampingan Iman Remaja Pr : Praja

RI : Republik Indonesia


(21)

xxi SD : Sekolah Dasar

Sr : Suster SJ : Serikat Jesuit

SVD : Societas Verbi Devini (Serikat Sabda Allah) SLTA : Sekolah Lanjutan Tingkat Atas

SLTP : Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama SMA : Sekolah Menengah Atas

SMP : Sekolah Menengah Pertama S1 : Sarjana


(22)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Permasalahan

Penulisan skripsi ini berawal dari keprihatinan penulis terhadap suasana umat Katolik yang kurang sadar terhadap tugas dan tanggung jawabnya sebagai warga paroki. Persoalan yang mendasar bagaimana membantu tim pastoral keluarga dan keluarga Katolik untuk meningkatkan pelaksanaan pastoral kunjungan keluarga, baik di lingkungan tempat tinggal maupun di lingkungan paroki.

Kunjungan keluarga merupakan salah satu bentuk pastoral yang diselenggarakan oleh Gereja sebagai suatu cara untuk membantu memperkembangkan iman umat paroki. Jika dahulu hanya para pastor yang melakukan kunjungan keluarga, maka saat ini kunjungan keluarga adalah tugas semua umat dalam Gereja, yakni imam, biarawan-biarawati dan umat (Budyapranata 1987). Melalui kegiatan pastoral kunjungan keluarga, diharapkan agar keluarga Katolik tidak hanya mengerti ajaran-ajaran Kristus, tetapi dapat mengikuti dan meneladani ajaran-ajaran Kristus itu sendiri dalam kehidupan keluarga setiap hari, sehingga iman mereka berkembang menjadi dewasa dan bertanggungjawab. Dengan demikian, Gereja akan terus bertumbuh dan berkembang dalam kuasa Roh Kudus yang terus menyelamatkan setiap anggota Gereja dan dunia dari dosa dan penderitaan.


(23)

Komunitas Puteri Reinha Rosari Magnificat Yogyakarta terpanggil untuk mengambil bagian secara aktif dalam pengembangan iman umat sesuai dengan Visi dan Misi Kongregasi Puteri Reinha Rosari (Konstitusi 2015: 25). Komunitas Puteri Reinha Rosari Magnificat Yogyakarta diajak untuk kembali kepada semangat awal pendiri Kongregasi sehingga mampu menilai dalam terang iman dan dengan bijaksana melihat kenyataan hidup keluarga di jaman yang semakin sekular ini dan dikobarkan oleh semangat pendiri untuk mewujudkan visi dan misi Kongregasi secara tepat.

Budyapranata (1994: 11) mengatakan bahwa, dewasa ini banyak keluhan yang muncul berkaitan dengan kenyataan bahwa para biarawan-biarawati dulu dan sekarang ada perbedaan yang mencolok. Biarawan-biarawati dulu rajin berkunjung ke rumah umat dan memiliki jadwal kunjungan yang tetap setiap bulan sehingga mereka mengenal semua umatnya. Sedangkan biarawan-biarawati sekarang cara berpastoralnya sudah lain. Mereka tidak lagi mengenal umat dan hanya berkunjung ke rumah keluarga-keluarga tertentu saja. Hal ini pun bisa dipahami, karena di satu pihak jumlah umat semakin bertambah dan di lain pihak para biarawan-biarawati sibuk dengan tugas belajar dan tugas lainnya. Mereka mengalami kesulitan untuk mengatur jadwal kunjungan ke rumah umat. Namun demikian, tidak berarti bahwa kunjungan oleh para suster itu tidak lagi bermanfaat. Bagaimanapun juga kunjungan tetap perlu, bahkan kunjungan keluarga masih tetap sebagai syarat untuk membangun Gereja sebagai paguyuban beriman.


(24)

Pengamatan menunjukkan bahwa paroki administratif St. Paulus Pringgolayan belum memaksimalkan pastoral kunjungan keluarga, baik oleh imam, biarawan, biarawati (para bruder MTB dan para suster PRR) yang berdomisili di paroki Pringgolayan, oleh tim kerja pastoral keluarga paroki, maupun oleh sesama kaum awam. Karena kunjungan keluarga belum disadari sepenuhnya sebagai sesuatu yang penting dan berguna bagi keutuhan dan kesatuan paguyuban jemaat paroki maka banyak umat kurang memiliki kesadaran untuk terlibat dalam berbagai kegiatan yang diadakan paroki. Umat tidak merasa tergerak untuk terlibat dalam berbagai kegiatan yang diadakan paroki. Umat merasa tidak digerakkan untuk memiliki rasa tanggungjawab yang lebih mendalam sebagai sebuah paguyuban umat beriman. Dengan demikian tidak mengherankan jika yang hadir dalam kegiatan paroki hanyalah orang-orang yang itu-itu saja. Kebanyakan orang cenderung sibuk dengan rutinitas aktivitas hariannya dari pada turut terlibat dan berkumpul bersama saudara seiman dalam berbagai kegiatan yang diadakan paroki.

Penulis mempunyai kesan bahwa kebanyakan umat masih mengharapkan kunjungan dari kaum biarawan-biarawati dan hanya sedikit yang mengharapkan dari sesama warga. Hal ini merupakan kenyataan, karena kunjungan awam kepada awam di dalam Gereja Katolik masih sangat asing dan belum memasyarakat. Kecendrungan umat menantikan kunjungan dari kaum biarawan-biarawati. Mereka berpendapat kaum biarawan-biarawati lebih sebagai pimpinan yang harus mencari dombanya. Maka Gereja atau pastor mempunyai kewajiban untuk mengunjungi umatnya.


(25)

Menurut pengamatan penulis selama ini, para suster kurang terlibat. Hal ini dapat dilihat dari keaktifan para suster dalam mengikuti berbagai kegiatan di lingkungan tempat tinggal dan Gereja. Hanya beberapa suster saja yang aktif dalam mengadakan pastoral kunjungan keluarga, meskipun demikian masih ada beberapa suster yang mau terlibat dalam kegiatan pastoral kunjungan keluarga. Beberapa suster tetap setia melakukan kunjungan keluarga, pendalaman iman, doa bersama dan latihan koor. Tetapi ada juga para suster selalu menyibukan diri dengan urusan pribadi sehingga jarang terlibat dalam kegiatan pastoral kunjungan keluarga. Padahal pastoral kunjungan keluarga sangat penting untuk menambah pengalaman dan ketrampilan dalam mempersiapkan diri sebagai tenaga pastoral dan sebagai jalan untuk membantu memperkembangkan iman umat paroki.

Figur biarawan-biarawati yang aktif, bersahabat serta solider akan selalu dinanti dan diharapkan oleh umat. Keterlibatan para suster di setiap lingkungan dapat membantu dalam mengaktualisasikan semua ilmu serta segala pengalamannya. Melalui pastoral kunjungan keluarga para suster bisa menunjukkan dan menyumbang sesuatu yang baru bagi perkembangan iman umat paroki. Melalui sikap yang mau terlibat dalam pastoral kunjungan keluarga, para suster bisa merasakan langsung permasalahan yang dihadapi umat sehingga bisa membantu mencari solusinya. Pastoral kunjungan keluarga membuat hubungan gembala dan umatnya menjadi lebih akrab dan gembala perlu mengenal domba-domba-Nya satu persatu. Seperti Yesus sendiri- sang Gembala baik dapat menjadi contoh bagi para gembala umatnya yang


(26)

mengenal sungguh-sungguh domba-Nya dan mendengar suara-Nya (Yoh 10:1-20).

Dalam dunia sekarang ini, kebanyakan keluarga dalam kehidupan sehari-hari kurang memperhatikan hidup beriman karena terlalu sibuk dengan pekerjaan mereka. Keluarga-keluarga sulit untuk memperkembangkan iman melalui kegiatan bersama dalam keluarga misalnya doa bersama, membaca dan merenungkan Kitab Suci. Dengan kata lain doa bersama dalam keluarga sulit untuk dilaksanakan apalagi untuk terlibat dalam kegiatan-kegiatan bersama dalam paroki seperti pendalaman iman, doa lingkungan, misa lingkungan dll. Karena itu pastoral kunjungan keluarga sangat penting sebagai jalan untuk membantu memperkembangkan iman umat paroki. Tugas pendidikan karakter berakar dalam panggilan keluarga untuk mengambil bagian dalam karya penciptaan Allah. Keluarga menjadi lahan subur bagi perkembangan iman umat paroki. Perkembangan iman umat paroki mulai dari dalam keluarga. maka keluarga dapat berfungsi sebagai Gereja kecil.

Berawal dari masalah yang dihadapi oleh umat paroki, dalam memperkembangkan imannya, apa yang menjadi keprihatinan, harapan dan cita-cita umat, maka sebagai warga Gereja penulis mencoba utnuk mengadakan pastoral kunjungan keluarga untuk mengetahui situasi umat paroki administratif St. Paulus Pringgolayan. Pastoral kunjungan keluarga ini sebagai jalan untuk membantu memperkembangkan iman umat dengan berkunjung dari rumah ke rumah.


(27)

Untuk menyikapi kenyataan kehidupan umat paroki administratif St. Paulus Pringgolayan maka penulis punya harapan umat paroki menghidupkan kembali pastoral kunjungan keluarga sebagai jalan untuk membantu memperkembangkan iman umat. Noordermeer (1981: 87) dalam proyek media keuskupan Agung Semarang menegaskan:“Kunjungan rumah itu merupakan bantuan yang penting dalam pengembangan masyarakat paroki, karena hendak memutuskan rasa keterasingan antar agama dan kehidupan yang nyata dalam

masyarakat”. Pastoral kunjungan keluarga dapat dikatakan berhasil apabila

kunjungan tersebut bisa menjawab kebutuhan umat dan umat merasa tersapa. Pastoral kunjungan keluarga untuk merangkul semua umat Katolik serta memberikan motivasi kepada mereka agar mau terlibat dan mau mengambil bagian dalam kehidupan menggereja.

Tujuan pastoral kunjungan keluarga adalah untuk meningkatkan sikap saling memperhatikan di antara warga paroki. Setiap umat beriman mempunyai sikap terbuka dan memperhatikan keadaan serta kebutuhan orang lain. Dengan demikian pastoral kunjungan keluarga terlebih untuk membantu umat yang mempunyai persoalan dalam keluarga dan dalam kehidupan menggereja seperti persoalan pendidikan anak, ekonomi keluarga, perkawinan, persoalan iman dan lain-lain. Tujuan ini dapat dicapai apabila orang yang berkunjung bersikap rendah hati dan mau mendengarkan orang yang dikunjunginya. Mendengarkan disini bukan hanya terbatas pada kegiatan mendengar saja, melainkan meliputi rangkaian kegiatan mendengar, mengerti dan memahami apa yang dikatakan oleh orang lain, serta merasakan apa yang dirasakan oleh orang lain. Setiap


(28)

keluarga yang dikunjungi mempunyai harapan-harapan yang akan mereka terima dan dapatkan ketika kunjungan. Banyak di antara mereka ingin dikunjungi, dengan alasan agar bisa diperhatikan, didengarkan ataupun diteguhkan.

Penulis berusaha mengajak umat untuk menyadari pentingnya pastoral kunjungan keluarga karena kunjungan keluarga sebagai jalan untuk membantu mengembangkan iman umat paroki. Pastoral kunjungan keluarga dapat mengatasi persoalan-persoalan hidup umat dan dapat meningkatkan kesadaran umat untuk mengambil bagian dalam kehidupan menggereja. Hal itu disebabkan kunjungan keluarga merupakan saat di mana anggota Gereja membuka diri, “memahami” dan “melibatkan” diri dengan situasi orang lain (Budyapranata 1994: 3). Dengan kata lain, kunjungan keluarga adalah “pertemuan pribadi” yang membebaskan mereka yang sedang saling bertemu dan bertatap muka dari kecemasan dan permasalahan hidup mereka (Budyapranata 1987: 31). Karena itu, kunjungan keluarga sangat penting dan dibutuhkan dalam kehidupan menggereja umumnya demi memperkembangkan iman umat. Sebagai mahasiswa Kateketik, penulis merasa lunturnya semangat pastoral kunjungan keluarga tidak dapat dibiarkan begitu saja, tetapi diatasi dengan cara meningkatkan pastoral kunjungan keluarga sebagai jalan untuk membantu memperkembangkan iman umat paroki. Maka melalui tulisan yang berjudul “PASTORAL KUNJUNGAN KELUARGA SEBAGAI JALAN MEMBANTU UMAT PAROKI ADMINISTRATIF SANTO


(29)

PAULUS-PRINGGOLAYAN MEMPERKEMBANGKAN IMAN MEREKA”. Penulis bermaksud membantu meningkatkan hidup beriman umat.

B. Rumusan Permasalahan

Adapun yang menjadi rumusan masalah dalam tulisan ini adalah:

1. Apa yang dimaksud pastoral kunjungan keluarga dan hubungan perkembangan iman?

2. Bagaimana pastoral kunjungan keluarga di paroki administratif Santo Paulus Pringgolayan dapat membantu umat memperkembangkan imannya.

3. Usaha-usaha macam apa yang perlu dilakukan untuk meningkatkan pelaksanaan pastoral kunjungan keluarga

C. Tujuan Penulisan

Adapun yang menjadi tujuan dari tulisan ini adalah sebagai berikut:

1. Memberikan pengertian kepada umat dan para suster bahwa pastoral kunjungan keluarga merupakan salah satu cara untuk mengembangkan iman umat.

2. Mengetahui sejauh mana pastoral kunjungan keluarga di paroki administratif Santo Paulus Pringgolayan membantu memperkembangkan iman umat.

3. Menemukan usaha-usaha yang perlu dilakukan untuk meningkatkan pelaksanaan pastoral kunjungan keluarga.


(30)

D. Manfaat Penulisan 1. Bagi Penulisan

Melalui tulisan ini, penulis semakin menyadari bahwa perkembangan iman umat perlu mendapat perhatian yang lebih serius di jaman sekarang ini. Oleh karena itu melalui tulisan ini pula penulis semakin yakin bahwa Pastoral Kunjungan Keluarga merupakan jalan untuk membantu memperkembangkan iman umat. Dengan demikian ketika kelak diutus untuk berkarya penulis tetap memperhatikan pastoral kunjungan keluarga. 2. Bagi Umat di Paroki administratif Santo Paulus Pringgolayan

Melalui tulisan ini, umat paroki administratif Santo Paulus Pringgolayan mengetahui dan menyadari pentingnya pastoral kunjungan keluarga, menambah pengetahun dan informasi dan mengembangkan iman umat. sehingga iman umat dapat bertumbuh dan berkembang menjadi orang yang dewasa.

3. Bagi komunitas Magnificat PRR

Melalui tulisan ini, diharapkan para suster semakin menyadari pentingnya pastoral kunjungan keluarga sehingga mau mengambil bagian untuk terlibat aktif dalam mengembangkan iman umat.


(31)

E. Metode Penulisan

Metode yang digunakan dalam penulisan ini adalah metode deskriptif analisis. Dalam tulisan ini penulis memberikan gambaran tentang pastoral kunjungan keluarga, menjelaskan serta memberikan pemahaman tentang pastoral kunjungan keluarga dan manfaatnya untuk perkembangan iman umat melalui studi pustaka yang juga akan diperkuat dengan penelitian di paroki administratif Santo Paulus Pringgolayan. Untuk mendapatkan data yang valid, penulis akan terjun lansung dalam kegiatan-kegiatan kunjungan keluarga pada hari Rabu dan hari Minggu yang diselenggarakan oleh paroki yang bersangkutan.

F. Sistematika Penulisan

Gambaran umum yang akan dibahas dari tulisan ini akan dirincikan sistematika penulisan sebagai berikut:

Pada bab I, penulis menguraikan gambaran umum tentang isi karya tulis ini, yang meliputi: latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penulisan, manfaat penulisan, metode penulisan dan sistematika penulisan.

Bab II membahas pastoral kunjungan keluarga sebagai jalan membantu umat memperkembangkan iman mereka. Bab ini berisi tiga bagian pokok bahasan. Pertama, pastoral kunjungan keluarga meliputi pengertian pastoral, ciri khas dan tujuan pastoral, pengertian kunjungan keluarga, macam-macam kunjungan keluarga, pengertian pastoral kunjungan keluarga, tujuan kunjungan


(32)

keluarga, model-model kunjungan keluarga, metode-metode kunjungan keluarga, pendekatan baru dalam pastoral, sasaran kunjungan keluarga dan proses kunjungan keluarga. Kedua, menguraikan tentang perkembangan iman meliputi pengertian iman, aspek-aspek iman, penghayatan iman dan perkembangan iman. Dan yang ketiga membahas hubungan pastoral kunjungan keluarga dan perkembangan iman umat.

Bab III memberikan gambaran pelaksanaan pastoral kunjungan keluarga di paroki administratif Santo Paulus Pringgolayan yang berisi situasi geografis paroki, sejarah berdirinya paroki, situasi umat paroki Pringgolayan, visi, misi, karya-karya pastoral paroki administratif Santo Paulus Pringgolayan. Dalam bab ini juga dikemukakan penelitian mengenai pastoral kunjungan keluarga sebagai jalan membantu umat paroki dalam mengembangkan iman mereka di dalamnya memuat persiapan penelitian, laporan dan pembahasan hasil penelitian, pendalaman lebih lanjut hasil penelitian menurut masing-masing variabel dan kesimpulan hasil penelitian.

Bab IV membahas usaha-usaha yang perlu dilakukan untuk meningkatkan pelaksanaan pastoral kunjungan keluarga melalui rekoleksi tim pastoral kunjungan keluarga

Bab V berisikan penutup yang mencakup dua bagian. Bagian pertama membahas kesimpulan untuk menjawab rumusan permasalahan, Bagian kedua berisikan saran yang ditujukan kepada pihak paroki administratif Santo Paulus Pringgolayan.


(33)

BAB II

PASTORAL KUNJUNGAN KELUARGA SEBAGAI JALAN MEMBANTU UMAT MEMPERKEMBANGKAN IMAN MEREKA.

Bab II ini secara khusus menguraikan topik-topik tentang pastoral kunjungan keluarga sebagai jalan membantu umat memperkembangkan iman mereka menurut bahan kepustakaan untuk memberi gambaran bagaimana pastoral kunjungan keluarga sebagai jalan membantu umat memperkembangkan iman mereka. Pastoral kunjungan keluarga sangatlah penting terutama dalam memperkembangkan iman umat.

Bab II ini terdiri dari tiga bagian yaitu pastoral kunjungan keluarga, perkembangan iman umat, dan hubungan pastoral kunjungan keluarga dan perkembangan iman umat. Dalam setiap bagian akan diuraikan beberapa topik menurut bahan-bahan kepustakaan. Bagian pertama meliputi pastoral kunjungan keluarga. Bagian ini mencakup pengertian pastoral, ciri khas dan tujuan pastoral, pengertian kunjungan keluarga, macam-macam kunjungan, pengertian pastoral kunjungan keluarga, tujuan kunjungan keluarga, model-model kunjungan keluarga, metode-metode kunjungan keluarga, pendekatan baru dalam pastoral, sasaran kunjungan keluarga, proses kunjungan keluarga.

Bagian kedua membahas tentang perkembangan iman umat. Bagian ini meliputi lima pokok bahasan yaitu pengertian perkembangan, pengertian iman, aspek-aspek iman, penghayatan iman, perkembangan iman. Kemudian bagian ketiga menjelaskan tentang hubungan pastoral kunjungan keluarga dan perkembangan iman umat.


(34)

A. Pastoral Kunjungan keluarga

1. Pastoral

Pastoral merupakan salah satu usaha dari seluruh umat Kristiani untuk membangun Gereja. Menurut Mardiatmadja (1985: 26) pelaku utama dalam berpastoral adalah Tuhan, Dia adalah gembala utama yang menyelamatkan manusia. Allah menjadi pusat karya pastoral, karya penyelamatan hidup manusia beriman, pusat hidup bersama sebagai umat yang beriman dalam Yesus Kristus oleh Roh-Nya. Sebab pastoral memiliki ciri khas dan tujuan untuk mengembangkan dan mendewasakan iman umat. Pastoral sangat diperlukan untuk membantu hidup beriman umat, sehingga Sang Gembala Illahi tampil, hadir, menemani dan berkarya bagi semua manusia.

a. Pengertian Pastoral

Istilah “Pastoral” berasal dari kata “pastor” yang berarti “gembala”. Pastoral mempunyai arti esensial dalam kehidupan Gereja. Akulah gembala yang baik kata Yesus (Yoh 10:11). Yesus memberikan gambaran tugas gembala. Maka pengertian pastoral meliputi karya yang dilakukan oleh seorang pastor, pelayan umat Gereja. Oleh karena itu semua yang beriman dalam Gereja ikut ambil bagian dalam tugas Kristus sebagai imam. Dengan demikian pelayanan pastoral juga menjadi tugas seluruh umat dan bukan hanya para imam terthabis saja.


(35)

Mardiatmadja (1985: 23-24) berpendapat bahwa, pastoral adalah segala hal (sikap, kata, tindakan) yang berkaitan dengan kegembalaan Tuhan. Kegembalaan Tuhan itu perlu ditampakkan dalam kehidupan Gereja. Jadi pastoral berarti segala usaha untuk membantu hidup iman umat. Dengan kata lain pastoral adalah segala usaha dari seluruh umat untuk membangun Gereja.

Konsili Vatikan II menegaskan istilah pastoral terutama dikaitkan dengan tindakan penggembalaan Allah; Allah yang mewahyukan diri atau memberikan diri (DV,3) untuk menyelamatkan dan menggembalakan umat-Nya (LG,6). Bahkan salah satu dokumennya disebut Konstitusi Pastoral

tentang Gereja di dunia dewasa ini ( Gaudium et Spes). Gaudium et Spes

disebut pastoral karena Konsili Vatikan II ingin menguraikan hubungan Gereja dengan dunia dan umat manusia zaman sekarang serta ingin menanggapi situasi konkret yang dihadapi oleh umat manusia pada zamannya.

Berdasarkan ketiga uraian pengertian di atas dapat dikatakan bahwa Pastoral merupakan proses menghantar keselamatan melalui Gereja dan dalam Gereja. Kalau Gereja dipahami sebagai umat Allah dan sakramen Kristus maka pastoral merupakan tugas seluruh Gereja berkat panggilan umum setiap warganya. Pelayanan pastoral adalah pelayanan keselamatan bagi semua orang sebagai tugas dasar Gereja, oleh semua anggota Gereja, selaras dengan bentuk, cara hidup dan kedudukannya. Berpastoral berarti bersedia memberikan diri melalui pelayanan dan mau bekerjasama dengan Allah dan Yesus Kristus agar semua orang merasakan belas kasih Allah yang diberikannya kepada setiap manusia dengan cuma-cuma.


(36)

b. Ciri Khas dan Tujuan Pastoral

Hooijdonk (1980: 7-8) mengatakan bahwa: “pastoral tidak sama dengan menggurui atau memperlakukan umat sebagai anak atau bawahan, melainkan justru menghormati sebagai sesama beriman. Selanjutnya mendorong mereka menuju pada perkembangan dan kedewasaan kristiani”. Artinya bahwa ciri khas dan tujuan pastoral bukan untuk mengajar atau menggurui tetapi lebih pada membantu memperkembangkan iman umat dan menerima serta menghargai mereka sebagai saudara dengan demikian pastoral membantu umat beriman sampai pada kedewasaan iman yang berbuah dalam kesaksian hidup mereka.

1) Ciri Khas Pastoral

Semua kegiatan atau ilmu mempunyai ciri-ciri tertentu, sehingga kegiatan atau ilmu tersebut dapat disebut sesuai dengan namanya. Misalnya kegiatan atau ilmu yang mempelajari tentang masyarakat. Kegiatan atau ilmu tersebut mempunyai ciri yaitu selalu berkaitan dengan permasalahan-permasalahan sosial yang dihadapi masyarakat. Demikian pula pastoral selalu berkecimpung di dalam permasalahan-permasalahan masyarakat. Dalam hal ini adalah masyarakat Gereja.

Menurut Hooijdonk (1980: 17) dalam berpastoral kita tetap menekankan ketrampilan berkomunikasi, namun tidak boleh berperan sebagai guru, orang tua atau atasan, melainkan berperan sebagai pendamping yang mendorong umat untuk lebih mampu memperkembangkan iman menuju


(37)

kepada kedewasaan Kristiani. Jadi ciri khas pastoral adalah tidak menggurui tetapi menghormati orang lain sebagai sesama

a) Tidak menggurui atau memperlakukan umat sebagai bawahan atau anak. Dalam karya pastoral petugas pastoral berfungsi sebagai pendamping umat. Dengan kata lain petugas pastoral menjadi patner umat dalam memperkembangkan iman dan mengatasi krisis iman. Krisis iman dapat disebabkan oleh beberapa hal antara lain: permasalahan-permasalahan hidup, misalnya masalah ekonomi, sosial, politik dan budaya. Oleh sebab itu petugas pastoral dituntut agar menyadari bahwa dirinya bagian dari kehidupan umat dengan harapan dapat meneguhkan serta mencari jalan keluar dengan cara mengadakan kunjungan ke rumah umat supaya umat merasa diperhatikan. Maka petugas pastoral perlu penyangkalan diri, sebab tidak ada seorangpun dapat melayani sesamanya apabila ia sendiri tidak mau menyangkal dirinya.

b) Menghormati orang lain sebagai sesama umat.

Memandang orang lain sebagai manusia yang mempunyai hak serta derajat yang sama di hadapan Allah adalah penting. Berkat sakramen baptis yang kita terima kita dipersatukan menjadi anggota Gereja. Berkaitan dengan ciri khas pastoral yaitu menghormati orang lain sebagai sesama umat beriman, maka dalam pelaksanaan karya pastoral, kita harus menghormati, menyapa, menegur serta menunjukkan belas kasihan kepada setiap orang (Mat 13:24-30).


(38)

2) Tujuan pastoral

Tujuan pastoral pada umumnya adalah membantu mengembangkan dan mendewasakan iman umat. Dengan mengandaikan bahwa benih-benih iman sudah tertanam dan dimiliki oleh umat. Dengan demikian petugas pastoral hanyalah menyirami, memupuk, merawat, dan menjaga, serta mendorong agar benih yang sudah dimiliki itu dapat berkembang menjadi lebih dewasa. Menurut Mardiatmadja (1985: 28) peranan petugas pastoral hanyalah sebagai pendamping umat yang berusaha membantu memperkembangkan imannya walaupun masih dalam taraf perjuangan.

2. Kunjungan Keluarga

a. Pengertian kunjungan keluarga

Noordermeer (1981: 8) berpendapat bahwa kunjungan keluarga adalah kegiatan Gerejani yang dilakukan umat beriman untuk memberi perhatian dan berbagi cinta kasih kepada keluarga-keluarga Katolik di lingkungan atau paroki dengan cara berkunjung dari rumah-ke rumah. Kalau pada mulanya suatu kunjungan keluarga hanya dilakukan oleh para biarawan atau biarawati sebagai gembala Gereja yang memperhatikan dan mendampingi umat Katolik, untuk mendekati dan menyapa umat yang mau meninggalkan imannya. Kunjungan sebagai salah satu usaha pendampingan dan pelayanan untuk memelihara, membina dan memimpin keluarga-keluarga Katolik dalam masyarakat.


(39)

Budyapranata (1987: 76) mengatakan bahwa kunjungan keluarga pada hakekatnya adalah pertemuan pribadi. Artinya bahwa kunjungan itu bukan hanya sekedar datang ke rumah orang lain dengan suatu urusan, tetapi lebih menyapa orang lain sebagai pribadi sehingga mereka merasa dihargai sebagai saudara seiman. Pertemuan ini harus dibedakan antara kepentingan untuk atau karena tugas dan keperluan lain.

Dalam kunjungan pastoral, pengunjung bukanlah orang yang mau mencampuri masalah orang yang dikunjungi, atau mengambil alih perannya, melainkan mau memberi perhatian, kepada orang yang dikunjungi, sedemikian rupa sehingga orang merasa bahwa kehadiran pengunjung sebagai suatu pertolongan.

Dengan demikian jelaslah, bahwa dalam kunjungan keluarga yang menjadi pusat perhatian adalah yang dikunjungi, dan bukan sebaliknya. Kunjungan merupakan peristiwa “penyelamatan, atau “pertolongan” yang lebih-lebih diarahkan bagi orang yang dikunjungi. Hal tersebut tidak berarti bahwa dalam setiap kunjungan keluarga tidak terdapat pengalaman di mana sipengunjung mengalami pertolongan. Sesungguhnya, baik sipengunjung maupun yang dikunjungi, keduanya dapat mengalami pengalaman pertolongan yang diberikan oleh kedua belah pihak. Misalnya: pada saat orang yang dikunjungi mensharingkan pengalamannya bisa jadi orang yang mengunjungi diteguhkan, dikritik, dipercaya karena pengalaman tersebut.


(40)

Berdasarkan beberapa uraian pengertian tentang kunjungan keluarga di atas penulis dapat merumuskan pengertian kunjungan keluarga. Kunjungan keluarga merupakan salah satu kegiatan pastoral yang dilakukan oleh umat beriman sebagai jalan untuk membantu umat memperkembangkan iman umat dengan cara berkunjung dari rumah ke rumah. Dengan demikian umat merasa diperhatikan.

Kunjungan keluarga terbuka bagi mereka yang merasa terpanggil untuk memperhatikan sesama dalam satu lingkungan atau satu paroki sebagai sesama umat beriman Kristiani. Para pengunjung harus benar-benar sukarela dan bukan datang sebagai utusan dari satu lembaga ataupun dewan paroki tetapi untuk saling memberi perhatian, terutama kepada mereka yang terlupakan atau mereka yang tidak tersentuh oleh pelayanan resmi Gereja.

Sekarang ini kunjungan lebih ditekankan sebagai salah satu usaha pendampingan dan pelayanan untuk memelihara, membina dan memimpin keluarga-keluarga Katolik, dimana umat beriman di paroki ikut terlibat dan turut bertanggungjawab atas kehidupan beriman keluarga-keluarga Katolik.

b. Macam-macam kunjungan

Arti kunjungan tidak terletak pada siapa yang mengunjungi (pastor/biarawan-biarawati atau awam), tetapi lebih pada tujuan kunjungan yang akan dicapai. Budyapranata, (1994: 16-17) berpendapat bahwa untuk mengetahui arti kunjungan, perlu mengetahui terlebih dahulu macam-macam kunjungan.


(41)

1) Ditinjau dari segi kepentingannya, ada dua macam kunjungan. Pertama, demi kepentingan yang dikunjungi. Artinya kunjungan itu terlaksana karena kebutuhan dari pihak yang akan dikunjungi. Dengan demikian kehadiran si pengunjung dirasakan oleh pihak yang dikunjungi. Kedua, demi kepentingan yang mengunjungi. Kunjungan itu terjadi karena ada kebutuhan dari pihak yang mengunjungi. Ada macam-macam alasan: untuk rekreasi, untuk bisnis, dan untuk memperoleh hasil pendataan. 2) Ditinjau dari person yang mengunjungi (bisa perorangan dan bisa

kelompok) misalnya, kunjungan pastor, kunjungan pastor dan awam, kunjungan kekeluargaan dewan paroki/lingkungan yang terdiri dari pastor, bapak-ibu, mudika, suster dan bruder. Kunjungan umat secara sukarela.

3) Ditinjau dari sifat kunjungan

Pertama, kunjungan pribadi, kunjungan terjadi secara sukarela atas kehendak si pengunjung, misalnya untuk menjenguk dan memupuk semangat persaudaraan. Kedua, kunjungan resmi dalam hal ini pengunjung mewakili kelompok, organisasi, lembaga atau badan pengurus, untuk mengunjungi salah satu keluarga dengan menentukan sebelumnya waktu, target atau responden yang akan dikunjungi. Ketiga, kunjungan kerja, kegiatan ini merupakan pelaksanaan tugas dari lembaga, dengan target dan tujan yang jelas. Dalam hal ini pengunjung lebih melaksanakan tugas yang diberikan oleh lembaganya dari pada karena sukarela, dan terikat oleh target serta tujuan yang telah ditentukan.


(42)

4) Ditinjau dari tujuan dan motivasinya ada dua. Pertama, kunjungan bisnis, ada urusan tertentu atau urusan biasa. Kedua, kunjungan pastoral dengan motivasi iman.

Berdasarkan empat jenis kunjungan di atas, yang dimaksud dengan kunjungan keluarga adalah kunjungan pribadi, sukarela, dengan tujuan pendampingan terhadap sesama saudara seiman dan dalam rangka membangun paguyuban dan perkembangan iman umat.

Budyapranata (1994: 22) mengatakan bahwa kunjungan keluarga pada dasarnya terletak pada hakekat Gereja itu sendiri, yaitu Gereja sebagai paguyuban. Paguyuban umat beriman itu tidak begitu saja terjadi, umat mengupayakannya terus-menerus. Oleh karena itu kunjungan keluarga merupakan suatu usaha memperkembangkan iman umat dan membantu terwujudnya proses paguyuban umat beriman.

3. Pastoral kunjungan keluarga

a. Pengertian pastoral kunjungan keluarga

Berdasarkan uraian mengenai pengertian pastoral dan kunjungan keluarga di atas, maka dapat dikatakan bahwa pastoral kunjungan keluarga merupakan segala usaha yang dilakukan oleh umat beriman sebagai jalan untuk membantu hidup iman umat dengan cara berkunjung dari rumah ke rumah, sehingga Sang Gembala Illahi terasa tampil, hadir, menemani dan berkarya bagi semua manusia. Dengan demikian umat merasa diperhatikan.


(43)

b. Tujuan pastoral kunjungan keluarga

Yang menjadi tujuan pastoral kunjungan keluarga adalah pertemuan terbuka, artinya ialah bahwa hidup umat harus menjadi perhatian kita. Kita datang sebagai saudara untuk memberi perhatian dan untuk mendengarkan orang lain, (Budyapranata 1987:1). Dengan demikian pastoral kunjungan keluarga bisa menjadi tanda solidaritas atau kesediaan kita untuk menjadi saudara bagi yang lain.

Tujuan dari pastoral kunjungan keluarga bukanlah terutama untuk mempertobatkan atau membujuk seseorang agar aktif dalam kegiatan-kegiatan Gerejawi atau membantu keluarga memecahkan masalah mereka, namun maksud dari pastoral kunjungan keluarga adalah mau bersikap terbuka dan memperhatikan keadaan umat. Kemungkinan buah kunjungan menjadikan umat untuk aktif kembali di Gereja atau menemukan pemecahan hidupnya, tetapi ini bukan tujuan pokok. Hardiwiratno (1994: 203) berpendapat memperhatikan orang atau keluarga adalah suatu usaha untuk menolong atau membantu mereka berkembang dalam aspeknya dan berkembang menjadi dirinya sendiri.

Menurut Budyapranata, (1994: 52-53) hal yang perlu diperhatikan selama kunjungan keluarga adalah:

1) Jangan menawarkan apa-apa

Seorang aktifis Gereja, karena merasa ada ikatan kuat dengan Gereja, ia mengira bahwa kalau gereja kosong harus cepat diisi, kalau paroki sedang


(44)

lesu, ia akan cepat-cepat menawarkan untuk mengadakan kegiatan. Kalau hal ini terjadi dalam kunjungannya, ia akan selalu menawarkan idenya, agar orang lain menjadi aktif seperti dirinya. Budyapranata (1994: 52) mengatakan bahwa sikap ini kurang tepat jika diterapkan dalam pastoral kunjungan keluarga karena pada dasarnya kunjungan itu adalah proses untuk mengenal orang lain secara pribadi, termasuk persoalan yang sedang dihadapinya.

2) Tidak menggurui

Hooijdonk (1980: 6) berpendapat sumber kemacetan dalam pembicaraan selama kunjungan keluarga adalah kalau si pengunjung mulai menawarkan nasihat atau idenya. Sikap ini akan membuat yang dikunjungi menjadi pasif, entah dengan alasan untuk menghormati tamunya atau karena merasa persoalannya tidak diperhatikan. Yang diharapkan oleh orang yang dikunjungi bukanlah petuah agama, tetapi sikap iman yang diperlihatkan oleh si pengunjung melalui perhatiannya yang penuh.

3) Mengusahakan suatu pertemuan terbuka

Sikap yang perlu diperhatikan dalam kunjungan keluarga adalah adalah sikap terbuka. Jangan berpikir apa yang akan dikatakan, karena persoalannya bukan terletak pada apa yang dianggap penting bagi kita, yang mau diungkapkan kepada mereka, tetapi apa yang penting bagi mereka atau apa yang mereka kemukakan. Ketika menghadapi keluarga yang belum dikenal secara dekat, tidak perlu cemas karena sabda Yesus memberikan kekuatan bagi kita. Injil Markus (13:11) mengatakan bahwa, “Roh Kuduslah


(45)

yang akan memberikan kata-kata yang harus diucapkan”. Hardiwiratno (1994: 206) mengatakan bahwa hal yang terpenting adalah berkata dengan jujur, sederhana dan keluar dari hati yang tulus. Bagi yang dikunjungi yang penting bukan apa yang dikatakan pengunjung, tetapi perhatian terhadapnya.

4) Memberikan kesempatan orang lain untuk berbicara

Menurut Budyapranata (1994: 53) dalam kunjungan keluarga hal pertama yang harus diperhatikan adalah memberi kesempatan kepada yang dikunjungi untuk mengungkapkan apa yang dirasa perlu dan bukan sebaliknya, pengunjung datang untuk minta didengarkan.

5) Menciptakan suasana yang kondusif

Hardiwiratno (1994: 208) berpendapat bahwa Sangat penting dalam menciptakan suasana kondusif yang terbuka memahami atau mengerti situasi orang yang kita ajak bicara (understanding) artinya sikap positif dari kita yang diekspresikan melalui pemberian kesempatan seluas-luasnya kepada keluarga yang kita kunjungi untuk mengekspresikan dirinya secara tepat. Sikap understanding bukan sandiwara tetapi benar-benar muncul dari cinta atau compassion (rasa belaskasih yang mendalam) seperti sikap Yesus terhadap orang-orang berdosa.

6) Cara mempraktekkan Understanding


(46)

Empati adalah sikap positif yang diekspresikan melalui kesediaan untuk menempatkan diri pada tempat orang yang sedang diajak bicara. Ikut merasakan apa yang dirasakan orang tersebut atau mengerti dengan pengertian orang tersebut. Hardiwiratno (1994: 2009) mengatakan bahwa unsur utama dalam agape adalah sikap hati atau

compassion (sikap penuh belaskasih) yang diekspresikan dalam

kerinduan untuk betul-betul mau menyelami dan berusaha untuk memahami dan mengerti orang lain.

b) Penerimaan

Menurut Hardiwiratno (1994: 2009) mengatakan bahwa penerimaan adalah kesediaan untuk menerima keberadaan orang lain sebagaimana adanya. Penerimaan apa adanya bukanlah sikap yang membenarkan atau menetralisir apa yang salah, yang ada pada orang lain, tetapi sikap positif yang perlu dikembangkan dan dipraktekkan. Karena melalui cara ini sebagai jalan untuk menemukan inti persoalan yang sedang dirasakan menganggu kehidupan mereka. Penerimaan sejati memampukan untuk dapat mendorong sesama melakukan perbuatan baik tetapi berusaha untuk bersikap sabar sampai menemukan inti persoalannya. Penerimaan menciptakan suasana aman dan mendorong orang lain menemukan kembali kepercayaan akan dirinya sendiri, agar mampu mengenali apa yang sedang terjadi pada dirinya. Pengalaman tersebut membuka hati untuk menilai sikap dan cara berpikir. Dengan demikian menumbuhkan


(47)

pengertian baru yaitu cara untuk mempraktekan hidup dengan semangat baru.

c) Mendengarkan yang efektif

Mendengarkan adalah unsur utama dari memahami. Tanpa ada kesediaan untuk mendengarkan dengan baik, maka penerimaan pun tak pernah menghasilkan hal-hal yang positif. Hardiwiratno (1994: 2009) berpendapat bahwa sikap mendengarkan adalah salah satu syarat utama yang harus ada dalam pembicaraan dengan orang lain, jika kunjungan keluarga ingin berhasil. Mendengarkan secara efektif adalah mendengarkan dengan penuh perasaan dan perhatian, dengan maksud menangkap dengan baik kata yang diucapkan oleh yang sedang diajak bicara, mengerti perasaannya dan melihat ekspresi wajahnya sehingga mampu mengungkap apa yang dirasakan di balik kata yang diucapkan.

c. Model-model pastoral kunjungan keluarga

Secara garis besar, sesuai dengan tujuannya, kita dapat membedakan dua macam model kunjungan keluarga. Budyapranata (1994: 56) membedakan dua macam model pastoral kunjungan keluarga yaitu: 1) Kunjungan pastoral biasa

Model dari kunjungan pastoral biasa ialah pertama, pertemuan atau kontak. Kedua, saling mengingatkan akan Allah, Bapa kita dan Kristus Gembala agung kita. Model pastoral biasa sifatnya umum dan


(48)

sekedar untuk saling mengingat sebagai saudara seiman jika mengalami kesulitan tetapi kurang menyentuh situasi khusus umat dalam hal ini masalah pribadi yang dialami umat.

2) Kunjungan pastoral khusus

Kunjungan pastoral khusus adalah kunjungan pastoral yang dilakukan terhadap mereka yang mempunyai masalah, dan karenanya membutuhkan pendampingan. Model dari pastoral khusus adalah saling mengunjungi terutama saling mendampingi dan membantu dalam menghadapi berbagai persoalan dan kesulitan, sehingga umat merasa dibantu dan diperhatikan dalam mengembangkan iman mereka.

d. Metode-metode pastoral kunjungan keluarga

Budyapranata (1994: 64) berpendapat bahwa dialog merupakan metode yang bisa digunakan dalam pastoral kunjungan keluarga karena secara positif dialog berarti mau menerima pribadi lain sebagaimana adanya. Tanpa dialog tak mungkin ada komunikasi yang baik karena komunikasi yang baik hanya terbangun melalui dialog sehingga yang dikunjungi merasa lega dan mendapat dukungan karena sikap persaudaraan dan perhatian dari sesama umat Kristiani.

Kongregasi Puteri Reinha Rosari dalam butir-butir penegasan Musyawarah umum VII (2015: 8) mengatakan bahwa dalam kunjungan pastoral perlu menfokuskan diri pada dialog dengan keluarga-keluarga Katolik


(49)

yang sedang mengalami krisis, orang-orang miskin dan sederhana sebab dialog membantu mereka membuka hati untuk bisa menceritakan situasi hidup yang sedang dialami. Dalam dialog mereka merasakan suasana kekeluargaan, persaudaraan sejati karena merasa diterima sebagai saudara, dan dihargai sebagai pribadi.

e. Pendekatan baru dalam berpastoral

Heryatno Wono Wulung (2016: 3) dalam makalah yang disampaikan pada seminar nasional tentang “Keluarga dan pendidikan di masa era globalisasi” mengungkapkan ajakan Paus Fransiskus, agar para uskup dan imam dalam menemani dan mendampingi keluarga-keluarga Katolik menggunakan pendekatan yang kontekstual dan relevan dan menekankan belas kasih serta keramahan. Artinya para pelayan pastoral perlu mengenal semua keluarga yang dilayani melalui pendekatan pribadi dengan mendatangi keluarga-keluarga Katolik dan bersedia untuk mendengarkan pergulatan hidup mereka, agar mereka merasakan belas kasih Allah, menemukan betapa Allah mengasihi mereka.

Selanjutnya Heryatno Wono Wulung (2016: 5) mengungkapkan penegasan Paus Fransisikus tentang pendampingan pastoral belas kasih kepada semua keluarga Kristiani lebih khusus bagi mereka yang sedang mengalami kesulitan mewujudkan keluarga ideal di dalam hidup sehari-hari. Gereja dapat mewujudkan citranya sebagai Gereja di mana setiap umat diterima, dicintai,


(50)

dan diampuni dengan penuh belas kasih. Pentingnya sikap belas kasih dalam pendekatan pastoral karena belas kasih merupakan sifat Allah harus mewarnai seluruh suasana dan corak hidup Gereja. Paus Fransiskus menggarisbawahi belas kasih sebagai kunci utama bagi kehidupan seluruh Gereja karena belas kasih mampu merubah dunia, menghangatkannya dan membuatnya lebih adil.

Heryatno Wono Wulung (2016: 5) kembali mengungkapkan penegasan Paus Fransiskus terhadap pelayan pastoral. Pertama, Paus Fransiskus menegaskan supaya para pelayan pastoral tidak memandang keluarga-keluarga sebagai objek melainkan subjek. Kedua, Paus Fransiskus menghendaki para pelaku pastoral menjadi lebih cerdas, bijak dan komprehensif dalam mendampingi dan menemani keluarga-keluarga dalam menghadapi masalah yang kompleks dan tidak mudah. Ketiga, Paus Fransiskus menegaskan tugas para pelayan pastoral adalah meneguhkan cinta mereka dan membalut luka-luka mereka demi kepentingan anak-anak mereka.

Artinya menjadi pelayan pastoral berarti harus memiliki hati yang penuh belas kasih karena dengan memiliki hati yang penuh belas kasih akan memandang sesama sebagai pribadi yang berharga di mata Tuhan karena ketika memandang sesama sebagai pribadi, mereka merasa diterima, dihargai dan diakui sebagai pribadi dengan demikian menghantar mereka untuk dapat mengalami belas kasih Allah sehingga mereka mampu untuk bangkit dari keterpurukan hidup mereka


(51)

f. Sasaran pastoral kunjungan keluarga

Sebagaimana terdapat pada pengertian pastoral, yaitu bahwa pastoral terarah pada semua manusia, demikian pula halnya dengan kunjungan keluarga. Kunjungan sudah seharusnya tertuju tidak hanya bagi umat yang mau meninggalkan imannya tapi untuk keluarga-keluarga Katolik dengan cara berkunjung dari rumah ke rumah, bahkan menjangkau seluruh anggota keluarga.

Sejalan dengan belas kasih Kristus. Adisusanto dan Bernadeta (2015: 24) mengatakan bahwa Gereja dengan perhatian dan kepedulian, mendampingi yang paling lemah terutama mereka yang terluka dan kehilangan kasih dengan memulihkan harapan dan kepercayaan dalam diri mereka. Artinya yang menjadi sasaran utama dalam pastoral kunjungan keluarga adalah keluarga-keluarga Kristiani yang sedang mengalami berbagai macam kesulitan.

Heryatno Wono Wulung (2016: 2) mengungkapkan ajakan Paus Fransiskus melalui Amanat Apostolik Amoris Laetitia (Sukacita Cinta dalam Keluarga) supaya Gereja menghargai semua keluarga Kristiani dan dengan tulus membuka hati terhadap mereka yang sedang menghadapi berbagai krisis. Artinya orang Katolik membuka hati dan peduli terhadap sesama itu penting dengan tindakan konkret yaitu mendatangi keluarga-keluarga yang menderita karena menghadapi berbagai krisis supaya mereka merasakan sukacita cinta karena cinta kasih Ilahi itu diberikan secara cuma-cuma kepada setiap orang. Sukacita cinta tidak dialami sendiri tetapi perlu diwartakan pada sesama terlebih mereka yang mengalami tekanan dalam hidup.


(52)

Hasil SAGKI (2015: 3) menemukan buah-buah sukacita Injil dalam keluarga. Bercermin dari hidup keluarga kudus Nazaret, keluarga Katolik dihayati sebagai ladang sukacita Injil yang paling subur, tempat Allah menabur, menyemai, dan mengembangkan benih-benih sukacita Injil. Di dalam keluarga, suami-istri dan anak-anak saling mengasihi, membutuhkan dan melengkapi. Kesabaran, pengertian dan kebersamaan saat makan, doa dan pergi ke Gereja adalah wujud nyata kasih sayang tersebut. Kasih sayang yang dibagikan tidak pernah habis, tetapi justru meningkatkan sukacita dalam keluarga.

Selanjutnya hasil SAGKI (2015: 3-4) mengatakan bahwa, seberat apapun persoalan yang dialami oleh keluarga selalu ada jalan keluar karena mereka mengandalkan Allah, percaya bahwa Allah tidak pernah meninggalkan mereka. Bagi mereka tantangan merupakan kesempatan untuk bertumbuh dalam kepribadian serta iman, harapan dan kasih. Tantangan tidak harus menyuramkan nilai-nilai perkawinan dan hidup berkeluarga. Melalui tantangan itu Allah mengerjakan karya keselamatanNya di dalam dan melalui keluarga.

Gereja terpanggil untuk bersama-sama mencari, menyapa, mendengarkan dan bersehati dengan keluarga yang sedang menghadapi tantangan. Di sinilah Gereja hadir untuk menunjukkan wajah Allah yang murah hati dan berbelas kasih melalui pelayanan terutama bagi keluarga yang paling lemah, rapuh, terluka, menderita dan yang berada dalam situasi sulit.


(53)

Umat Kristiani dipanggil untuk mewartakan sukacita Injil dengan kesaksian hidupnya dan kepeduliannya terhadap keluarga-keluarga Kristiani yang lain. Dengan demikian keluarga menjadi Rumah-Tangga yang tidak terkungkung dalam dirinya sendiri, tetapi menjalankan tugas perutusannya dalam memajukan Gereja dan menyejahterakan masyarakat (FC,42)

g. Proses Kunjungan Keluarga

1) Pengunjung menjadi sejajar dengan yang dikunjung

Sikap sejajar dan bahkan ”menjadi sesama” bagi saudaranya sangat ditekankan oleh Tuhan Yesus. Pesan Yesus terhadap murid-murid-Nya yang diutus berdua-dua, mengatakan secara jelas bahwa para murid harus berani meninggalkan segala-galanya. Sejajar berarti solider dan senasib dengan orang yang dikunjungi. Menurut Budyapranata (1994: 39) sikap sejajar dalam kunjungan itu sangatlah diperlukan. Hanya dengan cara ini orang yang dikunjungi dapat bangkit dari keadaannya dan berani mengatasi kesulitannya karena ada orang lain yang mau berjalan bersama atau mendampinginya. Sikap sejajar dalam kunjungan itu sangatlah diperlukan. Karena hal ini merupakan kesaksian yang nyata, bahwa semua pengikut Yesus adalah saudara.

2) Pengunjung memberi perhatian kepada yang dikunjung

Dalam kunjungan akan berhadapan dengan situasi yang bermacam-macam dari orang yang dikunjungi, misalnya tempat tinggal, kedudukan, dan persoalan yang sedang dihadapi. Maka syarat mutlak untuk bertemu


(54)

dengan orang lain dalam keadaannya adalah adanya kesediaan untuk memberi perhatian dengan mendengarkan serta berusaha untuk memahami persoalan dari orang yang dijumpai. Memberi perhatian itu bukan hanya secara formal bertemu dengan orang lain, tetapi ikut merasakan keprihatinan dari orang yang dikunjungi dan membantu untuk mengubah situasi yang dialaminya. Memberi perhatian berarti suatu usaha untuk mengerti dan memahami orang lain. Dengan memahami orang akan merasa diperhatikan, dikuatkan dan diteguhkan. Budyapranata (1994: 51) mengatakan keberhasilan dalam kunjungan sangat dipengaruhi oleh sikap orang yang dikunjung. Misalnya, sikap terbuka dan merasa ada yang mendampingi dalam kesulitan. Secara positif memberi perhatian berarti berani menerima kenyataan dari orang yang dikunjungi. Dan berani untuk masuk dalam situasi orang yang dikunjung.

3) Pengunjung menjadi pendengar yang baik

Mendengar berarti menerima suara dari luar yang masuk ke dalam telinga. Mendengar adalah suatu kegiatan yang disengaja atau dengan perhatian atau minat dari dalam. Untuk bisa menjadi pendengar yang baik, berarti harus mampu mengidentikkan diri dengan lawan bicara. Artinya selama orang lain berbicara, berusaha untuk berpihak pada orang yang dikunjungi dan mengikuti jalan pikirannya. Membiarkan diri dibuai oleh perasaan dan pengalamannya, sehingga mampu memberikan reaksi yang tepat dalam pembicaraan tersebut. Dengan demikian, menjadi jelas bahwa “mendengarkan” itu tidak mudah, karena membutuhkan kemauan,


(55)

kesediaan serta perhatian khusus. Budyapranata (1994: 59) mengatakan mendengarkan orang lain dengan baik merupakan suatu keutamaan, karena di situ kita dapat membuat orang lain merasa lega dan diringankan bebannya. Mendengarkan orang lain yang sedang dalam kesusahan dapat merupakan hiburan bagi orang itu, karena orang yang kita kunjungi itu akan sadar bahwa ada orang lain yang membantunya dalam kesulitan.

Yesus pun menjadi pendengar yang baik. Hal ini nampak dalam peristiwa ketika Yesus dicobai oleh orang Farisi dan ahli Kitab, untuk mengadili wanita yang didakwa berdosa (Yoh 7:53-8:11). Yesus hanya duduk dan berdiam diri, sambil menuliskan sesuatu di tanah. Ketika tiba saatnya Ia berbicara, Yesus memberikan jawaban yang sangat tepat dan bijaksana, dengan demikian Ia mampu menghalau orang-orang yang mendakwa wanita itu. Kata-kata Yesus yang singkat itu, melegakan perempuan itu, karena ia merasa dipahami dan diberi jalan keluar yaitu “tidak berdosa lagi”. Kunjungan yang melegakan atau membuat yang dikunjungi merasa menjadi ringan, yaitu kalau bisa membantu orang dari tekanan yang dirasakan dalam hidupnya. Maka perhatian seperti Yesus ini sangat diharapkan. Dengan didengarkan, orang akan semakin merasa dihargai pribadinya, dan akan semakin memperlihatkan jati dirinya, permasalahan yang sedang dihadapinya akan semakin jelas. Dan bagi pengunjung, mendengarkan dengan baik itu akan memperbesar kepekaan pengunjung terhadap perasaan orang lain.


(56)

4) Pengunjung membangun dialog

Dialog yang baik akan terjadi bila kedua belah pihak dapat saling memahami. Maka mutlak perlu adanya sikap mau mendengarkan dan mau mengerti. Budyapranata (1994: 64-65) mengatakan bahwa pentingnya dialog dalam kunjungan, tanpa adanya dialog akan ada jurang pemisah antara pengunjung dan yang dikunjungi. Dialog atau bicara bersama adalah sarana untuk menampung pengalaman orang lain, cara untuk menukar pikiran dan sekaligus membangun komunikasi yang baik karena komunikasi yang baik hanya terbangun melalui dialog. Dialog sebenarnya merupakan diagnose dan pemahaman terhadap orang lain, seperti seorang dokter yang menerima pengaduan dari seorang pasien. Tanpa curiga dan membantah, dokter mencari dan memahami situasi pasien, sehingga dapat memberikan obat yang tepat. Maka tujuan dialog bukan untuk mempersalahkan atau menghukum, tetapi untuk memperbaiki komunikasi. Secara positif dialog berarti mau menerima pribadi lain, maka dialog berarti pula penghargaan terhadap pribadi lain

5) Pengunjung melibatkan diri pada yang dikunjung

Ketika Yesus mendapat kritik dari orang Farisi dan ahli taurat:“ mengapa kamu makan dan minum bersama-sama dan pemungut cukai dan orang berdosa?” jawaban Yesus kepada mereka:” bukan orang sehat yang memerlukan tabib, tetapi orang sakit. Aku datang bukan untuk memanggil orang benar, tetapi orang berdosa supaya bertobat.” (Luk 5:27-32; Luk15:1- Sikap Yesus cukup jelas, yaitu datang untuk menyelamatkan orang berdosa.


(57)

Maka keterlibatan Yesus dengan mereka cukup membawa resiko yaitu bahwa Yesus dikritik. Tetapi Yesus lebih mementingkan keselamatan orang lain dari pada diri-Nya. Hal ini makin jelas lagi dari perumpamaan tentang domba yang hilang. Sikap gembala baik, yang menjadi gambaran sikap belas kasih Yesus terhadap orang berdosa, tidak segan-segan mencari domba yang hilang walaupun ada tantangan dan hambatan, tetapi demi keselamatan domba itu sendiri ia rela menderita. Dan setelah menemukan domba itu ia bergembira dan mengajak orang lain bergembira bersamanya. Berdasarkan hal di atas keterlibatan tidak hanya diartikan sebagai suatu keramahtamahan belaka. Menurut Budyapranata (1994: 78) Keterlibatan berarti merasa ikut prihatin dengan orang yang dikunjungi, mau membela dan rela berkorban untuk ikut membebaskan orang itu dari kesulitannya tanpa memperhitungkan kepentingan sendiri.

6) Pengunjung ikut mengatasi kesulitan

Menurut Budyapranata (1994: 80) karya kunjungan keluarga termasuk dalam “diakonia” atau pelayanan. Sebab kunjungan keluarga itu juga bermaksud untuk menjaga kesejahteraan orang lain. Diakonia disini lebih tepat diartikan sebagai pelayanan sosial, yaitu membantu dalam bidang kesejahteraan hidup. Dewasa ini, telah berkembang dengan pesat paham materialisme, konsumerisme, dan individualisme di tengah-tengah masyarakat. Perkembangan paham-paham tersebut tentu memberi dampak yang luar biasa bagi tumbuhkembangnya iman umat dalam setiap keluarga Kristiani. Terhadap hal demikian, pengunjung diharapkan memiliki hati


(58)

dan kepeduliannya pada mereka yang paling membutuhkan. Beberapa pengunjung melakukan tindakan cinta kasih sebagai perwujudan syukur mereka atas kemurahan hati Allah. Dengan tulus mereka berbagi kemurahan ilahi kepada sesama yang sangat membutuhkan. Kegiatan ini akan sangat memperkembangkan keluarga dan meningkatkan kebahagiaan mereka.

B. Perkembangan Iman Umat

1. Pengertian perkembangan

Menurut Poerwanti (2002: 27) perkembangan adalah proses kualitatif yang mengacu pada kualitas fungsi organ-organ jasmaniah, dan bukan pada organ jasmani, sehingga penekanan arti perkembangan terletak pada penyempurnaan fungsi psikologis yang termanifestasi pada kemampuan organ fisiologis. Proses perkembangan akan berlangsung sepanjang kehidupan manusia. Perkembangan adalah serangkaian perbuatan progresif yang terjadi sebagai akibat dari proses kematangan dan pengalaman. Ini berarti bahwa perkembangan bukan sekedar penambahan beberapa sentimeter pada tinggi badan seseorang, melainkan suatu proses integrasi dari banyak struktur dan fungsi kompleks.

2. Pengertian iman

Iman dalam bahasa Yunani disebut “pistis” atau bahasa Latin “fides


(59)

kokoh, tak tergoyahkan, mantap dan tergoncangkan (Madya Utama, 2002: 47). Iman berarti mempercayakan diri kepada kenyataan di luar diri kita pada kenyataan itu kesejahteraan hidup kita tergantung, iman berdasarkan atas kepercayaan. Untuk mencapai taraf iman orang harus terlebih dahulu percaya. Orang dapat percaya akan sesuatu hanya jika mereka mengetahuinya, oleh karena itu penting sekali bagi kita untuk mengetahui apa yang kita imani.

Arti iman dalam Perjanjian Lama menurut Madya Utama (2002: 51) iman sebagai penyerahan diri sepenuhnya kepada Allah. Beriman berarti mengandalkan dan berpegang teguh pada seseorang (Yesus Kristus) sebagai dasar dan sumber hidup. Orang beriman memegang teguh Sabda Allah yang merupakan ungkapan wahyu-Nya untuk dilaksanakan dalam hidup mereka. Beriman dalam Perjanjian Lama berarti menerima, melaksanakan dan menuruti segala hukum serta peraturan Yahwe yang mengwahyukannya. Contoh orang yang berpegang teguh dalam iman dan dijuluki sebagai bapa kaum beriman yang paling besar adalah Abraham (Kej 17:1-27). Abraham taat dan penuh penyerahan diri secara total kepada kehendak Yahwe. Hal ini diungkapkan ketika Abraham diminta untuk mempersembahkan Ishak anaknya yang tunggal dan dikasihi untuk dipersembahkan kepada Allah, Abraham taat pada perintah Allah. Peristiwa ini menjadikan Abraham sebagai bapa kaum beriman. Iman Abraham bisa disebut sebagai iman yang radikal karena penyerahan dirinya yang total kepada Yahwe. Apa yang dikehendaki Yahwe ditaati sepenuhnya, tanpa meragukan.


(60)

Arti iman dalam Perjanjian Baru menurut Madya Utama (2002: 55) percaya kepada seseorang yaitu Yesus Kristus. Kata iman juga dipakai untuk menyatakan hubungan dengan Allah; menerima wahyu Allah dan tanggapan manusia terhadap wahyu Allah. Orang diharapkan percaya kepada Injil yang diwartakan oleh Yesus demi keselamatan manusia. Ada peristiwa penyembuhan hamba seorang perwira di Kapernaum Yesus menyatakan,” Aku berkata kepadamu, iman sebesar ini tidak pernah Aku jumpai, sekalipun diantara orang Israel” (Luk 7:9). Juga dalam peristiwa penyembuhan seorang

yang sakit pendarahan, Yesus menegaskan, “Hai anak-Ku, imanmu telah

menyelamatkan engkau. Pergilah dengan selamat dan sembuhlah dari

penyakitmu” (Mrk 5:34). Inilah contoh penegasan Yesus tentang beriman

kepada Allah melalui pewartaan Yesus yang membawa orang kepada kesembuhan dan keselamatan berkat iman yaitu percaya kepada Yesus.

Melalui agama, setiap manusia menyadari bahwa iman merupakan:

a) Tanggapan manusia terhadap sabda Allah.

Sabda Allah adalah tawaran yang menuntut jawaban. Adisusanto (2000: 1) mengatakan bahwa Sabda Allah bukan suatu pengajaran, tetapi merupakan suatu fakta keselamatan yang memiliki sifat hubungan antar pribadi. Inilah aspek eksistensial pewahyuan dari Allah dalam sejarah umat manusia. Menghadapi fakta keselamatan semacam ini manusia tidak dapat bersikap pasif dan menutup diri, tetapi harus berani memberi tanggapan dengan memutuskan sikap yang tepat dalam keseluruhan rencana keselamatan Allah. Dengan kata lain salah satu aspek iman adalah bahwa Sabda Allah


(61)

adalah Sabda yang selalu menuntut jawababan dari manusia. Sejauh merupakan perwahyuan sabda Allah harus diterima. Sejauh merupakan janji Sabda Allah memerlukan penyerahan diri dan kesetiaan. Sejauh merupakan interpelasi pribadi sabda Allah merupakan hukum dan kewajiban yang perlu diterima dan dihayati dalam kehidupan sehari-hari. b) Jawaban pribadi dan menyeluruh dari manusia kepada Tuhan.

Selanjutnya Adisusanto (2000: 2) mengatakan bahwa dalam Kitab Suci iman nampak sebagai penyerahan pribadi secara menyeluruh, bukan sekedar persetujuan akal atau ketaatan moral, sesuai dengan hakekat Sabda Allah yang dinamis, hidup dan personal. Kepada Allah yang mewahyukan diri dan menyampaikan anugerah manusia beriman memberikan jawaban dalam bentuk tindakan integral dari otak, perasaan, kehendak dan prilaku. Dalam pengertian biblis manusia beriman adalah manusia yang bersedia untuk menyerahkan diri kepada Tuhan dengan iman, untuk mewujudkan kepercayaan kepada Tuhan secara menyeluruh, untuk menerima Dia sebagai Sang Kebenaran, untuk mengandalkan diri kepada Tuhan dan bukan kepada diri sendiri, dan dengan demikian menjadi kuat dan benar berkat kekuatan serta kebenaran Allah sendiri.

c) Anugerah dan rahmat.

Iman yang merupakan jawaban manusia terhadap sapaan Allah, terutama merupakan karya Allah sendiri. Hal ini bukan hanya karena iman inisiatif Allah, tetapi lebih-lebih karena tindakan manusia menerima Sabda Allah hanya mungkin terjadi karena digerakkan oleh Roh Kudus. Maka iman


(1)

(2)

(3)

Lampiran 5: Teks Kitab Suci

(19)

Teks Kitab Suci Lukas 15:1-10

15:1 Para pemungut cukai dan orang-orang berdosa biasanya datang kepada Yesus untuk mendengarkan Dia.

15:2 Maka bersungut-sungutlah orang-orang Farisi dan ahli-ahli Taurat, katanya: "Ia menerima orang-orang berdosa dan makan bersama-sama dengan mereka." 15:3 Lalu Ia mengatakan perumpamaan ini kepada mereka:

15:4 "Siapakah di antara kamu yang mempunyai seratus ekor domba, dan jikalau ia kehilangan seekor di antaranya, tidak meninggalkan yang sembilan puluh sembilan ekor di padang gurun dan pergi mencari yang sesat itu sampai ia menemukannya?

15:5 Dan kalau ia telah menemukannya, ia meletakkannya di atas bahunya dengan gembira,

15:6 dan setibanya di rumah ia me manggil sahabat-sahabat dan tetangga-tetangganya serta berkata kepada mereka: Bersukacitalah bersama-sama dengan aku, sebab dombaku yang hilang itu telah kutemukan.

15:7 Aku berkata kepadamu: Demikian juga akan ada sukacita di sorga karena satu orang berdosa yang bertobat, lebih dari pada sukacita karena sembilan puluh sembilan orang benar yang tidak memerlukan pertobatan."

15:8 "Atau perempuan manakah yang mempunyai sepuluh dirham, dan jika ia kehilangan satu di antaranya, tidak menyalakan pelita dan menyapu rumah serta mencarinya dengan cermat sampai ia menemukannya?

15:9 Dan kalau ia telah menemukannya, ia memanggil sahabat-sahabat dan tetangga-tetangganya serta berkata: Bersukacitalah bersama-sama dengan aku, sebab dirhamku yang hilang itu telah kutemukan.

15:10 Aku berkata kepadamu: Demikian juga akan ada sukacita pada malaikat-malaikat Allah karena satu orang berdosa yang bertobat."


(4)

Lampiran 6: Daftar Lagu

(20) Harta Yang Paling Berharga

Adalah Keluarga

Harta yang paling berharga, adalah keluarga

Istana yang paling indah, adalah…Keluarga

Puisi yang paling bermakna, adalah keluarga

Mutiara tiada tara, adalah … Keluarga

Reff :

Selamat pagi Emak Selamat pagi Abah

Mentari hari ini berseri indah Terima kasih Emak

Terimakasih Abah sumpah sakti perkasa dari kami putera-puteri yang siap berbakti

TUHAN ADALAH GEMBALAKU Tuhan adalah Gembalaku Tak’kan kekurangan aku Ia membaringkan aku

Di padang yang berumput hijau Reff :

Ia membimbingku ke air yang tenang Ia menyegarkan jiwaku

Ia menuntunku di jalan yang benar Oleh karena namaNya

Sekalipun aku berjalan Dalam lembah kekelaman Aku tidak takut bahaya Sebab Engkau besertaku gadaMu dan tongkatMu

itulah yang menghibur aku Reff ( dan akupun akan diam

Dalam Tuhan s’panjang masa)

ADALAH SUKACITA Adakah sukacita di hatiku,di hatiku ,di hatiku

Adakah sukacita di hatiku, di hatiku s’lalu

Adakah suka-suka cita-cita di hatiku, di hatiku

Adakah suka-suka cita-cita di hatiku, di hatiku s’lalu

Adakah S U K A C I T A di hatiku, di hatiku

Adakah S U K A C I T A di hatiku, di hatiku s’lalu

DENGAR DIA PANGGIL NAMA SAYA

Dengar Dia panggil nama saya, ( sebut nama sendiri)

Dengar Dia panggil namamu, (sebut nama teman)

Dengar Dia panggil nama saya ( sebut nama sendiri)

Juga Dia panggil namamu, ( sebut nama teman)

O giranglah, o giranglah

Yesus amat cinta pada saya (saya mau jadi murid Tuhan)

O giranglah

Kujawab ya, ya, ya ( 2x) Kujawab ya Tuhan (2x) Kujawab ya, ya, ya


(5)

ABSTRAK

Judul skripsi PASTORAL KUNJUNGAN KELUARGA SEBAGAI JALAN MEMBANTU UMAT PAROKI ADMINISTRATIF SANTO PAULUS PRINGGOLAYAN MEMPERKEMBANGKAN IMAN MEREKA dipilih berdasarkan kenyataan bahwa pelaksanaan pastoral kunjungan keluarga di Paroki administratif Santo Paulus Pringgolayan belum maksimal. Padahal keluarga menjadi tempat pertama seseorang belajar hidup bersama orang lain serta menerima nilai-nilai luhur dan warisan iman. Keluarga menjadi tempat utama perjumpaan dengan Allah yang membawa sukacita, iman ditumbuhkan dan keutamaan-keutamaan ditanamkan. Untuk itu tim pastoral kunjungan keluarga paroki Pringgolayan mempunyai harapan besar meningkatkan pelaksanaan pastoral kunjungan keluarga. Namun kenyataannya tim pastoral kunjungan keluarga kurang menyadari pentingnya pastoral kunjungan keluarga. Keprihatinan lain tim pastoral kunjungan keluarga kurang menyadari akan pentingnya tugas dan tanggung jawab mereka sebagai pendamping keluarga Katolik sehingga kurang trampil dalam mendampingi keluarga Katolik yang mengalami krisis dalam hidup.

Persoalan pokok pada skripsi ini bagaimana tim pastoral kunjungan keluarga bisa dibantu dalam upaya meningkatkan pelaksanaan pastoral kunjungan keluarga agar mereka semakin sadar akan pentingnya tugas dan tanggung jawab mereka sebagai pendamping keluarga Katolik serta memiliki iman yang kokoh sehingga dapat menangkap dengan baik apa yang dibutuhkan umat. Dalam rangka menanggapi permasalahan pokok tersebut, penulis melakukan studi pustaka yang bersumber dari Kitab Suci, dokumen-dokumen Gereja, dan juga pandangan para ahli mengenai pastoral kunjungan keluarga sebagai jalan membantu umat paroki dalam mengembangkan iman mereka. Di samping itu, untuk memperoleh gambaran pelaksanaan pastoral kunjungan keluarga sebagai jalan membantu umat paroki mengembangkan iman mereka penulis melakukan penelitian dengan cara pengamatan dan penyebaran kuesioner.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa pelaksanaan pastoral kunjungan keluarga sebagai jalan membantu umat paroki Pringgolayan memperkembangkan iman mereka masih kurang. Tim pastoral kunjungan keluarga belum maksimal dalam melaksanakan tugasnya sebagai pendamping keluarga Katolik. Hal ini terlihat jelas masih banyak responden yang belum pernah dikunjungi ataupun mendapat pendampingan khusus dari tim pastoral kunjungan keluarga. Namun demikian, umat paroki Pringgolayan teristimewa keluarga Katolik yang mengalami berbagai krisis dalam hidup memiliki harapan agar tim pastoral kunjungan keluarga mendapat pembinaan khusus melalui kegiatan rekoleksi tim pastoral kunjungan keluarga supaya mereka mampu menanggapi kebutuhan umat dan semakin trampil dalam mendampingi keluarga Katolik. Maka dari itu, penulis mengusulkan kegiatan rekoleksi tim pastoral kunjungan keluarga sebagai upaya membantu tim pastoral kunjungan keluarga agar semakin menyadari pentingnya pastoral kunjungan keluarga terhadap perkembangan iman umat sehingga keluarga Katolik yang dikunjungi mengalami sukacita karena belas kasih Allah yang cuma-cuma.


(6)

ABSTRACT

Thesis title of FAMILY VISITS PASTORAL AS THE WAY TO HELP PEOPLE OF SAINT PAUL ADMINISTRATIVE PARISH PRINGGOLAYAN IN DEVELOPING THEIR FAITH was chosen based on the fact that the implementation of the family visit pastoral in St. Paul Administrative Parish Pringgolayan has not been maximized. Though the family is the first place people learn to live with others and accept the noble values and heritage of faith. The family becomes a major encounter with God that brings joy, the faith was grown and moral excellence was implanted. For that family visits pastoral team of Pringgolayan parish has great expectations for improving the implementation of family visits. But in fact, the family visits pastoral team are less aware of the importance of the family visits pastoral. Another concern was that the family visits pastoral team are less aware of their duties and responsibilities as a companion to a Catholic family so they are less skilled in assisting the Catholic families who are experiencing a crisis in their life.

A key issue in this thesis was that how the family visits pastoral team can be assisted in improving the implementation of the family visits pastoral so that they are increasingly aware of the importance of their duties and responsibilities as a companion to a Catholic family as well as have a strong faith so that they can capture well what the people needs. In order to respond to these fundamental problems, the outhors conducted a literature study that comes from Scripture, Church dokuments, and also the views of experts on the family visits pastoral as a way to help parishioners in developing their faith. In addition, to gain an overview of pastoral implementation of family visits as a way to help parishioners in developing their faith the outher conducted a study by using the observation and distributing the questionnaires.

The study results showed that the implementation of the family visits pastoral as a way to help Pringgolayan parishioners develop their faith is lacking. The family visits pastoral team has not maximized in carrying out their duties as a catholic family companion. It is evident, that many respondents who have never visited nor received special assistance from family visits pastoral team. How ever, Pringgolayan parishioners especially Chatolic families who are experiencing various crises in their life have the expectation that the family visits pastoral team receive special training throught the family recollections activities so that they can respond to the needs of the people and more skilled in assisting Chatolic family. There fore, the outhors propose a family recollections activities in an effort to help the family visits pastoral team to realize the importance of family visits pastoral to the development of the people faith, so that Chatolic families who had been visited experience the joy of God’s love marcy freely.


Dokumen yang terkait

GEREJA KATOLIK SANTO PAULUS PRINGGOLAYAN LANDASAN KONSEPTUAL PERENCANAAN DAN PERANCANGAN GEREJA KATOLIK SANTO PAULUS DI PRINGGOLAYAN, BANTUL.

1 11 18

Pengaruh doa Bersama dalam keluarga bagi perkembangan iman remaja di Stasi Yohanes Chrisostomus Pojok Paroki Santo Petrus dan Paulus Klepu.

1 8 141

Fungsi komunikasi orangtua terhadap pembentukan karakter dan iman anak dalam keluarga Katolik di Paroki Administratif Santo Paulus Pringgolayan Yogyakarta.

3 24 162

Pengaruh doa Bersama dalam keluarga bagi perkembangan iman remaja di Stasi Yohanes Chrisostomus Pojok Paroki Santo Petrus dan Paulus Klepu

1 9 139

Usaha menemukan makna sakramen Ekaristi demi pengembangan iman umat lingkungan Santo Antonius Joton Paroki Santo Yusuf Pekerja Gondangwinangun Klaten.

0 9 155

Fungsi komunikasi orangtua terhadap pembentukan karakter dan iman anak dalam keluarga Katolik di Paroki Administratif Santo Paulus Pringgolayan Yogyakarta

0 13 160

Pendampingan iman keluarga kawin campur beda agama dalam menghayati hidup perkawinan kristiani di Paroki Santo Paulus, Palu, Sulawesi Tengah, melalui katekese umat model shared christian praxis - USD Repository

0 0 144

Peranan kunjungan keluarga dalam upaya untuk meningkatkan iman keluarga Katolik di Stasi St. Paulus Pringgolayan Paroki St. Yusup Bintaran Yogyakarta - USD Repository

0 0 157

SENI KARAWITAN SEBAGAI SARANA PENGHAYATAN IMAN UMAT AKAN EKARISTI DI PAROKI SANTO YAKOBUS, BANTUL, YOGYAKARTA SKRIPSI

0 1 151

Deskripsi kunjungan keluarga oleh suster-suster MASF sebagai anggota tim pastoral keluarga di wilayah Santo Andreas Songgolangit Paroki Santo Paulus kleco Surakarta - USD Repository

0 0 194