2.1. Wilayah Administrasi - DOCRPIJM 1508747657BAB 2 RPIJM 2016 Profil Kabupaten

RENCANA PROGRAM
INVESTASI JANGKA MENENGAH (RPIJM)
BIDANG CIPTA KARYA
KABUPATEN ACEH TAMIANG
TAHUN 2016 - 2020

Bab 2
PROFIL KABUPATEN

2.1.

Wilayah Administrasi
Kabupaten Aceh Tamiang berada dalam wilayah pemerintahan Provinsi Aceh terletak

pada koordinat geografis 030 53’ 18,81’’– 040 32’ 56,76’’ Lintang Utara, 970 43’ 41,51’’– 980
14’ 45,41’’ Bujur Timur dengan luas wilayah berdasarkan Peraturan Menteri Dalam Negeri
Republik Indonesia Nomor 39 Tahun 2015 tentang Kode dan Data Wilayah Administrasi
Pemerintahan, adalah 1956,72 Km2, namun berdasarkan interpretasi dan perhitungan
digitasi spasial yang ditetapkan dengan Qanun Kabupaten Aceh Tamiang Nomor 14 Tahun
2013 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Aceh Tamiang Tahun 2012-2032,
adalah 2216,16 Km2 . Dengan batas-batas wilayah meliputi:

-

sebelah utara berbatasan dengan Kecamatan Langsa Timur Kota Langsa dan Selat
Malaka;

-

sebelah timur berbatasan dengan Kabupaten Langkat Provinsi Sumatera Utara;

-

sebelah selatan berbatasan dengan Kabupaten Langkat Provinsi Sumatera Utaradan
Kecamatan Pinding Kabupaten Gayo Lues; dan

-

sebelah barat berbatasan dengan Kecamatan Serba Jadi dan Kecamatan BireunBayeum
Kabupaten Aceh Timur.
Secara administratif kewilayahan, kabupaten administratif terbagi menjadi 12


Kecamatan dengan 213 Desa.

Secara geografis regional, Kabupaten Aceh Tamiang

merupakan pintu gerbang memasuki wilayah Provinsi Aceh bagian pesisir timur pulau
Sumatera yang terdiri dari 4 (empat) kecamatan wilayah pesisir pantai yang berbatasan
langsung dengan Selat Malaka, yaitu Kecamatan Seruway, Kecamatan Bendahara,
Kecamatan Banda Mulia dan Kecamatan Manyak Payed.

R P I J M, 2016 - 2020

I - 1

RENCANA PROGRAM
INVESTASI JANGKA MENENGAH (RPIJM)
BIDANG CIPTA KARYA
KABUPATEN ACEH TAMIANG
TAHUN 2016 - 2020

Kemudian 4 (empat) kecamatan wilayah pegunungan yang berbatasan langsung

dengan Kabupaten Aceh Timur, Gayo Lues dan Provinsi Sumatera Utara, yaitu Kecamatan
Sekerak, Kecamatan Bandar Pusaka, Kecamatan Tamiang Hulu dan Kecamatan Tenggulun.
Sedangkan 4 (empat) kecamatan lainnya merupakan wilayah perbukitan dan dataran, yaitu
Kecamatan Kejuruan Muda, Kecamatan Rantau, Kecamatan Karang Baru dan Kecamatan
Kota Kuala Simpang.

Gambar 2.1
Peta Administrasi Kabupaten Aceh Tamiang

2.2.

Potensi Wilayah Kabupaten
Sejalan dengan perwujudan Visi Pembangunan Jangka Menengah Kabupaten Aceh

Tamiang Tahun 2013-2017 dalam misi ke – 3 yaitu “ Menguatkan fondasi kelembagaan dan
memantapkan struktur ekonomi daerah berbasis potensi lokal dengan semangat kerakyatan
menuju masyarakat yang sejahtera “, bertujuan untuk meningkatkan pemberdayaan ekonomi
rakyat

dan


penanggulangan

kemiskinan

dengan

sasarannya

menurunkan

tingkat

kemiskinan, dan pengangguran serta meningkatan pendapatan masyarakat.

R P I J M, 2016 - 2020

I - 2

RENCANA PROGRAM

INVESTASI JANGKA MENENGAH (RPIJM)
BIDANG CIPTA KARYA
KABUPATEN ACEH TAMIANG
TAHUN 2016 - 2020

Kondisi fisik wilayah Kabupaten Aceh Tamiang memberikan potensi dari berbagai
sumber daya, meliputi :
-

Bidang Geologi, diantaranya energy panas bumi, air tanah, tenaga air dan geowisata.

-

Bidang Energi, diantaranya minyak dan gas bumi.

-

Bidang Pertanian, diantaranya
Struktur perekonomian sebagian masyarakat Aceh Tamiang menunjukkan bahwa


sector terbesar bagi perekonomian adalah kategori pertanian, kehutanan dan perikanan
dengan kontribusi sebesar 36,60 persen. Peringkat kedua kategori pertambangan dan
penggalian dengan kontribusi sebesar 19,68 persen.
Kategori peringkat ketiga adalah kategori perdagangan besar dan eceran; reparasi
mobil dan motor mencapai 9,68 persen, peringkat berikutnya kategori konstruksi yang
mencapai 5,73 persen, kategori industri pengolahan sebesar 5,20 persen dan kemudian
diikuti oleh kategori transportasi dan pergudangan yang mencapai 4,14 persen.
Pertumbuhan

ekonomi

Kabupaten

Aceh

Tamiang

cenderung

baik,


dimana

pertumbuhan ekonomi dalam kurun waktu empat tahun terakhir selalu positif dengan nilai
5,67 persen pertumbuhan ekonomi dengan migas. Sedangkan pertumbuhan ekonomi tanpa
migas tertinggi nilainya dibandingkan tahun-tahun lain dalam empat tahun terkahir yaitu
sebesar 5,55 persen.

2.3.

Demografi

2.3.1. Jumlah Penduduk dan KK Keseluruhan
Hasil proyeksi penduduk tahun 2014 menunjukkan bahwa jumlah penduduk
Kabupaten Aceh Tamiang adalah 272.228 jiwa yang tersebar di 12 Kecamatan. Penduduk
laki-laki berjumlah 136.626 jiwa dan perempuan 135.602 jiwa, dengan rasio jenis kelamin
(sex ratio) sebesar 101. Ini berarti untuk setiap 100 penduduk perempuan terdapat 1
penduduk laki-laki lebih banyak.
Laporan penduduk Per-Kecamatan Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil tahun
2016 menunjukkan bahwa jumlah penduduk Kabupaten Aceh Tamiang adalah 291.986 jiwa

yang terdiri dari perempuan 143.600 jiwa dan laki-laki 148.386 jiwa dengan total jumlah
Kepala Keluarga 76.896 KK.

R P I J M, 2016 - 2020

I - 3

RENCANA PROGRAM
INVESTASI JANGKA MENENGAH (RPIJM)
BIDANG CIPTA KARYA
KABUPATEN ACEH TAMIANG
TAHUN 2016 - 2020

Tabel 2.1.
Indikator Kependudukan di Kabupaten Aceh Tamiang, 2014

Indikator

Tahun 2014


Luas Wilayah (km 2)

1.957,02

Jumlah Penduduk (jiwa)

272.228

- Laki-laki

136.626

- Perempuan

135.602

Sex Ratio (L/P) (%)

101


Laju Pertumbuhan Penduduk Per Tahun (%)

1,20

2.3.2. Jumlah Penduduk Miskin
Penduduk miskin dihitung berdasarkan garis kemiskinan. Penduduk miskin menurut
BPS adalah penduduk yang memiliki rata-rata pengeluaran per kapita per bulan dibawah
garis kemiskinan. Garis kemiskinan adalah nilai pengeluaran kebutuhan minimum makanan
yang disetarakan dengan 2.100 kilo kalori per kapita per hari ditambah kebutuhan minimum
non makanan yang mencakup perumahan, sandang, pendidikan dan kesehatan.
Secara umum tingkat kemiskinan di Kabupaten Aceh Tamiang terus mengalami
penurunan dari 17,98 % pada tahun 2010, menjadi 14,58 % pada tahun 2014, dengan
jumlah penduduk miskin sebesar 39.909 jiwa. Tingkat kemiskinan di Kabupaten Aceh
Tamiang berada di atas nasional (10,59 %), namun lebih baik jika dibandingkan dengan
Provinsi Aceh yaitu sebesar 16,98 %.
2.3.3. Jumlah Penduduk Perkotaan
Kepadatan penduduk di Kabupaten Aceh Tamiang tahun 2013 mencapai 135
jiwa/km2. Namun, penduduk yang menyebar di dua belas kecamatan berbeda kepadatannya
antar daerah. Kecamatan terpadat adalah Kota Kualasimpang yang rata-rata per kilometer
wilayahnya dihuni oleh sekitar 4.245 jiwa. Lalu Kecamatan Rantau dan Kecamatan Karang

Baru masing-masing 667 jiwa/km2 dan 273 jiwa/km2. Sebaliknya, Kecamatan yang paling
jarang penduduknya adalah Sekerak yaitu hanya 24 jiwa/km2.

R P I J M, 2016 - 2020

I - 4

RENCANA PROGRAM
INVESTASI JANGKA MENENGAH (RPIJM)
BIDANG CIPTA KARYA
KABUPATEN ACEH TAMIANG
TAHUN 2016 - 2020

Persebaran penduduk di Kabupaten Aceh Tamiang terkonsentrasi di dua kecamatan
yaitu, Kecamatan Karang Baru dan Kecamatan Rantau dengan persentase masing-masing
sebesar 14,39 persen dan 13,06 persen. Kecamatan yang paling sedikit penduduknya yaitu
Kecamatan Sekerak dengan jumlah penduduk sebanyak 6.464 jiwa (2,37 persen).
Kecamatan Kota Kuala Simpang yang luasnya hanya 4,48 km2 (0,23 persen dari
total luas Kabupaten Aceh Tamiang), merupakan daerah terpadat dengan kepadatan
penduduk mencapai 4.380 jiwa per km2 tahun 2014.

2.4.

Isu Strategis Sosial, Ekonomi dan Lingkungan

2.4.1. PDRB dan Potensi Ekonomi
PDRB merupakan salah satu indikator ekonomi yang dapat menggambarkan aktivitas
ekonomi secara menyeluruh pada suatu daerah. Dengan adanya pertumbuhan jumlah
penduduk tiap tahun, aktivitas ekonomi juga semakin meningkat, sehingga mengakibatkan
peningkatan pula pada nilai PDRB ADHB secara kontinu dari tahun ke tahun.
PDRB ADHB dengan migas rata-rata mengalami peningkatan sebesar 6,74 persen
atau sekitar 327 miliar rupiah tiap tahunnya. Tahun 2014 nilai PDRB ADHB dengan migas
mencapai sebesar 5,71 triliun rupiah. Hal ini menunjukkan peningkatan dari tahun 2013 yang
sebesar 5,41 triliun rupiah. Sebelumnya, nilai PDRB ADHB juga meningkat dari sebesar 4,62
triliun rupiah menjadi 4,90 triliun rupiah selama tahun 2011-2012.
Tanpa memperhitungkan migas, PDRB ADHB juga selalu mengalami peningkatan
dengan rata-rata peningkatan sebesar 7,39 persen atau 309,31 miliar rupiah per tahun.
PDRB ADHB tanpa migas tahun 2014 mencapai 5 triliun rupiah. Nilai ini meningkat sebesar
434,51 miliar rupiah dari tahun 2013 yang mencapai 4,64 triliun rupiah. Sebelumnya, tahun
2011-2012, PDRB juga mengalami peningkatan dari 3,95 triliun rupiah menjadi 4,21 triliun
rupiah pada tahun 2012.
Nilai PDRB dengan mengabaikan faktor harga menunjukkan nilai PDRB secara riil
yang secara umum disebut sebagai PDRB ADHK. Peningkatan yang kontinu menunjukkan
produktivitas Aceh Tamiang yang terus meningkat. Dalam kurun waktu lima tahun terakhir,
nilai PDRB ADHK dengan migas rata-rata mengalami peningkatan 151,30 miliar rupiah per
tahun dari 4,41 triliun rupiah di tahun 2010 menjadi 5,01 triliun rupiah di tahun 2014.
Sedangkan nilai PDRB ADHK tanpa mengikutkan migas pada tahun 2010-2014
mengalami peningkatan rata-rata 151,82 miliar rupiah tiap tahunnya, dengan nilai 4,37 triliun
rupiah pada tahun 2014 atau meningkat 607,26 miliar rupiah dari tahun 2010.
R P I J M, 2016 - 2020

I - 5

RENCANA PROGRAM
INVESTASI JANGKA MENENGAH (RPIJM)
BIDANG CIPTA KARYA
KABUPATEN ACEH TAMIANG
TAHUN 2016 - 2020

Terlihat bahwa rata-rata kenaikan PDRB ADHB cenderung lebih besar daripada
kenaikan PDRB ADHK yang menunjukkan bahwa kenaikan harga lebih tinggi daripada
kenaikan produktivitas.
Leading sektor perekonomian masyarakat Aceh Tamiang adalah pertanian,
kehutanan dan perikanan dengan sumbangan kontribusi sebesar 36,60 persen. Leading
sector peringkat kedua adalah pertambangan dan penggalian dengan kontribusi sebesar
19,68 persen.
Kontribusi terbesar ketiga lainnya pada tahun 2014 adalah perdagangan besar dan
eceran; reparasi mobil dan motor mencapai 9,68 persen. Kemudian disusul dengan
konstruksi yang mencapai 5,73 persen, industri pengolahan sebesar 5,20 persen dan
kemudian diikuti transportasi dan pergudangan yang mencapai 4,14 persen. Sementara
peranan lainnya di bawah 4 persen.
Peranan pertanian, kehutanan dan perikanan semakin dominan mencapai kontribusi
sebesar 41,87 persen. Kemudian diikuti oleh perdagangan besar dan eceran; reparasi mobil
dan motor sebesar 11,08 persen, kategori pertambangan dan penggalian menurun menjadi
8,11 persen. Berikutnya yaitu konstruksi, industri pengolahan, dan transportasi dan
pergudangan. Peranan di bawah 4,10 persen.
Pertumbuhan ekonomi dan kondisi perekonomian Aceh Tamiang cenderung baik,
dimana pertumbuhan ekonomi dalam kurun waktu lima tahun terakhir selalu positif.
Pertumbuhan ekonomi yang mengalami pertumbuhan negatif yaitu kategori
pertambangan dan penggalian dengan terkoreksi sebesar minus 5,33 persen. Selain
kategori tersebut, kategori lain menunjukkan pertumbuhan yang positif. Kategori dengan
pertumbuhan positif lainnya adalah kategori jasa keuangan dan asuransi mencapai 37,65
persen, kategori informasi dan komunikasi sebesar 6,80 persen, kategori pengadaan air,
pengelolaan sampah, limbah dan daur ulang sebesar 6,15 persen, kategori penyediaan
akomodasi dan makan minum sebesar 5,79 persen dan kategori real estate mencapai 5,43
persen.
2.4.2. Pendapatan Per-Kapita dan Proporsi Penduduk Miskin
Pertumbuhan

perekonomian

Kabupaten

Aceh

Tamiang

menguat

sehingga

meningkatkan tingkat kesejahteraan masyarakat. Hal tersebut diindikasikan dengan
meningkatnya PDRB per kapita selama tahun 2010-2014. PDRB per kapita ADHB dengan
migas pada tahun 2014 telah menembus 20,99 juta rupiah. Capaian ini berarti menunjukkan
adanya pertumbuhan sebesar 4,34 persen dibanding dengan tahun 2013 yang mencapai
20,12 juta rupiah.
R P I J M, 2016 - 2020

I - 6

RENCANA PROGRAM
INVESTASI JANGKA MENENGAH (RPIJM)
BIDANG CIPTA KARYA
KABUPATEN ACEH TAMIANG
TAHUN 2016 - 2020

Merujuk periode 2010-2014, rata-rata pertumbuhan PDRB per kapita dengan migas
mencapai 4,85 persen. Capaian ini masih perlu ditingkatkan, mengingat masih berada
dibawah PDRB per kapita Aceh, yakni 26,59 juta rupiah.
Sedangkan tinjauan ADHK 2010 sebagai indikasi pendapatan riil, PDRB per kapita
tahun 2014 sebesar 18,41 juta rupiah, tumbuh sebesar 0,77 persen dibanding tahun 2013.
Tinjauan tanpa migas menggambarkan perkembangan PDRB yang meningkat
selama tahun 2010-2014, dengan rata-rata pertumbuhan per kapita tanpa migas lebih tinggi
dibandingkan rata-rata pertumbuhan PDRB per kapita dengan migas, baik ADHB maupun
ADHK 2010 pada tahun 2010-2014.
PDRB per kapita tanpa migas pada tahun 2014 mencapai 18,35 juta rupiah,
sementara PDRB per kapita ADHB tanpa migas tahun 2010- 2013 masing-masing sebesar
14,82 juta rupiah, 15,26 juta rupiah, 15,92 juta rupiah dan 17,25 juta rupiah.
Demikian juga dengan PDRB per kapita ADHK 2010 tanpa migas pada tahun 2014
sebesar 16,04 juta rupiah dan pada tahun 2013 sebesar 15,62 juta rupiah.
Garis kemiskinan di Kabupaten Aceh Tamiang setiap tahun mengalami kenaikan.
Pada tahun 2011 garis kemiskinan sebesar Rp. 322.629,-. Selama kurun waktu tiga tahun,
garis kemiskinan mengalami peningkatan menjadi sebesar Rp. 331.218,- pada tahun 2013.
Diasumsikan bahwa pendapatan minimum per bulan yang harus dicapai penduduk untuk
dapat hidup layak adalah sebesar 331.218 rupiah pada tahun 2013.
Meningkatnya garis kemiskinan disebabkan oleh inflasi atau kenaikan harga barang
dan jasa. Untuk memperoleh standar hidup layak maka daya beli masyarakat diharapkan
tidak turun melalui peningkatan pendapatan.
Persentase penduduk miskin selama tiga tahun terakhir cenderung mengalami
penurunan. Pada tahun 2011, persentase penduduk Kabupaten Aceh Tamiang sebesar
17,49 persen, kemudian pada tahun 2013 mengalami penurunan menjadi sebesar 15,13
persen.
2.4.3. Kondisi Lingkungan Strategis
Kabupaten Aceh Tamiang terletak pada beberapa perbedaan topografi wilayah, yaitu:
-

ketinggian 0 sampai 50 m diatas permukaan laut (dpl) dengan morfologi datar meliputi
wilayah Kecamatan Seruway, Bendahara, Banda Mulia dan Kota Kuala Simpang;

-

ketinggian 50 sampai 500 m diatas permukaan laut (dpl) dengan morfologi datar, landai
sampai berombak meliputi wilayah Kecamatan Rantau, Karang Baru, Manyak Payed,
Kejuruan Muda dan Sekerak;
R P I J M, 2016 - 2020

I - 7

RENCANA PROGRAM
INVESTASI JANGKA MENENGAH (RPIJM)
BIDANG CIPTA KARYA
KABUPATEN ACEH TAMIANG
TAHUN 2016 - 2020

-

ketinggian 500 sampai >1000 m diatas permukaan laut (dpl) dengan morfologi
berombak, bergelombang sampai berbukit meliputi wilayah Kecamatan Tenggulun,
Tamiang Hulu dan Bandar Pusaka.

Gambar 2.2
Peta Topografi Kabupaten Aceh Tamiang

Kabupaten Aceh Tamiang memiliki klasifikasi kelerengan 0 - 2%, 2 - 8%, 8 - 15%, 15
- 25%, 25 - 40%, dan >40%. Berdasarkan kelompok kelerengan tersebut dominan
berkelerengan 2 - 8%, dengan luasan 81.850,65 Ha atau sebesar 37,17% dari total luas
wilayah kabupaten. Kondisi ketinggian Kabupaten Aceh Tamiang secara keseluruhan berada
di bawah kurang dari 2.000 m dpl.
Berdasarkan geologi regional wilayah, stratigrafi daerah Kabupaten Aceh Tamiang
tersusun dari :
-

Batuan tertua Formasi Bahorok (Pub) yang berumur Paleozoik;

-

Secara takselaras tertindih oleh Formasi Batu Gamping Kaloi (MPkl);

-

Diatasnya takselaras terdapat Formasi Batu Gamping Tampur (Totl) berumur Oligosen
Awal;

-

Ditindih takselaras oleh Formasi Bruksah (Tob);

R P I J M, 2016 - 2020

I - 8

RENCANA PROGRAM
INVESTASI JANGKA MENENGAH (RPIJM)
BIDANG CIPTA KARYA
KABUPATEN ACEH TAMIANG
TAHUN 2016 - 2020

-

Diikuti secara tak selaras berurutan berumur Miosen terdapat Formasi Bampo (Tmb)
dengan anggotanya (Tmbb), Formasi Keutapang (Tuk), Formasi Seureula (Tps) dan
Formasi Julu Rayeu (QTjr);

-

Formasi Idi (Qpi) merupakan endapan kuarter tua (Plistosen) menindih tak selaras di
bawahnya dan terus berkembang menjadi endapan alluvial (Qa).

Gambar 2.3
Peta Geologi Kabupaten Aceh Tamiang

Kondisi tanah secara keseluruhan di Kabupaten Aceh Tamiang didominasi oleh
tekstur halus (98,59% dari luas wilayah Kabupaten Aceh Tamiang), sedangkan sisanya
bertektur sedang (1,04%) dan bertekstur kasar (0,37%).
Dari kondisi fisiknya, Kabupaten Aceh Tamiang secara makro tersebar beberapa
jenis tanah, diantaranya :
-

Ultisol atau podsolik merah kuning dari batuan yang tanah dasarnya mempunyai bahan
granit;

-

Alfisol (Renzina) dari batuan kapur;
R P I J M, 2016 - 2020

I - 9

RENCANA PROGRAM
INVESTASI JANGKA MENENGAH (RPIJM)
BIDANG CIPTA KARYA
KABUPATEN ACEH TAMIANG
TAHUN 2016 - 2020

-

Inceptisol atau tanah Latosol dari berbagai jenis bahan geologi yang beragam dengan
tingkat pelapukan sedang;

-

Aluvial atau Entisol dari bahan endapan resen atau baru;

-

Regosol/Entisol dari bahan pasir yang relatif baru; serta

-

Organosol (tanah gambut) dan dan gley humus (Hidromorfik Kelabu) atau Trapaquepts.
Satuan Wilayah Sungai yang terbesar yang terdapat di Wilayah Kabupaten Aceh

Tamiang diantaranya adalah Sungai Tamiang, Sungai Simpang Kiri, Sungai Simpang Kanan,
Sungai Telaga Meuku, Sungai Manyak Payed dan sungai-sungai kecil lainnya yang mengalir
ke pantai timur.

Sungai-sungai di kabupaten ini merupakan sumber untuk pengairan ke persawahan
dan perkebunan yang dimanfaatkan oleh masyarakat dan swasta. Aliran hidrologi dari
sungai yang ada mengaliri irigasi semi teknis maupun irigasi sederhana di Kabupaten Aceh
Tamiang sehingga sebagian besar sawah di kabupaten ini dapat ditanami 3 (tiga) kali
setahun.
Di wilayah Aceh terdapat 408 Daerah Aliran Sungai (DAS) besar sampai kecil.
Pengelolaan sungai sebagai sumber daya air ditetapkan 11 Wilayah Sungai (WS) yang
terdapat di Aceh, berdasarkan Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No.11A/PRT/M/2006.
Klasifikasi WS yang ada di Aceh Tamiang, yaitu: WS Tamiang-Langsa.
mengacu kepada Atlas Cekungan Air Tanah Indonesia yang diterbitkan Departemen
Energi dan Sumber Daya Mineral tahun 2009, pada halaman lembar Aceh, dapat
diidentifikasikan ada 1 (satu) Cekungan Air Tanah (CAT) di wilayah Aceh Tamiang adalah
CAT Langsa dengan karakteristik sebagai berikut:
-

Jumlah Imbuhan Air Tanah bebas: 256 juta m3/tahun.

-

Jumlah Air Tertekan: 72 juta m3/tahun.
Kondisi iklim di Kabupaten Aceh Tamiang sangat dipengaruhi oleh perubahan arah

angin. Kecepatan angin berkisar antara 3 knots sampai 7,7 knots dengan rata-rata terendah
pada pada bulan Juli – Nopember dan tertinggi pada bulan Desember – Juni. Dan curah
hujan tahunan tertinggi sebesar 1681,1 mm/thn dan terendah 868,21 mm/thn, dengan ratarata tertinggi pada bulan Oktober – Maret dan terendah pada bulan April – September
sertarata-rata kelembaban udara sekitar 81,17 % dan temperatur berkisar antara 27,50 oC.

R P I J M, 2016 - 2020 I - 10

RENCANA PROGRAM
INVESTASI JANGKA MENENGAH (RPIJM)
BIDANG CIPTA KARYA
KABUPATEN ACEH TAMIANG
TAHUN 2016 - 2020

Tingkat curah hujan tertinggi terjadi pada bulan November mencapai 316,5 mm.
Curah hujan terendah pada umumnya terjadi pada bulan Juli mencapai 6,2 mm. Rata – rata
curah hujan di Kabupaten Aceh Tamiang pada tahun 2009 sebesar 146,7 mm.

Gambar 2.4
Peta Curah Hujan Kabupaten Aceh Tamiang

2.4.4. Resiko Bencana Alam
Kabupaten Aceh Tamiang terdiri dari wilayah-wilayah yang sebagian besar
merupakan perbukitan, bergelombang dan dataran. Potensi geodinamik gangguan
kestabilan berupa perpindahan massa tanah atau batuan penyusun lereng sangat dominan.
Faktor temperatur dan curah hujan, morfologi (kemiringan dan bentuk lereng), batuan
penyusun lereng, struktur geologi, kondisi hidrologi lereng dan jenis pemanfaatan lahan
lereng pada beberapa wilayah sangat berpotensi proses tanah longsor/gerakan tanah.
Beberapa kawasan rentan gerakan tanah dengan potensi tinggi meliputi wilayah Kecamatan
Bandar Pusaka, Sekerak, Tamiang Hulu dan Tenggulun.
Air sungai yang meluap ke lingkungan sekitarnya akibat curah hujan yang tinggi dan
menerus akan menggenangi permukaan daratan yang rendah dan berpotensi banjir.
Beberapa kawasan rentan banjir dengan potensi rendah dan tinggi meliputi wilayah
sempadan sungai pada aliran Sungai Simpang Kiri, Sungai Simpang Kanan dan Sungai
Tamiang dalam Kecamatan Tenggulun, Tamiang Hulu, Kejuruan Muda, Kota Kuala
Simpang, Rantau, Karang Baru, Manyak Payed, Seruway dan Bendahara.
R P I J M, 2016 - 2020 I - 11

RENCANA PROGRAM
INVESTASI JANGKA MENENGAH (RPIJM)
BIDANG CIPTA KARYA
KABUPATEN ACEH TAMIANG
TAHUN 2016 - 2020

Angin kencang berkecepatan tinggi yang bergerak melingkar menyentuh permukaan
bumi meliputi wilayah yang sangat luas berpotensi puting beliung, meliputi kawasan wilayah
Kecamatan Bandar Pusaka dan Tamiang Hulu.

Gambar 2.7
Peta Kawasan Rawan Bencana Kabupaten Aceh Tamiang

2.4.5. Isu Strategis Pembangunan Infrastruktur Bidang Cipta Karya
Perumusan isu-isu strategis dilakukan dari analisis berbagai fakta dan informasi yang
telah diidentifikasi serta hasil telaah terhadap Visi, Misi dan Program Kepala Daerah terpilih.
Sumber lain isu strategis meliputi masyarakat, dunia swasta, perguruan tinggi, dunia riset
dan lembaga non-profit berskala regional maupun nasional.
Belum optimalnya pelaksanaan pembangunan infrastruktur Bidang Cipta Karya yang
terintegrasi dan sinergis antar sektor, serta masih adanya fasilitas lingkungan permukiman
wilayah yang belum memadai standar teknis. Akurasi data, pelaporan dan program belum
tepat sasaran sehingga tantangan kedepan adalah bagaimana mengelola pembangunan
fisik infrastruktur lingkungan permukiman yang

sesuai dengan

arahan tata ruang dan

masterplan perencanaan daerah.

R P I J M, 2016 - 2020 I - 12

RENCANA PROGRAM
INVESTASI JANGKA MENENGAH (RPIJM)
BIDANG CIPTA KARYA
KABUPATEN ACEH TAMIANG
TAHUN 2016 - 2020

Permasalahan terhadap penyediaan rumah layak huni bagi masyarakat diantaranya :
(1) Terbatasnya akses masyarakat terhadap pembiayaan perumahan; serta (2) Belum
optimalnya sarana dan prasarana pendukung permukiman (sarana ibadah, jalan
permukiman, drainase, tempat pembuangan sampah dan sebagainya).
Upaya

pengendalian

kerusakan

lingkungan

permukiman

dilakukan

dengan

mempertahankan pelestarian dan meningkatkan kulitas daya dukung lingkungan terhadap
infrastruktur yang ada. Beberapa hal yang dihadapi adalah : (1) Kecenderungan
meningkatnya pencemaran lingkungan permukiman; (2) Masih rendahnya kapasitas dan
kualitas sumber daya manusia dan institusi pengelola lingkungan; dan (3) Kurang optimalnya
partisipasi masyarakat dalam menjaga dan memelihara lingkungan permukiman dan
infrastrukturnya; (4) Minimnya biaya anggaran pembangunan dan pengelolaan lingkungan
permukiman meliputi infrastruktur drainase, persampahan, air bersih dan jalan permukiman.
Beberapa kondisi pelayanan dan kualitas eksisting Bidang Cipta Karya yang harus
diperhatikan atau dikedepankan dalam perencanaan pembangunan, dimana dampaknya
yang signifikan bagi entitas (daerah/masyarakat) di masa datang, meliputi kejadian/keadaan
penting yang apabila tidak diantisipasi, akan menimbulkan kerugian yang lebih besar serta
akan menghilangkan peluang apabila tidak dimanfaatkan. Hal tersebut merupakan isu
strategis yang perlu perhatian pemerintah Kabupaten Aceh Tamiang diantaranya :
-

Perumahan dan Kawasan Permukiman
Pelayanan pemerintah daerah bersinergis dengan pusat untuk penanganan dan
peningkatan kualitas dilakukan melalui Kelompok Kerja dari beberapa Satuan Kerja
terkait, institusi dan lembaga dalam mempersiapkan Dokumen Rencana Pembangunan
dan Pengembangan Perumahan dan Kawasan Permukiman (RP3KP)

-

Penyediaan Air Minum dan Sanitasi Berbasis Masyarakat
Langkah-langkah pelayanan pemerintah daerah bersinergis dengan pusat dalam rangka
penyediaan air bersih dan sanitasi yang layak melalui pendekatan yang terencana,
sistimatik, terpadu dan menyeluruh dilakukan dengan sistem panitia kemitraan
melibatkan unsur satuan kerja dan masyarakat.

-

Percepatan Pembangunan Sanitasi Permukiman
Pengendalian dan tanggung jawab pelayanan pemerintah daerah bersinergis dengan
pusat untuk merealisasikan sanitasi permukiman yang sehat dan berkualitas melalui
implementasi Strategi Sanitasi Kabupaten (SSK), Memorandum Program Sanitasi (MPS)
dan Buku Putih Sanitasi (BPS) oleh Kelompok Kerja dari beberapa satuan kerja terkait.
R P I J M, 2016 - 2020 I - 13

RENCANA PROGRAM
INVESTASI JANGKA MENENGAH (RPIJM)
BIDANG CIPTA KARYA
KABUPATEN ACEH TAMIANG
TAHUN 2016 - 2020

-

Perencanaan dan Pengendalian Pelaksanaan Program Bidang Cipta Karya
Fasilitasi dan pendampingan pemerintah daerah bersinergis dengan pusat dalam rangka
peningkatan kapasitas dan kualitas sumber daya kelembagaan dan

aparatur untuk

pelayanan dan pembangunan bidang cipta karya dilakukan oleh Tim Satuan Tugas
Randal Kabupaten melalui arahan kebijakan dan dukungan serta kerjasama terkait
program kegiatan dan penganggaran pembangunan bidang cipta karya.

R P I J M, 2016 - 2020 I - 14