BAB 7 RENCANA PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR CIPTA KARYA KOTA BANJAR - DOCRPIJM c10572d6d5 BAB VIIBab 7 RPIJM Kota Banjar

Dokumen
Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM) ke-Cipta Karyaan
Kota Banjar

BAB 7
RENCANA PEMBANGUNAN
INFRASTRUKTUR CIPTA KARYA
KOTA BANJAR

7.1

Pengembangan Permukiman

7.1.1 Isu Strategis Pengembangan Permukiman
Penjabaran isu-isu strategis ini difokuskan pada bidang keciptakaryaan, seperti
kawasan kumuh di perkotaan, dan mengenai kondisi infrastruktur di perdesaan.
Isu-isu strategis pengembangan permukiman di Kota Banjar dapat dilihat pada
tabel dibawah ini.

No
1

2
3
4

5
6

Tabel 7.1
Isu-isu Strategis Pengembangan Permukiman Kota Banjar
Isu Strategis

Keterangan

Terdapat rumah tidak layak huni baik di kawasan permukiman
perkotaan maupun di permukiman pedesaan
Terdapat permukiman swadaya yang semakin padat, tidak teratur,
cenderung kumuh di pusat kota
Terpencarnya lokasi kawasan permukiman menyebabkan sukarnya
terpenuhi pelayanan infrastuktur dan prasarana lainnya
Masih terdapat permukiman pedesaan dengan karakter khusus yang

menyebabkan kebutuhan pengembangan standar infrastruktur
berbeda
Terdapat permukiman di sekitar sempadan sungai, sempadan rel
KA, dan daerah rawan bencana (banjir, longsor, putting beliung).

-

Rumah dan lingkungan berarsitektur khas yang
penurunan kualitas dan kehilangan ciri identitasnya

-

mengalami

-

-

7.1.2 Kondisi Eksisting Pengembangan Permukiman
Permukiman merupakan salah satu kebutuhan dasar manusia. Pemerintah wajib

memberikan akses kepada masyarakat untuk dapat memperoleh permukiman
yang layak huni, sejahtera, berbudaya, dan berkeadilan sosial. Untuk mencapai
hal tersebut terlebih dahulu perlu diketahui peraturan perundangan di tingkat
Kota Banjar (meliputi peraturan daerah, peraturan gubernur, peraturan
walikota/bupati, maupun peraturan lainya) yang mendukung seluruh tahapan
proses perencanaan, pembangunan, dan pemanfaatan pembangunan
permukiman.

7-1

Dokumen
Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM) ke-Cipta Karyaan
Kota Banjar

Tabel 7.2
Peraturan Daerah/Peraturan Gubernur/Peraturan Walikota/Bupati/Peraturan Lainnya
terkait Pengembangan Permukiman
Perda/Peraturan Gubernur/Peraturan
Walikota/Bupati/Peraturan Lainnya
No

Keterangan
No. Peraturan
Perihal
Tahun
1
Perda No. 17
Bangunan Gedung
2013
Pengelolaan Ruang
2
Perda No. 16
2013
Terbuka Hijau
Pengelolaan Sampah
Rumah Tangga dan
3
Perda No 15
Sampah Sejenis
2013
Sampah Rumah

Tangga
SK Walikota Banjar No.
Penetapan Lokasi
4
650/Kpts.119Permukiman Kumuh di
2014
DCKTLH/2014
Kota Banjar

Berdasarkan SK Walikota Banjar No. 650/Kpts. 119-DCKTLH/2014 tentang
Penetapan Lokasi Permukiman Kumuh di Kota Banjar diketahui luas kawasan
kumuh sebesar 187,95 Ha. Kawasan kumuh di Kota Banjar tersebar di 4 (empat)
kecamatan, untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel dibawah ini.
Tabel 7.3
Kawasan Kumuh Kota Banjar
No

Kelurahan

1

2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14

Neglasari
Cibeureum
Balongkang
Banjar
Mekarsari
Karangpanimbal

Pataruman
Hegarsari
Sinartanjung
Kujangsari
Bojongkantong
Rejasari
Muktisari
Waringinsari
Jumlah

Kecamatan
Banjar
Banjar
Banjar
Banjar
Banjar
Purwaharja
Pataruman
Pataruman
Pataruman

Langensari
Langensari
Langensari
Langensari
Langensari

Luas Kawasan
Kumuh
(Ha)
2,7
3,9
1,9
14,71
6,6
15,06
22,58
7,4
26,7
25,3
7,4

8,9
24,2
20,6
187,95

Sumber : SK Walikota Banjar No. 650/Kpts. 119-DCKTLH/2014 tentang Penetapan
Lokasi Permukiman Kumuh di Kota Banjar

7-2

Dokumen
Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM) ke-Cipta Karyaan
Kota Banjar

Tabel 7.4
Identifikasi Jumlah Rumah Pada Kawasan Kumuh
Kota Banjar
No
1
2

3
4

Lokasi Kawasan Kumuh
Kecamatan Banjar
Kecamatan Purwaharja
Kecamatan Pataruman
Kecamatan Langensari
Jumlah

Luas
Kawasan

Jumlah Rumah
Permanen
(Unit)

Jumlah
Rumah Semi
Permanen

(Unit)

29,81
15,06
56,68
86,40
187,95

9.642
4.184
9.182
10.165
33.173

2.727
1.084
3.874
9.399
17.084

Berdasarkan data dari Desa dan Kelurahan se-Kota Banjar tahun 2013 jumlah
rumah tidak layak huni mencapai 8,9% dari rumah keseluruhan. Hal Tersesebut
mengindikasikan bahwa masih banyak masyarakat yang hidup tidak layak huni
secara fisik maupun kesehatan.Tidak seluruh masyarakat yang tinggal di rumah
tidak layak huni di tanah milik sendiri tetapi ada sebagian kecil terpaksa
menggunakan lahan-lahan bukan miliknya (tumpang karang) di lahan-lahan
kosong milik orang lain, di sempadan sungai, , Sempadan jalan dan sempadan
jalur kereta api (aktif dan yang akan diaktifkan jalur Banjar- Cijulang) dengan
kualitas perumahan yang jauh di bawah standar. Perumahan sawadaya juga ada
yang terletak dikawasan rawan bencana patahan tanah di lingkungan Cipadung.
Pengembangan pembangunan perumahan belum menyentuh pada masyarakat
berpenghasilan rendah (MBR).
Perkembangan pembangunan perumahan dan permukiman yang dilakukan oleh
developer ataupun swadaya masyarakat sampai saat ini belum menunjukan pola
yang terpadu dengan penyehatan / sanitasi lingkungan. Pembangunan
Perumahan oleh developer/pengembang dalam perencanaan dan pembangunan
kurang memperhatikan lingkungan terutama dengan pembangunan drainase
limbah rumah tangga dan septik tank secara komunal, Drainase yang dibangun
belum memperhatikan perbedaaan elevasi saluran sehingga terjadi genangan
dan ditunjang lagi dengan kemampuan drainase untuk menanggakap limpasan
air hujan. Isu strategisnya belum terbangunnya pengelolaan limbah rumah
tangga dan septik tank komunal yang menjadi permasalahan adalah faktor
kesiapan dari manusia, ketersediaan lahan dan teknologi pengolahan limbah
yang berwawasan lingkungan,
Pembangunan rumah swadaya yang dilakukan oleh masyarakat seiring dengan
pertumbuhan penduduk dan perkembangan pembangunan kota di beberapa
kawasan terutama di pusat kota dengan kepadatan penduduk dan kepadatan
bangunan yang tinggi diperlukan sarana dan prasarana di perumahan atau
permukiman padat yang cenderung kumuh. Penurunan kualitas hidup yang
terjadi antara lain terjadi dalam bentuk, penurunan kesehatan akibat lingkungan
yang tidak sehat. Implikasinya biaya kesehatan juga akan mengalami
peningkatan.
Bentuk lainnya adalah lingkungan yang mengalami kerusakan karena adanya
kesenjangan antara kapasitas infrastruktur dengan volume kegiatan. Jika terjadi
terus menerus akan berdampak pada penurunan masa guna suatu barang

7-3

Dokumen
Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM) ke-Cipta Karyaan
Kota Banjar

publik. Secara keseluruhan dampak tersebut terakumulasi menjadi social cost
(biaya sosial). Setiap tambahan biaya sosial sebagai dampak kepadatan
penggunaan barang publik akan menjadi beban baru pengembangan kawasan
yang akan mengurangi nilai kota dari waktu ke waktu.

7.1.3 Permasalahan Dan Tantangan
Permasalahan dan tantangan pengembangan permukiman di Kota Banjar dirinci
berdasarkan aspek teknis, aspek kelembagaan, aspek pembiayaan, aspek peran
serta masyarakat/swasta dan aspek lingkungan permukiman. Untuk lebih jelasnya
mengenai permasalahan dan tantangan pengembangan permukiman di Kota
Banjar dapat dilihat pada tabel dibawah ini.
Tabel 7.5
Identifikasi Permasalahan dan Tantangan Pengembangan Permukiman
di Kota Banjar
No

Aspek
Pengembangan
Permukiman

1

Aspek Teknis

2

Aspek
Kelembagaan

3

Aspek Pembiayaan

4

Aspek Peran Serta
Masyarakat/Swasta

5

Aspek Lingkungan
Permukiman

Permasalahan yang Dihadapi
1. Terdapat rumah tidak
layak huni baik di
kawasan permukiman
perkotaan maupun di
permukiman pedesaan.
2. Masih banyak rumah yang
tidak sesuai dengan aspek
keselamatan teknis

Kurangnya pendanaan untuk
kegiatan pengembangan
permukiman
1. Kurangnya kesadaran
masyarakat terhadap
pembangunan rumah
yang layak dikarenakan
aspek ekonomi yang
hanya cukup untuk
memenuhi kebutuhan
pokok
2. Peran serta masyarakat
terbatas akibat kurangnya
sosialisasi peraturan
daerah mengenai
perumahan dan
permukiman
1. Terdapat permukiman
swadaya yang semakin
padat, tidak teratur,
cenderung kumuh di pusat

Tantangan
Pengembangan

Alternatif Solusi

1. Kordinasi dan kerjasama
penyelenggaraan
infrastruktur perkotaan
2. Penguatan kapasitas
kelembagaan masyarakat
dalam pengelolaan
permukiman dan
infrastruktur perkotaan
Meningkatkan kerjasama
pendanaan dalam penyediaan
permukiman layak huni antara
pemerintah, swasta, kelompok
masyarakat dan masyarakat

Mendorong pembangunan
infrastruktur permukiman
secara berkelompok
Menstimulasi kemandirian
masyarakat dalam
pemeliharaan dan peningkatan
kualitas lingkungan melalui
dukungan program
percontohan oleh pemerintah

7-4

Dokumen
Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM) ke-Cipta Karyaan
Kota Banjar

No

Aspek
Pengembangan
Permukiman

Permasalahan yang Dihadapi

Tantangan
Pengembangan

Alternatif Solusi

kota.
2. Terpencarnya lokasi
kawasan permukiman
menyebabkan sukarnya
terpenuhi pelayanan
infrastuktur dan prasarana
lainnya.
3. Masih terdapat
permukiman pedesaan
dengan karakter khusus
yang menyebabkan
kebutuhan pengembangan
standar infrastruktur
berbeda.
4. Terdapat permukiman di
sekitar sempadan sungai,
sempadan rel KA, dan
daerah rawan bencana
(banjir, longsor, putting
beliung).
5. Rumah dan lingkungan
berarsitektur khas yang
mengalami penurunan
kualitas dan kehilangan
ciri identitasnya

7.1.4 Analisis Kebutuhan Pengembangan Permukiman
Analisis kebutuhan merupakan tahapan selanjutnya dari identifikasi kondisi
eksisting. Analisis kebutuhan mengaitkan kondisi eksisting dengan target
kebutuhan yang harus dicapai. Analisis kebutuhan juga harus mengacu pada
target pengembangan permukiman yang termuat dalam RPIJM, RTRW maupun
Renstra SKPD.
Kebutuhan pengembangan permukiman Kota Banjar diprioritaskan sesuai
dengan arahan RPJMN tahun 2015 – 2019 yaitu penuntasan kawasan
permukiman kumuh hingga 0% di tahun 2019. Berdasarkan hal tersebut maka
disusunlan roadmap penuntasan kawasan kumuh seperti yang terlihat pada tabel
dibawah ini.
Tabel 7.6
Analisis Pengurangan Kawasan Kumuh Kota Banjar
Tahun 2015 – 2019
Tahun
Luas Kawasan Kumuh (Ha)

2015
187,95

Roadmap Penanganan Kawasan
Per Tahun (Ha)
Roadmap Gerakan 100-0-100

100%

2016

2017

2018

2019

140,96

93,98

46,99

-

16,48

16,48

16,48

16,48

75%

50%

25%

0%

Sumber : Hasil Analisis Tahun 2016

7-5

Dokumen
Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM) ke-Cipta Karyaan
Kota Banjar

7.1.5 Kriteria Persiapan Daerah
Dalam pengembangan permukiman di Kota Banjar, kriteria kesiapan daerah
yang sudah ada dan yang akan dilaksanakan meliputi:
1.

SK Walikota Banjar No. 650/Kpts. 119-DCKTLH/2014 tentang Penetapan
Lokasi Permukiman Kumuh di Kota Banjar

2.

Dokumen DED Kawasan Kumuh Sumanding dan Kawasan Kumuh Cibulan
pada Tahun 2017

7.1.6 Usulan Program Dan Kegiatan
A. Usulan Program dan Kegiatan Pengembangan Permukiman
Setelah melalui tahapan analisis kebutuhan untuk mengisi kesenjangan
antara kondisi eksisting dengan kebutuhan, maka disusunlah usulan program dan
kegiatan. Usulan program dan kegiatan berdasarkan skala prioritas dengan
memperhatikan kriteria kesiapan daerah. Untuk lebih jelasnya mengenai usulan
dan prioritas program infrastruktur permukiman Kota Banjar dapat dilihat pada
tabel dibawah ini.

No
1

2

Tabel 7.7
Usulan dan Prioritas Program Infrastruktur Permukiman Kota Banjar
Biaya
Kegiatan
Vol
Satuan
(x Rp 1.000.-)
Perencanaan dan DED
Kawasan Kumuh

Penataan Kawasan
Kumuh

1
1

Dok
Dok

100.000
100.000

26,4

Ha

6.000.000

15,04

Ha

6.000.000

2

Ha

4.500.000

2

Ha

4.000.000

51

Ha

5.000.000

13,6

Ha

5.000.000

1,1

Ha

5.000.000

12,7

Ha

5.000.000

8,6

Ha

5.000.000

42,3

Ha

500.000

8,6

Ha

5.000.000

Lokasi

Kawasan Kumuh Sumanding
Kawasan Kumuh Cibulan
Kawasan Kumuh Babakansari
Kelurahan Pataruman
Kawasan Kumuh Cikadu
Kelurahan Karangpanimbal
Kawasan Kumuh Pangadegan
Kelurahan Hegarsari
Kawasan Kumuh Bantaran
Sungai Ciroas
Kawasan Permukiman Kumuh
Sindanggalih Rejasari
Kawasan Permukiman Kumuh
Margasari Sasagaran
Bojongkantong
Kawasan Kumuh Jadimulya Kel.
Hegarsari
Kawasan Kumuh Cikadu
Karangpanimbal
Kawasan Kumuh Lingkungan
Sukarame
Kawasan Pemukiman Kumuh
Sukanegara Waringinsari
Kawasan Permukiman Kumuh
Sumanding

7-6

Dokumen
Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM) ke-Cipta Karyaan
Kota Banjar

No

3

Kegiatan

Peningkatan Kualitas
Permukiman

Biaya
(x Rp 1.000.-)

Vol

Satuan

22,1

Ha

5.000.000

1,1
1,1
8,6
8,6

Ha
Ha
Ha
Ha

500.000
1.500.000
1.500.000
200.000
59.900.000

Jumlah

Lokasi
Penataan Kawasan Permukiman
Kumuh Cibulan
Cikabuyutan
Cikabuyutan
Cimenyan
Cimenyan

Sumber : Hasil Analisis Tahun 2016

B.

Usulan Pembiayaan Pembangunan Permukiman

Usulan pembiayaan dapat dijabarkan baik yang bersumber dari APBD Kota
Banjar, APBD Provinsi Jawa Barat, APBN, maupun masyarakat dan swasta. Untuk
lebih jelasnya mengenai usulan pembiayaan program infrastruktur permukiman
Kota Banjar dapat dilihat pada tabel dibawah ini.

No

1
2
3

Kegiatan

Tabel 7.8
Usulan Pembiayaan Program Infrastruktur Permukiman Kota Banjar
APBD
Masy
Swasta
APBN
APBD Prov
Kab/kota
(Rp x
(Rp x
(Rp x Juta)
(Rp x Juta)
(Rp x Juta)
Juta)
Juta)

Perencanaan dan DED
Kawasan Kumuh
Penataan Kawasan
Kumuh
Peningkatan Kualitas
Permukiman

CSR
(Rp x
Juta)

Total
(Rp x Juta)

-

-

200

-

-

-

200

47.000

4.500

4.500

-

-

-

56.000

3.000

-

700

-

-

-

3.700

Jumlah

59.900

Sumber : Hasil Analisis Tahun 2016

Usulan program pembangunan Pengembangan Permukiman Kota Banjar secara
rinci telah tertuang dalam Indikasi Program RPIJM. Adapun untuk lebih jelasnya
dapat dilihat pada Tabel Lampiran 1 Rencana Program Investasi Jangka
Menengah (RPIJM) Pengembangan Permukiman Kota Banjar.

7.2

Penataan Bangunan Dan Lingkungan

7.2.1 Isu Strategis Penataan Bangunan Dan Lingkungan
Penataan Bangunan dan Lingkungan merupakan serangkaian kegiatan yang
diperlukan sebagai bagian dari upaya pengendalian pemanfaatan ruang,
terutama untuk mewujudkan lingkungan khususnya wujud fisik bangunan dan
lingkungannya. Kondisi Penataan Bangunan dan Lingkungan di Kota Banjar
masih belum diperhatikan dan diprioritaskan dalam program pembangunan
bidang Cipta Karya. Adapun isu strategis bidang Penataan Bangunan dan
Lingkungan di Kota Banjar dapat dilihat pada tabel dibawah ini.

7-7

Dokumen
Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM) ke-Cipta Karyaan
Kota Banjar

Tabel 7.9
Isu Strategis Penataan Bangunana dan Lingkungan
Kota Banjar
Kegiatan Sektor PBL
Isu Strategis

No
1

Aspek Penyelenggaraan
Bangunan Gedung Dan
Rumah Negara

2

Aspek Teknis

3

Aspek Sumber Daya
Manusia (SDM)

1. Pengelolaan data dan informasi pembangunan di kawasan
pusat pemerintahan belum optimal
2. Perlunya pemeliharaan gedung-gedung pemerintahan secara
berkala
1. Masih kurangnya Dokumen Perencanaan Bidang Penataan
Bangunan dan Lingkungan
2. Kurangnya sosialisasi peraturan perundang-undangan
tentang perijinan
1. Keterbatasan SDM dalam perencanaan dan pengawasan
bangunan gedung seringkali tidak dapat mengimbangi
volume pekerjaan

7.2.2 Kondisi Eksisting Penataan Bangunan Dan Lingkungan
Kondisi eksisting penataan bangunan dan lingkungan di Kota Banjar belum dapat
dipaparkan secara mendetail. Hal ini dikarenakan hingga saat ini Kota Banjar
belum memiliki dokumen perencanaan pendukung yang dapat menjelaskan
mengenai kondisi eksisting Penataan Bangunan dan Lingkungan.
Dalam ketersediaan peraturan mengenai Penataan Bangunan dan Lingkungan
Kota Banjar telah memiliki peraturan daerah terkait sektor ini. Adapun peraturan
daerah yang mengatur mengenai Penataan Bangunan dan Lingkungan di Kota
Banjar yaitu :
1.

Perda No 17 Tahun 2013 tentang Bangunan Gedung

2.

Perda No 16 Tahun 2013 tentang pengelolaan Ruang Terbuka Hijau.

Ketersediaan ruang terbuka dan Ruang terbuka hijau sangat dibutuhkan oleh
Kota Banjar Regulasi yang mengatur batasan minimal sebesar 30% RTH
harus dipenuhi secara bertahap. Proses pelaksanannya memerlukan strategi
terobosan untuk dapat membangun RTH publik di Kota Banjar dengan diiringi
kualitas`dan sebarannya dari tiingkat kota, kecamatan, desa kelurahan sampai
dusun/lingkungan yang ideal bagi lingkungan yang seimbang. RTH di
permukiman padat di pusat kota atau lingkungan cepat tumbuh menjadi kendala
karena ketersediaan lahan.

7.2.3 Permasalahan Dan Tantangan
Permasalahan dan tantangan penataan bangunan dan lingkungan di Kota Banjar
dirinci berdasarkan aspek teknis, aspek kelembagaan, aspek pembiayaan, aspek
peran serta masyarakat/swasta dan aspek lingkungan permukiman yang meliputi
kegiatan penataan lingkungan permukiman, kegiatan penyelenggaraan
bangunan gedung dan rumah negara serta kegiatan pemberdayaan komunitas
dalam penanggulangan kemiskinan. Permasalahan dan tantangan serta solusi
alternatif pemecahannya dalam penataan bangunan dan lingkungan di Kota
Banjar diantaranya :

7-8

Dokumen
Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM) ke-Cipta Karyaan
Kota Banjar

1.

Masih kurangnya Dokumen Perencanaan Bidang Penataan Bangunan dan
Lingkungan Kota Banjar

2.

Keterbatasan SDM dalam perencanaan dan pengawasan bangunan gedung
seringkali tidak dapat mengimbangi volume pekerjaan

3.

Pengelolaan data dan informasi
pemerintahan belum optimal

4.

Sarana dan prasarana yang masih terbatas dalam pengendalian dan
pengawasan

5.

Kurangnya sosialisasi peraturan perundang-undangan tentang perijinan

6.

Perlunya pemeliharaan gedung-gedung pemerintahan secara berkala.

pembangunan

di

kawasan

pusat

7.2.4 Analisis Kebutuhan Penataan Bangunan Dan Lingkungan
Analisis kebutuhan program dan kegiatan sektor penataan bangunan dan
lingkungan mengacu pada lingkup tugas Direktorat Jenderal Cipta Karya untuk
sektor penataan bangunan dan lingkungan pada Permen PU No. 8 Tahun 2010.
Pada Permen PU No. 8 Tahun 2010, dijabarkan bahwa kegiatan penataan
bangunan dan lingkungan meliputi:
1.

Peraturan Penataan Bangunan Lingkungan

2.

Penyelenggaraan Bangunan Gedung

3.

Penataan Bangunan

4.

Program Pengembangan Kota Hijau (P2KH)

5.

Revitalisasi Kawasan Tematik Perkotaan

6.

Pengembangan Kawasan Destinasi Wisata

7.

Rawan Bencana

8.

Kawasan Tematik Perkotaan dan Khusus Lainnya

9.

Pos Lintas Batas Negara

Adapun berdasarkan peraturan diatas maka dapat diidentifikasi kebutuhan
Bidang Penataan Bangunan dan Lingkungan Kota Banjar. Untuk lebih jelasnya
mengenai kebutuhan Penataan Bangunan dan Lingkungan di Kota Banjar dapat
dilihat pada tabel berikut ini.

No
I.
1.

Tabel 7.10
Perkiraan Kebutuhan Program Pengembangan Penataan Bangunan dan Lingkungan
Kota Banjar
Tahun
Tahun Tahun Tahun
Tahun I
Tahun II
III
IV
V
VI
Uraian
Unit
Lokasi
Kegiatan Penataan Lingkungan Permukiman
Penyusunan
Dok
Kawasan
RTBL
Langensari

Ket

Sumber : Hasil Analisis Tahun 2016

7-9

Dokumen
Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM) ke-Cipta Karyaan
Kota Banjar

7.2.5 Kriteria Persiapan Daerah
Untuk mendukung program dan kegiatan Penataan Bangunan dan Lingkungan di
Kota Banjar, kriteria kesiapan daerah yang sudah ada dan yang akan
dilaksanakan meliputi:
1.

Dokumen Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan (RTBL) di Kawasan
Langensari pada tahun 2018.

7.2.6 Usulan Program Dan Kegiatan
Usulan prioritas program dan kegiatan Sektor Penataan Bangunan dan
Lingkungan di Kota Banjar telah tertuang dalam indikasi program RPIJM Bidang
Cipta Karya tahun 2017 - 2022. Untuk lebih jelasnya mengenai usulan program
tersebut dapat dilihat pada Tabel Lampiran 2 Rencana Program Investasi Jangka
Menengah (RPIJM) Penataan Bangunan dan Lingkungan (PBL) Kota Banjar.

7.3

Sistem Penyediaan Air Minum (Spam)

7.3.1 Isu Strategis Pengembangan Spam
Terdapat isu-isu strategis yang diperkirakan akan mempengaruhi upaya
Indonesia untuk mencapai target pembangunan di bidang air minum. Isu-isu
strategis tersebut adalah::
1.

Peningkatan Akses Aman Air Minum

2.

Pengembangan Pendanaan

3.

Peningkatan Kapasitas Kelembagaan

4.

Pengembangan dan Penerapan Peraturan Perundang-undangan

5.

Pemenuhan Kebutuhan Air Baku untuk Air Minum

6.

Peningkatan Peran dan Kemitraan Badan Usaha dan Masyarakat

7.

Penyelenggaraan Pengembangan SPAM yang Sesuai dengan Kaidah Teknis
dan Penerapan Inovasi Teknologi

Sedangkan untuk Kota Banjar isu strategis pembangunan bidang air minum,
meliputi :
1.

Cakupan pelayanan perpiaan PDAM 27,45% dan Non PDAM 59% dimana
belum semua daerah terlayani perpipaan perkotaan baik perpipaan
pedesaan

2.

Penggunaan air yang tidak layak mencapai 33%. (tidak layak karena sumur
gali tidak terlindungi)

3.

Terdapat daerah rawan air di beberapa kelurahan dan desa

4.

Minat dan daya beli masyarakat terhadap pelayanan PDAM masih kurang

7 - 10

Dokumen
Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM) ke-Cipta Karyaan
Kota Banjar

7.3.2 Kondisi Eksisting Pengembangan SPAM
Pelayanan air bersih untuk Kota Banjar terdiri dari sistem perpipaan dan sistem
non perpipaan seperti sumur gali, sumur bor, sungai dan sebagainya. Sistem
pelayanan air bersih perpipaan di Kota Banjar dikelola oleh PDAM Tirta Anom
Kota Banjar yang dibentuk berdasarkan Perda no.23 Tahun 2004, awalnya
perusahaan ini merupakan Cabang dari PDAM Kabupaten Ciamis.
A. Sistem Pelayanan
Saat ini PDAM Kota Banjar baru mampu melayani 29,09% ( 59.204 jiwa)
dari jumlah penduduk Kota Banjar 203.512 jiwa. Sedangkan penduduk di
wilayah teknis yang terlayani sebanyak 59.204 jiwa atau 36,94% dari
jumlah penduduk yang ada jaringan pipa PDAM sebanyak 160.268 jiwa.
Cakupan pelayanan tahun 2012 menurun 0,01% dibanding cakupan
pelayanan tahun 2011 yang mencapai 36,95%.
Cakupan pelayanan masih dibawah target RPJMN tahun 2012 sebesar
62,5% disebabkan prosentase kenaikan jumlah pelanggan lebih kecil
dibandingkan dengan prosentase pertumbuhan laju penduduk, kondisi
wilayah geografis yang sulit untuk pemasangan jaringan pipa, jaringan
pipa transmisi sudah terpasang namun pipa distribusinya belum ada, masih
rendahnya kesadaran masyarakat menggunakan air bersih dari PDAM Tirta
Anom, serta masih banyaknya sumber alternatif air lainnya khususnya di
wilayah Banjar Barat, Banjar Timur, Cisaga dan Langensari, sementara
debit air baku yang diolah PDAM hanya sebesar 170 l/det.
Wilayah pelayanan PDAM Kota Banjar dibagi atas 5 (empat) wilayah
pelayanan, yang mencakup:
1.

Wilayah Pusat Kota (Banjar Kota) , dengan jumlah sambungan 4.983
SR;

2.

Wilayah Banjar Barat, dengan jumlah sambungan 1.993 SR;

3.

Wilayah Banjar Timur, dengan jumlah sambungan 1.605 SR;

4.

Wilayah Cisaga, dengan jumlah sambungan 567 SR;

5.

Wilayah Langensari, dengan jumlah sambungan 435 SR.

No
1
2
3
4
5

Tabel 7.11
Jumlah Sambungan Awal
Sambungan Rumah (SR) Di Kota Banjar
Unit Kerja
Jumlah
Cabang Pelayanan Banjar Barat
Cabang Pelayanan Banjar Kota
Cabang Pelayanan Banjar Timur
IKK Langensari
Unit Pelayanan Cisaga
JUMLAH

1,993
4,983
1,605
435
567
9,583

Sumber : RISPAM Kota Banjar Tahun 2013

7 - 11

Dokumen
Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM) ke-Cipta Karyaan
Kota Banjar

Tabel 7.12
Jumlah Rencana Pemutusan Sambugan
Sambungan Rumah (SR) Di Kota Banjar
UNIT KERJA
JUMLAH

NO
1
2
3
4
5

Cabang Pelayanan Banjar Barat
Cabang Pelayanan Banjar Kota
Cabang Pelayanan Banjar Timur
IKK Langensari
Unit Pelayanan Cisaga
JUMLAH

300
720
300
24
48
1,392

Sumber : RISPAM Kota Banjar Tahun 2013

Tabel 7.13
Jumlah Rencana Penyambungan Sambungan
Sambungan Rumah (SR) Di Kota Banjar
UNIT KERJA
JUMLAH

NO
1
2
3
4
5

Cabang Pelayanan Banjar Barat
Cabang Pelayanan Banjar Kota
Cabang Pelayanan Banjar Timur
IKK Langensari
Unit Pelayanan Cisaga
JUMLAH

300
720
300
24
48
1,392

Sumber : RISPAM Kota Banjar Tahun 2013

B.

Aspek Teknis

1.

Sumber Air Baku dan Unit Produksi
Sumber air baku yang diproses berasal dari Sungai Citanduy yang telah
dimanfaatkan sebagai sumber air dalam system pelayanan air minum di
Kota Banjar dengan total debit minimal 4.180 l/dt. Saat ini terdapat 4
(empat) unit Instalasi Pengolahan Air (IPA) yang dimiliki oleh PDAM Tirta
Anom Kota Banjar dengan kapasitas terpasang 120 l/dt, seluruh IPA
tersebut berada dalam satu kompleks yang terletak di Desa Purwaharja.
Bangunan IPA Beton Purwaharja, merupakan sarana pengolahan lengkap
dari beton bertulang (instalasi konvensional), dengan kapasitas nominal
(perencanaan) sebesar 60 l/dt. Bangunan ini terdiri dari unit koagulasi,
flokulasi, sedimentasi dan filtrasi. Pembubuhan koagulan dilakukan secara
gravitasi pada bak dimana pipa inlet air baku berada, dan kaporit pada
outlet filtrat yang menuju ke reservoir 100 m3 , tidak terdapat sarana
pembubuhan kapur sebagai netralisator air bersih.
Koagulasi dilakukan dengan mengandalkan energi dari ketinggian jatuhnya
air pipa inlet, unit ini terdiri dari 2 unit bak koagulator masing-masing
dilengkapi V-notch yang berfungsi pengaduk cepat (koagulator) dilengkapi
dengan bak penenang (stiling basin) dan saluran pembagi (splitter channel).
Selanjutnya dari unit koagulator air baku yang sudah tercampur secara
homogen dengan koagulan menuju ke unit flokulator yang konstruksinya
terbuat dari beton baffle channel yang terdiridari 2 kompartemen dilengkapi
baffle channel berupa saluran terbuka pada masing-masing kompartemen

7 - 12

Dokumen
Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM) ke-Cipta Karyaan
Kota Banjar

yang diatur secara gradual disesuaikan berdasarkan rencana gradasi Nilai
G, sistem ini umum disebut horizontal baffle channel flows, maksud dari
pembentukan saluran tersebut agar air proses yang melalui saluran tersebut
memperoleh nilai gradien kecepatan (G value) sesuai dengan kriteria
flokulator. Fenomena air proses yang terjadi di unit ini adalah proses
pertumbuhan flok yang sifatnya terakumulasi menjadi ukuran (size) dan
berat (density) tertentu. Hal ini memungkinkan karena ditetapkannya nilai
gradien kecepatan secara gradual dari besar ke kecil.
Unit sedimentasi terdapat zona pengaliran vertikal dilengkapi plate settler
berupa high rate settling, juga stilling basin yang letaknya pada zone inlet.
Selain itu lamella ini terbuat dari asbes yang diletakan dengan sudut 60o,
dan jarak efektif plate adalah sebesar 2,5 cm dari masing-masing plate.
Pada zone outlet terdapat 3 buah talang air (launder) berupa pipa pvc untuk
mengkoleksi supernatan (supernatant water) pada masing-masing saluran
dilengkapi lubang (orifice hole) berdimensi ND 25 mm.
Supernatan dari unit sedimentasi menuju proses selanjutnya yaitu ke unit
saringan (filter), kriteria filter yang digunakan adalah filter cepat (rapid sand
filter) tipe gravitasi (gravity filter), pada unit ini diharapkan mikroflok yang
ada dalam air proses dapat disisihkan sehingga efluen yang dihasilkan
adalah air bersih (clear water) yang selanjutnya ditampung pada bak air
bersih (reservoir 100 m3). Filter terdiri 4 unit dilengkapi launder untuk
backwash, media pasir setebal 75 cm dengan effective size butir pasir 0,600,80 mm sebagai media filtrasi, disamping itu pada underdrain terdapat
media support krikil dan manifold dan lateral pipe yang dilengkapi orifice
hole. Backwash yang dilakukan berupa backwash menggunakan pompa
sentrifugal.

No.

Wtp

Tabel 7.14
Instalasi PDAM Tirta Anom Kota Banjar
Kapasitas
Sumber
Tahun
Produksi
Air
Operasi
(lt/dt)

1.
2.
3.
4.

Konvensional
Paket Baja I
Paket Baja II
Paket Baja Langensari

S. Citanduy
S. Citanduy
S. Citanduy
S. Citanduy

1979
2003
2007
2007

5.

UF (Ultra Filtration)

S. Citanduy

2013

60
20
20
20
120
50

Jam
Operasi
19
19
19
19

Sistim
Operasi
Pengolahan
Lengkap.

19

Sumber : RISPAM Kota Banjar Tahun 2013

7 - 13

Dokumen
Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM) ke-Cipta Karyaan
Kota Banjar

Gambar 7.1
Skematik Sistem Penyediaan Air Bersih Eksisting
PDAM Tirta Anom Kota Banjar

Unit Instalasi Pengolahan Air (IPA) yang digunakan untuk melayani Kota
Banjar terdiri dari 4 (empat) unit dan 1 (satu) unit UF, dimana sumber air
baku berasal dari sungai Citanduy.
1. IPA Purwaharja
Instalasi Purwaharja memiliki kapasitas 60 L/dt, 20 L/dt dan 20 L/dt
dimana sumber air baku yang diolah berasal dari Sungai Citanduy..

2. IPA Langensari
Instalasi Langensarii memiliki kapasitas 20 L/dt dimana sumber air baku
yang diolah berasal dari Sungai Citanduy

7 - 14

Dokumen
Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM) ke-Cipta Karyaan
Kota Banjar

3. UF (Ultra Filtration)
Unit Filtration memiliki
kapasitas
50
L/dt
dimana sumber air
baku
yang
diolah
berasal dari Sungai
Citanduy

Proses pengolahan air baku menjadi air bersih yang siap didistribusikan ke
konsumen adalah sebagai dari kapasitas sumber air baku yang ada yaitu
sebesar 4.180 L/dt sudah terpasang IPA sebesar 150 L/dt.
2.

Unit Distribusi
Sistem pendistribusian air minum ke daerah pelayanan terdiri dari beberapa
sistem, yaitu:
a. Sistem jaringan pipa
Sistem pendistribusian air melalui
pemompaan ke daerah pelayanan;

jaringan

pipa

dengan

cara

b. Sistem Hidran Umum
Merupakan sarana pelayanan air bersih untuk daerah pemukiman
tertentu dan sebagian penduduknya yang belum mampu menjadi
pelanggan air minum melalui sambungan rumah dan menggunakan
tarif sosial.
C. Aspek Pendanaan
Memperhatikan SK Menteri Dalam Negeri No.: 47 Tanggal 31 Mei 1999 tentang
Pedoman Penilaian Kinerja Perusahaan Air Minum dan hasil audit BPKP
mengenai tingkat kesehatan PDAM Kota Banjar pada tahun 2012, PDAM Kota
Banjar mendapatkan skor 61,67; berarti masuk dalam kategori ” BAIK”
dibanding dengan tahun 2011 (49,10), nilai skor tahun 2012 tersebut mengalami
peningkatan sebesar 12,15 poin.
Dibandingkan dengan hasil penilaian yang dilakukan oleh BPP-SPAM, hasilnya
tidak jauh berbeda; BPP- SPAM menyatakan bahwa PDAM Kota Banjar pada
tahun yang sama masuk kategori “ SEHAT”.
Nilai aktiva tahun 2011 sebesar Rp 1.177.118.222 juta, berkembang menjadi
Rp 1.927.686.333 juta pada akhir tahun 2012, naik sebesar Rp 750.568.111
juta. Sedangkan kewajiban jangka panjang dari tahun 2011 sebesar Rp
1.146.291.813 juta menjadi Rp 1.400.593.853 juta pada akhir tahun 2012 atau
mengalami kenaikan sebesar Rp 254.302.040 juta. Perkembangan aktiva
dibanding dengan perkembangan kewajiban/utang menunjukkan gambaran
yang seimbang.

7 - 15

Dokumen
Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM) ke-Cipta Karyaan
Kota Banjar

1.

Tarif – Retribusi
Tarif dasar air minum ditetapkan berdasarkan realisasi pemakaian riel
untuk tiap kelompok yaitu kelompok rumah tangga, badan sosial, niaga,
industri, instansi pemerintah/ABRI, serta Kran Umum, yang mengacu pada
Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 23 tahun 2007.

No
1
2
3
4
5
6
7

Tabel 7.15
Pendapatan Air dalam Meter (M3)
Uraian
2012
Rumah Tangga
- Kelompok A
- Kelompok B
- Kelompok C
Sosial Umum
Sosial Khusus
Niaga 1
Niaga 2
Industri
Instansi Pem/ABRI
Tangki Air
Pendapatan Air ( 𝐦𝟑 )

3. 279
1.671.290
22.591
7.780
94.277
154.890
19.145
2.792
396.050
888
2.372.982

Sumber : RISPAM Kota Banjar Tahun 2013

2.

Pendapatan
Melihat pendapatan air didapat untuk tahun 2011 dan 2012, dari tahun
tersebut terlihat peningkatan sumbangan sektor domestik dan sosial, namun
diikuti penurunan peran serta sektor lain seperti industri dan umum.
Tabel 7.16
Pendapatan Air dalam Rupiah
Uraian
2012

No
1
2
3
4
5
6
7
8

Rumah Tangga
Instansi Pemerintah
Niaga Kecil
Niaga Besar
Industri
Badan Sosial
Kran Umum
Tangki Air
Pendapatan Air ( 𝐦𝟑 )

6.139.334.500
1.967.469.500
859.170.800
115.159.850
27.011.100
253.171.000
18.513.200
16.355.000
9.396.184.950

2011
4.722.326.850
883.242.000
367.442.000
57.577.450
477.596.750
19.291.400
26.410.100
6.553.886.450

Sumber : RISPAM Kota Banjar Tahun 2013

3.

Pengeluaran
Dari data pengeluaran tahunan yang didapat sebagaimana terlihat pada
tabel di atas, PDAM Bandung cukup berhasil menekan pengeluaran

7 - 16

Dokumen
Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM) ke-Cipta Karyaan
Kota Banjar

operasionalnya walaupun pada tahun 2008 mengalami kenaikan kembali
tetapi tidak sebesar tahun 2006.
Walaupun dengan keterbatasan data yang didapat dari tabel tersebut
terlihat bahwa harga pokok air masih lebih tinggi dari harga air terjual,
yang mengindikasikan neraca rugi/ laba yang negatif yang membuat PDAM
Kota Bandung tergolong PDAM “sakit”.
D. Kelembagaan
Struktur Organisasi PDAM Tirta Anom ditetapkan berdasarkan Peraturan Walikota
Banjar Nomor 14 tahun 2010 tanggal 16 Agustus 2010 tentang ketentuanketentuan Pokok Kepegawaian Perusahaan Daerah Air Minum Tirta Anom Kota
Banjar.
Untuk melaksanakan kegiatan operasional perusahaan selanjutnya diterbitkan
Surat Keputusan Direktur PDAM Tirta Anom Kota Banjar Nomor
18/Kpts/PDAM/Bjr/VIII/2010 tanggal 31 agustus 2010 tentang Struktur
Organisasi dan Tata Kerja PDAM Tirta Anom Kota Banjar. Dalam Struktur
tersebut, tugas Direktur dibantu olah :


Kepala Bagian Administrasi Keuangan



Kepala Bagian Teknik



Kepala Cabang/Unit (3 Cabang dan 1 unit)

Jumlah Karyawan PDAM Tirta Anom Kota Banjarper 31 Desember 2012 adalah
sebanyak 75 orang yang melayani 9.583 sambungan langganan (SL), sehingga
rasio karyawan dengan jumlah sambungan adalah 1 : 127,77 masih di bawah
rasio ( 1 : 167) yang ditetapkan oleh Keputusan Menteri Dalam Negri Nomor 47
tahun 1999 tentang Pedoman Penilaian Kinerja. Di bawah ini diuraikan kelompok
tenaga kerja/ karyawan berdasarkan beberapa kategori seperti profil karyawan
berdasarkan status, berdasarkan tingkat pendidikan.

NO
1
2
3
4
5
6

Tabel 7.17
Profil Karyawan PDAM berdasarkan Tingkat Pendidikan Tahun 2012
31 DESEMBER
30 DESEMBER
TINGKAT
PERUBAHAN
2012
2012
PENDIDIKAN
(ORANG)
(ORANG)
(ORANG)
Pasca Sarjana
Sarjana
Sarjana Muda
SLTA
SLTP
SD
JUMLAH

1
13
2
41
8
9
75

1
13
2
37
8
9
71

4
4

Sumber : RISPAM Kota Banjar Tahun 2013

7 - 17

Dokumen
Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM) ke-Cipta Karyaan
Kota Banjar

NO
1
2
3
4
5

Tabel 7.18
Profil Karyawan PDAM berdasarkan Golongan Tahun 2012
31 DESEMBER
30 DESEMBER
PERUBAHAN
GOLONGAN
2012
2012
(ORANG)
(ORANG)
(ORANG)
Golongan D
Golongan C
Golongan B
Golongan A
Kontraktor/Honorer
JUMLAH

1
23
36
6
9
75

1
23
32
36
9
71

4
4

Sumber : RISPAM Kota Banjar Tahun 2013

NO
1
2
3
4

Tabel 7.19
Profil Karyawan PDAM berdasarkan Tingkat Pendidikan Tahun 2012
31 DESEMBER
30 DESEMBER
TINGKAT
PERUBAHAN
2012
2012
PENDIDIKAN
(ORANG)
(ORANG)
(ORANG)
Pegawai Tetap
60
61
(1)
Calon Pegawai
6
6
Tenaga Kontrak
9
10
(1)
Honorer Tetap
JUMLAH
75
71
4

Sumber : RISPAM Kota Banjar Tahun 2013

7.3.3 Permasalahan Dan Tantangan
Permasalahan yang dihadapi oleh Kota Banjar dalam pengembangan SPAM
meliputi :
a. Aspek teknis

B. Masih rendahnya tingkat pelayanan PDAM karena masih terbatasnya
kemampuan PDAM terutama dari segi pembiayaan khsususnya dalam
menambah kapasitas daerah pelayanan.
C. Durasi pengaliran rata-rata baru mencapai 19 jam/hari.
D. Program pengelolaan air bersih Kota Banjar belum terintegrasi. Hal ini
disebabkan oleh Kota Banjar belum mempunyai Rencana Induk (master plan)
pelayanan air bersih.
1.

Cakupan pelayanan yang masih rendah

2.

Assesories dan kualitas bahan masih kurang optimal

3.

Full Pumping, karena membutuhkan supply energy listrik untuk
operasional system, baik produksi maupun distribusi, yang
berdampak terhadap ongkos produksi dan distribusi yang relative
lebih mahal.

4.

Kehilangan air pada system distribusi karena kebcoran pipa

5.

Tarif air yang masih rendah.

7 - 18

Dokumen
Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM) ke-Cipta Karyaan
Kota Banjar

b. Aspek Pembiayaan
Pendapatan Air (termasuk beban tetap) per kelompok tarif pada PDAM Tirta
Anom Kota Banjar Tahun 2012 sebesar Rp. 9.396.184.950,00. Dari rata-rata
harga jual air per 𝑚2 adalah sebesar 134,29% dari rata-rata harga pokok air
per 𝑚2 atau lebih tinggi 34,29% dari titik impas (break event point) yang
berarti perusahaan masih untung sebesar Rp. 647,16 per 𝑚2 air terjual.
Namun pada kenyataannya NRW distribusi PDAM Tirta Anom Kota Banjar
tahun 2012 adalah 33,53% dengan jumlah biaya keseluruhan (full cost) Rp.
9.928.628.536, maka harga pokok air per 𝑚2 yang sebenarnya adalah
sebesar Rp. 4.184,03. Dengan demikian PDAM Tirta Anom Kota Banjar
mengalami kerugian sebesar Rp. 224,38 atau 5,36% dari harga pokok.
Kondisis demikian mengakibatkan kemampuan perusahaan untuk melakukan
investasi dalam rangka rehabilitasi dan ekspansi usaha menjadi sangat
rendah.

7.3.4 Analisis Kebutuhan Sistem Penyediaan Air Minum
a. Analisis Kebutuhan Pengembangan SPAM
Proyeksi kebutuhan air bersih secara domestik didasarkan pada jumlah
penduduk. Menurut Permen PU No. 18 tahun 2007, kebutuhan air domestik di
perkotaan adalah sebesar 120-190 liter/orang/hari. Sedangkan kebutuhan air
bersih non domestik yaitu kebutuhan air untuk kegiatan penunjang kota, yang
terdiri dari kegiatan komersial yang berupa industri, perkantoran, dan lainlain, maupun kegiatan sosial seperti sekolah, rumah sakit dan tempat ibadah.
Sesuai dengan Permen PU No. 18 tahun 2007 perhitungan kebutuhan air non
domestik dengan menambahkan 20% dari kebutuhan domestik yang
disesuaikan dengan kebutuhan spesifik daerah.
Pada saat ini penyedian air bersih lebih terfokus pada pelayanan sistem
perpipaan. Pelayanan air Bersih perpipaan di Kota Banjar selama ini melayani
21% sedangkan untuk pelayan air bersih untuk wilayah administratif Kota
Banjar 38%. Kondisi pelayanan air perpipaan tersebut masih cukup rendah
karena belum terpasangnya seluruh jaringan distribusi.
Untuk lebih jelasya mengenai Rencana Tingkat Pelatanan, Proyeksi Kebutuhan
Air Bersih Kota Banjar dapat dilihat pada tabel berikut ini.

7 - 19

Dokumen
Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM) ke-Cipta Karyaan
Kota Banjar

Tabel 7.20
Tingkat Pelayanan Penduduk Kota Banjar Tahun 2013-2028

Sumber : RISPAM Kota Banjar Tahun 2013

b. Kebutuhan Pengembangan SPAM
Realisasi dan target pengembangan sistem penyediaan air minum di Kota
Banjar dapat dilihat pada tabel analisis kebutuhan oengembangan SPAM
berikut ini.

No

Output

1

Pembangunan SPAM
Kws. Perkotaan
Terfasilitasi

Tabel 7.21
Analisis Kebutuhan Pengembangan SPAM
Kebutuhan
Satuan
Tahun I
Tahun II
Tahun III
Paket
Paket

Tahun
IV

Optimalisasi IPA
Purwaharja Tahap II
Optimalisasi IPA
Langensari

7 - 20

Tahun
V

Dokumen
Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM) ke-Cipta Karyaan
Kota Banjar

Kebutuhan
No

Output

Satuan

Tahun I

Paket
Paket
Paket
Paket
Paket

2

Pengembangan
Jaringan Perpipaan
Kws. Perkotaan

Paket
Paket

Paket

Paket

Tahun II
Pembangunan
Gedung Kantor PDAM
Reposisi Pipa Distribusi
Utama dia.300 mm
Reposisi Pipa Distribusi
Utama dia.250 mm
Reposisi Pipa Distribusi
Utama dia.200 mm
Reposisi Pipa Distribusi
Utama dia.150 mm
Reposisi Pipa Distribusi
Utama dia.110 mm
Pembangunan
Jembatan Pipa Blok
Katapang
Penambahan
Kapasitas dan
Pembangunan
Reservoar Gunung
Babakan
Pengadaan dan
Pemasangan Pipa
Distibusi Langensari
(dia. 6" - 4")

Tahun III

Tahun
IV

Pekerjaan Jaringan
dan Sambungan SR

Sumber : Hasil Analisis Tahun 2016

7.3.5 Kriteria Persiapan Daerah
Untuk mendukung program dan kegiatan pengembangan SPAM di Kota Banjar,
kriteria kesiapan daerah yang sudah ada dan yang akan dilaksanakan meliputi:

E. Dokumen Rencana Induk Sistem Pengembangan Air Minum (RISPAM) Kota
Banjar yang telah disusun pada tahun 2013.
7.3.6 Usulan Program Dan Kegiatan
Usulan dan prioritas program komponen Pengembangan SPAM disusun
berdasarkan paket-paket fungsional dan sesuai kebijakan prioritas program
seperti pada RPJM. Penyusunan tersebut memperhatikan kebutuhan air minum
berkaitan dengan pengembangan atau pembangunan sektor dan kawasan
unggulan.
Usulan prioritas program dan kegiatan Sektor Penataan Bangunan dan
Lingkungan di Kota Banjar telah tertuang dalam indikasi program RPIJM Bidang
Cipta Karya tahun 2017 - 2022. Untuk lebih jelasnya mengenai usulan program
tersebut dapat dilihat pada Tabel Lampiran 3 Rencana Program Investasi Jangka
Menengah (RPIJM) Air Minum Kota Banjar.

7 - 21

Tahun
V

Dokumen
Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM) ke-Cipta Karyaan
Kota Banjar

7.4

Penyehatan Lingkungan Permukiman

7.4.1 Air Limbah
A. Isu Strategis Pengembangan Air Limbah
Isu-isu strategis dalam pengelolaan air limbah permukiman di Indonesia
antara lain:
1. Akses masyarakat terhadap pelayanan pengelolaan air limbah permukiman
Sampai saat ini walaupun akses masyarakat terhadap prasarana sanitasi
dasar mencapai 90,5% di perkotaan dan di pedesaan mencapai 67%
(Susenas 2007) tetapi sebagian besar fasilitas pengolahan air limbah
setempat tersebut belum memenuhi standar teknis yang ditetapkan.
Sedangkan akses layanan air limbah dengan sistem terpusat baru
mencapai 2,33% di 11 kota (Susenas 2007 dalam KSNP Air Limbah).
2. Peran Masyarakat
Peran masyarakat berupa rendahnya kesadaran masyakat dan belum
diberdayakannya potensi masyarakat dan dunia usaha dalam pengelolaan
air limbah serta terbatasnya penyelenggaraan pengembangan sistem
pengelolaan air limbah permukiman berbasis masyarakat.
3. Peraturan perundang-undangan
Peraturan perundang-undangan meliputi lemahnya penegakan hukum dan
belum memadainya perangkat peraturan perundangan yang dibutuhkan
dalam sistem pengelolaan air limbah permukiman serta belum lengkapnya
NSPM dan SPM pelayanan air limbah.
4. Kelembagaan
Kelembagaan meliputi kapasitas SDM yang masih rendah, kurang
koordinasi antar instansi dalam penetapan kebijakan di bidang air limbah,
belum terpisahnya fungsi regulator dan operator, serta lemahnya fungsi
lembaga bidang air limbah.
5. Pendanaan
Pendanaan terutama berkaitan dengan terbatasnya sumber pendanaan
pemerintah dan rendahnya alokasi pendanaan dari pemerintah yang
merupakan akibat dari rendahnya skala prioritas penanganan pengelolaan
air limbah. Selain itu adalah rendahnya tarif pelayanan air limbah sehingga
berakibat pihak swasta kurang tertarik untuk melakukan investasi di bidang
air limbah.
Sedangkan isu-isu strategis dalam pengelolaan air limbah di Kota Banjar
meliputi :
1. Di kota Banjar mayoritas penduduk sudah mempunyai jamban pribadi yaitu
sebesar 75% dan 51% mengaku menggunakan tangki septik, akan tetapi
sebesar 89% tidak pernah dikosongkan
2. Masih terdapat penduduk yang membuang air limbah domestik langsung
ke selokan.
3. Kurangnya kesadaran masyarakat dalam pengelolaan limbah domestik.

7 - 22

Dokumen
Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM) ke-Cipta Karyaan
Kota Banjar

4. Lemahnya penegakan hukum.
5. Kurang sosialisasi kepada masyarakat.
6. Septik tank tidak memenuhi syarat teknis (kurang sosialisasi dan
pengetahuan).
B.

Kondisi Eksisting Pengembangan Air Limbah

1.

Aspek Teknis
Sistem pembuangan limbah cair di Kota Banjar saat ini masih belum
mengenal sewerage system. Sewerage system adalah sistem pembuangan
air limbah di mana semua air kotor di suatu wilayah, baik air bekas cucian,
air dari dapur, air dari kamar mandi, maupun air dari kakus disalurkan
bersama ke suatu tempat untuk diolah. Sewerage system ini bersifat tertutup
dan dipisahkan dari sistem pembuangan air hujan (drainase).
Kondisi saat ini air limbah yang berasal dari air bekas cucian, air dari
dapur, air kamar mandi, dan air limpahan dari tangki septik dibuang ke
saluran drainase bergabung dengan air hujan mengalir ketempat yang
lebih rendah melalui saluran alami dan saluran buatan. Jaringan air limbah
rumah tangga mengikuti saluran air kota yang tersedia. Pengolahan air
limbah terjadi secara alami ketika air mengalir. Air limbah rumah tangga di
Kota Banjar sebagian besar berakhir di Sungai Citanduy yang merupakan
sungai terbesar di Kota Banjar.
Pengolahan air limbah domestik Kota Banjar umumnya menggunakan
sistem sanitasi setempat (on site system) dengan menggunakan jamban,
baik yang dikelola secara individu maupun secara komunal, yang
dilengkapi dengan tangki septik atau cubluk. Disamping itu dengan adanya
sungai-sungai yang mengalir melalui Kota Banjar dapat dimanfaatkan
sebagai tempat buangan air limbah. Namun untuk menghindari terjadinya
pencemaran air sungai maka jenis air limbah yang dapat di buang ke
sungai-sungai tersebut berupa air limbah cair, sedangkan penggunaan
sistem sanitasi terpusat (off site system) sampai saat ini belum bisa ada
dikarenakan biaya tinggi.
Pembuangan limbah domestik yang berupa air limbah padat di kota Banjar
dilakukan dengan beberapa cara. Pada daerah permukiman yang
terstruktur, penduduk mengunakan tangki septik individual atau tangki
septik komunal. Pada permukiman yang tidak terstruktur, sebagian
penduduknya menggunakan tangki septik individual maupun cubluk dan
masih banyak penduduknya menggunakan aliran sungai dan saluran irigasi
sebagai pembuangan air limbah. Air bekas cucian, dapur dan kamar
mandi disalurkan langsung kesaluran drainase, kali dan saluran lainnya.
Sistem pelelolaan air limbah domestik di Kota Banjar secara teknis dilayani
oleh :
 Sistem setempat (on site system)
Merupakan sistem pengolahan limbah dimana fasilitas instalasi
pengolahan berada di dalam persil atau batas tanah yang dimiliki dapat
berupa :

7 - 23

Dokumen
Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM) ke-Cipta Karyaan
Kota Banjar

1. septic tank
2. cubluk
3. plengsengan
Dari tempat penampungan tersebut, kemudian yang dilanjutkan
pengangkutan dengan mobil tanki tinja dengan pengolahan lumpur tinja
di IPLT. Untuk lebih jelasnya mengenai distem sanitasi onsite di Kota
Banjar dapat dilihat pada gambar berikut ini.

Gambar 7.2
Diagram system sanitasi on site

 Sistem Terpusat (offsite system)
Sistem terpusat (offsite system) adalah sistem suatu pengolahan air
limbah dengan menggunakan suatu jaringan perpipaan untuk
menampung dan mengalirkan air limbah ke suatu tempat instalasi
pengolahan air limbah (IPAL) untuk selanjutnya diolah.
Pengolahan
dimaksudkan untuk mengkondisikan air limbah agar siap untuk diolah
pada pengolahan tahap selanjutnya yaitu :
1. pengolahan primer, dimaksudkan untuk memisahkan secara fisik
partikel tersuspensi (SS) sehingga beban pada unit pengolahan
selanjutnya dapat dikurangi, prosesnya menggunakan system
pengendapan dan pengapungan.
2. pengolahan sekunder, pada tahap ini akan terjadi proses penguraian
(secara biologis atau biokimia dengan bantuan mikroorganisma) dan
menguraikan zat-zat organic, perosesnya menggunakan lumpur aktif,
cakram biologis, trikling filter, extended aeration, dan oxidation pond.

7 - 24

Dokumen
Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM) ke-Cipta Karyaan
Kota Banjar

Gambar 7.3
Diagram system sanitasi off site

Tabel 7.22
Diagram Sistem Sanitasi Pengelolaan Air Limbah Domestik
Input

User
Interface

Penampungan
Awal

Pengaliran

Bak Kontrol

Saluran Tersier,
Sekunder (Riol
Kota)

Pengolahan
Akhir

Pembuangan
/ Daur Ulang

Kode/Nama
Aliran

Black Water
Grey Water dari
permukiman

Saluran
Pembuang
Saliran
Sungai Besar
(Citanduy
dan Ciseel)

Air Limbah dari
Home industri
Air Limbah
Rumah Sakit

Tidak ada data

Sumber : Buku Putih Sanitasi (BPS) Kota Banjar Tahun 2012

Kelompok Fungsi
User Interface

Penampungan
Awal
Pembuangan/Daur
Ulang

Tabel 7.23
Sistem Pengelolaan Air Limbah Yang Ada Di Kota Banjar
Teknologi yang
Jenis Data
(Perkiraan) Nilai Data
digunakan
Sekunder
Jumlah
WC Sentor
13.500 WC
(kuantitas
KK
13.000 KK
Tersambung
Jumlah
Tangki Septik
13.500 Tangki
(kuantitas)
Saliran Sungai Besar
Sungai
Nama Sungai
(Citanduy dan Ciseel)

Sumber Data
Dinas Kesehatan,
kecamatan/kelurahan
Dinas Kesehatan,
kecamatan/kelurahan
Dinas Kesehatan,
kecamatan/kelurahan
Dinas Cipta Karya

Sumber : Buku Putih Sanitasi (BPS) Kota Banjar Tahun 2012

7 - 25

Dokumen
Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM) ke-Cipta Karyaan
Kota Banjar

Tabel 7.24
Pembuangan Limbah di Kota Banjar
URAIAN
JUMLAH/VOLUME

No
1

2

3

4

5

Jumlah Timbulan Tinja/Black Water
- Pengguna tangki septic dan Umum (Rumah)
- Standar timbulanTinja/Org/Hr

47.340 unit
0,4 kg/hari

- Jumlah Timbulan (kg)

75.744 kg

Jumlah Timbulan Grey Water
- Standar timbulan Org/Hr
- Jumlah Timbulan (m3)
Jumlah Tinja terangkut
- Mobil tinja Milik Pemerintah (unit)
Jumlah Mobil tinja (unit)
Kapasitas tangki (m3)
Jumlah Rit
- Mobil Tinja Milik Swasta
Jumlah Mobil tinja (unit)
Kapasitas tangki (m3)
Jumlah Rit / 1 hari
Kapasitas IPLT
- Dibangun (tahun)
- Umur Pakai (tahun)
- Kapasitas terpasang (m3)
- Kapasitas terpakai (m3)

Rata-rata 1 septik
tank 4 orang

2 lt/orang/hari
396,6 m3

2 unit
3 m3
3 rit/minggu
-

Tidak ada operator
swasta

2010
15
9
Tidak tersedia
fasilitas IPAL

Kapasitas IPAL
-

KETERANGAN

Dibangun (tahun)
Umur Pakai (tahun)
Kapasitas terpasang (m3)
Kapasitas terpakai (m3)

-

Sumber : Buku Putih Sanitasi (BPS) Kota Banjar Tahun 2012

2.

Pendanaan
Biaya pelayanan penyedotan kakus yang dibebankan kepada konsumen
berdasarkan Peraturan Daerah Nomor 5 Tahun 2011Tentang Retribusi
Pelayanan Persampahan/ Kebersihan Dan Retribusi Penyediaan Dan/Atau
Penyedotan Kakus. Yang terdiri dari klasifikasi sebagai berikut :
a. Komersial sebesar Rp 175.000 per m³
-

Industri

-

Hotel/penginapan

-

Perkantoran swasta

-

Pertokoan

-

Pasar

-

Rumah sakit swasta

-

Asrama swasta

7 - 26

Dokumen
Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM) ke-Cipta Karyaan
Kota Banjar

b. Non komersial sebesar Rp 100.000 per m³
-

Rumah tinggal

c. Sosial Rp 75.000,- per m³ yang terdiri dari
-

rumah ibadah

-

gedung sekolah

-

panti asuhan

-

asrama sekolah

C. Permasalahan dan Tantangan
Permasalahan utama dalam pengelolaan air limbah di Kota Banjar adalah
limbah domestik. Hal ini dikarenakan belum sadarnya masyarakat dengan
ancaman yang dapat di timbulkan akibat limbah domestik itu, berikut berbagai
permasalahan yang sangat mendesak dalam bidang limbah domestik.
Permasalahan pengelolaan air limbah yang dihadapi oleh Pemerintah Daerah
Kota Banjar dari aspek teknis dan non teknis dapat dilihat pada tabel berikut ini.
Tabel 7.25
Permasalahan Mendesak Di Sub Sector Pembuangan Limbah
Kota Banjar Tahun
Isu Strategis dan Permasalahan
Uraian
Non Teknis
Teknis

No
1

on site system

 User interface (kloset)

 Pengumpulan/penampungan

 IPLT

Kurang sosialisasi
kepada
masyarakat
kurangnya
kesadaran
masyarakat
dalam
pengelolaan
limbah
domestik
Kurangnya
SDM
dalam
pengelolaan IPLT

masih banyak
penduduk yang
membuang air
limbah domestik
langsung ke
selokan

X

Lemahnya
penegakan
hukum

X

Sumber : Buku Putih Sanitasi (BPS) Kota Banjar Tahun 2012

D. Kriteria Kesiapan Daerah
Untuk mendukung program dan kegiatan pengelolaan air limbah di Kota Banjar
kriteria kesiapan daerah yang sudah ada dan yang akan dilaksanakan meliputi:
1.

Dokumen Strategi Sanitsi Kota (SSK) Kota Banjar disusun tahun 2012

2.

Dokumen Buku Putih Sanitasi (BPS) Kota Banjar disusun tahun 2012

7 - 27