PENGARUH TEKANAN KETAATAN, KOMPLEKSITAS TUGAS DAN KEAHLIAN AUDIT TERHADAP AUDIT JUDGMENT (Studi Empiris pada Kantor Akuntan Publik di Surabaya).

(1)

SKRIPSI

Oleh :

ASTRI WIJAYATRI 0613010237/FE/EA

FAKULTAS EKONOMI

UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN”

JAWA TIMUR


(2)

DAN KEAHLIAN AUDIT TERHADAP AUDIT JUDGMENT

(Studi Empiris pada Kantor Akuntan Publik di Surabaya)

yang diajukan :

ASTRI WIJAYATRI 0613010237/FE/EA

disetujui untuk ujian lisan oleh

Pembimbing Utama

Dr. Sri Trisnaningsih, SE, MSi Tanggal : ………. NIP. 030.217.167

Wakil Dekan I Fakultas Ekonomi

Drs. Ec. Saiful Anwar, MSi NIP. 030.194.437


(3)

DAN KEAHLIAN AUDIT TERHADAP AUDIT JUDGMENT

(Studi Empiris pada Kantor Akuntan Publik di Surabaya)

Disusun oleh :

ASTRI WIJAYATRI

0613010237/FE/EA telah dipertahankan dihadapan dan diterima oleh Tim Penguji Skripsi

Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi

Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur Pada tanggal, 26 November 2010

Pembimbing Utama Tim Penguji Utama Ketua

DR. Sri Trisnaningsih, SE. MSi DR. Sri Trisnaningsih, SE. MSi

Sekretaris

Drs. Ec. Eko Riyadi, MAks

Anggota

Dra. Ec. Erna Sulityowati, MM

Dekan Fakultas Ekonomi

DR.H. Dhani Ichsanudin Nur, MM NIP. 030.202.389


(4)

dan hidayah-Nya, sehingga tugas penyusunan skripsi dengan judul : “Pengaruh Tekanan Ketaatan, Kompleksitas tugas dan Keahlian Audit Terhadap Audit

Judgment (Studi Empiris pada Kantor Akuntan Publik di Surabaya)”, dapat

terselesaikan dengan baik.

Adapun maksud penyusunan skripsi ini adalah untuk memenuhi sebagian persyaratan agar memperoleh gelar Sarjana Ekonomi Jurusan Akuntansi pada Fakultas Ekonomi Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur di Surabaya.

Sejak adanya ide sampai tahap penyelesaian skripsi ini, penulis menyadari sepenuhnya bahwa banyak mendapat bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu penulis ingin menyampaikan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :

1. Bapak Prof. Dr. Ir. Teguh Soedarto, MP, selaku Rektor Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.

2. Bapak Dr. Dhani Ichsanudin Nur, MM, selaku Dekan Fakultas Ekonomi Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.

3. Ibu Dr. Sri Trisnaningsih, SE, MSi, sebagai Ketua Program Studi Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur. 4. Ibu Dr. Sri Trisnaningsih, SE, MSi, selaku Dosen Pembimbing Utama yang telah

banyak meluangkan waktunya dalam memberikan bimbingan, pengarahan, dorongan dan saran untuk penulis.

5. Para dosen dan staff karyawan Fakultas Ekonomi Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur


(5)

dorongan semangat baik material maupun spiritual, dan memberikan curahan kasih sayangnya sampai skripsi ini selesai.

Semoga Allah SWT memberikan rahmat-Nya atas semua bantuan yang telah mereka berikan selama penyusunan skripsi ini.

Penulis menyadari bahwa dengan terbatasnya pengalaman serta kemampuan, memungkinkan sekali bahwa bentuk maupun isi skripsi ini jauh dari sempurna. Untuk itu penulis mengharapkan kritik dan saran dari berbagai pihak yang mengarah kepada kebaikan dan kesempurnaan skripsi ini.

Sebagai penutup penulis mengharapkan skripsi ini dapat memberikan sumbangan kecil yang berguna bagi masyarakat, almamater, dan ilmu pengetahuan.

Surabaya, November 2010

Penulis


(6)

DAFTAR ISI... iii

DAFTAR TABEL... vii

DAFTAR GAMBAR... viii

ABSTRAKSI... ix

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang ... 1

1.2. Perumusan Masalah... 5

1.3. Tujuan Penelitian... 6

1.4. Manfaat Penelitian... 6

BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Penelitian Terdahulu ... 8

2.2. Landasan Teori ... 12

2.2.1. Auditing ... 12

2.2.1.1. Definisi Auditing ... 12

2.2.1.2. Jenis – Jenis Audit ... 13

2.2.1.3. Jenis – Jenis Auditor ... 15

2.2.1.4. Tahap – Tahap Pelaksanaan Audit... 16

2.2.1.5. Standar Auditing ... 18

2.2.1.6. Standar Profesional Akuntan Publik... 19

2.2.2. Audit Judgment... 21

2.2.2.1. Konsep Audit Judgment... 21


(7)

Audit ... 25

2.2.2.4. Judgment Auditor Mengenai Keputusan Going Concern ... 26

2.2.3. Tekanan Ketaatan... 28

2.2.3.1. Konsep Tekanan Ketaatan ... 28

2.2.3.2. Pengaruh Tekanan Ketaatan Terhadap Audit Judgment... 29

2.2.4. Kompleksitas Tugas... 32

2.2.4.1. Konsep Kompleksitas Tugas... 32

2.2.4.2. Aspek Kompleksitas Tugas... 33

2.2.4.3. Klasifikasi Tugas Berdasarkan Tingkat Kompleksitasnya... 34

2.2.4.4. Pengaruh Kompleksitas Tugas Terhadap Audit Judgment... 36

2.2.5. Keahlian Audit ... 37

2.2.5.1. Pengertian Keahlian Audit ... 37

2.2.5.2. Pengaruh Keahlian Audit Terhadap Audit Judgment ... 39

2.2.6. Pengaruh Tekanan Ketaatan, Kompleksitas tugas dan Keahlian Audit Terhadap Audit Judgment... 40

2.3. Kerangka Pikir ... 41

2.4. Hipotesis ... 42


(8)

3.1.2. Pengukuran Variabel... 44

3.2. Teknik Penentuan Sampel ... 46

3.2.1. Populasi... 46

3.2.2. Sampel... 47

3.3. Teknik Pengumpulan Data ... 48

3.3.1. Jenis dan Sumber Data... 48

3.3.2. Metode Pengumpulan Data... 48

3.4. Uji Kualitas Data ... 49

3.4.1. Uji Validitas ... 49

3.4.2. Uji Reliabilitas ... 49

3.4.3. Uji Normalitas... 49

3.5. Asumsi Klasik... 50

3.6. Teknik Analisis Dan Uji Hipotesis ... 52

3.6.1. Teknik Analisis ... 52

3.6.2. Uji Hipotesis ... 52

3.6.2.1. Uji Kesesuaian Model... 52

3.6.2.2. Uji Parsial... 53

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1. Deskripsi Objek Penelitian ... 55

4.1.1. Sejarah Berdirinya Akuntan Publik ... 55

4.1.2. Ketentuan dan Peraturan ... 56

4.1.3. Cara Akuntan Publik Menjual Jasanya ... 57


(9)

4.3.1.1. Uji Validitas, Reliabilitas Dan Normalitas ... 61

4.3.1.1.1. Uji Validitas... 61

4.3.1.1.2. Uji Reliabilitas ... 63

4.3.1.1.3. Uji Normalitas ... 64

4.3.2. Uji Asumsi Klasik... 65

4.3.3. Teknik Analisis Regresi Linier Berganda... 67

4.3.4. Uji Hipotesis ... 69

4.3.4.1. Uji Kesesuaian Model... 69

4.3.4.2. Uji Parsial ... 70

4.4. Pembahasan ... 72

4.4.1. Implikasi ... 72

4.4.2.Perbedaan Dengan Penelitian Sebelumnya... 75

4.4.3.Konfirmasi Hasil Penelitian Dengan Tujuan Dan Manfaat... 76

4.4.4.Keterbatasan Penelitian... 76

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1. Kesimpulan... 77

5.2. Saran ... 77

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN


(10)

Tabel. 2.1 Hubungan Antara Materialitas Dan Jenis Opini ... 24

Tabel. 2.2 Tingkatan Dan Tanggung Jawab Staf Dalam KAP... 31

Tabel. 4.1 Rekapitulasi Jawaban Responden Mengenai Tekanan Ketaatan (X1) ... 58

Tabel. 4.2 Rekapitulasi Jawaban Responden Mengenai Kompleksitas tugas (X2) ... 59

Tabel. 4.3 Rekapitulasi Jawaban Responden Mengenai Keahlian Audit (X3) ... 60

Tabel. 4.4 Rekapitulasi Jawaban Responden Mengenai Audit Judgment (Y) ... 61

Tabel. 4.5 Hasil Uji Validitas Dengan Program SPSS. 16.0 For Windows. 62 Tabel. 4.6 Hasil Uji Reliabilitas Dengan Program SPSS. 16.0 For Windows 63 Tabel. 4.7 Hasil Uji Normalitas Dengan Program SPSS. 16.0 For Windows 64 Tabel. 4.8 Hasil Uji Multikolinieritas… ... 65

Tabel. 4.9 Hasil Uji Heteroskedastisitas… ... 66

Tabel. 4.10 Hasil Pendugaan Parameter Regresi Linier Berganda … ... 67

Tabel. 4.11 Hasil Analisis Uji Kesesuaian Model … ... 69

Tabel. 4.12 Koefisien Determinasi (R Square / R2) …... 69

Tabel. 4.13 Hasil Analisis Variabel Bebas Terhadap Variabel Terikat … .. 70


(11)

Gambar. 2.1. Diagram Kerangka Pikir... 42


(12)

ix Oleh :

ASTRI WIJAYATRI Abstrak

Seorang auditor dalam proses audit memberikan opini dengan judgement yang didasarkan pada kejadian masa lalu, sekarang dan akan datang. Hogart (1992) dalam Jamilah dkk (2007) mengartikan judgement sebagai proses kognitif yang merupakan perilaku pemilihan keputusan. Judgement merupakan suatu proses yang terus menerus dalam perolehan informasi. Kuantitas informasi yang akan diperoleh auditor dalam suatu pekerjaan audit sangatlah kompleks. Banyaknya jumlah informasi yang harus diproses dan tahapan pekerjaan yang harus dilakukan untuk menyelesaikan sebuah pekerjaan mengindikasikan tingkat kompleksitas tugas yang sedang dihadapi oleh auditor. Suatu judgement diperlukan untuk menyeleksi informasi. Informasi tersebut agar dapat diproses lebih lanjut secara efektif dan efisien. Selain itu untuk menyelesaikan sebuah pekerjaan audit, auditor dituntut untuk memiliki keahlian (expertise), yang terdiri dari unsur pengalaman dan pengetahuan baik yang bersifat umum maupun yang khusus, yang meliputi pengetahuan area auditing, akuntansi, dan karakteristik yang dimiliki oleh kliennya. Pengetahuan yang memadai mengenai karakteristik yang dimiliki perusahaan akan mempengaruhi pandangan auditor terhadap bukti atau informasi yang ditemukan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui serta menganalisa secara empiris sejauh mana pengaruh tekanan ketaatan, kompleksitas tugas dan keahlian audit terhadap audit judgement

Sampel yang digunakan dalam penelitan ini 30 Kantor Akuntan Publik (KAP) di Surabaya, Sedangkan sumber data yang digunakan berasal dari jawaban kuisioner yang disebar pada 30 responden dan kuesioner tersebut terdiri dari 27 item pernyataan yang dibagi menjadi 4 bagian. Data yang diperoleh dianalisis dengan menggunakan teknik analisis regresi linier berganda dengan alat bantu komputer, yang menggunakan program SPSS. 16.0 For Windows

Dari hasil analisis dapat disimpulkan bahwa hipotesis 1 yang menyatakan bahwa tekanan ketaatan, kompleksitas tugas, dan keahlian audit berpengaruh signifikan terhadap audit judgement, teruji kebenarannya dan hipotesis 2 yang menyatakan bahwa kompleksitas tugas berpengaruh paling dominan terhadap audit judgement, teruji kebenarannya.

Keyword : Tekanan Ketaatan, Kompleksitas tugas, Keahlian Audit, dan


(13)

1 1.1 Latar Belakang

Untuk mempertanggungjawabkan aktivitas bisnis perusahaan yang dikelolanya, pihak manajemen akan menerbitkan sebuah laporan keuangan pada tiap akhir periode yang dapat memberikan gambaran mengenai kinerja manajemen dalam mengelola sumber-sumber daya organisasi. Laporan keuangan merupakan hal yang penting bagi perusahaan, terutama bagi perusahaan yang menerbitkan saham-sahamnya secara luas di pasar modal (go public), dimana penerbitan saham secara tidak langsung memberikan hak kepada public untuk dapat mengetahui segala informasi yang berkaitan dengan perusahaan tersebut.

Laporan keuangan yang disusun oleh manajemen digunakan puhak-pihak yang berkepentingan, baik pemegang saham, investor, kreditor, pemerintah serta pemegang kepentingan lainnya untuk membuat keputusan ekonomi sehingga informasi yang ada di dalamnya harus relevan, handal, dan bebas dari salah saji yang material. Oleh sebab itu, diperlukan jasa penjaminan dari pihak ketiga yang independent untuk memberikan keyakinan bahwa laporan keuangan yang disajikan pihak manajemen bebas dari salah saji yang material yang menyesatkan sehingga dapat dipercaya dan diandalkan sebagai dasar dalam pembuatan keputusan bisnis.

Jasa penjaminan yang umum digunakan untuk memperbaiki kualitas informasi bagi pengguna laporan keuangan adalah jasa audit atas laporan


(14)

merupakan suatu proses sistematik untuk memperoleh dan megevaluasi bukti secara objektif mengenai pernyataan-pernyataan tentang kegiatan dan kejadian-kejadian ekonomi, dengan tujuan untuk menetapkan tingkat kesesuaian antara pernyataan tersebut dengan kriteria yang ditetapkan (Mardisar dan Sari, 2007). Kriteria tertentu yang umum digunakan adalah prinsip akuntansi yang berlaku umum. Dari hasil pemeriksaan audit inilah, kemudian auditor memberikan kesimpulan mengenai kewajaran laporamn keuangan dan menyampaikan kesimpulan tersebut kepada para pemegang kepentingan.

Berdasarkan penjelasan-penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa pihak luar perusahaan lebih mengandalkan laporan keuangan auditan untuk membuat keputusan-keputusan bisnis yang penting karena dianggap memberikan penilaian yang objektif dan bebas dari adanya berbagai konflik kepentingan (conflict of interest). Sedangkan auditor menarik sebuah kesimpulan atas kewajaran laporan keuangan di dasarkan pada pekerjaan audit yang telah dilakukannya. Judgement merupakan aktivitas pusat dalam melaksanakan pekerjaan audit. Hal ini berarti ketetapan judgement yang dihasilkan oleh auditor dalam menyelesaikan pekerjaan auditnya akan memberikan pengaruh yang signifikan terhadap kesimpulan akhir yang akan dihasilkannya sehingga secara tidak langsung juga akan mempengaruhi tepat atau tidaknya keputusan yang akan diambil oleh pihak luar perusahaan.

Apabila Arthur Andersen sebagai Kantor Akuntan Publik yang sudah termasuk dalam jajaran lima besar yang sangat bisa diandalkan masih dapat


(15)

terhadap citra profesi akuntan publik dimata masyarakat dan pihak-pihak lainnya. Untuk itu Auditor senantiasa dipacu untuk bertindak dengan kemampuan profesionalisme yang tinggi (Jamilah, dkk, 2007)

Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati, sejak awal September 2009 hingga kini telah menetapkan pemberian sanksi pembekuan izin usaha kepada delapan akuntan publik (AP) dan kantor akuntan publik (KAP). Departemen Keuangan dalam pengumuman yang diterima di Jakarta, Sabtu, menyebutkan, penetapan sanksi pembekuan izin usaha itu berdasar Peraturan Menteri Keuangan No. 17/PMK.01/2008 tentang Jasa Akuntan Publik.

Salah satu dari Akuntan Publik (AP) yang terkena sanksi adalah Drs. Hans Burhanuddin Makarao. Yang bersangkutan dikenakan sanksi pembekuan selama tiga bulan karena belum sepenuhnya mematuhi Standar Auditing (SA) - Standar Profesional Akuntan Publik (SPAP) dalam pelaksanaan audit umum atas laporan keuangan PT. Samcon tahun buku 2008, yang dinilai berpotensi berpengaruh cukup signifikan terhadap Laporan Auditor Independen. (www.antara.co.id)

Dalam melaksanakan tugas pemeriksaan, seorang auditor setidaknya harus memperhatikan tujuh elemen, yaitu proses yang sistematis, mengumpulkan dan mengevaluasi bukti secara objektif, asersi-asersi tentang berbagai tindakan dan kejadian ekonomi, menentukan tingkat kesesuaian, kriteria yang ditentukan, menyampaikan hasil-hasilnya, dan para pemakai yang berkepentingan (Djaddang dan Parmono, 2002). Melalui ketujuh elemen tersebut, dapat dikatakan bahwa dalam melaksanakan tugasnya


(16)

akan digunakan untuk mendukung judgement yang diberikannya, dimana bukti-bukti tersebut memberikan dasar-dasar yang rasional dalam membentuk judgement.

Seorang auditor dalam proses audit memberikan opini dengan

judgement yang didasarkan pada kejadian masa lalu, sekarang dan akan

datang. Hogart (1992) dalam Jamilah dkk (2007) mengartikan judgement

sebagai proses kognitif yang merupakan perilaku pemilihan keputusan.

Judgement merupakan suatu proses yang terus menerus dalam perolehan

informasi, (termasuk umpan balik dari tindakan sebelumnya) pilihan untuk bertindak atau tidak bertindak, dan penerimaan informasi lebih lanjut.

Cara pandang auditor dalam menanggapi informasi tersebut berhubungan dengan tanggung jawab dan resiko audit yang akan dihadapi oleh auditor sehubungan dengan judgement yang dibuatnya (Djaddang dan Parmono, 2002). Temuan DeZoort dan Lord dalam Hartanto dan Kusuma (2001) melihat adanya pengaruh tekanan atasan pada konsekuensi yang memerlukan biaya, seperti halnya tuntutan hukum, hilangnya profesionalisme, hilangnya kepercayaan publik dan kredibilitas sosial.

Kuantitas informasi yang akan diperoleh auditor dalam suatu pekerjaan audit sangatlah kompleks. Banyaknya jumlah informasi yang harus diproses dan tahapan pekerjaan yang harus dilakukan untuk menyelesaikan sebuah pekerjaan mengindikasikan tingkat kompleksitas tugas yang sedang dihadapi oleh auditor. Suatu judgement diperlukan untuk menyeleksi informasi. Informasi tersebut agar dapat diproses lebih lanjut secara efektif dan efisien.


(17)

yang diduga juga berpengaruh terhadap audit judgement yang dihasilkan oleh auditor. Faktor tersebut adalah keahlian audit. Untuk menyelesaikan sebuah pekerjaan audit, auditor dituntut untuk memiliki keahlian (expertise), yang terdiri dari unsur pengalaman dan pengetahuan. Libby (1995) dalam Mayangsari (2003) mengatakan bahwa keahlian seseorang dapat diukur dengan beberapa unsur yaitu antara lain kemampuan (ability), pengetahuan

(knowledge) dan pengalaman (experience)

Auditor harus memiliki baik pengetahuan yang bersifat umum maupun yang khusus, yang meliputi pengetahuan area auditing, akuntansi, dan karakteristik yang dimiliki oleh kliennya. Pengetahuan yang memadai mengenai karakteristik yang dimiliki perusahaan akan mempengaruhi pandangan auditor terhadap bukti atau informasi yang ditemukan.

Berdasarkan latar belakang yang telah diurikan di atas, maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul “Pengaruh Tekanan Ketaatan, Kompleksitas tugas dan Keahlian Audit Terhadap Audit

Judgment (Studi Empiris pada Kantor Akuntan Publik di Surabaya)”

1.2 Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan maka dapat dirumuskan masalah yaitu :

1. Apakah tekanan ketaatan, kompleksitas tugas, dan keahlian audit berpengaruh terhadap audit judgement ?.

2. Manakah dari variabel tekanan ketaatan, kompleksitas tugas, dan keahlian audit berpengaruh dominan terhadap audit judgement ?.


(18)

Tujuan penelitian yang hendak dicapai dalam penyusunan penelitian ini adalah:

1. Untuk mengetahui serta menganalisa secara empiris sejauh mana pengaruh tekanan ketaatan, kompleksitas tugas dan keahlian audit terhadap audit judgement

2. Untuk mengetahui dan menguji secara empiris manakah dari variabel tekanan ketaatan, kompleksitas tugas dan keahlian audit yang berpengaruh dominan terhadap audit judgement

1.4. Manfaat Penelitian

Dari penelitian ini diharapkan agar pihak-pihak yang berkepentingan dapat mengambil manfaat antara lain :

1. Bagi Kantor Akuntan Publik

Hasil penelitian ini diharapakan dapat memberikan kontribusi kepada para pimpinan Kantor Akuntan Publik (KAP) agar lebih memperhatikan faktor-faktor yang dapat mempengaruhi judgement yang diambil auditor.

2. Bagi Peneliti

Hasil penelitian ini diharapakan dapat digunakan sebagai upaya untuk mendapatkan pengalaman yang berharga dalam menulis karya ilmiah dan memperluas wawasan dalam bidang auditing, sehingga dapat diketahui masalah-masalah yang dihadapi oleh KAP yang berhubungan


(19)

Hasil penelitian ini diharapakan dapat digunakan sebagai tambahan khasanah perpustakaan, bahan referensi dan bahan masukan bagi penelitian lebih lanjut, yang berhubungan dengan masalah yang ada.


(20)

8 2.1. Penelitian Terdahulu

Penelitian sebelumnya yang pernah dilakukan oleh pihak lain yang dapat dipakai sebagai bahan masukan serta bahan pengkajian yang terkait dengan penelitin ini, telah dilakukan oleh

1. Mayangsari (2003)

Penelitian ini mengambil judul :

“Pengaruh Keahlian Audit Dan Independensi Terhadap Pendapat Audit : Sebuah Kuasi Eksperimen“.

a. Perumusan Masalah

1) Apakah terdapat perbedaan pendapat auditor yang ahli dan independent dengan auditor yang hanya memiliki satu karakteristik atau auditor yang sama sekali tidak memiliki kedua karakteristik tersebut ?

2) Apakah terdapat perbedaan jenis informasi yang digunakan sebagai dasar pembuatan pendapat anatara auditor yang ahli dan auditor tidak ahli ?

b. Hipotesis

1) Auditor yang memiliki keahlian auditor dan independen akan memberikan pendapat tentang kelangsungan hidup perusahaan yang cenderung benar dibandingkan auditor yang hanya memliki salah satu karaktenstik atau sama sekali tidak memliki keduanya.


(21)

2) Kualitas informasi yang diinginkan dipengaruhi oleh jenis informasi auditor yang ahli lebih banyak mengingat jenis informasi atypical sedangkan auditor yang tidak ahli lebih banyak mengingat informasi typical

c. Kesimpulan

1) Pendapat auditor yang ahli dan independen berbeda dengan auditor yang hanya memiliki salah satu karakter sama sekali tidak mempunyai karakter tersebut.

2) Bahwa yang menyebabkan perbedaan pendapat adalah faktor independensi. Auditor yang independen memberikan pendapat yang lebih tepat dibandingkan auditor yang tidak independen. 3) Auditor yang ahli dan non ahli mempunyai perbedaan dalam

memberikan suatu pendapat jika mereka tidak mendapatkan tekanan sosial maupun ekonomis dalam proses pemberian pendapat. Namun, jika auditor ahli dan non ahli tersebut mendapatkan tekanan sosial ataupun ekonomis dalam proses pemberian pendapat, perbedaannya menjadi tidak signifikan. 4) Tidak berbeda secara statistikal signifikan antara pendapat

auditor ahli dan non ahli yang tidak independen

5) Adanya interaksi antara keahlian audit dengan jenis informasi yang digunakan.

2. Jamilah, dkk (2007)

Penelitian ini mengambil judul :

“ Pengaruh Gender, Tekanan Ketaatan, Dan Kompleksitas Tugas Terhadap Audit Judgment “.


(22)

a. Perumusan Masalah

1) Bagaimana pengaruh gender terhadap Judgment yang diambil untuk Auditor ?

2) Bagaiamana pengaruh tekun ketaatan terhadap Judgment yang diambil untuk auditor ?

3) Bagaimana pengaruh kompleksitas tugas terhadap Judgment

yang diambil untuk auditor ? b. Hipotesis

1) Gender berpengaruh terhadap gender antara auditor pria dan auditor wanita terhadap pengambilan Judgment

2) Tekan ketaatan berpengaruh terhadap Judgment yang diambil untuk auditor

3) Kompleksitas tugas berpengaruh terhadap Judgment yang diambil untuk auditor

c. Kesimpulan

1) Tidak ada pengaruh perbedaan gender antara auditor pria dan auditor wanita terhadap pengambilan Judgment

2) Dengan adanya tekanan ketaatan dari atasan maupun klien akan cenderung membuat Judgment yang kurang tepat

3) Bahwa pada situasi tugas yang kompleks tidak mempengaruhi auditor dalam pengambilan Judgment untuk menentukan pendapat terhadap laporan hasil auditan.

3. Rapina (2007)

Penelitian ini mengambil judul :

“Pengaruh Kompleksitas Tugas Dan Pengalaman Terhadap Ketaatan Pada Standar Auditing“.


(23)

a. Perumusan masalah :

1) Apakah terdapat hubungan antara kompleksitas tugas dan pengalaman ?

2) Apakah kompleksitas tugas dan pengalaman berpengaruh terhadap ketaatan pada standar Auditing ?

b. Hipotesis

1) Terdapat hubungan antara kompleksitas tugas dan pengalaman 2) Kompleksitas tugas dan pengalaman berpengaruh terhadap

ketaatan pada standar auditing. c. Kesimpulan

1) Terdapat hubungan antara kompleksitas tugas dan pengalaman 2) Kompleksitas tugas dan pengalaman akuntan publik secara

bersama-sama berpengaruh terhadap ketaatan standar auditing.

4. Setianingsih (2009)

Penelitian ini mengambil judul:

”Pangaruh Keahlian Audit, Independensi, dan Kompetensi terhadap Opini Auditor”

a. Perumusan Masalah:

Apakah Keahlian Audit, Independensi, dan Kompetensi mempunyai pengaruh terhadap Opini Auditor ?

b. Hipotesis

Diduga Keahlian Audit, Independensi, dan Kompetensi berpengaruh terhadap Opini Auditor.

c. Kesimpulan

Terdapat pengaruh antara Keahlian Audit, Independensi, dan Kompetensi berpengaruh terhadap Opini Auditor.


(24)

2.2. Landasan Teori 2.2.1. Auditing

2.2.1.1. Definisi Auditing

Sebelum mempelajari auditing dan profesi akuntan public dengan mendalam, sebaiknya kita perlu mengetahui definisi auditing terlebih dahulu. Definisi auditing pada umumnya yang banyak digunakan adalah definisi yang berasal dari American Accounting Association Commite on Basic Auditing Concept (Guy, et.al. 2002:5) yang mengemukakan definisi auditing sebagai suatu proses sistematis yang secara obyektif memperoleh dan mengvaluasi bukti yang terkait mengenai tindakan atau kejadian ekonomi untuk menilai tingkat kesesuaian antara pernyataan tersebut dengan criteria yang ditetapkan serta mengkomunikasikan hasilnya kepada pihak-pihak yang berkepentingan

Menurut Mulyadi (2002:9) definisi auditing secara umum adalah suatu proses sistematik untuk memperoleh dan mengevaluasi bukti secara objektif mengenai pernyataan-pernyataan tentang kegiatan dan kejadian ekonomi, dengan tujuan untuk menetapkan tingkat kesesuaian antara penyataan-pernyataan tersebut dengan criteria yang telah ditetapkan, serta penyampaian hasil-hasilnya kepada pemakai yang berkepentingan.

Ditinjau dari sudut profesi akuntan public, auditing adalah pemeriksaan (examination) secara objektif atas laporan keuangan suatu perusahaan atau organisasi lain dengan tujuan untuk menentukan apakah laporan keuangan tersebut menyajikan secara wajar, dalam semua hal yang material, posisi keuangan dan hasil usaha perusahaan atau organisasi tersebut (Mulyadi, 2002:11).


(25)

Sedangkan Alvin A. Arens dan James K. Loebbecke (1997:1) mendefinisikan auditing sebagai proses pengumpulan dan pengevaluasian bahan bukti tentang informasi yang dapat diukur mengenai suatu entitas ekonomi yang dilakukan seorang yang kompeten dan independent untuk dapat menentukan dan melaporkan kesesuaian informasi dimaksud dengan kriteria-kriteria yang telah ditetapkan. Auditing seharusnya dilakukan oleh seorang yang independent dan kompeten.

Dari beberapa definisi diatas, dapat disimpulkan bahwa auditing adalah suatu proses yang sistematik untuk mendapatkan dan mengevaluasi bukti-bukti mengenai tindakan dan kejadian ekonomi yang bertujuan memberikan tingkat kesesuaian antara informasi dengan criteria-kriteria yang telah ditetapkan.

Tujuan auditing menurut Standar Profesioana Akuntan Publik (IAI, 2001:110) dinyatakan bahwa tujuan umum atas laporan keuangan oleh auditor independent adalah menyatakan pendapat atas kewajaran dalam semua hal yang material, posisi keuangan, hasil usaha, serta arus kas sesuai prinsip akuntansi yang berterima umum.

2.2.1.2. Jenis-jenis Audit

Mulyadi (2002:30) menyebutkan tiga jenis Auditing yang umum dilaksanankan. Ketiga jenis audit tersebut yaitu :

1. Audit atas Laporan Keuangan (Financial Audit)

Merupakan audit yang dilakukan oleh auditor independent terhadap laporan keuangan yang disajikan oleh kliennya untuk


(26)

menyatakan pendapat mengenai kewajaran laporan keuangan tersebut. Dalam audit laporan keuangan ini auditor independent mengevaluasi kewajaran laporann keuangan yang disajikan oleh manajemen secara keseluruhan dibandingkan dengan standar akuntansi keuangan yang berlaku umum. Dalam pengertiannya apakah laporan keuangan secara umum merupakan informasi yang dapat diverifikasi lalu telah disajikan sesuai dengan criteria tertentu. Umumnya kriteria yang dimaksud adalah standar akuntansi yang berlaku umum seperti prinsip akutansi yang berterima umum. Hasil audit atas laporan keuangan tersebut disajikan dalam bentuk tertulis berupa laporan audit yang kemudian dibagikan kepada para pemakai informasi keuangan.

2. Audit Kepatuhan (Compliance Audit)

Merupakan audit yang tujuannya untuk menentukan apakah yang diaudit sesuai dengan kondisi sebenarnya. Hasil audit kepatuhan umumnya dilaporkan kepada pihak yang berwenang membuat kriteria. Audit kepatuhan banyak dijumpai dalam pemerintahan.

3. Audit Operasional/Manajemen (Operasional Audit)

Merupakan pemeriksaan atas semua atau sebagian prosedur dan metode operasional suatu organisasi untuk menilai efisiensi, efektifitas, dan ekonomisasinya. Audit operasional dapat menjadi alat manajemen yang efektif dan efisien untuk meningkatkan kinerja perusahaan. Hasil dari audit operasional berupa rekomendasi-rekomendasi perbaikan bagi manajemen sehingga audit jenis ini lebih merupakan konsultasi manajemen.


(27)

2.2.1.3. Jenis-jenis Auditor

Alvin A. Arens dan James K. Loebbecke (1997:6), menyebutkan empat jenis auditor yang paling umum dikenal, yaitu: akuntan publik, auditor pemerintah, auditor pajak, dan auditor intern.

Berikut ini adalah penjelasan mengenai jenis auditor tersebut : 1. Akuntan Publik Terdaftar

Auditor ekstern / independent bekerja untuk kantor akuntan publik yang statusnya diluar struktur perusahaan yang mereka audit. Umumnya auditor ekstern menghasilkan laporan atas financial audit yang dibuat oleh kliennya. Audit tersebut ditujukan untuk memenuhi kebutuhan para pemakai informasi keuangan seperti : Kreditur, investor, calon kreditur, calon investor dan instasi pemerintah.

2. Auditor Intern

Auditor intern bekerja untuk perusahaan yang mereka audit dimana tugas pokoknya adalah menentukan apakah kebijakan dan prosedur yang ditetapkan oleh manajemen puncak telah dipatuhi, menentukan baik tidaknya penjagaan terhadap kekayaan organisasi. 3. Auditor Pajak

Auditor pajak bertugas melakukan pemeriksaan ketaatan wajib pajak yang diaudit terhadap undang-undang perpajakan yang berlaku.

4. Auditor Pemerintah

Tugas auditor pemerintah adalah menilai kewajaran informasi keuangan yang disusun oleh instasi pemerintahan. Disamping itu


(28)

audit juga dilakukan untuk menilai efisiensi, efektifitas dan ekonomisasi operasi program dan penggunaan barang milik pemerintah. Dan sering juga audit atas ketaatan pada peraturan yang dikeluarkan pemerintah. Audit yang dilaksanakan oleh pemerintahan dapat dilaksanakan oleh Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) atau Badan Pemeriksa Keuangan dan Pembangunan (BPKP).

2.2.1.4. Tahap-tahap Pelaksanaan Audit

Menurut Mulyadi (2002:121) tahap audit atas laporan keuangan meliputi :

1. Penerimaan Perikatan Audit

Langkah awal pekerjaan audit atas laporan keuangan berupa pengambilan keputusan untuk menerima atau menolak penugasan audit dari klien.

Ada 6 (Enam) langkah yang perlu ditempuh oleh auditor didalam mempertimbangkan penerimaan penugasan audit dari calon kliennya, yaitu :

1) Mengevaluasi intergritas manajemen

2) Mengidentifikasi keadaan khusus dan resiko luar biasa 3) Menilai kompetensi untuk melakukan audit

4) Menilai independensi

5) Menentukan kemampuan untuk menggunakan kemahiran

profesionalnya dengan kecermatan dan keseksamaan. 6) Pembuat surat perikatan audit


(29)

2. Perencanaan Audit

Setelah menerima penugasan audit dari klien, langkah berikutnya adalah perencanaan audit. Ada 7 (tujuh) tahap yang harus ditempuh yaitu :

1) Memahami bisnis dan industri klien 2) Melaksanakan prosedur analitik

3) Mempertimmangkan tingkat materialitas awal 4) Mempertimbangkan risiko bawaan

5) Mempertimbangkan berbagai faktor yang berpengaruh terhadap saldo awal, jika perikatan dengan klien berupa audit tahun pertama

6) Mengembangkan strategi audit awal terhadap asersi signifikan 7) Memahami pengendalian intern klien

3. Pelaksanaan Pengujian Audit

Tahap ini disebut juga dengan pekerjaan lapangan yang tujuan utamanya adalah untuk memperoleh bukti audit tentang efektivitas struktur pengendalian intern klien dan kewajaran laporan keuangan klien. Secara garis besar pengujian audit dapat dibagi menjadi 3 (tiga), yaitu :

1) Pengujian analitis (analytical Tests) 2) Pengujian Pengendalian (test of control) 3) Pengujian substantive (substantive test) 4. Pelaporan Audit

Langkah akhir dari suatu proses pemeriksaan auditro adalah penerbitan laporan audit. Oleh karena itu, auditor harus menyusun


(30)

laporan keuangan auditan (audited financial statement), penjelasan laporan keuangan (notes to financial statement) dan pernyataan pendapat auditor.

2.2.1.5. Standar Auditing

Standar auditing menurut Standar Profesional Akuntan Publik (IAI, 2001: 150.2) yang telah ditetapkan dan disahkan oleh Ikatan Akuntan Indonesia sebagai berikut :

1. Standar Umum

a. Audit harus dilaksanakan oleh seorang atau lebih yang memiliki keahlian dan pelatihan teknis sebagai auditor

b. Dalam semua hal yang berhubungan dengan penugasan,

independensi dalam sikap mental harus dipertahankan oleh auditor.

c. Dalam pelaksanaan audit dan penyusunan laporannya, auditor wajib menggunakan kemahiran profesionalnya dengan cermat dan seksama

2. Standar Pekerjaan Lapangan

a. Pekerjaan harus direncanakan sebaik-baiknya dan jika digunakan asisten harus disupervisi dengan semestinya.

b. Pemahaman yang memadai atas struktur pengendalian intern harus diperoleh untuk merencanakan audit dan menentukan sifat, saat, dan lingkup pengujian yang akan dilakukan

c. Bahan bukti kompeten yang cukup harus diperoleh melalui inspeksi, pengamatan, pengajuan pertanyaan, dan konfirmasi sebagai dasar yang memadai untuk menyatakan pendapat atas laporan keuangan yang di audit


(31)

3. Standar Pelaporan

a. Laporan audit harus menyatakan apakah laporan keuangan telah disusun sesuai dengan prinsip akuntansi berterima umum

b. Laporan audit harus menunjukkan keadaan yang didalamnya prinsip akuntansi tidak secara konsisten diterapkan dalam penyusunan laporan keuangan periode berjalan dalam hubungannya dengan prinsip akuntansi yang diterapkan dalam periode sebelumnya.

c. Pengungkapan informative dalam laporan keuangan harus dipandang memadai kecuali dinyatakan lain dalam laporan audit d. Laporan audit harus memuat suatu pernyataan pendapat

mengenai laporan keuangan secara keseluruhan atau suatu asersi bahwa pernyataan demikian tidak dapat diberikan, jika pendapat secara keseluruhan tidak dapat diberikan maka alasannya harus dinyatakan. Dalam semua hal yang nama auditor dikaitkan dengan laporan keuangan, laporan auditor harus memuat petunjuk yangjelas mengenai sifat pekerjaan auditor, jika ada dan tingkat tanggung jawab yang dipikulnya.

2.2.1.6. Standar Profesional Akuntan Publik

Ada 5 (lima) macam standar profesional yang diterbitkan oleh Dewan Standar Profesional Akuntan Publik sebagai aturan mutu pekerjaan akuntan publik (Mulyadi, 2002: 35), yaitu :

1. Standar Auditing

Merupakan pedoman audit atas laporan keuangan historis yang terdiri dari 10 standar dan dirinci dalam bentuk Pernyataan


(32)

Satandar Auditing (PSA). PSA berisi ketentuan-ketentuan dan panduan utama yang harus diikuti oleh akuntan publik dalam melaksanakan perikatan audit.

2. Standar Atestasi

Memberikan kerangka untuk fungsi atestasi bagi jasa akuntan publik yang mencakup tingkat keyakinan tertinggi yang lebih rendah dalam jasa non audit. Standar atestasi terdiri dari 11 standar dan dirinci dalam bentuk Pernyataan Standar Atestasi (PSAT).

3. Standar Jasa Akuntansi dan Review

Standar ini memberikan kerangka fungsi non atestasi bagi jasa akuntan publik yang mencakup jasa akuntansi dan review. Standar ini dirinci dalam bentuk Pernyataan Standar Jasa Akuntansi dan Review (PSAR).

4. Standar Jasa Konsultasi

Memberikan panduan bagi akuntan publik dalam penyediaan jasa konsultasi bagi masyarakat. Jasa konsultasi pada hakikatnya berbeda dari jasa atestasi akuntan publik terhadap asersi pihak ketiga. Dalam jasa atestasi, para praktisi menyajikan suatu kesimpulan mengenai keandalan suatu asersi tertulis yang menjadi tanggung jawab pihak lain, yaitu pembuat asersi (asseres). Dalam jasa konsultasi, para praktisi menyajikan temuan, kesimpulan dan rekomendasi. Umumnya pekerjaan jasa konsultasi dilaksanakan untuk kepentingan klien.

5. Standar Pengendalian Mutu

Memberikan panduan bagi kantor akuntan publik di dalam melaksanakan pengendalian mutu jasa yang dihasilkan oleh


(33)

kantornya dengan mematuhi berbagai standar yang diterbitkan oleh Dewan Standar Profesional akuntan Publik dan Aturan Etika Kopartemen akuntan Publik yang diterbitkan oleh Kompartemen akuntan Publik, Ikatan Akuntan Indonesia.

2.2.2. Audit Judgement

2.2.2.1. Konsep Audit Judgement

Dalam menghadapi suatu ketidakpastian, auditor dituntut untuk bisa membuat suatu asumsi yang bisa digunakan untuk membuat suatu

judgement dan mengevaluasi judgement tersebut (Djaddang dan

Parmono, 2002). Dalam Jamilah dkk. (2007) mengartikan judgement

sebagai proses yang terus menerus dalam perolehan informasi, pilihan untuk bertindak atau tidak bertindak, dan penerimaan informasi lebih lanjut. Proses judgement tergantung pada kedatangan informasi sebagai suatu proses yang berkembang.

Judgement seringkali sulit dibedakan dengan keputusan

(decision). Menurut Bonner (1999), istilah judgement mengacu pada pembentukan suatu gagasan, pendapat, atau memperkirakan suatu objek, peristiwa, status atau tipe lain dari suatu fenomena. Judgement cenderung untuk mengambil format ramalan tentang masa depan atau evaluasi mengenai kondisi saat ini. Lebih lanjut menurut Bonner (1999), untuk istilah keputusan mengacu pada menyusun, memperbaiki pikiran seseorang tentang isu yang ada mengambil suatu tindakan.

Pada umumnya, keputusan mengikuti judgement dan melibatkan suatu pilihan antar berbagai alternatif berdasarkan pada judgement atas


(34)

alternatif-alternatif tersebut. Pilihan dapat mempengaruhi oleh faktor-faktor seperti resiko dan uang. Dengan kata lain, judgement

mencerminkan kepercayaan seseorang, sedangkan keputusan mencerminkan kedua-duanya, yaitu kepercayaan dan pilihan.

Dalam melaksanakan pekerjaan audit, seorang auditor harus mengumpulkan serta mngevaluasi bukti-bukti yang digunakan untuk mendukung judgement yang diberikan (Djaddang dan Parmono, 2002).

Judgement-judgement tersebut kemudian digunakan dalam rangka untuk menghasilkan opini akhir mengenai kewajaran laporan keuangan suatu perusahaan yang akan dikeluarkan oleh auditor.

Sedangkan dari perspektif teknis, Mock et al. (1989) berpendapat bahwa pada dasarnya terdapat tiga area utama dalam audit judgement, yaitu philosophical, statistical, dan menthodological. Isu yang filosofis melibatkan pertanyaan tentang introspeksi data dan sifat alami dari data yang digunakan. Pertimbangan statistic meliputi berbagai masalah yang berhubungan dengan pengukuran, sampling, desain dan kesimpulan yang bersifat eksperimental. Yang terakhir, yaitu aspek metodologi menekankan pada pengaruh yang ditimbulkan dari metode yang digunakan dalam judgement process dan konsekuensinya pada nilai dari hasil yang diperoleh.

Dari berbagai konsep diatas dapat disimpulkan bahwa audit

judgement memainkan peranan yang sangat penting dalam sebuah

pekerjaan audit. Hal ini karena proses audit yang berawal dari keputusan penerimaan klien hingga pada penerbitan laporan audit membutuhkan berbagai judgement profesional dari auditor, dimana judgement tersebut haruslah beralasan dan mempunyai dasar bukti yang kuat


(35)

2.2.2.2. Judgement Auditor mengenai Tingkat Materialitas

Konsep materialitas mangekui bahwa beberapa hal, baik secara individual atau keseluruhan adalah penting bagi kewajaran penyajian laporan keuangan sesuai dengan prinsip akutansi yang berlaku UMUM DI Indonesia, sedangkan beberapa hal lainnya adalah tidak penting (IAI, 2001: 312). Materialitas memberikan suatu pertimbangan penting dalam menentukan jenis laporan audit mana yang tepat untuk diterbitkan dalam suatu kondisi tertentu (Arens dkk., 2004:79).

Financial Accounting Standart Board (FASB) dalam Jusup

(2001:211) mendefinisikan materialitas sebagai: ”Besarnya suatu penghilangan atau salah saji informasi akuntansi yang dipandang dari keadaan-keadaan yang melingkupinya, memungkinkan pertimbangan yang dilakukan oleh orang yang mengandalkan pada informasi menjadi berubah atau dipengaruhi oleh penghilangan atau salah saji tersebut”. Definisi diatas mengharuskan auditor untuk mempertimbangkan (1) keadaan-keadaan yang berhubungan dengan satuan usaha (perusahaan klien), dan (2) informasi yang diperlukan oleh mereka yang akan mengandalkan pada laporan kauangan yang telah diaudit.

Dalam konsepnya, tingkat materialitas berpengaruh langsung terhadap jenis opini yang diterbitkan (Arens dkk., 2004:81). Pada berbagai tingkat materialitas tertentu yang diikuti dengan pengaruh yang dapat ditimbulkannya terhadap keputusan yang dihasilkan oleh pengguna laporan keuangan, jenis opini audit yang dikeluarkan auditor akan sangat berbeda-beda. Dalam penerapannya, merupakan suatu judgement yang


(36)

cukup sulit untuk memutuskan beberapa materialitas sebenarnya dalam suatu situasi tertentu. Dalam SPAP SA Seksi 312 disebutkan bahwa pertimbangan auditor mengenai materialitas merupakan pertimbangan profesional dan dipengaruhi oleh persepsi auditor atas kebutuhan orang yang memiliki pengetahuan yang memadai dan yang akan meletakkan kepercayaan terhadap laporan keuangan.

Berikut ini merupakan gambaran dari Hubungan antara Materialitas dan Jenis opini, yang dapat dilihat pada tabel 2.1, yaitu sebagai berikut :

Tabel 2.1.Hubungan antara Materialitas dan Jenis Opini Tingkat

Materialitas

Pengaruhnya terhadap Keputusan

yang Dibuat oleh Pengguna Laporan Jenis Opini

Tidak Material Tidak mempengaruhi keputusan yang dibuat oleh pengguna laporan

Wajar tanpa syarat Material Mempengaruhi keputusan pengguna

laporan hanya jika informasi yang salah saji tersebut dengan sangat penting bagi keputusan tertentu. Tetapi keseluruhan laporan keuangan disajikan secara wajar

Wajar dengan pengecualian

Sangat Material Sebagian besar atau seluruh keputusan yang dibuat oleh pengguna laporan keuangan sangat dipengaruhi oleh kesalahan penyajian tersebut

Tidak memberikan pendapat (disclaimer) atau pendapat tidak wajar (adverse)

Sumber : Arens dkk. (2004)

Pertimbangan yang digunakan mengenai materialitas yang digunakan oleh auditor dihubungkan dengan keadaan sekitarnya dan mencakup pertimbangan kuantitatif maupun kualitatif (IAI, 2001 : 312). Dalam merencanakan suatu audit, auditor harus mempertimbangkan materialitas pada dua tingkatan, yaitu tingkat laporan keuangan dan tingkat saldo rekening. Idealnya, menentukan pada awal audit jumlah gabungan dari salah saji laporan keuangan yang dianggap material.


(37)

Penetapan ini tidak harus dikuantifikasikan, namun biasanya demikian (Djaddang dan Parmono, 2002). Hal di atas pada umumnya disebut pertimbangan awal mengenai materialitas karena menggunakan unsur judgement profesional dan masih dapat berubah jika sepanjang audit yang akan dilakukan ditemukan perkembangan baru (Arens dan Loebbecke, 1996 dalam Djaddang dan Parmono, 2002)

.

2.2.2.3. Judgement Auditor Mengenai Tingkat Resiko Audit

Dalam melaksanakan tugas audit, seorang auditor dihadapkan pada resiko audit yang dihadapinya sehubungan dengan judgement yang ditetapkannya (Djaddang dan Parmono, 2002). Dalam merencanakan audit, auditor harus menggunakan pertimbangannya dalam menentukan tingkat resiko audit yang cukup rendah dan pertimbangan awal mengenai tingkat materialitas dengan suatu cara yang diharapkan, dalam keterbatasan bawaan dalam proses audit, dapat memberikan bukti audit yang cukup untuk mencapai keyakinan memadai bahwa laporan keuangan bebas dari salah saji material (IAI, 2001 : 312). Judgement auditor mengenai resiko audit dan materialitas bersama dengan hal-hal lain, diperlukan dalam menentukan sifat, saat, dan lingkup produser audit serta dalam mengevaluasi hasil prosedur tersebut.

Risiko audit terdiri dari resiko bawaan (inherent risk), risiko pengendalian (control risk), dan risiko deteksi (detection risk). Cara yang digunakan oleh auditor untuk mempertimbangkan komponen tersebut dan kombinasinya melibatkan judgement profesional auditor dan tergantung


(38)

pada pendekatan audit yang dilakukannya. Pada saat auditor menetapkan risiko bawaan untuk suatu asersi yang berkaitan dengan saldo akun atau golongan transaksi, ia mengevaluasi berbagai faktor yang memerlukan judgement profesional. Dalam melakukan hal tersebut, auditor tidak hanya mempertimbangkan faktor yang secara khusus berhubungan dengan saldo akun atau golongan transaksi tersebut, tetapi juga faktor-faktor lain yang terdapat dalam laporan keuangan keseluruhan, yang dapat mempengaruhi resiko bawaan yang berhubungan dengan saldo akun atau golongan transaksi itu (IAI, 2001 : 312).

Auditor juga menggunakan judgement profesional dalam menetapkan resiko pengendalian untuk suatu asersi yang berhubungan dengan suatu saldo akun atau golongan transaksi. Penetapan risiko pengendalian didasarkan atas cukup atau tindaknya bukti audit yang mendukung efektifitas pengendalian dalam mencegah dan mendeteksi salah saji asersi dalam laporan keuangan (IAI, 2001 : 312). Lebih lanjut, dalam SPAP (2001) disebutkan bahwa khusus mengenai risiko pengendalian, auditor harus memahami pengendalian intern dan melaksanakan pengujian pengendalian yang sesuai. Namun diperlukan

judgement profesional untuk menafsirkan, menerapkan, atau memperluas alat serupa yang berlaku umum tersebut agar sesuai dengan keadaan.

2.2.2.4. Judgement Auditor mengenai Keputusan Going Concern

Kegagalan dalam mendeteksi kemungkinan ketidakmampuan klien untuk going concern, seperti kasus Enron dan WorldCom,


(39)

menimbulkan social cost yang besar bagi auditor karena tingkat kepercayaan manyarakat menjadi menurun. Statement of audit standars

(SAS) No. 59 yang dikeluarkan oleh American Institute of Certified

public accountans (1998), merupakan pernyataan dari badan regulasi

audit untuk merespon keputusan going concern (Yusnitasari dan Setiawan, 2003).

SAS 59 menuntut auditor harus mempeertimbangakan apakah terdapat keraguan yang substansial pada kemampuan entitas terus berlanjut sebagai usaha yang going concern untuk periode waktu yang layak pada setiap penugasan audit. Disebutkan oleh Tan (2002) dalam Yusnitasari dan Setiawan (2003), secara umum SAS 59 membahas tentang going concern, akan tetapi memberikan definisi operasional going concern. Sedangkan keputusan going concern merupakan hal yang sulit, sehingga keputusan ini harus diambil oleh auditor yang memiliki keahlian yang memadai. Atau dengan kata lain keputusan auditor mengenai going

concern membutuhkan judgement auditor yang berpengalaman

(Yusnitasari dan Setiawan, 2003).

Auditor yang ahli diharapkan juga mempunyai pengetahuan bisnis yang baik dan profesionalisme sehingga mampu membuat judgement yang baik pada saat melakukan evaluasi terhadap kondisi going concern. SAS 59 menuntut auditor untuk memperhatikan rencana, strategi, dan kemampuan manajemen klien untuk mengatasi kesulitan keuangan dan bisnis. Auditor juga harus menilai keadaan dan kejadian lain dalam organisasi klien untuk mengatasi kesulitas keuangan dan bisnis. Auditor


(40)

juga harus menilai keadaan dan kejadian lain dalam organisasi klien, dan juga berkaitan dengan perusahaan, perusahaan lain dalam sektor industri yang sama dan keadaan ekonomi secara umum. Auditor harus memonitor semua. Kejadian yang mempengaruhi keadaan keuangan klien, bahkan sebelum terdapat tingkat kesulitan yang signifikan pada keuangan klien.

Auditor harus memperhatikan semua faktor yang terkait dengan entitas pada saat akan mengambil keputusan tentang going concern. Evaluasi kritis ini penting untuk memungkinkan auditor membuat penilaian yang akurat tentang kemampuan klien mempertahankan operasinya, sehingga memungkinkan pelaporan yang lebih akurat dan tepat waktu terhadap komunitas hidup klien. Jika auditor mempunyai kesimpulan terdapat keraguan yang substansial tentang kelangsungan hidup suatu entitas, SAS 59 meminta auditor untuk mempertimbangkan pengaruhnya terhadap laporan keuangan dan apakah pengungkapan tentang going concern tersebut sudah mencukupi (Yusnitasari dan Setiawan, 2003).

2.2.3. Tekanan Ketaatan

2.2.3.1. Konsep Tekanan Ketaatan

Akuntan secara terus menerus berhadapan dengan dilemma etika yang melibatkan pilihan antara nilai-nilai yang bertentangan. Dalam keadaan ini, klien dapat mempengaruhi proses pemeriksaan yang dilakukan oleh auditor (Jamilah dkk., 2007). Klien dapat menekan auditor untuk mengambil tindakan yang melanggar standar pemeriksaan, maka


(41)

auditor akan berbeda dalam situasi konflik karena memenuhi tuntutan klien berarti melanggar standar (Jamilah dkk.,2007). Namun dengan tidak memenuhi tuntutan klien, auditor mungkin mendapatkan sanksi dari klien berupa kemungkinan penghentian penugasan. Karena judgement profesional berlandaskan pada nilai dan keyakinan individu, kesadaran moral memainkan peran penting dalam pengambilan keputusan akhir.

Dalam melakukan pemeriksaan, akuntan sering berhadapan dengan keputusan hasilnya tidak cukup oleh kode etik maupun oleh standar akuntansi yang diterima umum. Pertimbangan akuntan profesional dapat dirusak oleh konflik kepentingan. Terdapat dua macam konflik kepentingan, yaitu real conflict dan latent conflict (Jamilah, dkk 2007). Real conflict adalah konflik yang memiliki pengaruh pada masalah judgement yang ada, sedangkan latent conflict adalah konflik yang mempengaruhi judgement dimasa mendatang. Contoh konfik yang kedua dapat terjadi pada auditor yang penghasilannya didominasi oleh suatu klien yang besar.

2.2.3.2. Pengaruh Tekanan Ketaatan Terhadap Audit Judgement

Teori ketaatan menyatakan bahwa individu yang memiliki kekuasaan merupakan suatu sumber yang dapat mempengaruhi perilaku orang lain dengan perintah yang diberikannya. Hal ini disebabkan oleh keberadaan kekuasaan atau otoritas yang merupakan bentuk legitimate power. Perubahan perilaku ini terjadi karena bawahan tersebut merasa menjadi agen dari sumber kekuasaan, dan dirinya terlepas dari tanggung jawab atas apa yang dilakukannya (Jamilah dkk,. 2007).


(42)

Wahn (1993) dalam Hartanto dan Kusuma (2001) menyatakan bahwa perilaku tidak etis dapat diakibatkan oleh struktur birokratis yang menempatkan karyawan mendapat tekanan untuk melakukan tindakan menyimpang dari standar etika. Struktur organisasi dari sebagian besar KAP menciptakan suatu lingkungan yang membuat tekanan auditor. Keputusan audit dibuat oleh anggota tim audit yang terstruktur secara hierarki (Bamber, 1993 dalam Hartanto dan Kusuma, 2001).

Kenaikan peringkat pada suatu perusahaan dapat membawa perubahan dalam peran organisasi dan potensial untuk mengubah perspektif etika. Hubungan negatif terjadi antara tingkat perkembangan moral dan kedudukan karyawan dalam perusahaan. Secara spesifik, kapasitas perkembangan etika secara relatif, tinggi pada tingkat staf dan rendah pada tingkat manajer dan partner (Pnemon, 1990) dalam Hartanto dan Kusuma, 2001).

Diantara tekanan yang biasa dihadapi oleh akutan adalah suatu lingkungan ”up or out” yang merupakan esensi dari birokrasi akutansi (McNair (1991) dalam Hartanto dan Kusuma, 2001). Lingkungan ”up or out” dalam kantor akuntan publik dan perbedaan dalam fokus profesional dan peran menimbulkan pertanyaan apakah auditor akan mentaati perintah atasan yang tidak sesuai dengan standar profesional dalam kantor akuntan (Hartanto dan Kusuma, 2001). Potensi konflik timbul ketika usaha auditor untuk melakukan tanggung jawab profesional berbenturan dengan keinginan untuk mengikuti perintah atasan.

Ponemon (1992) dan Sweeney (1995) dalam Hartanto dan Kusuma (2001) berhasil menunjukkan bahwa tingkat perkembangan


(43)

moral auditor akan berubah seiring dengan perubahan posisi atau kedudukannya dalam kantor akuntan publik. Semakin tinggi posisi seorang auditor dalam kantor akuntan publik, maka auditor tersebut cenderung memiliki tingkat pertimbangan moral semakin rendah.

Berikut ini merupakan Hubungan tingkatan dan tanggungjawab Staf dalam KAP, yang dapat dilihat pada tabel 2.2, yaitu sebagai berikut Tabel 2.2. Tingkatan dan Tanggung Jawab Staf dalam KAP

Level Staf Rata-rata

Pengalaman Jenis Tanggung Jawab

Auditor Pemula 0 – 2 tahun Melaksanakan sebagian besar detai-detail pekerjaan audit

Senior atau Auditor yang Memimpin Audit

2 – 5 tahun Mengkoordinasi dan bertanggung jawab atas audit di lapangan, termasuk mengawasi dan mereview pekerjaan auditor pemula

Manajer 5 – 10 tahun Membantu auditor yang memimpin audit dalam merencanakan dan mengelola audit, mereview pekerjaan auditor penanggung jawab, serta menjaga hubungan dengan klien. Manajer dapat bertanggung jawab atas lebih dari satu perikatan pada saat yang bersamaan.

Rekan Lebih dari 10 tahun

Mereview keseluruhan pekerjaan audit dan terlibat dalam pembuatan keputusan audit yang penting. Rekan adalah pemilik perusahaan dan oleh sebab itu ia memiliki tanggung jawab mutlak dalam penyelenggaraan audit dan dalam melayani kliennya.

Sumber : Arens, dkk., (2004:41)

Penelitian DeZoort dan Lord (1994) dalam Hartanto dan Kusuma (2001) memberikan indikasi tentang adanya kerentanan auditor pemula terhadap tekanan ketaatan. Auditor pemula yang menerima perintah untuk melakukan perilaku yang menyimpang dari audit maupun patner audit mempunyai kemungkinan yang lebih besar untk melakukan pelanggaran norma atau standar professional bila dibandingkan dengan auditor pemula yang mengambil judgement tanpa adanya tekanan dari atasan. Selain itu,


(44)

juga ditemukan kemungkinan adanya pengaruh yang lebih besar dari tekanan yang dilakukan oleh patner audit pada judgement daripada yang datang dari manajer audit.

2.2.4. Kompleksitas Tugas

2.2.4.1. Konsep Kompleksitas Tugas

Kompleksitas berasal dari kata complex yang berarti terdiri dari bagian-bagian yang banyak yang terkait satu sama lain dengan struktur yang tidak sederhana (Rapina, 2007). Kompleksitas tugas adalah bentuk dari banyaknya tindakan berbeda yang harus menjalankan dan banyaknya tanda atau isyarat yang harus diproses (Permadi, 2007). Gupta, Umanath, dan Dirsmith (1999) dalam Rapina (2007) mendefinisikan kompleksitas tugas mengacu pada teknologi tugas Perrow. Teknologi tugas digambarkan dalam dua dimensi yaitu ketidakpastian dan interdependensi tugas.

Ketidakpastian tugas terdiri dari atas dua komponen yaitu variabilitas tugas dan kesulitan tugas. Variabilitas tugas mengacu pada tingkat dimana anggota-anggota tim merasa tugas-tugas mereka menjadi familiar atau tidak familiar, similar atau tidak similar dengan tugas lain, rutin atau tidak rutin, sering atau tidak sering. Kesulitan tugas mengacu pada kompleksitas dan kemampuan untuk dianalisis dan tingkat dimana prosedur operasi standar telah dikembangkan.

Secara umum, dapat disimpulkan bahwa kompleksitas tugas mempunyai persamaan dengan kesulitan tugas yang berkaitan dengan


(45)

jumlah dari tugas yang harus diperhatikan atau proses pemikiran yang diperlukan. Selain itu, kekomplekan tugas juga mempunyai persamaan dengan struktur tugas yang berkaitan dengan tingkat dari spesifikasi yang harus dilakukan dalam tugas.

Kekompleksitas tugas penting untuk dipertimbangkan karena auditor tidak terhindar dari tugas-tugas dengan tingkat kompleksitas yang berbeda-beda. Penting bagi auditor untuk mengetahui cara memastikan bahwa tugas-tugas tersebut dapat dilaksanakan secara memuaskan (Rapina, 2007).

Menurut Bonner (1994) dalam Rapina (2007) terdapat tiga alasan mengapa kompleksitas tugas perlu diperiksa pada situasi audit, yakni sebagai berikut :

1. Kompleksitas tidak mungkin berpengaruh secara signifikan terhadap kinerja auditor

2. Bantuan keputusan dan teknik pelatihan saat ini mungkin diperbaiki jika peneliti memahami tugas audit yang berbeda-beda

3. Memahami kompleksitas tugas membantu manajemen KAP

menemukan kesesuaian antara tugas audit dengan staf audit.

2.2.4.2. Aspek Kompleksitas Tugas

Menurut Bonner (1994) dalam Rapina (2007) kekompleksan tugas terdiri dari atas dua aspek yaitu kesulitan tugas dan struktur tugas kesulitan tugas berhubungan dengan jumlah informasi tentang tugas tersebut sedangkan struktur tugas berhubungan dengan kejelasan


(46)

(information clarity). Sedangkan Wood (1988) dalam Madisar dan Sari (2007) menyatakan bahwa kompleksitas tugas dapat dilihat dalam dua aspek, yaitu :

1. Kompleksitas Komponen

Kompleksitas komponen mengacu pada jumlah informasi yang harus diproses dan tahapan pekerjaan yang harus dilakukan untuk menyelesaikan sebuah pekerjaan. Sebuah pekerjaan dianggap semakin rumit jika informasi yang harus diproses dan tahap-tahap yang harus dilakukan semakin banyak.

2. Kompleksitas Koordinatif

Kompleksitas koordinatif mengacu pada jumlah koordinasi (hubungan antara satu bagian dengan bagian lain) yang dibutuhkan untuk menyelesaikan sebuah pekerjaan. Sebuah pekerjaan dianggap semakin rumit ketika pekerjaan tersebut memiliki keterkaitan dengan pekerjaan-pekerjaan yang lainnya atau pekerjaan yang akan dilaksanakan tersebut terkait dengan pekerjaan sebelum dan sesudahnya.

2.2.4.3. Klasifikasi Tugas Berdasarkan Tingkat Kompleksitasnya

Berdasarkan tingkat kompleksitasnya, tugas dapat diklasifikasikan menjadi tugas yang kurang kompleks dan tugas yang sangat kompleks (Rapina, 2007). Tugas yang kurang kompleks memiliki ciri-ciri :

1. Lebih sedikit bukti informasi


(47)

3. Kekonsistenan yang tinggi secara relatif antara bukti harapan dan keputusan aktual

4. Tingkat ambiguity yang relatif rendah dalam konteks keputusan dan hasil keputusan potensial yang sedikit

Sedangkan tugas yang sangat kompleks memiliki ciri-ciri sebagai berikut :

1. Lebih banyak bukti informasi

2. Sejumlah besar bukti tidak konsisten dengan kejadian yang sedang diprediksi

3. Mengandung tingkat ambiguity yang relatif tinggi dan hasil keputusan potensial yang banyak

Tugas yang kurang kompleks merupakan tugas yang berhubungan dengan pengujian pengendalian, pengujian substantif serta mendata kesalahan pencatatan laporan keuangan (listing financial statement

errors) (Mardisar dan Sari, 2007). Sedangkan contoh tugas dengan

kompleksitas tinggi adalah tugas analisis rasio keuangan. Tugas ini membutuhkan sejumlah bukti input yang akan diproses, koordinasi kompleksitas dan backward/forward reasioning untuk mengidentifikasi hubungan dan interpendensi anatr rasio dan antara setiap rasio dengan error laporan keuangan (Rapina, 2007).

Kompleksitas tugas audit bervariasi antara tipe account balance, ukuran balance, dan jumlah bukti yang tercakup dalam kumpulan data termasuk kekonsistenan bukti tersebut (Rapina, 2007). Bonner (1994) dalam Rapina (2007) membagi proses mengolah informasi menjadi tiga


(48)

tahap yaitu input, pemrosesan, dan output. Pada tahap input dan pemrosesan, kompleksitas tugas meningkat sejalan dengan peningkatan sejumlah bukti.

2.2.4.4. Pengaruh Kompleksitas Tugas terhadap Audit Judgement

Dalam audit, kualitas hasil kerja auditor adalah hal yang sangat penting. Hal ini karena auditor menarik sebuah kesimpulan audit berdasarkan pekerjaan audit yang telah dilakukan sehingga berkualitas atau tidaknya hasil audit akan mempengaruhi kesimpulan akhir auditor. Salah satu faktor yang dapat mempengaruhi kualitas kerja seseorang adalah tingkat kerumitan pekerjaan yang dihadapi (Mardisar dan Sari, 2007). Djaddang dan Parmono (2002) menyebutkan bahwa kompleksitas tugas yang dihadapi oleh auditor akan menambah pengetahuan dan pengalamannya.

Menurut Libby dan Lipe (1992) dan Kennedy (1993) dalam Mardisar dan Sari (2007), kompleksitas kerja dapat dijadikan sebagai alat dalam meningkatkan kualitas hasil pekerjaan. Dalam arti kata untuk tingkat kerumitan pekerjaan tertentu dapat mempengaruhi usaha yang dicurahkan oleh auditor. Cloyd (1997) dalam Mardisar dan Sari (2007) mengungkapkan bahwa usaha dapat mempengaruhi kualitas hasil kerja pada auditor yang menangani masalah perpajakan.

Hal ini sejalan dengan pendapat Tan dan Kao (1999), Sanusi dan Iskandar (2007), Bonner dan Spilker (2002) dalam Mardisar dan Sari (2007) yang menyatakan bahwa berkualitas atau tidaknya sebuah


(49)

pekerjaan dipengaruhi oleh tingkat kompleksitas yang dihadapi. Dalam penelitiannya, Sanusi dan Iskandar (2007) menyimpulkan bahwa untuk kompleksitas pekerjaan yang rendah, tingkat usaha yang tinggi dapat meningkatkan kualitas kerja, tetapi untuk pekerjaan dengan tingkat kompleksitas yang lebih tinggi, usaha yang tinggi tidak dapat meningkatkan kualitas hasil kerja.

2.2.5. Keahlian Audit

2.2.5.1. Pengertian Keahlian Audit

Definisi keahlian sampai saat ini masih belum terdapat definisi operasional yang tepat. Trotter (1986) dalam Mayangsari (2003) mendefinisikan ahli adalah orang yang dengan keterampilannya mengerjakan pekerjaan secara mudah, cepat, intuisi, dan sangat jarang atau tidak pernah membuat kesalahan. Menurut Hayes-Roth, et.al (1983) mendefinisikan keahlian sebagai keberadaan dari pengetahuan tentang suatu lingkungan tertentu, pemahaman terhadap masalah yang timbul dari lingkungan tersebut dan keterampilan untuk memecahkan masalah tersebut.

Pengertian keahlian audit menurut Hiro Tagiman dalam Setianingsih (2009) adalah keahlian pemeriksaan internal dalam menerapkan standar, prosedur dan teknik pemeriksaan yang diperlukan dalam melaksanakan pemeriksaan. Selain itu keahlian sendiri berarti kemampuan yang menerapkan pengetahuan pada persoalan yang umumnya dihadapi dan menyelesaikan persoalan tersebut tanpa perlu belajar kembali secara luas dan bantuan berarti dari pihak lain.


(50)

Menurut Tan dan Libby dalam Mayangsari (2003), keahlian teknis dan keahlian non teknis. Keahlian teknis adalah kemampuan mendasar seorang auditor berupa pengetahuan prosedural dan kemampuan klerikal lainnya dalam lingkup akuntansi dan auditing secara umum. Sedangkan keahlian non teknis merupakan kemampuan dari dalam diri seseorang auditor yang banyak dipengaruhi oleh faktor-faktor personal dan pengalaman.

Sedangkan hasil penelitian Murtanto (1998) dalam Mayangsari (2003) menunjukkan bahwa komponen keahlian auditor di Indonesia terdiri atas :

1. Komponen pengetahuan, yang merupakan komponen penting dalam suatu keahlian. Komponen ini meliputi pengetahuan terhadap fakta-fakta, prosedur-prosedur dan pengalaman. Kafer dan Acreman (1989) juga mengatakan bahwa pengalaman akan memberikan hasil dalam menghimpun dan memberikan kemajuan bagi pengetahuan

2. Ciri-ciri psikologi, seperti kemampuan berkomunikasi, kreativitas kemampuan bekerja sama dengan orang lain. Gibbins dan Iarocque’s (1990) juga menunjukkan bahwa kepercayaan, komunikasi, dan kemampuan untuk bekerjasama adalah unsur penting bagi keahlian audit.

Auditor harus memiliki keahlian yang diperlukan dalam tugasnya, keahlian ini meliputi keahlian mengenai audit yang mencakup antara lain: merencanakan program pemeriksaan, menyusun program kerja pemeriksaan, melaksanakan program kerja pemeriksaan, menyusun kertas kerja, menyusun berita pemeriksaan, laporan hasil pemeriksaan.


(51)

Dari keterangan diatas maka kesimpulan yang dapat diambil dari pengertian keahlian audit adalah seseorang yang memiliki tingkat kemahiran dalam melaksanakan tugas pemeriksaan dengan menerapkan standar, prinsip, prosedur dan teknik pemeriksaan akuntansi secara tepat sesuai dengan ilmu yang dimilikinya.

2.2.5.2. Pengaruh Keahlian Audit Terhadap Audit Judgement

Trotter (1986) dalam artikel Choe dan Rice (1987) mendefinisikan ahli sebagai porang dengan keterampilannya mengerjakan pekerjaan dengan mudah, cepat, intuitif dan sangat jarang atau tidak pernah membuat kesalahan (dikutip dari Mayangsari, 2003).

Penelitian tentang keahlian yang berkaitan dengan proses pembuatan laporan yang dilakukan oleh seorang ahli merupakan suatu penelitian yang banyak berhubungan dengan aspek perilaku. Pada proses pembuatan keputusan, seorang ahli harus melakukan pertimbangan – pertimbangan yang didasarkan pada jumlah informasi yang digunakan untuk membuat keputusan. Menurut Einhorn (1972), pembuatan keputusan oleh seorang ahli didasarkan pada paradigma Einhorn (dikutip dari Mayangsari, 2003).

Einhorn mengatakan ada tiga hal penting yang harus dipertimbangkan oleh seorang ahli dalam proses pembuatan keputusan : 1. Seorang ahli seharusnya cenderung untuk mengelompokkan variabel

– variabel dalam cara yang sama disaat mengidentifikasi dan mengorganisasi faktor informasi.


(52)

2. Dalam menghitung jumlah informasi, seorang ahli seharusnya menunjukkan pertimbangan reliabilitas yang tinggi sehingga terhindar dari bias.

3. Seorang ahli seharusnya mempertimbangkan dan menggabungkan faktor – faktor dalam cara yang sama.

2.2.6. Pengaruh Tekanan Ketaatan, Kompleksitas Tugas dan Keahlian Audit terhadap Audit Judgement

Penelitian sebelumnya menunjukkan bahwa auditor yang mendapatkan perintah yang tidak tepat baik itu dari atasan ataupun dari klien cenderung akan berprilaku menyimpang dari stamdar profesional. (Hartanto, 1999 dalam Jamilah, dkk). Chung dan Monroe (2001) mengatakan bahwa interaksi antara gender dengan kompleksitas tugas berpengaruh secara signifikan terhadap audit judgement. Maka hipotesis pertama menunjukkan adanya hubungan yang saling tergantung pada tekanan ketaatan dan kompleksitas tugas terhadap audit judgement (dikutip dari Jamilah dkk, 2007).

Proses pengambilan keputusan dalam bidang audit dipengaruhi faktor tekanan ketaatan, kompleksitas tugas dan keahlian audit. tekanan ketaatan merupakan cerminan tekanan dari atasan dan klien yang dihadapi oleh seorang auditor dalam proses pengambilan keputusan. Tekanan ketaatan berkaitan dengan dilema etika yang melibatkan pilihan antara nilai-nilai yang bertentangan. Auditor secara umum dianggap termotivasi oleh etika profesi dan standar pemerikasaan, maka auditor akan berada dalam situasi konflik atas pertimbangan profesional berlandaskan pada nilai


(53)

dan keyakinan individu, kesadaran moral memainkan peran penting dalam pengambilan keputusan akhir. Sedangkan keahlian audit berkaitan dengan struktur yang dimiliki auditor dan dapat menyebabkan perbedaan

judgement yang diambil terhadap suatu kasus tertentu.

Berdasarkan keterangan tersebut, bahwa auditor harus mempunyai keahlian agar dapat mengatasi tekanan ketaatan dan kompleksitas tugas karena seorang auditor yang tidak kompeten maka ia tidak mungkin dapat bertindak tepat dalam menyelesaikan tugas-tugas auditnya. Auditor yang tidak kompeten cenderung bergantung pada pandapat orang lain dalam menyelesaikan tugas-tugas auditnya, karena sangat terbatas pengetahuan dan pengalaman yang dimilikinya.

2.3. Kerangka Pikir

Berdasarkan rumusan masalah, landasan teori dan penelitian sebelumnya, untuk memudahkan analisis, serta untuk pendukung hasil penelitian, maka diajukan beberapa premis, sebagai berikut :

Premis 1 : Adanya interaksi antara keahlian audit dengan jenis informasi yang digunakan. (Mayangsari, 2003)

Premis 2 : Dengan adanya tekanan ketaatan dari atasan maupun klien akan cenderung membuat Judgment yang kurang tepat. (Jamilah dkk, 2007)

Premis 3 : Pada situasi tugas yang kompleks tidak mempengaruhi auditor dalam pengambilan Judgment untuk menentukan pendapat terhadap laporan hasil auditan. (Jamilah dkk, 2007)

Premis 4 : Terdapat hubungan yang signifikan antara kompleksitas tugas dan pengalaman (Rapina 2007)


(54)

Premis 5 : Kompleksitas tugas dan pengalaman secara bersama – sama berpengaruh terhadap ketaatan standar auditing. (Rapina 2007). Premis 6 : Terdapat pengaruh antara Keahlian Audit, Independensi, dan

Kompetensi terhadap Opini Auditor. (Setianingsih, 2009)

Untuk memudahkan analisis dan menguji hipotesis, maka dapat digambarkan dalam suatu bagan kerangka pikir, ynag disajikan pada gambar 2.1 sebagai berikut.

Gambar. 2.1 : Diagram Kerangka pikir

Uji Statistik Regresi Linier Berganda

2.4. Hipotesis

Berdasarkan latar belakang penelitian, landasan teori dan kerangka pikir diatas, maka dirumuskan hipotesis sebagai berikut:

H1 : Bahwa tekanan ketaatan, kompleksitas tugas, dan keahlian audit berpengaruh signifikan terhadap audit judgement.

H2 : Bahwa kompleksitas tugas berpengaruh paling dominan terhadap

audit judgement.

Audit Judgement

(Y) Kompleksitas Tugas

(X2)

Tekanan Ketaatan (X1)

Keahlian Audit (X1)


(55)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel 3.1.1. Definisi Operasional

Penelitian ini mengunakan 3 (tiga) variabel bebas (X) yaitu Tekanan Ketaatan (X1), Kompleksitas Tugas (X2), dan Keahlian Audit (X3),

Sedangkan variabel terikatnya yaitu Audit Judgement (Y).

Adapun definisi operasional dari masang – masing variabel tersebut, yaitu sebagai berikut :

1. Variabel bebas (X), yang terdiri dari : a. Tekanan Ketaatan (X1)

Merupakan tekanan yang diterima auditor dalam menghadapi atasan dank lien untuk melakukan tindakan menyimpang dan standar etika.

b. Kompleksitas Tugas (X2)

Merupakan persepsi individu tentang kesulitan suatu tugas yang disebabkan oleh terbatasnya kapabilitas dan daya ingat serta kemampuan untuk mengintrograsikan masalah yang dimiliki oleh seorang pembuat keputusan

c. Keahlian Audit (X3)

Merupakan keterampilan dan kemampuan yang dimiliki auditor dalam mengerjakan pekerjaannya.


(56)

2. Variabel Terikat (Y) Audit Judgement

Merupakan kebijakan auditor dalam menentukan pendapat mengenai hasil auditnya yang mengacu pada pemberian gagasan, pendapat atau perkiraan tentang suatu objek, peristiwa, status atau jenis peristiwa lain

3.1.2. Pengukuran Variabel

Adapun teknik pengukuran variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Tekanan Ketaatan (X1)

Skala pengukuran yang digunakan dalam penelitian ini adalah skala likert, yang mempunyai skala 5 poin, dengan pola sebagai berikut:

1 2 3 4 5

Sangat tidak setuju Sangat setuju Jawaban dengan nilai poin 1 sampai dengan nilai poin 2, berarti tingkat Tekanan Ketaatan adalah rendah, sedangkan nilai poin 3 berarti tingkat Tekanan Ketaatan adalah cukup, dan nilai poin 4 sampai dengan nilai poin 5 berarti tingkat Tekanan Ketaatan adalah tinggi

Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini merupakan pengembangan dan modifikasi dari instrumen yang digunakan dalam penelitian Jamilah, dkk (2007). dan Variabel ini diukur dengan menggunakan 6 (enam) item pertanyaan.


(57)

2. Kompleksitas Tugas (X2)

Skala pengukuran yang digunakan dalam penelitian ini adalah skala likert, yang mempunyai skala 5 poin, dengan pola sebagai berikut:

1 2 3 4 5

Sangat tidak setuju Sangat setuju Jawaban dengan nilai poin 1 sampai dengan nilai poin 2, berarti tingkat Kompleksitas Tugas adalah rendah, sedangkan nilai poin 3 berarti tingkat Kompleksitas Tugas adalah cukup, dan nilai poin 4 sampai dengan nilai poin 5 berarti tingkat Kompleksitas Tugas adalah tinggi

Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini merupakan pengembangan dan modifikasi dari instrumen yang digunakan dalam penelitian Jamilah, dkk (2007). dan Variabel ini diukur dengan menggunakan 6 (enam) item pertanyaan.

3. Keahlian Audit (X2)

Skala pengukuran yang digunakan dalam penelitian ini adalah skala likert, yang mempunyai skala 5 poin, dengan pola sebagai berikut:

1 2 3 4 5

Sangat tidak setuju Sangat setuju Jawaban dengan nilai poin 1 sampai dengan nilai poin 2, berarti tingkat Keahlian Audit adalah rendah, sedangkan nilai poin 3 berarti tingkat Keahlian Audit adalah cukup, dan nilai poin 4 sampai dengan nilai poin 5 berarti tingkat Keahlian Audit adalah tinggi


(58)

Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini merupakan pengembangan dan modifikasi dari instrumen yang digunakan dalam penelitian Setianingsih (2009). dan Variabel ini diukur dengan menggunakan 5 (lima) item pertanyaan.

4. Audit Judgment (Y)

Skala pengukuran yang digunakan dalam penelitian ini adalah skala likert, yang mempunyai skala 5 poin, dengan pola sebagai berikut:

1 2 3 4 5

Sangat tidak mungkin Sangat mungkin Jawaban dengan nilai poin 1 sampai dengan nilai poin 2, berarti tingkat Audit Judgment adalah rendah, sedangkan nilai poin 3 berarti tingkat Audit Judgment adalah cukup, dan nilai poin 4 sampai dengan nilai poin 5 berarti tingkat Audit Judgment adalah tinggi

Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini merupakan pengembangan dan modifikasi dari instrumen yang digunakan dalam penelitian Jamilah, dkk (2007). dan Variabel ini diukur dengan menggunakan 10 (sepuluh) item pertanyaan.

3.2. Teknik Penentuan Sampel 3.2.1. Populasi

Populasi merupakan kelompok subyek yang memiliki ciri – ciri atau karakteristik – karakteristik tertentu yang berbeda dengan kelompok subyek atau obyek yang lain dan kelompok tersebut akan dikenai


(59)

generalisasi dari hasil penelitian (Sumarsono, 2004 : 44). Sedangkan populasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah Kantor Akuntan Publik (KAP) yang ada di Surabaya dan telah terdaftar dalam Directory Kantor Akuntan Publik pada tahun 2010 dan tercatat 42 Kantor Akuntan Publik (KAP).

3.2.2. Sampel

Sampel adalah bagian dari sebuah populasi, yang mempunyai ciri dan karakteristik yang sama dengan populasi tersebut, karena itu sebuah sample harus merupakan representative dari sebuah populasi (Sumarsono, 2004 : 44). Dalam melakukan penarikan sampel, peneliti menggunkan metode “Simple Random Sampling “ yaitu teknik penarikan sampel dimana setiap anggota populasi mempunyai peluang yang sama untuk ditarik sebagai sampel.

Untuk mengetahui jumlah responden yang akan dijadikan sampel digunakan rumus slovin, yaitu sebagai berikut :

n = 2

1 Ne

N

(Umar, 2002 : 141) Dimana :

n = Ukuran sampel N = Ukuran populasi

e = Persen kelonggaran ketidaktelitian karena kesalahan

pengambilan sample yang masih dapat ditolelir atau diinginkan (e = 10%).


(60)

Cara Perhitungan : n =

2 ) 1 , 0 .( 42 1

42

n = 29,58 = 30 responden

Berdasarkan dari perhitungan di atas, maka jumlah anggota sampel yang digunakan dalam penelitian ini berjumlah 30 KAP.

3.3. Teknik Pengumpulan Data 3.2.1. Jenis dan Sumber Data

Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah Data primer yaitu merupakan sumber data yang diperoleh secara langsung dari sumber asli pihak pertama (Ikhsan dan Ishak, 2005 : 109). Sedangkan sumber data berasal dari jawaban kuisioner yang disebar pada 30 Kantor Akuntan Publik (KAP) yang ada di Surabaya dan dijadikan sampel dalam penelitian.

3.2.2. Metode Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian, ini yaitu meliputi :

1 Kuesioner

Yaitu teknik pengumpulan data dengan cara pembagian lembar pertanyaan yang harus diisi oleh responden guna melengkapi data (Nazir, 2005 : 203).

2 Observasi

Yaitu teknik pengumpulan data dengan cara mengadakan penelitian langsung pada obyek yang diteliti.(Nazir, 2005 : 212).


(61)

3.3. Uji Kualitas Data 3.3.1. Uji Validitas Data

Uji validitas dilakukan untuk mengetahui sejauh mana alat pengukur itu (kuesioner) mengukur apa yang diinginkan. Suatu kuesioner dikatakan valid jika pertanyaan pada kuesioner mampu untuk mengungkapkan sesuatu yang akan di ukur oleh kuesioner tersebut (Ghozali, 2006: 135).

Dasar analisis yang digunakan menurut (Ghozali, 2006: 49). yaitu sebagai berikut :

1. Jika r hitung positif, serta r hitungl > r tabel maka butir atau variabel tersebut valid.

2. Jika r hitung negatif, serta r hitung < r tabel maka butir atau variabel tersebut tidak valid.

3.3.2. Uji Reliabilitas

Suatu kuesioner dikatakan reliabel atau handal jika jawaban seseorang terhadap pernyataan adalah konsisten atau stabil dari waktu ke waktu (Ghozali, 2006 : 132).

Dasar analisis yang digunakan yaitu jika nilai Cronbach Alpha > 0,60, maka konstruk atau variabel tersebut adalah reliabel (Nunnally, 1960 dalam Ghozali, 2006: 46).

3.3.3. Uji Normalitas

Uji Normalitas merupakan suatu alat uji yang digunakan untuk menguji apakah dari variabel – variabel yang digunakan dalam model


(62)

regresi mempunyai distribusi normal atau tidak. Untuk mengetahui apakah data tersebut berdistribusi normal, dapat diuji dengan metode Kolmogorov Smirnov (Ghozali, 2006 : 74).

Pedoman dalam pengambilan keputusan apakah distribusi data mengikuti distribusi normal adalah (Sumarsono, 2004: 43)

1. Jika nilai signifikansi (nilai probabilitasnya) lebih kecil dari 5% maka distribusi adalah tidak normal.

2. Jika nilai signifikansi (nilai probabilitasnya) lebih besar dari 5% maka distribusi adalah normal.

3.4. Asumsi Klasik

Persamaan regresi linier berganda harus bersifat BLUE (Best Linier Unbiased Estimator), artinya pengambilan keputusan melalui uji regrasi ini tidak bias (Sesuai dengan tujuan Untuk mengambil keputusan BLUE, maka harus dipenuhi diantaranya tiga asumsi klasik yang tidak boleh dilanggar oleh persamaan tersebut, yaitu (Gujarati, 1999 : 153)

1. Autokorelasi

Uji autokorelasi bertujuan untuk menguji apakah dalam suatu model regresi linier ada korelasi antara korelasi pengganggu pada periode t dengan kesalahan pada periode t-1 (sebelumnya). Salah satu cara untuk mendeteksi ada atau tidaknya autokorelasi dengan cara uji Durbin-Watson (DW test), dengan ketentuan, yaitu sebagai berikut : (Santoso, 2001 : 218)

a. Angka D-W di bawah - 2, hal ini berarti ada Autokolerasi positif. b. Angka D-W diantara -2 sampai +2, hal ini berarti tidak ada


(63)

2. Multikolineritas

Uji Multikolinieritas bertujuan untuk menguji apakah dalam persamaan regresi ditemukan adanya korelasi antar variabel bebas. Salah satu cara untuk mengetahui adanya multikoliniaritas adalah dengan melihat nilai VIF (Variance Inflation Factor).

Dasar analisis yang digunakan yaitu jika nilai VIF (Variance Inflation Factor) < 10, maka hal ini berarti dalam persamaan regresi tidak ditemukan adanya korelasi antar variabel bebas atau bebas Multikolinieritas (Ghozali, 2006 : 57-59)

3. Heteroskedasitas

Heteroskedastisitas adalah suatu keadaan dimana faktor gangguan atau pengganggu tidak memiliki varian yang sama atau variannya tidak konstan. Uji Heteroskedastisitas ini bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi terjadi ketidaksamaan variance dari residual satu pengamatan ke pengamatan lainnya. Salah satu cara untuk mendeteksi ada atau tidak adanya heteroskedastisitas adalah dengan uji korelasi rank spearman

Dasar analisis yang digunakan menurut Santoso (2001 : 161) yaitu sebagai berikut :

a. Apabila nilai signifikan hitung (sig) > tingkat signifikan α = 0,05 maka H0 diterima berarti tidak terjadi heteroskedastisitas.

b. Apabila nilai signifikan hitung (sig) < tingkat signifikan α = 0,05 maka H0 ditolak berarti terjadi heteroskedastisitas.


(64)

3.5. Teknik Analisis dan Uji Hipotesis 3.5.1. Teknik Analisis

Teknik analisis yang digunakan adalah regresi linier berganda dengan model persamaan yang digunakan adalah sebagai berikut :

Y = β0 + β1X1 + β2X2 + β3X3 + β4X4 + e

(Anonim, 2009: L-21) Keterangan :

Y = Audit judgement

β0 = Konstanta

X1 = Tekanan ketaatan

X2 = Kompleksitas tugas

X3 = Keahlian audit

β1…3 = Koefisien regresi

e = Standart Error

3.5.2. Uji Hipotesis

3.5.2.1. Uji Kesesuaian Model

Uji F ini digunakan untuk mengetahui sesuai tidaknya model regresi yang dihasilkan guna melihat pengaruh dari tekanan ketaatan, kompleksitas tugas, dan keahlian audit terhadap audit judgement.

Hipotesis Statistik

1. Ho : β1 = 0, menunjukkan model regresi yang dihasilkan tidak cocok

guna melihat pengaruh dari tekanan ketaatan,

kompleksitas tugas, dan keahlian audit terhadap audit


(1)

Uji Validitas dan Uji Reliabilitas

Audit Judgement (Y)

DENGAN PROGRAM SPSS. 16.0.

FOR WINDOWS

Reliability

Case Processing Summary

30 100,0 0 ,0 30 100,0 Valid Excludeda Total Cases N %

Listwise deletion based on all variables in the procedure. a.

Reliability Statistics

,966 10 Cronbach's Alpha N of Items

Item Statistics

3,00 1,486 30 3,37 1,542 30 3,23 1,675 30 3,07 1,660 30 3,20 1,448 30 3,27 1,552 30 3,27 1,507 30 2,80 1,648 30 3,33 1,647 30 3,00 1,509 30 Butir_1 Butir_2 Butir_3 Butir_4 Butir_5 Butir_6 Butir_7 Butir_8 Butir_9 Butir_10

Mean Std. Deviation N

Item-Total Statistics

28,53 155,637 ,826 ,963 28,17 152,902 ,870 ,961 28,30 149,734 ,876 ,961 28,47 149,775 ,885 ,961 28,33 154,713 ,879 ,961 28,27 151,582 ,902 ,960 28,27 153,513 ,875 ,961 28,73 155,306 ,741 ,966 28,20 153,890 ,780 ,965 28,53 155,292 ,822 ,963 Butir_1 Butir_2 Butir_3 Butir_4 Butir_5 Butir_6 Butir_7 Butir_8 Butir_9 Butir_10

Scale Mean if Item Deleted

Scale Variance if Item Deleted

Corrected Item-Total Correlation

Cronbach's Alpha if Item Deleted

Scale Statistics

31,53 188,464 13,728 10 Mean Variance Std. Deviation N of Items


(2)

Uji Normalitas

Kolmogorov – Smirnov - Test

DENGAN PROGRAM SPSS. 16.0.

FOR WINDOWS

NPar Tests

One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

30 ,0000000 7,10819168 ,115 ,090 -,115 ,627 ,826 N

Mean Std. Deviation Normal Parametersa,b

Absolute Positive Negative Most Extreme

Differences

Kolmogorov-Smirnov Z Asymp. Sig. (2-tailed)

Unstandardized Residual

Test distribution is Normal. a.

Calculated from data. b.


(3)

Uji Regresi Linier Berganda

DENGAN PROGRAM SPSS. 16.0.

FOR WINDOWS

Regression

Descriptive Statistics

31,53 13,728 30 13,63 8,294 30 13,80 7,797 30 14,67 6,994 30 Audit Judgement (Y)

Tekanan Ketaatan (X1) Kompleksitas Tugas (X2) Keahlian Audit (X3)

Mean Std. Deviation N

Variables Entered/Removedb

Keahlian Audit (X3), Tekanan Ketaatan (X1), Kompleksitas Tugas (X2)a

. Enter Model

1

Variables Entered Variables Removed Method

All requested variables entered. a.

Dependent Variable: Audit Judgement (Y) b.

Model Summaryb

,856a ,732 ,701 7,507

Model 1

R R Square Adjusted R Square Std. Error of the Estimate

Predictors: (Constant), Keahlian Audit (X3), Tekanan Ketaatan (X1), Kompleksitas Tugas (X2) a.

Dependent Variable: Audit Judgement (Y) b.

ANOVAb

4000,201 3 1333,400 23,660 ,000a

1465,265 26 56,356 5465,467 29 Regression Residual Total Model 1

Sum of Squares df Mean Square F Sig.

Predictors: (Constant), Keahlian Audit (X3), Tekanan Ketaatan (X1), Kompleksitas Tugas (X2) a.

Dependent Variable: Audit Judgement (Y) b.

Coefficientsa

42,363 4,879 8,682 ,000

-,778 ,179 -4,353 ,000 -,649 ,885 1,129 1,454 ,222 6,544 ,000 ,789 ,647 1,545 -1,384 ,250 -5,531 ,000 -,735 ,635 1,576 (Constant)

Tekanan Ketaatan (X1) Kompleksitas Tugas (X2) Keahlian Audit (X3) Model

1

B Std. Error Unstandardized

Coefficients

t Sig. Partial Correlations

Tolerance VIF Collinearity Statistics

Dependent Variable: Audit Judgement (Y) a.


(4)

Uji Correlation “Rank Spearman”

DENGAN PROGRAM SPSS. 16.0.

FOR WINDOWS

Nonparametric Correlations

Correlations

1,000 . 30 ,031 ,872 30 ,068 ,723 30 -,018 ,923 30 Correlation Coefficient

Sig. (2-tailed) N

Correlation Coefficient Sig. (2-tailed) N

Correlation Coefficient Sig. (2-tailed) N

Correlation Coefficient Sig. (2-tailed) N

Unstandardized Residual

Tekanan Ketaatan (X1)

Kompleksitas Tugas (X2)

Keahlian Audit (X3) Spearman's rho

Unstandardized Residual


(5)

Tabel “r” Product Moment

DENGAN PROGRAM SPSS. 16.0.

FOR WINDOWS

Df

5%

Df

5%

1

0.988

26

0.317

2

0.900

27

0.311

3

0.805

28

0.306

4

0.729

29

0.301

5

0.669

30

0.296

6

0.621

31

0.291

7

0.582

32

0.287

8

0.549

33

0.283

9

0.521

34

0.279

10

0.497

35

0.275

11

0.476

36

0.271

12

0.458

37

0.267

13

0.441

38

0.264

14

0.426

39

0.260

15

0.412

40

0.257

16

0.400

41

0.254

17

0.389

42

0.251

18

0.378

43

0.248

19

0.369

44

0.246

20

0.360

45

0.243

21

0.352

46

0.240

22

0.344

47

0.238

23

0.337

48

0.235

24

0.330

49

0.233

25

0.323

50

0.231


(6)

Dokumen yang terkait

Pengaruh gender kompleksitas tugas, dan kompetensi auditor terhadap audit judgment : studi empiris pada kantor akuntan publik di jakarta

2 10 99

PENGARUH GENDER, TEKANAN KETAATAN, KOMPLEKSITAS TUGAS TERHADAP AUDIT JUDGMENT (STUDI EMPIRIS PADA KANTOR AKUNTAN PUBLIK DI YOGYAKARTA)

0 4 60

BAB I PENDAHULUAN Pengaruh Keahlian Audit, Tekanan Ketaatan, Kompleksitas Tugas, Dan Pengalaman Terhadap Audit Judgment (Studi Empiris pada Kantor Akuntan Publik di Surakarta dan Yogyakarta).

0 6 8

BAB III METODE PENELITIAN Pengaruh Keahlian Audit, Tekanan Ketaatan, Kompleksitas Tugas, Dan Pengalaman Terhadap Audit Judgment (Studi Empiris pada Kantor Akuntan Publik di Surakarta dan Yogyakarta).

0 4 9

“PENGARUH KEAHLIAN AUDIT, TEKANAN KETAATAN, KOMPLEKSITAS TUGAS, DAN PENGALAMAN TERHADAP AUDIT JUDGMENT” Pengaruh Keahlian Audit, Tekanan Ketaatan, Kompleksitas Tugas, Dan Pengalaman Terhadap Audit Judgment (Studi Empiris pada Kantor Akuntan Publik d

0 1 31

PENGARUH GENDER, TEKANAN KETAATAN, KOMPLEKSITAS TUGAS, PENGETAHUAN, DAN PERSEPSI ETIS TERHADAP AUDIT JUDGMENT Pengaruh Gender, Tekanan Ketaatan, Kompleksitas Tugas, Pengetahuan, Dan Persepsi Etis Terhadap Audit Judgment (Studi Empiris pada Kantor Akuntan

0 2 17

PENGARUH GENDER, TEKANAN KETAATAN, KOMPLEKSITAS TUGAS, DAN PENGALAMAN AUDITOR TERHADAP AUDIT Pengaruh Gender, Tekanan Ketaatan, Kompleksitas Tugas, Dan Pengalaman Auditor Terhadap Audit Judgment (Studi Empiris Pada Kantor Akuntan Publik Di Surakarta Dan

0 0 16

PENGARUH GENDER, TEKANAN KETAATAN, DAN KOMPLEKSITAS TUGAS TERHADAP AUDIT JUDGMENT Pengaruh Gender, Tekanan Ketaatan, dan Kompleksitas Tugas Terhadap Audit Judgment (Studi Pada Kantor Akuntan Publik di Jawa Tengah.

0 2 16

PENGARUH GENDER, TEKANAN KETAATAN, DAN KOMPLEKSITAS TUGAS TERHADAP AUDIT JUDGMENT Pengaruh Gender, Tekanan Ketaatan, dan Kompleksitas Tugas Terhadap Audit Judgment (Studi Pada Kantor Akuntan Publik di Jawa Tengah.

0 1 17

PENGARUH TEKANAN KETAATAN, KOMPLEKSITAS TUGAS DAN KEAHLIAN AUDIT TERHADAP AUDIT JUDGMENT (Studi Empiris pada Kantor Akuntan Publik di Surabaya)

0 0 19