Pengaruh Kompetensi Manajer Proyek Terhadap Kinerja Proyek Konstruksi Gedung di Kabupaten Badung dan Kota Denpasar.

(1)

PENGARUH KOMPETENSI MANAGER PROYEK

TERHADAP KINERJA PROYEK KONTRUKSI GEDUNG

DI KABUPATEN BADUNG DAN KOTA DENPASAR

TUGAS AKHIR

Oleh :

I Made Ardhiyana

1104105083

JURUSAN TEKNIK SIPIL

FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS UDAYANA


(2)

ABSTRAK

Pembangunan proyek kontruksi di Bali sampai saat ini semakin meningkat

sejalan dengan pertumbuhan ekonomi, industri, dan pariwisata yang sangat maju,

khususnya di wilayah Denpasar dan Badung.Keberhasilan penyelenggaraan proyek

kontruksi dapat dilihat dari segi pencapaian biaya, mutu, dan waktu yang telah sesuai

dengan perencanaan.Namun, belum diketahui pengaruh komptensi manajer proyek

terhadap kinerja proyek kontruksi.Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah :1)

Bagaimanakah pengaruh kompetensi manager proyek terhadap keberhasilan

pelaksanaan proyek kontruksi ?. Bagaimana besarnya pengaruh kompetensi manajer

proyek terhadap kinerja proyek kontruksi ?

Analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah :1) Analisa Korelasi

Rank ; analisis ini digunakan untuk mengetahui ada tidaknya hubungan atau

pengaruh antara dua variabel. 2) Analisa Determinasi ; analisis ini digunakan untuk

mengetahui variasi hubungan atau pengaruh antara dua variabel berdasarkan

persentase atau besarnya pengaruh antara variabel kompetensi manajer proyek dan

kinerja manajer proyek. 3) Analisa t-Test ; analisis ini bertujuan untuk membuktikan

dari korelasi yang diperoleh memang benar dan signifikan.

Berdasarkan hasil analisis dengan menggunakan SPSS versi 22 didapat hasil

sebagai berikut: 1) Kompetensi manajer proyek berpengaruh terhadap kinerja proyek

kontruksi. Hal ini membuktikan bahwa kompetensi manajer proyek pada faktor

pendidikan memang benar berpengaruh terhadap kinerja proyek kontruksi pada faktor

biaya,mutu,waktu. 2) Besarnya pengaruh kompetensi manajer proyek terhadap

kinerja proyek kontruksi dapat dilihat pada nilai koefisien determinasi adalah sebagai

berikut: faktor pendidikan terhadap kinerja proyek kontruksi pada faktor

biaya,mutu,waktu adalah sebesar 91,77 %, faktor pendidikan terhadap kinerja proyek

kontruksi pada faktor lingkungan adalah sebesar 79,03 %, faktor keterampilan

terhadap kinerja proyek kontruksi dari faktor biaya,mutu,waktu adalahsebesar 50,126

%, faktor keterampilan terhadap kinerja proyek kontruksi pada faktor keselamatan

kesehatan kerja adalah sebesar 37,577 %, faktor keterampilan proyek terhadap kinerja

proyek kontruksi pada faktor lingkungan adalah sebesar 16,322 %, faktor

prilaku/sikap proyek terhadap kinerja proyek kontruksi pada faktor biaya,mutu,waktu

adalah sebesar 77,616 %, faktor prilaku/sikap proyek terhadap kinerja proyek

kontruksi pada faktor keselamatan kesehatan kerja adalah sebesar 77,616 %, faktor

pendidikan proyek terhadap kinerja proyek kontruksi pada faktor lingkungan adalah

sebesar 66,096 %. Dengan demikian faktor pendidikan manajer proyek berkolerasi

tinggi bersifat positif dan berpengaruh secara signifikan terhadap kinerja proyek

kontruksi.


(3)

UCAPAN TERIMA KASIH

Puji syukur penulis panjatkan kehadapan Tuhan Yang Maha Esa, karena

berkat rahmat-Nya penulis dapat menyelesaikan Tugas Akhir yang berjudul

“Pengaruh Kompetensi Manajer Proyek Terhadap Kinerja Proyek Kontruksi”

sesuaidenganwaktu yang ditetapkan.

Terima kasih yang sebesar-besarnya penulis ucapkan kepada bapak Ir.

Nyoman Martha Jaya, M.Const.Mgt., Ph.D, GCinstCES., sebagai dosen pembimbing

I dan bapak Ir. I Gusti Ketut Sudipta, MT sebagai dosen pembimbing II yang telah

memberikan bimbingan dan masukan dalam penyusunan tugas akhir ini. Tidak lupa

juga kepada Orang Tua beserta teman-teman Teknik Sipil yang telah memberikan

dorongan dan motivasinya dankepada pihak proyek PT. Tunas Jaya Sanur, PT.

WASKITA KARYA, PT. Mataram Maju, PT. PP Persero,dan PT. Jaya Kusuma

Sarana yang telah memberikan data-data yang diperlukan.

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa Tugas Akhir ini jauh dari sempurna

karena keterbatasan kemampuan dan pengalaman penulis. Saran dan koreksi sangat

penulis harapkan untuk kesempurnaan dalam penyusunan Tugas Akhir ini.

Denpasar,...April 2016


(4)

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL

ABSTRAK ... 2

UCAPAN TERIMA KASIH ... 3

DAFTAR ISI ... 4

HALAMAN JUDUL ... 4

DAFTAR GAMBAR ... 8

DAFTAR TABEL ... 9

BAB IPENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang ...

Error! Bookmark not defined.

1.2 Rumusan Masalah ...

Error! Bookmark not defined.

1.3 Tujuan Penelitian ...

Error! Bookmark not defined.

1.4 Manfaat ...

Error! Bookmark not defined.

1.5 Batasan Masalah ...

Error! Bookmark not defined.

BAB IITINJAUAN PUSTAKA

2.1 Proyek Kontruksi ...

Error! Bookmark not defined.

2.1.1 Pengertian Proyek Kontruksi ...

Error! Bookmark not defined.

2.2 Tim Proyek ...

Error! Bookmark not defined.

2.3 Biaya ...

Error! Bookmark not defined.

2.4 Mutu ...

Error! Bookmark not defined.

2.5 Waktu dan Penjadwalan Proyek ...

Error! Bookmark not defined.

2.6 Keselamatan dan Kesehatan Kerja ...

Error! Bookmark not defined.

2.6.1 Pengertian Keselamatan dan Kesehatan Kerja

Error! Bookmark not

defined.


(5)

2.6.2 Peralatan Standar Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) di Proyek

Kontruksi ...

Error! Bookmark not defined.

2.7 Lingkungan Kerja ...

Error! Bookmark not defined.

2.7.1 Pengertian Lingkungan Kerja Proyek Kontruksi

Error! Bookmark not

defined.

2.7.2 Arti Penting Lingkungan Kerja ...

Error! Bookmark not defined.

2.7.3 Faktor-Faktor Lingkungan Kerja Pada Proyek Kontruksi ...

Error!

Bookmark not defined.

2.8 Manajer Proyek Kontruksi ...

Error! Bookmark not defined.

2.8.1Pengertian Manajer ...

Error! Bookmark not defined.

2.8.2 Pengertian Manajer Proyek ...

Error! Bookmark not defined.

2.8.3 Peran dan Tugas Manajer ...

Error! Bookmark not defined.

2.9 Kompetensi Manajer Proyek ...

Error! Bookmark not defined.

2.9.1 Pengertian Kompetensi ...

Error! Bookmark not defined.

2.9.2 Kualifikasi Manajer Proyek ...

Error! Bookmark not defined.

2.10 Jumlah Responden ...

Error! Bookmark not defined.

2.11 Jenis data ...

Error! Bookmark not defined.

2.12 Tabulasi dan Pengolahan Data ...

Error! Bookmark not defined.

2.13 Teknik Analisa Data...

Error! Bookmark not defined.

BAB III ...

Error! Bookmark not defined.

RANCANGAN KEGIATAN ...

Error! Bookmark not defined.

3.1 Persiapan ...

Error! Bookmark not defined.

3.2 Tinjauan Pustaka ...

Error! Bookmark not defined.

3.3 Penentuan Objek Penelitian ...

Error! Bookmark not defined.

3.4 Pengumpulan Data ...

Error! Bookmark not defined.


(6)

3.4.1 Langkah dan Teknik Pengumpulan Data

Error! Bookmark not defined.

3.4.2 Sumber Data ...

Error! Bookmark not defined.

3.5 Validasi/Rehabilitas ...

Error! Bookmark not defined.

3.6 Metode Survai ...

Error! Bookmark not defined.

3.7 Pembuatan Kuesioner ...

Error! Bookmark not defined.

3.8 Tabulasi dan Pengolahan Data ...

Error! Bookmark not defined.

3.9 Analisa Data ...

Error! Bookmark not defined.

3.9.1 Metode Statistik ...

Error! Bookmark not defined.

3.9.2 Hipotesa ...

Error! Bookmark not defined.

3.9.3 Tingkat Signifikan ...

Error! Bookmark not defined.

3.10 Karakteristik Responden ...

Error! Bookmark not defined.

3.11 Kerangka Penelitian ...

Error! Bookmark not defined.

BAB IVHASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Umum ...

Error! Bookmark not defined.

4.2 Penilaian Kuesioner ...

Error! Bookmark not defined.

4.2.1 Korelasi Antara Kompetensi Manajer Proyek Dengan Kinerja

ProyekKontruksi...

Error! Bookmark not defined.

4.3 Analisa Determinasi ...

Error! Bookmark not defined.

4.3.1 Determasi Antara Variabel Kompetensi Manajer Proyek Dengan

KinerjaProyek Kontruksi ...

Error! Bookmark not defined.

4.4 Analisia t-Test ...

Error! Bookmark not defined.

4.4.1 Analisa t-Test Antara Variabel Kompetensi Manajer Proyek

DenganKinerja Proyek Kontruksi ...

Error! Bookmark not defined.

BAB V ...

Error! Bookmark not defined.

KESIMPULAN DAN SARAN ...

Error! Bookmark not defined.


(7)

5.1

Kesimpulan ...

Error! Bookmark not defined.

5.2

Saran ...

Error! Bookmark not defined.

DAFTAR PUSTAKA ...

Error! Bookmark not defined.

DAFTAR LAMPIRAN ...

Error! Bookmark not defined.

LAMPIRAN A DATA SEKUNDER ...

Error! Bookmark not defined.

Lampiran A.1 Kuesioner (Pertanyaan) ...

Error! Bookmark not defined.

LAMPIRAN B HASIL PENGOLAHAN DATA ..

Error! Bookmark not defined.

Lampiran B.1 Jawaban Responden Terhadap Kuesioner Kompetensi

Manajer Proyek ...

Error! Bookmark not defined.

Lampiran

B.2Jawaban

Responden

Terhadap

Kuesioner

Kinerja

Pelaksanaan Proyek Kontruksi ...

Error! Bookmark not defined.

Lampiran B.3 Output SPSS versi 22 ...

Error! Bookmark not defined.

LAMPIRAN C ANALISA DATA ...

Error! Bookmark not defined.

Lampiran C.1: Pembobotan Jawaban Responden Terhadap Kuesioner

Kompetensi Manajer Proyek...

Error! Bookmark not defined.

Lampiran C.2 : Pembobotan Jawaban Responden Terhadap Kuesioner

Kinerja Proyek Kontruksi ...

Error! Bookmark not defined.

Lampiran C.3 Tabel Uji Signifikan Koefisien Korelasi

Error! Bookmark not

defined.

LAMPIRAN D ADMINISTRASI...

Error! Bookmark not defined.

Lampiran D.1 Surat Keputusan Tugas Akhir ..

Error! Bookmark not defined.

Lampiran D.2 Surat Survey ...

Error! Bookmark not defined.


(8)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Penentuan daerah penolakan dan daerah penerimaan dengan uji t

..

Error!

Bookmark not defined.

Gambar 3.1 Kerangka Penelitian

...

Error! Bookmark not defined.

Gambar 4.1 Penentuan daerah penolakan dan daerah penerimaan dengan uji t faktor

pendidikan dengan faktor biaya, mutu, waktu

...

Error! Bookmark not defined.

Gambar 4.2 Penentuan daerah penolakan dan daerah penerimaan dengan uji t faktor

pendidikan dengan faktor keselamatan kesehatan kerja

.

Error! Bookmark not defined.

Gambar 4.3 Penentuan daerah penolakan dan daerah penerimaan dengan uji t faktor

pendidikan dengan faktor lingkungan

...

Error! Bookmark not defined.

Gambar 4.4 Penentuan daerah penolakan dan daerah penerimaan dengan uji t faktor

keterampilan dengan faktor biaya, mutu, waktu.

...

Error! Bookmark not defined.

Gambar 4.5 Penentuan daerah penolakan dan daerah penerimaan dengan uji t faktor

keterampilan dengan faktor keselamatan kesehatan kerja.Error!

Bookmark

not

defined.

Gambar 4.6 Penentuan daerah penolakan dan daerah penerimaan dengan uji t faktor

keterampilan dengan faktor lingkungan.

...

Error! Bookmark not defined.

Gambar 4.7 Penentuan daerah penolakan dan daerah penerimaan dengan uji t faktor

prilaku sikap dengan fakto biaya, mutu, waktu.

...

Error! Bookmark not defined.

Gambar 4.8 Penentuan daerah penolakan dan daerah penerimaan dengan uji t faktor

prilaku/sikap dengan faktor keselamatan kesehatan kerja.Error!

Bookmark

not

defined.

Gambar 4.9 Penentuan daerah penolakan dan daerah penerimaan dengan uji t faktor

prilaku/sikap dengan faktor lingkungan

...

Error! Bookmark not defined.


(9)

DAFTAR TABEL

Tabel

2.1

Faktor/Variabel

Kinerja

Pelaksanaan

Proyek

Kontruksi

……….……….Error! Bookmark not defined.

Tabel

2.2

Faktor

Kompetensi

Manager

Proyek

Kontruksi……….……….Error! Bookmark not defined.

Tabel

2.3

Batas-batas

klasifikasi

kuesioner……….…………Error! Bookmark not defined.

Tabel

4.1

Gambaran

Umum

Proyek……….……...Error! Bookmark not defined.

Tabel

4.2

Skor

Nilai

Kuesioner

Kompetensi

Manajer

Proyek………Error! Bookmark not defined.

Tabel

4.2.a

Skor

Nilai

Kuesioner

Faktor

Pendidikan……….……….Error! Bookmark not defined.

Tabel

4.2.b

Skor

Nilai

Kuesioner

Faktor

Keterampilan……….………….Error! Bookmark not defined.

Tabel

4.2.c

Skor

Nilai

Kuesioner

Faktor

Prilaku/Sikap……….…….Error! Bookmark not defined.

Tabel

4.3

Skor

Nilai

Kuesioner

Terhadap

Kinerja

Proyek

Kontruksi…….…………Error! Bookmark not defined.

Tabel

4.3.a

Skor

Nilai

Kuesioner

Faktor

Biaya,Mutu,

dan

Waktu………….….……Error! Bookmark not defined.

Tabel 4.3.b Skor Nilai Kuesioner Faktor Keselamatan dan Kesehatan Kerja

(K3)....Error! Bookmark not defined.


(10)

Tabel

4.3.c

Skor

Nilai

Kuesioner

Faktor

Lingkungan………Error! Bookmark not defined.

Tabel 4.4 Analisa Korelasi kompetensi manager proyek terhadap kinerja proyek

kontruksi………..Er

ror! Bookmark not defined.

Tabel

4.4.a

Korelasi

faktor

pendidikan

dengan

faktor

biaya,mutu,waktu……..…….Error! Bookmark not defined.

Tabel 4.4.b Korelasi faktor pendidikan dengan faktor keselamatan dan kesehatan

kerja……….Er

ror! Bookmark not defined.

Tabel

4.4.c

Korelasi

faktor

pendidikan

dengan

faktor

lingkungan………….………Error! Bookmark not defined.

Tabel

4.4.d

Korelasi

faktor

keterampilan

dengan

faktor

biaya,mutu,waktu….……..Error! Bookmark not defined.

Tabel 4.4.e Korelasi faktor keterampilan dengan faktor keselamatan dan kesehat

kerja……….Er

ror! Bookmark not defined.

Tabele

4.4.f

Korelasi

faktor

keterampilan

dengan

faktor

lingkungan………….……Error! Bookmark not defined.

Tabel

4.4.g

Korelasi

faktor

lingkungan

dengan

faktor

biaya,mutu,waktu……….….Error! Bookmark not defined.

Tabel 4.4.h Korelasi faktor lingkungan dengan faktor keselamatan dan kesehatan

kerja……….Er

ror! Bookmark not defined.

Tabel

4.4.i

Korelasi

faktor

lingkungan

dengan

faktor

lingkungan….……….Error! Bookmark not defined.


(11)

Tabel

4.5

Jumlah

selisih

kuadrat

pasangan

Rank

X

dan

Rank

Y……….…………...Error! Bookmark not defined.


(12)

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pembangunan proyek kontruksi bangunan gedung di Bali sampai saat ini

semakin meningkat sejalan dengan pertumbuhan ekonomi, industri, dan pariwisata

yang sangat maju, khususnya di wilayah Denpasar dan Badung.Namun dari sekian

banyak proyek yang dihasilkan oleh perusahaan jasa kontruksi tersebut tidak

semuanya dapat dikatakan berkualitas, karena masih banyak proyek yang dihasilkan

belum dapat memuaskan para konsumen.Apalagi ditambah semakin banyak

persaingan antar perusahaan kontruksi semakin ketat, terutama dalam menghadapi

perdagangan bebas saat ini.Selain persaingan dengan perusahaan lokal dan nasional,

juga ditambah dengan perusahaan dari luar negeri.Hanya perusahaan yang mampu

menghasilkan barang dan jasa yang berkualitas yang dapat bersaing dalam pasar

kontruksi saat ini.

Keberhasilan penyelenggaraan proyek kontruksi dapat dilihat dari segi

pencapaian

biaya,

mutu,

dan

waktu

yang

telah

sesuai

dengan

perencanaan.Keberhasilan biaya proyek dicapai apabila biaya yang dikeluarkan telah

sesuai dengan atau lebih kecil dari rencana anggaran biaya (RAB).Ketidaktepatan

pencapaian biaya dapat disebabkan oleh banyak faktor, diantaranya adalah akibat

penambahan pekerjaan di luar perencanaan, penambahan jam kerja akibat

keterlambatan penyelesaian pekerjaan, kurangnya pengendalian dan pengontrol

terhadap material dan peralatan yang digunakan, dan masalah non teknis lainya.

Jadwal waktu pelaksanaan proyek harus dibuat berdasarkan pada sasaran dan

pencapaian target yang jelas. Dalam menyusun jadwal rencana kerja harus sudah

mempertimbangkan dan mencakup estimasi kebutuhan sumber daya dan dana disertai

dengan analisa penggunaannya. Keberhasilan waktu pelaksanaan dapat dilihat dari

ketepatan dalam proses penyelesaian proyek yang telah sesuai dengan jadwal rencana


(13)

2

kerja

(Time Schedulle).Masalah-masalah

yang

berpengaruh dalam waktu

penyelenggaran proyek lebih banyak disebabkan oleh mekanisme penyelenggaraan,

seperti keterlambatan pengadaan peralatan material, keterlambatnya jadwal

perencanaan, perubahan-perubahan pekerjaan selama berlangsungnya kontruksi,

kelayakan

jadwal

kontruksi,

dampak

lingkungan,

kebijakan

di

bidang

ketenagakerjaan dan sebagainya.Untuk menganalisis terjadinya penyimpangan

dilakukan dengan membandingkan kurun waktu yang digunakan dengan waktu yang

direncanakan.

Setiap proses pelaksanaan proyek kontruksi memerlukan pengendalian mutu

dan pekerjaan secara menyeluruh. Keberhasilan proyek dari segi mutu dapat dilihat

melalui kegiatan-kegiatan pengawasan, pemeriksaan, pengukuran, dan pengujian

laboratorium. Pelaksanaan kegiatan pengendalian mutu yaitu dengan dengan

melakukan penentuan langkah demi langkah terhadap proses pelaksanaan suatu

pekerjaan yang mencakup penilaian terhadap metode kerja, keterampilan kerja,

pengadaan material, peralatan, tenaga kerja, keselamatan dan kesehatan kerja demi

mencapai hasil pekerjaan yang sesuai dengan tujuan fungsional proyek kontruksi.

Keberhasilan penyelenggaraan proyek kontruksi yang berkualitas dari segi

biaya, waktu, dan mutu sangat ditentukan oleh kualitas orang-orang yang

menanganinya, terutama mereka yang memegang peran yang sangat penting seperti

manager proyek. Sehingga dalam pemilihan seseorang yang akan menduduki posisi

tersebut harus memenuhi kriteria-kriteria yang diperlukan. Seorang manager proyek

mempunyai tugas dan tanggung jawab memimpin pelaksanaan proyek sesuai dengan

perencanaan, harus mampu mengelola berbagai macam kegiatan, sejumlah tenaga

kerja peralatan dan menentukan metode yang digunakan dalam suatu proyek.Oleh

karena itu, untuk menjadi seorang manager proyek harus mempunyai kompetensi

yang cukup dalam hal pengelolaan dan manajemen sumber daya yang

dipergunakan.Beberapa faktor-faktor yang mempengaruhi kompetensi manager

proyek adalah faktor pendidikan, faktor keterampilan, dan faktor prilaku/sikap.

Faktor pemdidikan seperti pendidikan,disiplin dan kepemimpinan. Faktor


(14)

3

keterampilan antara lain : pengalaman, menyelesaikan masalah,dan bekerja sama.

Faktor prilaku atau sikap adalah motivasi,komunikasi, dan bertanggung jawab.

Objek studi yang diambil dalam penelitian ini adalah proyek kontruksi bangunan

gedung di wilayah Kota Denpasar dan Kabupaten Badung karena pembangunan di

dua wilayah ini lebih pesat di bandingkan daerah lain.

1.2 Rumusan Masalah

Yang menjadi rumusan masalah dalam penulisan ini adalah:

1.

Bagaimanakah pengaruh kompetensi manager proyek terhadap kinerja

pelaksanaan proyek kontruksi ?

2.

Bagaimana besarnya pengaruh kompetensi manajer proyek terhadap

kinerja proyek kontruksi?

1.3 Tujuan Penelitian

Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah :

1.

Untuk mengetahui pengaruh kompetensi manager proyek terhadap kinerja

suatu proyek kontruksi.

2.

Untuk mengetahui besarnya pengaruh kompetensi manajer proyek terhadap

kinerja proyek kontruksi.

1.4 Manfaat

1.

Dengan mengetahui pengaruh dari kompetensi tersebut akan dapat

dipergunakan untuk mengetahui kompetensi apa saja yang dibutuhkan

seorang manajer proyek untuk menghasilkan proyek yang berkualitas.

2.

Untuk menambah wawasan dan pengetahuan tentang kompetensi dari

seorang manajer proyek

1.5 Batasan Masalah

Batasan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

1.

Penelitian ini di fokuskan pada proyek kontruksi yang ada di Kota

Denpasar dan Kabupaten Badung.


(15)

4

2.

Kinerja proyek yang ditinjau adalah dari segi biaya, mutu, waktu

pelaksanaan, keselamatan dan kesehatan kerja dan lingkungan.

3.

Manager proyek yang dijadikan partisipasi penelitian adalah tim manager

proyek pelaksanaan suatu proyek kontruksi di lapangan.

4.

Proyek yang ditinjau adalah proyek kontrusi gedung yang memiliki nilai

proyek menengah dan besar yang berada di wilayah Denpasar dan

Badung.

5.

Jumlah proyek yang digumakan sebagai objek dalam penelitian ini adalah

minimal 5 proyek kontruksi gedung.


(16)

5 BAB II

TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Proyek Kontruksi

2.1.1 Pengertian Proyek Kontruksi

Proyek kontruksi adalah suatu upaya untuk mencapai suatu hasil dalam bentuk bangunan infrastruktur yang umumnya mencakup pekerjaan pokok yang termasuk didalamnya bidang teknik sipil dan arsitektur, dan juga tidak jarang melibatkan disiplin lain seperti; teknik industri, teknik mesin, teknik elektro dan sebagainya. Adapun bentuk bangunan tersebut dapa berupa perumahan, gedung bertingkat, bangunan berat (misalnya : bendungan, terowongan, bandara, pelabuhan dan sebagainya), bangun industri, dan bangunan pendukung yang banyak digunakan untuk kepentingan masyarakat banyak.

Pekerjaan kontruksi memberikan tantangan yang bersifat khusus karena hampir setiap kontruksi bangunan, apapun macamnya, selalu direncanakan atau

dilaksanakan dengan menggunakan sistem rekayasa tertentu khusus

diperuntukkan bagi bangunan tersebut. Dalam struktur suatu bangunan yang sama atau ,merupakan duplikasi dari bangunan lainnya hampir tidak pernah ditemui strukturnya yang sama. Walaupun struktur bangunan kelihatan cenderung sama bahkan letaknya bedampingan, tuntutan persyaratan dilapangan dan faktor-faktor teknis lainnya akan mengharuskan untuk dilakukan perubahan serta penyesuaiannya.

Proyek kontruksi memiliki ciri-ciri pokok proyek yaitu :

1. Memiliki tujuan yang khusus, produk akhir atau hasil kerja akhir.

2. Jumlah biaya, kriteria mutu dalam proses mencapai tujuan telah ditentukan

3. Mempunyai awal kegiatan dan mempunyai akhir kegiatan yang telah

ditentukan atau mempunyai jangka waktu tertentu.

4. Rangkaian kegiatan hanya sekali, tidak berulang-ulang, sehingga

menghasilkan produk yang bersifat unik (tidak identik tapi sejenis). Yang termasuk proyek kontruksi bangunan gedung adalah rumah, kantor, pabrik dan lain-lain. Adapun cirri-ciri bangunan ini adalah :


(17)

6

1. Proyek kontruksi menghasilkan tempat orang bekerja atau tinggal

2. Pekerjaan dilaksanakan pada lokasi yang relatif sempit dan kondisi

pondasi pada umumnya sudah diketahui.

3. Dibutuhkan manajemen terutama untuk progessing pekerjaan

2.2 Tim Proyek

Tim proyek adalah semua pihak atau peserta yang berkepentingan dan terlibat dalam penyelenggaraan dan hasil proyek. Pihak-pihak ini mempunyai peranan dan kepentingan tertentu atas kinerja proyek dan dapat dikelompokkan menjadi :

1. Pihak I : Pemilik proyek, penyandang dana dan pemakai produk

2. Pihak II : Organisasi atau perusahaan yang membangun proyek

3. Pihak III : Subkontraktor, supplier, konsultan, dan lain-lain

Masing-masing organisasi dan pihak diatas mempunyai tim tersendiri yang sesuai dengan peranan dan kepentingan dalam proyek yang bersangkutan seperti biaya, mutu, dan waktu. (Soeharto, 1995)

2.3 Biaya

Biaya adalah pengorbanan sumber ekonomi yang diukur dalam satuan uang, yang telah terjadi atau yang kemungkinan akan terjadi untuk tujuan tertentu, sehingga biaya dalam arti luas diartikan sebagai pengorbanan sumber ekonomi untuk memperoleh aktiva.

Terdapat lima cara penggolongan biaya, menurut Mulyadi (1990) yaitu penggolongan biaya menurut:

a. Obyek Pengeluaran

Dalam penggolongan ini, nama obyek pengeluaran merupakan dasar penggolongan biaya. Misalnya nama obyek pengeluaran adalah bahan bakar, maka semua pengeluaran yang berhubungan dengan bahan bakar disebut "biaya bahan bakar".


(18)

7 Oleh karena itu dalam perusahaan manufaktur, biaya dapat dikelompokkan menjadi tiga kelompok: biaya produksi, biaya pemasaran, dan biaya adaministrasi dan umum

c. Hubungan biaya dengan sesuatu yang dibiayai

Dalam hubungannya dengan sesuatu yang dibiayai, biaya dapat dikelompokkan menjadi dua golongan:

1. Biaya langsung adalah biaya yang terjadi, yang penyebab

satu-satunya adalah karena adanya sesuatu yang dibiayai. Biaya produksi langsung terdiri dari biaya bahan baku dan biaya tenaga kerja langsung.

2. Biaya tak langsung adalah biaya yang terjadi tidak hanya disebabkan

oleh sesuatu yang dibiayai. Biaya tak langsung dalam hubungannya dengan produk disebut dengan istilah biaya produksi tak langsung

atau biaya overhead pabrik (factory overhead cost). Contohnya biaya

yang terjadi di Pembangkit Tenaga Listrik (biaya ini dinikmati oleh departemen-departemen lain dalam perusahaan, baik untuk penerangan maupun untuk menggerakkan mesin dan equipment yang pemakai listrik).

d. Perilaku biaya dalam hubungannya dengan perubahan volume kegiatan.

Dalam hubungannya dengan perubahan volume kegiatan, biaya dapat digolongkan menjadi :

1.Biaya variabel. Biaya variabel adalah biaya yang jumlah totalnya berubah sebanding dengan perubahan volume kegiatan. Contohnya adalah biaya bahan baku dan biaya tenaga kerja langsung.

2.Biaya semivariabel adalah biaya yang berubah tidak sebanding dengan

perubahan volume kegiatan. Biaya ini mengandung unsur biaya tetap dan unsur biaya variabel.

3.Biaya semitetap adalah biaya yang tetap untuk tingkat volume

kegiatan tertentu dan berubah dengan jumlah yang kostan pada volume produksi tertentu.

4.Biaya tetap adalah biaya yang jumlah totalnya tetap dalam kisaran volume kegiatan tertentu. Contohnya adalah gaji direktur produksi.


(19)

8

e. Jangka waktu manfaatnya

Dapat dibagi menjadi 2 yaitu pengeluaran modal dan pengeluaran pendapatan.

1. Pengeluaran modal (capital expenditures) adalah biaya yang

mempunyai manfaat lebih dari satu periode akuntansi (biasanya satu tahun). Pengeluaran modal ini pada saat terjadi dibebankan sebagai harga pokok aktiva, dan dibebankan dalam tahun-tahun yang menikmati manfaatnya dengan cara didepresiasi. diamortisasi atau dideplesi.

2. Pengeluaran pendapatan (revenue expenditures) adalah biaya yang

hanya mempunyai manfaat dalam periode akuntansi terjadinya pengeluaran tersebut.

2.4 Mutu

Setiap proses pelaksanaan kontruksi memerlukan pengendalian mutu dan

pekerjaan secara menyeluruh. Penerapannya melalui kegiatan-kegiatan

pengawasan, pengukuran pengujian laboratorium dan pemeriksaan. Pelaksanaan kegiatan pengendalian mutu pada hakekatnya penentuan langkah demi langkah terhadap proses pelaksaan suatu pekerjaan yang mencakup penilaian terhadap metode kerja, keterampilan kerja, pengadaan material, peralatan, tenaga kerja, keselamatan dan kesehatan kerja demi tercapainya hasil pekerjaan yang sesuai dengan kriteria mutu yang diisyaratkan. Ada beberapa hal yang ditinjau sesuai dengan kriteria mutu yang diisyaratkan seperti :

1. Kinerja dan kehandalan mengenai ketepatan dalam prediksi analisis

telah sesuai dengan rencana.

2. Tenaga kerja yang terampil dan mempunyai komitmen yang taat dan

bertanggung jawab akan memberikan kualitas yang lebih baik

3. Pelaksanaan kontruksi yang dilaksanakan sesuai dengan spesifikasi

teknis dan dokumen kontrak

4. Penetapan jenis material dan metode kontruksi yang dipakai telah


(20)

9

5. Pengajian kualitas dan kwantitas personil serta peralatan akan

memberikan hasil yang lebih baik.

2.5 Waktu dan Penjadwalan Proyek

Jadwal dan waktu merupakan jadwal yang mencakup seluruh item pekerjaan atau paket pekerjaan yang ada dalam proyek tersebut sehingga dapat memberikan gambaran rencana kegiatan pada tahap persiapan sampai tahap penyelesaian. Dengan menggunakan jadwal rencana kerja yang tepat, sumber daya yang memadai dapat tersedia pada saat yang tepat, setiap tahap proses mendapatkan alokasi yang cukup dengan berbagai kegiatan dapat dimulai pada saat yang tepat pula. Dalam menyusun jadwal rencana kerja harus sudah mempertimbangkan dan mencakup estimasi kebutuhan sumber daya dan dana yang disertai dengan analisa penggunaannya yang tepat dan menentukan rambu-rambu jalan pengukuran target kemajuan proyek.

Masalah-masalah yang berpengaruh terhadap waktu pelaksanaan proyek lebih banyak disebabkan oleh mekanis penyelenggaraan, seperti keterlambatan jadwal perencanaan, keterlambatan pengadaan material, peralatan, kelayakan jadwal kontruksi, perubahan-perubahan pekerjaan selama berlangsungnya

kontruksi, dampak lingkungan, ketenagakerjaan dan sebagainya.Untuk

menganalisis terjadinya penyimpangan dilakukan dengan membandingkan kurun waktu yang dipakai dengan waktu yang direncanakan.

2.6 Keselamatan dan Kesehatan Kerja

Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) merupakan faktor yang paling penting dalam pencapaian sasaran tujuan proyek.Hasil yang maksimal dalam kinerja biaya, mutu, dan waktu tiada artinya bila tingkat keselamatan kerja terabaikan.Indikatornya dapat berupa tingkat kecelakaan yang tinggi seperti, banyak tenaga kerja yang meninggal, cacat permanen instalasi yang rusak, selain kerugian materi yang besar. (Husen, 2009)

2.6.1 Pengertian Keselamatan dan Kesehatan Kerja

Keselamatan dan Kesehatan Kerja ( K3) dapat ditinjau dari dua aspek yakni aspek filosofi dan teknis. Secara filosofi K3 adalah konsep berfikir dan upaya


(21)

10 nyata untuk menjamin keutuhan dan kesempurnaan baik jasmaniah maupun rohaniah tenaga kerja pada khususnya dan manusia pada umumnya, beserta hasil-hasil karya dan budayanya menuju masyarakat adil, makmur dan sejahtera. Secara teknis K3 adalah perlindungan yang ditujukan agar tenaga kerja dan orang lain di tempat kerja/perusahaan selalu dalam keadaan selamat dan sehat, sehingga setiap sumber produksi dapat digunakan secara aman dan efisien. (Utama, 2001)

Dalam hal ini Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) amat berkaitan dengan upaya pencegahan kecelakaan dan penyakit akibat kerja dan memiliki jangkuan berupa terciptanya masyarakat dan lingkungan kerja yang aman, sehat, dan sejahtera, serta efisien dan produktif.

Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) bertujuan :

1. Memberikan jaminan rasa aman dan nyaman bagi karyawan dalam

berkarya pada semua jenis dan tingkat pekerjaan

2. Menciptakan masyarakat dan lingkungan kerja yang aman sehat dan

sejahtera, bebas dari kecelakaan dan penyakit akibat kerja.

3. Ikut berpartisipasi dalam pelaksanaan pembangunan nasional dengan

prinsip pembangunan berwawasan lingkungan.

2.6.2 Peralatan Standar Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) di Proyek Kontruksi

Dalam bidang kontruksi, ada beberapa peralatan yang digunakan untuk melindungi seseorang dari kecelakaan ataupun bahaya yang kemungkinan bisa terjadi dalam proses kontruksi. Peralatan ini wajib digunakan seseorang yang bekerja dalam suatu lingkungan kontruksi.Namun, tidak banyak yang menyadari betapa pentingnya peralatan-peralatan ini untuk digunakan.

Keselamatan dan Kesehatan Kerja adalah dua hal yang sangat penting. Oleh karenanya, semua pelaksana proyek berkewajiban menyediakan semua keperluan peralatan/perlengkapan perlindungan diri untuk semua karyawan yang bekerja yaitu (Ervianto, 2005)

1. Pakaian Kerja

Tujuan pemakaian kerja adalah melindungi badan manusi terhadap pengaruh-pengaruh yang kurang sehat atau yang bisa melukai badan. Mengingat


(22)

11 karakter lokasi proyek kontruksi yang pada umumnya mencerminkan kondisi yang keras maka selayaknya pakian kerja yang digunakan juga tidak sama dengan pakian yang digunakan oleh karyawan yang bekerja dikantor.

2. Kacamata Kerja

Kacamata pengaman digunakan untuk melindungi diri dari debu kayu, batu atau serpihan besi berterbangan, di tiup angin.Mengingat partikel-partikel debu berukuran sangat kecil yang terkadang tidak terlihat oleh kasat mata.Oleh karenanya, mata perlu diberikan perlindungan.Tidak semua jenis pekerjaan membutuhkan kaca mata kerja.Namun, pekerjaan yang mutlak membutuhkan perlindungan mata adalah mengelas.

3. Penutup Telinga

Alat ini digunakan untuk melindungi telinga dari bunyi-bunyi yang dikeluarkan oleh mesin yang memiliki volume suara yang cukup keras dan bising.Namun demikian, bukan berarti seseorang pekerja tidak dapat bekerja bila tidak menggunakan alat ini. Kemungkinan akan terjadi gangguan pada telinga tidak dirasakan saat itu, namun melainkan pada waktu yang akan datang.

4. Sarung Tangan

Sarung tangan sangat diperlukan untuk beberapa jenis kegiatan tujuan utama penggunaan sarung tangan adalah melindungi tangan dari benda-benda keras dan tajam selama menjalankan kegiatannya.Namun, tidak semua jenis pekerjaan memerlukan sarung tangan.Salah satu kegiatan yang memerlukan sarung tangan adalah mengangkat tulangan besi dan tukang kayu.

5. Sepatu Kerja

Sepatu kerja merukapan perlindungan terhadap kaki.Setiap pekerja kontruksi perlu memakai dengan sol yang tebal supaya bisa bebas berjalan dimana-mana tanpa terluka oleh benda-benda tajam atau kemasukan oleh kotoran dari bagian bawah. Bagian muka sepatu harus cukup keras ( dilapisi dengan pelat besi ) supaya kaki tidak terluka kalau tertimpa benda dari atas. Umumnya sepatu kerja disediakan dua pasang dalam satu tahun.


(23)

12 Helm ( helmet) sangat penting digunakan sebagai pelindung kepala, dan sudah merupakan keharusan setiap pekerja kontruksi untuk menggunakannya dengan benar sesuai peraturan pemakai yang dikeluarkan dari pabrik pembuatnya. Keharusan menggunakan helm lebih dipentingkan bagi keselamatan si pekerja sendiri mengingat kita semua tidak pernah tahu kapan dan dimana bahaya yang akan terjadi. Helm ini digunakan untuk melindungi kepala dari bahaya yang berasal dari atas, misalnya saja ada barang, baik peralatan maupun material kontruksi yang jatuh dari ataskemudian kotoran ( debu ) yang berterbangan di udara dan panas matahari. Kecelakaan saat bekerja dapat merugikan perkerja itu sendiri maupun kontraktor yang lebih disebabkan kemungkinan terhambat dan terlambatnya pekerjaan.

7. Masker

Perlindungan bagi pernapasan sangat diperlukan untuk pekerja kontruksi mengingat kondisi lokasi proyek itu sendiri.Berbagai material kontruksi berukuran besar sampai kecil yang merupakan sisa dari suatu kegiatan, misalnya serbuk kayu sisa dari memotong, mengamplas, menyerut kayu.Tentu saja seorang pekerja yang secara terus-menerus menghirupnya dapat mengalami gangguan pada pernafasan, yang akibatnya tidak langsung dirasakan saat itu.Berbagai jenis masker tersedia dipasaran, pemilihannya disesuaikan dengan kebutuhan.

8. Jas Hujan

Perlindungan terhadap cuaca terutama hujan bagi pekerja pada saat bekerja adalah dengan menggunakan jas hujan.Pada tahap kontruksi, terutama di awal pekerjaan umumnya masih berupa lahan terbuka dan tidak terlindungi dari pengaruh cuaca, misalnya pada saat pelaksanaan pekerjaan pondasi.Pelaksanaan kegiatan di proyek selalu bersinggungan langsung dengan panas matahari ataupun hujan karena dilaksanakan pada ruang terbuka. Tujuan utama pemakaian jas hujan tidak lain untuk kesehatan para pekerja.

9. P3K

Apabila terjadi kecelakaan kerja baik yang bersifat ringan ataupun berat pada saat pekerjaan kontrusksi, sudah seharusnya dilakukan pertolongan pertama di proyek.Untuk itu, pelaksanaan kontruksi wajib menyediakan obat-obatan yang


(24)

13 digunakan untuk pertolongan pertama.Adapun jenis dan jumlah obat-obatan disesuaikan dengan aturan yang berlaku.

2.7 Lingkungan Kerja

2.7.1 Pengertian Lingkungan Kerja Proyek Kontruksi

Lingkungan kerja dalam setiap proyek mempunyai pengaruh sangat tidak kecil terhadap kelancaran operasi proyek juga termasuk didalamnya proyek kontruksi, lingkungan kerja tentunya sedikit banyak akan mempengaruhi lamanya waktu pengerjaan dan kaulitas produk yang akan dihasilkan. Lingkungan kerja akan mempengaruhi karyawan/pekerja didalam melaksanakan pekerjaannya, sehingga dengan adanya lingkungan kerja yang baik dan memuaskan para karyawan tentunya akan dapat meningkatkan produktivitas kerja dari karyawan tersebut. (Simanjuntak,1983). Berikut ini akan dijelaskan mengenai pendapat beberapa ahli tentang pengertian/definisi lingkungan kerja.

1. Menurut Nitisemito menyatakan bahwa lingkungan kerja adalah segala

sesuatu yang ada disekitar para pekerja dan yang dapat mempengaruhi dirinya dalam menjalankan tugas-tugas yang dibebankan.

2. Menurut Sagir menjelaskan bahwa yang dimaksud lingkungan kerja

dapat diartikan dengan suasana kerja yang langsung berhubungan dengan hubungan antar manusia, namun dapat juga diartikan suasana dalam arti fisik ; tempat kerja luas, bersih, sehat dan membuat karyawan merasa betah bekerja, yang akan mempengaruhi disiplin dan produktivitas kerja.

3. Menurut komarrudin mengatakan bahwa lingkungan kerja sebagai

kehidupan sosial, psiklogi dan fisik dalam organisasi yang berpengaruh terhadap pekerjaan dalam melaksanakan tugas-tugasnya.

Dari pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa lingkungan kerja adalah segenap keadaan fisik dan non fisik yang berhubungan dengan keadaan disekitar karyawan dan pekerja pada saat melakukan tugas yang dibebankan.


(25)

14 Memperhatikan lingkungan kerja ditempat kerja merupakan salah satu cara yang dapat ditempuh agar pekerja dapat melakukan tugas yang dibebankan kepadanya dengan baik.

Dengan menciptakan lingkungan kerja yang ideal sesuai dengan keinginan dan kebutuhan pekerjaan akan dapat mempengaruhi kegairahan dan motivasi kerja karyawan. Perhatian terhadap lingkungan kerja dapat berupa perbaikan, penambahan, atau perubahan terhadap salahsatu elemen lingkungan kerja yang kurang memuaskan seperti penambahan alat yang lebih modern menggantikan peralatan manual contohnya penggunaan molen dalam membuat campuran beton akan lebih mudah, cepat, dan lebih baik hasilnya karena campuran beton teraduk

lebih merata demikian juga penggunaan concrete pump dalam melakukan

pengecoran di tempat tinggi penggunaan alat ini dapat membuat pekerjaan selesai dengan lebih cepat dan efektif dibandingkan dengan menggunakan cara manual yang mengakibatkan banyak waktu yang terbuang, maka dengan itu menggunakan peralatan yang lebih modern produktivitas perusahan secara otomatis akan ikut meningkat.

2.7.3 Faktor-Faktor Lingkungan Kerja Pada Proyek Kontruksi

a. Fasilitas

Dalam suatu proyek kontrusksi fasilitas dan peralatan yang digunakan didalam pelaksanaan proyek adalah faktor yang sangat penting didalam pengaruhnya terhadap produktivitas kerja.

Fasilitas-fasilitas yang diperlukan unutk mendukung jalannya suatu proyek kontruksi antara lain :

 Kantor yang diperuntukkan untuk kontraktor maupun konsultan

proyek.

Pada dasarnya gedung ini dibangun dengan memperhatikan fungsi utamanya yaitu mengelola dan mengadministrasikan kegiatan dilokasi proyek.Ciri-ciri dari bangunan ini biasanya berupa semi permanent dengan peredam suara dan air condition, perlengkapan lainnya adalah sistem telekomunikasi dan reproduksi, kamar atau ruang untuk para pimpinan, ruang luas terpisah masing-masing untuk


(26)

15 personil kepegawaian, keuangan, pengadaan dan lain-lain juga tersedia ruang rapat dan ruang tamu.

 Fasilitas fabrikasi

Fasilitas fabrikasi dilapangan akan mendukung pelaksanaan pekerjaan dan jadwal secara lebih luwes. Dalam arti kapan dipersiapkan menjadi barang jadi/ siap pakai sesuai dengan jadwal pemakaian, sehingga penggunaan tenaga kerja dapat direncanakan dengan teratur.Contoh umum untuk ini adalah pabrikasi dan merakit bagian-bagian pipa dan struktur penyangga dari besi atau baja, pembuatan bekesting, pembuatan tulangan kolom atau sloop dan lain-lain. Manfaat lain dari adanya fasilitas fabrikasi dilapangan adalah pekerjaan perbaikan yang tidak terlalu terlalu ekstensif dapat dilakukan dengan segera.

 Gudang penyimpanan alat dan material

Alokasi biaya membangunan gudang untuk menyimpan material curah dan melindunginya dari keganasan iklim hendaknya dipertimbangkan, lebih-lebih lagi bagi material yng pemakiannya

regular dan harus didatangkan dari tempat jauh (import) seperti spare

parts, valve, packing dan lain-lain. Untuk peralatan utama umumnya tidak diperlukan gudang karena diusahakan langsung akan dipasang pada pondasi dan perumahan yang telah disiapkan. Disamping itu, perlu direncanakan daerah penampungan terbuka untuk material seperti pipa, tiang pancang, tiang baja ( steel structure), pasir, batu pecah untuk membuat beton dan lain-lain.

 Kamar mandi/wc umum

 Sarana tempat ibadah

 Dapur umum

 Ruang kesehatan

b. Peralatan

Peralatan proyek merupakan sarana penunjang pelaksana pekerjaan namun penggunaannya harus disesuaikan dengan jenis/macam pekerjaan dan volume


(27)

16 pekerjaan yang dilaksanakan sehingga efektivitas dari penggunaan tersebut dapat tercapai. Alat-alat yang dipergunakan dalam pekerjaan proyek kontruksi antara lain :

 Traktor

Adalah alat yang digunakan sebagai penarik atau pendorong beban yang memerlukan tenaga yang agak besar.

 Power shovel

Alat yang dipergunakan untuk penggalian tebing yang letaknya lebih tinggi dari tempat kedudukan alat.

 Loader

Alat yang dipergunakan untuk pemuatan material kepada dump truck dan sebagainya, sebagai penggerak utamanya loader menggunakan traktor.

 Tower crane

Alat ini berfungsi untuk menaikkan dan menurunkan benda dari lantai dasar ke lantai atas.

 Concrete vibrator

Alat ini berfungsi untuk menggetarkan pencampuran beton yang telah dituangkan kedalam bekesting pada saat pengecoran dengan maksud untuk menghilangkan rongga-rongga udara pada beton yang dapat menyebabkan beton kropos.

 Compressor

Berfungsi untuk membersihkan lantai kerja yang akan dicor dari sampah sisa pekerjaan sebelumnya sehingga lantai yang akan di cor menjadi bersih.

 Bundoser

Alat ini berfungsi untuk mengeruk tanah sekaligus untuk meratakan tanah disekitar lokasi proyek.

 Alat pengukur seperti : theodolite, waterpass, dan meteran.


(28)

17 Hubungan ini sedikit banyak juga berpengaruh terhadap produktifitas, baik hungan ini akan benar-benar dirasakan pengaruhnya oleh pekerja setiap saat pekerja melakukan pekerjaan karena hubungan ini merupakan masalah psikologis apabila ia merasa tidak senang atau kurang cocok dengan rekan sekerjanya maka akan sulit bagi dirinya untuk benar-benar focus pada pekerjaannya apabila pekerjan diproyek kontruksi merupakan pekerjaan lapangan yang membutuhkan kekompakan dan konsentrasi tinggi karena banyak pekerjaan yang dilakukan dengan resiko tinggi maka rasa kepercayaan akan rekan sekerja merupakan hal pokok yang seharusnya dipenuhi.Untuk memelihara hubungan ini hendaknya mandor atau surveyor harus sering berdialog dengan pekerjanya sehingga apabila terjadi sesuatu diantara mereka seperti kesalahpahaman dan hal-hal lain yang dapat menimbulkan keretakan diantara pekerjanya, ia dapat segera mengetahui dan berusaha menyelesaikan/mendamaikan permasalahan yang terjadi sehingga tidak sampai berdampal pada hasil pekerjaan dilapangan.

Tabel2.1Faktor/Variabel Kinerja Pelaksanaan Proyek Kontruksi

No Faktor / Variabel Refrensi

1 Faktor Biaya, Mutu, Waktu

Setyowati (2003), Mulyadi (1990)

- Budgeting and Cost Skill

- Schedulling and Time Management - Pengadaan tenaga kerja

- Pengadaan Peralatan - Pengadaan material

2

Faktor Keselamatan Kesehatan Kerja (

K3 ) Refrensi

- Peralatan Standar K3

Ervianto (2005), - Pengawasan

- Petugas K3 - Peraturan K3

- Alat Pelindung Diri ( APD )

3 Faktor Lingkungan Refrensi


(29)

18

- Peralatan Kerja

- Penanggulangan sisa proyek

- Hubungan sesama pekerja

2.8 Manajer Proyek Kontruksi 2.8.1Pengertian Manajer

Manajer adalah seseorang yang diberi wewenang dan tanggung jawab seluruh bagian perusahaan atau organisasi untuk mencapai tujuan-tujuan yang telah ditetapkan organisasi dengan usaha-usaha dilakukan oleh orang lain untuk mencapai tujuan tersebut. Seorang pemilik perusahan bisa juga merangkap sebagai manajer di perusahaannya sendiri.

Menurut Ruky,2002 (dalam Listiawati 2004) manajer dalam suatu perusahan dapat dikategorikan menurut tingkatannya, antara lain :

1. Manajer Lini Pertama (First Line Manager)

Dikenal pula dengan manajemen operasinal, merupakan manajemen tingkatan paling rendah yang bertugas memimpin dan mengawasi karyawan.Dalam praktek manajer lini pertama ini sering disebut supervisor.

2. Manajer Tingkat Menengah (Middle Manager)

Manajer tingkat menengah mencakup semua manajemen yang berada diantara manajer lini pertama dan manajer puncak dan bertugas sebagai penghubung antara keduanya. Tanggung jawab utama manajer tingkat menengah adalah memimpin dan mengarahkan kegiatan-kegiatan penerapan kebijakan-kebijakan organisasi dan menyeimbangkan tuntutan dari atasannya dengan kemampuan bawahannya. Jabatan yang termasuk manajer tingkat menengah adalah kepala bagian, pimpinan proyek dan pelaksana.

3. Manajer Puncak (Top Manager)

Istilah manajer puncak dikenal juga dengan executive officer.Manajer puncak bertugas merencakan kegiatan dan strategi secara menyeluruh, dan menetapkan kebijakan oprasional dan mengarahkan interaksi organisasi atau perusahaan

dengan lingkungan.Nama-nama jabatan dari manajer puncak biasanya Direktur

Utama atau President Director, CEO (Chief Executive Officer).


(30)

19 Menurut Dipohusodo (1996) manajer Proyek adalah orang yang ditunjuk untuk menggerakkan organisasi proyek dan diberi wewenang tanggung jawab oleh kontraktor untuk memimpin, mengatur, dan mengawasi serta membuat keputusan yang terbaik dalam pelaksanaan proyek secara keseluruhan.Manajer proyek adalah posisi puncak yang luar biasa dalam proyek.

2.8.3 Peran dan Tugas Manajer

Dalam manajemen proyek seorang manajer proyek berperan memimpin, mengarahkan, dan mengoganisir seluruh kegiatan perencanaan, pelaksanaan sampai dengan serah terima proyek yang ada dibawahnya dengan menetapkan sumber daya yang dipakai agar mencapai sasaran produksi dan laba yang diharapkan, sesuai dengan sistem manajemen dan sasaran mutu yang ditetapkan. Adapun peran dan tugas dari manajer proyek adalah sebagai berikut :

1. Seorang manajer bekerja dengan dan melalui orang lain

Istilah orang yang digunakan mencakup bukan hanya bawahan tetapi juga para manajer lain dalam perusahaan tersebut. Seorang manajer harus bekerja dengan siapa saja dan pada tingkat apa saja di dalam dan di luar perusahaan untuk mencapai tujuan unit yang dipimpinnya dan tujuan perusahaan secara keseluruhan. Manajer juga berperan sebagai sarana komunikasi di dalam perusahaan.

2. Bertanggung jawab dan mempertanggung jawabkan

Seorang manajer mengelola pekerjaan dengan baik dan bertanggung jawab menjamin bahwa tugas khususnya akan dilaksanakan dengan sukses. Manajer juga bertanggung jawab atas tindak-tindakan yang diambil oelh bawahannya.

3. Berfikir secara analitis dan konseptual

Sebagai seorang yang analitis, manajer harus mampu merinci dan memisahkan masalah yang lebih penting, menjadi beberapa komponen, penyebab-penyebabnya, dampaknya, dan lainnya, dengan suatu cara pemecahan yang baik. Seorang manajer menjadi pemikir yang konseptual, mampu memandang keseluruhan tugas dan mengaitkan suatu tugas dengan tugas yang lain.


(31)

20 Manajer adalah orang yang dibuat sebagai pemecah bagi masalah-masalah yang sulit dan dapat mengambil keputusan yang akurat.

2.9 Kompetensi Manajer Proyek 2.9.1 Pengertian Kompetensi

Menurut Setyowati (2003) bahwa yang dimaksud dengan kompetensi adalah penguasaan terhadap suatu tugas, ketrampilan, sikap, dan apresiasi yang diperlukan untuk menunjang keberhasilan.Hal itu menunjukkan bahwa kompetensi mencakup tugas, ketrampilan sikap dan apresiasi yang harus dimiliki peserta didik untuk dapat melaksanakan tugas - tugas pembelajaran sesuai dengan jenis pekerjaan tertentu. .

Kompetensi pemimpin dapat dikelompokkan menjadi beberapa kategori yaitu :

1. Leadership yaitu Kepemimpinan menjadi salah satu peranan penting yang dimiliki oleh seorang manajer proyek. Apa yang dilakukan oleh manajer proyek menandakan bagaimana seharusnya orang lain atau timnya bekerja. Dengan ini manajer proyek dapat mempengaruhi bagaimana orang lain dapat bertindak dan bereaksi terhadap isu-isu proyek.

2. Communication yaituperencanaan sebuah proyek akan menjadi tidak berguna ketika tidak ada komunikasi yang efektif antara manajer proyek dengan timnya. Setiap anggota tim harus mengetahui tanggung jawab mereka.

3. Technical Skills.Kemampuan teknis melingkupi pengetahuan dan pengalaman dalam hal proyek itu sendiri, dengan mengetahui prosedur-prosedur dan mekanisme proyek. Kemampuan teknis biasanya di dapat dari penimbaan ilmu khusus di bangku formal, misalnya Institut Manajemen Proyek, dan sebagainya.

4. Budgeting and Cost Skills. Manajer proyek dituntut untuk memiliki pengetahuan dalam hal analisis biaya proyek, analisis kelayakan investasi agar keuangan proyek dapat berjalan optimal sesuai dengan keinginan penyedia dana.

5. Schedulling and Time Management. Manajer proyek dituntut untuk dapat mengelola waktu secara baik agar proyek dapat selesai tepat waktu seperti


(32)

21 yang diharapkan. Untuk mengelola waktu ini manajer proyek harus mendefinisikan aktivitas-aktivitas yang diperlukan, misalnya dengan teknik WBS atau Work Breakdown Structure. Selain itu manajer proyek harus mampu memperkirakan waktu bagi setiap aktivitas secara realistis. Hal ini memerlukan kordinasi dengan tim proyek untuk menentukan estimasi berapa dalam aktivitas tersebut dilakukan. Kemudian, manajer proyek harus mengatur waktu peringatan untuk mengindikasikan tanggal-tanggal kritis selama proyek berlangsung.

6. Managerial, yakni kompetensi yang secara khusus berhubungan dengan

pengaturan, pengawasan, dan pengembangan pegawai.

2.9.2 Kualifikasi Manajer Proyek

Menurut Soeharto (1997) karena tanggung jawab yang harus diemban oleh manajer proyek cukup berat dalam melakukan keberhasilan proyek, maka seorang manajer proyek harus mempunyai kualifikasi tertentu yaitu :

1. Mempunyai jiwa kepemimpinan yang berorientasi kuat pada pencapaian

sasaran.

2. Seorang yang generalis yang berpandangan luas dan spesialis.

3. Memiliki kredibilitas secara teknis, latar belakang pengalaman yang

cukup dan pendidikan yang memadai.

4. Menguasai aspek sumber daya manusia.

Menurut Suprapto (2007), seorang manajer proyek harus mempunyai kompetensi manajamen proyek yang meliputi pengontrolan simber daya dan waktu pelaksanaan, manajemen sumber daya manusia dan manajemen strategik. Manajer proyek harus terus mengetahui informasi dalam pelaksanaan pekerjaan dan mempunyai inisiatif untuk menyelesaikan masalah yang terjadi.Manajer proyek harus dapat belajar dari pengalaman yang sudah didapatnya dalam pelaksanaan proyek sebelumya untuk dapat diterapkan dalam metode kerja proyek yang sedang dipimpinnya.

Dari penjelasan di atas maka dapat disimpulkan kriteria-kriteria yang menunjukkan kompetensi seorang manajer proyek, yaitu :


(33)

22

2. Pengalaman dalam melaksanakan proyek

3. Mempunyai jiwa kepemimpinan

4. Kemampuan dalam memanajemen karyawan

5. Kemampuan dalam pelaksanaan penjadwal, cost control dan metode

pelaksanaan

6. Kemampuan dalam pengadaan tenaga kerja

7. Kemampuan pengadaan material

8. Mampu memecahkan masalah

9. Kemampuana memotivasi

10.Kemampuan dalam penguasaan dan pemeliharaan peralatan kerja

Dalam rangka melaksanakan prosedur penelitian, maka didiskusikan aspek-asepek penelitian sebagai berikut :responden, data (koleksi data dan analisis data). Tabel 2.2Faktor Kompetensi Manager Proyek Kontruksi

No Faktor / Variabel Refrensi

1 Faktor Pendidikan

Dipohusodo (1996), Setyowati (2003), Suprato (2007)

- Leadership - Technical Skill - High learn - Kedisiplinan

- Tingkat Pendidikan Formanl dan Informal

2 Faktor Kerampilan

Suprapto (2007), Soeharto (1997)

- Mampu Memecahkan Masalah - Pengalaman

- Memanage karyawan

- Penguasaan alat kerja

- Bekerja Sama

3 Faktor Prilaku/Sikap

Setyowati (2003), Suprapto (2007)

- Tanggung Jawab - Communication - Motivasi


(34)

23 - Suka bergaul/ramah

2.10 Jumlah Responden

Dalam penelitian ini jumlah responden ditentukan secara khusus berdasarkan tujuan penelitian ini. Untuk meneliti pengaruh manejer proyek terhadap keberhasilan manajer proyek dari segi biaya,mutu,waktu, maka yang dijadikan responden adalah tim manager proyek pelaksanaan suatu proyek kontruksi di lapangan. Karena terbatasan waktu dan biaya maka responden

ditentukan dengan teknik penentuan sampel untuk tujuan tertentu (metode

pourposive sampling)yaitu :

1. Pengawas Konsultan

2. Pemilik Proyek

3. Site Engeneer/Pelaksana

4. Pengawas Kontraktor

2.11 Jenis data

Jenis data dapat digolongkan menjadi tiga, yaitu data ordinal, data interval , data rasio,

1. Data Ordinal

Data ini, selain memiliki nama (atribut), juga memiliki peringkat atau urutan. Angka yang diberikan mengandung tingkatan.Digunakan untuk mengurutkan objek dari yang paling rendah sampai yang paling tinggi, atau sebaliknya.Ukuran ini tidak memberikan nilai absolut terhadap objek, tetapi hanya memberikan peringkat saja. Jika kita memiliki sebuah set objek yang dinomori, dari 1 sampai n, misalnya peringkat 1, 2, 3, 4, 5 dan seterusnya, bila dinyatakan dalam skala, maka jarak antara data yang satu dengan lainnya tidak sama. Ia akan memiliki urutan mulai dari yang paling tinggi sampai paling rendah. Atau paling baik sampai ke yang paling buruk.Misalnya dalam skala Likert, mulai dari sangat setuju, setuju, ragu-ragu, tidak setuju sampai sangat tidak setuju. Atau jawaban pertanyaan tentang kecenderungan masyarakat untuk menghadiri rapat umum pemilihan kepala daerah, mulai dari tidak pernah absen menghadiri, dengan kode 5, kadang-kadang saja menghadiri, dengan kode 4, kurang menghadiri, dengan kode 3, tidak pernah menghadiri,


(35)

24 dengan kode 2 sampai tidak ingin menghadiri sama sekali, dengan kode 1. Dari hasil pengukuran dengan menggunakan skala ordinal ini akan diperoleh data ordinal.

2. Data Interval

Data interval memiliki sifat-sifat nominal dari data ordinal. Disamping itu ada sifat tambahan lainnya pada data interval yaitu mempunyai mutlak nol. Akibatnya ia mempunyai skala interval yang sama jaraknya. Pengukuran data interval tidak memberikan jumblah absolute dari objek yang diukur.

3. Data Rasio

Data rasio mengandung sifat interval, dan selain itu ia sudah mempunyai nilai nol mutlak. Data rasio ini sering di pakai dala penelitian keilmuan atau enginnering.Karena data rasio, ordinbal dan interval merupakan hasil pengukuran, maka ketiga data tersebut ditemui adanya bilangan pecahan.Data rasio bersifat ekskuitif, mempunyai urutan, mempunyai ukuran baru, mempunyai nilai nol mutlak.

2.12 Tabulasi dan Pengolahan Data

Untuk menjawab tujuan penulisan yang ingin dicapai dilakukan dengan pengisian kuesiner tentang kompetensi mana proyek dan keberhasilan proyek (dari segi waktu dan mutu). Dari pencarian data primer dengan cara kuesioner terhadap pelaksanaan proyek-proyek yang ada di wilayah Kota Denpasar dan Kabupaten Badung.

Tabulasi data dilakukan untuk mendapatkan hasil berupa data yang siap dipergunakan pada tahap analisis.Dalam tahap ini terjadi pengkategorikan data kedalam parameter-parameter dalam tahap analisis. Data awal yang akan diolah masih berupa sekumpulan kuesioner hasil pengisian di lapangan (data mentah). Tabulasi data dapat dikelompokkan menjadi dua yaitu kompetensi manajer proyek dan keberhasilan proyek (segi waktu dan mutu)

Untuk kauntifikasi penelitian terhadap kualitas variabel-variabel tersebut dilakukan dengan skala linkert 1 sampai 5. Nilai 1 menunjukkan bahwa kualitas dari variabel tersebut sangat rendah, nilai 2 rendah, nilai 3 sedang, nilai 4 tinggi, dan niali 5 sangat tinggi.


(36)

25 Klasifikasi penilaian rata-rata skor kuesioner dapat dihitung dengan :

1. Jumlah klasifikasi 5 kelas,

2 Range : a. Nilai tertinggi = 5 b. Nilai terendah = 1

c. Range = 5-1 = 4

3. Panjang kelas ( interval kelas ) dapat dihitung dengan : C = nilai range / nilai tertinggi

= 4 / 5 = 0.8

Diperoleh batas-batas klasifikasi penilaian kuesioner seperti di bawah ini pada tabel 2.3 berikut :

Tabel 2.3Batas-batas klasifikasi kuesioner

4.21-5.00

Kurang Sekal i Kurang

Baik Baik Sekali

Cukup

Range Kret eri a

1.00-1.80 1.81-2.60 2.61-3.40 3.41-4.20

2.13 Teknik Analisa Data

Pada penulisan penelitian ini menggunakan teknik analisa data sebagai berikut :

1. Data Korelasi

Analisa ini digunakan untuk mengetahui ada tidaknya hubungan antara dua varabel. Korelasi rank spearman dipakai apabila : kedua variabel yang akan dikorelasi mempunyai tingkatan data ordinal, data tersebut memang diubah dari data interval ke data ordinal dan data interval tersebut ternyata tidak terdistribusi normal. Menurut Husman el at, menyatakan debgan rumus sebagai berikut :

………..(1)


(37)

26 Dimana :

r = koefisien korelasi n = jumlah sampel

Di = selisih setiap pasang rank X dan rank Y

Nilai r selalu terletak diantara -1 dan +1 (-1< r < +1)

r = +1, berarti adanya korelasi positif sempurna

r = -1, berarti adanya korelasi negative sempurna

r = 0, berarti tidak ada korelasi antara variabel X dan variabel Y

Kriteria yang digunakan untuk menentukan derajat pengaruh antara dua variabel adalah sebagai berikut :

0 .0 tidak berkorelasi

0.01-0.20 korelasi yang sangat rendah

0.21-0.40 korelasi yang rendah

0.42-0.60 korelasi yang agak rendah

0.61-0.80 korelasi yang cukup

0.81-0.99 korelasi yang tinggi

1 korelasi yang sangat tinggi

2. Analisa Determinasi

Analisa ini digunakan untuk mengetahui variasi hubungan antara dua variabel berdasarkan persentase. Adapun rumusnya adalah

D = r².100% ……….

………..(2)

3. Analisa t-Test

Analisa ini bertujuan untuk membuktikan dari uji statistik yang digunakan untuk menguji kebenaran atau kepalsuan hipotesis nol. Untuk sampel kecil (n < 30) dapat diuji menggunakan distribusi nilai t ( t-test) sedangkan sampel besar (n > 30 ) digunakan distribusi nilai Z.

Dalam analisa t-test ini dipakai rumus sebagai berikut :


(38)

27 Keterangan :

t = test

r = korelasi

n = jumlah sampel

Langkah-langkah pengujian adalah sebagai berikut :

1. Perumusan hipotesis

Ho : r = ), artinya tidak ada pengaruh antara variabel X dan variabel Y Ha : r > 0, artinya adanya pengaruh antara variabel X dan variabel Y

2. Menentukan tingkat kepercayaan atau level of significant : 5%

3. Kriteria pengujian

Daerah

Tolak Ho Penerimaan H0 Tolak Ho

-t tabel +t tabel

Gambar 2.1 Penentuan daerah penolakan dan daerah penerimaan dengan ujitsumber Wirawan (2010)

Ho diterima apabila – tabael ≤ t hitung ≤ t tabel

Ho ditolak apabila – t hitung ≥ -t tabel atau +t tabel ≥ + t tabel

4. Kesimpulan

Nilai t yang kita peroleh dari sampel kemudan kita bandingkan dengan t hitung untuk mengambil apkah Ho diterima atau ditolak.


(1)

22 2. Pengalaman dalam melaksanakan proyek

3. Mempunyai jiwa kepemimpinan

4. Kemampuan dalam memanajemen karyawan

5. Kemampuan dalam pelaksanaan penjadwal, cost control dan metode pelaksanaan

6. Kemampuan dalam pengadaan tenaga kerja 7. Kemampuan pengadaan material

8. Mampu memecahkan masalah 9. Kemampuana memotivasi

10. Kemampuan dalam penguasaan dan pemeliharaan peralatan kerja Dalam rangka melaksanakan prosedur penelitian, maka didiskusikan aspek-asepek penelitian sebagai berikut :responden, data (koleksi data dan analisis data). Tabel 2.2Faktor Kompetensi Manager Proyek Kontruksi

No Faktor / Variabel Refrensi

1 Faktor Pendidikan

Dipohusodo (1996), Setyowati (2003), Suprato (2007)

- Leadership - Technical Skill - High learn

- Kedisiplinan

- Tingkat Pendidikan Formanl dan Informal

2 Faktor Kerampilan

Suprapto (2007), Soeharto (1997)

- Mampu Memecahkan Masalah - Pengalaman

- Memanage karyawan - Penguasaan alat kerja - Bekerja Sama

3 Faktor Prilaku/Sikap

Setyowati (2003), Suprapto (2007)

- Tanggung Jawab

- Communication

- Motivasi


(2)

23 - Suka bergaul/ramah

2.10 Jumlah Responden

Dalam penelitian ini jumlah responden ditentukan secara khusus berdasarkan tujuan penelitian ini. Untuk meneliti pengaruh manejer proyek terhadap keberhasilan manajer proyek dari segi biaya,mutu,waktu, maka yang dijadikan responden adalah tim manager proyek pelaksanaan suatu proyek kontruksi di lapangan. Karena terbatasan waktu dan biaya maka responden ditentukan dengan teknik penentuan sampel untuk tujuan tertentu (metode pourposive sampling)yaitu :

1. Pengawas Konsultan 2. Pemilik Proyek

3. Site Engeneer/Pelaksana 4. Pengawas Kontraktor 2.11 Jenis data

Jenis data dapat digolongkan menjadi tiga, yaitu data ordinal, data interval , data rasio,

1. Data Ordinal

Data ini, selain memiliki nama (atribut), juga memiliki peringkat atau urutan. Angka yang diberikan mengandung tingkatan.Digunakan untuk mengurutkan objek dari yang paling rendah sampai yang paling tinggi, atau sebaliknya.Ukuran ini tidak memberikan nilai absolut terhadap objek, tetapi hanya memberikan peringkat saja. Jika kita memiliki sebuah set objek yang dinomori, dari 1 sampai n, misalnya peringkat 1, 2, 3, 4, 5 dan seterusnya, bila dinyatakan dalam skala, maka jarak antara data yang satu dengan lainnya tidak sama. Ia akan memiliki urutan mulai dari yang paling tinggi sampai paling rendah. Atau paling baik sampai ke yang paling buruk.Misalnya dalam skala Likert, mulai dari sangat setuju, setuju, ragu-ragu, tidak setuju sampai sangat tidak setuju. Atau jawaban pertanyaan tentang kecenderungan masyarakat untuk menghadiri rapat umum pemilihan kepala daerah, mulai dari tidak pernah absen menghadiri, dengan kode 5, kadang-kadang saja menghadiri, dengan kode 4, kurang menghadiri, dengan kode 3, tidak pernah menghadiri,


(3)

24 dengan kode 2 sampai tidak ingin menghadiri sama sekali, dengan kode 1. Dari hasil pengukuran dengan menggunakan skala ordinal ini akan diperoleh data ordinal.

2. Data Interval

Data interval memiliki sifat-sifat nominal dari data ordinal. Disamping itu ada sifat tambahan lainnya pada data interval yaitu mempunyai mutlak nol. Akibatnya ia mempunyai skala interval yang sama jaraknya. Pengukuran data interval tidak memberikan jumblah absolute dari objek yang diukur.

3. Data Rasio

Data rasio mengandung sifat interval, dan selain itu ia sudah mempunyai nilai nol mutlak. Data rasio ini sering di pakai dala penelitian keilmuan atau enginnering.Karena data rasio, ordinbal dan interval merupakan hasil pengukuran, maka ketiga data tersebut ditemui adanya bilangan pecahan.Data rasio bersifat ekskuitif, mempunyai urutan, mempunyai ukuran baru, mempunyai nilai nol mutlak.

2.12 Tabulasi dan Pengolahan Data

Untuk menjawab tujuan penulisan yang ingin dicapai dilakukan dengan pengisian kuesiner tentang kompetensi mana proyek dan keberhasilan proyek (dari segi waktu dan mutu). Dari pencarian data primer dengan cara kuesioner terhadap pelaksanaan proyek-proyek yang ada di wilayah Kota Denpasar dan Kabupaten Badung.

Tabulasi data dilakukan untuk mendapatkan hasil berupa data yang siap dipergunakan pada tahap analisis.Dalam tahap ini terjadi pengkategorikan data kedalam parameter-parameter dalam tahap analisis. Data awal yang akan diolah masih berupa sekumpulan kuesioner hasil pengisian di lapangan (data mentah). Tabulasi data dapat dikelompokkan menjadi dua yaitu kompetensi manajer proyek dan keberhasilan proyek (segi waktu dan mutu)

Untuk kauntifikasi penelitian terhadap kualitas variabel-variabel tersebut dilakukan dengan skala linkert 1 sampai 5. Nilai 1 menunjukkan bahwa kualitas dari variabel tersebut sangat rendah, nilai 2 rendah, nilai 3 sedang, nilai 4 tinggi, dan niali 5 sangat tinggi.


(4)

25 Klasifikasi penilaian rata-rata skor kuesioner dapat dihitung dengan :

1. Jumlah klasifikasi 5 kelas, 2 Range : a. Nilai tertinggi = 5

b. Nilai terendah = 1 c. Range = 5-1 = 4

3. Panjang kelas ( interval kelas ) dapat dihitung dengan : C = nilai range / nilai tertinggi

= 4 / 5 = 0.8

Diperoleh batas-batas klasifikasi penilaian kuesioner seperti di bawah ini pada tabel 2.3 berikut :

Tabel 2.3Batas-batas klasifikasi kuesioner

4.21-5.00

Kurang Sekal i Kurang

Baik Baik Sekali

Cukup

Range Kret eri a

1.00-1.80 1.81-2.60 2.61-3.40 3.41-4.20

2.13 Teknik Analisa Data

Pada penulisan penelitian ini menggunakan teknik analisa data sebagai berikut :

1. Data Korelasi

Analisa ini digunakan untuk mengetahui ada tidaknya hubungan antara dua varabel. Korelasi rank spearman dipakai apabila : kedua variabel yang akan dikorelasi mempunyai tingkatan data ordinal, data tersebut memang diubah dari data interval ke data ordinal dan data interval tersebut ternyata tidak terdistribusi normal. Menurut Husman el at, menyatakan debgan rumus sebagai berikut :

………..(1)


(5)

26 Dimana :

r = koefisien korelasi n = jumlah sampel

Di = selisih setiap pasang rank X dan rank Y

Nilai r selalu terletak diantara -1 dan +1 (-1< r < +1) r = +1, berarti adanya korelasi positif sempurna r = -1, berarti adanya korelasi negative sempurna

r = 0, berarti tidak ada korelasi antara variabel X dan variabel Y Kriteria yang digunakan untuk menentukan derajat pengaruh antara dua variabel adalah sebagai berikut :

0 .0 tidak berkorelasi

0.01-0.20 korelasi yang sangat rendah 0.21-0.40 korelasi yang rendah

0.42-0.60 korelasi yang agak rendah 0.61-0.80 korelasi yang cukup 0.81-0.99 korelasi yang tinggi 1 korelasi yang sangat tinggi 2. Analisa Determinasi

Analisa ini digunakan untuk mengetahui variasi hubungan antara dua variabel berdasarkan persentase. Adapun rumusnya adalah

D = r².100% ……….

………..(2) 3. Analisa t-Test

Analisa ini bertujuan untuk membuktikan dari uji statistik yang digunakan untuk menguji kebenaran atau kepalsuan hipotesis nol. Untuk sampel kecil (n < 30) dapat diuji menggunakan distribusi nilai t ( t-test) sedangkan sampel besar (n > 30 ) digunakan distribusi nilai Z.

Dalam analisa t-test ini dipakai rumus sebagai berikut :


(6)

27 Keterangan :

t = test r = korelasi n = jumlah sampel

Langkah-langkah pengujian adalah sebagai berikut : 1. Perumusan hipotesis

Ho : r = ), artinya tidak ada pengaruh antara variabel X dan variabel Y Ha : r > 0, artinya adanya pengaruh antara variabel X dan variabel Y 2. Menentukan tingkat kepercayaan atau level of significant : 5% 3. Kriteria pengujian

Daerah

Tolak Ho Penerimaan H0 Tolak Ho

-t tabel +t tabel

Gambar 2.1 Penentuan daerah penolakan dan daerah penerimaan dengan ujitsumber Wirawan (2010)

Ho diterima apabila – tabael ≤ t hitung ≤ t tabel

Ho ditolak apabila – t hitung ≥ -t tabel atau +t tabel ≥ + t tabel 4. Kesimpulan

Nilai t yang kita peroleh dari sampel kemudan kita bandingkan dengan t hitung untuk mengambil apkah Ho diterima atau ditolak.