PENDAHULUAN PERSEPSI PENDENGAR TERHADAP PROGRAM RADIO ( Studi Deskriptif Kualitatif Persepsi Pendengar Terhadap Program Buletin Lintas Pagi LPP RRI Surakarta Periode Juni 2014).

(1)

1 A. Latar Belakang Masalah

Telekomunikasi perlu dikuasai dan diselenggrakan oleh Negara yang tercantum pada UU No 5. Tahun 1964 pasal 1 tentang telekomunikasi, serta UU No 36 Tahun 1999 tentang Telekomunikasi pasal 2 yang berbunyi bahwa penyelenggaraan telekomunikasi mempunyai arti strategis dalam upaya memperkukuh persatuan dan kesatuan bangsa, memperlancar kegiatan pemerintah mendukung terciptanya tujuan pemerataan pembangunan dan hasil-hasilnya serta meningkatkan hubungan antar bangsa.

Berdasarkan pasal tercantum pada UU tentang telekomunikasi diatas bahwa Media massa berhak untuk ambil bagian dalam industri infomasi, media elektronik seperti televisi dan internet misalnya, tetapi khususnya radio juga melakukan hal yang sama, walaupun radio sebenarnya menjadi media sekunder karena kalah bersaing dengan televisi dan internet. Akan tetapi radio memiliki apa yang tidak di miliki media lain, yaitu radio mampu mempengaruhi imajinasi pendengar, dan radio merupakan alat penerima program yang murah, selain murah radio juga mudah dibawa, seiring masa sekarang kebanyakan handphone sudah mempunyai aplikasi radio.

Radio dalam hal ini sebagai media massa yang sifatnya khas di bandingkan dengan media massa lainya, untuk strategi ialah


(2)

sifatnya yang audial untuk indra telinga khalayak ketika menerima pesan dari pesawat radio (Effendy, 1993 : 314).

Maka menurut penulis, radio masih mempunyai eksistensi dimata pendengar. Hal inilah yang mendorong penulis untuk mengetahui bagaimana penyiaran berita radio khususnya dibidang jurnalistik. RRI Surakarta merupakan cikal bakal dari perkembangan radio di tanah air. Sejak kelahiranya, RRI menjadi tonggak radio nasional di Indonesia dengan berperan sentral dalam setiap kegiatan telekomunikasi. Keberadaan RRI yang dalam perkembangannya menjadi alat strategis pemerintah seperti tercantum pada UU No 36 tahun 1999 tentang telekomunikasi.

RRI kini menyandang status baru yaitu lembaga penyiaran publik yang secara literatur dikenal sebagai radio publik. Secara umum RRI mempunyai 83 stasiun penyiaran 15 diantaranya stasiun produksi di perbatasan dan stasiun penyiaran khusus dalam tujuh bahasa voice of Indonesia. RRI di daerah hampir seluruhnya menyelenggarakan siaran dalam 4 program untuk tipe A,B dan 3 program tipe C yaitu Program (PRO 1) yang melayani segmen masyarakat luas sampai pedesaan, “Program (PRO II) yang melayani segmen anak muda dan “Programa III” (PRO III) yang menyajikan berita dan program siaran budaya. (rri.co.id).

Pengelolaan produksi berita di LPP RRI Surakarta sejauh ini belum kita ketahui persis bagaimana alur prosesnya, dari peliputan sampai dengan siaran, maka tidak salah jika penulis ingin meninjau sebuah proses siaran berdasarkan sudut pandang pendengar dari profil yang berbeda beda, serta partisipasi


(3)

pendengar terhadap program siaran buletin lintas pagi yang banyak di minati di RRI, berdasarkan latar belakang dan gagasan tersebut, penulis tertarik dan berkeinginan untuk menyusun skripsi dengan judul” PERSEPSI PENDENGAR TERHADAP PROGRAM RADIO ( Studi Deskriptif Kualitatif Persepsi Pendengar Terhadap Program Buletin Lintas Pagi LPP RRI Surakarta Periode Juni 2014).

B. Rumusan Masalah

Rumusan masalah yang didapat dari latar belakang tersebut antara lain : 1. Bagaimana persepsi pendengar berdasarkan latar belakang profil dan

pendidikan pada program berita buletin Lintas pagi RRI Surakarta.? C. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dari penulisan skripsi ini antara lain :

1. Mengetahui bagaimana persepsi masyarakat berdsarkan latar belakang pendidikan untuk mendengarkan program berita Lintas pagi Surakarta. 2. Mengetahui bagaimana persepsi masyarakat berdasarkan klasifikasi usia untuk

untuk mendengarkan program berita Lintas pagi Surakarta. D. Manfaat Penelitian

Dari hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan Manfaat bagi Penulis dan Masyarakat.

a. Bagi Penulis

Untuk menambah wawasan penulis mengenai cara pembuatan sebuah berita radio dan peran sebuah berita, berdasarkan latar belakang pendidikan serta profil pendengar masyarakat Lintas pagi.


(4)

b. Bagi pihak RRI Surakarta

Mengetahui bagaimana persepsi masyarakat pada acara Buletin Lintas pagi PRO I yang RRI siarkan. di lihat dari persepsi pendengar masyarakat. c. Bagi Masyarakat

Masyarakat dapat mengetahui Buletin Lintas Pagi dapat memberikan informasi aktual yang terjadi setiap hari kepada masyarakat.

E. Tinjauan Pustaka 1. Peneliti Terdahulu

Mahardika (2008) Strategi Peliputan Reporter RRI Programa Dua Yogyakarta. Penulis menjelaskan bahwa, bahwa radio merupakan salah satu media elektronik yang mempunyai ruang gerak yang sangat cepat dalam penyampaian suatu pesan. Radio cukup efektif dan te jika dijadikan sarana

informasi berupa berita ringan ataupun berita besar , mengingat sifat dari radio yaitu auditif yang dalam penyampaian informasinya mengand alkan

suara. Dalam hal ini, penulis ingin menyajikan strategi peliputan oleh

reporter untuk dijadikan sebuah berita di radio.

Strategi merupakan satu hal keharusan dalam pencapaian berita untuk disajikan untuk kepada masyarakat. Strategi sangat dibutuhkan untuk

mendapatkan suatu berita yang mempunyai mutu pemberitaan dan harus

segera disiarkan kepada masyarakat. Dalam hal ini adalah berita yang dikemas secara langsung maupun tidak langsung dari lapangan oleh seorang


(5)

bahwa Strategi Pecarian berita dimulai dengan perencanaan program

yang akan di liput setelah terprogram maka reporter akan segara mempersiapkan diri baik dari sisi kesehatan badan maupun kesiapan secara peralatan. Reporter akan terjun ke lapangan untuk mencari (hunting) berita dan nara sumber. Ketika bertemu dengan nara sumber reporter akan merekam dan mencatat hasil wawancara, adapun strategi penyusunan naskah berita berdasarkan hasil wawancara yang di susun berdasarkan kaidah 5W + 1H.

Sedangkan untuk pola berita ditata dengan prinsip piramida terbalik. Acara berita yang disampaikan oleh Radio Persatuan ini disajikan dengan bahasa Indonesia. Radio Persatuan juga mempertimbangkan aspek penentuan jam tayang yang sekiranya dirasakan efektif dan dapat didengar oleh sebagian masyarakat Bantul.

Muhlis, (2009) Strategi Pemberitaan Koran Tribun Timur

Dalam Mempertahankan Pasar Di Sulawesi Penulis menjelaskan

Metode penelitian dalam skripsi ini menggunakan Kualitatif Deskriptif yaitu dengan tiga teknik pengumpulan data observasi, wawancara dan dokumentasi di Koran Tribun Timur. Peneliti bertujuan mengetahui proses dan kiat kiat yang dilakukan pemberitaan Koran Tribun Timur dalam menarik minat pembacanya dan mempertahankan pasar di tengah ketatnya persaingan pemberitan di Sulawesi Selatan, serta penulis ingin mengetahui proses variasi berita yang di sajikan bagi pembaca.


(6)

2. Tinjauan Radio b. Sejarah Radio

Radio adalah sebuah perkembangan teknologi yang memungkinkan suara di transmisikan secara serempak melalui gelombang radio di udara Tahun 1896 Guglielmo Marconi menciptakan wirless telegraph, yang menggunakan gelombang radio untuk membawa pesan dalam bentuk kode morse. Marconi mendirikan perusahaan pengirim pesan, yaitu pada waktu itu hanya mengirim pesan tentang kedatangan dan keberangkatan kapal. Mendirikan stasiun pemancar dan penerima, terutama di kawasan yang tidak terjangkau kabel telegraf, dan Marconi juga mendirikan pabrik perakit radio pada tahun 1913. Marconi pada saat itu telah mendominasi bisnis radio di Eropa dan Amerika Serikat. Bisnis radio pada pemanfaatan radio untuk keperluan perdagangan dan teransportasi pada saat itu (Astuti, 2008 : 5 ).

Munculnya radio ferkuensi modulasi atau juga disebut FM ini pada pertengahan tahun 1930 an Edwin Howard Amstrong berhasil menemukan radio yang menggunakan frekuensi modulasi. Radio penemuan Armstrong berbeda dengan radio yang banyak di pasaran ketika itu yang masih menggunakan AM (amplitudo modulasi) Radio FM memiliki kualitas suara yang bagus jernih dan bebas dari gangguan siaran (static) maka dari itu pendengar radio lebih memilih saluran FM dari pada AM. (Morissan, 2011 : 4).


(7)

b. Revolusi Radio

Sejak awal kemunculan radio telah menjadi media komunikasi massa yang powerfull. Radio pernah disebut sebagai the fifth estate, kekuatan kelima setelah koran. Namun dengan perkembangan teknologi, maka radio pun pernah mengalami sejumlah perubahan. Masanya radio sama besarnya dengan televisi, inilah masa yang disebut sebagai the radio days. Pada tahun 1903 radio terkenal di Amerika Serikat, Amerika memiliki sejumlah beberapa studio diantaranya cukup besar untuk menyelenggarakan

konser (Astuti, 2008 : 9). d. Format Radio

Awan Setiawan (2011 : 15) mengatakan, perbedaan yang paling mendasar radio dari format media lainnya adalah format medianya yaitu format driven, yang mana format radio diwakili oleh musik yang dimainkannya atau pada kebutuhan pendengar yang dibidiknya. Format radio dibagi dua macam, yakni format yang berbasis musik dan non musik. Radio yang berbasis musik, antara lain easy listening, CHR/Top 40, adult contemporary (AC), rock (classic rock), jazz. Sementara radio berbasis non musik memiliki format musik , antara lain all news, all talk, serta newsand talk. Sedangkan menurut Astuti (2008 : 7) mengatakan, pada awalnya radio memang menyiarkan apa saja yang terpikiran orang untuk disampaikan kepada massa dalam waktu serempak


(8)

sesingkatnya, perlahan dan seiring dengan semakin banyaknya stasiun radio yang beroprasi, pada saat itulah muncul format radio yang berbeda-beda.

Vane-Gross (dalam Morissan, 2011 : 406) juga mengatakan Format audio harus memenuhi dua hal :

1) Daya tarik dari setiap siaran, peneliti harus mengetahui kelebihan dan kekurangan dari setiap format radio untuk suatu wilayah tertentu. Peneliti dapat mengetahui dapat mengetahui dua hal itu melalui berbagai laporan penelitian yang telah dibuat sendiri atau dibuat orang lain dan juga dari laporan-laporan yang pernah dikeluarkan mengenai industri radio yang terdapat diwilayah itu. 2) Efektivitas biaya (cost effectiveness) berbagai format. Peneliti

harus menentukan biaya efektif dari format yang akan dipilih. Radio dengan format berita (all news programming) membuthukan anggaran yang lebih besar dari pada hanya sekedar format musik. Berita akan lebih efektif dilaksanakan pada setasiun radio yang berada pada wilayah yang memiliki populasi cukup pada dan ekonomi yang cukup tinggi.

Penulis dapat menyimpulkan bahwa Format radio merupakan karakteristik sebuah radio, berdasarkan cara kerja dan program siaran yang disajikan kepada pendengar.


(9)

e. Berita Radio

Radio merupakan media auditif (hanya bisa didengar), tapi murah merakyat, dan bisa dibawa atau didengarkan di mana-mana. Radio berfungsi sebagai media ekspresi, komunikasi, informasi, pendidikan dan hibuan, Radio memiliki keekuatan terbesar menstimulasi begitu banyak suara, dan berupaya menvisualisasikan suara penyiar ataupun informasi faktual melalui telinga pendengarnya. (Masduki,2001: 20)

Sedangkan berita atau juga Jurnalistik adalah segala hal yang menyangkut proses perencanaan, meliput memproduksi, dan melaporkan sebuah fakta menjadi berita. Jika dalam media cetak pengertian berita adalah berita peristiwa yang diulangi, maka dalam berita radio adalah peristiwa ynag dikomunikasikan kepada pendengar pada saat yang bersamaan dengan peristiwa. Jika proses mengulangi itu menyangkut rekrontruksi itu berlangsung secara spontan dalam hitungan detik., sehingga dibutuhkan ketajaman mengendus subtansi berita yang menarik dan keahlian menyampaikannya secara langsung dan interaksi

(Masduki, 2001 : 9 ).

Jadi bahwasanya radio adalah media auditif dan sekaligus murah, di sisi lain radio sebagai imajinasi pendengar, karena radio media yang hanya dapat di dengar. Sebagai bahan perbandingan, ada beberapa pendapat pakar radio yang bisa diacu, yaitu :


(10)

1) Paul D. Maessenner

Berita adalah sebuah informasi yang baru tentang suatu peristiwa yang penting dan menarik perhatian serta minat pendengar. Berita radio dapat pula berarti apa yang terjadi saat ini, apa yang segera terjadi, dan apa yang akan terjadi.

2) Prof. Mitchel V. Charnley

Berita adalah laporan tentang fakta atau opini yang menarik perhatian dan penting, yang dibutuhkan sekelompok masyarakat.

3) Curtis Beckmann

Berita diartikan sebagai laporan atas opini atau peristiwa yang penting bagi sejumlah besar khalayak. Berita yang besar adalah liputan, opini atau peristiwa yang sangat dibutuhkan pula bagi banyak orang. Kesimpulan dari definisi-definisi mengenai berita radio adalah suatu sajian laporan fakta dan opini, yang mempunyai nilai berita, penting, dan menarik bagi sebanyak mungkin orang dan disiarkan melalui media radio secara berkala. Berita radio menjawab persoalan apa yang terjadi, dan bagaimana peristiwa tersebut berlangsung (Masduki, 2001 : 10).


(11)

f. Karakter Berita Radio

Berdasarkan definisi berita radio, maka membentuk karakter berita radio dapat ditetukan sebagai berikut :

1) Segera dan cepat

Laporan peristiwa atau opini di radio harus segera mungkin dilakukan untuk mencapai kepuasan pendengar dan mengoptimalkan sifat kesegeraannya sebagai kekutaan radio. 2) Aktual dan faktual

Berita radio adalah hasil liputan peristiwa atau opini yang segar dan akurat sesuai fakta, yang sebelumnya tidak diketahui oleh khalayak. Opini terkait dengan upaya pendalaman liputan (investigasi) atas suatu data dan peristiwa.

3) Penting bagi masyarakat luas

Harus ada keterkaitan dengan nilai berita (news value) yng berlaku dalam pngertian jurnalistik secara umum, guna memnuhi kepentingan masyarakat.

4) Relevan dan berdampak luas

Masyarakat selaku pendengar merasa membutuhkannya dan akan mendapatkan manfaat optimal dari berita radio, yaitu pengetahuan, pengertian, kemampuan bersikap atau mengambil keputusan tertentu, sebagai respons atas sebuah berita (Masduki, 2001 : 12 ).


(12)

g. Bentuk Berita Radio

Bentuk pemberitaan yang lazim di radio, (Masduki, 2001:14) menyatakan antara lain :

1) Berita tulis (writing news / adlibs / spot news)yaitu berita pendek yang bersumber dari media lain atau ditulis ulang. bisa pula berupa liputan reporter yang teksnya diolah kembali di studio.

2) Berita bersisipan (news with insert) yaitu berita yang dilengkapi atau di mix dengan sisipan suara nara sumber.

3) News feature, yaitu berita atau laporan jurnalistik panjang yang

lebih bersifat human interest.

4) Phone in news, yaitu berita yang disajikan melalui laporan

reporter via telepon.

5) Buletin berita (news bulletin), yaitu gabungan beberapa berita pendek yang disajikan dalam satu blok waktu.

6) Jurnalisme interaktif (news interview), yaitu berita yang bersumber pada sebesar mungkin keterlibatan khalayak, baik sebagai pelaku maupun sekedar saksi mata kejadian.

Dari segi waktu penayangan dan kekuatan materi berita yang disampaikan kepada pendengar, berita radio dapat dibagi menjadi :

1) Hard news, yaitu berita aktual yang baru saja terjadi atau laporan langsung saat peristiwa tersebut terjadi. Hard news bertutur tentang konflik yang menyentuh emosi tinggi seperti berita peperangan, kerusuhan, dan pergantian mendadak seorang tokoh publik.

2) Soft news, yaitu berita lanjutan yang yang lebih bersifat laporan peristiwa tanpa terikat waktu, lebih menekankan pada aspek human interest, perilaku, dan tempat-tempat yang bisa mempengaruhi banyak orang. Soft news dapat pula berisi peristiwa rutin, seperti informasi pembangunan, seminar, ritual budaya, dan pelantikan pejabat.

3) Indept news, yaitu berita mendalam (lebih sekedar paparan fakta permukaan), biasanya dikemas dalam format feature, tetapi bisa pula dalam berita bersisipan, dengan syarat, penekanan isinya terletak pada proses pendalaman kasus atau tinjauan aspek lain dalam suatu peristiwa.


(13)

h. Sumber Berita Radio.

Pada dasarnya, siapa pun dan dimana pun dapat menjadi dan terdapat sumber-sumber berita. Secara umum, menurut Masduki, (2001:21) menyatakan sumber berita dapat dibagi dua:

1) Primer atau langsung (getting), dengan menerjunkan reporter untuk meliput sebuah peristiwa di lapangan. Penggalian berita dilakukan dengan wawancara dan atau laporan pandangan mata.

2) Sekunder atau tidak langsung (news room), antara lain dapat dilakukan dari:

a) Media cetak (koran, tabloid, majalah), b) Media elektronik (televisi, internet), c) Siaran pers pemerintah atau swasta,

d) Network atau jaringan dengan kantor berita, e) Pendengar.

Untuk melengkapi pemahaman tentang definisi berita radio, sangat penting bagi seseorang reporter dan produser pemberitaan di radio untuk mengetahui.

(Masduki, 2001 : 22) menyatakan proses produksi berita tidaklah serumit yang kita kira, berikut adalah proses produksi berita radio, bagaimana proses produksi berita yang meliputi : Gambar 1.1 Proses Produksi Berita


(14)

i. Struktur Berita Radio

(Masduki, 2001 : 21) menyatakan sebagaimana stuktur berita pada umumnya, maka berita radio terutama untuk jenis. Berita tulis dan berita bersisipan juga menggunakan kaidah Piramida terbalik atau gaya Wortel. Tujuannya adalah untuk 1 menarik perhatian pendengar sedari awal, 2


(15)

Menekankan informasi yang cepat ringkas, mengingat syarat-syarat suati berita yang bersifat selintas dan focus tanpa menyampingkan 5W + 1H. Tujuan penggunaan Piramida Terbalik adalah :

1) Memudahkan pendengar yang sempit waktunya, sehingga dengan menyimak lead in-nya saja sudah bisa mengetahui init berita/ peristiwa yang disampaikan.

2) Memudahkan proses penyuntingan berita karena keterbatasan waktu siar. Bagian-bagian lanjutan setelah head in bisa dipotong tanpa pengorbanan data peristiwa yang penting,.

3) Aliran berita menjadi informatif, tidak bertele-tele, fokus dan langsung pada inti peristiwa.

Urutan penyajian berita adalah lead in peristiwa 1, fakta berita yang paling penting (siapa, apa, dimana, kapan), dan Peristiwa 3, gabungan ulang fakta terpenting dan kronologi lead out (menyebutkan konteks peristiwa lain dengan data, waktu, tokoh, atau peristiwa penting sebelumnya, kita dapat lihat pada gambar dibawah ini :


(16)

Gambar. 1.2 Piramida Terbalik Sumber : (Masduki, 2001 : 21)

j. Kelayakan Isi Berita Radio

Seorang reporter selalu menganggap semua peristiwa bisa dijadikan berita. Akan tetapi, di telinga pendengar, tidak semua berita bisa dianggap penting, (Masduki, 2001 : 23) menyatakan reporter atau redaktur harus bis memiliki kepekaaan yang tinggi untuk menilai kelayakan sebuah peristiwa, Untuk mengukur layak atau tidaknya suatu peristiwa, perlu di adakan penilaian sebelum berita tersebut disiarkan, meskipun penilaian itu bersifat relatif, secara umum ada sejumlah kaidah jurnalistik yang patut di pertimbangkan yaitu :


(17)

1) Aktualitas/ timelines

Radio dianggap sebagai media paling unggul dalam kecepatan waktu penayangan berita. Oleh karena itu, aktualitas menjadi nilai berita yang harus dijaga.

2) Kedekatan/ proximity

Kedekatan secara emosi dan fisik akan membuat sebuah berita menarik perhatian pendengar lebih berarti dari berita besar yang lokasinya sangat jauh dengan mereka.

3) Tokoh public/ prominence

Peristiwa di seputat tokoh idola, panutan dan pemimpin masyarakat selalu menarik didengar, karena dengan ketokohannya mereka telah menjadi miliki publik.

4) Konflik/ conflict

kontroversi antar tokoh polemik seputar masalah, atau keputusan tertentu yang mempenagruhi publik, peristiwa perang bentrokan, dan perdebatan sengit pasti menarik disiarkan termasuk perstiwa kriminalitas.

5) Kemanusiaan/ human interest

Berita-berita yang menyentuh rasa kemanusiaan seperti masalah pengungsi dan kelaparan, sangat bernilai untuk semua orang. Selain dapat menggugah empati, juga membangun sikap simpatik pendengar.

6) Sensasional/ unique

Keanehan, keganjilan dan hal-hal yang spektakuler dalam manusia, selain memiliki unsur hiburan, juga dapat memberikan dorongan prestasi sekaligus penyadaran terhadap dinamika kehidupan pendengar.

7) Besaran kasus/ magnitude

Jumlah korban jiwa atau kerugian yang besar dalam sebuah peristiwa selalu menjadi perhatian masyarakat. Apalagi jika peristiwa tersebut berhubungan dengan masalah ekonomi misalnya, tidak korupsi milyaran rupiah, kenaikan harga-harga sembak, dan tarif angkutan yang melambung tinggi.

Gambar 1.3 Kelayakan Isi Berita Radio Sumber : (Masduki 2001:22)

: --- --- ---

--- --- --- :

Unsur Penting Significane Time Lines Magnitude


(18)

3. Komunikasi Massa

a. Pengertian Komunikasi Massa

Media merupakan bentuk komunikasi massa yang bersifat umum. Setiap khalayak dapat mengetahui informasi baik secara efektif mauapun efesien sesuai dengan kebutuhan mereka, di dalam sebuah proses komunikasi yang benar berupanya untuk mencapai sebuah informasi semestinya mampu mengungkap makna pesan yang terkandung dalam materi pesan komunikasi.

Effendy (1993: 81-83), bentuk spesialisasi komunikasi terdapat salah satu bentuk komunikasi yang kita kenal dengan komunikasi massa. Seperti komunikasi pada umumnya, komunikasi massa juga merupakan suatu proses penyampaian ide-ide atau gagasan yang telah dikemas sedemikian rupa dari sumber kepada penerima. Komunikasi massa dengan komunikasi bentuk lain adalah karakteristik unsur-unsur yang ada dalam komunikasi massa itu sendiri dari mulai sumber atau komunikator sampai efek yang dihasilkan. Namun sebelumnya ada berbagai macam pengertian dan definisi komunikasi massa yang diungkapkan para ahli untuk menjelaskan unsur-unsur tersebut

Ada empat karakteristik komunikasi massa seperti yang dikutip oleh Effendy. Karakteristik komunikasi massa yaitu :


(19)

1) Komunikasi massa bersifat umum dan terbuka.

Pesan komunikasi yang disampaikan oleh komunikator melalui media massa terbuka untuk umum dan siapa saja.

2) Komunikasi bersifat heterogen.

Massa dalam komunikasi massa terdiri dari orang-orang heterogen yang meliputi penduduk yang bertempat tinggal dalam kondisi yang berbeda dalam kebudayaan yang beragam dari berbagai lapisan masyarakat.

3) Media massa menimbulkan serempak.

Keserempakan kontak dengan sejumlah besar penduduk dalam jarak yang jauh dari komunikator dan penduduk tersebut satu sama lainnya dalam keadaan terpisah

4) Hubungan komunikator dengan komunikan bersifat non-pribadi. Dalam komunikasi massa hubungan komunikator dengan komunikan bersifat non-pribadi karena komunikasi yang anonim dicapai oleh orang-orang yang dikenal hanya dalam peranannya yang bersifat umum sebagai komunikator (Effendy, 1993: 81-83). Komunikasi massa memiliki fungsi tersendiri sesuai dengan karekteristik unsur-unsurnya. Secara umum “komunikasi massa berfungsi untuk menyebarluaskan informasi, meratakan pendidikan, merangsang pertumbuhan ekonomi, dan menciptakan kegembiraan dalam kehidupan seseorang.


(20)

Sedangkan menurut Nurudin (1998 : 63), komunikasi massa berfungsi sebagai untuk menyebarluaskan informasi, dalam satu waktu kepada khalayak masyarakat, dan sangat menghemat waktu, misalnya media massa radio dan televisi. Komunikasi massa bisa mempunyai pengaruh yang kuat dan besar pada khalayaknya, bisa juga dianggap sedikit atau sama sekali tidak mempunyai pengaruh. Pengaruh ini lebih dikenal dengan sebutan efek. Efek diartikan sebagai semua jenis perubahan yang terjadi di dalam diri seseorang setelah menerima sesuatu pesan komunikasi dari suatu sumber. Perubahan yang dimaksud dapat meliputi perubahan pengetahuan, sikap dan perilaku nyata.

Mc Quail (2006 : 61) mengatakan, ciri paling utama dari media massa, yakni komunikasi massa dirancang untuk menjangkau banyak orang. Khalayak potensial dipandang sebgai sekupulan besar dri konsumen yang kurang lebih anonim, dan hubungan antara pengirim dan penerima dipenfaruhi olehnya “pengirim” sering kali merupakan lembaga itu sendiri atau seorang komunikator.

b. Komunikasi Massa Sebagai Kajian Sosiologis

Komunikasi massa juga dapat menjadi kajian Sosiologi atau kejiwaan Sosoiologi terhadap fenomena komunikasi massa belum sepenuhnya berkembang seperti yang diharapkan. Penyebab yang terpenting antara lain karena luasnya masalah itu sendiri, di samping


(21)

adanya beberapa orientasi atau tema yang mendominasi studi mengenai masalah ini pada masa yang lalu. Tema yang dominan itu adalah tentang efek-efek langsung media massa kepada individu dan publik, dan mengenai apa yang disebut sebagai masyarakat dan kebudayaan massa.

Sosiologi komunikasi massa mengkaji secara mendalam masalah-masalah pokok yang begitu luas, mengenai interaksi media massa dengan masyarakat media massa dengan institusi sosial yang lain, dan sistem komunikasi massa dengan sistem-sistem sosial lainnya. Selain dengan tatanan masyarakat secara keseluruhan.

c. Media Penyiaran Salah Satu bentuk Media Massa

(Morissan, 2011 : 11), media massa sebagai salah saatu bentuk media massa memiliki ciri dan sifat yang berbeda dengan media mssa lainnya, bahkan di antara sesama media penyiaran, misalnya antara radio dan televise, terdapat berbagai perbedaan sifat. Media massa televisi meskipun sama dengan radio dan film sebgaai media massa elektronik, tetapi mempunyai cirri dan sifat yang berbeda, terlebih lagi denagn media massa cetak seperi surat kabar dan majalah. Media cetak dapat dibaca kapan saja tetapi televisi dan radio hanya dapat dilihat sekilas dan tidak dapat diulang. Secara sederhana komunikasi massa didefinisikan komunikasi melaui media surat kabar, majalah, radio, televisi dan film.


(22)

Salah satu defiisi yang paling sederhana tentang komunikasi massa dirumuskan Bitter (dalam Morissan 2011 : 21) mengatakan komunikasi massa adalah pesan yang dikomunikasikan melalui media massa pada sejumlah besar orang.

Secara teknis, kita dapat merujuk empat tanda pokok atau cirri-ciri dari komunikasi massa bila sisitem komunikasi massa diperbandingkan dengan sistem komunikasi interpersonal Neumann 1973 (dalam Morissan, 2011 : 21) mengatakan empat hal yakni : 1. Bersifat tidak langsung, arinya harus melewati media teknis.

2. Bersifat satu arah, artinya tidak ada interaksi antara para peserta komunikasi.

3. Bersifat terbuka, artinya diujukan kepada publik yang tidak terbatas dan anonim.

4. Mempunyai publik yang secara geografis tersebar.

Dari empat tanda pokok tersebut, maka sebenarnya hanya tanda pokok yang keempat saja yang menjadi ciri-ciri dari komunikasi massa, yaitu mempunyai publik yang secara geografis tersebar. Sedangkan tiga tanda pokok lainnya yaitu kesatu, kedua, dan ketiga tidak hanya menjadi system komunikasi massa saja tetapi juga berlaku pada system komunikasi antarpribadi atau interpersonal.


(23)

d. Radio Sebagai Komunikasi Massa

Radio merupakan media aktualisasi masyarakat dalam kehidupan pada massa tertentu. Tahun ke tahun radio mengalami perkembangan yang sangat pesat, baik dari teknologi yang digunakan maupun tema yang akan diangkat. Radio juga banyak merekam realitas kehidupan masyarakat pada umumnya. Kehadiran radio dalam media komunikasi adalah untuk menyampaikan sebuah informasi. Hubungan antara Radio dan masyarakat memiliki sejarah yang sangat panjang dalam kajian para ahli komunikasi (Astuti 2008 : 40).

4. Teori Penggunaan dan Kepuasan (Use and Gratification Theory)

Teori di dalam Komunikasi massa sangat beragam, banyak teori yang dapat menjadi acuhan sebagai pelengkap di lingkup komunikasi massa, salah satunya yakni teori peggunaaan dan kepuasan atau juga di kenal “use

gratification theory” . Teori ini mengajukan gagasan bahwa perbedaan

individu menyebabkan audien mencari, menggunakan dan memberikan tanggapan terhadap isi media secara berbeda-beda, yang disebabkan oleh berbagai faktor sosial dan psikologis yang berbeda diantara individu audien. Teori ini memfokuskan perhatian pada audien sebagai konsumen media massa dan bukan pada pesan yang disampaikan. Teori ini menilai bahwa audien dalam menggunakan media berorientasi pada tujuan, bersifat aktif sekaligus diskriminatif. Audien dinilai mengetahui kebutuhan mereka dan mengetahui serta tanggung jawab terhadap pilihan media.


(24)

Kebutuhan manusia akan media juga memiliki motif yang berbeda- beda. Dengan kata lain setiap orangm memiliki latar belakang, pengalaman dan lingkungan yang berbeda. Perbedaan ini,tetntunya berpengaruh pula kepada pemilihan konsumsi akan sebuah media. Audien sebagai individu aktif dan memiliki tujuan, mereka bertanggung jawab atas pemilihan media yang akan digunakan untuk memnuhi kebutuhan mereka dan mereka individu ini tahu bagaimana memenuhinya. Media dianggap hanya menjadi salah satu cara pemenuhan kebutuhan dan individu bisa jadi menggunakan media untuk memenuhi kebutuhan mereka, atau tidak, menggunakan media dan memilih cara lain

Blumer dan katz dalam bukunya (Nurudin 2007 : 193 ) mengatakan bahwa pengguna media memainkan peran aktif untuk memilih dan menggunakan media tersebut. Penggua media adalah pihak yang aktif dalam proses komunikasi. Pengguna media berusaha untuk mencari sumber media yng paling baik di dalam usaha memnuhi kebutuhannya. Artinya teori

uses and gratification mengamsusikan bahwa pengguna mempunyai pilihan

alternatif untuk memuaskan kebutuhannya. Teori ini jelas merupakan kebalikan dari teori peluru. Teori peluru media sangat aktif dan all powerfull sementara audien berada di pihak yang pasif. (Nurudin : 193 - 194).


(25)

F. Kerangka Pemikiran

Fathoni (2006: 140) mengatakan, Kerangka berpikir adalah keragka rujukan yang melandasi pola piker dalam menganalisis data dan masalah permasalahan yang diteliti, berdasarkan teori-teori yang dikemukakan oleh para pakar atau evidensi ilmiah dari peneliti terdahulu. Adapun menurut Riduwan (2009:46) menggambarkan alur pemikiran penelitian dan memberikan penjelasan pada pembaca dari suatu penelitian, dari uraian teori mengenai permasalahan.

Uraian pengertian kerangka berpikir diatas menurut para pakar penulis mengkaitkan antara latar belakang masalah penggunaan teori dan rumuan masalah, maka dapat di buat bagan kerangka pemikiran sebagai berikut :

Gambar 1.4 Alur Kerangka Berfikir

Siaran Berita Radio LPP RRI

Program Acara Lintas Pagi Persepsi masyarakat

Proses Produksi Berita LPP RRI


(26)

Keterangan:

Proses produksi penyiaran berita LPP RRI Surakarta dibuat dengan mempertimbangkan minat masyarakat. Artinya, minat memberikan kontribusi dalam penyusunan format berita yang direalisasikan dalam siaran acara berita. Salah satu siaran berita di LPP RRI Surakarta adalah program Lintas Pagi. Out put siaran berita LPP RRI Surakarta akan di dengar dan dinikmati oleh masyarakat. persepsi mempengaruhi kemauan dan intensitas masyarakat dalam mendengar program siaran buletin Lintas Pagi.

G. Metode Penelitian

Dalam penelitian ini penulis menggunakan metode pendekatan deskriptif kualitatif, berdasarkan metode yang digunakan peneliti melakukan tahap pendekatan penelitian terdiri dari :

1. Tempat Penelitian dan Waktu Penelitian a. Tempat Penelitian

Sebelum melakukan penelitian, penulis terlebih dahulu melakukan pengamatan, lokasi yang akan digunakan sebagai objek penelitian. yaitu LPP RRI Surakarta penulis jadikan objek penelitian karena RRI merupakan lembaga penyiaran publik yang secara literatur dikenal sebagai radio publik.


(27)

b. Program Siaran Lintas Pagi

Program acara Lintas pagi salah satu progrm siaran yang berisi berita dan informasi actual yang hangat dibicarakan publik, keunggulan siaran ini yakni lebih cepat dari media cetak yang mana hadir lebih awal yakni pukul 0.6.00 WIB, penulis nantinya meneliti data dan informasi yang sesuai dengan masalah dan objek penelitian.

c. Waktu Penelitian

Penulis merencanakan waktu pelaksanaan penelitian dengan membuat tabel sebagai berikut :

Tabel 1.3 Perencanaan Penelitian

No. Kegiatan

Bulan / tahun Juli

14

Agt 14

Sep 14

Nov 14

Des 14 1 Studi Kepustakaan

2 Pengumpulan Data 3 Pengambilan Data 4 Pengujian Data 5 Pembuatan Laporan


(28)

2. Jenis Penelitian

Penelitian ini bersifat deskriptif, Fathoni (2006 : 97 ) mengatakan, penelitian deskriptif yaitu suatu penelitian yang bermaksud mengadakan pemeriksaan dan pengukuran-pengukuran terhadap gejala tertentu. Penelitian semacam ini landasan teori mulai di perlukan tetapi bukan digunakan sebagai landasan untuk menentukan kriteria pengukuran terhadap gejala yang akan diamati dan akan di ukur.

3. Subjek dan Informan Penelitian a. Subjek Penelitian

Dalam penelitian ini yang menjadi subjek penelitian adalah Subsi liput berita dan dokumentasi RRI Surakarta dan penyiar buletin Lintas pagi.

b. Informan Penelitian

Informan dalam penelitian adalah orang yang dapat memberikan informasi tentang subjek penelitian yaitu pendengar, Kasi pemberitaan RRI Surakarta, penyiar program siaran Lintas pagi, dan pendengar aktif RRI, sehingga dengan pendengar aktif sangat efektif untuk dijadikan informan/ narasumber.

4. Sumber Data

a. Kata-kata dan tindakan

Kata dan tindakan orang yang diamati atau diwawancarai merupakan sumber data utama. Sumber data utama dicatat melalui


(29)

catatan tertulis atau melalui perekam video/audio tapes, pengambilan foto atau film.

b. Sumber tertulis

Sumber tertulis ialah sumber di luar kata dan tindakan, sumber data tertulis ini dapat dibagi atas sumber buku dan majalah ilmiah, sumber dari arsip, dokumen pribadi dan dokumen resmi.

c. Foto

Foto menghasilkan data deskirptif yang cukup berharga dan sering digunakan untuk menelaah segi-segi objektif yang hasilnya sering dianalisis secara induktif. Kategori foto yang dapat dimanfaatkan dalam penelitian kualitatif, yaitu foto yang dihasilkan orang dan foto yang dihasilkan peneliti itu sendiri (Lexy J Moeloeng, 2008 : 157-160).

5. Teknik Pengumpulan Data

Riduwan, 2009 : 69) mengatakan, metode pengumpulan data ialah teknik atau cara-cara yang dapat digunakan oleh peneliti untuk mengumpulkan data. Metode cara atau teknik menunjuk suatu kata yang abstrak dan tidak diwujudkan dalam benda, tetapi hanya dapat dilihat penggunaannya melalui, angket, wawancara, pengamatan, ujian test, dokumentasi dan lainnya. Peneliti dapat menggunakan salah satu atau gabungan dari teknik yang ada berdasarkan permasalahan yang dihadapi. Berdasarkan latar belakang dan permasahan penelitian ini, penulis


(30)

menggunakan teknik observasi, dokumentasi dan wawancara, Berikut pengertian teknik pengumpulan data observasi dokumentasi wawancara : a. Observasi

Observasi adalah melakukan pengamatan secara langsung ke objek penelitian untuk melihat dari dekat kegiatan yang dilakukan.

b. Dokumentasi

Dokumentasi di tujukan untuk memperoleh data langsung dri tempat penelitian, meliputi buku-bukuk yang relevan, peraturan-peraturan, laporan kegiatan, foto-foto, film dokumenter, dan data yang relevan, dri penjelasan di atas., penulis menggunakan data-data dokumnetasi sebagai pelengkap, bertujuan data yang doperoleh lebih mendalam dan akurat.

a. Wawancara

Wawancara adalah suatu cara pengumpulan data yang digunakan untuk memperoleh informasi langsung dari sumbernya, wawancara digunakan bila ingin mengetahui hal-hal dari responden secara lebih mendalam dan jumlah responden sedikit. Situasi wawancara berhubungan dengan waktu dan tempat wawancara. Waktu dan tempat wawancara yang tidak tepat dapat menjadikan pewawancara merasa canggung untuk mewawancarai dan respondenpun enggan untuk menjawab pertanyaan. Berdasarkan sifat pertanyaan, wawancara dapat dibedakan menjadi :

1) Wawancara Terpimpin

Dalam wawancara ini, pertanyaan diajukan menurut daftar pertanyaan yang telah disusun.

2) Wawancara Bebas

Wawancara ini, terjadi tanya jawab bebas antara pewawancara dan responden, tetapi pewawancara menggunakan tujuan penelitian sebagai pedoman. Kebaikan wawancara bebas adalah responden tidak menyadari sepenuhnya bahwa responden sedang diwawancarai.

3) Wawancara Bebas Terpimpin

Wawancara ini merupakan perpaduan antara wawancara bebas dan wawancara terpimpin, dalam pelaksanaanya wawancara membawa pedoman yang hanya merupakan garis besar tentang hal-hal yang akan ditanyakan.


(31)

Sedangkan pengertian observasi dan wawancara menurut Fathoni (2006 : 104), observasi adalah teknik pengumpulan data yang dilakukan melalui pengamatan, dengan disertai pencatatan-pencatatan terhadap keadaan atau perilaku objek sasaran. Orang yang melakukan observasi disebut pengobservasi (observer), sedangkan pihak yang diobervasi disebut terobservasi (observee).

Wawancara menurut Fathoni (2006 : 105), adalah teknik pengumpulan data melalui proses tanya jawab lisan yang berlangsung satu arah, artinya pertanyaan datang dari pihak yang mewawancarai dan jawaban diberikan oleh yang diwawancara.

d. Trianggulasi

Sugiyono (2011 : 330) menyatakan, trianggulasi merupakan teknik pengumpulan data yang bersifat menggabungkan dari teknik pengumpulan data dan sumber data yang ada. Maka peneliti dengan teknik ini dapat mengumpulkan sekaligus menguji kredibilitas data dengan berbagai teknik pengumpulan data dan berbagai sumber data. Peneliti menggunakan teknik pengumpulan data berbeda-beda

untuk mendapatkan data dari sumber yang sama. Peneliti menggunakan observasi partisipatif, wawancara dokumentasi untuk sumber data yang sama secara serempak. Trianggulasi sumber berarti, untuk mendapatkan data dari sumber yang berbeda-beda dengan teknik yang sama.


(32)

Lebih jelasnya dalam teknik trianggulasi data dapat dilihat pada gambar berikut :

Gambar 1..5 Pengumpulan data trianggulasi Sumber : (Sugiyono,, 2011 : 330).

4. Validitas Data

Teknik pengembangan validitas data yang biasa digunakan dalam penelitian kualitatif yaitu teknik trianggulasi. Patton dalam Sutopo (2006: 92) mengatakan bahwa ada empat macam teknik trianggulasi, yaitu (1) trianggulasi data (data trianggulation), (2) trianggulasi peneliti

(investigatos trianggulation), (3) trianggulasi metodologis (methodological

trianggulation), dan (4) trianggulasi teoritis (theoritical trianggulation).

Dari empat macam trianggulasi yang ada, hanya digunakan trianggulasi data. Trianggulasi data dalam penelitian ini yakni membandingkan data-data yang telah diperoleh berdasarkan metode yang


(33)

berbeda, yakni observasi, wawancara, dan dokumentasi. Proses perbandingan data tersebut akan menemukan kesesuaian antara data yang satu dengan data yang lain. Apabila ada perbedaan data berdasarkan metodenya, maka peneliti mencari mana data yang valid. Akan tetapi, data dinyatakan sah atau memenuhi keabsahan apabila tidak ada pertentangan antara data yang satu dengan data yang lain, atau yang diperoleh berdasarkan observasi, wawancara, maupun dokumentasi yang saling mendukung.

6. Teknik Analisis Data

Dalam penelitian kualitatif, data diperoleh dari berbagai sumber, dengan menggunakan teknik pengumpulan data yang bermacam-macam (triangulasi), dan dilakukan secara terus menerus samai data jenuh. Degan pengamatan secara terus menerus tersebut mengakibatkan varusasi data tinggi sekali. Analisis data merupakan proses mencari data dan menyusun secara sistematis data yang diperoleh dari hasil wawancara, catatan lapangan, dan dokumentasi, dengan cara mnegorganisasikan data kedalam kategori menjabarkan kedalam unit-unit, melakukan sintesa dan menyusun ke dalam pola (Sugiyono, 2011 : 333).

Menurut Sugiyono (2011 : 338 ) proses analisis data melalui tiga tahap :

a. Reduksi data/data reduction

Data yang diperoleh dari lapangan cukup banyak, maka harus dicata secara teliti dan rinci, untuk itu perlu dilakukan analisis data


(34)

melalui reduksi data . mereduksi data berarti merangkum, melmilih hal-hal yang pokok, memfokuskan pada hal-hal yang penting, dicari tema dan polanya dan membuang yang tidak perlu, dengan demikian data yang telah direduksi akan memebrikan gambaran yang jelas, dan mempermudah peneliti untuk melakukan pengumpulan data selanjutnya. Data yang tidak penting penulis iilustrasikan dalam simbol-simbol seperti %,#$^@& dsb, dibuang karena dianggap tidak penting bagi peneliti.

b. Penyajian data/data display

Setelah data telah direduksi, maka selanjutnya adalah penyajian data, melalui penyajian data tersebut maka data terorganisasikan, tersusun dalam pola hubungan, sehingga semakin mudah dipahami .

c. Verifikasi data/data verification

Kegiatan verifikasi dan penarikan kesimpulan ini berlangsung sejak awal penelitian hingga akhir penelitian dan merupakan proses yang berkesinambungan dan berkelanjutan maka haruslah ada keabsahan data. Kesimpulan dalam penelitian kualitatif dapat menjawab rumusan masalah yang dirumuskan sejak awal, akan tetapi mungkin juga tidak karena bahwa masalah dan rumusan masalah masih bersifat sementara dan akan berkembang setelah penelitian berada didaham lapangan. Penulis bermaksud ingin pembaca juga dapat memahami.


(35)

Agar lebih jelas dari pengertian tiga tahap proses analisis data diatas, dapat dilihat pada gambar berikut ini :

Gambar 1.6

Ilustrasi : Reduksi data, display data dan verifikasi data Sumber : (Sugiyono 2011 : 340).


(1)

menggunakan teknik observasi, dokumentasi dan wawancara, Berikut pengertian teknik pengumpulan data observasi dokumentasi wawancara : a. Observasi

Observasi adalah melakukan pengamatan secara langsung ke objek penelitian untuk melihat dari dekat kegiatan yang dilakukan.

b. Dokumentasi

Dokumentasi di tujukan untuk memperoleh data langsung dri tempat penelitian, meliputi buku-bukuk yang relevan, peraturan-peraturan, laporan kegiatan, foto-foto, film dokumenter, dan data yang relevan, dri penjelasan di atas., penulis menggunakan data-data dokumnetasi sebagai pelengkap, bertujuan data yang doperoleh lebih mendalam dan akurat.

a. Wawancara

Wawancara adalah suatu cara pengumpulan data yang digunakan untuk memperoleh informasi langsung dari sumbernya, wawancara digunakan bila ingin mengetahui hal-hal dari responden secara lebih mendalam dan jumlah responden sedikit. Situasi wawancara berhubungan dengan waktu dan tempat wawancara. Waktu dan tempat wawancara yang tidak tepat dapat menjadikan pewawancara merasa canggung untuk mewawancarai dan respondenpun enggan untuk menjawab pertanyaan. Berdasarkan sifat pertanyaan, wawancara dapat dibedakan menjadi :

1) Wawancara Terpimpin

Dalam wawancara ini, pertanyaan diajukan menurut daftar pertanyaan yang telah disusun.

2) Wawancara Bebas

Wawancara ini, terjadi tanya jawab bebas antara pewawancara dan responden, tetapi pewawancara menggunakan tujuan penelitian sebagai pedoman. Kebaikan wawancara bebas adalah responden tidak menyadari sepenuhnya bahwa responden sedang diwawancarai.

3) Wawancara Bebas Terpimpin

Wawancara ini merupakan perpaduan antara wawancara bebas dan wawancara terpimpin, dalam pelaksanaanya wawancara membawa pedoman yang hanya merupakan garis besar tentang hal-hal yang akan ditanyakan.


(2)

Sedangkan pengertian observasi dan wawancara menurut Fathoni (2006 : 104), observasi adalah teknik pengumpulan data yang dilakukan melalui pengamatan, dengan disertai pencatatan-pencatatan terhadap keadaan atau perilaku objek sasaran. Orang yang melakukan observasi disebut pengobservasi (observer), sedangkan pihak yang diobervasi disebut terobservasi (observee).

Wawancara menurut Fathoni (2006 : 105), adalah teknik pengumpulan data melalui proses tanya jawab lisan yang berlangsung satu arah, artinya pertanyaan datang dari pihak yang mewawancarai dan jawaban diberikan oleh yang diwawancara.

d. Trianggulasi

Sugiyono (2011 : 330) menyatakan, trianggulasi merupakan teknik pengumpulan data yang bersifat menggabungkan dari teknik pengumpulan data dan sumber data yang ada. Maka peneliti dengan teknik ini dapat mengumpulkan sekaligus menguji kredibilitas data dengan berbagai teknik pengumpulan data dan berbagai sumber data. Peneliti menggunakan teknik pengumpulan data berbeda-beda

untuk mendapatkan data dari sumber yang sama. Peneliti menggunakan observasi partisipatif, wawancara dokumentasi untuk sumber data yang sama secara serempak. Trianggulasi sumber berarti, untuk mendapatkan data dari sumber yang berbeda-beda dengan teknik yang sama.


(3)

Lebih jelasnya dalam teknik trianggulasi data dapat dilihat pada gambar berikut :

Gambar 1..5 Pengumpulan data trianggulasi Sumber : (Sugiyono,, 2011 : 330).

4. Validitas Data

Teknik pengembangan validitas data yang biasa digunakan dalam penelitian kualitatif yaitu teknik trianggulasi. Patton dalam Sutopo (2006: 92) mengatakan bahwa ada empat macam teknik trianggulasi, yaitu (1) trianggulasi data (data trianggulation), (2) trianggulasi peneliti

(investigatos trianggulation), (3) trianggulasi metodologis (methodological

trianggulation), dan (4) trianggulasi teoritis (theoritical trianggulation).

Dari empat macam trianggulasi yang ada, hanya digunakan trianggulasi data. Trianggulasi data dalam penelitian ini yakni membandingkan data-data yang telah diperoleh berdasarkan metode yang


(4)

berbeda, yakni observasi, wawancara, dan dokumentasi. Proses perbandingan data tersebut akan menemukan kesesuaian antara data yang satu dengan data yang lain. Apabila ada perbedaan data berdasarkan metodenya, maka peneliti mencari mana data yang valid. Akan tetapi, data dinyatakan sah atau memenuhi keabsahan apabila tidak ada pertentangan antara data yang satu dengan data yang lain, atau yang diperoleh berdasarkan observasi, wawancara, maupun dokumentasi yang saling mendukung.

6. Teknik Analisis Data

Dalam penelitian kualitatif, data diperoleh dari berbagai sumber, dengan menggunakan teknik pengumpulan data yang bermacam-macam (triangulasi), dan dilakukan secara terus menerus samai data jenuh. Degan pengamatan secara terus menerus tersebut mengakibatkan varusasi data tinggi sekali. Analisis data merupakan proses mencari data dan menyusun secara sistematis data yang diperoleh dari hasil wawancara, catatan lapangan, dan dokumentasi, dengan cara mnegorganisasikan data kedalam kategori menjabarkan kedalam unit-unit, melakukan sintesa dan menyusun ke dalam pola (Sugiyono, 2011 : 333).

Menurut Sugiyono (2011 : 338 ) proses analisis data melalui tiga tahap :

a. Reduksi data/data reduction

Data yang diperoleh dari lapangan cukup banyak, maka harus dicata secara teliti dan rinci, untuk itu perlu dilakukan analisis data


(5)

melalui reduksi data . mereduksi data berarti merangkum, melmilih hal-hal yang pokok, memfokuskan pada hal-hal yang penting, dicari tema dan polanya dan membuang yang tidak perlu, dengan demikian data yang telah direduksi akan memebrikan gambaran yang jelas, dan mempermudah peneliti untuk melakukan pengumpulan data selanjutnya. Data yang tidak penting penulis iilustrasikan dalam simbol-simbol seperti %,#$^@& dsb, dibuang karena dianggap tidak penting bagi peneliti.

b. Penyajian data/data display

Setelah data telah direduksi, maka selanjutnya adalah penyajian data, melalui penyajian data tersebut maka data terorganisasikan, tersusun dalam pola hubungan, sehingga semakin mudah dipahami .

c. Verifikasi data/data verification

Kegiatan verifikasi dan penarikan kesimpulan ini berlangsung sejak awal penelitian hingga akhir penelitian dan merupakan proses yang berkesinambungan dan berkelanjutan maka haruslah ada keabsahan data. Kesimpulan dalam penelitian kualitatif dapat menjawab rumusan masalah yang dirumuskan sejak awal, akan tetapi mungkin juga tidak karena bahwa masalah dan rumusan masalah masih bersifat sementara dan akan berkembang setelah penelitian berada didaham lapangan. Penulis bermaksud ingin pembaca juga dapat memahami.


(6)

Agar lebih jelas dari pengertian tiga tahap proses analisis data diatas, dapat dilihat pada gambar berikut ini :

Gambar 1.6

Ilustrasi : Reduksi data, display data dan verifikasi data Sumber : (Sugiyono 2011 : 340).


Dokumen yang terkait

PERSEPSI PENDENGAR TENTANG CITRA RADIO PRO 2 FM RRI STASIUN MALANG SEBAGAI RADIO JALUR INFOTAINMENT (Studi Pada Pendengar Radio Pro 2 FM RRI Stasiun Malang)

4 51 2

PERSEPSI PENDENGAR TERHADAP BERITA RADIO

0 20 130

Persepsi Pendengar pada Program Swaragama Updates ( Persepsi Pendengar pada Program Swaragama Updates (Studi Deskriptif Tentang Persepsi Pendengar Pada Kualitas Program Berita Swaragama Updates di Radio Swaragama FM).

0 2 5

PENDAHULUAN Persepsi Pendengar pada Program Swaragama Updates (Studi Deskriptif Tentang Persepsi Pendengar Pada Kualitas Program Berita Swaragama Updates di Radio Swaragama FM).

0 5 24

PENUTUP Persepsi Pendengar pada Program Swaragama Updates (Studi Deskriptif Tentang Persepsi Pendengar Pada Kualitas Program Berita Swaragama Updates di Radio Swaragama FM).

0 2 12

PERSEPSI PENDENGAR TERHADAP PROGRAM RADIO PERSEPSI PENDENGAR TERHADAP PROGRAM RADIO ( Studi Deskriptif Kualitatif Persepsi Pendengar Terhadap Program Buletin Lintas Pagi LPP RRI Surakarta Periode Juni 2014).

0 2 17

PERSEPSI PENDENGAR TERHADAP PROGRAM RADIO PERSEPSI PENDENGAR TERHADAP PROGRAM RADIO ( Studi Deskriptif Kualitatif Persepsi Pendengar Terhadap Program Buletin Lintas Pagi LPP RRI Surakarta Periode Juni 2014).

0 3 16

SUARA PENDENGAR TENTANG LALU LINTAS (Studi Analisis Isi Suara Pendengar Tentang Lalu Lintas di Program Kelana Kota Radio Suara Surabaya Periode Bulan Februari 2013).

0 0 17

Persepsi Pendengar Radio KISS FM MEDAN Terhadap Program Siaran “Noon2Nite” di Kota Medan

0 0 16

ANALISIS HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI PENDENGAR TERHADAP KREATIVITAS SIARAN DENGAN LOYALITAS PENDENGAR PROGRAM COFFEE MIX COLORS RADIO SURABAYA

0 0 17