PERSEPSI MASYARAKAT TERHADAP FUNGSI DALIHAN NA TOLU DALAM PELAKSANAAN UPACARA PERKAWINAN BATAK TOBA DI DESA SIBARANI NASAMPULU KECAMATAN LAGUBOTI KABUPATEN TOBA SAMOSIR.
(2)
(3)
iii ABSTRAK
DORTA MAYA SIBARANI. NIM 309311013. Persepsi Masyarakat Terhadap Fungsi Dalihan Na Tolu Dalam Pelaksanaan Upacara Perkawinan Batak Toba Di Desa Sibarani Nasampulu Kecamatan Laguboti Kabupaten Toba Samosir.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana persepsi masyarakat terhadap fungsi Dalihan Na Tolu dalam adat perkawinan suku Batak Toba. Penelitian ini mengambil lokasi di Desa Sibarani Na Sampulu Kecamatan Laguboti Kabupaten Toba Samosir. Metode yang digunakan metode Deskriptif Kualitatif. Jumlah populasi dalam penelitian ini adalah 300 KK, sedangkan yang dijadikan Responden 10% dari populasi yaitu 30 KK. Data yang di peroleh diolah dengan menggunakan rumus Tabel Frekuensi. Sedangkan teknik pengumpulan data dalam penelitian ini adalah dengan penebaran Angket, Wawancara, dan Observasi. Data yang telah terkumpul dianalisis melalui teknik perhitungan statistik sederhana. Berdasarkan penelitian yang terdapat di lapangan menunjukkan bahwa Persepsi masyarakat terhadap fungsi Dalihan Na Tolu dalam melaksanakan tugasnya dengan baik. Masyarakat Batak Toba merupakan salah satu sub suku Batak yang cukup dikenal dengan kekayaan budayanya. Salah satu dari unsur budaya tersebut digambarkan dalam adat istiadat perkawinan. Pada masyarakat Batak Toba perkawinan merupakan suatu tahap dalam kehidupan masyarakatnya yang harus dilalui untuk menyesuaikan pola perilakunya dalam sistem sosial masyarakat yang dikenal dengan Dalihan Na Tolu. Hal ini dapat dilihat dalam pelaksanaan pesta perkawinan taruhon jual yang berlangsung di Desa Sibarani Nasampulu Kecamatan Laguboti Kabupaten Toba Samosir.
(4)
iv
KATA PENGANTAR
Dengan segala kerendahan hati penulis mengucapkan puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, yang telah memberikan RahmatNya dan Karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.
Skripsi ini diajukan sebagai persyaratan untuk memenuhi memperoleh gelar sarjana (S1) pendidikan pada jurusan Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan. Fakultas Ilmu Sosial, Universitas Negeri Medan. Dalam rangka memenuhi syarat tersebut, dilakukan penelitian yang berjudul “Persepsi Masyarakat Terhadap Fungsi Dalihan Na Tolu Dalam Pelaksanaan Upacara Perkawinan Batak Toba Di Desa Sibarani Nasampulu Kecamatan Laguboti Kabupaten Toba Samosir”. Penulis menyadari bahwa dalam penulisan skripsi ini masih banyak dijumpai kekurangan.
Dengan segala keterbukaan penulis menerima kritik dan saran yang bersifat membangun demi kesempurnaan skripsi ini. Dalam penyusunan skripsi ini banyak kendala dan hambatan yang penulis hadapi. Namun berkat bantuan serta bimbingan dari berbagai pihak akhirnya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Oleh karena itu Pada kesempatan ini penulis menyampaikan rasa hormat dan ucapan terimah kasih kepada :
1. Bapak Prof . Dr. Ibnu Hajar Damanik, M.Si selaku Rektor UNIMED berseta stafnya.
2. Bapak Dr. H. Restu, MS selaku Dekan FIS UNIMED, pembantu Dekan beserta stafnya.
(5)
v
3. Bapak Drs. Liber Siagian, M.Si selaku pembantu Dekan III yang selalu memberikan motivasi kepada penulis.
4. Ibu Dra. Yusna Melianti, MH selaku Ketua Jurusan dan juga sebagai Dosen Pembimbing Akademik.
5. Bapak Parlaungan G. Siahaan, SH, M.Hum selaku Sekretaris Jurusan beserta staf Tata Usaha di jurusan Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan yang telah membantu penulis dalam mempersiapkan berkas-berkas.
6. Drs. Buha Simamora, SH, MH. Sebagai pembimbing Skripsi yang telah banyak meluangkan waktunya untuk memberikan bimbingan, penghargaan dan dorongan semangat kepada penulis.
7. Bapak/ibu dosen besera staf pegawai di jurusan PPKn yang telah membimbing, membantu, memberikan dan memotivasi penulis dalam menyelesaikan skripsi.
8. Ibu Kepala Desa L. Br Siahaan dan Bapak Guntur Sibarani selaku sekretaris Desa Sibarani Nasampulu yang telah memberikan izin kepada penulis untuk melakukan penelitian.
9. Buat masyarakat Desa Sibarani Nasampulu yang telah membantu penulis dalam melaksanakan penelitian.
10. Bapak/Ibu guru dan selurus siswa/siswi SMP N 1 Galang sebagai tempat PPLT penulis yang senantiasa memberikan dukungan kepada penulis agar segera meraih gelar sarjana.
11. Teman-teman PPL SMP N1 Galang makasih buat dukungan dan kerjasamanya.
(6)
vi
12. Orang Tuaku tercinta, Ayahanda S.Sibarani dan Ibunda L. Br Hutapea yang telah membesarkan, mengarahkan, membimbing, dan menyekolahkan penulis sampai keperguruan tinggi, memberi nasehat dengan penuh kasih sayang, dan yang telah berkorban baik secara moril maupun materil, serta selalu membawa nama penulis dalam setiap doanya. ( My Parent is the best )
13. Abang dan Kakak penulis ( Pangadean, Marlina, Derlan, Parson, Rista, Obrin, Astrika, Rosnenti) terimah kasih atas bantuannya baik dari segi materi dan dukungan buat penulis. Semoga Tuhan Membalasnya.
14. Abang Marudut Rifael Raja Guk-Guk yang selalu membantu, memotivasi, memberi dukungan dan membantu penulis melakukan penelitian.
15. Buat seluruh teman-teman mahasiswa stambuk 2009 Jurusan PPKn, khususnya Elia Fatma Harahap, Eva Yuliana Atami, Rodiatul Hasanah Dan Zulaiha.
16. Buat Op. Kost Br. Turnip yang selalu mendukung penulis, beserta kawan-kawan satu kost ( Feronika, Mastika, Rini, Candro, Dewi, Cahya, Evi dan lain-lainnya) semoga tetap semangat.
17. Kepada adek-adek stambuk 2010, 2011, 2012 atas kebersamaanya di Fakultas Ilmu Sosial dengan jurusan Pendidikan Pancasila Dan Kewarganegaraan di Universitas Negeri Medan.
18. Buat rekan-rekan sejawat yang telah banyak membantu dan memberi semangat bagi penulis.
(7)
vii
Tiada yang dapat penulis berikan untuk mengucapkan rasa terimah kasih penulis, selain doa kepada Tuhan Yang Maha Esa agar diberikan balasan yang lebih baik. Atas kebaikan dan dukungan yang diberikan kepada penulis maka akhir kata penulis mengucapkan semoga skripsi ini bermanfaat bagi kita semua dan terimah kasih.
Medan, Juni 2013 Penulis
Dorta Maya Sibarani NIM. 309311013
(8)
viii DAFTAR ISI
LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii
ABSTRAK ... iii
KATA PENGANTAR ... iv
DAFTAR ISI ... viii
DAFTAR TABEL ... x
DAFTAR LAMPIRAN ... xi
BAB I. PENDAHULUAN ... 1
A. Latar Belakang Masalah ... 1
B. Identifikasi Masalah ... 3
C. Pembatasan Masalah ... 4
D. Rumusan Masalah ... 4
E. Tujuan Penelitian ... 4
F. Manfaat Penelitian... 5
BAB II. KAJIAN PUSTAKA ... 6
A. Kerangka Teori ... 6
B. Kerangka Berpikir ... 32
BAB III. METODE PENELITIAN ... 33
A. Lokasi Penelitian ... 33
B. Populasi Dan Sampel ... 34
C. Variabel Penelitian ... 35
(9)
ix
E. Teknik Pengumpulan Data ... 35
F. Teknik Analisis Data ... 37
BAB IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 38
A. Hasil Penelitian ... 38
B. Pembahasan Hasil Penelitian ... 51
BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN ... 58
A. Kesimpulan ... 58
B. Saran ... 60
DAFTAR FUSTAKA ... 61 ANGKET
(10)
x
DAFTAR TABEL
Tabel 1 :Pendapat responden mengenai istilah Dalihan Na Tolu ... 39 Tabel 2 :Pendapat responden sistem kekerabatan orang Batak adalah
Dalihan Na Tolu ... 40 Tabel 3 :Pendapat responden mengenai pernah bagian unsur dari Dalihan
Na Tolu pada pelaksanaan perkawinan batak toba ... 41 Tabel 4 :Pendapat responden apakah pengaruh hula-hula lebih tinggi
pengaruhnya dari pada dongan tubu ... 42 Tabel 5 :Pendapat responden apakah pernah sebagai hula-hula memberi
berkat (pasu-pasu) dalam bentuk umpasa atau pepatah dalam suatu perkawinan Batak Toba ... 43 Tabel 6 :Pendapat responden apakah boru itu penting didalam pelaksanaan
pesta perkawinan taruhon jual dalam adat batak toba ... 44 Tabel 7 :Pendapat responden mengenai apakah pihak dongan
sabutuha melaksanakan tugasnya dengan baik ... 45 Tabel 8 :Pendapat responden apakah perkawinan Batak Toba itu salah
satu yang mempertemukan kerabat Dalihan Na Tolu pihak pria dengan Dalihan Na Tolu pihak wanita ... 46 Tabel 9 :Pendapat responden sebagai hula-hula mendapat jambar
dari pihak paranak ... 47 Tabel 10 :Pendapat responden apakah pernah memberi ulos berdasarkan
dalihan na tolu dalam pesta perkawinan Batak Toba ... 48 Tabel 11 :Tabulasi frekuensi dan persentase jawaban angket responden .... 50
(11)
xi
DAFTAR LAMPIRAN
Angket Wawancara
Surat Izin Penelitian
Surat Izin Penelitian Fakultas
Surat Keterangan telah Melakukan Penelitian Dan Tempat Penelitian Surat Keterangan Bebas Perpustakaan Jurusan PPKn
Surat Keterangan Bebas Perpustakaan UNIMED Kartu Pembimbing Skripsi
Pernyataan Keaslian
Pernyataan Keaslian Penelitian Riwayat Hidup
(12)
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Dalam kehidupan antara sesama manusia berlangsung sebagai bentuk komunikasi dan situasi. Kehidupan semacam inilah terjadi interaksi, dari hasil interaksi ini timbul rasa simpatik dan tertarik kepada lawan jenisnya yaitu : antara seorang laki-laki dengan seorang perempuan, dari rasa simpatik itulah bisa terjadi ke proses perkawinan. Manusia sebagai makluk sosial menghendaki adanya perkawinan dimana seorang laki-laki membutuhkan seorang perempuan untuk menjadi istrinya dan sebaliknya.
Dalam adat Batak Toba, penyatuan dua orang dari anggota masyarakat melalui perkawinan tak bisa dilepaskan dari kepentingan kelompok masyarakat bersangkutan. Demikianlah keseluruhan rangkaian ritus perkawinan adat Batak-Toba mengiyakan pentingnya peran masyarakat, bahkan ia tak dapat dipisahkan dari peran masyarakat. Perkawinan pada suku Bangsa Batak pada umumnya merupakan suatu perantara yang tidak hanya mengikat seorang laki-laki dengan kerabat perempuan. Perkawinan adat Batak haruslah diresmikan berdasarkan adat Dalihan Na Tolu, upacara agama dan pencatatan sipil sekarang ini menjadi suatu keharusan. Oleh karena itu, maka setiap pelaksanaa upacara Adat Batak Toba selalu dilaksanakan oleh unsur-unsur “Dalihan Na Tolu”.
Dalihan Na Tolu pada dasarnya berarti tungku (tataring) yang terbuat dari tiga buah batu yang disusun. Tiga buah batu itu mutlak diperlukan menopang agar
(13)
belanga atau periuk tidak terguling. Selanjutnya di kemudian hari istilah dalihan na tolu ini dipergunakan untuk menunjuk kepada hubungan kekerabatan yang diakibatkan oleh pernikahan, yaitu dongan tubu atau dongan sabutuha (pihak teman semarga), hula-hula (pihak “pemberi perempuan”) dan boru (pihak “penerima perempuan”). Sebab itu dalihan na tolu adalah konstruksi sosial yang diciptakan oleh suatu masyarakat dan budaya Batak.
Dalihan na tolu bukanlah wahyu atau sesuatu yang alami dan terjadi dengan sendirinya. Pengelompokan didasarkan atas perkawinan dan dasar keturunan. Dasar perkawinan untuk hula-hula dan boru dan dasar keturunan untuk orang semarga.
Dalam susunan masyarakat Batak Toba seperti yang dituangkan dalam falsafat Dalihan Na Tolu, maka pihak hula-hula lebih tinggi kedudukannya dari pihak lain, yaitu dongan tubu, dan boru. Ketiga unsur dalihan na tolu ini merupakan satu kesatuan yang integral bagi masyarakat Batak, yang selalu bersama-sama didalam acara Adat Batak apabila ketiga unsur diatas tidak lengkap maka acara adat yang dilaksanakan tidak akan bisa sempurna. Jadi yang dapat disimpulkan bahwa dalihan na tolu merupakan bagian yang sangat penting dalam kehidupan masyarkat Batak Toba antara unsur yang satu dengan yang lain tidak dapat dipisahkan. Apabila salah satu unsur hilang maka hilanglah sistem kekerabatan masyarakat Batak Toba.
Dalihan Natolu ditentukan dengan adanya tiga kedudukan fungsional sebagai suatu konstruksi sosial yang terdiri dari tiga hal yang menjadi dasar bersama yaitu: seperti yang dikatakan Simanjuntak (2011:123)
(14)
1. Somba Marhula-hula/semba/hormat kepada keluarga pihak istri. 2. Elek Marboru (sikap membujuk/mengayomi parboruon)
3. Ketiga, Manat Mardongan Tubu (bersikap hati-hati kepada teman semarga)
Dari permasalahan diatas berkaitan dengan fungsi Dalihan Na Tolu terhadap upacara pelaksanaan perkawinan adat Batak Toba.
Berdasarkan masalah tersebut, menimbulkan ketertarikan penulis untuk mengambil judul sebagai: “ Persepsi Masyarakat Terhadap Fungsi Dalihan Natolu Dalam Pelaksanaan Upacara Perkawinan Batak Toba Di Desa Sibarani Sampulu Kecamatan Laguboti Kabupaten Toba Samosir.”
B. Identifikasi Masalah
Dari latar belakang masalah di atas maka ada beberapa masalah yang dapat Diindentifikasi sebagai berikut:
1. Peran dalihan na tolu tidak dapat dipisahkan dari pelaksanaan upacara perkawinan Batak Toba.
2. Fungsi unsur-unsur dalihan na tolu terhadap pelaksanaan upacara perkawinan suku Batak Toba khususnya perkawinan taruhon jual.
3. Perkawinan menyimpang yang terdapat di suku Batak Toba khususnya di Desa Sibarani Sampulu Kecamatan Laguboti Kabupaten Toba Samosir. 4. Macam-macam perkawinan berdasarkan adat Batak Toba.
5. Pengaruh perkawinan menyimpang terhadap budaya Batak Toba 6. Pengaruh hula-hula yang lebih penting didalam pesta adat batak
(15)
C. Pembatasan Masalah
Berdasarkan identifikasi masalah diatas maka penulis membatasi masalah yang akan di teliti yaitu :
1. Fungsi unsus-unsur dalihan na tolu terhadap upacara pelaksanaan perkawinan suku Batak Toba khususnya perkawinan taruhon jual.
2. Perkawinan menyimpang yang terdapat di suku Batak Toba khusunya di Desa Sibarani Sampulu Kecamatan Laguboti Kabupaten Toba Samosir.
D. Rumusan Masalah
Berdasarkan pembatasan masalah di atas maka yang menjadi rumusan masalah dalam penelitian ini adalah :
1. Bagaimana fungsi unsur-unsur dalihan na tolu terhadap upacara pelaksanaan perkawinan suku Batak Toba khususnya perkawinan taruhon jual?
2. Apakah ada jenis-jenis perkawinan menyimpang yang terdapat didalam suku Batak Toba ?
E. Tujuan Penelitian
1. Untuk mengetahui fungsi unsur-unsur dalihan na tolu terhadap upacara pelaksanaan perkawinan suku Batak Toba khususnya perkawinan taruhon jual?
2. Untuk mengetahui jenis-jenis perkawinan menyimpang yang terdapat didalam suku Batak Toba ?
(16)
F. Manfaat Penelitian
1. Untuk mengetahui kedudukan Dalihan Na Tolu
2. Untuk menambah pengetahuan penulis mengenai fungsi unsur-unsur Dalihan Na Tolu dalam perkawinan Batak Toba.
3. Untuk Mengetahui Persepsi Masyarakat Terhadap Dalihan Na Tolu Dalam Pelaksanaan Perkawinan Taruhon Jual Di Desa Sibarani Sampulu .
4. Untuk Memberikan Sumbangan Pemikiran Kepada Masyarakat Tentang Bagaimana Persepsi Masyarakat Terhadap Dalihan Na tolu Dalam Pelaksanaan Perkawinan Batak Toba.
(17)
58
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan
1. Masyarakat Batak Toba merupakan salah satu sub suku Batak yang cukup dikenal dengan kekayaan budayanya. Salah satu dari unsur budaya tersebut digambarkan dalam adat istiadat perkawinan. Pada masyarakat Batak Toba perkawinan merupakan suatu tahap dalam kehidupan masyarakatnya yang harus dilalui untuk menyesuaikan pola perilakunya dalam sistem sosial masyarakat. `
2. Perkawinan itu sendiri memiliki makna yang sangat luas, secara garis besar perkawinan itu merupakan suatu komitmen tidak bersyarat yang melibatkan dua orang, dimana komitmen itu merupakan komitmen untuk mencintai, melayani, bersahabat bahkan komitmen untuk bersama. Berjuang untuk memelihara komitmen perkawinan itu dalam menempatkannya menjadi yang utama dalam mempengaruhi hidup.
3. Perkawinan itu sendiri harus memiliki komitmen diantara kedua mempelai dan juga harus mampu mempertahankan komitmen tersebut dalam kehidupan bersama. Sehingga masyarakat Batak Toba mengartikan bahwa perkawinan adalah suatu proses suci dan sakral, perpaduan hakikat kehidupan antara laki-laki dan perempuan yang menjadi satu ketentuan-ketentuan dalam hukum perkawinan adat yang berlaku pada masyarakat Batak Toba.
4. Perkawinan masyarakat batak toba dapat menetukan kedudukan seseorang dalam hubungan sosial bermasyarakat. Dimana pesta perkawinan sepasang
(18)
59
pengantin adalah jalan untuk mempertemukan antara Dalihan Na Tolu orang tua penganti laki-laki dengan Dalihan Na Tolu pengantin perempuan. Karena perkawinan yang dilaksanakan dalam masyarakat Batak Toba bukan hanya perkawinan antara pria dan wanita saja tetapi melibatkan antara keluarga pihak laki-laki dan keluarga pihak perempuan.
5. Pesta perkawinan adalah upacara adat yang terpenting bagi masyarakat Batak Toba, oleh karena itu hanya orang yang sudah menikah yang berhak mengadakan upacara adat dan mengadakan adat upacara adat lainnya. Hal itu didasarkan pada pandangan orang batak yang menganggap seseorang itu telah dewasa (bertanggung jawab penuh) jika seseorang itu telah kawin atau berumah tangga.
6. Pesta perkawinan masyarakat Batak Toba sering juga disebut dengan (pamasu-masuon) pemberkatan yang merupakan puncak dari adat perkawinan. Pelaksanaan perkawinan yang sah menurut adat Batak adalah apabila pelaksanaanya dilakukan dengan upacara perkawinan adat Nagok. Pada perkawinan yang terjadi pada masyarakat Batak Toba bahwa perkawinan yang ideal itu adalah hal yang diinginkan yaitu merupakan adat Nagok maksudnya adalah perkawinan dialap jual maupun taruhon jual yang dilaksanakan dengan cara adat yang penuh lengkap dengan unsur Dalihan Na Tolu.
(19)
60
B. Saran-Saran
1. Hendaknya dalam setiap pelaksanaan pesta perkawinan adat Batak Toba diatur dengan menggunakan pandangan Dalihan Na Tolu agar tercipta kesempurnaan pesta perkawinan tersebut.
2. Agar tercipta kesempurnaan dalam melaksanakan upacara adat perkawinan Batak Toba, hendaknya semua unsur-unsur Dalihan Na Tolu melakukan tugasnya dengan baik sesuai dengan kedudukan masing-masing.
3. Hendaknya setiap boru melakukan tugasnya dengan baik tanpa bantuan pihak lain, agar tercipta budaya Batak yang saling gotong royong yang mengutamakan kebersamaan dan kerjasama didalam melaksanaka kegiatan adat.
4. Hendaknya setiap hula-hula harus selalu lemah lembut, penuh kasing sayang terhadap boru karena memang boru yang dapat diandalkan sebagai penanggung jawan kegiatan adat pada hula-hula. Dan sebaliknya hendaknya boru bersikap hormat kepada hula-hula, karena di dalam masyarakat Batak Toba, hula-hula memang diperlakukan lebih tinggi kedudukan sosialnya di bidang adat (paradaton).
5. Hendaknya Dalihan Na Tolu semakin dilestarikan dan dibudidayakan dengan baik karena Dalihan Na Tolu merupakan salah satu yang mempererat hubungan antara dongan tubu, hula-hula, dan boru. Dalihan Na Tolu juga merupakan memperluas sosialisasi atau pergaulan masyarakat batak dengan baik.
(20)
61
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto, S. 2010. Prosedur Penelitan Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta : PT. Rineka Cipta.
Daulay, Anwar Saleh, 2006. Adat Budaya Batak Dalihan Na Tolu : analisis dari sudut prinsip serta urgensinya dalam merajut integrasi dan identitas bangsa.(http://marbun,blogspot. com/2006/11/dalihan-na tolu
penjelasan.html)
H.P. Panggabean, Pembinaan Nilai Adat Budaya Batak Dalihan Natolu, (Jakarta: Dian Utama, 2007).
Jan. S Aritonang, dkk, Beberapa Pemikiran Menuju Dalihan Natolu, (Jakarta: Dian Utama, 2006).
J.C Vergouwen, Masyarakat dan Hukum Adat Batak Toba,(Yogyakarta: Lkis, 2004).
J. P. `Sitanggang, Raja Napogos, Jakarta: Penerbit Jala Permata Aksara, 2010. Keuning, J. Batak Toba Dan Batak Mandailing, Dalam Sejarah Lokal. Koentjaraningrat, 2004. Manusia dan Kebudayaan di Indonesia, jakarta:
Djambatan.
Lusius Sinurat, Inkulturasi Ritus Perkawinan Adat Batak Toba. Unpar: FF Unpar, 2005.
Siahaan, N,1982. Adat dalihan na tolu: prinsip dan pelaksanaannya, jakarta: grafina.
Simanjuntak, Bungaran Antonius. 2011. Pemikiran Tentang Batak. Jakarta: Yayasan Pustaka Obor Indonesia.
Simanjuntak Antonius Bungaran, 2006. Strutur Sosial Dan Sistem Politik Batak Toba Hingga 1945, jakarta: Yayasan Obor Indonesia binacipta.
Sinambela, DL. 2004. Ragam ni ulaon Adat Dohot Turi-Turian Ni Halak Batak, Jakarta: Djambatan
Sosrodiharjo, Soedjito. 21 Maret 2012. Kebudayaan Batak Toba dalam pernikahan. http// jeaneserena.blog.ngm. ac.id/2010/10/31/9/.Tambunan,
(21)
62
Email. 1997. Sekelumit Mengenai Masyarakat Batak Toba Dan
Kebudayaannya, Bandung: Tarsito
Undang-Undang PerkawinanNo. 1Tahun 1974. Surabaya: Pustaka Tintia
(1)
F. Manfaat Penelitian
1. Untuk mengetahui kedudukan Dalihan Na Tolu
2. Untuk menambah pengetahuan penulis mengenai fungsi unsur-unsur Dalihan Na Tolu dalam perkawinan Batak Toba.
3. Untuk Mengetahui Persepsi Masyarakat Terhadap Dalihan Na Tolu Dalam Pelaksanaan Perkawinan Taruhon Jual Di Desa Sibarani Sampulu .
4. Untuk Memberikan Sumbangan Pemikiran Kepada Masyarakat Tentang Bagaimana Persepsi Masyarakat Terhadap Dalihan Na tolu Dalam Pelaksanaan Perkawinan Batak Toba.
(2)
58
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan
1. Masyarakat Batak Toba merupakan salah satu sub suku Batak yang cukup dikenal dengan kekayaan budayanya. Salah satu dari unsur budaya tersebut digambarkan dalam adat istiadat perkawinan. Pada masyarakat Batak Toba perkawinan merupakan suatu tahap dalam kehidupan masyarakatnya yang harus dilalui untuk menyesuaikan pola perilakunya dalam sistem sosial masyarakat. `
2. Perkawinan itu sendiri memiliki makna yang sangat luas, secara garis besar perkawinan itu merupakan suatu komitmen tidak bersyarat yang melibatkan dua orang, dimana komitmen itu merupakan komitmen untuk mencintai, melayani, bersahabat bahkan komitmen untuk bersama. Berjuang untuk memelihara komitmen perkawinan itu dalam menempatkannya menjadi yang utama dalam mempengaruhi hidup.
3. Perkawinan itu sendiri harus memiliki komitmen diantara kedua mempelai dan juga harus mampu mempertahankan komitmen tersebut dalam kehidupan bersama. Sehingga masyarakat Batak Toba mengartikan bahwa perkawinan adalah suatu proses suci dan sakral, perpaduan hakikat kehidupan antara laki-laki dan perempuan yang menjadi satu ketentuan-ketentuan dalam hukum perkawinan adat yang berlaku pada masyarakat Batak Toba.
4. Perkawinan masyarakat batak toba dapat menetukan kedudukan seseorang dalam hubungan sosial bermasyarakat. Dimana pesta perkawinan sepasang
(3)
pengantin adalah jalan untuk mempertemukan antara Dalihan Na Tolu orang tua penganti laki-laki dengan Dalihan Na Tolu pengantin perempuan. Karena perkawinan yang dilaksanakan dalam masyarakat Batak Toba bukan hanya perkawinan antara pria dan wanita saja tetapi melibatkan antara keluarga pihak laki-laki dan keluarga pihak perempuan.
5. Pesta perkawinan adalah upacara adat yang terpenting bagi masyarakat Batak Toba, oleh karena itu hanya orang yang sudah menikah yang berhak mengadakan upacara adat dan mengadakan adat upacara adat lainnya. Hal itu didasarkan pada pandangan orang batak yang menganggap seseorang itu telah dewasa (bertanggung jawab penuh) jika seseorang itu telah kawin atau berumah tangga.
6. Pesta perkawinan masyarakat Batak Toba sering juga disebut dengan (pamasu-masuon) pemberkatan yang merupakan puncak dari adat perkawinan. Pelaksanaan perkawinan yang sah menurut adat Batak adalah apabila pelaksanaanya dilakukan dengan upacara perkawinan adat Nagok. Pada perkawinan yang terjadi pada masyarakat Batak Toba bahwa perkawinan yang ideal itu adalah hal yang diinginkan yaitu merupakan adat Nagok maksudnya adalah perkawinan dialap jual maupun taruhon jual yang dilaksanakan dengan cara adat yang penuh lengkap dengan unsur Dalihan Na Tolu.
(4)
60
B. Saran-Saran
1. Hendaknya dalam setiap pelaksanaan pesta perkawinan adat Batak Toba diatur dengan menggunakan pandangan Dalihan Na Tolu agar tercipta kesempurnaan pesta perkawinan tersebut.
2. Agar tercipta kesempurnaan dalam melaksanakan upacara adat perkawinan Batak Toba, hendaknya semua unsur-unsur Dalihan Na Tolu melakukan tugasnya dengan baik sesuai dengan kedudukan masing-masing.
3. Hendaknya setiap boru melakukan tugasnya dengan baik tanpa bantuan pihak lain, agar tercipta budaya Batak yang saling gotong royong yang mengutamakan kebersamaan dan kerjasama didalam melaksanaka kegiatan adat.
4. Hendaknya setiap hula-hula harus selalu lemah lembut, penuh kasing sayang terhadap boru karena memang boru yang dapat diandalkan sebagai penanggung jawan kegiatan adat pada hula-hula. Dan sebaliknya hendaknya boru bersikap hormat kepada hula-hula, karena di dalam masyarakat Batak Toba, hula-hula memang diperlakukan lebih tinggi kedudukan sosialnya di bidang adat (paradaton).
5. Hendaknya Dalihan Na Tolu semakin dilestarikan dan dibudidayakan dengan baik karena Dalihan Na Tolu merupakan salah satu yang mempererat hubungan antara dongan tubu, hula-hula, dan boru. Dalihan Na Tolu juga merupakan memperluas sosialisasi atau pergaulan masyarakat batak dengan baik.
(5)
61 Rineka Cipta.
Daulay, Anwar Saleh, 2006. Adat Budaya Batak Dalihan Na Tolu : analisis dari sudut prinsip serta urgensinya dalam merajut integrasi dan identitas bangsa.(http://marbun,blogspot. com/2006/11/dalihan-na tolu
penjelasan.html)
H.P. Panggabean, Pembinaan Nilai Adat Budaya Batak Dalihan Natolu, (Jakarta: Dian Utama, 2007).
Jan. S Aritonang, dkk, Beberapa Pemikiran Menuju Dalihan Natolu, (Jakarta: Dian Utama, 2006).
J.C Vergouwen, Masyarakat dan Hukum Adat Batak Toba,(Yogyakarta: Lkis, 2004).
J. P. `Sitanggang, Raja Napogos, Jakarta: Penerbit Jala Permata Aksara, 2010. Keuning, J. Batak Toba Dan Batak Mandailing, Dalam Sejarah Lokal. Koentjaraningrat, 2004. Manusia dan Kebudayaan di Indonesia, jakarta:
Djambatan.
Lusius Sinurat, Inkulturasi Ritus Perkawinan Adat Batak Toba. Unpar: FF Unpar, 2005.
Siahaan, N,1982. Adat dalihan na tolu: prinsip dan pelaksanaannya, jakarta: grafina.
Simanjuntak, Bungaran Antonius. 2011. Pemikiran Tentang Batak. Jakarta: Yayasan Pustaka Obor Indonesia.
Simanjuntak Antonius Bungaran, 2006. Strutur Sosial Dan Sistem Politik Batak Toba Hingga 1945, jakarta: Yayasan Obor Indonesia binacipta.
Sinambela, DL. 2004. Ragam ni ulaon Adat Dohot Turi-Turian Ni Halak Batak, Jakarta: Djambatan
Sosrodiharjo, Soedjito. 21 Maret 2012. Kebudayaan Batak Toba dalam pernikahan. http// jeaneserena.blog.ngm. ac.id/2010/10/31/9/.Tambunan,
(6)
62
Email. 1997. Sekelumit Mengenai Masyarakat Batak Toba Dan
Kebudayaannya, Bandung: Tarsito
Undang-Undang PerkawinanNo. 1Tahun 1974. Surabaya: Pustaka Tintia