Analisis Implikatur dan Presuposisi dam Aimai pada Masyarakat Jepang (Kajian Pragmatik).

(1)

日本社会 け 含意 前提 析 曖 さ

―語用論 ―研究―

タ ア ウ ッ

タ 大学


(2)

序論

様々 言語 解釈 異 こ び び こ こ 言語 曖

さ あ 生 誤解 原因 あ 林 曖

意味 以 う 定義 い

あい い 曖 (形動) い

文例: こ 問題 あい い 態度 許さ い

類: あ ふ

曖 さ 日本 社会 く見 例 会話 中 う解釈

生 こ あ こ 異 前提 あ 異 解釈 発

生 こ 本論文 含意 前提 語用論 研究

本論文 以 二点 確 こ 目的

. 日本語 け 曖 さ 種類 何

. 曖 さ 含意 前提 う 関係 あ

本論

語用論 い 調べ 小泉


(3)

語用論 語 用法 調査 検討 部門 い 言

語伝 い 発話 あ 場面 い さ 発話

文 用い 環境 中 始 適 意味 持 こ

こ 曖 さ 論文 語用論 含意 前提 書くこ あ 新村

含意 定義 い 以 う 記

意味 含 こ 表面 現 い意味 内蔵 い こ

意味

記 理論 基 け 含意 本当 意味 全 理解

チャ 前提 定義

話 手あ い 書 手 メッセー 受信者 知 い

仮定 い こ

記 理論 基 け 状況 人間 色々 考え あ

誤解 生

日常 会話 状況 曖 さ 起こ こ あ 藤井

曖 理論 以 う 書い い

あい い いう言葉 一般的 ッ 定 く


(4)

記 理論 基 け 曖 さ 不 瞭 いうこ あ あ

コンテ 意味 い 話 手 聞 手 間 誤

解 生

曖 さ 語彙的曖 さ 統語的曖 さ 二種類 あ 語彙的曖

さ 種類 同音異義語 同音異字 あ 曖 頭語 節 文 あ 頭語

記号 直示 格助詞 文章内 単語 除去 意味 記 例 新屋

(1) ロ : 最初 方 う 穴熊 : い 穴熊

ロ : えー ー 係

穴熊 : い ー 任 く さい ロ :

穴熊 : 穴 掘 得意

ン ン: い ー う

記 例 曖 同音異義語 ー あ ロ

穴熊 ー こ 質問 穴熊 穴熊 あ 穴 ー

思 一方本当 意味 hall ー あ

(2) A: 張さ 日 欠席 う B: 姉 電話

A: え? 姉さ 電話 あ

B: いいえ 姉 電話 彼女 病気

手伝 ほ い 言い


(5)

記 例 曖 記号 文章内 単語 除去 あ Bさ 姉

電話 言 こ 曖 さ あ A さ Bさ 姉 会社 電

話 思 文章内 単語 除去 Bさ 姉 電話 言 時

誰 電話 言わ こ あ

結論

. 曖 種類 語彙的 曖 さ 統語的 曖 さ あ 語彙

的 曖 さ 語彙 語彙 意味 同音異義語 発音 書 方

同 意味 う 同音異字 発音 同 書 方

意味 異 あ 統語的 曖 曖 節 曖

. コンテ 含意 前提 関係 あ 異 含意 前提

あ コンテ 意味 不 瞭 コン

テ 話 手 聞 手 間 う含意 前提 あ 曖


(6)

DAFTAR ISI

Halaman Pengesahan...i

Halaman Pernyataan Orisinalitas...ii

Pernyataan Publikasi Skripsi...iii

Kata Pengantar...iv

Daftar Isi...vii

BAB I Pendahuluan...1

1.1 Latar Belakang Masalah...1

1.2 Rumusan Masalah...8

1.3 Tujuan Penelitian...9

1.4 Metode dan Teknik Penelitian...9

1.5 Organisasi Penulisan...10

BAB II Kajian Teori...12

2.1 Pragmatik...12

2.1.1 Implikatur...16

2.1.2 Presuposisi...18


(7)

2.2.1 Deiksis...24

2.2.2 Kakujoshi...27

2.2.3 Pelesapan Kata dalam Kalimat...28

BAB III Analisis Presuposisi dan Implikatur dalam Aimai pada Masyarakat Jepang...30

3.1 Aimai berdasarkan leksikal...31

3.2 Aimai berdasarkan klausa...45

3.3 Aimai berdasarkan kalimat...53

BAB IV Simpulan...65

SINOPSIS...ix

DAFTAR PUSTAKA...xiv

LAMPIRAN DATA...xvi

KORPUS...xliv


(8)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Dalam berbagai bahasa, perbedaan interpretasi memiliki kemungkinan yang sangat besar untuk terjadi. Penyebab utama terjadinya kesalahpahaman adalah keambiguan. Ambigu atau dalam bahasa Inggris disebut sebagai ambiguity merupakan suatu fenomena yang sering ditemukan dalam percakapan sehari-hari. Menurut Empson dalam Soon Peng Su (1994: 6), ia pun menyatakan sebagai berikut:

Empson considers ambiguous 'any verbal nuance, however slight, which gives room for alternative reactions to the same piece of language'.

Menurut Empson, keambiguan merupakan 'kata-kata yang memiliki perbedaan halus, yang walaupun tipis, memberikan ruang untuk reaksi yang berbeda dalam bagian bahasa yang sama'. (Soon Peng Su 1994: 6)

Salah satu hal yang dapat menyebabkan keambiguan adalah homonim dan homofon. Homonim merupakan suatu kejadian saat suatu kata memiliki tulisan dan lafal yang sama namun artinya berbeda. Homofon merupakan suatu kejadian saat suatu kata memiliki lafal yang sama namun tulisan dan artinya berbeda. Misalnya dalam bahasa Inggris, kata to, too dan two memiliki pengucapan yang


(9)

Jepangnya yaitu kata ame, yang bisa berarti hujan atau permen. Hal ini

dikemukakan oleh Fromkin Rodman (1998: 201):

Homonyms may create ambiguity. A word or a sentence is ambiguous. It can be understood or interpreted in more than one way.

Homonim bisa menimbulkan ambiguitas. Sebuah kata atau kalimat adalah ambigu. Itu dapat dimengerti atau diinterpretasikan lebih dari satu cara.

Dalam bahasa Jepang, keambiguan pun kerap terjadi. Hal ini menjadi salah satu kesulitan tersendiri bagi orang asing. Kesalahpahaman sering terjadi dalam percakapan sehari-hari di masyarakat Jepang. Keambiguan dalam bahasa Jepang disebut sebagai aimai (曖昧). Menurut Hayashi (1993: 4), aimai adalah:

あい い 曖昧 (形動)

し い

文例: 問題 あい い 態度 許 い

類: あ

Aimai aimai (keidou) Hakkiri shinai.

Bunrei: kono mondai ni aimaina taidou wa yurusarenai. Tagui: ayafuya. Docchi tsukazu.

Ambiguitas ambiguitas (bentuk kata kerja) Sesuatu yang tidak jelas.

Contoh kalimat: dalam masalah ini tidak diperkenankan sikap yang ambigu.

Jenis: samar, ambigu. Bagian yang tidak pasti.

Aimai sering terjadi dalam kehidupan sehari-hari dalam komunikasi

masyarakat Jepang. Aimai dapat terjadi secara tidak sengaja atau dapat juga

disebut sebagai kejadian natural karena asumsi dari petutur atas apa yang diucapkan penutur. Hal ini dapat menyebabkan kesalahan interpretasi diantara


(10)

pihak-pihak yang terlibat dalam percakapan. Tak dapat disangkal, cukup sering ada pihak yang tersinggung ataupun bingung karena pembicaraan dari pihak lain. Padahal sesungguhnya yang terjadi adalah kesalahpahaman dalam pengertian pada konteks suatu percakapan atau wacana tertentu. Berikut pernyataan menurut Cruse (2000: 120):

The context may facilitate a selection process: existing readings or established senses are selectively activated and suppressed. When the established senses do not fit into the context, the listener is supposed to look for a matching meaning extension, possibly metaphorical or metonymical, “because of a tacit assumption that speakers are usually trying to convey an intelligible message”.

Suatu konteks memiliki proses seleksi: bacaan yang ada atau kesadaran yang dibangun dengan proses selektif yang diaktifkan dan ditekan. Saat kesadaran yang dibangun tidak dirasa cocok dengan konteks, pendengar akan mencari arti yang cocok secara luas, kemungkinan metafora atau

metonimia, “karena ada asumsi yang samar-samar maka pembicara

biasanya mencoba untuk menyampaikan maksud yang dapat dipahami”.

Selain itu, latar belakang sosial budaya penutur dan petutur yang berbeda juga dapat menjadi salah satu dari penyebab terjadinya keambiguan. Perbedaan latar belakang sosial budaya pun dapat membuat seseorang tak mengerti tentang suatu peristiwa yang terjadi di tempat ia berada saat itu karena penafsiran yang dilakukan tidak sampai ke makna sesungguhnya.

Aimai dapat ditemukan dalam bentuk kata, kalimat ataupun konteks

wacana. Secara umum, aimai dapat ditemukan dalam keseluruhan dari suatu

konteks. Dengan memperhatikan suatu konteks secara keseluruhan, pembaca dapat mengetahui adanya aimai atau tidak dengan menyerap makna sesungguhnya yang terdapat pada konteks tersebut.


(11)

Perhatikan contoh aimai sebagai berikut:

(1) A: う し 気持 B: うん あ うひ よ A: 丸 ナ よう

B: ? そ 焼 あ ぼ あ

A: うよ ナ ん し よ B: (Higepiyo, 2009 : Episode 24)

A: Dou da, Piroshi? Kimochi ka? B: Un, arigatou, Higepiyo. A: Maru de nasu mita you ne.

B: Nasu? Nasu. Nasu. Sore wa yakinasu, agenasu, mabonasu. Ano nasu desuka.

A: Chi, chigau yo. Nasu. Kangoshi no koto da yo. B: Nasu..

A: Bagaimana rasanya, Piroshi? Nyaman? B: Iya, terimakasih, Higepiyo.

A: Kamu seperti perawat.

B: Terong? Terong. Terong. Yang kamu maksud terong bakar, terong goreng, terong pedas. Terong yang itu?

A: Bu, bukan. Perawat. Yang kumaksud perawat. B: Terong..

Pada percakapan ini terdapat aimai dalam bentuk kata karena terdapat

perbedaan pemahaman mengenai kata nasu. Percakapan ini terjadi antara seorang anak bernama Hiroshi (A) yang sering dipanggil sebagai Piroshi, dengan Higepiyo (B) yang merupakan peliharaan keluarga, seekor anak ayam berkumis yang dapat berbicara.Percakapan ini terjadi di dalam rumah A. Saat itu A sedang sakit dan B merawatnya seperti seorang perawat.

Presuposisi yang terdapat dalam percakapan ini yaitu pada saat B berasumsi bahwa kata nasu yang dimaksud A adalah terong. Sementara


(12)

adalah perawat namun salah diasumsikan oleh B. Kedua hal ini menyebabkan terjadinya kesalahpahaman dalam pembicaraan mereka.

(2) A: 昼休 あそ 行 い?

B: そうしよう 僕 あ 食べ い

A: え あ 何 ? ム 何 食べ ? B: ん 食堂 行く 思 よ

(日本語教科書 落 し穴, 1999: 72)

A: Ohiruyasumi, asoko ni ikanai? B: Sou shiyou. Boku, mata are tabetai.

A: E, are tte, nan no koto? Jimu de nani ka taberu no? B: Nanda, shokudou ni iku no ka to omotta yo.

A: Istirahat siang, mau tidak pergi ke sana?

B: Ayo kita coba. Saya, belum pernah makan di sana. A: Eh, itu , maksudnya apa? Di gym ingin makan apa? B: Apa, yang saya maksud tentang pergi ke kantin lho.

Pada percakapan ini terdapat aimai dalam bentuk deiksis karena terjadi

kesalahpahaman dalam pengertian kata are.

Percakapan ini terjadi antara pihak A dan B yang sedang berbicara mengenai istirahat siang mereka. Presuposisi yang terdapat dalam percakapan ini yaitu B menganggap are adalah sesuatu yang ingin A makan di gym. Sementara

implikatur yang terjadi pada percakapan ini yaitu saat A mengucapkan kata are

yang sebenarnya berarti ingin makan sesuatu di kantin.

Aimai kerap ditemukan dalam wacana bahasa Jepang seperti percakapan

tersebut. Sesuatu yang sebenarnya terjadi terkadang malah tak terlihat dan kejadian yang terjadi kemudian malah dianggap sebagai kejadian sebenarnya oleh pihak lain yang tak terlibat dalam percakapan sejak awal. Kesalahpahaman menyebabkan munculnya interpretasi yang salah terhadap sesuatu dan dalam hal


(13)

ini sedapat mungkin kesalahpahaman yang terjadi harus dijelaskan agar tidak terjadi masalah.

Perbedaan interpretasi tersebut dapat pula disebabkan karena adanya perbedaan presuposisi. Penutur dan petutur mempunyai presuposisi yang berbeda sehingga menghasilkan interpretasi yang berbeda pula. Oleh karena itu, dalam penelitian ini digunakan kajian pragmatik untuk membahas implikatur dan presuposisi dalam aimai pada masyarakat Jepang.

Pragmatik menurut Leech (1993: 8), memperlakukan makna sebagai suatu hubungan yang melibatkan tiga sisi (triadic). Pragmatik makna diberi definisi dalam hubungannya dengan penutur atau pemakai bahasa. Kajian pragmatik melihat suatu konteks secara keseluruhan dan relevansi antarkalimat dalam konteks. Dengan kata lain bisa dikatakan bahwa pragmatik merupakan suatu bagian khusus dalam bidang linguistik yang menelaah suatu konteks secara keseluruhan. Konteks dalam pragmatik mencakup banyak hal. Beberapa diantaranya yaitu presuposisi, implikatur dan juga deiksis.

Menurut Kushartanti (2005: 106), implikatur adalah maksud yang terkandung dalam ujaran. Dalam percakapan, penutur harus berusaha agar apa yang dikatakannya relevan dalam situasi percakapan sehingga petutur pun dapat memahaminya. Dalam penelitian ini, digunakan implikatur karena aimai terjadi

akibat salah paham dengan maksud yang diungkapkan penutur. Oleh karena itu, penutur di dalam percakapan harus berusaha agar apa yang dikatakannya jelas dan mudah dipahami oleh petutur.


(14)

Dalam suatu konteks, presuposisi bergantung pada pandangan tiap orang yang membaca ataupun terlibat dalam situasi tersebut. Fromkin Rodman (1998: 198) pun menyatakan:

Speakers often make explicit assumptions about the real world and the sense of an utterance may depend on those assumptions, which some linguistists term presuppositions.

Pembicara sering membuat asumsi eksplisit tentang dunia nyata dan perasaan dari suatu ucapan dapat bergantung pada asumsi-asumsi ini, yang oleh para ahli bahasa disebut sebagai presuposisi.

Contohnya John doesn’t write poems in the bathroom. Dari kalimat tersebut, ada asumsi bahwa John suka menulis puisi, tapi ia tidak melakukannya di kamar mandi.

Selain implikatur dan presuposisi, salah satu konteks pragmatik juga mencakup deiksis, yang merupakan salah satu penyebab terjadinya aimai.

Menurut Fromkin Rodman (1998: 199):

In all languages there are many words and expressions whose reference relies entirely on the situational context of the utterance and can only be understood in light of these circumtances. This aspect of pragmatics is called deixis.

Dalam semua bahasa terdapat berbagai macam kata-kata dan ekspresi yang berhubungan dengan keseluruhan dari konteks situasi dalam ucapan dan hanya bisa dimengerti setelah melewati proses ini. Aspek ini dalam pragmatik disebut sebagai deiksis.

Berdasarkan pernyataan tersebut, bisa dikatakan pula bahwa deiksis merupakan salah satu aspek penting yang dapat menyebabkan terjadinya keambiguan karena deiksis berhubungan dengan konteks. Jika dalam suatu


(15)

percakapaan, penutur dan petutur tidak saling memperhatikan maka aimai dapat

terjadi.

Keambiguan yang terjadi dalam percakapan sehari-hari di masyarakat Jepang membuat penulis tertarik untuk membahasnya lebih lanjut karena keambiguan ini tergantung pada beberapa faktor misalnya tutur kata, gestur tubuh dan kondisi saat percakapan terjadi. Penelitian mengenai aimai sebelumnya telah

ada dan ditulis oleh Patricia Putri Ayu Lestari dengan Nomor Induk Mahasiswa 0422031 pada tahun 2008 dengan judul “Aimai (曖昧) dalam Bahasa Jepang (Kajian Pragmatik)”. Namun isi penelitian ini berbeda dengan penelitian sebelumnya. Dalam penelitian ini, pembahasan tentang aimai akan lebih

ditekankan dalam konteks wacana yang dikaitkan dengan presuposisi dan implikatur. Sementara pada penelitian sebelumnya, dibahas mengenai hubungan aimai dengan bahasa lisan dan tulisan hingga data-data yang dikumpulkan

kemudian dibagi berdasarkan klasifikasinya.

1.2 Rumusan Masalah

Penelitian ini menelaah aimai dan penggunaannya dalam kalimat serta

menjelaskan makna yang sebenarnya terjadi dalam sebuah wacana dan percakapan. Berdasarkan hal tersebut, penulis merumuskan masalah sebagai berikut:

1. Aimai seperti apa saja yang terjadi dalam tuturan bahasa Jepang? 2. Bagaimana hubungan aimai dengan implikatur dan presuposisi?


(16)

1.3 Tujuan Penelitian

Tujuan diadakannya penelitian ini adalah:

1. Menjelaskan jenis aimai yang terdapat dalam tuturan bahasa Jepang. 2. Menjelaskan hubungan aimai dengan implikatur dan presuposisi.

1.4 Metode dan Teknik Penelitian

Dalam penelitian ini, penulis menggunakan metode deskriptif untuk meneliti data yang ada. Menurut Nazir (1988: 63), metode deskriptif adalah suatu metode yang digunakan dalam meneliti status sekelompok manusia, suatu objek, suatu set kondisi, suatu pemikiran ataupun suatu kelas peristiwa pada masa sekarang. Berdasarkan pernyataan tersebut, dapat dipahami bahwa metode deskriptif merupakan metode yang membuat gambaran mengenai suatu situasi tertentu.

Nazir (1988: 63) pun mengatakan bahwa penelitian deskriptif mempelajari masalah-masalah dalam masyarakat, serta tatacara yang berlaku dalam masyarakat serta situasi-situasi tertentu, termasuk tentang hubungan, kegiatan-kegiatan, sikap-sikap, pandangan-pandangan, serta proses-proses yang sedang berlangsung dan pengaruh-pengaruh dari suatu fenomena. Dalam hal ini, fenomena yang akan diteliti yaitu tentang hubungan presuposisi dan implikatur dalam aimai pada


(17)

Teknik penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik studi pustaka. Menurut Nazir (1988: 111), dalam teknik ini, penulis bertugas menelusuri data literatur yang sudah ada dan juga menggali teori-teori yang telah berkembang dalam ilmu yang berkepentingan. Teknik ini dilakukan dengan langkah-langkah sebagai berikut:

(1) Mencari buku referensi yang mengacu pada data penelitian

(2) Membaca dan mencatat bahan bacaan, serta membuat kutipan informasi (3) Menganalisis data

Teknik kajian yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik pilah unsur penentu. Adapun alatnya ialah daya pilah yang bersifat mental yang dimiliki oleh penelitinya, demikian menurut Sudaryanto (1993: 21). Sesuai dengan jenis penentu akan dibagi menjadi berbagai unsur itu yaitu daya pilah referensial, daya pilah ortografis, dan daya pilah pragmatis. Dalam penelitian ini, akan digunakan teknik pilah unsur penentu dengan daya pilah pragmatis karena ada kaitannya dengan lawan bicara, dan ini berarti bahwa tema penelitian dalam konteks wacana berhubungan dengan petutur.

1.5 Organisasi Penulisan

Penelitian ini secara sistematis akan disusun dan dibagi menjadi empat bab. Bab pertama merupakan pendahuluan, bab kedua merupakan kajian teori, bab ketiga merupakan analisis aimai dan bab keempat merupakan simpulan.


(18)

Pada bab pertama yang merupakan pendahuluan, penulis memaparkan latar belakang penyebab penulis mengambil tema penelitian tentang aimai dan

hubungannya dengan implikatur dan presuposisi masyarakat Jepang. Dalam bab ini juga dibahas mengenai tujuan penulis meneliti masalah ini, dan disebutkan juga metode dan teknik penelitian yang digunakan untuk menelaah masalah tentang aimai. Selain itu, dibahas pula tentang organisasi penulisan untuk

menjelaskan apa saja yang ada dalam penelitian ini.

Bab kedua merupakan kajian teori dan dalam bab ini, akan dipaparkan landasan teori yang digunakan dalam penelitian tentang aimai dan juga akan

dijelaskan tentang pengaruh presuposisi dan implikatur dalam proses terbentuknya aimai.

Bab ketiga merupakan analisis aimai. Pada bab ini, akan diberikan data

berupa contoh aimai dalam konteks wacana. Setelah itu akan dianalisis makna

sesungguhnya dari konteks tersebut dengan menggunakan teori presuposisi dan implikatur yang ada pada bab sebelumnya.

Pada bab keempat, penulis akan memasukkan simpulan dari data yang telah dianalisis pada bab ketiga. Dalam bab ini juga akan dilampirkan sinopsis, daftar pustaka, lampiran-lampiran data dan riwayat hidup penulis.

Sistematika dalam penelitian ini dibuat untuk mempermudah pembaca dalam memahami isi penelitian ini tentang analisis presuposisi dan implikatur dalam aimai pada masyarakat Jepang.


(19)

BAB IV

SIMPULAN

Berikut ini merupakan simpulan dari hasil penelitian yang didapatkan penulis berdasarkan rumusan masalah mengenai jenis aimai dalam bahasa Jepang serta

hubungan aimai dengan presuposisi dan implikatur.

1. Beberapa jenis aimai dalam bahasa Jepang yaitu:

No. Aimai Data

1. Aimai secara leksikal

a. Leksikal

(berdasarkan makna kata dalam pembicaraan)

1. Ano panda あ ンダ 2. Mondai 問題

3. Yatta っ ! 4. Tsuyoku 強く

b. Homonim

(suatu kata yang memiliki pengucapan dan penulisan yang sama namun berbeda arti)


(20)

c. Homofon

(suatu kata yang memiliki pengucapan yang sama namun penulisan dan artinya berbeda)

1. Pàng de 胖的 2. Sekkyokusei 積極

3. Juuretsu chuusha 縦 列 駐 車

2. Aimai secara sintaksis

a. Klausa

(Aimai yang berupa klausa memiliki predikat yang maknanya samar sehingga menimbulkan

keambiguan)

1. Kokoro ga ochitsuku

落 着く

2. Zassou tori hajimatta bakari

雑 草 取 始 っ

3. Shirokuma hajimemashita 白く

4. Nan nichi demo nerarechau

何日 寝 う

5. Dareka ni kiite morau

聞い う

b. Kalimat

(Aimai berupa kalimat memiliki keseluruhan konteks kalimat yang kurang jelas maknanya)

1. Un, shuu futsuka desuka う 、週二日

2. Isshoni shashin totte moraemasuka? 一 緒 写

真撮っ え ?

3. Nande umaku ikanain darou

う くい い

4. Nani garagara tokuccha bettan da yo! Ikuzo! Hayaku nore! 何 ガラガラ くっ


(21)

!早く乗 !

5. Chotto asobi ni ikouze 遊び 行こうぜ

6. Batto o kamaette yo~ku kyuu o mirun da yo ット 構

え ~ く

7. Bōru o shikkari mite

ル っ 見

Berdasarkan tabel tersebut, aimai dibagi secara leksikal dan sintaksis.

Aimai secara leksikal dapat dibagi menjadi leksikal (makna kata dalam

pembicaraan), homonim (merupakan suatu kata yang memiliki pengucapan dan penulisan yang sama namun berbeda arti) dan homofon (suatu kata yang memiliki pengucapan yang sama namun penulisan dan artinya berbeda). Sementara aimai secara sintaksis dibagi menjadi klausa

dan kalimat.

2. Aimai yang terjadi dalam bahasa Jepang berkaitan erat dengan implikatur dan presuposisi dalam suatu konteks. Makna konteks yang sesungguhnya akan menjadi samar apabila terdapat implikatur dan presuposisi yang berbeda. Oleh karena itu, dalam suatu konteks jika penutur dan petutur yang memiliki implikatur dan presuposisi yang berbeda dapat menyebabkan keambiguan.


(22)

xiv

DAFTAR PUSTAKA

Cruse, D. Alan. (2000). Meaning in Language: An Introduction to Semantics and Pragmatics. New York: Oxford University Press.

Fromkin, Victoria / Rodman, Robert. 1998. An Introduction to Language. New York: Holt, Rinehart and Winston.

Fujii, Yasuo. 1996. 21 Seiki no Aimairon. Tokyo: Koseishuppansha.

Gillon, Brendan S. 1990. Ambiguity, Generality and Indeterminacy. Netherlands: Kluwer Academic Publishers.

Hashiuchi, Takeshi. 1999. Discourse: Danwa no Orinasu Sekai. Tokyo: Kuroshio. Hayashi, Shirou, dkk. 1993. Reikai Shinkakugo Jiten. Tokyo: Kabushiki Kaisha. Iwasaki, Shinya. 2010. Metaphor to Metonymy Ninchiteki Bunseki: Jikan

Hyougen O Chuusin Ni. Osaka: Osaka Institute of Technology.

Kennedy, Christopher. 2009. Ambiguity and Vagueness: An Overview. Chicago: Department of Linguistics of University Chicago.

Koizumi, Mamoru. 1993. Gengogaku Nyuumon. Tokyo: Daishuukan. Kushartanti, Yuwono Untung, Lauder Multamia Rmt Lauder. 2005. Pesona

Bahasa: Langkah Awal Memahami Linguistik. Jakarta: Gramedia Pustaka

Utama.

Leech, Geoffrey. 1993. Prinsip-prinsip Pragmatik. Jakarta: Penerbit Universitas Indonesia.


(23)

Nazir, Moh. 1988. Metode Penelitian. Jakarta: Ghalia Indonesia.

Rahardi, R. Kunjana. 2005. Pragmatik: Kesantunan Imperatif Bahasa Indonesia. Jakarta: Erlangga.

Richards, Jack dkk. 1985. Longman Dictionary of Applied Linguistics. London: Longman Group UK Limited.

Shinmura, Izuru. 1991. Kojien I. Tokyo: Iwanami.

Shinya, Teruko dkk. 1999. Nihongo Kyokasho no Otoshiana. Tokyo: Aruku. Su, Soon Peng. 1994. Lexical Ambiguity in Poetry. New York: Longman

Publishing.

Sudaryanto. 1993. Metode dan Aneka Teknik Analisis Bahasa. Yogyakarta: Duta Wacana University.

Sūn, Yǔ. 2012. Aimaisei No Shiten Kara Nihongo No Tokuchou O Miru: Aimaisa No Kaibunrui O Fumaete. Kanazawa: Kanazawa University.

Tarigan, Henry Guntur. 1986. Pengajaran Pragmatik. Bandung: Angkasa. Teramura, Teruyo. 1993. Gengogaku, Nihongo Kyouiku Hen. Tokyo: Kuroshio. Thomas, Jenny. 1998. Goyouron Nyuumon. Tokyo: Kenkyusha.


(1)

Pada bab pertama yang merupakan pendahuluan, penulis memaparkan

latar belakang penyebab penulis mengambil tema penelitian tentang aimai dan

hubungannya dengan implikatur dan presuposisi masyarakat Jepang. Dalam bab

ini juga dibahas mengenai tujuan penulis meneliti masalah ini, dan disebutkan

juga metode dan teknik penelitian yang digunakan untuk menelaah masalah

tentang aimai. Selain itu, dibahas pula tentang organisasi penulisan untuk

menjelaskan apa saja yang ada dalam penelitian ini.

Bab kedua merupakan kajian teori dan dalam bab ini, akan dipaparkan

landasan teori yang digunakan dalam penelitian tentang aimai dan juga akan

dijelaskan tentang pengaruh presuposisi dan implikatur dalam proses terbentuknya

aimai.

Bab ketiga merupakan analisis aimai. Pada bab ini, akan diberikan data

berupa contoh aimai dalam konteks wacana. Setelah itu akan dianalisis makna

sesungguhnya dari konteks tersebut dengan menggunakan teori presuposisi dan

implikatur yang ada pada bab sebelumnya.

Pada bab keempat, penulis akan memasukkan simpulan dari data yang

telah dianalisis pada bab ketiga. Dalam bab ini juga akan dilampirkan sinopsis,

daftar pustaka, lampiran-lampiran data dan riwayat hidup penulis.

Sistematika dalam penelitian ini dibuat untuk mempermudah pembaca

dalam memahami isi penelitian ini tentang analisis presuposisi dan implikatur


(2)

65

Universitas Kristen Maranatha BAB IV

SIMPULAN

Berikut ini merupakan simpulan dari hasil penelitian yang didapatkan penulis

berdasarkan rumusan masalah mengenai jenis aimai dalam bahasa Jepang serta

hubungan aimai dengan presuposisi dan implikatur.

1. Beberapa jenis aimai dalam bahasa Jepang yaitu:

No. Aimai Data

1. Aimai secara leksikal

a. Leksikal

(berdasarkan makna kata dalam pembicaraan)

1. Ano panda あ ンダ

2. Mondai 問題

3. Yatta っ !

4. Tsuyoku 強く

b. Homonim

(suatu kata yang memiliki pengucapan dan penulisan yang sama namun berbeda arti)


(3)

c. Homofon

(suatu kata yang memiliki pengucapan yang sama namun penulisan dan artinya berbeda)

1. Pàng de 胖的 2. Sekkyokusei 積極

3. Juuretsu chuusha 縦 列 駐 車

2. Aimai secara sintaksis

a. Klausa

(Aimai yang berupa klausa memiliki predikat yang maknanya samar sehingga menimbulkan

keambiguan)

1. Kokoro ga ochitsuku

落 着く

2. Zassou tori hajimatta bakari

雑 草 取 始 っ

3. Shirokuma hajimemashita 白く

4. Nan nichi demo nerarechau

何日 寝 う

5. Dareka ni kiite morau

聞い う

b. Kalimat

(Aimai berupa kalimat memiliki keseluruhan konteks kalimat yang kurang jelas maknanya)

1. Un, shuu futsuka desuka う 、週二日

2. Isshoni shashin totte

moraemasuka? 一 緒 写

真撮っ え ?

3. Nande umaku ikanain darou

う くい い

4. Nani garagara tokuccha bettan da yo! Ikuzo! Hayaku

nore! 何 ガラガラ くっ


(4)

67

Universitas Kristen Maranatha

!早く乗 !

5. Chotto asobi ni ikouze 遊び 行こうぜ

6. Batto o kamaette yo~ku kyuu o mirun da yo ット 構

え ~ く

7. Bōru o shikkari mite

ル っ 見

Berdasarkan tabel tersebut, aimai dibagi secara leksikal dan sintaksis.

Aimai secara leksikal dapat dibagi menjadi leksikal (makna kata dalam pembicaraan), homonim (merupakan suatu kata yang memiliki

pengucapan dan penulisan yang sama namun berbeda arti) dan homofon

(suatu kata yang memiliki pengucapan yang sama namun penulisan dan

artinya berbeda). Sementara aimai secara sintaksis dibagi menjadi klausa

dan kalimat.

2. Aimai yang terjadi dalam bahasa Jepang berkaitan erat dengan implikatur

dan presuposisi dalam suatu konteks. Makna konteks yang sesungguhnya

akan menjadi samar apabila terdapat implikatur dan presuposisi yang

berbeda. Oleh karena itu, dalam suatu konteks jika penutur dan petutur

yang memiliki implikatur dan presuposisi yang berbeda dapat


(5)

xiv

DAFTAR PUSTAKA

Cruse, D. Alan. (2000). Meaning in Language: An Introduction to Semantics and

Pragmatics. New York: Oxford University Press.

Fromkin, Victoria / Rodman, Robert. 1998. An Introduction to Language. New

York: Holt, Rinehart and Winston.

Fujii, Yasuo. 1996. 21 Seiki no Aimairon. Tokyo: Koseishuppansha.

Gillon, Brendan S. 1990. Ambiguity, Generality and Indeterminacy. Netherlands:

Kluwer Academic Publishers.

Hashiuchi, Takeshi. 1999. Discourse: Danwa no Orinasu Sekai. Tokyo: Kuroshio.

Hayashi, Shirou, dkk. 1993. Reikai Shinkakugo Jiten. Tokyo: Kabushiki Kaisha.

Iwasaki, Shinya. 2010. Metaphor to Metonymy Ninchiteki Bunseki: Jikan

Hyougen O Chuusin Ni. Osaka: Osaka Institute of Technology.

Kennedy, Christopher. 2009. Ambiguity and Vagueness: An Overview. Chicago:

Department of Linguistics of University Chicago.

Koizumi, Mamoru. 1993. Gengogaku Nyuumon. Tokyo: Daishuukan.

Kushartanti, Yuwono Untung, Lauder Multamia Rmt Lauder. 2005. Pesona

Bahasa: Langkah Awal Memahami Linguistik. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.

Leech, Geoffrey. 1993. Prinsip-prinsip Pragmatik. Jakarta: Penerbit Universitas


(6)

xv

Universitas Kristen Maranatha Nazir, Moh. 1988. Metode Penelitian. Jakarta: Ghalia Indonesia.

Rahardi, R. Kunjana. 2005. Pragmatik: Kesantunan Imperatif Bahasa Indonesia.

Jakarta: Erlangga.

Richards, Jack dkk. 1985. Longman Dictionary of Applied Linguistics. London:

Longman Group UK Limited.

Shinmura, Izuru. 1991. Kojien I. Tokyo: Iwanami.

Shinya, Teruko dkk. 1999. Nihongo Kyokasho no Otoshiana. Tokyo: Aruku.

Su, Soon Peng. 1994. Lexical Ambiguity in Poetry. New York: Longman

Publishing.

Sudaryanto. 1993. Metode dan Aneka Teknik Analisis Bahasa. Yogyakarta: Duta

Wacana University.

Sūn, Yǔ. 2012. Aimaisei No Shiten Kara Nihongo No Tokuchou O Miru: Aimaisa No Kaibunrui O Fumaete. Kanazawa: Kanazawa University.

Tarigan, Henry Guntur. 1986. Pengajaran Pragmatik. Bandung: Angkasa.

Teramura, Teruyo. 1993. Gengogaku, Nihongo Kyouiku Hen. Tokyo: Kuroshio.