KONTRIBUSI KEPEMIMPINAN TRANSFORMASIONAL KEPALA SEKOLAH DAN IKLIM SEKOLAH TERHADAP PENINGKATAN EFEKTIVITAS SEKOLAH PADA SMP NEGERI SE-KABUAPTEN PURWAKARTA.
DAFTAR ISI
Halaman
LEMBAR PENGESAHAN ………... i
LEMBAR PERNYATAAN ………... iii
KATA PENGANTAR ………... iv
UCAPAN TERIMA KASIH ………... v
ABSTRAK ………... vii
DAFTAR ISI ………. ... viii
DAFTAR TABEL ... xi
DAFTAR GAMBAR ... xiii
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian ……… 1
B. Indentifikasi Masalah dan Rumusan Masalah …… 13
C. Tujuan Penelitian ... 16
D. Manfaat Penelitian …………... 16
E. Metode Penelitian ... 18
F. Struktur Organisasi Tesis ... 19
BAB II KAJIAN PUSTAKA , KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN A. Efektivitas Sekolah ...……… 20
B. Kepemimpinan Transformasional Kepala Sekolah .. 41
C. Iklim Sekolah ... 65
D. Kerangka Pemikiran ...……… . 73
E. Hipotesis Penelitian ………... 77
BAB III METODE PENELITIAN A. Metode Penelitian ... 78
B. Populasi dan Sampel Penelitian ... 79
(2)
D. Langkah-Langkah Pengumpulan Data ... 89
E. Teknik Pengolahan dan Analisis Data ... 108
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian ... 117
1. Deskripsi Data ... 117
2. Pengujian Persyaratan Analisis... 127
B. Uji Hipotesis ... 134
C. Pembahasan Hasil Penelitian ... 150
BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI A. Kesimpulan ... 161
B. Rekomendasi ... 163
DAFTAR PUSTAKA 166
LAMPIRAN-LAMPIRAN 168
(3)
(4)
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Penelitian
Para pelopor pendiri Negara Republik Indonesia telah memiliki visi jauh ke depan untuk membawa bangsa Indonesia mengarungi belantara pergaulan antar bangsa yang kompetitif serta menghadapi tantangan jaman yang selalu berubah. Hal ini diwujudkan dalam pembukaan Undang-Undang Dasar (UUD) 1945, yakni, “Tujuan pembentukan Pemerintah Negara Indonesia adalah melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia dan untuk memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa, dan ikut serta melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi, dan keadilan sosial.”
Tujuan nasional tersebut dicapai antara lain melalui penyelenggaraan pendidikan. UUD 1945 pasal 31 menyatakan : (1) Setiap warga negara berhak mendapatkan pendidikan; (2) Setiap warga Negara wajib mengikuti pendidikan dasar dan pemerintah wajib membiayainya; dan (3) Pemerintah mengusahakan dan menyelenggarakan satu sistem pendidikan nasional yang meningkatkan keimanan dan ketakwaan serta akhlak mulia dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa.
Pendidikan mempunyai peranan yang sangat penting dalam kehidupan berbangsa dan bernegara sebagai barometer dari kualitas kehidupan suatu bangsa. Pendidikan merupakan alur dari perjalanan suatu bangsa menuju pada sebuah
(5)
peradaban yang di idamkan-idamkan oleh semua umat manusia. Pendidikan merupakan upaya mendorong semua komponen masyarakat untuk komitmen dan konsisten dalam mengembangkan dunia pendidikan Indonesia. Pemerintah pun demikian harus komitmen dan konsisten dalam kebijakan sisitem pendidikan.
Undang-undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, pasal 3 menyatakan bahwa :
Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.
Pendidikan pada dasarnya suatu proses yang melibatkan semua stakeholders dalam rangka meningkatkan kualitas sumber daya manusia. Pendidikan pada kenyataannya merupakan upaya yang tidak sederhana dan kompleks, suatu proses yang sistematis , berkesinambungan dan penuh dengan tantangan. Pendidikan akan senantiasa terus menerus berubah sejalan dengan perkembangan era teknologi dan informasi. Pendidikan akan selalu menjadi sorotan publik dan bahkan akan menjadi bidikan ketidakpuasan, karena pendidikan membawa dampak yang luas menyangkut kepentingan semua orang, bukan hanya berdampak pada investasi sumber daya tetapi akan meluas pada suatu kondisi kehidupan masyarakat masa kini dan ke depan. Oleh sebab itu, pendidikan memerlukan suatu upaya perbaikan dan peningkatan sejalan dengan semakin tingginya kebutuhan akan pendidikan serta menjadi tuntutan dalam peningkatan kualitas sumber daya manusia menuju masyarakat yang bermartabat.
(6)
Sagala (2006: 6-7) mengemukakan bahwa ada beberapa problematika pendidikan nasional yang jika diambil intisari penekanannya pada (1) kebijakan pendidikan masih cenderung sebagai alat kekuasaaan; (2) paradigma keberhasilan baru dikatakan berhasil jika memenuhi kepentingan kekuasaan; (3) tugas utama pendidikan dirumuskan berada pada ruang kegiatan realita belaka dan mewariskan masa laku (status Quo); (4) anggaran pendidikan khususnya untuk kebutuhan pembelajaran belum pernah menembus angka 7,5% baik yang bersumber dari APBD maupun APBN dari anggaran yang telah ditentukan sebesar 20%; (5) kebijakan perubahan kurikulum tidak diuji atas dasar kebutuhan (need
assessment); (6) rendahnya kualitas kesejahteraan dan perlindungan terhadap
profesi guru; (7) hubungan pengelolaan yang kompleks dan birokratis; (8) biaya pendidikan yang cukup mahal terutama bagi sekolah-sekolah yang favorit; (9) pengangguran pada lulusan sekolah menengah terus bertambah dikarenakan pase kerja bagi lulusan sekolah labil; (10) tekanan ekonomi yang kuat
Selanjutnya Sagala, (2005: 8) mengemukakan bahwa: Problematika pendidikan berimplikasi pada beberapa hal, yaitu: 1) Sekolah pada semua jenjang dan level diurus seadanya, kreativitas dan inovatif tidak mendapat tempat yang layak karena bertentangan dengan pandangan pemegang kekuasaan; 2) Pihak sekolah menerima sarana dan prasarana pendidikan di sekolah seadanya, tidak dapat memberikan masukan atau komentar; 3) Guru bekerja tidak maksimal. Mereka bekerja hanya memenuhi jam kerja sesuai yang dijadwalkan karena jika mereka bekerja keras karier dan prestasinya tetap tidak jelas; 5) Ruang gerak lulusan sekolah jadi sempit karena kualitas sekolah seadanya
(7)
Beberapa tahun terakhir, upaya pembenahan dan penyempurnaan kinerja organisasi khususnya organisasi sekolah menjadi sesuatu hal yang sangat penting untuk segera dilakukan. Hal ini disebabkan karena adanya tuntutan terhadap mutu pendidikan sebagai konsekuensi langsung dari perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang begitu pesat. Dalam sistem persekolahan, lulusan merupakan fokus tujuan, lulusan berkualitas tidak mungkin terwujud tanpa proses pendidikan yang bermutu. Proses pendidikan yang bermutu tidak mungkin tercapai tanpa adanya organisasi persekolahan yang tepat. Oleh karena itu untuk mewujudkan kinerja organisasi yang tepat dan bermutu maka diperlukan adanya kepemimpinan yang memadai.
Kepemimpinan tersebut harus mampu memotivasi atau memberi semangat kepada para stafnya dengan jalan memberikan inspirasi atau mengilhami kreativitas mereka dalam bekerja. Kepemimpinan sendiri tidak hanya berada pada posisi puncak struktur dalam organisasi pendidikan tetapi juga meliputi setiap tingkat dalam organisasi. Dalam kepemimpinan tersebut tentunya harus mendapatkan dukungan komitmen dan kerjasama dari berbagai pihak khususnya seluruh warga sekolah. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa kepemimpinan kepala sekolah merupakan satu aspek yang penting dalam suatu organisasi sekolah.
Kepemimpinan merupakan faktor penggerak organisasi melalui penanganan perubahan dan manajemen yang dilakukannya sehingga keberadaan pemimpin bukan hanya sebagai simbol yang ada atau tidaknya tidak menjadi masalah tetapi
(8)
keberadaannya memberi dampak positif bagi perkembangan organisasi (Aan Komariah dan Cepi Triatna, 2006;40).
Mengacu pada pendapat tersebut maka keberhasilan organisasi sekolah dalam mencapai tujuan yang ingin diraih sangat tergantung pada kepeminpinan kepala sekolah yaitu apakah kepemimpinannya mampu menggerakkan semua sumber daya yang dimiliki sekolah secara efektif dan efisien serta terpadu dengan proses manajemen yang dilakukannya.
Guru merupakan salah satu komponen yang sangat menentukan untuk terselenggaranya proses pendidikan. Keberadaan guru merupakan pelaku utama sebagai fasilitator penyelenggaraan proses belajar mengajar. Berkaitan dengan kinerja guru Hilman Taufik (2002:244) dalam penelitiaannya menyimpulkan bahwa “ Beberapa faktor yang mempengaruhi kinerja guru dan merupakan permasalahan adalah aspek kualifikasi standar guru dan relevansi antara bidang keahlian guru dengan tugas mengajar “.
Kinerja guru melalui pelaksanaan tugasnya sebagai pendidik, pengajar, dan pelatih diharapkan dapat memberikan konstribusi yang berarti bagi pencapaian tujuan pendidikan yang telah ditetapkan. Namun demikian kinerja seorang guru banyak dipengaruhi oleh beberapa factor ? Berkenaan dengan hal tersebut Gibson et al. (1985:51-53) secara lebih komprehensif mengemukakan adanya tiga kelompok variabel sebagai faktor yang dapat mempengaruhi kinerja dan potensi individu dalam organisasi, yaitu: pertama, variabel individu yang meliputi: (a) kemampuan/keterampilan, (b) latar belakang (keluarga, tingkat sosial, pengalaman); kedua variabel organisasi,yang meliputi (a) sumber daya, (b)
(9)
kepemimpinan, (c) imbalan, (d) struktur, (e) desain pekerjaan; ketiga variabel individu (psikologis), meliputi: (a) mental/intelektual, (b) persepsi, (c) sikap, (d) kepribadian, (e) belajar, (f) motivasi.
Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi kinerja seseorang sangatlah kompleks, Sutermeister (Sugiyono,2007: 27) menggambarkan faktor-faktor tersebut diantaranya: latihan dan pengalaman kerja, pendidikan, sikap kepribadian, organisasi, para pemimpin, kondisi sosial, kebutuhan individu, kondisi fisik tempat kerja, kemampuan, motivasi kerja dan sebagainya. Menurut Cascio (Sukmalana, 2003:21) abilitas dan motivasi adalah sebagai faktor-faktor yang berinteraksi dengan kinerja. Abilitas seseorang dapat ditentukan oleh skill dan pengetahuan, sedangkan skill dapat dipengaruhi oleh kecakapan. Kepribadian dan pengetahuan dapat dipengaruhi oleh pendidikan, pengalaman latihan dan minat. Motivasi pada dasarnya dapat bersumber pada diri seseorang atau yang sering dikenal sebagai motivasi internal dan dapat pula bersumber dari luar diri seseorang atau disebut juga motivasi eksternal. Faktor-faktor motivasi tersebut dapat berdampak positif atau dapat pula berdampak negatif bagi seorang guru.
Guru sebagai tenaga professional harus memiliki kemandirian dalam keseluruhan kegiatan pendidikan baik dalam jalur sekolah maupun luar sekolah, guru memegang posisi yang sangat strategis. Dalam tingkatan operasional guru merupakan penentu keberhasilan pendidikan melalui kinerjanya pada tingkat institusional, intruksional, dan eksperiensial (Surya, 2005:4). Guru merupakan sumber daya manusia yang mampu mendayagunakan faktor-faktor lainnya
(10)
sehingga tercipta PBM yang bermutu dan menjadi faktor utama yang menentukan mutu pendidikan.
Asumsi semula, kultur suatu bangsa diduga sebagai penentu kualitas sekolah, namun berbagai penelitian menemukan bahwa pengaruh kultur bangsa terhadap prestasi pendidikan tidak sebesar yang diduga selama ini. Bukti terakhir dari hasil The Third International Math and Science Study (TIMSS) menunjukkan bahwa siswa dari Jepang dan Belgia sama-sama menempati rangking atas untuk mata pelajaran Matematika, padahal kultur kedua negara tersebut berbeda.
Kehidupan di sekolah mempunyai dampak yang sangat kuat bagi kehidupan siswa, dan setiap sekolah mempunyai karakteristik tersendiri dalam segi efektivitasnya. Isu-isu tentang efektivitas sekolah adalah tantangan yang mendasar bagi para praktisi baik pendidikan maupun publik. Banyak pihak mengakui bahwa pencapaian sukses suatu sekolah berbeda-beda bahkan dengan populasi yang sama dan berdasarkan informasi yang akurat dan lengkap.
Para pakar berpendapat bahwa efektivitas harus dipahami dari segi kualitas, ketepatan dalam menggunakan metode, iklim kelas yang positif, hubungan antar siswa yang harmonis dan lebih ditekankan pada hasil dan langkah-langkah efisiensi. Para pakar mengevaluasi dalam hal hubungan prestasi akademik dengan biaya yang dikeluarkan per siswa
Untuk mengukur efektivitas suatu sekolah dapat dilihat dari masukan, Proses dan Hasil tergantung dari etos kerja di sebuah sekolah yang akan menentukan hasil yang baik. Etos kerja ini dikembangkan dan dipelihara dalam periode waktu tertentu, dikonsolidasi selama bertahun-tahun dan dikerjakan
(11)
dengan ketekunan dan kerja keras. Lingkungan, moneter, dan non moneter temasuk faktor yang sangat mempengaruhi efektivitas suatu sekolah.Umumnya sumber keuangan yang didapat sekolah di dapat dari pemerintah dan partisipasi masyarakat yang disesuaikan dengan kemampuan orang tua dan perlu dipertimbangkan keseimbangan anggaran dan komitmen yang telah dibuat oleh sekolah .
Belajar bukan konsep independen yang hanya dilakukan oleh siswa secara sepihak tetapi merupakan interaksi dengan lingkungan dan berbagai daya dukung yang lain. Asas penting dan menjadi landasan bergerak dalam pengelolaan pendidikan menuju sekolah efektif adalah pernyataan bahwa “ Semua Anak Dapat Belajar”. Hal ini mengisyaratkan pada kita bahwa sekolah merupakan wahana yang menyediakan tempat yang terbaik bagi anak untuk belajar, a place for better
learning. Artinya, semua upaya manajemen dan kepemimpinan yang terjadi
disekolah diarahkan bagi usaha membuat seluruh peserta didik belajar.
Apabila mencari relevansi lain sehubungan dengan pernyataan di atas maka definisi Taylor (1990) tentang sekolah efektif cukup sepaham sebagai sekolah yang mengorganisasikan dan memanfaatkan semua sumberdaya yang dimiliki untuk menjamin semua siswa tanpa memandang ras, jenis kelamin maupun status social ekonomi bisa mempelajari materi kurikulum yang esensial di sekolah.
Artinya kualifikasi guru dan personil lainnya/pegawai, kinerja guru, kepemimpinan, kebijakan sekolah, iklim sekolah budaya yang berkembang, hubungan dengan masyarakat, layanan penunjang siswa belajar seperti ekstrakurikuler, perpustakaan sarana-prasarana, laboratorium, dan sebagainya
(12)
menjadi indikator yang turut menentukan efektivitas belajar, dengan efektivitas belajar maka sekolah tersebut dikatakan efektif.
Efektifitas adalah ukuran yang menyatakan sejauh mana sasaran atau tujuan (kualitas, kuantitas dan waktu) telah dicapai. Dalam bentuk persamaan efektivitas adalah sama dengan hasil nyata dibagi dengan hasil yang diharapkan. Sekolah efektif menunjukan kesesuaian antara hasil yang dicapai dengan hasil yang diharapkan. Abin (1999:11) menegaskan bahwa efektivitas sekolah pada dasarnya menunjukan tingkat kesesuaian antara hasil yang dicapai berupa achievements atau observed outputs dengan hasil yang diharapkan berupa Objectives, Targets dan intended outputs sebagai mana telah ditetapkan.
Parameter untuk mencapai efektivitas dinyatakan sebagai angka nilai rasio antara jumlah hasil (lulusan, produk, jasa dan sebagainya) yang dicapai dalam kurun waktu tertentu dibandingkan dengan jumlah (unsur yang serupa) yang diproyeksikan atau ditargetkan dalam kurun waktu tertentu.
Efektivitas sekolah terkait pula dengan kualitas. Kualitas adalah gambaran dan karakteristik dari lulusan yang menunjukkan kemampuannya atau kompetensinya dalam memuaskan kebutuhan yang ditentukan atau yang tersirat, misalnya nilai hasil ujian akhir, prestasi olahraga, karya tulis ilmiah dan prestasi pentas seni. Kualitas tamatan dipengaruhi oleh tahapan-tahapan kegiatan sekolah yang saling berhubungan, yaitu perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi.
Dengan demikian, hasil pendidikan yang bermutu memiliki nuansa kuantitatif dan kualitatif. Artinya, disamping ditunjukkan oleh indikator seberapa banyak siswa yang berprestasi sebagai mana dilihat dalam perolehan nilai yang
(13)
tinggi, juga ditunjukkan oleh seberapa baik kepemilikan kualitas pribadi para siswanya, seperti tampak dalam kepercayaan diri, kemandirian, disiplin, kerja keras dan ulet, terampil, berbudi pekerti, beriman dan bertaqwa, bertanggung jawab sosial dan kebangsaan, apresiasi, dan lain sebagainya. Analisis di atas memberikan pemahaman yang jelas bahwa konsep efektivitas sekolah berkaitan langsung dengan mutu kinerja sekolah.
Ciri-ciri sekolah Efektif menurut Tola dan Furqon dalam Suharsaputra, (2010:67) yaitu : (1) tujuan sekolah dinyatakan secara jelas dan spesifik, (2) pelaksanaan kepemimpinan pendidikan yang kuat oleh kepala sekolah , (3) ekspektasi guru dan staf tinggi, (4) ada kerja sama kemitraan antara sekolah, orang tua dan masyarakat, (5) adanya iklim positif dan kondusif bagi siswa untuk belajar, (6) kemajuan Siswa sering dimonitor, (7) menekankan kepada keberhasilan siswa dalam mencapai keterampilan aktifitas yang esensial, (8) komitmen yang tinggi dan SDM sekolah terhadap program pendidikan.
Siagian (2002 : 20) mengatakan bahwa efektivitas adalah pemanfaatan sumber daya, dana, sarana dan prasarana dalam jumlah tertentu yang secara sadar ditetapkan sebelumnya untuk menghasilkan sejumlah barang dengan mutu tertentu tepat pada waktunya. Berarti efektivitas sebagai orientasi kerja menyoroti 4 hal, yaitu : (a) sumber daya, dana, sarana dan prasarana yang dapat digunakan sudah ditentukan dan dibatasi, (b) jumlah dan mutu barang atau jasa yang harus dihasilkan telah ditentukan, (c) batas waktu untuk menghasilkan barang atau jasa sudah ditetapkan,(d) tata cara yang harus ditempuh untuk menyelesaikan tugas sudah dirumuskan.
(14)
Scheerens (2003 : 42) memberikan analisa tentang faktor-faktor yang dapat meningkatkan efektivitas yaitu : (1) Prestasi, orientasi, harapan tinggi, (2) Kepemimpinan Pendidikan, (3) Konsensus dan kohesi antar staf, (4) Kualitas kurikulum/kesempatan belajar, (5) Iklim Sekolah,(6) Potensi evaluative,(7) Keterlibatan orang tua,(8) Iklim kelas, (9) waktu belajar efektif.
Sekolah sebagai suatu organisasi yang dirancang untuk dapat memberikan sumbangan atau kontribusi dalam upaya meningkatkan kualitas kehidupan bagi masyarakat. Upaya peningkatan kualitas sekolah perlu ditata, diatur, dikelola dan diberdayakan agar sekolah mampu menghasilkan keluaran (output) yang mampu bersaing di lingkungan masyarakat. Pengelolaan sekolah yang dimaksud di atas berkaitan dengan gaya kepemimpinan kepala sekolah dalam menghasilkan sekolah yang efektif dalam meningkatkan mutu pendidikan.
Menurut Aan Komariah dan Cepi Triatna (2005:40) “ Kepemimpinan merupakan satu aspek penting dalam sistem sekolah”. Hampir semua pakar sekolah efektif mengekplisitkan kepemimpinan sebagai ciri penting sekolah efektif. Dari pendapat tersebut dinyatakan bahwa gaya kepemimpinan kepala sekolah dapat mempengaruhi efektivitas sekolah.
Secara umum prestasi belajar anak-anak SMP di Indonesia dibandingkan dengan anak-anak dari negara lain masih jauh ketinggalan. Paling tidak gambaran seperti ini tampak pada studi yang dilakukan oleh IEA (The International
Association for the evaluation of education Achievement ), sebuah organisasi yang
bergerak di bidang penilaian dan pengukuran pendidikan yang berpusat di Belanda. Berdasarkan hasil survey TIMSS (Trends in International Mathematics
(15)
and Science Study ) tahun 2003 yang diselenggarakan oleh IEA, kemampuan anak
Indonesia dalam bidang matematika dan IPA masing-masing berada pada peringkat 34 dan 36 dari 46 negara yang disurvei. Hasil survey TIMSS tahun tahun 2007 yang diikuti 48 negara juga menunjukkan bahwa mutu pendidikan SMP kita jauh ketinggalan dari negara-negara lain. Dalam bidang matematika dan IPA masing-masing berada diperingkat 36 dari 48 negara peserta.
Kepemimpinan merupakan faktor yang penting penting dalam meningkatkan efektivitas sekolah yang pada akhirnya akan meningkatkan kualitas sekolah. Namun demikian , dari 47 Sekolah Menengah Pertama (SMP) Negeri yang ada di Kabupaten Purwakarta, penerapan efektivitas sekolah sangat beragam sehingga berakibat terhadap sebutan sekolah berbasis internasional, sekolah standar nasional, dan Sekolah Potensial. Demikian juga dilihat dari latar belakang pendidikan, pengetahuan, skill, pengalaman aktualisasi dan sosialisasi, dari masing-masing kepala sekolah juga berbeda-beda.
Masyarakat menyadari bahwa penyelenggaraan pendidikan bermutu bisa memberikan sumbangan nyata bagi pertumbuhan ekonomi melalui penyediaan tenaga kerja berpengetahuan, penguasaan teknologi, serta memiliki keahlian dan ketrampilan . Berbagai studi di bidang pembangunan ekonomi memperlihatkan adanya korelasi positif antara tingkat pendidikan suatu masyarakat dan kemajuan ekonomi (Depdiknas, 2007)
Keragaman penerapan efektivitas di setiap sekolah menengah pertama yang ada di Kabupaten Purwakarta serta adanya kesenjangan antara upaya maksimal dari gaya kepemimpinan kepala sekolah dan iklim sekolah, ternyata
(16)
mengimplementasikan efektivitas sekolah masih rendah / kurang, sehingga berimplikasi terhadap adanya dugaan dari penulis bahwa hal itu terjadi karena kontribusi gaya kepemimpinan masing-masing kepala sekolah dan iklim sekolah berbeda-beda, hal ini mengakibatkan mutu pendidikan masing-masing sekolah pun berbeda pula.
Fenomena itu sangat menarik untuk dikaji lebih mendalam melalui sebuah penelitian yang difokuskan pada judul penelitian ” Kontribusi Kepemimpinan Transformasional Kepala Sekolah dan Iklim Sekolah Terhadap Peningkatan Efektivitas Sekolah ”. (Studi Deskriptif di Sekolah Menengah Pertama (SMP) Negeri Se-Kabupaten Purwakarta)
B. Identifikasi dan Perumusan Masalah
Bertolak dari latar belakang masalah di atas dan pengalaman historis yang berhasil diungkapkan melalui berbagai kerja ilmiah menujukkan bahwa kepemimpinan merupakan faktor yang sangat penting dalam meningkatkan iklim sekolah dan efektivitas sekolah, di beberapa lembaga pendidikan di kabupaten Purwakarta terdapat implikasi yang nyata tentang kepemimpinan transformasional kepala sekolah, iklim sekolah dan efektivitas sekolah. Kepemimpinan kepala sekolah yang kuat akan meningkatkan iklim kerja guru dan akan meningkatkan efektivitas sekolah, walaupun dalam implementasinya beragam. Hal tersebut dapat terlhat dari hasil akreditasi sekolah khusunya pada sekolah menengah pertama di kabupaten Purwakarta ada sekolah yang mempunyai predikat terakreditasi A , terakreditasi B atau terakreditasi C. Demikian pula dengan
(17)
beragamnya sebutan terhadap sekolah seperti Sekolah Potensial, SMP Satu Atap, SMP terpadu, Sekolah Standar Nasional, Rintisan Sekolah Berstandar Internasional. Dengan kemampuan kepala sekolah yang berbeda-beda jika dilihat dari latar belakang pendidikan, pengetahuan, skill, pengalaman aktualisasi dan sosialisasi.
maka fokus penelitian ini didasari pada permasalahan yang muncul dalam efektifitas sekolah yang terjadi saat ini. Ada beberapa faktor yang mempengaruhi efektifitas sekolah secara teoritik dengan kondisi nyata khususnya di SMPN di kabupaten Purwakarta. Berdasarkan hasil penelitian penulis menyimpulkan beberapa masalah yang terjadi sebagai berikut:
1. Tantangan yang dihadapi di abad ke 21 oleh seorang pendidik yang mengharuskan sekolah untuk mempersiapkan / mendidik siswa di dunia yang kompleks dan saling berhubungan membutuhkan seorang pemimpin dengan gaya kepemimpinannya kreatif, inovatif, dan flesibel dalam bermitra dengan stakeholder untuk mencapai tujuan bersama. 2. Iklim Sekolah ( school Climate ) yang menekankan pada keberadaan
rasa menyenangkan, tidak tertekan dari suasana sekolah, bukan saja dari kondisi fisik, tetapi keseluruhan aspek internal organisasi sekolah perlu ditingkatkan.
3. Kualitas kurikulum yang memfasilitasi kesempatan belajar siswa untuk mengaktualisasikan dirinya perlu ditingkatkan.
4. Peran serta masyarakat, khususnya orang tua siswa dan stakeholder dalam penyelenggaraan pendidikan selama ini sangat minim.
(18)
Partisipasi masyarakat selama ini pada umumnya lebih banyak bersifat dukungan input (dana), bukan pada proses pendidikan (pengambilan keputusan, monitoring, evaluasi dan akuntabilitas).
5. Kepemimpinan kepala sekolah yang mampu menginspirasi orang lain untuk mencapai,melayani dan bekerjasama (teamwork) antar warga sekolah, stakeholder masih perlu ditingkatkan
Bertolak dari latar belakang dan identifikasi masalah yang telah diuraikan di atas dan pengalaman empiris penulis dalam mengamati efektivitas sekolah di kabupaten Purwakarta, maka dalam merumuskan masalah penelitian ini adalah “Apakah kepemimpinan transformasional kepala sekolah dan iklim sekolah berkontribusi terhadap peningkatan efektivitas sekolah ? “. Rumusan masalah tersebut diuraikan dalam pertanyaan penelitian sebagai berikut :
1. Bagaimana gambaran kepemimpinan transformasional kepala sekolah di SMP Negeri Se-Kabupaten Purwakarta ?
2. Bagaimana gambaran iklim sekolah di SMP Negeri Se-Kabupaten Purwakarta ?
3. Bagaimana gambaran efektivitas sekolah pada SMP Negeri Se-Kabupaten Purwakarta ?
4. Seberapa besar kontribusi kepemimpinan transformasional kepala sekolah terhadap efektivitas sekolah SMP Negeri Se-Kabupaten Purwakarta ?
5. Seberapa besar kontribusi iklim sekolah terhadap efektivitas sekolah SMP Negeri Se-Kabupaten Purwakarta ?
(19)
6. Seberapa besar kontribusi kepemimpinan transformasional kepala sekolah dan iklim sekolah secara simultan terhadap efektivitas sekolah SMP Negeri Se-Kabupaten Purwakarta?
C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah, maka tujuan penelitian adalah untuk mendapatkan gambaran tentang faktor-faktor yang mempengaruhi efektivitas sekolah . Berdasarkan faktor-faktor yang telah diidentifikasi tujuan spesifik penelitian ini adalah untuk mengetahui :
1. Gambaran secara deskriptif tentang kepemimpinan transformasional kepala sekolah, iklim sekolah dan efektivitas sekolah pada SMP Negeri Se- Kabupaten Purwakarta.
2. Kontribusi kepemimpinan transformasional kepala sekolah terhadap efektivitas sekolah pada SMP Negeri Se-Kabupaten Purwakarta
3. Kontribusi iklim sekolah terhadap efektivitas sekolah pada SMP Negeri Se- kabupaten Purwakarta
4. Kontribusi Kepemimpinan transformasional kepala sekolah dan iklim sekolah terhadap efektivitas sekolah pada SMP Negeri Se-Kabupaten Purwakarta.
D. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat baik dari aspek teoritis maupun praktis .
(20)
1. Secara teoritis , penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat terutama dalam hal :
a. Pengembangan ilmu administrasi pendidikan, khusunya pada kepemimpinan transformasional kepala sekolah, iklim sekolah dan efektivitas sekolah SMPN Negeri di kabupaten Purwakarta. Hal lain yang dapat digali dari penelitian ini adalah kemungkinan munculnya pengembangan konsep-konsep konstektual yang berkenaan dengan keterkaitan antara kepemimpinan transformasional kepala sekolah dan iklim sekolah dengan karakteristik organisasi sekolah yang mermberikan kontribusi kearah tercapaianya efektivitas sekolah dalam meningkatkan mutu pendidikan
b. Memberikan informasi mengenai bagaimana meningkatkan efektivitas sekolah SMP Negeri di kabupaten Purwakarta
c. Dapat dijadikan model dalam pengembangan kepemimpinan transformasional kepala sekolah dan iklim sekolah terhadap peningkatan efektivitas sekolah SMP Negeri di kabupaten Purwakarta. 2. Secara praktis, penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat :
a. Sekolah Menengah Pertama Negeri se-Kabupaten Purwakarta dalam merencanakan, melaksanakan dan evaluasi kinerja sekolah yang dikaitkan dengan pelaksanaan pengelolaan sekolah yang dihadapkan dengan masa depan yang penuh tantangan dari berbagai kekuatan, kelemahan, dan peluang yang dimiliki oleh lembaga agar dapat meningkatkan efektivitas sekolah
(21)
b. Sekolah Menengah Pertama Negeri se-Kabupaten Purwakarta dalam mengembangkan konsep kepemimpinan transformasional kepala sekolah dan iklim sekolah dalam membina tenaga kependidikan pada lembaga yang dikelolanya untuk peningkatan efektivitas sekolah. c. Kepala Sekolah dalam tugas dan perannya mengelola lembaga
pendidikan beserta program-programnya untuk menghadapi berbagai perubahan lingkungannya baik internal maupun eksternal.
d. Lembaga pendidikan dalam menetapkan kebijakan yang berkaitan dengan dengan program-program pendidikan
e. Sebagai masukan bagi instansi yang berwenang dalam pelaksanaan pembinaan dan pengembangan terhadap kepala sekolah dalam meningkatkan efektivitas sekolah.
E. Metode Penelitian
Penelitian ini menggunakan metode penelitian deskriptif, metode penelitian deskriptif adalah metode penelitian yang mendeskripsikan profil variabel-variabel penelitian, menguji hipotesis, mengembangkan generalisasi, dan mengembangkan teori yang memiliki validitas yang tinggi.
Pendekatan penelitian menggunakan pendekatan kuantitatif, hal ini dilakukan karena penelitian ini berusaha membuktikan teori yang sudah ada, dengan cara membuktikan hipotesis yang telah dirumuskan. Data yang diperoleh dan diolah adalah data yang berbentuk angka-angka atau data kualitatif yang diangkakan
(22)
3. Struktur Organisasi Tesis
Struktur organisasi tesis pada penelitian ini memaparkan 5 bab, yaitu sebagai berikut : Bab I berisi pendahuluan yang menjelaskan tentang dasar alasan masalah yang diteliti , Dimulai dari latar belakang masalah yang menjelaskan alasan mengapa masalah ini diteliti. Identifikasi dan perumusan masalah yang memaparkan variabel-variabel yang akan diteliti dan merumuskan masalah yang akan diteliti. Selanjutnya tujuan penelitian memaparkan tujuan dari penelitian yang dilakukan peneliti. Manfaat penelitian untuk mengetahui, manfaat apa yang diperoleh setelah melakukan penelitian ini.
Bab II menjelaskan mengenai kajian pustaka yang memaparkan konsep/teori yang berkaitan dengan masalah yang akan diteliti, kerangka pemikiran merupakan konsep yang digunakan yang menggabarkan masalah yang akan diteliti, dan hipotesis. Bab III memaparkan mengenai : metode penelitian yang menjabarkan tentang metode yang digunakan, termasuk beberapa komponen yaitu : populasi dan sampel, teknik pengumpulan data, definisi operasional, proses penelitian dan pengumpulan data serta instrumen penelitian.
Bab IV hasil penelitian dan pembahasan terdiri dari pengolahan dan analisis data untuk menghasilkan temuan yang berkaitan dengan masalah penelitian, hipotesis, dan pembahasan atau analisis temuan. Bab V kesimpulan dan rekomendasi terhadap hasil temuan penelitian.
(23)
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Metode Penelitian
Penelitian ini membahas tentang kontribusi kepemimpinan transformasional kepala sekolah dan iklim sekolah terhadap peningkatan efektivitas sekolah. Penelitian ini diarahkan untuk mengetahui gambaran empirik tentang kepemimpinan transformasional kepala sekolah dan iklim sekolah pada sekolah menengah pertama negeri yang berada di Kabupaten Purwakarta yang mana hasilnya diharapkan akan bermanfaat bagi peningkatan efektivitas sekolah di waktu mendatang.
Untuk kepentingan tersebut di atas, maka penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif, dengan analisis metode studi deskriptif, yaitu metode yang diarahkan untuk memecahkan masalah dengan cara memaparkan atau menggambarkan apa adanya hasil penelitian. Penelitian deskriptif (deskriptif
research) adalah suatu metode penelitian yang ditujukan untuk menggambarkan
fenomena-fenomena yang ada, yang berlangsung pada saat ini atau saat yang lampau (Sa’ud,2007:77). Metode yang diarahkan untuk memecahkan masalah dengan cara memaparkan atau menggambarkan apa adanya hasil penelitian. Ketepatan penentuan metode ini juga didasarkan pada pendapat Surachmad (1982:139), bahwa aplikasi metode ini dimaksudkan untuk penyelidikan yang tertuju pada pemecahan masalah yang ada pada masa sekarang.
Pendapat yang sama dikemukakan oleh Nasution (1998:41) menjelaskan bahwa penelitian deskriptif dimaksudkan untuk memberi gambaran yang lebih
(24)
jelas tentang situasi-situasi sosial dengan memusatkan pada aspek-aspek tertentu dan sering menunjukan pengaruh antar berbagai variabel. Pemilihan metode deskriptif dalam penelitian ini dikarenakan masalah yang sedang diteliti merupakan masalah ysng sedang berlangsung di sekolah.
B. Populasi dan Sampel Penelitian a. Populasi
Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas : obyek/subyek yang mempunyai kuantitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiyono,2005:55). Sedangkan sampel adalah sebagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut. Populasi dalam penelitian ini adalah guru yang ada di SMPN Kabupaten Purwakarta melakukan kegiatan pengajaran tahun pelajaran 2011/2012 sebanyak 1205 sebagai berikut :
Tabel 3.1
Data Populasi Penelitian
No Sekolah Jumlah
1 SMP Negeri 1 Purwakarta 43
2 SMP Negeri 2 Purwakarta 45
3 SMP Negeri 3 Purwakarta 46
4 SMP Negeri 4 Purwakarta 35
5 SMP Negeri 5 Purwakarta 48
6 SMP Negeri 6 Purwakarta 35
7 SMP Negeri 7 Purwakarta 46
8 SMP Negeri 8 Purwakarta 22
9 SMP Negeri 9 Purwakarta 13
10 SMP Negeri 1 Babakan Cikao 37
11 SMP Negeri 2 Babakan Cikao 17
12 SMP Negeri 3 Babakan Cikao 20
(25)
14 SMP Negeri 2 Campaka 18
15 SMP Negeri 1 Bungursari 32
16 SMP Negeri 2 Bungursari 26
17 SMP Negeri 1 Cibatu 21
18 SMP Negeri 2 Cibatu 14
19 SMP Negeri 1 Pasawahan 43
20 SMP Negeri 2 Pasawahan 33
21 SMP Negeri 3 Pasawahan 12
22 SMP Negeri Sukasari 13
23 SMP Negeri 1 Jatiluhur 30
24 SMP Negeri 1 Sukatani 30
25 SMP Negeri 2 Sukatani 17
26 SMP Negeri 3 Sukatani 17
27 SMP Negeri 4 Sukatani 18
28 SMP Negeri 1 Darangdan 20
29 SMP Negeri 2 Darangdan 20
30 SMP Negeri 3 Darangdan 18
31 SMP Negeri 4 Darangdan 23
32 SMP Negeri 5 Darandang 13
33 SMP Negeri 6 Darangdan 18
34 SMP Negeri 1 Wanayasa 38
35 SMP Negeri 2 Wanayasa 18
36 SMP Negeri 1 Bojong 18
37 SMP Negeri 2 Bojong 15
38 SMP Negeri 1 Kiarapedes 19
39 SMP Negeri 2 Kiarapedes 17
40 SMP Negeri 1 Pondoksalam 22
41 SMP Negeri 2 Pondoksalam 13
42 SMP Negeri 1 Plered 43
43 SMP Negeri 2 Plered 22
44 SMP Negeri 1 Tegalwaru 39
45 SMP Negeri 2 Tegalwaru 11
46 SMP Negeri 1 Maniis 24
47 SMP Negeri 2 Maniis 17
Total 1205 b. Sampel
Menurut Sugiyono (2001:57) sampel adalah sebagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut. Di dalam penelitian diperkenankan untuk meneliti sebagian dari jumlah populasi. Meneliti dengan
(26)
hanya menggunakan sebagian populasi ini disebut penelitian Sampel. Sedangkan menurut Arikunto (1993:103) sampel adalah sebagian atau wakil dari populasi yang akan diteliti. Sampel adalah bagian dari populasi yang dapat mewakili populasi.
Adapun teknik sampel yang digunakan adalah teknik sample random
sampling , yaitu cara pengambilan sampel dari semua anggota populasi yang
dilakukan secara acak tanpa memperhatikan strata yang ada di dalam anggota populasi itu.
Adapun alasan penulis memilih teknik sample random sampling ini disebabkan jumlah populasi yang cukup besar, dan peneliti tidak mungkin mempelajari semua karakteristik yang ada pada populasi, disisi lain adanya keterbatasan waktu, tenaga dan dana.
Dari jumlah populasi sebesar 1205 orang, untuk menghitung besarnya sampel yang diperlukan dalam penelitiaan penulis menggunakan tabel Krejcie dan nomogram Harry King dalam Sugiyono (2001:64) . Jumlah populasi 1200, bila kesalahan 5% maka jumlah sampelnya adalah 292
Tabel 3.2
Data Sampel Penelitian
No Sekolah Jumlah
1 SMP Negeri 1 Purwakarta 10
2 SMP Negeri 2 Purwakarta 11
3 SMP Negeri 3 Purwakarta 11
4 SMP Negeri 4 Purwakarta 8
5 SMP Negeri 5 Purwakarta 12
6 SMP Negeri 6 Purwakarta 8
7 SMP Negeri 7 Purwakarta 11
8 SMP Negeri 8 Purwakarta 5
(27)
10 SMP Negeri 1 Babakan Cikao 9
11 SMP Negeri 2 Babakan Cikao 4
12 SMP Negeri 3 Babakan Cikao 5
13 SMP Negeri 1 Campaka 11
14 SMP Negeri 2 Campaka 4
15 SMP Negeri 1 Bungursari 8
16 SMP Negeri 2 Bungursari 6
17 SMP Negeri 1 Cibatu 5
18 SMP Negeri 2 Cibatu 3
19 SMP Negeri 1 Pasawahan 10
20 SMP Negeri 2 Pasawahan 8
21 SMP Negeri 3 Pasawahan 3
22 SMP Negeri Sukasari 3
23 SMP Negeri 1 Jatiluhur 7
24 SMP Negeri 1 Sukatani 7
25 SMP Negeri 2 Sukatani 4
26 SMP Negeri 3 Sukatani 4
27 SMP Negeri 4 Sukatani 4
28 SMP Negeri 1 Darangdan 5
29 SMP Negeri 2 Darangdan 5
30 SMP Negeri 3 Darangdan 4
31 SMP Negeri 4 Darangdan 6
32 SMP Negeri 5 Darandang 3
33 SMP Negeri 6 Darangdan 4
34 SMP Negeri 1 Wanayasa 9
35 SMP Negeri 2 Wanayasa 4
36 SMP Negeri 1 Bojong 4
37 SMP Negeri 2 Bojong 4
38 SMP Negeri 1 Kiarapedes 5
39 SMP Negeri 2 Kiarapedes 4
40 SMP Negeri 1 Pondoksalam 5
41 SMP Negeri 2 Pondoksalam 3
42 SMP Negeri 1 Plered 10
43 SMP Negeri 2 Plered 5
44 SMP Negeri 1 Tegalwaru 9
45 SMP Negeri 2 Tegalwaru 3
46 SMP Negeri 1 Maniis 6
47 SMP Negeri 2 Maniis 4
(28)
C. Definisi Operasional Penelitian
Variabel penelitian ini terdiri dari tiga variabel, yaitu dua variabel bebas (independent variable) dan satu variabel terikat (dependent variable), variabel bebas adalah kepemimpinan transformasional kepala sekolah (X1) dan Iklim Sekolah (X2), sedangkan variabel terikat adalah efektivitas sekolah (Y).
Pengembangan instrumen ditempuh melalui beberapa cara, yaitu (a) mendefinisikan operasional variabel penelitian; (b) menyusun indikator variabel penelitian; (c) menyusun kisi-kisi instrumen; (d) melakukan uji coba instrumen; dan melakukan pengujian validitas dan reliabilitas instrumen
Untuk lebih memperjelas dari istilah-istilah yang terdapat dari judul penelitian, maka berikut ini akan dijelaskan definisinya secara operasional sebagai berikut :
1. Kepemimpinan transformasional kepala sekolah adalah pemimpin sekolah yang mempunyai kharisma, kepekaan individu, kemampuan stimulasi intelektual, dan inspiratif dalam mengembangkan tujuan sekolah dikembangkan dari (Burn, 1978) dan (Aan Komariah ,2005:78). Variabel kepemimpinan transformasional kepala sekolah ini diukur melalui indikator-indikator sebagai berikut :
a. Kharisma
1) Menjadi figur sekolah
2) Mempartisipasikan guru, staf sekolah dan siswa dalam perencanaan kegiatan.
(29)
4) Membangkitkan rasa saling menghargai pendapat 5) Memperlakukan orang dengan hormat.
6) Mengorbankan kepentingan pribadi untuk kepentingan kelompok 7) Menjadi Inspirator.
8) Membuat staf siap mengorbankan kepentingan pribadi untuk kelompok.
9) Membuat orang disekitarnya antusias.
10) Menumbuhkan loyalitas personil terhadap organisasi. 11) Memperlihatkan percaya diri terhadap pendapat staf 12) Adanya tanggapan dari staf terhadap hasil kerjanya b. Kepekaan individu
1) Menilai guru dalam mengekspresikan gagasan dan pendapat mereka
2) Mempertinggi perasaaan optimis guru terhadap masa depan 3) Memberikan penghargaan
4) Adanya pengakuan atas hasil kerja guru
5) Mencari berbagai sumber gagasan-gagasan baru dan menyampaikannya kepada staf
6) Mengenal guru-guru perindividu c. Stimulasi Intelektual
1) Mengkondisikan skat-skat perbedaan secara fleksibel, memberikan kebebasan berpendapat.
(30)
3) Mendorong staf untuk mampu berpikir dengan cara-cara yang baru dalam kegiatan.
4) Mempertinggi motivasi staf untuk sukses.
5) Mendorong staf inovatif, bekerja keras dan profesional. d. Inspirasi
1) Mengkomunikasikan harapan yang tinggi bagi staf.
2) Menggunakan simbol untuk memfokuskan berbagai usaha. 3) Mengemukakan tujuan utama melalui cara yang sederhana.
2. Iklim sekolah adalah kualitas dari lingkungan sekolah yang terus menerus dialami guru-guru mengenai lingkungan fisik dan non fisik pekerjaan yang menimbulkan kenyamanan dan kepuasaan dalam pekerjaan dikembangkan dari (Wayne K Hoy,2001:189). Variabel iklim sekolah ini diukur melalui indikator-indikator sebagai berikut :
a. Kondisi Lingkungan Fisik Pekerjaan
1) Memberikan kesejahteraan sesuai dengan aturan sekolah 2) Memberikan penghargaan pada staf terhadap tugas.
3) Terpenuhinya sarana dan prasarana sesuai dengan program sekolah b. Kondisi Lingkungan Non Fisik Pekerjaan
1) Perlunya dukungan pemimpin dalam melaksanakan tugas.
2) Dapat merancang dan mendesain pekerjaan sesuai dengan tugas dan fungsinya.
(31)
4) Dibangunnya komunikasi dan interaksi dengan teman sejawat, orang tua siswa, kepala sekolah dan lingkungan masyarakat.
5) Kepemimpinan kepala sekolah demokratis
6) Menetapkan program dan tujuan sekolah bersama staf. 7) Dapat menetapkan kebijaksanaan kompensasi
8) Penetapan kebijakan pengelolaan sekolah bersama-sama dengan komite sekolah.
3. Efektifitas sekolah adalah tingkat kesesuaian antara hasil-hasil yang dicapai dengan yang telah ditetapkan dari sejumlah dimensi sekolah yang efektif yang meliputi : penetapan tujuan sekolah yang jelas, pelaksanaan kepemimpinan yang kuat kepala sekolah, ekspektasi guru dan staf yang tinggi, kerjasama kemitraan antara sekolah, orang tua dan masyarakat, iklim yang positif dan kondusif bagi siswa untuk belajar, kemajuan siswa yang sering dimonitor, keberhasilan siswa dalam mencapai ketrampilan aktivitas yang esensial dan komitmen yang tinggi dari SDM sekolah terhadap program pendidikan. Dikembangkan dari (Tola dan Furqon,1992:5) dan (Aan Komariah, 2004,38-39). Variabel efektivitas sekolah ini diukur melalui indikator-indikator yaitu :
a. Penetapan tujuan sekolah yang jelas
1) Dapat menetapkan tujuan sekolah dengan jelas 2) Digunakan untuk mengambil keputusan 3) Dipahami oleh guru, staf, dan siswa
(32)
b. Pelaksanaan kepemimpinan yang kuat kepala sekolah 1) Dapat dihubungi dengan mudah
2) Bersifat responsif kepada guru, siswa, orang tua dan masyarakat 3) Melaksanakan kepemimpinan yang berfokus kepada pembelajaran. 4) Menjaga agar rasio antara guru/siswa sesuai dengan rasio ideal c. Ekspektasi guru dan staf tinggi
1) Dapat meyakini bahwa semua siswa bisa belajar dan berprestasi 2) Menekankan pada hasil akademis.
3) Memandang guru sebagai penentu terpenting bagi keberhasilan siswa
d. Ada kerjasama kemitraan antara sekolah, orang tua dan masyarakat
1) Dukungan orang tua terhadap suksesnya visi sekolah
2) Memelihara jaringan serta dukungan orang tua dan masyarakat 3) Berbagi tanggung jawab untuk menegakkan disiplin dan
memperhankan keberhasilan sekolah.
e. Adanya iklim yang positif dan kondusif bagi siswa untuk belajar 1) Kondisi sekolah rapi, bersih, dan aman secara fisik dan dipelihara
secara baik.
2) Memberikan penghargaan kepada yang berprestasi. 3) Memberikan penguatan terhadap perilaku positif siswa
(33)
f. Kemajuan siswa sering dimonitor
1) Guru memberikan tugas dengan tepat
2) Guru memberikan umpan balik secara cepat dan segera kepada siswa
3) Guru memberikan kemampuan berpartisipasi di kelas secara optimal.
4) Guru memberikan penilaian hasil belajar dari berbagai segi
g. Menekankan kepada keberhasilan siswa dalam mencapai ketrampilan aktivitas yang esensial
1) Seluruh siswa melakukan hal terbaik untuk mencapai belajar yang optimal, baik yang bersifat akademis maupun nonakademis.
2) Siswa memperoleh ketrampilan yang esensial.
3) Semua guru menerima bahan yang memadai untuk mengajarkan ketrampilan yang esensial.
h. Komitmen yang tinggi dari SDM sekolah terhadap program pendidikan
1) Guru membantu merumuskan dan melakanakan tujuan pengembangan sekolah.
2) Seluruh staf memperkuat dan mendukung kebijakan sekolah dan pemerintah daerah.
(34)
D. Langkah-Langkah Pengumpulan data
1. Penyusunan kisi-kisi instrumen penelitian
Instrumen penelitian dalam pengumpulan data pada penelitian ini menggunakan angket dengan kisi-kisi berdasarkan variabel penelitian. Adapun kisi-kisi instrumen penelitian sebagai berikut :
Tabel 3.3
Kisi-Kisi Instrumen Variabel Kepemimpinan Transformasional Kepala Sekolah (X1)
Variabel Dimensi Indikator-indikator Sub indikator No.
Item Kepemimpinan
Transforma- sional Kepala Sekolah (X1)
Dikembangkan dari (burn,1978) dan Aan Komariah (2005:78)
1. Kharisma a.Menjadi figur sekolah
b.Mempartisipasikan guru dan staf
sekolah dan siswa dalam
perencanaan kegiatan
c.Melibatkan diri dalam semua aspek kegiatan sekolah
d.Membangkitkan rasa saling menghargai pendapat
e.Memperlakukan orang dengan hormat
f.Mengorbankan kepentingan pribadi untuk untuk kelompok
g.Menjadi Inspirator
1) Menjadi model sopan santun
2) Melibatkan guru dan staf dalam
perencanaan kegiatan sekolah
3) Kepala Sekolah terlibat dalam semua pengelolaan sekolah 4)Memperhatikan pendapat pendapat guru 5)Kepala Sekolah menganggap personel sekolah sebagai mitra 6) meluangkan waktu,
dan pikiran untuk kepentingan sekolah 7) Memberikan
pemikiran, ide, dan tanggapan terhadap perilaku personel 1 2 3 4 5 6 7
(35)
2. Kepekaan Individu
h.Membuat staf siap mengorbankan
kepentingan pribadi untuk
kelompok
i. Membuat orang disekitarnya antusias
j. Menumbuhkan loyalitas personil terhadap organisasi
k.Memperlihatkan rasa percaya diri terhadap pendapat staf
l. adanya tanggapan dari staf terhadap hasil kerjanya
a.Menilai guru dalam
mengekspresikan gagasan dan pendapat mereka.
b.Mempertinggi perasaan optimis guru terhadap masa depan
c.Memberikan penghargaan
d.Adanya pengakuan atas hasil kerja guru
e.Mencari berbagai sumber
gagasan-gagasan baru dan
menyampaikannya kepada staf
8) menanggapi permasalahan yang dihadapi personil 9) memberikan pemahaman terhadap tugas personil sekolah
10) memahami pendapat personil sekolah 11)Meminta tanggapan
yang positif mengenai masa depan sekolah 12) meminta tanggapan
terhadap hasil pekerjaan
13) mengapresiasi pendapat guru
14) Memberikan peluang kepada guru untuk berkembang 15) memberikan penghargaan bagi guru yang berprestasi 16) mengevaluasi setiap kegiatan personil 17)Menginformasikan berbagai leteratur, pakar atau sumber lain untuk pencerahan 18) mempersilakan personel sekolah mengemukan pendapat yang berbeda 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18
(36)
3.Stimulasi Intelektual
In4. Inspirasi
f.Mengenal guru-guru perindividu
a.Mengkondisikan skat-skat
perbedaan secara fleksibel,
memberikan kebebasan
berpendapat
b.Mengubah problem-problem lama dengan cara baru
c.Mendorong staf untuk mampu berpikir dengan cara-cara yang baru dalam kegiatan.
d.Mempertingi motivasi staf untuk sukses
e.Mendorong staf inovatif, bekerja keras dan professional
a.Mengkomunikasikan harapan yang tinggi bagi staf
19) secara periodik mengadakan acara bersama yang bersifat kekeluargaan dengan seluruh personil
20) Saling bercerita dengan personil sekolah tentang masalah pribadi 21) mengkodisikan guru untuk saling mengenal dalam suatu kegiatan 22) Mencoba cara-cara yang berbeda dari yang sebelumnya dalam memecahkan masalah 23)menganjurkan kepada personil
mencoba cara-cara yang berbeda dari yang sebelumnya 24)memberikan dorongan dan dukungan untuk dapat berhasil 25) Menganjurkan dan mendukung personil untuk meningkatkan kemampuan
26)Menyampaikan harapan dan keinginan kepada personil untuk bekerja keras
27) memberikan pemahaman tentang harapan masa depan
19 20 21 22 23 24 25 26 27
(37)
b.Menggunakan simbol untuk memfokuskan berbagai usaha
c.Mengemukakan tujuan utama melalui cara yang sederhana
sekolah
28) Menetapkan pakaian khusus yang harus dipakai
29) menetapkan simbol aturan yang harus ditaati 30) mengemukakan tujuan pokok sekolah menggunakan bahasa keseharian (sesuai dengan tingkat pemahaman personil sekolah) 28 29 30 Tabel 3.4
Kisi-Kisi Instrumen Variabel Iklim Sekolah (X2)
Variabel Dimensi Indikator-indikator Sub indikator No.
Item Iklim Sekolah
(X2)
Dikembangkan dari Wayne K
Hoy (2001 : 199)
1.Kondisi Lingku ngan fisik pekerjaan
a.Memberikan kesejahteraan sesuai dengan aturan sekolah
b.Memberikan penghargaan pada staf terhadap tugas
1) Mendapat bagian
keuntungan dari
usaha yang
diselenggarakan sekolah (koperasi) 2) Memberikan honor
dalam kegiatan
exstrakurikuler 3) Mendapatkan
pakaian seragam di luar yang diberikan pemerintah
4) Mendapatkan penghargaan setiap melaksanakan tugas 5) Mendapatkan uang
transpor setiap 1
2
3
4
(38)
2.Kondisi Lingkung an non fisik Pekerjaan
c.Terpenuhinya sarana dan prasarana sesuai dengan program sekolah
a. Perlunya dukungan pemimpin dalam menjalankan tugas
b.Dapat merancang dan mendesain pekerjaan sesuai dengan tugas dan fungsinya
c.Adanya pengawasan dan disiplin
mengikuti kegiatan sesuai dengan jarak 6) Mendapatkan ruang
kerja,kamar kecil,
mushola yang
representatif 7) Mendapatkan
peralatan pendukung dalam melaksanakan pekerjaan
8) Mendapatkan perhatian dari kepala sekolah tentang
kesulitan yang
dialami 9) Mendapatkan
dukungan kepala
sekolah dalam
melaksanakan berbagai tugas 10) Mendapatkan
kemudahan untuk melaksanakan kegiatan
pengembangan diri 11) Mendapat desain
pekerjaan dari
sekolah yang kurang adil
12) Mendapatkan tugas
mengajar yang
kurang cocok/kurang adil 13) Mendapatkan 6 7 8 9 10 11 12 13
(39)
kerja melalui peraturan sekolah
d.Dibangunnya komunikasi dan interaksi dengan teman sejawat, orang tua siswa,kepala sekolah dan lingkungan masyarakat
e.Kepemimpinan kepala sekolah demokratis
f.Menetapkan program dan tujuan sekolah bersama staf
g.Dapat menetapkan mengenai kebijakan kompensasi
teguran bila datang terlambat
14) Mendapatkan perhatian terhadap
tugas yang
diembannya
15) Menjalin keakraban
dengan teman
sejawat
16) Menjalin komunikasi dengan orang tua 17) Berkomunikasi
dengan kepala
sekolah 18) Mendapat
kesempatan mengemukakan pendapat
19) Diberi kesempaan mengikuti forum-forum ilmiah 20) Memberikan
kesempatan kepada setiap warga sekolah untuk berkreasi dan berinovasi
21) Tujuan sekolah
dirumuskan dan
diputuskan bersama 22) Menyusun rencana
pengembangan untuk mencapai tujuan dengan Seluruh staf 23) Setiap keputusan
yang dikeluarkan berdasarkan 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23
(40)
h.Penetapan kebijakan pengelolaan sekolah bersama-sama dengan komite sekolah.
musyawarah dan
mufakat
24) Penetapan kebijakan
pengeloaan di
ketahui komite
25) Bersama komite
menetapkan APBS sekolah
26) Mengevaluasi hasil pelaksanaan dengan komite sekolah
24
25
26
Tabel 3.5
Kisi-Kisi Instrumen Variabel Efektivitas Sekolah (Y)
Variabel Dimensi Indikator-indikator Sub indikator No.
Item Efektivitas
sekolah (Y) dikembangkan dari Tola dan Furqon(1992:5) dan Aan Komariah (2004 :39) 1.Tujuan sekolah dinyata kan secara jelas dan spesifik 2.Pelaksa naan Kepe- mimpinan pendi- dikan yang kuat oleh kepala sekolah
a.Dapat menetapkan tujuan Sekolah dengan jelas.
b.Digunakan untuk mengambil keputusan
c.Dipahami oleh guru, staf, dan siswa
a.Dapat dihubungi dengan mudah
b.Bersifat responsif kepada guru , siswa, orang tua dan masyarakat
c.Melaksanakan kepemimpinan yang berfokus kepada pembelajaran
1)Tujuan sekolah
ditetapkan dengan jelas
2)Tujuan sekolah
dijadikan dasar sebagai pengambil keputusan 3)Seluruh guru, staf dan
siswa memahami visi sekolah
4)Kepala sekolah dapat
dihubungi dengan
mudah
5)Kepala sekolah bersifat responsif terhadap guru,TU, siswa dan orang tua
6)Kepala sekolah
melaksanakan
kepentingan yang
1 2 3 4 5 6
(41)
3.Ekspek tasi guru dan staf tinggi
4. Ada kerja sama kemi traan antara sekolah, orang tua dan masyara kat
d.Menjaga agar rasio antara guru/siswa sesuai dengan rasio ideal.
a.Dapat meyakini bahwa semua siswa bisa belajar dan berprestasi b.Menekankan pada hasil akademis
c.Memandang guru sebagai penentu terpenting bagi keberhasilan siswa.
a.Dukungan orang tua terhadap suksesnya visi sekolah
b.Memelihara jaringan serta
dukungan orang tua dan
masyarakat
c.Berbagi tanggung jawab untuk
menegakkan disiplin dan
mempertahankan keberhasilan
d.Menghadiri acara-acara penting di sekolah
berfokus pada
pembelajaran di bawah koordinasi bagian kurikulum
7)Kepala sekolah selalu menjaga rasio antara guru dan siswa
8)Rata-rata KKM semua mata pelajaran 9) Nilai rata-rata naik
konstan tiap
tahunnya 10) Menanamkan
kesadaran dan
tanggungjawab guru dalam PBM
11) Adanya peran dan dukungan orang tua
siswa terhadap
suksesnya visi
sekolah
12) Menjalin hubungan baik dengan orang tua
13) Adanya respon
positif dari orang tua terhadap tugas siswa, (misal orang tua
membantu PR
anaknya)
14) Orang tua siswa selalu menghadiri acara-acara penting sekolah 7 8 9 10 11 12 13 14
(42)
5. Adanya iklim yang positif dan kondusif bagi siswa untuk belajar 6. Kema juan siswa sering dimonitor 7. Menekan
a.Kondisi sekolah rapi, bersih, dan aman secara fisik dan dipelihara secara baik
b..Memberikan penghargaan kepada yang berprestasi
c.Memberi penguatan terhadap perilaku positif siswa.
a.Guru memberikan tugas dengan tepat
b.Guru memberikan umpan balik secara cepat dan segera kepada siswa
c.Guru memberikan kemampuan berpartisipasi di kelas secara optimal
d.Guru memberikan penilaian hasil belajar dari berbagai segi
a.Seluruh siswa melakukan hal
15) Kondisi sekolah, kelas,perpustakaan, lab dikelola dengan baik
16) Sekolah memberikan penghargaan kepada
siswa yang
berprestasi
17) Tata tertib aturan sekolah ditegakkan dengan baik dan adanya sangsi bagi yang melanggar 18) Siswa mentaati tata
tertib dan aturan sekolah
19) Guru menyesuaikan setiap pembelajaran di kelas dengan perangkat
pembelajaran yang telah dibuat
20) Guru memberikan umpan balik terhadap pekerjaan siswa 21) Guru memfasilitasi
siswa belajar secara aktif
22) Metode dan strategi
penilaian yang
ditetapkan guru sangat variatif
23) Siswa memiliki
15 16 17 18 19 20 21 22 23
(43)
-kan kepada keberhasi -lan siswa dalam mencapai keteramp i-lan aktivitas yang esensial 8. Komit men yang tinggi dari SDM sekolah terhadap program pendi- dikan
terbaik untuk mencapai belajar yang optimal, baik yang bersifat akademis maupun nonakademis.
b.Siswa memperoleh keterampilan yang essensial
c.Semua guru menerima bahan yang
memadai untuk mengajarkan
ketrampilan yang essensial
a.Guru membantu merumuskan dan
melaksanakan tujuan
pengembangan sekolah
b.Seluruh staf memperkuat dan mendukung kebijakan sekolah dan pemerintah daerah
c.Seluruh staf menunjukkan keprofesionalan dalam bekerja
motivasi untuk
meraih prestasi baik akademik maupun non akademik 24) Siswa mengikuti
kegiatan ekstrakurikuler berdasarkan minat dan bakatnya
25) Guru menerima
bahan yang memadai untuk mengajarkan ketrampilan yang
esensial dalam
kegiatan ekstrakurikuler
26) Guru dilibatkan dalam penyusunan renstra (rencana strategis )sekolah 27) Kontribusi staf
administrasi yang
positif dalam
penyelenggaraan sekolah
28) Seluruh staf bekerja keras sesuai dengan bidangnya 24 25 26 27 28
2.Pengolahan Instrumen Penelitian
Menurut Suharsimi (2009:101) instrumen pengumpul data adalah alat bantu yang dipilih dan digunakan oleh peneliti dalam kegiatannya mengumpulkan agar kegiatan tersebut menjadi sistematis dan dipermudah
(44)
olehnya. Instrumen penelitian ini dilakukan dengan lima tahapan (1) membuat kisi-kisi instrumen penelitian yang membuat tiga variabel penelitian, yaitu kepemimpinan transformasional kepala sekolah, iklim sekolah dan peningkatan efektivitas sekolah, (2) membuat angket dengan sejumlah item-item pernyataan untuk masing-masing variabel yang dapat memberikan informasi tentang faktor-faktor yang mempengaruhi terhadap variabel yang dimaksud, (3) membuat pedoman wawancara terbatas dengan sejumlah pertanyaan sebagai pelengkap dari item-item pernyataan dalam angket, (4) mengkonsultasikan draf instrumen tersebut kepada pembimbing, dan (5) membuat instrumen penelitian sesuai dengan petunjuk pembimbing. Instrumen yang digunakan oleh peneliti adalah berupa angket yang akan disebarkan kepada responden.
Berdasarkan uraian di atas, maka pengumpulan data penelitian dilakukan dengan menggunakan angket tertutup melalui pengembangan instrument penelitian yang lebih menekankan pada pengukuran sikap, yang menggunakan skala sikap yaitu skala Likert, dimana jawaban setiap item instrumen mempunyai gradasi dari sangat positif sampai sangat negatif.
Angket ini terdiri dari tiga buah angket tertutup untuk menggali informasi tentang variabel (X ) yaitu Kepemimpinan transformasional kepala sekolah, variabel (X ) yaitu Iklim sekolah dan variabel (Y) yaitu Efektivitas sekolah, dengan pengukuran ketiga instrumen sebagai berikut:
untuk pertanyaan positif :
(45)
2) SR = Sering diberi bobot 4 3) JR = Jarang diberi bobot 3 4) PR = Pernah diberi bobot 2 5) TP = Tidak Pernah diberi bobot 1
untuk pertanyaan negatif :
1) SL = Selalu diberi bobot 1 2) SR = Sering diberi bobot 2 3) JR = Jarang diberi bobot 3 4) PR = Pernah diberi bobot 4 5) TP = Tidak Pernah diberi bobot 5
Setelah pengembangan kisi-kisi menjadi instrumen, kemudian instrumen diuji cobakan selanjutnya dihitung validitas dan reliabilitas instrumennya.
3. Uji Coba Instrumen a. Validitas Instrumen
Sebelum digunakan instrumen penlitian dilakukan uji coba instrumen. Uji coba dilakukan dengan cara menyebarkan angket tersebut kepada 30 orang guru responden yaitu guru yang mengajar di MTs di kabupaten Purwakarta. Setelah diperoleh data hasil isian dari responden, selanjutnya dilakukan analisis untuk mengetahui validitas dan reliabilitas instrumen dengan menggunakan uji validitas dan reliabilitas. Setelah data ketiga variabel yang diujicobakan
(46)
terkumpul, kemudian diinventarisasi jawabannya dan diolah dengan menggunakan SPSS 19.0 for windows.
Untuk mengetahui tingkat validitas dari setiap nomor item, maka angka koefisien korelasi yang diperoleh yang merupakan korelasi antara skor item dengan skor total item (nilai rhitung) dibandingkan dengan nilai rtabel pada taraf signifikan tertentu dengan kaidah pengujiannya adalah: jika rhitung > nilai rtabel, maka item tersebut dinyatakan valid dan dapat dipakai. sebaliknya jika rhitung < nilai rtabel, maka validitas item tersebut dinyatakan tidak valid dan tidak dapat dipakai.
b. Reliabilitas Instrumen
Setelah menguji validitas setiap instrumen, selanjutnya dilakukan uji reliabilitas atau tingkat keajegan instrumen. Seperti halnya uji validitas untuk menguji reliabilitas instrumen produktivitas guru menggunakan SPSS 19.0 for windods. Kaidah pengujian signitikansinya adalah Jika rhitung > rtabel, maka instrumen itu reliabel dan sebaliknya jika Jika rhitung < rtabel maka instrumen tersebut tidak reliabel.
4. Hasil Uji Coba Validitas Instrumen
a. Hasil Uji Validitas Instrumen Kepemimpinan Transformasional Kepala Sekolah (X1)
Tabel 3.6
Hasil Uji Validitas Item Instrumen Penelitian Variabel Kepemimpinan Transformasional Kepala Sekolah
(47)
Soal α = 0.05; n=30
No.1 ,337 <0.361 Tidak Valid
No.2 ,788 >0.361 Valid
No.3 ,602 >0.361 Valid
No.4 ,146 <0.361 Tidak Valid
No.5 ,944 >0.361 Valid
No.6 ,461 >0.361 Valid
No.7 ,747 >0.361 Valid
No.8 ,756 >0.361 Valid
No.9 ,635 >0.361 Valid
No.10 ,981 >0.361 Valid
No.11 ,923 >0.361 Valid
No.12 ,849 >0.361 Valid
No.13 ,848 >0.361 Valid
No.14 ,884 >0.361 Valid
No.15 ,500 >0.361 Valid
No.16 ,862 >0.361 Valid
No.17 ,971 >0.361 Valid
No.18 ,947 >0.361 Valid
No.19 ,826 >0.361 Valid
No.20 ,887 >0.361 Valid
No.21 ,887 >0.361 Valid
No.22 ,762 >0.361 Valid
No.23 ,873 >0.361 Valid
No.24 ,951 >0.361 Valid
No.25 ,917 >0.361 Valid
No.26 ,888 >0.361 Valid
No.27 ,900 >0.361 Valid
No.28 ,822 >0.361 Valid
No.29 ,742 >0.361 Valid
No.30 ,791 >0.361 Valid
Dari 30 item angket ternyata, item no 1 dan 4 tidak valid,karena tidak memiliki nilai t hitung yang lebih kecil dari t tabel dengan tingkat signifikansi 5%. Setelah dikonsultasikan dengan pembimbing, item 1 dan 4 yang tidak valid sudah dilakukan judgement expert dan diperbaiki bahasanya sehingga sesuai
(48)
dengan kapasitas responden maka item 1 dan 4 layak digunakan dalam penelitian.
b. Hasil Uji Validitas Iklim Sekolah (X2)
Tabel 3.7
Hasil Uji Validitas Item Instrumen Penelitian Variabel Iklim Sekolah Item
Soal
r hitung r table
α = 0.05; n=30
Keputusan
No.1 ,816 >0.361 Valid
No.2 ,604 >0.361 Valid
No.3 ,498 >0.361 Valid
No.4 ,502 >0.361 Valid
No.5 ,945 >0.361 Valid
No.6 ,736 >0.361 Valid
No.7 ,749 >0.361 Valid
No.8 ,880 >0.361 Valid
No.9 ,853 >0.361 Valid
No.10 ,448 >0.361 Valid
No.11 -,393 <0.361 Tidak Valid
No.12 -,124 <0.361 Tidak Valid
No.13 ,834 >0.361 Valid
No.14 ,784 >0.361 Valid
No.15 -,167 <0.361 Tidak Valid
No.16 ,124 <0.361 Tidak Valid
No.17 ,858 >0.361 Valid
No.18 ,299 <0.361 Tidak Valid
No.19 ,200 <0.361 Tidak Valid
No.20 ,295 <0.361 Tidak Valid
No.21 ,455 >0.361 Valid
No.22 ,213 <0.361 Tidak Valid
No.23 ,314 <0.361 Tidak Valid
(49)
No.25 ,922 >0.361 Valid
No.26 ,212 <0.361 Tidak Valid
No.27 ,866 >0.361 Valid
No.28 ,843 >0.361 Valid
No.29 ,620 >0.361 Valid
No.30 ,470 >0.361 Valid
Dari 30 item angket ternyata, item no 11,12,15,16,18,19,20,22,23 dan 26 tidak valid,karena tidak memiliki nilai t hitung yang lebih kecil dari t tabel dengan tingkat signifikansi 5%. Setelah dikonsultasikan dengan pembimbing, item 18,20,23 dan 24 yang tidak valid dieliminasi, sedangkan item 11, 12, 15, 16,19 dan 26 sudah dilakukan judgement expert dan diperbaiki bahasanya sehingga sesuai dengan kapasitas responden. Maka item 11,12,15,16 dan 26 layak digunakan dalam penelitian. Jadi terdapat 26 item soal untuk variabel Iklim Sekolah
c. Hasil Uji Validitas Efektivitas Sekolah (Y) Tabel 3.8
Hasil Uji Validitas Instrumen Penelitian Variabel Efektivitas Sekolah (Y) Item
Soal
r hitung r table
α = 0.05; n=30
Keputusan
No.1 ,665 >0.361 Valid
No.2 ,721 >0.361 Valid
No.3 ,900 >0.361 Valid
No.4 ,448 >0.361 Valid
No.5 ,803 >0.361 Valid
No.6 ,653 >0.361 Valid
No.7 ,225 >0.361 Valid
No.8 ,666 >0.361 Valid
No.9 ,093 <0.361 Tidak Valid
No.10 ,768 >0.361 Valid
No.11 ,495 >0.361 Valid
(50)
No.13 ,866 >0.361 Valid
No.14 -,525 <0.361 Tidak Valid
No.15 ,874 >0.361 Valid
No.16 ,000 <0.361 Tidak Valid
No.17 ,898 >0.361 Valid
No.18 ,114 <0.361 Tidak Valid
No.19 -,086 <0.361 Tidak Valid
No.20 ,525 >0.361 Valid
No.21 -,003 <0.361 Tidak Valid
No.22 ,304 <0.361 Tidak Valid
No.23 ,393 >0.361 Valid
No.24 -,277 <0.361 Tidak Valid
No.25 ,406 >0.361 Valid
No.26 ,680 <0.361 Tidak Valid
No.27 ,388 >0.361 Valid
No.28 ,897 >0.361 Valid
No.29 ,859 >0.361 Valid
No.30 ,871 >0.361 Valid
Dari 30 item angket ternyata, item no 9,14,16,18,19,21,22,24 dan 26 tidak valid, karena tidak memiliki nilai t hitung yang lebih kecil dari t tabel dengan tingkat signifikansi 5%. Setelah dikonsultasikan dengan pembimbing, item 19 dan 26 yang tidak valid dieliminasi, sedangkan item 9, 14, 16, 18, 21, 22 dan 24 sudah dilakukan judgment expert dan diperbaiki bahasanya sehingga sesuai dengan kapasitas responden. Maka item 11,12,15,16 dan 26 layak digunakan dalam penelitian. Jadi terdapat 28 item soal untuk variabel Efektivitas Sekolah
(51)
4.Hasil Uji Coba Reliabilitas Instrumen
a. Hasil Uji Reliabilitas Kepemimpinan Transformasional Kepala Sekolah
Tabel 3.9 Hasil Uji Reliabilitas
Cronbach's Alpha Part 1 Value ,934
N of Items
15a
Part 2 Value ,979
N of Items
15b Total N of Items
30 Correlation Between Forms
,951 Spearman-Brown
Coefficient
Equal Length
,975 Unequal Length
,975 Guttman Split-Half Coefficient
,949
Pengujian reliabilitas dilihat dari nilai Guttman Split-Half Coefficient sebesar = 0,949 . Korelasi berada pada kategori sangat kuat, bila dibandingkan dengan r hiting (0.949) > r tabel (0.361). Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa instrumen kepemimpinan transformasional kepala sekolah tersebut reliabel.
b. Hasil Uji Reliabilitas Iklim Sekolah (X2)
Tabel 3.10 Hasil Uji Realibilitas
Cronbach's Alpha Part 1 Value ,899
(52)
Part 2 Value
,800 N of Items
15b Total N of Items
30 Correlation Between Forms
,733 Spearman-Brown
Coefficient
Equal Length
,846 Unequal Length
,846 Guttman Split-Half Coefficient
,837
Pengujian reliabilitas dilihat dari nilai Guttman Split-Half Coefficient sebesar = 0,837 . Korelasi berada pada kategori sangat kuat,bila dibandingkan dengan r hiting (0.837) > r tabel (0.361). Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa instrumen iklim sekolah tersebut reliabel untuk digunakan sebagai penelitian.
c. Hasil Uji Reliabilitas Efektivitas Sekolah (Y) Tabel 3.11
Reliability Statistics
Cronbach's Alpha Part 1 Value ,872
N of Items 15a
Part 2 Value ,801
N of Items 15b
Total N of Items 30
Correlation Between Forms ,923
Spearman-Brown Coefficient
Equal Length ,960
Unequal Length ,960
Guttman Split-Half Coefficient ,949
Pengujian reliabilitas dilihat dari nilai Guttman Split-Half Coefficient sebesar = 0,949 . Korelasi berada pada kategori sangat kuat, bila dibandingkan dengan r hiting (0.949) > r tabel (0.361). Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa instrumen efektivitas sekolah tersebut reliabel untuk digunakan sebagai penelitian.
(53)
Setelah selesai perhitungan uji coba instrumen dan dilakukan revisi dan eleminasi terhadap item-item yang tidak valid, maka instrumen untuk tiga variabel penelitian yaitu kepemimpinan transformasional kepala sekolah, iklim sekolah, dan efektivitas sekolah disebarkan.
Penyebaran instrumen sebanyak 292 angket ditambah 8 angket cadangan sehingga menjadi 300 angket yang di dalamnya memuat tiga variabel dengan 30 item pernyataan untuk variabel kepemimpinan transformasional kepala sekolah, 26 item pernyataan untuk variabel iklim sekolah, dan 28 item pernyataan untuk variabel efektivitas sekolah.
Rencana penyebaran pada bulan Desember minggu ke 4 tahun 2011, sebanyak 292 angket ditambah 8 angket cadangan sehingga menjadi 300 item pertanyaan mulai disebarkan kepada responden yaitu guru-guru SMP Negeri se- kabupaten Purwakarta yang telah tercatat sebagai sampel. Bersamaan dengan penyebaran angket tadi, dilakukan pula wawancara secara tidak langsung dan terbatas dengan kepala sekolah dan guru untuk menyerap berbagai informasi yang berkaitan dengan kandungan isi angket tersebut.
Pada minggu kedua bulan Januari 2012, dari 300 angket yang disebarkan, berhasil dikumpulkan sebanyak 292 angket. Dengan demikian 292 angket inilah yang akan diolah dan diproses untuk mendapatkan informasi tentang kepemimpinan transformasional kepala sekolah, iklim sekolah dan efektivitas sekolah pada SMP Negeri se-Kabupaten Purwakarta.
(54)
Pengolahan dan pemrosesan 292 angket yang berhasil dikumpulkan, dengan responden guru maka teknik analisis yang digunakan adalah dengan menggunakan statistik deskriptif dan statistik Inferensial. Menurut Sugiyono (2001:112) statistik deskriptif adalah statistik yang digunakan untuk menganalisis data dengan cara mendeskripsikan atau menggambarkan data yang telah terkumpul sebagaimana adanya tanpa bermaksud membuat kesimpulan yang berlaku untuk umum atau generalisasi. Sedangkan statistik inferensial adalah teknik statistik yang digunakan untuk menganalisis data sampel dan hasilnya diberlakukan untuk populasi. Statistik ini cocok digunakan bila sampel diambil dari populasi yang jelas, dan teknik pengambilan sampel dari populasi itu dilakukan secara random. Prosedur pengolahan yang ditempuh dalam penelitian ini melalui tahapan-tahapan sebagai berikut :
1. Tahap Analisis Data
Pada tahap ini peneliti berupaya menyelidiki secara mendalam tentang data yang berhasil diperoleh peneliti selama penelitian berlangsung, sehingga dapat diketahi makna dan keadaan yang sebenarnya dari apa yang diteliti. Dalam proses analisis data dilakukan melalui tahapan-tahapan kegiatan sebagai berikut :
a. Seleksi Data
Setelah data terkumpul dengan tujuan untuk memilih dan memilah data-data yang sudah lengkap, bila terdapat data-data yang salah dalam pengisian, maka data tersebut tidak dapt diproses atau diolah lebih lanjut.
(55)
Setelah proses penyeleksian data dianggap selesai, maka dilakukan tabulasi data, yaitu mencatat dan memberikan skor terhadap setiap data hasil penelitian sesuai dengan bobot masing-masing alternatif jawaban yang tercantum pada angket, serta memasukan data ke tabulasi data untuk masing-masing variabel. Setelah itu dilakukan pemberian skor pada setiap alternatif jawaban yang diberikan oleh responden sesuai dengan bobot nilai yang telah ditetapkan, yaitu pernyataan pada masing-masing variabel memiliki lima kriteria jawaban dengan pemberian skor mulai 1, 2, 3, 4, 5.
c. Menghitung skor Masing-masing Vaiabel
variabel diberikan skor dengan prosentase setiap variabel X1, X2 dan Y. Hal ini dilakukan untuk mengetahui kecenderungan umum jawaban responden terhadap setiap variabel penelitian, dengan formula sebagai berikut :
P = ��
�
Keterangan : P = Prosentase skor rata-rata yang dicari
,
X = Jumlah skor hasil penelitian N = Skor ideal setiap variabelDalam menetapkan kriteria kategori untuk mengukur skor yang didapat masing-masing aspek tersebut digunakan skala pengukuran dengan lima kategori sesuai dengan lima aspek pilihan jawaban. Kemudian dikonsultasikan dengan kriteria yang dikembangkan dari kriteria yang telah ditetapkan oleh Akdon dan Hadi (2005:120) yang dimulai dari prosentase yaitu :
(56)
Prosentase Y X1 X2 0 % - 20 % Sangat Rendah Sangat Lemah Tidak Baik
21 % - 40 % Rendah Lemah Kurang Baik
41 % - 60 % Cukup Cukup Cukup
61 % - 80 % Tinggi Kuat Baik
81 % - 100 % Sangat Tinggi Sangat Kuat Sangat Baik
d. Uji Normalitas untuk setiap variabel
Uji normalitas bertujuan untuk mengetahui apakah data berdistribusi normal atau tidak sebaran data yang digunakan dalam penelitian. Karena persyaratan data yang akan dianalisis dengan menggunakan analisis statistik parametrik atau inferensial melalui teknik korelasi dan regresi harus berdistribusi normal Hal ini menurut Sujana (1992:150), memngemukakan pentingnya data berkontribusi normal, karena menurutnya “ .... teori-teori menaksir dan menguji hipotesis, dianut berdasarkan kepada asumsi bahwa populasi yang diselidiki berkontribusi normal, .... jika asumsi ini tidak dipenuhi .... maka kesimpulannya berdasarkan teori ini tidak berlaku “.
Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa dengan melakukan uji normalitas data, dapat diketahui sebaran data tiap variabel tidak akan menyimpang dari karakteristik data yang berdistribusi normal, atau tidak, maka akan dapat diketahui dan ditentukan pada jenis statistik apa yang dapat digunakan dalam menganalisis data.
(57)
n 1 i 2 n 1 i n 1 i 2 n 1 i n 1 i n 1 i n 1 i yx Xi Yi n Xi Xi n Yi xi XiYi n rUntuk lebih mengefektifkan proses uji normalitas data, maka pelaksanaan pengujian dilakukan dengan menggunakan program komputer SPSS Versi 17, yaitu uji one sample Kolmogorov-Smirnov Test.
e. Penentuan Uji Linieritas
Uji linieritas bertujuan untuk mengetahui hubungan linier antar variabel prediktor dengan variabel kriterium. Adapun rumus yang digunakan dengan menggunakan rumus Freg dari Sutrisno Hadi (2000:14). Untuk interprestasinya, jika F hitung lebih kecil dari F tabel maka berarti hubungan antara variabel bebas dan terikat linier, namun jika F hitung lebih besar dari F tabel maka berarti hubungan antara variabel bebas dan terikat bersifat tidak linier.
Selanjutnya dalam menganalisis data, digunakan teknik korelasi dan regresi. Adapun pengujian analisis data dimaksud yaitu :
f. Analisis Korelasi
Dalam penelitian ini metode yang digunakan adalah metode survei untuk mengkaji dua variabel secara partial. Pengkajian penelitian ini menggunakan korelasi Product moment dengan rumus :
dimana : (Sugiyono, 2006: 212)
rxy : Korelasi x dan y yang dicari n : banyaknya responden
(58)
X : Variabel Bebas Y : Variabel Terikat
Selanjutnya harga r di konsultasikan dengan harga yang tertera pada r tabel “product moment” . Jika r hitung > r tabel maka terdapat hubungan yang positif dan apabila r hitung < r tabel maka tidak terdapat hubungan yang postif.
Setelah diketahui nilai korelasi secara partial maka untuk menguji tingkat signifikannya dilakukan uji signifikan dengan rumus sebagai berikut:
hit
2 1
2 r n r
(Sugiyono, 2006: 214)
Setelah didapatkan nilai t-hitung melalui rumus di atas, maka untuk menginterpretasikan hasilnya berlaku ketentuan sebagai berikut:
- Jika t-hitung > t-tabel (ada hubungan yang signifikan) - Jika t-hitung < t-tabel (tidak ada hubungan yang signifikan)
Untuk mengetahui t-tabel digunakan ketentuan n-2 pada level of
significance () sebesar 5% (tingkat kesalahan 5% atau 0,05) atau taraf keyakinan 95% atau 0,95. Jadi apabila tingkat kesalahan suatu variabel lebih dari 5% berarti variabel tersebut tidak signifikan. Berikut adalah tabel pedoman untuk memberikan interpretasi koefisien korelasi sebagai berikut :
Tabel 3.12
Interpretasi Koefisien korelasi
Interval Koefisien Tingkat Hubungan 0,000 - 0,199
0,200 - 0,399 0,400 - 0,599
Sangat Rendah Rendah Sedang
(59)
0,600 - 0,799 0,800 - 1,000
Tinggi Sangat Tinggi Sumber (Sugiyono, 2006: 214).
Setelah diketahui nilai korelasi secara ganda maka untuk menguji tingkat signifikannya dilakukan uji signifikan dengan rumus sebagai berikut :
1
/
1
/ 2
2
k n R
k R F
(Sugiyono, 2006: 223) Dimana :
R = Koefisien korelasi ganda k = Jumlah variabel independen n = Jumlah guru sampel
Pengujian menggunakan uji F dengan kriteria pengambilan keputusan adalah sebagai berikut:
Terima Ho bila Fhitung ≤ Ftabel atau signifikan F > α
Tolak Ho (Terima H1 ) bila Fhitung > Ftabel atau signifikan F < α
Pengujian dilakukan pada confidence interval 95% atau level of test α = 5 % dengan degree of fredom pembilang df 1 = k -1 dan df 2 = n – k dimana k = jumlah variabel penelitian.
g. Analisa Regresi
Analisis regresi adalah teknik statistikal yang digunakan untuk mengukur hubungan antara satu variable dependent (Y) dengan dua variable independent (Xi). Analisa regresi digunakan untuk mendapatkan informasi agar tujuan penelitian dapat tercapai, regresi dapat dipakai untuk memperkirakan variabel
(1)
sekolah dengan mencari gagasan-gagasan baru. Melalui dialog-dialog ini segala permasalahan yang dihadapi dan upaya pemecahannya dapat diselesaikan dengan rasa kekeluargaan dan semangat untuk meningkatkan kualitas sekolah.
3. Iklim Sekolah di SMP Negeri Se-Kabupaten Purwakarta sudah relatif baik. Perlu meningkatan pada dimensi perlunya dukungan pemimpin dalam menjalankan tugas yaitu kepala sekolah perlu menugaskan kepada pembantu kepala sekolah urusan kurikulum untuk dapat merencanakan pembagian tugas mengajar secara cermat, menerima segala masukan dari guru dan selalu mensosialisasikan kebijakan-kebijakan sekolah yang telah dibuat agar dapat dipahami oleh seluruh guru dan staf sekolah. Iklim yang dinamis yang membuat suasana sekolah kondusif dan semua anak dapat belajar harus terus dikembangkan karena akan berdampak pada peningkatan kualitas sekolah.
4. Bagi peneliti selanjutnya untuk mengetahui berbagai hal atau faktor yang mempengaruhi efektivitas sekolah, maka layaklah dilakukan penelitian lebih lanjut yang sejenis dengan mengkaji berbagai variabel lainnya seperti kualitas kurikulum / kesempatan belajar, keterlibatan orang tua, waktu belajar yang efektif, ekspektasi guru dan staf tinggi
(2)
(3)
(4)
DAFTAR PUSTAKA
Akdon dan Hadi,S (2004) Aplikasi Statistik dan Metode penelitian untuk Administrasi dan Manajemen,Bandung :Dewa Ruchi
Arikunto, S. (2005). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik, Jakarta : PT Rineka Cipta.
Arikunto, S.(2009). Manajemen Penelitian, Jakarta : Rineka Cipta Emilia, E (2009). Menulis Tesis dan Desertasi, Bandung : CV. Alfa Beta
Goleman D, Boyatzis R and McKee A (2007). Kepemimpinan Berdasarkan Kecerdasan Emosi, Jakarta : PT Gramedia Pustaka Utama
Kementerian Pendidikan Nasional (2010).Era Mutu SMP. Jakarta. Kemendiknas K.Hoy dan Miskel (2008) Educational Administration. New York : Mc Graw Hill Komariah dan Triatna (2004). Visionary Leadership Menuju Sekolah Efektif,
Jakarta : Bumi Aksara.
Macbeath dan Mortimore (2005). Improving School Effectiveness, Jakarta : PT Gramedia Widiasarana Indonesia
McMillan and Schumacher (2001) Research in Education A Conceptual Introduction :United State : Addison Wesley Longman.Inc
Mulyasa, H.E (2011) Manajemen dan Kepemimpinan Kepala Sekolah,Jakarta:Bumi Aksara
Ninan Matius (2006). “Iklim (Etos Kerja) Sekolah dan Dampak Terhadap Sekolah Efektif “ Makalah pada Konggres Internasional Untuk Peningkatan Sekolah Efektif. Fort Landerdate. AS
Permadi dan Daeng (2007). Kepemimpinan Transformasional Kepala Sekolah dan Komite Sekolah, Bandung: PT Sarana Panca Karya Nusa.
Permadi, D (2001), Manajemen Berbasis Sekolah dan Kepemimpinan Mandiri Kepala Sekolah, Bandung : PT Sarana Panca Karya Nusantara
(5)
Riduwan dan Kuncoro (2010). Cara Menggunakan dan Memaknai Path Analysis. Bandung : PT Alfabeta
Riduwan dan Sunarto (2007) Pengantar Statistik untuk Penelitian Pendidikan, Sosial, Ekonomi, Komunikasi dan Bisnis, Bandung : CV. Alfabeta
Sagala, S (2006). Manajemen Berbasis Sekolah dan Masyarakat, Jakarta : PT Nimas Multima
Sagala, S (2010) Manajemen Strategik dalam Peningkatan Mutu Pendidikan, Bandung:CV Alfabeta
Sa’ud, U (2007). Modul Metode Penelitian Pendidikan Dasar, Bandung:UPI Sa’ud,U (2011). Pengembangan Profesi Guru, Bandung : CV Alfabeta
Soetopo, H (2010). Perilaku Organisasi, Bandung : PT. Remaja Rosda Karya Sudarminto. (2005) Analisis Regresi Linear Ganda dengan
SPSS,Yogyakarta:Graha Ilmu
Sugiyono (2001). Metode Penelitian Administrasi, Bandung : CV Alfabeta Sugiyono (2005) Statistik untuk Penelitian, Bandung : CV Alfabeta
Suhaeli. (2011) “ Studi Tentang Sekolah Efektif Pada SMAN di Propinsi Jawa Barat”. Jurnal Administrasi Pendidikan .2,(XIII), 1-8
Suharsaputra,U (2010) Administrasi Pendidikan, Bandung PT. Refika Aditama Sutisna Oteng (1993). Administrasi Pendidikan, Bandung : Angkasa
Sutrisno, H (1988). Statistik 2, Yogyakarta: Andi Offset
Usman, Muhammad. (2003). Menjadi Guru Profesional. Bandung : PT Remaja Rosdakarya.
UU RI. No. 20 Tahun 2003. Sistem Pendidikan Nasional. Jakarta : Depdiknas. UU RI No. 14 Tahu 2005. Guru dan Dosen. Jakarta : BP Bina Dharma
Yukl Garry (2009) Kepemimpinan Dalam Organisasi,Jakarta : PT Macanan Jaya Cemerlang
(6)