KONTRIBUSI KOMUNIKASI ORGANISASI DAN PERILAKU KEPEMIMPINAN KEPALA SEKOLAH TERHADAP EFEKTIVITAS KINERJA SMP NEGERI DI KABUPATEN PURWAKARTA.

(1)

i

TERHADAP EFEKTIVITAS KINERJA SMP NEGERI DI KABUPATEN PURWAKARTA

TESIS

Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Dari Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Magister Pendidikan

Pada Program Studi Aministrasi Pendidikan

Oleh:

TITIN KURAESIN 1004854

PROGRAM STUDI ADMINISTRASI PENDIDIKAN

SEKOLAH PASCA SARJANA

UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

2013


(2)

ii

KONTRIBUSI KOMUNIKASI ORGANISASI

DAN PERILAKU KEPEMIMPINAN KEPALA SEKOLAH TERHADAP EFEKTIVITAS KINERJA SMP NEGERI

DI KABUPATEN PURWAKARTA

DISETUJUI DAN DISAHKAN OLEH PEMBIMBING: Pembimbing I,

Prof. Dr. H. Johar Permana,M.A NIP. 19590814 198503 1 004

Pembimbing II,

Dr. Hj. Aan Komariah,M.Pd. NIP. 19700524 199402 2 001

Diketahui oleh

Ketua Program Studi Administrasi Pendidikan

Prof.Udin Saefudin Saud,Ph.D. NIP. 19530612 198103 1 003


(3)

iii

Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis yang berjudul “KONTRIBUSI

KOMUNIKASI ORGANISASI DAN PERILAKU KEPEMIMPINAN KEPALA SEKOLAH TERHADAP EFEKTIVITAS KINERJA SMP NEGERI DI KABUPATEN PURWAKARTA” ini dan seluruh isinya adalah benar – benar karya saya sendiri, dan saya tidak melakukan penjiplakan atau pengutipan dengan cara – cara yang tidak sesuai dengan etika ilmu yang berlaku dalam masyarakat keilmuan. Atas pernyataan tersebut, saya siap menanggung risiko yang dijatuhkan kepada saya apabila dikemudian hari ditemukan adanya pelanggaran terhadap etika keilmuan dalam karya ini, atau ada klaim dari pihak lain terhadap karya saya.

Bandung, Januari 2013 Yang membuat pernyataan,

Titin Kuraesin NIM.1004854


(4)

iv

ABSTRAK

KONTRIBUSI KOMUNIKASI ORGANISASI

DAN PERILAKU KEPEMIMPINAN KEPALA SEKOLAH TERHADAP EFEKTIVITAS KINERJA SMP NEGERI

DI KABUPATEN PURWAKARTA

Titin Kuraesin NIM: 1004854

Penelitian ini dilatarbelakangi oleh dampak yang muncul dari belum efektifnya pengelolaan sistem organisasi di SMP Negeri Purwakarta yang berimbas pada rendahnya kualitas pengelolaan sekolah. Hal tersebut di antaranya disebabkan oleh faktor perilaku kepemimpinan kepala sekolah yang terbatas dan pola komunikasi organisasi yang kurang efektif. Kondisi itulah yang menjadi fokus perhatian dalam penelitian ini.

Permasalahan yang ingin dipecahkan melalui penelitian ini adalah bagaimana kondisi empirik komunikasi organisasi, perilaku kepemimpinan kepala sekolah, dan komunikasi organisasi terhadap efektifitas kinerja sekolah? serta seberapa besar kontribusi antara komunikasi organisasi dengan efektifitas kinerja sekolah dan kontribusi perilaku kepemimpinan kepala sekolah terhadap efektifitas kinerja SMP Negeri di Kabupaten Purwakarta?

Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini yaitu pendekatan kuantitatif dengan metode survei. Populasinya adalah guru SMP Negeri pada 39 SMP Negeri di Kabupaten Purwakarta. Penentuan sampel penelitian secara

proportionate stratified random sampling atau pengabilan sampel terstrata secara

proporsional sebanyak 117 guru. Penjaringan data menggunakan kuesioner dan dianalisis menggunakan analisis korelasi dan regresi.

Hasil penelitian disimpulkan bahwa terdapat pengaruh yang signifikan antara komunikasi organisasi, perilaku kepemimpinan kepala sekolah terhadap efektivitas kinerja sekolah pada SMP Negeri di Kabupaten Puwakarta.

Hasil penelitian ini menyarankan bahwa untuk menindaklanjuti kelemahan pada aspek komunikasi organisasi, perlu penerapan komunikasi secara fleksibel dengan diawali upaya untuk menumbuhkan perhatian komunikan serta penanaman kebiasaan dan pola berkomunikasi yang mendorong pengungkapan gagasan. Dari aspek perilaku kepemimpinan kepala sekolah, kepala sekolah harus menyadari tanggungjawabnya dan memahami serta mengetahui tugas, kewenangan, hak, kewajiban, tanggungjawab, pertanggungjawaban kepemimpinan, serta kemampuan dan keandalan dengan visi, misi, dan fokus untuk bekerja.

Penelitian ini hanya sebagian kecil dari faktor-faktor yang mempengaruhi terhadap peningkatan efektivitas kinerja sekolah, sehingga diperlukan penelitian lebih lanjut dari faktor-faktor lain yang dapat mempengaruhi dan meningkatkan efektivitas kinerja sekolah.


(5)

viii

ABSTRAK ………. iv

KATA PENGANTAR ……… v

UCAPAN TERIMA KASIH ... vi

DAFTAR ISI ……….. viii

DAFTAR TABEL ……….. xi

DAFTAR GAMBAR……….. xiii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Identifikasi dan Perumusan Masalah ... 9

1. Identifikasi Masalah ... 9

2. Perumusan Masalah ... 10

C. Tujuan Penelitian ... 12

1. Tujuan Umum ... 12

2. Tujuan Khusus ... 12

D. Manfaat Penelitian ... 13

1. Manfaat Teoretis ... 13

2. Manfaat Praktis ... 13

E. Struktur Organisasi ... 13

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS PENELITIAN ... 15

A. Kajian Pustaka ... 15

1. Komunikasi Organisasi ... 15

2. Perilaku Kepemimpinan ... 42

3. Efektifitas Kinerja Sekolah ... 98

B. Kerangka Pemikiran ... 113

C. Hipotesis Penelitian ... 118

BAB III METODE PENELITIAN ... 120

A. Lokasi Subjek, Populasi, dan Sampel Penelitian ... 120


(6)

ix

3. Sampel Penelitian ... 121

B. Metode Penelitian ... 124

C. Definisi Operasional ... 125

D. Instrumen Penelitian ... 131

E. Pengujian Instrumen ... 134

F. Analisis Data ... 141

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN... 155

A. Hasil Penelitian ... 155

1. Variabel (X1) ………... 155

2. Variabel (X2) ………... 157

3. Variabel (Y) ………... 159

B. Pembahasan ... 179

1. Proses Komunikasi Organisasi pada SMP-SMP Negeri di Kabupaten Purwakarta ... 180

2. Perilaku Kepemimpinan Kepala Sekolah pada SMP-SMP Negeri di Kabupaten Purwakarta ... 184

3. Efektivitas Kinerja Sekolah pada SMP-SMP Negeri di Kabupaten Purwakarta ... 186

4. Kontribusi Komunikasi Organisasi terhadap Efektivitas Kinerja Sekolah pada SMP-SMP Negeri di Kabupaten Purwakarta ... 191

5. Kontribusi Perilaku Kepemimpinan Kepala Sekolah terhadap Efektivitas Kinerja Sekolah pada SMP-SMP Negeri di Kabupaten Purwakarta ... 194

6. Kontribusi antara Komunikasi Organisasi dan Perilaku Kepemimpinan Kepala Sekolah terhadap Efektivitas Kinerja Sekolah pada SMP-SMP Negeri di Kabupaten Purwakarta ... 198


(7)

x

A. Kesimpulan ... 203

B. Rekomendasi ... 206

DAFTAR PUSTAKA ... 210


(8)

xi

Tabel 3.1 Populasi dan Sampel Penelitian ... 123

Tabel 3.2 Kisi-kisi Instrumen Komunikasi Organisasi ... 132

Tabel 3.3 Hasil Uji Validitas Item Instrumen Pada Variabel X1 ... 136

Tabel 3.4 Hasil Uji Validitas Item Instrumen Pada Variabel X2 ... 137

Tabel 3.5 Hasil Uji Validitas Item Instrumen Pada Variabel Y ... 138

Tabel 3.6 Hasil Uji Reliabilitas Instrumen Masing-masing Variabel ... 140

Tabel 3.7 Hasil Uji Reliabilitas Instrumen Seluruh Variabel ... 140

Tabel 3.8 Klasifikasi Skor Data Penelitian ... 142

Tabel 3.9 Kriteria Skor Rata-rata Variabel …. ... 143

Tabel 4.1 Distribusi Frekuensi Data Variabel (X1) ………. ... 155

Tabel 4.2 Distribusi Frekuensi Data Variabel (X2) ... 157

Tabel 4.3 Distribusi Frekuensi Data Efektivitas Kinerja Sekolah (Y) ... 159

Tabel 4.4 Rata-rata Kecenderungan Data Variabel Penelitian ... 152

Tabel 4.5 Normalitas Data Variabel (X1) ... 162

Tabel 4.6 Normalitas Data Variabel (X2) ... 162

Tabel 4.7 Normalitas Data Variabel (Y)………... 163

Tabel 4.8 Normalitas Data Variabel Penelitian ... 163

Tabel 4.9 Linieritas Variabel (X1) dan (Y) ….…... 164

Tabel 4.10 Linieritas Variabel (X2) dan (Y) ….…... 165

Tabel 4.11 Rekapitulasi Hasil Linieritas ………. ... 165

Tabel 4.12 Persamaan Regresi (X1) dan (Y) …. ... 168

Tabel 4.13 Hasil Uji Makna Persamaan Regresi (Y) atas (X1) ... 169

Tabel 4.14 Korelasi Variabel (X1) dan (Y) ………... 170

Tabel 4.15 Koefisien Determinasi (X1) terhadap (Y) …………... ... 171

Tabel 4.16 Persamaan Regresi (Y) atas (X2) ………... 171

Tabel 4.17 Hasil Uji Makna Persamaan Regresi (Y) atas (X2) ... 172

Tabel 4.18 Korelasi Variabel (X2) dan (Y) ... 173

Tabel 4.19 Koefisien Determinasi (X2) terhadap (Y) …………... 174


(9)

xii

Tabel 4.22 Hasil Pengujian Signifikansi ... 177 Tabel 4.23 Koefisien Determinasi (X1) dan (X2) terhadap (Y) ... 178 Tabel 4.24 Rekapitulasi Hasil Hipotesis ………... 179


(10)

xiii

Gambar 2.1 Konsep Komunikasi Joharry’s Window ... 18 Gambar 2.2 Model Proses Komunikasi ... 22 Gambar 2.3 Kepribadian Kepala Sekolah ... 97 Gambar 2.4 Keterkaitan Antar Standar Komponen Penyelenggaraan

Sekolah ... 101 Gambar 2.5 Kontribusi Komunikasi Organisasi dan Perilaku

Kepemimpinan terhadap Efektifitas Kinerja Sekolah ... 118 Gambar 2.6 Hubungan antar Variabel Penelitian ... 119 Gambar 4.1 Gambaran Kondisi Komunikasi Organisasi pada

SMP-SMP Negeri di Kabupaten Purwakarta ... 156 Gambar 4.2 Gambaran Kondisi Perilaku Kepemimpinan Kepala Sekolah

pada SMP-SMP Negeri di Kabupaten Purwakarta ... 158 Gambar 4.3 Gambaran Efektivitas Kinerja Sekolah pada

SMP-SMP Negeri di Kabupaten Purwakarta ... 160 Gambar 4.4 Model Koefisien Determinasi Variabel (X1), (X2) terhadap


(11)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan dipandang sebagai suatu proses untuk membina dan mengantarkan peserta didik agar dapat menemukan kemandiriannya, sehingga pendidikan menjadi suatu aktivitas pendewasaan diri seseorang. Sebagaimana tertuang dalam UU No. 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, pasal 1 ayat 1 bahwa:

Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif

mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.

Batasan tersebut menyiratkan bahwa pendidikan merupakan suatu proses kegiatan untuk mentransformasikan nilai-nilai kepribadian dari segenap komponen pendidikan untuk mencapai tujuan pendidikan yang memuat gambaran tentang sistem nilai, keluhuran, kebenaran, dan keindahan dalam kehidupan. Hal ini selaras dengan tujuan Pendidikan Nasional yang diarahkan pada berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab (UU No. 20 Tahun 2003 pasal 2).

Untuk mencapai tujuan tersebut, Sistem Pendidikan Nasional dibangun dalam kerangka dasar yang digali dari akar budaya dan falsafah


(12)

bangsa dengan menitikberatkan pada persaingan global dalam peradaban bangsa dan dunia. Terlebih lagi, Indonesia saat ini berada di tengah-tengah persaingan global, baik dalam bidang ekonomi, politik, sosial maupun pendidikan dengan dimulainya AFTA (Asean Free Trade Area) dan AFLA (Asean Free Labour Area) pada tahun 2003. Sehingga setiap individu bangsa Indonesia harus memiliki keahlian dan keterampilan yang mampu bersaing dengan bangsa lain, khususnya dalam dunia kerja. Hal itu baru dapat terwujud apabila kualitas pendidikan yang diterapkan telah mampu mencapai tujuannya secara optimal.

Relevansi kualitas pendidikan dengan kehidupan masyarakat secara global, merupakan persoalan tersendiri bagi bangsa Indonesia yang menuntut perhatian dan penanganan serius dari seluruh komponen bangsa. Peningkatan mutu pendidikan menjadi salah satu kebijakan untuk mencapai tujuan pembangunan nasional yang diselenggarakan secara terencana, teratur, terarah, dan berkesinambungan.

Berbagai upaya ke arah itu terus dilakukan, seperti penyempurnaan kurikulum, penigkatan profesionalime guru, ketersediaan sarana dan prasarana yang memadai dan memenuhi persyaratan teknis pendidikan. Salah satu upaya pemerintah dalam meningkatkan relevansi kualitas pendidikan ini antara lain dilaksanakan melalui upaya perubahan kurikulum dan metode mengajar, peningkatan sarana dan prasarana pendidikan, peningkatan buku sumber belajar, peningkatan sumber daya manusia (khususnya guru), serta pengembangan manajemen penyelenggaraan pendidikan secara keseluruhan.


(13)

Pengembangan dalam aspek manajemen pendidikan dibakukan melalui penetapan Standar Nasional Pendidikan (SNP) yang meliputi standar isi, standar proses, standar kelulusan, standar pendidik dan tenaga kependidikan, standar sarana dan prasarana, standar pengelolaan, standar pembiayaan dan standar penilaian pendidikan (PP No. 19 tahun 2005 pasal 1). Di samping itu, kualitas pendidikan dipengaruhi pula oleh sistem pengelolaan pendidikan di sekolah serta kinerja guru. Sistem pengelolaan pendidikan di sekolah dilandasi oleh visi dan misi sekolah yang diarahkan untuk mencapai tujuan pendidikan itu sendiri. Tujuan persekolahan dalam hal ini adalah menjamin kompetensi minimal dalam keterampilan dan pemahaman yang telah ditentukan bagi semua anak. Hal ini menuntut sekolah untuk memiliki kemampuan dalam menyusun rencana serta melaksanakan proses pengembangan sumber daya manusia atau personal sekolah, termasuk peserta didiknya.

Sekolah harus memiliki kinerja yang mampu menunjukan peningkatan keberhasilan dalam pencapaian tujuan pendidikan secara keseluruhan. Dalam hal ini, kinerja sekolah berhubungan erat dengan pemenuhan sasaran individu dan akan memberikan sumbangan kepada sasaran organisasi, karena itu menjadi tugas penting bagi pihak penyelenggara sekolah untuk merumuskan serta menerapkan mekanisme kinerja yang tepat serta terselenggaranya manajemen yang efektif, termasuk dalam hal komunikasi organisasi dan perilaku kepemimpinan.


(14)

Penyelenggaraan manajemen sekolah tidak dapat dipisahkan dari perilaku kepemimpinan yang diterapkan kepala sekolah dalam menjalankan perannya sebagai seorang “top leader”. Hal ini disebabkan oleh adanya

keterikatan yang kuat antara model kepemimpinan (leadership model) yang diterapkan oleh kepala sekolah dengan efektivitas proses pendidikan di sekolah secara keseluruhan (Glatthorn, 2000). Pernyataan tersebut pada dasarnya berakar pada konsep kepemimpinan pendidikan yang bermuara pada pembentukan dan pengembangan potensi sumber daya manusia (warga sekolah) melalui pemanfaatan sumber daya organisasi yang efektif serta pengetahuan dan keterampilan kepemimpinan. Pembentukan dan pengembangan potensi sumber daya manusia di sekolah ini dapat berlangsung dengan baik apabila ditunjang oleh perilaku kepemimpinan kepala sekolah yang handal dan sistem komunikasi organisasi yang efektif.

Kontribusi komunikasi organisasi terhadap pengembangan potensi sumber daya manusia dalam suatu sekolah sebagaimana dikemukakan tadi memegang peranan yang sangat penting, baik komunikasi secara vertikal maupun horizontal, komunikasi verbal maupun non verbal. Berkenaan dengan hal tersebut, Robbins (2006:391) mengemukakan bahwa, “Riset menunjukan bahwa salah satu kekuatan yang paling menghambat suksesnya kinerja kelompok adalah kurangnya komunikasi yang efektif. Seseorang yang tidak dapat berkomunikasi dan terisolir dari sesamanya akan mengakibatkan gangguan kejiwaan”.


(15)

Sementara itu, guru sebagai salah satu komponen tenaga kependidikan memiliki peran yang sangat vital dalam peningkatan kualitas pendidikan, khususnya di sekolah. Guru dalam hal ini memiliki peran dan tanggung jawab yang besar dalam proses pencapaian tujuan pendidikan. Tugas guru bukan hanya sebatas mentransfer ilmu dan pengetahuan serta seperangat keterampilan teknis mengajar peserta didik dalam proses pembelajaran di kelas. Namun lebih dari itu, seorang guru harus mampu membimbing, mengembangkan potensi, serta memobilisasi peserta didik dalam belajar untuk dapat berkembang lebih optimal.

Sehingga dapat dikatakan bahwa guru merupakan titik sentral dalam pencapaian tujuan pendidikan nasional. Perhatian terhadap kualitas dan kompetensi guru ini diberikan pemerintah melalui penetapan kualifikasi, kompetensi, dan sertifikasi (UU No. 14 tahun 2005). Kompetensi yang dimaksud meliputi kompetensi pedagogik, kompetensi kepribadian kompetensi sosial, dan kompetensi profesional.

Sebagaimana telah dikemukakan bahwa kualitas kinerja sebuah organisasi tidak luput dari kompetensi pimpinan organisasi yang bersangkutan, demikian pula halnya dengan organisasi sekolah. Keberhasilan pencapaian tujuan sekolah dapat terwujud apabila manajemen sekolah dikelola secara tepat oleh pemimpin yang tepat pula.

Kompetensi kepala sekolah sebagaimana yang dipersyaratkan dalam Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 13 tahun 2007, tentang Standar Kepala Sekolah/Madrasah belum cukup untuk


(16)

menjamin keberhasilan sekolah dalam mencapai visi dan misi yang ditetapkan. Karena itu perlu ditambah dengan kompetensi-kompetensi yang lain yang berkaitan dengan tugas dan fungsi kepala sekolah. Mengingat dalam pengelolaan satuan pendidikan, kepala sekolah mempunyai kedudukan yang strategis dalam mengembangkan sumber daya sekolah, terutama memberdayakan guru dalam mencapai tujuan pendidikan yang telah ditetapkan.

Dalam memberdayakan lingkungan sekolah dan masyarakat sekitar, kepala sekolah merupakan kunci keberhasilan pencapaian tujuan sekolah khususnya dan tujuan pendidikan pada umumya. Berkaitan dengan pendelegasian wewenang kepada kepala sekolah, agar wewenang yang diberikan berjalan dengan baik, maka diperlukan kepala sekolah yang kompeten dalam menjalankan program-program sekolah termasuk segala wewenang yang dilimpahkan untuk mengambil keputusan tentang pemanfaatan sumber daya sekolah dan kerja sama dengan masyarakat.

Pengetahuan, keterampilan dan nilai-nilai dasar yang direfleksikan kepada sekolah dalam menjalankan tugas sebagai administrator tidak dapat dilepaskan dengan kompetensi manajerial yaitu, conceptual skill, human skill,

tehnical skill and design skill (Rohiat 2008). Keseluruhan kompetensi

tersebut dapat diterapkan secara efektif dalam organisasi sekolah apabila dalam organisasi tersebut berlangsung komunikasi yang efektif. Pentingnya komunikasi dalam organisasi ini sesuai dengan pendapat Kochler dalam Sumirat (2002:22) bahwa, faktor komunikasi ikut serta mempengaruhi


(17)

efektivitas antara lain karena komunikasi dilaksanakan untuk menggerakkan aktivitas organisasi seperti halnya oksigen yang digunakan manusia demi kehidupan.

Dengan memperhatikan konsep-konsep tadi, dapatlah kita menilai keberadaan dan kondisi kualitas pendidikan, khususnya pendidikan persekolahan di negara kita. Memperhatikan kondisi kualitas pendidikan di Indonesia saat ini, tampak adanya suatu fenomena yang menunjukkan rendahnya mutu pendidikan pada setiap jenjang dan satuan pendidikan, khususnya pendidikan dasar dan menengah. Hal ini terungkap dari pernyataan Direktur Jenderal Pendidikan Menengah, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud), Hamid Muhammad, bahwa jumlah siswa lulusan tingkat SMP yang tak melanjutkan ke tingkat SMA masih sangat besar. Tiap tahunnya, dari sekitar 3,5 juta siswa di tingkat SMP, sekitar 1,2 juta siswa tercatat tidak melanjutkan ke SMA (Kompas 14/9/2012).

Rendahnya minat untuk melanjutkan ke SMA ini sungguh sangat memperihatinkan semua pihak. Hal ini pada umumnya banyak terjadi di daerah-daerah pedesaan atau di pelosok daerah yang tergolong terpencil. Meskipun pemerintah telah memberikan sosialisasi tentang pendidikan, tetapi masih ada sebagian anak terpaksa tidak bisa melanjutkan ke jenjang sekolah yang lebih tinggi.

Demikian pula halnya dengan fenomena yang terjadi di Kabupaten Purwakarta. Pemerintah Kabupaten Purwakarta dinilai gagal mengentaskan wajib belajar 12 tahun. Pasalnya, tahun 2010 tercatat 2.543 siswa/siswi


(18)

lulusan SMP/MTs tidak melanjutkan pendidikan ke jenjang SMA (Pos Kota, 10/7/2010)

Sekolah Menengah Pertama (SMP) yang ada di Kabupaten Purwakarta, khususnya di SMP-SMP Negeri, belum sepenuhnya efektif dalam melaksanakan program sekolah yang telah direncanakan dari mulai input, proses, hingga output. SMP yang ada di Kabupaten Purwakarta belum menunjukan mutu lulusan yang diharapkan oleh masyarakat. Dampak yang muncul dari belum efektifnya pengelolaan sistem organisasi sekolah yang terjadi pada SMP-SMP di Kabupaten Purwakarta ini berimbas pada rendahnya kualitas pengelolaan sekolah, seperti ketidaksesuaian antara rencana dengan program sekolah, keputusan yang tidak didukung oleh semua komponen sekolah, serta keputusan tidak menitikberatkan pada aspirasi yang berkepentingan (stakeholders).

Hal-hal yang bersifat kasuistik di SMP-SMP Negeri tersebut disebabkan karena faktor perilaku kepemimpinan kepala sekolah yang terbatas dan pola komunikasi organisasi yang kurang efektif, disamping faktor-faktor lainnya yang secara sistematik berpengaruh untuk perkembangan Sekolah Menengah Pertama Negeri di Kabupaten Purwakarta.

Bertitik tolak dari keseluruhan uraian tadi, tampak adanya fenomena yang sangat menarik dan dipandang perlu mengkajian yang mendalam, terutama dalam aspek komunikasi organisasi sekolah dan perilaku kepemimpinan kepala sekolah yang memiliki peranan vital dalam mewujudkan dan meningkatkan efektivitas kinerja sekolah yang


(19)

bersangkutan, sehingga pencapaian tujuan sekolah khususnya dan tujuan pendidikan umumnya, serta peningkatan kualitas pendidikan dapat terwujud secara optimal.

B. Identifikasi dan Perumusan Masalah 1. Identifikasi Masalah

Dalam pra observasi pada lokasi penelitian (awal tahun 2012), penulis mendapatkan informasi yang dapat mengidentifikasi bahwa efektifitas kinerja sekolah pada tingkat SMP Negeri di Kabupaten Purwakarta belum dilaksanakan secara optimal. Kenyataan ini tampak dari perkembangan Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Kabupaten Purwakarta sejak tahun 2008 hingga 2011 yang hanya mencapai rata-rata peningkatan 0,43 % per tahunnya. Sementara itu, dilihat dari kondisi Rata-rata Lama Sekolah (RLS) masyarakatnya hanya mencapi Rata-rata-Rata-rata 7 tahun, itu berarti tingkat pendidikan penduduknya hanya sampai tingkat Sekolah Dasar (Tabel 1.1).

Tabel 1.1

Indeks Pembangunan Manusia Kabupaten Purwakarta

IPM Tahun

2008 2009 2010 2011

Angka Harapan Hidup 66,48 66,77 67,08 67,36

Pendidikan

- Angka Melek Huruf (%) 95,59 95,65 95,71 95,75 - Rata-rata Lama Sekolah

(tahun) 7,00 7,12 7,42 7,56

Indek Pembangunan

Manusia 70,31 70,70 71,17 71,61


(20)

Dengan memperhatikan kondisi tersebut berarti :

a. Kesadaran masyarakat untuk mengenyam pendidikan masih relatif rendah. Hal ini tentu saja perlu menjadi perhatian semua pihak baik pemerintah maupun para penyelenggara pendidikan persekolahan untuk memberikan pelayanan pendidikan yang optimal bagi masyarakatnya. b. Peran manajemen sekolah yang dalam hal ini menjadi kewenangan

kepala sekolah untuk mampu menciptakan sistem dan mekanisme organisasi sekolah yang sesuai dengan tuntutan keinginan dan kebutuhan masyarakat.

c. Belum terlaksananya komunikasi organisasi yang baik, hal ini tampak dari interaksi antara atasan dan bawahan dalam setiap penyampaian pesan atau informasi yang terjadi dalam organisasi.

d. Belum terciptanya perilaku kepemimpinan kepala sekolah sesuai dengan tahapan-tahapan yang konsisten dan komitmen yang kuat dalam pengelolaan organisasi sekolah

e. Lemahnya komunikasi yang terbentuk, menjadi salah satu penyebab utama tidak dapat terselenggaranya kinerja sekolah yang mampu melayani kebutuhan masyarakat secara efektif.

2. Perumusan Masalah

Berdasarkan pada fakta yang teridentifikasi tersebut, dapat dikatakan bahwa efektivitas kinerja sekolah bukanlah suatu faktor yang berdiri sendiri, melainkan akan bergantung pada sejumlah variabel yang mempengaruhinya. Variabel-variabel tersebut sangat variatif, namun


(21)

dalam penelitian ini penulis memfokuskan pada variabel yang secara signifikan berkaitan dengan efektivitas kinerja sekolah yaitu komunikasisi organisasi dan perilaku kepemimpinan kepala sekolah.

Dengan demikian, masalah yang ditelaah dalam penelitian ini dirumuskan sebagai berikut:

a. Bagaimana kondisi empirik komunikasi organisasi di SMP Negeri Kabupaten Purwakarta?

b. Bagaimana kondisi empirik perilaku kepemimpinan kepala sekolah di SMP Negeri Kabupaten Purwakarta?

c. Bagaimana kondisi empirik efektifitas kinerja sekolah di SMP Negeri Kabupaten Purwakarta?

d. Seberapa besar kontribusi antara komunikasi organisasi dengan efektifitas kinerja sekolah di SMP Negeri Kabupaten Purwakarta? e. Seberapa besar kontribusi antara perilaku kepemimpinan kepala

sekolah dengan efektifitas kinerja sekolah di SMP Negeri Kabupaten Purwakarta?

f. Seberapa besar kontribusi antara komunikasi organisasi dan perilaku kepemimpinan kepala sekolah dengan efektifitas kinerja sekolah di SMP Negeri Kabupaten Purwakarta?


(22)

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Secara umum penelitian ini bertujuan untuk memperoleh gambaran tenteng kontribusi komunikasi organisasi dan perilaku kepemimpinan kepala sekolah , baik secara simultan maupun parsial dalam rangka meningkatkan efektifitas kinerja sekolah di Sekolah Menengah Pertama Negeri di Kabupaten Purwakarta.

2. Tujuan Khusus

Secara khusus penelitian ini untuk mengetahui:

a. Gambaran kondisi komunikasi organisasi di SMP Negeri Kabupaten Purwakarta.

b. Gambaran kondisi perilaku kepemimpinan kepala sekolah di SMP Negeri Kabupaten Purwakarta.

c. Gambaran kondisi efektifitas kinerja sekolah di SMP Negeri Kabupaten Purwakarta.

d. Menganalisis besarnya kontribusi antara komunikasi organisasi dengan efektifitas kinerja sekolah di SMP Negeri Kabupaten Purwakarta. e. Menganalisis besarnya kontribusi antara perilaku kepemimpinan kepala

sekolah dengan efektifitas kinerja sekolah di SMP Negeri Kabupaten Purwakarta.

f. Menganalis besarnya kontribusi antara komunikasi organisasi dan perilaku kepemimpinan kepala sekolah dengan efektifitas kinerja sekolah di SMP Negeri Kabupaten Purwakarta.


(23)

D. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan memiliki kegunaan sebagai berikut:

1. Manfaat Teoretis

Penelitian ini dapat mengkaji lebih dalam mengenai bagaimana kondisi komunikasi organisasi, perilaku kepemimpinan kepala sekolah serta efektivitas kinerja sekolah pada SMP Negeri di Kabupaten Purwakarta.

2. Manfaat Praktis

Secara praktis, hasil temuan dari penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi:

Hasil penelitian ini dapat dijadikan bahan masukan bagi para guru SMP Negeri di Kabupaten Purwakarta dalam meningkatkan efektivitas kinerja sekolah, sekaligus bahan masukan pula bagi Kepala Sekolah SMA Negeri untuk meningkatkan kemampuan kepemimpinanya dan dapat memberikan kontribusi dalam mengembangkan efektivitas kinerja di sekolahnya masing-masing

E. Struktur Organisasi

Penulisan tesis ini terdiri atas lima Bab.

Bab satu berisi tentang uraian pendahuluan, yang di dalamnya berisi latar belakang penelitian, identifikasi dan perumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, serta sistematika penulisan dalam tesis ini.


(24)

Bab dua tentang kajian pustaka, kerangka pemikiran dan hipotesis penelitian. Isi dari Bab ini adalah konsep atau teori dalam bidang dikaji, hasil penelitian terdahulu yang relevan dengan bidang yang diteliti, serta kerangka pemikiran dan hipotesis yang dirumuskan dalam penelitian.

Bab tiga berisi penjabaran yang rinci mengenai metode penelitian, yang meliputi lokasi dan subjek populasi/sampel penelitian, desain dan metode penelitian, definisi operasional dari tiap variabel disertai indikatornya, instrumen penelitian, proses pengembangan instrumen, teknik pengumpulan data serta teknik analisis data.

Bab empat tentang hasil penelitian dan pembahasan, yang berisi pengolahan atau analisis data untuk menghasilkan temuan berkaitan dengan masalah penelitian, pertanyaan penelitian, hipotesis dan tujuan penelitian, serta berisi pembahasan atau analisis temuan.

Bab lima tentang kesimpulan dan saran, menyajikan penafsiran dan pemaknaan peneliti terhadap hasil analisis temuan penelitian serta saran atau rekomendasi yang dapat ditujukan kepada para pembuat kebijakan, kepada para pengguna hasil penelitian yang bersangkutan, serta kepada peneliti berikutnya yang berminat untuk melakukan penelitian selanjutnya.


(25)

METODOLOGI PENELITIAN

A. Lokasi Subjek, Populasi, dan Sampel Penelitian 1. Lokasi Subjek Penelitian

Sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini, yakni menganalis besarnya kontribusi komunikasi organisasi dan perilaku kepemimpinan kepala sekolah terhadap efektivitas kinerja sekolah pada SMP Negeri di Kabupaten Purwakarta, maka lokasi subjek penelitian ini ditetapkan pada 39 SMP Negeri di Kabupaten Purwakarta.

2. Populasi Penelitian

Dalam setiap penelitian ilmiah, perlu ditentukan secara jelas populasi dari penelitian tersebut. Dalam hal ini, Akdon (2008:96) mengemukakan

bahwa,“Populasi merupakan objek atau subjek yang berada pada suatu

wilayah dan memenuhi syarat-syarat tertentu berkaitan dengan masalah

penelitian”.

Senada dengan pendapat tersebut, Sugiyono (2012:80) menegaskan bahwa:

Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri dari objek atau subjek yang menjadi kuantitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya ... populasi bukan hanya sekedar jumlah yang ada pada obyek/subyek yang dipelajari, tetapi meliputi seluruh karakteristik/sifat yang dimiliki subyek atau obyek itu.

Dengan dilandasi definisi tadi, maka populasi yang ditetapkan dalam penelitian ini adalah seluruh kepala sekolah dan guru Pegawai Negeri Sipil


(26)

karena diasumsikan bahwa guru non PNS (guru tidak tetap/GTT) banyak yang mengajar tidak hanya di satu sekolah, sehingga intensitas kerjanya di sebuah sekolah relatif jarang. Hal ini sudah barang tentu akan berpengaruh pada pemahamannya terhadap kondisi di sekolah tempat mereka bertugas.

Jumlah dan persebaran populasi yang ditetapkan dalam penelitian ini adalah sebanyak 980 orang, termasuk satu orang kepala sekolah untuk masing-masing SMP negeri yang tersebar pada 39 SMP Negeri di Kabupaten Purwakarta (tabel 3.1).

3. Sampel Penelitian

Sampel penelitian merupakan sebagian atau wakil dari populasi. Dalam hal ini, Arikunto (2010:174-175) menegaskan bahwa, “penelitian sampel dilakukan apabila kita bermaksud menggeneralisasikan hasil penelitian,yaitu mengangkat kesimpulan penelitian sebagai suatu yang

berlaku bagi populasi”.

Lebih jauh lagi, Sugiyono (2012:81) menekankan bahwa:

Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut. Apabila populasi besar, dan peneliti tidak mungkin mempelajari semua yang ada pada populasi, ... maka peneliti dapat menggunakan sampel yang diambil dari populasi itu.

Sedangkan menurut Akdon (2008:98), “Sampel adalah bagian dari populasi yang mempunyai ciri-ciri atau keadaan tertentu yang akan diteliti”. Dengan demikian sampel dapat didefinisikan sebagai bagian dari populasi yang mewakili jumlah dan karakteristik dari keseluruhan populasi.


(27)

penelitian ini, maka subjek yang dijadikan sebagai sampel dalam penelitian ini adalah guru yang memahami benar kondisi sekolah tempat mereka bertugas. Dengan pertimbangan tersebut, teknik penarikan sampel yang diterapkan dalam penelitian ini adalah teknik proportionate stratified

random sampling. Metode ini digunakan bila populasi mempunyai anggota

/ unsur yang tidak homogen dan berstrata secara proposional (sugiyono, 2010:82). Sebagaimana dijelaskan oleh Akdon (2008:100) bahwa

proportionate stratified random sampling adalah pengambilan sampel dari

anggota populasi secara acak dan berstrata secara proposional, teknik ini dilakukan apabila anggota populasinya tidak heterogen (tidak sejenis).

Dengan memperhatikan ketentuan tersebut, penetapan teknik penarikan sampel secara Propotionate stratified random sampling dalam penelitian ini didasarkan pada beberapa pertimbangan berkenaan dengan karakteristik populasi yang ditentukan pada saat pra penelitian, yakni: a. Pengelolaan organisasi sekolah secara keseluruhan pada intinya

merupakan tanggung jawab pimpinan sekolah, yang dalam hal ini, kepala sekolah memegang perangan utama. Dengan demikian, dalam penelitian ini, kepala sekolah pada SMP-SMP yang dijadikan subjek penelitian dipandang lebih layak dijadikan sebagai sumber informasi dan data penelitian.

b. Dua orang guru yang berstatus PNS pada setiap SMP negeri yang dijadikan sebagai subjek penelitian, dalam hal ini mereka memiliki


(28)

pengetahuan serta wawasan tentang organisasi sekolah tempat mereka bertugas relatif lebih banyak dibandingkan dengan pengetahuan dan wawasan guru tidak tetap (GTT) berkenaan dengan hal-hal yang dimaksud tadi.

Tabel 3.1

Populasi dan Sampel Penelitian

No Nama Sekolah Populasi Sampel

1 SMPN 1 PURWAKARTA 37 3 2 SMPN 2 PURWAKARTA 43 3 3 SMPN 3 PURWAKARTA 49 3 4 SMPN 4 PURWAKARTA 33 3 5 SMPN 5 PURWAKARTA 46 3 6 SMPN 6 PURWAKARTA 34 3 7 SMPN 7 PURWAKARTA 44 3 8 SMPN 8 PURWAKARTA 19 3 9 SMPN 9 PURWAKARTA 15 3 10 SMPN 1 CIBATU 18 3 11 SMPN 2 CIBATU 9 3 12 SMPN 1 CAMPAKA 40 3 13 SMPN 2 CAMPAKA 19 3 14 SMPN 1 BUNGURSARI 34 3 15 SMPN 2 BUNGURSARI 22 3 16 SMPN 1 BABAKAN CIKAO 37 3 17 SMPN 2 BABAKAN CIKAO 16 3 18 SMPN 3 BABAKAN CIKAO 16 3 19 SMPN 1 PASAWAHAN 34 3 20 SMPN 2 PASAWAHAN 27 3 21 SMPN 1 SUKATANI 27 3 22 SMPN 3 SUKATANI 9 3 23 SMPN 1 PONDOK SALAM 20 3 24 SMPN 1 BOJONG 13 3 25 SMPN 1 WANAYASA 30 3 26 SMPN 2 WANAYASA 13 3 27 SMPN 1 DARANGDAN 20 3 28 SMPN 2 DARANGDAN 16 3 29 SMPN 3 DARANGDAN 16 3 30 SMPN 5 DARANGDAN 9 3 31 SMPN 1 PLERED 35 3 32 SMPN 2 PLERED 15 3 33 SMPN 1 KIARA PEDES 15 3 34 SMPN 2 KIARA PEDES 11 3 35 SMPN 1 TEGAL WARU 29 3


(29)

No Nama Sekolah Populasi Sampel 36 SMPN 2 TEGAL WARU 9 3 37 SMPN 1 JATILUHUR 26 3 38 SMPN 1 MANIIS 12 3 39 SMPN 2 MANIIS 11 3 Jumlah Total 980 117

B. Metode Penelitian

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode

survei-deskriptif dengan pendekatan kuantitatif. Penelitian kuantitatif menekankan

fenomena-fenomena objektif dan dikaji secara kuantitatif. Maksimalisasi objektivitas desain penelitian ini dilakukan dengan menggunakan angka-angka, pengolahan statistik, struktur, dan percobaan terkontrol ( Sukmadinata, 2012:53).

Penelitian survei menurut Kerlinger (Akdon, 2008:91) adalah:

Penelitian yang dilakukan pada populasi besar maupun kecil, tetapi data yang dipelajari adalah data dari sampel yang diambil dari populasi tersebut, sehingga ditemukan kejadian-kejadian relatif, distribusi, dan hubungan antar variabel sosiologis maupun psikologis.

Survei digunakan untuk mengumpulkan data atau informasi tentang populasi yang besar dengan menggunakan sampel yang relatif kecil (Sukmadinata, 2012:82). Tujuan utama dari survei adalah mengetahui gambaran umum karakteristik dari populasi. Populasi tersebut bisa berkenaan dengan orang, instansi, lembaga, organisasi, unit-unit kemasyarakatan, dan lain-lain, tetapi sumber utamanya adalah orang.

Adapun penelitian deskriptif adalah suatu bentuk penelitian yang paling dasar. Menurut Sukmadinata (2012:72) penelitian deskriptif ditujukan untuk


(30)

fenomena yang bersifat alamiah ataupun rekayasa manusia. Penelitian deskriptif tidak memberikan perlakuan, manipulasi atau pengubahan pada variabel-variabel bebas, tetapi menggambarkan suatu kondisi apa adanya. Penelitian deskriptif dalam bidang pendidikan dan kurikulum pengajaran merupakan hal yang cukup penting untuk mendeskripsikan fenomena-fenomena kegiatan pendidikan, pembelajaran, implementasi kurikulum pada berbagai jenis, jenjang dan satuan pendidikan.

Tujuan dari penggunaan metode penelitian yang disebutkan di atas adalah untuk mengetahui kontribusi komunikasi organisasi dan perilaku kepemimpinan kepala sekolah terhadap efektivitas kinerja sekolah.

C. Definisi Operasional

Definisi operasional dimaksudkan untuk menjelaskan makna variabel yang sedang diteliti. dengan kata lain definisi operasional adalah semacam petunjuk pelaksanaan bagaimana caranya mengukur suatu variabel. Adapun definisi operasional dari berbagai variabel yang akan diteliti adalah sebagai berikut:

1. Komunikasi Organisasi

Secara sederhana, Harold Lasswell (Mulyana, 2001:62) memberikan suatu gambaran mengenai komunikasi ini, yakni, “who says what in which chanel to whom with what effect “. Sementara itu, Nimo (1999:8)


(31)

mengenai dunia dan untuk bertukar citra itu melalui simbol-simbol.

Lebih lanjut, menurut Everett Rogers (Thoha,2005:187), komunikasi organisasi merupakan arus imformasi dan pemindahan arti di dalam suatu organisasi yang berbentuk verbal dari pimpinan pada karyawan, antar karyawan, dan antar teman sejawat dari lembaga lain yang memiliki kepentingan yang sama.

Senada dengan itu, Permana (2010:85) menegaskan bahwa komunikasi organisasi dapat dipahami sebagai proses atau aliran mengenai suatu pesan atau informasi bergerak dari suatu sumber (pengirim) hingga penerima dan berlangsung dinamis.

Sedangkan ditinjau dari fungsinya, Verderber (1978:17-18) mengatakan bahwa:

Ada dua fungsi komunikasi, yakni fungsi sosial, untuk tujuan kesenangan, untuk menunjukkan ikatan dengan orang lain, membangun dan memelihara hubungan. Dan fungsi pengambilan keputusan, yakni memutuskan untuk melakukan atau tidak melakukan sesuatu pada suatu saat tertentu. Seperti, apa yang akan kita makan pagi ini, apakah kita akan kuliah atau tidak, bagaimana belajar untuk menghadapi ujian dan lain sebagainya.

Berkaitan dengan organisasi, secara fungsional, terdapat tiga tujuan utama komunikasi organisasi, sebagaimana yang dikemukakan Liliweri (Permana, 2010:90) yaitu sebagai tindakan koordinasi, membagi informasi, serta menyatakan perasaan dan emosi.

Dalam proses komunikasi organisasi, terdapat beberapa komponen yang menentukan ternilainya komunikasi (Permana, 2010:86-90), yaitu


(32)

mengemas pesan, bentuk dan saluran pesan, umpan balik, gangguan atau

noise yang timbul.

Berkaitan dengan variabel dalam penelitian ini, secara operasional komunikasi organisasi yang dimaksud adalah proses jalinan hubungan interaksi verbal maupun non verbal yang terjadi antar komponen dalam suatu organisasi sekolah, yakni di dalam organisasi SMP Negeri di Kabupaten Purwakarta dalam proses penyelenggaraan sekolah yang bersangkutan, terutama komunikasi yang terjalin antara kepala sekolah dengan guru.

2. Perilaku Kepemimpinan Kepala Sekolah

Kepemimpinan adalah faktor kunci dalam suksesnya suatu organisasi serta manajemen, sebagai suatu entitas yang mengarahkan kerja para anggota organisasi untuk mencapai tujuan organisasi. Kepemimpinan dalam hal ini ditegaskan Robbins (2003:130) sebagai kemampuan untuk mempengaruhi suatu kelompok guna mencapai serangkaian tujuan.

Sementara itu, Musakabe (2004:1) menegaskan bahwa pemimpin dengan kepemimpinannya memegang peran yang strategis dan menentukan dalam menjalankan roda organisasi, menentukan kinerja suatu lembaga dan bahkan menentukan mati hidup atau pasang surutnya kehidupan suatu bangsa dan Negara.

Lebih jauh lagi, dikemukakannya bahwa, “Untuk memimpin atau


(33)

kepemimpinan yang dimaksud antara lain adalah kepemimpinan otentik (authenthic leadership) dan kepemimpinan yang melayani (servant

leadership).

Kepemimpinan otentik (authenthic leadership), sebagaimana dikemukakan Avolio dan Luthans (2006:2) didefinisikan sebagai proses kepemimpinan yang dihasilkan dari perpaduan antara kapasitas psikologis individu dengan konteks organisasi yang terbangun baik, sehingga mampu menghasilkan perilaku yang tinggi kadar kewaspadaan dan kemampuannya dalam mengendalikan diri, sekaligus mendorong pengembangan diri secara positif.

Hal ini dilandasi oleh konsep Bill George (Avolio & Gardner, 2005:316) yang mengungkapkan bahwa:

We need leaders who lead with purpose, values, and integrity; leaders who build enduring organizations, motivate their employees to provide superior customer service, and create long-term value for shareholders... We suggest a need to concentrate on the root construct underlying all positive forms of leadership and its development, which we label authentic leadership development or ALD.

Sementara itu, kepemimpinan yang melayani (servant leadership) merupakan suatu tipe atau model kepemimpinan yang dikembangkan untuk mengatasi krisis kepemimpinan yang dialami oleh suatu masyarakat atau bangsa. Menurut Musakabe (2004:1), para pemimpin-pelayan (servant

leader) mempunyai kecenderungan “lebih mengutamakan kebutuhan, kepentingan dan aspirasi orang-orang yang dipimpinnya di atas dirinya.


(34)

beroperasi dengan standar moral spiritual”.

Berkaitan dengan perilaku kepemimpinan kepala sekolah yang menjadi salah satu variabel dalam penelitian, perilaku kepemimpinan yang dimaksud adalah tindakan dan perilaku pemimpin sekolah yang bertanggung jawab atas penyelenggaraan kegiatan (Senge,1990:8-10) organisasi sekolah.

Secara operasional, perilaku kepemimpinan yang dimaksud adalah perilaku kepemimpinan kepala sekolah di SMP Negeri di Kabupaten Purwakarta yang mencakup kepemilikan visi sebagai pemimpin, orientasi kepada pelayanan, kemampuan membangun followership, membentuk dan bekerja dalam tim (team work), kesetiaan pada misi, menjaga kepercayaan, kemampuan mengambil keputusan, kemampuan melatih dan mendidik pengganti, memberdayakan kaum perempuan, memberi tanggung jawab, memberi teladan, dan menyadari pentingnya komunikasi.

3. Efektivitas Kinerja Sekolah

Kinerja menurut Mangkunegara (2001:9) didefinisikan sebagai hasil kerja secara kualitas dan kuantitas yang dicapai oleh seorang karyawan dalam melaksanakan tugasnya sesuai dengan tanggung jawab yang diberikan kepadanya. Lebih jauh lagi, Wirawan (2009:5) menekankan

bahwa, “Kinerja adalah keluaran yang dihasilkan oleh fungsi-fungsi atau indikator-indikator suatu pekerjaan atau suatu profesi dalam waktu


(35)

efektivitas dalam hal ini didefinisikan sebagai suatu ukuran yang menyatakan seberapa jauh target (kuantitas, kualitas, dan waktu) telah tercapai. Semakin besar presentase target yang dicapai, semakin tinggi efektifitasnya (Handoko,2007:97).

Selaras dengan hal itu, Bill Creech (Narkama,2001:64), menegaskan bahwa:

Kinerja yang bekualitas dan berwujud mutu layanan akan timbul apabila memenuhi persyaratan-persyaratan yang mencakup kesadaran akan mutu dan orientasi kepada mutu dalam semua kegiatan; harus mempunyai sifat kemanusiaan yang kuat untuk membawa mutu pada cara karyawan diperlakukan dan diikut sertakan, serta diberi inspirasi; didasarkan pada pendekatan desentralisasi yang memberikan wewenang pada semua tingkat, terutama di garis depan, sehingga antusias keterlibatan dan tujuan bersama menjadi kenyataan, bukan slogan kosong.

Berkaitan dengan efektivitas kinerja sekolah, efektivitas kinerja yang dimaksud adalah suatu situasi yang menunjukkan kemampuan sekolah dalam menjalankan fungsinya secara maksimal, baik fungsi ekonomis, fungsi sosial-kemanusiaan, fungsi politis, fungsi budaya maupun fungsi pendidikan (Danim,2006:3-4). Sementara itu, Komariah dan Triatna

(2010:37) mengemukakan bahwa, “Sekolah efektif yaitu sekolah yang seluruh komponennya mencapai tujuan secara optimal, bukan hanya pada prestasi siswa tetapi pada prestasi sekolah”.

Berkenaan dengan hal tersebut, secara operasional, yang dimaksud dengan efektivitas kinerja sekolah dalam penelitian ini adalah kemampuan pelaksanaan penyelenggaraan organisasi sekolah yang ditinjau dari


(36)

dengan potensi yang sesuai dengan tuntutan kurikulum, dapat menyediakan layanan pembelajaran yang bermutu, memiliki fasilitas sekolah yang menunjang efektivitas dan efisiensi kegiatan belajar mengajar, memiliki kemampuan menciptakan budaya sekolah yang kondusif sebagai refleksi dari kinerja kepemimpinan professional kepala sekolah; serta perspektif manajemen yang mencakup layanan belajar bagi siswa, pengelolaan dan layanan siswa, sarana dan prasarana sekolah, program dan pembiayaan, partisipasi masyarakat, dan budaya sekolah.

D. Instrumen Penelitian

Dengan dilandasi oleh makna serta definisi dari ketiga variabel sebagaimana telah diuraikan tadi, instrumen penelitian yang disusun dalam penelitian ini dibentuk dengan kisi-kisi seperti tampak pada tabel 3.2.

Berdasarkan kisi-kisi tersebut, selanjutnya disusun instrumen penelitian dalam bentuk angket/kuesioner tertutup. Angket/kuesioner dalam hal ini merupakan daftar pertanyaan yang disusun secara tertulis untuk memperoleh informasi atau data dari responden yang diperlukan peneliti.

Seperti yang dikemukakan Arikunto (2010:194) bahwa: “Kuesioner adalah pertanyaan tertulis yang digunakan untuk memperoleh informasi dari responden dalam arti laporan tentang pribadinya, atau hal-hal yang ia ketahui”.

Angket yang dipergunakan dalam penelitian ini merupakan angket tertutup, yaitu angket yang telah memuat alternatif jawaban agar


(37)

sebagaimana yang dikatakan Riduwan (2010:100) bahwa:

Angket tertutup (angket berstruktur) adalah angket yang disajikan dalam bentuk sedemikian rupa sehingga responden diminta untuk memilih satu jawaban yang sesuai dengan karekteristik dirinya dengan cara memberikan tanda silang (x) atau tanda check (√).

Tabel 3.2

Kisi-kisi Instrumen Komunikasi Organisasi

DEFINISI DIMENSI INDIKATOR ITEM

Komunikasi Organisasi (X1)

Komunikasi organisasi dapat dipahami sebagai proses atau aliran mengenai suatu pesan atau informasi bergerak dari suatu sumber (pengirim) hingga penerima dan berlangsung dinamis (Permana (2010:86-90)

Subjek Komunikasi

1) Kemampuan berkomunikasi verbal 1,2,3 2) Kemampuan berkomunikasi non

verbal

4,5,6

Econding/ deconding

1) Kemampuan penyampaian pesan 10,12 2) Kemampuan untuk menafsirkan

pesan

15, 21

Saluran Komunikasi

1) Ketersediaan media komunikasi 7,8,11 2) Kesesuaian media komunikasi 19,20 Umpan balik 1) Bentuk respon 13,16,17

2) Kualitas respon 18,25 Gangguan/

Noise

1) Gangguan fisik 14,22 2) Gangguan psikologis 23,9 3) Gangguan semantik 24


(38)

Kisi-kisi Perilaku Kepemimpinan Kepala Sekolah

DEFINISI DIMENSI INDIKATOR ITEM

Perilaku Kepemimpinan Kepala Sekolah (X2)

Kepemimpinan adalah kemampuan untuk mempengaruhi suatu kelompok guna mencapai serangkaian tujuan (Robbins, 2003:130)

Kepemimpinan otentik adalah proses kepemimpinan yang dihasilkan dari perpaduan antara kapasitas psikologis individu dengan konteks organisasi yang terbangun baik, sehingga mampu menghasilkan perilaku yang tinggi kadar kewaspadaan dan kemampuannya dalam mengendalikan diri, sekaligus mendorong pengembangan diri secara positif.

Avolio dan Luthans,2006:2)

Kewaspadaan diri 1) Kepemilikan visi sebagai pemimpin

1, 2,

2) Kemampuan mengambil keputusan

10,11

Prespektif moral 1) Kesetiaan pada misi 8,15 2) Kemampuan melatih dan

mendidik pengganti

16,17, 18 3) Memberi tanggung jawab 19,21 4) Memberi teladan 23 Keseimbangan 1) Orientasi kepada

pelayanan

3

2) Kemampuan membangun

followership

4,5

3) Memberdayakan kaum perempuan

22

Transparansi hubungan

1) Membentuk dan bekerja dalam tim (team work)

6,7,9 2) Menyadari pentingnya

komunikasi

12,13, 14,20 3) Menjaga kepercayaan 24,25

Tabel 3.2 (lanjutan)

Kisi-kisi Efektivitas Kinerja Sekolah

DEFINISI DIMENSI INDIKATOR ITEM

Efektivitas Kinerja Sekolah (Y)

Efektivitas kinerja adalah suatu situasi yang menunjukan kemampuan sekolah dalam menjalankan fungsinya secara maksimal, baik fungsi ekonomis, fungsi sosial kemanusiaan, fungsi politis, fungsi budaya maupun fungsi pendidikan.

(Danim,2006:3-4)

Sekolah efektif yaitu sekolah yang seluruh komponennya mencapai tujuan secara optimal, bukan hanya pada prestasi siswa tetapi pada prestasi sekolah.

(Komariah dan Triatna,2010:37)

Kesiswaan 1) Passing grade untuk rekrutmen siswa

1, 2,3

2) Pelayanan terhadap pembelajaran siswa

7,9,12, 16, 25 Kurikulum 1) Pengorganisasian

Kurikulum

4,5,6

Ketenagaan 1) Pengembangan kompetensi dan karir guru/karyawan

10,11

Sarana dan prasarana sekolah

1) Pemanfaatan fasilitas penunjang

pembelajaran siswa

8,13,14, 15

2) Pemanfaatan sarana prasarana sekolah 17,18 Pengelolaan keuangan 1) Pengelolaan pembiayaan sekolah 19 Budaya Sekolah 1) Menciptakan

budaya/iklim sekolah yang kondusif 20, 24 Kemitraan sekolah dengan masyarakat 1) Keterlibatan masyarakat 21,22,23


(39)

dengan kisaran interval alternatif jawaban antara 1 – 5 yang mencakup 1 = Tidak pernah, 2 = Jarang, 3 = Kadang-kadang, 4 = Sering, dan 5 = Selalu untuk pernyataan-pernyataan yang bersifat positif, sementara itu untuk pernyataan yang bersifat negatif, penentuan kisaran interval tersebut berlaku sebaliknya.

E. Pengujian Instrumen

Sebelum menganalisis hasil penyebaran kuesioner, terlebih dahulu dilakukan uji validitas dan uji reliabilitas atas instrumen penelitian. Instrumen penelitian yang valid dalam proses ujicoba instrumen akan digunakan kembali dalam proses pengumpulan data. Sedangkan instrumen yang tidak valid, dikaji ulang, kalau masih ada instrumen lain yang cukup mewakili tidak akan digunakan kembali, namun apabila tidak ada alternative instrument yang lain, maka akan direvisi dan buat kembali pertanyaan yang lebih operasional sehingga lebih mudah difahami oleh responden.

1. Pengujian Validitas

Uji validitas dilakukan untuk mengetahui ketepatan instrumen penelitian mengukur apa yang seharusnya diukur. Berkaitan dengan pengujian validitas instrumen menurut Riduwan (2010:97-118) menjelaskan bahwa validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan tingkat keandalan atau kesahihan suatu alat ukur.

Alat ukur yang kurang valid berarti memiliki validitas rendah. Merujuk pada skala yang digunakan yaitu skala Likert lima point, maka


(40)

adalah dengan cara mengkorelasikan setiap butir alat ukur dengan skor total yang merupakan jumlah tiap skor butir.

Untuk menghitung validitas alat ukur digunakan rumus korelasi Product Moment yang dikemukakan oleh Pearson (Arikunto 2010:226), yaitu:

Keterangan:

r : nilai korelasi pearson

n : jumlah responden

X : skor item tiap responden

Y : rata-rata skor tiap reponden Kaidah keputusan:

Jika r hitung > r tabel berarti valid, sebaliknya jika r hitung < r tabel berarti

tidak valid (Riduwan, 2010:118).

Berdasarkan hasil uji coba instrumen kepada 30 (tiga puluh) orang responden, diperoleh sejumlah data yang selanjutnya dilakukan pengolahan korelasi antar item dengan menggunakan bantuan program IBM Statistik SPSS v,20. Program analisis yang digunakan dalam software ini adalah prosedur analysis pearson correlation. Dari hasil perhitungan validitas variabel X1, diperoleh hasil seperti pada tabel 3.3.


(41)

Hasil Uji Validitas Item Instrumen Pada Variabel X1

No.

Item Nilai rhitung

Nilai rtabel

(n=30, P=5%) Keterangan

1 0,786 0,361 valid

2 0,864 0,361 valid

3 0,533 0,361 valid

4 0,641 0,361 valid

5 0,835 0,361 valid

6 0,540 0,361 valid

7 0,981 0,361 valid

8 0,637 0,361 valid

9 0,981 0,361 valid

10 0,208 0,361 tidak valid

11 0,514 0,361 valid

12 0,731 0,361 valid

13 0,641 0,361 valid

14 0,540 0,361 valid

15 0,786 0,361 valid

16 0,981 0,361 valid

17 0,981 0,361 valid

18 0,864 0,361 valid

19 0,835 0,361 valid

20 0,514 0,361 valid

21 0,786 0,361 valid

22 0,374 0,361 valid

23 0,864 0,361 valid

24 0,786 0,361 valid

25 0,540 0,361 valid

Sumber: lampiran 6

Dengan mengkonsultasikan harga korelasi Pearson (rhitung) yang

diperoleh dengan harga r pada tabel kritik untuk n = 30 dan P (5%) yaitu sebesar 0,361, maka diketahui satu dari 25 item instrumen pada variabel X1

dinyatakan tidak valid, yaitu pada pada item nomor 10. Dengan demikian, item tersebut diperbaiki.

Untuk tingkat validitas item instrumen pada variabel X2 yang

prosedurnya dilakukan sama seperti variabel X1, diperoleh nilai r hitung. Dari

hasil perhitungan tersebut, diketahui validitas tiap item untuk variabel X2


(42)

diperoleh dengan harga r pada tabel kritik untuk n = 30 dan P (5%) yaitu sebesar 0,361, maka diketahui dua dari 25 item instrumen pada variabel X2

dinyatakan tidak valid, yaitu pada pada item nomor 12 dan 14. Dengan demikian, item tersebut direvisi, kemudian dibuat pertanyaan yang lebih mudah difahami oleh responden.

Tabel 3.4

Hasil Uji Validitas Item Instrumen Pada Variabel X2

No.

Item Nilai rhitung

Nilai rtabel

(n=30, P=5%) Keterangan

1 0,704 0,361 valid

2 0,966 0,361 valid

3 0,704 0,361 valid

4 0,788 0,361 valid

5 0,971 0,361 valid

6 0,704 0,361 valid

7 0,704 0,361 valid

8 0,761 0,361 valid

9 0,634 0,361 valid

10 0,704 0,361 valid

11 0,363 0,361 valid

12 0,005 0,361 tidak valid

13 0,704 0,361 valid

14 0,087 0,361 tidak valid

15 0,704 0,361 valid

16 0,634 0,361 valid

17 0,704 0,361 valid

18 0,966 0,361 valid

19 0,761 0,361 valid

20 0,704 0,361 valid

21 0,704 0,361 valid

22 0,761 0,361 valid

23 0,634 0,361 valid

24 0,966 0,361 valid

25 0,704 0,361 valid

Sumber: lampiran 7

Demikian pula halnya dengan tingkat validitas item instrumen pada variabel Y dengan prosedur yang sama.


(43)

korelasi Pearson (rhitung ) yang diperoleh dengan harga r pada tabel kritik

untuk n = 30 dan P (5%) yaitu sebesar 0,361, maka diketahui dua dari 25 item instrumen pada variabel Y dinyatakan tidak valid, yaitu pada pada item nomor 2 dan 17 tabel 3.5). Dengan demikian, item tersebut diperbaiki, kemudian dibuat pertanyaan yang lebih oprasional sehingga lebih mudah difahami oleh responden.

Tabel 3.5

Hasil Uji Validitas Item Instrumen Pada Variabel Y

No.

Item Nilai rhitung

Nilai rtabel

(n=30, P=5%) Keterangan

1 0,778 0,361 valid

2 0,167 0,361 tidak valid

3 0,770 0,361 valid

4 0,896 0,361 valid

5 0,960 0,361 valid

6 0,778 0,361 valid

7 0,770 0,361 valid

8 0,778 0,361 valid

9 0,896 0,361 valid

10 0,770 0,361 valid

11 0,482 0,361 valid

12 0,896 0,361 valid

13 0,896 0,361 valid

14 0,960 0,361 valid

15 0,960 0,361 valid

16 0,896 0,361 valid

17 0,167 0,361 tidak valid

18 0,770 0,361 valid

19 0,620 0,361 valid

20 0,960 0,361 valid

21 0,778 0,361 valid

22 0,896 0,361 valid

23 0,482 0,361 valid

24 0,482 0,361 valid

25 0,620 0,361 valid


(44)

Uji reliabilitas digunakan untuk mengetahui apakah alat pengumpul data yang digunakan menunjukkan tingkat ketepatan, keakuratan, kestabilan atau konsisten dalam mengungkapkan gejala tertentu dari sekelompok individu, walaupun dilakukan pada waktu yang berbeda-beda.

Untuk mengetahui tingkat reliabilitas instrumen yang digunakan dalam penelitian, mengingat bahwa skor yang diberikan pada setiap tanggapan dalam angket/kuesioner ini memiliki kisaran rentang 1 sampai 5, maka dalam hal ini teknik yang digunakan adalah model konsistensi internal

dengan teknik Cronbach’s Alpha (Arikunto,2010:231). Lebih lanjut, dikemukakan Arikunto (2010:239) bahwa, “Rumus alpha digunakan untuk

mencari reliabilitas instrumen yang skornya bukan 1 dan 0, misalnya angket

atau soal bentuk uraian”. Rumus korelasi alpha yang dimaksud adalah:

Keterangan:

r11 : nilai korelasi alpha

k : banyaknya butir item : jumlah varian item : varian total

Kaidah keputusan: instrumen dinyatakan reliabel apabila nilai rhitung > rtabel

pada n = 30 dengan P (5%), yaitu 0,361.

Berdasarkan hasil uji coba instrumen kepada 30 (tiga puluh) orang responden, diperoleh sejumlah data yang selanjutnya dilakukan pengolahan korelasi antar item dengan menggunakan bantuan program IBM Statistik


(45)

prosedur analysis reliability model alpha. Dari hasil perhitungan tersebut diperoleh besarnya nilai Cornbach’s alpha seperti tersaji pada tabel berikut.

Tabel 3.6

Hasil Uji Reliabilitas Instrumen Masing-masing Variabel

Variabel X1 Variabel X2 Variabel Y

Cronbach's Alpha Cronbach's Alpha Based on Standard-ized Items N of Items Cronbach's Alpha Cronbach's Alpha Based on Standard-ized Items N of Items Cronbac h's Alpha Cronbach's Alpha Based on Standard-ized Items N of Items

0,897 0,876 26 0,856 0,739 26 0,880 0,848 26

Instrumen dinyatakan reliabel pada P (5%) jika nilai r > 0,361

Tabel tersebut menunjukkan besarnya tingkat reliabilitas instrumen masing-masing variabel, dan selanjutnya harga tersebut dikonsultasikan dengan harga rtabel pada n= 30 dengan P (5%) yaitu sebesar 0,361 (tabel

3.6). Apabila nilai alpha yang diperoleh > dari nilai rtabel, maka instrumen

dinyatakan reliabel.

Dari perhitungan tersebut, diketahui bahwa instrumen untuk ketiga variabel penelitian masing-masing dinyatakan reliabel. Sementara itu, secara keseluruhan, instrumen penelitian ini dinyatakan reliabel.

Hal ini didasarkan pada hasil perhitungan reliabilitas seluruh variabel instrumen dengan hasil seperti disajikan pada tabel 3.7 berikut.

Tabel 3.7

Hasil Uji Reliabilitas Instrumen Seluruh Variabel

Cronbach's Alpha Cronbach's Alpha Based on Standardized Items

N of Items

0,945 0,967 30


(46)

Dengan langkah yang sama, harga tersebut selanjutnya dikonsultasikan dengan harga rtabel pada n= 30 dengan P (5%) yaitu sebesar

0,361. Apabila nilai alpha yang diperoleh > dari nilai rtabel, makainstrumen

secara keseluruhan dinyatakan reliabel.

F. Analisis Data

1. Analisis Data Deskriptif

Deskripsi dari hasil penelitian ini akan menggambarkan perhitungan dan hasil-hasil variabel penelitian dengan pemberian skor pada setiap alternatif jawaban yang diberikan oleh responden sesuai dengan bobot yang telah ditetapkan. Berdasarkan masalah yang dirumuskan pada penelitian ini, yakni Kontribusi Komunikasi Organisasi dan Perilaku Kepemimpinan KepalaSekolah terhadap Efektivitas Kinerja Sekolah SMP Negeri di Kabupaten Purrwakarta, maka anlisis hasil penelitian ini diarahkan untuk mengkaji adanya korelasi di antara variabel-variabel tersebut. Data penelitian ini diperoleh dari hasil penyebaran angket terhadap 117 guru pada 39 SMP Negeri di Kabupaten Purwakarta.

Berdasarkan banyaknya variabel dan merujuk kepada masalah penelitian, maka deskripsi data dapat dikelompokkan menjadi tiga bagian yakni, 1) Kontribusi Komunikasi Organisasi, 2) Perilaku Kepemimpinan Kepala Sekolah, dan 3) Efektivitas Kinerja Sekolah. Data yang berhasil dikumpulkan melalui angket mengacu pada skala Likert, selanjutnya diolah dengan penentuan dan klasifikasi skor (skala likert) yang didasarkan


(47)

tabulasi data induk setiap variabel penelitian (lihat lampiran). Pengelompokkan skor ini terdiri atas empat klasifikasi, yaitu:

Tabel 3.8

Klasifikasi Skor Data Penelitian

Variabel Kontribusi Komunikasi

Organisasi

Perilaku Kepemimpinan Kepala Sekolah

Efektivitas Kinerja Sekolah

Klasifikas i Skor Selalu Selalu Selalu 5 Sering Sering Sering 4 Kadang-kadang Kadang-kadang Kadang-kadang 3 Jarang Jarang Jarang 2 Tidak Pernah Tidak Pernah Tidak Pernah 1 Sumber: diolah dari Sugiyono (2010:93)

Dengan melakukan klasifikasi hasil data penelitian, maka akan tampak kecenderungan tanggapan responden terhadap pernyataan-pernyataan yang diajukan, yang mencakup tiga variabel penelitian, yaitu berkenaan dengan Kontribusi Komunikasi Organisasi (X1), Perilaku

Kepemimpinan Kepala Sekolah (X2), dan Efektivitas Kinerja Sekolah (Y).

Adapun langkah-langkahnya adalah melakukan proses pengumpulan data, selanjutnya dilakukan analisis meliputi: (1) deskripsi data untuk masing-masing variabel; (2) pengujian prasarat anlisis yang terdiri dari uji normalitas dan uji linieritas; (3) pengujian hipotesis adanya pengaruh yang signifikan antara variable independen dengan variable dependen, baik secara sendiri-sendiri maupun secara bersama-sama. Keseluruhan data hasil penelitian yang mencakup ketiga variable tersebut (X1, X2 dan Y) tersaji


(48)

jawaban yang diberikan responden sesuai dengan bobot yang telah ditetapkan, yakni 1 ,2 ,3, 4 dan 5. Perhitungan angka prosentasi dari setiap variable bertujuan mengetahui kecenderungan umum jawaban responden terhadap ketiga variable penelitian. Untuk menghitung prosentase variable ini dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut:

= Keterangan:

= Skor rata-rata yang dicari

X = Jumlah skor gabungan (hasil kali frekuensi dengan bobot nilai untuk setiap alterntif jawaban)

N = Jumlah responden

Hasil perhitungan dijadikan pedoman untuk menentukan gambaran umum variable di lapangan dengan cara dikonsultasikan dengan tabel kriteria dan penafsiran seperti di bawah ini:

Tabel 3.9

Kriteria Skor Rata-Rata Variabel

Rentang nilai Kriteria Penafsiran

4,21 - 5,00 Selalu/Sangat Setuju/Sangat Sesuai

Sangat Tinggi/sangat Baik

3,41 - 3,40 Sering/Setuju/Sesuai Tinggi/Baik 2,60 - 3,40

Kadang-kadang/Ragu-Ragu

Cukup Tinggi/cukup Baik

1,81 - 2,60 Hampir tidak Pernah/Tidak Setuju/Tidak Sesuai

Rendah/kurang Baik 1,00 - 1,80 Tidak Pernah/Sangat Tidak

Setuju/Sangat Tidak Sesuai

Sangat Rendah/tidak Baik


(49)

dengan menggunakan tekhnik Weighted Means Scored (WMS), kemudian rata-rata hasil pengolahan data dikonsultasikan pada tabel WMS di atas (tabel 3.11).

2. Pengujian Persyaratan Uji Hipotesis

Pengujian hipotesis adalah suatu prosedur yang akan menghasilkan suatu keputusan dalam menerima atau menolak hipotesis ini. Seluruh pengolahan data untuk pengujian hipotesis menggunakan bantuan SPSS

Versi 20.

a. Uji Normalitas

Untuk mengetahui apakah data berdistribusi normal dilakukan uji normalitas menggunakan kolmogorov Smirnov Test berdasarkan pendapat Riduwan (2009:52) dengan bantuan SPSS Versi 20. Pengujian dilakukan terhadap data variabel Kontribusi Komunikasi Organisasi (X1), variabel Perilku Kepemimpinan Kepala Sekolah (X2) dan

Efektivitas Kinerja Sekolah (Y). Jika nilai Kolmogorov – Smirnov tidak

signifikan pada (p > 0,05) dengan kata lain residual berdistribusi normal. Maka Hipotesis Pengujian dirumuskan:

H0 : Data berasal dari populasi yang terdistribusi normal.

H1 : Data tidak berasal dari populasi yang terdistribusi normal

Pengujian:

Jika, p < 0,05, H0 ditolak.


(50)

Uji linieritas bertujuan untuk mengetahui hubungan linier antar variabel prediktor dengan variabel kriterium. Adapun rumus yang digunakan dengan menggunakan rumus Freg dari Akdon (2008: 172).

Untuk interprestasinya, jika F hitung lebih kecil dari F tabel maka berarti hubungan antara variabel bebas dan linier, namun jika F hitung lebih besar dari F tabel maka berarti hubungan antara variabel bebas dan terikat bersifat tidak linier.

Uji linieritas dilakukan dengan mencari persamaan garis regresi variabel bebas X1 dan X2 terhadap variabel terikat Y. Berdasarkan garis regresi yang telah dibuat, selanjutnya diuji keberartian koefisien garis regresi serta linieritasnya. Uji linieritas antara variabel bebas X1 dengan variabel terikat Y dan X2 dengan variabel Y memanfaatkan SPSS 20. Uji linieritas menggunakan harga koefisien F. Kriteria pengujiannya adalah terima H0 jika koefisien Fhitung ≤ Ftabel dan tolak H0 jika F hitung memiliki

harga lain. Uji linieritas menggunakan bantuan SPSS Versi 20, meliputi pengujian linieritas data variabel X1 atas variabel Y dan variabel X2 atas

variabel Y.

3. Menguji Hipotesis Penelitian

Teknik yang digunakan dalam melakukan pengujian hipotesis adalah: a. Hipotesis 1 dan 2 diuji dengan menggunakan teknik korelasi dan regresi

sederhana.


(51)

Teknik analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis korelasi pearson product moment dan korelasi ganda. Analisis ini akan digunakan dalam menguji besarnya pengaruh variabel X1, dan X2

terhadap Y. Analisis ini untuk mengetahui kontribusi komunikasi organisasi (X1) dan perilaku kepemimpinan kepala sekolah (X2) kinerja

sekolah (Y) secara bersama-sama maupun secara individu. Rumus analisis korelasi Pearson Product Moment (PPM) adalah sebagai berikut.

}

)

(

.

}.{

)

(

.

{

)

).(

(

)

2 2 2 2

Y

Y

n

X

X

n

Y

X

XY

n

r

XY

(Sugiyono, 2010:183) dimana :

rxy : Korelasi x dan y yang dicari

n : banyaknya responden X : Variabel Bebas Y : Variabel Terikat

Korelasi PPM dilambangkan (r) dengan ketentuan nilai r tidak lebih dari harga (–1  r  +1). Apabila nilai r = – 1 artinya korelasinya negatif sempurna; r = 0 artinya tidak ada korelasi; dan r = 1 berarti korelasinya sangat kuat. Sedangkan arti harga r akan dikonsultasikan dengan Tabel interpretasi Nilai r sebagai berikut.


(52)

Interpretasi Koefisien Korelasi Nilai r Interval Koefisien Tingkat Hubungan 0,80 – 1,000

0,60 – 0,799 0,40 – 0,599 0,20 – 0,399 0,00 – 0,199

Sangat Tinggi Tinggi Cukup Tinggi Rendah Sangat Rendah

Sumber: Sugiyono (2010:184)

Setelah diketahui nilai korelasi secara partial maka dilakukan uji signifikansi yang bertujuan apabila peneliti ingin mencari makna pengaruh variabel X terhadap Y, maka hasil korelasi PPM tersebut diuji dengan Uji Signifikansi dengan rumus :

Keterangan : t hitung = Nilai t

r = Nilai Koefisien Korelasi n = Jumlah sampel

Setelah didapatkan nilai t-hitung melalui rumus di atas, maka untuk menginterpretasikan hasilnya berlaku ketentuan sebagai berikut:

- Jika t-hitung > t-tabel  (ada hubungan yang signifikan) - Jika t-hitung < t-tabel  (tidak ada hubungan yang signifikan)

Untuk mengetahui t-tabel digunakan ketentuan n-2 pada level of

significance () sebesar 5% (tingkat kesalahan 5% atau 0,05) atau taraf keyakinan 95% atau 0,95. Jadi apabila tingkat kesalahan suatu variabel lebih dari 5% berarti variabel tersebut tidak signifikan.

Selanjutnya untuk menyatakan besar kecilnya kontribusi variabel X terhadap Y dapat ditentukan dengan rumus koefisien diterminan.

2

1 2

r n r thitung

  


(53)

dikalikan dengan 100%. Dilakukan untuk mengetahui seberapa besar variabel X mempunyai sumbangan atau ikut menentukan variabel Y. Kontribusi tersebut dicari dengan menggunakan rumus:

Keterangan : KD = Nilai Koefisien Diterminan (Pengaruh antar variabel) r = Nilai Koefisien Korelasi.

Untuk mengetahui pengaruh antara variabel X1 dan X2 terhadap

variabel Y digunakan rumus korelasi ganda sebagai berikut.

Analisis lanjut digunakan teknik korelasi baik sederhana maupun ganda. Kemudahan dalam perhitungan digunakan jasa komputer berupa software dengan program SPSS (Statistical Product and Service Solutions) Windows Version 20.

b. Analisis Regresi

Analisis regresi adalah teknik statistikal yang digunakan untuk mengukur hubungan antara satu variable dependent (Y) dengan dua variabel independent (Xi). Analisa regresi digunakan untuk mendapatkan

informasi agar tujuan penelitian dapat tercapai, regresi dapat dipakai untuk memperkirakan variabel mana dari atribut yang paling banyak memberikan kontribusi dengan uji coba yang signifikan.

KD = r 2 x 100%

2 2 . 1 2 . 1 . 2 . 1 2 . 2 2 . 1 . 2 . 1 1 ) ).( ).( ( 2 X X X X Y X Y X Y X Y X Y X X r r r r r r R    


(54)

kontribusi variabel bebas terhadap variabel terikat tanpa dikontrol variabel bebas lainnya, sedangkan regresi ganda untuk menguji pengaruh antara variabel bebas terhadap variabel terikat yang dikontrol variabel bebas lainnya.

Untuk mengetahui pengaruh antara variabel bebas terhadap variabel terikat tanpa dikontrol variabel bebas lainnya, digunakan rumus analisis regresi sederhana sebagai berikut :

Ŷ = a + b1x1 + b2x2 + E, Keterangan :

Ŷ = Nilai taksir Y (variabel terikat) dari Persamaan regresi.

a = Nilai Konstanta

b1 = Nilai Koefsien regresi x1

b2 = Nilai Koefsien regresi x2

X1 = Variabel bebas x1

X2 = Nilai Koefsien regresi x2

E = Prediktor (pengganggu)

Dari perhiutngan tabel di atas dapat diperoleh hasil persamaan yaitu :

2 2 2 ) ( ) ( ) )( ( ) )( ( i i i i i i i x x n y x x x y a          dan 2 2 ) ( ) ( ) )( ( ) ( i i i i i i x x n y x y x n b        


(55)

statistik memakai program SPSS (Statistical Product and Service

Solutions) Windows Version 20. Sehingga dapat diperoleh perhitungan

statistik deskriptif seperti uji normalitas, homogenitas, linieritas, uji validitas dan realibilitas dan uji korelasi serta regresi.

4. Langkah-langkah Pengujian Hipotesis

Pengujian hipotesis adalah suatu prosedur yang akan menghasilkan suatu keputusan dalam menerima atau menolak hipotesis. Seluruh pengolahan data untuk pengujian hipotesis menggunakan bantuan SPSS

Versi 20. Adapun langkah-langkah dalam pengujian hipotesis tersebut

adalah sebagai berikut:

a. Uji Hipotesis Pertama

Pengujian hipotesis pertama yang diajukan dalam penelitian ini mengikuti langkah-langkah sebagai berikut:

1) Merumuskan Hipotesis Statistik

H0: = 0 : Kontribusi KomunikasiOrganisasi tidak berpengaruh

positif dan signifikan terhadap Efektivitas Kinerja Sekolah.

Ha: ≠ 0 : Kontribusi Komunikasi Organisasi berpengaruh

signifikan dan positif terhadap Efektivitas Kinerja Sekolah sekolah.


(56)

Rumus persamaan regresi antara variabel Komunikasi Organisasi dengan Efektivitas Kinerja Sekolah adalah Ŷ = a + bX1.

3) Menguji Keberartian Persamaan Regresi

Keberartian persamaan regresi didasarkan pada hasil perhitungan dengan bantuan SPSS Versi 20.

4) Menghitung Korelasi

Nilai korelasi variabel Kemampuan Manajerial Kepala Sekolah (X1), terhadap variabel Kualitas Layanan Akademik Sekolah (Y),

menggunakan bantuan SPSS versi 20.

5) Menghitung Nilai Koefisien Determinasi

Nilai koefisien determinasi variabel Komunikasi Organisasi (X1) terhadap Efektivitas Kinerja Sekolah (Y) dihitung dengan

bantuan SPSS 20.

b. Uji Hipotesis Kedua

Pengujian hipotesis kedua yang diajukan dalam penelitian ini mengikuti langkah-langkah sebagaimana berikut:

1) Merumuskan hipotesis statistik

H0: = 0 : Perilaku Kepemimpinan Kepala Sekolah tidak

berpengaruh positif dan signifikan terhadap Efektifitas kinerja Sekolah.


(1)

c. Dalam segi efektivitas kinerja sekolah, lembaga penyelenggara, serta seluruh komponen sekolah perlu difokuskan secara optimal terhadap upaya peningkatan kualitas manajemen ketenagaan, pengelolaan keuangan, dan manajemen kemitraan sekolah dengan masyarakat. Hal yang perlu diterapkan dalam penyelenggaraan kinerja sekolah ini antara lain:

- Peningkatan kompetensi tenaga pendidik dan tenaga kependidikan baik dalam segi kualifikikasi minimal yang dimiliki guru, kepala sekolah, maupun tenaga administrasi sekolah (TAS).

- Kepala sekolah dan pengawas mendorong guru yang belum memiliki tingkat pendidikan S-1/D-IV untuk melanjutkan studi yang sesuai dengan bidang keilmuannya.

- Penyusunan keuangan sekolah harus mengidentifikasi semua pemasukan keuangan sekolah, sehingga sekolah dapat dengan mudah memetakan pemenuhan kebutuhan biaya operasional & investasi sekolah ketika menyusun RKAS.

- Kepala sekolah, bendahara sekolah, dan komite sekolah perlu mengidentifikasi besaran semua pemasukan keuangan sekolah secara komprehensif, dalam penyusunan RKAS tersebut diketahui ancangan jumlah pemasukan keuangan sekolah secara keseluruhan dan per sumber pemasukan; serta sebelum sekolah mengalokasikan biaya operasi non-personalia, terlebih dahulu dianalisis standar biaya per peserta didik.


(2)

209

- Kepala sekolah dan bendahara sekolah perlu mempublikasikan dokumen RKAS kepada warga sekolah serta mempublikasikan laporan keuangan sekolah secara berkala sebagai implementasi transaparansi (good governance).

- Sekolah perlu memberikan pembimbingan kepada orang tua mengenai cara membantu tugas sekolah, memahami isu-isu pendidikan, dan isu kesamaan gender sebagai upaya untuk membangun kemitraan yang kondusif.

- Perlunya peningkatan keterlibatan nyata orang tua siswa dalam berbagai kegiatan sekolah, seperti proses pengajaran dan pembelajaran, kegiatan ekstra-kurikuler dan kegiatan yang mendukung, serta sejumlah dewan sekolah lokal yang secara bijaksana memperhatikan kondisi kerja guru.

2. Untuk penelitian lanjutan

Meskipun dalam penelitian ini telah terbukti adanya kontribusi positif dan signifikan dari komunikasi organisasi dan perilaku kepemimpinan kepala sekolah terhadap efektivitas kinerja sekolah yang bersangkutan, namun persentase pengaruh dari kedua variabel tersebut (komunikasi organisasi dan perilaku kepemimpinan kepala sekolah) sebesar 34,6% masih menyisakan faktor lain yang berpengaruh. Dengan demikian, hal ini dapat dijadikan dasar pertimbangan bagi penelitian lanjutan yang lebih mendalam dengan memperhatikan faktor-faktor lainnya yang mungkin turut berperan terhadap peningkatan efektivitas kinerja sekolah.


(3)

210

Arifin, Anwar. 1995. Ilmu Komunikasi. Jakarta: Raja Grafindo Persada

Arikunto, Suharsimi. 2010. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka Cipta.

Avolio, Bruce J. and Gardner, William L. 2006. Authentic Leadership Development: Getting to The Root of Positive Forms of Leadership. The Leadership Quarterly 16. Gallup Leadership Institute, College of Business Administration, University of Nebraska-Lincoln, NE, United States

Avolio, Bruce J. and Luthans, Fred J. 2006. The High Impact Leader: Moments Matter in accelerating Authentic Leadership. New York: McGraw-Hill. Bass, Bernard M. and Riggio, Ronald E. 2008. Transformational Leadership, 2nd

Edition. Mahwah- New Jersey: Lawrence Erlbaum Associates, Inc.

Blanchard, Miller. 2005. The Secret – Rahasia Kepemimpinan. Jakarta: Elex Media Komputindo.

Bobbins, James G. and Jones, Barbara S.. 2006. Komunikasi yang Efektif, untuk Pemimpin, Pejabat dan Usahawan. Jakarta: CV Pedoman Ilmu Jaya.

Botha, R.J. 2004. Excellen in Leadership: Demand on The Professional School Principal. South African Journal of Education Vol. 24(3)239-243

Budiyono, Amirullah Haris. 2004. Pengantar Manajemen. Yogyakarta: PT Graha Ilmu.

Curtis, Daw B., Floyd, James J., and Winsor, Jerry L. 1999. Komunikasi Bisnis dan Professional. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

__________. 2004. Komunikasi Bisnis dan Professional. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

Daft, Richard L. 2008. The Leadership Experience. 4th Edition. Mason-Ohio: Thomson Learning Education.

Danim, Sudarwan. (2003). Menjadi Komunitas Pembelajar. Jakarta: Bumi Aksara Engkoswara dan Komariah, Aan. 2011. Administrasi Pendidikan. Bandung:


(4)

211

Fatah, Nanang. (2009). Landasan Manajemen Pendidikan. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya

Feisal, Jusuf Amir. 1995. Reorientasi Pendidikan Islam. Jakarta: Penerbit Gema Insania Press.

Goethals, George R. eds., et.al. 2004. Encyclopedia of Leadership. Thousand Oaks: SAGE Publications.

Handoko, T. Hani. 2001. Manajemen Personalia dan Sumber Daya Manusia.Yogjakarta: BPFE.

Hellriegel, Don and Slocum, John W. 2007. Organizational Behavior. 11th Edition. Mason-Ohio: Thomson Higher Education.

Hersey, Paul., Blanchard, Keneth H., and Johnson, Dewey F. 1996. Management of Organizational Behaviour. New York: MacGraw-Hill

Hughes, Richard L., et.al. 2012. Leadership: Memperkaya Pelajaran dari Pengalaman. Terjemahan: Putri Iva Izzati. Jakarta: Salemba Humanika. Indrawijaya, Adam I. 2009. Perilaku Organisasi. Bandung: Sinar Baru Algesindo. Katz, D. & Kahn, R.L. 1966. The Social Psychology of Organization. A Wiley

International Edition.

Kotler, Philip. 2000. Maketing Management. The Milenium Edition. New Jersey: Prentice-Hall Inc.

Lilliweri, Alo. 2001. Gatra-Gatra Komunikasi Antarbudaya. Yogyakarta: Pustaka Pelajar

_________. 2004. Sosiologi Organisasi. Bandung: Citra Aditya Bakti.

Lunenburg, Fred C., and Omstein, Allan C. 2000. Educational Administration; Concepts and Practices.USA: Wodsworth.

Lussier, Robert N. and Achua, Christopher F. 2010. Leadership: Theory, Application, and Skill Development. 4th Edition. Mason-Ohio: South-Western Cengage Learning.

Mahsun, Mohamad. 2006. Pengukuran Kinerja Sektor Publik. Yogyakarta: BPFE UGM

Mandenhall, William. 1969. Introduction to Probability and Statistics. Belmont-California: Wadsworth Publishing Company, Inc.


(5)

Mangkunegara, A.A Anwar Prabu. 2001. Manajemen SDM Perusahaan. Bandung: Remaja Rosda Karya

Marwansyah dan Mukaram. 1999. Manajemen Sumberdaya Manusia. Bandung: Pusat Penerbit Administrasi Niaga Politeknik Negeri Bandung

Masyhuri HP. 1991. Asas-asas Komunikasi, Semarang: IKIP Semarang Press. Muhammad, Arni. 1989. Komunikasi Organisasi, Jakarta: Departemen

Pendidikan dan Kebudayaan.

Mullins, Laurie J. 2005. Management and Organisational Behavior. 7th Edition. Essex: Pearson Education Limited.

Mulyasa, E. 2007. Manajemen berbasis sekolah: Konsep, strategi dan implementasi. Bandung: Remaja Rosdakarya Offset.

_________. 2005. Menjadi kepala sekolah Profesional. Bandung: Remaja Rosdakarya

Musakabe, Herman. 2004. Mencari Kepemimpinan Sejati, di Tengah Krisis dan Reformasi. Jakarta: Penerbit Citra Insan Pembaru.

Northouse, Peter G. Northouse. 2010. Leadership: Theory and Practice. Fifth Edition. Thousand Oaks-California: SAGE Publication.

Pace, R Wayne and Faules, Don F.2006. Komunikasi Organisasi. Bandung : PT. Remaja Rosdakarya.

Permana, Johar. 2010. Budaya Kerja, Transformasi & Strategi Komunikasi Organisasi. Bandung: Rizqi Press.

Permendiknas No.13 Tahun 2007. tentang Kompetensi profesional kepala sekolah/madrasah

Pusat Penjaminan Mutu Pendidikan. 2012. Pedoman Pemenuhan Standar Nasional Pendidikan Pada Sekolah Menangah Pertama (SMP)/Madrasah Tsanawiyah (MTs). Jakarta: Badan Pengembangan Sumberdaya Manusia Pendidikan dan Kebudayaan dan Penjaminan Mutu Pendidikan Kementerian Pendidikan Nasional

Rakhmat, Jalaludin. 2003. Psikologi Komunikasi. Edisi Revisi. Bandung: Remaja Rosdakarya.

Reinhartz, Judy., and Beach, Don M. 2004. Educational Leadership: Changing schools, changing roles. USA: Pearson


(6)

213

Robbins, Stephen P. 2003. Essentials of Organization Behavior, 7th Edition. New Jersey: Pearson Education, Inc.

Rowe, W. Glenn and Guerrero, Laura. 2011. Cases in Leadership. Second Edition Thousand Oaks-California: SAGE Publications, Inc.

Saondi, Ondi. 2009. Menjadi Sekolah Unggul. Oleced: Al Tarbiyah

Scheerens, Jaap. 2003. Peningkatan Mutu Sekolah. Terjemahan: Abas Al-Jauhari. Jakarta:PT. Logos Wacana Ilmu

Schein, E. H. 1990. Organizational Culture. American Psychologist, 45(2) Sim, Urgyen Rinchem. 2011. The Server Leadership. Depok: Raih Asa Sukses Spears, Larry C. 2010. Character and Servant Leadership: Ten Caharacteristics

of Effective, Caring Leader. The Journal of Virtues Leadership. Vol 1 Iss 1. School of Global Leadership & Entrepreneurship, Regent University

Sugiyono. 2012. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, R&D. Bandung Alfabeta.

Suryono, Agus. 2010. Manajemen Organisasi Publik. Bandung: Alfabeta Verderber, Rudolph F. 2004. Communicate!. Belmont-California: Wodsworth. Wahyudi. 2009. Kepemimpinan Kepala Sekolah; dalam organisasi pembelajar

(learning organization). Bandung: Alfabeta.

Waugh, Albert R. 1952. Elements of Statistical Methode. New York: Mc-Graw-Hill Book Company.

Wirawan .2009. Evaluasi Kinerja Sumber Daya Manusia. Jakarta: Salemba Empat

Wiryanto. 2005. Pengantar Ilmu Komunikasi. Jakarta: Gramedia Widiasarana Indonesia

Wursanto, Ig., 2003. Dasar-dasar Ilmu Organisasi. Yogyakarta: Andi.

Yukl, Gary. 2009. Leadership in Organizations. Sixth Edition. Delhi: Dorling Kindersley.


Dokumen yang terkait

KONTRIBUSI PROFESIONALISME GURU DAN KEPEMIMPINAN KEPALA SEKOLAH TERHADAP KINERJA GURU SMP NEGERI DI KABUPATEN BREBES

0 9 133

KONTRIBUSI KEPEMIMPINAN KEPALA SEKOLAH, BUDAYA ORGANISASI, DAN MOTIVASI KERJA TERHADAP KINERJA Kontribusi Kepemimpinan Kepala Sekolah, Budaya Organisasi, Dan Motivasi Kerja Terhadap Kinerja Guru Di MTs Negeri Se-Kabupaten Sragen.

0 2 15

KONTRIBUSI KEPEMIMPINAN KEPALA SEKOLAH, BUDAYA ORGANISASI, DAN MOTIVASI KERJA TERHADAP KINERJA Kontribusi Kepemimpinan Kepala Sekolah, Budaya Organisasi, Dan Motivasi Kerja Terhadap Kinerja Guru Di MTs Negeri Se-Kabupaten Sragen.

0 2 13

KONTRIBUSI STRES KERJA GAYA KEPEMIMPINAN KEPALA SEKOLAH DAN KOMITMEN ORGANISASI TERHADAP KINERJA GURU MAN Kontribusi Stres Kerja Gaya Kepemimpinan Kepala Sekolah Dan Komitmen Organisasi Terhadap Kinerja Guru Man Kabupaten Sragen.

0 2 18

KONTRIBUSI IKLIM KOMUNIKASI, KESEJAHTERAAN, DAN GAYA KEPEMIMPINAN Kontribusi Iklim Komunikasi,Kesejahteraan, dan Gaya Kepemimpinan Kepala Sekolah Terhadap Kinerja Guru di SMP Negeri Kecamatan Teras Kabupaten Boyolali Tahun 2012.

0 0 17

KONTRIBUSI IKLIM KOMUNIKASI, KESEJAHTERAAN, DAN GAYA KEPEMIMPINAN KEPALA SEKOLAH TERHADAP KINERJA GURU Kontribusi Iklim Komunikasi,Kesejahteraan, dan Gaya Kepemimpinan Kepala Sekolah Terhadap Kinerja Guru di SMP Negeri Kecamatan Teras Kabupaten Boyolali

0 2 22

KONTRIBUSI PERILAKU KEPEMIMPINAN TRANSFORMASIONAL KEPALA SEKOLAH DAN KINERJA KOMITE SEKOLAH TERHADAP EFEKTIVITAS IMPLEMENTASI MANAJEMEN BERBASIS SEKOLAH DI SEKOLAH DASAR NEGERI SE-KECAMATAN LIGUNG KABUPATEN MAJALENGKA.

0 1 63

KINERJA KEPALA SEKOLAH : Pengaruh Perilaku Kerja, Budaya Organisasi Dan Kompensasi Terhadap Kinerja Kepala Sekolah Menengah Pertama (SMP) Negeri Di Kabupaten Cirebon.

1 5 78

KONTRIBUSI KEPEMIMPINAN TRANSFORMASIONAL KEPALA SEKOLAH DAN IKLIM SEKOLAH TERHADAP PENINGKATAN EFEKTIVITAS SEKOLAH PADA SMP NEGERI SE-KABUAPTEN PURWAKARTA.

0 0 72

KONTRIBUSI PERILAKU KEPEMIMPINAN KEPALA SEKOLAH DAN KINERJA KOMITE SEKOLAH TERHADAP EFEKTIVITAS IMPLEMENTASI MANAJEMEN BERBASIS SEKOLAH (MBS) PADA SMK NEGERI DI KABUPATEN TASIKMALAYA.

0 1 76