PENGARUH KEPEMIMPINAN TRANSFORMASIONAL KEPALA SEKOLAH DAN IKLIM SEKOLAH TERHADAP SEKOLAH EFEKTIF PADA SD NEGERI DI KECAMATAN PURWAKARTA.

(1)

SEKOLAH DAN IKLIM SEKOLAH TERHADAP SEKOLAH EFEKTIF PADA SD NEGERI DI KECAMATAN PURWAKARTA

TESIS

Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat untuk Memperoleh Gelar Magister Pendidikan Program Studi Administrasi Pendidikan

Eri Yuningsih NIM : 1204796

PROGRAM STUDI ADMINISTRASI PENDIDIKAN SEKOLAH PASCASARJANA

UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA 2014


(2)

(3)

Pengaruh Kepemimpinan

Transformasional Kepala Sekolah dan

Iklim Sekolah terhadap Sekolah Efektif

pada SDN di Kecamatan Purwakarta

Oleh Eri Yuningsih

UPI Bandung, 2014

Sebuah Tesis yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Magister Pendidikan (M.Pd.) pada Fakultas Pasca Sarjana

© Eri Yuningsih 2014 Universitas Pendidikan Indonesia

Juni 2014

Hak Cipta dilindungi undang-undang.

Skripsi ini tidak boleh diperbanyak seluruhya atau sebagian, dengan dicetak ulang, difoto kopi, atau cara lainnya tanpa ijin dari penulis.


(4)

(5)

PENGARUH KEPEMIMPINAN TRANSFORMASIONAL KEPALA SEKOLAH DAN IKLIM SEKOLAH TERHADAP SEKOLAH EFEKTIF PADA SDN DI

KECAMATAN PURWAKARTA ERI YUNINGSIH

NIM. 1204796 ABSTRAK

Sekolah efektif merupakan paradigma baru pendidikan yang dianggap menjadi salah satu upaya untuk meningkatkan kualitas pendidikan di Indonesia. Sekolah efektif menuntut adanya ketercapaian tujuan-tujuan pendidikan. Namun kenyataan di lapangan menunjukkan bahwa sekolah-sekolah belum optimal dalam meningkatkan mutu pendidikannya baik ditingkat lokal, nasional, maupun internasional. Apakah kondisi serupa dialami oleh Sekolah-sekolah terutama SD Negeri di kecamatan Purwakarta? Bagaimana pengaruh kepemimpinan kepala sekolah dan iklim sekolah secara parsial maupun simultan terhadap sekolah efektif pada SD Negeri di Kecamatan Purwakarta? Penelitian ini bertujuan mengetahui seberapa besar pengaruh tersebut.

Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif dengan mengandalkan instrumen berupa angket dengan pilihan jawaban berskala Likert. Angket disebarkan ke 30 sampel SD Negeri (dipilih melalui prosedur sampling cluster) dari populasi 82 SD Negeri di Kecamatan Purwakarta. Adapun metode penelitian yang digunakan adalah metode penelitian survei yang bersifat menjelaskan hubungan kausal dan pengujian hipotesis.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa: 1) Kepemimpinan transformasional kepala sekolah pada SD Negeri di Kecamatan Purwakarta secara umum berada pada kategori sangat tinggi. 2) Iklim sekolah pada SD Negeri di Kecamatan Purwakarta secara umum berada pada kategori sangat kondusif. 3) Sekolah efektif pada SD Negeri di Kecamatan Purwakarta secara umum berada pada kategori sangat efektif. 4) Kepemimpinan transformasional kepala sekolah berpengaruh cukup kuat dan signifikan dengan determinasi rendah terhadap sekolah efektif. 5) iklim sekolah berpengaruh cukup kuat dan signifikan dengan determinasi rendah terhadap sekolah efektif. dan 6) kepemimpinan transformasional kepala sekolah dan iklim sekolah secara bersama-sama berpengaruh kuat dan signifikan dengan determinasi sedang terhadap sekolah efektif.

Rekomendasi dari penelitian ini, bagi kepala sekolah dan guru agar dikembangkan program-program kegiatan sekolah yang difokuskan pada peningkatan prestasi akademik dan non akademik peserta didik, Perlu dikembangkan kegiatan sosialisasi atau pelatihan bagi kepala sekolah dalam membuat visi dan misi sekolah yang jelas dan terukur serta meningkatkan keterlibatan guru dan staf dalam menyusun visi & misi sekolah, perlu ditingkatkan hubungan kerjasama antara sekolah dengan orangtua atau masyarakat dengan cara meningkatkan peran serta atau keterlibatan orangtua dan masyarakat dalam mendukung program sekolah, Perlu dikembangkan kerjasama kolaboratif antar stakeholder sekolah dalam menciptakan iklim sekolah yang kondusif terutama dalam hal menerapkan komunikasi yang luwes dan menyenangkan serta bersikap terbuka terhadap saran dan masukan dari stakeholder sekolah. Bagi guru diharapkan lebih meningkatkan kompetensi sosialnya dalam membangun komunikasi yang baik dengan orangtua dengan memberikan informasi mengenai perkembangan belajar dan prestasi peserta didik secara intensif baik lisan maupun tulisan. Bagi orang tua diharapkan terus meningkatkan peran, tanggung jawab serta partisipasinya dalam mendukung kemajuan sekolah. Bagi komite sekolah perlu ditingkatkan perannya sebagai penjembatan bagi pihak sekolah dengan orangtua dalam menjalin kerjasama yang baik dan mendorong keterlibatan semua unsur sekolah dalam mendukung terlaksananya kegiatan sekolah.


(6)

THE INFLUENCE OF PRINSIPALS TRANSFORMASIONAL LEADERSHIP AND SCHOOL CLIMATE AGAINST EFFECTIVE SCHOOL IN PUBLIC

ELEMENTARYSCHOOLS IN THE DISTRICT OF PURWAKARTA ERI YUNINGSIH

NIM. 1204796 ABSTRACT

Effective school is a new paradigm of education is considered to be one of the efforts to improve the quality of education in Indonesia. Effective school demands the achievement of education goals. But the reality on the ground shows that the schools have not been optimized to improve the quality of education at both the local, national, and international. Is similar conditions experienced by schools, especially public elementary schools in the district of Purwakarta? How does the influence of principal leadership and school climate partially and simultaneously effective against the school in elementary school in the District of Purwakarta State? This study aims to determine how much the influence.

This study uses a quantitative approach by relying on instruments in the form of a questionnaire with Likert scale response options. Questionnaire distributed to 30 samples Elementary School (selected through cluster sampling procedure) of the population of the District 82 Elementary School in Purwakarta. The research method used was a survey research methods explanatory causal relationships and testing hypotheses.

The results showed that: 1) The principal transformational leadership in public primary schools in the District of Purwakarta in general are at a very high category. 2) School Climate in the Elementary School in the District of Purwakarta in general are very conducive to the category. 3) Effective Schools at the Elementary School in the District of Purwakarta generally very effective in the category. 4) The principal of transformational leadership effect is strong enough and significant with low determination of the effective school. 5) The influence of school climate is strong enough and significant with low determination toward an effective school. and 6) the principal transformational leadership and school climate together are strong effect and significant with medium toward an effective school.

Recommendations from this study, for principals and teachers to develop school activity programs are focused on improving the academic and non-academic achievements of students, a need to develop socialization or training for principals in making the vision and mission of the school are clear and measurable, and increase the involvement of teachers and staff in developing the vision and mission of the school, the relationship needs to be improved cooperation between the school and the parents or the community by increasing the participation or involvement of parents and community in supporting school programs, a need to develop a collaborative partnership between the stakeholders of the school in creating a school climate that is conducive to communication, especially in terms of implementing a flexible and fun as well as being open to suggestions and input from stakeholders of the school. For teachers expected to further enhance social competence in establishing good communication with parents by providing information on the development of learning and learners' achievements intensively both oral and written. For parents expected to continue to increase the roles, responsibilities and participation in supporting school improvement. For the school committee needs to be enhanced role as a bridge for the school with the parents to establish good cooperation and encourage the involvement of all elements of the school in supporting the implementation of school activities.


(7)

DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN ... i

PERNYATAAN ... ii

ABSTRAK ... iii

KATA PENGANTAR ... v

UCAPAN TERIMAKASIH... vi

DAFTAR ISI ... viii

DAFTAR TABEL ... xi

DAFTAR GAMBAR ... xiv

DAFTAR LAMPIRAN ... xv

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian ... 1

B. Identifikasi dan Perumusan Masalah ... 10

C. Tujuan Penelitian ... 14

D. Manfaat/Signifikansi Penelitian ... 15

E. Struktur Organisasi Tesis... 15

BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kajian Pustaka ... 17

1. Sekolah Efektif dalam Konteks Administrasi Pendidikan ... 17

a. Manajemen Sekolah ... 17

b. Pengertian Sekolah Efektif ... 22

c. Karakteristik Sekolah Efektif ... 23

d. Kunci Keberhasilan sekolah Efektif ... 31

e. Manajemen Sekolah Efektif ... 32

2. Kepemimpinan... 34

a. Pengertian Kepemimpinan ... 34

b. Teori-teori dan Gaya Kepemimpinan ... 36


(8)

3. Kepemimpinan Transformasional Kepala sekolah ... 41

a. Pengertian Kepemimpinan Transformasional ... 41

b. Karakteristik Kepemimpinan Transformasional ... 44

c. Dimensi Kepemimpinan Transformasional ... 47

4. Iklim Sekolahdalam Konteks Administrasi Pendidikan ... 50

a. Iklim Organisasi ... 50

b. Iklim Sekolah ... 52

B. Kajian Studi Terdahulu yang Relevan ... 58

C. Kerangka Berpikir ... 62

D. Hipotesis ... 64

BAB III METODE PENELITIAN A. Lokasi Penelitian, Populasi dan Sampel ... 65

B. Desain Penelitian ... 68

C. Metode Penelitian ... 69

D. Definisi Operasional ... 70

E. Kisi-kisi Penelitian ... 72

F. Instrumen Penelitian ... 74

G. Proses Pengembangan Instrumen ... 76

H. Teknik Pengumpulan Data ... 86

I. Teknik Analisis Data ... 88

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Hasil Penelitian ... 100

1. Deskripsi Sekolah Efektif pada SD Negeri di Kecamatan Purwakarta ... 100

2. Deskripsi Kepemimpinan Transformasional Kepala Sekolah pada SD Negeri di Kecamatan Purwakarta ... 110

3. Deskripsi Iklim sekolah pada SD Negeri di Kecamatan Purwakarta ... 120

4. Analisis Data... 128

5. Hasil Uji Hipotesis... 133


(9)

B. Pembahasan Hasil Penelitian ... 149

1. Kepemimpinan Transformasional Kepala Sekolah ... 149

2. Iklim Sekolah ... 156

3. Sekolah Efektif ... 158

4. Analisis Pengaruh Kepemimpinan Transformasional Kepala Sekolah terhadap Sekolah Efektif ... 161

5. Analisis Pengaruh Iklim Sekolah terhadap Sekolah Efektif ... 166

6. Analisis Pengaruh Kepemimpinan Transformasional Kepala Sekolah dan Iklim Sekolah Secara Bersama-sama terhadap Sekolah Efektif ... 169

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI A. Kesimpulan ... 175

B. Rekomendasi ... 176

DAFTAR PUSTAKA ... 180 LAMPIRAN-LAMPIRAN


(10)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Penelitian

Sekolah sebagai lembaga pendidikan memiliki fungsi mengembangkan potensi, bakat, minat dan pengetahuan peserta didik menuju kedewasaan. Dengan bekal tersebut diharapkan peserta didik mampu memecahkan berbagai masalah yang dihadapi dalam kehidupannya. Banyak konsepsi tentang sekolah, namun pada hakekatnya sekolah tidak melulu terbatas pada ruang kelas, dewasa ini banyak sekolah yang mengusung tema sekolah alam. Hal ini membuktikan adanya perubahan paradigma masyarakat tentang sekolah bahwa pembelajaran di sekolah tidak melulu harus terjadi didalam ruang kelas. Intinya sekolah harus mampu memberikan pelayanan pendidikan kepada peserta didik dengan efektif dan efisien.

Dalam konteks administrasi pendidikan, sekolah dipandang sebagai sebuah sistem. Sekolah sebagai sistem merupakan organisasi yang terdiri dari input, proses, dan output. Sebagaimana yang dikemukakan oleh Hoy & Miskel (2008:18) bahwa: “school are social systems that take resources such as labour, student, and money from the environment and subject these inputs to an educational transformation process to produce literate and educated students and graduates”. Sekolah sebagai sistem sosial mengambil sumber daya berupa input yang mencakup karyawan (kepala sekolah, guru, dan tenaga kependidikan), siswa, dan uang (dana) dari lingkungan dan input subjek ini selanjutnya akan mengalami proses transformasi pendidikan untuk menghasilkan siswa dan lulusan yang terpelajar dan berpendidikan.

Dalam rangka mewujudkan pendidikan yang berkualitas, banyak tantangan dan hambatan yang perlu dihadapi, dan disiasati. Tantangan (Threat) tersebut berasal dari luar sekolah (eksternal) berupa kurangnya dukungan dan keterlibatan orangtua dan masyarakat, tingkat kepercayaan masyarakat terhadap sekolah, tuntutan masyarakat terhadap sekolah, dan tingkat relevansi pendidikan terhadap kehidupan di masyarakat. Sedangkan hambatan berasal dari dalam


(11)

sekolah itu sendiri (internal) yang berupa kelemahan (weaknes) diantaranya adalah kurangnya komitmen stakeholder sekolah dalam mewujudkan pendidikan yang berkualitas, belum terciptanya iklim sekolah yang benar-benar kondusif, kurangnya sarana dan prasarana, dan lain-lain.

Disamping itu, adanya perkembangan arus globalisasi yang semakin hari semakin tak terkendali menuntut sekolah sebagai lembaga pendidikan terdepan untuk dapat menciptakan lulusan-lulusan yang memiliki kompetensi yang memadai, memiliki keterampilan yang baik, memiliki pengetahuan yang mumpuni sehingga mampu bersaing dan menerapkan pengetahuan dan keterampilannya sesuai dengan tuntutan masyarakat dan tuntutan perkembangan zaman. Oleh karena itu, sekolah pada saat ini mendapat tantangan yang sangat besar dalam menjawab tuntutan-tuntutan tersebut. Sekolah harus mampu membuktikan kinerja secara profesional untuk dapat menghasilkan lulusan yang kompetitif, kreatif, inovatif dan berkualitas.

Dalam menyikapi permasalahan ini pemerintah telah banyak melakukan penyempurnaan sistem pendidikan salah satunya adalah dengan dikeluarkannya permendiknas RI No.19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan dimana salah satunya mengatur tentang standar pengelolaan pendidikan yang secara langsung berpengaruh terhadap manajemen sekolah. Sebagaimana yang tertuang

dalam pasal 49 ayat 1 bahwa: “Pengelolaan pada jenjang pendidikan dasar dan

menengah menerapkan manajemen berbasis sekolah yang ditunjukkan dengan kemandirian, kemitraan, partisipasi, keterbukaan, dan akuntabilitas”. Dengan adanya aturan tersebut sekolah diberi kesempatan yang luas dalam mengelola sekolah secara mandiri dan akuntabel.

Untuk dapat menjawab tuntutan tersebut, banyak konsep yang disodorkan dalam administrasi pendidikan. Salah satunya adalah mengenai konsep sekolah efektif seperti yang tertuang dalam permendiknas No 19 Tahun 2005 pasal 54 ayat

1 bahwa “Pengelolaan satuan pendidikan dilaksanakan secara mandiri, efisien, efektif dan akuntabel”. Terdapat dua sudut pandang mengenai sekolah efektif. Pertama, berdasarkan sudut pandang mutu, sekolah efektif merupakan sekolah yang memiliki tingkat kelulusan yang tinggi baik dilihat dari segi kuantitas


(12)

maupun dari segi kualitas. Kedua, berdasarkan sudut pandang manajemen, sekolah efektif merupakan sekolah yang mampu memberikan pelayanan terbaik kepada konsumen pendidikan (peserta didik, orangtua, masyarakat dan dunia usaha) sehingga kepuasan konsumen pendidikan dapat terpenuhi.

Sekolah dikatakan efektif apabila memenuhi tiga unsur utama yaitu input, proses dan output. Input (masukan) terdiri dari peserta didik, guru, sarana prasarana, kurikulum, dan biaya. Proses berkenaan dengan manajemen sekolah baik dari segi manajemen pembelajaran (kelas), pembiayaan, maupun sarana prasarana. Sedangkan output berkenaan dengan hasil pendidikan (lulusan) dan kemanfaatannya di masyarakat atau tingkat relevansi pendidikannya. Dalam pelaksanaannya sekolah harus mengacu pada permendikdas No. 15 Tahun 2010 tentang Standar Pelayanan Minimal (SPM) pendidikan dasar yang menghendaki diselenggarakannya jenis pelayanan pendidikan sesuai dengan kebutuhan, karakteristik dan potensi daerah. Dengan demikian, secara mandiri sekolah dapat mengelola sumber daya dengan memanfaatkan potensi yang dimiliki sesuai dengan kebutuhan dan karakteristik masing-masing melalui analisis SWOTnya.

Dalam upaya mewujudkan sekolah efektif banyak faktor yang mempengaruhi diantaranya adalah kepemimpinan kepala sekolah dan iklim sekolah. Kepemimpinan kepala sekolah merupakan faktor penentu keberhasilan sekolah. Karena kepala sekolah memiliki peran sentral sebagai pemimpin yang dapat menentukan maju mundurnya sekolah. Hal ini sejalan dengan pendapat Mulyasa (2012:18) bahwa :

...Kepala sekolah memiliki posisi yang sangat penting dalam menggerakkan manajemen sekolah agar dapat berjalan sesuai dengan tuntutan masyarakat dan perkembangan kebutuhan zaman khususnya kemajuan ilmu pengetahuan, teknologi, budaya, dan seni. Pentingnya kepemimpinan kepala sekolah ini perlu ditekankan lagi, terutama dalam kaitannya dengan kebijakan otonomi daerah dan desentralisasi pendidikan. Dalam desentralisasi pendidikan yang menekankan pada manajemen berbasis sekolah, kepala sekolah memiliki otonomi yang tinggi dalam memajukan dan mengembangkan sekolahnya.

Dalam penelitian ini kepemimpinan kepala sekolah yang dimaksud adalah kepemimpinan transformasional yaitu kepemimpinan yang mampu menularkan


(13)

kepemimpinannya kepada bawahannya, mampu mendayagunakan sumber daya sekolah yang dimilikinya, memahami kebutuhan-kebutuhan sekolahnya, memahami permasalahan yang dirasakan bawahannya, mampu mendorong dan mempengaruhi bawahannya agar dapat menunjukkan kinerja terbaiknya melalui visi dan misi yang jelas dan terarah, serta mampu membawa perubahan kearah yang lebih baik.

Bass dan Riggio (2006:6-7) mengemukakan empat dimensi kepemimpinan transformasional yaitu: Idealized Influence (Pengaruh Ideal/Karisma), Intelektual Stimulation (Rangsangan Intelektual), Inspirational Motivasion (motivasi inspirasional), dan Individual Consideration (Pertimbangan Individu).

Selain kepemimpinan kepala sekolah, faktor yang turut menentukan sekolah efektif adalah iklim sekolah. Iklim sekolah merupakan suasana yang dirasakan oleh warga sekolah terutama kepala sekolah dan guru sebagai hasil interaksi antara keduanya. Iklim sekolah yang dimaksud adalah iklim sekolah terbuka. Sebagaimana yang dikemukakan oleh Hoy dan Miskel (2008:200) yang mendeskripsikan iklim sekolah terbuka kedalam tiga dimensi yaitu: supportive, collegial dan intimate.

Selanjutnya Reynold dalam Mulyasa (2012:90) menyatakan bahwa dalam sekolah efektif, perhatian khusus diberikan kepada penciptaan dan pemeliharaan iklim dan budaya yang kondusif untuk belajar. Hal ini dapat terjadi melalui penciptaan norma dan nilai serta kebiasaan yang positif, penanaman motivasi berprestasi terhadap siswa maupun guru, penciptaan suasana lingkungan yang aman, nyaman dan kondusif sehingga siswa maupun guru dapat belajar optimal dan menyenangkan, adanya hubungan yang harmonis diantara stakeholder pendidikan yang dilandasi rasa kekeluargaan, kebersamaan, saling menghormati dan menghargai, menumbuhkan sikap kerjasama sebagai tim work yang solid. Dengan tercipta dan terpeliharanya iklim sekolah yang kondusif mendorong setiap warga sekolah untuk bertindak dan melakukan segala hal dengan maksimal mengarah pada pencapaian prestasi siswa.

Dalam rangka pengembangan sekolah menuju sekolah efektif, masih banyak permasalahan yang terjadi di lapangan. Secara umum masalah yang dihadapi sekolah antara lain :


(14)

(1) administrasi sekolah yang belum dibenahi dengan baik. Sebagai contoh data profil sekolah yang kurang dinamis. (2) team working sekolah yang lemah yaitu sebagian pejabat sekolah sulit berkoordinasi dengan para guru dan personal lainnya dalam melaksanakan strategi sekolah, (3) kurangnya kelengkapan kearsifan sekolah. Hal ini dapat dilihat dari SOTK sekolah, peta sekolah dan profil sekolah yang masih menggunakan data yang lama, (4) kurangnya partisipasi masyarakat terhadap pembangunan pendidikan di daerahnya, (5) kurangnya fasilitas dan kelengkapan belajar di kelas, (6) di beberapa daerah rendahnya kualitas sumber daya manusia dari masyarakat sekitar sekolah karena rata-rata tingkat pendidikan masih rendah. (7) kesibukan masyarakat terdidik di sekitar sekolah dalam menjalankan aktivitas, sehingga hampir tidak ada waktu luang untuk bersama-sama memikirkan kemajuan sekolah di sekitarnya, (8) karang taruna sebagai wadah bagi pemuda desa untuk mengembangkan kreativitas dalam menunjang kemajuan desa tidak diberi peran yang berarti untuk kemajuan sekolah, dan (9) hal lain yang dimungkinkan dapat mendorong kemajuan sekolah. (Sagala, 2010: 39)

Sementara itu, hasil observasi awal yang penulis lakukan terhadap kondisi Sekolah Dasar di Kecamatan Purwakarta Kabupaten Purwakarta menemukan fakta berikut ini. Pertama, Dari jumlah SD Negeri sebanyak 82 sekolah itu, yang menjadi permasalahan dalam upaya mewujudkan sekolah efektif adalah masih banyaknya ruang kelas yang kurang layak pakai. Dari jumlah bangunan 224 buah terdapat bangunan yang rusak ringan sebanyak 29 buah dan 13 buah rusak berat. Demikian pula halnya dengan kondisi kelas, dari jumlah ruang kelas SD sebanyak 368 buah terdapat ruangan yang rusak ringan sebanyak 47 buah dan yang rusak berat 32 buah. Sebagaimana terlihat pada rincian berikut.

Tabel 1.1

Jumlah dan Kondisi Bangunan/Ruang Kelas SD di Kecamatan Purwakarta

No Jenis Sarana

Kondisi

Jumlah

Baik Rusak

Ringan

Rusak Berat

1. Bangunan 182 29 13 224

2. Ruang Kelas 289 47 32 368

Jumlah 471 76 45 592


(15)

Dengan melihat data tersebut, ternyata masih banyak fasilitas berupa bangunan dan ruang kelas yang rusak, padahal fasilitas tersebut merupakan syarat penting dalam mewujudkan sekolah efektif sebagai tempat berlangsungnya proses pembelajaran yang efektif. Fasilitas bangunan dan ruang kelas menjadi kebutuhan primer yang harus dipenuhi dan diupayakan oleh sekolah agar ketersediaannya dapat memadai. Dengan tersedianya fasilitas yang memadai sudah barang tentu proses belajar dapat berjalan dengan baik dan hasil belajar pun dapat memberikan hasil yang memuaskan.

Kedua, Permasalahan lain yang turut berpengaruh terhadap upaya mewujudkan sekolah efektif adalah mengenai tenaga pendidikan atau guru. Berdasarkan hasil temuan di lapangan dari jumlah 925 orang guru, terdapat 685 atau 75% guru di kecamatan Purwakarta sudah sesuai dengan standar kualifikasi S1 sedangkan sisanya sebanyak 240 atau 25% guru belum/tidak sesuai dengan standar kualifikasi S1 dengan beragam latar belakang pendidikan mulai dari SMA/Sederajat, SPG, SGO, D1, D2, D3, S1 dan S2. Adapun guru yang sudah S1 berjumlah 685 orang, yang mengajar sesuai dengan latar belakang pendidikan sebanyak 624 orang, sisanya sebanyak 61 orang mengajar tidak sesuai dengan latar belakang pendidikannya. Sebagaimana terlihat pada tabel berikut.

Tabel 1.2

Jumlah Guru SD di Kecamatan Purwakarta Berdasarkan Latar Belakang Pendidikan

Jenjang

Kesesuaian dengan Bidang Pekerjaan

Jumlah

Memenuhi Standar kualifikasi

Tidak Memenuhi

Standar Kualifikasi Sesuai Tidak

Sesuai

S2 3 - 3

685 atau 75% 240 atau 25%

S1 621 61 682

D3 8 2 10

D2 130 2 132

D1 3 2 5

SMA - 46 46

SPG 44 - 44

SGO 3 - 3

Total 812 113 925


(16)

Dari data di atas, dapat diketahui bahwa masih banyak tenaga guru yang tidak sesuai dengan kualifikasi yang dipersyaratkan pemerintah, padahal pemerintah selalu menuntut guru agar bekerja secara profesional. Untuk bekerja secara professional tentunya perlu ditunjang dengan kualifikasi yang memadai. Namun kenyataan di lapangan masih banyak rekrutmen guru yang tidak sesuai dengan kualifikasinya. Hal ini dikarenakan masih banyak terjadi kekurangan guru di beberapa sekolah sehingga menuntut sekolah tersebut mengambil tenaga-tenaga pengajar di luar kualifikasi yang dipersyaratkan. Begitu pun guru yang sudah S1 masih ada yang mengajar tidak sesuai dengan latar belakang pendidikannya. Padahal sebuah pekerjaan dikatakan profesional jika apa yang dikerjakan tersebut sesuai dengan keahliannya. Dengan kondisi seperti ini maka dukungan input (masukan) baik dari segi sarana prasarana maupun dari segi tenaga pendidikan atau guru harus dapat diperbaiki dan ditingkatkan standar mutunya sehingga dapat terwujud sekolah yang efektif.

Ketiga, dari segi siswa dapat dilihat dari dua sisi yaitu dari sisi masukan (input) dan dari sisi keluaran (output). Dari sisi masukan dapat diketahui dari jumlah siswa yang masuk pada tahun ajaran 2013-2014 yaitu sebanyak 19862 siswa dengan jumlah rombel 594. Bila dihitung rata-rata per rombel maka setiap rombel terdiri dari 33 siswa. Bila ditinjau dari peraturan tentang rasio jumlah siswa dengan luas bangunan yang tercantum dalam permendiknas RI no 24 tahun 2007 tentang standar sarana dan prasarana bahwa kapasitas maksimum ruang kelas adalah 28 siswa, dengan demikian jumlah rata-rata siswa per kelas yang mencapai 33 siswa per kelas/rombel bisa dikatakan tidak sesuai dengan kapasitas ideal yang seharusnya yaitu 28 siswa per kelas. Hal Ini dapat mempengaruhi efektifitas pembelajaran di kelas, artinya semakin banyak jumlah siswa dalam satu kelas maka iklim belajar pun akan semakin tidak kondusif.

Dari sisi keluaran (output), dapat dilihat dari hasil belajar siswa yang ditunjukkan melalui nilai Ujian Nasional, prestasi akademik dan prestasi non akademik. Hasil belajar siswa ditunjukkan dengan nilai rata-rata Ujian Nasional (UN) per mata pelajaran yang di ujikan. Secara rinci dapat dilihat pada tabel berikut.


(17)

Tabel 1.3

Data Hasil Ujian Nasional (UN) SD Tahun Ajaran 2010/2011

No Kategori Mata Pelajaran Jumlah

BIN MTK IPA

1 Nilai Tertinggi 9,30 9,56 9,39 28,25

2 Nilai Terendah 7,24 5,67 6,23 19,14

3 Nilai Rata-rata 8,45 8,23 8,23 24,91

Sumber: Dinas Pendidikan Kabupaten Purwakarta

Berdasarkan data pada tabel di atas, hasil belajar siswa yang ditunjukkan dengan nilai Ujian Nasional (UN) sekolah dasar di kecamatan Purwakarta termasuk ke dalam kategori baik, ini dapat dilihat dari nilai rata-rata UN kecamatan sebesar 8,30 dari tiga mata pelajaran yang di ujikan. Ini menunjukkan bahwa kualitas pendidikan di kecamatan Purwakarta dilihat dari nilai rata-rata Ujian Nasional (UN) tergolong tinggi. Jika dibandingkan dengan kecamatan lain se-kabupaten Purwakarta, kecamatan Purwakarta menempati peringkat ke satu dari tujuh belas kecamatan sebagaimana terlihat pada tabel di bawah ini.

Tabel 1.4

Peringkat Kecamatan Berdasarkan Rata-rata Ujian Nasional Tahun Ajaran 2010/2011

No Kecamatan Rata-rata Rank

1 Purwakarta 24,91 1

2 Jatiluhur 24,56 2

3 Babakancikao 23,46 3

4 Campaka 23,34 4

5 Bungursari 23,34 5

6 Wanayasa 22,97 6

7 Plered 22,46 7

8 Kiara Pedes 22,41 8

9 Pasawahan 22,36 9

10 Sukatani 22,21 10

11 Cibatu 21,71 11

12 Bojong 21,48 12

13 Tegalwaru 21,07 13

14 Pondok Salam 20,96 14

15 Darangdan 20,86 15

16 Maniis 20,38 16

17 Sukasari 20,25 17


(18)

Prestasi non akademik dapat berupa prestasi yang diperoleh dari ajang kejuaraaan atau lomba tingkat Sekolah Dasar (SD) baik pada level kabupaten, provinsi, nasional maupun internasional seperti: Olympiade Siswa Nasional (OSN); Lomba Mata Pelajaran (LMP) yang terdiri dari Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS), Pendidikan Kewarganegaraan (PKN), Bahasa Indonesia, Bahasa Sunda; Kreatifitas seni; Olahraga; Pra Karya (Teknologi Sederhana); Lomba Komputer (IT); Sapta Lomba (Lomba di bidang keagamaan); Lomba Siswa Berprestasi; Ekstrakurikuler yang terdiri dari Pramuka, Lomba Tata Upacara Bendera (LTUB), Lomba Baris Berbaris (LBB) dan lain-lain. Prestasi akademik dan non akademik Sekolah Dasar di Kecamatan Purwakarta dapat dilihat dari tabel berikut.

Tabel 1.5

Prestasi Non Akademik Sekolah Dasar di Kecamatan Purwakarta Tahun

Ajaran Nama Kejuaraan Nama Sekolah

Juara

Ke- Tingkat

2010/2011 Calistung Putra kelas 1 Calistung Putra kelas 2 Calistung Putri kelas 2 Calistung Putri kelas 3 Calistung Putra kelas 3 Melukis

Sinopsis LTUB LBB

SDN 5 Nagri Kaler SDN 5 Nagri Kaler SDN 5 Nagri Kaler SDN 5 Nagri Kaler SDN 5 Nagri Kaler SDN 2 Nagri Kidul SDN 5 Nagri Kaler SDN 4 Sindangkasih SDN 4 Sindangkasih

2 2 3 2 2 3 3 1 1 Kabupaten

2011/2012 Calistung kelas 1 OSN IPA terpadu Cipta Baca Puisi Pidato

Pupuh Putra Pupuh Putri LPBB

SDN 5 Nagri Kaler SDN 5 Nagri Kaler SDN 2 Nagri Kaler SDN 5 Munjul Jaya SDN 3 Sindangkasih SDN 5 Nagri Kaler SDN 4 Sindangkasih

1 1 1 1 1 3 3 Kabupaten

2012/2013 OSN matematika OSN IPA

SDN 4 Nagri Kidul SDN 10 Ciseureuh

2 1

Kabupaten


(19)

Melihat data pada tabel di atas, dapat diketahui bahwa prestasi akademik dan non akademik sekolah dasar di kecamatan purwakarta termasuk ke dalam kategori sangat baik. Namun dari jumlah 82 SD Negeri hanya beberapa Sekolah saja yang dapat memberikan prestasi terbaiknya. Ini menunjukkan bahwa prestasi SD Negeri di Kecamatan Purwakarta belum merata dan perlu upaya peningkatan dalam hal pembinaan bakat dan minat siswa, sehingga sekolah-sekolah yang belum berprestasi dapat ikut ambil bagian. Selain itu, prestasi rata-rata Kecamatan Purwakarta di tingkat Sekolah Dasar belum memuaskan karena hanya unggul ditingkat lokal (kabupaten) saja.

Selain itu, mutu sekolah juga dapat dilihat dari nilai akreditasi sekolah yang menunjukkan akuntabilitas sekolah di masyarakat. Berdasarkan hasil temuan di lapangan nilai akreditasi sekolah dasar negeri di Kecamatan Purwakarta menunjukkan bahwa dari jumlah 82 SD yang berkualifikasi A (Amat Baik) sebanyak 7 SD, dan yang berkualifikasi B (Baik) sebanyak 75 SD.

Dengan demikian dipandang perlu untuk terus meningkatkan kualitas pendidikan baik dari segi hasil belajar maupun dari segi proses pembelajaran sehingga dapat menunjang terwujudnya sekolah efektif. Oleh karena itulah penulis tertarik untuk mengangkat kecamatan Purwakarta sebagai objek penelitian dengan alasan untuk mengetahui apakah Sekolah Dasar Negeri di Kecamatan Purwakarta termasuk sekolah efektif atau tidak. Hal ini perlu pengkajian lebih mendalam melalui penelitian.

Berdasarkan uraian latar belakang di atas, penulis tertarik untuk

melakukan penelitian dengan judul: “Pengaruh Kepemimpinan Transformasional Kepala Sekolah dan Iklim Sekolah Terhadap Sekolah Efektif pada SD Negeri di

Kecamatan Purwakarta”.

B. Identifikasi dan Perumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang di atas, terdapat banyak faktor yang mempengaruhi implementasi sekolah efektif. Edmonds (1979) dalam Hoy dan Miskel (2008:302), mengemukakan lima faktor yang mempengaruhi sekolah efektif yang dikenal dengan “the five factor effective school formula” yaitu:


(20)

(1) Strong leadership by the principal, especially in instructional matters (2) High expectations by teachers for student achievement

(3) An emphasis on basic skills (4) An orderly environment

(5) Frequent, systematic evaluations of students.

Pendapat Edmonds tersebut di atas menjelaskan bahwa sekolah efektif adalah sekolah yang memiliki beberapa karakteristik yaitu: (1) kepemimpinan yang kuat, terutama dalam hal pembelajaran, (2) harapan tinggi guru terhadap prestasi siswa, (3) menekankan pada keterampilan dasar, (4) lingkungan yang nyaman, dan (5) penilaian terhadap hasil belajar siswa yang dilakukan dengan sistematis dan berkesinambungan.

Sedangkan Smith dan Purkey (1983) serta Scheerens dan Bosker (1997) dalam Hoy dan Miskel (2008:303) menyampaikan pendapatnya yang lebih

dikenal dengan “Two Sets of Factors in the Effective-Schools Formula”. Masing-masing mengemukakan tiga belas faktor yang mempengaruhi sekolah efektif yang secara rinci dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 1.6

Dua Rancangan Mengenai Faktor-faktor dalam Sekolah Efektif

Two Sets of Factors in the Effective-Schools Formula

Smith dan Purkey

(1) Instructional leadership

(2) Planned and purposeful curriculum

(3) Clear goals and high expectations (4) Time on task

(5) Recognition of academic success

(6) Orderly climate

(7) Sense of community

(8) Parental support and involvement (9) School site management

(10)Staff development (11)Staff stability

(12)Collegial and collaborative planning

(13)Direct support

Scheerens dan Bosker

(1) Educational leadership

(2) Curriculum quality/opportunity to learn

(3) Achievement orientation (4) Effective learning time (5) Feedback and reinforcement (6) Classroom climate

(7) School climate

(8) Parental involvement (9) Independent learning (10) Evaluative potential (11) Consensus and cohesion (12) Structured instruction (13) Adaptive instruction


(21)

Pendapat Smith dan Purkey di atas menjelaskan bahwa sekolah efektif adalah sekolah yang memiliki karakteristik diantaranya adalah kepemimpinan pembelajaran, kurikulum yang terencana dan terarah, memiliki tujuan yang jelas dan harapan yang tinggi, waktu dalam tugas, penghargaan terhadap keberhasilan akademik, iklim yang nyaman, pandangan masyarakat, dukungan dan keterlibatan orang tua, manajemen sekolah, pengembangan staf, stabilitas staf, perencanaan bersama dan kolaboratif, dan arahan yang mendukung. Dari beberapa karakteristik tersebut, iklim yang nyaman menjadi salah satu faktor yang turut menentukan terciptanya sekolah efektif. Hal ini mengandung makna bahwa sekolah dikatakan efektif jika ditunjang dengan iklim yang aman, nyaman dan kondusif agar tercipta kondisi yang memungkinkan guru dapat mengajar dan siswa dapat belajar dengan tenang dan nyaman sehingga pembelajaran berjalan efektif. Pada akhirnya sekolah dapat menciptakan hasil belajar (output) yang berkualitas.

Sedangkan Menurut Scheerens dan Bosker sekolah yang efektif harus memenuhi beberapa kriteria antara lain: kepemimpinan pendidikan, kualitas kurikulum/ kesempatan untuk belajar, orientasi prestasi, waktu pembelajaran yang efektif, umpan balik dan penguatan, iklim kelas, iklim sekolah, keterlibatan orang tua, pembelajaran mandiri, potensi evaluatif, konsensus dn kohesi, pembelajaran terstruktur dan pengajaran adaptif. Dari beberapa karakteristik tersebut kepemimpinan pendidikan menjadi faktor yang sangat krusial dalam mewujudkan sekolah efektif. Dalam konteks sekolah efektif, kepemimpinan merupakan faktor penentu keberhasilan suatu sekolah. Kepala sekolah sebagai pemegang peran kepemimpinan menjadi sangat sentral karena dapat menentukan maju mundurnya sekolah.

Berdasarkan beberapa pendapat yang dikemukakan di atas, dapat disimpulkan bahwa banyak faktor yang mempengaruhi implementasi sekolah efektif baik yang bersifat internal maupun eksternal. Faktor yang bersifat internal berasal dari dalam lingkungan sekolah yang melibatkan semua komponen sekolah sedangkan faktor eksternal berasal dari luar sekolah seperti keterlibatan orangtua dan masyarakat dll. Mengadopsi beberapa pendapat di atas, penulis merangkum faktor-faktor sekolah efektif secara teori dipengaruhi oleh kepemimpinan kepala


(22)

sekolah, harapan tinggi dari guru, keterampilan dasar, lingkungan yang nyaman, penilaian yang sistematis, kurikulum, tujuan (visi), manajemen sekolah, orientasi prestasi, waktu belajar, rasa kebersamaan, umpan balik dan penguatan, keterlibatan orang tua, belajar mandiri, konsensus dan kohesi, pengajaran adaptif dan berstruktur, pengambilan keputusan, dan peran sekolah.

Adapun problematik di purwakarta terkait dengan pengaruh pada sekolah efektif masih ditemukan seperti gambar berikut ini.

Gambar 1.1

Identifikasi Masalah Penelitian di Lapangan

Dari beberapa faktor tersebut, faktor kepemimpinan kepala sekolah dan iklim sekolah diduga lebih banyak memberikan pengaruh pada terwujudnya sekolah efektif di Sekolah Dasar Negeri di wilayah Kecamatan Purwakarta Kabupaten Purwakarta.

sekolah

efektif

Kepemimpin an kepala

sekolah

Harapan tinggi dari

guru

penilaian yang sistematis

kurikulum

tujuan (visi)

iklim sekolah manajemen

sekolah orientasi

prestasi waktu

belajar umpan balik & penguatan

keterlibatan orangtua

belajar mandiri

pengambilan keputusan


(23)

Berdasarkan uraian di atas, maka ruang lingkup masalah penelitian ini difokuskan pada hubungan antara gaya kepemimpinan kepala sekolah dan iklim sekolah dengan sekolah efektif, dengan judul: “Pengaruh Kepemimpinan Transformasional Kepala Sekolah dan Iklim Sekolah Terhadap Sekolah Efektif

pada SD Negeri di Kecamatan Purwakarta”.

Berdasarkan fokus permasalahan di atas dapat dirinci rumusan-rumusan masalah berikut:

1. Bagaimana gambaran gaya kepemimpinan transformasional kepala SD Negeri di Kecamatan Purwakarta?

2. Bagaimana gambaran iklim sekolah SD Negeri di Kecamatan Purwakarta? 3. Bagaimana gambaran sekolah efektif pada SD Negeri di Kecamatan

Purwakarta?

4. Seberapa besar pengaruh gaya kepemimpinan transformasional kepala Sekolah terhadap sekolah efektif pada SD Negeri di Kecamatan Purwakarta? 5. Seberapa besar pengaruh iklim sekolah terhadap sekolah efektif pada SD

Negeri di Kecamatan Purwakarta?

6. Seberapa besar pengaruh gaya kepemimpinan transformasional kepala sekolah dan iklim sekolah secara bersama-sama terhadap sekolah efektif pada SD Negeri di Kecamatan Purwakarta?

C. Tujuan Penelitian

Secara umum penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan gambaran empiris, analisis deskriptif mengenai variabel-variabel perilaku kepemimpinan transformasional kepala sekolah, iklim sekolah, dan pengaruhnya terhadap sekolah efektif pada Sekolah Dasar Negeri di Kecamatan Purwakarta baik secara parsial maupun secara simultan.

Adapun secara khusus tujuan penelitian ini untuk:

1. Memperoleh gambaran empiris tentang kepemimpinan transformasional kepala sekolah pada Sekolah Dasar Negeri di Kecamatan Purwakarta

2. Memperoleh gambaran empiris tentang iklim sekolah pada Sekolah Dasar Negeri di Kecamatan Purwakarta.


(24)

3. Memperoleh gambaran empiris tentang sekolah efektif pada Sekolah Dasar Negeri di Kecamatan Purwakarta.

4. Menganalisis pengaruh kepemimpinan transformasional kepala sekolah terhadap sekolah efektif pada Sekolah Dasar Negeri di Kecamatan Purwakarta.

5. Menganalisis pengaruh iklim sekolah terhadap sekolah efektif pada Sekolah Dasar Negeri di Kecamatan Purwakarta.

6. Menganalisis pengaruh kepemimpinan transformasional kepala sekolah dan iklim sekolah secara bersama-sama terhadap sekolah efektif pada Sekolah Dasar Negeri di Kecamatan Purwakarta.

D. Manfaat/ Signifikansi Penelitian

Secara teoritis penelitian ini dapat bermanfaat antara lain: memberikan kontribusi yang bermanfaat secara teoritis, metodologis, dan empiris bagi kepentingan akademis dalam bidang ilmu pendidikan, khususnya administrasi pendidikan terutama pada bidang kajian tentang pengaruh kepemimpinan transformasional kepala sekolah dan iklim sekolah baik secara parsial maupun secara simultan terhadap sekolah efektif pada Sekolah Dasar Negeri di Kecamatan Purwakarta.

Secara praktis manfaat hasil penelitian ini dapat bermanfaat untuk dijadikan bahan informasi bagi kepala sekolah dan guru khususnya di Sekolah Dasar Negeri Kecamatan Purwakarta, untuk dapat memahami hal-hal yang berkaitan dengan sekolah efektif, dalam upaya pengembangan budaya mutu sekolah, meningkatkan efektivitas sekolah dan pengembangan sekolah efektif. sehingga faktor-faktor kepemimpinan transformasional kepala sekolah dan iklim sekolah dapat dijadikan acuan untuk menjadikan sekolah efektif.

E. Struktur Organisasi Tesis

Tesis ini terdiri dari lima Bab. Bab satu berisi tentang uraian pendahuluan yang didalamnya berisi latar belakang penelitian, identifikasi dan perumusan


(25)

masalah, tujuan penelitian, manfaat/signifikansi penelitian, dan struktur organisasi tesis.

Bab dua tentang kajian teori, kerangka pemikiran dan hipotesis penelitian. Isi dari bab ini adalah konsep atau teori dalam bidang yang dikaji, hasil penelitian terdahulu yang relevan dengan bidang yang diteliti, serta kerangka pemikiran dan hipotesis yang dirumuskan dalam penelitian.

Bab tiga berisi penjabaran yang rinci mengenai metode penelitian yang meliputi lokasi dan subjek populasi/sampel penelitian, desain penelitian, metode penelitian, definisi operasional dari tiap variabel disertai indikatornya, instrumen penelitian, proses pengembangan instrumen, teknik pengumpulan data, dan teknik analisis data.

Bab empat tentang hasil penelitian dan pembahasan yang berisi pengolahan atau analisis data untuk menghasilkan temuan berkaitan dengan masalah penelitian, pertanyaan penelitian, hipotesis dan tujuan penelitian, serta pembahasan atau analisis temuan.

Bab lima berisi tentang kesimpulan dari hasil penelitian yang telah dilakukan dan rekomendasi terhadap pihak yang terkait mengenai hal-hal yang dianggap kurang yang terjadi di lapangan berdasarkan hasil temuan/penelitian yang telah dilakukan.


(26)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Lokasi Penelitian, Populasi dan Sampel 1. Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Purwakarta Kabupaten Purwakarta yang meliputi satuan pendidikan Sekolah Dasar (SD). Dalam penelitian ini penulis memfokuskan pada Sekolah Dasar Negeri di lingkungan kecamatan Purwakarta. Adapun alasan pengambilan lokasi penelitian ini adalah karena lokasi penelitian tersebut jaraknya dekat dengan tempat tinggal penulis dan penulis menganggap lokasi tersebut lebih cocok dijadikan objek penelitian.

2. Populasi

Gambaran umum keadaan Sekolah Dasar di Kecamatan Purwakarta berjumlah 90 Sekolah yang terdiri dari 82 Sekolah Dasar Negeri dan 8 Sekolah Dasar Swasta. Penelitian ini difokuskan pada Sekolah Dasar Negeri (SDN) dengan jumlah populasi 82 sekolah yang tersebar di dua wilayah yaitu di Pusat kota sebanyak 80 Sekolah dan di wilayah pinggiran kota sebanyak 2 sekolah. sebagaimana dijelaskan pada tabel berikut.

Tabel 3.1

Sebaran Populasi Penelitian

Wilayah Nama

Kelurahan

Jumlah SD/

Kepala Sekolah Guru

Jumlah Total

Pusat Kota Nagri Tengah 5 48 53

Nagri Kidul 13 132 145

Nagri Kaler 20 215 235

Sindangkasih 11 104 115

Cipaisan 5 50 55

Purwamekar 3 34 37

Ciseureuh 13 181 194

Munjul Jaya 5 65 70

Tegal Munjul 5 59 64

Pinggiran Kota Citalang 2 37 39

Jumlah 82 925 1007


(27)

3. Sampel

Untuk memperoleh sampel penelitian digunakan teknik probability sampling yaitu cara pengambilan sampel berdasarkan probabilitas atau peluang. Dalam semua sampling probabilitas, cara pengambilannya dilakukan secara acak (random), artinya semua objek atau elemen populasi memiliki kesempatan yang sama untuk dipilih sebagai sampel. Cara ini bersifat objektif ( Iqbal Hasan dalam Mahmud, 2011:162).

Adapun jenis probabilitas sampling yang digunakan adalah sampling cluster (sampling bergerombol atau berkelompok), yaitu bentuk sampling random dengan cara membagi populasinya menjadi beberapa cluster dengan menggunakan aturan-aturan tertentu, seperti batas-batas alam, wilayah administrasi, dan sebagainya. (Mahmud, 2011:163)

Penelitian ini menggunakan wilayah administrasi sebagai cara pengambilan sampel. Dengan demikian wilayah populasi dibagi berdasarkan wilayah administrasi yaitu wilayah pusat kota dan pinggiran kota. Sebagaimana dikemukakan oleh Baley dalam Mahmud (2011:159) yang menyatakan bahwa untuk penelitian yang menggunakan analisis data statistik, ukuran sampel paling minimum adalah 30.

Senada dengan pendapat tersebut, Roscoe dalam Sugiono (2012:91) menyarankan tentang ukuran sampel untuk penelitian sebagai berikut:

a. Ukuran sampel yang layak dalam penelitian adalah antara 30 sampai dengan 500.

b. Bila sampel dibagi dalam kategori maka jumlah anggota sampel setiap kategori minimal 30.

c. Bila dalam penelitian akan melakukan analisis dengan multivariate (korelasi atau regresi ganda misalnya), maka jumlah anggota sampel minimal 10 kali dari jumlah variabel yang diteliti. Misalnya variabel penelitiannya ada 5 (independen + dependen), maka jumlah anggota sampel = 10 x 5 = 50.

d. Untuk penelitian eksperimen yang sederhana, yang menggunakan kelompok eksperimen dan kelompok kontrol, maka jumlah anggota sampel masing-masing antara 10 s/d 20.

Senada dengan itu, Gay dalam Mahmud (2011:159) berpendapat bahwa ukuran minimum sampel yang dapat diterima berdasarkan metode penelitian yang digunakan, yaitu:


(28)

a. Metode deskriptif, minimal 10% populasi. Untuk populasi relatif kecil, minimal 20%;

b. Metode deskriptif korelasional, minimal 30 subjek c. Metode expost facto, minimal 15 subjek per kelompok d. Metode experimental minimal 15 subjek per kelompok.

Selanjutnya berdasarkan ketentuan tersebut, maka dari jumlah 82 SD Negeri yang tersebar di dua wilayah (pusat kota dan pinggiran kota) yang berada di Kecamatan Purwakarta, peneliti menetapkan secara random sampel penelitian untuk Sekolah Dasar sebanyak 30 SD Negeri. Penetapan sampel penelitian ini berdasarkan pada nilai rata-rata Ujian Nasional dan nilai akreditasi sekolah.

Pembagian wilayah pada populasi dan pengambilan sampelnya adalah sebagai berikut:

Tabel 3.2

Penarikan Sampel dari Populasi Penelitian

Wilayah Kelurahan/Desa Pemilihan Sampel

Jumlah Sekolah (Populasi)

Jumlah Sekolah (sampel)

Pusat Kota Nagri Tengah Ya 5 2

Nagri Kidul Ya 13 5

Nagri Kaler Ya 20 6

Sindangkasih Ya 11 3

Cipaisan Ya 5 2

Purwamekar Ya 3 1

Ciseureuh Ya 13 5

Munjul Jaya Ya 5 2

Tegal Munjul Ya 5 2

Pinggiran Kota Citalang Ya 2 2

Jumlah 82 30

Sumber: Dinas Pendidikan Kecamatan Purwakarta

Sampel responden yang dijadikan sumber data adalah seluruh guru dari 30 SD Negeri yang menjadi sampel penelitian yang berjumlah 392 orang guru yang mana responden yang dipilih sebagai sumber data adalah guru Pegawai Negeri Sipil (PNS) dengan alasan bahwa guru PNS dianggap dapat memberikan data yang relevan dan akurat yang dibutuhkan dalam penelitian ini sesuai dengan apa yang dirasakannya berdasarkan pengetahuan dan pengalamannya.


(29)

Berikut rincian data sampel sekolah dan sampel responden yang tergambar dalam tabel di bawah ini.

Tabel 3.3

Daftar Sampel Sekolah dan Sampel Responden

No Nama Sekolah Jumlah

Guru No Nama Sekolah

Jumlah Guru 1 SDN 1 Nagri Kidul 14 16 SDN 15 Nagri Kaler 12 2 SDN 3 Nagri Kidul 12 17 SDN 17 Nagri Kaler 10 3 SDN 6 Nagri Kidul 9 18 SDN 18 Nagri Kaler 10 4 SDN 7 Nagri Kidul 11 19 SDN 1 Purwamekar 13 5 SDN 13 Nagri Kidul 11 20 SDN 1 Ciseureuh 12

6 SDN 2 Sindangkasih 9 21 SDN 2 Ciseureuh 13

7 SDN 8 Sindangkasih 12 22 SDN 6 Ciseureuh 11 8 SDN 9 Sindangkasih 9 23 SDN 10 Ciseureuh 29

9 SDN 1 Cipaisan 11 24 SDN 12 Ciseureuh 22

10 SDN 2 Cipaisan 11 25 SDN 1 Tegal Munjul 11 11 SDN 1 Nagri Tengah 10 26 SDN 3 Tegal Munjul 18 12 SDN 5 Nagri Tengah 11 27 SDN 2 Munjul Jaya 13 13 SDN 1 Nagri Kaler 11 28 SDN 3 Munjul Jaya 10

14 SDN 5 Nagri Kaler 17 29 SDN 1 Citalang 23

15 SDN 11 Nagri Kaler 11 30 SDN 2 Citalang 16

B. Desain Penelitian

Desain penelitian tentang sekolah efektif yang meliputi variabel kepemimpinan transformasional kepala sekolah, dan iklim sekolah dan pengaruhnya terhadap sekolah efektif baik secara sendiri-sendiri maupun secara bersama-sama digambarkan ke dalam desain penelitian sebagai berikut.

RX1 X2 Y

Gambar 2.5 Desain Penelitian X1

X2


(30)

Keterangan:

= Gaya Kepemimpinan Transformasional Kepala Sekolah (variabel bebas) = Iklim sekolah (variabel bebas)

Y = Sekolah efektif (variabel terikat)

= Parameter yang menggambarkan pengaruh terhadap Y = Parameter yang menggambarkan pengaruh terhadap Y

RX1 X2 Y = Parameter yang menggambarkan pengaruh dan secara bersama-sama terhadap Y

C. Metode Penelitian

Penelitian ini menggunakan pendekatan penelitian kuantitatif dengan metode penelitian survei. Penelitian survei yang dimaksud adalah bersifat menjelaskan hubungan kausal dan pengujian hipotesis. Menurut Agus Purwanto, E. dan Ratih Sulistyastuti, D (2007:59) penelitian survei sebenarnya digunakan sebagai suatu teknik untuk menggambarkan karakteristik atas dasar variabel-variabel tertentu dari banyak kasus. Data yang diperoleh untuk menggambarkan karakter berbagai kasus berdasarkan berbagai variabel tersebut kemudian disajikan dalam suatu matriks data.

Sedangkan menurut Cik Hasan Basri dalam Mahmud (2011: 102)

“penelitian survei digunakan untuk melakukan penarikan kesimpulan secara

umum (generalisasi) dari sampel yang ditentukan.” Senada dengan itu Riduwan

(2010:49) berpendapat bahwa “penelitian survei biasanya dilakukan untuk

mengambil generalisasi dari pengamatan yang tidak mendalam, tetapi generalisasi yang dilakukan bisa lebih akurat bila digunakan sampel yang representatif.”

Jenis penelitian survey ini bertujuan untuk mengungkap hubungan kausal antar variabel, yaitu suatu penelitian yang diarahkan untuk menyelidiki hubungan sebab berdasarkan pengamatan terhadap akibat yang terjadi dengan tujuan memisahkan pengaruh langsung dan pengaruh tidak langsung suatu variabel penyebab (terikat) terhadap variabel akibat (Bebas). Variabel sebab akibat tersebut adalah kepemimpinan transformasional kepala sekolah (X1) dan Iklim sekolah (X2) terhadap Sekolah Efektif (Y).


(31)

Metode penelitian ini ditujukan untuk menggambarkan kondisi faktual tentang kepemimpinan transformasional kepala sekolah, iklim sekolah, dan sekolah efektif dan menjelaskan hubungan diantara variabel dan kesesuaiannya dengan teori atau hipotesis serta penelitian-penelitian yang sudah dilakukan sebelumnya.

Penelitian ini juga menuntut ketelitian, ketekunan, dan sikap kritis dalam menjaring data dari sumbernya, untuk itu diperlukan kejelasan sumber data yaitu populasi dan sampel yang ditentukan baik dari sisi homogenitas, volume dan sebarannya. Karena data hasil penelitian berupa angka-angka harus diolah secara statistik, maka antar variabel yang dijadikan objek penelitian harus jelas korelasinya sehingga dapat ditentukan pendekatan statistik yang akan digunakan sebagai pengolahan data yang pada akhirnya hasil analisis dapat dipercaya tingkat kesahihan maupun tingkat keajegannya, dengan demikian mudah untuk digeneralisasikan sehingga rekomendasi yang dihasilkan dapat dijadikan rujukan yang cukup akurat.

D. Definisi Operasional

Definisi operasional dimaksudkan untuk menjelaskan makna atau gambaran perilaku dari setiap variabel yang akan diteliti.

Dalam penelitian ini, ada tiga variabel yang diteliti: (1) variabel bebas atau independent variable terdiri atas dua buah, yakni kepemimpinan transformasional kepala sekolah (variabel X1) dan iklim sekolah (variabel X2), dan (2) variabel terikat atau dependent variable, yakni sekolah efektif (variabel Y).

Untuk menegaskan makna operasional dan menghindari kekeliruan, maka konsep-konsep kunci yang tertuang dalam penelitian ini didefinisikan sebagai berikut:

1. Kepemimpinan Transformasional Kepala Sekolah

Kepemimpinan transformasional kepala sekolah dalam penelitian ini adalah kepemimpinan yang diterapkan oleh kepala sekolah dengan mengutamakan penciptaan budaya organisasi dengan cara merangsang, menginspirasi, memotivasi dengan menggunakan komunikasi yang efektif dan


(32)

persuasif, mentransformasikan kepemimpinannya kepada bawahan sehingga bawahan dapat tumbuh dan berkembang menjadi pemimpin, mengutamakan pemberian kesempatan kepada bawahan, pemberian rangsangan intelektual, serta perhatian pribadi terhadap masalah individu, memberdayakan sumber-sumber yang ada, memperhatikan kebutuhan individu para pengikutnya, mampu menimbulkan kepuasan dan komitmen pada tingkat yang tinggi dari pengikutnya serta menekankan pada pencapaian visi dan misi organisasi sehingga mencapai hasil yang luar biasa dalam rangka mencapai tujuan sekolah yang diukur melalui dimensi: Idealized influence, Inspirational motivation, Intelectual Stimulation dan Individualized Consideration. (Sashkin & Sashkin, 2011; Bass & Riggio, 2006; Danim dan Suparno, 2009; Permadi dan Arifin, 2010; Koehler dan Pankowski dalam Eko Maulana Ali, 2012)

2. Iklim Sekolah (X2)

Iklim sekolah dalam penelitian ini adalah kondisi kehidupan sosial yang terjadi di lingkungan sekolah yang merupakan karakteristik internal yang mencakup norma, nilai, kondisi dan persepsi (guru, kepala sekolah, siswa dan pengawas) tentang interaksi, proses belajar mengajar, lingkungan, dan kepemimpinan yang mempengaruhi sikap dan perilaku mereka terhadap pekerjaannya. Hal ini ditandai dengan adanya interaksi antar komponen sekolah yang mempengaruhi sikap dan perilaku stakeholder sekolah terhadap pekerjaannya dan dipahami sebagai kepribadian sekolah yang diukur melalui dimensi: Supportive, collegial, dan intimate. (Hoy dan Miskel 2010:194; Sergiovanni, 1991; suharsaputra, 2010; Conley, Nasution dalam Sutisno, 2013)

3. Sekolah Efektif

Sekolah efektif dalam penelitian ini adalah sekolah yang melakukan upaya-upaya pengembangan sekolah yang konsisten untuk mencapai output yang berkualitas, mengorganisasikan dan memanfaatkan semua sumber daya yang dimilikinya, mampu menjalankan fungsinya secara maksimal sebagai tempat terbaik untuk belajar, memberikan dampak yang signifikan dalam hal perkembangan peserta didik baik dari segi kuantitas maupun kualitas yang diukur


(33)

melalui dimensi input, process dan output/outcome. (Taylor, Cheng, Hill, Walsh, Sagala (2010), Komariah dan Triatna (2008), Suharsaputra (2010), Umiarso, dan Sutisno (2013)).

E. Kisi-Kisi Penelitian

Berdasarkan rumusan definisi operasional, dimensi variabel dan indikator-indikator setiap variabel X yaitu variabel kepemimpinan transformasional kepala sekolah (X1), dan iklim sekolah (X2) dan pengaruhnya terhadap sekolah efektif (Y), dengan demikian penulis rumuskan kisi-kisi instrumen sebagaimana disajikan dalam tabel berikut.

Tabel 3.4

Kisi-kisi Instrumen Variabel Penelitian

Variabel Dimensi Indikator Nomor item

pernyataan Jml item Kepemimpinan Transforma-sional Kepala Sekolah X1 Pengaruh Ideal/ Karisma (Idealis Influence)

1. Menjadi figur/teladan di

sekolah 1-2

13 2. Memberikan visi dan

misi yang jelas terhadap semua warga sekolah

3-7

3. Menumbuhkan

kebanggaan 8-9

4. Memiliki rasa percaya

diri yang tinggi 10

5. Memperoleh respek dari

semua warga sekolah 11

6. Memperoleh respek dari

semua warga sekolah 12-13

Motivasi Inspirasional (Inspirational

Motivation)

1. Mengkomunikasikan

harapan yang tinggi 14-16

2. Menunjukkan

komitmen terhadap visi bersama

17-19

3. Menggunakan simbol untuk memfokuskan berbagai usaha 20-22 12 4. Mengungkapkan maksud-maksud penting dengan cara-cara yang sederhana


(34)

Variabel Dimensi Indikator Nomor item pernyataan Jml item Rangsangan Intelektual (Intelektual Stimulation)

1. Menggalakkan perilaku

cerdas 26-27

6 2. Menggalakkan perilaku

cerdas 28-30

3. Memberikan

pemecahan masalah 31

Pertimbangan Individual (Individualis

Consideration)

1. Memberikan perhatian

pribadi 32-33

6 2. Memperlakukan setiap

karyawan secara individual

34

3. Melatih bawahan 35-36

4. Menasehati bawahan 37

Jumlah 37

Iklim Sekolah X2 Perilaku Dukungan Kepala Sekolah (Supportive Prinsipal Behavior

1. Mendengarkan dan bersikap terbuka terhadap saran guru

1-2

4 2. Menggunakan kritik

yang bersifat membangun

3 3. Memiliki komunikasi

yang luwes 4

Perilaku Kolegial Guru (Collegial

Teacher Behavior)

1. Hubungan terbuka dan

profesional antar guru 5-6

12 2. Guru menghargai,

menerima, dan antusias dengan kompetensi profesional yang dimiliki oleh rekan guru yang lain

7-8

3. Adanya kerja sama dengan sesama guru/staf

9-10 4. Guru berteman baik

dengan yang lain. 11-16

Perilaku Intim Guru (Intimate

Teacher Behavior)

1. Guru saling mengenal dengan baik satu sama lain

17-18

5 2. Memiliki rasa

kebersamaan 19-20

3. Memiliki hubungan

yang harmonis 21


(35)

Variabel Dimensi Indikator Nomor item pernyataan Jml item Sekolah Efektif Y Masukan (Input)

1. Kebijakan Pendidikan meliputi dukungan yang efektif dari sistem pendidikan dan fleksibilitas serta otonomi.

1-4

14 2. Perwujudan visi, misi,

dan rencana kerja sekolah

5 3. Lingkungan dan iklim

akademik sekolah 6-8

4. Sumber Daya meliputi buku, fasilitas fisik, serta kemampuan siswa

9-11 5. Dukungan dan

keterlibatan Orangtua 12-14

Proses (Process)

1. Proses Belajar Mengajar (PBM)

15-21

13

2. Pengembangan Staf 22-24

3. Program Peningkatan

Pretasi Siswa 25-27

Output 1. (Achievement)-

Kemampuan/prestasi atau Kemajuan Hasil Belajar Siswa.

28-31

8 2. (Achievement)

Kemampuan/Prestasi Siswa dalam bidang akademis dan non akademis

32-33

3. (Drop Out Rate) Angka Drop Out

34-35

Jumlah 35

F. Instrumen Penelitian

Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuisioner (angket) yang berupa pertanyaan atau pernyataan yang harus dijawab oleh responden guna mendapatkan informasi atau keterangan dari beberapa orang dalam jumlah yang banyak.


(36)

Butir pertanyaan yang diajukan dalam kuesioner dikembangkan dari definisi operasional dari masing-masing variabel mengacu pada indikator yang tertuang dalam kisi-kisi instrumen.

Adapun data yang diharapkan terkumpul adalah data primer yang menyangkut kepemimpinan transformasional kepala sekolah, iklim sekolah dan sekolah efektif yang dikumpulkan dari responden melalui angket.

Jenis kuesioner yang digunakan adalah kuesioner tertutup, yaitu seperangkat daftar pertanyaan atau pernyataan tertulis dengan kemungkinan jawaban yang telah disediakan dalam skala Likert dengan kisaran nilai dari 1-5. Responden hanya diminta memilih satu dari alternatif jawaban yang tersedia dengan memberikan tanda check-lish (√).

Menurut Riduan, (2010:86) skala Likert digunakan untuk mengukur sikap, pendapat, dan persepsi seseorang atau kelompok tentang kejadian atau gejala sosial. Alternatif jawabannya adalah dari yang sangat positif ke jawaban yang sangat negatif, yaitu selalu (SL), sering (SR), kadang-kadang (KK), jarang (JR), atau tidak pernah (TP).

Alasan penulis menggunakan instrumen berupa kuesioner sebagai instrumen utama dalam penelitian ini adalah:

1. Dilihat dari segi materi

Bahwa pengumpulan data mengenai kepemimpinan transformasional kepala sekolah, iklim sekolah dan sekolah efektif akan lebih tepat apabila instrumen yang digunakan berupa kuesioner karena mengingat indikator dari setiap variabel tersebut cukup banyak.

2. Dilihat dari segi teknis

a. Pertanyaan dalam kuesioner dapat disusun dengan cermat sehingga dapat sesuai dengan permasalahan yang sedang diteliti.

b. Membutuhkan waktu yang relatif singkat karena dapat disebarkan kepada seluruh responden pada waktu itu juga, dan dapat dijawab oleh responden berdasarkan pemahaman mereka masing-masing dan sesuai ketersediaan waktu responden.


(37)

c. Memberikan keleluasaan kepada responden untuk menjawab dengan jujur dan terbuka.

d. Lebih efisien dari segi waktu dan tenaga karena peneliti tidak perlu hadir setiap waktu di lokasi penelitian.

G. Proses Pengembangan Instrumen

Pengembangan instrumen penelitian dimaksudkan agar peneliti mendapatkan data yang benar dan maksimal sesuai dengan yang diharapkan dengan memperhatikan langkah-langkah pengembangan instrumen yang benar serta untuk memperkecil derajat kesalahan dalam penelitian. Pengembangan instrumen penelitian juga dilakukan untuk mendapatkan data yang valid (sahih) dan reliabel (ajeg).

Pengembangan instrumen ditempuh melalui beberapa cara, yaitu: (a) definisi operasional variabel penelitian, (b) menyusun indikator variabel penelitian, (c) menyusun kisi-kisi instrumen, (d) melakukan uji coba instrumen, (e) melakukan pengujian validitas dan reliabilitas instrumen.

Proses pengembangan instrumen dilakukan dengan tahapan dan langkah-langkah sebagai berikut.

Pertama, penyusunan kisi-kisi penelitian, yang menggambarkan variabel, dimensi variabel, serta indikator variabel kepemimpinan transformasional kepala sekolah, iklim sekolah dan sekolah efektif.

Kedua, penyusunan instrumen, menyusun prainstrumen penelitian, membuat kuesioner sementara lalu dijustifikasi oleh pembimbing.

Ketiga, setelah dinyatakan layak kemudian angket diujicobakan terhadap 30 orang responden di luar sampel yaitu di SD Negeri di Kecamatan Jatiluhur untuk menentukan kesahihan alat pengumpul data. Ukuran kesahihan validitas butir berpedoman pada t tabel sesuai dengan pendapat (Riduan, 2010:112). Kemudian data diolah menjadi data mentah hasil uji coba.

Keempat, selanjutnya dilakukan uji validitas dan reliabilitas instrumen menggunakan komputer melalui statistik program SPSS 19,0. Data diuji untuk menemukan apakah terdapat item yang tidak valid dan reliabel. Kalau ada item


(38)

yang tidak valid dan reliabel maka item tersebut dikoreksi atau dibuang, sedangkan item yang valid dan reliabel digunakan untuk penelitian.

Kelima, item yang sudah dinyatakan valid dan reliabel tersebut selanjutnya dihimpun dan diujikan atau disebarkan kepada responden penelitian yang sebenarnya yaitu SD Negeri di Kecamatan Purwakarta.

Keenam, dari hasil kuesioner tersebut kemudian data ditabulasi, selanjutnya menghasilkan data yang berbentuk data ordinal dan interval.

Ketujuh, data ordinal/interval langsung diuji dengan korelasi sederhana maupun korelasi ganda, selanjutnya dibahas dengan dimaknai (diinterpretasikan sesuai dengan analisis).

1. Menguji Validitas Instrumen

Uji validitas dilakukan untuk mengetahui kesahihan instrumen terhadap tiga variabel yang dijadikan sasaran penelitian. Masing-masing variabel diuji berdasarkan indikator-indikator yang kemudian dikembangkan dengan sejumlah pernyataan penelitian sesuai dengan lingkup masing-masing variabel. Variabel X1 (Kepemimpinan Transformasional Kepala Sekolah), dan variabel X2 (Iklim Sekolah) serta variabel Y (Sekolah Efektif) diberikan kepada guru dengan jumlah responden sebanyak 30 guru.

Untuk item/butir pertanyaan dalam instrumen secara keseluruhan berjumlah 95 butir, yaitu: 38 butir/item instrumen kepemimpinan transformasional kepala sekolah, 22 butir/item instrumen iklim sekolah, dan 35 butir/item instrumen sekolah efektif.

Riduwan (2007:109-110) menjelaskan bahwa “Validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan tingkat keandalan atau kesahihan suatu alat ukur. Alat

ukur yang tidak valid adalah alat ukur yang memiliki validitas sangat rendah.”

Untuk menghitung validitas instrumen digunakan rumus Korelasi Pearson Product Moment (Riduwan, 2010: 110) sebagai berikut:

r hitung

=

∑ ∑ ∑


(39)

Keterangan: r hitung =Koefisien korelasi ∑ = Jumlah skor item

∑ = Jumlah skor total (seluruh item) n = Jumlah responden

Selanjutnya dihitung dengan Uji-t dengan rumus: t hitung

=

√ Keterangan: t = Nilai t hitung

r = Koefisien korelasi hasil r hitung n = Jumlah responden

Distribusi (Tabel t) untuk α = 0,05 dan derajat kebebasan (dk = n-2) Kaidah keputusan : Jika t hitung t tabel berarti valid, sebaliknya

t hitung t tabel berarti tidak valid

Jika instrumen itu valid, maka dilihat kriteria penafsiran mengenai indeks korelasinya (r) menurut Riduwan (2010:136) sebagai berikut:

antara 0,800 – 1,000 : sangat kuat antara 0,600 – 0,799 : kuat

antara 0,400 – 0,599 : cukup kuat antara 0,200 – 0,399 : rendah

antara 0,000 – 0,199 : sangat rendah

Perhitungan analisis uji validitas ini seluruhnya dilakukan menggunakan program komputer SPSS 19.0, dengan batas rkritis adalah 0,30. Hasilnya dibandingkan dengan rhitung . ketentuannya, jika rhitung rkritis, maka butir instrumen dianggap valid (sahih). Sebaliknya jika rhitung rkritis maka dianggap tidak valid, sehingga butir instrumen yang tidak valid harus diganti/ diperbaiki atau dibuang (tidak digunakan).

2. Hasil Uji Validitas Instrumen

Suatu instrumen pengukuran dikatakan valid jika instrumen dapat mengukur sesuatu dengan tepat apa yang hendak diukur. Uji validitas instrumen dilakukan untuk menguji validitas (ketepatan/keajegan) tiap butir/item instrumen. Analisis validitas instrumen penelitian, dilakukan untuk mengetahui apakah alat ukur yang digunakan mampu mengukur objek yang diukurnya. Validitas konstruk


(40)

digunakan untuk menguji validitas item-item instrumen penelitian. Validitas konstruk dihitung menggunakan Korelasi Pearson Product moment antara skor item dengan skor total. Rumus yang digunakan adalah:

r hitung

=

∑ ∑ ∑

√{ ∑ ∑ } { ∑ ∑ }

Untuk menentukan apakah suatu item layak digunakan atau tudak, caranya dengan melakukan uji signifikansi koefisien korelasi pada taraf signifikansi 0,05 (5%), yang artinya suatu item dianggap valid jika berkorelasi signifikan terhadap skor total item. Bisa juga dengan melakukan penilaian langsung terhadap koefisien korelasi seperti yang diungkapkan Azwar (Prayitno, D. 2013:19) yaitu dengan menggunakan batas nilai minimal korelasi 0,30. Menurut Azwar semua item yang mencapai koefisien korelasi minimal 0,30 daya pembedanya dianggap memuaskan. Selanjutnya Sugiono (2012:126) mengungkapkan bahwa bila korelasi tiap faktor (item) tersebut positif dan besarnya 0,3 ke atas maka faktor (item) tersebut merupakan construct yang kuat. Jadi berdasarkan analisis faktor tersebut dapat disimpulkan bahwa instrumen tersebut memiliki validitas konstruksi yang baik.

Jadi dapat disimpulkan bahwa jika item (butir instrumen) itu memiliki nilai di atas 0,30, maka item tersebut dikatakan valid dan dapat digunakan sebagai alat pengumpul data. Sebaliknya jika item itu memiliki nilai di bawah 0,30, maka item tersebut dikatakan tidak valid, sehingga harus diperbaiki atau dibuang.

Hasil uji perhitungan validitas dengan menggunakan SPSS 19 ditemukan data validitas untuk tiap-tiap variabel, yang secara keseluruhan disajikan sebagai berikut.


(41)

Tabel 3.5

Hasil Perhitungan Uji Validitas Konstruk Kepemimpinan Transformasional Kepala Sekolah

No r hitung r kritis Keputusan

Item 1 0,581 0,30 Valid

Item 2 0,855 0,30 Valid

Item 3 0,739 0,30 Valid

Item 4 0,662 0,30 Valid

Item 5 0,530 0,30 Valid

Item 6 0,801 0,30 Valid

Item 7 0,186 0,30 Tidak valid

Item 8 0,357 0,30 Valid

Item 9 0,808 0,30 Valid

Item 10 -0,036 0,30 Tidak valid

Item 11 0,720 0,30 Valid

Item 12 -0,502 0,30 Tidak valid

Item 13 -0,179 0,30 Tidak valid

Item 14 0,646 0,30 Valid

Item 15 0,704 0,30 Valid

Item 16 0,530 0,30 Valid

Item 17 0,489 0,30 Valid

Item 18 0,443 0,30 Valid

Item 19 0,259 0,30 Tidak valid

Item 20 0,675 0,30 Valid

Item 21 0,129 0,30 Tidak valid

Item 22 -0,197 0,30 Tidak valid

Item 23 -0,568 0,30 Tidak valid

Item 24 0,756 0,30 Valid

Item 25 0,420 0,30 Valid

Item 26 0,469 0,30 Valid

Item 27 0,580 0,30 Valid

Item 28 0,389 0,30 Valid

Item 29 -0,082 0,30 Tidak valid

Item 30 0,522 0,30 Valid

Item 31 0,596 0,30 Valid

Item 32 0,847 0,30 Valid

Item 33 0,588 0,30 Valid

Item 34 0,864 0,30 Valid

Item 35 0,745 0,30 Valid

Item 36 0,799 0,30 Valid

Item 37 0,827 0,30 Valid


(42)

Hasil perhitungan menunjukkan dari 38 item dalam variabel kepemimpinan transformasional kepala sekolah terdapat 29 item yang memiliki koefisien validitas dengan nilai rhitung lebih besar dari rkritis, sehingga dapat disimpulkan terdapat 77% atau 29 item yang valid dalam mengukur variabel kepemimpinan transformasional kepala sekolah sedangkan sisanya sebanyak 9 item yaitu butir 7, 10, 12, 13, 19, 21, 22, 23, dan 29 atau 23 % dinyatakan tidak valid.

Selanjutnya, karena terdapat 9 item yang tidak valid maka item tersebut diperbaiki sedangkan item no 21 dibuang karena sudah terwakili oleh item yang lain disebabkan memiliki kesamaan makna sehingga jumlah item yang dipakai sebanyak 37. Dengan jumlah instrumen 37 item untuk variabel kepemimpinan transformasional kepala sekolah, maka batas skor maksimum yang diperoleh adalah 37 x 5 = 185.

Tabel 3.6

Hasil Perhitungan Uji Validitas Konstruk Iklim Sekolah

No r hitung r kritis Keputusan

Item 1 0,453 0,30 Valid

Item 2 0,655 0,30 Valid

Item 3 -0,056 0,30 Tidak valid

Item 4 -0,176 0,30 Tidak valid

Item 5 0,502 0,30 Valid

Item 6 0,606 0,30 Valid

Item 7 0,613 0,30 Valid

Item 8 0,563 0,30 Valid

Item 9 0,302 0,30 Valid

Item 10 0,843 0,30 Valid

Item 11 0,843 0,30 Valid

Item 12 0,742 0,30 Valid

Item 13 0,712 0,30 Valid

Item 14 0,768 0,30 Valid

Item 15 0,552 0,30 Valid

Item 16 0,673 0,30 Valid

Item 17 0,671 0,30 Valid

Item 18 0,702 0,30 Valid

Item 19 0,666 0,30 Valid

Item 20 0,572 0,30 Valid

Item 21 0,307 0,30 Valid


(1)

terwujudnya sekolah efektif dan bermutu. Untuk itu, penting bagi kepala sekolah dan guru serta seluruh stakeholder untuk dapat membangun komitmen bersama dalam menciptakan dan meningkatkan secara berkelanjutan iklim sekolah yang terbuka, nyaman, aman, dan menyenangkan.

2. Rekomendasi bagi kepala sekolah, guru dan komite sekolah

a. Bagi kepala sekolah agar dikembangkan program-program kegiatan sekolah yang difokuskan pada peningkatan prestasi akademik dan non akademik peserta didik misalnya kegiatan pemantapan atau pembinaan dan bimbingan secara intensif melalui kegiatan ekstrakurikuler.

b. Bagi kepala sekolah perlu dikembangkan kerjasama kolaboratif antar

stakeholder sekolah dalam menciptakan iklim sekolah yang kondusif

terutama dalam hal menerapkan komunikasi yang luwes dan menyenangkan serta bersikap terbuka terhadap saran dan masukan dari stakeholder sekolah.

c. Perlu dikembangkan kegiatan sosialisasi atau pelatihan bagi kepala sekolah dalam membuat visi dan misi sekolah yang jelas dan terukur serta meningkatkan keterlibatan guru dan staf dalam menyusun visi & misi, tujuan sekolah dan rencana strategis sekolah.

d. Bagi guru diharapkan lebih meningkatkan kompetensi sosialnya dalam membangun komunikasi yang baik dengan orangtua dengan memberikan informasi mengenai perkembangan belajar dan prestasi peserta didik secara intensif baik lisan maupun tulisan.

e. Orang tua diharapkan terus meningkatkan peran, tanggung jawab serta partisipasinya dalam mendukung kemajuan sekolah.

f. Bagi komite sekolah perlu ditingkatkan perannya sebagai penjembatan bagi pihak sekolah dengan orangtua dalam menjalin kerjasama yang baik dan mendorong keterlibatan semua unsur sekolah dalam mendukung terlaksananya kegiatan sekolah.


(2)

Eri Yuningsih, 2014

PENGARUH KEPEMIMPINAN TRANSFORMASIONAL KEPALA SEKOLAH DAN KLIM SEKOLAH TERHADAP SEKOLAH EFEKTIF PADA SD NEGERI DI ECAMATAN PURWAKARTA

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

3. Rekomendasi bagi peneliti lain yang mengkaji atau melakukan riset tentang sekolah efektif:

a. Pada penelitian ini, penulis hanya membatasi pada variabel konseptual yang menentukan sekolah efektif terbatas pada variabel bebas perilaku kepemimpinan transformasional kepala sekolah, dan iklim sekolah. Tentunya masih banyak faktor yang ikut menentukan sekolah efektif. oleh karena itu, dalam upaya pengembangan sekolah efektif diharapkan peneliti lain melakukan riset pada variabel dan dimensi yang tidak dilakukan dalam penelitian ini, sehingga hasil riset tentang sekolah efektif semakin kaya dan variatif.

b. Pada penelitian ini, penulis juga hanya membatasi pada variabel kontekstual terbatas pada jenjang pendidikan dasar satuan pendidikan SD Negeri, dengan lokasi di Kecamatan Purwakarta. Oleh karena itu, dalam upaya pengembangan sekolah efektif diharapkan peneliti lain melakukan riset pada variabel kontekstual yang lebih luas dan pada jenjang pendidikan yang lebih tinggi.

c. Bagi peneliti lain yang melakukan riset tentang sekolah efektif khususnya di wilayah Purwakarta, diharapkan lebih difokuskan pada peningkatan prestasi akademik dan non akademik.


(3)

DAFTAR PUSTAKA

Agus Purwanto, E. dan Ratih Sulistyastuti, D. (2007). Metode Penelitian

Kuantitatif untuk Administrasi Publik dan Masalah-masalah Sosial.

Yogyakarta: Gava Media.

Ali, Eko M. (2012). Kepemimpinan Transformasional dalam Birokrasi

Pemerintahan. Jakarta: Multi Cerdas Publishing.

Bass dan Riggio. (2006). Transformational Leadership. Second Edition. London: Lawrence Erlbaum Associates Publishers.

Balye, A. (2012). Transformational Leadership Behaviors of School Principals:

A Qualitative Research Based on Teachers’ Perceptions. International Online Journal of Educational Sciences, 4 (3), 581-591

Best Practice Brief (2004). School Climate and Learning. Journal Best Practice. No. 31, Desember 2004, 1-10

Buss, F.T & Morse, K.S. (2008). Innovations in Public Leadership Development: London: M.E. Sharpe.Inc.

Collins, T.N & Parson, K.A. (2010). School Climate and Student Outcomes. Journal of Cross-Disciplinary Perspectives in Education Vol. 3, No 1 (May 2010), 34 – 39

Danim. (2007). Visi Baru Manajemen Sekolah: Dari Unit Birokrasi ke Lembaga

Akademik. Cetakan Kedua. Jakarta: Bumi Aksara.

Danim dan Suparno. (2009). Manajemen dan Kepemimpinan Transformasional

Kekepalasekolahan: Visi dan Strategi Sukses Era Teknologi, Situasi Krisis, dan Internasionalisasi Pendidikan. Jakarta: Rineka Cipta.

Danim. (2010). Otonomi Manajemen Sekolah. Bandung: Alfabeta.

Dedeh, S.H. (2010). Pengaruh Pendidikan dan Latihan (Diklat) Kepemimpinan

Guru dan Iklim Kerja terhadap Kinerja Guru Sekolah Dasar se-Kecamatan Babakancikao Kabupaten Purwakarta. Bandung: UPI. (Jurnal

Penelitian Pendidikan). Vol. 11, No. 2, 85-96

Dunham. (2005). Developing Effective School Management. New York: Routledge Falmer.

Engkoswara dan Komariah, A. (2011). Administrasi Pendidikan. Bandung: Alfabeta.

Freiberg, J. (2005). School Climate: Measuring, Improving and Sustaining


(4)

Eri Yuningsih, 2014

PENGARUH KEPEMIMPINAN TRANSFORMASIONAL KEPALA SEKOLAH DAN KLIM SEKOLAH TERHADAP SEKOLAH EFEKTIF PADA SD NEGERI DI ECAMATAN PURWAKARTA

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Hawley, Willis D & Rollie, Donald L. (2007). The Keys to Effective Schools:

Educational Reform as Continuous Improvement. California: Corwin

Press.

Haydon, Graham. (2007). Values for Educational Leadership. London: Sage Publication.

Hoy dan Miskel. (2010). Educational Administration: Theory, Research and

Practice. 9th Edition. New York: Mc Graw-Hill Companies.

Humphreys. (2001). Transformational and Transactional Leader Behavior. International Journal of Management Research. Vol I, No 3, May-August 2001: 149-159.

Judge, T.A and Piccolo, R.F. (2004). Transformational and Transactional

Leadership: A Meta-Analytic Test of Their Relative Validity. Journal of

Applied Psychology the American Psychological Association Vol. 89, No. 5, 755–768 0021-9010/04/$12.00 DOI: 10.1037/0021-9010.89.5.755 Kadim Masaong, A. dan Tilome, A. (2011). Kepemimpinan Berbasis Multiple

Intelegence. Bandung: Alfabeta.

Keller, R.T (2006). Transformational Leadership, Initiating Structure, and

Substitutes for Leadership: A Longitudinal Study of Research and Development Project Team Performance. Journal of Applied Psychology

the American Psychological Association. Vol. 91, No. 1, 202–210 0021-9010/06/$12.00 DOI: 10.1037/0021-9010.91.1.202

Kirk, David J & Jones, Terry L. (2004). Assessment Report: Effective School. __________ : Pearson Education.

Komariah, dan Triatna. (2008). Visionary Leadership Menuju Sekolah Efektif. Cetakan Ketiga. Jakarta: Bumi Aksara.

Mahmud. (2011). Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: Pustaka Setia. Macneil, Prater & Busch. (2009).

The effects of school culture and climate on

student achievement” International Journal of Leadership in Education, Vol. 12, No. 1, 73-84, January-March 2009.

Marshall, Megan L. (2002). Examining School Climate: Defining Factors And

Educational Influences. Center for Research in School Safety, School

Climate And Classroom Management Georgia State University. [Online]. Tersedia: http://education.gsu.edu/schoolsafety/download files/wp 2002 school climate.pdf

Maulana, E. (2012). Kepemimpinan Transformasional Dalam Birokrasi


(5)

Mulyasa. (2011). Menjadi Kepala Sekolah Profesional. Cetakan Kesebelas. Bandung : Remaja Rosdakarya

Mulyasa. (2012). Manajemen dan Kepemimpinan Kepala Sekolah. Cetakan Kedua. Jakarta: Bumi Aksara.

Nur Aedi. (2012). Dasar-dasar Manajemen Pendidikan. Bandung: Pustaka Cendekia Utama.

Osman, Ahmed. (2012). School Climate The Key To Excellence. Journal of Emerging Trends in Educational Research and Policy Studies (JETERAPS) 3(6): 950-954

Permadi, D. dan Arifin, D. (2010). Kepemimpinan Transformasional Kepala

Sekolah dan Komite Sekolah. Cetakan kedua. Bandung: Sarana Panca

Karya Nusa.

Priyatno, Duwi. (2013). Mandiri Belajar Analisis Data dengan SPSS. Yogyakarta: Mediakom.

Raja, M, Waqas. (2012). Does Transformational leadership to Higher employee

work engagement. International Journal of Academy Research In

Bussiness & Social Science. Islamabad, Pakistan. Vol. 2, No. 1: 160-166. Razak, A.Z.A. (2006). Ciri Iklim Sekolah Berkesan: Implikasinya Terhadap

Motivasi Pembelajaran. Kuala Lumpur: Universiti Malaya. (Jurnal

Pendidikan) 31, (2006) 3-19

Riduwan. (2010). Metode dan Teknik Menyusun Tesis. Bandung: Alfabeta.

Roesminingsih, E dan Jumiyati. (2005). Kajian Iklim Organisasi Pada SD

Penerap MBS di Kecamatan Mojosari dan Puri Mojokerto. Jurnal

Pendidikan Dasar, Vol 6, No. 1: 1-60.

Rohiat. (2010). Manajemen Sekolah: Teori Dasar dan Praktik. Bandung: Refika Aditama.

Rose, P. (2010). Transformational Leadership and its Relationship to Adult 4-H

Volunteers’ Sense of Empowerment in Youth Development Settings.

Journal of Leadership Education Volume 9, Issue 2 – Summer 2010 58-71 Sagala. (2010). Manajemen Strategik Dalam Peningkatan Mutu Pendidikan.

Cetakan Keempat. Bandung: Alfabeta.

Sallis, E. (2002). Total Quality Management in Education. Third Edition. London: Kogan Page. Ltd.

Sashkin, Marshall & Sashkin, Molly. (2011). Prinsip-prinsip Kepemimpinan. Penerjemah: Rudolf Hutauruk. Jakarta: Erlangga.


(6)

Eri Yuningsih, 2014

PENGARUH KEPEMIMPINAN TRANSFORMASIONAL KEPALA SEKOLAH DAN KLIM SEKOLAH TERHADAP SEKOLAH EFEKTIF PADA SD NEGERI DI ECAMATAN PURWAKARTA

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Sergiovanni. (1991). The Principalship: A Reflective Practice Perspective, 2nd ed. Boston:

Allyn and Bacon. Diunduh dari www.gobooke.com

Sugiono. (2012). Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Cetakan ke-15. Bandung: Alfabeta.

Suhaeli. (2011). Studi Tentang Sekolah Efektif: Analisis pengaruh Kepemimpinan

Kepala Sekolah, Kinerja Mengajar Guru, Pembiayaan Pendidikan, dan Kondisi Sarana dan Prasarana Pendidikan terhadap Sekolah Efektif pada Sekolah Menengah Atas di Provinsi Jawa Barat. Bandung: UPI (jurnal

pendidikan). Vol. XIII No. 2, 1-8, Oktober 2012

Suharsaputra, U. (2010). Administrasi Pendidikan. Bandung: Refika Aditama. Supardi. (2013). Sekolah Efektif: Konsep Dasar dan Praktiknya. Jakarta: Raja

Grafindo Persada.

Suryana, Asep dan Jalaludin. (2013). Value Based Leadership. Bandung: Nurani Press.

Sutisno, I. (2013). Mengelola Sekolah Efektif: Perspektif manajerial dan Iklim

sekolah. Cetakan Ketiga. Yogyakarta: LaksBang PRESSindo.

Townsend. (2003). Effective Schooling for The Community. London and New York: Routledge.

Taylor, B.M & Pearson, P.D. (2002). Teaching Reading: Effective Schools,

Accomplised Teachers. London : LEA

Umiarso dan Gozali. (2011). Manajemen Mutu Sekolah di Era Otonomi

Pendidikan. Cetakan Kedua. IRCiSoD : Yogyakarta.

Usman, H. (2007). Manajemen Sekolah yang Efektif. Yogyakarta: UNY (Jurnal Pendidikan Inovatif). Volume. III Nomor 1, 1-6, September 2007.

Wahjosumidjo. (2010). Kepemimpinan Kepala Sekolah: Tinjauan Teoritik dan

Permasalahannya. Cetakan ke-7. Jakarta: RajaGrafindo Persada.

Wahyudi. (2009). Kepemimpinan Kepala Sekolah dalam Organisasi Pembelajar. Cetakan Kedua. Bandung: Alfabeta.

Yukl. (2009). Leadership in Organization. Terjemahan. Edisi kelima. Jakarta : Indeks.

Yuliejantiningsih, Y. (2012). Hubungan Iklim Sekolah, Beban Tugas, Motivasi

Berprestasi, dan Kepuasan Kerja Guru dengan Kinerja Guru SD. Malang:

Universitas Negeri Malang (Jurnal Manajemen Pendidikan). Volume 1 Nomor 3, 239-256, Desember 2012.


Dokumen yang terkait

PENGARUH PERILAKU KEPEMIMPINAN KEPALA SEKOLAH DAN IKLIM SEKOLAH TERHADAP MUTU SEKOLAH PADA SEKOLAH DASAR NEGERI DI KECAMATAN CIRANJANG KABUPATEN CIANJUR.

0 1 23

PENGARUH KEPEMIMPINAN VISIONER KEPALA SEKOLAH DAN IKLIM SEKOLAH TERHADAP SEKOLAH EFEKTIF DI SDN SE-KECAMATAN JATILUHUR.

0 3 7

PENGARUH KEPEMIMPINAN INSTRUKSIONAL KEPALA SEKOLAH DAN IKLIM SEKOLAH TERHADAP EFEKTIVITAS SEKOLAH DI SEKOLAH DASAR NEGERI KECAMATAN KATAPANG.

0 3 65

KONTRIBUSI KEPEMIMPINAN TRANSFORMASIONAL KEPALA SEKOLAH DAN IKLIM SEKOLAH TERHADAP EFEKTIVITAS SEKOLAH PADA SEKOLAH DASAR NEGERI DI KECAMATAN LEMAHSUGIH KABUPATEN MAJALENGKA.

0 0 97

KONTRIBUSI KEPEMIMPINAN VISIONER KEPALA SEKOLAH DAN IKLIM SEKOLAH TERHADAP SEKOLAH EFEKTIF PADA SEKOLAH DASAR NEGERI TERAKREDITASI A DI KABUPATEN MAJALENGKA.

0 5 60

PENGARUH KEPEMIMPINAN TRANSFORMASIONAL TERHADAP SEKOLAH EFEKTIF DI SEKOLAH MENENGAH PERTAMA NEGERI SE-KECAMATAN RANCAEKEK, KABUPATEN BANDUNG.

0 0 54

KONTRIBUSI KEPEMIMPINAN TRANSFORMASIONAL KEPALA SEKOLAH DAN IKLIM SEKOLAH TERHADAP PENINGKATAN EFEKTIVITAS SEKOLAH PADA SMP NEGERI SE-KABUAPTEN PURWAKARTA.

0 0 72

PENGARUH KEPEMIMPINAN TRANSFORMASIONAL KEPALA SEKOLAH DAN IKLIM ORGANISASI SEKOLAH TERHADAP PRODUKTIVITAS SEKOLAH: Studi pada Madrasah Aliyah Kota dan Kabupaten Sorong.

0 0 67

PENGARUH KEPEMIMPINAN TRANSFORMASIONAL KEPALA SEKOLAH DAN IKLIM SEKOLAH TERHADAP SEKOLAH EFEKTIF PADA SD NEGERI DI KECAMATAN PURWAKARTA - repository UPI T ADP 1204796 Title

0 0 4

KONTRIBUSI KEPEMIMPINAN TRANSFORMASIONAL KEPALA SEKOLAH DAN IKLIM SEKOLAH TERHADAP EFEKTIVITAS SEKOLAH PADA SEKOLAH DASAR NEGERI DI KECAMATAN LEMAHSUGIH KABUPATEN MAJALENGKA - repository UPI T ADP 1204781 Title

0 0 3