PENERAPAN SIKLUS BELAJAR SE PADA MATERI BUNYI UNTUK MENINGKATKAN PENGUASAAN KONSEP DAN KEMAMPUAN BERFIKIR KREATIF.

(1)

vi DAFTAR ISI

Halaman

PERNYATAAN ... i

KATA PENGANTAR ... iI ABSTRAK ... v

DAFTAR ISI ... vi

DAFTAR TABEL ... viii

DAFTAR GAMBAR ... x

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1

B. Rumusan Masalah ... 6

C. Tujuan Penelitian ... 7

D. Manfaat Penelitian ... 7

E. Asumsi dan Hipotesis Penelitian ... 8

F. Definisi Operasional... 9

BAB II SIKLUS BELAJAR 5E, PENGUASAAN KONSEP, KEMAMPUAN BERPIKIR KREATIF DAN KONSEP BUNYI A. Siklus Belajar ... 11

B. Siklus Belajar 5E……….. .... 13

C. Pembelajaran Konvensional ... 19

D. Penguasaan Konsep dalam Pembelajaran Fisika. ... 20

E. Kemampuan Berpikir Kreatif ... 22

F. Hubungan Siklus Belajar 5E dengan Kemampuan Berpikir Kreatif ... 25

G. Deskripsi Materi Bunyi………. ... 28

BAB III METODE PENELITIAN A. Metode dan Desain Penelitian ... 36

B. Populasi dan Sampel Penelitian ... 37

C. Prosedur Penelitian... 37


(2)

vii

E. Instrumen Penelitian... 40

F. Analisis Tes ... 41

G. Teknik Pengumpulan Data ... 47

H. Teknik Analisis Data ... 48

I. Hasil Analisis Ujicoba Instrumen ... 52

J. Jadwal Kegiatan Penelitian ... 54

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian ... 55

1. Peningkatan Penguasaan Konsep Bunyi ... 55

2. Peningkatan Kemampuan Berpikir Kreatif ... 60

3. Deskripsi Keterlaksanaan Model Siklus Belajar 5E dari Aktivitas Siswa dan Guru Selama Kegiatan Pembelajaran ... 64

4. Tanggapan Siswa terhadap Penerapan Model Siklus Belajar 5E... 71

B. Pembahasan 1. Peningkatan Penguasaan Konsep Bunyi ... 74

2. Peningkatan Kemampuan Berpikir Kreatif ... 79

3. Keterlaksanaan PenerapanSiklus Belajar 5E ... 84

4. Tanggapan Siswa terhadap Model Siklus Belajar 5E ... 86

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ... 88

B. Saran ... 89

DAFTAR PUSTAKA ... 91 LAMPIRAN-LAMPIRAN


(3)

viii DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 2.1. Aktivitas Guru dan siswa dalam Siklus Belajar 5E ... 16

Tabel 2.2. Sintak Pembelajaran Siklus Belajar 5E dan Pembelajaran Konvensional ... 18

Tabel 2.3. Keterkaitan fase-fase Siklus Belajar 5E dengan Aspek Kemampuan Berpikir Kreatif ... 27

Tabel 3.1. Disain Penelitian ... 36

Tabel 3.2. Kategori Validitas Butir Soal ... 42

Tabel 3.3. Kategori Reliabilitas Tes ... 44

Tabel 3.4. Kategori Tingkat Kesukaran ... 45

Tabel 3.5. Kategori Daya Pembeda ... 46

Tabel 3.6. Pemberian Skor Tanggapan Siswa……….. ... 47

Tabel 3.7. Kategori Gain yang Dinormalisasi ... 49

Tabel 3.8 Hasil Uji Coba Soal Kemampuan berpikir Kreatif……… 52

Tabel 3.9 Hasil Uji Coba Soal Penguasaan Konsep……… 53

Tabel 3.10 Jadwal Pelaksanaan Penelitian……… ... 54

Tabel 4.1. Hasil Uji Normalitas Data Penguasan Konsep Kelas Eksperimen dan Kontrol ... 57

Tabel 4.2. Uji Beda Rerata Penguasan Konsep pada Kelas Eksperimen dan Kontrol ... 58

Tabel 4.3 Hasil Uji Normalitas Data Kemampuan Berpikir Kreatif Kelas Eksperimen dan Kontrol ... 61

Tabel 4.4. Uji Beda Rerata Kemampuan Berpikir Kreatif pada Kelas Eksperimen dan Kontrol ... 62


(4)

ix

Tabel 4.5. Keterlaksanaan Model Siklus Belajar 5E Oleh Guru

Dalam Proses Pembelajaran ... 66 Tabel 4.6 Keterlaksanaan Model Siklus Belajar 5E Dari Aktivitas

Siswa Dalam Proses Pembelajaran ... 69 Tabel 4.7 Hasil Tanggapan Siswa Terhadap Penerapan Siklus

Belajar 5E ... 71 Tabel 4.8 Rekapitulasi Tanggapan Siswa terhadap Penerapan Model


(5)

x DAFTAR GAMBAR

Halaman Gambar 2.1. Model Siklus Belajar ... 13 Gambar 2.2. Model Siklus Belajar 5E ... 15 Gambar 3.1. Alur Penelitian... 39 Gambar 4.1. Diagram Perbandingan Skor Persentase Rata-Rata Pretest,

Posttest, dan < �> Peguasaan Konsep Kelas Eksperimen

dan Kelas Kontrol ... 56 Gambar 4.2. Diagram Perbandingan <�> Penguasaan Konsep untuk Setiap

Label Konsep Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol ... 59 Gambar 4.3. Diagram Perbandingan persentase Skor Rata-Rata Pretest,

Posttest, dan < �> Kemampuan berpikir kreatif Kelas

Eksperimen dan Kelas Kontrol ... 60 Gambar 4.4. Diagram Perbandingan < �> Setiap Aspek Kemampuan Berpikir


(6)

xi DAFTAR LAMPIRAN

Halaman Lampiran A. Perangkat Pembelajara... Lampiran B. Instrumen Penelitian ... Lampiran C. Hasil Uji Coba Instrumen ... Lampiran D. Data Hasil Penelitian ... Lampiran E. Hasil Uji Statistik ... Lampiran F. Dokumen Pendukung ...


(7)

1

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Perkembangan sains serta teknologi yang sangat pesat seperti saat

sekarang ini mengakibatkan kompetensi sains merupakan salah satu faktor yang

menentukan kehidupan manusia. Salah satu kompetensi sains adalah kemampuan

berpikir tingkat tinggi. Kompetensi sains sebagai produk pembelajaran sangat

menentukan tingkat kehidupan siswa di masa yang akan datang. Dengan memiliki

kompetensi sains yang memadai, diharapkan siswa mampu memecahkan dan

mengatasi permasalahan kehidupan yang dihadapinya dengan cara lebih baik,

lebih cepat, adaptif, lentur, dan versatile karena hanya individu yang kritis dan

kreatiflah yang dapat melakukan hal tersebut. Itulah sebabnya melatih

kemampuan berpikir kritis dan berpikir kreatif menjadi sangat perlu dalam

pembelajaran sains.

Sains yang sarat akan kegiatan berpikir dapat menjadi wahana untuk

meningkatkan kualitas sumber daya manusia Indonesia, terutama dalam

membangun kemampuan berpikir tingkat tinggi. Pembentukan kemampuan

berpikir tinggi ini akan sangat menentukan dalam membangun kepribadian dan

pola tindakan siswa. Pembelajaran sains harus dipahami sebagai upaya untuk

mempersiapkan siswa menghadapi tantangan kehidupan di masa yang akan

datang dengan melatih kemampuan berpikir tingkat tingginya. Menghadirkan


(8)

2 dan menyenangi sains itu sendiri dan menjadikan mereka menjadi individu yang

kritis dan kreatif.

Kecendrungan pembelajaran sains khususnya Fisika pada sebagian besar

sekolah di Indonesia justru menimbulkan kesan bahwa sains menjadi beban bagi

siswa karena masih dianggap pelajaran sulit dipahami, tidak menarik dan tidak

memicu mereka menjadi individu kritis dan kreatif. Hal ini karena sebagian besar

guru belum merubah paradigmanya tentang pembelajaran, bahwa guru sebagai

pusat pembelajaran. Padahal prinsipnya KTSP telah menekankan bahwa siswalah

yang berperan aktif untuk membangun kemampuan, pemahaman dan

pengetahuannya. Sedangkan guru hanya sebagai fasilitator. Hal ini sesuai dengan

paham konstruktivisme yang menuntut agar siswa aktif secara mental untuk

membangun pengetahuannya, yang dilandasi oleh struktur kognitif yang telah

dimiliki.

Pembelajaran fisika perlu diinovasi sehingga menarik bagi siswa.

Paradigma pembelajaran yang inovatif mengarah pada beberapa kecendrungan

diantaranya (1) pembelajaran yang mengakomodir empat pilar pendidikan

UNESCO: learning to know, learning to do, learning to be, dan learning to life

togethers, (2) bergesernya orientasi pembelajaran dari teacher centered menuju student centered, (3) pergeseran dari content-based curriculum menuju competency-based curriculum, (4) perubahan teori pembelajaran dan asesmen dari

model behavioristik menuju model konstruktivistik, dan (5) perubahan

pendekatan teoretis menuju kontekstual, (6) perubahan paradigma pembelajaran


(9)

3

pencil test yang hanya mengukur convergen thinking menuju open ended question, performance assessment, dan portfolio assessment, yang dapat

mengukur divergen thinking. Perubahan-perubahan tersebut sangat strategis untuk

diinternalisasi dan dipahami oleh para guru di sekolah. Pembelajaran inovatif

adalah pembelajaran yang berlandaskan paradigma konstruktivitik yang

senantiasa mengakomodasi pengetahuan awal sebagai starting point (Santyasa,

2005)

Siklus belajar berbasis kontruktivisme adalah salah satu model

pembelajaran yang inovatif. Ketika menerapkan siklus belajar dalam

pembelajaran Fisika, guru dan siswa bersama-sama aktif untuk menciptakan

suasana belajar yang menyenangkan dan menarik bagi siswa. Apalagi jika guru

mampu dengan cerdas memodifikasi kegiatan-kegiatan dalam siklus belajar

tersebut, Dengan adanya modifikasi ini, selain keterampilan berpikir kritis dapat

dikuasai siswa sebagai efek iringan pembelajaran, juga akan diperoleh efek

iringan lain yaitu berpikir kreatif (Liliasari, 2009). Siswa yang diberi kesempatan

untuk aktif dalam pembelajaran akan terpicu untuk kreatif.

Siklus Belajar adalah model pembelajaran yang berpusat pada siswa

(student centered). Siklus belajar merupakan rangkaian tahap-tahap kegiatan

(fase) yang diorganisasi sedemikian rupa sehingga siswa dapat menguasai

kompetensi-kompetensi yang harus dicapai dalam pembelajaran dengan jalan

berperan aktif. Pada awalnya Karplus dan Their (Lawson, 1994 ) mengemukakan

bahwa ketiga tahap siklus belajar adalah exploration, invention, dan discovery,


(10)

4 pengenalan konsep, dan aplikasi konsep. Siklus belajar tiga fase ini telah

dikembangkan dengan memodifikasi fase-fasenya.

Siklus belajar 5E adalah modifikasi siklus belajar berbasis kontruktivisme

Lawson. Bybee mengembangkan siklus belajar 5E, sesuai dengan yang

diungkapkan Michael Szesze (Lorsbach, 2006) kelima tahapan itu adalah engage,

explore, explain, extend, dan evaluate. Pada siklus belajar 5E, guru bertindak

sebagai pemandu siswa belajar dengan menimbulkan pertanyaan, memberikan

peluang mengeksplorasi, menyajikan fakta yang mendukung penjelasan siswa,

memperbaiki miskonsepsi, melatih siswa mengaplikasikan konsep baru. Siklus

belajar 5E mengharuskan siswa lebih bertanggung jawab terhadap pembelajaran

mereka sendiri. Siklus belajar 5E melalui kegiatan dalam tiap fase mewadahi

siswa untuk secara aktif membangun konsep-konsepnya sendiri dengan cara

berinteraksi dengan lingkungan fisik maupun sosial sehingga memungkinkan

untuk menggali kemampuan berpikir kreatif siswa.

Beberapa hasil penelitian terdahulu yang berkaitan dengan penerapan siklus belajar memberikan dampak yang positif terhadap pemahaman dan penguasaan konsep sains siswa diantaranya, Salih Ates (2005) dalam penelitiannya tentang

pengaruh siklus belajar pada pemahaman mahasiswa terhadap perbedaan

aspek-aspek dalam hambatan rangkaian DC, menyimpulkan bahwa siklus belajar

terbukti secara signifikan dapat mempengaruhi pemahaman konsep beberapa

aspek yang menyangkut rangkaian hambatan DC. Tika (2009) menyatakan siklus

belajar 5E efektif mengubah miskonsepsi siswa dan meningkatkan pemahaman


(11)

5 efektif meningkatkan pemahaman konsep materi kinetika enzim kimia pada

mahasiswa. Yilmaz dan Cavas (2004) dalam penelitiannya tentang pengaruh

metode siklus belajar 4E terhadap pemahaman siswa pada konsep listrik,

menyimpulkan bahwa penerapan siklus belajar lebih berhasil dibanding siswa

yang diajarkan dengan pendekatan tradisional.

Bunyi adalah salah satu materi dalam mata pelajaran fisika di SMP sesuai

dengan KTSP pada kelas VIII semester II. Siklus belajar sangat cocok digunakan

untuk materi yang melibatkan fenomena-fenomena yang sangat sering dan mudah teramati di dalam kehidupan sehari-hari, Bunyi merupakan salah satu materi yang

sangat berkaitan dengan kehidupan sehari-hari, sehingga banyak pengalaman

yang diperoleh siswa sebelum pembelajaran dilaksanakan. Dengan demikian

penting untuk dapat menguasai dan menyadari manfaat dari mempelajari konsep

tersebut. Namun berdasarkan pengalaman penulis selama mengajar di SMP 1

Bunguran Timur Laut, Natuna dan observasi di tiga SMPN Ranai Natuna

didapati fakta bahwa sebagian besar siswa masih kesulitan dalam memahami

konsep bunyi dan mengaplikasikannya dalam kehidupan sehari-hari. Siswa hanya

hafal konsep namun kurang memaknai konsep tersebut dan kemampuan berpikir

kreatif siswapun tidak tergali ketika mempelajari materi bunyi. Hal tersebut

karena model pembelajaran yang sering dipergunakan hanya menekankan pada

penyampaian informasi oleh guru, siswa hanya diajarkan menghafal konsep.

Maka perlu diadakan penelitian untuk mencari model pembelajaran yang sesuai

sebagai upaya untuk meningkatkan penguasaan konsep siswa dan kemampuan


(12)

6 Salah satu upaya yang dapat dilakukan adalah menerapkan siklus belajar

5E karena menurut Marek Methen (Poedjiadi, 1994) yang berdasarkan

penelitiannya mengungkapkan strategi pembelajaran dengan menggunakan siklus

belajar menunjukan keterlibatan siswa secara aktif dan konsep-konsep yang

dipelajari akan lebih dikuasai siswa. Selain itu pada penerapan siklus belajar 5E

kemampuan berpikir kreatif siswa akan tergali optimal karena suasana

pembelajaran berpusat pada siswa dan guru bukanlah sang otoriter tapi hanya

sebagai fasilitator. Menurut Munandar (2003), perkembangan optimal dari

kemampuan berpikir kreatif berhubungan erat dengan cara mengajar. Dalam

suasana non otoriter, ketika belajar atas prakarsa sendiri, karena guru menaruh

kepercayaan terhadap kemampuan anak untuk berpikir dan berani

mengungkapkan gagasan baru, dan ketika anak diberi kesempatan bekerja sesuai

dengan minat dan kebutuhannya, maka kemampuan kreatif dapat tumbuh subur.

Masih menurut Munandar (1999) aktivitas kreatif akan terbentuk jika dalam

pembelajaran guru berperan sebagai fasilitator.

Berdasarkan uraian latar belakang yang telah dikemukakan, penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul “Penerapan Siklus Belajar 5E pada Materi Bunyi untuk Meningkatkan Penguasaan Konsep dan Kemampuan Berpikir Kreatif Siswa SMP”.

B. Rumusan Masalah

Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah: “Apakah penerapan siklus belajar 5E pada pembelajaran materi bunyi secara signifikan dapat lebih


(13)

7 meningkatkan penguasaan konsep dan kemampuan berpikir kreatif siswa

dibandingkan dengan penerapan pembelajaran konvensional?”

Rumusan masalah ini dijabarkan menjadi pertanyaan-pertanyaan

penelitian sebagai berikut:

1. Bagaimanakah perbandingan peningkatan penguasaan konsep bunyi antara

siswa yang mendapatkan pembelajaran dengan model siklus belajar 5E

dengan siswa yang mendapatkan pembelajaran dengan model konvensional?

2. Bagaimanakah perbandingan peningkatan kemampuan berpikir kreatif konsep

bunyi antara siswa yang mendapatkan pembelajaran dengan model siklus

belajar 5E dengan siswa yang mendapatkan pembelajaran dengan model

konvensional?

3. Bagaimanakah tanggapan siswa terhadap penerapan siklus belajar 5E dalam

pembelajaran materi bunyi?

C. Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan menjajagi penerapan silkus belajar 5E pada

pembelajaran materi bunyi dalam meningkatkan penguasaan konsep dan

kemampuan berpikir kreatif siswa. Tujuan lain dalam penelitian ini adalah untuk

mendapatkan gambaran tentang tanggapan siswa setelah penerapan siklus belajar

5E pada pembelajaran materi bunyi.

D. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian yang dilakukan diharapkan mempunyai nilai guna sebagai


(14)

8 1. Bagi guru, hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai bukti empiris tentang

penerapan siklus belajar 5E dalam meningkatkan penguasaan konsep fisika dan

kemampuan berpikir kreatif, sehingga dapat dipertimbangkan penggunaannya

di ruang kelas.

2. Bagi pihak lain yang penelitiannya beririsan, hasil-hasil penelitian ini dapat

dijadikan rujukan atau pembanding.

E. Asumsi dan Hipotesis Penelitian

Hipotesis dalam penelitian ini adalah:

a. Penerapan siklus belajar 5E pada materi bunyi secara signifikan dapat lebih

meningkatkan penguasaan konsep siswa dibandingkan dengan penerapan

pembelajaran konvensional.

(H1: A1A2).

b. Penerapan siklus belajar 5E pada materi bunyi secara signifikan dapat lebih

meningkatkan kemampuan berpikir kreatif siswa dibandingkan dengan

penerapan pembelajaran konvensional.

(H1:A1A2).

Beberapa asumsi diajukannya hipotesis di atas ialah:

1. Penerapan siklus belajar 5E melalui kelima fasenya yaitu : engage, explore,

explain, extend dan evaluate dapat memfasilitasi siswa untuk terlibat dalam

proses penggalian informasi dalam menemukan konsep, melakukan percobaan

mengemukakan gagasan, mendiskusikan hasil pengamatan. Dengan demikian,


(15)

9 2. Penerapan siklus belajar 5E dapat memfasilitasi terjadinya proses latihan

berpikir untuk mengembangkan kemampuan berpikir kreatif.

F. Definisi Operasional

1. Siklus Belajar 5E diartikan sebagai siklus belajar yang terdiri dari lima fase

(5E) yaitu tahap Engage, fase pengenalan terhadap konsep yang akan

dipelajari yang sifatnya memotivasi atau mengaitkannya dengan hal-hal yang

akan membuat siswa berminat mempelajari konsep, tahap Explore, fase yang

membawa siswa untuk memperoleh pengetahuan dengan pengalaman

lansung yang berhubungan dengan konsep yang akan dipelajari. tahap

Explain, fase memotivasi siswa untuk menjelaskan konsep-konsep dan

definisi-definisi awal yang mereka dapatkan ketika dalam fase ekplorasi

dengan menggunakan kata-kata sendiri, tahap Extend, fase ini mengarahkan

siswa untuk menggunakan definisi-definisi, konsep-konsep, dan

keterampilan-keterampilan yang mereka dapatkan pada situasi yang baru,

fase ini dapat berupa penyelidikan, pemecahan masalah dan membuat

keputusan. Terakhir, Evaluate yaitu fase penilaian formal dan informal, guru

diharapkan secara terus menerus mengobservasi dan memperhatikan

kemampuan dan keterampilan siswa untuk menilai tingkat pengetahuan dan

atau kemampuannya, kemudian melihat perubahan pemikiran siswa terhadap

pemikiran awal. Keterlaksanaan siklus belajar 5E dalam pembelajaran

diobservasi oleh observer dengan panduan lembar observasi.

2. Penguasaan konsep adalah kemampuan siswa memahami dan menerapkan


(16)

10 Indikator penguasaan konsep pada penelitian ini didasarkan pada tingkatan

domain kognitif Bloom yang dibatasi pada tingkatan domain pengetahuan

(C1), pemahaman (C2), dan aplikasi (C3). Penguasaan konsep diukur

menggunakan tes berbentuk pilihan ganda.

3. Kemampuan berpikir kreatif adalah kemampuan untuk mengembangkan atau

menemukan ide atau hasil yang asli, yang berhubungan dengan konsep serta

menekankan pada kemampuan berpikir kretif siswa dalam aktivitas bertanya,

menerka sebab-sebab, menerka akibat-akibat, memperbaiki hasil keluaran,

dan meramal. Diukur dalam aspek 1) kelancaran (fluency), banyaknya

mengemukakan gagasan, 2) keluwesan (flexibility), banyaknya argumen

jawaban yang berbeda, 3) Originalitas (originality), keunikan gagasan yang

dikemukakan. Kemampuan berpikir kreatif diukur menggunakan tes

berbentuk uraian.

4. Pembelajaran konvensional adalah pembelajaran yang berpusat pada guru

yang didominasi metode ceramah, dimana guru cenderung sebagai sumber

informasi bagi siswa dan siswa cenderung pasif dalam menerima pelajaran.

Langkah-langkah pembelajaran konvensional diawali guru memberi

informasi di depan kelas, menerangkan suatu konsep, siswa mendengarkan

penjelasan guru, siswa mencatat dan sedikitnya bertanya ketika ada

penjelasan guru yang kurang dipahami serta latihan-latihan soal. Diakhiri


(17)

36

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Metode dan Desain Penelitian

Penelitian ini menggunakan metode quasi exsperiment dan metode

deskriptif. Untuk mendapatkan gambaran peningkatan penguasaan konsep dan

kemampuan berpikir kreatif digunakan metode quasi exsperiment dengan disain

randomized control group pretest-posttest” (Fraenkel, 1993). Sedangkan metode deskriptif untuk mendeskripsikan tanggapan siswa terhadap penerapan

siklus belajar 5E. Disain ini menggunakan dua kelompok yaitu kelas eksperimen

dan kelas kontrol yang dipilih secara acak. Kelas eksperimen menggunakan

pembelajaran siklus belajar 5E dan kelompok kontrol dengan pembelajaran

konvensional. Terhadap dua kelompok dilakukan pretest dan posttest untuk

melihat peningkatan penguasaan konsep dan kemampuan berpikir kreatif

sebelum dan setelah pembelajaran. Disain penelitian dapat dilihat pada Tabel 3.1.

Tabel 3.1. Disain Penelitian

Kelas Pretest Perlakuan Posttest

Eksperimen O X1 O

Kontrol O X2 O

Keterangan:

X1 = perlakuan model pembelajaran siklus belajar 5E X2 = perlakuan berupa model pembelajaran konvensional O = pretest dan posttest


(18)

37

B. Populasi dan Sampel Penelitan

Populasi dalam penelitian ini adalah siswa kelas VIII sebuah SMP Negeri

di Kota Pekanbaru. Sampel penelitian diambil dua kelas yang memiliki

kemampuan yang sama, dipilih secara acak dari sepuluh kelas. Hasil pemilihan

secara acak didapatkan kelas VIII-4 sebagai kelas eksperimen dan kelas VIII-7

sebagai kelas kontrol dengan jumlah siswa masing masing 33 orang. Penelitian ini

dilaksanakan pada semester genap tahun pelajaran 2009/2010.

C. Prosedur Penelitian

Prosedur penelitian meliputi tahapan-tahapan sebagai berikut:

1. Tahap Persiapan

Kegiatan yang dilakukan pada tahap ini, yaitu penyusunan perangkat

pembelajaran dan pengembangan instrumen penelitian. Melakukan studi

pendahuluan yang meliputi kajian teori tentang model pembelajaran siklus belajar

5E, penguasaan konsep, kemampuan berpikir kreatif, dan konsep materi bunyi.

Untuk pengembangan instrumen meliputi langkah-langkah sebagai

berikut:

a. Penyusunan instrumen

b. Penimbangan instrumen penelitian oleh pakar.

c. Uji coba dan revisi instrumen.

2. Tahap Pelaksanaan

Tahap ini merupakan tahap pengumpulan data dan penerapan siklus

belajar 5E dalam pembelajaran materi bunyi. Kegiatan yang dilakukan pada tahap


(19)

38 a. Pemberian pretest untuk mengetahui penguasaan konsep dan kemampuan

berpikir kreatif siswa sebelum penerapan siklus belajar 5E.

b. Penerapan siklus belajar 5E di kelas eksperimen, dan pembelajaran

konvensional pada kelas kontrol.

c. Observasi penerapan siklus belajar 5E pada pembelajaran materi bunyi.

d. Pemberian posttest untuk melihat peningkatan penguasaan konsep dan

kemampuan berpikir kreatif siswa setelah penerapan siklus belajar 5E.

3. Tahap pengolahan dan analisa data

Menghitung rata-rata gain yang dinormalisasi penguasaan konsep dan

kemampuan berpikir kreatif untuk kelas eksperimen dan kelas kontrol,

melakukan uji normalitas rata-rata gain yang dinormalisasi, melakukan uji

homogenitas varians, melakukan uji kesamaan dua rata-rata, serta melakukan


(20)

39

D. Alur Penelitian

Alur penelitian yang digunakan dalam penelitian ini digambarkan sebagai

berikut:

Gambar 3.1 Alur Penelitian

Studi Pendahuluan

Validasi,Uji Coba, Revisi

Tes Awal (pretest)

Pembelajaran Siklus Belajar 5E Pembelajaran

Konvensional

Tes Akhir (Posttest)

Angket Tanggapan Siswa

Observasi Keterlaksanaan Model Pengolahan dan

Analisis Data Penyusunan Instrumen

1. Tes Penguasaan Konsep 2. Tes Kemampuan

Berpikir kreatif 3. Angket Siswa dan Guru 4. Pedoman Observasi

Studi Literatur: Model Siklus Belajar 5E, dan Kemampuan Berpikir Kreatif

Penyusunan Rencana Pembelajaran Siklus Belajar 5E pada materi Bunyi Perumusan Masalah

Kesimpulan


(21)

40

E. Instrumen Penelitian

Untuk mendapatkan data penelitian, peneliti menyusun dan menyiapkan

beberapa instrumen untuk menjawab pertanyaan penelitian yaitu:

1. Tes Penguasaan Konsep

Tes ini digunakan untuk mengukur penguasaan konsep siswa terhadap

konsep materi Bunyi. Soal tes dalam bentuk pilihan ganda dengan empat

pilihan jawaban. Untuk mengukur penguasaan konsep siswa sebelum

mendapat perlakuan pembelajaran siklus belajar 5E dan pembelajaran

konvensional dilakukan pretest sedangkan untuk mengukur penguasaan

konsep siswa setelah mendapatkan perlakuan dilakukan posttest. Butir soal

tes penguasaan konsep dikonsultasikan dengan dosen pembimbing, dinilai

oleh pakar, dan diujicobakan. Pertanyaan tes berhubungan dengan level

berpikir dari domain kognitif Bloom yang dibatasi dari C1 sampai C3 yaitu

pengetahuan, pemahaman dan aplikasi.

2. Tes Kemampuan Berpikir Kreatif

Tes ini digunakan untuk mengukur kemampuan berpikir kreatif siswa yang

berkaitan dengan konsep materi Bunyi. Soal tes dalam bentuk uraian. Untuk

mengukur kemampuan berpikir kreatif siswa sebelum mendapat perlakuan

pembelajaran siklus belajar 5E dilakukan pretest sedangkan untuk mengukur

kemampuan berpikir kreatif siswa setelah mendapatkan perlakuan dilakukan

posttest. Butir soal tes dikonsultasikan dengan dosen pembimbing, dinilai

oleh pakar, dan diujicobakan. Pertanyaan tes berhubungan dengan aspek


(22)

41 (flexibility), dan 3) originalitas (originality) dan aktivitas berpikir kreatif

yaitu bertanya, menerka sebab, menerka akibat, memperbaiki hasil keluaran,

dan meramal

3. Angket Tanggapan Siswa

Angket bertujuan untuk memperoleh informasi tentang tanggapan siswa

terhadap penerapan siklus belajar 5E. Angket yang dikembangkan dalam

penelitian ini berupa skala Likert, dengan menggunakan empat kategori

respon yaitu; sangat setuju (SS), setuju (S), tidak setuju (TS), dan sangat tidak

setuju (STS).

4. Lembar Observasi

Lembar observasi keterlaksanaan model pembelajaran digunakan untuk

mengukur keterlaksanaan fase-fase siklus belajar 5E yang telah direncanakan

dalam proses pembelajaran. Observasi yang dilakukan adalah observasi

terstruktur dengan menggunakan lembaran daftar cek.

F. Analisis Tes

Pengolahan data menyangkut validitas butir soal, reliabilitas tes, tingkat

kesukaran dan daya pembeda soal yang digunakan dalam penelitian ini dilakukan

dengan menggunakan program AnatesV4. Ketentuan-ketentuan yang digunakan

bagi keperluan pengujian tes di atas adalah:

1. Validitas Butir soal

Validitas butir soal digunakan untuk mengetahui dukungan suatu butir soal


(23)

42 soal yang dimaksud dikorelasikan dengan skor total. Sebuah soal akan memiliki

validitas yang tinggi jika skor soal tersebut memiliki dukungan yang besar

terhadap skor total. Dukungan setiap butir soal dinyatakan dalam bentuk korelasi,

sehingga untuk mendapatkan validitas suatu butir soal digunakan rumus korelasi.

Perhitungan dilakukan dengan menggunakan rumus korelasi Product

Moment Pearson:

=

� −

� 22 22

(Arikunto, 2008)

Keterangan:

= koefesien korelasi antara variabel X dan variabel Y, dua variabel yang dikorelasikan

X = skor item Y = skor total N = jumlah siswa

Interpretasi besarnya koefesien korelasi dapat dilihat pada Tabel 3.2

Tabel 3.2. Kategori Validitas Butir Soal

Batasan Kategori

0,800 < ≤ 1,00 Sangat Tinggi

0,600 < ≤ 0,800 Tinggi

0,400 < ≤ 0,600 Cukup

0,200 < ≤ 0,400 Rendah

0,00 < ≤ 0,200 Sangat Rendah


(24)

43 2. Reliabilitas Tes

Reliabilitas adalah kestabilan skor yang diperoleh ketika diuji ulang

dengan tes yang sama pada situasi yang berbeda atau dari satu pengukuran ke

pengukuran lainnya (Surapranata, 2004). Suatu tes dapat dikatakan memiliki taraf

reliabililas yang tinggi jika tes tersebut memberikan hasil yang tetap dan dihitung

dengan koefesien reliabilitas. Dalam penelitian ini untuk menghitung reliabilitas

tes berbentuk pilihan ganda digunakan rumus Spearman Brown:

r11=

2r1

212

1+r1

212

(Arikunto, 2008) Keterangan:

11 = koefisien reliabilitas yang telah disesuaikan 1

21 2 = koefisien korelasi antara skor-skor setiap belahan tes

Harga dari 1

21 2 dapat ditentukan dengan menggunakan rumus korelasi

Product Moment Pearson:

r

xy

=

N XY- X Y N X2- X 2 N Y2- Y 2

(Arikunto, 2008) Keterangan:

= koefesien korelasi antara variabel X dan variabel Y X = skor item ganjil

Y = skor item genap N = jumlah sampel


(25)

44 Interpretasi derajat reliabilitas suatu tes dapat dilihat pada Tabel 3.3.

Tabel 3.3. Kategori Reliabilitas Tes

Batasan Kategori

0,800 < 11 ≤1,00 Sangat Tinggi

0,600 < 11 ≤0,800 Tinggi

0,400 < 11 ≤0,600 Cukup

0,200 < 11 ≤0,400 Rendah

0,00 < 11 ≤0,200 Sangat Rendah

(Arikunto, 2008)

Sedangkan untuk menghitung reliabilitas tes uraian digunakan rumus Alpha:

11 = −1 1−

�2 �12

(Arikunto 2008) Keterangan:

r11 = reliabilitas yang dicari n = jumlah butir soal

�2 = jumlah varians skor tiap item �12 = varians total

Untuk menghitung varians tiap-tiap item digunakan rumus:

�2 =

22 � � Keterangan:

N = banyaknya siswa peserta tes �2 = varians tiap item


(26)

45 3. Tingkat Kesukaran Soal

Tingkat kesukaran adalah bilangan yang menunjukkan sukar atau

mudahnya suatu soal. Besarnya indeks kesukaran (P) berkisar antara 0,00 sampai

dengan 1,00. Indeks kesukaran untuk soal bentuk pilihan ganda dapat dihitung

dengan persamaan:

� =

��

(Arikunto, 2008) Keterangan:

P = indeks kesukaran

B = banyak siswa yang menjawab soal itu dengan benar

JS = jumlah seluruh siswa peserta tes

Kategori untuk tingkat kesukaran soal dapat dilihat pada Tabel 3.4

Tabel 3.4. Kategori Tingkat Kesukaran

Batasan Kategori

0,00 <� ≤0,30 Soal Sukar

0,30 <� ≤0,70 Soal Sedang

0,70 <� ≤1,00 Soal Mudah

(Arikunto, 2008)

4. Daya Pembeda Soal

Daya pembeda soal adalah kemampuan suatu soal untuk membedakan

antara siswa yang berkemampuan tinggi dengan siswa yang berkemampuan

rendah. Angka yang menunjukkan besarnya daya pembeda disebut indeks

diskriminasi (D). Untuk menentukan indeks diskriminasi soal bentuk pilihan


(27)

46 � =

� − � = � − �

(Arikunto, 2008) Keterangan:

J = jumlah peserta tes

JA = banyak peserta kelompok atas JB = banyak peserta kelompok bawah

BA = banyak kelompok atas yang menjawab benar BB = banyak kelompok bawah yang menjawab benar PA = proporsi kelompok atas yang menjawab benar PB = proporsi kelompok bawah yang menjawab benar

Untuk menentukan indeks deskriminasi (D) soal bentuk uraian digunakan

persamaan:

� = � − �

(Karno To, 1996) Keterangan:

D = indeks deskriminasi

SA = jumlah skor siswa kelompok atas SB = jumlah skor siswa kelompok bawah

JA = jumlah skor ideal salah satu kelompok

Kategori daya pembeda dapat dilihat pada Tabel 3.5.

Tabel 3.5. Kategori Daya Pembeda

Batasan Kategori

0,00 <� ≤0,20 Jelek

0,20 <� ≤0,40 Cukup

0,40 <� ≤0,70 Baik

0,70 <� ≤1,00 Baik sekali


(28)

47

G. Teknik Pengumpulan Data

1. Data Penguasaan Konsep

Untuk mengumpulkan data berupa skor penguasaan konsep siswa

digunakan tes pilihan ganda sebelum dan sesudah penerapan siklus belajar 5E.

2. Data Kemampuan Berpikir Kreatif

Untuk mengumpulkan data berupa skor kemampuan berpikir kreatif

digunakan tes uraian sebelum dan sesudah penerapan siklus belajar 5E.

3. Data Tanggapan Siswa

Untuk mengumpulkan data mengenai tanggapan siswa terhadap penerapan

siklus belajar 5E, siswa diberikan angket. Pemberian skor kepada setiap

pernyataan siswa dengan ketentuan seperti pada Tabel 3.6.

Tabel 3.6 Pemberian Skor Tanggapan Siswa

Skor Pernyataan

Positif Pernyataan Negatif

Sangat Setuju (SS) 4 1

Setuju (S) 3 2

Tidak Setuju (TS) 2 3 Sangat Tidak Setuju (STS) 1 4

4. Observasi Keterlaksanaan Model Pembelajaran

Lembar observasi digunakan sebagai pedoman melakukan observasi

aktivitas siswa dan guru selama penerapan siklus belajar 5E berlangsung.

Observasi terhadap aktivitas siswa difokuskan terhadap keaktifan siswa pada

setiap fase siklus belajar 5E, sedangkan observasi terhadap aktivitas guru


(29)

48 memberikan check list untuk memastikan setiap kegiatan yang direncanakan

pada setiap fase siklus belajar 5E dilaksanakan pada lembaran observasi.

[[[[

H. Teknik Analisis Data

Analisis data yang dimaksudkan dalam penelitian ini adalah untuk

membuat penafsiran data yang diperoleh dari hasil penelitian. Analisis data

tersebut digunakan untuk mengetahui peningkatan penguasaan konsep,

peningkatan kemampuan berpikir kreatif, keterlaksanaan model siklus belajar 5E

dan tanggapan siswa terhadap penerapan siklus belajar 5E. Data yang diperoleh

dari angket dan observasi dianalisis secara deskriptif. Data peningkatan

penguasaan konsep dan kemampuan berpikir kreatif dianalisis dengan uji statistik.

Dalam penelitian ini analisis data statistik menggunakan program SPSS for

Windows versi 17.0, untuk melihat normalitas, homogenitas varians, peningkatan

penguasaan konsep dan berpikir kreatif.

Untuk melihat peningkatan penguasaan konsep dan kemampuan berpikir

kreatif sebelum dan sesudah pembelajaran digunakan rumus yang dikembangkan

oleh Hake sebagai berikut:

�= � − �

� � − �

(Cheng, et. al, 2004)

Keterangan:

Spos = skor posttest Spre = skor pretest


(30)

49

Gain yang dinormalisasi ini diinterpretasikan untuk menyatakan

peningkatan penguasaan konsep bunyi dan kemampuan berpikir kreatif dengan

kriteria seperti pada Tabel 3.7.

Tabel 3.7. Kategori Rata-rata gain yang Dinormalisasi

Batasan Kategori

<� > > 0,7 Tinggi

0,3 ≤ <� > ≤ 0,7 Sedang

<� > < 0,3 Rendah

(Cheng, et. al, 2004).

Sedangkan efektivitas penerapan siklus belajar 5E dapat dilihat dari

perbandingan nilai rata-rata gain yang dinormalisasi kelas eksperimen dan kelas

kontrol. Suatu pembelajaran dikatakan lebih efektif jika menghasilkan gain yang

dinormalisasi lebih tinggi dibanding pembelajaran lainnya (Margendoller, 2006).

Pengolahan data dan pengujian uji statistik dilakukan dengan

tahapan-tahapan sebagai berikut:

1. Uji normalitas

Uji normalitas distribusi data dengan menggunakan One Sample

Kolmogorov Smirnov Test. taraf signifikansi α = 0,05. Dari hasil tes ini di dapatkan p-value, jika p-value > �= 0,05 maka data berasal dari populasi yang terdistribusi normal. Sebaliknya, jika p-value < � = 0,05 maka data tidak berasal dari populasi yang terdistribusi normal. Dalam program SPSS 17.0 digunakan

istilah significance yang disingkat Sig untuk p-value, dengan kata lain p-value =


(31)

50 2. Uji Homogenitas

Uji ini dilakukan untuk melihat sama tidaknya varians-varians dua buah

peubah bebas dengan Levene Test (Uyanto, 2009). Dari hasil Levene’sTest di dapatkan p-value, jika p-value lebih besar dari �= 0,05 maka kedua varians sama besar (homogen). Jika p-value lebih kecil � = 0,05 maka kedua varians tidak sama besar (tidak homogen). Uji tersebut didasarkan pada rumus statistik

(Ruseffendi, 1998) yaitu :

s

s

kecil besar

F 2 2

 dengan S2 = varians

Dengan kriteria pengujiannya, jika Jika Fhitung ≤ Ftabel maka varian data homogen

dan jika Jika Fhitung ≥ Ftabel maka varian data tidak homogen. 3. Uji Hipotesis

Pengujian hipotesis dalam penelitian ini menggunakan uji-t satu ekor (one

tile) dengan taraf signifikan α = 0,05. Pada uji-t ini ini kita juga menggunakan

software SPSS 17.0 dengan uji-t dua sampel independen. Jika data berdistribusi

normal dan homogen maka digunakan uji statistik dengan rumus:

= −

−1 �+2 + −2 1 �2 1 + 1

(Uyanto, 2009) Keterangan:

= rata-rata gain yang dinormalisasi kelompok eksperimen = rata-rata gain yang dinormalisasi kelompok kontrol nx = jumlah sampel kelompok eksperimen


(32)

51 ny = Jumlah sampel kelompok kontrol

S1 = varians kelompok eksperimen S2 = varians kelompok kontrol

Pada hasil uji ini terdapat keluran nilai t dan p-value, untuk mengetahui

hasil hipotesis ada dua cara, pertama membandingkan nilai thitung dengan ttabel. Jika

thitung > ttabel maka H0 ditolak dan H1 diterima, begitu juga sebaliknya. Kedua

membandingkan p-value dengan tingkat kepercayaan �= 0,05. jika p-value < α, maka Ha diterima, begitu juga sebaliknya. Apabila data tidak memenuhi asumsi

uji-t (tidak berdistribusi normal, tidak homogen) maka dipakai uji statistik

nonparametrik yaitu uji Mann-Whitney (Ruseffendi, 1998).

4. Menghitung persentase hasil angket tanggapan siswa menggunakan rumus:

(Sugiono, 2008).

% � = �ℎ � � ℎ � � �

�ℎ � ℎ 100%

Persentase persetujuan kemudian dirata-ratakan dan interpertasikan.

Tanggapan siswa diinterpertasikan positif jika persentase skor rata-rata ≥ 75 %. Tanggapan siswa diinterpertasikan negatif jika persentase skor rata-rata ≤ 50 %. Jika persentase skor rata-rata berada di rentang 50 % ≤ % skor rata-rata ≤ 75 % maka interpertasinya dengan memperhatikan sebaran jawaban siswa terhadap

keempat pilihan jawaban.

5. Analisis tanggapan siswa terhadap penerapan siklus belajar 5E dilakukan

dengan melihat jawaban setiap siswa terhadap pernyataan-pernyataan angket


(33)

52 6. Analisis hasil observasi kerterlaksanaan penerapan siklus belajar 5E yang

dilakukan oleh guru selama proses pembelajara dilakukan dengan melihat

daftar cek yang dibubuhkan observer.

[

I . Hasil Analisis Ujicoba Instrumen

Uji coba tes dilakukan pada siswa SMP kelas IV di salah satu sekolah di

Bandung. Soal tes penguasaan konsep yang diujicobakan berjumlah 26 butir soal

dalam bentuk pilihan ganda dan soal tes kemampuan berpikir kreatif berjumlah

tujuh butir soal dalam bentuk uraian. Analisis instrumen dilakukan dengan

menggunakan program Anates V4 untuk menguji validitas soal, realibilitas tes,

tingkat kesukaran dan daya pembeda soal. Hasil uji coba soal kemampuan

berpikir kreatif dapat dilihat pada Tabel.3.8.

Tabel 3.8. Hasil Uji coba Soal Kemampuan Berpikir Kreatif

No Soal

Daya Pembeda Tingkat Kesukaran Validitas Reliabilitas

Ket

ID Kriteria P Kriteria rxy Kriteria Nilai Kriteria

1 0,50 Baik 0,56 Sedang 0,68 Valid

0,83 Tinggi Sekali

Dipakai

2 0,52 Baik 0,64 Sedang 0,65 Valid Dipakai

3 0,54 Baik 0,65 Sedang 0,71 Valid Dipakai

4 0,47 Baik 0,57 Sedang 0,63 Valid Dipakai

5 0,50 Baik 0,61 Sedang 0,70 Valid Dipakai

6 0,43 Baik 0,57 Sedang 0,68 Valid Dipakai

7 0,43 Baik 0,64 Sedang 0,64 Valid Dipakai

Berdasarkan Tabel 3.8 dari tujuh soal yang diujicobakan diperoleh bahwa

semua soal kemampuan berpikir kreatif adalah valid sehingga jumlah soal yang

digunakan untuk pretest dan posttest berjumlah tujuh soal. Sedangkan hasil uji


(34)

53 Tabel 3.9. Hasil Uji Coba Soal Penguasaan Konsep Bunyi

No

Soal Daya Pembeda

Tingkat

Kesukaran Validitas Reliabilitas

Ket

ID Kriteria P Kriteria rxy Kriteria Nilai Kriteria

1 0,54 Baik 0,45 Sedang 0,36 Valid

0,77 Tinggi

Dipakai

2 0,54 Baik 0,67 Sedang 0,42 Valid Dipakai

3 0,45 Baik 0,72 Mudah 0,40 Valid Dipakai

4 0,45 Baik 0,80 Mudah 0,41 Valid Dipakai

5 0,36 Cukup 0,42 Sedang 0,36 Valid Dipakai

6 0,54 Baik 0,42 Sedang 0,42 Valid Dipakai

7 0,45 Baik 0,72 Mudah 0,38 Valid Dipakai

8 0,45 Baik 0,62 Sedang 0,37 Valid Dipakai

9 0,36 Cukup 0,65 Sedang 0,39 Valid Dipakai

10 0,27 Kurang 0,32 Sedang 0,31 Tidak Valid Dibuang

11 0,54 Baik 0,50 Sedang 0,36 Valid Dipakai

12 0,54 Baik 0,55 Sedang 0,42 Valid Dipakai

13 0,63 Baik 0,50 Sedang 0,49 Valid Dipakai

14 0,54 Baik 0,35 Sedang 0,43 Valid Dipakai

15 0,63 Baik 0,37 Sedang 0,39 Valid Dipakai

16 0,36 Cukup 0,8o Mudah 0,42 Valid Dipakai

17 0,45 Baik 0,77 Mudah 0,36 Valid Dipakai

18 0,45 Baik 0,37 Sedang 0,39 Valid Dipakai

19 0,45 Baik 0,32 Sedang 0,38 Valid Dipakai

20 0,45 Baik 0,40 Sedang 0,46 Valid Dipakai

21 0,36 Cukup 0,77 Mudah 0,37 Valid Dipakai

22 0,45 Baik 0,65 Sedang 0,45 Valid Dipakai

23 0,54 Baik 0,47 Sedang 0,36 Valid Dipakai

24 0,54 Baik 0,62 Sedang 0,43 Valid Dipakai

25 0,54 Baik 0,67 Sedang 0,41 Valid Dipakai

26 0,45 Baik 0,70 Sedang 0,35 Valid Dipakai

Berdasarkan Tabel 3.9 dari 26 soal yang diuji coba, terdapat terdapat 25

soal valid dan satu soal tidak valid. Selanjutnya, soal yang tidak valid dibuang

tidak dipakai. Jumlah soal penguasaan konsep yang digunakan untuk pretest dan


(35)

54

J. Jadwal Kegiatan Penelitian

Penelitian dilaksanakan mulai tanggal 6 s/d 26 April 2009. Pelaksanaan

pembelajaran sesuai dengan kegiatan pembelajaran IPA di kelas VIII SMP tempat

penelitian sebanyak dua kali pertemuan tiap minggu. Jadwal pelaksanaan kegiatan

penelitian dapat dilihat pada Tabel 3.10.

Tabel 3.10. Jadwal Pelaksanaan Penelitian

No Hari/Tanggal Jenis Kegiatan

1. Sabtu, 6 Maret 2010 Pretest penguasaan konsep

Pretest kemampuan berpikir kreatif

2. Selasa, 9 Maret 2010 Pretest penguasaan konsep

Pretest kemampuan berpikir kreatif

3. Kamis, 11 Maret 2010 Pembelajaran RPP1/ Pengamatan Pembelajaran Model Siklus Belajar 5E

4. Sabtu, 13 Maret 2010 Pembelajaran RPP2/ Pengamatan Pembelajaran Model Siklus Belajar 5E

5. Kamis, 18 Maret 2010 Pembelajaran RPP3/ Pengamatan Pembelajaran Model Siklus Belajar 5E

6. Sabtu, 20 Maret 2010 Pembelajaran RPP4/ Pengamatan Pembelajaran Model Siklus Belajar 5E

7. Kamis, 25 Maret 2010 Posttest penguasaan konsep

Posttest kemampuan berpikir kreatif Sebaran angket siswa

8. Kamis, 25 Maret 2009 Posttest penguasaan konsep


(36)

88

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan analisis data, maka dapat disimpulkan

bahwa:

1. Model siklus belajar 5E secara signifikan dapat lebih meningkatkan

penguasaan konsep bunyi dibandingkan dengan pembelajaran konvensional.

Dari perbandingan rata-rata gain yang dinormalisasi penguasaan konsep

bunyi kelas eksperimen berkategori sedang, kelas kontrol berkategori

rendah. Peningkatan penguasaan konsep terjadi di semua label konsep bunyi

yaitu pada label konsep definisi bunyi, frekuensi bunyi, karakteristik bunyi,

resonanasi bunyi dan pemantulan bunyi. . Hal ini menunjukkan bahwa

penerapan siklus belajar 5E efektif dalam meningkatkan penguasaan konsep

dibanding penerapan pembelajaran konvensional.

2. Model siklus belajar 5E secara signifikan dapat lebih meningkatkan

kemampuan berpikir kreatif siswa dibandingkan pembelajaran

konvensional. Dari perbandingan rata-rata gain yang dinormalisasi

kemampuan berpikir kreatif siswa kelas eksperimen lebih tinggi dari kelas

kontrol dengan perbedaan yang cukup tinggi walaupun sama-sama

berkategori sedang. Peningkatan kemampuan berpikir kreatif juga terlihat

berdasarkan ketiga aspek kemampuan berpikir kreatif yaitu kelancaran

(fluency), keluwesan (flexibility) dan orisinalitas (originality). Hal ini


(37)

89 meningkatkan kemampuan berpikir kreatif dibanding penerapan

pembelajaran konvensional.

3. Secara umum siswa memberikan tanggapan positif (setuju) terhadap

penerapan siklus belajar 5E pada materi bunyi. Penerapan siklus belajar 5E

menarik bagi siswa, memfasilitasi siswa untuk mengkonstruksi pengetahuan

sendiri, memfasilitasi dalam penguasaan konsep dan kemampuan berpikir

kreatif, memotivasi siswa untuk berkomunikasi dan memberi gagasan, serta

aktif dalam pembelajaran.

B. Saran

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan tentang penerapan

model siklus belajar 5E pada materi bunyi, peneliti memberikan beberapa saran

kepada pihak-pihak yang akan menggunakannya di kelas, antara lain sebagai

berikut:

1. Untuk menerapkan model siklus belajar 5E menuntut kesungguhan dan

kreativitas guru dalam merancang kegiatan siswa terutama pada fase

explore dan proses pembelajaran memerlukan keterampilan guru dalam

pengelolaan kelas yang lebih terencana dan lebih kreatif.

2. Jika dilakukan pada siswa SMP, sebaiknya sebelum penerapan siklus

belajar bersama siswa, guru menentukan aturan-aturan yang harus dipatuhi

karena seringkali fase explore siswa melakukan percobaan sambil

bermain-main.

3. Dari hasil pengamatan selama penerapan siklus belajar 5E pada materi


(38)

90 kelompok yang terdiri dari empat orang tampak sangat bisa melibatkan

semua anggotanya untuk lebih fokus mengerjakan LKS dibandingkan

kelompok yang beranggotakan lima orang. Oleh sebab itu, jumlah siswa di

setiap kelompok sebaiknya tidak lebih dari empat orang agar setiap siswa


(39)

91 DAFTAR PUSTAKA

Abraham, M.R., Renner J.W. 1986. The Sequence of Learning Cycle Activity in High School Chemistry. J. of Research in Science Teaching. Vol 23 (2), pp

121-143.

Altan, Calik (2008) Using Different Conceptual Change Methods Embedded Within the 5E Model: A sample teaching for heat and temperature.

Journal of Physics Teacher Education Online (JPTEO)

Akar, E (2005) Effectiveness of 5E Learning Cycle Model on Student Understanding of Acid Base Concepts. Thesis of Middle east Tehnical University

Arifin, M. 1995. Pengembangan Program Pengajaran Bidang Studi Kimia. Surabaya: Airlangga University Press.

Arikunto, S. (2002). Prosedur Penelitian. Jakarta. Rineka Cipta.

Baharuddin.(1982). Peranan Kemampuan Dasar Intelektual Sikap dan

Pemahaman dalam Fisika terhadap Kemampuan Siswa di Sulawesi Selatan Membangun Model Mental. Disertasi Doktor FPS IKIP

Bandung: Tidak Diterbitkan.

Bybee, R. W., Taylor, J. A., Gardner, Van Scotter, P., Powell, J. C.,et. al ((2006).

The BSCS 5E Instructional Model: Origins, effectiveness, and applications, Colorado Springs: BSCS

Bybee,R.W (2009) The BSCS 5E Instructional Model and 21ST Century Skills.

Paper for a Workshop On Exploring The Intersection of Science Education and The Development of 21st Century Skill

Cheng, K. (2004). “Using an Online Homework System Enhances Students’

Learning Of Physics Consepts in an Introdutory Physics Course”. Journal

American Association of Physic Teacher. 72, 11, 1447–1453.

Dasna, I.Wayan.2005. Kajian Implementasi Model Siklus Belajar (Learning

Cycle) dalam Pembelajaran Kimia. Makalah Seminar Nasional MIPA

dan Pembelajarannya. FMIPA UM – Dirjen Dikti Depdiknas. 5 September 2005.

Dahar, R.W. (1996). Teori-teori Belajar. Jakarta. Erlangga.

Depdiknas. (2004) Silabus Kurikulum 2004. Jakarta:Dirjen Dikdasmen Direktorat Menengah.

Eisenkraft, A. (2003) ”Expanding the 5E Model”. The Science Teacher.70,(6)


(40)

92 Fajaroh, F dan Dasna,W (2003) Penggunaan Pembelajaran Learning Cycle untuk

Meningkatkan motivasi Belajar dan Hasil Belajar Kimia Adiftif dalam Bahan Makanan pada Siswa Kelas II SMU Negeri 1 Tumpang Malang.Malang: Lembaga Peneltian Universitas Malang

Fraenkel, J. R. dan Wallen, N. E. (1993). How to Design and Evaluate Research

in Education (second ed.). New York: McGraw-Hill Book Co

Glassom, G.E dan Lalik, R.V (1993) Reinterperting The Leraning Cycle From Contructivist Social Prespective:” A Qualilative study of Teacher Belief and Practices. Journal of Researcn In Science Teaching,30,(2)182-207

Hudojo, H. (2001). Pembelajaran Menurut Pandangan Konstruktivisme. Makalah Semlok Konstruktivisme sebagai Rangkaian Kegiatan Piloting JICA. FMIPA UM. 9 Juli 2001.

Hulya Yilmaz, Pinar Huyuguzel Cavas (2004). The effects Of The 4-E Learning

Cycle Method On Students’ Understanding Of Electricity. University

Faculty of Education, Departement of Primary Education, Bornova-Izmir

Journal of Turkish Science Education, Vol 3, No 1.

Iskandar, S.M. (2005). Perkembangan dan Penelitian Daur Belajar. Makalah Semlok Pembelajaran Berbasis Konstruktivis. Jurusan Kimia UM. Juni 2005.

Jittam, P (2008) Develompent of Bromoperoxidase Based Learning Cycle to

Enhance Conceptual Understanding of Second Year University Student.

Tesis Mahidol University. Tidak diterbitkan.

Juremi, S. dan Ayob, A. (2000). Menentukan Kesahan Alat Ukur-Alat Ukur

Kemahiran Berfikir Kritis, Kemahiran Berfikir Kreatif, Kemahiran Proses Sains, dan Pencapaian Biologi [Online]. Tersedia: http://www.geocities.com/drwanrani/Sabaria_Juremi.html. [20 Agustus 2007]

Kanginan, M (2007). Fisika SMP. Bandung: Erlangga

Karli, H. dan Yuliariatiningsih, M.S. (2002). Implementasi Kurikulum Berbasis

Kompetensi Model-Model Pembelajarn 2. Bandung: Bina Media

Informasi.

Karno To, (1996). Mengenal Analisis Tes, Bandung: IKIP Jurusan Psikologi Pendidikan dan Bimbingan FIP.


(41)

93 Karplus, R. (1980). Teaching for the Development of Reasoning. dalam Science

Education Information Report. The Ohio State University.

Karyadi, F (2009) Model Siklus Belajar Abduktif Empirs Untuk Meningkatkan

Penguasaan Konsep dan Kemampuan Pemecahan Masalah Siswa SMP Pada Materi Bunyi. Tesis PPS UPI Bandung.Tidak Diterbitkan

Kneller, Goerge F. (1984). Introduction to the Philosophy of Education. New York: John Willey Sons Inc.

Lawson, A. (1988). Science Teaching and The Development of Thinking. California. W Publishing Company.

__________ (1994), Science Teaching and The Development of Thingking Arizona State University Wadsworth Publishing Company Belmont California : A Division Wardworth, Inc

Liliasari, dkk (1999), Pengembangan Model Pembelajaran Materi Subyek untuk

Meningkatkan Keterampilan Berpikir Konseptual Tingkat Tinggi Mahasiswa Calon Guru IPA, Laporan Penelitian, Bandung:

FPMIPA IKIP Bandung.

Liliasari. (2002). Pengembangan model Pembelajaran Kimia untuk Meningkatkan

Strategi Kognitif Mahasiswa Calon Guru dalam Menerapkan Berfikir Konseptual Tingkat Tinggi. Laporan Penelitian Hibah Barsaing IX

Perguruan Tinggi Tahun Ajaran 2001-2002. Bandung: FPMIPA UPI

_______ (2009), Inovasi Pembelajaran IPA : Mengapa dan Bagaimana? Makalah seminar workshop Pembelajaran IPA UPI 29 Juli 2009

Liu, T.-C., Peng, H., Wu, W.-H.,& Lin, M.-S. (2009). The Effects of Mobile Natural-science Learning Based on the 5E Learning Cycle: A Case Study. Educational Technology & Society, 12 (4), 344–358.

Lord, T. R. (1999). A comparison between traditional and constructivist teaching in environmental science. Journal of Environmental Education, 30(3), 22-28.

Lorsbach, Anthony W (2006) The Learning Cycle as Tool for Planning Science

Instruction.[online]Tersediahttp.//www.coc.ilstu.edu/sceinceed/lorsbach2

Margendoller, J.R, Maxwell, N.L, dan Bellisimo, Y. (2006). The Effectivenes of Problem-Based Instruction: A Comperative Study of Instructional Methods and Student Charactheristics. The Interdisciplinary Journal of


(42)

94 Mulyasa,E.(2007) Menjadi Guru Profesional Menciptakan Pembelajaran Kreatif

dan Menyenangkan. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya

Munandar, S.C.U (1992). Mengembangkan bakat dan kreativitas anak sekolah. Petunjuk bagi para guru dan orang tua. Jakarta : PT Gramedia Widiasarana Indonesia.

_______________(1999), Kreativitas dan Keberbakatan, Strategi Mewujudkan

Potensi Kreatif dan Bakat, Jakarta. PT Gramedia

______________ (2002) Kreativitas dan Keterbakatan. Jakarta: Gramedia

Nasution, S. (1982). Berbagai Pendekatan Dalam Proses Belajar Mengajar. Edisi Pertama. Jakarta: Bina Aksara.

Poedjiadi, A. (1994) ”Pendekatan Sains Teknologi Masyarakat Dalam Pendidikan

Sebagai Upaya Meningkatkan Literasi sains dan Tehnologi. Makalah

pada Seminar Nasional Hasil Penelitian. Ujung Pandang

Poedjiadi, A. (2003). Interaksi dalam Pembelajaran Menggunakan Model Sains

Teknologi Masyarakat. Makalah. Bandung: tidak diterbitkan.

Renner, J.W., Abraham M.R.,Birnie, H.H. 1988. The Necessity of Each Phase of The Learning Cycle ini Teaching High School Physics. J. of Research in

Science Teaching. Vol 25 (1), pp 39-58.

Ruseffendi, H.E.T (1988) Penghantar Membantu Guru Mengembangkan

kompetensinya dalam Pengajaran Matematika dan Meningkatkan CBSA.

Bandung:Tarsito

________________.(1998). Statistika Dasar untuk Penelitian Pendidikan. Bandung. CV Andira.

Salih Ates. (2005). The Effects of Cycle Learning on College Students Understunding of Different Aspects in Resistive DC Circuit. Electronic

Journal of Science Education, Vol. 9, No. 4.

Santyasa, I W. (2005). Model Pembelajaran Inovatif Dalam Implementasi

Kurikulum Berbasis Kompetensi. Makalah, Bali: tidak diterbitkan

Slameto. (1988). Belajar dan Faktor-Faktor yang mempengaruhinya. Jakarta: Bina Aksara.

Soebagio dkk. 2000. Penggunaan Siklus belajar dan Peta Konsep untuk

Peningkatan Kualitas Pembelajaran Konsep Larutan Asam-Basa.


(43)

95 Sudjana. (2002). Metoda Statistika. Bandung.Tarsito.

Sugiono. (2008). Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: Alfabeta.

Supranata. S. (2004). Analisis, Validitas, Reliabilitas dan Interpretasi Hasil Tes. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.

Supriadi, Dedi. 1997. Kreativitas, Kebudayaan, dan Perkembangan Iptek. Bandung: CV ALFABETA

Tapilow, F.S (1997). Kreativitas, berpikir anak usia SD dalam Memecahkan

Masalah masalah IPA. Disertasi PPS IKIP Bandung. Tidak Diterbitkan

Talha, (2005) Pengembangan Model Siklus Belajar Empris Induktif dalam Upaya

Meningkatkan Penguasaan Konsep Optik Geometrik. Tesis PPS UPI

Bandung: Tidak diterbitkan

Tika (2007) Implementasi Strategi 5E Dengan Bahan Ajar Bermuatan Perubahan

Konseptual Sebagai Upaya Mnegubah Miskonsepsi, dan Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Tesis Universitas Pendidikan Ganesha Bali. Tidak

diterbitkan

Uyanto Stanislaus, S. (2009). Pedoman Analisis Data dengan SPSS. Yogyakarta: Graha Ilmu.

Wartono. (1996). “Model Pembelajaran Inkuari dalam Pendidikan Sains di SD”

dalam Khazanah Pengajaran IPA. Majalah Pendidikan IPA. Vol I/No 2/1996. Bandung: IMAPIPA PPS & PPS IKIP Bandung.

Wiyanto. (2008). Menyiapkan Guru Sains Mengembangkan Kompetensi


(1)

90 kelompok yang terdiri dari empat orang tampak sangat bisa melibatkan semua anggotanya untuk lebih fokus mengerjakan LKS dibandingkan kelompok yang beranggotakan lima orang. Oleh sebab itu, jumlah siswa di setiap kelompok sebaiknya tidak lebih dari empat orang agar setiap siswa ikut berperan aktif dalam kelompoknya.


(2)

91 DAFTAR PUSTAKA

Abraham, M.R., Renner J.W. 1986. The Sequence of Learning Cycle Activity in High School Chemistry. J. of Research in Science Teaching. Vol 23 (2), pp 121-143.

Altan, Calik (2008) Using Different Conceptual Change Methods Embedded Within the 5E Model: A sample teaching for heat and temperature. Journal of Physics Teacher Education Online (JPTEO)

Akar, E (2005) Effectiveness of 5E Learning Cycle Model on Student Understanding of Acid Base Concepts. Thesis of Middle east Tehnical University

Arifin, M. 1995. Pengembangan Program Pengajaran Bidang Studi Kimia. Surabaya: Airlangga University Press.

Arikunto, S. (2002). Prosedur Penelitian. Jakarta. Rineka Cipta.

Baharuddin.(1982). Peranan Kemampuan Dasar Intelektual Sikap dan Pemahaman dalam Fisika terhadap Kemampuan Siswa di Sulawesi Selatan Membangun Model Mental. Disertasi Doktor FPS IKIP Bandung: Tidak Diterbitkan.

Bybee, R. W., Taylor, J. A., Gardner, Van Scotter, P., Powell, J. C.,et. al ((2006). The BSCS 5E Instructional Model: Origins, effectiveness, and applications, Colorado Springs: BSCS

Bybee,R.W (2009) The BSCS 5E Instructional Model and 21ST Century Skills.

Paper for a Workshop On Exploring The Intersection of Science Education and The Development of 21st Century Skill

Cheng, K. (2004). “Using an Online Homework System Enhances Students’

Learning Of Physics Consepts in an Introdutory Physics Course”. Journal

American Association of Physic Teacher. 72, 11, 1447–1453.

Dasna, I.Wayan.2005. Kajian Implementasi Model Siklus Belajar (Learning Cycle) dalam Pembelajaran Kimia. Makalah Seminar Nasional MIPA dan Pembelajarannya. FMIPA UM – Dirjen Dikti Depdiknas. 5 September 2005.

Dahar, R.W. (1996). Teori-teori Belajar. Jakarta. Erlangga.

Depdiknas. (2004) Silabus Kurikulum 2004. Jakarta:Dirjen Dikdasmen Direktorat Menengah.

Eisenkraft, A. (2003) ”Expanding the 5E Model”. The Science Teacher.70,(6)


(3)

92 Fajaroh, F dan Dasna,W (2003) Penggunaan Pembelajaran Learning Cycle untuk Meningkatkan motivasi Belajar dan Hasil Belajar Kimia Adiftif dalam Bahan Makanan pada Siswa Kelas II SMU Negeri 1 Tumpang Malang.Malang: Lembaga Peneltian Universitas Malang

Fraenkel, J. R. dan Wallen, N. E. (1993). How to Design and Evaluate Research in Education (second ed.). New York: McGraw-Hill Book Co

Glassom, G.E dan Lalik, R.V (1993) Reinterperting The Leraning Cycle From

Contructivist Social Prespective:” A Qualilative study of Teacher Belief

and Practices. Journal of Researcn In Science Teaching,30,(2)182-207 Hudojo, H. (2001). Pembelajaran Menurut Pandangan Konstruktivisme. Makalah

Semlok Konstruktivisme sebagai Rangkaian Kegiatan Piloting JICA. FMIPA UM. 9 Juli 2001.

Hulya Yilmaz, Pinar Huyuguzel Cavas (2004). The effects Of The 4-E Learning

Cycle Method On Students’ Understanding Of Electricity. University

Faculty of Education, Departement of Primary Education, Bornova-Izmir Journal of Turkish Science Education, Vol 3, No 1.

Iskandar, S.M. (2005). Perkembangan dan Penelitian Daur Belajar. Makalah Semlok Pembelajaran Berbasis Konstruktivis. Jurusan Kimia UM. Juni 2005.

Jittam, P (2008) Develompent of Bromoperoxidase Based Learning Cycle to Enhance Conceptual Understanding of Second Year University Student. Tesis Mahidol University. Tidak diterbitkan.

Juremi, S. dan Ayob, A. (2000). Menentukan Kesahan Alat Ukur-Alat Ukur Kemahiran Berfikir Kritis, Kemahiran Berfikir Kreatif, Kemahiran Proses Sains, dan Pencapaian Biologi [Online]. Tersedia: http://www.geocities.com/drwanrani/Sabaria_Juremi.html. [20 Agustus 2007]

Kanginan, M (2007). Fisika SMP. Bandung: Erlangga

Karli, H. dan Yuliariatiningsih, M.S. (2002). Implementasi Kurikulum Berbasis Kompetensi Model-Model Pembelajarn 2. Bandung: Bina Media Informasi.

Karno To, (1996). Mengenal Analisis Tes, Bandung: IKIP Jurusan Psikologi Pendidikan dan Bimbingan FIP.


(4)

93 Karplus, R. (1980). Teaching for the Development of Reasoning. dalam Science

Education Information Report. The Ohio State University.

Karyadi, F (2009) Model Siklus Belajar Abduktif Empirs Untuk Meningkatkan Penguasaan Konsep dan Kemampuan Pemecahan Masalah Siswa SMP Pada Materi Bunyi. Tesis PPS UPI Bandung.Tidak Diterbitkan

Kneller, Goerge F. (1984). Introduction to the Philosophy of Education. New York: John Willey Sons Inc.

Lawson, A. (1988). Science Teaching and The Development of Thinking. California. W Publishing Company.

__________ (1994), Science Teaching and The Development of Thingking Arizona State University Wadsworth Publishing Company Belmont California : A Division Wardworth, Inc

Liliasari, dkk (1999), Pengembangan Model Pembelajaran Materi Subyek untuk

Meningkatkan Keterampilan Berpikir Konseptual Tingkat Tinggi Mahasiswa Calon Guru IPA, Laporan Penelitian, Bandung:

FPMIPA IKIP Bandung.

Liliasari. (2002). Pengembangan model Pembelajaran Kimia untuk Meningkatkan Strategi Kognitif Mahasiswa Calon Guru dalam Menerapkan Berfikir Konseptual Tingkat Tinggi. Laporan Penelitian Hibah Barsaing IX Perguruan Tinggi Tahun Ajaran 2001-2002. Bandung: FPMIPA UPI _______ (2009), Inovasi Pembelajaran IPA : Mengapa dan Bagaimana? Makalah

seminar workshop Pembelajaran IPA UPI 29 Juli 2009

Liu, T.-C., Peng, H., Wu, W.-H.,& Lin, M.-S. (2009). The Effects of Mobile Natural-science Learning Based on the 5E Learning Cycle: A Case Study. Educational Technology & Society, 12 (4), 344–358.

Lord, T. R. (1999). A comparison between traditional and constructivist teaching in environmental science. Journal of Environmental Education, 30(3), 22-28. Lorsbach, Anthony W (2006) The Learning Cycle as Tool for Planning Science

Instruction.[online]Tersediahttp.//www.coc.ilstu.edu/sceinceed/lorsbach2 Margendoller, J.R, Maxwell, N.L, dan Bellisimo, Y. (2006). The Effectivenes of

Problem-Based Instruction: A Comperative Study of Instructional Methods and Student Charactheristics. The Interdisciplinary Journal of Problem-based Learning, Volume 1 No 57lrcy.htm


(5)

94 Mulyasa,E.(2007) Menjadi Guru Profesional Menciptakan Pembelajaran Kreatif

dan Menyenangkan. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya

Munandar, S.C.U (1992). Mengembangkan bakat dan kreativitas anak sekolah. Petunjuk bagi para guru dan orang tua. Jakarta : PT Gramedia Widiasarana Indonesia.

_______________(1999), Kreativitas dan Keberbakatan, Strategi Mewujudkan Potensi Kreatif dan Bakat, Jakarta. PT Gramedia

______________ (2002) Kreativitas dan Keterbakatan. Jakarta: Gramedia

Nasution, S. (1982). Berbagai Pendekatan Dalam Proses Belajar Mengajar. Edisi Pertama. Jakarta: Bina Aksara.

Poedjiadi, A. (1994) ”Pendekatan Sains Teknologi Masyarakat Dalam Pendidikan

Sebagai Upaya Meningkatkan Literasi sains dan Tehnologi. Makalah pada Seminar Nasional Hasil Penelitian. Ujung Pandang

Poedjiadi, A. (2003). Interaksi dalam Pembelajaran Menggunakan Model Sains Teknologi Masyarakat. Makalah. Bandung: tidak diterbitkan.

Renner, J.W., Abraham M.R.,Birnie, H.H. 1988. The Necessity of Each Phase of The Learning Cycle ini Teaching High School Physics. J. of Research in Science Teaching. Vol 25 (1), pp 39-58.

Ruseffendi, H.E.T (1988) Penghantar Membantu Guru Mengembangkan kompetensinya dalam Pengajaran Matematika dan Meningkatkan CBSA. Bandung:Tarsito

________________.(1998). Statistika Dasar untuk Penelitian Pendidikan. Bandung. CV Andira.

Salih Ates. (2005). The Effects of Cycle Learning on College Students Understunding of Different Aspects in Resistive DC Circuit. Electronic Journal of Science Education, Vol. 9, No. 4.

Santyasa, I W. (2005). Model Pembelajaran Inovatif Dalam Implementasi Kurikulum Berbasis Kompetensi. Makalah, Bali: tidak diterbitkan

Slameto. (1988). Belajar dan Faktor-Faktor yang mempengaruhinya. Jakarta: Bina Aksara.

Soebagio dkk. 2000. Penggunaan Siklus belajar dan Peta Konsep untuk Peningkatan Kualitas Pembelajaran Konsep Larutan Asam-Basa. PPGSM.


(6)

95 Sudjana. (2002). Metoda Statistika. Bandung.Tarsito.

Sugiono. (2008). Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: Alfabeta.

Supranata. S. (2004). Analisis, Validitas, Reliabilitas dan Interpretasi Hasil Tes. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.

Supriadi, Dedi. 1997. Kreativitas, Kebudayaan, dan Perkembangan Iptek. Bandung: CV ALFABETA

Tapilow, F.S (1997). Kreativitas, berpikir anak usia SD dalam Memecahkan Masalah masalah IPA. Disertasi PPS IKIP Bandung. Tidak Diterbitkan Talha, (2005) Pengembangan Model Siklus Belajar Empris Induktif dalam Upaya

Meningkatkan Penguasaan Konsep Optik Geometrik. Tesis PPS UPI Bandung: Tidak diterbitkan

Tika (2007) Implementasi Strategi 5E Dengan Bahan Ajar Bermuatan Perubahan Konseptual Sebagai Upaya Mnegubah Miskonsepsi, dan Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Tesis Universitas Pendidikan Ganesha Bali. Tidak diterbitkan

Uyanto Stanislaus, S. (2009). Pedoman Analisis Data dengan SPSS. Yogyakarta: Graha Ilmu.

Wartono. (1996). “Model Pembelajaran Inkuari dalam Pendidikan Sains di SD” dalam Khazanah Pengajaran IPA. Majalah Pendidikan IPA. Vol I/No 2/1996. Bandung: IMAPIPA PPS & PPS IKIP Bandung.

Wiyanto. (2008). Menyiapkan Guru Sains Mengembangkan Kompetensi Laboratorium. Semarang. Uness Press.