MODEL SIKLUS BELAJAR 5E BERBASIS KONFLIK KOGNITIF PADA MATERI SUHU DAN KALOR UNTUK MENINGKATKAN PENGUASAAN KONSEP DAN KETERAMPILAN BERPIKIR KREATIF SISWA SMA.

(1)

Dindin Nasrudin, 2012

Model Siklus Belajar 5e Berbasis Konflik Kognitif Pada Materi Suhu Dan Kalor Untuk Meningkatkan Penguasaan Konsep Dan Keterampilan Berpikir Kreatif Siswa SMA

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu[Type text]

Halaman

ABSTRAK ... i

KATA PENGANTAR ... ii

DAFTAR ISI ... v

DAFTAR TABEL ... viii

DAFTAR GAMBAR ... ix

DAFTAR LAMPIRAN ... x

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Rumusan Masalah dan Pertanyaan Penelitian ... 12

C. Tujuan Penelitian ... 13

D. Manfaat Penelitian ... 13

E. Hipotesis Penelitian ... 14

F. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional ... 15

BAB II MODEL SIKLUS BELAJAR 5E BERBASIS KONFLIK KOGNITIF, PENGUASAAN KONSEP, KETERAMPILAN BERPIKIR KREATIF DAN MATERI SUHU DAN KALOR ... 18

A. Model Siklus Belajar 5E Berbasis Konflik Kognitif ... 18

B. Metode Analogi dan Metode Praktikum dalam Pembelajaran Fisika ... 23

C. Penguasaan Konsep Suhu dan Kalor ... 30

D. Keterampilan Berpikir Kreatif ... 32

E. Uraian Materi Suhu dan Kalor ... 36

F. Hubungan Model Siklus Belajar 5E, Konflik Kognitif, Penguasaan Konsep, Keterampilan Berpikir Kreatif dan Materi Suhu dan Kalor ... 41


(2)

Dindin Nasrudin, 2012

Model Siklus Belajar 5e Berbasis Konflik Kognitif Pada Materi Suhu Dan Kalor Untuk Meningkatkan Penguasaan Konsep Dan Keterampilan Berpikir Kreatif Siswa SMA

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu[Type text]

A. Metode dan Desain Penelitian ... 48

B. Populasi dan Sampel Penelitian ... 48

C. Instrumen Penelitian dan Teknik Analisisnya... 48

1. Instrumen Tes Penguasaan Konsep ... 49

2. Instrumen Tes Keterampilan Berpikir Kreatif ... 55

3. Angket ... 55

4. Format Observasi ... 56

D. Hasil Analisis Ujicoba Instrumen ... 56

E. Teknik Analisis Data ... 57

1. Analisis Peningkatan Penguasaan Konsep ... 58

2. Analisis Peningkatan Keterampilan Berpikir Kreatif ... 61

3. Analisis Tanggapan Siswa ... 61

4. Analisis Keterlaksanaan Model 5E ... 62

F. Prosesur dan Tahap-Tahap Penelitian ... 62

1. Persiapan ... 62

2. Pelaksanaan ... 63

3. Pengolahan Data ... 63

4. Pelaporan ... 64

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 65

A. Deskripsi dan Pengolahan Data Hasil Penelitian ... 65

1. Peningkatan Penguasaan Konsep Siswa ... 65

2. Peningkatan Keterampilan Berpikir Kreatif Siswa ... 70

3. Tanggapan Siswa terhadap Penerapan Model Siklus Belajar 5E Berbasis Konflik Kognitif ... 75

4. Deskripsi keterlaksanaan model siklus belajar 5E dalam pembelajaran ... 76


(3)

Dindin Nasrudin, 2012

Model Siklus Belajar 5e Berbasis Konflik Kognitif Pada Materi Suhu Dan Kalor Untuk Meningkatkan Penguasaan Konsep Dan Keterampilan Berpikir Kreatif Siswa SMA

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu[Type text]

A. Simpulan ... 83

B. Saran ... 83

DAFTAR PUSTAKA ... 84


(4)

Dindin Nasrudin, 2012

Model Siklus Belajar 5e Berbasis Konflik Kognitif Pada Materi Suhu Dan Kalor Untuk Meningkatkan Penguasaan Konsep Dan Keterampilan Berpikir Kreatif Siswa SMA

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu[Type text]

Tabel Halaman

2.1 Sintaks Model Siklus Belajar 5E ... 20

2.2 Perbandingan Kegiatan Permbelajaran 5E Berbasis Konflik Kognitif Antara Metode Praktikum dan Metode Analogi ... 29

2.3 Pandangan Para Ahli Tentang Proses Kreatif ... 33

2.4 Indikator Keterampilan Berpikir Kreatif ... 36

2.5 Hubungan Sintaks Model Siklus Belajar 5E Berbasis Konflik Kognitif, Penguasaan Konsep dan Keterampilan Berpikir Kreatif ... 44

3.1 Variabel Penelitian dan Instrumen Penelitian ... 49

3.2 Interpretasi Indeks Kesukaran ... 50

3.3 Interpretasi Daya Pembeda ... 52

3.4 Interpretasi Reliabilitas ... 55

3.5 Interpretasi Rata-Rata Skor Gain Ternormalisasi ... 59

3.6 Kategori Persentase Tanggapan Siswa... 62

4.1 Data Peningkatan Penguasaan Konsep pada Kelas Eksperimen I dan Kelas Eksperimen II ... 66

4.2 Hasil Uji Normalitas N-Gain Penguasaan Konsep ... 69

4.3 Data Peningkatan Keterampilan Berpikir Kreatif pada Kelas Eksperimen I dan Kelas Eksperimen II... 71

4.4 Hasil Uji Normalitas N-Gain Keterampilan Berpikir Kreatif ... 74


(5)

Dindin Nasrudin, 2012

Model Siklus Belajar 5e Berbasis Konflik Kognitif Pada Materi Suhu Dan Kalor Untuk Meningkatkan Penguasaan Konsep Dan Keterampilan Berpikir Kreatif Siswa SMA

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu[Type text]

DAFTAR GAMBAR

Halaman Gambar

2.1 Sejarah Lahirnya Model Siklus 5E ... 19 2.2 Model Ayam Bingung (Dazed Chicken Model) karya Paul Colemen

yang Dikutip oleh Ciara Muldoon ... 26 3.1 Desain Penelitian ... ... 47 3.2 Diagram Alur Penelitian ... 64 4.1 Persentase Skor Rata-Rata Pretest, Posttest, dan N-Gain Penguasaan

Konsep pada Kelas Eksperimen I dan Kelas Eksperimen II ... 66 4.2 Persentase Skor Rata-Rata N-Gain Penguasaan Konsep Berdasarkan

Ranah Kognitif pada Kelas Eksperimen I dan Kelas Eksperimen II ... 67 4.3 Persentase Skor Rata-Rata N-Gain Berdasarkan Label Konsep Suhu

dan Kalor pada Kelas Eksperimen I dan Kelas Eksperimen II ... 68 4.4 Persentase Skor Rata-Rata Pretest, Posttest, dan N-Gain Keterampilan

Berpikir Kreatif pada Kelas Eksperimen I dan Kelas Eksperimen II ... 71 4.5 Persentase Skor Rata-Rata N- Gain Tiap Indikator Keterampilan


(6)

Dindin Nasrudin, 2012

Model Siklus Belajar 5e Berbasis Konflik Kognitif Pada Materi Suhu Dan Kalor Untuk Meningkatkan Penguasaan Konsep Dan Keterampilan Berpikir Kreatif Siswa SMA

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu[Type text] DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Halaman

A. Perangkat Pembelajaran ... 87

B. Instrumen Penelitian ... 143

C. Hasil Uji Coba Instrumen ... 162

D. Data-Data Hasil Penelitian ... 178

E. Pengolahan Data Hasil Penelitian ... 193


(7)

Dindin Nasrudin, 2012

Model Siklus Belajar 5e Berbasis Konflik Kognitif Pada Materi Suhu Dan Kalor Untuk Meningkatkan Penguasaan Konsep Dan Keterampilan Berpikir Kreatif Siswa SMA

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu 1

BAB I PENDAHULUAN

A.Latar Belakang Masalah

Di antara tujuan pendidikan Fisika di SMA sebagaimana yang telah dirumuskan oleh pemerintah melalui Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan Indonesia adalah mengembangkan kemampuan bernalar dalam berpikir analisis induktif dan deduktif dengan menggunakan konsep dan prinsip Fisika untuk menjelaskan berbagai peristiwa alam dan menyelesaian masalah baik secara kualitatif maupun kuantitatif. Selain itu, melalui pendidikan Fisika pula, peserta didik diharapkan dapat menguasai konsep dan prinsip Fisika serta mempunyai keterampilan mengembangkan pengetahuan, dan sikap percaya diri sebagai bekal untuk melanjutkan pendidikan pada jenjang yang lebih tinggi serta mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi (Depdiknas, 2006).

Berdasarkan dua tujuan pendidikan Fisika di atas, paling tidak ada tiga kemampuan dasar yang seharusnya dicapai siswa setelah menempuh pembelajaran Fisika di sekolah. Kemampuan yang harus dimiliki siswa itu antara lain:

1) Kemampuan bernalar dalam berpikir analisis induktif dan deduktif. 2) Kemampuan menguasai konsep dan prinsip Fisika.

3) Keterampilan mengembangkan pengetahuan dan sikap percaya diri.

Jika mengacu pendapat Presseisen (Costa,1985) tentang model kemampuan berpikir, maka tiga tujuan tadi dapat diklasifikasikan sebagai berpikir


(8)

Dindin Nasrudin, 2012

Model Siklus Belajar 5e Berbasis Konflik Kognitif Pada Materi Suhu Dan Kalor Untuk Meningkatkan Penguasaan Konsep Dan Keterampilan Berpikir Kreatif Siswa SMA

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu 2

tingkat dasar untuk tujuan kedua dan berpikir kompleks untuk tujuan yang pertama dan ketiga. Tujuan yang pertama termasuk pada keterampilan berpikir kritis (critical thinking skill) dan tujuan ketiga adalah keterampilan berpikir kreatif (creative thinking skill). Pendidikan Fisika dalam arti sempit atau lebih tepatnya pembelajaran Fisika yang berhasil adalah pembelajaran yang bisa memfasilitasi peserta didik untuk mencapai dan memiliki tiga kemampuan tersebut.

Tiga kemampuan di atas bukan lahir begitu saja seperti pandangan nativis-nya Schopenhauer, bukan pula hasil pengaruh lingkungan semata seperti pandangan empiris John Locke, melainkan merupakan hasil perpaduan (konvergensi) dari keduanya sebagaimana diungkapkan William Stern. Nativisme berpandangan bahwa keterampilan-keterampilan atau kemampuan-kemampuan tertentu bersifat alamiah atau sudah tertanam dalam otak sejak lahir.Sementara empirisme berpandangan bahwa semua pengetahuan berasal dari pengalaman manusia. Empirisme menolak anggapan bahwa manusia telah membawa fitrah pengetahuan dalam dirinya ketika dilahirkan. Berbeda dengan dua pandangan sebelumnya, aliran konvergensi berpendapat bahwa dalam proses perkembangan anak, baik faktor pembawaan maupun faktor lingkungan sama-sama mempunyai peranan yang sangat penting. Aliran ini mengakomodir dua pendapat sebelumnya.

Anak yang lahir ke dunia dengan membawa sejumlah bakat akan berinteraksi dengan lingkungan dimana ia tinggal. Interaksi inilah yang membuat anak mendapatkan pengalaman suatu konsep tertentu. Konsep yang dibangun dari pengalaman akan dikonfirmasi kembali dalam sebuah pembelajaran formal yang bernama sekolah. Sekolah yang di dalamnya terdapat siswa yang belajar, kelas


(9)

Dindin Nasrudin, 2012

Model Siklus Belajar 5e Berbasis Konflik Kognitif Pada Materi Suhu Dan Kalor Untuk Meningkatkan Penguasaan Konsep Dan Keterampilan Berpikir Kreatif Siswa SMA

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu 3

yang menjadi sarana belajar dan guru sebagai fasilitator pembelajaran akan berinteraksi untuk membangun konsep baru sebagaimana pandangan kontruktivisme dalam pembelajaran.

Konstruktivisme memandang pembelajaran bersifat generatif, yaitu tindakan mencipta sesuatu makna dari apa yang dipelajari. Konstruktivisme sebenarnya bukan merupakan gagasan yang baru, apa yang dilalui dalam kehidupan kita selama ini merupakan himpunan dan pembinaan pengalaman demi pengalaman. Menurut Glaserfeld (1988), asal usul konstruktivisme sendiri ditemukan dalam tulisan Mark Baldwin yang secara luas diperdalam dan disebarkan oleh Jean Piaget. Namun, bila ditelusuri lebih jauh, gagasan pokok konstruktivisme sebenarnya sudah dimulai oleh Giambatissta Vico (Suparno, 1996).

Dalam pandangan konstruktifis, pembelajaran di kelas pada hakikatnya adalah memadukan dua potensi yakni potensi bawaan lahir yang siap dipoles dan ditempa dalam sebuah lingkungan belajar agar menjadi pribadi yang cakap dan terampil. Di dalam pembelajaran itulah mereka akan mengalami proses mengamati, mengenali, mencoba, melatih, memahami, menerapkan, menganalisis, mensintesis, mengevaluasi dan sejumlah proses lain yang melibatkan semua potensi siswa baik kognitif, afektif dan psikomotor yang pada gilirannya terpatri dalam sebuah pribadi siswa yang kompeten.

Agar siswa memiliki kompetensi seperti itu, guru sebagai ujung tombak pembelajaran di kelas harus memfasilitasi mereka melalui penyusunan sebuah rancangan pembelajaran yang dapat memicu dan memacu para siswa untuk


(10)

Dindin Nasrudin, 2012

Model Siklus Belajar 5e Berbasis Konflik Kognitif Pada Materi Suhu Dan Kalor Untuk Meningkatkan Penguasaan Konsep Dan Keterampilan Berpikir Kreatif Siswa SMA

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu 4

mengembangkan semua kemampuan yang sudah mereka miliki melalui pengalaman belajar yang optimal. Melalui pengalaman belajar itu siswa mendapatkan makna berupa penguasaan konsep, keterampilan berpikir dan bersikap ilmiah yang pada gilirannya mampu mereka aplikasikan dalam kehidupan sehari-hari.

Berbagai upaya telah dilakukan oleh semua pihak untuk mendapatkan formula yang tepat dalam membawakan sebuah pembelajaran yang dapat mengarahkan siswa pada pencapaian tujuan itu. Namun, buah dari upaya kerja keras itu ternyata masih jauh dari memuaskan. Berbagai penelitian, baik yang dilakukan oleh perguruan tinggi maupun oleh guru-guru di sekolah melaporkan bahwa saat ini mata pelajaran Fisika masih menjadi mata pelajaran yang tidak disenangi oleh siswa. Salah satunya hasil jajak pendapat yang dilakukan oleh Badan Pusat Statistik SPMB-Lover terhadap 34 jumlah responden anggota SPMB-Lover yang mengikuti jajak pendapat terhitung dari bulan Januari 2007 sampai bulan Maret 2007, sebanyak 71% responden menyatakan mata pelajaran Fisika merupakan mata pelajaran yang paling sulit untuk dipahami. Alasan mengapa Fisika menjadi mata pelajaran yang sulit pun beragam, salah satunya Fisika adalah pelajaran yang menggunakan banyak sekali rumus turunannya, sehingga materi ini sulit dipahami oleh sebagian besar Siswa SMA yang akan menghadapi UN ataupun SPMB (May, 2010).

Hasil yang sama diperoleh dari studi kasus yang dilakukan oleh Nasrudin (2011) pada salah satu SMA di Jawa Barat. Hasil studi kasus itu menunjukkan bahwa masih banyak siswa yang tidak menyenangi Fisika dengan berbagai alasan


(11)

Dindin Nasrudin, 2012

Model Siklus Belajar 5e Berbasis Konflik Kognitif Pada Materi Suhu Dan Kalor Untuk Meningkatkan Penguasaan Konsep Dan Keterampilan Berpikir Kreatif Siswa SMA

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu 5

seperti banyaknya rumus yang harus dihapal, banyak hitungan matematik, cara mengajar guru yang tidak disukai dan sejumlah alasan yang lain. Padahal, untuk mencapai penguasaan konsep, berpikir ilmiah, dan menerapkan Fisika dalam kehidupan sehari-hari mesti diawali dengan respon positif terhadap Fisika yang diperlihatkan dalam minat dan motivasi yang tinggi dalam mempelajari Fisika.

Menurut Herbert Druxes (1995:25), banyaknya siswa yang tidak menyenangi pelajaran Fisika cukup beralasan karena karakteristik Fisika yang memang berbeda dengan mata pelajaran lain. Selanjutnya, Druxes menguraikan ciri khas mata pelajaran Fisika sebagai berikut:

a) Fisika adalah pelajaran tentang kejadian alam, yang memungkinkan penelitian dengan percobaan, pengukuran apa yang didapat, penyajian secara matematis dan berdasarkan peraturan-peraturan umum.

b) Fisika adalah suatu teori yang menerangkan gejala-gejala alam dan berusaha menemukan hubungan antara fakta-faktanya.

c) Persyaratan dasar untuk memecahkan persoalannya ialah mengamati gejala-gejala tersebut.

d) Fisika adalah teori peramalan alternatif-alternatif yang secara empiris (dengan percobaan) dapat dibeda-bedakan.

e) Fisika adalah suatu ilmu yang lebih banyak memerlukan pemahaman dari pada penghapalan. Ada tiga pokok yang dihasilkan Fisika yang perlu dipahami yaitu: konsep-konsep (pengertian), hukum-hukum (azas-azas) dan teori-teori.


(12)

Dindin Nasrudin, 2012

Model Siklus Belajar 5e Berbasis Konflik Kognitif Pada Materi Suhu Dan Kalor Untuk Meningkatkan Penguasaan Konsep Dan Keterampilan Berpikir Kreatif Siswa SMA

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu 6

Dengan karakteristik pelajaran Fisika yang seperti itu, diperlukan upaya serius, tertata, terukur dan berkesinambungan dalam menyusun rancangan pembelajaran efektif, efisien dan diterima dengan baik oleh siswa. Sebuah rancangan pembelajaran yang baik dimata siswa adalah pembelajaran yang membuat mereka nyaman, senang dan mengasyikkan tanpa menghilangkan essensi belajar sesungguhnya, yakni perubahan pola pikir dan perubahan perilaku serta nilai pragmatis yang bisa bermanfaat bagi kehidupan mereka sehari-hari seperti keterampilan berpikir kreatif guna mencari solusi dari masalah kehidupan mereka sehari-hari. Setiap rancangan pembelajaran tentu akan berbeda untuk setiap daerah dan setiap kelas sehingga pendekatan tertentu dimungkinkan cocok untuk satu daerah atau satu kelas tapi belum tentu cocok dengan daerah atau kelas yang lain. Intinya, sebuah rancangan pembelajaran harus bersifat adaptif terhadap kondisi siswa, lingkungan belajar dan lingkungan masyarakat sekitarnya.

Berdasarkan hasil observasi awal pada salah satu SMA Negeri di Kabupaten Bekasi, diperoleh data rata-rata hasil UAS pada mata pelajaran Fisika untuk kelas X adalah 52,30 dalam skala 1-100. Diketahui nilai Standar Ketuntasan Belajar Minimum (SKBM) yang telah ditetapkan pihak sekolah adalah 70. Hasil observasi juga menunjukkan bahwa jumlah siswa yang nilainya sudah mencapai SKBM tidak lebih dari 13 persen. Sementara itu, hasil tes kreativitas dengan menggunakan instrumen Princenton Creative Research menunjukkan bahwa rata-rata persentase kreativitas siswa masih di bawah 50 persen (banyak yang belum kreatif).


(13)

Dindin Nasrudin, 2012

Model Siklus Belajar 5e Berbasis Konflik Kognitif Pada Materi Suhu Dan Kalor Untuk Meningkatkan Penguasaan Konsep Dan Keterampilan Berpikir Kreatif Siswa SMA

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu 7

Menurut hasil wawancara dengan guru bidang studi, rendahnya nilai hasil belajar ini disebabkan oleh berbagai faktor, diantaranya masih banyak siswa yang belum memahami materi yang diajarkan dan tidak jarang ditemukan miskonsepsi pada siswa. Selain itu, suasana belajar yang tidak kondusif-pun memberikan pengaruh terhadap rendahnya penguasaan konsep siswa. Dari hasil wawancara itu pula diperoleh informasi bahwa metode mengajar yang selama ini digunakan oleh guru masih didominasi dengan ceramah dan sesekali digunakan metode yang lainnya yaitu diskusi dan pemberian tugas. Penemuan ini diperkuat oleh pengakuan para siswa yang mengatakan bahwa pada selama satu semester ke belakang tidak pernah diajak untuk melakukan praktikum di laboratorium.

Pembelajaran yang masih berpusat pada guru dengan menyampaikan sebanyak mungkin materi (transfer of knowledge) pada siswa hanya akan membuat siswa sebagai penampung dan penghapal informasi. Mereka tidak sadar apa yang telah ia pelajari dan mengapa ia harus mempelajarinya. Kurangnya pengalaman mengaktualisasikan diri dalam pembelajaran yang disebabkan kurangnya fasilitas dari guru dalam memberikan pengalaman belajar (transfer of experience) menjadi salah satu penyebab ketidaknyamanan siswa dalam mengikuti pembelajaran di sekolah. Jika pola ini terus menerus dilakukan, tidak mustahil kreativitas siswa akan menurun dan lama kelamaan akan hilang.

Nasution (2006) menyatakan bahwa tingkat kreativitas seseorang makin lama akan semakin menurun disebabkan berkurangnya intensitas eksperimen-baik hands-on maupun minds on- dan berkurangnya keingintahuan terhadap sesuatu dikarenakan ingin menjaga zona nyaman dan ketidaksiapan mengambil resiko.


(14)

Dindin Nasrudin, 2012

Model Siklus Belajar 5e Berbasis Konflik Kognitif Pada Materi Suhu Dan Kalor Untuk Meningkatkan Penguasaan Konsep Dan Keterampilan Berpikir Kreatif Siswa SMA

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu 8

Padahal, yang menjadi salah satu hal terpenting yang harus dimiliki oleh siswa SMA, baik yang mau melanjutkan ke jenjang perguruan tinggi ataupun yang memilih bekerja adalah faktor kreativitas. Siswa yang sering dilatih berpikir kreatif untuk memecahkan permasalahan di sekolah –miniatur kehidupan, maka ia akan terbiasa dan mudah beradaptasi dengan masalah apapun yang dihadapi dalam kehidupan nyata mereka.

Dengan memperhatikan hasil studi lapangan ini, peneliti merasa tertarik untuk melakukan penelitian di sekolah tersebut. Paling tidak bisa membantu merancang sebuah pembelajaran yang aplikatif di kelas untuk membantu siswa mencapai tujuan pembelajaran Fisika. Dengan berpijak pada potensi sekolah, kondisi sarana dan prasarana sekolah yang ada serta motivasi siswa saat ini, penulis berencana merancang sebuah pembelajaran yang berpusat di siswa dan berfokus pada pembentukan konsep yang sesuai dengan pandangan kontruktifis dan melatih keterampilan berpikir kreatif. Pembelajaran itu bernama ”Model Siklus Belajar 5 E Berbasis Konflik Kognitif”. Nama 5 E diambil dari hurup pertama langkah-langkah pembelajarannya yakni engage (melibatkan siswa), explore (menggali), explain (menjelaskan), elaborate (mengelaborasi) dan evaluate (mengevalusi). Sedangkan konflik kognitif adalah fase yang dialami oleh siswa ketika mengalami benturan pemahaman dari pemahaman yang ada sebelumnya (pre konsepsi) dengan konsep baru yang sesuai dengan pendapat para ahli. Konflik kognitif inilah yang akan dijadikan titik tolak pembelajaran Fisika dalam penelitian ini.


(15)

Dindin Nasrudin, 2012

Model Siklus Belajar 5e Berbasis Konflik Kognitif Pada Materi Suhu Dan Kalor Untuk Meningkatkan Penguasaan Konsep Dan Keterampilan Berpikir Kreatif Siswa SMA

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu 9

Model siklus belajar 5 E berbasis konflik kognitif adalah modifikasi dari model 5E yang dikembangkan oleh Bybee (2006) dengan memberikan penguatan pada fase engage (melibatkan siswa dalam pembelajaran) dan fase elaborate (mengelaborasi) dengan pertanyaan-pertanyaan yang mengundang konflik pada siswa. Alasan pemilihan model tersebut dalam penelitian ini karena terinspirasi oleh penelitian yang dilakukan Mustafa Baser (2006) dan Kulnaz & Calik (2008). Baser melaporkan bahwa penerapan strategi konflik kognitif ternyata dapat meningkatkan pemahaman konsep Suhu dan Kalor bagi calon guru SD tingkat 2. Sementara itu, Kulnaz dan Calik (2008) melaporkan bahwa penerapan model siklus belajar 5 E dengan menggunakan analogi ternyata dapat mengurangi miskonsepsi siswa berusia 6-13 tahun pada topik Suhu dan Kalor. Penelitian yang dilakukan oleh Kulnaz dan Calik memiliki kelemahan antara lain sulitnya melihat seberapa jauh peningkatan perubahan konsep siswa dikarenakan tidak dilakukan tes sebelum treatment (pretest) dan tes setelah treatment (posttest). Selain itu, penelitian mereka pun sebatas studi pendahuluan (pra eksperimen) yang tidak menggunakan kelas kontrol sehingga tidak ada kelas pembanding.

Penelitian ini dirancang untuk memperbaiki kelemahan pada penelitian Kulnaz & Calik (Model Siklus Belajar 5E) yang akan diterapkan pada siswa SMA dengan dimodifikasi oleh strategi konflik kognitif hasil penelitian Baser. Oleh karena itu, dalam penelitian ini akan dirancang sebuah model siklus belajar 5E berbasis konflik kognitif pada topik Suhu dan Kalor dengan dua metode yang berbeda, yakni metode analogi (kelas eksperimen I) dan metode praktikum (kelas eksperimen II). Pada penelitian ini, model Siklus belajar 5E berbasis konflik


(16)

Dindin Nasrudin, 2012

Model Siklus Belajar 5e Berbasis Konflik Kognitif Pada Materi Suhu Dan Kalor Untuk Meningkatkan Penguasaan Konsep Dan Keterampilan Berpikir Kreatif Siswa SMA

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu 10

kognitif dengan dua metode yang berbeda akan diterapkan pada dua kelas yang berbeda untuk melihat peningkatan penguasaan konsep dan keterampilan berpikir kreatif siswa SMA. Alasannya, model siklus belajar 5E melalui kelima fasenya adalah salah satu model pembelajaran yang bisa memfasilitasi perubahan konsepsi dan keterampilan berpikir siswa (Rustaman, 2005), disamping sesuai dengan semangat kontruktifisme dan sangat efektif dalam pembelajaran sains (Bybee, 2006; Rustaman, 2005). Pendapat Rustaman diperkuat oleh penelitian Tumini (2010) yang melaporkan bahwa model siklus belajar 5E pada materi Bunyi dapat meningkatkan penguasaan konsep dan berpikir kreatif siswa SMP.

Dua metode yang dipilih dalam penelitian ini, yakni metode analogi dan metode praktikum bukanlah metode yang baru dalam pembelajaran IPA, khususnya Fisika. Lasinio (2010) menyatakan bahwa analogi telah dan terus mendapatkan peran penting dalam pengembangan Fisika teoritis. Muldoon (2007) menyatakan bahwa analogi-analogi dalam Fisika dapat menjadi sebuah alat komunikasi yang sangat kuat jika dipertimbangkan dengan tepat. Sementara Podolefsky (2006) mengemukakan bahwa analogi digunakan pada praktik Fisika sebagaimana sering digunakan pada pembelajaran dan pengajaran. Bahkan Podolefsky dan Finkelstein (2007) telah melakukan penelitian empiris untuk menguji kegunaan model perancah analogi (analogical scaffolding model). Dalam penelitiannya, mereka menemukan bahwa perancah analogi (analogical scaffolding) merupakan sebuah alat yang berguna dalam menganalisis pembelajaran siswa dengan analogi. Hasil penelitian mereka menunjukkan bahwa siswa yang belajar gelombang EM dengan menggunakan model analogi dalam


(17)

Dindin Nasrudin, 2012

Model Siklus Belajar 5e Berbasis Konflik Kognitif Pada Materi Suhu Dan Kalor Untuk Meningkatkan Penguasaan Konsep Dan Keterampilan Berpikir Kreatif Siswa SMA

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu 11

pembelajarannya jauh lebih luwes atau terampil (outperformed) dibanding siswa yang tidak menggunakan model analogi.

Sama seperti metode analogi, metode praktikum atau eksperimen pun memegang peranan penting dalam pembelajaran Fisika. Koponen dan Mäntylä (2006) menyatakan bahwa praktikum memegang peranan penting dalam pendidikan Fisika bahkan hampir tidak ada buku teks yang luput dari menyatakan bahwa Fisika adalah sebuah “sains eksperimental” dan bahwa dalam Fisika, “pengetahuan didasarkan pada eksperimen”. Bahkan tokoh-tokoh ilmuwan Fisika seperti Feynman, Weinberg, Einstein atau Popper dengan teori falsifikasinya adalah sederet tokoh yang yang berada di barisan paling depan yang mendukung pentingnya eksperimen dalam Fisika. Einstein pernah mengatakan: “In the matter of physics, the first lessons should contain nothing but what is experimental and interesting to see. A pretty experiment is in itself often more valuable than twenty formulae extracted from our minds”. Sementara itu, Trna dan Novak (2010) menyatakan bahwa sebuah eksperimen adalah alat pendidikan dan motivasi yang paling penting dalam Fisika.

Melihat betapa pentingnya peranan metode analogi dan metode praktikum dalam Fisika, dalam penelitian ini model siklus belajar 5E berbasis konflik kognitif akan dibawakan dengan dua metode ini lalu dilihat pengaruhnya dalam meningkatkan penguasaan konsep dan keterampilan berpikir kreatif siswa. Model dan dua metode ini akan diterapkan pada pembelajaran Suhu dan Kalor. Pemilihan materi Suhu dan Kalor dalam penelitian ini bukan tanpa alasan. Selain disesuaikan dengan kurikulum di sekolah dan meneruskan penelitian sebelumnya,


(18)

Dindin Nasrudin, 2012

Model Siklus Belajar 5e Berbasis Konflik Kognitif Pada Materi Suhu Dan Kalor Untuk Meningkatkan Penguasaan Konsep Dan Keterampilan Berpikir Kreatif Siswa SMA

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu 12

Suhu dan Kalor adalah materi yang sangat cocok untuk diteliti dengan model siklus belajar 5 E berbasis konflik kognitif. Mc Dermot (1996) mengungkapkan bahwa Suhu dan Kalor adalah salah satu materi yang memuat berbagai konsep yang kontradiktif antara pandangan umum dengan fakta emperis. Sementara Baser (2006) mengungkapkan bahwa Suhu dan Kalor adalah salah satu topik yang sering menimbulkan miskonsepsi, selain mekanika, listrik magnet, dan optik.

Berdasarkan latar belakang di atas, peneliti menyusun rencana penelitiannya dalam sebuah judul: ”Model Siklus Belajar 5E Berbasis Konflik Kognitif pada Materi Suhu dan Kalor untuk Meningkatkan Penguasaan Konsep dan Keterampilan Berpikir Kreatif Siswa SMA”.

B. Rumusan Masalah dan Pertanyaan Penelitian

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dikemukakan di atas, rumusan masalah pada penelitian ini adalah: Bagaimanakah peningkatan penguasaan konsep dan keterampilan berpikir kreatif siswa SMA setelah diterapkan model siklus belajar 5 E berbasis konflik kognitif pada materi Suhu dan Kalor?

Agar penelitian lebih terarah maka rumusan masalah tersebut dijabarkan ke dalam pertanyaan penelitian sebagai berikut:

1) Bagaimanakah peningkatan penguasaan konsep siswa SMA setelah diterapkan model siklus belajar 5 E berbasis konflik kognitif melalui metode analogi dan melalui metode praktikum?


(19)

Dindin Nasrudin, 2012

Model Siklus Belajar 5e Berbasis Konflik Kognitif Pada Materi Suhu Dan Kalor Untuk Meningkatkan Penguasaan Konsep Dan Keterampilan Berpikir Kreatif Siswa SMA

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu 13

2) Bagaimanakah peningkatan keterampilan berpikir kreatif siswa SMA setelah diterapkan model siklus belajar 5 E berbasis konflik kognitif melalui metode analogi dan melalui metode praktikum?

3) Bagaimanakah tanggapan siswa SMA terhadap penerapan model siklus belajar 5 E berbasis konflik kognitif melalui metode analogi dan melalui metode praktikum?

C. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian yang diharapkan tercapai dari penelitian ini adalah memperoleh gambaran peningkatan penguasaan konsep dan keterampilan berpikir kreatif serta tanggapan siswa SMA setelah mendapatkan pembelajaran model siklus belajar 5 E berbasis konflik kognitif melalui metode analogi dan melalui metode praktikum.

D. Manfaat Penelitian

Setelah penelitian ini dilaksanakan, diharapkan ada dampak positif sebagai berikut:

1) Secara teoritis, penelitian ini diharapkan dapat menjadi salah satu tambahan wawasan dalam pengembangan keilmuan.

2) Secara praktis, penelitiaan ini diharapkan bermanfaat bagi peneliti sendiri, guru dan siswa

a. Bagi peneliti, hasil penelitian ini bisa menjadi bahan untuk penelitian lebih lanjut.


(20)

Dindin Nasrudin, 2012

Model Siklus Belajar 5e Berbasis Konflik Kognitif Pada Materi Suhu Dan Kalor Untuk Meningkatkan Penguasaan Konsep Dan Keterampilan Berpikir Kreatif Siswa SMA

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu 14

b. Bagi guru, penelitian ini diharapkan bisa menjadi salah satu alternatif dalam membawakan pembelajaran di kelas.

c. Bagi siswa, penelitian ini diharapkan menjadi pengalaman belajar yang baru dan menyenangkan bagi mereka.

E. Hipotesis Penelitian

Hipotesis dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Ho1: Tidak terdapat perbedaan peningkatan penguasaan konsep Suhu dan Kalor yang signifikan antara siswa SMA yang mendapatkan pembelajaran model siklus belajar 5 E berbasis konflik kognitif melalui metode analogi dengan siswa SMA yang mendapatkan pembelajaran model siklus belajar 5 E berbasis konflik kognitif melalui metode praktikum.

( H01: μA1 = μA2 ; α = 0.05)

Ha1: Terdapat perbedaan peningkatan penguasaan konsep Suhu dan Kalor yang signifikan antara siswa SMA yang mendapatkan pembelajaran model siklus belajar 5 E berbasis konflik kognitif melalui metode analogi dengan siswa SMA yang mendapatkan pembelajaran model siklus belajar 5 E berbasis konflik kognitif melalui metode praktikum.

( H01: μA1 ≠ μA2 ; α = 0.05)

2. Ho2: Tidak terdapat perbedaan peningkatan keterampilan berpikir kreatif yang signifikan antara siswa SMA yang mendapatkan pembelajaran model siklus belajar 5 E berbasis konflik kognitif melalui metode analogi dengan siswa SMA yang mendapatkan pembelajaran model siklus belajar 5 E berbasis konflik kognitif melalui metode praktikum.


(21)

Dindin Nasrudin, 2012

Model Siklus Belajar 5e Berbasis Konflik Kognitif Pada Materi Suhu Dan Kalor Untuk Meningkatkan Penguasaan Konsep Dan Keterampilan Berpikir Kreatif Siswa SMA

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu 15

(H01: μA1 = μA2 ; α = 0.05)

Ha2: Terdapat perbedaan peningkatan keterampilan berpikir kreatif yang signifikan antara siswa SMA yang mendapatkan pembelajaran model siklus belajar 5 E berbasis konflik kognitif melalui metode analogi dengan siswa SMA yang mendapatkan pembelajaran model siklus belajar 5 E berbasis konflik kognitif melalui metode praktikum.

( H01: μA1 ≠μA2 ; α = 0.05)

F. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional

1. Variabel Penelitian

Sesuai dengan masalah penelitian, maka variabel dalam penelitian ini adalah variabel komparatif tentang penguasaan konsep dan keterampilan berpikir kreatif. Variabel penguasaan konsep dan keterampilan berpikir kreatif akan diperbandingkan datanya antara kelompok yang mendapatkan pembelajaran model siklus belajar 5 E berbasis konflik kognitif melalui metode analogi dengan kelompok yang mendapatkan pembelajaran model siklus belajar 5 E berbasis konflik kognitif melalui metode praktikum.

2. Definisi Operasional

a) Model pembelajaran 5 E berbasis konflik kognitif adalah salah satu siklus belajar yang memuat lima langkah pembelajaran: Engage (melibatkan siswa), explore (menggali), explain (menjelaskan), elaborate (mengelaborasi), dan evaluate (mengevaluasi) dengan bertitik tolak pada konflik kognitif yang dialami siswa. Sintaks model 5E yang digunakan diadaptasi dan dimodifikasi


(22)

Dindin Nasrudin, 2012

Model Siklus Belajar 5e Berbasis Konflik Kognitif Pada Materi Suhu Dan Kalor Untuk Meningkatkan Penguasaan Konsep Dan Keterampilan Berpikir Kreatif Siswa SMA

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu 16

dari model siklus belajar 5 E oleh Bybee et.al. (2006).

b) Metode analogi adalah salah satu jenis metode pembelajaran yang bertujuan untuk menjelaskan atau menegaskan sesuatu yang belum dikenal atau masih samar dengan sesuatu yang sudah dikenal atau yang mudah dikenali. Dengan analogi, informasi baru akan lebih konkrit dan lebih mudah untuk dibayangkan. Pada penelitian ini, konsep Suhu dan Kalor akan dianalogikan dengan sebuah permainan. Metode ini diadaptasi dari penelitian Kulnaz & Calik (2008). c) Metode praktikum adalah metode pembelajaran yang mengajak siswa

melakukan percobaan untuk membuktikan atau menguji teori yang telah dipelajari atau mengulang kembali penemuan sebuah teori, formula, azas dan sebagainya.

d) Penguasaan konsep pada topik Suhu dan Kalor didefinisikan sebagai kemampuan siswa dalam memahami suatu abstraksi yang menggambarkan karakteristik konsep Suhu dan Kalor yang dapat dilihat dari nilai pretest dan posttest. Indikator penguasaan konsep pada penelitian ini didasarkan pada tingkatan domain kognitif Bloom yang dibatasi pada aspek pemahaman (C2) penerapan (C3) dan analisis (C4). Penguasaan konsep diukur dengan menggunakan tes penguasaan konsep dalam bentuk pilihan ganda.

e) Keterampilan berpikir kreatif adalah kemampuan untuk mengembangkan atau menemukan ide atau hasil yang asli, yang berhubungan dengan konsep serta menekankan pada kemampuan berpikir kreatif siswa dalam aktivitas bertanya, menerka sebab-sebab, menerka akibat-akibat, memperbaiki hasil keluaran dan


(23)

Dindin Nasrudin, 2012

Model Siklus Belajar 5e Berbasis Konflik Kognitif Pada Materi Suhu Dan Kalor Untuk Meningkatkan Penguasaan Konsep Dan Keterampilan Berpikir Kreatif Siswa SMA

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu 17

memberikan pertimbangan (evaluasi). Keterampilan berpikir kreatif yang diukur dalam penelitian ini adalah aspek 1) kelancaran (fluency, 2) keluwesan (flexibility), 3) originalitas (originality). 4) kemampuan merinci (elaboration) dan 5) kemampuan memberikan pertimbangan (evaluation). Kelima indikator ini diadaptasi dari Guilford dan Williams yang dikombinasikan dengan penelitian Sabaria Juremi & Aminah Ayob. Keterampilan berpikir kreatif diukur menggunakan tes berbentuk uraian.

f) Tanggapan siswa adalah pendapat mereka atas penerapan model siklus belajar 5 E berbasis konflik kognitif baik yang mengunakan metode analogi maupun yang menggunakan metode praktikum pada materi Suhu dan Kalor yang dijaring lewat angket.

g) Materi Suhu dan Kalor terdiri atas Suhu dan Pemuaian, Kalor dan Perubahan Suhu, dan Kalor dan Perubahan Wujud Benda.


(24)

Dindin Nasrudin, 2012

Model Siklus Belajar 5e Berbasis Konflik Kognitif Pada Materi Suhu Dan Kalor Untuk Meningkatkan Penguasaan Konsep Dan Keterampilan Berpikir Kreatif Siswa SMA

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu 47

METODE PENELITIAN

A. Metode dan Desain Penelitian

Metode penelitian pada dasarnya merupakan cara ilmiah untuk mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu (Sugiyono, 2011:2). Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode quasi eksperiment. Menurut Furqon (2010:19), metode ini dipandang cocok dengan dunia pendidikan yang menghadapi kesulitan dalam hal pengacakan subjek (random assignment) ke dalam dua kelompok: kelompok kontrol dan kelompok eksperimen sebagaimana yang digunakan pada eksperimen murni (true experiment).

Desain penelitian menurut Arikunto (2010) adalah rencana atau rancangan yang dibuat oleh peneliti sebagai ancar-ancar kegiatan yang akan dilaksanakan. Adapun desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah “The Static Group Pretest-Posttest Design”. Dalam model desain penelitian ini, setiap kelompok, baik kelompok eksperimen I maupun kelompok eksperimen II tidak diambil secara acak atau pasangan, tetapi hanya diberi tes awal dan tes akhir di samping perlakuan. Gambaran desain ini dapat dilihat pada Gambar 3.1 berikut ini.

Grup Pretest Perlakuan Posttest

A O1,O2 X1 O1,O2


(25)

Dindin Nasrudin, 2012

Model Siklus Belajar 5e Berbasis Konflik Kognitif Pada Materi Suhu Dan Kalor Untuk Meningkatkan Penguasaan Konsep Dan Keterampilan Berpikir Kreatif Siswa SMA

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu 48

Keterangan:

O1 = tes awal (pretest) dan tes akhir (posttest) penguasaan konsep

O2 = tes awal (pretest) dan tes akhir (posttest) keterampilan berpikir kreatif A = kelas eksperimen I

B = kelas eksperimen II

X1 = model siklus belajar 5E berbasis konflik kognitif dengan metode analogi X2 = model siklus belajar 5 E berbasis konflik kognitif dengan metode praktikum B. Populasi dan Sampel Penelitian

Sugiyono (2011:80) mendefinisikan populasi sebagai wilayah generalisasi yang terdiri atas: obyek/subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya. Sedangkan sampel didefinisikan sebagai bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut.

Populasi dari penelitian ini adalah seluruh siswa kelas X pada salah satu SMA yang ada di kabupaten Bekasi yang terdiri dari sepuluh kelas dengan komposisi siswa masing-masing kelas kurang lebih empat puluh siswa. Melalui teknik random sampling, diperoleh satu kelas sebagai kelas eksperimen I dan satu kelas sebagai kelas eksperimen II, yakni kelas X.9 dan X.10. Pengambilan sampel ini sudah dianggap mewakili populasi.

C. Instrumen Penelitian dan Teknik Analisisnya

Instrumen penelitian adalah alat yang digunakan untuk mengumpulkan data. Instrumen penelitian digunakan untuk mengukur nilai variabel yang diteliti.


(26)

Dindin Nasrudin, 2012

Model Siklus Belajar 5e Berbasis Konflik Kognitif Pada Materi Suhu Dan Kalor Untuk Meningkatkan Penguasaan Konsep Dan Keterampilan Berpikir Kreatif Siswa SMA

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu 49

variabel dan instrumen pada penelitian ini dapat dilihat pada Tabel 3.1. Tabel 3.1 Variabel Penelitian dan Instrumen Penelitian

Variabel Penelitian Instrumen

Penguasaan Konsep Tes Penguasaan Konsep (PG)

Keterampilan Berpikir Kreatif Tes Keterampilan Berpikir Kreatif (Essay)

Tanggapan Siswa terhadap Penerapan Model Siklus Belajar 5E

Angket

Keterlaksanaan Model Siklus Belajar 5 E Format Observasi

1. Instrumen Tes Penguasaan Konsep

Tes penguasaan konsep digunakan sebagai instrumen untuk menjaring data penguasaan konsep siswa terhadap materi Suhu dan Kalor. Tes penguasaan konsep ini berupa tes pilihan ganda yang memuat lima jawaban dengan satu jawaban benar dan empat pengecoh (distractor). Soal-soal tes disusun berdasarkan indikator pembelajaran yang telah ditentukan sebelumnya. Untuk mendapatkan soal yang baik, dibuatlah kisi-kisi soal terlebih dahulu. Kisi-kisi soal ini dikonsultasikan pada pembimbing untuk selanjutnya diberikan pertimbangan oleh seorang ahli (expert). Langkah ini bertujuan untuk mendapatkan intrumen yang valid secara isi (content validity) dan valid secara konstruk (construct validity). Setelah mendapatkan persetujuan pembimbing dan ahli, instrumen ini diuji coba terlebih dahulu pada siswa yang pernah mendapatkan pembelajaran Suhu dan Kalor. Setelah data diperoleh, selanjutnya instrumen akan dianalaisis melalui langkah-langkah pengujian sebagai berikut;


(27)

Dindin Nasrudin, 2012

Model Siklus Belajar 5e Berbasis Konflik Kognitif Pada Materi Suhu Dan Kalor Untuk Meningkatkan Penguasaan Konsep Dan Keterampilan Berpikir Kreatif Siswa SMA

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu 50

Menurut Arikunto (2008:207), soal yang baik adalah soal yang tidak terlalu mudah dan tidak terlalu sukar. Soal yang terlalu mudah tidak merangsang siswa untuk mempertinggi usaha untuk memecahkannya. Sebaliknya, soal yang terlalu sukar akan menyebabkan siswa menjadi putus asa dan tidak mempunyai semangat untuk mencoba lagi karena di luar jangkauannya. Soal yang dipergunakan berkisar pada soal yang mudah, sedang dan sukar dengan presentase yang proporsional. Untuk mendapatkan soal seperti itu terlebih dahulu diuji tingkat kesukarannya. Tingkat kesukaran ini dinyatakan dalam sebuah bilangan yang disebut indeks kesukaran (difficulty index). Indeks kesukaran ini ditentukan dengan rumus:

JS B P

Keterangan :

P : Taraf Kesukaran

B : Banyaknya siswa yang menjawab benar JS : Jumlah Siswa / Testee

Untuk melihat mudah dan sukarnya soal, hasil perhitungan taraf kesukaran diinterpretasi sebagaimana yang tercantum pada Tabel 3.2.

Tabel 3.2

Interpretasi Indeks Kesukaran

Indeks Tingkat Kesukaran

X < 0,3 Sukar

0,3 X < 0,7 Sedang

X 0,7 Mudah


(28)

Dindin Nasrudin, 2012

Model Siklus Belajar 5e Berbasis Konflik Kognitif Pada Materi Suhu Dan Kalor Untuk Meningkatkan Penguasaan Konsep Dan Keterampilan Berpikir Kreatif Siswa SMA

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu 51

b. Daya Pembeda (Discriminating Power)

Arikunto (2008) menyatakan bahwa daya pembeda soal adalah kemampuan suatu soal untuk membedakan siswa yang termasuk kelompok atas (upper group) dengan siswa yang termasuk kelompok bawah (lower group).

Untuk menentukan daya pembeda, seluruh siswa diranking dari nilai tertinggi hingga terendah. Kemudian, diambil 50% skor teratas sebagai kelompok atas (JA) dan 50% skor terbawah sebagai kelompok bawah (JB). Daya pembeda butir soal dihitung dengan menggunakan rumus:

B B A A

J B J B DP 

Keterangan :

DP : Daya Pembeda

BA : Jumlah kelompok atas yang menjawab benar JA : Jumlah testee kelompok atas

BB : Jumlah kelompok bawah yang menjawab benar JB : Jumlah testee kelompok bawah

Angka yang menunjukkan besarnya daya pembeda disebut indeks diskriminasi (D). Tiga titik pada daya pembeda, yaitu:

-1.00 0.00 1.00


(29)

Dindin Nasrudin, 2012

Model Siklus Belajar 5e Berbasis Konflik Kognitif Pada Materi Suhu Dan Kalor Untuk Meningkatkan Penguasaan Konsep Dan Keterampilan Berpikir Kreatif Siswa SMA

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu 52

negatif rendah tinggi

Tanda negatif pada indeks diskriminasi terjadi jika suatu soal “terbalik” dalam menunjukkan kualitas peserta didik. Peserta didik yang pandai (menguasai materi yang ditanyakan) disebut kurang pandai, sedangkan peserta didik yang kurang pandai (belum menguasai materi yang ditanyakan) disebut pandai. Semua butir soal yang mempunyai nilai D negatif sebaiknya dibuang. Interpretasi daya pembeda untuk nilai D positif ditunjukan pada Tabel 3.3.

Tabel 3.3

Interpretasi Daya Pembeda

Daya pembeda Klasifikasi

0,70  D < 1,00 Baik sekali (excellent) 0,41  D < 0,70 Baik (good) 0,20  D < 0,40 Cukup (satisfactory) 0,00  D < 0,20 Jelek (poor)

(Arikunto, 2008 :213) c. Validitas

Selain diberi pertimbangan oleh seorang ahli, valid tidaknya intrumen dapat ditentukan pula oleh korelasi skor butir dengan skor total. Sebuah item soal dikatakan valid apabila mempunyai dukungan yang besar terhadap skor total. Skor pada item menyebabkan skor total menjadi tinggi atau rendah. Dengan kata lain, sebuah item memiliki validitas yang tinggi jika skor pada item mempunyai kesejajaran dengan skor total. Kesejajaran ini dapat diartikan dengan korelasi. Dengan demikian, untuk mengetahui validitas yang dihubungkan dengan kriteria digunakan uji statistik, yakni teknik korelasi Pearson Product Moment, yaitu :


(30)

Dindin Nasrudin, 2012

Model Siklus Belajar 5e Berbasis Konflik Kognitif Pada Materi Suhu Dan Kalor Untuk Meningkatkan Penguasaan Konsep Dan Keterampilan Berpikir Kreatif Siswa SMA

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu 53

= � −

� 2− 2 � 2− 2

Keterangan:

xy

r : Koefisien korelasi antara variabel X dan Y, dua variabel yang dikorelasikan.

N : Jumlah siswa uji coba (testee) X : Skor tiap item

Y : Skor total tiap butir soal

Jika kita menggunakan program ANATES Ver. 4.0.9 dalam mengolah data hasil uji coba soal, maka korelasi butir soal dan makna signifikansi dari korelasi itu akan otomatis muncul dalam bagian output. Soal yang dikatakan valid adalah soal yang memiliki nilai korelasi di atas nilai batas kritis (nilai r product moment). Nilai r dapat dilihat pada Lampiran C.

d. Reliabilitas

Reliabilitas tes merupakan ukuran yang menyatakan konsistensi alat ukur yang digunakan. Arikunto (2008) menyatakan bahwa reliabilitas menunjuk pada tingkat keterandalan sesuatu (tes). Suatu tes dapat mempunyai taraf kepercayaan yang tinggi jika tes tersebut dapat memberikan hasil yang tetap.

Reliabilitas menunjukkan keajegan suatu tes apabila diteskan kepada subjek yang sama. Untuk mengetahui keajegan ini pada dasarnya dilihat kesejajaran


(31)

Dindin Nasrudin, 2012

Model Siklus Belajar 5e Berbasis Konflik Kognitif Pada Materi Suhu Dan Kalor Untuk Meningkatkan Penguasaan Konsep Dan Keterampilan Berpikir Kreatif Siswa SMA

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu 54

melihat koefisien korelasi dari tes tersebut.

Teknik yang digunakan untuk menentukan reliabilitas tes dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan metode belah dua (split-half method) atas-bawah karena instrumen yang digunakan berupa soal pilihan ganda. Rumus pembelahan atas-bawah tersebut adalah sebagai berikut.

) 1 ( 2 2 1 2 1 2 1 2 1 11 r r r   Keterangan: 11

r : Reliabilitas instrumen r

2 1 2

1 : Korelasi antara skor-skor setiap belahan tes

Jika jumlah soal dalam tes adalah ganjil, maka rumus yang digunakan untuk menghitung reliabilitas tes adalah rumus yang ditemukan oleh Kuder dan Richardson yaitu rumus K-R. 20 sebagai berikut:

               

2

2 11 1 S pq S n n r Keterangan: 11

r = reliabilitas tes secara keseluruhan

p = proporsi subjek yang menjawab item dengan benar q = proporsi subjek yang menjawab item dengan salah

q1p

n = banyaknya item

(3.4)


(32)

Dindin Nasrudin, 2012

Model Siklus Belajar 5e Berbasis Konflik Kognitif Pada Materi Suhu Dan Kalor Untuk Meningkatkan Penguasaan Konsep Dan Keterampilan Berpikir Kreatif Siswa SMA

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu 55

Untuk menginterpretasikan derajat reliabilitas instrumen yang diperoleh adalah dengan melihat Tabel 3.4.

Tabel 3.4 Interpretasi Reliabilitas

Koefisien Korelasi Kriteria reliabilitas 0,81  r  1,00 sangat tinggi 0,61  r  0,80 tinggi 0,41  r  0,60 cukup 0,21  r  0,40 rendah 0,00  r  0,20 sangat rendah

(Arikunto, 2008: 75)

2. Instrumen Tes Keterampilan Berpikir Kreatif

Instrumen yang digunakan untuk mengukur keterampilan berpikir kreatif adalah soal uraian. Sama seperti pada soal pilihan ganda, soal uraian pun harus divalidasi dulu. Soal yang dipergunakan dalam uji coba adalah 10 soal. Namun yang dipergunakan dalam penelitian adalah 5 soal yang memuat 5 indikator keterampilan berpikir kreatif.

3. Angket

Angket ini menggunakan skala Likert, setiap siswa diminta untuk menjawab suatu pertanyaan dengan jawaban sangat setuju (SS), setuju (S), tidak setuju (TS), dan sangat tidak setuju (STS). Untuk pertanyaan positif maka dikaitkan dengan nilai SS = 4, S= 3, TS = 2 dan STS = 1, dan sebaliknya (Sujana,


(33)

Dindin Nasrudin, 2012

Model Siklus Belajar 5e Berbasis Konflik Kognitif Pada Materi Suhu Dan Kalor Untuk Meningkatkan Penguasaan Konsep Dan Keterampilan Berpikir Kreatif Siswa SMA

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu 56

Dengan demikian skor maksimal yang dapat dicapai oleh siswa adalah 60 dan minimal 15. Dalam penelitian ini, penulis hanya ingin mengetahui persentase sikap siswa (positif dan negatif) terhadap pembelajaran dengan model siklus belajar 5E berbasis konflik kognitif pada materi Suhu dan Kalor.

4. Format Observasi

Format observasi dibuat untuk melihat keterlaksanaan model pembelajaran di kelas sesuai dengan sintaksnya. Format observasi berisi daftar check list ya dan tidak. Format observasi ini akan diisi oleh observer yang mengamati pembelajaran di kelas.

D. Hasil Analisis Ujicoba Instrumen

Uji coba tes dilakukan pada siswa SMA kelas X di salah satu sekolah di kabupaten Bekasi. Soal tes penguasaan konsep yang di ujicobakan berjumlah 35 butir soal dalam bentuk pilihan ganda dan soal tes keterampilan berpikir kreatif berjumlah 10 butir soal dalam bentuk uraian. Analisis instrumen dilakukan dengan menggunakan program Anates V4 untuk menguji validitas soal, realibilitas tes, tingkat kesukaran dan daya pembeda soal.

Berdasarkan hasil perhitungan validitas butir soal penguasaan konsep yang berjumlah 35 butir soal dengan bentuk pilihan ganda diperoleh reliabilitas tes penguasaan konsep sebesar 0,86 yang termasuk dalam kategori sangat tinggi. Sedangkan jumlah soal yang dikategorikan valid sebanyak 26 soal. Sementara sisanya sebanyak 9 soal dikategorikan tidak valid dan tidak dipergunakan sebagai


(34)

Dindin Nasrudin, 2012

Model Siklus Belajar 5e Berbasis Konflik Kognitif Pada Materi Suhu Dan Kalor Untuk Meningkatkan Penguasaan Konsep Dan Keterampilan Berpikir Kreatif Siswa SMA

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu 57

daya pembeda dan disesuaikan dengan kebutuhan serta alokasi waktu yang tersedia, dari 26 soal yang valid tadi diambillah 20 soal yang akan digunakan sebagai instrumen penguasaan konsep tanpa mengurangi keterwakilan indikator pembelajaran. Kedua puluh soal itu adalah soal nomor 2, 4, 5, 8, 9, 10, 11, 12, 14, 15, 16, 18,19, 20, 24, 25, 27, 31 dan 34.

Sementara itu, hasil analisis validitas butir soal keterampilan berpikir kreatif berjumlah 10 butir soal yang berbentuk uraian diperoleh reliabilitas 0,86 yang termasuk dalam kategori sangat tinggi. Sedangkan jumlah soal yang dikategorikan valid sejumlah 7 soal. Sementara sisanya sebanyak 3 soal dikategorikan tidak valid dan tidak dipergunakan sebagai instrumen. Setelah melalui konsultasi dengan pembimbing dan penjudgmen, diputuskanlah bahwa soal yang dipergunakan sebanyak 5 soal yang mewakili 5 indikator keterampilan berpikir kreatif dengan koreksi seperlunya. Adapun data hasil uji validitas, reliabilitas, daya pembeda, dan tingkat kesukaran terdapat pada lampiran C. E. Teknik Analisis Data

Teknik analisis data merupakan kegiatan yang dilakukan setelah data dari seluruh sumber data maupun responden sudah terkumpul. Karena sifat penelitiannya kuantitatif dan bertujuan untuk menggeneralisasi keadaan sampel terhadap populasi, maka teknik analisis data pada penelitian ini menggunakan statistik inferensial. Jika data yang dihasilkan terdistribusi normal dan homogen, maka statistik yang digunakan adalah statistik parametrik. Namun, jika tidak


(35)

Dindin Nasrudin, 2012

Model Siklus Belajar 5e Berbasis Konflik Kognitif Pada Materi Suhu Dan Kalor Untuk Meningkatkan Penguasaan Konsep Dan Keterampilan Berpikir Kreatif Siswa SMA

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu 58

parametrik. Sebelum data dianalisis, data harus terlebih dahulu dikelompokkan berdasarkan variabel penelitian. Jenis data yang berbeda akan memerlukan teknik analisis yang berbeda pula. Langkah selanjutnya adalah mentabulasi data dan melakukan perhitungan untuk menjawab pertanyaan penelitian.

1. Analisis Peningkatan Penguasaan Konsep

Salah satu variabel yang diukur dalam penelitian ini adalah penguasaan konsep siswa pada materi Suhu dan Kalor. Data yang diperoleh berupa hasil pretest dan posttest baik dari kelas eksperimen I maupun kelas eksperimen II. Data dari hasil pretest dan posttest dianalisis dengan langkah-langkah:

a. Pemberian Skor

Skor untuk soal pilihan ganda ditentukan berdasarkan metode Rights Only, yaitu jawaban benar di beri skor satu dan jawaban salah atau butir soal yang tidak dijawab diberi skor nol. Skor setiap siswa ditentukan dengan menghitung jumlah jawaban yang benar. Pemberian skor dihitung dengan menggunakan rumus :

= dengan :

S = Skor siswa,

R = Jawaban siswa yang benar b. Normalisasi Gain


(36)

Dindin Nasrudin, 2012

Model Siklus Belajar 5e Berbasis Konflik Kognitif Pada Materi Suhu Dan Kalor Untuk Meningkatkan Penguasaan Konsep Dan Keterampilan Berpikir Kreatif Siswa SMA

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu 59

skor gain yang ternormalisasi. Hal ini dimaksudkan untuk menghindari kesalahan dalam menginterpretasikan perolehan gain masing-masing siswa. Untuk memperoleh skor gain yang ternormalisasi digunakan rumus yang dikembangkan oleh Hake (1998) seperti persamaan 3.8 di bawah ini.

= − �

� − �

Keterangan :

= gain ternormalisasi Si = skor ideal Tf = skor posttest Ti = skor pretest

Besar gain yang ternormalisasi ini kemudian dirata-ratakan dan diinterpretasikan untuk menyatakan kriteria efektivitas pembelajaran. Kriteria efektivitas pembelajaran ini dapat dilihat pada Tabel 3.5.

Tabel 3.5

Interpretasi Rata-Rata Gain Ternormalisasi Nilai Rata-Rata Gain Ternormalisasi <g> Kriteria

 0,7 tinggi

0,3 ≤ (<g>) < 0,7 sedang

< 0,3 rendah

(Hake, 1998) c. Analisis Uji Normalitas dan Homogenitas Data

Uji normalitas dan uji homogentitas data dimaksudkan sebagai prasyarat dalam penggunaan statistik parameterik atau non parametrik. Bila data terdistribusi normal dan homogen, maka peneliti bisa menggunakan uji parametrik. Namun jika setelah pengujian diperoleh data penelitian yang tidak


(37)

Dindin Nasrudin, 2012

Model Siklus Belajar 5e Berbasis Konflik Kognitif Pada Materi Suhu Dan Kalor Untuk Meningkatkan Penguasaan Konsep Dan Keterampilan Berpikir Kreatif Siswa SMA

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu 60

non paramatrik. Pengambilan jenis uji ini berimplikasi pada hasil penelitian. Jika penelitian menggunakan uji paramaterik, maka hasil penelitian pada sampel bisa digeneralisir pada populasi. Akan tetapi, jika peneliti menggunakan uji non parametrik, hasil penelitian hanya berlaku untuk sampel saja, tidak menjadi parameter populasi.

Pada penelitian ini, peneliti memilih uji Kolmogorof-Smirmov (K-S) untuk menguji normalitas data dan uji lavene test untuk menguji homogenitas data. Ke dua uji ini terdapat dalam program SPSS versi 18. Untuk uji Kolmogorof-Smirmov (K-S) dapat dicari dalam menu explore. Dengan uji ini, data dikatakan terdistribusi normal apabila harga atau Sig. > 0,05. Sedangkan untuk uji lavene test dapat dicari dari independent sampel t-test pada analisis compare mean atau menjadi bagian dari one way anova. Jika harga Sig. > 0,05 maka data tersebut berasal dari varians yang homogen.

d. Analisis Uji Hipotesis

Karena hipotesis penelitiannya berupa hipotesis komparatif dua sampel dan tidak memihak pada salah satu kelas, maka uji hipotesisnya menggunakan uji dua pihak (two tail test) dengan taraf signifikansi α = 0,05. Jika data berdistribusi normal dan homogen maka digunakan uji statistik parametrik melalui uji-t dengan rumus:

= −

−1 +2+ −2 1 2 1 + 1


(38)

Dindin Nasrudin, 2012

Model Siklus Belajar 5e Berbasis Konflik Kognitif Pada Materi Suhu Dan Kalor Untuk Meningkatkan Penguasaan Konsep Dan Keterampilan Berpikir Kreatif Siswa SMA

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu 61

Keterangan:

= rata-rata gain kelompok eksperimen = rata-rata gain kelompok kontrol nx = jumlah sampel kelompok eksperimen ny = Jumlah sampel kelompok kontrol S1 = varians kelompok eksperimen S2 = varians kelompok kontrol

Jika menggunakan bantuan SPSS, kriteria pengujian dilakukan dengan cara membandingkan taraf signifikansi (sig) dengan α = 0,05, jika taraf signifikansi hitungan Sig (2 tailed) < 0,05, maka Ha diterima atau Ho ditolak.

2. Analisis Peningkatan Keterampilan Berpikir Kreatif

Untuk melihat peningkatan keterampilan berpikir kreatif tidak berbeda dengan peningkatan penguasaan konsep yakni pemberian skor pretest dan posttest dari kelas eksperimen I dan kelas eksperimen II dengan mengacu pada rubrik penilaian yang sudah ditentukan. Setelah nilai pretest dan posttest terkumpul, selanjutnya dicari rata-rata gain yang ternormalisasi kemudian dilakukan uji beda dua rata-rata N-Gain antara kelas eksperimen I dan kelas eksperimen II.

3. Analisis Tanggapan Siswa

Untuk menganalisis tanggapan siswa, langkah-langkah analisisnya adalah sebagai berikut:

a. Pemberian skor dari setiap pernyataan untuk seluruh siswa yang dirata-ratakan dan dinyatakan dalam bentuk persentase capaian dengan persamaan:


(39)

Dindin Nasrudin, 2012

Model Siklus Belajar 5e Berbasis Konflik Kognitif Pada Materi Suhu Dan Kalor Untuk Meningkatkan Penguasaan Konsep Dan Keterampilan Berpikir Kreatif Siswa SMA

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu 62

Keterangan: = skor rata-rata = skor maksimum

b. Menentukan rentang (R) dengan rumus:

R = persentase maksimum-persentase minimum R = 100%-25% =75%

c. Menentukan banyak kategori (K), yaitu 4 kategori yang terdiri dari sangat setuju (SS), setuju (S), tidak setuju (TS) dan sangat tidak setuju (STS)

d. Menentukan panjang kelas (P) dengan rumus:

� =

� =

75%

4 = 18,75%

Berdasarkan urutan kategorisasi tanggapan siswa tersebut (T), maka diperoleh rentang pengakategorian sebagaimana dapat dilihat pada Tabel 3.6.

Tabel 3.6

Kategori Persentase Tanggapan Siswa

Rentang Presentase Kategori Jenis Respon

25,00% < T ≤ 43,75% Sangat Tidak Setuju

Negatif

43,75% < T ≤ 62,50% Tidak Setuju

62,50% < T ≤ 81,25% Setuju

Positif

81,25% < T ≤ 100% Sangat Tidak Setuju

4. Analisis Keterlaksanaan Model 5E

Untuk menganalisis keterlaksanaan model 5E dalam kegiatan pembelajaran mengikuti langkah-langkah berikut ini:


(40)

Dindin Nasrudin, 2012

Model Siklus Belajar 5e Berbasis Konflik Kognitif Pada Materi Suhu Dan Kalor Untuk Meningkatkan Penguasaan Konsep Dan Keterampilan Berpikir Kreatif Siswa SMA

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu 63

1, namun jika tidak memberikan check list berarti diberi skor 0. b. Tabulasi skor kemudian dibandingkan dengan skor maksimum.

c. Pengambilan kesimpulan yang dinyatakan dalam persentase keterlaksanaan. F. Prosedur dan Tahap-Tahap Penelitian

1. Persiapan

a) Melakukan studi lapangan dan literatur untuk mencari masalah dan kemungkinan solusi.

b) Melakukan studi literatur lebih mendalam tentang model siklus belajar 5E, penguasaan konsep, dan keterampilan berpikir kreatif.

c) Menyusun perangkat pembelajaran dan instrumen penelitian.

d) Melakukan uji coba instrumen kemudian dianalisis validitas, reliabilitas, tingkat kesukaran dan daya pembeda.

e) Melakukan pemilihan sampel dengan tujuan menentukan kelas eksperimen I dan kelas eksperimen II.

2. Pelaksanaan

a) Melakukan pretest pada kelas eksperimen I dan kelas eksperimen II. b) Melakukan pembelajaran pada materi Suhu dan Kalor. Kelas eksperimen I

mendapatkan pembelajaran model siklus belajar 5 E berbasis konflik kognitif dengan metode analogi, sedangkan kelas eksperimen II mendapatkan pembelajaran model siklus belajar 5E berbasis konflik kognitif dengan metode praktikum.


(41)

Dindin Nasrudin, 2012

Model Siklus Belajar 5e Berbasis Konflik Kognitif Pada Materi Suhu Dan Kalor Untuk Meningkatkan Penguasaan Konsep Dan Keterampilan Berpikir Kreatif Siswa SMA

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu 64

d) Melakukan penyebaran angket pada siswa berkaitan pendapat mereka tentang penerapan model siklus belajar 5 E berbasis konflik kognitif baik dengan menggunakan metode analogi maupun metode praktikum.

3. Pengolahan data

a) Penyekoran hasil pretest dan posttest dan gain ternormalisasi. b) Uji normalitas dan uji homogenitas data.

c) Uji beda dua rata-rata N-Gain (uji hipotesis).

d) Menganalisis format observasi keterlaksanaan model pembelajaran. e) Menganalisis angket siswa.

4. Pelaporan

Tahap pelaporan adalah fase terakhir penelitian ini. Adapun proses keseluruhan penelitian dari awal sampai akhir dapat dilihat dalam Gambar 3.2.

Studi Pendahuluan

Validasi, Uji Coba, Revisi Penyusunan Instrumen: 1. Tes penguasaan konsep

2. Tes keterampilan berpikir kreatif 3. Angket siswa

4. Pedoman observasi

Studi Literatur dan Penyusunan Proposal

Penyusunan RPP untuk kelas eksperimen I dan kelas eksperimen II

Identifikasi Masalah


(42)

Dindin Nasrudin, 2012

Model Siklus Belajar 5e Berbasis Konflik Kognitif Pada Materi Suhu Dan Kalor Untuk Meningkatkan Penguasaan Konsep Dan Keterampilan Berpikir Kreatif Siswa SMA

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu 65


(43)

Dindin Nasrudin, 2012

Model Siklus Belajar 5e Berbasis Konflik Kognitif Pada Materi Suhu Dan Kalor Untuk Meningkatkan Penguasaan Konsep Dan Keterampilan Berpikir Kreatif Siswa SMA

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu 83

A. Kesimpulan

Berdasarkan data dan analisis hasil penelitian, disimpulkan bahwa: Model siklus belajar 5E berbasis konflik kognitif baik dengan metode analogi maupun praktikum sama-sama efektif dalam meningkatkan penguasaan konsep dan keterampilan berpikir kreatif siswa SMA. Hal ini terlihat pada nilai N-Gain penguasaan konsep dari kelas eksperimen I dan eksperimen II sebesar 0,57 dan 0,46 (kategori sedang) dan nilai N-Gain keterampilan berpikir kreatif sebesar 0,40 dan 0,47 (kategori sedang). Melalui uji beda rata-rata N-Gain (uji t) disimpulkan bahwa penerapan metode analogi lebih efektif dalam meningkatkan penguasaan konsep siswa dibanding metode praktikum. Sebaliknya, penerapan metode praktikum lebih efektif dalam meningkatkan keterampilan berpikir kreatif siswa dibanding metode analogi. Baik dengan metode analogi maupun praktikum, siswa memberikan tanggapan positif terhadap penerapan model siklus belajar 5E berbasis konflik kognitif pada materi Suhu dan Kalor.

B. Saran

Model siklus belajar 5E berbasis konflik kognitif dalam pembelajaran di kelas belum dilaksanakan secara optimal, terutama pada pertemuan pertama. Hal ini berpengaruh terhadap peningkatan penguasaan konsep dan keterampilan berpikir kreatif siswa. Oleh karena itu, penulis menyarankan pada peneliti


(44)

Dindin Nasrudin, 2012

Model Siklus Belajar 5e Berbasis Konflik Kognitif Pada Materi Suhu Dan Kalor Untuk Meningkatkan Penguasaan Konsep Dan Keterampilan Berpikir Kreatif Siswa SMA

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu 84


(45)

Dindin Nasrudin, 2012

Model Siklus Belajar 5e Berbasis Konflik Kognitif Pada Materi Suhu Dan Kalor Untuk Meningkatkan Penguasaan Konsep Dan Keterampilan Berpikir Kreatif Siswa SMA

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu 84

Anderson. (2001). A Taxonomy for Learning, Teaching, and Assessing. New York: Longmann.

Arikunto, S. (2008). Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan (Edisi Revisi). Jakarta: Bumi Aksara.

Arikunto, S. (2010). Prosedur Penelitian: Suatu pendekatan Praktik. Jakarta: Rineke Cipta.

Baser, Mustafa. (2006). ”Fostering Conceptual Change by Cognitif Conflict

Based Instruction on Student’s Understanding of Heat and Temperature

Concepts”. Eurasia Journal of Mathematics, Science and Technology Education. 2, (2), 96-108.

Baser, Mustafa. (2006). ”Effect of Conceptual Change Oriented Instruction on

Students’ Understanding of Heat and Temperature Concepts”. Journal of Maltase Education Research. 4, (1), 64-79.

Bybee, R.et.al. (2006). The BSCS 5E Instructional Model: Origins, Effectiveness and Applications. [Online].Tersedia:http://www.bscs.org/pdf/bscs5eexe csummary. pdf. [30 Maret 2012].

Costa, A. (1985). Depeloping Minds. Virginia: ASCD Publications. Dahar, R. (1996). Teori-Teori Belajar. Jakarta: Erlangga.

Departemen Pendidikan Nasional. (2006). Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan Sekolah Menengah Atas. Jakarta: Depdiknas.

Druxes Herbert, dkk. (1995). Kompendium Dikdaktik Fisika, Bandung:Remaja Rosdakarya.

Duit, R. (1991). “On the Role of Analogies and Metaphors in Learning Science”.

Science Education. 75, (6), 649 - 672.

Ergin, Ismet. et.al. (2008). “An Example for the Effect of 5E Model on the Academic Success and Attitude Levels of Students: Inclined Projectile

Motion”. Journal of Turkish Science Education. 5, (3), 47-59

Ericson, G. L. (1979). “Children's Conceptions of Heat and Temperature”. Science Education, 63, 221-230.

Etkina, E. et.al (2002). “Role of Experiments In Physics Instruction – A Process Approach”. The Physics Teacher, 40, (6), 351-355.

Fazelian, Porandokht et.al. (2010). “The Effect of 5E Instructional Design Model On Learning And Retention Of Sciences for Middle Class Students”. Procedia Social and Behavioral Sciences. 5, 140–143.

Filsaime, Dennis K. (2008). Menguak Rahasia Berpikir Kritis dan Kreatif. Jakarta:Prestasi Pustaka.

Fraenkel, JR & Wallen N.E. (2009). How to Design and Evaluate Research in Education (Seventh Edition). New York: McGraw-Hill

Furqon dan Emilia. (2010). Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif (Beberapa isu Kritis). Bandung: SPs UPI


(46)

Dindin Nasrudin, 2012

Model Siklus Belajar 5e Berbasis Konflik Kognitif Pada Materi Suhu Dan Kalor Untuk Meningkatkan Penguasaan Konsep Dan Keterampilan Berpikir Kreatif Siswa SMA

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu 85

Gentner, D. (1983). “Structure Mapping: A Theoritical Framework for Analogy”.

Cognitive Science. 7, 155 - 170.

Hake, R.R. (1998). Analyzing Change/Gain Scores. Indiana: Indiana University Jara-Guerrero S. (1993). “Misconceptions on Heat And Temperature’’ In The

Proceedings of the Third International Seminar on Misconceptions and Educational Strategies in Science And Mathematics, Misconceptions Trust: Ithaca, NY.

James R. Evans. (1991). Creative Thinking Inthe Decision and Management Sciences. Ohio:College Division South Western Publishing Co.

Juremi, S. dan Ayob, A. (2000). Menentukan Kesahan Alat Ukur-Alat Ukur Kemahiran Berfikir Kritis, Kemahiran Berfikir Kreatif, Kemahiran Proses Sains, dan Pencapaian Biologi [Online]. Tersedia: http://www.geocities.com/drwanrani/Sabaria_Juremi.html. [Juni, 2009] Koes H, Supriyono. (2003). Common Texbook: Strategi Pembelajaran

Fisika. Malang : Jurusan Pendidikan Fisika FMIPA Universitas Negeri Malang

Koponen & T. Mäntylä, (2006) “Generative Role of Experiments in Physics and in Teaching Physics: A Suggestion for Epistemological Reconstruction”. Science & Education, 15 p. 31-54.

Kurnaz & Calik .(2008). “Using Different Conceptual Change Methods Embedded within the 5E Model: A Sample Teching for Heat And

Temperature”. Journal of Physics Teacher Education Online. 5 (1).3-10.

Lasionio,Giovanni Jona. (2010). Analogies in Theoretical Physics. [Online]. Tersedia: http://arxiv.org/pdf/1003.4170v1.pdf. [5 Juli 2012]

Mahjardi (2000). Analisis Kesulitan Siswa Kelas 1 MAN dalam Pemahaman Konsep Fisika Pokok Bahasan Suhu dan Kalor. Tesis UPI Bandung: tidak diterbitkan.

May, Alusia. (2010). Bahan Ajar Fisika. [Online]. Tersedia: http://azkamiru.wordpress.com/bahan-ajar-fisika-com/ [15 Oktober 2011].

Mc Dermot, Lillian. (1996). Phisics By Inquiry Volume I. USA: Jhon Wiley & Sons, Inc.

Muldoon, Ciara. (2007). Physics by Analogy. [Online]. Tersedia: http://people.bath.ac.uk/pspcam/publications/pw_feb2007_p16.pdf. [5 Juli 2012]

Munandar, Utami. (1985). Mengembangkan Bakat dan Kreativitas Anak Sekolah. Jakarta:PT Gramedia

Nasrudin, Dindin.(2011). Minat Siswa SMA Terhadap Pembelajaran Fisika (Studi Kasus pada SMA Pinggiran Kota dan SMA Pusat Kota. Bandung: tidak diterbitkan

Nasution, Arman Hakim. (2006). Creative Thinking. How to get Succes in Your Future Career. Yogyakarta: Andi


(47)

Dindin Nasrudin, 2012

Model Siklus Belajar 5e Berbasis Konflik Kognitif Pada Materi Suhu Dan Kalor Untuk Meningkatkan Penguasaan Konsep Dan Keterampilan Berpikir Kreatif Siswa SMA

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu 86

Beranalogi Calon Guru Fisika. Disertasi UPI. Tidak dipublikasikan Podolefsky, Noah. (2006). The Use of Analogy in Physics Learning and

Instruction.[Online].Tersedia:http://www.colorado.edu/physics/Educati onIssues/podolefsky/research/podolefsy_analogy_physics.pdf. [5 Juli 2012]

Podolefsky, Noah S. & Finkelstein. (2007). Analogical Scaffolding and the Learning of Abstract Ideas in Physics:Empirical Studies. [Online]. Tersedia:http://www.colorado.edu/physics/EducationIssues/analogy/po dolefsky_finkelstein_analogy_empirical.pdf. [5 Juli 2012].

Poerwadarminta ,W. (1982). Kamus Umum Bahasa Indonesia. Jakarta : Balai Pustaka.

Rustaman. dkk. (2005). Strategi Belajar Mengajar Biologi. Malang: Penebit UNM

Sudjana, Nana. (1989). Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung: Remaja Rosdakarya

Sugiyono. (2011). Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung:Alfabeta

Sugiyono. (2011). Statistika untuk Penelitian. Bandung:Alfabeta

Suparno, Paul. (1996). Filsafat Konstruktifisme dalam Pendidikan. Yogyakarta:Kanisius

Suparno, Paul. (2005). Miskonsepsi dan Perubahan Konsep Pendidikan Fisika. Jakarta: Grasindo.

Thomaz, et.al. (1995). “An Attempt to Overcome Alternative Conceptions Related to Heat and Temperature”. Physics Education, 30, 19-26. Trna, Josef & Novak Petr. (2010). Motivational Effectiveness of Experiments in

Physics Education. [Online]. Tersedia: http://www.univ-reims.fr/site/.../29595.pdf. [5 Juli 2012].

To, Karno.(1996). Mengenal Analisis Tes (Pengantar ke Program Komputer ANATES). Bandung: Jurusan Psikologi Pendidikan dan Bimbingan FIP IKIP Bandung

Tumini. (2010). Penerapan Siklus Belajar 5E pada Materi Bunyi untuk Meningkatkan Penguasaan Konsep dan Kemampuan Berpikir Kreatif Siswa SMP. Tesis UPI. Tidak dipublikasikan.

Wena Made.(2011). Strategi Pembelajaran Inovatif Kontemporer: Suatu Tinjauan Konseptual Operasional. Jakarta: Bumi Aksara

Yan Piaw, Chua. (2004). Creative and Critical Thinking Style. Serdang: Universiti Putra Malaysia Press

Yeo, S., & Zadnik, M. (2001). “Introductory Thermal Concept Evaluation:


(1)

Dindin Nasrudin, 2012

Model Siklus Belajar 5e Berbasis Konflik Kognitif Pada Materi Suhu Dan Kalor Untuk Meningkatkan Penguasaan Konsep Dan Keterampilan Berpikir Kreatif Siswa SMA

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu 65


(2)

Dindin Nasrudin, 2012

Model Siklus Belajar 5e Berbasis Konflik Kognitif Pada Materi Suhu Dan Kalor Untuk Meningkatkan Penguasaan Konsep Dan Keterampilan Berpikir Kreatif Siswa SMA

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu 83

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan data dan analisis hasil penelitian, disimpulkan bahwa: Model siklus belajar 5E berbasis konflik kognitif baik dengan metode analogi maupun praktikum sama-sama efektif dalam meningkatkan penguasaan konsep dan keterampilan berpikir kreatif siswa SMA. Hal ini terlihat pada nilai N-Gain penguasaan konsep dari kelas eksperimen I dan eksperimen II sebesar 0,57 dan 0,46 (kategori sedang) dan nilai N-Gain keterampilan berpikir kreatif sebesar 0,40 dan 0,47 (kategori sedang). Melalui uji beda rata-rata N-Gain (uji t) disimpulkan bahwa penerapan metode analogi lebih efektif dalam meningkatkan penguasaan konsep siswa dibanding metode praktikum. Sebaliknya, penerapan metode praktikum lebih efektif dalam meningkatkan keterampilan berpikir kreatif siswa dibanding metode analogi. Baik dengan metode analogi maupun praktikum, siswa memberikan tanggapan positif terhadap penerapan model siklus belajar 5E berbasis konflik kognitif pada materi Suhu dan Kalor.

B. Saran

Model siklus belajar 5E berbasis konflik kognitif dalam pembelajaran di kelas belum dilaksanakan secara optimal, terutama pada pertemuan pertama. Hal ini berpengaruh terhadap peningkatan penguasaan konsep dan keterampilan berpikir kreatif siswa. Oleh karena itu, penulis menyarankan pada peneliti


(3)

Dindin Nasrudin, 2012

Model Siklus Belajar 5e Berbasis Konflik Kognitif Pada Materi Suhu Dan Kalor Untuk Meningkatkan Penguasaan Konsep Dan Keterampilan Berpikir Kreatif Siswa SMA

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu 84

selanjutnya agar mempersiapkan pelaksanaan pembelajaran di kelas secara matang terutama manajerial kelas dan alokasi waktu serta kondisi siswa.


(4)

Dindin Nasrudin, 2012

Model Siklus Belajar 5e Berbasis Konflik Kognitif Pada Materi Suhu Dan Kalor Untuk Meningkatkan Penguasaan Konsep Dan Keterampilan Berpikir Kreatif Siswa SMA

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu 84

DAFTAR PUSTAKA

Anderson. (2001). A Taxonomy for Learning, Teaching, and Assessing. New York: Longmann.

Arikunto, S. (2008). Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan (Edisi Revisi). Jakarta: Bumi Aksara.

Arikunto, S. (2010). Prosedur Penelitian: Suatu pendekatan Praktik. Jakarta: Rineke Cipta.

Baser, Mustafa. (2006). ”Fostering Conceptual Change by Cognitif Conflict

Based Instruction on Student’s Understanding of Heat and Temperature

Concepts”. Eurasia Journal of Mathematics, Science and Technology Education. 2, (2), 96-108.

Baser, Mustafa. (2006). ”Effect of Conceptual Change Oriented Instruction on

Students’ Understanding of Heat and Temperature Concepts”. Journal of Maltase Education Research. 4, (1), 64-79.

Bybee, R.et.al. (2006). The BSCS 5E Instructional Model: Origins, Effectiveness and Applications. [Online].Tersedia:http://www.bscs.org/pdf/bscs5eexe csummary. pdf. [30 Maret 2012].

Costa, A. (1985). Depeloping Minds. Virginia: ASCD Publications. Dahar, R. (1996). Teori-Teori Belajar. Jakarta: Erlangga.

Departemen Pendidikan Nasional. (2006). Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan Sekolah Menengah Atas. Jakarta: Depdiknas.

Druxes Herbert, dkk. (1995). Kompendium Dikdaktik Fisika, Bandung:Remaja Rosdakarya.

Duit, R. (1991). “On the Role of Analogies and Metaphors in Learning Science”. Science Education. 75, (6), 649 - 672.

Ergin, Ismet. et.al. (2008). “An Example for the Effect of 5E Model on the Academic Success and Attitude Levels of Students: Inclined Projectile

Motion”. Journal of Turkish Science Education. 5, (3), 47-59

Ericson, G. L. (1979). “Children's Conceptions of Heat and Temperature”. Science Education, 63, 221-230.

Etkina, E. et.al (2002). “Role of Experiments In Physics Instruction – A Process Approach”. The Physics Teacher, 40, (6), 351-355.

Fazelian, Porandokht et.al. (2010). “The Effect of 5E Instructional Design Model On Learning And Retention Of Sciences for Middle Class Students”. Procedia Social and Behavioral Sciences. 5, 140–143.

Filsaime, Dennis K. (2008). Menguak Rahasia Berpikir Kritis dan Kreatif. Jakarta:Prestasi Pustaka.

Fraenkel, JR & Wallen N.E. (2009). How to Design and Evaluate Research in Education (Seventh Edition). New York: McGraw-Hill

Furqon dan Emilia. (2010). Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif (Beberapa isu Kritis). Bandung: SPs UPI


(5)

Dindin Nasrudin, 2012

Model Siklus Belajar 5e Berbasis Konflik Kognitif Pada Materi Suhu Dan Kalor Untuk Meningkatkan Penguasaan Konsep Dan Keterampilan Berpikir Kreatif Siswa SMA

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu 85

Gentner, D. (1983). “Structure-Mapping: A Theoritical Framework for Analogy”. Cognitive Science. 7, 155 - 170.

Hake, R.R. (1998). Analyzing Change/Gain Scores. Indiana: Indiana University Jara-Guerrero S. (1993). “Misconceptions on Heat And Temperature’’ In The

Proceedings of the Third International Seminar on Misconceptions and Educational Strategies in Science And Mathematics, Misconceptions Trust: Ithaca, NY.

James R. Evans. (1991). Creative Thinking Inthe Decision and Management Sciences. Ohio:College Division South Western Publishing Co.

Juremi, S. dan Ayob, A. (2000). Menentukan Kesahan Alat Ukur-Alat Ukur Kemahiran Berfikir Kritis, Kemahiran Berfikir Kreatif, Kemahiran

Proses Sains, dan Pencapaian Biologi [Online]. Tersedia:

http://www.geocities.com/drwanrani/Sabaria_Juremi.html. [Juni, 2009] Koes H, Supriyono. (2003). Common Texbook: Strategi Pembelajaran

Fisika. Malang : Jurusan Pendidikan Fisika FMIPA Universitas Negeri Malang

Koponen & T. Mäntylä, (2006) “Generative Role of Experiments in Physics and in Teaching Physics: A Suggestion for Epistemological Reconstruction”. Science & Education, 15 p. 31-54.

Kurnaz & Calik .(2008). “Using Different Conceptual Change Methods Embedded within the 5E Model: A Sample Teching for Heat And

Temperature”. Journal of Physics Teacher Education Online. 5 (1).3-10.

Lasionio,Giovanni Jona. (2010). Analogies in Theoretical Physics. [Online]. Tersedia: http://arxiv.org/pdf/1003.4170v1.pdf. [5 Juli 2012]

Mahjardi (2000). Analisis Kesulitan Siswa Kelas 1 MAN dalam Pemahaman Konsep Fisika Pokok Bahasan Suhu dan Kalor. Tesis UPI Bandung: tidak diterbitkan.

May, Alusia. (2010). Bahan Ajar Fisika. [Online]. Tersedia: http://azkamiru.wordpress.com/bahan-ajar-fisika-com/ [15 Oktober 2011].

Mc Dermot, Lillian. (1996). Phisics By Inquiry Volume I. USA: Jhon Wiley & Sons, Inc.

Muldoon, Ciara. (2007). Physics by Analogy. [Online]. Tersedia: http://people.bath.ac.uk/pspcam/publications/pw_feb2007_p16.pdf. [5 Juli 2012]

Munandar, Utami. (1985). Mengembangkan Bakat dan Kreativitas Anak Sekolah. Jakarta:PT Gramedia

Nasrudin, Dindin.(2011). Minat Siswa SMA Terhadap Pembelajaran Fisika (Studi Kasus pada SMA Pinggiran Kota dan SMA Pusat Kota. Bandung: tidak diterbitkan

Nasution, Arman Hakim. (2006). Creative Thinking. How to get Succes in Your Future Career. Yogyakarta: Andi


(6)

Dindin Nasrudin, 2012

Model Siklus Belajar 5e Berbasis Konflik Kognitif Pada Materi Suhu Dan Kalor Untuk Meningkatkan Penguasaan Konsep Dan Keterampilan Berpikir Kreatif Siswa SMA

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu 86

Nyoto (2011). Pengembangan Model Pembelajaran Inkuiri Menggunakan Analogi pada Konsep Listrik-Magnet untuk Membekalkan Kemampuan Beranalogi Calon Guru Fisika. Disertasi UPI. Tidak dipublikasikan Podolefsky, Noah. (2006). The Use of Analogy in Physics Learning and

Instruction.[Online].Tersedia:http://www.colorado.edu/physics/Educati onIssues/podolefsky/research/podolefsy_analogy_physics.pdf. [5 Juli 2012]

Podolefsky, Noah S. & Finkelstein. (2007). Analogical Scaffolding and the Learning of Abstract Ideas in Physics:Empirical Studies. [Online]. Tersedia:http://www.colorado.edu/physics/EducationIssues/analogy/po dolefsky_finkelstein_analogy_empirical.pdf. [5 Juli 2012].

Poerwadarminta ,W. (1982). Kamus Umum Bahasa Indonesia. Jakarta : Balai Pustaka.

Rustaman. dkk. (2005). Strategi Belajar Mengajar Biologi. Malang: Penebit UNM

Sudjana, Nana. (1989). Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung: Remaja Rosdakarya

Sugiyono. (2011). Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung:Alfabeta

Sugiyono. (2011). Statistika untuk Penelitian. Bandung:Alfabeta

Suparno, Paul. (1996). Filsafat Konstruktifisme dalam Pendidikan. Yogyakarta:Kanisius

Suparno, Paul. (2005). Miskonsepsi dan Perubahan Konsep Pendidikan Fisika. Jakarta: Grasindo.

Thomaz, et.al. (1995). “An Attempt to Overcome Alternative Conceptions Related to Heat and Temperature”. Physics Education, 30, 19-26. Trna, Josef & Novak Petr. (2010). Motivational Effectiveness of Experiments in

Physics Education. [Online]. Tersedia:

http://www.univ-reims.fr/site/.../29595.pdf. [5 Juli 2012].

To, Karno.(1996). Mengenal Analisis Tes (Pengantar ke Program Komputer ANATES). Bandung: Jurusan Psikologi Pendidikan dan Bimbingan FIP IKIP Bandung

Tumini. (2010). Penerapan Siklus Belajar 5E pada Materi Bunyi untuk Meningkatkan Penguasaan Konsep dan Kemampuan Berpikir Kreatif Siswa SMP. Tesis UPI. Tidak dipublikasikan.

Wena Made.(2011). Strategi Pembelajaran Inovatif Kontemporer: Suatu Tinjauan Konseptual Operasional. Jakarta: Bumi Aksara

Yan Piaw, Chua. (2004). Creative and Critical Thinking Style. Serdang: Universiti Putra Malaysia Press

Yeo, S., & Zadnik, M. (2001). “Introductory Thermal Concept Evaluation:


Dokumen yang terkait

PENGEMBANGAN LKS MATERI SUHU DAN KALOR DENGAN SCIENTIFIC APPROACH UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN BERPIKIR KREATIF SISWA

6 15 57

PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH BERBANTUAN EXELEARNING UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN KOGNITIF DAN KETERAMPILAN BERPIKIR KREATIF SISWA PADA MATERI SUHU DAN KALOR.

1 2 52

PEMBELAJARAN BERMODEL SIKLUS BELAJAR 7E UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN BERPIKIR KRITIS DAN PENGUASAAN KONSEP SISWA PADA MATERI HIDROKARBON.

13 25 41

IMPLEMENTASI MODEL LEARNING CYCLE 5E UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN KOGNITIF DAN KETERAMPILAN BERPIKIR KREATIF SISWA KELAS VIII SMP PADA MATERI TEKANAN.

0 2 35

PENGEMBANGAN MODEL PEMBELAJARAN PREDICT-OBSERVE-EXPLAIN-WRITE UNTUK MENINGKATKAN PENGUASAAN KONSEP, KETERAMPILAN BERPIKIR KRITIS, DAN MENDAPATKAN GAMBARAN KUANTITAS MISKONSEPSI SISWA SMA PADA MATERI SUHU DAN KALOR.

0 1 44

PEMBELAJARAN BERBASIS PROYEK UNTUK MENINGKATKAN PENGUASAAN KONSEP DAN KETERAMPILAN BERPIKIR RASIONAL SISWA SMA PADA MATERI FLUIDA STATIS.

0 1 20

Model Pembelajaran Predict-Observe-Explain-Write (POEW) untuk Meningkatkan Penguasaan Konsep Kalor dan Keterampilan Berpikir Kritis Siswa SMA.

0 1 33

PENDEKATAN KONFLIK KOGNITIF UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN BERPIKIR KRITIS SISWA SMA PADA TOPIK SUHU DAN KALOR.

0 0 30

PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH BERBANTUAN EXELEARNING UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN KOGNITIF DAN KETERAMPILAN BERPIKIR KREATIF SISWA PADA MATERI SUHU DAN KALOR - repository UPI T FIS 1302505 Title

0 0 5

PENGARUH PENGGUNAAN MULTIMEDIA INTERAKTIF TERHADAP PENGUASAAN KONSEP DAN KETERAMPILAN BERPIKIR KRITIS SISWA PADA MATERI SUHU DAN KALOR

0 2 6