PENGARUH PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH LINGKUNGAN TERHADAP BERPIKIR KRITIS SISWA PADA MATA PELAJARAN GEOGRAFI KELAS XI SMA NEGERI 1 LEMBANG.

(1)

ABSTRAK ... i

KATA PENGANTAR ... ii

DAFTAR ISI ... v

DAFTAR TABEL ... viii

DAFTAR GAMBAR ... x

DAFTAR LAMPIRAN ... xi

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang ... 1

B. Identifikasi Masalah ... 7

C. Rumusan Masalah ... 11

D. Tujuan Penelitian ... 11

E. Manfaat Penelitian ... 12

F. Hipotesis ... 13

G. Metode Penelitian ... 13

H. Lokasi, Populasi, dan Sa,pel Penelitian ... 14

BAB II KAJIAN PUSTAKA ... 15

A. Pembelajaran Berbasis Masalah ... 15

B. Ciri-ciri Pembelajaran Berbasis Masalah ... 17

C. Tahapan Pembelajaran Berbasis Masalah ... 19

D. Teori Belajar Yang Mendukung Pembelajaran Berbasis Masalah .... 22

E. Berfikir Kritis ... 25

F. Pendidikan IPS ... 30

G. Lingkungan Sebagai Sumber Belajar ... 33

H. Penelitian Terdahulu ... 35

BAB III METODOLOGI PENELITIAN ... 39

A. Lokasi Penelitian ... 39

B. Popiulasi dan Sampel ... 39


(2)

E. Langkah-langkah Pembelajaran Berbasis Masalah ... 44

F. Teknik Pengumpulan Data ... 46

1. Observasi ... 46

2. Studi Literatur ... 47

G. Instrumen Penelitian ... 47

H. Validasi Instrumen ... 49

1. Uji Validitas ... 49

2. Uji Reabilitas ... 50

I. Teknik Analisis Data ... 51

1. Penskoran ... 51

2. Uji Hipotesis ... 52

3. Analisis Hasil Observasi ... 53

J. Prosedur dan Alur Penelitian ... 54

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ... 55

A. Deskripsi Umum ... 55

1. Subyek Penelitian ... 55

2. Keadaan Kelas XI IPS ... 56

3. Deskripsi Hasil Penelitian ... 59

3.1 Kelas Eksperimen ... 59

3.2 Kelas Kontrol ... 65

4. Proses Pembelajaran ... 70

B. Uji Prasyarat Analisis ... 80

1. Normalitas ... 81

2. Homogenitas ... 82

C. Uji Hipotesis ... 83

1. Hasil Pre Test dan Post Test Kemampuan Berpikir Kritis Siswa Kelas Eksperimen ... 83

2. Hasil Pre Test dan Post Test Kemampuan Berpikir Kritis Siswa Kelas Kontrol ... 85


(3)

Berpikir Kritis ... 91

E. Pembahasan ... 92

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI ... 98

A. Kesimpulan ... 98

B. Rekomendasi ... 100

DAFTAR PUSTAKA ... 102

LAMPIRAN DATA PENELITIAN DAN HASIL PENELITIAN ... 108

LAMPIRAN INSTRUMEN PENELITIAN ... 123


(4)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Visi pendidikan nasional adalah terwujudnya sistem pendidikansebagai pranata sosial yang kuat dan berwibawa untuk memberdayakan semua warga negara Indonesia berkembang menjadi manusia yang berkualitas sehingga mampu dan proaktif menjawab tantangan zaman yang selalu berubah. Terkait dengan visi tersebut telah ditetapkan beberapa prinsip penyelenggaraan pendidikan, dimana salah satu prinsipnya adalah pendidikan diselenggarakan sebagai proses pembudayaan dan pemberdayaan peserta didik yang berlangsung sepanjang hayat. Sebagai implikasi dari prinsip ini adalah terjadinya pergeseran paradigma proses pendidikan, yaitu dari paradigma pengajaran ke paradigma pembelajaran. Pembelajaran adalah proses interaksipeserta didik dengan guru dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar.

Tujuan pembelajaran adalah perubahan tingkah laku atau perilaku yang positif dari peserta didik setelah mengikuti kegiatan belajar mengajar, seperti perubahan yang secara psikologis akan tampil dalam tingkah laku ( overbehavior) yang dapat diamati melalui alat indera oleh orang lain baik tutur katanya, motorik, maupun gaya hidupnya.Tujuan pembelajaran yang diinginkan tentu saja pembelajaran yang optimal dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari di lingkungannya dan peran aktif siswa untuk membangun makna atau pemahaman diri sendiri agar timbul gagasan baru.


(5)

Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) merupakan integrasi dari berbagai cabang ilmu-ilmu sosial seperti: sosiologi, sejarah, geografi, ekonomi, politik, hukum, dan budaya. Ilmu Pengetahuan Sosial dirumuskan atas dasar realitas dan fenomena sosial yang mewujudkan satu pendekatan interdisipliner dari aspek dan cabang-cabang ilmu-ilmu sosial. National Council for the Social Studies (NCSS) tahun 1992 menyatakan bahwa Ilmu Pengetahuan Sosial adalah:

Social studies is the integrated study of the social science and humanities to promote civic competence. Within the school prgram social studies provides coordinated, systematic study drawing upon such diciplines as anthropology, archeology, economics, geography, history, law, philosophy, political science, psychology, religion, and sociology, as well as appropriate content from the humanities, mathematics and natural science. The primary purpose of social studies is to help young people develop the ability to make informed and reasoned decisions for the public good as citizens of a culturally diverse, democratic society in an interdependent word (Stahl dan Hartoonian, 2003: 3 dalam Maryani dan Sjamsuddin, 2008: 14)

IPS merupakan salah satu mata pelajaran yang yang mengkaji seperangkat peristiwa, fakta, konsep, dan generalisasi yang berkaitan dengan isu sosial. Oleh karenanya pendidikan IPS harus mampu menghasilkan peserta didik menjadi warga negara Indonesia yang demokratis, bertanggung jawab, serta warga dunia yang cinta damai, sesuai dengan tujuan mata pelajaran IPS yakni agar anak didik memiliki kemampuan sebagai berikut:

a. Mengenal konsep-konsep yang berkaitan dengan kehidupan masyarakat dan lingkungannya

b. Memiliki kemampuan dasar untuk berpikir logis dan kritis, rasa ingin tahu, inkuiri, memecahkan masalah, dan keterampilan dalam kehidupan sosial.


(6)

c. Memiliki komitmen dan kesadaran terhadap nilai-nilai sosial dan kemanusiaan

d. Memiliki kemampuan berkomunikasi, bekerjasama dan berkompetisi dalam masyarakat yang mejemuk, ditingkat lokal,nasional, dan global

Hal ini senada dengan pendapat Dufty (1970) dalam Maryani (2008: 16) yang mengemukakan IPS sebagai “the process of learning to live with other people”. IPS bertujuan untuk melatih peserta didik agar berpikir sistematis, kritis, bersikap dan bertindak sehingga adaptable terhadap kehidupan masyarakat.

Berkaitan dengan pembelajaran IPS, Wiriaatmadja (2002: 307-308), mengemukakan bahwa proses belajar mengajar ilmu-ilmu sosial akan tangguh apabila melakukan banyak kegiatan aktif seperti:

1. Belajar mengajar aktif harus dengan berpikir reflektif dan pengambilan keputusan selama kegiatan berlangsung, karena proses pembelajaran berlangsung dengan cepat dan peristiwa dapat berkembang tiba-tiba. 2. Melalui proses belajar aktif, peserta didik lebih mudah

mengembangkan dan memahami pengetahuan baru mereka.

3. Proses belajar aktif membangun kebermaknaan pembelajaran yang diperlukan agar peserta didik dapat mengembangkan pemahaman sosialnya.

4. Peran guru secara bertahap bergeser dari berbagai sumber pengetahuan atau model kepada peranan yang tidak menonjol untuk mendorong peserta didik agar mendiri dan disiplin.

5. Proses belajar mengajar ilmu-ilmu sosial yang tangguh menekankan proses pembelajaran dengan kegiatan aktif di lapangan untuk mempelajari kehidupan nyata dengan menerapkan bahan untuk keterampilan yang ada di lapangan.

Geografi sebagai salah satu mata pelajaran yang tergabung dalam kelompok mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) mempelajari interaksi antara manusia dengan lingkungan. Dalam kehidupan sehari-hari manusia selalu


(7)

berinteraksi dengan lingkungannya. Sebagai mahluk hidup manusia memiliki sifat, tingkah laku, dan kebiasaan yang selalu mengalami perubahan sejalan dengan perubahan situasi dan kondisi lingkungan tempat hidupnya, oleh karenanya manusia mempunyai peran yang sangat besar dalam proses terjadinya perubahan lingkungan. Salah satu contoh dari perubahan ini adalah adanya kerusakan lingkungan yang setiap saat terus bertambah dengan semakin bervariasinya kebutuhan umat manusia. Salah satu cara untuk mencegahnya adalah dengan upaya peningkatan kesadaran manusia terhadap kelestarian lingkungan tempat hidupnya. Upaya ini akan lebih nampak hasilnya apabila diawali sedini mungkin melalui pendidikan di sekolah.

Daljoeni & Suyitno (1985:94), mengemukakan bahwa Geografi sebagai bagian integral dari Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial harus mampu menyadarkan siswa tentang tempat hidupnya dalam komponen Geosistem yakni: lingkungan fisik, lingkungan sosial, lingkungan artefak dan lingkungan keruangan.

Fakta di lapangan saat ini menunjukan bahwa sebagain besar pembelajaran masih terkesan hanya berpusat pada guru (teacher oriented) yang menganggap guru adalah satu-satunya sumber informasi, dan siswa hanya menerima apa yang diberikan oleh guru. Hal ini senada dengan yang dikemukakan oleh Wiriaatmaja (2002:158), bahwa selama ini “budaya diam” dan dominasi guru dalam kelas menyebabkan siswa tidak terlatih dan bergairah untuk mengekspresikan penghayatan secara vocal. Situasi belajar yang berpusat pada guru diperparah oleh luasnya cakupan materi belajar, tumpang tindihnya bahan dengan pengajaran


(8)

lain yang sejenis, dan ketersediaan buku teks yang bersifat informatif. Pandangan bahwa pelajaran Geografi adalah “pelajaran hafalan” menghasilkan kondisi kelas Geografi yang pasif dan membosankan. Kegiatan siswa hanyalah duduk, mendengarkan dan kemudian mengulang informasi jadi yang disampaikan guru. Memorisasi geografi seperti ini dikarenakan materi geografi yang dipelajari adalah materi yang sudah jadi. Informasi tentang konsep, fakta-fakta geografi dan interpretasinya bukanlah merupakan hasil dari aktivitas siswa tetapi lebih sebagai sesuatu yang “diberikan”.

Costa Artthur L dalam Suwarma Al-Muhtar (2004) mengemukakan bahwa kemampuan berpikir dianggap sebagai sumberdaya yang amat vital. bagi suatu bangsa, karena itu dibutuhkan dari kaum pendidik untuk menyelenggarakan berpikir. Pengembangan kemampuan berpikir, berkait dengan asumsi bahwa berpikir merupakan potensi manusia yang perlu secara sengaja dikembangkan untuk mencapai kapasitas optimal. Proses pendidikan dalam konteks ini merupakan sarana untuk mengembangkannya. Salah satu alternatif yang memungkinkan dikembangkannya keterampilan berpikir siswa (penalaran, komunikasi, dan koneksi) dalam memecahkan masalah yaitu pembelajaran berbasis masalah.

Pembelajaran berbasis masalah melibatkan siswa dalam proses pembelajaran yang aktif, kolaboratif, berpusat pada siswa, yang mengembangkan kemampuan memecahkan masalah dan kemampuan belajar mandiri. Pembelajaran berbasis masalah juga mendukung siswa untuk memperoleh struktur


(9)

pengetahuan yang terintegrasi dalam masalah dunia nyata, masalah yang akan dihadapi siswa dalam dunia kerja atau profesi, komunitas dan kehidupan pribadi.

Menurut Departemen Pendidikan Nasional (2003), ciri utama pembelajaran berbasis masalah meliputi mengorientasikan siswa kepada masalah atau pertanyaan yang autentik. multidisiplin, menuntut kerjasama dalam penyelidikan, dan menghasilkan karya. Dalam pembelajaran berbasis masalah situasi atau masalah menjadi titik tolak pembelajaran untuk memahami konsep, prinsip dan mengembangkan keterampilan memecahkan masalah, sehingga dengan pembelajaran berbasis masalah diharapkan akan membuat siswa menjadi pembelajar yang mandiri, artinya ketika siswa belajar, maka siswa dapat memilih strategi belajar yang sesuai, terampil menggunakan strategi tersebut untuk belajar dan mampu mengontrol proses belajarnya, serta termotivasi untuk menyelesaikan belajarnya itu. Menurut Dewey (dalam Trianto, 2009:91) belajar berdasarkan masalah adalah interaksi antara stimulus dan respon, merupakan hubungan antara dua arah belajar dan lingkungan. Lingkungan memberikan masukan kepada siswa berupa bantuan dan masalah, sedangkan sistem saraf otak berfungsi menafsirkan bantuan itu secara efektif sehingga masalah yang dihadapi dapat diselidiki, dinilai, dianalisis, serta dicari pemecahannya dengan baik.

Penelitian ini berfokus pada pengembangan Pembelajaran Berbasis Masalah pada mata pelajaran Geografi di kelas XI sebagai upaya untuk meningkatkan kompetensi siswa terhadap pentingnya pemeliharaan lingkungan hidup, dengan asumsi bahwa kesadaran yang masih rendah pada sebagian besar siswa terhadap masalah lingkungan hidup, Asumsi lain yang menjadi dasar


(10)

pelaksanaan penelitian ini adalah adanya keyakinan bahwa secara khusus, penelitian ini dapat memberikan sumbangan pemikiran terhadap pengembangan strategi pembelajaran geografi dalam bentuk pergeseran paradigma mengajar konvensional menjadi paradigma mengajar yang berpusat pada siswa, asumsi ini sependapat dengan Lie (2008: 3) yang mengemukakan bahwa kebanyakan guru mengajar dengan metode ceramah dan mengharapkan peserta didik duduk, diam, mendengarkan, mencatat dan menghafal. Senada dengan hal tersebut Maryani dan Sjamsuddin (2008: 88), mengemukakan bahwa 67.7% peserta didik SMP di Jawa Barat, tidak menginginkan penggunaan metode ceramah dalam kegiatan pembelajaran. Dengan demikan maka diharapkan proses pembinaan kompetensi siswa terhadap lingkungan hidup dalam upaya menyelesaikan masalah-masalah lingkungan dapat diberikan dengan lebih efektif dan efisien kepada siswa sedini mungkin.

B. Identifikasi Masalah

Permasalahan lingkungan hidup tidak terlepas dari faktor manusia dan aktivitasnya. Jumlah penduduk yang tinggi membawa implikasi semakin meningkatnya kebutuhan akan lahan, padahal lahan yang tersedia sangat terbatas. Salah satu pemicu gangguan terhadap stabilitas ekosistem lingkungan adalah alih fungsi lahan. Alih fungsi lahan telah mengancam terhadap keberadaan daerah konservasi. Beberapa daerah konservasi telah banyak berubah fungsi termasuk menjadi lahan permukiman.


(11)

Kawasan Bandung Utara (KBU) termasuk wilayah Lembang merupakan daerah di Jawa Barat yang laju perubahan fungsi lahannya relatif cepat, seperti yang dikemukakan oleh Siti Fadjarajani, 2009:11 :

Pembangunan di Kawasan Bandung Utara berkembang sedemikian pesatnya, Perkembagan kawasan ini semakin tidak sesuai dengan arah kebijakan tata ruang berdasarkan SK Gubernur Jawa Barat Nomor 181.1/SK.1624/Bappeda/1982. Berdasarkan hasil evaluasi terhadap perkembangan yang terjadi di Kawasan Bandung Utara, dapat dianalisis bahwa kegiatan pembangunan fisik seperti pembangunan perumahan dan pembangunan lainnya sangat pesat dan tidak terkendali, sehingga cenderung menurunkan kualitas lingkungan alami.

Perubahan penggunaan lahan yang disebabkan oleh fenomena alam dan aktifitas manusia akan menyebabkan degradasi lahan. Tanpa adanya usaha perbaikan, lahan yang ada akan semakin menurun kualitasnya dan pada akhirnya akan menjadi lahan kritisdi Kawasan Bandung Utara

Dalam RTRW Propinsi Jawa Barat, Kawasan Bandung Utara mempunyai fungsi sebagai :

1. Kawasan yang memberikan perlindungan bagi kawasan bawahannya a. kawasan hutan yang berfungsi lindung

b. kawasan resapan air

c. kawasan cagar alam (G. Tangkuban Perahu), 2. Kawasan Pelestarian Alam

a. kawasan taman hutan rakyat (Taman Hutan Raya Ir. H. Juanda), b. taman wisata Gunung Tangkuban Perahu

3. Kawasan Rawan Bencana

a. Kawasan Gunung Tangkuban Perahu

b. Kawasan Rawan Gerakan tanah Gunung Tangkuban Perahu

4. Kawasan perlindungan setempat, yaitu sempadan sungai dan mata air, dan kawasan perlindungan plasma nutfah ek-situ (kebun binatang dsb) Berkaitan dengan hal tersebut lebih jauh Siti Fadjarajani (2009:10) mengungkapkan bahwa :


(12)

Lembang sebagai kawasan di Bandung Utara merupakan kawasan yang menjadi sorotan berbagai pihak (pemerintah, swasta, dan masyarakat) karena persoalan-persoalan yang dihadapi cenderung mengganggu fungsi dan peran yang harus didukungnya sebagai kawasan konservasi bagi Cekungan Bandung, Menurut Direktorat Geologi dan Tata Lingkungan, sedikitnya 60% dari sekitar 108 juta m3 air tanah dari dataran tinggi sekitar Bandung yang masuk ke cekungan Bandung berasal dari kawasan Bandung Utara. Dengan demikian, tidak dapat disangkal bahwa Kawasan Bandung Utara berfungsi sebagai kawasan resapan air yang mempunyai peran sangat penting dalam penyediaan air tanah di Cekungan Bandung Melihat permasalah tersebut tampaknya peningkatan kesadaran lingkungan harus ditumbuhkembangkan pada masyarakat, hal ini karena kehidupan yang paling berperan di muka bumi ini adalah manusia, karena manusia dapat mengubah bentuk permukaan bumi sesuai dengan kebutuhannya, seperti yang dikemukakan oleh Sumaatmadja (1998:93) :

Umat manusia ini dapat dikatakan paling dominan terhadap lingkungannya dibandingkan dengan mahluk hidup yang lain. Dasar dominasi itu karena manusia dikaruniai akal pikiran oleh Tuhan. Yang paling bermakna dari akal pikiran tadi dapat berkembang dan dapat sikembangkan

Peran serta masyarakat ini terkait dengan pemasalahan pemanfaatan ruang dikawasan Bandung Utara dengan karakterisitik dan kondisinya serta keterkaitan dengan kota-kota di sekitarnya menjadi sangat penting untuk tetap menjaga dan memanfaatkan kawasan tersebut sesuai dengan peruntukannya. Salah satu alternatif yang dapat dilakukan dalam menumbuhkembangkan kesadaran lingkungan di tengah-tengah masyarakat adalah melalui pendidikan di sekolah. Geografi sebagai mata pelajaran yang diajarkan di sekolah mempelajari interaksi antara manusia dengan lingkungan, memiliki peran yang strategis dalam upaya menanamkan kesadaran siswa akan kelestarian lingkungan. Dalam pengajaran


(13)

Geografi diajarkan tentang berbagai topik yang berkaitan erat dengan masalah lingkungan. Dengan demikian terdapat keterkaitan antara materi ajar Geografi dengan kepedulian lingkungan hidup. SMA Negeri 1 Lembang sebagai salah satu sekolah yang berada di kawasan Bandung Utara memiliki 97% siswa yang bertempat tinggal di kawasan ini, sehubungan dengan hal tersebut pemahaman yang berkaitan dengan masalah-masalah lingkungan sangat perlu disampaikan dengan cara yang tepat agar materi pelajaran yang disampaikan dalam proses pembelajaran dapat diaplikasikan dalam keseharian mereka.

Pembelajaran geografi pada hakekatnya juga bukan sekedar pemahaman tentang konsep-konsep suatu materi, tetapi lebih kepada penerapan konsep yang telah didapat kedalam situasi yang nyata. Salah satu pembelajaran yang dipandang dapat menumbuhkan pemahaman siswa terhadap permasalahan lingkungan yang ada di sekitar tempat tinggal mereka adalah melalui pembelajaran yang berbasis masalah. Melalui pembelajaran geografi yang berbasis masalah, siswa diajarkan untuk menerapkan konsep-konsep yang telah diajarkan untuk memecahkan persoalan yang ada dalam kehidupan sehari-hari. Melalui pembelajaran geografi ini siswa dilatih untuk berpikir kritis dalam mecahkan suatu masalah. Siswa dihadapkan pada situasi bermasalah agar mereka peka terhadap masalah. Kepekaan terhadap masalah akan timbul jika siswa dihadapkan pada situasi yang memerlukan pemecahan.Jika hal ini diterapkan dalam proses pembelajaran, maka siswa dapat berlatih dan membisakan diri untuk aktif dalam proses belajar mengajar dan berpikir kritis secara mandiri.


(14)

C. Rumusan Masalah

Berdasarkan hal-hal yang telah diuraikan dalam identifikasi masalah, maka permasalahan penelitian dapat dirumuskan sebagai berikut :

1) Apakah terdapat perbedaan yang signifikan antara hasil pretest dengan posttest berpikir kritis pada kelas yang menggunakan pembelajaran berbasis masalah?

2) Apakah terdapat perbedaan yang signifikan antara hasil pretest dengan posttest berpikir kritis pada kelas yang tidak menggunakan pembelajaran berbasis masalah?

3) Apakah terdapat perbedaan yang signifikan hasil kemampuan berpikir kritis antara kelas yang menggunakan pembelajaran berbasis masalah dengan yang tidak menggunakan pembelajaran berbasis masalah?

D. Tujuan Penelitian

Secara umum, penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan kompetensi berfikir kritis siswa terhadap lingkungan. Upaya peningkatan kesadaran siswa terhadap lingkungan ini secara khusus dilakukan dengan melatih siswa untuk terbiasa berpikir ke arah peduli lingkungan melalui penerapan Pembelajaran Berbasis Masalah dalam mata pelajaran Geografi. Sedangkan secara khusus, penelitian ini bertujuan:

1. Menganalisis perbedaan hasil pretest dan posttest berpikir kritis pada kelas yang menggunakan pembelajaran berbasis masalah


(15)

2. Menganalisis perbedaan hasil pretest dan posttest berpikir kritis pada kelas yang tidak menggunakan pembelajaran berbasis masalah

3. Manganalisis perbedaan hasil berpikir kritis antara kelas yang menggunakan pembelajaran berbasis masalah dengan yang tidak menggunakan pembelajaran berbasis masalah

E. Manfaat Penelitian

Dari hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan beberapa manfaat, yaitu:

1. Memberikan sumbangan pemikiran dalam pembelajaran Geografi khususnya dalam topik-topik yang membahas tentang lingkungan hidup, terutama pada upaya peningkatan kemampuan berpikir kritis dan kepedulian siswa terhadap masalah-masalah lingkungan hidup.

2. Sebagai bahan pertimbangan untuk menerapkan pembelajaran berbasis masalah pada konsep-konsep lain.

3. Memberikan pengalaman baru bagi siswa dengan pembelajaran berbasis masalah, dan diharapkan dapat menumbuhkan kemampuan memecahkan masalah, kemampuan bekerjasama, dan kemampuan berkomunikasi yang dapat melatih serta merangsang siswa untuk mengembangkan daya nalar secara kritis.


(16)

Sejalan dengan pertanyan penelitian yang telah diajukan, maka hipotesis dalam penelitian ini adalah :

1) Terdapat perbedaan yang signifikan antara hasil pretest dengan posttest berpikir kritis pada kelas yang menggunakan pembelajaran berbasis masalah 2) Terdapat perbedaan yang signifikan antara hasil pretest dengan posttest

berpikir kritis pada kelas yang tidak menggunakan pembelajaran berbasis masalah

3) Terdapat perbedaan yang signifikan hasil kemampuan berpikir kritis antara siswa yang menggunakan pembelajaran berbasis masalah dengan yang tanpa perlakuan

G. Metode Penelitian

Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode penelitian quasi eksperimen dengan nonequivalen control groups pretest posttest design. Pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan dengan menggunakan tes dan pedoman observasi.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pembelajaran berbasis masalah lingkungan terhadap berfikir kritis siswa pada mata pelajaran Geografi. Analisis terhadap data dilakukan dengan bantuan SPSS versi 17


(17)

Penelitian ini dilakukan di SMA Negeri 1 Lembang yang beralamat di Jl. Maribaya No. 68 Lembang Kabupaten Bandung Barat.

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa Kelas XI Program Ilmu Sosial SMAN 1 Lembang tahun pelajaran 2010/2011 yang terdiri dari 4 kelas yaitu Kelas XI IPS 1, XI IPS 2, XI IPS 3, dan XI IPS 4 . Sampel dalam penelitian ini adalah kelas XI IPS 3 sebagai kelompok eksperimen dan kelas XI IPS 2 sebagai kelompok kontrol.


(18)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di SMA Negeri 1 Lembang yang beralamat di Jl. Maribaya No. 68 Lembang Kabupaten Bandung Barat. Subjek eksperimen dari penelitian ini adalah seluruh siswa kelas XI IPS SMA Negeri 1 Lembang pada tahun ajaran 2010-2011. Jumlah keseluruhan peserta didik kelas XI IPS adalah 157 orang yang terdiri dari 4 kelas paralel yakni kelas XI IPS 1 sampai dengan kelas XI IPS 4.

Pemilihan SMAN 1 Lembang sebagai tempat penelitian adalah didasarkan atas pertimbangan bahwa SMAN 1 Lembang berada di Kawasan Bandung Utara yang saat ini seperti yang dikemukakan oleh Fadjarayani, 2009, tengah menjadi sorotan berbagai pihak karena persoalan-persoalan yang dihadapi cenderung mengganggu fungsi dan peran yang harus didukungnya sebagai kawasan konservasi bagi Cekungan Bandung.

B. Populasi dan Sampel 1. Populasi

Populasi adalah keseluruhan objek penelitian (Arikunto, 1998). Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa Kelas XI Program Ilmu Sosial SMAN 1 Lembang tahun pelajaran 2010/2011 yang terdiri dari 4 kelas


(19)

Tabel 3.1. Sebaran Populasi Penelitian

2. Sampel

Sampel adalah sebagian atau wakil dari populasi yang diteliti (Arikunto, 1998). Pengambilan sampel dalam penelitian ini menggunakan teknik purposive sampel (Arikunto, 1998). Tujuan dari pengambilan sampel dengan teknik purposive adalah pengambilan sampel dari populasi yang memiliki kesamaan dengan populasinya atau dapat mewakili populasi (sampel representatif). Prosedur pengambilan sampelnya sebagai berikut:

a. Siswa Kelas XI Program Ilmu Sosial SMA Negeri 1 Lembang terdiri atas 4 kelas yaitu kelas XI-IS 1, XI-IS 2, XI-IS 3, dan XI-IS 4

b. Dari kelas tersebut, sebelum diambil sebagai sampel terlebih dahulu dilakukan pretest, kemudian dari hasil pretest tersebut dilakukan uji homogenitas. Berdasarkan nilai rata-rata pretest, kelas yang mempunyai nilai rata-rata kelas sama atau mendekati sama diambil sebagai sampel karena keduanya dianggap mempunyai kemampuan awal yang sama. c. Dari kedua kelas yang terpilih, ditentukan kelas kontrol dan kelas

eksperimen dengan cara random atau mengacak kedua kelas tersebut.

No Kelas Jumlah siswa

1 XI IS 1 40

2 XI IS 2 40

3 XI IS 3 39

4 XI IS 4 38


(20)

Setelah dilakukan pretest terhadap semua kelas dengan soal yang sama, maka terpilih dua kelas yang memiliki nilai rata-rata yang yang relatif sama yakni kelas XI IPS 2 dan kelas XI IPS 3. Selanjutnya untuk menentukan kelas eksperimen dan kelas kontrol dilakukan pengundian kelas melalui acak sederhana. Dari hasil pengundian ditentukan kelas XI IPS 3 sebagai kelas eksperimen, dan kelas XI IPS 2 sebagai kelas kontrol.

C. Metode Penelitian

Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode penelitian quasi eksperimen. Pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan dengan menggunakan tes dan pedoman observasi.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pembelajaran berbasis masalah lingkungan terhadap berpikir kritis siswa pada mata pelajaran Geografi. Desain quasi eksperimen dalam penelitian ini yaitu Nonequivalent Control Group Design dengan pola sebagai berikut:

GRUP PRETEST TREATMENT POSTTEST

A 01 X 02

B 03 04

Sumber: Sukmadinata (2010:207)

Gambar 3.1. Disain Quasi Eksperimen Nonequivalent Control group

Design

Keterangan:

A : kelompok eksperimen B : kelompok kontrol


(21)

X : dikenakan treatment atau perlakuan denganpembelajaran berbasis masalah

: tidak dikenakan treatment atau perlakuan dengan pembelajaran berbasis masalah

01 : pretest (sebelum perlakuan) pada kelompok eksperimen

02 : posttest (setelah perlakuan dengan pembelajaran berbasis masalah) pada kelompok eksperimen

03 : pretest (sebelum perlakuan) pada kelompok kontrol

04 :posttest (setelah perlakuan tanpa pembelajaran berbasis masalah) pada kelompok kontrol

Penelitian dilaksanakan dalam tiga kali pertemuan pembelajaran ditambah satu kali pretest dan satu kali posttest pada semester genap tahun pelajaran 2010/2011. Setiap pertemuan menggunakan waktu 3 x 45 menit, kecuali pada pretest dan posttest menggunakan waktu 2 x 45 menit.

D. Definisi operasional

Definisi operasional dari penelitian ini adalah :

a. Pembelajaran Berbasis Masalah adalah Pembelajaran berdasarkan masalah sebagai salah satu strategi pembelajaran kontekstual membantu siswa mengembangkan kemampuan berpikir, pemecahan masalah dan keterampilan intelektual berupa belajar berbagai peran orang dewasa dan melalui pelibatan mereka dalam pengalaman nyata atau simulasi dan menjadi pebelajar yang otonom. Pembelajaran Berbasis Masalah memiliki karakteristik-karakteristik sebagai berikut: (1) belajar dimulai dengan suatu permasalahan, (2) memastikan bahwa permasalahan yang diberikan berhubungan dengan dunia


(22)

nyata pebelajar, (3) mengorganisasikan pelajaran di seputar permasalahan, bukan di seputar disiplin ilmu, (4) memberikan tanggung jawab sepenuhnya kepada pebelajar dalam mengalami secara langsung proses belajar mereka sendiri, (5) menggunakan kelompok kecil, dan (6) menuntut pebelajar untuk mendemonstrasikan apa yang telah mereka pelajari dalam bentuk produk atau kinerja (performance).

b. Berpikir kritis adalah proses mental untuk menganalisis atau mengevaluasi informasi. Informasi tersebut dapat didapatkan dari hasil pengamatan, pengalaman, akal sehat atau komunikasi. Berpikir kritis bertujuan untuk mencapai penilaian yang kritis terhadap apa yang akan kita terima atau apa yang akan kita lakukan dengan alasan yang logis, memakai standar penilaian sebagai hasil dari berpikir kritis dalam membuat keputusan, menerapkan berbagai strategi yang tersusun dan memberikan alasan untuk menentukan dan menerapkan standar tersebut, mencari dan menghimpun informasi yang dapat dipercaya untuk dipakai sebagai bukti yang dapat mendukung suatu penilaian. Pemecahan masalah dapat mengembangkan keterampilan berpikir kritis dan kemampuan siswa dalam mengadaptasi situasi pembelajaran yang baru, selain itu pembelajaran yang memberikan kesempatan kepada siswa untuk memperoleh keterampilan-keterampilan dalam pemecahan masalah akan meningkatkan kemampuan berpikir siswa. Bagi siswa, berpikir kritis dapat berarti:


(23)

2) Mengevaluasi kekuatan bukti untuk mendukung argumen-argumen yang berbeda

3) Menyimpulkan berdasarkan bukti-bukti yang telah ditentukan

4) Membangun penalaran yang dapat mengarahkan pendengar ke simpulan yang telah ditetapkan berdasarkan pada bukti-bukti yang mendukungnya 5) Memilih contoh yang terbaik untuk lebih dapat menjelaskan makna dari

argumen yang akan disampaikan

6) Dan menyediakan bukti-bukti untuk mengilustrasikan argumen tersebut.

E. Langkah-Langkah Pembelajaran Berbasis Masalah

Secara umum penerapan model ini mulai dengan adanya masalah yang diharus dipecahkan atau dicari pemecahannya oleh siswa. Masalah tersebut dapat berasal dari siswa atau diberikan oleh guru. Siswa akan memusatkan pembelajaran di sekitar masalah tersebut, dengan arti lain, siswa belajar teori dan metode ilmiah agar dapat memecahkan masalah yang menjadi pusat perhatiannya.

Langkah-langkah pemecahan masalah dalam pembelajaran berbasis masalah paling sedikit ada delapan tahapan (Pannen, 2001), yaitu: (1) mengidentifikasi masalah, (2) mengumpulkan data, (3) menganalisis data, (4) memecahkan masalah berdasarkan pada data yang ada dan analisisnya, (5) memilih cara untuk memecahkan masalah, (6) merencanakan penerapan pemecahan masalah, (7) melakukan ujicoba terhadap rencana yang ditetapkan, dan (8) melakukan tindakan (action) untuk memecahkan masalah.


(24)

Lebih lanjut Arends (2004) merinci langkah-langkah pelaksanaan Pembelajaran Berbasis Masalah dalam 5 fase (tahap) yang perlu dilakukan : a. Fase 1: Mengorientasikan siswa pada masalah.

Pada fase ini pembelajaran dimulai dengan menjelaskan tujuan pembelajaran dan aktivitas-aktivitas yang akan dilakukan. guru harus menjelaskan dengan rinci apa yang harus dilakukan oleh siswa dan juga oleh guru. Siswa didorong untuk mengajukan pertanyaan dan mencari informasi. Guru bertindak sebagai pembimbing yang siap membantu. Pada tahap analisis dan penjelasan, siswa didorong untuk menyatakan ide-idenya secara terbuka dan penuh kebebasan. Tidak ada ide yang akan ditertawakan oleh guru atau teman sekelas. Semua siswa diberi peluang untuk menyampaikan ide-ide mereka.

b. Fase 2: Mengorganisasi siswa untk belajar

Pada fase ini siswa didorong belajar berkolaborasi. Pemecahan suatu masalah sangat membutuhkan kerjasama dan sharing antar teman. Oleh karenanya, guru dapat memulai kegiatan pembelajaran dengan membentuk kelompok-kelompok siswa, dimana masing-masing kelompok akan memilih dan memecahkan masalah yang berbeda.

c. Fase 3: Membantu penyelidikan mandiri dan kelompok

Pada fase ini guru membantu siswa untuk mengumpulkan informasi sebanyak-banyaknya dari berbagai sumber, dan ia seharusnya mengajukan pertanyaan pada siswa untuk beripikir tentang masalah dan ragam informasi yang dibutuhkan untuk sampai pada pemecahan masalah yang dapat


(25)

dipertahankan. Guru juga harus mengajukan pertanyaan yang membuat siswa berpikir tentang kelayakan hipotesis dan solusi yang mereka buat, seperti contoh-contoh pertanyaan berikut : “Apa yang Anda butuhkan agar Anda yakin bahwa pemecahan dengan cara Anda adalah yang terbaik?” atau “Apa yang dapat Anda lakukan untuk menguji kelayakan pemecahanmu?” atau “Apakah ada solusi lain yang dapat Anda usulkan?”.

d. Fase 4: Mengembangkan dan menyajikan hasil karya dan mempamerkannya Pada fase ini adalah mempamerkan hasil karya siswa. guru berperan sebagai organisator pameran. Hasil karya yang dipamerkan tidak selalu harus laporan tertulis, namun bisa berupa, program komputer, dan sajian multimedia lainnya.

e. Fase 5: Analisis dan evaluasi proses pemecahan masalah

Fase ini merupakan tahap akhir dalam pembelajaran berbasis masalah. Selama fase ini guru meminta siswa untuk merekonstruksi pemikiran dan aktivitas yang telah dilakukan selama proses kegiatan belajar.

F. Teknik Pengumpulan Data 1. Observasi

Menurut Sumaatmadja (1998: 105) observasi yang dilakukan di lapangan pada umumnya dapat dibedakan menjadi dua macam, yaitu observasi terkontrol dan observasi tidak terkontrol. Dalam penelitian ini observasi yang digunakan yaitu observasi terkontrol, sehingga pada saat


(26)

melakukan observasi, sudah ditentukan hal-hal apa saja yang akan diobservasi.

Sugiyono (2009: 203) menyatakan bahwa teknik pengumpulan data dengan observasi digunakan bila berkenaan dengan prilaku manusia, proses kerja, gejala-gejala alam dan bila responden yang diamati tidak terlalu besar.

2. Studi Literatur

Untuk mendapatkan data yang bersifat teoritis, dalam penelitian ini diperlukan studi literatur yang dimaksudkan untuk mendapatkan sejumlah data berupa teori dan konsep yang berkaitan dengan permasalahan penelitian. Teori ini digunakan sebagai pedoman untuk memperkuat informasi atau sebagai landasan pemikian dalam penulisan penelitian.

G. Instrumen Penelitian

Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah format observasi dan tes. Adapun tes yang digunakan dalam penelitian ini adalah tes buatan guru yang berbentuk soal uraian. Tes tertulis ini disusun berdasarkan indikator, standar kompetensi dan kompetensi dasar pada materi pelajaran Geografi kelas XI semester genap yang dibuat juga berdasarkan indikator berpikir kritis yang akan dicapai peserta didik.

Selain instrumen tes, dibuat pula format observasi yang dimaksudkan untuk melihat berpikir kritis siswa dari setiap pertemuan dan untuk melihat keefektifan penggunaan model pembelajaran berbasis masalah pada proses pembelajaran di kelas. Format observasi dibuat dengan menyesuaikan pada


(27)

indikator yang akan diukur melalui rentangan antara nilai 1 sebagai nilai terendah sampai 4 sebagai nilai tertinggi. Format observasi yang dibuat berdasarkan indikator dan subindikator berfikir kritis siswa yang akan dicapai, dibatasi dalam lingkup di bawah ini:

Indikator Berfikir Kritis Sub Indikator berfikir kritis Melakukan klarifikasi dasar terhadap

masalah

Memahami isu dengan cermat Bertanya dan menjawab pertanyaan yang mengklarifikasi dan menantang Mengumpulkan informasi dasar Mengumpulkan dan menilai informasi Membuat inferensi Memikirkan alternatif

Menarik kesimpulan Memecahkan masalah

Melakukan klarifikasi lanjut Mendefinisikan istilah dan menentukan definisi jika diperlukan

Membuat dan mengkomunikasikan kesimpulan yang terbaik

Memutuskan suatu tindakan

Mengkomunikasikan keputusan kepada orang lain

Sumber : diadaptasi dari Norris dan Ennis, 1985

Sub indikator pada tabel diatas dinilai melalui pedoman observasi. Analisis butir soal menjadi bagian dari pengembangan intrumen. Analisis butir soal adalah pengkajian pertanyaan-pertanyaan tes agar diperoleh perangkat pertanyaan yang mempunyai kualitas yang memadai. Analisis tes dipandang sangat perlu untuk memperoleh gambaran yang jelas dan nyata tentang mutu kelayakan alat penilaian. Langkah-langkah yang dilakukan adalah melalui validasi intrumen.


(28)

H. Validasi Instrumen 1. Uji Validitas

Scarvia B Anderson dalam Arikunto (2006: 1) menyatakan bahwa suatu tes dikatakan valid apabila tes tersebut mengukur apa yang hendak diukur. Berdasarkan hasil perhitungan uji validitas melalui bantuan SPSS versi 17, diperoleh hasil seperti yang terlihat pada tabel 3.2.

Tabel 3.2 Ringkasan Uji Instrumen Penelitian

NO Item r hitung ket

1 x1 0.344 Valid

2 x2 0.457 Valid

3 x3 0.191 Tidak Valid

4 x4 0.489 Valid

5 x5 0.275 Tidak Valid

6 x6 0.084 Tidak Valid

7 x7 0.001 Tidak Valid

8 x8 0.435 Valid

9 x9 0.408 Valid

10 x10 0.432 Valid

11 x11 0.337 Valid

12 x12 0.437 Valid

13 x13 0.457 Valid

14 x14 0.48 Valid

15 x15 0.1 Tidak Valid

Pengujian validitas dimaksudkan untuk mendapatkan (alat ukur) yang mempunyai kesamaan antara data yang terkumpul dengan data yang sesungguhnya terjadi pada objek yang di teliti. Untuk mengetahui valid atau tidak maka setiap butir dalam instrumen dikorelasikan antara skor butir dengan skor total. Friedenberg (1995) menyatakan bahwa

Biasanya dalam pengembangan dan penyusunan skala-skala psikologi, digunakan harga koefisien korelasi yang minimal sama dengan 0,30.


(29)

Dengan demikian semua item yang memiliki korelasi kurang dari 0,30 dapat disisihkan, dan item-item yang akan dimasukan dalam alat test adalah item-item yang memiliki korelasi di atas 0,30 dengan pengertian semakin tinggi korelasi itu mendekati angka (1,00) maka semakin baik pula konsistensinya (validitasnya). (Halim, 2003:16)

Dengan melihat pendapat tersebut maka dapat dilihat bahwa dari 15 soal yang diujicobakan terdapat 10 soal yang termasuk valid dan 5 butir soal yang dinyatakan tidak valid.

2. Uji Reliabilitas

Reliabilitas dalam penelitian ini dilakukan dengan menggunakan rumus alpha dari Cronbach. Rumus alpha ini digunakan untuk mencari reliabilitas instrumen yang skornya bukan 1 dan 0, misalnya angket atau soal berbentuk uraian.

Suatu alat ukur memiliki reliabilitas yang baik bila alat ukur itu memiliki konsistensi yang handal walaupun dikerjakan oleh siapapun (dalam level yang sama), untuk menentukan reliabilitas angket peneliti menggunakan rumus Alpha-Crombach (Arikunto, 2006:109)

Keterangan:

r11 = reliabilitas tes secara keseluruhan

2

i

σ = jumlah varians skor tiap-tiap butir soal

2

t

σ = varians skor total yang diperoleh siswa n = banyaknya butir soal

        −       −

=

2

2 11 1 1 t i n n r σ σ


(30)

Untuk koefisien reliabilitas yang menyatakan derajat keterandalan alat evaluasi dapat digunakan tolak ukur yang dibuat oleh J.P. Guilford (Ruseffendi, 2005:160), seperti pada tabel 3.3.

Tabel 3.3

Interpretasi Koefisien Korelasi Reliabilitas Koefisien Korelasi Interpretasi

0,90

r11

1,00 reliabilitas sangat tinggi (sangat baik) 0,70

r11< 0,90 reliabilitas tinggi

0,40

r11< 0,70 reliabilitas sedang 0,20

r11< 0,40 reliabilitas rendah

11

r < 0,20 reliabilitas sangat rendah

Berdasarkan hasil perhitungan uji reliabilitas melalui bantuan SPSS versi 17, diperoleh hasil seperti yang terlihat pada tabel berikut:

Tabel 3.4 Ringkasan Uji Reliabilitas

Reliability Statistics

Cronbach's Alpha N of Items

.763 10

Dari tabel 3.4 Terlihat nilai cronbach alpha sebesar 0.763. Karena nilai tersebut lebih besar dari 0,7, maka dapat disimpulkan data mempunyai reliabilitas yang baik

I. Teknik Analisis Data

` Untuk mengetahui tingkat kemampuan berpikir kritis siswa, dilakukan pengolahan data terhadap skor post test, dan nilai hasil observasi dalam setiap


(31)

perlakuan di tiga kali pertemuan.Pengolahan data terhadap skor post test dimaksudkan untuk mengetahui kemampuan berpikir kritis siswa dari hasil analisis soal post test, dan analisis hasil observasi dimaksudkan untuk mengamati secara sistematik nilai berpikir kritis siswa dalam setiap pertemuan saat pembelajaran berbasis masalah dilakukan. Analisis data dalam penelitian ini menggunakan cara statistik dan deskripsi kuantitatif.

Langkah-langkah dalam mengolah data hasil penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Penskoran

Penskoran dilakukan dengan menggunakan skala 1 – 4. Skor setiap siswa ditentukan dengan menghitung jumlah jawaban yang didapat oleh setiap siswa yang sudah ditentukan pada kisi-kisi instrumen penelitian.

2. Uji Hipotesis

Untuk menguji tingkat signifikasi perbandingan antara kelas eksperimen dan kontrol menggunakan uji t. Sebelum uji t dipergunakan, terlebih dahulu dilakukan uji prasyarat analisis berupa uji normalitas dan homogenitas data hasil penelitian. Dalam rangka memudahkan analisis data, akan dipergunakan bantuan program SPSS. Kriteria diterima atau ditolaknya hipotesis dari uji statistik yang dilakukan salah satunya dengan melihat tingkat signifikansinya.

Untuk mengukur tingkat perubahan berpikir kritis siswa sebelum dan sesudah kegiatan pembelajaran baik pada kelas eksperimen maupun pada kelas


(32)

kontrol dilakukan uji gain. Perubahan yang terjadi sebelum dan sesudah pembelajaran dihitung dengan rumus g faktor (N-Gain) dengan rumus Hake:

= − −

Keterangan:

Spost : Skor tes akhir Spre : Skor tes awal Smaks : Skor maksimal

Kriteria tingkat gain adalah sebagai berikut : Tabel. 3.5

Kategori Tingkat Gain

Batasan Kategori

g > 0,70 Tinggi

0,30 < g > 0,70 Sedang

g < 0,30 Rendah

3. Analisis Hasil Observasi

Anlisis hasil observasi dimaksudkan untuk mengamati secara sistematik nilai berpikir kritis dalam setiap pertemuan pada penerapan pembelajaran berbasis masalah


(33)

J. Prosedur dan Alur Penelitian Persiapan

- Penyusunan Proposal

- Studi Pendahuluan

- Kajian teoritis tentang pembelajaran berbasis masalah dan berpikir kritis

Menyusun rancangan Pembelajaran berbasis masalah

Penyusunan instrument penelitian

Uji Intrumen

Penerapan Pembelajaran Berbasis Masalah

Posttest

Analisis Data

Tesis

Observasi di kelas Pretest


(34)

98 BAB V

KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

A. Kesimpulan

Pada intinya pembelajaran berbasis masalah merupakan suatu pembelajaran yang membantu siswa mengembangkan kemampuan berpikir, pemecahan masalah, dan ketrampilan intelektual, belajar berbagai peran orang dewasa melalui pelibatan mereka dalam pengalaman nyata atau simulasi dan menjadi pembelajar yang mandiri. Dengan pembelajaran berbasis masalah siswa dibiasakan untuk melihat permasalahan yang ada di sekitar mereka, dalam hal ini adalah masalah-masalah yang berkaitan dengan lingkungan, sehingga siswa dituntut untuk selalu memikirkan masalah serta solusinya, dan pada akhirnya siswa akan peduli terhadap lingkungan sekitar. Permasalahn yang dikemukakan di awal pembelajaran merupakan starting point untuk menemukan ide-ide, dan konsep-konsep dalam pembelajaran Geografi.

Berdasarkan hasil penelitian tentang pengaruh pembelajaran berbasis masalah terhadap kemampuan berpikir kritis siswa pada mata pelajaran Geografi di kelas XI SMA Negeri 1 Lembang. Berikut ini dapat diuraikan beberapa kesimpulan:

1. Pembelajaran berbasis masalah yang dilaksanakan sebagai upaya dalam meningkatkan keterampilan berpikir kritis siswa menunjukan perubahan dalam proses pembelajaran Geografi di kelas XI SMAN 1 Lembang, hal ini karena sebelum menggunakan pembelajaran berbasis masalah, pembelajaran yang


(35)

dilaksanakan adalah pembelajaran yang berpusat pada guru, pembelajaran dilaksanakan secara klasikal dengan metode ceramah dan terbatas pada penjelasan materi pelajaran.

2. Dari hasil observasi di kelas, dengan pembelajaran berbasis masalah terjadi perubahan yang signifikan dalam keterampilan berpikir kritis siswa, hal ini bisa dilihat dari perubahan skor berpikir kritis dalam tiga kali pembelajaran yang menggunakan pembelajaran berbasis masalah. Skor berpikir kritis yang didapat adalah pada pertemuan pertama 103, pertemuan kedua 144, dan pertemuan ketiga 214, semua sub indikator dalam berpikir kritis berubah secara signifikan Dengan pembelajaran berbasis masalah siswa menjadi lebih kritis dalam berpendapat, bertanya, mengidentifikasi masalah, serta mampu memberikan solusi terhadap permasalah lingkungan di sekitar tempat tinggal mereka.

3. Dengan pembelajaran berbasis masalah guru bertindak sebagai fasilitator dalam membiasakan siswa untuk menemukan, mengalami, serta mengkonstruksi pengetahuannya. Melalui diskusi dengan siswa dituntut untuk berbagi pendapat untuk menemukan masalah dan memecahkannya, hingga akhirnya siswa mampu mengekspresikan, mengungkapkan, dan memahami masalah.

4. Terdapat perbedaan yang signifikan dalam keterampilan berpikir kritis siswa terhadap lingkungan antara kelas eksperimen yang menggunakan pembelajaran berbasis masalah dibandingkan dengan kelas kontrol yang tidak menggunakan pembelajaran berbasis masalah. Hal ini terlihat dari hasil uji t yang menunjukkan bahwa kemampuan berpikir kritis siswa yang menggunakan


(36)

pembelajaran berbasis masalah dengan siswa yang tidak menggunakan pembelajaran berbasis masalah adalah berbeda secara signifikan. Walaupun demikian pada kelas kontrol yang tidak menggunakan pembelajaran berbasis masalah terjadi perubahan yang positif antara pretest dan posttestnya sebesar 3,9750, tetapi perubahannya tidak sebesar di kelas eksperimen yakni sebesar 8,4872.

B. Rekomendasi

Berdasarkan hasil penelitian dan kesimpulan, dapat dikemukakan beberapa rekomendasi berkaitan dengan pelaksanaan pembelajaran berbasi masalah

1. Penerapan pembelajaran berbasis masalah memiliki peran konstruktif dalam meningkatkan aktivitas, daya kreatif maupun pemahaman siswa. Keterkaitan antara pembelajaran berbasis masalah dengan kemampuan berpikir kritis siswa memberikan kontribusi bagi keberhasilan guru, sehingga dapat diciptakan suasana pembelajaran Geografi yang efektif, dan pada akhirnya tujuan pembelajaran dapat tercapi sesuai dengan yang diharapkan, untuk itu menjadi penting untuk dipertimbangkan penerapan pembelajaran berbasis masalah lingkungan ini di sekolah khususnya di SMA.

2. Pembelajaran berbasis masalah merupakan pembelajaran inovatif, sehingga jika dilaksanakan akan memiliki peluang yang besar untuk memfasilitasi siswa lebih bertanggung jawab pada proses dan hasil belajarnya. Untuk itu rekomendasi untuk para guru, pembelajaran berbasis masalah ini bisa menjadi alternatif dalam mencapai keterampilan berpikir kritis siswa.


(37)

3. Agar pembelajar berbasis masalah dapat dilaksanakan dengan efektif, langkah-langkah yang harus dilakukan sebelum pembelajaran adalah guru harus terlebih dahulu membuat perencanaan yang sesuai dengan tujuan pembelajaran, terutama dengan masalah-masalah yang harus dikemukakan di awal pembelajaran, selain itu pertimbangan waktu dalam pembelajaran juga harus mendapat perhatian khusus, selain penggunaan media pembelajaran yang sesuai. Hal lain yang perlu diperhatikan agar diskusi kelompok dapat berjalan dengan baik adalah, diupayakan setiap kelompok memiliki anggota yang memiliki kemampuan akademis merata, untuk itu pembagian kelompok dapat dilaksanakan sebelum pembelajaran berbasis masalah dilaksanakan. Mengingat dalam pembelajaran berbasis masalah ini yang diutamakan adalah aktifitas siswa, maka pembelajaran dengan team teaching dapat membantu efektifitas dalam pembelajaran.

4. Pelaksanaa pembelajaran berbasis masalah ini dapat dilakukan dengan team teaching, dengan pertimbangan bahwa pengamatan terhadap aktivitas siswa akan lebih baik. Bagi peneliti selanjutnya, hasil penelitian ini dapat menjadi bahan perbandingan dengan model pembelajaran lain dalam kaitannya dengan keterampilan berpikir kritis siswa, khususnya pada mata pelajaran Geografi di SMA. Selanjutnya pengadaan sarana dan pendukung belajar juga harus diperhatikan, untuk itu kepada pihak-pihak yang berkaitan dengan pembuat kebijakan seperti Kepala Sekolah dan Dinas Pendidikan diharapkan lebih memperhatikan hal ini. Selain itu fungsi pengawasan dan pemberian kesempatan dalam kegiatan pelatihan dan workshop juga perlu ditingkatkan.


(38)

102

DAFTAR PUSTAKA

Sumber : Buku dan Jurnal

Afcariono, M. (2008), Penerapan Pembelajaran Berbasis Masalah Untuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kreatif Siswa Pada Mata Pelajaran Biologi, Jurnal Pendidikan Inovatif.3,(2),1-4.

Al-Muchtar, S. (2008). Strategi Pembelajaran Pendidikan IPS. Sekolah Pascasarjana Universitas Pendidikan Indonesia

Alma, Buchari, (2008), Guru Profesional: Menguasai Metode Dan Trampil Mengajar. Bandung Alfabeta

Arikunto, S, (2003), Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan, Jakarta: Bumi Aksara. Bachman, E. (2005). Metode Belajar Berpikir Kritis dan Inovatif. Jakarta: Prestasi

Pustaka Publisher

Beyer, B.K. (1985). Practical strategies for the direct teaching of thinking skills, dalam Costa, A.L. (1985), Developing minds: a resource book for teaching thinking. Virginia, USA: ASCD.

Dana, L, Zeidler, (1992), Fallacies and Student Discourse: Conceptualizing the Role of Critical Thinking in Science Education, Matematic and Science Education, Colleg of Education, University of Massachusetts Lowell, Lowell, MA 01854

Depdiknas. 2003. Pengembangan Kurikulum Berbasis Kompetensi. Jakarta: Direktorat Pendidikan Menengah Umum.

Ennis. R.H. (1985). Goals for A Critical Thinking I Curriculum. Developing Minds A Resource Book for Teaching Thinking. Virginia: Association for Suopervisions and Curriculum Development (ASCD).

Ennis, DB, tanpa tahun, Techniques of Critical Reasoning, Ball State University Ghozali, I. (2008). Desain Penelitian Eksperimental (Teori, Konsep dan Analisis

Data dengan SPSS 16.0). Semarang: Badan Penerbit Universitas Diponegoro


(39)

Hamalik, Oemar. (2009). Proses Belajar Mengajar. Jakarta:Bumi Aksara.

Hasan, S. Hamid, (1996), Pendidikan Ilmu Sosial, Jakarta, Depdikbud, Dirjen Dikti.

Jonassen H, Lucia Rohrer-Murphy, (1999), Activity theory as a framework for designing constructivist learning environment, Educational Technology, Research and Development; 1999; 47, 1; Research Library, pg. 6,

Liliasari. (2001), Model Pembelajaran IPA untuk Meningkatkan Ketrampilan Berpikir Tingkat Tinggi Calon Guru sebagai Kecenderungan Baru pada Era Globalisasi, Jurnal Pengajaran MIPA 2 (1).

Muhamad, Afcariono, (2008), Penerapan Pembelajaran Berbasis Masalah untuk Meningkatkan Kemampuan Berfikir Siswa pada Mata Pelajaran Biologi, Jurnal Pendidikan Inovatif, JPI Volume 3, Nomor 2, Maret. Orlich, et al, (1998), e-book, Teaching Strategies: A Guide to Better Instruction,

Wadsworth,25 Thompson place, Boston MA 02210-1202 USA

Pratisto, A. (2009). Statistik Menjadi Mudah Dengan SPSS 17. Jakarta: Gramedia Riduwan , (2004). Statistika Untuk Penelitian. Bandung: Alfabeta.

Setiawan, Nyoman, IGA, (2008), Penerapan Pengajaran Kontekstual Berbasis Masalah Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Biologi Siswa Kkelas X2 SMA Laboratorium Singaraja, Jurnal Penelitian dan Pengembangan Pendidikan, Lembaga Penelitian Undiksha, April.

Soewarno, B. (1987). Metode Kuantitatif Dalam Penelitian Ilmu-Ilmu Sosial dan Pendidikan. Jakarta: Depdikbud.

Somantri, Numan, (2001), Menggagas Pembaharuan Pendidikan IPS, Bandung: Remaja Rosdakarya.

Sugiyono, (1999), Stastika Untuk Penelitian, Bandung: Afabeta

Sugiyono. (2008). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta

Sudjana, D. (1982). Model Pembelajaran Pemecahan Masalah. Bandung : Lembaga Penelitian IKIP Bandung


(40)

Sumaatmadja, Nursid. 1997. Metodologi Pengajaran Geografi. Jakarta: Bumi Aksara

Sumaatmadja, Nursid. (1988). Studi Geografi: Suatu Pendekatan dan Analisa Kertuangan, Bandung: Alumni.

Sumaatmadja, Nursid. (1989). Studi Lingkungan Hidup, Bandung: Alumni.

Wahab, Abdul azis. (2007). Metode Dan Model-Model Mengajar (Ilmu Pengetahuan Sosial): Bandung:Alfabeta

Sumber : Disertasi, Tesis, dan Makalah

Arnyana, I. B. P. (2004). Pengembangan Perangkat Model Pembelajaran Berdasarkan Masalah di Pandu Strategi Kooperatif serta Pengaruh Implementasinya terhadap Kemamampuan Berpikir Kritis dan Hasil Belajar Siswa SMA pada Pelajaran Ekosistem. Disertasi. PPs Universitas Mulawarman: tidak diterbitkan.

Fadjarajani, Siti, (2009), Dinamika Masyarakat dan Konversi Lahan Pertanian, Serta Pengaruhnya Terhadap Pengetahuan Tentang Lingkungan Di Kawasan Bandung Utara, Disertasi, Fakultas Pascasarjana Universitas Pendidikan Indonesia, Bandung: tidak diterbitkan.

Gerhard, M, (1971), Efective Teaching Strategies Withh the Behavioral Outcomes Aproach, New York: Parker Publishing Company, Inc.

Halim, M, (2003), Pengaruh Partisipasi Anggota terhadap Keberhasilan Usaha Dan Manfaatnya Bagi anggota KUD di Kota Kendari, Tesis, UNPAD Hasan, S.Hamid, (2005). “Implementasi Pendidikan IPS dalam Menghadapi

Tantangan Global”. Makalah pada Seminar Pendidikan IPS PPS UPI. Bandung, 19 Desember 2005.

Hasan, S. Hamid, (2008), Pengembangan Kompetensi Berfikir Kritis Dalam Pembelajaran Sejarah, Makalah, Seminar IKAHIMSI, 8 April, Universitas Pendidikan Indonesia, Bandung,

Herman, T, (2005), Pembelajaran Berbasis Masalah Untuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir Matematis Tingkat Tinggi Siswa Sekolah Mengah Pertama, Disertasi pada PPs UPI: Tidak Diterbitkan.

Ibrahim, Muslimin. (2000). Pembelajaran Berdasarkan Masalah. Surabaya: UNESA-University Press


(41)

Maryani, E, (1988), Pengaruh Dinamika Sosial Terhadap Tata Guna Lahan di Kecamatan Lembang Kabupaten Bandung, Tesis, Fakultas Pascasarjana Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta; tidak diterbitkan.

Murti, Bisma,(2009), Berpikir Kritis (Critical Thinking), Makalah, Seri Kuliah Blok Budaya Ilmiah, Institute for Health Economic and Policy Studies (IHEPS)/ Bagian Ilmu Kesehatan Masyarakat, Fakultas Kedokteran, Universitas Sebelas Maret

Karim, S., et al. (2007). Penerapan Pendekatan Pembelajaran Berbasis Masalah untuk Meningkatkan Penguasaan konsep Fisika serta Mengembangkan Keterampilan Berpikir Tingkat Tinggi dan Kecakapan Ilmiah. Proposal Hibah Kompetitif UPI 2007. Bandung: Tidak diterbitkan

Kusnendi. (2009). Metode Penelitian Aplikasi Statistika. Hand Out. Program Studi Magister Pendidikan IPS Sekolah pascasarjana Universitas Pendidikan Indonesia. Bandung: Tidak diterbitkan

Maryani, E dan Syamsuddin, Helius. (2008). Laporan Penelitian: Pengembangan Program Pembelajaran IPS untuk Meningkatkan Kompetensi Keterampilan Sosial. Bandung: Universitas Pendidikan Indonesia, tidak diterbitkan.

Mutakin, Awan, dan Bagja Waluya, (2009), Mata Kuliah Pengantar Ilmu-ilmu Sosial, Handout, Universitas Pendidikan Indonesia. Bandung, tidak diterbitkan

Nurhasanah, (2007), Pembelajaran Berbasis Masalah Pada Sistem Respirasi Untuk Meningkatkan Penguasaan Konsep Berpikir Kritis dan Sikap Ilmiah Siswa SMA, Tesis PPs UPI, tidak diterbitkan

Rustini, Intang. (2005). Keterampilan berpikir kritis siswa melalui pembelajaran kooperatif teknik Think-Pair-Squaredalam kegiatan praktikum materi penceramaran air. Skripsi Sarjana Pendidikan Biologi FPMIPA UPI Bandung, tidak diterbitkan.

Universitas Pendidikan Indonesia. (2008). Pedoman Penulisan Karya Ilmiah. Bandung: tidak diterbitkan

Santyasa, Wayan I, (2008), Pembelajaran Berbasis Masalah dan Pembelajaran Kooperatif, Makalah, Fakultas MIPA, Universitas Pendidikan Ganesha.


(42)

Suptiatna, Encep, (2009), Pendekatan Konstruktivisme Dalam Pembelajaran Sejarah Untuk Menumbuhkan Berfikir Kritis Siswa Melalui Pembelajaran Berbasis Masalah, Makalah, seminar Internasional ASPENSI 21 November, Bandung

Sumber : Internet

Abbas, Nurhayati, (2000), Penerapan Model Pembelajaran Berdasarkan Masalah (Problem Based Instruction) Dalam Pembelajaran Matematika Di SMU. [On line] tersedia: ttp:/www.depdiknas.go.id/jurnal/51/040429% 20-ed-20%nurhayati-penerapan%20%model%20pembelajaran.pdf”. [08 Nopember 2010]

Duch, J. Barbara. (1995). Problems: A Key Factor in PBL. [Online]. Tersedia : http://www.udel.edu/pbl/cte/spr96-phys.html. [21 Juli 2010].

Ennis RH. 2000. An outline of goals for a critical thinking curriculum and its assessment. [Onlina], Tersedia:

http://www.criticalthinking.net/goals. html [3 Desember 2010]

Enins, R.H, (2002), A super-streamlined conception of critical thinking, [online], Tersedia: http://www.criticalthinking.com/articles.html [11 Februari 2011]

Glazer, Evan. (2001). Problem Based Instruction. In M. Orey (Ed.), Emerging perspectives on learning, teaching, and technology [Online]. Tersedia:

http://www.coe.uga.edu/epltt/ProblemBasedInstruct.htm. [17 Juni 2005]

Handayani, Tri, (2009) Mengembangkan Kreativitas Anak Melalui Pembelajaran Berbasis Masalah, [Online]. Tersedia: www.sd-binatalenta.com/arsipartikel/artikel_tri.pdf, [15 Desember 2010]

Ibrahim, M & Nur, M (2000), Pengajaran Berdasarkan Masalah, Surabaya University Press http://pkab.wordpress.com/2008/05/05/constructivism-2/[16 Februari 2011]


(43)

Major, Claire,H dan Palmer, Betsy. 2001. Assessing the Effectiveness of Problem-Based Learning in Higher Education: Lessons from the Literature. [Online]. Tersedia : www.rapidintellect.com/AE Qweb/mop4spr01.htm [14 Juli 2010]

Scriven, Paul, (1992), Critical Thinking: An Overview, http://www.edpsycinteractive.org/topics/cognition/crittink.html, [12 Mei 2011]


(1)

102

DAFTAR PUSTAKA

Sumber : Buku dan Jurnal

Afcariono, M. (2008), Penerapan Pembelajaran Berbasis Masalah Untuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kreatif Siswa Pada Mata

Pelajaran Biologi, Jurnal Pendidikan Inovatif.3,(2),1-4.

Al-Muchtar, S. (2008). Strategi Pembelajaran Pendidikan IPS. Sekolah Pascasarjana Universitas Pendidikan Indonesia

Alma, Buchari, (2008), Guru Profesional: Menguasai Metode Dan Trampil

Mengajar. Bandung Alfabeta

Arikunto, S, (2003), Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan, Jakarta: Bumi Aksara. Bachman, E. (2005). Metode Belajar Berpikir Kritis dan Inovatif. Jakarta: Prestasi

Pustaka Publisher

Beyer, B.K. (1985). Practical strategies for the direct teaching of thinking skills, dalam Costa, A.L. (1985), Developing minds: a resource book for

teaching thinking. Virginia, USA: ASCD.

Dana, L, Zeidler, (1992), Fallacies and Student Discourse: Conceptualizing the

Role of Critical Thinking in Science Education, Matematic and Science

Education, Colleg of Education, University of Massachusetts Lowell, Lowell, MA 01854

Depdiknas. 2003. Pengembangan Kurikulum Berbasis Kompetensi. Jakarta: Direktorat Pendidikan Menengah Umum.

Ennis. R.H. (1985). Goals for A Critical Thinking I Curriculum. Developing Minds A Resource Book for Teaching Thinking. Virginia: Association for Suopervisions and Curriculum Development (ASCD).

Ennis, DB, tanpa tahun, Techniques of Critical Reasoning, Ball State University Ghozali, I. (2008). Desain Penelitian Eksperimental (Teori, Konsep dan Analisis

Data dengan SPSS 16.0). Semarang: Badan Penerbit Universitas


(2)

Hamalik, Oemar. (2009). Proses Belajar Mengajar. Jakarta:Bumi Aksara.

Hasan, S. Hamid, (1996), Pendidikan Ilmu Sosial, Jakarta, Depdikbud, Dirjen Dikti.

Jonassen H, Lucia Rohrer-Murphy, (1999), Activity theory as a framework for

designing constructivist learning environment, Educational

Technology, Research and Development; 1999; 47, 1; Research Library, pg. 6,

Liliasari. (2001), Model Pembelajaran IPA untuk Meningkatkan Ketrampilan Berpikir Tingkat Tinggi Calon Guru sebagai Kecenderungan Baru

pada Era Globalisasi, Jurnal Pengajaran MIPA 2 (1).

Muhamad, Afcariono, (2008), Penerapan Pembelajaran Berbasis Masalah untuk Meningkatkan Kemampuan Berfikir Siswa pada Mata Pelajaran

Biologi, Jurnal Pendidikan Inovatif, JPI Volume 3, Nomor 2, Maret.

Orlich, et al, (1998), e-book, Teaching Strategies: A Guide to Better Instruction, Wadsworth,25 Thompson place, Boston MA 02210-1202 USA

Pratisto, A. (2009). Statistik Menjadi Mudah Dengan SPSS 17. Jakarta: Gramedia Riduwan , (2004). Statistika Untuk Penelitian. Bandung: Alfabeta.

Setiawan, Nyoman, IGA, (2008), Penerapan Pengajaran Kontekstual Berbasis Masalah Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Biologi Siswa Kkelas X2

SMA Laboratorium Singaraja, Jurnal Penelitian dan Pengembangan

Pendidikan, Lembaga Penelitian Undiksha, April.

Soewarno, B. (1987). Metode Kuantitatif Dalam Penelitian Ilmu-Ilmu Sosial dan

Pendidikan. Jakarta: Depdikbud.

Somantri, Numan, (2001), Menggagas Pembaharuan Pendidikan IPS, Bandung: Remaja Rosdakarya.

Sugiyono, (1999), Stastika Untuk Penelitian, Bandung: Afabeta

Sugiyono. (2008). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta

Sudjana, D. (1982). Model Pembelajaran Pemecahan Masalah. Bandung : Lembaga Penelitian IKIP Bandung


(3)

Sumaatmadja, Nursid. 1997. Metodologi Pengajaran Geografi. Jakarta: Bumi Aksara

Sumaatmadja, Nursid. (1988). Studi Geografi: Suatu Pendekatan dan Analisa

Kertuangan, Bandung: Alumni.

Sumaatmadja, Nursid. (1989). Studi Lingkungan Hidup, Bandung: Alumni.

Wahab, Abdul azis. (2007). Metode Dan Model-Model Mengajar (Ilmu

Pengetahuan Sosial): Bandung:Alfabeta

Sumber : Disertasi, Tesis, dan Makalah

Arnyana, I. B. P. (2004). Pengembangan Perangkat Model Pembelajaran Berdasarkan Masalah di Pandu Strategi Kooperatif serta Pengaruh Implementasinya terhadap Kemamampuan Berpikir Kritis dan Hasil

Belajar Siswa SMA pada Pelajaran Ekosistem. Disertasi. PPs

Universitas Mulawarman: tidak diterbitkan.

Fadjarajani, Siti, (2009), Dinamika Masyarakat dan Konversi Lahan Pertanian, Serta Pengaruhnya Terhadap Pengetahuan Tentang Lingkungan Di

Kawasan Bandung Utara, Disertasi, Fakultas Pascasarjana Universitas

Pendidikan Indonesia, Bandung: tidak diterbitkan.

Gerhard, M, (1971), Efective Teaching Strategies Withh the Behavioral Outcomes

Aproach, New York: Parker Publishing Company, Inc.

Halim, M, (2003), Pengaruh Partisipasi Anggota terhadap Keberhasilan Usaha

Dan Manfaatnya Bagi anggota KUD di Kota Kendari, Tesis, UNPAD

Hasan, S.Hamid, (2005). “Implementasi Pendidikan IPS dalam Menghadapi

Tantangan Global”. Makalah pada Seminar Pendidikan IPS PPS UPI.

Bandung, 19 Desember 2005.

Hasan, S. Hamid, (2008), Pengembangan Kompetensi Berfikir Kritis Dalam

Pembelajaran Sejarah, Makalah, Seminar IKAHIMSI, 8 April,

Universitas Pendidikan Indonesia, Bandung,

Herman, T, (2005), Pembelajaran Berbasis Masalah Untuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir Matematis Tingkat Tinggi Siswa Sekolah Mengah Pertama, Disertasi pada PPs UPI: Tidak Diterbitkan.

Ibrahim, Muslimin. (2000). Pembelajaran Berdasarkan Masalah. Surabaya: UNESA-University Press


(4)

Maryani, E, (1988), Pengaruh Dinamika Sosial Terhadap Tata Guna Lahan di

Kecamatan Lembang Kabupaten Bandung, Tesis, Fakultas Pascasarjana

Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta; tidak diterbitkan.

Murti, Bisma,(2009), Berpikir Kritis (Critical Thinking), Makalah, Seri Kuliah Blok Budaya Ilmiah, Institute for Health Economic and Policy Studies (IHEPS)/ Bagian Ilmu Kesehatan Masyarakat, Fakultas Kedokteran, Universitas Sebelas Maret

Karim, S., et al. (2007). Penerapan Pendekatan Pembelajaran Berbasis Masalah untuk Meningkatkan Penguasaan konsep Fisika serta Mengembangkan Keterampilan Berpikir Tingkat Tinggi dan Kecakapan Ilmiah. Proposal Hibah Kompetitif UPI 2007. Bandung: Tidak diterbitkan

Kusnendi. (2009). Metode Penelitian Aplikasi Statistika. Hand Out. Program Studi Magister Pendidikan IPS Sekolah pascasarjana Universitas Pendidikan Indonesia. Bandung: Tidak diterbitkan

Maryani, E dan Syamsuddin, Helius. (2008). Laporan Penelitian: Pengembangan Program Pembelajaran IPS untuk Meningkatkan Kompetensi

Keterampilan Sosial. Bandung: Universitas Pendidikan Indonesia, tidak

diterbitkan.

Mutakin, Awan, dan Bagja Waluya, (2009), Mata Kuliah Pengantar Ilmu-ilmu

Sosial, Handout, Universitas Pendidikan Indonesia. Bandung, tidak

diterbitkan

Nurhasanah, (2007), Pembelajaran Berbasis Masalah Pada Sistem Respirasi Untuk Meningkatkan Penguasaan Konsep Berpikir Kritis dan Sikap Ilmiah Siswa SMA, Tesis PPs UPI, tidak diterbitkan

Rustini, Intang. (2005). Keterampilan berpikir kritis siswa melalui pembelajaran kooperatif teknik Think-Pair-Squaredalam kegiatan praktikum materi

penceramaran air. Skripsi Sarjana Pendidikan Biologi FPMIPA UPI

Bandung, tidak diterbitkan.

Universitas Pendidikan Indonesia. (2008). Pedoman Penulisan Karya Ilmiah. Bandung: tidak diterbitkan

Santyasa, Wayan I, (2008), Pembelajaran Berbasis Masalah dan Pembelajaran


(5)

Suptiatna, Encep, (2009), Pendekatan Konstruktivisme Dalam Pembelajaran Sejarah Untuk Menumbuhkan Berfikir Kritis Siswa Melalui

Pembelajaran Berbasis Masalah, Makalah, seminar Internasional

ASPENSI 21 November, Bandung

Sumber : Internet

Abbas, Nurhayati, (2000), Penerapan Model Pembelajaran Berdasarkan Masalah (Problem Based Instruction) Dalam Pembelajaran Matematika Di SMU. [On line] tersedia: ttp:/www.depdiknas.go.id/jurnal/51/040429% 20-ed-20%nurhayati-penerapan%20%model%20pembelajaran.pdf”. [08 Nopember 2010]

Duch, J. Barbara. (1995). Problems: A Key Factor in PBL. [Online]. Tersedia : http://www.udel.edu/pbl/cte/spr96-phys.html. [21 Juli 2010].

Ennis RH. 2000. An outline of goals for a critical thinking curriculum and its

assessment. [Onlina], Tersedia:

http://www.criticalthinking.net/goals. html [3 Desember 2010]

Enins, R.H, (2002), A super-streamlined conception of critical thinking, [online], Tersedia: http://www.criticalthinking.com/articles.html [11 Februari 2011]

Glazer, Evan. (2001). Problem Based Instruction. In M. Orey (Ed.), Emerging perspectives on learning, teaching, and technology [Online]. Tersedia:

http://www.coe.uga.edu/epltt/ProblemBasedInstruct.htm. [17 Juni 2005]

Handayani, Tri, (2009) Mengembangkan Kreativitas Anak Melalui Pembelajaran Berbasis Masalah, [Online]. Tersedia: www.sd-binatalenta.com/arsipartikel/artikel_tri.pdf, [15 Desember 2010]

Ibrahim, M & Nur, M (2000), Pengajaran Berdasarkan Masalah, Surabaya University Press http://pkab.wordpress.com/2008/05/05/constructivism-2/[16 Februari 2011]


(6)

Major, Claire,H dan Palmer, Betsy. 2001. Assessing the Effectiveness of Problem-Based Learning in Higher Education: Lessons from the Literature. [Online]. Tersedia : www.rapidintellect.com/AE Qweb/mop4spr01.htm [14 Juli 2010]

Scriven, Paul, (1992), Critical Thinking: An Overview, http://www.edpsycinteractive.org/topics/cognition/crittink.html, [12 Mei 2011]


Dokumen yang terkait

PELAKSANAANMODEL PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH PADA MATA PELAJARAN PPKn KELAS XI DI SMA NEGERI 1 BALAPULANG

0 7 64

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS MATEMATIK SISWA KELAS XI SMA.

0 2 23

PENINGKATAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS PADA PELAJARAN IPA MELALUI PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH Peningkatan Kemampuan Berpikir Kritis Pada Pelajaran IPA Melalui Pembelajaran Berbasis Masalah Siswa Kelas IV SD Negeri Karangtalun 1 Tanon Sragen Tahun 2012

0 0 17

PENINGKATAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS PADA PELAJARAN IPA MELALUI PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH Peningkatan Kemampuan Berpikir Kritis Pada Pelajaran IPA Melalui Pembelajaran Berbasis Masalah Siswa Kelas IV SD Negeri Karangtalun 1 Tanon Sragen Tahun 2012

0 1 15

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS PORTOFOLIO PADA MATA PELAJARAN SOSIOLOGI TERHADAP KETERAMPILAN BERPIKIR KRITIS SISWA.

0 2 111

PENGARUH PENDEKATAN EARTH SCIENCE COMMUNITY (EARTHCOMM) DAN PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH TERHADAP KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS PESERTA DIDIK : Studi Eksperimen Pada Mata Pelajaran Geografi di SMA Negeri 15 Bandung.

15 39 52

PENERAPAN METODE PEMBELAJARAN BRAINSTORMINGUNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS PESERTA DIDIK KELAS XI IPS 4 DI SMA NEGERI SITURAJA : Penelitian Tindakan Kelas Pada Mata Pelajaran Geografi.

0 5 34

PENGEMBANGAN PROGRAM PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH TERBIMBING KRITIS SISWA PADA MATA PELAJARAN KIMIA SMA.

0 0 56

Pengaruh Model Pembelajaran Berbasis Masalah terhadap Hasil Belajar Geografi pada Siswa Kelas XI Ditinjau dari Lingkungan Pedesaan dan Perkotaan.

0 0 1

PENGARUH PEMBELAJARAN GUIDED INQUIRY DISERTAI JURNAL BELAJAR TERHADAP KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS SISWA PADA PELAJARAN BIOLOGI KELAS XI SMA

0 0 18