PENGARUH PENDEKATAN EARTH SCIENCE COMMUNITY (EARTHCOMM) DAN PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH TERHADAP KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS PESERTA DIDIK : Studi Eksperimen Pada Mata Pelajaran Geografi di SMA Negeri 15 Bandung.

(1)

PENGARUH PENDEKATAN EARTH SCIENCE COMMUNITY

(EARTHCOMM) DAN PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH

TERHADAP KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS PESERTA DIDIK

(Studi Eksperimen Pada Mata Pelajaran Geografi di SMA Negeri 15 Bandung)

Tesis

Disusun oleh: Intan Ayu Dewi (1201523)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GEOGRAFI SEKOLAH PASCASARJANA

UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA 2014


(2)

PENGARUH PENDEKATAN EARTH SCIENCE COMMUNITY

(EARTHCOMM) DAN PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH

TERHADAP KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS PESERTA DIDIK

(Studi Eksperimen Pada Mata Pelajaran Geografi di SMA Negeri 15 Bandung)

Oleh: Intan Ayu Dewi

S.Pd FPIPS Geografi Universitas Pendidikan Indonesia, 2011

Sebuah Tesis yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Magister Pendidikan (M.Pd.) pada Fakultas Pendidikan Geografi

© Intan Ayu Dewi 2014 Universitas Pendidikan Indonesia

Agustus 2014

Hak Cipta dilindungi undang-undang.

Tesis ini tidak boleh diperbanyak seluruhya atau sebagian,


(3)

(4)

Intan Ayu Dewi, 2014

Pengaruh pendekatan earth science community (earth comm) dan pembelajaran berbasis masalah terhadap kemampuan berpikir kritis peserta didik

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

PENGARUH PENDEKATAN EARTH SCIENCE COMMUNITY

(EARTHCOMM) DAN PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH

TERHADAP KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS PESERTA DIDIK

(Studi Eksperimen Pada Mata Pelajaran Geografi di SMA Negeri 15 Bandung) Oleh : Intan Ayu Dewi (1201523)

ABSTRAK

Penelitian ini dilatarbelakangi oleh pentingnya kemampuan berpikir kritis peserta didik. Kemampuan berpikir kritis ini adalah segala aktivitas mental yang membantu merumuskan atau memecahkan masalah dalam membuat suatu keputusan. Keterbatasan mengolah pemikiran dan kurang pedulinya terhadap lingkungan di kalangan peserta didik, melatarbelakangi penelitian dengan menerapkan Pendekatan Earth Science Community (EarthComm) dan Pembelajaran Berbasis Masalah. Metode yang digunakan adalah metode eksperimen desain Kelompok Kontrol/pembanding prates-pascates beracak

(randomized pretest-posttest control/comparison group desain) yaitu kelompok

eksperimen 1 menggunakan pendekatan EarthComm, eksperimen 2 menggunakan Pembelajaran Berbasis Masalah, dan kelompok Kontrol yang tanpa perlakuan. Perolehan data dilakukan dengan tes (Pretest –Posttest), LKS, dan pedoman Observasi. Analisis data dilakukan dengan Uji t. Hasil analisis menunjukan: (1) Terdapat perbedaan kemampuan berpikir kritis peserta didik dengan pendekatan

EarthComm mengalami perubahan setelah perlakuan berada pada kategori tinggi,

(2) terdapat perbedaan kemampuan berpikir kritis peserta didik pada kelas eksperimen 2 dengan menggunakan Pembelajaran Berbasis Masalah terdapat perubahan yang signifikan dengan adanya perlakuan namun barada pada kategori sedang, (3) terdapat perbedaan kemampuan berpikir kritis peserta didik pada kelas kontrol mengalami perubahan kemampuan berpikir kritis, (4) terdapat perbedaan kemampuan berpikir kritis peserta didik pada pembelajaran geografi dengan menggunakan pendekatan Earthcomm dengan Pembelajaran Berbasis Masalah, (5) terdapat perbedaan kemampuan berpikir kritis peserta didik dalam pembelajaran geografi dengan menggunakan pendekatan Earthcomm dengan konvensional,(6) tidak terdapat perbedaan kemampuan berpikir kritis peserta didik pada pembelajaran geografi dengan menggunakan Pembelajaran Berbasis Masalah dengan konvensional. Simpulan penelitian ini menunjukan bahwa penggunaan pendekatan EarthComm dan Pembelajaran Berbasis Masalah berpengaruh terhadap kemampuan berpikir kritis peserta didik. Rekomendasi yang diberikan yaitu untuk peserta didik yang mendapat nilai kognisi yang kurang dengan guru membiasakan memecahkan suatu masalah dari masalah sederhana hingga masalah yang sangat komplek, di suguhi gambar, tabel ataupun peta konsep, bagi peneliti selanjutnya dapat dibandingkan dengan pendekatan maupun model pembelajaran yang lain khususnya pada mata pelajaran geografi di SMA. Kata Kunci: Pendekatan EarthComm, berpikir kritis, pembelajaran berbasis masalah


(5)

Intan Ayu Dewi, 2014

Pengaruh pendekatan earth science community (earth comm) dan pembelajaran berbasis masalah terhadap kemampuan berpikir kritis peserta didik

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

THE EFFECT OF APPROACH EARTH SCIENCE COMMUNITY (EARTHCOMM) TO CRITICAL THINKING SKILLS OF THE

STUDENTS

(Experimental-Study in Geography Subjects at SMAN 15 Bandung) By: Intan Ayu Dewi (1201523)

ABSTRACT

This research is motivated by the importance of critical thinking skills of the students. Critical thinking skills is any mental activity that helps formulate or solve a problem in making a decision. The limitations of processing thought and less concerned about the environment among students, research aspects influenced by applying the approach of the Earth Science Community (EarthComm) and Problem-based learning. The method is used the experimental control group design methods/pre-test-post-test comparison with (Randomized Pretest-Posttest Control/Comparison Group Design). The experiment 1 is use Earthcomm approach, experiment 2 is use the Problem Based Learning, and the control group is without treatment. Data collection is done by testing (pretest-posttest), worksheets, and observation. Data analysis is performed with T-Test. Data analysis showed: (1) there is a difference in students' critical thinking skills with Earthcomm approach changed after treatment at high category, (2) there are the difference in the critical thinking skills of students in the experimental class 2 by using the Problem based Learning is changing after treatment in middle category, (3) there is a difference in critical thinking skills of students in the control class changes critical thinking skills in middle category, (4) there is a differences in the critical thinking skills of students in learning geography by using the approach Earthcomm with Problem Based learning, (5) there is a difference in the critical thinking skills of learners in the learning geography by using a conventional approach with Earthcomm, (6) there is no difference in the critical thinking skills of learners in the learning geography by using the Problem Based Learning with conventional approach. Conclusion in this study shows that the use of Earthcomm approach affects the learners' critical thinking skills. The recommendation which is to students get a cognition which less to solve a problem by teachers from starting a simple problem to a very complex problem, in giving images, tables or concept maps, the researcher can then compared with the approach and the other learning models, especially on the subjects of geography in high school.


(6)

Intan Ayu Dewi, 2014

Pengaruh pendekatan earth science community (earth comm) dan pembelajaran berbasis masalah terhadap kemampuan berpikir kritis peserta didik

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu


(7)

Intan Ayu Dewi, 2014

Pengaruh pendekatan earth science community (earth comm) dan pembelajaran berbasis masalah terhadap kemampuan berpikir kritis peserta didik

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu DAFTAR ISI

ABSTRAK ... i

KATA PENGANTAR ... iii

UCAPAN TERIMAKASIH... iv

DAFTAR ISI ... vi

DAFTAR TABEL ... xi

DAFTAR GAMBAR ... xiv

DAFTAR LAMPIRAN ... xvii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Identifikasi Masalah ... 6

C. Rumusan Masalah... . 9

D. Tujuan Penelitian ... 10

E. Manfaat Penelitian ... 10

F. Struktur Organisasi Tesis ... 11

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS PENELITIAN ... 13

A. Manfaat Pembelajaran Geografi Untuk Peserta Didik Sebagai Bagian Dari Masyarakat ... 13

B. EarthComm Untuk Meningkatkan Pemahaman Geografi ... 20

1. Pengertian EarthComm ... 20

2. Keunggulan dan Kelemahan Pendekatan EarthComm ... 25

3. Mekanisme Pembelajaran EarthComm ... 26

C. Kemampuan Berpikir Kritis ... 28

1. Pengertian Berpikir Kritis ... 30

2. Standar Berpikir Kritis ... 32


(8)

Intan Ayu Dewi, 2014

Pengaruh pendekatan earth science community (earth comm) dan pembelajaran berbasis masalah terhadap kemampuan berpikir kritis peserta didik

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

1. Karakteristik Pembelajaran Berbasis Masalah ... 34

2. Langkah-langkah Pembelajaran Berbasis Masalah ... 35

3. Keunggulan dan Kelemahan Pembelajaran Berbasis Masalah 37 E. Penelitian Terdahulu... ... 38

F. Berpikir Kritis Dalam Pembelajaran Geografi ... 41

G. Pendekatan EarthComm Untuk Berpikir Kritis ... 44

H. Kerangka Pemikiran ... 46

I. Hipotesis ... 47

BAB III METODE PENELITIAN ... 49

A. Lokasi dan Populasi/Sampel Penelitian ... 49

1. Lokasi Penelitian ... 49

2. Populasi Penelitian/Sampel Penelitian ... 50

B. Desain Penelitian ... 51

C. Metode Penelitian... 53

D. Definisi Operasional... 53

E. Instrumen Penelitian... 58

F. Proses Pengembangan Instrumen... .... 60

G. Teknik Pengumpulan Data ... 62

H. Analisis Data ... 63

1. Peningkatan Pemahaman Kemampuan Berpikir Kritis Peserta Didik ... 63

2. Uji Normalitas ... 64

3. Uji Homogenitas ... 64

4. Uji Hipotesis ... 64

I. Alur Penelitian ... 66


(9)

Intan Ayu Dewi, 2014

Pengaruh pendekatan earth science community (earth comm) dan pembelajaran berbasis masalah terhadap kemampuan berpikir kritis peserta didik

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

A. Deskripsi Lokasi Penelitian... 67

1. Lokasi Penelitian ... 67

2. Sejarah Singkat... 67

3. Visi dan Misi Sekolah ... 68

4. Tujuan Sekolah... 69

5. Sarana Prasarana ... 69

6. Sumber Daya Manusia ... 70

B. Deskripsi Data Hasil Penelitian ... 72

1. Berpikir Kritis Pada Kelas Eksperimen 1 ... 72

a. Proses Pembelajaran Menggunakan Pendekatan EarthComm ... 72

b. Hasil Pretest dan Postest Berpikir Kritis Dengan Menggunakan Pendekatan EarthComm ... 76

c. Berpikir Kritis dengan Menggunakan Pendekatan EarthComm Berdasarkan Pengamatan ... 85

2. Berpikir Kritis Pada Kelas Eksperimen 2 ... 93

a. Proses Pembelajaran Menggunakan Pembelajaran Berbasis Masalah ... 93

b. Hasil Pretest dan Postest Berpikir Kritis Dengan Menggunakan Pembelajaran Berbasis Masalah ... 95

c. Berpikir Kritis dengan Menggunakan Pembelajaran Berbasis Masalah Berdasarkan Pengamatan ... 104

3. Berpikir Kritis Pada Kelompok Kontrol ... 110

a. Proses Pembelajaran... 110

b. Hasil Berpikir Kritis Pretest dan Postest ... 112

C. Analisis Data ... 120

1. Normalitas Data ... 120 a. Normalitas Data Pretest-Postest Pada Kelompok


(10)

Intan Ayu Dewi, 2014

Pengaruh pendekatan earth science community (earth comm) dan pembelajaran berbasis masalah terhadap kemampuan berpikir kritis peserta didik

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Eksperimen 1 ... 120

b. Normalitas Data Pretest-Postest Pada Kelompok Ekperimen 2 ... 120

c. Normalitas Data Pretest-Pretest Kelompok Kontrol ... 121

2. Homogenitas ... 122

a. Homogenitas Data Pretes-postest Pada Kelompok Eksperimen 1 ... 122

b. Homogenitas Data Pretest-Postest Pada kelompok Eksperimen 2 ... 122

c. Homogenitas Data Pretest-Postest Kelompok Kontrol ... 123

d. Homogenitas Data Pretest-Postest Pada Kelompok Eksperimen 1 Dan Eksperimen 2 ... 124

e. Homogenitas Data Pretest-Postest Pada Kelompok Eksperimen 1 Dan Kontrol ... 124

f. Homogenitas Data Pretest-Postest Pada Kelompok Eksperimen 2 Dan Kontrol ... 125

3. Uji Hipotesis ... 125

a. Uji Hipotesis 1 ... 125

b. Uji Hipotesis 2 ... 127

c. Uji Hipotesis 3 ... 128

d. Uji Hipotesis 4 ... 130

e. Uji Hipotesis 5 ... 131

f. Uji Hipotesis 6 ... 132

D. Keterbatasan Dalam Proses Pembelajaran Untuk Berpikir Kritis 133

1. Keterbatasan Dalam Pendekatan Earthcomm Untuk Berpikir Kritis... 133 2. Keterbatasan Dalam Pembelajaran Berbasis Masalah Untuk


(11)

Intan Ayu Dewi, 2014

Pengaruh pendekatan earth science community (earth comm) dan pembelajaran berbasis masalah terhadap kemampuan berpikir kritis peserta didik

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Berpikir Kritis... 134

3. Keterbatasan Dalam Pembelajaran Pada kelas Kontrol Untuk Berpikir Kritis... 135

E. Pembahasan ... 136

BAB V SIMPULAN DAN SARAN ... 142

A. Simpulan ... 142

B. Saran ... 144

DAFTAR PUSTAKA ... 146

LAMPIRAN ... 151

DAFTAR TABEL Tabel Halaman 2.1 Keunggulan Dan Kelemahan Pendekatan EarthComm ... 25

2.2 Standar Berpikir Kritis ... 32

2.3 Langkah-Langkah Pembelajaran Berbasis Masalah ... 35

3.1 Populasi Penelitian ... 50

3.2 Sampel Penelitian... ... 51

3.3 Pola Randomized Pretest-Posttest Control/Comparison Group Desain 52

3.4 Operasional Variabel Kemampuan Berpikir Kritis Peserta Didik ... 55

3.5 Daftar Nama Validator Perangkat Pembelajaran Geografi ... 60

3.6 Nilai Koefisien Daya Pembeda ... 62

3.7 Kategori Tingkat Kesukaran Soal ... 62


(12)

Intan Ayu Dewi, 2014

Pengaruh pendekatan earth science community (earth comm) dan pembelajaran berbasis masalah terhadap kemampuan berpikir kritis peserta didik

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

4.1 Sarana Prasarana SMA Negeri 15 Bandung ... 70

4.2 Keadaan Guru Dilihat Dari Mata Pelajaran Yang Diajarkan ... 71

4.3 Peserta Didik Dan Rombongan Belajar ... 71

4.4 Hasil Pretest-Postest Berpikir Kritis Menggunakan Pendekatan ... EarthComm ... 76

4.5 Indikator Berpikir Kritis Memfokuskan Pada Pertanyaan ... 77

4.6 Indikator Berpikir Kritis Analisis Argument Dan Mempertimbangkan Hal Yang Dapat Dipercaya ... 78

4.7 Indikator Berpikir Kritis Membandingkan Kesimpulan ... 80

4.8 Indikator Berpikir Kritis Mempertimbangkan Kemampuan Induksi ... 82

4.9 Indikator Berpikir Kritis Menilai Dan Mendefinisikan Konsep ... 83

4.10 Indikator Berpikir Kritis Secara Berkelompok Memfokuskan Pertanyaan 86 4.11 Indikator Berpikir Kritis Secara Berkelompok Menganalisis Argument Dan Mempertimbangkan Hal Yang Dapat Dipercaya ... 87

4.12 Indikator Berpikir Kritis Secara Berkelompok Membandingkan Kesimpulan ... 89

4.13 Indikator Berpikir Kritis Secara Berkelompok Mempertimbangkan Kemampuan Induksi ... 90

4.14 Indikator Berpikir Kritis Secara Berkelompok Menilai Dan Mendefinisikan Konsep ... 91

4.15 Hasil Pretest Dan Posttest Kelas Eksperimen 2 ... 95

4.16 Indikator Berpikir Kritis Memfokuskan Pada Pertanyaan ... 97

4.17 Indikator Berpikir Kritis Analisis Argumen dan Mempertimbangkan Hal Yang Dapat Dipercaya ... 98

4.18 Indikator Berpikir Kritis Membandingkan Kesimpulan ... 99

4.19 Indikator Berpikir Kritis Mempertimbangkan Kemampuan Induksi ... 101

4.20 Indikator Berpikir Kritis Menilai Dan Mendefinisikan Konsep ... 102 4.21 Indikator Berpikir Kritis Secara Berkelompok Memfokuskan


(13)

Intan Ayu Dewi, 2014

Pengaruh pendekatan earth science community (earth comm) dan pembelajaran berbasis masalah terhadap kemampuan berpikir kritis peserta didik

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Pertanyaan ... . 104

4.22 Indikator Berpikir Kritis Secara Berkelompok Menganalisis Argument Dan Mempertimbangkan Hal Yang Dapat Dipercaya ... 106

4.23 Indikator Berpikir Kritis Secara Berkelompok Membandingkan Kesimpulan ... 107

4.24 Indikator Berpikir Kritis Secara Berkelompok Mempertimbangkan Kemampuan Induksi ... 108

4.25 Indikator Berpikir Kritis Secara Berkelompok Menilai Dan Mendefiniskan Konsep... 109

4.26 Hasil Pretest Dan Posttest Kelas Kontrol ... 112

4.27 Indikator Berpikir Kritis Memfokuskan Pada Pertanyaan ... 113

4.28 Indikator Berpikir Kritis Analisis Argument Dan Mempertimbangkan Hal Yang Dapat Dipercaya ... 115

4.29 Indikator Berpikir Kritis Membandingkan Kesimpulan ... 116

4.30 Indikator Berpikir Kritis Mempertimbangkan Kemampuan Induksi ... 117

4.31 Indikator Berpikir Kritis Menilai Dan Mendefinisikan Konsep ... 118

4.32 Hasil Uji Normalitas Kelompok Eksperimen 1 ... 120

4.33 Hasil Uji Normalitas Kelompok Eksperimen 2 ... 121

4.34 Hasil Uji Normalitas Kelompok Kontrol ... 121

4.35 Hasil Uji Homogenitas Kelompok Eksperimen 1 ... 122

4.36 Hasil Uji Homogenitas Kelompok Eksperimen 2 ... 123

4.37 Hasil Uji Homogenitas Kelompok Kontrol... 123

4.38 Hasil Uji Homogenitas Kelompok Eksperimen 1 Dan Eksperimen 2 ... 124

4.39 Hasil Uji Homogenitas Kelompok Eksperimen 1 Dan Kontrol ... 124

4.40 Hasil Uji Homogenitas Kelompok Eksperimen 2 Dan Kontrol ... 125

4.41 Hasil Pretest-Postest Kemampuan Berpikir Kritis Peserta Didik Kelompok Eksperimen 1 ... 125


(14)

Intan Ayu Dewi, 2014

Pengaruh pendekatan earth science community (earth comm) dan pembelajaran berbasis masalah terhadap kemampuan berpikir kritis peserta didik

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

4.43 Hasil Pretest-Postest Kemampuan Berpikir Kritis Peserta Didik

Kelompok Eksperimen 2 ... 127 4.44 Uji T /Uji Kesamaan Dua Rata-Rata Kelompok Eksperimen 2 ... 128 4.45 Hasil Pretest-Postest Kemampuan Berpikir Kritis Peserta Didik

Kelompok Kontrol ... 129 4.46 Uji T /Uji Kesamaan Dua Rata-Rata Kelompok Kontrol ... 130 4.47 Uji T /Uji Kesamaan Dua Rata-Rata Kelompok Eksperimen 1 Dan

Eksperimen 2 ... 131 4.48 Uji T /Uji Kesamaan Dua Rata-Rata Kelompok Eksperimen 1

Dan Kontrol ... 132 4.49 Uji T /Uji Kesamaan Dua Rata-Rata Kelompok Eksperimen 2

Dan Kontrol ... 133

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

2.1 Skema Kriteria Model Berpikir ... 30 2.2 Tiga Dimensi Berpikir Kritis ... 32 2.3 Kerangka Penelitian Penelitian ... 46


(15)

Intan Ayu Dewi, 2014

Pengaruh pendekatan earth science community (earth comm) dan pembelajaran berbasis masalah terhadap kemampuan berpikir kritis peserta didik

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

4.1 Grafik Perbandingan Skor Pretes-Postest Kemampuan Berpikir Kritis Pada Kelas Eksperimen 1 ... 76 4.2 Grafik Perbandingan Skor Indikator Memfokuskan Pada Pertanyaan .. 78 4.3 Grafik Perbandingan Skor Indikator Menganalisis Argument

Dan Mempertimbangkan Hal Yang Dapat Dipercaya ... 79 4.4 Grafik Perbandingan Skor Indikator Membandingkan Kesimpulan ... 81 4.5 Grafik Perbandingan Skor Ndikator Mempertimbangkan Kemampuan Induksi.. ... 82 4.6 Grafik Perbandingan Skor Indikator Menilai Dan Mendefinisikan

Konsep ... 84 4.7 Grafik Perbandingan Indikator Berpikir Kritis Secara Individu

Dengan Menggunakan Pendekatan EarthComm ... 84 4.8 Grafik Perbandingan Indikator Berpikir Kritis Secara Berkelompok

Dengan Memfokuskan Pertanyaan ... 86 4.9 Grafik Perbandingan Indikator Berpikir Kritis Secara Berkelompok

Menganalisis Argumen Dan Mempertimbangkan Hal Yang Dapat

Dipercaya ... 88 4.10 Grafik Perbandingan Indikator Berpikir Kritis Secara Berkelompok

Membandingkan Kesimpulan ... 89 4.11 Grafik Perbandingan Indikator Berpikir Kritis Secara Berkelompok

Mempertimbangkan Kemampuan Induksi ... 91 4.12 Grafik Perbandingan Indikator Berpikir Kritis Secara Berkelompok

Menilai Dan Mendefinisikan Konsep ... 92 4.13 Grafik Perbandingan Indikator Berpikir Kritis Secara Berkelompok

Dengan Menggunakan Pendekatan EarthComm ... 93 4.14 Grafik Perbandingan Skor Pretest-Postest Kemampuan Berpikir Kritis Pada Kelas Eksperimen 2 ... 96 4.15 Grafik Perbandingan Skor Indikator Kemampuan Berpikir Kritis


(16)

Intan Ayu Dewi, 2014

Pengaruh pendekatan earth science community (earth comm) dan pembelajaran berbasis masalah terhadap kemampuan berpikir kritis peserta didik

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Memfokuskan Pertanyaan ... 97 4.16 Grafik Perbandingan Skor Indikator Kemampuan Berpikir Kritis

Analisis Argument Dan Mempertimbangkan Hal Yang Dapat

Dipercaya ... 99 4.17 Grafik Perbandingan Skor Indikator Kemampuan Berpikir Kritis

Membandingkan Kesimpulan ... 100 4.18 Grafik Perbandingan Skor Indikator Kemampuan Berpikir Kritis

Mempertimbangkan Kemampuan Induksi ... 101 4.19 Grafik Perbandingan Skor Indikator Kemampuan Berpikir Kritis

Menilai Dan Mendefinisikan Konsep ... 103 4.20 Grafik Perbandingan Skor Indikator Kemampuan Berpikir Kritis

Dengan Menggunakan Pembelajaran Berbasis Masalah ... 103 4.21 Grafik Perbandingan Skor Indikator Secara Berkelompok

Memfokuskan Pertanyaan ... 105 4.22 Grafik Perbandingan Skor Indikator Secara Berkelompok Menganalisis Argument Dan Mempertimbangkan Hal Yang Dapat Dipercaya ... 106 4.23 Grafik Perbandingan Skor Indikator Secara Berkelompok

Membandingkan Kesimpulan ... 107 4.24 Grafik Perbandingan Skor Indikator Secara Berkelompok

Mempertimbangkan Kemampuan Induksi ... 108 4.25 Grafik Perbandingan Skor Indikator Secara Berkelompok Menilai Dan Mendefinisikan Konsep ... 109 4.26 Grafik Perbandingan Berpikir Kritis Secara Berkelompok Dengan Menggunakan Pembelajaran Berbasis Masalah ... 110 4.27 Grafik Perbandingan Nilai Rata-Rata Pretest-Postest Kemampuan Berpikir Kritis Pada Kelas Kontrol ... 113 4.28 Grafik Skor Perbandingan Indikator Memfokuskan Pertanyaan ... 114 4.29 Grafik Skor Perbandingan Indikator Menganalisis Argument Dan


(17)

Intan Ayu Dewi, 2014

Pengaruh pendekatan earth science community (earth comm) dan pembelajaran berbasis masalah terhadap kemampuan berpikir kritis peserta didik

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Mepertimbangkan Hal Yang Dapat Dipercaya ... 115 4.30 Grafik Skor Perbandingan Indikator Membandingkan Kesimpulan ... 116 4.31 Grafik Skor Perbandingan Indikator Mempertimbangkan Kemampuan Induksi ... 117 4.32 Grafik Skor Perbandingan Indikator Menilai Dan Mendefinisikan

Konsep ... 118 4.33 Grafik Skor Perbandingan Indikator Berpikir Kritis Individu Pada Kelas Kontrol ... 119


(18)

Intan Ayu Dewi, 2014

Pengaruh pendekatan earth science community (earth comm) dan pembelajaran berbasis masalah terhadap kemampuan berpikir kritis peserta didik

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Halaman

1 Lampiran Data Penelitian Dan Hasil Penelitian... 151 2 Lampiran Instrumen Penelitian ... 159 3 Lampiran Penelitian ... 186


(19)

1

Intan Ayu Dewi, 2014

Pengaruh pendekatan earth science community (earth comm) dan pembelajaran berbasis masalah terhadap kemampuan berpikir kritis peserta didik

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan menurut Huda (2012, hlm.3) merupakan “sebuah proses dinamis dan berkelanjutan yang bertugas memenuhi kebutuhan siswa dan guru sesuai dengan minat mereka masing-masing”. Berdasarkan Undang-undang Republik Indonesia Nomor 20 tahun 2003 Pasal 1 mengemukakan bahwa pendidikan yaitu:

“Usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif dapat mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, maupun bangsa dan negara.”

Pendidikan sangat berperan penting untuk mengembangkan potensi peserta didik agar peserta didik memiliki kekuatan spiritual keagamaan, kepribadian yang lebih baik, kecerdasan, ahklak mulia serta keterampilan sehingga dapat memajukan pendidikan bangsa Indonesia. Pendidikan, khususnya sekolah, harus memiliki sistem pembelajaran yang menekankan pada proses dinamis yang didasarkan pada upaya meningkatkan keingintahuan peserta didik.

Peningkatan keingintahuan peserta didik dapat dilakukan dengan adanya proses pembelajaran. Pembelajaran menurut Corey dalam (Putra, 2013, hlm.16) “pembelajaran ialah suatu proses yang menunjukan bahwa lingkungan seseorang sengaja dikelola untuk memungkinkan ia turut serta dalam tingkah laku tertentu dalam kondisi-kondisi khusus”. Menurut Susilana dan Riyana (2008, hlm.1) pembelajaran yaitu:

“Suatu kegiatan yang melibatkan seseorang dalam upaya memperoleh pengetahuan, keterampilan, dan nilai-nilai positif dengan memanfaatkan berbagai sumber untuk belajar. Pembelajaran dapat melibatkan dua pihak yaitu siswa sebagai pembelajaran dan guru sebagai fasilitator yang


(20)

2

Intan Ayu Dewi, 2014

Pengaruh pendekatan earth science community (earth comm) dan pembelajaran berbasis masalah terhadap kemampuan berpikir kritis peserta didik

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

terpenting dalam kegiatan pembelajaran adalah terjadinya proses belajar

(learning process)”

Pembelajaran bukan semata-mata menyampaikan materi saja, tetapi memperhatikan kondisi peserta didik, guru, fasilitas, perlengkapan dan prosedur yang saling mempengaruhinya demi mencapai tujuan pembelajaran. Tujuan pembelajaran adalah tercapainya perubahan perilaku atau kompetensi pada peserta didik setelah mengikuti kegiatan pembelajaran. Menurut Rusman (2012,hlm.131) “Kegiatan pembelajaran dilakukan oleh dua orang pelaku, yaitu guru dan siswa. Perilaku guru adalah mengajar dan perilaku siswa adalah belajar. Perilaku mengajar dan perilaku belajar tersebut terkait dengan bahan pembelajaran. Kegiatan pembelajaran, dalam implementasinya mengenal banyak istilah untuk menggambarkan cara mengajar yang akan dilakukan oleh guru. Saat ini, begitu banyak macam strategi ataupun metode pembelajaran yang bertujuan untuk meningkatkan kualitas pembelajaran menjadi lebih baik”.

Pembelajaran geografi memiliki dasar atau landasan berfikir mengenai konsep, tujuan dan teori belajar yang menunjang pembelajaran geografi, baik secara formal ataupun informal. Pembelajaran geografi sangat penting untuk dipelajari karena mempelajari segala aspek yang berkenaan di bumi yaitu geosfer, serta peserta didik dapat mempelajari interelasi dan interaksi dalam ruang yang terjadi dipermukaan bumi baik aspek fisik maupun sosial. Arvey dan Holly dalam (Maryani, 2006, hlm.110) menyatakan bahwa:

“Pembelajaran geografi sangat penting untuk memahami 1) ketimpangan distribusi sumber daya alam, 2) meluruskan pandangan tentang pengetahuan yang sifatnya pragmatis, 3) advocacy pendekatan deduktif, prediktif, 4) berguna bagi memahami masalah-masalah kemanusiaan dunia.

Empat alasan dan pendapat ahli di atas menegaskan pentingnya eksistensi pembelajaran geografi dipersekolahan. Sumaatmadja (1997, hlm.12) mengatakan “bahwa pengajaran geografi hakikatnya adalah pengajaran tentang aspek-aspek


(21)

3

Intan Ayu Dewi, 2014

Pengaruh pendekatan earth science community (earth comm) dan pembelajaran berbasis masalah terhadap kemampuan berpikir kritis peserta didik

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

keruangan permukaan bumi yang merupakan keseluruhan gejala alam dan kehidupan umat manusia dengan variasi kewilayahannya”. Dengan adanya hal tersebut menyebabkan pembelajaran geografi sangat penting diajarkan di sekolah-sekolah baik ditingkat sekolah-sekolah dasar sampai sekolah-sekolah tingkat menengah atas.

Menurut Daldjoeni (1982, hlm. 5) pengajaran geografi disekolah sebenarnya mengandung dua tujuan yaitu :

(1) Tujuan material yang artinya mempelajari hal-hal untuk diketahui belaka sehingga untuk jenis ini dibutuhkan latihan mengingat; (2) tujuan formal yang mengandung pengembangan daya cipta, latihan sikap pribadi dan kesediaan melayani masyarakat. Hal ini semua bertalian erat dengan didaktik dan metodik khusus geografi yang perlu diketahui oleh para guru geografi.

Pembelajaran geografi memiliki tujuan yang harus selaras dengan tujuan pendidikan nasional. Pembelajaran geografi memiliki tujuan pembelajaran yang bermakna bagi kehidupan peserta didik, dalam lingkup kehidupan bermasyarakat, kehidupan sosial dan kehidupan alam lingkungan. Ruang lingkup pembelajaran geografi lebih menelaah tentang bumi dalam hubungannya dengan manusia. Pembelajaran geografi sama dengan ruang lingkup geografi yaitu lebih menekankan alam lingkungan sebagai sumberdaya bagi kehidupan, persebaran mahluk hidup, interaksi ruang manusia dengan lingkungannya dan kesatuan regional dipermukaan bumi. Untuk dapat menelaah tersebut perlu adanya proses pembelajaran yang menyenangkan bagi peserta didik. Proses pembelajaran yang baik akan menghasilkan pembelajaran aktif bagi peserta didik dan hal tersebut akan mewujudkan tujuan pembelajaran yang diinginkan. Namun dalam belajar maupun proses belajar mengajar peserta didik kenyataannya mendapat banyak hambatan, tidak terkecuali pembelajaran geografi yaitu faktor proses belajar mengajar seperti faktor guru yang berkenaan dengan kompetensi pedagogik, kompetensi sosial dan kompetensi profesional (termasuk kualitas guru) dan faktor peserta didik itu sendiri.


(22)

4

Intan Ayu Dewi, 2014

Pengaruh pendekatan earth science community (earth comm) dan pembelajaran berbasis masalah terhadap kemampuan berpikir kritis peserta didik

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Fakta lain di lapangan saat ini menunjukan bahwa sebagian besar pembelajaran terkesan hanya berpusat pada guru (teacher oriented) yang menganggap guru adalah satu-satunya sumber informasi, dan peserta didik hanya sebagai penerima informasi serta dalam proses pembelajaran peserta didik masih terkesan pasif dan kelas dikuasai oleh hanya segelintir peserta didik saja yang aktif. Hal ini senada dengan yang dikemukakan oleh Lie (2007, hlm. 6) “guru sudah berusaha dan mendorong peserta didik untuk berpartisipasi di dalam kelas namun kebanyakan peserta didik terpaku menjadi penonton sementara arena kelas dikuasai oleh hanya segelintir orang”. Dalam hal ini perlu adanya proses pembelajaran yang tidak hanya satu arah. Selain itu, Pandangan bahwa pelajaran geografi adalah pelajaran hafalan menghasilkan kondisi kelas yang pasif dan membosankan. Hal tersebut, menjadikan pembelajaran geografi terkesan tidak menarik untuk dipelajari. Menurut Maryani (2009, hlm. 397) di persekolahan ilmu geografi seringkali dianggap tidak menarik untuk dipelajari, hal ini disebabkan oleh beberapa faktor:

(1) pelajaran geografi sering terjebak pada aspek kognitif tingkat rendah yaitu menghafal nama-nama tempat, sungai, dan gunung, atau sejumlah fakta lainnya; (2) ilmu geografi seringkali dikaitkan ilmu yang hanya pembuatan peta; (3) geografi hanya menggambarkan tentang perjalanan-perjalanan manusia di permukaan bumi; (4) proses pembelajaran ilmu geografi cenderung bersifat verbal, kurang melibatkan fakta-fakta actual, tidak menggunakan media kongkrit dan teknologi mutahir; (5) kurang aplikabel dalam memecahkan masalah-masalah yang berkembang saat ini. Dari kesimpulan tersebut pembelajaran geografi yang lebih menekankan pada permasalahan yang ada di permukaan bumi dalam kondisi tersebut peserta didik sulit untuk dapat memecahkan permasalahan-permasalahan yang terjadi di permukaan bumi khususnya di lingkungan tempat tinggal mereka. Selain itu, tuntutan guru dalam pembelajaran geografi harus dapat membuka wawasan berpikir kritis dan kreatif dari peserta didiknya sehingga mereka dapat


(23)

5

Intan Ayu Dewi, 2014

Pengaruh pendekatan earth science community (earth comm) dan pembelajaran berbasis masalah terhadap kemampuan berpikir kritis peserta didik

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

mempelajari berbagai fakta, konsep, generalisasi, dan teori, serta mampu menghubungkan dengan kehidupan nyata disekitarnya maupun cakrawala global.

Berdasarkan penelitian Marsudi (2011, hlm) “Rendahnya berpikir kritis siswa saat ini diakibatkan karena selama ini pembelajaran masih didominasi oleh guru melalui pendekatan ceramah dan ekspositori, guru jarang mengajak siswa untuk menganalisis secara mendalam tentang suatu konsep dan jarang mendorong siswa menggunakan kemampuan berpikir kritisnya”. Dari temuan tersebut, tampak bahwa pembelajaran geografi yang diselenggarakan oleh guru belum memberikan keleluasaan berpikir, sehingga dapat dikatakan bahwa selama ini pembelajaran geografi kurang mengembangkan kemampuan berpikir kritis peserta didik secara optimal. Kondisi pembelajaran seperti ini perlu diperbaiki mengingat peningkatan kemampuan berpikir kritis merupakan salah satu tujuan akhir dari pendidikan pada umumnya. Proses pembelajaran dalam konteks ini merupakan salah satu alternatif yang memungkinkan dikembangkannya keterampilan berpikir peserta didik dalam hal penalaran, komunikasi, dan koneksi dalam memecahkan suatu masalah yang ada lingkungan yaitu dengan pendekatan Earth Science

Community (EARTHCOMM) dan Pembelajaran Berbasis Masalah.

Pendekatan Earth Science Community (EARTHCOMM) pada pembelajaran geografi yang mana pembelajaran geografi lebih menekankan baik aspek fisik maupun sosial yang ada dibumi. Smith (2001, hlm.8) “EarthComm (Earth

Systems Science in The Community: Understanding Our Environment) lebih

menekankan pada konsep-konsep, untuk meningkatkan pemahaman dan kemampuan peserta didik dalam mengambil keputusan, berpikir kritis, dan dapat mengapresiasikan bumi sebagai sistem. EarthComm tidak membuat banyak topik seperti dalam buku teks”. Secara konseptual pendekatan EarthComm pada pembelajaran geografi diharapkan dapat membantu peserta didik mengenal bumi secara lebih mendalam. Pengenalan bumi secara mendalam diharapkan dapat meningkatkan kepedulian peserta didik terhadap lingkungan. Dengan adanya


(24)

6

Intan Ayu Dewi, 2014

Pengaruh pendekatan earth science community (earth comm) dan pembelajaran berbasis masalah terhadap kemampuan berpikir kritis peserta didik

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

pendekatan tersebut guru berusaha membuat sebuah pembelajaran geografi menjadi lebih menarik dan lebih berkesan kepada peserta didik dan akan memunculkan kemampuan berpikir yang kritis kepada peserta didik serta akan munculnya gagasan-gagasan yang baru setelah peserta didik diberikan pendekatan pembelajaran geografi dengan menggunakan pendekatan EarthComm dan Pembelajaran Berbasis Masalah.

Pembelajaran geografi yang lebih menekankan permasalahan dan fakta yang ada dipermukaan bumi menjadikan peserta didik harus selalu tanggap terhadap fenomena yang terjadi di lingkungannya. Selain itu, peserta didik dituntut dapat merancang berpikir tingkat tinggi dalam menanggapi situasi yang berorientasi masalah yang terjadi di lingkungan sekitar. Proses berpikir dan kegiatan pembelajaran adalah proses pembiasaan dan pembimbingan dalam berpikir yang dilakukan guru terhadap peserta didiknya meskipun proses berpikir peserta didik berbeda-beda. Hal ini pun senada dengan yang diungkapkan oleh Ningrum (2009, hlm. 70) :

Setiap orang memiliki kemampuan berpikir namun kedalaman dan keluasan dalam berpikir berbeda, karena setiap orang memiliki pengalaman dan pengetahuan baik teoritis maupun empiris serta latarbelakang yang berbeda. Oleh karena berpikir kritis merupakan kegiatan ilmiah, maka siswa sudah seharusnya memiliki kompetensi tersebut. Dalam setiap kegiatan pembelajaran, guru hendaknya memfasilitasi bagi tumbuh kembangnya kebiasaan siswa berpikir kritis. Kegiatan pembelajaran yang mengembangkan kemampuan siswa berpikir kritis dapat mendayagunakan potensi : rasa ingin tahu, berargumentasi, melihat kenyataan (menggunakan data atau fakta), bersikap objektif terhadap suatu objek, dan rasa penasaran atau tanggap terhadap sesuatu peristiwa.

Kemampuan peserta didik itu berbeda-beda tergantung keluasan berpikirnya, hal tersebut dipengaruhi oleh pengetahuan dan pengalaman peserta didik itu sendiri. Berpikir kritis merupakan kegiatan ilmiah yang seharusnya dimiliki oleh setiap peserta didik. Kenyataan sekarang peserta didik belum dapat peduli terhadap lingkungannya, padahal dalam hal ini peserta didik dituntut dapat


(25)

7

Intan Ayu Dewi, 2014

Pengaruh pendekatan earth science community (earth comm) dan pembelajaran berbasis masalah terhadap kemampuan berpikir kritis peserta didik

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

peduli terhadap lingkungan sekitarnya, Pembelajaran geografi dengan menggunakan pendekatan EarthComm dan Pembelajaran Berbasis Masalah diharapkan dapat meningkatan kemampuan berpikir peserta didik terhadap suatu masalah yang terjadi di permukaan bumi khususnya lingkungan tempat tinggal mereka. Untuk itu penulis akan mencoba untuk melakukan penelitian dengan judul “PENGARUH PENDEKATAN EARTH SCIENCE COMMUNITY

(EARTHCOMM) DAN PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH

TERHADAP KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS PESERTA DIDIK (Studi Eksperimen Kelas XI IPS Pada Mata Pelajaran Geografi Di SMA Negeri 15 Bandung).

B.Identifikasi Masalah

Permasalahan lingkungan hidup tidak terlepas dari faktor alam dan manusia di dalamnya. Manusia sebagai mahluk yang ada di bumi memiliki kecenderungan untuk mendominasi bumi. Kerusakan alam yang terjadi pada dasarnya lebih menitikberatkan pada kemampuan manusia dalam mengelola lingkungan. Sebagai individu yang menempati bumi harusnya masyarakat harus dapat mengelola lingkungan, begitu pula pada tingkat sekolah peserta didik harus dapat menjaga lingkungan sekolah maupun lingkungan tempat tinggal mereka. Bagi para peserta didik, tentunya kegiatan belajar mengajar memerlukan lingkungan pekarangan sekolah yang nyaman, bersih, dan cukup pepohonan, tidak terkecuali di SMA Negeri 15 Bandung, Sekolah ini berhasil menyandang sekolah berwawasan lingkungan hidup. Sekolah ini selama 4 tahun terakhir ini menyandang Adiwiyata. Dalam menjaga lingkungan pihaknya selalu membentuk kader kesehatan remaja demi tercapainya sekolah berbasis lingkungan yang lebih baik. Untuk menjaga kebersihan lingkungan sekolah perlu adanya peran dari semua pihak yang berada di Sekolah, baik itu guru maupun peserta didik. Selain


(26)

8

Intan Ayu Dewi, 2014

Pengaruh pendekatan earth science community (earth comm) dan pembelajaran berbasis masalah terhadap kemampuan berpikir kritis peserta didik

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

menjaga lingkungan sekolah, peserta didik harus diimbangi dengan pengetahuan peserta didik tentang permasalahan lingkungan.

Dewasa ini peserta didik belum peduli terhadap lingkungannya, padahal peserta didik dituntut memiliki sikap peduli terhadap lingkungan sekitarnya. Permasalahan tersebut tampaknya harus ditumbuhkembangkan kesadaran lingkungan kepada peserta didik, salah satu alternatif yang dapat dilakukan dalam menumbuhkembangkan kesadaran lingkungan di tengah-tengah masyarakat adalah melalui pendidikan di Sekolah. Geografi sebagai mata pelajaran yang diajarkan di sekolah mempelajari interaksi antara manusia dengan lingkungan, memiliki peran yang strategis dalam upaya menanamkan kesadaran peserta didik akan kelestarian lingkungan. Geografi diajarkan tentang berbagai topik yang berkaitan erat dengan masalah lingkungan. Dengan demikian terdapat keterkaitan antara materi ajar Geografi dengan kepedulian lingkungan hidup. SMA Negeri 15 Bandung salah satu sekolah yang berada di kawasan Sarijadi - Bandung, Jawa Barat mayoritas peserta didiknya berada di kawasan tersebut, untuk itu perlu penyampaian materi pelajaran yang tepat dan proses pembelajaran dapat diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari.

Pembelajaran geografi adalah mempelajari gejala-gejala di permukaan bumi secara keseluruhan dalam hubungan interaksi, interelasi, integrasi keruangannya. Pembelajaran geografi bukan sekedar pemahaman tentang konsep tetapi bagaimana peserta didik dapat mengaplikasikannya dalam kehidupan nyata. Salah satu pembelajaran yang dipandang dapat menumbuhkan pemahaman peserta didik terhadap permasalahan yang ada di bumi yaitu dengan pendekatan

Earth Science Community (EarthComm) dan Pembelajaran Berbasis Masalah.

Melalui pembelajaran geografi dengan menggunakan pendekatan EarthComm dan Pembelajaran Berbasis Masalah diharapkan peserta didik dapat lebih mengenal bumi secara lebih mendalam dan diharapkan dapat meningkatkan kemampuan


(27)

9

Intan Ayu Dewi, 2014

Pengaruh pendekatan earth science community (earth comm) dan pembelajaran berbasis masalah terhadap kemampuan berpikir kritis peserta didik

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

berpikir kritis peserta didik terhadap suatu masalah yang terjadi di permukaan bumi khususnya lingkungan tempat tinggal mereka.

Pembelajaran geografi yang diselenggarakan oleh guru, saat ini belum memberikan keleluasaan berpikir kritis kepada peserta didik. Kondisi pembelajaran seperti ini perlu diperbaiki mengingat peningkatan kemampuan berpikir kritis merupakan salah satu tujuan yang diajarkan disekolah. Selain itu, pembelajaran geografi yang lebih menekankan permasalahan dan fakta yang ada dipermukaan bumi dapat menumbuhkan sikap tanggap kepada peserta didik terhadap fenomena lingkungan. Kemampuan berpikir kritis merupakan salah satu bagian yang terpenting dalam kehidupan manusia. Berpikir kritis digunakan untuk mengatasi berbagai situasi dalam upaya memecahkan persoalan kehidupan. Oleh karena itu, kemampuan berpikir kritis menjadi penting bagi peserta didik khususnya pada pembelajaran geografi. Peserta didik akan belajar tentang masalah yang berada dikehidupannya dengan menggunakan kemampuan berpikir kritis. Untuk mengatasi permasalahan tersebut, peserta didik tidak serta merta mampu berpikir kritis tanpa melalui proses belajar. Berpikir kritis merupakan sebuah keterampilan yang didapatkan melalui proses, bukan merupakan sifat yang diwariskan orang tua kepada anaknya. Untuk itu perlu adanya upaya pembiasaan berpikir kritis kepada peserta didik di sekolah sedini mungkin baik melalui aktivitas intra kulikuler maupun ekstrakulikuler.

Pembelajaran geografi sangat penting untuk dipelajari karena mempelajari segala aspek yang berkenaan di bumi yaitu geosfer, serta peserta didik dapat mempelajari interelasi dan interaksi dalam ruang yang terjadi dipermukaan bumi, baik aspek fisik, sosial, maupun interaksi di antaranya keduanya. Untuk itu perlu adanya sebuah pendekatan pembelajaran yang dapat meningkatkan kemampuan berpikir kritis peserta didik yaitu dengan pembelajaran geografi melalui pendekataan EarthComm dan Pembelajaran Berbasis Masalah. Pendekatan ini diharapkan dapat membantu peserta didik dengan cara mengenal bumi secara


(28)

10

Intan Ayu Dewi, 2014

Pengaruh pendekatan earth science community (earth comm) dan pembelajaran berbasis masalah terhadap kemampuan berpikir kritis peserta didik

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

lebih mendalam, karena dengan peserta didik dapat mengenal bumi peserta didik akan muncul rasa peduli terhadap bumi itu sendiri khususnya terhadap lingkungan sekitarnya. Dengan adanya pembelajarans tersebut guru berusaha membuat pembelajaran geografi menjadi lebih menarik dan lebih berkesan kepada peserta didik dan akan memunculkan kemampuan berpikir yang kritis.

C.Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang permasalahan tersebut, berkenaan dengan kepentingan di atas dapat dirinci kedalam beberapa kepentingan operasional di bawah ini dengan permasalahan “Adakah pengaruh pendekatan EarthComm dan Pembelajaran Berbasis Masalah terhadap kemampuan berpikir kritis peserta didik dalam pembelajaran geografi di SMA Negeri 15 Bandung”?

1. Adakah perbedaan pendekataan EarthComm terhadap kemampuan berpikir kritis peserta didik sebelum dan sesudah perlakuan pada kelas eksperimen 1? 2. Adakah perbedaan Pembelajaran Berbasis Masalah terhadap kemampuan

berpikir kritis peserta didik sebelum dan sesudah perlakuan pada kelas eksperimen 2?

3. Adakah perbedaan pembelajaran konvensional terhadap kemampuan berpikir kritis sebelum dan sesudah pada kelas kontrol?

4. Adakah perbedaan kemampuan berpikir kritis peserta didik dengan menggunakan pendekatan EarthComm dan Pembelajaran Berbasis Masalah pada kelas eksperimen 1 dan eksperimen 2?

5. Adakah perbedaan kemampuan berpikir kritis peserta didik dengan menggunakan pendekatan EarthComm dengan pembelajaran konvensional pada kelas eksperimen 1 dengan kelas kontrol?

6. Adakah perbedaan kemampuan berpikir kritis peserta didik dengan menggunakan Pembelajaran Berbasis Masalah dengan pembelajaran konvensional pada kelas eksperimen 2 dengan kelas kontrol?


(29)

11

Intan Ayu Dewi, 2014

Pengaruh pendekatan earth science community (earth comm) dan pembelajaran berbasis masalah terhadap kemampuan berpikir kritis peserta didik

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu D.Tujuan Penelitian

Berdasarkan latar belakang dan rumusan masalah di atas, tujuan penelitian ini dirumuskan sebagai berikut.

1. Menganalisis perbedaan pendekataan EarthComm terhadap kemampuan berpikir kritis peserta didik sebelum dan sesudah perlakuan pada kelas eksperimen 1

2. Menganalisis perbedaan Pembelajaran Berbasis Masalah terhadap kemampuan berpikir kritis peserta didik sebelum dan sesudah perlakuan pada kelas eksperimen 2

3. Menganalisis perbedaan pembelajaran konvensional terhadap kemampuan berpikir kritis peserta didik sebelum dan sesudah tanpa perlakuan pada kelas kontrol

4. Menganalisis perbedaan kemampuan berpikir kritis peserta didik dengan menggunakan pendekatan EarthComm dan Pembelajaran Berbasis Masalah pada kelas eksperimen 1 dan eksperimen 2

5. Menganalisis perbedaan kemampuan berpikir kritis peserta didik dengan menggunakan pendekatan EarthComm dengan pembelajaran konvensional pada kelas eksperimen 1 dengan kelas kontrol

6. Menganalisis perbedaan kemampuan berpikir kritis peserta didik dengan menggunakan Pembelajaran Berbasis Masalah dengan pembelajaran konvensional pada kelas eksperimen 2 dengan kelas kontrol

E.Manfaat Penelitian

Adapun manfaat yang diharapkan dapat diambil dari hasil penelitian ini adalah sebagai berikut:


(30)

12

Intan Ayu Dewi, 2014

Pengaruh pendekatan earth science community (earth comm) dan pembelajaran berbasis masalah terhadap kemampuan berpikir kritis peserta didik

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

1. Manfaat Teoritis

Secara teoritis penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan, pengetahuan dan pemahaman guru geografi terkait dengan penggunaan pendekatan Earthcomm dan Pembelajaran Berbasis Masalah dalam kegiatan pembelajaran sehingga dapat mencapai tujuan dari pembelajaran geografi. Selanjutnya diharapkan dapat mengembangkan kreativitas guru dalam merancang dan melaksanakan pembelajaran yang lebih aktif, inovatif dan menyenangkan sehingga dapat mendorong peserta didik untuk mengembangkan dan meningkatkan kemampuan berpikir kritis serta menjadikan peserta didik lebih aktif, kreatif, mandiri dalam pembelajaran.

2. Manfaat Praktis

a. Diperoleh data atau informasi tentang kemampuan berpikir kritis di kalangan peserta didik pada pembelajaran geografi dengan menggunakan pendekatan EarthComm dan Pembelajaran Berbasis Masalah

b. Secara praktis penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan bagi guru, peserta didik dan sekolah khususnya guru mata pelajaran geografi dalam memilih pendekatan pembelajaran yang relevan sehingga dapat mempermudah guru dalam proses belajar mengajar dan sebagai masukan dan bahan pertimbangan bagi pemerintah khususnya dinas pendidikan yang peduli pada peningkatan mutu pendidikan khususnya mutu pendidikan geografi.

F.Struktur Organisasi Tesis

Struktur organisasi pada tesis ini merupakan sistematika atau rincian tentang urutan penulisan yang terdiri dari lima bab. Struktur organisasi tersebut dapat dilihat pada pernyataan di bawah ini.

Bab I (Pendahuluan) terdiri dari : 1. Latar belakang masalah.


(31)

13

Intan Ayu Dewi, 2014

Pengaruh pendekatan earth science community (earth comm) dan pembelajaran berbasis masalah terhadap kemampuan berpikir kritis peserta didik

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

2. Identifikasi masalah. 3. Rumusan masalah. 4. Tujuan penelitian. 5. Manfaat penelitian. 6. Struktur organisasi tesis.

Bab II (Kajian Pustaka, Kerangka Pemikiran Dan Hipotesis Penelitian) terdiri dari :

1. Teori dan konsep yang berkenaan dengan pembelajaran geografi, pendekatan

Earthcomm, dan kemampuan berpikir kritis, Pembelajaran Berbasis Masalah

2. Penelitian terdahulu. 3. Kerangka pemikiran. 4. Hipotesis penelitian.

Bab III (Metode Penelitian) terdiri dari : 1. Lokasi penelitian.

2. Populasi penelitian. 3. Sampel penelitian. 4. Desain penelitian. 5. Metode penelitian. 6. Definisi operasional. 7. Instrumen penelitian.

8. Proses pengembangan instrumen (pengujian validitas, reliabilitas, daya beda, dan tingkat kesukaran soal).

9. Teknik pengumpulan data. 10. Analisis data.

Bab IV terdiri dari :

1. Penjabaran tentang hasil penelitian di lapangan. 2. Pembahasan mengenai temuan yang dihasilkan. Bab V terdiri dari :


(32)

14

Intan Ayu Dewi, 2014

Pengaruh pendekatan earth science community (earth comm) dan pembelajaran berbasis masalah terhadap kemampuan berpikir kritis peserta didik

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

1. Kesimpulan 2. Rekomendasi


(33)

49

Intan Ayu Dewi, 2014

Pengaruh pendekatan earth science community (earth comm) dan pembelajaran berbasis masalah terhadap kemampuan berpikir kritis peserta didik

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu BAB III

METODE PENELITIAN

A.Lokasi Dan Populasi/ Sampel Penelitian 1. Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian ini berada di SMAN 15 Bandung yang terletak di jalan di Jl. Sarimanis I Sarijadi - Bandung, Jawa Barat. Peneliti memilih lokasi ini karena SMAN 15 Bandung merupakan sekolah yang menerapkan sekolah berbasis lingkungan, sehingga sangat cocok apabila pembelajaran geografi diterapkan dengan menggunakan pendekatan EarthComm dan Pembelajaran Berbasis Masalah. Dengan pembelajaran tersebut, diharapkan peserta didik akan mengenal bumi khususnya terhadap lingkungannya. Penulis akan mudah menghubungkan antara materi pelajaran mengenai kerusakan lingkungan pada peserta didik kelas XI IPS di SMAN 15 Bandung. Pertimbangan lain yaitu bahwa peserta didik SMAN 15 Bandung karena Sekolah ini berhasil menyandang sekolah berwawasan lingkungan hidup. Sekolah ini selama 4 tahun terakhir ini menyandang Adiwiyata, dengan adanya penghargaan tersebut peran serta peserta didik, guru, dan semua pihak sekolah tersebut harus mendukung tercapainya sekolah berbasis lingkungan yang lebih baik. Dengan adanya peserta didik turut serta dalam menjaga lingkungan sekolah menjadikan peserta didik ikut berpartisipasi dalam kebersihan dan kesehatan sekolah. Peran serta peserta didik tersebut tidak hanya kader remaja saja tetapi semua peserta harus turun langsung menjaga lingkungan sekolah serta diimbangi dengan pengetahuan peserta didik tentang permasalahan lingkungan.

Kenyataanya peserta didik belum peduli terhadap lingkungannya, padahal peserta didik dituntut memiliki sikap peduli terhadap lingkungan sekitarnya. Permasalahan tersebut tampaknya harus ditumbuhkembangkan kesadaran lingkungan kepada peserta didik serta masih rendahnya kemampuan berpikir kritisnya terhadap suatu masalah sehingga dengan penanaman konsep berpikir


(34)

50

Intan Ayu Dewi, 2014

Pengaruh pendekatan earth science community (earth comm) dan pembelajaran berbasis masalah terhadap kemampuan berpikir kritis peserta didik

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

kritis terhadap suatu masalah yang ada di bumi diindikasikan melalui pembelajaran dengan menggunakan pendekatan EarthComm diharapkan pembelajaran akan lebih bermakna dan dapat meningkatkan kemampuan berpikir kritis peserta didik serta dapat diaplikasikan ke dalam kehidupan sehari-hari.

2. Populasi Penelitian/ Sampel Penelitian

Menurut Warsito (1992, hlm. 49), “populasi yaitu sekumpulan unsur atau elemen yang menjadi objek penelitian dan elemen populasi itu merupakan satuan analisis”. Sedangkan pengertian populasi menurut Kountur (2007, hlm. 145) adalah “suatu kumpulan menyeluruh dari suatu objek yang merupakan perhatian peneliti, objek penelitian dapat berupa makhluk hidup, benda, sistem dan prosedur, fenomena, dan lain- lain”. Dari pernyataan tersebut dapat disimpulkan bahwa populasi merupakan keseluruhan objek yang akan diteliti baik berupa benda, manusia, peristiwa ataupun gejala yang akan terjadi. Berdasarkan definisi di atas, populasi dalam penelitian ini adalah seluruh peserta didik kelas XI IPS di SMAN 15 Bandung.

Tabel 3.1 Populasi Penelitian

Sumber : Daftar Nilai Siswa kelas XI IPS SMAN 15 Bandung, 2014

Alasannya penulis memilih kelas tersebut karena penulis ingin melihat sejauh mana kemampuan berpikir kritis peserta didik di SMAN 15 Bandung khususnya pada mata pelajaran geografi. Pengambilan populasi ini didasarkan pada Standar Kompetensi (SK) Menganalisis pemanfaatan dan pelestarian lingkungan hidup dan Kompetensi Dasar (KD) 3.7 Mengevaluasi tindakan yang

Kelas Jumlah siswa Nilai KKM Rata-rata Nilai %

XI IPS 1 38 75 79.60 79.60 %

XI IPS 2 39 75 78.24 78.24 %

XI IPS 3 38 75 79.61 79.61 %

XI IPS 4 39 75 77.89 77.89 %


(35)

51

Intan Ayu Dewi, 2014

Pengaruh pendekatan earth science community (earth comm) dan pembelajaran berbasis masalah terhadap kemampuan berpikir kritis peserta didik

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

tepat dalam pelestarian lingkungan hidup kaitannya dengan pembangunan yang berkelanjutan.

Nasution (2009, hlm. 86) sampel merupakan “memilih sejumlah tertentu dari keseluruhan populasi”. Sedangkan menurut Arikunto (2006, hlm.131-132) “Sampel adalah sebagian atau wakil populasi yang diteliti. Sampel sebagai suatu yang berlaku bagi populasi (cuplikan contoh) yang mewakili populasi yang bersangkutan”. Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini menggunakan teknik sampel purposif (purposive sample). Menurut Sugiyono (2008, hlm.122) adalah “teknik penentuan sampel dengan pertimbangan tertentu sehingga data yang diperoleh lebih representatif dengan melakukan proses penelitian yang kompeten dibidangnya”. Sampel penelitian ini terdiri dari 3 kelas dari kelas XI IPS yang memiliki kesetaraan pada potensi akademik yang di jelaskan pada tabel berikut ini.

Tabel 3.2 Sampel Penelitian

Sumber : Daftar Nilai Siswa kelas XI IPS SMAN 15 Bandung, 2014

Alasannya penulis mengambil sampel tersebut karena kelas tersebut memiliki kesetaraan pada potensi akademik dan dengan adanya sampel tersebut diharapkan dapat mengukur sejauh mana penelitian kemampuan berpikir kritis peserta didik dengan menggunakan pendekataan EarthComm di SMAN 15 Bandung pada kelas XI IPS 1, XI IPS 3 dan XI IPS 5.

B.Desain Penelitian

Kelas Jumlah siswa Nilai KKM Rata-Rata Nilai %

XI IPS 1 38 75 79.60 79.60 %

XI IPS 2 39 75 78.24 78.24 %

XI IPS 3 38 75 79.61 79.61 %

XI IPS 4 38 75 77.89 77.89 %


(36)

52

Intan Ayu Dewi, 2014

Pengaruh pendekatan earth science community (earth comm) dan pembelajaran berbasis masalah terhadap kemampuan berpikir kritis peserta didik

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah eksperimen kuasi atau biasa juga disebut eksperimen semu. Menurut Sukmadinata (2013, hlm. 205-206) “desain eksperimen dilakukan terhadap tiga kelompok masing-masing diambil secara acak. Terhadap ketiganya diberikan tes awal kemudian kelompok A diberi perlakuan 1, kelompok B diberi perlakuan 2, dan kelompok C tidak diberi perlakuan khusus, tetapi perlakukan seperti biasanya, umpanya dalam mengajar digunakan metode ceramah. Perlakuan 1, 2, merupakan rumpun yang sejenis tetapi berbeda-beda, umpanya dalam metode mengajar, digunakan pengamatan, percobaan, pemecahan masalah. Hasil dari tes awal dan akhir serta tes akhir masing-masing kelompok diperbandingkan”. Pola dalam penelitian ini “Desain Kelompok Kontrol/pembanding Prates-Pascates Beracak (Randomozed

Pretest-Posttest Control/Comparasion Group Desaign)

Dari pernyataan tersebut, maka penelitian ini dilakukan pada dua kelompok peserta didik yaitu kelompok eksperimen dan kelompok kontrol. Kelompok eksperimen pada penelitian ini terdiri dari dua kelas yaitu kelompok eksperimen yang menggunakan pendekatan EarthComm dan kelompok eksperimen yang

Problem Based Learning sedangkan kelompok kontrol terdiri dari satu kelas

dimana kelompok kontrol ini tidak dilakukan perlakuan. Desain penelitian ini dapat digambarkan pada tabel 3.3. di bawah ini.

Tabel 3.3.

Randomozed Pretest-Posttest Control/Comparasion Group Desaign

Kelas/ Kelompok Prates Perlakuan Postest

A (Eksperimen 1) O1 X1 O2

B (Eksperimen 2) O1 X2 O2

C (Kontrol) O1 - O2

Sumber : Sukmanidata (2008, hlm. 206) Keterangan :

A : Kelas eksperimen 1

O1 : Tes awal sebelum perlakuan diberikan pada kelas eksperimen 1 dengan


(37)

53

Intan Ayu Dewi, 2014

Pengaruh pendekatan earth science community (earth comm) dan pembelajaran berbasis masalah terhadap kemampuan berpikir kritis peserta didik

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

O2 : Tes akhir setelah perlakuan diberikan pada kelas eksperimen 1 dengan

menggunakan pendekatan EarthComm

B : Kelas eksperimen 2

O1 : Tes awal sebelum perlakuan diberikan pada kelas eksperimen 2 dengan

menggunakan Pembelajaran Berbasis Masalah

O2 : Tes akhir setelah perlakuan diberikan pada kelas eksperimen 2 dengan

menggunakan Pembelajaran Berbasis Masalah C : Kelas kontrol

O1 : Tes awal sebelum perlakuan diberikan pada kelas kontrol tanpa treatment

O2 : Tes akhir setelah perlakuan diberikan pada kelas kontrol tanpa treatment

X1 : Perlakuan dengan pembelajaran yang menggunakan pendekatan EarthComm

X2 :Perlakuan dengan pembelajaran yang menggunakan Pembelajaran Berbasis

Masalah

C.Metode Penelitian

Metode penelitian menurut Sukmadinata (2008, hlm. 52) merupakan “Rangkaian cara atau kegiatan pelaksanaan penelitian yang didasari oleh asumsi -asumsi dasar, pandangan-pandangan filosofis dan ideologis, pertanyaan dan isu-isu yang dihadapi”. Sedangkan menurut Sugiono (2008, hlm. 3) “metode penelitian diartikan sebagai cara ilmiah untuk mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu”. Uraian tersebut dapat disimpulkan bahwa metode penelitian merupakan suatu pelaksanaan penelitian yang didasari oleh asumsi-asumsi, isu-isu yang dihadapi atau adanya sebuah masalah yang harus diteliti secara mendalam untuk mendapatkan data untuk kegunaan tertentu. metode yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan metode penelitian kuantitatif.


(38)

54

Intan Ayu Dewi, 2014

Pengaruh pendekatan earth science community (earth comm) dan pembelajaran berbasis masalah terhadap kemampuan berpikir kritis peserta didik

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Penelitian yang dilakukan ini berjudul “Pengaruh Pendekatan Earth

Science Community (Earthcomm) Terhadap Kemampuan Berpikir Kritis Peserta

didik (Studi Eksperimen Pada Mata Pelajaran Geografi di SMA Negeri 15 Bandung)”, untuk menghindari kesalahan dalam memahami dan mengartikan judul tersebut, maka penulis akan memberikan penjelasan sebagai berikut.

1. Pendekatan Earth Science Community (EARTHCOMM)

Menurut Taufik (2010, hlm.12) “pendekatan pembelajaran dapat diartikan sebagai titik tolak atau sudut pandang kita terhadap proses pemebelajaran, yang merujuk pada pandangan tentang terjadinya suatu proses yang sifatnya masih sangat umum, di dalamya mewadahi, menginspirasi, menguatkan, dan melatari metode pembelajaran dengan cakupan teoritis tertentu. Dilihat dari pendekatannya, pembelajaran terdapat dua jenis pendekatan, yairtu: (1) pendekatan pembelajaran yang berorientasu atau berpusat pada peserta didik (student centered approach) dan (2) pendekatan pembelajaran yang berorientasi atau berpusat pada guru

(teacher centered approach). Sedangkan menurut Suyono dan Hariyanto

(2011:18), pendekatan pembelajaran merupakan suatu himpunan asumsi yang saling berhubungan dan terkait dengan sifat pembelajaran. Suatu pendekatan bersifat aksiomatik dan menggambarkan sifat-sifat dan ciri khas suatu pokok bahasan yang diajarkan. Dalam pengertian pendekatan pembelajaran tergambarkan latar psikologis dan latar pedagogis dari pilihan pembelajaran yang akan digunakan dan diterapkan oleh guru bersama peserta didik dengan pendekatan EarthComm menurut Smith (2001, hlm. 8) “EarthComm (Earth

Systems Science in The Community: Understanding Our Environment) lebih

menekankan pada konsep-konsep, untuk meningkatkan pemahaman dan kemampuan peserta didik dalam mengambil keputusan, berpikir kritis, dan dapat mengapresiasikan bumi sebagai sistem. EarthComm tidak membuat banyak topic seperti dalam buku teks. Pembelajaran EarthComm lebih menekankan lingkungan sebagai sumber belajar untuk dapat merangsang stimulus peserta didik.


(39)

55

Intan Ayu Dewi, 2014

Pengaruh pendekatan earth science community (earth comm) dan pembelajaran berbasis masalah terhadap kemampuan berpikir kritis peserta didik

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Pembelajaran dengan menggunakan EarthComm bertujuan untuk lebih mengenalkan dan mengajarkan peserta didik mengenai prinsip dan praktek ilmu bumi serta peserta didik dapat menunjukan relevansi ilmu bumi untuk kehidupan dengan lingkungan tempat tinggal mereka. Pembelajaran EarthComm lebih menekankan guru sebagai fasilitator dan peserta didik dituntut untuk dapat berperan aktif di dalam kelas. Pembelajaran EarthComm lebih menekankan lingkungan belajar dengan kerja lapangan atau lebih menyesuaikan dengan kondisi yang nyata di lapangan, dengan menyatukan kondisi tersebut dapat menimbulkan kemampuan berpikir peserta didik untuk dapat menganalisis suatu permasalahan yang ada di lingkungan dengan menyatukan antara teori dengan kenyataan.

2. Kemampuan Berpikir Kritis

Ennis dalam Fisher (2008, hlm.4) “memberikan definisi berpikir kritis adalah pemikiran yang masuk akal dan reflektif yang berfokus untuk memutuskan apa yang mesti dipercaya atau dilakukan”. langkah-langkah berpikir kritis menurut Costa (1985, hlm. 278) yaitu:

The Statewide History-Social Science Assesment advisory Committee

(Kneedler dalam L Costa 1985, hlm.278) mengemukakan bahwa langkah berpikir kritis itu dapat dikelompokkan menjadi tiga langkah: pengenalan masalah (defining/clarifying problem), menilai informasi (judging

information) dan memecahkan masalah atau menarik kesimpulan (solving

problems/drawing conclusion).

Lebih rinci Sedangkan menurut Kusaeri dan Suprananto (2012, hlm. 152) kemampuan berpikir kritis dapat dijadikan dalam menuntut penalaran lebih tinggi yaitu:(1) Memfokuskan pada pertanyaan, (2)Menganalisis argument, (3) Mempertimbangkan hal yang dapat dipercaya, (4) Mempertimbangkan laporan observasi, (5) Membandingkan kesimpulan, (6) Menentukan kesimpulan, (7) Mempertimbangkan kemampuan induksi, (8) Menilai, (9)Mendefinisikan konsep, (10) Mendefinisikan asumsi, (11) Mendeskripsikan. Parameter tersebut diukur


(40)

56

Intan Ayu Dewi, 2014

Pengaruh pendekatan earth science community (earth comm) dan pembelajaran berbasis masalah terhadap kemampuan berpikir kritis peserta didik

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

untuk mengetahui kemampuan berpikir peserta didik dalam pembelajaran geografi. Operasional variabel kemampuan berpikir kritis dijabarkan pada tabel 3.4 sebagai berikut:

Tabel 3.4

Operasional Variabel Kemampuan Berpikir Kritis Peserta didik

Indikator Sub Indikator

1.Memfokuskan pada pertanyaan  Mengidentifikasi suatu masalah,

 Memilih salah satu masalah

 Merumuskan salah satu masalah

 Mencari jawaban

 Merancang jawaban

2. Menganalisis Argumen  Memberikan alasan terhadap jawaban

3. Mempertimbangkan hal yang dapat dipercaya

 Mengindentifikasi asumsi

 Merumuskan asumsi

4. Membandingkan kesimpulan  Membuat beberapa alternatif jawaban secara tepat dan logis 5. Mempertimbangkan kemampuan

induksi

 Membuat rencana kesimpulan

6. Menilai  Memutuskan jawaban yang paling

tepat dan logis serta alasannya 7. Mendefinisikan konsep  Penyajian Hasil

Sumber : Di adaptasi dari Kusaeri dan Suprananto (2012, hlm 153-154) Dari pernyataan tersebut dapat disimpulkan bahwa kemampuan berpikir kritis adalah kemampuan menggunakan logika untuk membuat, menganalisis mengevaluasi serta mengambil keputusan tentang apa yang diyakini dan dilakukan.

3. Pembelajaran Berbasis Masalah

Menurut Arends (Putra, 2013. hlm.66-67) “model Problem Based Learning

merupakan model pembelajaran dengan memberikan masalah yang autentik atau nyata kepada siswa, kemudian siswa dapat menyusun pengetahuannya sendiri, menumbuhkan keterampilan yang lebih tinggi, menjadikan siswa mandiri dan meningkatkan kepercayaan diri siswa”. Sedangkan Pembelajaran Berbasis


(41)

57

Intan Ayu Dewi, 2014

Pengaruh pendekatan earth science community (earth comm) dan pembelajaran berbasis masalah terhadap kemampuan berpikir kritis peserta didik

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

masalah menurut Sugianto (2009, hlm. 151) “dirancang untuk membantu mencapai tujuan-tujuan seperti meningkatkan keterampilan intelektual dan investigative, memahami peran orang dewasa, dan membantu siswa untuk menjadi pelajar yang mandiri”.

Pembelajaran Berbasis Masalah merupakan pembelajaran kontekstual, dimana guru memberikan suatu permasalahan untuk dipecahkan oleh peserta didik. Dalam hal ini, guru menjelaskan tujuan logistik yang dibutuhkan, memotivasi peserta didik agar terlibat secara aktif dalam pemecahan masalah yang dipilih, serta membantu peserta didik dalam mendefinisikan dan mengorganisasikan tugas belajar yang berhubungan dengan masalah tersebut. Setelah itu, guru mendorong peserta didik untuk mengumpulkan informasi yang sesuai, melaksanakan eksperimen guna mendapatkan penjelasan dan pemecahan masalah serta membantu peserta didik dalam merencanakan dan menyiapkan karya yang sesuai, seperti laporan. Kegiatan selanjutnya ialah mengevaluasi hasil belajar tentang materi yang telah dipelajari atau menyusun kelompok presentasi hasil kerja.

4. Pembelajaran Geografi

Pengertian secara khusus mata pelajaran geografi merupakan bagian dari Ilmu Pengetahuan Sosial. Geografi merupakan ilmu yang mempelajari tentang aspek-aspek keruangan permukaan bumi yang merupakan keseluruhan gejala alam dan kehidupan manusia dengan variasi kewilayahan menurut Sumaatmadja (1997, hlm.12). “Pembelajaran geografi bertujuan untuk meningkatkan kemampuan anak didik untuk mencapai kedewasaan mental di dalam berpikir, merasakan, bekerja, sikap sosial serta memberikan pengalaman belajar secara langsung melalui penggunaan dan mengembangkan keterampilan berpikir untuk menguatkan pemahaman tentang suatu materi, sehingga anak didik mampu hidup sesuai dengan kondisi lingkungan dan masalah yang dihadapi dalam kehidupan ini”.


(42)

58

Intan Ayu Dewi, 2014

Pengaruh pendekatan earth science community (earth comm) dan pembelajaran berbasis masalah terhadap kemampuan berpikir kritis peserta didik

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Dari penjelasan tersebut dapat disimpulkan bahwa dengan banyaknya permasalahan pembelajaran geografi di sekolah, khususnya di Sekolah Menengah Atas (SMA) baik guru geografi maupun calon guru geografi perlu memahami sesuatu pendekatan, strategi, model dan bantuan media pembelajaran di kelas untuk dapat memberikan pembelajaran aktif dan menyenangkan. Untuk itu penulis mencoba menerapkan pembelajaran geografi dengan menggunakan pendekatan EarthComm dan Pembelajaran Berbasis Masalah, diharapkan dapat meningkatkan kemampuan berpikir kritis peserta didik, karena dalam pembelajaran geografi peserta didik tidak hanya sekedar mengetahui tentang bumi tetapi peserta didik dapat mengetahui seluruh yang ada dipermukaan beserta kehidupan masyarakat. Pentingnya berpikir kritis dalam pembelajaran geografi dapat merancang peserta didik berpikir tingkat tinggi dalam situasi masalah yang terjadi di lingkungan tempat tinggal peserta didik, serta merangsang peserta didik untuk belajar melibatkan analisis, sintesis, dan evaluasi konsep.

4. Kelas Eksperimen

Kelas eksperimen pada penelitian ini adalah kelas XI IPS 1 dan XI IPS 3, yaitu kelas yang mendapat treatment atau perlakuan khusus. Kelas eksperimen ini terdiri dari dua kelas yaitu kelas eksperimen 1 diberikan perlakuan dengan pendekatan EarthComm pada pembelajaran geografi sedangkan kelas eksperimen 2 diberikan perlakuan dengan menggunakan Pembelajaran Berbasis Masalah.

5. Kelas Kontrol

Kelas kontrol pada penelitian ini adalah kelas XI IPS 5, yaitu sebagai kelas pembanding. Kelas kontrol ini merupakan kelas yang pada saat pembelajaran diberikan keleluasaan pada guru geografi untuk melakukan proses pembelajaran secara alamiah tanpa diberikan perlakuan khusus atau tratment.


(43)

59

Intan Ayu Dewi, 2014

Pengaruh pendekatan earth science community (earth comm) dan pembelajaran berbasis masalah terhadap kemampuan berpikir kritis peserta didik

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Instrumen yang digunakan untuk mengumpulkan data dalam penelitian ini adalah sebagai berikut.

1. Tes

Menurut Mardapi (2008, hlm.71) “tes merupakan sejumlah pertanyaan yang memiliki jawaban benar atau salah”. Sedangkan menurut Kusaeri dan Suprananto (2012, hlm. 16) “tes atau pengujian adalah suatu prosedur sistematis yang dilakukan berdasarkan tujuan dan tata cara yang jelas”. Tes dalam penelitian ini bertujuan untuk melihat kemampuan berpikir kritis peserta didik dalam pembelajaran geografi. Tipe tes yang digunakan dalam penelitian ini adalah tipe subjektif bentuk uraian (essay). Karena dengan bentuk uraian akan terlihat strategi peserta didik dalam menyelesaikan permasalahan. Selain itu bertujuan untuk mengetahui proses berpikir, langkah-langkah pengerjaan, dan ketelitian peserta didik dalam menjawab soal. Tes yang digunakan dalam penelitian ini adalah berupa soal uraian sebanyak 10 soal. Soal tes bentuk uraian memiliki kelebihan antara lain dapat mengukur kemampuan peserta didik dalam hal menyajikan jawaban terurai secara bebas, mengemukakan pendapatnya, dan mengekspresikan gagasan-gagasan dengan menggunakan kata-kata atau kalimat peserta didik sendiri. Maka dari itu bentuk tes ini dipilih oleh peneliti karena bentuk tes uraian cocok untuk mengukur tingkat pemahaman berpikir kritis peserta didik dalam menghadapi suatu masalah. Senada dengan yang diungkapkan Sudjana (2013, hlm. 43) “dalam soal uraian dipertimbangkan beberapa aspek, antara lain:

(a) Kebenaran isi sesuai dengan kaidah-kaidah materi yang ditanyakan, (b) sistematika atau urutan logis dari kerangka berpikirnya yang dilihat dari penyajian gagasan jawaban, dan (c) bahasa yang digunakan dalam mengekspresikan buah pikirannya. kemampuan yang diungkapkan melalui bentuk tes uraian tidak hanya mencakup berpikir logis, tetapi juga kemampuan berbahasa para siswa”

Dari pernyataan tersebut menyebutkan bahwa dengan mengukur kemampuan berpikir kritis peserta didik tidak hanya menguji dengan pertanyaan


(1)

Intan Ayu Dewi, 2014

Pengaruh pendekatan earth science community (earth comm) dan pembelajaran berbasis masalah terhadap kemampuan berpikir kritis peserta didik

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

0.75. dengan n=28 taraf signifikansi 5% diperoleh 0.374. Karena r hitung lebih besar dari r tabel untuk taraf signifikansi 5 %, Maka dapat disimpulkan bahwa soal tes uraian berpikir kritis mengenai materi kerusakan lingkungan dan pemanasan global tersebut reliable dan dapat digunakan untuk penelitian.

3. Tingkat kesukaran soal

Tingkat kesukaran soal adalah peluang untuk menjawan benar suatu soal pada tingkat kemampuan tertentuyang biasanya dinyatakan dalam bentuk indeks (Prabowo, Ardhi, 2009 ). Uji soal ini sangat penting dilakukan agar soal yang menjadi instrumen tidak didominasi oleh soal yang mudah atau sukar saja. Untuk menghitung tingkat kesukaran soal berbentuk uraian peneliti menggunakan Anates versi 4 dengan melihat uji keterbacaan soal dan melihat pemahaman peserta didik dalam menjawab soal.

4. Daya Pembeda

Daya pembeda pada penelitian ini menggunakan daya pembeda soal uraian, yaitu dengan cara menunjukan tingkat kesukaran soal uraian. Menurut Surapranata (2006, hlm. 40) “Langkah yang dilakukan untuk menghitung daya pembeda soal uraian sama seperti apa yang dilakukan pada soal pilihan ganda. Setelah itu soal diurutkan seluruh skor yang rendah dengan membagi seluruh peserta tes menjadi 275 kelompok atas, yaitu kelompok yang memiliki skor total tinggi dan 27% kelompok bawah, yaitu kelompok peserta tes yang memperoleh

skor rendah”. Untuk menghitung nilai koefisien daya pembeda dapat dilihat pada

tabel berikut ini.

Tabel 3.6

Nilai Koefisien Daya Pembeda Nilai daya beda Kategori 0.00-0.20 Jelek 0.21-0.40 Cukup 0.41-0.70 Baik 0.71-1.00 Baik sekali Sumber : Arikunto, (2009, hlm.218)


(2)

Intan Ayu Dewi, 2014

Pengaruh pendekatan earth science community (earth comm) dan pembelajaran berbasis masalah terhadap kemampuan berpikir kritis peserta didik

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Indeks daya pembeda butir soal uraian ini peneliti menggunakan Anates versi 4. Klasifikasi untuk mengintrepretasikan tingkat kesukaran soal dijelaskan pada tabel berikut ini.

Tabel 3.7

Kategori Tingkat Kesukaran Soal Nilai p Kategori P < 0.3 Sukar

0.3 ≤ p ≤ 0.7 sedang

P > 7 Mudah

Sumber : Surapranata (2006, hlm.21) G.Teknik Pengumpulan Data

Teknik atau metode pengumpulan data adalah cara-cara yang dapat digunakan oleh peneliti untuk mengumpulkan data, adapun teknik yang dipergunakan untuk penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Observasi

Tehnik observasi lapangan dilakukan untuk mendapatkan data yang aktual dan langsung dengan melakukan pengamatan dan pencatatan secara sistematis terhadap gejala atau fenomena yang ada pada objek penelitian. Dalam hal ini dilakukan dengan cara pengamatan langsung dilapangan dengan menggunakan daftar cek lapangan dan satuan format observasi kemampuan berpikir kritis peserta didik.

2. Tes

Tes yang digunakan dalam penelitian ini adalah tes uraian. Bentuk ini dipilih peneliti karena dalam tes uraian cocok untuk mengukur kemampuan berpikir kritis peserta didik untuk dapat mengenal permasalahan di bumi. Pemberian tes dilakukan setelah peserta didik diberikan perlakuan dengan menggunakan pendekatan EarthComm pada kelas eksperimen 1, dan Problem Based Learning

pada kelas eksperimen 2. Serta kelas kontrol yang dibiarkan alami tanpa treatment atau perlakuan.


(3)

Intan Ayu Dewi, 2014

Pengaruh pendekatan earth science community (earth comm) dan pembelajaran berbasis masalah terhadap kemampuan berpikir kritis peserta didik

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

H. Analisis Data

Pada tahap ini penulis melakukan pemilihan dan pengecekan terhadap instrumen penelitian tentang kelengkapan, kejelasan, dan pengisian. Alat penelitian ini akan diabaikan jika tidak memenuhi syarat, sehingga memudahkan dalam pengolahan data. Kemudian data tersebut dianalisa dengan menggunakan beberapa pendekatan, yaitu dengan menggunakan:

1. Peningkatan Pemahaman Kemampuan Berpikir Kritis Peserta Didik Peningkatan yang terjadi sebelum dan sesudah pembelajaran dihitung dengan menggunakan rumus gain yang dinormalisasi (N-Gain). Rumus gain yang digunakan dalam penelitian ini.

g = S post– S pre (Agustendi, 2010, hlm. 75) S maks– S pre

Keterangan :

S post = skor tes akhir

S pre = skor tes awal

Tabel 3.8

Kategori Tingkat Gain yang Dinormalisasi Batasan Kategori

g > 0,7 Tinggi 0,3 < g < 0,7 Sedang g < 0,3 Rendah

Sumber : Agustendi, 2010, hlm. 75 2. Uji Normalitas

Pengujian normalitas dalam penelitian ini digunakan untuk mengetahui normal tidaknya suatu distribusi data. Pengujian normalitas data pada penelitian ini dilakukan dengan cara uji statistic parametric dan non parametric yaitu menggunakan uji One Sample Kolmogorov Smirnov. Pengujian ini dilakukan menggunakan program SPSS versi 20 dengan kriteria pengujian yaitu:

a. H1 diterima jika x2 hitung < x2 tabel (berdistribusi normal) dan


(4)

Intan Ayu Dewi, 2014

Pengaruh pendekatan earth science community (earth comm) dan pembelajaran berbasis masalah terhadap kemampuan berpikir kritis peserta didik

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

b. H0 tolak jika x2 hitung > x2 tabel (tidak berdistribusi normal).

Taraf signifikan (α) adalah 0,05 dan dk = (k-3).

3. Uji Homogenitas

Menurut Riduwan (2010, hlm. 120) “Uji homogenitas merupakan uji yang membandingkan nilai varians terbesar dengan varians terkecil.” Fungsi uji homogenitas ini adalah untuk menguji apakah data tersebut homogen atau tidak. Uji homogenitas pada penelitan ini menggunakan program SPSS versi 20, kriteria pengujian pada uji homogenitas yaitu:

a. H1 diterima jika nilai sig. > 0.05 artinya data bersifat homogen

b. H0 ditolak jika nilai sig. < 0.05 artinya data bersifat tidak homogen

4. Uji Hipotesis

Untuk keperluan analisis perbandingan dua variabel, maka statistik yang digunakan adalah statistik inferensial dengan uji-t. Menurut Subana, et al

(2000, hlm. 168) menyatakan “uji-t adalah tes statistik yang dapat dipakai

untuk menguji perbedaan atau kesamaan dua kondisi/ perlakuan atau dua kelompok yang berbeda dengan prinsip membandingkan rata-rata kedua kelompok tersebut”. Dalam penelitian ini pengujian hipotesis pada kelas eksperimen 1 , eksperimen 2, dan kelas kontrol melalui program SPSS versi 20. Pengujian data menggunakan uji statistic parametric Paired Samples T-Test

untuk data yang bersifat normal dan data yang bersifat tidak normal menggunakan statistic Non Parametrik dengan uji Wilcoxon. Menurut

Sulistiyani (2009, hlm. 140) menyatakan “Paired Samples T-Test (uji t sample

berpasangan) adalah prosedur yang digunakan untuk membandingkan rata-rata

dua variabel untuk suatu grup sample tunggal”. Uji hipotesis ini digunakan

untuk mencari nilai selisih antara dua variabel. Syarat penggunaan uji ini adalah jika data pada variabel bersifat kuantitatif dan data tersebut berdistribusi


(5)

Intan Ayu Dewi, 2014

Pengaruh pendekatan earth science community (earth comm) dan pembelajaran berbasis masalah terhadap kemampuan berpikir kritis peserta didik

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

normal. Sedangkan uji Wilcoxon digunakan untuk menguji beda data berpasangan. Uji ini merupakan alternative untuk uji-t dua sampel berpasangan (Parired Sample t-Test).

Setelah mengujikan Uji Paired Samples t-Test, maka uji yang selanjutnya dipakai adalah uji Independent Samples t-Test (uji sampel independen).

Menurut Sulistiyani (2009,hlm.134) menyatakan “Independent Samples T-Test

(uji t sampel independen) merupakan prosedur uji t untuk kasus sampel bebas dengan membandingkan rata-rata dua kelompok”. Uji ini untuk membedakan kinerja kelompok yang terdapat dalam sampel ke dalam dua kelompok dengan dua kriteria yang berbeda.

Alur Penelitian Penelitian Terdahulu

Identifikasi Masalah

Pembuatan Rumusan Masalah

Pembuatan Instrumen berupa RPP, lembar observasi, LKS


(6)

Intan Ayu Dewi, 2014

Pengaruh pendekatan earth science community (earth comm) dan pembelajaran berbasis masalah terhadap kemampuan berpikir kritis peserta didik

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Uji Validitas Soal

Tes Awal

Rencana Proses Pembelajaran

Proses pembelajaran dengan menggunakan Pendekatan

Earthcomm (eksperimen 1)

Proses pembelajaran dengan menggunakan Pembelajaran

Berbasis Masalah (eksperimen 2)

Proses pembelajaran yang dilakukan secara alami tanpa

treatment (kontrol)

Observasi Observasi Observasi

Kesimpulan Analisis Data


Dokumen yang terkait

PERBANDINGAN HASIL BELAJAR SISWA YANG DIAJARKAN DENGAN MODEL PEMBELAJARAN EARTH SCIENCE COMMUNITY DAN DENGAN MODEL PEMBELAJARAN ENVIRONMENTAL LEARNING DALAM MATA PELAJARAN GEOGRAFI DI SMA NEGERI 5 BANDA ACEH.

1 7 1

Pengaruh Model Pembelajaran Berbasis Masalah (Pbm) Terhadap Kemampuan Berpikir Kritis Matematis Siswa Di Smk Dharma Karya Jakarta

1 16 221

PENGARUH PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH DENGAN MENGGUNAKAN MEDIA ANIMASI TERHADAP KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH DAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS SISWA SMA NEGERI 6 LHOKSEUMAWE.

3 10 27

PENINGKATAN KEMAMPUAN PEMAHAMAN MATEMATIK DAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS SISWA SMA MELALUI PENDEKATAN PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH.

0 1 34

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS PROYEK (PROJECT BASED LEARNING) TERHADAP KETERAMPILAN BERPIKIR KREATIF PESERTA DIDIK PADA MATA PELAJARAN GEOGRAFI : Studi Quasi Eksperimen di SMA Negeri 2 Subang.

1 6 59

PENGARUH PENGGUNAAN METODE PROBLEM SOLVING TERHADAP KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS PESERTA DIDIK SMA : Studi Kuasi Eksperimen Pada Mata Pelajaran Ekonomi Peserta Didik Kelas X SMA Negeri 11 Pekanbaru Tahun Pelajaran 2013-2014.

0 0 53

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH (PROBLEM BASED LEARNING) TERHADAP KETERAMPILAN BERPIKIR KREATIF PESERTA DIDIK PADA MATA PELAJARAN GEOGRAFI :Studi Quasi Eksperimen di Kelas X SMA Negeri 2 Bandung.

0 0 24

PENERAPAN METODE PEMBELAJARAN BRAINSTORMINGUNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS PESERTA DIDIK KELAS XI IPS 4 DI SMA NEGERI SITURAJA : Penelitian Tindakan Kelas Pada Mata Pelajaran Geografi.

0 5 34

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN POE (PREDICT, OBSERVE, EXPLAIN) TERHADAP PEMAHAMAN KONSEP DAN KEMAMPUAN BERPIKIR KREATIF PESERTA DIDIK : Studi Eksperimen Pada Mata Pelajaran Geografi Kelas X di SMA Negeri Darmaraja Kabupaten Sumedang.

0 2 50

PENGARUH PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH LINGKUNGAN TERHADAP BERPIKIR KRITIS SISWA PADA MATA PELAJARAN GEOGRAFI KELAS XI SMA NEGERI 1 LEMBANG.

1 3 43