PELAKSANAANMODEL PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH PADA MATA PELAJARAN PPKn KELAS XI DI SMA NEGERI 1 BALAPULANG

(1)

i

PELAKSANAANMODEL PEMBELAJARAN BERBASIS

MASALAH PADA MATA PELAJARAN PPKn KELAS XI DI

SMA NEGERI 1 BALAPULANG

SKRIPSI

Disusun Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan

Oleh:

Arie Tri Wijayanto 3301411112

PRODI PENDIDIKAN PANCASILA DAN

KEWARGANEGARAAN

JURUSAN POLITIK DAN KEWARGANEGARAAN

FAKULTAS ILMU SOSIAL

UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG

2015


(2)

(3)

iii

PENGESAHAN KELULUSAN

Skripsi ini telah dipertahankan di depan Sidang Panitia Ujian Skripsi Fakultas Ilmu Sosial, Universitas Negeri Semarang pada:

Hari : Jum;at

Tanggal : 18 Oktober

Penguji I

Drs. Slamet Sumarto, M.Pd. NIP. 196101271986011001

Penguji II

Drs. Tijan, M.Si. NIP. 196211201987021001

Penguji III

Andi Suhardiyanto, S.Pd.,M.Si NIP. 197610112006041002


(4)

iv

PERNYATAAN

Saya menyatakan bahwa yang tertulis didalam skripsi ini benar-benar hasil karya saya sendiri, bukan jiplakan hasil karya orang lain, baik sebagian atau seluruhnya. Pendapat atau karya orang lain yang terdapat di dalam skripsi ini dikutip atau dirujuk berdasarkan kode etik ilmiah.

Semarang, 04 September 2015

Arie Tri Wijayanto NIM. 3301411112


(5)

v

MOTTO DAN PERSEMBAHAN

MOTTO

 Tidak ada keberhasilan tanpa perjuangan, dan tidak ada perjuangan tanpa pengorbanan

 Kesulitan yang menghadang adalah yang harus dilalui bukan untuk dijauhi

PERSEMBAHAN

Dengan rasa syukur kepada Allah SWT atas segala karunia-Nya, karya kecilku ini kupersembahkan untuk:

 Bapak dan Ibu tercinta, Suwarto Wibowo (Alm) dan Mutomimah, terimakasih atas pengorbanan dan do’a yang tak henti untukku.

 Kakak-kakaku tersayang, Siswo Panuto (Alm) dan Rendra Asmo Dwi Putro yang selalu memberi do’a dan motivasi.

 Dosen-dosen ku, terutama pembimbingku yang tak pernah lelah dan sabar memberikan bimbingan dan arahan kepada ku.

 Sahabat-sahabatku kost potret yang selalu memberikan semangatnya..


(6)

vi SARI

Wijayanto, Arie Tri. 2015. “Pelaksanaan Model Pembelajaran Berbasis Masalah Pada Mata Pelajaran PPKn Kelas XI Di SMA Negeri 1 Balapulang”. Skripsi. Jurusan Politik dan Kewarganegaraan. Fakultas Ilmu Sosial. Universirtas Negeri Semarang. Pembimbing I Drs. Tijan, M.Si. Pembimbinng II Andi Suhardiyanto, S.Pd.,M.Si Kata Kunci: Model Pembelajaran Berbasis Masalah. PPKn

Permasalahan di SMA Negeri 1 Balapulang pada mata pelajaran PPKn peserta didik kurang aktif dalam berfikir kritis dan kurang aktif dalam mengemukakan pendapat. Keberhasilan dalam pembelajaran PPKn terletak pada penggunaan model pembelajaran. Model Pembelajaran Berbasis Masalah memiliki spesifikasi dapat melatih peserta didik untuk aktif berfikir kritis dalam memecahkan masalah, dan berani untuk mengemukakan pendapat. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pelaksanaan model Pembelajaran Berbasis Masalah pada mata pelajaran PPKn kelas XI di SMA Negeri 1 Balapulang dan mengetahui hambatan-hambatan dalam pelaksanaan model Pembelajaran Berbasis Masalah pada mata pelajaran PPKn kelas XI di SMA Negeri 1 Balapulang.

Penelitian ini menggunakan metode kualitatif deskriptif. Lokasi penelitian di SMA Negeri 1 Balapulang. Tekhnik pengumpulan data dengan oservasi, wawancara dan dokumentasi. Analisis data dilakukan dengan menggunakan model analisis data interaktif yang ditempuh melalui proses reduksi data, penyajian data, dan menarik kesimpulan/verifikasi.

Hasil penelitian menunjukkan Pelaksanaan model Pembelajaran Berbasis

Masalahpada mata pelajaran Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan di kelas XI

IPS 3 SMA Negeri 1 Balapulang sudah dilaksanakan sesuai dengan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran. Pelaksanaan model Pembelajaran Berbasis Masalah pada mata pelajaran Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan di kelas XI IPS 3 SMA Negeri 1 Balapulang meningkatkan kemampuan berfikir kritis, meningkatkan aktivitas belajar siswa, dan meningkatkan sikap tanggung jawab. Hambatan dalam pelaksanaan model Pembelajaran Berbasis Masalah adalah kurangnya waktu pembelajaran, pendidik kurang menjadi fasilitator yang baik pada tahapan bimbingan kelompok, dan terdapat peserta didik yang kurang aktif dalam diskusi kelompok. Berdasarkan hasil penelitian, saran yang dapat penulis berikan adalah pihak sekolah perlu melakukan sosialisasi agar lebih maksimal pelaksanaan model Pembelajaran Berbasis Masalah, bagi guru agar lebih dapat meningkatkan kreativitas dalam penggunaan model pembelajaran, lebih dapat mengefisiensikan waktu yang ada selama proses kegiatan belajar mengajar, serta selama proses pembelajaran berlangsung diharapkan pendidik aktif membimbing peserta didik dalam diskusi kelompok.


(7)

vii PRAKATA

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya, sehingga skripsi dengan judul “Pelaksanaan Model Pembelajaran Berbasis Masalah Pada Mata Pelajaran PPKn Kelas XI Di SMA Negeri 1 Balapulang” telah diselesaikan dengan baik dan lancar. Skripsi ini disusun sebagai salah satu syarat untuk mencapai gelar Sarjana Pendidikan pada Jurusan Politik dan Kewaarganegaraan, Fakultas Ilmu Sosial, Universitas Negeri Semarang.

Penulisan skripsi ini tidak terlepas dari bantuan dan kerja sama serta dukungan berbagai pihak. Untuk itu dalam kesempatan ini penulis dengan tulus mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:

1. Prof. Dr. Fathur Rokhman, M.Hum., Rektor Universitas Negeri Semarang yang telah memberi kesempatan kepada peneliti untuk menimba ilmu di UNNES. 2. Dr. Subagyo, M.Pd., Dekan Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Semarang

yang telah memberikan yang telah memberi kemudahan administrasi dalam perijinan penelitian.

3. Drs. Slamet Sumarto, M.Pd.,Ketua Jurusan Politik dan Kewarganegaraan yang telah memberikan kemudahan dalam proses penyusunan skripsi ini.

4. Drs. Tijan, M.Si., Dosen Pembimbing I dan Andi Suhardiyanto,S.Pd.,M.Si., Dosen Pembimbing II yang telah banyak meluangkan waktu untuk mengoreksi dan memberikan saran-saran selama penyusunan skripsi ini.


(8)

viii

5. Segenap Dosen Jurusan Politik dan Kewarganegaraan yang telah memberi bekal pengetahuan dan ketrampilan selama masa studi S1.

6. Keluarga besar SMA Negeri 1 Balapulang yang telah membantu selama proses penelitian hingga skripsi ini selesai.

7. Keluarga dan teman-teman PPKn 2011 UNNES yang telah memberi semangat dan dukungan dalam mengerjakan skripsi ini

8. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebut satu-persatu yang telah membantu dalam penyusunan skripsi ini.

Semoga budi baik yang telah diberikan kepada penulis mendapat balasan yang besar dari Allah SWT. Penulis menyadari adanya kekurangan dan kelemahan pada penulisan skkripsi ini, untuk itu saran dan kritik sangat penulis harapkan. Harapan penulis semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi semua pihak.

Semarang, 04 September 2015


(9)

ix DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii

PENGESAHAN KELULUSAN ... iii

PERNYATAAN ... iv

MOTTO DAN PERSEMBAHAN ... v

SARI ... vi

PRAKATA ... vii

DAFTAR ISI ... ix

DAFTAR GAMBAR ... xii

DAFTAR BAGAN DAN TABEL ... xiii

DAFTAR LAMPIRAN ... xiv

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Rumusan Masalah ... 5

C. Tujuan Penelitian ... 5

D. Manfaat Penelitian ... 6

E. Penegasan Istilah ... 7

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA BERFIKIR A. Landasan Teori ... . 10

1. Belajar dan Pembelajaran... 10

a. Pengertian Belajar dan Pembelajaran... 10

b. Model Pembelajaran... 11


(10)

x

a. Pengertian Model Pembelajaran Berbasis Masalah... 13

b. Karakteristik dan Ciri-Ciri PBM... 14

c. Tujuan PBM... 16

d. Langkah-Langkah PBM... 17

e. Kelebihan dan Kelemahan PBM... 19

f. Fungsi Pendidik dalam PBM... 20

3. Pembelajaran PPKn a. Pengertian PPKn... 21

b. Tujuan PPKn... 22

c. Ruang Lingkup Mata Pelajaran PPKn... 23

d. PBM dalam PPKn... 24

B. Kerangka Berfikir... 26

BAB III METODE PENELITIAN A. Dasar Penelitian ... 29

B. Lokasi Penelitian ... 30

C. Fokus Penelitian ... 30

D. Sumber Data ... 31

E. Teknik Pengumpulan Data ... 32

F. Validitas Data ... 34

G. Metode Analisis Data ... 36

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian... 39

1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian... 39

a. Sejarah Umum Berdirinya SMAN 1 Balapulang... 39

b. Letak Geografis... 40

c. Visi dan Misi Sekolah... 41


(11)

xi

e. Pelaksanaan Model Pembelajaran Berbasis Masalah... 43

2. Pelaksanaan model Pembelajaran Berbasis Masalah Pada Mata Pelajaran PPKn Kelas XI di SMA Negeri 1 Balapulang... 43

a. Perencanaan Pembelajaran Berbasis Masalah... 43

b. Proses PelaksanaanPembelajaran Berbasis Masalah………. 46

c. Penilaian Pembelajaran Berbasis Masalah... 62

d. Kelebihan dan Kekurangan Pelaksanaan Model Pembelajaran Berbasis Masalah... 64

B. Pembahasan... 66

BAB V PENUTUP A. Simpulan... 71

B. Saran... 71

DAFTAR PUSTAKA………..……….……… 73


(12)

xii

DAFTAR GAMBAR

Gambar

1. Gedung SMA Negeri 1 Balapulang ... 40

2. Gambar Struktur Organisasi Sekolah... 42

3. Aktivitas Pembelajaran Pembelajaran Berbasis Masalah ... 51

4. Aktivitas diskusi peserta didik... 54

5. Aktivitas konsultasi peserta didik dengan guru... 55

6. Rekap Permasalahan Internasional... 56

7. Hasil kerja siswa... 58


(13)

xiii

DAFTAR BAGAN DAN TABEL

Bagan

1. Bagan Kerangka Berfikir ... 28

2. Bagan Triangulasi “Teknik” Pengumpulan Data ... 34

3. Bagan Triangulasi “Sumber” Pengumpulan Data ... 35

4. Bagan Komponen Analisis Data Model ... 36

5. Bagan Tahapan Berfikir... 48

Tabel 1. Tabel Langkah-Langkah Pembelejaran Berbasis Masalah... 17

2. Tabel Sintaks Pembelajaran Berbasis Masalah... 18

3. Tabel Jumlah Siswa... 42


(14)

1 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH

Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mengembangkan potensi sumber daya manusia melalui kegiatan pembelajaran yang bertujuan untuk membantu peserta didik dalam pengembangan semua potensi serta karakteristik pribadinya menuju ke arah yang lebih baik. Keberhasilan dalam pencapaian suatu tujuan pendidikan sangat ditentukan oleh proses pembelajaran yang sedang dilaksanakan oleh peserta didik. Dengan adanya proses pembelajaran ini diharapkan peserta didik dapat meningkatkan aspek pengetahuan, sikap maupun keterampilannya.

Keberhasilan belajar mengajar merupakan hal yang sangat diharapkan pendidik dalam melaksanakan tugasnya, namun pendidik bukanlah satu-satunya faktor yang mempengaruhi keberhasilan belajar tersebut. Faktor tujuan, peserta didik, kegiatan pengajaran, alat evaluasi, bahan evaluasi dan suasana evaluasi merupakan faktor-faktor yang dapat menentukan keberhasilan suatu proses pembelajaran.

Proses belajar mengajar yang baik dan benar akan sangat menentukan dari keberhasilan pendidikan. Belajar itu sendiri mempunyai pengertian aktivitas atau kegiatan seseorang sehingga menyebabkan adanya menuju tingkah laku yang lebih baik. Belajar mempunyai pengaruh yang sangat besar dalam membentuk karakter seseorang. Sebelum proses kegiatan belajar mengajar itu


(15)

dilaksanakan pendidik secara sadar akan merencanakan pembelajaran secara sistematis dengan selalu memanfaatkan sarana dan prasarana yang ada guna kepentingan pembelajaran. Hal ini bertujuan agar pembelajaran yang akan dilaksanakan dapat berjalan sesuai dengan apa yang diharapkan dan dapat mencapai tujuan pembelajaran yang ingin dicapai.

Salah satu masalah yang dihadapi dunia pendidikan adalah pembelajaran masih didominasi oleh pendidik, sehingga aktivitas peserta didik dalam proses belajar mengajar di kelas menjadi pasif. Akibatnya peserta didik menjadi acuh terhadap apa yang sedang dijelaskan pendidik di depan kelas. Peserta didik lebih senang bermain atau berbicara sendiri dengan teman sebangkunya. Dalam proses pembelajaran di kelas peserta didik masih disuruh untuk menghafal, mengingat serta mengumpulkan informasi tanpa dituntut untuk memahami apa yang didapatkan dari informasinya tersebut. Hal ini mengakibatkan kegiatan pembelajaran PPKn masih bersifat monoton dan cenderung kurang menarik, sehingga setiap pelajaran berlangsung peserta didik menjadi kurang tertarik dan minat belajar menjadi hilang dalam mengikuti kegiatan belajar mengajar.

Mata pelajaran Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan adalah mata pelajaran yang sangat penting bagi siswa. Fokus dari Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan ini adalah pembentukan warganegara yang mampu memahami serta mampu melaksanakan hak-hak dan kewajibannya untuk menjadi warganegara Indonesia yang cerdas, taat pada hukum sesuai dengan yang diamanatkan dalam Undang-Undang Dasar 1945. Pendidik harus


(16)

mempunyai cara atau strategi pembelajaran yang tepat, supaya pembelajaran dapat fokus terhadap peserta didik dan suasana di kelas menjadi menyenangkan serta tidak pasif. Hal ini dimaksudkan supaya peserta didik menjadi aktif berfikir, aktif mengeluarkan pendapatnya. Sedangkan pendidik dituntut untuk dapat memanfaatkan berbagai macam model pembelajaran yang ada dengan baik. Dari uraian singkat diatas, penulis memilih model pembelajaran berbasis masalah atau yang biasa kita sebut juga dengan “Problem Based Learning”.

Pembelajaran Berbasis Masalah merupakan suatu pendekatan pembelajaran yang menggunakan masalah dunia nyata sebagai suatu konteks bagi siswa untuk merangsang berfikir tingkat tinggi siswa dalam situasi yang berorientasi pada masalah dunia nyata. Lingkungan belajar yang harus disiapkan dalam Pembelajaran Berbasis Masalah adalah lingkungan belajar yang terbuka dan menekankan pada peran siswa aktif. Seluruh proses membantu siswa untuk menjadi mandiri dan otonom yang percaya pada ketrampilan intelektual mereka sendiri. Lingkungan belajar menekankan pada peran sentral peserta didik bukan pada pendidik. Pembelajaran Berbasis Masalah dapat dilakukan dengan cara mencari permasalahan yang ada di lingkungan sekitar, dan peran guru hanya menjadi fasilitator dalam menyelesaikan masalah yang ditemukan.

Dalam model pembelajaran berbasis masalah, masalah dapat berasal dari peserta didik atau mungkin juga diberikan oleh pendidik. Peserta didik harus terpusat pada masalah yang sedang dibahas, dengan seperti itu maka peserta didik dengan sendirinya akan belajar mengenai teori serta metode ilmiah untuk


(17)

dapat memecahkan masalah yang sedang dibahas dengan baik dan benar. Pemecahan masalah dalam pembelajaran ini harus sesuai dengan langkah-langkah metode ilmiah. Hal ini mengakibatkan efek positif pada peserta didik, yakni peserta didik memecahkan masalah secara sistematis dan terencana. Pemilihan masalah yang akan disajikan dalam proses pembelajaran harus tepat. Hal ini mempunyai pengertian bahwa pemilihan masalah yang cakupannya kurang luas, masalah yang tidak sesuai dengan materi yang sedang dipelajari akan menghambat tujuan pembelajaran yang ingin dicapai. Oleh karena itu, pendampingan pendidik dalam hal ini sangat besar tanggung jawabnya. Pendidik tidak diperkenankan mengintervensi terhadap masalah, akan tetapi pendidik lebih memfokuskan melalui pertanyaan-pertanyaan agar peserta didik merefleksi lebih dalam tentang masalah yang dipilih.

Berdasarkan observasi awal yang dilakukan oleh peneliti dengan pendidik mata pelajaran PPKn di SMA Negeri 1 Balapulang, diketahui bahwa di SMA Negeri 1 Balapulang pendidik mata pelajaran PPKn sudah menerapkan model pembelajaran berbasis masalah. Berdasarkan wawancara yang dilakukan peneliti dengan pendidik diketahui bahwa pada saat pendidik menerapkan model pendekatan berbasis masalah, keberhasilan pembelajaran dapat tercapai dengan baik, peserta didik menjadi aktif dalam pembelajaran. Sehingga peneliti bermaksud untuk mengetahui lebih jauh pelaksanaan mengenai proses pembelajaran berbasis masalah di SMA Negeri 1 Balapulang.


(18)

Berdasarkan latar belakang di atas, maka peneliti mengambil judul penelitian tentang “Pelaksanaan Model Pembelajaran Berbasis Masalah Pada Mata Pelajaran PPKn Kelas XI DI SMA Negeri 01 Balapulang”.

B.RUMUSAN MASALAH

Berdasarkan latar belakang di atas, maka dapat dirumuskan permasalahan penelitian sebagai berikut.

1. Bagaimana pelaksanaan model pembelajaran berbasis masalah dalam mata pelajaran Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan kelas XI Di SMA Negeri 1 Balapulang?

2. Adakah hambatan-hambatan dalam penerapan model pembelajaran berbasis masalah pada mata pelajaran Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan kelas XI Di SMA Negeri 1 Balapulang?

C. TUJUAN PENELITIAN

Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah:

1. Mengetahui pelaksanaan model pembelajaran masalah dalam mata pelajaran Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan kelas XI Di SMA Negeri 1 Balapulang.

2. Mengetahui hambatan-hambatan dalam penerapan model pembelajaran masalah pada mata pelajaran Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan kelas XI Di SMA Negeri 1 Balapulang.


(19)

D. MANFAAT

Dengan adanya penelitian ini, diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut.

1. Manfaat Teoretis

Secara teoritis hasil dari penelitian bermanfaat memberikan kontribusi dalam pengembangan model-model pembelajaran yang dapat diterapkan dalam proses pembelajaran. Khususnya untuk pembelajaran Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan guna memperbaiki kelemahan serta kekurangan dalam proses pembelajaran.

2. Manfaat Praktis

a) Bagi pendidik, hasil penelitian ini diharapkan mampu meningkatkan kemampuan, keterampilan, serta kualitas mengajar yang lebih berkualitas dan interaktif, dalam hal pemilihan model pembelajaran yang sesuai dengan materi yang akan di sampaikan dalam proses pembelajaran.

b) Bagi sekolah, Hasil penelitian ini diharapkan mampu memberikan sumbangan yang baik dalam rangka perbaikan proses pembelajaran di SMA Negeri 1 Balapulang sehubungan dengan penggunaan pembelajaran berbasis masalah.


(20)

Upaya yang dilakukan agar penelitian ini lebih terarah diperlukan adanya batasan yang berkenaan dengan judul skripsi. Berikut beberapa istilah yag penulis gunakan dalam rumusan judul penelitian, yaitu:

1. Implementasi atau pelaksanaan adalah bermuara pada aktivitas, aksi, tindakan, atau adanya mekanisme suatu sistem. Implementasi bukan sekedar aktivitas, tetapi suatu kegiatan yang terencana dan untuk mencapai tujuan kegiatan (Usman,2002:70). Dari pengertian tersebut, dapat diartikan bahwasanya implementasi adalah bukan sekedar aktivitas yang hanya dijalankan secara secara sadar, akan tetapi suatu kegiatan yang sudah direncanakan dan dilakukan secara sungguh-sungguh berdasarkan acuan norma tertentu yang sudah diterapkan untuk mencapai tujuan kegiatan yang ingin dikehendaki.

2. Model Pembelajaran Berbasis Masalah

Pembelajaran berbasis masalah adalah suatu pendekatan pembelajaran yang menggunakan masalah dunia nyata sebagai suatu konteks bagi siswa untuk belajar tentang cara berfikir dan keterampilan penyelesaian masalah serta untuk memperoleh pengetahuan dan konsep essensial dari mata pelajaran (Kunandar, 2007:35) Hakikat masalah dalam pembelajaran ini adalah kesenjangan antara situasi nyata dengan kondisi yang diharapkan. Oleh karena itu materi pelajaran tidak terbatas pada sumber dari buku saja, tetapi dapat mengacu pada peristiwa-peristiwa tertentu yang bersangkutan dengan materi pelajaran.

Berdasarkan pengertian tersebut, pembelajaran berbasis masalah merupakan model pembelajaran dengan menggunakan tim kecil, yaitu antara 4


(21)

sampai 6 orang. Dimana keberhasilan kerja sangat dipengaruhi oleh keterlibatan dari setiap peserta didik dalam menganalisa serta mencari penyelesaian permasalahan nyata yang dijadikan kajian belajar sesuai dengan materi yang sedang dipelajari. Dengan demikian, setiap anggota kelompok akan berfikir secara kritis dalam memberikan pendapatnya mengenai permasalahan nyata yang sedang menjadi bahan diskusi kelompok. Setiap individu akan saling memberikan masukan mengenai sebab serta penyelesaian dari permasalahan yang sedang dibahas.

3. Pembelajaran PPKn

Pembelajaran adalah membelajarkan siswa menggunakan asas pendidikan maupun teori belajar yang merupakan penentu utama keberhasilan pendidikan (Syaiful Sagala, 2009:61). Dengan menggunakan asas serta teori yang sudah ada, perubahan yang dihasilkan dari proses belajar bersifat progresif, baik mencakup aspek pengetahuan, ketrampilan maupun sikap. Misal dari yang tidak mengerti menjadi mengerti.

Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan merupakan mata pelajaran yang memfokuskan pada pembentukan warga negara yang memahami dan mampu melaksanakan hak-hak dan kewajibannya untuk menjadi warga Indonesia yang cerdas, terampil dan berkarakter yang diamanatkan oleh Pancasila dan UUD 1945.

Dengan demikian, Pembelajaran PPKn adalah membelajarkan siswa dengan menggunakan asas-asas yang sudah ada, agar terjadi perubahan kearah


(22)

yang lebih baik. Dengan demikian, siswa akan mampu melaksanakan hak-hak dan kewajibannya untuk menjadi warga Indonesia yang cerdas, terampil dan berkarakter yang diamanatkan oleh Pancasila dan UUD 1945.


(23)

10 BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. LANDASAN TEORI

1. Belajar dan Pembelajaran

a. Pengertian Belajar dan Pembelajaran

Belajar adalah proses perubahan perilaku berkat pengalaman dan latihan (Syaiful Bahri Djamarah, 2002:11). Menurut Winkel belajar adalah aktivitas mental atau psikis yang berlangsung dalam interaksi aktif dengan lingkungan yang maknanya adalah pengalaman (Darsono, 2000:4). Banyak ahli yang mengemukakan pendapatnya mengenai belajar.

Beberapa pendapat ahli tentang belajar, sebagai berikut:

1) Belajar menurut James O.Whittaker adalah merumuskan belajar sebagai dimana tingkah laku ditimbulkan atau diubah melalui latihan atau pengalaman.

2) Belajar menurut Cronbach adalah Learning is shown by change in behavior as aresult of ex perience. Belajar sebagai suatu aktivitas yang ditunjukan oleh perubahan tingkah laku sebagai hasil dari pengalaman.

3) Slameto merumuskan pengertian belajar sebagai suatu proses usaha yang dilakukan individu untuk memperoleh suatu


(24)

4) perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalaman individu it sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya (Syaiful Bahri Djamarah 2012:12)

Dari definisi di atas belajar merupakan kegiatan aktif peserta didik dalam membangun sebuah makna dan pemahaman ke arah yang lebih baik serta perubahan tingkah laku yang terbentuk karena pengalaman ataupun ilmu pengetahuan. Pendidik mempunyai peran untuk mendorong kemampuan peserta didik dalam membangun gagasan atau ide-ide. Pendidik harus mengenal sifat-sifat yang khas pada setiap peserta didiknya, hal ini sangat berguna untuk memberikan dorongan yang sesuai kepada peserta didik.

Pembelajaran adalah suatu persiapan yang dipersiapkan oleh guru guna menarik dan memberi informasi kepada siswa, sehingga persiapan yang dirancang oleh guru dapat membantu siswa dalam menghadapi tujuan (Dimyati dan Mudjiono, 2009:7). Definisi pembelajaran menurut Oemar Hamalik (2005:57) adalah suatu kombinasi yang tersusun meliputi unsur-unsur manusiawi, material, fasilitas, perlengkapan dan prosedur yang saling mempengaruhi mencapai tujuan pembelajaran.

Dari definisi di atas, pembelajaran adalah proses interaksi yang terjadi antara pendidik dan peserta didik dalam lingkungan belajar untuk mencapai tujuan belajar yang diharapkan.


(25)

b. Model Pembelajaran

Model pembelajaran adalah kerangka konseptual yang melukiskan prosedur yang sistematis dalam mengorganisasikan pengalaman belajar untuk mencapai tujuan pembelajaran tertentu, dan memiliki fungsi sebagai pedoman bagi para perancang pembelajaran (Joyce dan Weil dalam Mulyani Sumantri, dkk: 1999:42). Sedangkan menurut Arends (dalam Trianto, 2010:51) model pembelajaran mengacu pada pendekatan pembelajaran yang akan digunakan, termasuk didalamnya tujuan-tujuan pengajaran, tahap-tahap dalam kegiatan pengajaran, lingkungan pembelajaran dan pengelolaan kelas.

Berdasarkan pendapat di atas, maka dapat disimpulkan model pembelajaran adalah kerangka konseptual yang menggambarkan prosedur sistematik dalam proses pembelajaran untuk mengorganisasikan pengalaman belajar sehingga dapat mencapai tujuan pembelajaran yang diharapkan dan berfungsi sebagai pedoman bagi para pendidik dalam merancang dan melaksanakan proses belajar mengajar.

Menurut Trianto (2010:53) fungsi dari model pembelajaran adalah sebagai pedoman bagi perancang pengajar dan para guru dalam melaksanakan pembelajaran. Dalam pemilihan model pembelajaran sangat dipengaruhi oleh materi yang akan di ajarkan dan juga tujuan pembelajaran yang akan dicapai serta tingkat kemampuan dari peserta didik itu sendiri.


(26)

Menurut Kardi dan Nur dalam Trianto (2011:142) istilah model pembelajaran mempunyai makna yang lebih luas daripada strategi, metode atau prosedur.

2. Model Pembelajaran Berbasis Masalah

a. Pengertian Model Pembelajaran Berbasis Masalah

Pembelajaran Berbasis Masalah menurut (Tan dalam Rusman, 2010:229) merupakan inovasi dalam pembelajaran karena didalam PBM kemampuan berfikir siswa betul-betul dioptimalisasikan melalui proses kerja kelompok atau tim yang sistematis, sehingga siswa dapat memberdayakan, mengasah,

menguji dan mengembangkan kemampuan berfikirnya secara

berkesinambungan.

Arends (2007:43) menyatakan bahwa esensinya PBL menyuguhkan berbagai situasi bermasalah yang autentik dan bermakna kepada siswa, yang dapat berfungsi sebagai batu loncatan untuk investigasi dan penyelidikan. Berdasarkan pengertian di atas, pembelajaran berbasis masalah merupakan model pembelajaran dengan menggunakan masalah riil sebagai konteks pembelajaran serta sistem kerja individu atau pengelompokkan peserta didik menjadi tim-tm kecil. Dimana keberhasilan kerja sangat ditentukan oleh keaktifan dari setiap anggota kelompok. Dengan demikian setiap anggota kelompok mempunyai tanggung jawab terhadap masalah yang sedang dipelajari. Untuk mencapai pembelajaran secara optimal,


(27)

pembelajaran berbasis masalah perlu dirancang dengan baik, mulai dari mempersiapkan masalah yang sesuai dengan materi yang akan dikembangkan di kelas, memunculkan masalah dari peserta didik serta instrumen penilaian yang diperlukan.

b. Karakteristik dan Ciri-ciri Model Pembelajaran Berbasis Masalah Pembelajaran berbasis masalah dapat diartikan sebagai suatu rangkaian aktvitas pembelajaran yang menekankan kepada proses penyelesaian masalah yang dihadapi dengan kemampuan berfikir dan kemampuan analisis secara ilmiah. Menurut Mattews melalui aktivitas secara fisik pengetahuan siswa secara aktif dibangun berdasarkan pengalaman atau bahan yang dipelajari dengan pengetahuan yang telah dimiliki dan ini berlangsung secara mental (Suparno, 1997-56)

Kemampuan berfikir dapat didefinisikan sebagai proses kognitif yang dipecah-pecah kedalam langkah-langkah nyata yang kemudian dijadikan pedoman berfikir. Satu contoh kemampuan berfikir adalah menarik kesimpulan, yang didefinisikan sebagai kemampuan untuk menghubungkan berbagai petunjuk serta fakta atau informasi dengan teori yang telah dimiliki untuk membuat hasil akhir yang sudah terumuskan.

Bridges dan Charlin menggariskan beberapa ciri-ciri utama model Pembelajaran Berbasis Masalah adalah Pembelajaran berpusat dengan masalah, masalah yang digunakan merupakan masalah dunia yang sebenarnya, pengetahuan yang diharapkan dicapai oleh siswa saat proses


(28)

pembelajaran, serta para siswa bertanggung jawab terhadap proses pembelajaran mereka sendiri (Suparno, 1997:65).

Terdapat tiga ciri utama dari pembelajaran berbasis masalah. Pertama, pembelajaran berbasis masalah merupakan serangkai aktivitas pembelajaran. Kedua, aktivitas pembelajaran diarahkan untuk menyelesaikan masalah.

Ketiga, pemecahan masalah dilakukan dengan mengunakan pendekatan

berpikir secara ilmiah.

1) Pembelajaran berbasis masalah merupakan serangkaian aktivitas pembelajaran. Dalam implementasi pembelajaran berbasis masalah ada sejumlah kegiatan yang dilakukan peserta didik. Peseta didik tidak hanya sekedar mendengarkan, mencatat kemudian menghafal, akan tetapi peserta didik aktif berfikir, berkomunikasi, mencari serta mengolah data dan akhirnya menyimpulkan masalah yang sedang menjadi kajian materinya.

2) Aktivitas pembelajaran diarahkan untuk menyelesaikan masalah.

Pembelajaran berbasis masalah menempatkan masalah pada proses pembelajarannya. Artinya tanpa adanya masalah yang disajikan dalam proses pembelajaran, maka tidak mungkin adanya proses pembelajaran yang berlangsung.

3) Pemecahan masalah yang dilakukan dengan menggunakan pendekatan berfikir secara ilmiah.


(29)

Berfikir dengan menggunakan metode ilmiah adalah proses berfikir deduktif dan induktif. Proses berfikir ini dilakukan secara sistematis dan empiris. Sistematis artinya berfikir ilmiah dilakukan melalui tahapan-tahapan tertentu, sedangkan empiris artinya proses penyelesaian masalah didasarkan pada data dan fakta yang jelas.

Ciri-ciri pembelajaran berbasis masalah menurut Wardhani (dalam Supinah dan Sutanti, 2010:45) adalah sebagai berikut:

1) Pengajuan pertanyaan atau masalah. Pertanyaan dan masalah yang diajukan pada awal kegiatan pembelajaran adalah yang secara sosial penting dan secara pribadi bermakna bagi siswa.

2) Berfokus pada keterkaitan antar disiplin. Masalah yang diangkat hendaknya dipilih yang benar-benar nyata sehingga dalam pemecahannya siswa dapat meninjaunya dari banyak mata pelajaran.

3) Penyelidikan autentik. Penyelidikan autentik, berarti Peserta didik dituntut untuk menganalisis dan mendefinisikan masalah, mengembangkan hipotesis dan membuat ramalan, mengumpulkan dan menganalisis informasi, melakukan eksperimen (jika diperlukan), membuat inferensi, dan merumuskan kesimpulan. Metode yang digunakan tergantung pada masalah yang dipelajari. 4) Menghasilkan produk atau karya dan memamerkannya. Peserta

didik dituntut untuk menghasilkan produk tertentu dalam bentuk karya nyata atau artefak. Artefak yang dihasilkan antara lain dapat berupa transkrip debat, laporan, model fisik, video, program komputer. Siswa juga dituntut untuk menjelaskan bentuk penyelesaian masalah yang ditemukan. Penjelasan antara lain dapat dilakukan dengan presentasi, simulasi, peragaan.

c. Tujuan Pembelajaran Berbasis Masalah

Pembelajaran berbasis masalah tidak dirancang untuk membantu guru memberikan informasi sebanyak-banyaknya kepada peserta didik seperti pada pembelajaran langsung dan ceramah, tetapi pembelajaran berbasis


(30)

masalah dikembangkan untuk membantu peserta didik mengembangkan kemampuan berpikir, mengembangkan kemampuan memecahkan masalah, keterampilan intelektual, dan menjadi siswa yang mandiri.

d. Langkah-langkah Dalam Pembelajaran Berbasis Masalah

Ada lima tahapan dalam model pembelajaran berbasis masalah (Problem Based Learning-PBL) dan perilaku yang dibutuhkan oleh guru (Sugiyanto, 2010:159-160)

Tabel 1. Langkah-langkah Pembelajaran berbasis masalah

Fase Perilaku pendidik Perilaku peserta didik

Fase 1 Memberikan orientasi tentang permasalahan kepada peserta didik Pendidik membahas tujuan pembelajaran, mendeskripsikan dan memotivasi peserta didik untuk terlibat dalam kegiatan mengatasi masalah Peserta didik memahami bahwa pembelajaran berbasis masalah bukan untuk memperoleh informasi sebanyaknya, tetapi melakukan

penyelidikan terhadap masalah-masalah penting dan menjadi siswa yang mandiri Fase II

Mengorganisasikan siswa untuk meneliti

Pendidik membantu peserta didik untuk mendefinisikan dan mengorgansasikan tugas-tugas belajar yang terkait dengan permasalahannya

Peserta didik secara mandiri atau

berkelompok saling bekerjasama dan saling membantu untuk menyelidiki masalah secara bersama

Fase III Membantu menyelidiki secara mandiri atau

Pendidik

mendorong peserta didik untuk

Peserta didik bertukar ide dan gagasan dengan peserta didik lain serta


(31)

kelompok mendapatkan informasi yang tepat, melaksanakan eksperimen mencari penjelasan dan solusi pendidik

Peserta didik aktif melakukan

penyelidikan terhadap masalah yang dibahas

Fase IV Mengembangkan dan mempresentasikan hasil kerja Pendidik membantu peserta didik untuk menyiapkan hasil belajar seperti laporan atau rekaman viideo untuk menyampaikan pada yang lain

Peserta didik secara mandiri atau kelompok membuat produk hasil belajar serta

menyajikannya untuk kemudian peserta didik atau kelompok lain memberikan tanggapan terhadap hasil karya temannya.

Fase V : Menganalisis dan mengevaluasi proses mengatasi masalah

Pendidik

membantu peserta didik untuk

melakukan refleksi terhadap

investigasinya dan proses yang peserta didik jalankan

Peserta didik berkewajiban untuk bertanya kepada pendidik akan hal-hal yang masih belum untuk dipahami.

Berikut Adalah Sintaks Pembelajaran Berbasis Masalah

Tabel 2. SINTAKS PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH

Tahap Tingkah Laku Guru

Tahap 1

Orientasi siswa pada masalah

Guru menjelaskan tujuan pembelajaran, menjelaskan logistik yang dibutuhkan, memotivasi siswa untuk terlibat pada aktivitas

pemecahan masalah yang dipilihnya. Tahap 2

Mengorganisasi siswa untuk belajar

Guru membantu siswa mendefinisikan dan mengorganisasi tugas belajar yang


(32)

Tahap 3 Mamandu

menyelidiki secara mandiri atau kelompok

Guru mendorong siswa untuk mengumpulkan

informasi yang sesuai, melaksanakan eksperimen, untuk mendapatkan penjelasan dan pemecahan masalah. Tahap 4 Mengembangkan dan menyajikan hasil kerja

Guru membantu siswa dalam merencanakan dan menyiapkan karya yang sesuai seperti laporan dan membantu mereka untuk berbagi

tugas dengan temannya. Tahap 5

Menganalisis dan mengevaluasi hasil pemecahan masalah

Guru membantu siswa untuk melakukan refleksi atau evaluasi terhadap penyelidikan mereka dan proses-proses yang mereka gunakan.

e. Kelebihan dan Kelemahan Pembelajaran Berbasis Masalah

Kelebihan pembelajaran berbasis masalah sebagai suatu model pembelajaran (http://digilib.uinsby.ac.id/8742/5/bab2.pdf) adalah sebagai berikut:

1) Peserta didik lebih memhami konsep yang diajarkan, sebab peserta didik sendiri yang menemukan konsep tersebut.

2) Peserta didik dapat merasakan manfaat pembelajaran yang lebih riil, sebab masalah yang diselesaikan dalam pembelajaran berkaitan dengan kehidupan nyata.


(33)

3) Dapat mengembangkan kemampuan berfikir kritis.

4) Proses pembelajaran melalui pembelajaran berbasis masalah dapat menjadikan kebiasaan baik pada peserta didik untuk dapat memecahkan masalah secara terampil.

5) Membantu peserta didik untuk menyalurkan pengetahuan pada situasi-situasi baru.

Di samping kelebihan, pembelajaran berbasis masalah juga memiliki kelemahan, sebagai berikut:

1) Menentukan masalah dengan tingkat kesulitan sesuai dengan kemampuan berfikir peserta didik, serta pengetahuan yang dimiliki oleh peserta didik, sangat memerlukan keterampilan dan kemampuan pendidik.

2) Proses pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran berbasis masalah memerlukan waktu yang lama.

3) Mengubah kebiasaan peserta didik dari yang terbiasa mendengarkan dan menerima informasi menjadi aktif berfikir untuk dapat memecahkan masalah merupakan kesulitan tersendiri bagi peserta didik.

f. Peran atau Fungsi Pendidik dalam Pembelajaran Berbasis Masalah Peran guru dalam Pembelajaran Berbasis Masalah berbeda dengan peran guru di dalam kelas (Rusman, 2010:234). Pendidik dalam pembelajaran ini berfikir aktif akan beberapa hal, yaitu:


(34)

1) Pendidik harus dapat merancang dan menggunakan permasalahan yang ada disekitar maupun dunia nyata, agar peserta didik dapat belajar pembelajaran berbasis masalah dengan baik.

2) Pendidik harus dapat menjadi pelatih peserta didik dalam pemecahan masalah, pengarahan peserta didik serta belajar dengan teman sebaya.

3) Pendidik harus dapat menjadikan pandangan peserta didik bahwasanya diri mereka sendiri sebagai pemecah masalah yang utama.

Pendidik dalam Pembelajaran Berbasis Masalah juga memusatkan perhatiannya pada:

1) Memfasilitasi proses belajar mengajar, yaitu dengan cara mengubah cara berfikir peserta didik, mengembangkan keterampilan inkuiri, menggunakan pembelajaran kooperatif.

2) Melatih peserta didik tentang pemecahan suatu masalah, yakni pemberian alasan mendalam tentang berfikir secara kritis dan berfikir secara ilmiah.

3) Menjadi perantara proses penyampaian informasi “meneliti lingkungan informasi, mengakses sumber informasi yang beragam, dan mengadakan koneksi”.

3. Pembelajaran PPKn


(35)

Aziz Wahab, dkk (dalam Cholisin, 2004:10) mengemukakan bahwa, “Pendidikan Kewarganegaraan ialah media pengajaran yang akan meng -Indonesiakan para siswa secara sadar, cerdas dan penuh tanggung jawab”. Indonesia yang terkenal keberanekaragaman budaya, agama, serta bahasa akan sangat sulit jikalau tidak ada pelajaran yang materinya berisikan hal-hal tersebut untuk menjadikan pembentukan diri warga negara sesuai dengan Pancasila dan UUD 1945.

Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan merupakan salah satu upaya untuk membangkitkan rasa nasionalisme kebangsaan penerus bangsa, dalam menghadapi tekanan gejolak dari dalam negeri maupun luar negeri. Pendidikan ini lebih mengajarkan tentang konsep atau materi saja, implementasi dari pelajaran ini dapat dilaksanakan dalam kehidupan sehari-sehari.

b. Tujuan Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan

Dalam Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia No. 22 Tahun 2006 tentang Standar Isi menjelaskan bahwa tujuan mata pelajaran Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan adalah sebagai berikut:

1) Berfikir secara kritis, rasional dan kreatif dalam menanggapi isu kewarganegaraan

2) Berpartisipasi secara bermutu dan bertangguung jawab, serta bertindak secara cerdas dalam kegiatan bermasyarakat, berbangsa, bernegara.


(36)

3) Berkembang secara positif dan demokratis untuk membentuk diri berdasarkan pada karakter-karakter masyarakat Indonesia agar dapat hidup bersama dengan bangsa-bangsa lain

4) Berinteraksi dengan bangsa-bangsa lain dalam percaturan dunia secara langsung atau tidak langsung dengan memanfaatkan tekhnologi informasi dan komunikasi.

Terdapat beberapa aspek penting dalam tujuan yang ingin diwujudkan dalam pembelajaran Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan diatas, yaitu menjadikan warga negara yang cerdas dengan memiliki pengetahuan kewarganegaraan yang baik, terampil dan berfikir kritis serta aktif dalam partisipasi kehidupan berbangsa dan bernegara serta memiliki sikap dan keterampilan yang baik sesuai dengan Pancasila dan UUD 1945.

c. Ruang Lingkup Mata Pelajaran Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan

Dalam Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia No. 22 Tahun 2006 tentang Standar Isi, ruang lingkup mata pelajaran Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan adalah sebagai berikut:

1) Persatuan dan Kesatuan bangsa, meliputi: Hidup rukun dalam perbedaan, Cinta lingkungan, Kebanggaan sebagai Bangsa Indonesia, Sumpah Pemuda. Keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia, Partisipasi dalam pembelaan negara, Sikap positif terhadap Negara Kesatuan Negara Indonesia, Keterbukaan dan jaminan keadilan.

2) Norma, hukum dan peraturan, meliputi: Tertib dalam lingkungan keluarga, Tata tertib di sekolah, Norma yang berlaku di masyarakat, Peraturan-peraturan daerah, Norma-norma dalam kehidupan berbangsa dan bernegara, Sistem hukum dan Peradilan Nasional, Hukum dan peradilan internasional.


(37)

3) Hak asasi manusia, meliputi: Hak dan kewajiban anak, Hak dan

kewajiban anggota masyarakat, Instrumen nasional dan

internasional HAM, pemajuan, penghormatan dan perlindungan HAM.

4) Kebutuhan warga negara, meliputi: Hidup gotong-royong, Harga diri sebagai warga masyarakat, Kebebasan berorganisasi, Kemerdekaan mengeluarkan pendapat, Menghargai keputusan bersama, Prestasi diri, Persamaan kedudukan warga negara

5) Konstitusi Negara, meliputi: Proklamasi kemerdekaan dan konstitusi yang pertama, Konstitusi-konstitusi yang pernah digunakan di Indonesia, Hubungan dasar negara dengan konstitusi. 6) Kekuasaan dan politik, meliputi: Pemerintahan desa dan kecamatan,

Pemerintahan daerah dan otonomi, Pemerintahan pusat, Demokrasi dan sistem politik, Budaya politik, Budaya demokrasi menuju masyarakat madani, Sistem pemerintahan, Pers dalam masyarakat demokrasi.

7) Pancasila, meliputi: kedudukan Pancasila sebagai dasar negara dan ideologi negara, Proses perumusan Pancasila sebagai dasar negara, Pengamalan nilai-nilai Pancasila dalam kehidupan sehari-hari, Pancasila sebagai ideologi terbuka

8) Globalisasi, meliputi: Globalisasi di lingkungannya, Politik luar negeri Indonesia di era globalisasi, Dampak globalisasi, Hubungan internasional dan organisasi internasional, dan mengevaluasi globalisasi.

4. Pelaksanaan Pembelajaran Berbasis Masalah dalam Mata Pelajaran PPKn

Cogan dalam Somantri (2001) menyatakan pembelajaran PPKn merupakan proses pendidikan secara utuh dan menyeluruh terhadap pembentukan karakter individu sebagai warga negara yang cerdas dan baik. Strategi pembelajaran PKn yaitu dengan menerapkan model pembelajaran. Model pembelajaran merupakan bentuk pembelajaran yang tergambar dari awal sampai akhir yang disajikan secara khas oleh guru (Winarno, 2013:71-75). Model yang digunakan dalam


(38)

pembelajaran PPKn adalah model Pembelajaran Berbasis Masalah yang dirancang untuk meningkatkan keaktifan dan keefektifan pembelajaran di kelas.

a. Perencanaan pembelajaran PKn

Perencanaan merupakan salah satu faktor yang sangat mendukung dan memegang peranan penting guna menciptakan sebuah kondisi yang kondusif dalam kegiatan pembelajaran. Perencanaan pembelajaran PKn hendaknya dapat mendorong guru lebih siap melakukan pembelajaran yang matang. Oleh karena itu, setiap akan melakukan persiapan pembelajaran guru wajib melakukan persiapan pembelajaran. Persiapan tersebut bertujuan agar guru sebelum kegiatan belajar mengajar (KBM) mengetahui proses belajar dan hasil belajar peserta didik. Persiapan yang harus dilakukan oleh guru PKn dalam proses pembelajaran adalah dengan membuat rencana pelaksanaan pembelajaran.

1) RPP (Rencana Pelaksanaan Pembelajaran)

RPP adalah sebuah kewajiban yang harus dibuat oleh setiap guru yang mengampu mata pelajaran. RPP dikembangkan berdasarkan silabus untuk mengarahkan kegiatan belajar peserta didik dalam upaya mencapai kompetensi dasar (Kurniasih dan Sani, 2014:1). Dari pernyataan ahli di atas, guru wajib membuat RPP supaya kegiatan pembelajaran yang akan dijalankan dapat berjalan dengan baik sesuai


(39)

dengan model pembelajaran yang akan diterapkan, serta dapat mencapai kompetensi dasar yang ingin dicapai.

RPP itu sendiri mencakup: 1) data sekolah, mata pelajaran dan kelas/semester; 2) materi pokok; 3) alokasi waktu; 4) tujuan pembelajaran; 5) KD dan indikator pencapaian kompetensi; 6) materi pembelajaran, metode pembelajaran; 7) media, alat dan sumber belajar; 8) langkah-langkah kegiatan pembelajaran; dan 9) penilaian (Kurniasih dan Sani, 2014:3)

2) Pelaksanaan Pembelajaran PPKn

Pelaksanaan proses pembelajaran mencakup kegiatan persyaratan pelaksanaan proses pembelajaran dan pelaksanaan pembelajaran. Persyaratan pelaksanaan proses pembelajaran meliputi hal-hal seperti; ketentuan rombongan belajar, beban kerja minimal guru, buku teks pelajaran, dan pengelolaan kelas. Kegiatan pelaksanaan pembelajaran meliputi kegiatan pendahuluan, kegiatan inti, dan kegiatan penutup (Winarno, 2013: 218).

3) Penilaian Pembelajaran PPKn

Penilaian pembelajaran adalah penilaian dilakukan oleh guru terhadap hasil pembelajaran untuk mengukur tingkat pencapaian kompetensi peserta didik, serta digunakan sebagai bahan penyusunan laporan kemajuan hasil belajar dan memperbaiki proses pembelajaran.


(40)

Penilaian dalam PPKn dapat dinyatakan sebagai proses pengumpulan, analisis, dan interpretasi informasi yang dilakukan oleh guru PKn untuk menentukan pencapaian hasil belajar peserta didik pada bidang studi PPKn (Winarno, 2013:218).

B. KERANGKA BERFIKIR

Penggunaan pendekatan pembelajaran yang sesuai merupakan salah satu faktor yang dapat mempengaruhi keberhasilan dalam proses belajar mengajar di kelas. Masalah-masalah yang ada dalam proses belajar mengajar di kelas seperti, peserta didik kurang aktif dalam proses belajar mengajar merupakan masalah lama yang masih ada sampai sekarang. Dengan penggunaan Model Pembelajaran Berbasis masalah diharapkan dapat mengatasi berbagai masalah pembelajaran yang ada di kelas. Karena Pendekatan Pembelajaran Berbasis Masalah merupakan salah satu pendekatan pembelajaran yang baik untuk digunakan dalam proses pembelajaran tersebut. Pembelajaran Berbasis Masalah dalam pelaksanaannya terdapat 5 tahapan yang harus dilaksanakan agar tercapainya tujuan pembelajaran yang ingin dicapai.

Dalam implementasi pembelajaran berbasis masalah, pendidik akan memberikan orientasi kepada peserta didik mengenai permasalahan yang akan dijadikan sebagai bahan kajian belajar, dalam hal ini peserta didik memahami bahwasanya Pembelajaran Berbasis masalah lebih menekankan kepada belajar aktif dan berfikir kritis. Peserta didik akan dibiasakan berinteraksi dengan teman


(41)

melalui belajar mandiri atau dengan belajar berkelompok. Kegiatan belajar yang dijalani peserta didik akan lebih aktif dan menyenangkan, karena peserta didik dapat mengeluarkan ide atau gagasannya terhadap masalah yang sedang menjadi kajian belajar. Pendidik harus selalu memberikan bimbingannya agar peserta didik tidak melakukan salah pemahaman ide atau gagasan dalam mengkaji masalah.

Bimbingan selama proses belajar mengajar sangat penting, karena jika peserta didik salah pemahaman dari awal, maka hasil atau produk dari proses belajar mengajar menjadi salah. Penyajian dari hasil atau produk belajar dapat dilakukan untuk menggairahkan semangat peserta didik dalam mengeluarkan pendapatnya mengenai hasil belajar dari peserta didik yang lain. Dalam kegiatan ini pendidik mengamati setiap hasil belajar yang disampaikan dan pendapat yang dikeluarkan dari peserta didik, guna untuk dilakukan evaluasi secara bersama diakhir proses belajar mengajar.


(42)

Kerangka berfikir tersebut adalah sebagai berikut:

Bagan I. Kerangka berfikir Pembelajaran

Berbasis Masalah

Pengorganisasian siswa untuk meneliti

Bimbingan individu/kelompok

Mengembangkan dan mempresntasikan hasil kerja

Evaluasi proses mengatasi masalah

1. Peserta didik aktif dalam proses pembelajaran 2. Belajar

mengajar menjadi lebih efektif Pemberian orientasi tentang

permasalahan kepada peserta didik

PPKN

1. Peserta didik pasif dalam proses pembelajaran 2. Proses pembelajaran hanya


(43)

30 BAB III

METODE PENELITIAN

A. Dasar Penelitian

Penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif dengan menggunakan pendekatan deskriptif analisis. Pendekatan deskriptif analisis adalah suatu pengumpulan data secara banyak dari fenomena yang ada untuk dijadikan bahan analisa, sehingga dapat diperoleh gambaran-gambaran terhadap apa yang sedang diteliti. Data yang dikumpulkan bisa berupa kata ataupun gambar. Hal ini dipertegas oleh Kaelan (2005:20) dalam penelitian kualitatif pengumpulan data deskriptif, bukan menggunakan angka-angka sebagai alat metode utamaya. Data-data yang dikumpulkan berupa teks, kata-kata, simbol, gambar, walaupun demikian juga dapat dimungkinkan terkumpulnya data-data yang bersifat kuantitatif.

Metode penelitian ini akan digunakan untuk mengkaji tentang pelaksanaan model Pembelajaran Berbasis Masalah pada mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan siswa kelas XI IPS 3. Pendekatan kualitatif dalam penelitian ini digunakan untuk memperoleh data berbentuk kata-kata berdasarkan temuan di SMA Negeri 1 Balapulang Kabupaten Tegal baik yang diperoleh melalui observasi ataupun wawancara mengenai pelaksanaan model Pembelajaran Berbasis Masalah, sehingga dalam penyajian data ataupun dalam pembahasan


(44)

data berisi laporan hasil observasi dan wawancara serta bukti-bukti yang disajikan dalam bentuk deskriptif.

Peneliti dalam penelitian kualitatif secara langsung mengadakan hubungan dengan informan untuk memperoleh data mendalam guna menjawab rumusan permasalahan mengenai pelaksanaan model Pembelajaran Berbasis Masalah pada mata pelajaran PPKn siswa kelas XI IPS 3 SMA Negeri 1 Balapulang, serta hambatan-hambatan yang ada dalam pelaksanaan Pembelajaran Berbasis Masalah.

B. Lokasi Penelitian

Dalam penelitian ini, peneliti mengambil lokasi di SMA Negeri 01 Balapulang Kabupaten Tegal. Alasan peneliti mengambil lokasi di SMA Negeri 01 Balapulang, karena pada saat observasi awal diketahui pendidik mata pelajaran PPKn sudah melaksanakan pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran berbasis masalah. Hal ini lah yang menjadikan penelitian memilih lokasi ini, untuk mengetahui pelaksanaan model Pembelajaran Berbasis

Masalah pada mata pelajaran PPKn di SMA Negeri 01 Balapulang dan

hambatan-hambatan dalam pelaksaaan model pembelajaran tersebut. C. Fokus Penelitian

Fokus penelitian merupakan persoalan apa yang menjadi pusat perhatian, terdapat dua tujuan dalam fokus penelitian. Pertama, penetapan fokus dapat membatasi studi. Kedua, penetapan fokus berfungsi untuk memenuhi kriteria


(45)

inklusif-eksklusif atau memasukkan-mengeluarkan suatu informasi yang diperoleh di lapangan (Meleong, 2000:237).

Yang menjadi fokus pada penelitian ini adalah pelaksanaan Pembelajaran

Berbasis Masalah pada mata pelajaran pendidikan pancasila dan

kewarganegaraan Di SMAN 1 Balapulang.

1. Pelaksanaan model Pembelajaran Berbasis Masalah dalam mata pelajaran Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan kelas XI IPS 3 di SMA Negeri 1 Balapulang yang terdiri dari

a) Peencanaan Pembelajaran

b) Pelaksanaan model Pembelajaran Berbasis Masalah c) Penilaian Pembelajaran

2. Hambatan-hambatan dalam pelaksanaan model Pembelajaran Berbasis

Masalah pada mata pelajaran Pendidikan Pancasila dan

Kewarganegaraan D. Sumber Data Penelitian

Dalam penelitian kualitatif orang-orang yang menjadi sumber data disebut informan (Nana, 2009:285) dan nantinya akan dijadikan sebagai data primer dalam penelitiaini. Data-data yang digunakan dalam penelitian ini diperoleh dari :

1. Data Primer adalah data yang diperoleh langsung di lapangan oleh orang yang melakukan penelitian. Informan tersebut meliputi :


(46)

b) Peserta didik pada saat pembelajaran berlangsung

2. Data Sekunder adalah data tentang pelaksanaan pembelajaran berbasis masalah pada mata pelajaran ppkn di SMAN 1 Balapulang yang diperoleh secara tidak langsung, yang diambil dari sumbernya yaitu tugas-tugas, catatan-catatan dan dokumen lain yang relevan.

E. Tekhnik Pengumpulan Data

Pengumpulan data adalah langkah yang paling strategis, karena tujuan utama penelitian ini adalah mengumpulkan data. Pengumpulan data dilakukan pada kondisi yang alamiah, sumber data primer, dan teknik pengumpulan data lebih banyak pada observasi berperan serta, wawancara mendalam, dan dokumentasi (Rachman, 2011:162). Alat dan teknik pengumpulan data yang di gunakan dalam penelitian ini adalah metode observasi, wawancara dan dokumentasi.

1. Observasi

Pembelajaran yang dipersiapkan, media pembelajaran, interaksi antara guru dengan peserta didik, aktivitas peserta didik, kegiatan evaluasi.

2. Wawancara

Wawancara adalah dialog atau percakapan yang dilakukan untuk memperoleh informasi. Percakapan itu dilakukan oleh kedua belah pihak, yaitu pewawancara (interviewer) yang mengajukan pertanyaan dan diwawancarai (interviewe) yang memberikan jawaban atas pertanyaan itu (Meleong, 2000:135). Penelitian ini akan menggunakan wawancara


(47)

mendalam untuk mendapatkan data yang valid dalam penelitian. Wawancara mendalam dimaksudkan untuk mendapatkan data secara mendalam mengenai pelaksanaan model Pembelajaran Berbasis Masalah pada mata pelajaran PPKn siswa kelas XI di SMA Negeri 1 Balapulang.

Dalam penelitian ini yang menjadi fokus wawancara adalah guru Mata Pelajaran PPKn Kelas XI dan peserta didik kelas XI SMA Negeri 1 Balapulang.

3. Dokumentasi

Dokumentasi adalah metode yang digunakan untuk mencari data mengenai hal-hal variabel yang berupa transkip,notulen, dan sebagainya (Arikunto, 2010:201). Metode ini digunakan untuk mencari dan mengumpulkan data serta informasi tertulis yang berhubungan dengan penelitian. Penelitian ini, peneliti akan mengambil atau mengutip dokumen berhubungan dengan pelaksanaan model Pembelajaran Berbasis Masalah, data tersebut digunakan untuk mendukung kelengkapan data penelitian. Dokumentasi tersebut seperti perangkat pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan meliputi RPP. Dokumentasi dalam proses pembelajaran, Gambar yang diperoleh akan dideskripsikan secara jelas dengan menggabungkan hasil wawancara yang dilaksanakan.


(48)

Keabsahan data merupakan faktor penting dalam penelitian, sebab itulah perlu dilakukan pemeriksaan data sebelum analisis dilakukan. Hal ini berguna untuk menentukan tingkat kepercayaan data yang diperoleh. Adanya tingkat kepercayaan yang tinggi menjadikan data yang digunakan semakin baik karena teruji kebenarannya. Menurut Lincoln dan Guba (dalam Meleong, 2000:231) untuk memeriksa keabsahan dalam penelitian kualitatif, maka digunakan taraf kepercayaan data dengan tekhnik yang digunakan untuk memeriksa keabsahan data adalah tekhnik triangulasi. Triangulasi adalah tekhnik pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu yang lain diluar data itu untuk keperluan pengecekan atau sebagai pembanding data itu (Meleong, 2000:178). Peneliti dalam penelitian ini akan memfokuskan diri dalam pengumpulan data dengan cara Triangulasi yang terbagi menjadi 2 cara yaitu:

1. Triangulasi Teknik

Triangulasi teknik berarti peneliti menggunakan teknik pengumpulan data yang berbeda-beda (observasi, wawancara dokumentasi) untuk mendapatkan data dari sumber yang sama (Sugiyono, 2010:330).

Bagan 2. Triangulasi “Teknik” Pengumpulan Data Observasi

Wawancara


(49)

Teknik pemeriksaan data yang pertama akan dilakukan dengan membandingkan data hasil pengamatan, wawancara dan dokumen yang diperoleh dari sumber yang sama. Pada lokasi penelitian, peneliti akan mengamati proses belajar mengajar dengan menggunakan model Pembelajaran Berbasis Masalah dilakukan oleh guru kelas XI IPS 3. Kemudian untuk mendapatkan keabsahan data peneliti juga akan melakukan melakukan wawancara kepada guru mata pelajaran PPKn kelas XI.

2. Triangulasi Sumber

Triangulasi sumber merupakan teknik untuk menguji kredibilitas data dilakukan dengan cara mengecek data yang telah diperoleh melalui beberapa sumber.

Bagan 3. Triangulasi “Sumber” Pengumpulan Data

Teknik pemeriksaan keabsahan data juga akan dilakukan pada informasi yang diperoleh dari informan dengan cara membandingkan hasil wawancara dengan beberapa informan. Dalam peneltian ini, wawancara akan dilakukan kepada guru mata pelajaran PPKn kelas XI sebagai kunci

wawancara

Informan A


(50)

yakni Ibu Rokhmiati. Untuk melihat informasi yang diterima oleh guru, peneliti juga akan melakukan wawancara kepada peserta didik kelas XI IPS 3 (Irfan Muzaki, Ismi Ismawati, Nazrul Aziz, Selvi Suciana, Muh. Budiman). Hasil wawancara yang diperoleh dari Ibu Rokhmiati akan dibandingkan dengan hasil wawancara yang dilakukan kepada Irfan Muzaki, Ismi Ismawati, Nazrul Aziz, Selvi Suciana, Muh. Budiman (peserta didik kelas XI IPS 3). Ketika data yang diperoleh melalui sumber yang berbeda tetapi tetap menggunakan teknik yang sama telah mengalami kesamaan, maka data tersebut dapat dinyatakan valid atau terpercaya.

G. Metode Analisis Data

Analisis data proses mengorganisasikan dan mengurutkan data kedalam pola, kategori dan satuan uraian dasar sehingga dapat ditemukan tema dan dapat dirumuskan hipotesis kerja yang dirumuskan oleh data (Meleong. 2000:103). Data yang diperoleh dari lapangan berupa data kualitatif. Data kualitatif tersebut akan diolah dengan model interaksi. Adapun langkah-langah dalam model interaksi adalah sebagai berikut:

Bagan 4. Miles dan Huberman (dalam Sugiyono, 2009:92)

Pengumpulan Penyajian Data

Verivikasi/Simpulan Reduksi Data


(51)

1. Pengumpulan

Dalam hal ini peneliti melakukan pencatatan data secara objektif dan apa adanya sesuai dengan hasil observasi di lapangan, yaitu pencatatan data yang diperlukan terhadap berbagai jenis data dan berbagai bentuk data yang ada di lapangan. Peneliti mencatat semua kegiatan pada saat observasi tidak berperanserta, yakni kegiatan pada saat proses kegiatan belajar mengajar berlangsung, serta wawancara yang dilakukan dengan pendidik Mata Pelajaran PPKn dan peserta didik yang diajar pada saat pelajaran PPKn dengan menggunakan Pendekatan Pembelajaran Berbasis Masalah.

2. Reduksi Data

Reduksi data berarti merangkum memilih hal-hal yang pokok, memfokuskan pada hal-hal yang penting, mncari tema dan polanya dan membuang yang tidak perlu (Sugiyono, 2010:338). Dengan proses pemilihan, serta pemfokusan dan transformasi data kasar yang diperoleh dari lapangan akan memberikan gambaran yang lebih jelas, mempermudah peneliti untuk melakukan pengumpulan data selanjutnya dan mencarinya bila diperlukan. Data yang direduksi yaitu data yang diperoleh melalui wawancara dengan Ibu Rokhmiati selaku pengajar mta pelajaran PPKn kelas XI SMA Negeri 1 Balapulang mengenai pelaksanaan model Pembelajaran Berbasis Masalah pada mata pelajaran PPKn. Setelah data diperoleh,


(52)

kemudian digolongkan berdasarkan sub-sub kajian yang dipelajari. Hal ini dilakukan karena data yang didapat tidak urut. Jika data kurang lengkap maka peneliti mencari kembali data yang diperlukan di lapangan

3. Penyajian Data

Penelitian kualitatif Penyajian data bisa dilakukan dalam bentuk uraian singkat, bagan, hubungan antar kategori, flowchart dan sejenisnya (Sugiyono, 2010:95). Dalam hal ini menurut Miles dan Huberman (dalam Sugiyono, 2010:95) menyatakan bahwa yang paling sering digunakan untuk menyajikan data dalam penelitian kualitatif adalah dengan teks yang bersifta naratif.

4. Verifikasi Data

Kesimpulan dalam penelitian kualitatif yang diharapkan adalah merupakan temuan baru yang sebelumnya belum pernah ada. Temuan dapat berupa deskripsi atau gambaran suatu objek yang sebelumnya masihbelum jelas atau remang-remang sehingga setelah diteliti menjadi jelas dapat berupa hubungan kausal atau interaktif, hipotesis atau teori (Sugiyono, 2010:99).

Ketiga kegiatan dalam analisis data tersebut memperkuat dalam penelitian kualaitatif yang dilakukan oleh peneliti, sehingga sifat data dikumpulkan dalam bentuk laporan, uraian dan proses untuk mencari makna sehingga mudah difahami kondisinya, baik oleh peneliti maupun orang.


(53)

74 BAB V

PENUTUP

A. Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan hasil pembahasan yang telah dilakukan dapat diambil berapa simpulan yaitu:

1. Pelaksanaan model Pembelajaran Berbasis Masalah pada mata pelajaran Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan di kelas XI IPS 3 SMA Negeri 1 Balapulang sudah dilaksanakan sesuai dengan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran. Pelaksanaan model Pembelajarn Berbasis Masalah pada mata pelajaran Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan di kelas XI IPS 3 SMA Negeri 1 Balapulang meningkatkan kemampuan berfikir kritis, meningkatkan aktivitas belajar siswa, dan meningkatkan sikap tanggung jawab.

2. Terdapat hambatan-hambatan dalam pelaksanaan pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran berbasis masalah. Hambatan yang terjadi adalah kurangnya waktu pembelajaran, pendidik sulit menjadi fasilitator yang baik, terdapat beberapa peserta didik yang kurang aktif dalam diskusi kelompok

B. Saran

1. Sekolah perlu melakukan sosialisasi model Pembelajaran Berbasis Masalah agar lebih maksimal dalam pelaksanaan model Pembelajaran


(54)

Berbasis Masalah dan memperbaiki kualitas pembelajaran yang dilaksanakan oleh guru di SMA Negeri 1 Balapulang.

2. Terkait dengan proses pelaksanaan Pembelajaran Berbasis Masalah dalam kegiatan belajar mengajar di kelas, guru harus dapat lebih memanfaatkan waktu pembelajaan agar lebih efisien, serta selama proses pembelajaran berlangsung diharapkan guru untuk aktif membimbing peserta didik dalam melaksanakan diskusi kelompok.


(55)

Kumpulan Daftar Pustaka:

Arikunto, S. (2010). Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktik.(Edisi Revisi). Jakarta: Rineka Cipta.

Cholisis. (2004). Diktat Pendidikan Kwarganegaraan (Civic Education). Yogyakarta: UNY Press.

Dimyati dan Mudjiono. (1999). Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta. Dimyati dan Mudjiono. (2009). Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: PT Rineka Cipta. Hamalik, Oemar. (2005), Perencanaan Pengajaran Berdasarkan Pendekatan Sistem,

Jakarta: PT. Bumi Aksara.

Ibrahim, M. Dan Nur, M. (2002). Pembelajaran Berdasarkan Masalah. Surabaya: UNESA University Press.

Iskandar. (2009). Metodologi penelitian pendidikan dan sosial. Jakarta: Gaung Persada Press.

Kaelan. (2005). Metode Penelitian Kualitatif Bidang Filsafat. Yogyakarta: Paradigma.

Kunandar. (2007). Guru Profesional dan Implementasi Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) dan Sukses dalam Sertifikasi Guru. Jakarta: Raja Grafindo Persada.

Meleong, Lexy J. (2000). Metode Penelitian Kualitatif. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

Mulyani Sumantri dkk. (1999). Strategi Belajar Mengajar. Depdikbup Dirjen Pendidikan Tinggi.


(56)

Nana Syaodih Sukmadnata. (2009). Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: PT remaja Rosdakarya

Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 22 Tahun 2006 Tentang Standar Isi.

Rusman. (2010). Model-Model Pembelajarn Mengembangkan Profesionalisme Guru. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.

Sagala, Syaiful. (2009). Kemampuan Profesionalisme dan Tenaga Kependidikan. Bandung: Alfabeta.

Sugiyanto. (2010). Model-Model Pembelajaran Inovatif. Surakarta: Yuma Pustaka Sugiyono. (2009). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Bandung:

Alfabeta.

Syaiful Bahri Djamarah, Aswan Zain. (2002). Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: PT.Rineka Cipta.

Trianto. (2009). Mendesain Model Pembelajaran Inovatif Progresif. Jakarta : Kencana Prenada Group.

Trianto. (2010). Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Progesif. Jakarta Kencana Prenada Group.


(57)

(58)

(59)

(60)

Lampiran 3

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP)

I. IDENTITAS

Nama Sekolah : SMA N 1 Balapulang Mata Pelajaran : PKn

Materi Pokok : Peran Mahkamah Internasional dalam Menyelesaikan Sengketa

Kelas/Program : XI/2

Alokasi Waktu : 2 x 40 Menit

II. STANDAR KOMPETENSI/KOMPETENSI DASAR

1. Standar Kompetensi

5. Menganalisis sistem hukum dan peradilan internasional

2. Kompetensi Dasar

5.2. Menjelaskan penyebab timbulnya sengketa internasional dan cara penyelesaian oleh Mahkamah Internasional

III. INDIKATOR PENCAPAIAN KOMPETENSI

No Indikator Pencapaian Kompetensi

Nilai Budaya dan Karakter Bangsa

1 Mengidentifikasi penyebab

timbulnya sengketa internasional

Religius, jujur, toleransi, disiplin, kerja keras, mandiri, demokratis, rasa ingin tahu, semangat kebangsaan, cinta tanah air, menghargai prestasi, bersahabat, cinta damai, gemar membaca, peduli lingkungan, peduli sosial, tanggun jawab Mandiri

2 Menguraikan cara penyelesaian

sengketa internasional oleh Mahkamah internasional


(61)

Kewirausahaan/ Ekonomi Kreatif :  Percaya diri (Kteguhan hati, optimis)

 Berorientasi pada tugas (bermotivasi, tekun/tabah, bertekad, enerjik)  Pengambil resiko (suka tantangan, mampu memimpin)

 Orientasi ke masa depan (punya perspektif untuk masa depan)

IV. TUJUAN PEMBELAJARAN

Tujuan Pokok pembelajaran adalah agar siswa mampu dan dapat :  Mengidentifikasi penyebab timbulnya sengketa internasional

 Menguraikan cara penyelesaian sengketa internasional oleh Mahkamah internasional

V. STRATEGI PEMBELAJARAN

No. Kegiatan Belajar Waktu

(Menit)

Aspek lifeskill yang dikembangkan Nilai Budaya dan Karakter Bangsa

1. Pendahuluan

 Memberikan salam

siswa

 Mengabsen dan

mengetahui kondisi siswa Kegiatan Inti Eksplorasi Dalam kegiatan eksplorasi :  Menguraikan

tujuan dan nilai konstitusi  Menjelaskan pengertian dasar negara dan 15’ 55’  Disiplin  Kerjasama  Keterampilan  Kerjasama  Kesungguhan  Disiplin  Uji Diri

Religius, jujur, toleransi, disiplin, kerja keras, mandiri, demokratis, rasa ingin tahu, semangat kebangsaan, cinta tanah air, menghargai prestasi, bersahabat, cinta damai, gemar


(62)

konstitusi negara  Pemberian orientasi tentang permasalahan kepada siswa Elaborasi Dalam kegiatan elaborasi,

 Membagi siswa

dalam kelompok-kelompok kecil @4-5 orang. Jika jumlah siswa 30 orang, berarti terdapat 6 kelompok.  Guru menyampaikan tugas-tugas yang harus dikerjakan masing-masing kelompok (tiap kelompok diminta mencari permasalahan sengketa internasional).

 Kelompok yang

sudah

mendapatkan permasalahan wajib

dikonsultasikan kepada guru dan ditulis di papan tulis.

 Guru

memberikan bimbingan kepada kelompok terkait diskusi membaca, peduli lingkungan, peduli sosial, tanggun jawab Mandiri


(63)

yang sedang dijalankan

 Setelah selesai melakukan diskusi

kelompok, setiap kelompok

mempresentasika n hasil kerjanya

 Guru memfasilitasi jika terdapat kelompok yang mengalami kesulitan dalam mempresentasika n hasil kerja serta memberikan klarifikasi jika terjadi kesalahan konsep atau jawaban terhadap pertanyaan yang masuk.

 Evaluasi proses mengatasi masalah dalam diskusi (guru melakukan refleksi terhadap proses dan hasil investigasi) Konfirmasi Dalam kegiatan konfirmasi, siswa:  Menyimpulkan tentang hal-hal yang belum diketahui  Menjelaskan


(64)

yang belum diketahui

3 Penutup

 Tanya jawab

 Penenangan

20’  Pengendalian

diri

VI. PERANGKAT PEMBELAJARAN

1. Buku Paket PKn Kelas XI

2. UUD 1945 yang Telah Diamandemen

3. Buku-buku sumber yang relevan 4. Lembar Kerja Siswa

5. Majalah, Koran dan Internet

VII. PENILAIAN DAN TINDAK LANUUT

 Penilaian Kognitif  Penilaian Afektif  Penilaian Psikomotorik

Balapulang,....,...2015 Mengetahui

Kepala SMA N 1 Balapulang Guru Mata Pelajaran

Ahmad, S.Pd Rokhmiati, S.Pd


(1)

(2)

Lampiran 3

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP)

I. IDENTITAS

Nama Sekolah : SMA N 1 Balapulang Mata Pelajaran : PKn

Materi Pokok : Peran Mahkamah Internasional dalam

Menyelesaikan Sengketa Kelas/Program : XI/2

Alokasi Waktu : 2 x 40 Menit

II. STANDAR KOMPETENSI/KOMPETENSI DASAR 1. Standar Kompetensi

5. Menganalisis sistem hukum dan peradilan internasional

2. Kompetensi Dasar

5.2. Menjelaskan penyebab timbulnya sengketa internasional dan cara penyelesaian oleh Mahkamah Internasional

III. INDIKATOR PENCAPAIAN KOMPETENSI

No Indikator Pencapaian

Kompetensi

Nilai Budaya dan Karakter Bangsa

1 Mengidentifikasi penyebab timbulnya sengketa

internasional

Religius, jujur, toleransi, disiplin, kerja keras, mandiri, demokratis, rasa ingin tahu, semangat kebangsaan, cinta tanah air, menghargai prestasi, bersahabat, cinta damai, gemar membaca, peduli lingkungan, peduli sosial, tanggun jawab Mandiri

2 Menguraikan cara penyelesaian sengketa internasional oleh Mahkamah internasional


(3)

Kewirausahaan/ Ekonomi Kreatif :  Percaya diri (Kteguhan hati, optimis)

 Berorientasi pada tugas (bermotivasi, tekun/tabah, bertekad, enerjik)  Pengambil resiko (suka tantangan, mampu memimpin)

 Orientasi ke masa depan (punya perspektif untuk masa depan)

IV. TUJUAN PEMBELAJARAN

Tujuan Pokok pembelajaran adalah agar siswa mampu dan dapat :  Mengidentifikasi penyebab timbulnya sengketa internasional

 Menguraikan cara penyelesaian sengketa internasional oleh Mahkamah internasional

V. STRATEGI PEMBELAJARAN

No. Kegiatan Belajar Waktu (Menit) Aspek lifeskill yang dikembangkan Nilai Budaya dan Karakter Bangsa 1. Pendahuluan

 Memberikan salam siswa

 Mengabsen dan mengetahui kondisi siswa Kegiatan Inti Eksplorasi Dalam kegiatan eksplorasi :  Menguraikan tujuan dan nilai konstitusi  Menjelaskan pengertian dasar negara dan 15’ 55’  Disiplin  Kerjasama  Keterampilan  Kerjasama  Kesungguhan  Disiplin  Uji Diri

Religius, jujur, toleransi, disiplin, kerja keras, mandiri, demokratis, rasa ingin tahu, semangat kebangsaan, cinta tanah air, menghargai prestasi, bersahabat, cinta damai, gemar


(4)

konstitusi negara  Pemberian

orientasi tentang permasalahan kepada siswa Elaborasi Dalam kegiatan elaborasi,

 Membagi siswa dalam kelompok-kelompok kecil @4-5 orang. Jika jumlah siswa 30 orang, berarti terdapat 6 kelompok.  Guru

menyampaikan tugas-tugas yang harus dikerjakan masing-masing kelompok (tiap kelompok diminta mencari permasalahan sengketa internasional).  Kelompok yang

sudah

mendapatkan permasalahan wajib

dikonsultasikan kepada guru dan ditulis di papan tulis.

 Guru memberikan bimbingan

kepada kelompok terkait diskusi

membaca, peduli lingkungan, peduli sosial, tanggun jawab Mandiri


(5)

yang sedang dijalankan  Setelah selesai

melakukan diskusi

kelompok, setiap kelompok

mempresentasika n hasil kerjanya  Guru

memfasilitasi jika terdapat

kelompok yang mengalami kesulitan dalam mempresentasika n hasil kerja serta memberikan klarifikasi jika terjadi kesalahan konsep atau jawaban terhadap pertanyaan yang masuk.

 Evaluasi proses mengatasi masalah dalam diskusi (guru melakukan refleksi terhadap proses dan hasil investigasi) Konfirmasi Dalam kegiatan konfirmasi, siswa:  Menyimpulkan

tentang hal-hal yang belum diketahui  Menjelaskan


(6)

yang belum diketahui

3 Penutup

 Tanya jawab  Penenangan

20’  Pengendalian diri

VI. PERANGKAT PEMBELAJARAN 1. Buku Paket PKn Kelas XI

2. UUD 1945 yang Telah Diamandemen 3. Buku-buku sumber yang relevan 4. Lembar Kerja Siswa

5. Majalah, Koran dan Internet

VII. PENILAIAN DAN TINDAK LANUUT  Penilaian Kognitif

 Penilaian Afektif  Penilaian Psikomotorik

Balapulang,....,...2015 Mengetahui

Kepala SMA N 1 Balapulang Guru Mata Pelajaran

Ahmad, S.Pd Rokhmiati, S.Pd


Dokumen yang terkait

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN VALUE CLARIFICATION TECHNIQUE UNTUK MENUMBUHKAN KESADARAN HAK ASASI MANUSIA PADA MATA PELAJARAN PPKn DI KELAS XI SMA NEGERI 1 BANDAR SRIBHAWONO TAHUN 2015

2 14 97

PEMANFAATAN PENGGUNAAN BUKU SISWA MATA PELAJARAN PPKN KELAS XI PADA KURIKULUM 2013 Pemanfaatan Penggunaan Buku Siswa Mata Pelajaran PPKn Kelas Xi Pada Kurikulum 2013 (Studi Kasus pada Siswa Kelas XI IPS 3 di SMA Negeri 1 Gemolong).

0 2 10

PEMANFAATAN PENGGUNAAN BUKU SISWA MATA PELAJARAN PPKN KELAS XI PADA KURIKULUM 2013 Pemanfaatan Penggunaan Buku Siswa Mata Pelajaran PPKn Kelas Xi Pada Kurikulum 2013 (Studi Kasus pada Siswa Kelas XI IPS 3 di SMA Negeri 1 Gemolong).

0 4 19

BAB 1 PENDAHULUAN Pemanfaatan Penggunaan Buku Siswa Mata Pelajaran PPKn Kelas Xi Pada Kurikulum 2013 (Studi Kasus pada Siswa Kelas XI IPS 3 di SMA Negeri 1 Gemolong).

0 2 10

PENGARUH PEMBELAJARAN BERDASARKAN MASALAH TERHADAP KREATIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN DI KELAS, XI SMA NEGERI 1 SALAPIAN KABUPATEN LANGKAT.

0 3 57

PENGELOLAAN MEDIA PEMBELAJARAN BERBASIS KOMPUTER PADA MATA PELAJARAN KIMIA Pengelolaan Media Pembelajaran Berbasis Komputer Pada Mata Pelajaran Kimia Kelas X Sma Negeri 3 Salatiga.

0 1 15

PENGARUH PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH LINGKUNGAN TERHADAP BERPIKIR KRITIS SISWA PADA MATA PELAJARAN GEOGRAFI KELAS XI SMA NEGERI 1 LEMBANG.

1 3 43

PENGEMBANGAN MEDIA PEMBELAJARAN BERBASIS FLASH PADA MATA PELAJARAN FISIKA POKOK BAHASAN ELASTISITAS KELAS XI SMA N 1 SUKOREJO.

0 0 150

Perbedaan Hasil Nilai Ulangan Menggunakan Model Pembelajaran Konvensional dengan Konstektual (CTL) Pada Mata Pelajaran Sosiologi Siswa Kelas X SMA Negeri 1 Balapulang Kabupaten Tegal).

0 0 2

EFEKTIVITAS E-LEARNING SEBAGAI MEDIA PEMBELAJARAN MATA PELAJARAN TIK KELAS XI DI SMA NEGERI 1 DEPOK.

0 0 111