Metode kooperatif model jigsaw II dalam pembelajaran tokoh dan penokohan Novel 728 Hari Karya Djono W. Oesman untuk siswa SMA kelas XI semester I

(1)

METODE KOOPERATIF MODEL JIGSAW II

DALAM PEMBELAJARAN TOKOH DAN PENOKOHAN

NOVEL 728 HARI KARYA DJONO W. OESMAN

UNTUK SISWA SMA KELAS XI SEMESTER I

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Bahasa Sastra Indonesia

Oleh

Theresia Novita Dwi Puspitasari NIM: 121224104

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA SASTRA INDONESIA JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SENI

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA 2017


(2)

i

METODE KOOPERATIF MODEL JIGSAW II

DALAM PEMBELAJARAN TOKOH DAN PENOKOHAN

NOVEL 728 HARI KARYA DJONO W. OESMAN

UNTUK SISWA SMA KELAS XI SEMESTER I

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Bahasa Sastra Indonesia

Oleh

Theresia Novita Dwi Puspitasari NIM: 121224104

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA SASTRA INDONESIA JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SENI

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA 2017


(3)

(4)

(5)

iv

HALAMAN PERSEMBAHAN

Terima kasih saya ucapkan, kepada Tuhan Yang Maha Kuasa yang telah memberikan rahmat dan kelancaran dalam penyusunan skripsi. Karya ini akan saya persembahkan untuk:

Kedua orang tua saya, bapak Victorius Samiyoto dan Maria Magdalena Eni Wayantari, S.Pd yang selalu mendukung dan memberi semangat serta mendoakan saya dalam membuat skripsi.


(6)

v MOTO

“Aku berpikir terus menerus berbulan-bulan

dan bertahun-tahun, sembilan puluh sembilan kali dan kesimpulannya salah.

untuk yang keseratus aku benar.”


(7)

(8)

(9)

viii ABSTRAK

Puspitasari, Theresia Novita Dwi. 2017. Metode Kooperatif Model Jigsaw II dalam Pembelajaran Tokoh dan Penokohan Novel 728 Hari Karya Djono W. Oesman untuk Siswa SMA Kelas XI Semester I. Skripsi. Yogyakarta: PBSI, FKIP, Universitas Sanata Dharma.

Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan metode kooperatif model jigsaw II dalam pembelajaran tokoh dan penokohan novel 728 Hari karya Djono W. Oesman untuk siswa SMA kelas XI semester I. Penelitian ini juga menggunakan metode deskriptif kualitatif, sehingga data yang dihasilkan berupa kutipan kata-kata.

Hasil analisis penelitian ini menunjukkan implementasi langkah-langkah pembelajaran kooperatif model jigsaw II dalam tokoh dan penokohan novel

728 Hari karya Djono W. Oesman. Langkah-langkah tersebut terbentuk dari enam langkah, yaitu; (1) orientasi (2) membaca sinopsis novel 728 Hari

dalam kelompok asal; (3) diskusi kelompok ahli; (4) presentasi kelompok; (5) guru memberikan penguatan hasil diskusi; (6) guru membimbing siswa mengambil kesimpulan.

Dalam hasil kajian penelitian, peneliti menemukan tokoh dan penokohan dalam novel 728 Hari, yaitu Eva Meliana Santi yang menjadi tokoh utama. Eva digambarkan sebagai gadis yang pintar dan kuat menjalani sisa hidupnya untuk berbuat kebaikan pada sesama. Tokoh tambahan dalam novel tersebut, yaitu Badaruddin, Sugiarti, Faisal, Kartika, Ninis, Hesti, Nanan, dr Yudha, dan dr Anton. Sedangkan, teknik analitik dan teknik dramatik penokohan tersebut ditandai dengan pernyataan langsung dan tidak langsung.

Berkaitan dengan analisis tokoh dan penokohan novel 728 Hari

tersebut, peneliti menyesuaikan isi yang tertera di dalam standar isi, yaitu SK/KD matapelajaran Bahasa Indonesia kelas XI semester I mengenai keterampilan membaca yang ada dalam SK. 7 dan KD. 7.2 tentang menganalisis unsur intrinsik dan ekstrinsik novel Indonesia/terjemahan, kemudian merelevansikannya dengan bahan ajar berupa silabus dan RPP. Kemudian peneliti akan mendeskripsikan pembelajaran sastra tersebut, kedalam langkah-langkah pembelajaran metode kooperatif model jigsaw II.


(10)

ix

ABSTRACT

Puspitasari, Theresia Novita Dwi. 2017. Cooperative Method of Jigsaw II Model in Character and Characterization Learning by Djono W. Oesman's 728 Hari for 11th Grade Semester 1 Senior High School Students.

Thesis. Yogyakarta: PBSI, FKIP, Sanata Dharma University.

This research aimed to describe cooperatif method of Jigsaw II model in character and characterization learning by Djono W. Oesman's 728 Hari for 11th Grade, Semester 1, Senior High School Students. This research also used qualitative descriptive method, so that the produced data will be citation of words. The result of this research showed the implementation of Jigsaw II model cooperative learning steps in character and characterization by Djono W. Oesman's 728 Hari. Those steps are formed from six steps, which are; (1) orientation; (2) reading the novel's synopsis; (3) expert group discussion; (4) group presentation; (5) teacher gives reinforcement of discussion result; (6) teacher guides students to make conclusion.

The researched result is, the researcher found the character and characterization of 728 Hari, Eva Meliana Santi who is the main character. Eva was ilustrated as smart girl who was strong in facing the rest of her life to do good things for others. The additional characters at that novel, which are Badaruddin, Sugiarti, Faisal, Kartika, Ninis, Hesti, Nanan, dr Yudha, and dr Anton. Meanwhile, characterization analytic technique and characterization dramatic technique was marked by direct and indirect questions.

Related to the character and characterization analysis from 728 Hari, the researcher adjusted the content with the content standard, which are Competency Standard/Basic Compentence of Bahasa Indonesia subject for 11th grade, semester 1 related to reading skills which exists in Competency Standard 7 and Basic Compentenc 7.2 about analyzing intrinsic and extrinsic elements of Indonesia or translated novel.


(11)

x

KATA PENGANTAR

Puji dan Syukur penulis haturkan, kepada Tuhan Yang Maha Kuasa yang telah melimpahkan rahmat-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Metode Kooperatif Model Jigsaw II Dalam Pembelajaran Tokoh Dan Penokohan Novel 728 Hari karya Djono W. Oesman untuk Siswa SMA Kelas XI Semester I”. Karya ilmiah ini bertujuan untuk memenuhi persyaratan gelar kesarjanaan di Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sanata Dharma.

Selama penyusunan skripsi ini, penulis mendapat bantuan dan dukungan dari berbagai pihak, baik secara langsung maupun tidak langsung. Karena itu pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1. Rohandi, Ph. D., selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan. 2. Dr. Yuliana Setiyaningsih, selaku Ketua Program Studi PBSI yang selalu

memberikan dorongan bagi penulis untuk menyelesaikan skripsi.

3. Dr. R. Kunjana Rahardi, M.Hum., selaku Wakil Ketua Program Studi PBSI yang selalu memberikan dorongan bagi penulis untuk menyelesaikan skripsi.

4. Drs. B. Rahmanto, M.Hum., selaku dosen pembimbing pertama yang telah mengarahkan dan membimbing dengan telaten dalam penulisan skripsi.

5. Drs. P. Hariyanto, M.Pd., selaku dosen pembimbing kedua yang telah mengarahkan dan membimbing dengan telaten dalam penulisan skripsi. 6. Seluruh dosen PBSI yang telah memberikan pengetahuan, wawasan, dan

ilmu yang dapat menjadi bekal masa depan bagi penulis.

7. Bapak Robertus Marsidiq, selaku sekretaris PBSI yang telah memberikan pelayanan administrasi di Prodi PBSI.

8. Ayahanda, Victorius Samiyoto dan Ibunda, Maria Magdalena Eni Wayantari S.Pd., selaku orang tua yang telah memberikan kasih sayang serta untaian doa yang tidak pernah putus untuk anak-anaknya.


(12)

(13)

xii DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii

HALAMAN PENGESAHAN ... iii

HALAMAN PERSEMBAHAN ... iv

HALAMAN MOTO ... v

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... vi

PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS ... vii

ABSTRAK ... viii

ABSTRACT ... ix

KATA PENGANTAR ... x

DAFTAR ISI ... xii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Rumusan Masalah ... 5

C. Tujuan Penelitian ... 5

D. Manfaat Penelitian ... 6

E. Batasan Istilah ... 7

F. Sistematika Penyajian ... 9

BAB II KAJIAN PUSTAKA ... 10


(14)

xiii

B. Landasan Teori ... 12

1. Metode Kooperatif ... 12

a. Karakteristik Metode Pembelajaran Kooperatif... 13

b. Ciri-ciri Pembelajaran Kooperatif ... 14

c. Unsur-unsur Dasar Pembelajaran Kooperatif ... 15

2. Model Jigsaw II ... 16

a. Kegiatan Pembelajaran Jigsaw II ... 17

b. Langkah-langkah Pembelajaran Jigsaw II ... 20

3. Metode Pembelajaran ... 22

4. Pembelajaran Sastra di SMA ... 23

5. Pelaksanaan Pembelajaran KTSP ... 24

a. Silabus ... 25

b. RPP ... 26

6. Novel ... 27

7. Tokoh ... 28

a. Tokoh Sentral ... 29

b. Tokoh Bawahan ... 29

8. Penokohan ... 30

9. Pendekatan Struktural ... 31

BAB III METODOLOGI PENELITIAN ... 34

A. Jenis Penelitian ... 34

B. Metode Penelitian... 34

1. Pendekatan ... 34

2. Metode... 35

C. Data dan Sumber Data Penelitian ... 35

D. Instrumen Penelitian... 36

E. Teknik Pengumpulan Data ... 36

F. Teknik Analisis Data ... 37


(15)

xiv

A. Deskripsi Data ... 38

B. Pembahasan Metode Kooperatif model Jigsaw dalam Pembelajaran Novel 728 Hari ... 39

1. Hasil Penelitian ... 40

a. Orientasi ... 41

b. Membaca ... 41

c. Diskusi Kelompok Ahli ... 42

(1) Tokoh Utama/Sentral ... 42

(2) Tokoh Tambahan ... 54

(3) Teknik Analitik ... 75

(4) Teknik Dramatik ... 76

d. Diskusi Kelompok Asal ... 95

(1) Tokoh Utama/Sentral ... 95

(2) Tokoh Tambahan ... 96

(3) Teknik Analitik ... 97

(4) Teknik Dramatik ... 98

e. Laporan Kelompok... 100

f. Guru Memberi Penguatan ... 100

g. Guru Membimbing Siswa Mengambil Kesimpulan ... 101

C. Bahan Ajar ... 103

1. Silabus ... 103

2. RPP ... 111

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan ... 142

B. Saran ... 147

DAFTAR PUSTAKA ... 148

LAMPIRAN ... 150


(16)

1 BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Salah satu keterampilan yang harus dimiliki oleh seorang guru dalam pembelajaran adalah keterampilan memilih metode. Pemilihan metode terkait langsung dengan usaha-usaha guru dalam menampilkan pengajaran yang sesuai dengan situasi dan kondisi sehingga, pencapaian tujuan pengajaran diperoleh secara optimal. Dengan menggunakan metode kooperatif model jigsaw II, siswa akan lebih efektif dan optimal dengan hasil belajarnya.

Pada hakikatnya pembelajaran kooperatif sama dengan kerja kelompok. Oleh karena itu, banyak guru yang mengatakan tidak ada sesuatu yang aneh dalam pembelajaran kooperatif. Karena mereka beranggapan, telah biasa melakukan pembelajaran kooperatif dalam bentuk belajar kelompok. Walaupun sebenarnya tidak semua belajar kelompok dikatakan pembelajaran kooperatif, seperti dijelaskan (dalam Rusman, 2011: 218) bahwa “pembelajaran kooperatif dilaksanakan melalui sharing proses antara peserta belajar, sehingga dapat mewujudkan pemahaman bersama di antara peserta belajar itu sendiri.”

(dalam Rusman, 2011: 216) mengemukakan lima unsur dasar model pembelajaran kooperatif model jisgaw II, yaitu: (1) ketergantungan yang positif, (2) pertanggung jawaban induvidual, (3) kemampuan bersosialisasi, (4) tatap


(17)

muka, dan (5) evaluasi proses kelompok. Pembelajaran kooperatif mewadahi bagaimana, siswa dapat bekerja sama dalam kelompok. Tujuan kelompok adalah tujuan bersama. Situasi kooperatif merupakan bagian dari siswa, untuk mencapai tujuan kelompok siswa harus merasakan bahwa mereka akan mencapai tujuan maka siswa lain dalam kelompoknya memiliki kebersamaan. Artinya tiap anggota kelompok bersikap kooperatif dengan sesama anggota kelompoknya (Rusman, 2011: 219).

Ada dua komponen pembelajaran kooperatif, yakni: (1) cooperative tesk

atau tugas kerja sama dan (2) cooperative incentive structure, atau struktur insentif kerja sama. Tugas kerja sama berkenaan dengan suatu hal yang, menyebabkan anggota kelompok kerja sama dalam menyelesaikan tugas yang telah diberikan. sedangkan stuktur insentif kerja sama, merupakan suatu hal yang membangkitkan motivasi siswa untuk melakukan kerja sama dalam rangka mencapai tujuan kelompok tersebut.

Pembelajaran model jigsaw ini dikenal juga dengan kooperatif para ahli. Karena, anggota setiap kelompok dihadapkan pada permasalahan yang berbeda. Tetapi, permasalahan yang dihadapi setiap kelompok sama. Setiap utusan dalam kelompok yang berbeda membahas materi yang sama, kita sebut sebagai tim ahli yang bertugas membahas permasalahan yang dihadapi. Selanjutnya hasil pembahasan itu, dibawa ke kelompok asal dan disampaikan pada anggota kelompoknya (Rusman,2011: 219).


(18)

Media yang digunakan oleh peneliti dalam penelitian ini adalah, menggunakan sebuah buku bacaan novel. Media diartikan sebagai perantara atau pengantar pesan dari pengirim kepada penerima pesan. Media apabila dipahami secara garis besar adalah manusia, materi, atau kejadian yang membangun kondisi yang membuat siswa mampu memperoleh pengetahuan, keterampilan, atau sikap (Arsyad,2007: 1-4).

Novel sebagai salah satu bentuk karya sastra berawal dari kesusastraan Inggris pada awal abad ke-18. Pada perkembangannya hakikat novel diungkapkan oleh beberapa pengamat sastra lain, yaitu novel diartikan sebagai suatu cerita dengan suatu alur yang cukup panjang mengisi satu buku atau lebih, yang menggarap kehidupan manusia yang bersifat imajinatif. Sedangkan untuk tokoh menunjuk pada orang sebagai pelaku cerita. (dalam Nurgiantoro, 2002 : 165), memaparkan tokoh cerita adalah orang-orang yang ditampilkan dalam suatu karya naratif atau drama yang oleh pembaca ditafsirkan memiliki moral dan kecenderungan tertentu seperti yang diekspresikan dalam ucapan dan apa yang dilakukan dalam tindakan. Tokoh cerita menempati posisi strategis sebagai pembaca dan penyampaian pesan, amanat, moral, atau sesuatu yang sengaja ingin disampaikan pengarang kepada pembaca (Wahyuningtyas dan Santoso, 2011: 3).

Penokohan sebagian besar tokoh-tokoh yang ada dalam karya fiksi adalah tokoh-tokoh rekaan. Kendati berupa rekaan atau hanya imajinasi pengarang, masalah penokohan merupakan satu bagian penting dalam membangun sebuah cerita. Tokoh-


(19)

tokoh tersebut tidak saja berfungsi untuk memainkan cerita, tetapi juga berperan untuk menyampaikan ide, motif, plot, dan tema. Semakin

berkembangnya ilmu jiwa, terutama psiko-analisa, merupakan salah satu alasan pentingnya peranan tokoh cerita sebagai bagian yang ditonjolkan oleh pengarang Sumardjo (dalam Zainuddin, 2002: 86).

Metode pembelajaran kooperatif model jigsaw dalam menganalisis suatu cerita yang tertulis di dalam novel 728 Hari karya Djono W. Oesman akan digunakan oleh peneliti untuk penelitiannya yang berjudul “Metode Kooperatif Model Jigsaw II dalam Pembelajaran Tokoh dan Penokohan Novel 728 Hari

Karya Djono W. Oesman Untuk Siswa SMA Kelas XI Semester I”. Unsur yang disampaikan berupa unsur intrinsik yaitu tema, alur, penokohan, latar, sudut pandang, gaya bahasa, dan amanat. Agar penggunaan kooperatif model jigsaw II lebih mendalam, peneliti hanya akan berfokus pada tokoh dan penokohannya saja.

Gambaran cerita dalam novel 728 Hari karya Djono W. Oesman adalah, tokoh bernama Eva Meliana Santi yang mengidap penyakit Lupus. Penyakit yang sampai sekarang belum ada obatnya dan dokter memvonis hanya bisa bertahan hidup dalam waktu 728 hari. Selama hidupnya Eva sudah banyak melakukan pengobatan sampai ia harus beberapa kali berganti dokter dan rumah sakit suatu ketika penyakit Eva diketahui oleh pihak dokter saat melakukan pengeboran dibagian tulang punggung Eva untuk mengambil sempel cairan tulang sumsum. Yang dilakukan oleh dr Chaterine. Berdasarkan cerita novel 728 Hari karya Djono W. Oesman tersebut kisah hidup Eva Meliana Santi dan semangatnya


(20)

sungguh menginspirasi bagi banyak orang. Kisah cintanya sungguh dramatis. Kisah perjuangan ibu Sugiarti yang merawat sungguh membuat haru. Alasan peneliti menggunakan novel ini karena banyak pelajaran yang dapat diambil dari cerita novel 728 Hari karya Djono W. Oesman tentang inspirasi kehidupan. Dalam penelitian ini, peneliti memilih analisis struktural untuk menganalisis novel

728 Hari karya Djono W. Oesman yang kemudian akan dikaitkan dengan pembelajaran sastra menggunakan metode pembelajaran kooperatif model jigsaw untuk siswa SMA kelas XI semester I.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, masalah yang akan dibahas ialah bagaimana penerapan dengan metode koopretif model jigsaw II dalam pembelajaran tokoh dan penokohan novel 728 Hari karya Djono W. Oesman untuk siswa SMA kelas XI semester I?

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah di atas, tujuan yang akan dicapai dalam penelitian ini ialah mendeskripsikan penerapan metode koopretif model jigsaw II dalam pembelajaran tokoh dan penokohan novel 728 Hari karya Djono W. Oesman untuk siswa SMA kelas XI semester I?


(21)

D. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi guru, siswa, mahasiswa dan peneliti sendiri.

1. Manfaat bagi guru bahasa Indonesia

Membantu guru dalam mengajarkan pembelajaran sastra khususnya dalam menganalisis unsur intrinsik tokoh dan penokohan dengan menggunakan metode kooperatif model jigsaw II.

2. Manfaat bagi siswa

Membantu siswa untuk lebih memahami tentang unsur intrinsik dalam novel, khususnya tokoh dan penokohan.

3. Manfaat bagi mahasiswa

Memberikan sumbangan bagi peneliti selanjutnya yang berkaitan dengan metode kooperatif model jigsaw II dan objeknya.

4. Manfaat bagi peneliti

Menambah pengetahuan mengenai sastra, khususnya unsur intrinsik yaitu tokoh dan penokohan.


(22)

E. Batasan Istilah

Sebagai penelitian, peneliti membuat beberapa batasan istilah yaitu:

1. Metode Kooperatif

Kegiatan pembelajaran dengan cara berkelompok untuk bekerja sama saling membantu mengkontruksi konsep, menyelesaikan persoalan, atau inkuiri (Ngalimun, 2014: 161).

2. Model Jigsaw

Termasuk pembelajaran kooperatif dengan sintaks pengarahan, informasi bahan ajar, buat kelompok heterogen, berikan bahan ajar (LKS) yang terdiri dari beberapa bagian sesuai banyak siswa dalam kelompok, tiap anggota kelompok bertugas membahas bagian tertentu, tiap kelompok bahan ajar membuat kelompok ahli sesuai bagian bahan ajar yang sama sehingga terjadi kerja sama dan diskusi, kembali ke kelompok asal oleh anggota kelompok ahli, penyimpulan dan evaluasi, refleksi (Ngalimun, 2014: 169). 3. Metode Pembelajaran

Seperangkat komponen yang telah dikombinasikan secara optimal untuk kualitas pembelajaran (dalam Taniredja, 2014: 1).

4. Pengajaran Sastra di SMA

Pengajaran yang menyangkut seluruh aspek sastra, yang meliputi: Teori Sastra, Sejarah Sastra, Kritik Sastra, Sastra Perbandingan, dan Apresiasi Sastra (Ismawati, 2013: 1).


(23)

5. Silabus

Seperangkat rencana dan pengaturan tentang implementasi kurikulum, yang mencakup kegiatan pembelajaran, pengelolaan kurikulum berbasis sekolah, kurikulum dan hasil belajar, serta penilaian berbasis kelas (Muslich, 2007: 23).

6. RPP

Rancangan pembelajaran mata pelajaran perunit yang akan diterapkan guru dalam pembelajaran di kelas (Muslich, 2007: 45).

7. Novel

Bentuk sastra yang paling populer di dunia (Sumardjo, 1988: 37). 8. Tokoh

Orang-orang yang ditampilkan dalam suatu karya naratif atau drama yang oleh pembaca ditafsirkan memiliki moral dan kecenderungan tertentu, seperti yang diekspresikan dalam ucapan dan apa yang dilakukan dalam tindakan (Nurgiantoro, 2002: 165).

9. Penokohan

Individu yang mengalami peristiwa atau perlakuan dalam berbagai peristiwa dalam cerita (dalam Ismawati, 2013: 70).

10.Strukrtural

Karya sastra yang dapat dilakukan dengan mengidentifikasikan, mengkaji, dan mendeskripsikan fungsi dan hubungan antar unsur intrinsik fiksi yang bersangkutan (Nurgiantoro, 1995: 37).


(24)

F. Sistematika Penyajian

Sistematika penyajian ini terdiri dari lima bab. Bab I pada penelitian ini berisi pendahuluan. Pada bab ini akan diuraikan 6 hal, yaitu: (1) latar belakang, (2) batasan masalah, (3) rumusan masalah, (4) tujuan penelitian, (5) manfaat penelitian, dan (6) sistematika penyajian, selanjutnya bab II dalam penelitian ini berisi landasan teori. Pada bab ini, akan diuraikan mengenai, (1) penelitian yang relevan, (2) kajian teori, dan (3) kerangka berpikir, selanjutnya bab III dalam penelitian ini berisi metodologi penelitian. Pada bab ini akan diuraikan mengenai, (1) jenis penelitian, (2) sumber data dan data penelitian, (3) metode penelitian, (4) instrumen penelitian, (5) teknik pengumpulan data, (6) teknik analisis data, selanjutnya bab IV dalam penelitian ini berisi hasil pembahasan dan penelitian. Pada bab ini akan diuraikan 2 hal, yaitu: (1) deskripsi data, dan (2) pembahasan hasil analisis yang ditemukan dalam novel

728 Hari karya Djono W. Oesman dan yang trakhir adalah bab V dalam penelitian ini, peneliti mendeskrisikan megenai kesimpulan dan saran.


(25)

10 BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Penelitian Terdahulu yang Relevan

Dalam penelitian relevan ini, peneliti menemukan beberapa penelitian yang menggunakan pembelajaran kooperatif model jigsaw sebagai strategi pembelajaran dan pengajaran sastra. Penelitian tersebut dilakukan oleh Benediktus Brian Prasetyo (2011), Delsiana Yos Sudarso Ngaga (2011), dan Utari Irmina Budi (2009).

Pertama, penelitian yang dilakukan oleh Benediktus Brian Prasetianto (2011) berjudul “Peningkatan Motivasi dan Prestasi Belajar Sejarah Dengan Menggunakan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw”. Melalui penelitiannya, Benediktus berfokus pada jenis Penelitian Tindakan Kelas (PTK) dengan subjek penelitiannya adalah siswa kelas XI jurusan Bahasa SMA Stella Duce 2 Yogyakarta tahun ajaran 2009/2010 yang berjumlah 25 orang. Hasil dari penelitian tersebut menunjukkan bahwa pembelajaran kooperatif tipe jigsaw berhasil dilaksanakan, dan dapat meningkatkan motivasi belajar sejarah siswa yang ditandai, dengan meningkatnya nilai rata-rata dan presentase motivasi belajar dan prestasi siswa.

Penelitian terdahulu yang kedua, yaitu Delsiana Yos Sudarso Ngaga (2011) dengan judul “Metode Inkuiri Dalam Pembelajaran Alur dan Tokoh


(26)

Novel Hilangnya Halaman Rumahku Karya Gregorius Budi Subanar Untuk Pembelajaran Sastra Di SMA Kelas XI Semester I”. Tujuan dari penelitian Delsiana, yaitu mendeskripsikan metode inkuiri terhadap tokoh dan alur novel Hilangnya Halaman Rumahku karya Gregorius Budi Subanar untuk siswa SMA kelas XI semester I. Hasil dari penelitiannya berupa penelitian deskriptif kualitatif, karena isi dari penelitian tersebut berupa gambaran metode inkuiri dan data diperoleh dari novel Hilangnya Halaman Rumahku.

Penelitian yang ketiga, yaitu Utari Irmina Budi (2009) berjudul “Peningkatan Kemampuan Kerja Sama Dalam Pembelajaran Menulis Siswa Kelas X SMA Stella Duce Bantul, Yogyakarta Tahun Ajaran 2008/2009 Dengan Menggunakan Metode Kooperatif Teknik Jigsaw”. Hasil penelitian Utari merupakan jenis Penelitian Tindak Kelas (PTK). Bertujuan untuk mendeskripsikan peningkatan kemampuan kerja sama siswa kelas X SMA Stella Duce Bantul tahun ajaran 2008/2009, dalam pembelajaran menulis dan mengetahui peningkatan aspek tatap muka antar anggota kelompok dalam pembelajaran menulis di SMA Stella Duce Bantul tahun ajaran 2008/2009. Peneliti menggunakan subjek penelitiannya, yaitu siswa sebanyak 18 siswa kelas X di SMA Stella Duce Bantul.

Perbedaan penelitian yang saya buat dengan peneliti sebelumnya, yaitu Benediktus Brian Prasetyo (2011), Delsiana Yos Sudarso Ngaga (2011), dan Utari Irmina Budi (2009), adalah lebih kepada pembelajaran membaca novel dengan menggunakan metode koopertif model jigsaw II. Kemudian di dalam penelitian saya, saya akan mendeskripsikan langkah-langkah metode


(27)

kooperatif model jigsaw II. Dengan merelevansikannya menggunakan bahan ajar berupa silabus dan RPP untuk pembelajaran sastra di SMA kelas XI semester I. Peneliti juga merasa bahwa penelitiannya, dapat dijadikan bahan pengajaran sastra di SMA kelas XI semester I, karena sesuai dengan standar isi, yaitu SK/KD pada keterampilan membaca 7 dan KD. 7.2 tentang analisis unsur intrinsik dan ekstrinsik novel Indonesia/terjemahan. Kemudian saya menggunakan novel berjudul 728 Hari karya Djono W. Oesman dengan tahun terbit pada bulan oktober 2015, sebagai media untuk menganalisis unsur intrinsik tokoh dan penokohannya. Penulis dalam novel 728 Hari juga termasuk seorang tokoh wartawan yang bekerja di kantor Jawa Pos Surabaya. Dalam penelitian, peneliti juga menggunakan analisis struktural tujuannya, agar lebih mudah untuk mendeskripsikan tokoh dan penokohan yang terdapat dalam novel 728 Hari karya Djono W. Oesman.

B. Landasan Teori

1. Metode Pembelajaran Kooperatif

Metode pembelajaran kooperatif dibagi menjadi empat model yang dikembangkan dari pendekatan kooperatif ini, yaitu: (a) model STAD (Student Teams Achivement Division); (b) model jigsaw; (c) model investigasi kelompok; dan (d) pendekatan struktural. Model yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah model Jigsaw (Muhammad Nurdin, 2011: 120). Model jigsaw adalah sebuah metode belajar kooperatif, yang menitikberatkan kepada kerja kelompok siswa dalam bentuk kelompok kecil, seperti yang diungkapkan Lie (dalam Rusman,2011: 201), bahwa pembelajaran kooperatif


(28)

model jigsaw ini merupakan model belajar yang kooperatif, dengan cara siswa belajar dalam kelompok kecil yang terdiri atas lima sampai dengan enam orang secara heterogen. Kemudian siswa bekerja sama saling ketergantungan positif dan bertanggung jawab secara mandiri.

a. Karakteristik Metode Pembelajaran Kooperatif

Pembelajaran kooperatif berbeda dengan strategi pembelajaran yang lain. Perbedaan tersebut dapat dilihat dari proses pembelajaran, yang lebih menekankan pada proses kerja sama dalam kelompok. Tujuan yang ingin dicapai tidak hanya kemampuan akademik dalam pengertian penguasaan materi pelajaran, tetapi juga adanya unsur kerja sama inilah yang menjadi ciri khas dari pembelajaran kooperatif.

Pembelajaran kooperatif dapat dijelaskan dalam beberapa perspektif, yaitu: 1) perspektif motivasi artinya penghargaan yang diberikan kepada kelompok yang dalam kegiatannya saling membantu untuk memperjuangkan keberhasilan kelompok; 2) perspektif sosial artinya melalui kooperatif setiap siswa akan saling membantu dalam belajar. Karena mereka menginginkan semua anggota kelompok memperoleh keberhasilan; 3) perspektif perkembangan kognitif artinya dengan adanya interaksi antara anggota kelompok dapat mengembangkan prestasi siswa untuk berpikir mengolah berbagai informasi (Sanjaya, 2006: 242).


(29)

b. Ciri-ciri Pembelajaran Kooperatif

Dalam pembelajaran kooperatif menurut (Ibrahim Muslimin, 2000: 3), terdapat empat ciri-ciri yang menjadi dasar keberhasilan kelompok belajar, yaitu:

1) Pembelajaran Secara Tim

Pembelajaran kooperatif adalah pembelajaran yang dilakukan secara tim. Tim merupakan tempat untuk mencapai tujuan. Oleh karena itu, tim harus mampu membuat setiap siswanya kompak dan mencapai keberhasilan belajar secara bersama-sama. Setiap anggota tim harus saling membantu untuk mencapai tujuan pembelajaran. 2) Didasarkan pada Manajemen Kooperatif

Manajemen seperti yang telah kita pelajari pada bab sebelumnya mempunyai tiga fungsi, yaitu: (a) Fungsi manajemen sebagai perencanaan pelaksanaan menunjukkan bahwa pembelajaran kooperatif dilaksanakan sesuai dengan perencanaan, dan langkah-langkah pembelajaran yang sudah ditentukan. Misalnya tujuan apa yang harus dicapai, bagaimana cara mencapainya, apa yang harus digunakan untuk mencapai tujuan, dan lain sebagainya; (b) Fungsi manajemen sebagai organisasi, menunjukkan bahwa pembelajaran kooperatif memerlukan perencanaan yang matang agar proses pembelajaran berjalan dengan efektif; (c) Fungsi manajemen sebagai kontrol, menunjukkan bahwa dalam pembelajaran kooperatif perlu


(30)

ditentukan kriteria keberhasilan baik melalui bentuk tes maupun nontes.

3) Kemampuan untuk Bekerja Sama

Keberhasilan pembelajaran kooperatif ditentukan oleh keberhasilan secara kelompok, oleh karenanya prinsip keberhasilan atau kerja sama perlu ditekankan dalam pembelajaran kooperatif. Tanpa kerja sama yang baik, pembelajar kooperatif tidak akan mencapai hasil yang optimal.

4) Keterampilan Bekerja Sama

Kemampuan bekerja sama itu dipraktikkan melalui aktivitas dalam kegiatan pembelajaran secara berkelompok. Dengan demikian, siswa perlu didorong untuk mau dan sanggup berinteraksi dan berkomunikasi dengan anggota lain dalam rangka mencapai tujuan pembelajaran yang telah diterapkan. Pembelajaran kooperatif adalah suatu aktivitas pembelajaran yang menggunakan pola belajar siswa berkelompok untuk menjalin kerja sama dan saling ketergantungan dalam struktur tugas, tujuan, dan hadiah.

c. Unsur-unsur Dasar Pembelajaran Kooperatif

Menurut Slavin (2005: 4) terdapat tujuh unsur-unsur dasar pembelajaran kooperatif, yaitu:

1) Siswa dalam kelompoknya haruslah beranggapan bahwa mereka sehidup sepenanggungan bersama.


(31)

2) Siswa bertanggung jawab atas segala sesuatu di dalam kelompoknya, seperti milik mereka sendiri.

3) Siswa haruslah melihat bahwa semua anggota di dalam kelompoknya memiliki tujuan yang sama.

4) Siswa haruslah membagi tugas dan tanggung jawab yang sama di antara anggota kelompoknya.

5) Siswa akan dikenakan evaluasi atau diberikan hadiah/penghargaan yang juga akan dikenakan untuk semua anggota kelompok.

6) Siswa dibagi kepemimpinan dan mereka membutuhkan keterampilan untuk belajar bersama selama proses belajarnya.

7) Siswa diminta untuk mempertanggungjawabkan secara individual meteri yang ditangani dalam kelompok kooperatif.

2. Model Jigsaw

Model ini dikembangkan dan diujicoba oleh Elliot Aronson dan teman-temannya di Universitas Texas. Arti Jigsaw dalam bahasa Inggris adalah gergaji ukir dan ada juga yang menyebutnya dengan istilah puzzle

yaitu menyusun potongan gambar. Pembelajaran kooperatif model jigsaw ini mengambil pola cara kerja sebuah gergaji (zig-zag), yaitu siswa melakukan suatu kegiatan belajar dengan cara bekerja sama dengan siswa lain untuk mencapai tujuan bersama.

Siswa-siswa ini bekerja sama untuk menyelesaikan tugas kooperatifnya dalam: (a) belajar dan menjadi ahli dalam sub topik bagiannya; (b) merencanakan bagaimana mengajarkan sub topik bagiannya kepada anggota kelompoknya semula. Setelah itu, siswa tersebut kembali lagi ke kelompoknya semula. Setelah itu, siswa tersebut


(32)

kembali lagi ke kelompok masing-masing sebagai “ahli” dalam sub topiknya dan mengajarkan informasi penting dalam sub topik tersebut kepada temannya. Ahli dalam sub topik lainnya juga bertindak serupa, sehingga seluruh siswa bertanggung jawab untuk menunjukkan penguasaannya terhadap seluruh materi yang ditugaskan oleh guru. Dengan demikian, setiap siswa dalam kelompok harus menguasai topik secara keseluruhan.

a. Kegiatan Pembelajaran Jigsaw II

Kegiatan pembelajaran jigsaw menurut Rusman (2011: 217) yang dilakukan oleh para siswa menyangkut beberapa hal, yaitu:

1) Melakukan membaca untuk menggali informasi. Siswa memperoleh topik-topik permasalahan untuk dibaca, sehingga mendapatkan informasi dari permasalahan tersebut.

2) Diskusi kelompok ahli. Siswa yang telah mendapatkan topik permasalahan yang sama bertemu dalam satu kelompok atau kita sebut dengan kelompok ahli untuk membicarakan topik permasalahan tersebut.

3) Laporan kelompok. Kelompok ahli kembali ke kelompok asal dan menjelaskan hasil yang didapat dari diskusi tim ahli.

4) Kuis dilakukan mencakup semua topik permasalahan yang dibicarakan tadi.


(33)

Agar lebih jelas peneliti membuat contoh skema model jigsaw sebagai berikut:

Model pembelajaran jigsaw dibedakan lagi menjadi tiga bagian, yaitu jigsaw I, jigsaw II, dan jigsaw III. Peneliti disini akan lebih berfokus dengan menggunakan model jigsaw II (Slavin, Isjoni, 2007: 75). Jigsaw II dapat digunakan manakala bahan yang akan dipelajari ditulis dalam bentuk narasi. Jigsaw II amat cocok digunakan pada pelajaran Ilmu Sosial, Sastra, beberapa bagian IPA. Dalam jigsaw II, siswa-siswa bekerja dalam kelompok-kelompok heterogen, sama seperti dalam STD. Kepada siswa diberikan bab-bab atau unit-unit lainnya untuk dibaca, dan juga diberikan “lembar ahli” yang memuat topik-topik yang berbeda untuk setiap anggota team dimana setiap anggota itu harus memusatkan perhatian pada apa yang diterimanya ketika ia membaca. Bila semua anggota telah selesai membaca, maka siswa dari team-team yang berbeda bertemu dalam suatu “kelompok ahli” untuk mendiskusikan topik mereka selama 30 menit. Kunci untuk keberhasilan Jigsaw II adalah saling ketergantungan, yaitu setiap siswa bergantung pada

Kel Asal 1 Kel Asal 2 Kel Asal 3 Kel Asal 4 Kel Asal5 Kel Asal 6 Kel Asal 7 Kel Ahli 2 Kel Ahli 1 Kel Ahli 3 Kel Ahli 4 Materi 1 Tokoh utama Materi 3 Teknik analitik Materi 4 Teknik dramatik Materi 2 Tokoh tambahan


(34)

temannya yang ada dalam kelompoknya untuk menyediakan informasi yang diperlukan untuk dapat berhasil dalam asesmen atau kuis (Isjoni dkk, 2007: 75).

Berdasarkan teori dan beberapa pengertian yang terdapat dalam pembelajaran kooperatif model jigsaw. Peneliti dapat menyimpulkan bahwa, pembelajaran jigsaw yang dikembangkan oleh tokoh pertama kali, yaitu bernama Elliot Aronson. Kemudian, beberapa kali dikembangkan lagi oleh Slavin menjadi tiga bagian model jigsaw. Jigsaw I dan jigsaw II pada dasarnya sebenarnya sama, namun ada beberapa aspek yang membedakannya.

Jigsaw II merupakan sebuah adaptasi dari teknik jigsaw Elliot Aronson (1978). Jigsaw II dalam hal ini juga membantu siswa belajar setiap matapelajaran, mulai dari keterampilan dasar sampai pemecahan masalah yang kompleks. Seperti halnya pada jigsaw I, setiap siswa menjadi ahli dalam materi yang ditugaskan. Berikut adalah, sintaks langkah-langkah pembelajaran jigsaw I yang pertama kali dikembangkan oleh Elliot Aronson:

1. Peserta didik dikelompokkan, dan masing-masing kelompok terdiri dari 4 orang.

2. Tiap peserta didik dalam tim mendapat materi yang sama, dan membaca semua materi.


(35)

3. Tiap peserta didik dalam tim berbagi tugas untuk membagi materi (sub bab mereka).

4. Peserta didik masuk ke dalam kelompok ahli masing-masing.

5. Setelah selesai berdiskusi dengan kelompok ahli peserta didik kembali ke alam kelompok asal.

6. Setiap tim ahli mempresentasikan hasil diskusinya. 7. Guru memberi evaluasi.

8. Penutup.

Setelah peneliti mengerti, dan tahu beberapa langkah-langkah pembelajaran yang terdapat di dalam pembelajaran model jigsaw I. Peneliti kemudian membandingkannya, dengan langkah-langkah pembelajaran model jigsaw II yang telah dimodifikasi oleh Slavin ke dalam langkah-langkah pembelajaran jigsaw II. Berikut adalah langkah-langkah pembelajaran model kooperatif jigsaw II yang telah dimodifikasi:

1. Orientasi

Pendidik menyampaikan tujuan pembelajaran yang akan diberikan. Memberikan penekanan tentang manfaat penggunaan metode jigsaw dalam proses belajar mengajar.


(36)

2. Membaca

Peserta didik dikelompokkan menjadi kelompok dasar/asal. Setiap anggota kelompok diberikan sub pokok bahasan/topik yang berbeda untuk mereka pelajari.

3. Diskusi kelompok ahli

Peserta didik yang mendapat topik yang sama berdiskusi dalam kelompok ahli.

4. Presentasi kelompok asal

Setelah berdiskusi sebagai tim ahli setiap kelompok kembali ke dalam kelompok asal untuk mepresentasikannya, dan anggota kelompok yang lain mendengarkan.

5. Pendidik memberikan penguatan pada hasil diskusi 6. Guru membimbing peserta didik mengambil kesimpulan.

Sepintas sintaks model pembelajaran kooperatif model jigsaw II hampir sama dengan jigsaw I, seperti yang telah dipaparkan berdasarkan langkah-langkah pembelajaran kooperatif model jigsaw di atas. Salah satunya, dalam model jigsaw II membaca semua materi dapat membantu siswa untuk mendapat gambaran besar sebelum, mereka membaca kembali dan menemukan informasi yang berkaitan dengan topik yang ditugaskan. Kemudian apabila siswa harus membaca di kelas, bacaan tersebut harus dapat diselesaikan dalam waktu tidak lebih dari setengah jam.


(37)

Kelebihan dari model jigsaw II adalah bahwa semua siswa membaca, semua materi yang membuat konsep-konsep yang telah disatukan menjadi lebih mudah dipahami. Sedangkan, dalam jigsaw I siswa menerima penjelasan potongan materi dari teman kelompok asalnya. Hal ini sangat mengkhawatirkan karena bisa jadi siswa tersebut belum memahami materi.

Jigsaw II sangat cocok digunakan apabila materi yang dipelajari berbentuk narasi tertulis seperti pelajaran sosial, sastra, beberapa bagian sains, dan pembelajaran lain yang lebih menekankan pada konsep daripada keterampilan. Oleh karena itu, peneliti memilih metode pembelajaran model jigsaw II dalam bahan ajar pembelajaran sastra di SMA kelas XI semester I. Menurut, peneliti model jigsaw II bisa dipakai dalam pemberian materi ajar seperti sebuah bab suatu cerita, biografi, dan bahan deskriptif lainnya.

3. Metode Pembelajaran

Metode pembelajaran adalah seluruh perencanaan, dan prosedur maupun langkah-langkah kegiatan pembelajaran, termasuk pilihan cara penilaian yang akan dilaksanakan. Metode pembelajaran dapat dianggap sebagai suatu prosedur atau proses yang teratur, suatu jalan atau cara yang teratur untuk melakukan pembelajaran.

Pengertian seluruh perencanaan itu jika dikaitkan dengan konsep yang berkembang dewasa ini meliputi Standar Kompetensi (SK), Kompetensi Dasar (KD), indikator, tujuan pembelajaran, persiapan pembelajaran, dan kegiatan pembelajaran. Mulai dari kegiatan pembuka/ awal, kegiatan inti dan penutupnya, serta media pembelajaran, sumber pembelajaran yang terkait, sampai dengan


(38)

penilaian pembelajaran. Dekat dengan istilah metode pembelajaran adalah sintaks, sintaks adalah urutan langkah-langkah kegiatan pembelajaran sesuai dengan strategi dan metode yang dipilih (Suyono dan Hariyanto, 2011: 19).

4. Pembelajaran Sastra di SMA

Yang dimaksud dengan pengajaran sastra adalah, pengajaran yang menyangkut seluruh aspek sastra yang meliputi: Teori Sastra, Sejarah Sastra, Kritik Sastra, Sastra Perbandingan, dan Apresiasi Sastra (Ismawati E, 2013: 1). Pengajaran sastra haruslah, menjadi bahan pembelajaran yang sesuai berdasarkan tingkatannya dalam kegiatan pembelajaran. Bahan pembelajaran dijabarkan berdasarkan tujuan, yaitu yang berupa kompetensi yang akan dicapai dan sebaliknya tujuan itu sendiri, dimungkinkan tercapai jika ditunjang oleh bahan yang sesuai.

Tujuan pembelajaran sastra sebagaimana terlihat dalam standar kompetensi dasar di kurikulum KTSP sekolah tidak perlu lagi diperdebatkan. Sesuatu tersebut bermacam jenisnya, yang jika dipilih menurut Saryono (2009: 52-219) dapat berupa pengalaman, pengetahuan, kesadaran, dan hiburan. Kejelasan tujuan pembelajaran sastra, sebab dapat memberikan acuan bagi pemilihan bahan yang sesuai. Teks kesastraan adalah aspek bahan, maka pemilihan bahan pembelajaran haruslah yang memungkinkan berbagai tujuan dan manfaat tersebut dapat diperoleh.


(39)

5. Pelaksanaan Pembelajaran KTSP

Implementasi KTSP akan bermuara pada pelaksanaan pembelajaran, yakni bagaimana agar isi atau pesan-pesan kurikulum (SK-KD) dapat dicerna oleh peserta didik secara tepat dan optimal. Dengan demikian, implementasi kurikulum merupakan hasil terjemahan guru terhadap kurikulum (SK-KD) yang dijabarkan ke dalam silabus dan rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) sebagai rencana tertulis (Mulyasa, 2008: 178).

Berikut ini, merupakan kompetensi inti dan kompetensi dasar yang sesuai dengan pembelajaran sastra di SMA kelas XI, semester I:

Standar Kompetensi Kompetensi Dasar Membaca

7. Memahami berbagai hikayat, novel Indonesia/ novel terjemahan.

7.2 Menganalisis unsur-unsur intrinsik dan ekstrinsik novel Indonesia/ terjemahan.

Berdasarkan SK-KD yang ditentukan, peneliti dapat merumuskan indikator sesuai dengan standar kompetensi dan kompetensi dasar yang telah ditentukan, yaitu sebagai berikut:

1) Mampu menjelaskan pengertian unsur intrinsik meliputi tokoh, penokohan, alur, latar, tema, amanat, dan gaya bahasa.


(40)

2) Mampu mengidentifikasi unsur tokoh berdasarkan langkah-langkah penentuan tokohnya.

3) Mampu mengidentifikasi unsur penokohan berdasarkan teknik penokohannya.

4) Mampu menganalisis tokoh dan penokohan berdasarkan langkah penentu dan teknik penyampainnya dalam novel 728 Hari karya Djono W. Oesman.

a. Silabus

Silabus dapat didefinisikan sebagai “garis besar, ringkasan, ikhtisar, atau pokok-pokok isi atau materi pelajaran” (dalam Muslih, 2007: 23). Istilah silabus digunakan untuk menyebut suatu produk pengembangan kurikulum berupa penjabaran lebih lanjut dari standar kompetensi dan kompetensi dasar yang ingin dicapai, dan pokok-pokok serta uraian materi yang perlu dipelajari siswa dalam rangka pencapaian standar kompetensi dan kompetensi dasar.

Silabus (Mulyasa, 2008: 133), merupakan kerangka inti dari setiap kurikulum yang sedikitnya memuat tiga komponen utama sebagai berikut: 1) Kompetensi yang akan ditanamkan kepada peserta didik, melalui suatu

kegiatan pembelajaran.

2) Kegiatan yang harus dilakukan untuk menanamkan/membentuk kompetensi tersebut.

3) Upaya yang harus dilakukan untuk mengetahui, bahwa kompetensi tersebut sudah dimiliki peserta didik.


(41)

b. RPP

RPP adalah rancangan pembelajaran yang akan diterapkan guru, dalam pembelajaran matapelajaran per unit yang akan diterapkan guru dalam pembelajaran di kelas. Berdasarkan RPP ini seorang guru diharapkan, bisa menerapkan pembelajaran secara terprogram baik yang menyusun RPP itu sendiri maupun yang bukan. RPP juga harus memiliki daya terap yang tinggi. Tanpa perencanaan yang matang, mustahil target pembelajaran bisa tercapai secara maksimal (Muslich Masnur, 2007: 45).

Langkah-langkah penyusunan RPP yang dilakukan guru (Muslich, 2007: 46) adalah:

1) Ambillah satu unit pelajaran yang akan diterapkan dalam pembelajaran. 2) Tulislah standar kompetensi dan kompetensi dasar yang terdapat dalam

unit tersebut.

3) Tentukan indikator untuk mencapai kompetensi dasar tersebut. 4) Tentukan alokasi waktu yang diperlukan

5) Rumuskan tujuan pembelajaran yang ingin dicapai dalam pembelajaran tersebut

6) Tentukan materi pembelajaran yang akan diberikan kepada siswa

7) Pilihlah metode pembelajaran yang dapat mendukung materi dan tujuan pembelajaran

8) Susunlah langkah-langkah kegiatan pembelajaran pada setiap satuan rumusan tujuan pembelajaran, yang bisa dikelompokkan menjadi kegiatan awal, kegiatan inti, dan kegiatan penutup

9) Jika alokasi waktu untuk mencapai satu kompetensi dasar lebih dari dua jam pelajaran, bagilah langkah-langkah pembelajaran menjadi lebih dari satu pertemuan. Pembagian setiap jam pertemuan bisa didasarkan pada satuan tujuan pembelajaran atau sifat/tipe/jenis materi pembelajaran. 10)Sebutkan sumber/ media belajar yang akan digunakan dalam

pembelajaran secara konkret dan untuk setiap bagian/ unit pertemuan. 11)Tentukan teknik penilaian, bentuk dan contoh instrumen penilaian yang

akan digunakan untuk mengukur ketercapaian kompetensi dasar atau tujuan pembelajaran yang telah dirumuskan. Jika instrumen penilaian berbentuk tugas, rumuskan tugas tersebut secara jelas dan bagaimana rambu-rambu penilaiannya. Jika instrumen penilaian berbentuk soal, cantumkan soal-soal tersebut dan tentukan rambu-rambu penilaiannya dan


(42)

sertakan kata kunci jawabannya. Jika penilaian berbentuk proses susunlah rubriknya dan indikator masing-masingnya.

6. Novel

Novel adalah suatu bentuk karya sastra yang berbentuk prosa fiksi, yang banyak mengungkapkan masalah-masalah kehidupan. Novel adalah suatu cerita fiksi yang melukiskan para tokoh gerak serta adegan kehidupan, reprentatif dalam suatu alur ( Tarigan, 2012:16). Novel merupakan bentuk karya sastra sekaligus disebut fiksi, novel berarti sebuah karya prosa fiksi yang cukup panjang, tidak terlalu panjang dan juga tidak terlalu pendek. Oleh sebab itu novel dapat mengemukakan sesuatu secara bebas, menyajikan sesuatu secara lebih banyak, lebih rinci, lebih detail dan lebih banyak melibatkan permasalahan yang lebih kompleks. Novel sebagai karya sastra dapat memberikan hiburan dan manfaat bagi pembaca (Nurgiantoro, 1995: 11).

Novel dikatakan sebagai hiburan, karena didalamnya tersaji suatu cerita yang indah. Pemilihan bahasa yang estetis dapat memberikan katarsis terhadap pembaca. Novel juga memberikan kegunaan bagi pembaca, karena di dalam karya sastra banyak terkandung pesan moral yang dapat diresapi, dan mempengaruhi pembaca dalam kehidupan sehari-hari dalam berperilaku (Wellek dan Warren, 1990: 26).


(43)

Dalam penelitian ini, peneliti hanya membatasi unsur intrinsik tokoh dan penokohannya saja. Karena tokoh dan penokohan memiliki sub bab yang penting untuk diteliti maka peneliti menguraikan tokoh menjadi dua, yaitu tokoh sentral dan tokoh bawahan. Tokoh menurut sifatnya, yaitu tokoh protagonis dan antagonis, sedangkan tokoh bawahan di bagi menjadi tokoh andalan dan tokoh tambahan. Selain tokoh peneliti juga akan meneliti penokohannya, yaitu dengan cara menentukan teknik analitik dan teknik dramatik dalam novel 728 Hari karya Djono W. Oesman karena peneliti merasa bahwa unsur intrinsik tokoh dan penokohan serta sub-sub bab dalam materi tersebut penting untuk dianalisis dengan pendekatan kooperatif model jigsaw untuk siswa SMA kelas XI semester I.

7. Tokoh

Tokoh menunjuk pada orang sebagai pelaku cerita. Abrams (dalam Nurgiantoro, 2002: 165), memaparkan tokoh cerita adalah orang-orang yang ditampilkan dalam suatu karya naratif atau drama yang oleh pembaca ditafsirkan memiliki moral dan kecenderungan tertentu. Seperti yang diekspresikan dalam ucapan dan apa yang dilakukan dalam tindakan.

Tokoh cerita menempati posisi strategis sebagai pembaca dan penyampaian pesan, amanat, moral, atau sesuatu yang sengaja ingin disampaikan pengarang kepada pembaca. Berdasarkan fungsi tokoh dalam cerita, tokoh dapat dibedakan menjadi dua yaitu tokoh sentral dan tokoh bawahan.


(44)

a. Tokoh Sentral

Tokoh sentral atau tokoh utama adalah tokoh yang diutamakan penceritaannya dalam prosa yang bersangkutan. Ia merupakan tokoh yang paling banyak diceritakan, sebagai pelaku kejadian maupun yang dikenai kejadian.

Syarat tokoh utama (Nurgiantoro, 2007: 176), yaitu: 1) Menjadi pusat penceritaan

2) Paling terlibat dalam konflik dan klimaks

3) Paling banyak berkaitan dengan tokoh-tokoh lain 4) Membawakan moral dan tema cerita

5) Dalam konflik dan klimaks menjadi sang pemenang 6) Didukung oleh frekuensi kemunculan

Di dalam tokoh sentral atau tokoh utama terdapat (a) tokoh protagonis dan (b) tokoh antagonis. Tokoh protagonis adalah tokoh yang memegang peranan pimpinan dalam cerita. Tokoh ini ialah, tokoh yang menampilkan sesuatu sesuai dengan pandangan kita, harapan-harapan kita, dan merupakan perwujudan norma-norma, nilai-nilai yang ideal bagi kita. Tokoh antagonis adalah tokoh penentang dari tokoh protagonis sehingga menyebabkan konflik dan ketegangan. Konflik antara tokoh protagonis dan tokoh antagonis ini akan berkembang terus.

b. Tokoh Bawahan

Tokoh bawahan atau tokoh sampingan adalah tokoh-tokoh yang membantu tokoh sentral. Tokoh bawahan (Waluyo, 2011: 19) dibedakan lagi menjadi dua, yaitu:


(45)

2) Tokoh tambahan adalah tokoh yang tidak sentral kedudukannya dalam cerita tetapi kehadirannya sangat diperlukan untuk mendukung tokoh utama.

Istilah “tokoh” menunjukkan pada orangnya, dalam hal ini berperan sebagai pelaku cerita. Penggunaan istilah “karakter” sendiri dalam berbagai literatur bahasa Inggris menyarankan pada dua pengertian yang berbeda, yaitu sebagai tokoh-tokoh cerita yang ditampilkan dan sebagai sikap, ketertarikan, keinginan, emosi, dan prinsip moral yang dimiliki tokoh-tokoh tersebut (Staton dalam Waluyo dan Santosa). Dengan demikian character dapat berarti pelaku cerita dan dapat pula berarti “perwatakan”. Antara seorang tokoh dan perwatakan yang dimilikinya memang merupakan suatu kepaduan yang utuh. Penyebutan nama tokoh tertentu, tak jarang langsung mengisyaratkan kepada kita perwatakan yang dimilikinya (Wahyuningtyas dan Santosa, 2011: 3-5).

8. Penokohan

Individu yang mengalami peristiwa atau perlakuan dalam berbagai peristiwa dalam cerita menurut Sudjiman (dalam Ismawati, 2013: 70).

Penokohan tokoh cerita mempunyai watak atau karakter yang mewarnai cerita tersebut. Ada yang berwatak jujur, penolong, humor, lucu, rajin, hormat, pengasih, penyayang, sabar. Atau berwatak keras, penantang, mudah tersinggung, kikir, sadis, kasar, cemburu, mudah curiga, pemalu, dan sabagainya. Pelukisan tokoh cerita membantu kita memahami jalan cerita serta tema yang tersirat dalam cerita itu.


(46)

Pelukisan sang tokoh dengan wataknya akan mempermudah kita memahami alur cerita.

Teknik penggambaran tokoh menurut Altenbernd dan Lewis (dalam Waluyo, 2011: 3) adalah sebagai berikut.

1) Secara analitik, yaitu pelukisan tokoh cerita yang dilakukan dengan memberikan deskripsi, uraian, dan penjelasan secara langsung.

2) Secara dramatik, yaitu pengarang tidak langsung mendeskripsikan sikap, sifat, dan tingkah laku tokoh. Melainkan membiarkan karakternya muncul sendiri lewat gambaran ucapan, perbuatan dan komentar atau penilaian tokoh maupun pelaku lain. Watak tokoh disimpulkan pembaca dari pikiran, cakapan dan lakuan tokoh. Bahkan dari penampilan fisik dan gambaran lingkungan maupun tempat tokoh. Cakapan maupun lakuan tokoh dan pikiran tokoh yang dipaparkan oleh pencerita bisa menyiratkan sifat wataknya. Metode ini membiarkan pembaca menyimpulkan sendiri watak tokohnya.

9. Pendekatan Struktural

Struktur pada dasarnya adalah seperangkat unsur, yang antarunsur atau seperangkat unsur itu terjalin satu hubungan. Menurut Pradopo (1987: 118), struktur adalah bangunan unsur-unsur yang bersistem dan antar masing-masing unsur tersebut terjadi hubungan timbal balik yang saling menentukan, sedangkan struktural adalah cara kerja pendekatan terhadap karya sastra secara ilmiah.


(47)

Analisis strukrtural karya sastra dalam hal ini fiksi dapat dilakukan dengan mengidentifikasikan, mengkaji, dan mendeskripsikan fungsi dan hubungan antar unsur intrinsic fiksi yang bersangkutan (Nurgiantoro, 1995: 37).

Analisis struktural bertujuan memaparkan secermat mungkin fungsi, dan keterkaitan antar berbagai unsur karya sastra yang secara bersama menghasilkan sebuah keseluruhan. Analisis struktural tidak cukup dilakukan hanya sekedar mendata unsur tertentu sebuah karya fiksi. Namun, yang lebih penting adalah menunjukkan bagaimana hubungan antarunsur itu, dan sumbangan apa yang diberikan terhadap tujuan estetik dan makna keseluruhan yang ingin dicapai.

Berbicara tentang struktur karya sastra bila dikaitkan dengan novel Pradopo mengatakan bahwa, novel merupakan sebuah struktur. Struktur di sini dalam arti bahwa novel itu merupakan susunan unsur-unsur yang bersistem, yang antar unsur-unsurnya terjadi hubungan timbal balik, dan saling menentukan, Oleh karena itu, unsur-unsur dalam novel bukan hanya berupa kumpulan hal-hal yang berdiri sendiri melainkan hal-hal yang saling terikat, saling berkaitan, dan saling bergantung (Pradopo, 1987: 118).

Strukturalisme merupakan cara berpikir tentang dunia karya sastra yang diciptakan pengarang terutama berhubungan dengan tanggapan dan deskripsi struktur-struktur novel tersebut. Oleh karena itu, kodrat tiap unsur dalam struktur itu tidak mempunyai makna dengan sendirinya, melainkan maknanya ditentukan oleh hubungannya dengan semua unsur lainnya yang terkandung dalam struktur itu. Dengan pengertian seperti itu, maka analisis struktur novel


(48)

adalah analisis novel ke dalam unsur-unsurnya dan fungsinya dalam novel, penguraian bahwa setiap unsur mempunyai makna hanya dalam kaitannya dengan unsur-unsur lainnya, bahkan juga berdasarkan tempatnya dalam struktur.

Penerapan tinjauan struktural ini diprioritaskan untuk menganalisis novel

728 Hari karya Djono W. Oesman. Unsur-unsur intrinsik, seperti tokoh dan penokohan yang ada dalam novel ini akan diulas secara mendalam dengan menganalisis secara struktural. Analisis struktural dimaksudkan untuk menentukan tokoh utama dan teknik penokohannya yang ada dalam novel


(49)

34 BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif kualitatif, karena data utama dalam penelitian ini berupa kata-kata dan bertujuan untuk mendeskripsikan tokoh dan penokohan. Penelitian ini menggunakan media bahan bacaan berupa novel yang berjudul 728 HARI karya Djono W. Oesman untuk siswa SMA kelas XI semester I. Hal ini selanjutnya dijelaskan oleh Moleong (2006: 6), penelitian kualitatif merupakan penelitian yang menghasilkan prosedur analisis yang tidak menggunakan prosedur analisis statistik atau cara kuantifikasi lainnya.

B. Metode Penelitian 1. Pendekatan

Pendekatan yang digunakan, dalam penelitian ini adalah pendekatan struktural. Pendekatan struktural bertujuan untuk menganalisis unsur tokoh dan penokohan dalam novel 728 Hari karya Djono W. Oesman. Dalam analisis itu diuraikan, mengenai siapakah tokoh utamanya dan cara menentukan tokoh utama. Serta peneliti juga menentukan, bagaimana teknik penokohannya dan peneliti mencoba mengimplementasikannya dengan metode kooperatif model jigsaw II pada siswa SMA kelas XI semester I.


(50)

2. Metode

Metode yang dipakai oleh peneliti menggunakan metode deskriptif, karena penelitiannya menghasilkan data tertulis berupa pendeskripsian tokoh dan penokohan yang terkandung di dalam novel 728 Hari karya Djono W. Oesman. Metode deskriptif diartikan, sebagai prosedur pemecahan masalah yang diselidiki dengan menggambarkan/melukiskan keadaan objek penelitian pada saat sekarang, berdasarkan fakta-fakta yang tampak atau sebagaimana adanya (Hadari, 2005: 73).

Oleh karena itu, peneliti melakukan penelitiannya dengan cara teknik membaca pada karya sastra berupa karya sastra novel berjudul 728 Hari karya Djono W. Oesman. Kemudian mencatat hal-hal yang menurut peneliti penting untuk diteliti.

C. Data dan Sumber Data

Judul : 728 HARI

Pegarang : Djono W. Oesman Halaman : 336

Penerbit : Best Media Tahun terbit : 2015

Cetakan I : Oktober 2015 Kota terbit : Depok, Jawa Barat


(51)

D. Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian adalah alat atau fasilitas yang digunakan oleh peneliti dalam mengumpulkan data agar pekerjaan lebih mudah, lebih cermat, lengkap, sistematis, dan mudah untuk diolah (Arikunto,2002: 136). Instrumen penelitian yang digunakan oleh peneliti ialah dokumentasi. Teknik dokumentasi menurut (Sugiono,2013: 240), dokumen merupakan catatan peristiwa yang sudah berlalu. Dokumen bisa berbentuk tulisan, gambar, atau karya-karya monumental dari seseorang.

E. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang dilakukan oleh peneliti, dengan menggunakan teknik simak dan mencatat atau menggaris bawahi bagian yang dianggap penting untuk dianalisis tokoh dan penokohan dalam bacaan novel

728 Hari karya Djono W. Oesman. Mencari dan mengutip kalimat yang menunjukkan bahwa ada bukti tokoh dan penokohan di dalam bacaan novel tersebut. Mengelompokkan bagian-bagian tokoh dari tokoh utama, tambahan, teknik analitik, teknik dramatik. Kemudian, peneliti juga banyak membaca metode pembelajaran kooperatif tipe jigsaw yang sesuai dengan pembelajaran sastra di SMA. Peneliti juga mengambil beberapa reverensi sebagai gambaran untuk penelitiannya, agar sesuai dengan metode yang digunakan.


(52)

F. Teknik Analisis Data

Teknik analisis data yang digunakan yaitu berupa data kualitatif. Langkah-langkah yang akan dilakukan oleh peneliti, yaitu:

1) Peneliti mendeskripsikan novel 728 Hari karya Djono W. Oesman, menggunakan pendekatan struktural yang berupa unsur instrinsik novel tokoh dan penokohannya. Kemudian, peneliti menentukan siapa saja yang dianggap sebagai tokoh utama, tokoh tambahan, teknik analitik, teknik dramatik dan apa hubungannya di antara tokoh-tokoh tersebut.

2) Peneliti mendeskripsikan tokoh utama yang dilakoni di dalam novel berjudul

728 Hari karya Djono W. Oesman, sebagai terjadinya konflik dan cara penyelesaiannya.

3) Peneliti merelevansikan penggunaan metode kooperatif model jigsaw, dalam bentuk silabus dan RPP pada siswa SMA kelas XI semester I. peneliti lalu menganalisis tokoh dan penokohan dari novel 728 Hari karya Djono W. Oesman. Setelah direlevansikan peneliti membuat sebuah kesimpulan dari hasil penelitianya, yang telah dilakukan.


(53)

38 BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Deskripsi Data

Dalam bab ini peneliti mengemukakan data implementasi metode kooperatif model jigsaw II, terhadap pembelajaran tokoh dan penokohan untuk SMA kelas XI semester I dalam novel 728 Hari karya Djono W. Oesman. Novel ini terdiri dari tiga puluh dua bab. Dari tiga puluh dua bab, tersebut peneliti menggunakan analisis struktural yang diimplementasikan untuk menganalisis tokoh dan penokohan pada bab empat belas, pada novel

728 Hari karya Djono W. Oesman dengan metode kooperatif model jigsaw II. Dalam tahapan ini, siswalah yang memiliki tanggung jawab lebih besar dalam melaksanakan pembelajaran tokoh dan penokohan novel 728 Hari karya Djono W. Oesman.

Tujuan dari jigsaw II ini adalah untuk mengembangkan kerja tim, keterampilan belajar kooperatif, dan menguasai pengetahuan secara mendalam yang tidak mungkin diperoleh apabila mereka mencoba untuk mempelajari semua materi tokoh dan penokohan sendirian. Setiap siswa yang ada di “kelompok asal” mengkhususkan diri pada satu bagian dari sebuah unit pembelajaran, yang terdiri dari tokoh sentral/utama, tokoh tambahan, teknik analitik, dan teknik dramatik. Para siswa, kemudian bertemu dengan anggota kelompok lain yang ditugaskan untuk mengerjakan materi yang sama disebut sebagai tim ahli. Kemudian, mereka akan kembali ke kelompok asal mereka dan menginformasikan materi tersebut ke anggota tim asal.


(54)

B. Pembahasan Metode Kooperatif Model Jigsaw dalam Pembelajaran Novel 728 Hari karya Djono W. Oesman

Melalui langkah-langkah pembelajaran kooperatif model jigsaw II. Peneliti akan melakukan implementasi, terhadap unsur intrinsik tokoh dan penokohan yang terdiri dari tokoh sentral/utama, tokoh tambahan, teknik analitik, dan teknik dramatik dalam bab empat belas novel 728 Hari karya Djono W. Oesman untuk siswa SMA kelas XI semester I. Berikut ini adalah langkah-langkah metode jigsaw II dalam novel 728 Hari karya Djono W. Oesman.

1) Orientasi

Guru menyampaikan tujuan pembelajaran yang akan diberikan mengenai unsur intrinsik tokoh dan penokohan, dan memberikan penekanan tentang manfaat penggunaan metode jigsaw II dalam proses belajar mengajar.

2) Membaca

Siswa dikelompokkan menjadi 4 kelompok dasar/asal, dan diminta untuk membaca sinopsis novel 728 Hari. Setiap anggota kelompok diberikan sub pokok bahasan/topik yang berbeda untuk mereka pelajari, yaitu tokoh utama, tokoh tambahan, teknik analitik, dan teknik dramatik.


(55)

3) Diskusi kelompok ahli

Siswa yang mendapat topik yang sama berdiskusi dalam kelompok ahli.

4) Diskusi kelompok asal

Peserta didik kembali berkumpul ke dalam kempok asal, dan bergantian mengajarkan teman kelompoknya tentang hasil diskusi dari kelompok ahli.

5) Presentasi kelompok asal

Setelah berdiskusi sebagai tim ahli setiap kelompok kembali ke dalam kelompok asal untuk mepresentasikannya, dan anggota kelompok yang lain mendengarkan.

6) Guru memberikan penguatan pada hasil diskusi kelompok. 7) Guru membimbing siswa mengambil kesimpulan.

C. Hasil Penelitian

Berdasarkan hasil penelitian pembahasan di atas, peneliti akan mendeskripsikan langkah-langkah pembelajaran metode jigsaw II, tersebut ke dalam pembelajaran sastra di SMA kelas XI semester I pada novel 728 Hari

karya Djono W. Oesman.


(56)

1. Orientasi

Di dalam orientasi, guru menyampaikan tujuan pembelajaran. kepada siswa untuk dipelajari hari ini, yaitu:

a. Siswa dapat menjelaskan pengertian tokoh dan penokohan. b. Siswa dapat menganalis 6 langkah penentu tokoh utama. c. Siswa dapat menganalisis tokoh tambahan.

d. Siswa dapat menganalisis penokohan berdasarkan teknik analitik. e. Siswa dapat menganalisis penokohan berdasarkan teknik dramatik.

Setelah guru selesai menjelaskan tujuan pembelajaran yang akan dilaksanakan hari ini, kemudian guru memberikan penekanan pada siswa tentang manfaat yang di dapat dengan menggunakan metode jigsaw II dalam proses belajar mengajar. Manfaat yang diharapkan oleh guru kepada siswa, yaitu:

1. Meningkatkan pencapaian prestasi siswa untuk lebih aktif, dan kreatif di dalam kelas.

2. Mengembangkan hubungan antar kelompok.

3. Memberi kesempatan untuk siswa dapat menerapkan dan mengembangkan ide yang dimiliki.

2. Membaca

Dalam kegiatan membaca, siswa dikelompokkan menjadi kelompok dasar/asal. Setiap anggota kelompok diberikan sub pokok bahasan/topik yang berbeda untuk mereka pelajari. Materi tersebut berupa unsur intrinsik tokoh dan penokohan, yang kemudian di bagi menjadi 4 sub topik yang akan di


(57)

bahas oleh kelompok ahli, yaitu: (1) tokoh utama; (2) tokoh tambahan; (3) teknik analitik dan; (4) teknik daramatik.

3. Diskusi Kelompok Ahli

Dalam kelompok ahli, siswa yang mendapat topik materi yang sama berkumpul dan membentuk kelompok baru yang disebut sebagai tim ahli. A. Tokoh

1. Tokoh Utama/ Sentral

Berdasarkan penelusuran tokoh dan penokohan pada novel 728 Hari karya Djono W. Oesman, peneliti menemukan adanya tokoh utama dalam novel tersebut, yaitu Eva Meliana Santi atau Eva, karena tokoh ini menjadi sorotan utama dalam penceritaan keseluruhan novel. Penelusuran ini juga didasarkan pada intensitas keterlibatan tokoh dalam peristiwa yang membangun cerita dari peristiwa awal hingga akhir cerita. Hal tersebut dapat dibuktikan dalam kutipan di bawah ini:

a. Pusat penceritaan

Pusat Penceritaan pada novel dimulai saat dr Yudha memeriksa Eva dan melihat ruam-ruam merah di bagian pipi dan tanda-tanda lainnya termasuk rambut Eva yang sering rontok. Hal tersebut dibuktikan dalam kutipan:

(1) Dokter mengamati ruam merah di pipi. Itu menjadi perhatian dia sejak kemarin. Disenter, seolah ingin menerobos pori-pori. Lalu, pindah memencet-mencet siku kiri-kanan. Lutut kiri-kanan juga lalu menyuruhnya untuk menekuk salah satu lututnya (Oesman, 2015: 44).


(58)

(2) Dokter memungut sesuatu di atas bantal. Ternyata rambut, sekitar lima puluh helai Eva rontok (Oesman, 2015: 45).

Pusat penceritaan juga muncul ketika Eva diminta dokter Chaterine untuk perencanaan BMP atau pengeboran dibagian tulang sumsum. pengeboran tersebut dibantu oleh dokter ahli bernama dr Abidin Widjanarko karena ruam merah kini sudah berbentuk seperti sayap kupu-kupu. Hal ini dibuktikan dalam kutipan:

(3) “Eva sudah matap BMP, ya?” tanya dr Chaterine. “Seratus persen, Dok.” (Oesman, 2015: 109).

(4) Eva menekuk tubuh sedikit lagi. Meringkuk, tulang punggung melengkung (Oesman, 2015: 110).

(5) Dr Abidin Widjanarko masuk, menyapa ramah Eva. Dokter membuka kancing jubah Eva bagian belakang. Lantas mengoleskan cairan warna ungu di kulit tulang belakang (Oesman, 2015: 112).

Pada tahun 1992 Eva di rawat di RSCM selama dua bulan dan wajah Eva mengalami pembengkakan akibat banyak minum obat serta infus. Hal ini dibuktikan dalam kutipan:

(6) Wajah Eva tembem, bengkak bundar seperti bulan, akibat kebanyakan obat (Oesman, 2015: 200).

Kutipan di atas, menjadi pusat dan awal penceritaan tokoh utama Eva. Pusat peceritaannya bermula saat tanda-tanda Lupus mulai muncul. Eva mengalami sakit berketerusan demam sampai dikira menderita sakit DBD dan tipus. Sampai akhirnya Sugiarti membawa Eva berpindah-pindah dokter untuk mengetahui hasil yang benar dan Eva dinyatakan menderita Lupus.


(59)

b. Paling terlibat dengan konflik dan klimaks

Konflik dan klimaks terjadi saat Eva mengetahui dirinya sakit Lupus. Beberapa kali Eva sempat menyerah, tapi lambat laun ia mulai bisa menerima kenyataan yang telah terjadi dalam dirinya, begitu juga dengan orang-orang disekitarnya juga mulai bisa menerima sebuah kenyataan. Hal ini dibuktikan dalam kutipan:

(7) Ma? Aku sakit apa? Kertas apa itu? Coba Eva liha. Sini...sini...” Eva mencerocos ingin tahu (Oesman, 2015: 56).

(8) “Mama...gimana, sih. Ini positif ini juga positif. Artinya apa?” “Bagus apanya, Ma?”. “Trus Eva sait apaan?” “Kamu sait Lupus.” “Hahahaha... lucu amat. Sakit apaan tuh? Kayak nama bintang film.” (Oesman, 2015: 57).

Eva mulai menerima kenyataan yang terjadi dalam dirinya. Hal ini dibuktikan dalam kutipan:

(9) Air mata Eva meleleh sendiri, mengucur. Dia duduk terpaku, menengadahkan tangan di ruang sunyi-sepi itu (Oesman, 2015: 64). (10) “ Ya Allah... usiaku tidak akan setua Mama...,” ucapnya. “Aku tidak

sampai menikah dan punya anak seperti Mama.” “Mengapa Engkau berikan penyakit ini padaku, Ya Allah... sedangkan aku tidak nakal...Aku menurut Mama-Papa, selaku wakil-Mu di bumi.” “Tolonglah aku jalani hidup ini, Ya Allah... Berikan aku kekuatan. Supaya bermanfaat buat Mama-Papa. Berikan aku kegembiraan. Aku berserah diri kepada-Mu Ya Rabb...” (Oesman, 2015: 65).

Sugiarti mulai menerima keaadaan Eva yang tidak boleh terlalu kecapekan da terlalu terpapar oleh sinar matahari langsung. Hal ini dibuktikan dalam kutipan:

(11) Eva nampak gembira dijenguk sahabatnya. Lalu temannya bertanya “Eh, Va... elu sakit apaan sih, Va?” “Gue sakit lupus” “ Ya udah. Alhamdulliah kau udah sembuh. Gara-gara gue dateng „kali, elu langsung sembuh.” (Oesman, 2015: 67).


(60)

(12) “Lapangannya di luar atau di dalam gedung?” tanya Sugiarti, entah di tunjukkan pada siapa. “ Wah Eva tidak boleh banyak kena sinar matahari.” (Oesman, 2015: 70).

Kutipan di atas, menggambarkan saat Eva mengalami konflik. Ia merasa tidak terima dengan penyakitnya. Eva merasa tidak mampu dengan batas usianya yang tidak lama lagi dan dia berdoa agar dimampukan menjalani kehidupannya dengan kuat dan dengan rasa bahagia.

Tokoh utama Eva mengalami klimaks. Kutipan di bawah ini menggambarkan klimaks yang dialami tokoh utama Eva. Pada awalnya Eva belum bisa menerima keadaanya namun lambat laun dia mulai mensyukuri dan menikmati hari-harinya dengan penuh kegembiraan. Hal ini dibuktikan dalam kutipan:

(13) “Aku ngerti, Ma. Dulu, Mama pernah bilang, kalo disuntik jagan gerak. Ntar jarumnya putus di dalam. Aku masih ingat, Ma... BMP sama saja. Cuma, ini jarum suntiknya bor.” (Oesman, 2015: 107). (14) “Saya Eva Meliana Santi kelas satu satu. Ibu saya kemarin menghadap

bapak kepala sekolah, minta dispensasi. Saya baru sembuh dari rumah sakit. Kata dokter, saya dilarang kena matahari.” (Oesman, 2015: 123).

(15) Catatan harian Eva berjudul “31 HARI”, isinya begini: Ya Allah... aku bersyukur ke hadirat-Mu yag maha suci. Hidupku bahagia. Mam-Papa, adik semua, menyayangiku. Kadang adik cemburu aku diistimewakan Mama-Papa. Merekagak tahu, apa di pikiran Mama dan Papa berbuat bagitu (Oesman, 2015: 140).

(16) Catatan harian Eva berjudul “20 HARI”. Isinya begini: Di saat hariku sudah tidak banyak, Ryan nembak aku. Dia katakan isi hatinya sepulang kami nonton bioskop. Aku senang baget. Tapi aku kasihan dia juga. Sedih juga. Bagaimana kalo aku tiada? (Oesman, 2015: 141).

(17) Selesai salat Isya, Eva siap tidur. Detik-detik datangnya maut, dirasa tak perlu ditunggu. Biarlah datang sendiri. Diamelafalkan doa sebelum tidur. Pasrah atas hidup dan mati kepada Sang Khalik (Oesman, 2015: 168).

(18) Catatan harian Eva berjudul “BONUS UMUR”: Alhamdulillah... Allah memberiku kesempatan hidup. The Final Countdown untuk sementara belum terbukti.hitung mundur tetap saja berlangsung.


(61)

Cuman sekarang aku tidak tahu lagi, kapan berakhirnya. Umur manusia memang haya menjadi rahasia-Mu, Allah... (Oesman, 2015: 168).

c. Paling banyak berkaitan dengan tokoh-tokoh lain

Tokoh utama Eva banyak berkaitan dengan tokoh-tokoh lain, diantaranya Ayah, Nanan. Hesti, Ryan, Wiwik, Dewi, Ninis, Faisal, Sri Pudjiastuti, Sutono, dr Anton, dr Yudha, Rini, dr Prasetyo, Musinah, Pak Roto, dr Abidin, dr Abdullah, dr Zubairi, dr Chaterine, dan Kartika. Mereka merupakan tokoh-tokoh yang mendukung tokoh-tokoh utama. Hal ini dibuktikan dalam kutipan:

(19) “Anak-anak... jika menghadapi soal seperti ini, jawablah yang paling dekat dengan kalimat soal. Dalam hal ini, pedagang asongan bergerak setiap menit menggendong dagangan ke mana-mana. Jadi, jawaban benar adalah B,” tutur Bu. Guru (Oesman, 2015: 10).

(20) “Ya, bener Eva. Aku juga lihat,” timpalnya, sambil makan siomai juga (Oesman, 2015: 12).

(21) “Eva curang... Ngambil contoh penjual gorengan, sih... Pake pikulan. Pantas bisa cepat pindah” (Oesman, 2015: 12).

(22) Basket di bawah asuhan guru olahraga Pak Roto, Eva ditempatkan di posisi shooting guard, karena postur tinggi dibanding temannya (Oesman, 2015: 21).

(23) Yudha mendatangi Eva. Diperiksa dengan stetoskop. Disenter rongga mulut, mata, dan telinga (Oesman, 2015: 23).

(24) Eva tersenyum, melambaikan pada si kanker pankreas. Rini membalas lambaian (Oesman, 2015: 40).

(25) Nenek Musinah menggendong bayi Kiki di teras halaman, tersenyum riang (Oesman, 2015: 70).

(26) Faisal beranjak. Nasi yang sudah dia tuang ke piring, belum dilengkapi lauk, dia tinggalkan. Dia pergi begitu saja, keluar rumah (Oesman, 2015: 72).

(27) Sewaktuguru-guru menyiapkan alat pengeras suara menyambut tamu, Ninis dan Kartika baru tahu Eva ikut tanding. Mereka bangga pada Eva (Oesman, 2015: 76).

(28) Pemain Dewi Wulandari, posisi small forward, mendukung Eva dan Yuni: “Kalo Eva dan Yuni semangat, kita bakalan menang, pak. Tadi kami kaget, karena meraka main tidak seperti biasanya,” tutr Dewi (Oesman, 2015: 80).


(62)

(29) “Bener, Pak...” teriak dua pemain lain, Rita Syahrita dan Wiwik Pangestu, bersama (Oesman, 2015: 80).

(30) Tim dokter yang menangani Eva masih mencari formula treatment

yang tepat. Padahal, tidak main-main, tim terdiri dari para pakar penyakit dalam, hematologi dan imunologi kenamaan Indonesia saat ini, yakni dr Abidin Widjanarko, dr Abdul Mutholib, dan dr Zubairi Djoerban (Oesman, 2015: 99).

(31) Dokter Chaterine menjelaskan dengan sabar, “kalau keputusan besok, pelaksaan BMP bisa lusa atau beberapa hari lagi (Oesman, 2015: 103). (32) Kata Hesti. “Ayo Adik, ikut saya,” ujarnya pada Eva (Oesman, 2015:

124).

(33) “Hai... Eva, namaku Ryantori Ahmadi, panggilan Ryan, kelas 1.2. Aku suka kamu pede mengadepi banyak orang (Oesman, 2015: 132). (34) Lama-lama Eva ingin tahu nama lengkap cowok itu.Cuma, Eva tidak

berani bertanya langsung pada orangnya. Melalui Hesti, dia tahu namanya: Winantyo Adi Tamtomo (Oesman, 2015: 187).

Berdasarkan kutipan di atas, menggambarkan tokoh utama Eva saling berkaitan dengan tokoh-tokoh lain. Eva banyak mendapat dukungan dari keluarga, teman sekolah, sahabat, kekasih, dan dokter yang menangani penyakitnya. Mereka selalu menemani dan membantu Eva.

d. Membawakan moral dalam cerita

Tokoh utama Eva pada novel 728 Hari karya Djono W. Oesman terdapat moral yang dapat dipelajari oleh pembaca. Hal ini dibuktikan dalam kutipan:

(35) Begini mungkin rasanya saat aku mati, pikir Eva. Roh melayang ringan meninggalkan jasad di bumi. Melihat keluarga-kerabat-teman, menangisi di dekat jasad itu. lantas mereka mengiringi ke pemakaman (Oesman, 2015: 293).

(36) Inti cinta itu adalah siap bergembira, dan siap berkorban, Eva. Kita disatukan oleh cinta, maka dalam perjalanan hidup kita akan menemukan gembira dan berkorban. Kalau kita mau menerima kegembiraan cinta, konsekuensinya kita juga harus mau berkorban,” (Oesman, 2015: 253).


(63)

Kutipan di atas menunjukkan bahwa sesorang yang memiliki cinta akan ikhlas membantu apapun demi kebahagiaan orang lain.

Nilai moral yang juga tertuang dalam kutipan di bawah ini menunjukkan bahwa Eva memiliki nilai budi pekerti yang baik kepada Ibunya yang selama ini merawat dan menjaga kesehatan Eva selama penyakitnya kambuh.

(37) “Bahwa Eva sedih, karena menganggap Mama dan aku sedih menjagamu, itu pertanda Eva berbudi luhur. Tapi, Eva harus yakin, apa yang dilakuka Mama dan aku semata-mata atas nama cinta (Oesman, 2015: 256).

(38) “Kalau ayam rela mati untuk anaknya, Mama malu meninggalkan Eva,” ujar Sugiarti (Oesman, 2015: 304).

e. Dalam konflik dan klimaks menjadi Sang pemenang

Dalam cerita tokoh utama Eva mengalami konflik selanjutnya klimaks, namun konflik yang dialaminya tidak membuatnya hancur dan menyerah. Hal ini dibuktikan dalam kutipan:

(39) “Kalo aku mati, Mama yag nutupin mulutku, ya...,” ujar Eva, menangis pecah (Oesman, 2015: 43).

(40) “Biarkan aku mati di rumah ini, Ma” ujarnya (Oesman, 2015: 219). (41) “Mengapa Allah memberiku keaadaan begini, Ma?” “Mengapa tidak

diambil saja nyawaku?” (Oesman, 2015: 221).

Kutipan di atas, menggambarkan Eva mengalami konflik. Ia merasa tidak terima dengan penyakitnya. Eva merasa sudah lelah dan ingin menyerah mengahadapi ujian dari Allah. Karena harus tranfusi darah untuk menggantikan sel darah merah yang terlalu cepat rusak.


(64)

Dalam cerita Eva mengalami klimaks. Kutipan di bawah ini menggambarkan klimaks yang dialami tokoh Eva. Hal ini dibuktikan saat Eva mulai menerima keadaan dan lebih semangat untuk menjalani hidup. Hal ini dibuktikan dalam kutipan:

(42) Eva berdoa, singkat, :Ya Allah... bantulah hamba-Mu ini. Hamba ingin berguna bagi orang lain. Aamiin.” (Oesman, 2015: 81).

(43) Catatan harian Eva berjudul “10 HARI”: Allah... Engkau selalu memberikan tanda-tanda, sebelum segala sesuatu terjadi. Saat aku pingsan, siang tadi, kukira hitung mundur tiba terlalu cepat. Ternyata itu tanda dari-Mu. Aku udah siap kembali pada-Mu, Ya Allah... Bimbinglah aku kembali dalam kebaikan (Oesman, 2015: 150).

(44) Eva bangkit dari pembaringan. Seteguk-dua teguk-tiga teguk... air masuk tenggorakkan. Pelan-pelan pusing reda. Dia gerakkan tubuh (Oesman, 2015: 152).

(45) Eva turun dari bed, berdiri, jalan. Semua mata mengamati, cara jalan normal. Bu Astuti sekali lagi menawari Eva ke rumah sait, Eva menolak. Dia malah mengambil payung di dekat pintu. Siap jalan ke kelas (Oesman, 2015: 153).

(46) “Aku ingin sehat, supaya aku bisa merawat Mama di hari tua Mama nati,” ujar Eva (Oesman, 2015: 222).

Berdasarkan kutipan (39) sampai (43) dapat disimpulkan bahwa pada awalnya Eva sudah menyerah dengan takdir kematiannya sewaktu-waktu. Akan tetapi lambat laun Eva mulai ikhlas dengan usia yang diberikan Allah menerima kenyataan bahwa Lupus yang di deritanya tidak bisa disembuhkan melainkan hanya bisa di obati dengan menjaga pola makan dan ketergantungan obat. Sampai Eva menjadi pemenang melewati perjalanan ujian hidupnya.


(65)

f. Didukung oleh frekuensi kemunculan

Tokoh utama dalam novel 728 Hari karya Djono W. Oesman yaitu Eva Meliana Santi atau dipanggil Eva, karena tokoh ini menjadi sorotan utama dala penceritaan keseluruhan novel. Penelusuran ini juga didasarkan pada intensitas keterlibatan tokoh dalam peristiwa yang membagun cerita dari peristiwa awal hingga akhir cerita. Eva dalam novel ini digambarkan sebagai gadis yang menjadi primadona. Hal ini dibuktikan dalam kutipan:

(47) Maka, hari-hari Eva penuh gerak. Baris-berbaris di lapangan utama sekolah, main basket di lapangan basket outdoor. Dia merasa di sinilah indahnya sekolah (Oesman, 2015: 20).

(48) Lantas, dia buru-buru beranjak meningggalkan bangku, diiringi ledekan cemburu teman-teman sekelas, “Cie...cieee... khusus anggota pasukan, nih yee...” (Oesman, 2015: 21).

Eva digambarkan sebagai gadis yang penuh percaya diri, memiliki cita-cita tinggi. Hal ini dibuktikan dalam kutipan:

(49) Eva membuka payung. Menuruni tangga, masuk lapangan. Berjalan tegap bagai ratu. Dia pilih berdiri terdepan di barisan ujung, kelas 1.1. Jadi seperti pemimpin barisan (Oesman, 2015: 126).

Eva memiliki cita-cita yang tinggi yang menjadi semangatnya untuk belajar dengan giat. Hal ini dibuktikan dalam kutipan:

(50) “Dulu, gue pengen jadi astronot.” (Oesman, 2015: 148).

(51) Konsentrasi belajar mengejar cita-cita jadi astronot. Dia kagum pada Pratiwi Pujilestari Sudarmono, astronot kebanggaan Indonesia (Oesman, 2015: 190).


(66)

Kutipan di atas, menunjukkan bahwa Eva dulunya memiliki cita-cita sangat tinggi untuk menjadi astronot wanita pertama di Indonesia seperti Pratiwi Pujulestari Sudarmono, akan tetapi cita-citanya pudar dan hilang begitu saja karena dia menyadari hidupnya tidak bertahan lama.

Eva merubah cita-citanya menjadi seorang sekretaris. Hal ini dibuktika dala kutipan:

(52) Awal Juni 1994 Eva lulus SMA. Hendak melanjutkan ke sekolah tinggi sekretaris, batal karena jelang ujian masuk dia flare upalias kambuh lagi. Tapi, tidak sampai rawat inap (Oesman, 2015: 215). (53) Juli 1995 baru dia masuk sekolah tinggi kejuruan. Mengambil

program diploma 3 jurusan sekretaris (Oesman, 2015: 216).

Kutipan di atas, menggambarkan jika Eva merubah cita-citanya yang awalnya astronot berubah menjadi sekretaris karena dia berpikir bahwa untuk bisa menjadi sekretaris lebih mudah. Cukup rajin minum obat, menghindari matahari, menghindari stress, rajin kontrol ke dokter intinya lebih mudah menjaga kesehatannya.

Eva memiliki sifat yang humoris. Hal ini dibuktikan dalam kutipan:

(54) “Apaan nih? Emang gue monyet, dibawaain pisang?” ledek Eva, setelah mengintip isinya (Oesman, 2015: 66).

(55) Eva tertawa kecil. Dokter dan suster terheran. Lebih heran lagi, karena Eva berkata begini: “Apa nggak bisa lebih lama lagi, Dok?” Semua tertawa (Oesman, 2015: 109).

(56) “Mama berburu darah, Dok,” jawab Eva “Hihihi...dracula „kan cowok, Dok. Saya draculi „kali.‟(Oesman, 2015: 200).

(57) “Gue gak sedih, cuman nangis.” (Oesman, 2015: 300).

(58) “Udah kubilang, Mas... Mestinya aku kau biarkan jadi makhluk solitair betina.” (Oesman, 2015: 281).


(67)

Berdasarkan kutipan di atas Eva memang seorang yang humoris dan mudah membuat orang yang berada di sekitarnya tak sungkan kepada Eva untuk sekedar bercanda bersama.

Eva digambarkan sebagai anak yang selalu mendengar nasihat. Hal ini dibuktikan dalam kutipan:

(59) “Ya, Dokter. Setiap diberi obat suster, langsung saya minum, kok.” “Gunakan hidupmu agar bermanfaat bagi orang lain. Jangan lupa ibadah.” (Oesman, 2015: 63).

(60) Ya... ya... ya... Eva sudah menduga, Mama tahu banyak tentang lupus dari dokter rumah sakit tadi. Tapi, Mama tida tega menyampaikannya (Oesman, 2015: 70).

Eva digambarkan sebagai gadis yang cantik di waktu bersekolah tingkat SMA dulu. Hal ini dibuktikan dalam kutipan:

(61) Wajah cantik. Mata indah. Ada polesan lipsticktipis di bibir, membuat segar senyumannya. Kecantikan ini sudah dilihat Nanan saat MOS dulu. Waktu itu Eva masih imut-imut. Kini kecantikan gadis dewasa. Jika tida sedang moonface begini, dia memang menarik dipandang (Oesman, 2015: 242).

Eva termasuk seorang yang tabah untuk menjalani berbagai pemeriksaan atas anjuran dokter. Hal ini dibuktikan dalam kutipan:

(62) Ternyata Eva tidak rewel, mendengar penjelasan Mama tentang rencana BMP, besok (Oesman, 2015: 106).

(63) “Ga usah... Gak usah... Gak papa, Ma. Aku gak takut, kok. Yang penting aman. Penyakitku segera diketahui (Oesman, 2015: 107). (64) Eva tentu tak melihat itu. dia hanya menduga-duga, dokter

memerintahkan sesuatu pada mahasiswa di sekitar. Dia terus berdoa, berserah diri kepada Tuhan (Oesman, 2015: 114).


(1)

155 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI


(2)

(3)

157 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI


(4)

(5)

159 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI


(6)

BIODATA PENULIS

Theresia Novita Dwi Puspitasari lahir di Tangerang, 28 November 1994. Saat ini tinggal di Komplek Puspiptek Blok III.K no. 4 Tangerang Selatan. Merupakan anak kedua dari empat bersaudara dari pasangan, Victorius Samiyoto dan Maria Magdalena Eni Wayantari. Tahun 1999 diawali dengan menempuh pendidikan Taman Kanak-kanak nol kecil di TK Bhakti Puspiptek berakhir tahun 2000. Tahun 2001-2006 melanjutkan sekolah di SD Negeri Setu Satu. Kemudian melanjutkan sekolah di SMP Negeri 2 Cisauk tahun 2006-2009. Melanjutkan SMK Kesehatan Riksa Indrya pada tahun 2009-2012. Kemudian tahun 2012 memulai pendidikan di Universitas Sanata Dharma dan mengambil program studi PBSI (Pendidikan Bahasa, dan Sastra Indonesia). Untuk menempuh gelar sarjana, ia menempuh jalur skripsi yang berjudul “Metode Kooperatif Model Jigsaw II dalam Pembelajaran Tokoh dan Penokohan Novel 728 Hari Karya Djono W. Oesman untuk siswa SMA Kelas XI Semester I” dan berakhir pada tahun 2017.


Dokumen yang terkait

PENGERUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE JIGSAW TERHADAP HASIL BELAJAR IPA SISWA PADA KONSEP CAHAYA (KUASI EKSPERIMEN DI SDN CIRENDEU III, TANGERANG SELATAN)

1 5 177

Metode kooperatif model jigsaw II dalam pembelajaran tokoh dan penokohan Novel 728 Hari Karya Djono W. Oesman untuk siswa SMA kelas XI semester I.

0 1 177

Analisis tokoh dan penokohan novel orang-orang proyek karya Ahmad Tohari dan rancangan pembelajarannya dengan menggunakan metode role playing untuk siswa SMA kelas XI semester I.

5 25 175

Metode inkuiri dalam pembelajaran tokoh dan penokohan Novel Pulang Karya Tere Liye untuk pembelajaran sastra di SMA kelas XI semester I.

0 20 227

Metode kontekstual dalam pembelajaran tokoh dan penokohan novel Rumah Tanpa Jendela karya Asma Nadia untuk siswa SMA kelas XI semester 1.

0 16 290

Metode inkuiri dalam pembelajaran tema dan amanat pada Novel Pertemuan Dua Hati Karya Nh. Dini untuk siswa SMA kelas XI semester I.

0 2 130

Metode inkuiri dalam pembelajaran alur dan tokoh novel Hilangnya Halaman Rumahku karya Gregorius Budi Subanar untuk pembelajaran sastra Di SMA kelas XI semester I.

0 0 136

Metode inkuiri dalam pembelajaran tema dan amanat novel Perempuan itu Bermata Saga karya Agust Dapa Loka untuk siswa SMA kelas XI semester I.

0 5 162

Analisis tokoh dan penokohan novel orang orang proyek karya Ahmad Tohari dan rancangan pembelajarannya dengan menggunakan metode role playing untuk siswa SMA kelas XI semester I

0 21 173

Metode inkuiri dalam pembelajaran tokoh dan penokohan Novel Pulang Karya Tere Liye untuk pembelajaran sastra di SMA kelas XI semester I

0 1 225