PENGARUH STATIONS (LEARNING CENTERS) DAN INTRATASK VARIATIONS TERHADAP MOTIVASI BELAJAR SISWA DALAM PEMBELAJARAN BELADIRI (KARATE).

(1)

PENGARUH STATIONS (LEARNING CENTERS) DAN INTRATASK VARIATIONS TERHADAP MOTIVASI BELAJAR SISWA DALAM

PEMBELAJARAN BELADIRI (KARATE)

TESIS

Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat Memperoleh Gelar Magister Pendidikan Program Studi Pendidikan Olahraga

OLEH : ARIF HARDIANA

1201117

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN OLAHRAGA SEKOLAH PASCA SARJANA

UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA 2014


(2)

Oleh Arif Hardiana

S.Pd IKIP Bandung, 1998

Sebuah Tesis yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Magister Pendidikan (M.Pd.) pada Fakultas Pendidikan Olahraga

© Arif Hardiana 2014 Universitas Pendidikan Indonesia

Agustus 2014

Hak Cipta dilindungi undang-undang.

Skripsi ini tidak boleh diperbanyak seluruhya atau sebagian,


(3)

LEMBAR PENGESAHAN

NAMA : ARIF HARDIANA

NIM : 1201117

JUDUL : PENGARUH STATIONS ( LEARNING CENTERS) DAN INTRATASK VARIATIONS TERHADAP MOTIVASI BELAJAR SISWA DALAM PEMBELAJARAN BELADIRI (KARATE)

DISETUJUI OLEH

DOSEN PEMBIMBING TESIS I

Prof. Dr. H. Adang Suherman, M.A NIP. 196306181988031002

DOSEN PEMBIMBING TESIS II

Dr. Komarudin, M. Pd NIP. 197204031999031003

DISAHKAN OLEH

KETUA PRODI PENDIDIKAN OLAHRAGA

Prof. Dr. H. Adang Suherman, M.A NIP. 196306181988031002


(4)

ABSTRAK………...………... KATA PENGANTAR... UCAPAN TERIMAKASIH... DAFTAR ISI………..……….……... DAFTAR TABEL………..……….………... DAFTAR GAMBAR………...………....…... DAFTAR LAMPIRAN... BAB I PENDAHULUAN... A. Latar Belakang Penelitian………...………... B. Identifikasi Masalah………...………... C. Rumusan MasalahPenelitian………...………... D. Tujuan Penelitian………..……...………... E. Manfaat/Signifikansi Penelitian………...………... F. Struktur Organisasi Tesis……...………...…... BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN

DAN HIPOTESIS... A.Studi Literatur... 1. Teknik Pembelajaran Stations dan Intratask Variation…...

a) Konsep Teknik Pembelajaran Learning Centers…... b) Konsep Teknik Pembelajaran Intratask Variation…...……... c) Hal Yang Harus Diperhatikan Dalam Melakukan Pengajaran

Learning Center dan Intratask Variation....……... d) Karakteristik Teknik Pembelajaran Learning Centers

dan Intratask Variation dalam pendidikan jasmani…... iii

v v vii

x xi xii 1 1 12 13 13 13 14

16 16 16 16 17

19


(5)

Arif Hardiana, 2014

Pengaruh Stations (Learning Centers) Dan Intratask Variations Terhadap Motivasi Belajar Siswa Dalam Pembelajaran Beladiri (Karate)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

e) Hubungan Teknik Learning Centers dan Intratask Variation dalam Penjas dengan Motivasi Belajar Siswa... 2. Motivasi Belajar ………...………...…...

a) Teori Motivasi... b) Definisi Motivasi Belajar………...………... c) Faktor-faktor yang mempengaruhi Motivasi Belajar…... d) Peningkatan Motivasi Belajar pada anak…………...…... 3. Pembelajaran Beladiri…………...………... B.Penelitian Yang Relevan …………...………... C.Kerangka Pikir/Asumsi………...……... D. Hipotesis………...………... BAB III METODOLOGI PENELITIAN...

A. Lokasi, Populasi dan Sampel Penelitian………...…………... B. Desain Penelitian………...…………... C.Metode Penelitian………...………... D. Definisi Operasional………...…………... E. Instrumen Test………...…………... F. Pengujian Validitas dan Reliabelitas Instrumen ………...…... G.Teknik Pengumpulan Data………...…………... H.Analisis Data………...………... BAB IVHASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN...

A. Hasil Penelitian. ………...………... 1. Hasil Penelitian………... 2. Deskripsi data………... 3. Pengujian Prasyarat Analisis………...…...

a) Uji normalitas………...………... b) Uji homogenitas………...………... 4. Pengujian Hipotesis………...………...

23 26 26 27 29 31 34 35 41 45 46 46 49 53 57 61 61 61 63 63 63 63 64 64 66 67 67


(6)

B. Pembahasan………...………... BAB V KESIMPULAN DAN SARAN………...…………... A. Kesimpulan………...…...…... B. Saran………...………... DAFTAR PUSTAKA......

75 82 82 82 84


(7)

Arif Hardiana, 2014

Pengaruh Stations (Learning Centers) Dan Intratask Variations Terhadap Motivasi Belajar Siswa Dalam Pembelajaran Beladiri (Karate)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu DAFTAR TABEL Tabel 3.1. 3.2. 3.3. 3.4. 4.1. 4.2. 4.3. 4.4. 4.5. 4.6. 4.7. 4.8. 4.9. 4.10.

Jumlah Sampel Representatif ………... Program Pelaksanaan Penelitian... Uji Coba Instrumen Tes... Instrument Pengamatan Penilaian Keterampilan... Deskriptif Data………... Uji Normalitas Data Kel. Stations……….... Uji Normalitas Data Kel. Intratask Variations………...... Uji Homogenitas………... Uji Paired Sampel Statistik Learning Centers (Stations)... Uji Paired Sampel t-tes Learning Centers (Stations)…………... Uji Paired Sampel Statistik Intratask Variation ……... Uji Paired Sampel t-tes Intratask Variation ………... Uji Independent sampel t Test... Gain Skor Proses Motivasi………...

49 51 59 60 63 64 65 66 68 69 70 71 72 73 Halaman


(8)

Gambar Halaman

3.1. 4.1. 4.2. 4.3. 4.4.

Desain Penelitian………... Diagram pre-tes-post-tes peningkatan station………. Diagram pre-tes-post-tes peningkatan intra task variations………… Diagram Gain rata-rata station dan intra task variations………. Diagram Hasil Belajar...

53 68 70 73 74


(9)

Arif Hardiana, 2014

Pengaruh Stations (Learning Centers) Dan Intratask Variations Terhadap Motivasi Belajar Siswa Dalam Pembelajaran Beladiri (Karate)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu DAFTAR LAMPIRAN LAMPIRAN A B C D E INSTRUMEN PENELITIAN

1.Instrument Penelitian Motivasi (SMS 28)………... 2.Instrument Penelitian Motivasi Adopsi dari SMS 28………... ANALISIS UJICOBA INSTRUMEN

1. Hasil Uji Coba Instrumen Motivasi………... 2.Hasil Uji Coba Analisis Instrument Test Motivasi………... ANGKET HASIL PENELITIAN

1.Angket Hasil Penelitian Siswa Pre-testLearning Centers…... 2.Angket Hasil Penelitian Siswa Post-testLearning Centers…... 3.Angket Hasil Penelitian Siswa Pre-testIntratask Variation…... 4.Angket Hasil Penelitian Siswa Post-testIntratask Variation…... PROGRAM PENELITIAN DAN RPP

1.Program Penelitian Learning Centers... 2.Program Penelitian Intratask Variation………...……... 3.Skenario Pembelajaran……...……... UJI STATISTIK

1.Hasil Pre-test dan Post-testLearning Centers………... 2.Hasil Pre-test dan Post-testIntratask Variation………... 3.Uji statisticLearning Centers………... 4.Uji statistic intratask variation………... 5.Uji independent sampel t Test..………...

88 90 92 93 94 97 100 103 106 109 110 132 133 134 138 141 Halaman


(10)

2.SK Ijin Penelitian………... 3.SK Penelitian………...

169 170


(11)

Arif Hardiana, 2014

Pengaruh Stations (Learning Centers) Dan Intratask Variations Terhadap Motivasi Belajar Siswa Dalam Pembelajaran Beladiri (Karate)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Pengaruh Stations (Learning Centers) dan Intaratask Variations terhadap Motivasi Belajar Siswa dalam Pembelajaran Beladiri (Karate).

ABSTRAK

Motivasi merupakan aspek penting dalam menunjang keberhasilan belajar, dengan motivasi siswa dapat mengembangkan segala aktivitas, inisiatif, dan memelihara ketekunan dalam melakukan kegiatan belajar. Motivasi merupakan keadaan yang mendorong siswa untuk melakukan belajar. Tujuan Penelitian yang ingin dicapai adalah untuk mengetahui pengaruh teknik stations (learning centers) dan teknik intratask variationsterhadap motivasi belajar penjas serta teknik manakah yang lebih efektif untuk meningkatakan motivasi belajar penjas dalam materi beladiri (karate). Metode penelitian yang digunakan adalah metode experiment dengan desain the pretest post-test two treatment design. Sampel experiment kelompok stations (learning centers) adalah siswa kelas X Matematika Saint 1 dan sampel kelompok experiment intratask variations siswa kelas X Matematika Saint 2 SMAN 1 Baleendah Kabupaten Bandung masing-masing sebanyak 42 siswa. Teknik pengambilan sampel menggunakan teknik cluster random sampling sedangkan teknik pengumpulan data yang dipilih adalah melalui angket. Angket yang digunakan pada penelitian ini adalah skala motivasi olahraga (sport motivation scale/SMS28) yang diberikan pada saat pretest dan posttest pada setiap kelompok eksperimen. Diperoleh kesimpulan terdapat pengaruh yang signifikan teknik stations (learning centers) maupun intratask variations terhadap motivasi belajar siswa dan teknik stations (learning centers) lebih berpengaruh dalam meningkatkan motivasi belajar penjas dari pada teknik intratask variations pada pembelajaran beladiri di kelas X SMAN1 Baleendah.


(12)

ABSTRACT

Motivation is an important aspect in supporting the success of learning. By having motivation, students are able to develop various activities, initiation, and keep the perseverance in doing the learning activities. Motivation in learning is an important factor since it is a condition which encourages students to do the learning process. The aim of this research is to discover the increase of learning motivation score between pre-test and post-test score in martial art learning (karate) of the 10th grade-students by applying stations technique (learning centers) and intratask variations technique and to find out whether the more effective technique to increase Physical Education (PE) learning motivation in martial art (karate). Experimental approach -the pretest post-test twotreatmentdesign- was applied as the research method. The experiment samples of this research were 10th grade-students of Science 1 (learning centers) and science 2 (experiment intratask variations) of SMAN 1 Baleendah Kabupaten Bandung which have 42 students each. Random cluster technique was conducted as the technique of sampling yet the data was collected by using the questionnaire. From the result, it can be concluded that there is significance of students learning motivation score between the pretest and posttest in both station technique (learning centers) and intratask variations. The significance of stations technique is higher than intratask variations technique in increasing the PE learning motivation in the martial art learning in 10th grade-students of SMAN 1 Baleendah.


(13)

Arif Hardiana, 2014

Pengaruh Stations (Learning Centers) Dan Intratask Variations Terhadap Motivasi Belajar Siswa Dalam Pembelajaran Beladiri (Karate)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Key Words : Stations (Learning Centers), Intaratask Variations, Learning Motivation and Martial Art Learning (Karate).


(14)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Penelitian

Kualitas pembelajaran pendidikan jasmani di sekolah ditentukan oleh berbagai faktor, diantaranya adalah kemampuan guru dalam mengajar dan minat siswa untuk belajar. Guru pendidikan jasmani yang kurang memahami hakikat pendidikan jasmani akan sulit mewujudkan efektivitas dan efisiensi pengajaran sehingga berdampak pada sulitnya mencapai tujuan pembelajaran pendidikan jasmani secara maksimal. Oleh karena itu, guru pendidikan jasmani harus memahami hakikat pendidikan jasmani, salah satu hakikat pendidikan jasmani menurut Suherman (2009, hlm. 5) adalah:

Pendidikan melalui dan tentang aktivitas fisik. Terdapat tiga kata kunci dalam definisi tersebut, yaitu 1) pendidikan yang direfleksikan dengan kompetensi yang ingin diraih siswa. 2) melalui dan tentang gerak sebagai kata sambung yang menggambarkan keeratan hubungan yang dinyatakan dengan berhubungan langsung atau tidak langsung, dan 3) adalah gerak yang merupakan bahan kajian yang telah tertera dalam kurikulum penjas.

Berdasarkan uraian tersebut di atas, guru pendidikan jasmani idealnya memahami kompetensi yang harus dimiliki siswa yaitu, pemahaman, pengetahuan dan pengembangan sikap melalui aktivitas gerak yang diharapkan setelah pembelajaran penjas. Dalam proses pembelajaran pendidika n jasmani di sekolah, siswa diberi pengalaman belajar melalui aktivitas jasmani. Aktivitas jasmani ini diharapkan dapat mengembangkan kemampuan gerak siswa. Sebagaimana yang di ungkapkan oleh Pusat Kurikulum DEPDIKNAS (2003, hlm. 1) yaitu:

Pendidikan jasmani pada dasarnya merupakan pendidikan melalui aktivitas jasmani untuk mencapai perkembangan individu secara menyeluruh. Namun demikian, perolehan keterampilan dan perkembangan lainya yang bersifat jasmaniah itu juga sekaligus sebagai tujuan. Melalui pendidikam jasmani, siswa disosialisasikan ke dalam aktivitas jasmani termasuk keterampilan olahraga.


(15)

2

Arif Hardiana, 2014

Pengaruh Stations (Learning Centers) Dan Intratask Variations Terhadap Motivasi Belajar Siswa Dalam Pembelajaran Beladiri (Karate)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu 1

Peningkatan kualitas generasi muda jaman sekarang, salah satunya dapat dicapai melalui pendidikan, pendidikan diyakini sebagai investasi jangka panjang yang sangat berharga dan pendidikan mempunyai peran sangat dominan dalam penentuan nasib sebuah bangsa. Peranan ini berkaitan secara langsung dengan pengembangan Sumber Daya Manusia (SDM) baik di masa sekarang maupun di masa yang akan datang. Agar dapat menghasilkan SDM yang berkualitas dalam pendidikan dibutuhkan guru yang kreatif dan inovatif dalam kegiatan pembelajaran, baik dalam penggunaan media, model, dan strategi pembelajaran. Penggunaan model dan strategi pembelajaran yang tepat dapat menciptakan suasana belajar yang bermakna serta menyenangkan bagi siswa.

Guru memiliki peran sentral dalam pelaksanaan pembelajaran pendidikan jasmani. Berkualitas tidaknya pembelajaran pendidikan jasmani di sekolah sangat ditentukan oleh guru karena guru dituntut untuk melakukan pembelajaran secara interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, efisien, memotivasi siswa untuk berpartisipasi aktif, serta memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa, kreativitas, dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat, dan perkembangan fisik serta psikologis siswa. Hal ini sesuai dengan PERMENDIKBUD No 65 tahun 2013 tentang Standar Proses, dengan mengacu pada prinsip-prinsip pembelajaran sebagai berikut :

a. Perbedaan individual siswa, antara lain kemampuan awal, tingkat intelektual, bakat, potensi, minat, motivasi belajar, kemampuan sosial, emosi, gaya belajar, kebutuhan khusus, kecepatan belajar, latar belakang budaya, norma, nilai, dan/atau lingkungan siswa.

b. Partisipasi aktif siswa dan berpusat pada siswa untuk mendorong semangat belajar, motivasi, minat, kreativitas, inisiatif, inspirasi, inovasi dan kemandirian.

Pembelajaran yang dilakukan oleh guru mempunyai makna luar biasa bagi perkembangan anak dimasa kini dan dimasa yang akan dating, Suherman, (2009, hlm. 10) menyatakan bahwa :


(16)

Aktivitas fisik dan olahraga di masa yang akan datang mungkin sangat berbeda dengan aktivitas fisik dan olahraga yang ada dan popular pada masa sekarang. Oleh karena itu program yang ada sekarang selayaknya mempersiapkan anak didik dengan keterampilan-keterampilan gerak dasar yang sangat diperlukan untuk setiap aktivitas fisik dan olahraga, baik yang sedang popular pada masa sekarang maupun aktivitas fisik yang mungkin akan ditemukan di masa yang akan datang.

Pendidikan merupakan faktor yang sangat penting dalam kehidupan seseorang karena melalui pendidikan seseorang dapat meningkatkan kecerdasan, keterampilan, mengembangkan potensi diri, dan dapat membentuk pribadi yang bertanggung jawab, cerdas, dan kreatif. Pendidikan jasmani pada hakikatnya adalah proses pendidikan yang memanfaatkan aktivitas fisik untuk menghasilkan perubahan holistic dalam kualitas hidup.

Belajar akan lebih bermakna dan menyenangkan bagi siswa bila siswa mengalami secara langsung apa yang dipelajarinya, oleh karena itu diperlukan pendekatan yang tepat agar siswa dapat mengalami apa yang dipelajarinya. Peran guru atau pendidik adalah sebagai fasilitator dan merangsang atau memberikan stimulus, sehingga siswa mau belajar sendiri dan merumuskan pengertiannya serta mengevaluasi apakah gagasan siswa itu sesuai dengan gagasan para ahli atau tidak, sedangkan tugas siswa aktif belajar, mencerna, dan memodifikasi gagasan sebelumnya. Siswa bukan mobil yang bisa di pindah-pindahkan tempat seenaknya, apabila supir menginginkannya. Siswa bukan wayang golek yang hanya dapat diatur sesuai keinginan dalangnya, tetapi siswa adalah anak manusia yang harus diberikan pemahaman agar dia menyadari bahwa kelak dia harus mandiri tanpa bergantung kepada orang lain. Oleh karena itu guru harus mampu memberikan pemahaman yang baik kepada siswanya agar setiap siswa sadar akan tugas dan peranannya baik di sekolah maupun di lingkungannya.

Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 69 Tahun 2013 Tentang Tujuan Kurikulum 2013 adalah untuk mempersiapkan manusia Indonesia agar memiliki kemampuan hidup sebagai pribadi dan warga negara


(17)

4

Arif Hardiana, 2014

Pengaruh Stations (Learning Centers) Dan Intratask Variations Terhadap Motivasi Belajar Siswa Dalam Pembelajaran Beladiri (Karate)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu 1

yang beriman, produktif, kreatif, inovatif, dan afektif serta mampu berkontribusi pada kehidupan bermasyarakat, berbangsa, bernegara,dan peradaban dunia.

Berdasarkan pernyataan di atas, guru mempunyai tanggung jawab yang lebih luas dalam membantu siswa untuk mencapai perkembangan yang optimal. Oleh sebab itu guru diharapkan dapat menciptakan situasi kegiatan belajar dan pembelajaran di sekolah dengan efektif dan efisien, sehingga siswa diharapkan dapat mencapai hasil belajar yang optimal. Untuk mencapai hasil belajar yang optimal bagi siswa, setiap kesulitan atau masalah yang timbul dalam belajar seyogyanya dapat segera diidentifikasi dan segera diberikan bantuan atau perbaikan. Ini berarti bahwa setiap guru dituntut kemampuannya untuk memberikan bantuan pada siswa yang mengalami kesulitan atau masalah dalam belajar, materi yang di bahas dan pembelajaran. Jika proses belajar yang diharapkan berjalan tidak sesuai dengan kenyataan, maka hal inilah yang menyebabkan terjadinya masalah. Masalah belajar adalah suatu kondisi tertentu yang dialami oleh siswa dan menghambat kelancaran proses belajarnya. Kondisi tersebut, berkenaan dengan keadaan dirinya yaitu berupa kelemahan-kelemahan yang dimilikinya dan dapat juga berkenaan dengan lingkungan yang tidak menguntungkan bagi dirinya. Permasalahan belajar penjas tidak hanya dialami oleh siswa yang lambat dalam penguasaan geraknya, tetapi juga dapat menimpa siswa yang mempunyai penguasaan gerak yang istimewa. Salah satu permasalahan yang ada adalah apakah saat ini guru pendidikan jasmani dalam proses pembelajarannya sudah sesuai dengan apa yang diharapkan?. Suherman (2009, hlm. 71) menjelaskan sebagai berikut:

Salah satu tantangan yang senantiasa harus dicari pemecahannya oleh para guru pendidikan jasmani pada waktu mengajar di sekolah sekarang ini adalah bagaimana menciptakan lingkungan belajar yang mendukung terhadap kelancaran pelaksanaan Proses Belajar Mengajar (PBM) sehingga siswa dapat meraih tujuan pembelajarannya.


(18)

Lingkungan belajar yang mendukung terciptanya proses belajar mengajar yang kondusif adalah bagaimana guru mampu mengatur siswa untuk terus belajar gerak dan disiplin untuk mencapai tujuannya. Dukungan alat dan sarana pembelajaran sehingga proses pembelajaran bisa berlangsung efektif, serta bagaimana mengelola waktu pembelajaran sehingga tepat sesuai dengan alokasi jumlah jam pelajaran yang tersedia. Efektivitas guru dalam proses pembelajaran sangat berpengaruh pada produk pembelajaran itu sendiri, terutama pada pembelajaran pendidikan jasmani yang menuntut guru melakukan inovasi dengan berbagai macam metode, model, pendekatan dan teknik pembelajaran.

Perubahan perilaku sebagai hasil belajar adalah perubahan yang dihasilkan dari pengalaman interaksi dengan lingkungan, di mana proses mental dan emosional terjadi. Gagne (1985, hlm. 135) mengemukakan bahwa, “Learning is change in human disposition or capacity, wich persists over a period time, and which is not simply ascribable to process a growth. Belajar adalah perubahan yang terjadi dalam kemampuan manusia setelah belajar secara terus menerus, bukan hanya disebabkan karena proses pertumbuhan saja. Seseorang yang belajar akan mengalami perubahan perilaku, baik yang berupa pengetahuan, keterampilan motorik, atau penguasaan nilai-nilai (sikap). Perubahan perilaku sebagai hasil belajar dikelompokkan dalam 3 ranah, yaitu: pengetahuan (kognitif), keterampilan motorik (psikomotorik), dan penguasaan nilai-nilai atau konsep (afektif).

Materi pelajaran yang diberikan oleh guru kadang memberatkan sebagian siswa sehingga berdampak terhadap penyerapan materi dan ketuntasan belajar, hal inilah yang akan menyebabkan siswa menjadi lambat memahami materi yang diberikan oleh guru. Beban yang semakin hari semakin berat mengakibatkan minat siswa dalam pembelajaran akan menjadi menurun dan bisa menyebabakan boredom (bosan). Dampak lain yang lebih fatal adalah siswa tidak lagi mau mengikuti pelajaran penjas karena menganggap mata pelajaran penjas sebagai mata pelajaran yang menyiksa dan menjemukan.


(19)

6

Arif Hardiana, 2014

Pengaruh Stations (Learning Centers) Dan Intratask Variations Terhadap Motivasi Belajar Siswa Dalam Pembelajaran Beladiri (Karate)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu 1

Salah satu alternatif dalam menyelesaikan permasalahan dalam pembelajaran pendidikan jasmani adalah dengan memberikan perhatian dan dukungan terhadap siswa dalam proses KBM baik secara langsung maupun tidak langsung. Suherman (2009, hlm. 121) menyatakan, “Tantangan terberat bagi guru penjas pada waktu mengajar adalah bagaimana mengaktifkan semua siswa yang bervariasi tingkat kemampuannya tersebut mempelajari suatu keterampilan secara serempak dalam

waktu yang bersamaan”. Karena tugas berat tersebut maka seorang guru

pendidikan jasmani dituntut untuk terampil dalam menjabarkan materi dari SK/KD kurikulum yang diterapkan serta dapat mengimplikasikan dengan apa dan bagaimana tugas gerak yang akan dilakukan siswa, guru pendidikan jasmani dituntut pula untuk tetap energik membantu siswa dalam penguasaan geraknya serta selalu cerdas dan responsive menyikapi ketika pembelajaran berlangsung termasuk memodifikasi dan mengembangkan tugas gerak siswa.

Berdasarkan pernyataan tersebut, guru pada hakekatnya mempunyai tanggung jawab yang lebih luas dari peranannya sebagai pendidik dan pengajar. Guru sebagai pendidik bertanggung jawab untuk membantu siswa dalam mencapai perkembangan yang optimal. Oleh sebab itu guru diharapkan dapat menciptakan situasi kegiatan belajar dan pembelajaran yang efektif dan efisien, sehingga siswa diharapkan mencapai hasil belajar yang optimal. Untuk mencapai hasil belajar yang optimal bagi siswa, maka setiap kesulitan atau masalah yang timbul dalam belajar seyogyanya dapat segera diidentifikasi dan segera pula diberikan bantuan atau perbaikan. Ini berarti bahwa setiap guru dituntut kemampuannya untuk mampu memberikan bantuan pada siswa yang mengalami kesulitan atau masalah dalam belajar, materi yang di bahas, dan pembelajaran.

Pembelajaran yang kurang efektif di sekolah disebabkan karena kurangnya pemahaman guru dalam proses KBM, pemilihan materi, metode, penentuan konten belajar, dan pemahaman siswa. Efektifitas seorang guru dalam proses pembelajaran sangat berpengaruh pada produk pembelajaran itu sendiri, terutama pada pembelajaran pendidikan jasmani yang menuntut seorang guru melakukan


(20)

modifikasi berbagai macam metode pengajaran serta menerapkan metode yang variatif.

Proses belajar mengajar (PBM) merupakan interaksi berkelanjutan antara perilaku yang dilakukan oleh guru dan perilaku yang dilakukan siswa (Mosston dan Asworth, 1994). Pelaksanaan proses belajar mengajar pendidikan jasmani dan olahraga, terdapat empat faktor yang tidak dapat dipisahkan satu sama lain, yaitu; (1) tujuan, (2) materi, (3) metoda, dan (4) evaluasi. Beberapa faktor yang dapat meningkatkan minat belajar siswa dalam pembelajaran penjas seperti yang dikemukakan Rink (1993:hlm 17) bahwa, faktor-faktor yang mempengaruhi proses belajar mengajar pendidikan jasmani dan olahraga, yaitu: (1) motivasi belajar siswa, (2) kemampuan siswa, (3) kemampuan guru, dan (4) fasilitas pembelajaran. Keempat faktor ini sangat dominan dalam menentukan keberhasilan dalam proses maupun upaya mencapai tujuan pembelajaran di sekolah.

Realita di SMAN 1 Baleendah menunjukan bahwa sebagian besar siswa kurang memiliki kemauan belajar yang baik terhadap pendidikan jasmani.

Banyak siswa merasa “ogah-ogahan” di dalam/luar kelas, berganti pakaian yang

lama ketika pergantian jam pelajaran dan tidak mampu memahami dengan baik pelajaran yang disampaikan oleh guru-guru mereka. Hal ini menunjukan bahwa siswa tidak mempunyai motivasi yang kuat untuk belajar. Siswa masih mengganggap kegiatan belajar tidak menyenangkan dan memilih kegiatan lain di luar kontek belajar seperti menonton televisi, sms, chatting dan bergaul dengan teman sebaya. Motivasi mempunyai peranan yang cukup besar dalam upaya belajar. Tanpa motivasi, siswa tidak mungkin melakukan kegiatan pembelajaran. Motivasi merupakan tenaga dari dalam yang menyebabkan seseorang untuk berbuat sesuatu. Energi yang di timbulkan motivasi dapat mempengaruhi gejala kejiwaan, misalnya adalah perasaan, perasaan akan timbul simpati yang menyebabkan kegiatan belajar siswa yang memiliki motivasi belajar yang kuat, sehingga dapat melakukan belajar dengan sebaik-baiknya. Rendahnya motivasi


(21)

8

Arif Hardiana, 2014

Pengaruh Stations (Learning Centers) Dan Intratask Variations Terhadap Motivasi Belajar Siswa Dalam Pembelajaran Beladiri (Karate)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu 1

belajar siswa akan membuat mereka tertarik pada hal-hal yang negatif. Raymond dan Judith (2004, hlm. 22) mengungkapkan bahwa secara harfiah anak- anak tertarik pada belajar, pengetahuan, seni (motivasi positif) namun mereka juga bisa tertarik pada hal–hal yang negatif seperti minum obat-obatan terlarang, pergaulan bebas dan lainnya. Motivasi belajar pada siswa tidak akan lenyap tapi ia akan berkembang dalam cara-cara yang bisa membimbing mereka untuk menjadikan diri mereka lebih baik atau juga bisa sebaliknya. Hal inilah yang harus diperhatikan oleh orang tua, guru dan pengambil kebijakan dalam bidang pendidikan.

Guru sering kali mengalami hambatan dalam upaya peningkatan motivasi siswa pada pembalajaran penjas. Apakah aktivitas yang diberikan dalam proses pembelajaran telah sesuai dengan kemampuan siswa? Waktu penentuan sebuah aktivitas berpengaruh terhadap kecepatan seorang guru dalam merubah pengajaran kurang efektif, yang kemudian diperbaiki dengan aktivitas yang baru dan lebih efektif. Guru penjas harus memberikan pengajaran yang membantu siswa melakukan aktivitas gerak sehingga siswa dapat dengan baik melakukan aktivitas dan termotivasi dalam pembelajaran. Guru juga diupayakan untuk lebih memberikan aktivitas yang lebih menantang sehingga siswa tidak mengalami kejenuhan serta termotivasi untuk menjawab tantangan dari tugas gerak tersebut dalam proses pembelajaran.

Motivasi belajar siswa tentu saja tidak mudah didapat jika anak tidak diberikan stimulus dalam melakukan aktivitas olahraga. Oleh karena itu seorang guru harus mampu meciptakan suasana yang menyenangkan dalam pembelajaran pendidikan jasmani yang dapat meningkatkan motivasi siswa. Menurut Suherman (2009, hlm. 132) tenaga pengajar memiliki tiga pilihan penting selama proses belajar mengajar berlangsung:

1. Mengembangkan aktivitas belajar supaya lebih mudah atau lebih sulit (pengembangan).


(22)

2. Menyempurnakan aktivitas belajar dengan cara memberikan kunci atau resep latihan yang mengakibatkan kualitas keterampilan siswa lebih baik/efisien (penyempurnaan kualitas teknik).

3. Memberikan tantangan kepada siswa sehingga siswa punya kesempatan untuk menguji kemampuannya dan terus mempunyai motivasi untuk terus melakukan latihan (tantangan).

Bardasarkan pernyataan tersebut, dapat disimpulkan bahwa pengembangan isi pelajaran sangat penting sehingga upaya meningkatkan motivasi siswa untuk aktif belajar untuk mengikuti proses pembelajaran Pendidikan Jasmani dapat berjalan dengan baik. Sukses tidaknya suatu proses pembelajaran bisa ditentukan oleh pengembangan isi pelajaran, pengembangan isi pelajaran, dan mengembangkan isi dari sebuah materi yang akan diajarkan. Materi pelajaran tersebut dapat disesuaikan dengan kebutuhan sehingga pembelajaran pendidikan jasmani bisa menjadi lebih menarik, tidak monoton, variatif dan dapat menumbuhkan motivasi bagi siswa untuk melakukan tugas aktivitas geraknya. Pembelajaran dan pelatihan beladiri, khususnya karate, sudah sangat lekat dengan istilah kaku, keras dan disiplin yang tinggi sehingga kohai atau siswa tidak mendapatkan ruang yang cukup untuk memilih jenis tugas geraknya sesuai keinginan sendiri. Bela diri asal Jepang, yang berkarakter kaku-keras, akan sangat sulit dipraktekan di dalam pembelajaran penjas dengan alasan menurut, Peterson (2010, hlm. 3) bahwa pembelajaran karate adalah :

The martial arts can be dangerous. Minor injuries such as bruises, scrapes and sometimes sprains are not uncommon. A good school pushes students to their limits but not at the expense of permanent injury. Problem schools are schools where the students or instructors are out of control. In these problem schools, injuries are a regular occurrence or sometimes are intentional. Besides the moral implications of these kinds of injuries, such constant danger is counterproductive. A student who is constantly afraid won't learn well.

Berdasarkan pernyataan tersebut, penulis berasumsi bahwa pembelajaran bela diri, yang berfokus pada kontak fisik dan identik dengan olahraga keras yang


(23)

10

Arif Hardiana, 2014

Pengaruh Stations (Learning Centers) Dan Intratask Variations Terhadap Motivasi Belajar Siswa Dalam Pembelajaran Beladiri (Karate)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu 1

rentan terhadap resiko cedera serta benturan secara langsung, akan menimbulkan rasa takut yang semakin tinggi sehingga akan menyebabkan siswa enggan dalam melakukan pembelajaran, karena tertanam dalam benak sebagian masyarakat

bahwa beladiri itu “menakutkan”, sehingga pembelajaran beladiri karate di

sekolah pun siswa cenderung untuk enggan mengikutinya.

Pentingnya pembelajaran beladiri diungkapkan oleh seorang master beladiri dan pendidikan asal Jepang, Yoshinori (2010, hlm. 7) bahwa:

The martial arts are all about learning to confront serious problems in the most straightforward and efficient way possible. I am convinced that introducing children to this kind of practical, experience-based learning from their earliest years would have all kinds of benefits in terms of their later development.

Berdasarkan pernyataan di atas, bahwa belajar seni beladiri adalah tentang bagaimana belajar untuk menjawab berbagai masalah yang serius dengan mudah dan efisien. Alangkah lebih baik apabila pembelajaran beladiri dimulai sedini mungkin karena manfaat yang diperolehnya hingga perkembangan mereka selanjutnya.

Pada kenyataannya, proses pembelajaran beladiri tidak mudah untuk dikembangkan di sekolah, karena guru/instruktur memegang kendali penuh dalam setiap pemberian materi latihan/pelajaran sehingga proses pembelajaran beladiri

berlangsung satu arah dan terkesan ”kaku”. Kebiasaan yang berlangsung pada saat

pembelajaran beladiri guru menjelaskan teknik yang akan dipelajari, memberikan contoh tugas gerak dan selanjutnya memberi aba-aba siswa untuk melakukan tugas gerak yang dilakukan secara klasikal atau bersama-sama. Cave (2012, hlm. 5) mengungkapkan bahwa :

Karate is boring, it’s all the same. I tell students this all the time. Of course I am being facetious. Karate is far from boring but we often associate boredom with repetition and karate does have a lot of repetition. Anyone who has made a movement second nature has done so by practicing it thousands of


(24)

times. And thinking about that sort of repetition in solo training can be daunting. However, recognizing the repetition in concepts can be very inspiring.

Pendapat tersebut menegaskan bahwa cara melatih karate sekarang ini dinilai terlalu membosankan, karena aspek yang ditekankan adalah pengulangan yang dilakaukan ratusan bahkan ribuan kali, hal ini membuat rasa jenuh bagi siswa/karateka karena mereka selalu mengulangi gerakan yang sama secara berulang-ulang. Lebih jauh Twemlow dan Sacco (1998, hlm. 131) mengungkapkan:

Studied 42 youths and found that karate training did not increase aggressivness. however, it was hypothesized that the more violent youths would trend to drop out of training , thus confounding the results. a follow-up study sfollow-upported the traditional training hypothesise rather than negative selection as an explanation of reduced aggresion. the reseachers suggested that there are three key element when working with violent adolescensts. first is the role of the sensei as an "exemplar of restraint" a parent figure , and someone with faith in the student. second is the teaching of the do (the ethics and philosophy of martial arts) along with the physical training. third is the use of the kata (noncombative physical forms), which stress technique rather than conflict.

Menurut pendapat tersebut bahwa pelatihan bela diri yang menekankan pada metode yang lama akan memicu pada meningkatkan agresivitas para siswa dan akan merusak pada tujuan semula, akan tetapi filosofi pembelajaran bela diri adalah untuk pertahanan diri dan peningkatan kondisi fisik atau kebugaran jasmani. Dalam pembelajaran beladiri di sekolah, hal demikian sangatlah tidak sesuai dengan semangat kurikulum 2013 dimana terjadi pergeseran dari pembelajaran berpusat dari guru (teacher center) ke pembelajaran berpusat kepada siswa (student center).

Pergeseran makna yang terjadi pada Kurikulum 2013, diharapakan dapat menjadikan pembelajaran yang lebih bermakna serta dapat meningkatkan kualitas pendidikan secara umum. Peningkatan motivasi ini didasarkan pada perubahan


(25)

12

Arif Hardiana, 2014

Pengaruh Stations (Learning Centers) Dan Intratask Variations Terhadap Motivasi Belajar Siswa Dalam Pembelajaran Beladiri (Karate)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu 1

melibatkan siswa dalam pembelajaran di lapangan. Selain dengan hal itu guru juga mempunyai peran yang sangat penting dalam peningkatan motivasi. Peran pengajar adalah membangkitkan motivasi dalam diri siswanya agar makin aktif belajar. Membangkitkan motivasi belajar tidak hanya terletak bagaimana peran pengajar, namun banyak hal yang mempengaruhinya. Kreatifitas serta aktivitas guru /instruktur beladiri harus mampu menjadi inspirasi bagi para siswa sehingga siswa akan lebih terpacu motivasi untuk belajar beladiri, berkarya dan berkreasi. Pengajar bertugas memperkuat motivasi belajar siswa lewat penyajian pelajaran, penghargaaan, sanksi-sanksi dan hubungan pribadi siswanya.

Dalam kontek penelitian ini guru melakukan hal yang menggiatkan anak dalam belajar, peran guru untuk mengelola motivasi belajar sangat penting dan dapat dilakukan melelui berbagai aktivitas belajar. Kemampuan mengajar menjadikan dirinya model yang mampu membangkitkan rasa ingin tahu dan kesanggupan dalam diri siswa merupakan aset utama dalam membangkitkan motivasi. Pembelajaran dengan melibatkan siswa diharapakan dapat membantu siswa dalam pengembangan keterampilan dan pengembangan motivasi dalam diri siwa tersebut. Pembelajaran yang berpusat pada guru biasanya menyebabkan siswa menjadi tertekan dalam proses pembelajaran yang sedang berlangsung hal ini karena menganggap guru adalah seseorang yang sangat menakutkan.

Banyak cara yang digunakan dalam meningkatkan motivasi belajar siwa pada pembelajara pendidikan jasmani, menurut Suherman (2009, hlm. 124) terdapat enam teknik dalam memotivasi siswa yaitu: teaching by invitation, intratask variations, task sheet, stations atau learning centers, child design activities, dan videotaping.

Berdasarkan pernyataan di atas dalam pembelajaran penjas bahwa meningkatkan motivasi mempunyai peran yang sangat penting karena dapat meningkatkan keikutsertaan siswa dalam pembelajaran penjas, sehingga tidak ada lagi siswa yang hanya menjadi penonton. Salah satu cara yang dapat digunakan oleh seorang guru dalam meningkatkan motivasi dan permasalahan dalam


(26)

pembelajaran penjas adalah dengan menggunakan teknik stations (learning centers) dan intratask variations.

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang yang di kemukakan di atas, maka penulis mengidentifikasi masalah penelitian sebagai berikut :

1. Tidak adanya inovasi dalam merubah aktivitas gerak yang layak dalam pembelajaran penjas sehingga tidak tercipta suasana joyfull instruction. 2. Guru tidak bisa menyesuaikan aktivitas gerak sesuai kemampuan siswanya

sehingga menyebabkan tidak tercapainya tujuan pembelajaran bagi sebagian siswa, dan siswa kurang termotivasi untuk mengikuti pembelajaran pendidikan jasmani.

3. Pembelajaran karate lebih berpusat pada guru atau instruktur.

4. Dalam pembelajaran karate, guru sering memberikan hukuman fisik yang mengakibatkan siswa kurang tertarik untuk mengikuti pembelajaran.

5. Pembelajaran beladiri di sekolah cenderung membosankan dan monoton. Untuk mengatasi permasalahan tersebut di atas, salah satu yang dapat digunakan adalah pemberian materi dengan menggunakan teknik stations (learning centers) dan intratask variation, namun teknik ini belum tentu berhasil dalam meningkatkan motivasi belajar karena belum pernah dilakukan penelitian sebelumnya, maka diperlukan penelitian untuk menguji manfaaat dari teknik stations (learning centers) dan intratask variation pada pembelajaran penjas.

C. Rumusan Masalah

Berdasarkan identifikasi masalah di atas, penulis berasumsi bahwa salah satu cara untuk mengatasi berbagai permasalahan dalam pembelajaran penjas secara umum dan khususnya pembelajaran beladiri adalah dengan menggunakan teknik stations (learning centers) dan intratask variations. Dari pernyataan


(27)

14

Arif Hardiana, 2014

Pengaruh Stations (Learning Centers) Dan Intratask Variations Terhadap Motivasi Belajar Siswa Dalam Pembelajaran Beladiri (Karate)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu 1

tersebut penulis merumuskan masalah yang dituangkan dalam kalimat pertanyaan penelitian. Rumusan masalah yang penulis ajukan adalah:

1. Apakah terdapat pengaruh teknik stations (learning centers) terhadap motivasi belajar pada pembelajaran beladiri (karate)?

2. Apakah terdapat pengaruh teknik intratask variations terhadap motivasi belajar pada pembelajaran beladiri (karate)?

3. Teknik manakah yang paling berpengaruh terhadap motivasi belajar siswa, teknik stations (learning centers) atau intratask variation pada pembelajaran beladiri?

D. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian sesuai dengan pertanyaan penelitian yang di ajukan pada rumusan masalah, adalah untuk mengetahui pengaruh teknik stations (learning centers) dan intratask variations pada motivasi belajar beladiri siswa kelas X dan teknik manakah yang lebih berpengaruh terhadap motivasi belajar penjas dalam materi beladiri (karate).

E. Manfaat Penelitian 1. Manfaat Teoritis

Manfaat teoritis dalam penelitian ini adalah:

a) untuk menambah dan mengembangkan wawasan ilmu pengetahuan serta lebih mendukung teori teori yang telah ada, yang berhubungan dengan masalah yang sedang diteliti khususnya tentang pelaksanaan pembelajaran pendidikan jasmani;

b) sebagai sumber referensi bagi seorang guru dalam pengembangan atau peningkatan motivasi belajar beladiri dengan menggunakan teknik stations (learning centers) dan intratask variations. Diharapkan dengan menggunakan teknik teknik stations (l earning centers) dan intratask


(28)

variations dapat menciptakan suasana pembelajaran yang efektif dan efisien dalam pembelajaran penjas.

2. Manfaat Praktis a. Manfaat bagi guru

1) Membangun hubungan personal

2) Mencari tahu faktor-faktor yang menghambat siswa dalam belajar 3) Belajar dalam suasana yang menyenangkan.

4) Menggunakan teknik pembelajaran yang bervariasi. 5) Memberikan penghargaan atau pujian.

6) Meningkatkan dan menyadarkan guru untuk memilih satu diantara bermacam-macam peran sebagai penasihat, fasilitator, teman diskusi, penyemangat, pemberi hadiah atau pendidik.

7) Memberi peluang guru untuk “unjuk kerja” rekayasa pedagogis.

b. Manfaat bagi siswa

1) Membangkitkan, meningkatkan dan memelihara semangat siswa untuk belajar sampai berhasil; membangkitkan bila siswa tak bersemangat; meningkatkan bila semangat belajarnya timbul tenggelam; memelihara bila semangatnya telah kuat untuk mencapai tujuan belajar.

2) Mengetahui dan memahami motivasi belajar siswa bermacam ragam. F. Struktur Organisasi Tesis

Secara keseluruhan, sistematika penelitian ini adalah: BAB I mengemukakan tentang pembalajaran penjas di Sekolah Menengah Atas. Latar belakang penelitian yang penulis kemukakan adalah bahwa penjas merupakan satu-satunya mata pelajaran yang mempunyai UU SKN. Penulis mengemukakan tentang bagaimana pemahaman guru terhadap siswa, bagaimana guru bisa mengembangkan proses pembelajaran, memotivasi siswa, mnciptakan pembelajaran yang menyenangkan. Selain itu juga bagaimana masalah-masalah yang di hadapi dalam pembelajaran penjas khususnya olahraga beladiri yang


(29)

16

Arif Hardiana, 2014

Pengaruh Stations (Learning Centers) Dan Intratask Variations Terhadap Motivasi Belajar Siswa Dalam Pembelajaran Beladiri (Karate)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu 1

hanya menekankan pada aspek psikomotor saja sehingga akan mendapatkan hasil yang timpang. Selain itu juga tentang manfaat penelitian baik secara teoritis maupun praktis.

BAB II membahas tentang konsep motivasi dan teori-teori yang mendukung tentang motivasi yang terkandung di dalamnya dan bagaimana teknik meningkatkan motivasi dengan stations (learning centers) dan intratask variations dalam pembelajran penjas, penelitian terdahulu yang menudukung terhadap variabel bebas maupun variabel terikat, serta mengemukakan tentang kerangka berpikir per variabel.

BAB III berisi tentang tempat penelitian yaitu di SMA Negeri 1 Baleendah , populasi dan sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah siswa kelas X SMA Negeri 1 Baleendah dengan penarikan sampel secara Cluster Sampling dengan menggunakan desain penelitian The Pre-Test Post-Test Two Experimental Groups Design, insrumen test yang digunakan dalam penelitian ini dengan menggunakan angket motivasi, definisi operasional, instrument penelitian hasil belajar gerak pembelajaran beladiri karate, proses pengembangan instrument, teknik pengumpulan data, analisis data.

BAB IV berisi tentang hasil analisis data yang disajikan dengan menggunakan grafik batang dan berisi tentang diskusi penemuan di lapangan yang berkaitan dengan penelitian yang penulis lakukan. BAB V berisi kesimpulan dan saran yang berkaiatan dengan teknik meningkatkan motivasi dengan menggunakan teknik stations (learning centers) dan intratask variations sehingga di harapkan di masa yang akan datang akan ada penelitian yang merevisi atau lebih memperbaiki penelitan ini.


(30)

BAB III

METODELOGI PENELITIAN

Proses penelitian station (learning centers) dan intratask variations dalam pembelajaran pendidikan jasmani pada pembelajaran beladiri terhadap peningkatan motivasi belajar siswa SMA kelas X (sepuluh) akan terlihat manakala adanya suatu prosedur penelitian eksperimen yang langkah-langkahnya akan dipaparkan sebagai berikut:

A. Lokasi, populasi, sampel dan teknik sampling 1. Lokasi penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di SMA Negeri 1 Baleendah Kabupaten Bandung. Alasan mengambil lokasi penelitian ini adalah karena peneliti merupakan guru pendidikan jasmani di sekolah tersebut, jadi akan memudahkan nantinya untuk mengatur perlakuan pada setiap kelompok sampel penelitian.

2. Populasi

Populasi dalam penelitian ini adalah semua siswa SMA Negeri 1 Baleendah kelas X sebanyak 10 kelas yang berjumlah 384 siswa. Sampel penelitian ini adalah siswa kelas X yang berjumlah sepuluh kelas. Alasan mengapa penulis mengambil siswa kelas X adalah menurut Ormrod (2008, hlm. 107) siswa mulai kelas X sampai XI merupakan masa remaja akhir. Phinney, dkk (2000) dalam Ormrod (2008, hlm. 108) menjelaskan keanggotaan dalam beragam kelompok pada anak remaja akhir bisa memberikan peranan penting dalam pembentukan identitas. Mengingat pada masa remaja akhir ini begitu penting terhadap perkembangan selanjutnya, alangkah lebih bijak apabila guru memberikan sentuhan yang bermakna terhadap perkembangan tersebut dengan cara memperkenalkan teknik pembelajaran yang belum pernah mereka alami yang penulis yakin akan berdampak positif terhadap perkembangan psikomotor dan afektif siswa yang bersangkutan.


(31)

47

Arif Hardiana, 2014

Pengaruh Stations (Learning Centers) Dan Intratask Variations Terhadap Motivasi Belajar Siswa Dalam Pembelajaran Beladiri (Karate)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Pada penelitian ini, teknik pembelajaran station (learning centers) dan intratask variations akan diberikan pada sampel yang terpilih dengan asumsi untuk dapat berperan dalam peningkatkan motivasi belajar sisw a.

3. Sampling

Teknik sampling dalam penelitian ini adalah menggunakan teknik cluster random sampling. Maksum (2012, hlm. 57) menjelaskan bahwa “Dalam cluster random sampling, yang dipilih bukan individu, melainkan kelompok atau area yang kemudian disebut cluster. Misalnya provinsi, kabupaten/kota, kecamatan, dan sebagainya. Bisa juga dalam bentuk kelas dan sekolah. Adapun cluster adalah suatu unit yang berisi sekumpulan elemen-elemen populasi. Namun, terhadap populasi yang lebih tinggi, cluster sendiri berkedudukan sebagai elemen dari populasi tersebut. Seorang peneliti yang menggunakan cluster sampling, pertama-tama memilih sampel yang berbentuk cluster dari suatu populasi. Selanjutnya, dari tiap-tiap cluster sampel tersebut, diturunkan sampel yang berbentuk elemen. Pada kasus ini, peneliti dapat menjadikan unit kerja sebagai cluster dan selanjutnya secara random memilih beberapa unit kerja sebagai sampel. Fraenkel&Wallen (2012, hlm. 95-96) juga menegaskan tentang cluster random sampling bahwa:

Frequently, researchers cannot select a sample of individuals due to administrative or other restrictions. This is especially true in schools… The advantages of cluster random sampling are that it can be used when its difficult or impossible to select a random sample of individuals, its often far easier to implement in schools.

Langkah-langkah dalam menentukan sampel dengan teknik cluster random sampling pada penelitian ini yaitu :

a. Tahap pertama melakukan pengundian dari 10 kelas yang kelas X, menjadi 2 kelas untuk dijadikan kelompok eksperiment (random selection).


(32)

b. Tahap ke dua, setelah mendapatkan dua kelas untuk dijadikan kelompok eksperiment diundi kembali untuk menentukan kelompok eksperiment satu yang menggunakan treatment teknik station (learning centers) dan kelompok eksperiment dua menggunakan treatment intratask variations (random asignment).

c. Tahap ke tiga, Terpilihlah kelas X Matematika Sain 1 menggunakan treatment teknik station (learning centers) dengan jumlah sampel 42 orang dan kelas X Matematika Sain 2 menggunakan treatment intratask variations dengan jumlah sampel 42 orang.

4. Sampel

Sampel pada penelitian ini terdiri dari dua kelompok eksperimen yaitu kelompok pertama dengan treatment teknik station (learning centers) dan kelompok kedua dengan treatment teknik intratask variations yang didapat dari dua kelas hasil dari cluster random sampling yang dilakukan sebelumnya. Alasan untuk mengambil sampel pada dua kelas yang akan menjadi dua kelompok eksperimen adalah sampel tersebut sesuai dengan keberadaan populasi, artinya sampel yang didapat dari teknik cluster random sampling sudah representatif terhadap populasi sehingga apabila setelah penelitian dilakukan, hasilnya akan mampu untuk menggeneralisasi populasi. Pada penelitian ini kelompok dengan treatment teknik station (learning centers) adalah kelas X (sepuluh) matematika sain 1 sedangkan kelompok kedua dengan treatment teknik intratask variations adalah kelas X (sepuluh) matematika sain 2, Maksum (2012, hlm. 54) menyebutkan bahwa :

Sampel yang baik harus sejauh mungkin menggambarkan populasi (representativeness). Artinya ciri dan sifat anggota sampel mencerminkan ciri dan sifat populasi. Bahkan sangat diharapkan, sampel dapat merupakan miniature dari populasi.


(33)

49

Arif Hardiana, 2014

Pengaruh Stations (Learning Centers) Dan Intratask Variations Terhadap Motivasi Belajar Siswa Dalam Pembelajaran Beladiri (Karate)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Alasan mengambil jumlah sampel adalah berdasarkan pendapat Fraenkel dan Wallen (1993) dalam Maksum (2012, hlm. 62) bahwa “Tidak ada ukuran yang pasti berapa jumlah sampel yang representative itu”. Meskipun demikian mereka merekomendasikan sejumlah petunjuk seperti pada Tabel 3.1.

Tabel 3.1

Jumlah Sampel Representatif

Jenis Penelitian Minimal Jumlah Sampel

Deskriptif/Survei Korelasional

Eksperimen/kausal-komparatif

100 Subjek 50 Subjek

30 subjek atau 15 subjek dengan kontrol yang sangat ketat

Sumber : (Fraenkel dan Wallen, 2002)

B. Desain Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan selama 8 kali pertemuan yang dilaksanakan setiap dua kali seminggu yang dilaksanakan setiap hari rabu dan sabtu mulai dari tanggal 03 Mei 2014 s/d 28 Mei 2014, hal ini mengacu pada penelitian Greenberg dkk (1992) dalam Baron & Byrne (2004:173), peningkatan motivasi belajar dalam jangka waktu pendek dapat terjadi cukup mudah dan Penelitian Jillian Ward, dkk (2008) tentang Effects of Choice on Student Motivation and Physical Activity Behavior in Physical Education. Penelitian eksperimen yang dilakukan selama 8 minggu terhadap siswa perempuan berumur 10-12 tahun di 15 sekolah kelompok eksperimen dan 15 sekolah kelompok kontrol memberikan hasil bahwa ketika siswa diberikan kebebasan untuk memilih aktivitas pembelajaran yang disenangi akan menghasilkan motivasi belajar yang lebih tinggi.


(34)

Berikut adalah langkah-langkah yang dilakukan dalam penelitian eksperimen menggunakan station (learning centers) dan intratask variations untuk peningkatan motivasi belajar beladiri siswa. Kelompok yang terpilih menjadi kelompok eksperimen diberikan perlakuan station (learning centers) dan intratask variations dengan materi beladiri karate. Untuk melihat ada tidaknya pengaruh teknik meningkatkan motivasi dengan station (learning centers) dan intratask variations, maka angket motivasi diba gikan sebelum perlakuan diberikan (pre test), selanjutnya setelah diberikan perlakuan selama delapan kali pertemuan, maka diberikan angket kembali untuk melihat peningkatan motivasi siswa (post test).

1. Pre-test

Pre-test dilakukan sebelum perlakuan diberikan yaitu pembelajaran penjas dengan menggunakan station (learning centers) dan intratask variations pada materi bela diri karate. Pre-test dilakukan untuk melihat sejauh mana motivasi belajar beladiri yang telah dimiliki oleh siswa pada kelompok eksperimen. Untuk melihat skor perolehan pre-test, siswa yang telah menjadi anggota kelompok eksperimen diberikan angket skala motivasi olahraga (SMS 28) yang sudah dimodifikasi. Kemudian, setelah siswa mengisi angket skala motivasi olahraga (SMS 28), data diolah dan dianalisis untuk mengetahui kemampuan awal motivasi siswa pada kedua kelompok.

2. Perlakuan

Perlakuan dilakukan pada kelompok eksperimen menggunakan station (learning centers) dan intratask variations yaitu bela diri karate. Perlakuan ini dilaksanakan dua kali seminggu pada ke dua kelompok eksperimen. Alasanya adalah peningkatan motivasipada siswa dapat terjadi dalam jangka waktu yang pendek dan merujuk pada penelitian yang telah dilakukan sebelumnya, penelitian yang dilakukan U.S. Department of Health and Human Services (2010) yaitu tentang pengaruh pembelajaran penjas terhadap peningkatan motivasi anak dalam pembelajaran penjas


(35)

51

Arif Hardiana, 2014

Pengaruh Stations (Learning Centers) Dan Intratask Variations Terhadap Motivasi Belajar Siswa Dalam Pembelajaran Beladiri (Karate)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

dengan menggunakan penelitian eksperimen. Waktu yang digunakan dalam pembelajaran penjas setiap minggunya adalah 60 menit. Penelitian Jillian Ward, dkk (2008) tentang Effects of Choice on Student Motivation and Physical Activity Behavior in Physical Education Penelitian eksperimen yang dilakukan selama 8 minggu terhadap siswa perempuan berumur 10-12 tahun di 15 sekolah kelompok eksperimen dan 15 sekolah kelompok kontrol memberikan hasil bahwa ketika siswa diberikan kebebasan untuk memilih aktivitas pembelajaran yang disenangi akan menghasilkan motivasi belajar yang lebih tinggi.

Berikut merupakan program perlakuan yang diberikan dalam rangka mengembangkan motivasi siswa melalui station (learning centers) dan intratask variations pada materi ajar beladiri karate yang dilakukan sebanyak delapan kali pertemuan selama empat minggu. Untuk lebih jelas perhatikan Tabel 3.2.

Tabel 3.2

Program Pelaksanaan Penelitian Station/Learning Centers Beladiri Karate Materi Gohon Kumite

PERTEMUAN MATERI

Station/Learning Centers Intratask Variations

1

Pembelajaran pukulan dan tangkisan a)Pembelajaran : Pukulan

Pos 1: Teknik pukulan di tempat (Chudan Tsuki).

Pos 2: Teknik pukulan di tempat (Jodan Tsuki).

Pos 3: Teknik pukulan di tempat ( Nidan Tsuki).

Pos 4: Teknik pukulan di tempat ( Sanbon Tsuki).

b)Pembelajaran : Tangkisan

Pos 1: Teknik tangkisan di tempat (Ude Uke).

Pos 2: Teknik tangkisan di tempat (Age Uke).

Pos 3: Teknik tangkisan di tempat (Gedan Barai).

Pos 4: Teknik tangkisan di tempat (Shuto Uke).

1.Pembelajaran pukulan dan tangkisan

Pukulan : Chudan &Jodan Tsuki, Nidan Tsuki, Sanbon Tsuki. Tangkisan : Ude uke , Age Uke, Gedan Barai& Shuto uke.

2

1)Pembelajaran : Pukulan di tempat Saling berhadapan.

Pos 1: Teknik Chudan Tsuki saling berhadapan.

Pos 2: Teknik Jodan Tsuki saling berhadapan.

Pos 3: Teknik Nidan Tsuki saling berhadapan .

2.Pembelajaran Variasi

Pukulan dan Tangkisan saling berhadapan

Pukulan :Chudan &Jodan Tsuki, Nidan Tsuki, Sanbon


(36)

Pos 4: Teknik Sanbon Tsuki saling berhadapan .

2)Pembelajaran : Tangkisan di tempat Saling berhadapan.

Pos 1: Teknik Ude Uke saling berhadapan.

Pos 2: Teknik Age Uke saling berhadapan.

Pos 3: Teknik Gedan Barai saling berhadapan.

Pos 4: Teknik Shuto Uke berhadapan.

Tsuki, Tangkisan : Ude uke & Age Uke Saling berhadapan

3

Pembelajaran : Tendangan Pos 1: Teknik Mae Geri di tempat.

Pos 2: Teknik Kekome Geri di tempat.

Pos 3: Teknik Mawashi Geri di tempat .

Pos 4: Teknik Ring Geri di tempat.

3.Pembelajaran Tendangan Tendangan : Mae geri,

Mawashi geri, Kekome Geri& Keage geri

4

Pembelajaran : Tendangan Saling Berhadapan Di Tempat

Pos 1: Teknik Mae Geri saling berhadapan.

Pos 2: Teknik Kekome Geri saling berhadapan.

Pos 3: Teknik Mawashi Gerisaling berhadapan.

Pos 4: Teknik Ring Gerisaling berhadapan.

4. Pembelajaran Variasi Tendangan

Tendangan : Mae geri,

Mawashi geri, Kekome Geri& Keage geri saling berhadapan.

5

Pembelajaran : Gohon (Pukul tangkis) Pos 1: Teknik pukulan dan lawanya menangkis di tempat saling berhadapan (Chudan Tsuki vs Ude Uke).

Pos 2: Teknik pukulan dan lawanya menangkis di tempat saling berhadapan (Jodan Tsuki vs Age Uke).

Pos 3: Teknik pukulan dan lawanya menangkis di tempat saling berhadapan (Chudan Tsuki vs uchi uke).

Pos 4: Teknik pukulan dan lawanya menangkis di tempat saling berhadapan (Jodan Tsuki vs Shuto Uke).

5.Pembelajaran : Gohon (Pukul tangkis)

Teknik pukulan dan lawanya menangkis di tempat saling berhadapan (Chudan Tsuki vs Ude Uke, Jodan Tsuki vs Age Uke, Chudan Tsuki vs uchi uke & Jodan Tsuki vs Shuto Uke).

6

Pembelajaran : Gohon (Tendang tangkis) Pos 1: Teknik tendangan dan lawanya menangkis di tempat saling berhadapan (Mae geri vs gedan barai).

Pos 2: Teknik tendangan dan lawanya menangkis di tempat saling berhadapan (Mawashi geri vs shuto uke).

Pos 3: Teknik tendangan dan lawanya menangkis di tempat saling berhadapan (Kekome geri vs Empi Uke).

6.Pembelajaran : Gohon (Tendang tangkis)

Teknik tendangan dan lawanya menangkis di tempat saling berhadapan (Mae geri vs gedan barai, Mawashi geri vs shuto uke, Kekome geri vs Empi Uke & Keage vs empi uke).


(37)

53

Arif Hardiana, 2014

Pengaruh Stations (Learning Centers) Dan Intratask Variations Terhadap Motivasi Belajar Siswa Dalam Pembelajaran Beladiri (Karate)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu Pos 4: Teknik tendangan dan lawanya

menangkis di tempat saling berhadapan (Keage vs empi uke).

7

1. Gohon Pukul Tangkis Maju Mundur Pos 1: Teknik pukulan dan lawanya menangkis maju dan mundur saling berhadapan (Chudan Tsuki vs Ude Uke). Pos 2: Teknik pukulan dan lawanya menangkis maju dan mundur saling berhadapan (Jodan Tsuki vs Age Uke). Pos 3: Teknik pukulan dan lawanya menangkis maju dan mundur saling berhadapan (Chudan Tsuki vs uchi uke). Pos 4: Teknik pukulan dan lawanya menangkis

maju dan mundur saling berhadapan (Jodan Tsuki vs Shuto Uke).

2. Gohon Tendang Tangkis Maju Mundur Pos 1: Teknik tendangan dan lawanya menangkis maju dan mundur saling berhadapan (Mae geri vs gedan barai). Pos 2: Teknik tendangan dan lawanya menangkis maju dan mundur saling berhadapan (Mawashi geri vs shuto uke). Pos 3: Teknik tendangan dan lawanya menangkis maju dan mundur saling berhadapan (Kekome geri vs Empi Uke). Pos 4: Teknik tendangan dan lawanya menangkis maju dan mundur saling berhadapan (Keage vs empi uke).

7.Pembelajaran : Gohon a.Teknik pukulan dan lawanya

menangkis maju dan mundur 3 langkah langsung balas saling berhadapan (Chudan Tsuki vs Ude Uke & Jodan Tsuki vs Age Uke).

b.Teknik tendangan dan lawanya menangkis maju dan mundur 3 langkah langsung balas saling berhadapan (Mae geri vs gedan barai& Mawashi geri vs shuto uke).

8

Review Pembelajaran yang sudah dilakukan dan Tes ferformance

Review Pembelajaran yang sudah dilakukan dan Tes ferformance

3. Post-test

Setelah diberikan perlakuan selama delapan kali pertemuan yang dilakukan dua kali setiap minggunya selanjutnya sampel diberikan kembali angket skala motivasi olahraga (SMS28) pada kelompok eksperimen 1 maupun kelompok eksperimen 2 untuk melihat sejauh mana pengembangan motivasi yang terjadi mulai dari sebelum


(38)

diberikan perlakuan sampai setelah diberikan perlakuan. Skor hasil skala motivasi olahraga (SMS28) yang telah diisi oleh sampel selanjutnya dianalisis untuk melihat perkembangan motivasi pada sampel yang ada dalam kelompok eksperimen1 dan kelompok eksperimen 2, selanjutnya hasil analisis itu akan diuji hipotesis untuk dapat menjawab semua pertanyaan yang telah diajukan sebelumnya. Kebermaknaan motivasi belajar akan sangat berarti apabila diimbangi dengan peningkatan atau pencapaian hasil belajar materi beladiri dari ke dua kelompok eksperimen dengan baik, maka dengan itu penulispun menyertakan instrumen hasil belajar sebagai bagian penting dari penelitian ini. Instrumen penilaian keterampilan materi beladiri karate ini adalah adopsi dari tes keterampilan gohon berdasarkan kriteria penilaian gohon kenaikan tingkat/penurunan kyu menurut Pengurus Besar Institut Karate-Do Nasional (PB INKANAS).

C. Metode Penelitian

Metode yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan metode penelitian experiment dengan desain The pretest post-test two treatment design. Menurut Cohen et al (2007, hlm.272), desain penelitian The pretest post-test two treatment design adalah:

Here participants are randomly allocated to each of two treatment. Experimental group 1 receives intervention 1 and experimental group 2 receives intervention 2. Pretests and post-tests are conducted to measure changes in individuals in the two groups design

Pada desain the pretest post-test two treatment design dua kelompok subjek diukur atau diamati dua kali. Pengukuran pertama berfungsi sebagai pretest, yang kedua sebagai post test. Tugas random (R) digunakan untuk membentuk kelompok. Pengukuran atau pengamatan dilakukan pada saat bersamaan untuk kedua kelompok. Pengukuran pertama dilakukan pada kelompok yang diberikan Station (learning


(39)

55

Arif Hardiana, 2014

Pengaruh Stations (Learning Centers) Dan Intratask Variations Terhadap Motivasi Belajar Siswa Dalam Pembelajaran Beladiri (Karate)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

centers) dan kelompok dua dengan menggunakan intratask variations, selanjutnya setelah diberikan perlakuan dilakukan kembali pengukuran ke dua pada kelompok yang diberikan Station(learning centers) dan intratask variations. Adapun gambaran mengenai desain tersebut dapat dilihat pada Gambar 3.1.

Gambar 3.1.

The Pretest Post-Test Two Treatment Design (Research Methods In Education:Cohen (2007:278) Keterangan:

R = Random (Penetapan secara acak pada kelas X yang dipilih secara random). O1 = Tes Awal motivasi belajar pada kelompok statios (learning centers).

O2 = Tes akhir motivasi belajar pada kelompok stations (learning centers). O3 = Tes Awal motivasi belajar pada kelompok intratask variations. O4 = Tes akhir motivasi belajar pada kelompok intratask variations. X1 = Eksperimen teknik Station(learning centers).

X2 = Eksperimen teknik intratask variation.

Alasan mengambil metode eksperimen dengan desain pretest post-test two treatment design adalah peneliti ingin melihat sejauh mana hasil perlakuan dari kedua jenis perlakuan yaitu teknik station (learning centers) pada kelompok eksperimen pertama dan teknik intratask variations pada kelompok kedua terhadap pengembangan motivasi belajar siswa SMAN 1 Baleendah. Penelitian ini akan melihat sebab akibat yang terjadi antar setiap variabelnya.

D. Definisi Operasional

1. Station (learning centers) menurut Rink (1993, hlm. 171) adalah : Stations (Learning Centers) R O1 X1 O2 Intratask Variation R O3 X2 O4


(40)

Station teaching arranges the environment so that two or more tasks are going on in a class simultaneously. Usually, each separate task is assigned an area or a station in the gymnasium, and students rotate to all of the stations. Teachers may also want to keep students motivated by practicing many similar tasks for short periods of time in different ways at different stations.

Kegiatan pembelajaran sehingga dua atau lebih tugas yang dilakukan secara simultan. Biasanya, setiap pembelajaran yang terpisah diberikan di suatu daerah atau pos di lapangan ataupun aula, dan siswa mengerjakan seluruh tugas gerak secara berkesinambungan untuk semua pos. Guru mempunyai tujuan untuk meningkatkan motivasi siswa dengan cara memberikan tugas gerak yang relatif banyak dalam waktu yang singkat dengan materi yang berbeda di pos yang berbeda. Dengan kata lain rangkaian latihan yang dilakukan secara berurutan dengan menggabungkan beberapa materi pembelajaran sekaligus.

2. Intratask variation menurut Graham (1992, hlm. 134) adalah:

One of the ways a teacher can heighten the potential success of intratask variation is to explain to the children, prior to using the technique, that at various times in a lesson they will be asked to do different things. Understanding why this is being done –they already know that there is a wide range of skill levels within the class- will enable the children to realize that the teacher is not “playing favorites,” but rather helping children benefits more from physical education class.

Salah satu cara bagi seorang guru untuk meningkatkan kualitas pembelajaran intraask variation adalah bahwa siswa yang sudah mengerti dan paham terhadap materi tersebut akan terus melanjutkan ke materi berikutnya dengan tugas gerak yang berbeda

3. Motivasi belajar, menurut Sardiman (1986, hlm. 40) adalah : keinginan atau dorongan untuk belajar. Artinya motivasi belajar akan mendorong siswa untuk melakukan kegiatan belajar, jadi motivasi belajar siswa akan senantiasa menentukan


(41)

57

Arif Hardiana, 2014

Pengaruh Stations (Learning Centers) Dan Intratask Variations Terhadap Motivasi Belajar Siswa Dalam Pembelajaran Beladiri (Karate)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

intensitas belajar bagi para siswa. Komarudin (2013, hlm. 24) menjelaskan tentang motivasi sebagai berikut :

Definisi motivasi adalah dorongan yang berasal dari dalam atau luar diri individu untuk melakukan suatu aktivitas yang bisa menjamin kelangsungan aktivitas tersebut, serta dapat menentukan arah, haluan dan besaran upaya yang dikerahkan untuk melakukan aktivitas sehingga dapat mencapai tujuan yang telah ditetapkan.

Dari pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa motivasi belajar adalah dorongan yang berasal dari dalam atau luar diri seseorang untuk melakukan aktivitas belajar. Selanjutnya, menurut Uno (2009, hlm. 3), “motivasi merupakan dorongan yang terdapat dalam diri seseorang untuk berusaha mengadakan perubahan tingkah laku yang lebih baik dalam memenuhi kebutuhannya. Suryabrata (2011, hlm. 70) mengemukakan : “Motif adalah keadaan dalam pribadi orang yang mendorong individu untuk melakukan aktiviatas-aktivitas tertentu guna mencapai suatu tujuan”. Motivasi adalah sebuah proses untuk tercapainya suatu tujuan. Seseorang yang mempunyai motivasi berarti ia telah mempunyai kekuatan untuk memperoleh kesuksesan dalam kehidupan. Motivasi dapat berupa motivasi intrinsik dan ekstrinsik. Motivasi yang bersifat intrinsik adalah manakala sifat pekerjaan itu sendiri yang membuat seorang termotivasi, orang tersebut mendapat kepuasan dengan melakukan pekerjaan tersebut bukan karena rangsangan lain seperti status ataupun uang atau bisa juga dikatakan seorang melakukan hobbinya. Sedangkan motivasi ekstrinsik adalah manakala elemen-elemen di luar pekerjaan yang melekat di pekerjaan tersebut menjadi faktor utama yang membuat seorang termotivasi seperti status ataupun kompensasi.

4. Pembelajaran beladiri pada penelitian ini adalah Gohon kumite, menurut Michael Clarke (2012, hlm. 110) Gohon kumite adalah :


(42)

Since the word "kumite" refers to forms of sparring, it covers a vast range of activities. In traditional Shotokan karate, the first type of kumite for beginners is gohon kumite. The defender steps back each time, blocking the attacks and performing a counterattack after the last block. This activity looks nothing like the jiyu kumite (or "free sparring") practiced by more advanced practitioners, which is far closer to how karate would look if used in a real fight, especially because it is not choreographed. Karate and other forms of martial arts have various other types of kumite (e.g. 3-step, 1-step, semi-free, etc.) which span this large range in.

Pembelajaran beladiri (karate) pada penelitian ini adalah serangan berupa pukulan dan tendangan sedangkan lawannya tangkis dan balas dalam beberapa langkah yang di atur sedemikian rupa. Kompetensi dasar mempraktikkan variasi dan kombinasi keterampilan olahraga beladiri dengan koordinasi gerak yang baik akan sangat dimungkinkan muncul ketika siswa melakukan pembelajaran gohon kumite.

E. Instrumen

Instrumen yang digunakan untuk pengumpulan data pada penelitian ini adalah menggunakan angket dengan skala sikap. Alasannya adalah karena motivasi merupakan kekuatan dalam diri untuk bergerak ke arah tujuan tertentu, baik disadari maupun tidak disadari ke dalam behaviour, biasanya dalam rentan negatif dan positif. Menurut Makmun (2007, hlm. 37) motivasi merupakan:

Suatu kekuatan (power) atau tenaga (forces) atau daya (energy); atau Suatu keadaan yang kompleks (a complex state) dan kesiap sediaan (preparatory set) dalam diri individu (organisme) untuk bergerak (to move, motion, motive) ke arah tujuan tertentu, baik disadari maupun tidak disadari”.

Motivasi berasal dari kata motif yang dapat diartikan sebagai kekuatan yang terdapat dalam diri individu, yang menyebabkan individu tersebut bertindak atau berbuat (Uno, 2009, hlm. 3).


(43)

59

Arif Hardiana, 2014

Pengaruh Stations (Learning Centers) Dan Intratask Variations Terhadap Motivasi Belajar Siswa Dalam Pembelajaran Beladiri (Karate)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Menurut Arikunto (2000, hlm. 134), instrument pengumpulan data adalah: “alat bantu yang dipilih dan digunakan oleh peneliti dalam kegiatannya mengumpulkan agar kegiatan tersebut menjadi sistematis dan dipermudah olehnya”. Lebih lanjut mengenai instrumen Ibnu Hadjar (1996, hlm. 160) berpendapat bahwa: “instrument merupakan alat ukur yang digunakan untuk mendapatkan informasi kuantitatif tentang variasi karakteristik variable secara objektif”. Intrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah instrumen untuk mengukur hasil perubahan dari motivasi siswa setelah diberikan perlakuan dengan teknik learning centers dan intratask variation. Instrumen itu menggunakan angket. Seluruh variabel akan menggunakan skala likert yang sudah dimodifikasi dimana responden memilih lima jawaban yang tersedia. Penghilangan jawaban di tengah berdasarkan tiga alasan, yaitu: Kategori ragu-ragu memiliki arti ganda, bisa diartikan netral, setuju tidak, tidak setuju tidak. Tersedianya jawaban yang ditengah menimbulkan kecenderungan menjawab ke tengah (central tendency effect), terutama bagi mereka yang ragu-ragu atas arah kecenderungan jawabannya.

Alasan menggunakan angket dalam penelitian ini adalah Subjek adalah orang yang paling tahu tentang dirinya, apa yang dinyatakan oleh subjek kepada peneliti adalah benar-benar dan dapat dipercaya, interpretasi subjek tentang pertanyaan- pertanyaan yang diajukan kepadanya adalah sama dengan apa yang dimaksud oleh peneliti kelebihan kuesioner tidak memerlukan hadirnya peneliti, dapat dibagikan secara serentak kepada responden, dapat dijawab oleh responden menurut kecepatannya masing-masing menurut waktu senggang responden, dapat dibuat anonim sehingga responden bebas, jujur dan tidak malu-malu menjawab, dapat dibuat berstandar sehingga semua responden dapat diberi pertanyaan yang benar-benar sama.

Jenis angket yang digunakan dalam penelitian ini adalah jenis angket tertutup. Maksudnya adalah angket tersebut telah tersusun atas pertanyaan atau pernyataan


(1)

4. Supaya mendapatlkan hasil pembelajan yang menarik terutama dalam mneningkatkan motivasi maka seorang guru harus kreatif dalam menggunakan teknik meningkatkan motivasi dalam berbagai situasi pembelajaran.

5. Pada pembelajaran learning center (station) hindari tugas gerak yang terlalu kompleks dan berat (volume dan intensitas tinggi) pada setiap pos karena akan mengakibatkan pembelajaran yang kurang efektif.

6. Teknik learning center (station) bisa digunakan atau diterapkan pada berbagai macam materi pembelajaran penjas dengan inovasi dan variasi yang disesuaikan dengan karakteristik materi penjas yang diberikan.

7. Teknik learning center (station) juga bisa di adopsi pada pelatihan olahraga prestasi beladiri khususnya cabang olahraga karate, mengingat karakteristik dari olahraga beladiri yang rentan membuat atlet bosan dalam berlatih.

8. Perlu ada tidak lanjut dari penelitian ini guna menyempurnakan dalam peningkatan motivasi belajar siswa dalam pembelajaran beladiri.

9. Guru sebaiknya selalu berinovasi dalam merubah aktivitas gerak yang layak dalam pembelajaran penjas sehingga tercipta suasana joyfull instruction salah satunya dengan menggunakanlearning center (station).

10. Guru harus bisa menyesuaikan aktivitas gerak sesuai kemampuan siswanya salah satunya dengan alternatif teknik learning center (station) dan intratask variations sehingga tercapainya tujuan pembelajaran bagi seluruh siswa. 11. Walaupun Pembelajaran beladiri selalu berpusat pada guru atau instruktur

alangkah baiknya apabila siswa/kohai sekali waktu diberikan kesempatan untuk memilih tugas geraknya sendiri yang sesuai dengan kemampuan masing-masing dengan pengawasan guru/instruktur (learning center (station). 12. Guru atau instruktur harus selalu memberikan motivasi positif dalam

pembelajran beladiri misalnya dengan memberikan pujian dan penghargaan. 82


(2)

DAFTAR PUSTAKA

Ali, M. (1985). Penelitian Kependidikan Prosedur & Strategi. Bandung: Penerbit Angkasa.

Anonim. (2007). Mengenal Sumber Belajar .Http://penaeni.blogspot. com/mengenal-sumber-belajar. (html, 13 April 2010)

Arikunto, S. (2000), Manajemen Penelitian, Jakarta: Penerbit PT Rineka Cipta Babu & Kumar (2010). The Effect of Selected Circuit Training Exercises on

Sprinters of High School Girls. International Journal of Science and Research (IJSR).

Baron, R, A & Byrne.,D. (2004). Psikologi Sosial. edisi 10. Jakarta: Penerbit Erlangga.

BSNP. (2006). Model Ktsp Dan Model Silabus Mata Pelajaran SD/SMP/SMA. Jakarta: Penerbit BP.

Bucher, C.A (1979), Teaching Physical Education for Learning, Second edition. St louis: Mosby.

Catharina Tri, A. (2004). Psikologi Belajar. Semarang: Penerbit UPT MKK UNNES.

Cave (2012). Martial art & Karate Kid. San Francisco: 29850 N Tatum Blvd Ste 105Cave Creek, AZ 85331

Charles & Krote & Marc (2002). Management of Physical Education and Sport. Boston: Mosby.

Clarke, M. (2012). Shin Gi Tai: Karate Training for Body, Mind, and Spirit. Cohen, L. (2012). Research Methods in Education. Milton Park, Abingdon: by

Routledge 2 Park Square.

DEPDIKNAS.(2003). Kurikulum 2004 Standar Kompetensi Sekolah Menengah Atas. Jakarta : DEPDIKNAS.

Elliot, A. et al. (1990). Methods of Research in Social Psychology. New York: McGraw-Hill Publishing


(3)

Erwin & Stellino & Michael & Johnson. (2013). Physical Education Lesson

Content and Teacher Style and Elementary Students’ Motivation and

Physical Activity Levels.

Fathurrohman & Sutikno. (2007). Strategi Belajar Mengajar. Bandung: Penerbit PT. Refika Aditama.

Fraenkel & Wallen (2012). How to Design and Evaluate Research in Education. New York: The McGraw Companies. Inc.

Gagne , R (1985:135). Gagné, R.M. (1985). The Conditions of Learning and Theory of Instruction (4th Edition). New York: CBS College Publishing. Gao, Z. (2012). Effect of Learning Activity on Students' Motivation, Physical

Activity Levels and Effort/Persistence b, Txas Tech University, Lubbock, TX; Amelia M. Lee, Louisiana State University, Baton Rouge, LA; Ping Xiang, Texas A & M University, College Station, TX; and Maria Kosma, Louisiana State University, Baton Rouge, LA.

Gardner, R. C. (2012). Teacher Motivation Strategies, Student Perceptions,

Student Motivation, and English Achievement MERC`E BERNAUS

Facultat de Ci`encies de l’Educaci´o Universitat Aut`onoma de Barcelona

08193 Bellaterra Spain Department of Psychology University of Western Ontario London, Ontario Canada.

Graham & Hale & Parker (1992). Children Moving “A Reflective Approach to Teaching Phisical Education”. California: My Field Publishing Company. Hadjar, I (1996). Dasar-Dasar Metodologi Penelitian Kuantitatif dalam

Pendidikan, Jakarta : Penerbit Raja Grafindo Persada.

Herzberg, F (1959). The Motivation to Work, New York: John Wiley and Sons co. Howes, & Dixon. (2012). Teacher Motivational Styles: Impact of Teaching

Experience and Grade Level. NCSP University of Wisconsin-La Crosse. Komarudin. (2013). Psikology Olahraga. Bandung: Penerbit PT Remaja

Rosdakarya.

Lutan. R (1988). Belajar Keterampilan Motorik: Pengantar Teori dan Metode. Jakarta: Penerbit DIRJEN DIKTI.


(4)

Lutan. R (1998). Perencanaan dan Strategi Pembelajaran Penjaskes. Jakarta: DEPDIKBUD-DIKDASMEN.

Makmun, A. S. (2000). Psikologi Kependidikan, Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

Makmun.A. S. (2007). Motivasi Intrinsik dan Ekstrinsik. Surabaya: Penerbit PT Buana Pustaka

Maksum, A. (2012). Metode Penelitian dalam Olahraga. Surabaya: Penerbit University Press.

Mayorga & Vega & Viciana & Cocca. (2013). Effects of a Circuit Training Program on Muscular and Cardiovascular Endurance and their Maintenance in Schoolchildren . Journal of Human Kinetics.

Mazyari & Kashef & Hassan & Ameri & Araghi. (2011). Students’ Amotivation

in Physical Education Activities and Teachers’ Social Support College of

Physical Education and Sport Science, Urmia University, Urmia, Iran, Physical Education Management, Urmia University, Urmia, Iran World Applied Sciences Journal.

Morgan, K. (2012). Effects of Different Teaching Styles on The Teacher Behaviours That Influence Motivational Climate and Pupils’ Motivation in Physical Education, University of Wales Institute, Cardiff John Sproule Edinburgh University European Physical Education Review.

Mosston dan Asworth (1994) Teaching Physical Education: New York: Department of Physical Education and Exercise Science Brooklyn College of the City University of New York.

Mutohir, Ch (2002). Peningkatan Mutu Pendidikan Anak Indonesia . Surabaya.UNESA .

Ormrod, E. (2002). Psikologi Pendidikan (Edisi Keenam). Jakarta: Penerbit Erlangga.

PERMENDIKBUD Nomor 69 Tahun 2013 Tentang Kerangka Dasar dan Struktur Kurikulum SMA.


(5)

Peterson, C. (2010). Legends of the Martial Arts Masters. Auburn, Tuttle Publishing.

Purwanto. (2008). Metodologi Penelitian Kuantitatif Untuk Psikologi Dan Pendidikan. Yogyakarta: Penerbit Pustaka Pelajar

Rink, J (1993), “Teaching Physical Education for Learning”, Second Edition, Mosby, St.

Sardiman, A.M. (2004). Interaksi dan Motivasi Belajar. Jakarta. Penerbit: Raja Grafindo Persada.

Sobur, A (2003). Psikologi Umum. Bandung: Penerbit PT Pustaka Setia.

Subramaniam, P. R. (2010). Motivational Effects of Interest on Student Engagement and Learning in Physical Education (New York, USA).

Sugiyono (2012). Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: Penerbit PT Alfa Beta.

Suherman, A (2009). Revitalisasi Pengajaran dalam Pendidikan Jasmani, Bandung: CV Bintang Warli Artika.

Suryabrata, S. (1984). Psikologi Pendidikan, Jakarta: Penerbit PT Rajawali. Suryabrata, S.(1989). Psikologi Pendidikan. Jakarta: Penerbit Raja Grafindo. Sutikno. (2007). Strategi Belajar Mengajar: Melalui. Penanaman Konsep Umum

Dan Konsep Islami. Bandung: Penerbit Refika Aditama.

Syamsudin, L (2000). Manajemen Keuangan Perusahaan. Jakarta: Penerbit PT Raja Grafindo Persada.

Thorndike & Cunningham & Hagen. (1991). Measurement and Evaluation in Psychology and Education. Fifth edition. New York: Macmillan Publishing Company.

Twemlow and Sacco (1998) The Application of Traditional Martial Art Practice and Theory to the Treatment.of Violent Adolescent dalam Adolescense, Vol. 33.


(6)

Uno, H. B. (2009). Model Pembelajaran Menciptakan Proses Belajar Mengajar Yang Kreatif dan Efektif . Jakarta: Penerbit Bumi Aksara.