PENERAPAN PEMBELAJARAN KOOPERATIF JIGSAW UNTUK MENINGKATKAN KEAKTIFAN BELAJAR BIOLOGI DITINJAU DARI ASPEK AKTIVITAS LANGSUNG, MENCATAT DAN MENTAL SISWA KELAS VIII A SMP NEGERI 14 SURAKARTA TAHUN PELAJARAN 2010 2011
commit to user
iPENERAPAN PEMBELAJARAN KOOPERATIF JIGSAW UNTUK MENINGKATKAN KEAKTIFAN BELAJAR BIOLOGI DITINJAU
DARI ASPEK AKTIVITAS LANGSUNG, MENCATAT DAN MENTAL SISWA KELAS VIII-A SMP NEGERI 14
SURAKARTA TAHUN PELAJARAN 2010 / 2011
Skripsi
Oleh:
RITA JIWA SETYANI X 4306016
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA 2011
(2)
commit to user
iiPENERAPAN PEMBELAJARAN KOOPERATIF JIGSAW UNTUK MENINGKATKAN KEAKTIFAN BELAJAR BIOLOGI DITINJAU
DARI ASPEK AKTIVITAS LANGSUNG, MENCATAT DAN MENTAL SISWA KELAS VIII-A SMP NEGERI 14
SURAKARTA TAHUN PELAJARAN 2010 / 2011
Oleh:
RITA JIWA SETYANI X 4306016
Skripsi
Ditulis dan diajukan untuk memenuhi syarat mendapatkan gelar Sarjana Pendidikan Program Pendidikan Biologi Jurusan Pendidikan Matematika dan
Ilmu Pengetahuan Alam
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA 2011
(3)
commit to user
iii(4)
commit to user
iv(5)
commit to user
vABSTRAK
Rita Jiwa Setyani. PENERAPAN PEMBELAJARAN KOOPERATIF
JIGSAW UNTUK MENINGKATKAN KEAKTIFAN BELAJAR BIOLOGI
DITINJAU DARI ASPEK AKTIVITAS LANGSUNG, MENCATAT DAN MENTAL SISWA KELAS VIII A SMP NEGERI 14 SURAKARTA. Skripsi , Surakarta: Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan. Universitas Sebelas Maret Surakarta, februari 2011.
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk meningkatkan keaktifan belajar siswa dalam kegiatan belajar mengajar biologi dengan penerapan pembelajaran kooperatif Jigsaw.
Penelitian ini merupakan Penelitian Tindakan Kelas (Classroom Action
Research). Penelitian dilaksanakan dua siklus. Tiap siklus terdiri atas perencanaan, pelaksanaan, observasi, analisis, dan refleksi. Subyek penelitian adalah siswa kelas VIIIA SMP Negeri 14 Surakarta tahun pelajaran 2010/2011. Sumber data berasal dari informasi guru dan siswa, tempat dan peristiwa berlangsungnya kegiatan pembelajaran, dan dokumentasi. Teknik pengumpulan data dengan angket, observasi, dan wawancara. Validitas data menggunakan teknik triangulasi metode. Analisis data yang digunakan adalah teknik analisis kualitatif. Prosedur penelitian adalah model spiral yang saling berkaitan.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa penerapan pembelajaran kooperatif
Jigsaw dapat meningkatkan keaktifan belajar biologi siswa di kelas VIIIA SMP Negeri 14 Surakarta tahun pelajaran 2010/2011. Peningkatan keaktifan belajar siswa dapat dilihat melalui angket dan lembar observasi. Persentase rata-rata berdasarkan lembar observasi keaktifan belajar siswa pra siklus sebesar 54,36%, siklus 1 sebesar 67,06% dan siklus 2 sebesar 79,36%. Hasil perhitungan angket pra siklus menunjukkan keaktifan belajar siswa sebesar 68,91%, siklus 1 sebesar 73,49%, dan siklus 2 sebesar 81,05%.
(6)
commit to user
viABSTRACT
Rita Jiwa Setani. X 4306016. THE IMPLEMENTATION OF JIGSAW
COOPERATIF LEARNING TO IMPROVE ACTIVENESS IN BIOLOGY INCLUDE STUDENT’S ORAL, WRITING AND MENTAL ACTIVITY TO THE EIGHT-A GRADE STUDENTS OF SMP 14 SURAKARTA. Skripsi , Surakarta: Faculty of Teacher Training and Education, Sebelas Maret University, February 2011.
The purpose of this study was to increase student’s learning activeness in
biology teaching and learning activities with the implementation of Jigsaw
cooperative learning.
This research was a classroom action research. This research was done in two cycles, each cycle consisted of the planning, action, observation, analysis, and reflection. The subjects of the research were the students of VIII-A SMP Negeri 14 Surakarta in academic year of 2010/2011. The source of the data were gained from the teacher and student’s interview, observation, and documentation. The techniques of collecting data was questionnaire, observation, and interviews. The validity of the data used triangulation technique of methods. Thr data were analyzed by using qualitative analysis. The research procedure is a spiral model of inter-related.
The results showed that the application of Jigsaw cooperative learning
strategies could increase student’s activeness biology learning the VIIIA of SMP Negeri 14 Surakarta academic year of 2010/2011. The Improvement of student learning activeness could be viewed through a 1) questionnaire and 2) observation sheet. The student’s based on the observation sheet, the student’s activeness average percentage in the pretes was 54,36%, first cycle 67,06% and the second cycle 79,36%. Based on the questionnaire, the student’s activeness was 68,91% in the pretes, 73,49% in the first cycle, and 81,05% in the second cycle.
(7)
commit to user
viiMOTTO
Dan janganlah kamu memalingkan mukamu dari manusia (karena sombong), dan janganlah kamu berjalan dimuka bumi dengan angkuh, sesungguhnya Allah tidak
menyukai orang-orang yang sombong lagi membanggakan diri. (Q. S Al Lukman : 18)
Rasulullah SAW bersabda ” Barangsiapa menuntut ilmu dan mendapatkannya, maka Allah mencatat baginya pahala 2 bagian. Dan barangsiapa menuntut ilmu tetapi ia tidak mendapatkannya, maka Allah mencatat baginya pahala 1 bagian.
(H.R Thabrani)
”Kegagalan adalah keberhasilan yang tertunda, jangan pernah menyesali kegagalan karena bisa jadi dari kegagalan itu kita mendapatkan yang
terbaik” (Penulis)
”Terimalah segala sesuatu dengan penuh keikhlasan, karena dengan keikhlasan kita tidak akan merasa berat untuk menjalani semuanya”
(8)
commit to user
viiiPERSEMBAHAN
Dengan mengucap syukur kehadirat ALLAH SWT, kupersembahkan karya ini untuk:
!
"
(9)
commit to user
ixKATA PENGANTAR
Segala puji bagi Allah Yang Maha Pengasih dan Penyayang, yang memberi ilmu, inspirasi, dan kemuliaan. Atas kehendak-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul ”PENERAPAN PEMBELAJARAN
PEMBELAJARAN KOOPERATIF JIGSAW UNTUK MENINGKATKAN
KEAKTIFAN BELAJAR BIOLOGI DITINJAU DARI ASPEK AKTIVITAS LANGSUNG, MENCATAT DAN MENTAL SISWA KELAS VIII-A SMP NEGERI 14 SURAKARTA TAHUN PELAJARAN 2010 / 2011”.
Skripsi ini disusun untuk memenuhi sebagian dari persyaratan dalam mendapatkan gelar sarjana pada program Pendidikan Biologi Jurusan Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta.
Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan skripsi ini tidak terlepas dari bantuan, bimbingan dan pengarahan dari berbagai pihak, untuk itu penulis menyampaikan terima kasih kepada:
1. Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret
Surakarta, yang telah memberi ijin dalam proses penyusunan skripsi.
2. Ketua Jurusan P. MIPA yang telah menyetujui permohonan penyusunan
skripsi.
3. Ketua Program Pendidikan Biologi yang memberikan ijin untuk penulisan
skripsi.
4. Harlita S.Si,M.Si yang selalu memberikan pengarahan dan bimbingan dalam
penelitian.
5. Joko Ariyanto S.Si,M.Si, selaku pembimbing II, yang selalu memberikan
motivasi dan bimbingan dalam menyelesaikan penelitian.
6. Kepala SMP Negeri 14 Surakarta, yang telah memberi izin dan tempat
pengambilan data dalam penelitian.
7. Guru mata pelajaran biologi SMP Negeri 14 Surakarta yang telah memberi
bimbingan dan bantuan selama penelitian.
(10)
commit to user
x9. Berbagai pihak yang telah membantu dalam penyusunan skripsi ini yang tidak
mungkin disebutkan satu persatu.
Penulis menyadari bahwa tiada yang sempurna selain Allah SWT, maka skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan oleh keterbatasan penulis. Harapan penulis semoga skripsi ini bermanfaat bagi penulis khususnya dan pembaca umumnya.
Surakarta, Februari 2011
(11)
commit to user
xiDAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL i
HALAMAN PENGAJUAN ii
HALAMAN PERSETUJUAN iii
HALAMAN PENGESAHAN iv
HALAMAN ABSTRAK v
HALAMAN MOTTO vii
HALAMAN PERSEMBAHAN viii KATA PENGANTAR ix
DAFTAR ISI xi
DAFTAR TABEL xiii
DAFTAR GAMBAR xiv
DAFTAR LAMPIRAN xv BAB I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah B. Perumusan Masalah C. Tujuan Penelitian D. Manfaat Penelitian
1 4 4 4 BAB II. LANDASAN TEORI
A. Tinjauan Pustaka B. Kerangka Berpikir
6 13 BAB III. METODOLOGI PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian B. Metode Penelitian
C. Data dan Teknik Pengumpulan Data
D. Teknik Analisis Data
E. Pemeriksaan Validitas Data
F. Indikator Keberhasilan G. Prosedur Penelitian
16 16 17 19 19 20 20
(12)
commit to user
xiiBAB IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Deskripsi Kondisi Awal (Pra Siklus)
B. Deskripsi Siklus 1
C. Deskripsi Siklus 2
D. Deskripsi Antar Siklus
E. Pembahasan
24 28 35 40 43 BAB V. SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN
A. Simpulan B. Implikasi C. Saran
54 54 54 DAFTAR PUSTAKA 56 LAMPIRAN
(13)
commit to user
xiiiDAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 1. Perhitungan Skor Perkembangan 9
Tabel 2. Tingkat Penghargaan Kelompok 9
Tabel 3. Skor Penilaian Angket 18
Tabel 4. Target keberhasilan penelitian 20
Tabel 5. Persentase Capaian Setiap Indikator pada Observasi
Keaktifan Belajar Biologi Siswa Pra Siklus
25
Tabel 6. Persentase Capaian Indikator pada Angket Keaktifan
Belajar Biologi Siswa Pra Siklus
26
Tabel 7. Persentase Capaian Setiap Indikator pada Observasi
Keaktifan Belajar Biologi Siswa Siklus I
30
Tabel 8. Persentase Capaian Setiap Indikator pada Angket
Keaktifan Belajar Bioloi Siswa Siklus I
31
Tabel 9. Persentase Capaian Setiap Indikator pada Observasi
Keaktifan Belajar Biologi Siswa Siklus II
37 Tabel 10. Persentase Capaian Setiap Indikator pada Angket
Keaktifan Belajar Biologi Siswa Siklus II
37 Tabel 11. Persentase Capaian Indikator pada Oservasi Keaktifan
Belajar Biologi Setiap Siklus
40 Tabel 12. Persentase Capaian Indikator pada Angket Keaktifan
Belajar Biologi Siswa Setiap Siklus
(14)
commit to user
xivDAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 1. Skema Kerangka Berpikir 15
Gambar 2. Skema Triangulasi Metode Penelitian 20
Gambar 3. Skema Prosedur Penelitian Tindakan Kelas 23
Gambar 4. Persentase Siswa Tiap Indikator Para Siklus
Berdasarkan Data Lembar Observasi Keaktifan Belajar Biologi Siswa
26
Gambar 5. Persentase Keaktifan Belajar Biologi Siswa Tiap
Indikator Pasca Siklus I Berdasarkan Data Lembar Observasi Keaktivaan Belajar Biologi Siswa
32
Gambar 6. Persentase Keaktifan Belajar Biologi Siswa Tiap
Indikator Pasca Siklus I Berdasarkan Angket Keaktifan Belajar Biologi Siswa
33
Gambar 7. Persentase Keaktifan Belajar Biologi Siswa Tiap
Indikator Pasca Siklus II Berdasarkan Lembar Observasi Keaktifan Belajar Biologi Siswa
38
Gambar 8. Persentase Keaktifan Belajar Biologi Siswa Tiap
Indikator Pasca Siklus II Berdasarkan Angket Keaktifan Belajar Biologi Siswa
39
Gambar 9. Persentase Keaktifan Belajar Biologi Siswa Tiap Siklus
Berdasarkan Lembar Observasi
41 Gambar 10. Persentase Keaktifan Belajar Biologi Siswa Tiap Siklus
Berdasarkan Angket
(15)
commit to user
xvDAFTAR LAMPIRAN
Halaman Lampiran 1. Instrumen Penelitian
a. Silabus 58
b. RPP Siklus 1 60
c. RPP Siklus II 75
d. Kisi-kisi Angket Keaktifan Belajar Siswa 89
e. Angket Keaktifan Belajar Siswa 90
f. Kisi-Kisi Lembar Observasi Siswa 96
g. Lembar Observasi Keaktifan Belajar Siswa 97
h. Pedoman Wawancara Guru 103
i. Pedoman Wawancara Siswa 106
j. Lembar Kerja Siswa Siklus I 109
k. Lembar Kerja Siswa Siklus II 113
Lampiran 2. Hasil Penelitian
a. Daftar Siswa Kelas VIIIA SMP N 14 Surakarta 119
b. Daftar presensi siswa 120
c. Daftar kelompok 122
d. Hasil Observasi Pra Siklus 123
e. Hasil Observasi Siklus I 125
f. Hasil Observasi Siklus II 127
g. Angket Keaktifan Pra Siklus 129
h. Angket Keaktifan Siklus I 131
i. Angket Keaktifan Siklus II 133
j. Analisis Lembar Observasi Pra Siklus 135
k. Analisis Lembar Observasi Siklus I 136
l. Analisis Lembar Observasi Siklus II 137
m.Analisis Angket Keaktifan Pra Siklus 138
n. Analisis Angket Keaktifan Siklus I 139
o. Analisis Angket Keaktifan Siklus II 140
(16)
commit to user
xviq. Hasil Wawancara Guru Pasca Siklus I 142
r. Hasil Wawancara Guru Pasca Siklus II 143
s. Hasil Wawancara Siswa Tahap Observasi Awal 145
t. Hasil Wawancara Siswa Pra Siklus 147
u. Hasil Wawancara Siswa Pasca Siklus I 149
v. Hasil Wwawancara Siswa Pasca Siklus II 152
w.Dasar Pembagian Kelompok 155
x. Daftar Nilai Siswa Observasi Awal 156
Lampiran 3. Dokumentasi
a. Dokumentasi Pra Siklus 157
b. Dokumentasi Siklus I 158
c. Dokumentasi Siklus II 160
Lampiran 4. Perijinan
a. Surat Permohonan Ijin Menyusun Skripsi 162
b. Surat Permohonan Ijin Research 163
c. Surat Keputusan Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu
Pendidikan 164
d. Surat Pernyataan Telah Melaksanakan Penelitian di SMP
Negeri 14 Surakarta
e. Surat Permohonan Mengadakan Observasi 166
(17)
commit to user
1
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pembelajaran biologi mencakup proses mengajar dan proses belajar. Proses mengajar dilaksanakan oleh guru sebagai pendidik dan proses belajar dilaksanakan oleh siswa sebagai peserta didik. Biologi cenderung dipandang sebagai mata pelajaran yang kurang disukai oleh sebagian siswa, karena pelajaran biologi lebih banyak menghafal sehingga butuh ketekunan dan kemampuan menghafal yang cukup tinggi. Guru harus memiliki kreativitas yang tinggi dalam mengajar untuk menciptakan kondisi yang menyenangkan dan tidak monoton sehingga siswa merasa senang dan menyukai pelajaran biologi, siswa dapat lebih aktif bertanya dan mengemukakan gagasannya(Syaodih, 2004: 3). Peran aktif siswa sangat penting untuk membentuk generasi kreatif yang mampu menghasilkan sesuatu untuk kepentingan dirinya dan orang lain, interaksi antara guru dan siswa dapat berjalan dengan baik,siswa dapat mengemukakan gagasannya. Guru diharuskan menciptakan kegiatan belajar yang beragam sehingga memenuhi berbagai tingkat kemampuan siswa. Keaktifan siswa dapat meningkat maka hasil belajar siswa juga meningkat.
SMP Negeri 14 Surakarta merupakan sekolah yang mempunyai input siswa dengan kemampuan belajar yang berbeda-beda, mulai dari siswa yang memiliki kemampuan belajar rendah, sedang dan tinggi. Perbedaan kemampuan belajar tersebut membuat siswa dalam menyikapi kegiatan belajar dikelas sangat beragam, yaitu ada siswa yang sangat antusias dengan pelajaran sehingga siswa terlihat aktif dalam kegiatan pembelajaran tetapi sebagian besar siswa masih terlihat sangat pasif dalam pembelajaran.
Berdasar hasil observasi pada kegiatan belajar mengajar biologi di SMP Negeri 14 Surakarta kelas VIIIA dengan jumlah 36 siswa diperoleh hasil bahwa kegiatan pembelajaran berlangsung monoton, siswa mengantuk, siswa bersikap pasif, banyak siswa yang ngobrol dan bercanda dengan teman lain, tidak ada interaksi yang terjadi antara guru dengan siswa artinya siswa hanya duduk dan mendengarkan guru menjelaskan materi, saat guru memberi pertanyaan siswa
(18)
commit to user
tidak mau menjawab jika tidak ditunjuk oleh guru. Siswa banyak yang tidak mencatat dan tidak mengerjakan soal yang diberi guru. Siswa hanya diam dan tidak mau bertanya pada guru bila ada materi yang belum dipahami, sebagian besar siswa tidak membawa buku panduan, banyak yang tidak mengumpulkan tugas. Keadaan tersebut karena dalam kegiatan pembelajaran guru menggunakan metode yang kurang bervariasi sehingga siswa merasa bosan dengan kegiatan pembelajaran.
Berdasarkan hasil observasi tersebut masalah yg mendesak dan memungkinkan untuk diselesaikan adalah masalah keaktifan. Keaktifan itu beranekaragam bentuknya yaitu aktif secara jasmani dan rohani meliputi keaktifan indera, keaktifan akal, keaktifan ingatan dan keaktifan emosi(Sriyono 1992: 75). Keaktifan belajar siswa yang kurang pada kelas antara lain adalah aspek aktivitas langsung, mencatat dan mental. Keaktifan sangat penting untuk diselesaikan karena dalam proses pembelajaran keaktifan dapat merangsang dan mengembangkan bakat yang dimiliki siswa, berfikir kritis dan dapat memecahkan permasalahan dalam kehidupan sehari-hari. Dampak dari keaktifan siswa yang rendah tersebut maka hasil belajar siswa juga sangat rendah. Hal ini bisa dilihat dari nilai hasil ulangan siswa yang rendah. Berdasar hasil wawancara dengan guru biologi didapatkan hasil bahwa sebagian besar siswa memiliki nilai ulangan dibawah 60.
Mendukung hasil observasi awal, maka dilakukan observasi lanjutan menggunakan indikator keaktifan. Hasil observasi lanjutan sebagai berikut, mengajukan pertanyaan kepada guru adalah 15 siswa (41,67%), bertanya kepada teman adalah 21 siswa (58,33%), berperan serta dalam diskusi kelompok 16 siswa(44,44%), mengeluarkan pendapat pada saat presentasi 14 siswa(38,89%), mencatat materi pelajaran 26 siswa(72,22%), siswa mengerjakan soal yang diberi guru adalah 20 siswa(55,56%), mempelajari buku catatan dan buku panduan di kelas adalah 25 siswa(69,44%).
Berdasarkan hasil observasi dan wawancara penyebab rendahnya keaktifan belajar siswa adalah cara mengajar yang digunakan guru dalam pembelajaran kurang bervariasi dan siswa bertindak sebagai obyek dalam pembelajaran. Hasil
(19)
commit to user
3
wawancara guru mengajar dengan ceramah disertai tanya jawab, sehingga kegiatan belajar mengajar terkesan sangat monoton dan membosankan. Siswa banyak yang tidak mencatat, enggan untuk bertanya mengenai materi yang belum dipahami, malas mengemukakan pendapat, tidak mengerjakan soal dengan sungguh-sungguh, sebagian besar siswa bahkan tidak membawa buku panduan. Metode ceramah umum digunakan guru karena beberapa alasan, yaitu memberikan pengarahan diawal pembelajaran, mengejar mater dan keterbatasan staf pengajar.
Tindakan yang tepat untuk mengatasi masalah keaktifan siswa yang rendah maka dalam kegiatan belajar mengajar dibutuhkan suatu strategi pembelajaran kooperatif yang membuat siswa bisa bekerjasama dalam mencapai tujuan pembelajaran. Penerapan pembelajaran kooperatif dapat meningkatkan keaktifan belajar siswa. Keaktifan siswa yang dimaksud adalah sejauh mana siswa aktif pada saat pelajaran berlangsung yaitu siswa mencatat, membawa buku panduan belajar, bertanya apabila ada materi yang belum dipahami, mengerjakan soal, mengeluarkan pendapat dan aktif dalam kegiatan diskusi.
Jenis pembelajaran kooperatif yang bisa digunakan guru untuk
meningkatkan keaktifan belajar siswa adalah Jigsaw pada materi sistem rangka
manusia. Alasan pemilihan pembelajaran kooperatif Jigsaw karena melalui teknik
ini siswa dilibatkan secara aktif dalam situasi yang menyenangkan. Pembelajaran
kooperatif Jigsaw merupakan salah satu tipe pembelajaran kooperatif yang dapat
mendorong siswa aktif dan saling membantu dalam menguasai materi pelajaran untuk mencapai prestasi yang maksimal. Metode ini menyangkut kerjasama dan saling ketergantungan antara siswa yang satu dengan siswa yang lain.
Masing-masing anggota kelompok dalam metode Jigsaw mempelajari materi yang
berbeda dan setiap anggota kelompok bertanggung jawab untuk mempelajari
bagiannya masing-masing. Keaktifan siswa yang rendah dapat teratasi melalui
belajar menjelaskan kepada teman, diskusi dan presentasi.
Penerapan pembelajaran kooperatif Jigsaw dapat mendorong siswa aktif
dan saling membantu dalam menguasai materi pelajaran untuk mencapai prestasi yang maksimal. Pembelajaran kooperatif melibatkan peran serta siswa dalam
(20)
commit to user
pembelajaran, siswa dilibatkan dalam sebuah kelompok kecil dan masing-masing siswa diberi sebuah tanggung jawab dalam kelompok. Siswa saling bekerja sama untuk mendiskusikan materi yang menjadi tanggung jawab masing-masing siswa sehingga terbentuk interaksi antara siswa satu dengan siswa yang lain. Melalui
pembelajaran kooperatif Jigsaw siswa menjadi lebih aktif dalam kelompok, berani
bertanya dan bebas menyampaikan pendapat, rajin mencatat dan mengerjakan soal dari guru. Berdasar latar belakang masalah di atas, maka telah dilakukan penelitian dengan judul PENERAPAN PEMBELAJARAN KOOPERATIF
JIGSAW UNTUK MENINGKATKAN KEAKTIFAN BELAJAR BIOLOGI DITINJAU DARI ASPEK AKTIFITAS LANGSUNG, MENCATAT DAN MENTAL SISWA KELAS VIII-A SMP NEGERI 14 SURAKARTA TAHUN PELAJARAN 2010/2011.
B.Perumusan Masalah
Bagaimana pembelajaran biologi dengan penerapan pembelajaran
kooperatif Jigsaw dapat meningkatkan keaktifan belajar biologi ditinjau dari
aspek aktifitas langsung, mencatat dan mental siswa kelas VIII A SMP Negeri 14 Surakarta tahun pelajaran 2010/2011 ?
C.Tujuan Penelitian
Mengetahui peningkatan keaktifan belajar biologi ditinjau dari aspek aktifitas langsung, mencatat dan mental siswa dengan penerapan pembelajaran
kooperatif Jigsaw pada siswa kelas VIIIA SMP Negeri 14 Surakarta tahun
pelajaran 2010/2011.
D.Manfaat Penelitian
Berdasarkan penelitian ini maka diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut:
1. Bagi siswa
a. Meningkatkan keaktifan belajar siswa pada aspek aktifitas langsung,
(21)
commit to user
5
b. Menciptakan suasana yang menyenangkan dan tidak monoton dalam kegiatan belajar biologi sehingga siswa merasa senang dan dapat lebih aktif dalam belajar biologi.
2. Bagi guru
a. Menyajikan sebuah pilihan untuk mengatasi masalah pembelajaran yang
membutuhkan penyelesaian melalui penerapan pembelajaran kooperatif
Jigsaw.
b. Memperkaya khasanah pengetahuan guru mengenai alternatif strategi
pembelajaran yang dapat digunakan. 3. Bagi sekolah
a. Memberikan sumbangan bagi sekolah agar dapat melakukan perbaikan proses pembelajaran.
b. Menjadi bahan pertimbangan dalam menyusun program peningkatan proses pembelajaran pada tahap berikutnya.
(22)
commit to user
6BAB II
LANDASAN TEORI
A. Tinjauan Pustaka
1. Pembelajaran Kooperatif Jigsaw
a. Pembelajaran Kooperatif
Dibutuhkan metode yang tepat dalam pembelajaran agar kegiatan
pembelajaran tidak monoton, siswa dapat lebih aktif dalam pembelajaran. Metode
yang paling sering digunakan untuk mengaktifkan siswa adalah dengan diskusi kelas.
Salah satu metode yang berkembang saat ini adalah pembelajaran kooperatif.
Pembelajaran ini menggunakan kelompok-kelompok kecil sehingga siswa saling
bekerjasama untuk mencapai tujuan pembelajaran. Pembelajaran kooperatif
(
Cooperative learning
) adalah konsep yang lebih luas meliputi semua jenis kerja
kelompok termasuk bentuk-bentuk yang lebih dipimpin oleh guru atau diarahkan oleh
guru (Suprijono,2009:54).
Pembelajaran kooperatif merupakan suatu model pembelajaran untuk
mewujudkan kegiatan belajar mengajar yang berpusat pada siswa,terutama untuk
mengatasi permasalahan yang ditemukan guru dalam mengaktifkan siswa. Guru harus
berusaha menanamkan dan membina sikap demokrasi diantara para siswanya ketika
pembelajaran kooperatif dilaksanakan (Isjoni 2009 : 21-23).
Lie
(2008:31) mengemukakan bahwa untuk mencapai hasil yang maksimal,
terdapat lima prinsip pembelajaran kooperatif yang harus diterapkan yaitu saling
ketergantungan positif, tanggung jawab perseorangan, tatap muka, komunikasi antar
anggota, dan evaluasi proses kelompok.
Pembelajaran kooperatif mempunyai banyak nilai diantaranya adalah
meningkatkan kepekaan dan kesetiakawanan sosial, memudahkan siswa melakukan
penyesuaian sosial, terbentuknya nilai-nilai sosial dan komitmen, menghilangkan
sifat mementingkan diri sendiri atau egois, membangun persahabatan, meningkatkan
(23)
commit to user
7
rasa saling percaya kepada sesama manusia, meningkatkan kemampuan memandang masalah situasi dari berbagai perspektif, kesediaan menggunakan ide orang lain dan kegemaran berteman tanpa memandang perbedaan kemampuan (Sugiyanto,2008: 41). Gocer (2010:441) menyatakan bahwa pembelajaran kooperatif merupakan upaya yang dilakukan siswa, dengan membentuk kelompok-kelompok kecil menuju tujuan umum mempelajari materi untuk menyelesaikan masalah atau melakukan tugas dengan cara kerja kolektif.
Ciri dari pembelajaran kooperatif adalah 1)setiap anggota memiliki peran 2) terjadi hubungan interaksi langsung diantara siswa 3)setiap anggota kelompok bertanggungjawab atas belajarnya dan teman kelompoknya 4)guru membantu mengembangkan keterampilan interpersonal kelompok 5)guru hanya berinteraksi dengan kelompok saat diperlukan (Isjoni, 2009: 27).
b. Pembelajaran Kooperatif
Jigsaw
Pembelajaran kooperatif
Jigsaw
merupakan salah satu tipe pembelajaran
kooperatif yang dapat mendorong siswa aktif dan saling membantu dalam menguasai
materi pelajaran untuk mencapai prestasi yang maksimal. Metode ini menyangkut
kerjasama dan saling ketergantungan antara siswa yang satu dengan siswa yang lain.
Pelaksanaan dari metode ini dengan membentuk beberapa kelompok kecil dan dibuat
kelompok secara heterogen baik dari segi prestasi, jenis kelamin, kebiasaan bergaul
dan sebagainya (Isjoni 2009:77-79).
Proses pembelajaran menggunakan metode kooperatif
Jigsaw
mempunyai
kelebihan yaitu dapat memacu siswa untuk berpikir kritis dan menggunakan kata-kata
yang tepat agar dapat menjelaskan kepada teman lain, sehingga menguntungkan
semua anggota kelompok dengan mengajar dan belajar dari teman. Gocer (2010: 442)
menyatakan bahwa pembelajaran kooperatif
Jigsaw
dikembangkan oleh Aronson
yaitu siswa dibagi dalam 5 – 6 kelompok secara heterogen. Setiap kelompok yang
diberikan materi yang dibagi menjadi bagian-bagian yang lebih kecil sesuai dengan
jumlah anggota sehingga setiap siswa diberi bagian. Setelah masing-masing siswa
(24)
commit to user
belajar materi tersebut, maka dilakukan diskusi dan setiap anggota mengajarkan bagiannya ke anggota lain dari kelompoknya. Siswa melakukan pertukaran pertanyaan dan memahami materi dengan sungguh-sungguh. Selanjutnya perwakilan anggota kelompok melakukan presentasi berdasar catatan hasil diskusinya. Proses pembelajaran keterampilan lain sperti keterampilan berbahasa dalam berpendapat
juga sangat penting. Penerapan pembelajaran Jigsaw dapat membuat siswa bebas
berbahasa untuk menyampaikan pendapat tanpa rasa takut.
Trianto (2007: 56-57) menyatakan langkah-langkah Jigsaw adalah sebagai
berikut: a) siswa dibagi atas beberapa kelompok, tiap kelompok 5-6 orang b) materi diberikan kepada siswa dalam bentuk teks yang telah dibagi menjadi beberapa sub bab, c) setiap anggota kelompok membaca sub bab yang ditugaskan dan bertanggung jawab untuk mempelajarinya, d) anggota dari kelompok lain yang telah mempelajari sub bab yang sama bertemu dalam kelompok ahli untuk berdiskusi, e) setiap anggota kelompok ahli setelah kembali ke kelompoknya bertugas mengajar temannya.
Menurut Slavin (2008:238-244) pelaksanaan metode Jigsaw meliputi 2 tahap , yaitu: a) Persiapan, meliputi : (1) menentukan materi yang akan dipelajari, (2) siswa dibagi menjadi kelompok-kelompok yang beranggotakan 4-6 orang secara heterogen. b) Pelaksanaan, meliputi empat tahap antara lain : (1) membaca, (2) diskusi kelompok ahli, (3) laporan tim atau kelompok, (4) tes, (5) penghargaan.
Penghargaan atas keberhasilan kelompok dapat dilakukan guru dengan melakukan tahapan-tahapan sebagai berikut:
1. Menghitung skor individu
Trianto (2007:55) menjelaskan bahwa penskoran perkembangan individu dapat dilihat pada Tabel 1.
(25)
commit to user
9
Tabel 1. Perhitungan Skor Perkembangan
Nilai Tes Skor perkembangan
a. Lebih dari 10 poin dibawah skor awal.
b. 10 poin di bawah sampai 1 poin di bawah skor
awal.
c. Skor awal sampai 10 poin di atas skor awal.
d. Lebih dari 10 poin diatas skor awal.
e. Nilai sempurna (tanpa memperhatikan skor).
5 poin 10 poin
20 poin 30 poin 30 poin
2.
Menghitung skor kelompok
Skor kelompok ini dihitung dengan membuat rata-rata skor perkembangan
anggota kelompok , yaitu menjumlah semua skor perkembangan yang diperoleh
anggota kelompok dibagi dengan jumlah anggota kelompok seperti tercantum pada
Tabel 2 (Trianto,2007:55-56).
Tabel 2. Tingkat Penghargaan Kelompok
Rata-rata tim
Predikat
0
≤
x
≤
5
5
≤
x
≤
15
15
≤
x
≤
25
25
≤
x
≤
30
-
Tim baik
Tim hebat
Tim super
2.
Keaktifan Belajar Siswa
a.
Proses Pembelajaran
Proses pendidikan selalu berlangsung dalam suatu lingkungan yaitu
lingkungan pendidikan yang mencakup lingkungan fisik, sosial, intelektual dan
nilai-nilai. Lingkungan fisik terdiri atas lingkungan alam dan lingkungan buatan manusia
yang merupakan tempat sekaligus memberi dukungan dan hambatan bagi
(26)
commit to user
berlangsungnya proses pembelajaran. Proses pendidikan mendapat dukungan dari lingkungan fisik berupa sarana, prasarana dan fasilitas yang digunakan. Tersedianya sarana, prasarana dan fasilitas fisik dalam jenis, jumlah dan kualitas yang memadai akan mendukung berlangsungnya proses pendidikan yang efektif. Kekurangan sarana, prasarana dan fasilitas fisik akan menghambat proses pendidikan dan menghambat pencapaian hasil yang maksimal (Syaodih,2004 :5).
Proses pembelajaran dikatakan berhasil dan berkualitas apabila masukan merata, menghasilkan output yang banyak dan bermutu tinggi,serta sesuai dengan kebutuhan,perkembangan masyarakat dan pembangunan (Mulyasa,2006: 102). Keberhasilan pengajaran dilihat dari segi hasil yang dicapai,mengharapkan bahwa semua hasil yang diperoleh membentuk satu sistem nilai yang membentuk kepribadian siswa, sehingga memberi warna dan arah dalam semua perbuatannya (Sudjana,2005: 38).
Saefudin (2008: 99) menyatakan bahwa proses pembelajaran tidak diarahkan semata-mata agar siswa mampu menguasai sejumlah materi pembelajaran tetapi lebih diarahkan kepada penguasaan kompetensi tertentu sesuai dengan kurikulum. Faktor- faktor yang mempengaruhi proses belajar adalah faktor dalam dan luar diri siswa. Faktor yang berada dalam diri siswa seperti kemampuan, motivasi, persepsi, ingatan sedang faktor yang berada diluar diri siswa seperti kondisi belajar dan tujuan belajar (Sukartawi,1995:58). Keaktifan belajar biologi siswa dalam hal ini masuk kedalam faktor dari luar diri siswa yaitu kondisi belajar siswa.
b. Keaktifan Belajar
Siswa
Perubahan perilaku pada proses pembelajaran terjadi karena adanya latihan
atau pengalaman seseorang. Belajar aktif merupakan fungsi interaksi antara individu
dan situasi disekitarnya yang ditentukan oleh indikator merupakan pengembangan
dari kompetensi dasar. Belajar aktif ditandai bukan hanya melalui keaktifan siswa
yang belajar secara fisik namun juga keaktifan secara mental. Justru keaktifan secara
(27)
commit to user
11
mental merupakan hal yang sangat penting dan utama dalam belajar aktif dibandingkan keaktifan fisik. Belajar aktif adalah suatu usaha manusia untuk membangun pengetahuan dalam dirinya (Yamin 2007: 81-82).
Kecenderungan psikologi dewasa ini menganggap bahwa anak adalah makhluk yang aktif. Anak memiliki dorongan untuk berbuat sesuatu, mempunyai kemauan dan aspirasi sendiri. Belajar tidak bisa dipaksakan oleh orang lain dan juga tidak bisa dilimpahkan kepada orang lain, setiap proses belajar siswa selalu menampakkan keaktifan. Keaktifan beranekaragam bentuknya, mulai dari kegiatan fisik sampai psikis (Dimyati dan Mujiono 2002 : 44).
Yamin (2007: 77) menyatakan bahwa keaktifan siswa dalam proses belajar mengaja adalah a) Partisipasi siswa dalam menetapkan tujuan kegiatan pembelajaran. b)Tekanan pada aspek afektif dalam belajar. c) Partisipasi siswa dalam kegitan pembelajaran, terutama yang berbentuk interaksi antar siswa. d) Kekompakan kelas sebagai kelompok belajar. e) Kebebasan belajar yang diberikan kepada siswa, dan kesempatan untuk berbuat serta mengambil keputusan penting dalam proses pembelajaran. f) Pemberian waktu untuk menanggulangi masalah pribadi siswa, baik berhubungan maupun tidak berhubungan dengan pembelajaran.
Keaktifan dapat diartikan saat guru mengajar maka harus mengusahakan agar murid-muridnya aktif jasmani dan rohani meliputi :
1) Keaktifan indera yaitu murid-mirid harus dirangsang agar dapat menggunakan alat
indera sebaik mungkin
2) Keaktifan akal yaitu anak-anak harus aktif untuk memecahkan masalah,
menimang-nimbang, berpendapat dan mengambil keputusan.
3) Keaktifan ingatan yaitu pada waktu mengajar anak harus aktif menerima bahan
pengajaran yang disampaikan oleh guru dan menyimpannya dalam otak.
4) Keaktifan emosi yaitu dalam hal ini murid hendaklah senantiasa berusaha
(28)
commit to user
Keaktifan siswa sangat penting untuk membentuk generasi kreatif, yang mampu menghasilkan sesuatu untuk kepentingan dirinya dan orang lain. Guru diharuskan menciptakan kegiatan belajar yang beragam sehingga memenuhi berbagai
tingkat kemampuan siswa. Keaktifan siswa dalam proses pembelajaran dapat
merangsang dan mengembangkan bakat yang dimiliki siswa, berfikir kritis dan dapat memecahkan permasalahan dalam kehidupan sehari-hari (Yamin 2007: 77)
Jenis-jenis aktivitas belajar menurut Sardiman (2007: 101) meliputi:
1) Visual activities (aktivitas melihat) misalnya: membaca, memperhatikan, gambar demonstrasi, percobaan, dan pekerjaan orang lain.
2) Oral activities (aktivitas langsung) seperti: menyatakan, merumuskan, bertanya, memberi saran, mengeluarkan pendapat, mengadakan wawancara, diskusi, dan interupsi.
3) Listening activities (aktivitas mendengarkan) meliputi: uraian, percakapan, diskusi, musik pidato.
4) Writing activities (aktivitas menulis), seperti: menulis cerita, karangan, laporan, angket dan menyalin.
5) Drawing activities (aktivitas menggambar), misalnya: menggambar, membuat grafik, peta dan diagram.
6) Motor aktivities (aktivitas motorik), seperti: melakukan percobaan, membuat konstruksi, model mereparasi, bermain, berkebun dan beternak.
7) Mental activities (aktivitas mental), misalnya: menganggap, mengingat,
memecahkan soal, menganalisa, melihat hubungan dan mengambil keputusan. 8) Emosional activities (aktivitas emosi), seperti: menaruh minat, merasa bosan,
(29)
commit to user
13
B.Kerangka Berpikir
Siswa SMP Negeri 14 memiliki latar belakang yang berbeda-beda baik dari segi keluarga, ekonomi, tingkat kemampuan belajar, dan tingkat kemampuan menyerap materi yang berbeda. Perbedaan tersebut memiliki pengaruh yang sangat besar terhadap proses pembelajaran sehingga menimbulkan berbagai permasalahan dalam kegiatan belajar mengajar di kelas. Salah satu permasalahan yang timbul adalah keaktifan siswa dalam pembelajaran di kelas yang rendah. Siswa merasa bosan dalam mengikuti pembelajaran dikelas, sebagian besar siswa tidak memperhatikan pelajaran tetapi mengobrol dengan teman lain,siswa sebagian besar tidak mencatat. Siswa tidak berani mengutarakan pendapatnya sehingga kurang terjadi interaksi antara siswa satu dengan siswa lain serta antara siswa dengan guru.
Keaktifan siswa yang rendah disebabkan metode pembelajaran yang digunakan guru kurang mengaktifkan siswa. Guru dalam pembelajaran lebih bersikap aktif, sedangkan siswa bersikap pasif. Siswa hanya mendengarkan penjelasan dari guru, siswa kurang terlibat didalam kegiatan pembelajaran sehingga tidak terjadi interaksi antara guru dengan siswa.
Mengatasi permasalahan yang terjadi maka dilakukan perubahan terhadap
metode pembelajaran yaitu dengan penerapan pembelajaran kooperatif Jigsaw.
Melalui penerapan pembelajaran kooperatif Jigsaw maka siswa dapat ikut berperan
serta dalam kegiatan pembelajaran di kelas. Siswa dapat berinteraksi dan bekerjasama dengan baik pada saat dilakukan diskusi kelompok dan berani bertanya kepada guru
jika ada kesulitan dalam pembelajaran. Pembelajaran kooperatif Jigsaw merupakan
suatu pembelajaran kooperatif yang melibatkan peran serta siswa didalamnya. Siswa dibagi menjadi kelompok-kelompok kecil dan setiap siswa diberi materi yang akan menjadi tanggungjawab masing-masing siswa untuk mempelajarinya. Selanjutnya dilakukan diskusi kelompok. Siswa dari kelompok lain yang mempelajari materi yang sama berkumpul dalam satu kelompok ahli untuk diskusi. Setiap anggota kelompok ahli kembali kekelompok awal dan bertugas mengajar temannya dan berdiskusi.
(30)
commit to user
Perwakilan masing-masing kelompok maju ke depan untuk presentasi hasil diskusi. Melalui langkah-langkah dalam Jigsaw tersebut maka keaktifan siswa dapat meningkat. Adapun bagan paradigma penelitian dapat dilihat pada Gambar 1.
(31)
commit to user
15
Gambar 1. Skema Kerangka Pemikiran
PERMASALAHAN
Metode yang digunakan
kurang mengaktifkan siswa
Perbedaan kemampuan
pada siswa
Keaktifan siswa ditinjau dari aspek
aktivitas langsung, mencatat dan mental
dalam pembelajaran di kelas kurang
Penerapan pembelajaran
kooperatif
Jigsaw
Pembelajaran di kelas
Interaksi antar siswa
meningkat meningkat
Interaksi antara siswa
dengan guru meningkat
TARGET
Keaktivan siswa
meningkat
(32)
commit to user
16BAB III
METODOLOGI PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian
1. Tempat Penelitian
Penelitian dilaksanakan di Sekolah Menengah Pertama (SMP) Negeri 14 Surakarta pada siswa kelas VIII A Tahun Pelajaran 2010/2011.
2. Waktu Penelitian
Penelitian dilaksanakan secara bertahap yang secara garis besar,dibagi menjadi tiga tahap, yaitu:
a. Bulan Februari 2010 - Juni 2010: tahap persiapan meliputi kegiatan observasi
di kelas, pengajuan judul skripsi, pembuatan proposal skripsi, seminar proposal, perijinan penelitian, survei sekolah yang bersangkutan, dan konsultasi instrument penelitian.
b. Bulan Agustus 2010 - September 2010: tahap penelitian meliputi semua
kegiatan yang dilaksanakan di lapangan, yaitu pengambilan data.
c. Bulan September - selesai: tahap penyelesaian meliputi pengolahan data dan
penyusunan laporan.
B. Metode Penelitian
Penelitian yang dilakukan merupakan Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Penelitian berisi tentang informasi yang bermanfaat untuk mengambil suatu keputusan yang bijak tentang metode yang tepat dalam pelaksanaan pembelajaran demi peningkatan profesionalisme guru, prestasi siswa, kelas, dan sekolah secara keseluruhan. Penelitian tindakan kelas diterapkan metode pembelajaran kooperatif Jigsaw untuk meningkatkan keaktifan belajar biologi siswa. Pelaksanaan dari penelitian tindakan kelas dengan metode kooperatif Jigsaw dilakukan dalam beberapa siklus. Sukardi (2001: 214-215 ) menyatakan penelitian tindakan kelas secara garis besar terdiri dari empat tahap yaitu perencanaan (planning), tindakkan (acting), pengamatan (observing), dan refleksi (reflecting).
(33)
commit to user
17
C. Data dan Teknik Pengumpulan Data 1. Data Penelitian
a. Data Penelitian
Data penelitian diperoleh dari dokumentasi observasi yang berasal dari
catatan lapangan tentang pelaksanaan pembelajaran yang berlangsung. Hasil
observasi berdasarkan pengamatan digunakan lembar observasi,wawancara dengan
guru dan siswa dan pemberian angket.
b. Sumber Data
Tiga sumber data penting yang disajikan sebagai sasaran penggalian dan
pengumpulan data serta informasi penelitian adalah
1)
Tempat dan peristiwa berlangsungnya aktivitas pembelajaran siswa kelas VIIIA
SMP Negeri 14 Surakarta
2)
Informan meliputi guru biologi, dan siswa kelas VIIIA SMP Negeri 14
Surakarta.
3)
Dokumentasi atau arsip, yang antara lain berupa silabus, rencana pelaksanaan
pembelajaran(RPP) dan buku referensi mengajar.
2. Teknik Pengumpulan Data
Data diperoleh dari observasi langsung terhadap kegiatan pembelajaran,
wawancara dengan guru dan siswa, pemberian angket dan dokumentasi.Secara
lengkap teknik pengumpulan data yang digunakan adalah sebagai berikut:
a)
Kajian dokumen
Kajian dilakukan terhadap berbagai dokumen atau arsip setiap kurikulum, silabus,
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran, nilai siswa, presensi siswa, buku atau materi
pelajaran.
b)
Angket
Angket yang digunakan didasarkan pada skala
Likert
(Sukardi, 2001: 146-147)
yang sudah dimodifikasi. Angket berbentuk cek-list, yaitu suatu bentuk angket
(34)
commit to user
(Sudjana, 1991: 84)dimana pengisi angket tinggal memberi tanda cek (√) pada kolom yang telah
disediakan. Alternatif jawaban tiap item ada lima. Teknik angket digunakan untuk mengukur keaktifan belajar siswa. Untuk item positif skor yang diberikan mulai dari 5 sampai 1, dapat dilihat pada Tabel 3.
Tabel 3. Skor Penilaian Angket
Skor Untuk Aspek Yang Dinilai Skor
(+)
(-)
Sangat Setuju (SS)
Setuju (S)
Tidak Punya Pendapat (TB)
Tidak Setuju (TS)
Sangat Tidak Setuju (STS)
5
4
3
2
1
1
2
3
4
5
c)
Wawancara
Wawancara dilakukan dengan guru mata pelajaran dan dengan siswa yang
diambil secara acak. Wawancara bertujuan untuk mengadakan informasi balikan
terhadap proses pembelajaran yang telah dilakukan. Waktu dan tempat wawancara
dilakukan untuk mendapat masukan yang mendalam setiap proses pembelajaran yang
dapat dijadikan refleksi untuk perbaikan pada proses pembelajaran selanjutnya.
d)
Observasi
Observasi merupakan suatu langkah sangat baik untuk memperoleh data
tentang pribadi dan tingkah laku setiap individu anak didik. Penelitian ini metode
observasi digunakan untuk memperoleh data tentang keaktifan siswa terhadap materi
yang diajarkan guru. Pengisian dilakukan dengan memberi tanda check (V) pada
pilihan yang tepat.
(35)
commit to user
19
D. Teknik Analisis Data
Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini dimulai sejak awal sampai berakhirnya pengumpulan data. Data dari hasil penelitian di lapangan diolah dan dianalisis secara deskripsi kualitatif. Analisis kualitatif mengacu pada model analisis Miles dan Huberman (1992: 16-19) yang dilakukan dalam 3 komponen berurutan yaitu reduksi data, penyajian data dan penarikan kesimpulan.
Reduksi data meliputi penyeleksian data melalui ringkasan atau uraian singkat dan penggolongan data ke dalam pola yang lebih luas. Penyajian data dilakukan dalam rangka menorganisasikan data yang merupakan penyusunan informasi secara sistematik dari hasil reduksi data, dimulai dari perencanaan, pelaksanaan, tindakan, observasi dan refleksi masing-masing siklus. Penarikan kesimpulan atau verifikasi merupakan upaya pencarian makna data, mencatat keteraturan data dan penggolongan data. Data yang terkumpul disajikan secara sistematis dan bermakna.
E. Pemeriksaan Validitas Data
Validitas merupakan suatu ukuran yang menunjukkan kevalidan atau kesahihan suatu data. Informasi yang digunakan sebagai data penelitian perlu diperiksa validitasnya sehingga data tersebut dapat dipertanggungjawabkan dan dapat mewakili atau mencakup aspek-aspek yang ingin diteliti yang nantinya dapat dijadikan sebagai dasar yang kuat dalam menarik suatu kesimpulan.
Teknik yang digunakan untuk memeriksa validitas data dalam penelitian ini adalah teknik triangulasi. Menurut Maleong (2002:178) triangulasi adalah teknik pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu yang lain di luar data itu. Triangulasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah triangulasi metode. Triangulasi metode berarti mengumpulkan data sejenis dengan menggunakan tehnik atau metode pengumpulan data yang berbeda.
Penelitian ini menggunakan metode pengumpulan data yang berupa wawancara, observasi selama KBM berlangsung dan angket. Skema triangulasi dapat dilihat pada Gambar 2 (Sutopo, 2002: 81)
(36)
commit to user
Gambar 2. Skema Triangulasi Metode Penelitian
F. Indikator Keberhasilan
Pembelajaran dikatakan berhasil dan berkualitas apabila seluruhnya atau setidak-tidaknya sebagian besar (75%) peserta didik terlibat secara aktif baik fisik ataupun mental dalam proses pembelajaran (Mulyasa, 2006: 101). Penelitian ini dapat dihentikan apabila setiap indikator dari aspek yang diukur sudah mencapai target yang ditentukan, sebaliknya jika masing-masing variabel yang diukur belum memenuhi target capaian maka dilanjutkan siklus berikutnya untuk mencapai target yang ditetapkan. Daftar target dari masing-masing variabel yang akan diukur dapat dilihat pada tabel 4.
Tabel 4. Target keberhasilan Penelitian
Aspek Target yang harus dicapai
Observasi keaktifan belajar siswa ≥ 75%
Angket keaktifan belajar siswa
Wawancara
≥
75%
≥
75%
G.
Prosedur Penelitian
Prosedur dan langkah-langkah penelitian yang digunakan mengikuti model
yang dikembangkan oleh Kemmis dan Robin MC Taggart dalam Sukardi (2001:
214-215) yang berupa model spiral. Perencanaan Kemmis menggunakan sistem spiral
refleksi diri yang dimulai dengan rencana, tindakan, pengamatan, refleksi,
perencanaan kembali merupakan suatu dasar untuk pemecahan masalah.
Langkah-Wawancara
Angket
Observasi
(37)
commit to user
21
langkah operasional penelitian meliputi tahap persiapan, perencanaan, tindakan, pengamatan, refleksi. Tahap pelaksanaan dapat diuraikan sebagai berikut :
a. Perencanaan Tindakan
Tahap Perencanaan merupakan tahap untuk menentukan materi pembelajaran yaitu sistem rangka manusia, materi pada siklus I adalah organ penyusun sistem gerak dan mcam-macam tulang, sedangkan materi pada siklus II adalah persendian, otot dan kelainan pada tulang. Penyusunan perangkat pembelajaran meliputi silabus dan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran. Silabus yang digunakan mengacu pada Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Pembuatan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) mengacu pada penerapan Pembelajaran
kooperatif Jigsaw. Instrumen penelitian disusun pada tahap ini yaitu angket, lembar
observasi keaktifan belajar biologi siswa serta pedoman wawancara bagi guru dan siswa.
b. Pelaksanaan Tindakan
Tahap pelaksanaan tindakan merupakan penerapan pembelajaran kooperatif Jigsaw pada pokok bahasan sistem rangka manusia. Tiap siklus terdiri dari dua kali pertemuan. Pertemuan pertama pembelajaran dimulai dengan memberikan penjelasan materi secara garis besar. Tahap selanjutnya guru memberi pengarahan tentang pelaksanaan penerapan pembelajaran kooperatif Jigsaw. Guru membagi siswa menjadi 6 kelompok, masing-masing kelompok terdiri dari 6 siswa. Tiap anggota kelompok memiliki tugas dan tanggungjawab untuk membaca dan mempelajari materi yang telah dibagi oleh guru. Tahap selanjutnya siswa bertemu dalam kelompok ahli untuk melakukan diskusi dan mencatat hasil diskusi kepada teman satu kelompok.
Pertemuan kedua siswa kembali ke kelompok awal dan dan wajib menjelaskan hasil diskusi. Perwakilan kelompok melakukan presentasi berdasarkan
hasil diskusi. Tahap akhir dalam penerapan pembelajaran kooperatif Jigsaw adalah
membuat kesimpulan hasil diskusi kelas dan mengerjakan soal postes. Siswa selanjutnya mencocokkan jawaban soal postes dan menghitung skornya, kemudian
(38)
commit to user
guru mengumumkan kelompok yang mendapatkan penghargaan sesuai kriteria yang telah ditentukan, tetapi pemberian sertifikat penghargaan tim dilakukan pada lain waktu.
c. Observasi
Observasi dilakukan bersamaan dengan pelaksanaan pembelajaran dengan
penerapan pembelajaran kooperatif Jigsaw. Kegiatan pada tahap ini adalah
mengamati, mencatat serta mendokumentasikan kegiatan siswa selama pembelajaran berlangsung. Jenis observasi yang digunakan adalah observasi terfokus yaitu maksud dan sasaran observasi telah ditentukan sebelumnya. Lembar observasi digunakan untuk mempermudah mengamati setiap indikator yang diukur. Tahap ini dilakukan pengisian angket keaktifan belajar oleh siswa yang digunakan sebagai data sekunder.
d. Refleksi
Refleksi merupakan kegiatan analisis, interprestasi dan evaluasi atas informasi yang diperoleh dari hasil observasi kegiatan belajar mengajar dan keaktifan belajar siswa selama proses pembelajaran. Data yang telah terkumpul dalam kegiatan observasi harus secepatnya dianalisis dan diinterpretasi atau diberi makna sehingga dapat segera diketahui apakah tindakan yang dilakukan telah mencapai tujuan.
Kegiatan refleksi diperlukan dalam Penelitian Tindakan Kelas agar tindakan yang dilakukan dapat dievaluasi keefektifannya. Hasil dari refleksi digunakan untuk menentukan tindakan selanjutnya. Penelitian dapat dihentikan apabila target yang diukur telah tercapai, apabila target yang diukur belum tercapai dapat dilanjutkan pada siklus selanjutnya dengan melakukan perbaikan. Prosedur penelitian tindakan kelas ini dapat dilihat pada Gambar 3.
(39)
commit to user
23
Pengamatan
Pengamatan terhadap
keaktifan belajar siswa selama
proses pembelajaran
berlangsung. Evaluasi Evaluasi keaktifan belajar siswa melalui angket, lembar observasi, dan wawancara
Pelaksanaan
Penerapan pembelajaran kooperatif jigsaw
Perencanaan
Rancangan perbaikan dari refleksi siklus I
Penyusunan instrumen pembelajaran: angket keaktifan belajar biologi siswa , silabus, RPP untuk Siklus II, lembar observasi, dan pedoman wawancara. Refleksi
Menganalisis proses dan dampak pelaksanaan tindakan, serta melihat ketercapaian indikator
Pelaksanaan
Penerapan pembelajaran kooperatif jigsaw
Tindak Lanjut
Perbaikan pembelajaran oleh guru Biologi setelah penelitian.
Refleksi
Menganalisis proses dan dampak pelaksanaan tindakan, jika indikator belum tercapai diteruskan siklus II
Perencanaan
Penyusunan instrument
pembelajaran: angket
keaktifan belajar biologi siswa , silabus, RPP untuk Siklus I, lembar observasi, dan pedoman wawancara.
Pengamatan
Pengamatan terhadap keaktifan belajar siswa selama proses pembelajaran berlangsung.
Evaluasi
Evaluasi keaktifan belajar siswa melalui angket, lembar observasi, dan wawancara siswa.
Gambar 3. Skema Prosedur Penelitian Tindakan Kelas
(Sukardi, 2001: 215)
(40)
commit to user
24BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Deskripsi Kondisi Awal (Pra Siklus)
Penelitian dilaksanakan di SMP Negeri 14 Surakarta siswa kelas VIIIA. Kegiatan awal penelitian dilaksanakan dengan melakukan observasi dan diskusi dengan guru mata pelajaran biologi untuk mengetahui kondisi awal kelas VIIIA yang berkaitan dengan pembelajaran biologi di kelas.
Hasil observasi diperoleh data selama kegiatan pembelajaran siswa bersikap pasif, guru menggunakan metode kurang bervariasi. Selama pembelajaran berlangsung sebagian besar siswa duduk dan mendengarkan penjelasan dari guru, siswa banyak mengobrol dengan teman lain, tidak mencatat materi dari guru, tidak berani bertanya kepada guru bila ada materi yang kurang jelas. Sebagian besar siswa tidak membawa buku literature atau buku paket biologi, siswa kurang berinteraksi dengan teman lain dalam kegiatan diskusi. Usaha mengerjakan tugas dari guru masih rendah, tidak tepat waktu dalam mengumpulkan tugas dan ada yang tidak mengerjakan tugas.
Berdasar hasil observasi tersebut diperoleh kesimpulan bahwa keaktifan belajar biologi siswa kurang. Sebagai penguat observasi digunakan lembar observasi dengan item yang mewakili tiap indikator dari keaktifan belajar siswa yang akan diukur. Berikut rincian presentasi pada setiap indikator dari berbagai aspek keaktifan belajar siswa berdasar lembar observasi.
(41)
commit to user
25
Tabel 5. Persentase Capaian Setiap Indikator pada Observasi Keaktifan Belajar Biologi Siswa Pra Siklus
No INDIKATOR
Persentase Tiap Indikator (%)
Persentase Rata-Rata Tiap Aspek (%)
1 Mengajukan pertanyaan kepada
guru
41,67 Aktivitas langsung
45,83
2
Bertanya kepada teman
58,33
3
Berperan serta dalam diskusi
kelompok
44,44
4
Mengeluarkan pendapat pada
saat presentasi
38,89
5
Mencatat materi pelajaran
72,22
Aktivitas mencatat
72,22
6
Siswa mengerjakan soal yang
diberi guru
55,56
Aktivitas mental
62,5
7
Mempelajari buku catatan dan
buku panduan di kelas
69,44
Jumlah
Rata-rata
380,56
180,55
54,36
60,18
Tabel 5 diketahui bahwa capaian rata-rata indikator pada observasi masih
tergolong rendah, indikator keaktifan belajar biologi siswa berkisar antara 38,89% -
72,22% dengan nilai rata-rata 54,36%. Rata-rata presentase tertinggi yaitu pada
indikator mencatat materi pelajaran dengan presentase 72,22%, persentase terendah
38,89% pada indikator mengeluarkan pendapat pada saat presentasi.
Persentase hasil capaian indikator pada observasi keaktifan belajar biologi
siswa pra siklus dapat dilihat pada Gambar 4.
(42)
commit to user
0 20 40 60 80A B C D E F G
mempelajari buku catatn dan buku panduan di kelas
siswa mengerjakan soal yang diberi guru mencatat materi pelajaran
mengeluarkan pendapat pada saat presentasi berperan serta dalam diskusi kelompok bertanya kepada teman
Mengajukan pertanyaan kepada guru
Gambar 4. Persentase Siswa Tiap Indikator Pra Siklus Berdasarkan Data Lembar Observasi Keaktifan Belajar Biologi Siswa
Data mengenai keaktifan belajar biologi siswa selain diperoleh dari hasil observasi, juga diperoleh dari angket dengan item tiap indikator yang akan diukur. Berikut rincian besarnya keaktifan setiap indikator berdasarkan perhitungan angket. Tabel 6. Persentase Capaian Indikator pada Angket Keaktifan Belajar Biologi Siswa
Pra Siklus
No Indikator Capaian Indikator %
1. 2. 3. 4. 5. 6. 7.
Mengajukan pertanyaan terhadap guru Bertanya kepada teman lain
Berperan serta dalam diskusi kelompok Mengeluarkan pendapat di depan kelas Mencatat materi pelajaran
Mengerjakan soal-soal dikelas
Mempelajari materi dari buku paket,lks dan buku lain sebagai penunjang
69,67 67,44 69,63 68,89 68,06 69,17 69,54
Rata-rata 68,91
Berdasar Tabel 6 dapat dilihat bahwa nilai keaktifan belajar biologi siswa berkisar antara 67,44%-69,67% dengan nilai rata-rata persentase sebesar 68,91%. Indikator keaktifan yang memiliki persentase tertinggi adalah mengajukan pertanyaan
(43)
commit to user
27
terhadap guru dengan besar persentase 69,67%. Indikator yang memiliki persentase terendah adalah bertanya kepada teman lain dengan besar presentase 67,44%.
Berdasar perhitungan rata-rata keaktifan belajar biologi ditinjau dari aspek aktivitas langsung, mencatata dan mental menunjukkan bahwa terdapat perbedaan persentase antara lembar observasi dan perhitungan angket pra siklus. Perbedaan terjadi karena adanya perbedaan sudut pandang dalam mencari informasi mengenai keaktifan belajar biologi siswa. Angket diberikan kepada siswa untuk diisi secara subjektif menurut sudut pandang siswa sendiri. Kegiatan observasi dilakukan secara objektif oleh observer selama kegiatan pembelajaran berlangsung. Hasil observasi dan angket keaktifan belajar biologi siswa pra siklus digunakan sebagai pembanding untuk mengetahui peningkatan keaktifan belajar siswa melalui tindakan yang diberikan.
Pembelajaran kooperatif Jigsaw mendorong siswa aktif dan saling
membantu dalam menguasai materi pelajaran untuk mencapai prestasi yang
maksimal. Pembelajaran kooperatif Jigsaw menyangkut kerjasama, saling
ketergantungan antara siswa yang satu dengan siswa yang lain, memacu siswa berpikir kritis dan menggunakan kata-kata yang tepat agar dapat menjelaskan kepada teman lain, sehingga menguntungkan semua anggota kelompok dengan mengajar dan belajar dari teman.
Hasil wawancara dengan siswa diketahui bahwa siswa selama proses pembelajaran kurang aktif, hal ini karena siswa hanya mendengarkan penjelasan dari guru, sebagian besar siswa tidak mencatat materi yang diajarkan, tidak berani bertanya dan mengemukakan pendapat karena takut dan malu, siswa tidak mengerjakan soal yang diberi guru dengan sungguh-sungguh, hal ini terbukti bahwa sebagian besar siswa tidak mengumpulkan tugas tepat waktu. Hasil wawancara dengan guru menyatakan bahwa selama pembelajaran guru menggunakan metode yang kurang bervariasi, guru memberikan tugas kepada siswa tetapi siswa mengerjakan dengan mencontek teman lain dan mengumpulkan tidak tepat waktu.
(44)
commit to user
Siswa banyak yang tidak mencatat materi dan tidak membawa buku panduan biologi saat kegiatan pembelajaran berlangsung.
Terdapat 2 siklus untuk menyelesaikan masalah keaktifan yang terjadi di
kelas dengan penerapan metode kooperatif Jigsaw yang terdiri dari beberapa tahap
yaitu (1) tahap perencanaan tindakan, (2) tahap pelaksanaan tindakan, (3) tahap observasi dan evaluasi, dan (4) tahap analisis dan refleksi.
B.Deskripsi Siklus I
1. Perencanaan Tindakan Siklus I
Keaktifan belajar biologi siswa dapat ditingkatkan dengan penerapan
pembelajaran kooperatif Jigsaw yang dapat mendorong kerjasama dan saling
ketergantungan antar siswa. Tahap perencanaan pada siklus I memerlukan beberapa persiapan penyusunan instrumen yaitu:
a) Penyusunan silabus mata pelajaran biologi materi pokok sistem rangka manusia
b) Penyusunan rencana pelaksanaan pembelajaran(RPP), tiap siklus terdiri dari 2 kali
pertemuan
c) Penyusunan lembar observasi keaktifan belajar biologi siswa
d) Penyusunan angket keaktifan belajar biologi siswa
e) Penyusunan pedoman wawancara tentang keaktifan belajar biologi siswa
2. Pelaksanaan Tindakan Siklus I
Tahap pelaksanaan tindakan siklus I guru menerapkan pembelajaran
kooperatif Jigsaw yang terdiri dari 2 pertemuan, masing-masing pertemuan dengan
alokasi waktu 2x40 menit. Pertemuan pertama, guru memulai pelajaran dengan melakukan apersepsi mengenai materi rangka manusia. Apersepsi dilakukan untuk membuat siswa terangsang untuk berfikir dan lebih konsentrasi sebelum pelajaran dimulai. Langkah selanjutnya guru memberi soal pretest untuk mengetahui kemampuan awal siswa dan bagaimana kesiapan siswa terhadap pelajaran. Guru menjelaskan materi rangka secara garis besar setelah siswa selesai mengerjakan soal pretest. Tahap selanjutnya guru memberi pengarahan tentang pelaksanaan penerapan
(45)
commit to user
29
pembelajaran kooperatif Jigsaw, hal ini dimaksudkan agar siswa tidak mengalami
kebingungan selama proses pembelajaran.
Guru memulai penerapan metode Jigsaw yaitu guru membagi siswa menjadi 6 kelompok, masing-masing kelompok terdiri dari 6 siswa. Pembagian kelompok dilakukan secara heterogen yaitu setiap kelompok terdiri dari beberapa siswa dengan tingkat kecerdasan yang berbeda, pada masing-masing kelompok diberikan bahan diskusi. Tiap anggota kelompok memiliki tugas dan tanggungjawab untuk membaca dan mempelajari sub bab atau materi yang telah dibagi. Siswa dari kelompok lain yang mempelajari sub bab sama bertemu dalam kelompok ahli untuk melakukan diskusi dan mencatat hasil diskusi. Akhir pembelajaran pertemuan pertama guru membimbing siswa untuk menarik kesimpulan dan memberi penjelasan siswa agar mempelajari materi rangka untuk melanjutkan diskusi pada pertemuan selanjutnya.
Guru memulai pembelajaran pada pertemuan kedua dengan melakukan apersepsi dan memotivasi siswa agar siswa terangsang untuk berfikir dan siap mengikuti pembelajaran. Tahap selanjutnya guru mengulas materi pada pertemuan sebelumnya secara garis besar untuk mengingatkan siswa pada materi yang sudah dipelajari. Guru melanjutkan diskusi yang telah dilakukan pada pertemuan pertama, yaitu siswa pada pertemuan sebelumnya melakukan diskusi kelompok ahli maka kembali ke kelompok awal. Siswa dari kelompok ahli tersebut manjelaskan hasil diskusi kepada teman lain dikelompok awal dan melakukan diskusi lagi. Tahap selanjutnya setiap kelompok memilih satu siswa untuk melakukan presentasi di depan. Guru membahas hasil diskusi dan membetulkan konsep siswa jika terjadi miskonsepsi dan memperkuat konsep yang telah didiskusikan siswa. Guru membagi soal kuis kepada siswa untuk dikerjakan. Tahap selanjutnya guru meminta siswa untuk mencocokan hasil kuis dan menghitung skor masing-masing individu dan kelompok. Guru mengumumkan skor individu dan skor kelompok. Tahap akhir, guru mengumumkan kelompok yang menduduki peringkat I, II, dan III. Pemberikan penghargaan kepada kelompok yang mendapatkan kriteria sebagai tim super, tim
(46)
commit to user
hebat dan tim baik berdasarkan peringkat yang diperoleh masing-masing tim diberikan pada hari yang berbeda.
3.Observasi Siklus I
Observasi dilakukan bersamaan dengan jalannya proses pembelajaran
Biologi dengan penerapan pembelajaran kooperatif Jigsaw. Observasi dilakukan
melalui pengamatan secara langsung terhadap keaktifan belajar biologi siswa dan penyebaran angket. Berdasarkan observasi yang dilakukan didapat hasil sebagai berikut:
a. Hasil Observasi Keaktifan Belajar Biologi Siswa
Hasil observasi terhadap keaktifan belajar biologi siswa dalam pembelajaran pada siklus I dapat dilihat pada Tabel 7.
Tabel 7. Persentase Capaian Setiap Indikator pada Observasi keaktifan Belajar
Biologi Siswa Siklus I
No Indikator Capaian indiKator %
1 2 3 4 5 6 7
Mengajukan pertanyaan kepada guru Bertanya kepada teman
Berperan serta dalam diskusi kelompok Mengeluarkan pendapat saat presentasi Mencatat materi pelajaran
Mengerjakan soal di kelas
Mempelajari buku catatan dan buku panduan di kelas
52,78 75,00 61,11 55,56 80,56 69,44 75,00
(47)
commit to user
31
b. Hasil Angket Keaktifan Belajar Biologi Siswa
Hasil angket keaktifan belajar biologi siklus I dapat dilihat pada Tabel 8. Tabel 8. Persentase Capaian Setiap Indikator pada Angket Keaktifan Belajar Biologi
Siswa Siklus I
No Indikator Capaian indikator %
1 2 3 4 5 6 7
Mengajukan pertanyaan kepada guru Bertanya kepada teman
Berperan serta dalam diskusi kelompok Mengeluarkan pendapat saat presentasi Mencatat materi pelajaran
Mengerjakan soal di kelas
Mempelajari buku catatn dan buku panduan di kelas
72,56 73,89 74,44 74,81 73,61 73,19 71,94
Rata-rata 73,49
4
.Analisis dan Refleksi
a. Hasil Observasi Keaktifan Belajar Biologi Siswa
Berdasarkan perhitungan, keaktifan siswa pada siklus 1 mengalami peningkatan jika dibandingkan dengan keaktifan pada pra siklus. Rata-rata persentase keaktifan belajar biologi siswa siklus I adalah sebesar 67,06%. Persentase tertinggi rata-rata keaktifan belajar biologi siswa adalah mencatat materi pelajaran dengan rata-rata presntase sebesar 80,56%.
Persentase hasil capaian indikator pada observasi keaktifan belajar biologi siswa siklus I dapat dilihat pada Gambar 5.
(48)
commit to user
010 20 30 40 50 60 70 80 90
A B C D E F G
mempelajari buku catatan dan buku panduan di kelas
siswa mengerjakan soal yang diberi guru mencatat materi pelajaran
mengeluarkan pendapat pada saat presentasi berperan serta dalam diskusi kelompok bertanya kepada teman
Mengajukan pertanyaan kepada guru
Gambar 5. Presentase Keaktifan Belajar Biologi Siswa Tiap Indikator Pasca Siklus I Berdasarkan Data Lembar Observasi Keaktifan Belajar Biologi Siswa
Melalui tindakan penerapan pembelajaran kooperatif
Jigsaw pada siklus 1
keaktifan belajar biologi siswa mengalami peningkatan meskipun tidak signifikan. Siklus 1 target belum tercapai, target pada penelitian ini adalah rata-rata capaian indikator keaktifan belajar biologi mencapai lebih dari atau sama dengan 75%.
b.
Hasil Angket Keaktifan Belajar Biologi Siswa
Hasil perhitungan angket keaktifan belajar biologi siswa setelah dilakukan
tindakan pada siklus 1 yaitu penerapan pembelajaran kooperatif Jigsaw, keaktifan
belajar biologi siswa berdasarkan angket dari hasil pra siklus sebesar 68,91% meningkat menjadi 73,49%. Persentase indikator pada siklus 1 berdasarkan angket berkisar antara 71,94 - 74,81%. Indikator tertinggi adalah mengeluarkan pendapat saat presentasi sebesar 74,81%, sedang indikator terendah adalah mempelajari buku catatan dan buku panduan di kelas yaitu 71,94%.
Persentase hasil capaian indikator pada angket keaktifan belajar biologi siswa siklus I dapat dilihat pada Gambar 6.
(49)
commit to user
33
0 20 40 60 80
A B C D E F G
Persentase keaktifan belajar siswa
mempelajari buku catatan dan buku panduan di kelas
siswa mengerjakan soal yang diberi guru mencatat materi pelajaran
mengeluarkan pendapat pada saat presentasi berperan serta dalam diskusi kelompok bertanya kepada teman
Mengajukan pertanyaan kepada guru
Gambar 6. Persentase Keaktifan Belajar Biologi Siswa Tiap Indikator Pasca Siklus I Berdasarkan Angket Keaktifan Belajar Biologi Siswa
c.
Hasil Wawancara
Hasil wawancara dengan guru dan siswa diperoleh bahwa penerapan
pembelajaran kooperatif
Jigsaw dapat meningktkan keaktifan belajar siswa. Hal ini
terbukti dengan jumlah siswa yang antusias dengan pembelajaran semakin besar yaitu siswa yang mencatat materi, mempelajari buku panduan dan buku catatan, siswa berani bertanya dan mengemukakan pendapat semakin meningkat. Penerapan
pembelajaran kooperatif
Jigsaw membuat siswa aktif dalam kegiatan diskusi, siswa
mengerjakan soal dari guru dengan sungguh-sungguh dan mengumpulkan tepat waktu.
Berdasar pengamatan pada siklus 1 ditemukan beberapa hal yang perlu diperbaiki antara lain :
1) Awal pembelajaran guru kurang memberikan apersepsi sehingga siswa kurang
antusias dalam mengikuti pembelajaran di kelas.
2) Saat diskusi, guru terlalu banyak mengulur waktu, sehingga pelaksanaan
pembelajaran tidak sesuai dengan alokasi waktu yang telah disusun di Rencana Pelaksanaan Pembelajaran.
(50)
commit to user
3) Siswa hanya bertanya jika ditunjuk oleh guru sehingga pembelajaran berlangsung
sangat pasif.
4) Siswa mengulur waktu untuk diskusi dan mengumpulkan hasil diskusi sehingga
pelaksanaan pembelajaran tidak tepat waktu.
5) Siswa kurang berani mengemukakan pendapat pada saat presentasi sehingga
siswa masih pasif dalam melakukan presentasi dan pembelajaran belum terlihat aktif.
Berdasarkan hasil temuan tersebut, maka tindakan yang tepat untuk dilakukan oleh guru dalam pelaksanaan pembelajaran pada siklus berikutnya adalah:
1) Awal pembelajaran guru lebih memotivasi siswa dengan memberikan pertanyaan
yang berhubungan dengan pembelajaran, sehingga siswa terangsang untuk mempelajari materi.
2) Saat dilakukan diskusi guru memperhatikan waktu, sehingga kegiatan
pembelajaran sesuai dengan rencana pelaksanaan pembelajaran yang telah disusun
3) Guru lebih terampil dalam menggunakan respon dan pertanyaan kepada siswa
dalam pembelajaran,sehingga siswa terangsang untuk berperan aktif dalam pembelajaran.
4) Siswa yang selalu mengulur waktu diskusi dan mengumpulkan hasil diskusi,
dapat diatasi dengan ketegasan guru terhadap sikap siswa
5) Guru berusaha meyakinkan siswa agar lebih percaya diri dalam mengemukakan
pendapat pada saat presentasi didepan kelas, siswa diyakinkan agar tidak merasa takut dan malu.
Siklus I terdapat beberapa kegiatan yang menunjukkan keaktifan siswa meningkat, diantaranya :
1) Siswa dalam mengikuti pembelajaran terlihat sungguh-sungguh, hal ini terlihat
dari siswa semakin antusias dalam mencatat materi pelajaran, karena siswa sadar bahwa siswa harus memiliki catatan untuk belajar.
(1)
commit to user
dan pengetahuan yang beragam. Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan
bahwa dengan memberi kesempatan siswa untuk berperan serta dalam pembelajaran
maka akan meningkatkan keaktifan belajar siswa dalam kegiatan pembelajaran.
Keaktifan belajar biologi siswa pada siklus II mengalami peningkatan.
Rata-rata persentase angket keaktifan belajar biologi siswa meningkat sebesar 7,56% dari
akhir siklus I sebesar 73,49% menjadi 81,05% pada akhir siklus II. Sedangkan
rata-rata persentase observasi keaktifan belajar biologi siswa meningkat sebesar 12,30%
dari akhir siklus I sebesar 67,06% menjadi 79,36% pada akhir siklus II. Peningkatan
keaktifan pada siklus II semakin besar karena pada siklus II siswa sudah paham
dengan langkah-langkah pembelajaran kooperatif
Jigsaw
dan siswa terlihat sangat
senang dalam mengikuti langkah-langkah pembelajaran kooperatif
Jigsaw
dengan
bersaing untuk mendapatkan penghargaan dari guru. Pada siklus II guru lebih baik
dalam memberikan apersepsi dan motivasi sehingga siswa semakin antusias terhadap
pembelajaran. Guru lebih tegas mengambil tindakan terhadap siswa yang sulit diatur,
guru lebih terampil menggunakan respon dan pertanyaan kepada siswa sehingga
siswa aktif bertanya serta meyakinkan siswa untuk berani mengemukakan pendapat.
Pembelajaran dengan
Jigsaw
merupakan pembelajaran yang menarik, karena setiap
siswa memiliki tanggung jawab untuk mengajarkan sesuatu kepada siswa lain
sehingga mendorong siswa untuk belajar. Pembelajaran kooperatif
Jigsaw
dapat
melibatkan seluruh siswa dalam belajar, sehingga keaktifan belajar siswa di kelas dan
rasa percaya diri bisa dilatih.
Penerapan pembelajaran kooperatif
Jigsaw
pada siklus II dapat
meningkatkan interaksi sosial siswa yaitu siswa aktif dalam berdiskusi, siswa berani
bertanya kepada guru dan teman.
Melalui penilaian kelompok yang diperoleh dari
poin tiap individu dari masing-masing anggota kelompok maka keberhasilan
kelompok pada pembelajaran kooperatif
Jigsaw
tergantung dari keberhasilan individu
jadi tiap-tiap siswa harus belajar dengan sungguh-sungguh, dan harus aktif agar dapat
menjelaskan materi baik kepada temannya dan memberikan kontribusi nilai yang baik
bagi kelompok dan diri siswa itu sendiri. Adanya tugas untuk mengajarkan materi
(2)
commit to user
kepada siswa yang lain telah meningkatkan keberanian dan rasa percaya diri siswa
untuk berinteraksi dengan lingkungan. Pernyataan ini sesuai dengan penelitian yang
dilakukan Hanse(2007) bahwa tidak ada perbedaan yang berarti pada prestasi (hasil)
belajar yang dicapai siswa antara metode konvensional dengan teknik
Jigsaw
namun,
hasil penelitian menunjukkan perbedaan yang signifikan pada pengalaman siswa yang
dibagi pada 3 kebutuhan dasar siswa (otonomi, kompetensi, dan interaksi sosial pada
pembelajaran), aktivitas kognitif, dan peningkatan motivasi intrinsik.
Hasil wawancara dengan guru menunjukkan bahwa penerapan pembelajaran
kooperatif
Jigsaw
dapat membuat siswa lebih aktif dalam kegiatan di kelas pada
materi sistem rangka manusia dan dapat digunakan pada mata materi lain.
Berdasarkan hasil wawancara dengan siswa diketahui bahwa pembelajaran
Jigsaw
cukup efektif dan membuat siswa lebih berperan aktif dalam mengikuti proses
pembelajaran di kelas. Isjoni (2009:77-79) mengemukakan pembelajaran kooperatif
Jigsaw
merupakan salah satu tipe pembelajaran kooperatif yang dapat mendorong
siswa aktif dan saling membantu dalam menguasai materi pelajaran untuk mencapai
prestasi yang maksimal. Metode ini menyangkut kerjasama dan saling
ketergantungan antara siswa yang satu dengan siswa yang lain. Pelaksanaan metode
ini dengan membentuk beberapa kelompok kecil dan dibuat kelompok secara
heterogen baik dari segi prestasi, jenis kelamin, kebiasaan bergaul dan sebagainya.
Pernyataan tersebut sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Hasanah(2007)
bahwa metode pembelajaran kooperatif tipe
Jigsaw
dapat membawa siswa ke dalam
suasana belajar yang baik karena siswa dapat secara aktif bekerjasama dengan
sesama siswa dalam suasana gotong royong dalam upaya menggali informasi dan
meningkatkan kemampuan berkomunikasi untuk meningkatkan pemahaman pada
materi pokok yang sedang dipelajari.
Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa keaktifan belajar biologi
siswa dalam proses pembelajaran telah memenuhi rata-rata indikator capaian minimal
75%. Hal ini berarti telah terjadi peningkatan kualitas proses pembelajaran,
berdasarkan Mulyasa (2006) bahwa suatu pembelajaran dapat dinyatakan berhasil dan
(3)
commit to user
berkualitas apabila seluruhnya atau setidak-tidaknya sebagian besar (75%) siswa
terlibat secara aktif, baik fisik, mental maupun sosial dalam proses pembelajaran.
Terpenuhinya rata-rata indikator capaian minimal 75% membuktikan bahwa melalui
penerapan pembelajaran kooperatif
Jigsaw
mampu meningkatkan keaktifan belajar
biologi siswa yang ditunjukkan pada peningkatan hasil angket, observasi dan
wawancara siswa pada pra siklus, siklus I dan siklus II dalam proses pembelajaran
biologi.
Penelitian lain dilakukan oleh Mulyanto (2007:4-5) menyatakan bahwa dari
tindakan kelas menunjukkan adanya perbaikan dan peningkatan proses belajar
mengajar untuk setiap siklusnya baik yang dilakukan guru maupun siswa.
Peningkatan proses belajar mengajar matematika tampak pada aspek : (1) aktifitas
kerja kelompok yang diperlihatkan oleh siswa yang tampak antusias, bergairah dan
bersemangat, dibandingkan dengan sebelum dilakukan tindakan. (2) penerapan
pendekatan cooperative learning untuk setiap siklus hasilnya sangat memuaskan
dilihat dari hasil rata-rata tugas yang diselesaikan para siswa yang pencapaiannya
rata-rata diatas 85% dari target yang sudah ditentukan.
Berdasar hasil penelitian yang dilakukan Haetami (2008) dapat diketahui
bahwa secara psikologis model pembelajaran kooperatif tipe
Jigsaw
ini
memberikan manfaat yang sangat besar terhadap siswa, antara lain : (1) memotivasi
siswa untuk belajar giat karena adanya tekanan dari teman kelompoknya serta
menyadari akan penilaian yang berkelanjutan, (2) menghilangkan rasa takut pada
anak untuk mengungkapkan pendapatnya dan menjawab pertanyaan, dan (3)
menumbuhkan kemampuan kerja sama siswa, berfikir kritis dan kemampuan
membantu teman. Pernyataan tersebut sesuai dengan hasil penelitian yang
menunjukkan bahwa dengan pembelajaran kooperatif
Jigsaw
siswa akan lebih berani
mengungkapkan pendapat, menjawab pertanyaan, menumbuhkan kerjasama siswa.
Peningkatan keberanian siswa dalam mengemukakan pendapat sesuai dengan hasil
penelitian yang dapat dilihat dari presentase hasil observasi pra siklus sebesar
38,89%, pada siklus I sebesar 55, 56%, pada akhir siklus II meningkat menjadi
(4)
commit to user
63,89%. Meningkatnya kerjasama siswa dapat dilihat dari prosentase keaktifan siswa
dalam kegiatan diskusi pada pra siklus masih sangat rendah yaitu sebesar 44,44%,
pada siklus I sebesar 61,11% pada siklus II mengalami peningkatan menjadi 86,11%.
Penelitian yang dilakukan di SMP Negeri 14 Surakarta berhasil menerapkan
pembelajaran kooperatif
Jigsaw
untuk meningkatkan keaktifan belajar siswa.
Pembelajaran kooperatif
Jigsaw
lebih efektif daripada pembelajaran konvensional
untuk melatih kemampuan siswa dan dapat melatih siswa untuk melakukan kerjasama
lebih baik dengan teman dan guru dalam kegiatan pembelajaran di kelas. Pernyataan
tersebut sesuai dengan penelitian Azizah (2006) yaitu penelitian tentang studi
komparasi metode pembelajaran kooperatif
Jigsaw
dan konvensional. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa metode pembelajaran kooperatif
Jigsaw
lebih efektif daripada
metode pembelajaran konvensional karena mampu meningkatkan hasil belajar
akuntansi pokok bahasan jurnal khusus pada siswa kelas II MAN Suruh tahun
pelajaran 2005/2006 mengarah pada ketercapaian belajar tuntas.
(5)
commit to user
54 BAB V
SIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN
A. Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian tindakan kelas yang dilakukan dalam dua siklus dapat disimpulkan bahwa penerapan pembelajaran kooperatif Jigsaw dapat meningkatkan keaktifan belajar biologi siswa kelas VIIIA SMP Negeri 14 Surakarta tahun pelajaran 2010/2011.
B. Implikasi 1. ImplikasiTeoritis Hasil penelitian ini dapat digunakan untuk:
a. Sumber acuan bagi peneliti lain yang akan mengadakan penelitian sejenis lebih lanjut.
b. Sumbangan pemikiran bagi guru untuk mengembangkan variasi strategi pembelajaran dalam mengajar biologi.
c. Menambah wawasan guru dalam meningkatkan kualitas proses pembelajaran, khususnya mata pelajaran biologi.
2. ImplikasiPraktis
Hasil penelitian ini secara praktis dapat diterapkan pada pembelajaran Biologi di SMP Negeri 14 Surakarta, yaitu keaktifan belajar biologi siswa dalam pembelajaran dapat ditingkatkan dengan penerapan pembelajaran kooperatif
Jigsaw
C. Saran 1. Bagi Guru
a. Pelaksanaan penerapan pembelajaran kooperatif Jigsaw memerlukan peran guru sebagai fasilitator pembelajaran, oleh sebab itu hendaknya guru memantau siswa selama kegiatan belajar berlangsung agar kegiatan pembelajaran berjalan dengan efektif.
(6)
commit to user
b. Guru diharapkan menerapkan strategi pembelajaran yang bervariasi dan dapat mengikutsertakan keterlibatan siswa dalam proses pembelajaran agar keaktifan belajar siswa meningkat.
c. Guru hendaknya lebih inovatif lagi pada saat memberikan apersepsi dan motivasi kepada siswa, misalnya dengan menggunakan model atau alat bantu dalam proses belajar mengajar. Sehingga diharapkan siswa akan lebih tertarik untuk memperhatikan penjelasan yang diberikan oleh guru.
2. Bagi Siswa
a. Siswa hendaknya mempersiapkan diri dengan baik sebelum mengikuti proses pembelajaran misalnya lebih aktif mencari informasi materi dari sumber-sumber internet supaya dapat mengikuti pembelajaran dengan baik.
b. Siswa hendaknya lebih aktif dalam kegiatan diskusi maupun pada saat presentasi.
c. Siswa hendaknya lebih aktif mencari informasi materi dari sumber-sumber lain selain buku paket sehingga akan menambah wawasan siswa dalam menyelesaikan permasalahan yang dihadapi.
3. Bagi Peneliti Lain
Perlu diadakan penelitian sejenis dengan cakupan materi lain yang lebih luas sehingga dapat diketahui sejauh mana efektifitas penerapan pembelajaran kooperatif Jigsaw dalam meningkatkan keaktifan belajar siswa.